Pembahasan
Setelah melakukan evaluasi granul, proses mixing dilakukan dengan mencampur
granul yang sudah dikeringkan dengan fase luar yaitu talk sebagai glidan, Mg Stearat sebagai
lubrikan dan amylum sebagai disintegran fase dalam. Mixing dilakukan di dalam wadah dan
dilakukan pengadukan secara kontinyu dengan kecepatan yang konstan. Fungsi dari
penambahan fase luar utamanya adalah untuk memperbaiki sifat alir granul dan mencegah
friksi antara serbuk dengan die dari mesin pencetak tablet. Pengadukan pada fase luar tidak
lebih dari 5 menit yaitu sekitar 2 – 3 menit. Hal itu disebabkan karena salah satu zat yang
merupakan fase luar yaitu magnesium stearate sangat berpengaruh terhadap disolusi dari
tablet di saluran cerna. Jika proses mixing dilakukan terlalu lama, maka kehomogenitasan
magnesium stearate dengan bahan lain menjadi tinggi dan menyebabkan granul dilapisi oleh
magnesium stearate yang memiliki sifat hidrofob (suka minyak). Sifat hidrofob yang
dihasilkan oleh magnesium stearate ini akan menyulitkan tablet melarut di saluran cerna yang
banyak mengandung air, sehingga dapat menyebabkan disolusi tablet berkurang dan
menyebabkan waktu mulai kerja obat lambat.
Tahap selanjutnya dilakukan kompresi dengan menggunakan alat pencetak tablet
single punch. Pada saat kompresi tablet perlu diperhatikan mengenai kekerasan tablet dan
bobot tablet. Kekerasan tablet harus berada pada rentang 70 – 120 N.
Langkah selanjutnya untuk mengetahui kontrol kualitas dari hasil percobaan
pembuatan tablet, dilakukan pengujian sifat tablet yang meliputi uji sifat fisik tablet dan uji
disolusi tablet.
Uji yang pertama dilakukan adalah uji sifat fisik tablet berupa distribusi warna yang
merata berwarna kehijauan dan keseragaman bobot dimana bobot rata-rata dari tablet yang
dihasilkan sebesar 548 mg. Uji ini dilakukan dengan cara menimbang 20 tablet satu persatu
kemudian dihitung rata-ratanya dan penyimpangan tiap tablet terhadap bobot rata-ratanya.
Sehingga dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseragaman bobot dari tablet yang
diuji termasuk baik kare na nilai CV tidak lebih dari 5%. sehingga nantinya dapat
menghasilkan pelepasan kadar obat yang sama. Uji keseragaman bobot ini menentukan nilai
keseragaman mesin kempa dalam menghasilkan tablet dan juga menentukan keseragaman
dosis yang diberikan untuk setiap terapi. Pengujian ini sangat penting untuk tablet dan
sediaan padat lainnya, karena pengaruhnya pada dosis terapi nilai variasi tablet yang kecil
menunjukan semakin baik tablet tersebut dalam dosis pemberiannya.
Megukur keseragaman ukuran dilakukan dengan menghitung tebal serta diameter
tablet menggunakan jangka sorong. Uji keseragaman ukuran memenuhi syarat bila diameter
tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet.
Selanjutnya adalah uji terhadap waktu hancur tablet untuk mengevaluasi pengaruh
penggunaan bahan pengikat terhadap tablet. Uji ini ditujukan untuk mengetahui waktu hancur
tablet dalam tubuh. Tablet yang baik adalah tablet yang memiliki waktu hancur kurang dari
15 menit. Selama 15 menit dalam desintegration tester, tablet tidak hancur sehingga belum
dinyatakan memenuhi syarat dalam Farmakope Indonesia.
Uji ketiga yaitu uji kerapuhan tablet dengan menggunakan alat friabilator yakni 20
tablet dibebas debukan dengan aspirator, ditimbang seksama dan kemudian dimasukan ke
dalam friabilator. Pengujian ini dilakukan selama 4 menit atau 100 putaran. Setelah
dilakukan pengujian didapatkan nilai kerapuhan dari tablet uji sebesar 29% di mana tablet
dianggap baik bila kerapuhannya tidak lebih dari 1%. Uji ini dimaksudkan untuk memberikan
penilaian akan interaksi bahan pengikat dengan komponen partikel-partikel lainnya di mana
semakin banyaknya interaksi yang terjadi maka kemungkinan tablet rapuh akan semakin
kecil. Namun kerapuhan dalam tablet uji sangatlah tinggi sehingga tidak memenuhi
persyaratan tablet yang baik.
Uji keempat adalah uji waktu hancur yang mana dapat memberikan gambaran waktu
yang dibutuhkan tablet untuk hancur. Waktu hancur ini dapat dianalogikan sebagai kecapatan
obat hancur di dalam tubuh. Kecepatan waktu hancur berpengaruh pada kecepatan efek yang
ditimbulkan dari obat, semakin cepat hancur maka obat akan lebih cepat diabsorsi dan
kemungkinan akan semakin cepat pula menimbulakan efek terapinya. Dalam pengujian ini
digunakan alat disintegrator tester dengan cara 5 tablet dimasukkan ke dalam alat uji dengan
pengaturan suhu sebesar 37oC. Pesyaratan waktu hancur tablet tidak bersalut adalah kurang
dari 15 menit. Namun, selama 15 menit dalam desintegration tester, tablet tidak hancur
sehingga belum dinyatakan memenuhi syarat dalam Farmakope Indonesia. Hal ini
dikarenakan banyaknya bahan pengikat yang digunakan sehingga ikatan antar partikel
komponen lebih merekat satu sama lain sehingga tablet uji membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk hancur.
Uji yang terakhir adalah uji disolusi menggunakan alat model USP XXIII dengan
pengaduk dayung. Uji ini dilakukan untuk mengukur banyaknya obat dan kadar zat aktif yang
dapat bereaksi pada waktu tertentu. Untuk tujuan terapeutik tablet model ini diusahakn agar
kadar obat tinggi hanya dalam waktu yang singkat. Pengujian dilakukan dengan jalan tablet
uji dimasukkan ke dalam alat disolusi kemudian dilakukan pengambilan sampel dan dihitung
absorbansinya.
Top Related