PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN PADI HITAM (ORYZA SATIVA L. INDICA)
AMEILIA ZULIYANTI SIREGAR, M.Sc, Ph.D
NIP. 197305272005012002
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat –Nya. sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Teknologi Pemanfaatan Limbah Kedela
Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Padi Hitam (Oryza sativa L.
indica)” yang merupakan salah satu bahan untuk di publikasikan ke media
elektronik dari Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta
membantu dalam menyempurnakan makalah ini.Akhir kata, penulis ucapkan
terima kasih.
Medan , 6 Februari 2019
Penulis
i
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………….……………………...……………………i
DAFTAR ISI………...…………………………………………………………ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang……………….……………………………………………..1
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi dan Fisiologi Padi Hitam…………………………………….….3
Hama Dominan pada Tanaman Padi Hitam…...…………………………...5
Penyakit Dominan pada Tanaman Padi Hitam…………..…………………7
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi Hitam……………..……9
Teknologi Pengolahan Beras Hitam……………………………………….12
Pengolahan Beras Hitam Tepat Guna…..…………………………………13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kendala dan masalah yang dihadapi dalam praktek budi daya padi
semakin beragam. Konversi lahan sawah di sentra penghasil padi masih terus
berlangsung. Perubahan iklim global yang berdampak terhadap anomaly iklim
mendorong perkembangan hama dan penyakit yang mengancam keselamatan
produksi padi. Akibatnya, keuntungan usaha tani menurun karena harus
dikurangi dengan biaya pengendalian hama penyakit yang semakin tinggi dan
kualitas produksi pun menurun sehingga kalah bersaing di pasar . Oleh karena
itu, teknologi produksi padi yang sudah berkembang di petani memerlukan
perbaikan sesuai dengan perkembangan masalah yang mengancam dengan
memperhatikan kondisi sumber daya dan lingkungan, termasuk penyakit
tanaman yang berkembang dari waktu ke waktu (Nuryanto, 2018).
Beras hitam (Oryza sativa L.indica) merupakan salah satu jenis beras
yang ada di dunia, di samping beras putih, beras cokelat, dan beras merah.
Akhir-akhir ini beras hitam mulai populer dan dikonsumsi oleh sebagian
masyarakat sebagai bahan pangan fungsional karena secara alami atau melalui
proses tertentu mengandung satu atau lebih senyawa yang dianggap mempunyai
fungsi fisiologis yang bermanfaat bagi kesehatan. Beras hitam memiliki
kandungan antosianin tinggi yang terletak pada lapisan perikarp, yang
memberikan warna ungu gelap. Antosianin telah diakui sebagai bahan pangan
fungsional kesehatan karena aktivitas antioksidan, anti kanker, antioksidan,
hipoglekimia. Pigmen antosianin juga efektif mengurangi kadar kolesterol. Di
samping kelebihan yang dimiliki, padi beras hitam umumnya mempunyai umur
tanaman yang panjang, habitus tanaman yang tinggi, dan produktivitas rendah
yang menjadi kendala dalam usaha budidayanya (Kristamtini et al., 2014).
1
Universitas Sumatera Utara
Padi hitam banyak dibudidayakan di China, Srilanka, Indonesia, India,
Filipina dan Thailand. Beberapa wilayah di Indonesia merupakan daerah yang
membudidayakan padi hitam seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Selatan dan lainnya. Varietas yang dibudidayakanpun berbeda
sesuai dengan wilayahnya. Varietas Wojalaka merupakan salah satu varietas
padi hitam yang berasal dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Di tempat
asalnya, varietas ini mampu berproduksi 4-5 ton per hektar dengan umur sekitar
125 - 130 hari (Adhi, 2017).
Kebutuhan akan beras yang demikian tinggi menyebabkan pasokan
beras ke sentra- sentra penjualan harus selalu terjaga. Tetapi pasokan beras
selalu mengalami fluktuasi atau adanya kendala-kendala produksi di pusat-
pusat penghasil beras. Berbagai kendala terjadinya dinamika produksi beras
diantaranya adalah anomali iklim seperti curah hujan yang tidak menentu dan
penyakit tanaman padi seperti blas ( Pyricularia oryzae) (Taufik, 2011).
Perubahan sosial kemasyarakatan di Negara berkembang telah
menimbulkan dampak yang luas terhadap perubahan jenis, tingkat serangan,
perkem- bangan, dan laju penyebaran penyakit tanaman. Puluhan penyakit
dilaporkan mengancam tanaman pangan yang dibudidayakan termasuk padi.
Setiap patogen dapat mengganggu lebih dari satu varietas tanaman padi, dan
setiap varietas tanaman padi dapat diinfeksi oleh lebih dari satu jenis patogen.
Penyakit juga dapat merusak pada bagian organ tertentu atau bahkan ke seluruh
organ tanaman. Oleh karena itu, dalam penge- lolaan penyakit tanaman yang
terpenting adalah menjaga stabilitas pangan, karena penyakit tanaman dapat
terus berkembang dari waktu ke waktu yang dapat mengancam pertumbuhan
dan bahkan menyebabkan gagal panen (Semangun 2008).
2
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi dan Fisiologi Padi Hitam
Padi hitam termasuk tanaman semusim atau tanaman berumur pendek,
kurang dari satu tahun dan hanya sekali berproduksi, setelah berproduksi akan
mati atau dimatikan. Tanaman padi hitam dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu vegetative, reproduktif, dan pematangan. Secara morfologi
tanaman padi termasuk tanaman setahun atau semusim. Batang padi berbentuk
bulat dengan daun panjang yang berdiri pada ruas- ruas batang dan terdapat
sebuah malai pada ujung batang. Bagian vegetatif dari tanaman padi adalah
akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif berupa malai dari bulir-
bulir padi (Kuswanto, 2007).
Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam
tanah yang kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi
adalah akar serabut. Radikula (akar primer) yaitu akar yang tumbuh pada saat
benih berkecambah. Pada benih yang sedang berkecambah timbul calon akar
dan batang. Apabila pada akar primer terganggu, maka akar seminal akan
tumbuh dengan cepat. Akar- akar seminal akan digantikan oleh akar-akar
sekunder (akar adventif) yang tumbuh dari batang bagian bawah. Bagian akar
yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami perkembangan berwarna
coklat, sedangkan akar yang masih muda berwarna putih (Suhartatik, 2008).
Padi termasuk kedalam familia Graminae yang memiliki batang dengan
susunan beruas - ruas. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas.
Antar ruas pada batang padi dipisahkan oleh buku. Panjangnya tiap-tiap ruas
tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang dan ruas kedua,
ketiga, dan seterusnya lebih panjang dari pada ruas yang didahuluinya. Pada
buku bagian bawah ruas terdapat daun pelepah yang membalut ruas sampai
buku bagian atas. Pada buku bagian ujung dari daun pelepah memperlihatkan
percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi ligula (lidah daun) dan 3
Universitas Sumatera Utara
bagian yang terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki
bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan
membalut ruas yang paling atas dari batang disebut daun bendera. Pembentukan
anakan padi sangat dipengaruhi oleh unsur hara, sinar matahari, jarak tanam,
dan teknik budidaya (Fitri, 2009).
Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang
berbeda-beda, baik bentuk, susunan, maupun bagian-bagiannya. Ciri khas daun
padi adalah terdapat sisik dan telinga daun. Daun tanaman padi tumbuh pada
batang dalam susunan yang berselang-seling. Pada setiap buku terdapat satu
daun. Setiap daun terdiri atas helai daun yang memiliki bentuk panjang seperti
pita. Pelepah daun yang menyelubungi batang berfungsi untuk menguatkan
bagian ruas yang jaringannya lunak, telinga daun (auricle), lidah daun (ligule)
yang terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih. Fungsi dari lidah
daun adalah mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun
(Suhartatik, 2008).
Bunga padi pada hakikatnya terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma,
palea, putik, dan benang sari. Tiap unit bunga terletak pada cabang-cabang bulir
yang terdiri atas cabang primer dan cabang sekunder. Sekumpulan bunga padi
(spikelet) yang keluar dari buku paling atas dinamakan malai. Bulirbulir padi
terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai
adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada
varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam (Kuswanto, 2007).
Pertumbuhan benih padi dalam kondisi aerobik (di darat) koleoriza
tumbuh dahulu daripada koleoptil. Dalam kondisi anaerobik (di air) koleoptil
tumbuh dahulu daripada koleorhiza. Kemudian Radikula berkembang menjadi
seminal roots yang selanjutnya digantikan oleh akar adventitous.
4
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan selanjutnya dari kecambah padi adalah pembentukan daun primer
dan daun sekunder. Daun primer tidak memiliki helai daun atau leaf blade
(Warris, 2012).
Hama Dominan pada Tanaman Padi Hitam
Wereng cokelat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama utama
tanaman padi di Indonesia. Berdasarkan catatan yang ada wereng cokelat
diketahui sudah menyerang tanaman padi sejak tahun 1931 pada lahan sawah di
daerah Dramaga, Bogor. Oleh karena itu, untuk menjaga kestabilan produksi
padi di Indonesia maka perlu dilakukan pengendalian hama wereng cokelat
yang menyerang tanaman padi. Pengendalian hama wereng cokelat dapat
dilakukan dengan menggunakan minyak atsiri. Minyak atsiri atau yang disebut
juga dengan „essential oils‟ adalah salah satu bahan alam dari jenis tumbuhan
yang berasal dari daun, bunga, kayu, bijibijian bahkan putik bunga Salah satu
contoh minyak atsiri sangat menjanjikan yaitu minyak serai wangi dan minyak
daun cengkeh sebagai insektisida nabati (Hashifah et al., 2016).
Tikus dan walang sangit merupakan hama penting yang sangat
merugikan pada pertanaman padi sawah lebak.Serangan kedua hama tersebut
dapat menyebabkan produksi menurun drastis. Di beberapa tempat, serangan
hama tikus yang berat dapat menyebabkan padi puso, atau tersisa sekitar 10-
20% dari produksi normal. Serangan walang sangit yang menghisap malai padi
pada periode mulai berisi bulir hingga matang susu menyebabkan bulir padi
5
Universitas Sumatera Utara
menjadi hampa dan menurunkan kuantitas dan kualitas produksi gabah Bulir
padi yang mulai berisi, jika terserang walang sangit dapat menyebabkan bulir
beras yang dipanen bercak hitam (Irsan et al., 2014).
Penggerek batang padi terdapat sepanjang tahun dan menyebar di
seluruh Indonesia pada ekosistem padi yang beragam. Intensitas serangan
penggerek batang padi pada tahun 1998 mencapai 20,5% dengan luas daerah
yang terserang mencapai 151.577 ha. Kehilangan hasil akibat serangan PBP
pada stadia vegetatif memang tidak besar karena tanaman masih dapat
mengkonpensasi dengan membentuk anakan baru (sampai dengan 30%). Gejala
serangan pada stadia generatif menyebabkan malai yang muncul berwarna putih
dan hampa (tidak berisi) (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
(Hadi et al., 2015).
Keong Emas merupakan hama penting pada tanaman padi di beberapa
daerah di Indonesia. Hama ini menyerang mulai dari pesemaian sampai
kepertanaman. Serangan paling berat biasanya terjadi pada saat tanaman
berumur 1-7 hari setelah pindah tanam sampai tanaman berumur kurang lebih
30 hari. Keong Emas terutama menyerang pada bakal anakan tanaman padi,
sehingga mengurangi anakan tanaman (Manueke, 2016).
Gejala yang diakibatkan serangan tikus yaitu adanya tanaman padi
terpotong dan berserakan pada petak sawah dan serangan umumnya di tengah
petak. Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus bersifat khas, yaitu di tengah-
tengah petakan sawah tampak gundul, sedangkan bagian tepi biasanya tidak 6
Universitas Sumatera Utara
diserang sedangkan padi akibat tikus tinggi rumpun mencapai 44 cm. Dampak
serangan tikus umur 26 hari paling besar terjadi pada tinggi rumpun dan jumlah
malai padi hitam varietas Toraja. Akan tetapi, hingga panen terjadi peningkatan
pertumbuhan tinggi padi 10 % (Recovery) akibat serangan tikus. Ini dibuktikan
dari selisih tinggi padi kontrol dan perlakuan yang semakin kecil dari 35 cm
menjadi 20 cm saja ( Cristanti dan Arisoesilaningsih, 2013).
Penyakit Dominan pada Tanaman Padi Hitam
Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea. Jamur P. grisea
dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari
persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif
tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala
penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas
daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas
berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah
penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya
dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne
Penyakit hawar daun Bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae
berbentuk batang pendek, di ujungnya mempunyai satu flagel dan berfungsi
sebagai alat gerak. Bakteri ini berukuran 6-8 bersifat aerob,gram negatif dan
tidak membentuk spora . Diatas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat
cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan
mempunyai permukaan yang licin. Penyakit hawar daun bakteri pertama kali
ditemukan di Fukuoka Jepang pada tahun 1884. Pada awal abad XX penyakit
ini telah diketahui tersebar luas hampir diseluruh jepang kecuali dipulau
Hokkaido. Di Indonesia, penyakit ini mula-mula ditemukan oleh Reitsman dan
Schure oada tanaman muda didaerah Bogor dengan gejala layu. Penyakit ini
). (balai besar
penelitian tanaman padi (BB PADI, 2015).
7
Universitas Sumatera Utara
dinamakan kresek dan patogennya dinamai Xanthomonas kresek schure.
Terbukti bahwa penyakit ini sama dengan penyakit hawar daun bakteri yang
terdapat di Jepang. Gejala layu yang kemudian dikenal dengan nama kresek
umumnya terhadap pada tanaman muda berumur 1-2 minggu setelah tanam
atau tanaman dewasa yang rentan .Pada awalnya gejala terdapat pada tepi daun
atau bagian daun yang luka berupa garis bercak kebasahan, bercak tersebut
meluas berwarna hijau keabu-abuan , selanjutnya seluruh daun menjadi keriput
dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Sering kali bila air irigasi tinggi,
tanaman yang layu terkulai kepermukaan air dan menjadi busuk.Pada tanaman
yang peka terhadap penyakit ini,gejala terus berkembang hingga seluruh
permukaan daun,bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai mengering.Pada
pagi hari cuaca lembab ,eksudat bakteri sering keluar ke permukaan daun dan
mudah jatuh oleh hembusan angin,gesekan angin,geekan daun atau percikan air
hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang efektif.
(Muhibuddin,2012).
Pada umumnya gejala penyakit bercak coklat adalah pada daun dan
glumae (bagian bulir), meskipun dapat muncul pelepah daun, cabang-cabang
malai bibit yang muda dan batang. Bercak pada daun yang khas berbentuk oval,
berukuran variatif, bentuk gejala seragam seringkali tersebar di seluruh
permukaan daun. Bercak berwarna coklat, dilingkari dengan warna abu bagian
tengah bercak bulat berwarna putih. Gejala yang masih muda berupa bintik-
bintik coklat atau coklat keabuan. Pada varietas peka bercak akan lebih lebar,
berukuran mencapai 1 cm atau lebih. Seringkali jumlah bercak memenuhi
permukaan daun, yang dapat mengakibatkan daun layu (Defitri, 2013).
Penyakit busuk batang padi yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia
grisea merupakan salah satu masalah dalam produksi padi diseluruh dunia
dengan kehilangan hasil berkisar 50%. Di Indonesia penyakit busuk batang padi
dapat mencapai luas 1.285 juta hektar (Ha) atau sekitar 12% dari total luas areal 8
Universitas Sumatera Utara
pertanaman padi di Indonesia. Cendawan ini dapat menjadi patogen pada
beberapa tanaman penting lainnya, seperti gandum, sorghum dan serealia
lainnya. Penyakit busuk batang pada tanaman padi bersifat kosmofolit, artinya
menyerang tanaman padi diseluruh dunia.Penyakit tanaman ini pun muncul
karena adanya kultivatur yang peka terhadap patogen, dan peka terhadap
pengaruh lingkungan praktek budidaya dapat menyebabkan timbulnya
penyakit, seperti halnya pemupukan dengan dosis yang tinggi kondisi yang
mendukung dapat mempengaruhi perkembangan penyakit tersebut
(Nasution, 2014).
Penanaman secara luas padi varietas unggul tipe pendek beranakan
banyak dan dipupuk dengan dosis tinggi terutama urea, dapat meningkatkan
keparahan penyakit hawar pelepah. Penyakit hawar pelepah menjadi semakin
penting peranannya didalam sistem produksi padi sawah, terutama di ali dari
propagul jamur R. solani berkecambah dan menginfeksi bagian pelepah daun
padi, kemudianberkembang ke arah dalam dan menginfeksi bagian batang padi.
Kerusakan yang terjadi pada ruas batang menyebabkan tanaman padi mudah
rebah serta dapat menghambat aliran air dan nutrisi. Perkembangan lebih lanjut,
infeksi dapat mencapai seluruh bagian daun dan menimbulkan gejala
hawaryang dapat meluas sampai ke daun bendera. Inokulum awal patogen ini
tersedia dengan melimpah disawah, di samping itu teknik budidaya padi yang
diterapkan petani umumnya mengakibatkan lingkungan menjadi cocok untuk
perkembangan patogen. Kondisi seperti ini menyebabkan penyakit berkembang
dengan pesat sehingga menimbulkan kerusakan dan kerugian. Perkembangan
penyakit hawar pelepah pada varietas unggul terlihat semakin meluas dan
meningkat keparahannya (Nuryanto, 2017).
9
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi Hitam
Teknologi pengendalian penyakit tanaman padi berdasar modifikasi
komponen epidemik mendorong penerapan beberapa cara pengendalian yang
bersifat sinergis dan terpadu. Pengendalian penyakit dengan mengelola satu
atau beberapa komponen epidemik sering tidak berhasil karena penyakit masih
punya peluang untuk berkembang melalui komponen epidemik yang lain.
Semakin banyak komponen epidemik yang dikelola sebagai satu kesatuan
sistem pengendalian dan diterapkan secara terpadu makin tinggi tingkat
keberhasilan pengendalian penyakit (Azwir dan Ridwan 2009).
Pengendalian penyakit menggunakan varietas tahan yang
dikombinasikan dengan varietas lain untuk pergiliran varietas dapat menekan
laju perkembangan penyakit dan berdampak terhadap keanekaragaman genetik
tanaman di lapang. Agroekosistem dalam hamparan umumnya ditanami dengan
spesies tanaman tertentu yang mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap
kondisi lingkungan. Pertanaman monokultur tersebut memiliki keragaman
genetik yang rendah, sehingga tanaman relatif mudah mengalami kerusakan
akibat gangguan penyakit). Keragaman genetik yang tinggi dalam satu
hamparan persawahan dapat menghambat laju pergeseran ras, strain, atau
patotipe suatu patogen tanaman. Pola pergiliran varietas di kawasan budi daya
intensif mampu memutus siklus hidup patogen yang hanya mempunyai
kecocokan terhadap salah satu varietas (inang). Pola tanam yang diselingi oleh
penanaman varietas tahan dapat menekan perkembangan patogen
(Pradhan, et al, 2016).
Perkembangan hama dan penyakit tanaman dapat ditekan dengan cara
memodifikasi sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Penambahan bahan organik
berupa jerami sisa panen dapat meningkatkan produktivitas lahan. Alasan
petani membakar jerami di sawah adalah untuk mempermudah penyiapan lahan
dan menekan perkembangan hama dan penyakit, perlu dikoreksi karena 10
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan polusi udara, pengembalian unsur hara, dan keberlanjutan sistem
budi daya padi. Jerami padi mengandung 35% N, 30% P, 85% K, dan 40-50%
S yang dapat diserap tanamanPelapukan bahan organik oleh mikroorganisme
tanah melalui proses mineralisasi menghasilkan hara dalam bentuk ion/kation.
Tanaman dapat memanfaatkan unsur mikro tersebut untuk menciptakan sistem
kekebalan. Pada tanah yang mengandung banyak bahan organik
terdapatmikroorganisme tanah dengan populasi berlimpah, termasuk jamur
Trichoderma sp. sebagai agens pengendali hayati penyakit tanaman.
Mikroorganisme saling berinteraksi dalam relung (nice) yang sama dan
membangun sistem keseimbangan secara alami. Keseimbangan biologi yang
terbentuk berperan menekan populasi patogen tular tanah (soil borne).
Penambahan bahan organik yang telah terdekomposisi ke lahan sawah dapat
menekan perkembangan penyakit, tekstur tanah menjadi gembur,
mengembalikan unsur-unsur hara yang telah terkuras setiap musim,
meningkatkan ketersediaan nutrisi dan pupuk bagi tanaman padi pada musim
berikutnya (Iqbal 2008).
Pengaturan pengairan tanaman padi yang bertujuan untuk menekan
kelembapan dan suhu lingkungan, merupakan salah satu komponen
pengendalian penyakit berdasarkan kesesuaian ekologi. Tanaman padi tumbuh
sehat pada kondisi air dalam kapasitas lapang dan lengas tanah mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimal. Pengairan tanaman dengan cara ini
efisien dalam penggunaan air. Semakin ketatnya persaingan penggunaan air
antara di sektor pertanian dengan industri, pertambangan, rumah tangga, dan
lainnya menekankan perlunya meningkatkan efisiensi penggunaan air pada
lahan sawah (Abdurachman, et al, 2008).
11
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, penerapan pengendalian hama dan penyakit berdasarkan
pendekatan ekologi melalui pengelolaan komponen epidemik dapat menekan
populasi serangga hama atau vektor penyakit dan patogen penyebab penyakit.
Melaporkan, pada lahan sawah dengan pemberian kompos dan pengairan
macakmacak, pertumbuhan tanaman padi lebih baik karena kompos
menyediakan nutrisi yang seimbang untuk pertumbuhan tanaman padi,
sehingga tanaman memiliki sistem pertahanan terhadap serangan hama wereng
cokelat. Penyebaran penyakit kerdil hampa dan kerdilrumput dapat dihambat
dengan menekan populasi wereng cokelat sebagai vektor, dengan menanam
varietas tahan (Inpari-13, Inpari-18, dan Inpari-33) secara serempak dan
didukung oleh teknologi budi daya anjuran. Tanam serempak pada hamparan
sawah seluas 600-1.000 ha dapat mengurangi biaya penggunaan pestisida kimia
hingga 60% untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman dan menekan
kehilangan hasil rata-rata 30% (Baehaki 2009).
Teknologi Pengolahan Beras Hitam
Teknologi pengolahan beras hitam terhadap kandungan antosianin,
terjadi perubahan penurunan kandungan antosianin yang signifikan dalam
pengolahan beras hitam menjadi tepung beras hitam dan nasi hitam . Penurunan
kandungan antosianin mencapai 83,60% terjadi pada pengolahan dengan
pemasakan menjadi nasi hitam, sebaiknya pemasakan beras hitam dilakukan
dengan dibuat menjadi tepung (powder). Pengolahan beras hitam menjadi
tepung hanya mengalami sedikit pemanasan yaitu dengan penyangraian
(Hartati, 2013).
Pengolahan beras hitam juga tidak lupa dengan memanfaatkan bekatul.
Bekatul sebagai hasil samping pengolahan padi, memiliki kandungan gizi yang
baik dan kaya akan komponen bioaktif. Bekatul telah banyak dilaporkan
memiliki manfaat bagi kesehatan, misalnya aktivitas antioksidan, aktivitas 12
Universitas Sumatera Utara
kemopreventif kanker, dan aktivitas hipokolesterolemik. Hanya saja, bekatul
saat ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan
pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih sangat terbatas
(Tuarita, et al, 2017).
Teknik pengolahan nasi yang dapat mempertahankan aktivitas
antioksidan bahan paling baik adalah penanakan menggunakan dandang,
walaupun perbedaan aktivitas yang terukur tidak begitu jauh. Hal ini
disebabkan suhu penanakan pada kedua teknik sama, hanya saja lama
pemanasan pada penanakan menggunakan rice cooker lebih lama dibandingkan
penanakan menggunakan dandang sehingga keru-sakan yang terjadi terhadap
kandungan metabolit sekundernya pun lebih banyak (Dwiyanti, 2013).
Penggilingan padi di Indonesia mencapai lebih dari 110 ribu unit yang
sebagian besar didominasi penggilingan padi kecil (PPK), sementara
penggilingan padi besar (PPB) tidak lebih dari 5%. Kondisi penggilingan
seperti itu menghasilkan beras dengan rendemen dan mutu rendah.
Penggilingan padi umumnya mengolah gabah menjadi beras sosoh atau beras
putih, di mana dalam proses penggilingan tersebut kandungan gizi yang
terdapat pada lapisan bekatul terbuang atau terpisahkan pada saat proses
penyosohan. Beberapa kandungan gizi yang sebagian terpisahkan tersebut
antara lain protein, lemak, kadar abu, serat, vitamin, dan kandungan gizi mikro
lainnya. Akibat banyaknya komponen gizi yang terbuang, maka persentase
karbohidrat yang terkandung di dalam beras sosoh menjadi lebih tinggi. Pada
beberapa jenis beras, dengan meningkatnya persentase karbohidrat tersebut
menyebabkan nilai indeks glikemik (IG) beras tersebut menjadi tinggi
(Hasbullah, 2016).
13
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan Beras Hitam Tepat Guna
Pengolahan tepung beras hitam merupakan usaha pen gecilan ukuran
partikel beras. Proses ini dilakukan dengan dua cara yaitu secara kering dan
basah. Pengolahan tepung yang dilakukan secara basah, hasil tepungnya harus
dikeringkan kembali agar tepung beras memiliki daya simpan yang lama.
Pengolahan tepung beras hitam merupakan usaha pen gecilan ukuran partikel
beras. Proses ini dilakukan dengan dua cara yaitu secara kering dan basah.
Pengolahan tepung yang dilakukan secara basah, hasil tepungnya harus
dikeringkan kembali agar tepung beras memiliki daya simpan yang lama
(Khatir, 2011).
Salah satu bahan pangan yang mengandung antioksidan alami adalah
beras hitam karena mengandung komponen kimia yang berperan sebagai
antioksidan yaitu senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa –
senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada hasil pangan
nabati, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan
yang banyak ditemukan pada bahan pangan antara lain vitamin E, vitamin C.
Salah satu bahan pangan yang mengandung antioksidan alami adalah beras
hitam karena mengandung komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan
yaitu senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa – senyawa golongan
tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada hasil pangan nabati, dan
memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas (Kumalaningsih, 2007).
Pengemasan merupakan cara yang paling mudah dalam
mempertahankan mutu produk. Pengemasan dapat menghambat uap air,
cahaya, dan udara lingkungan yang terserap oleh produk. Kemasan juga dapat
mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi ba han yang ada
didalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan
dan getaran. Banyak sekali jenis - jenis kemasan plastik yang diketahui.
14
Universitas Sumatera Utara
Kemasan plastik terdiri dari kemasan plastik tunggal seperti polipropi len (PP)
dan dan Alufo dengan masing - masing mempunyai ketebalan 0,5 mm
( Fajrin,2000).
Penentuan umur simpan didasarkan pada faktor -faktor mempengaruhi
umur simpan produk pangan. Faktor - faktor tersebut misalnya adalah keadaan
alamiah (sifat makanan), mekanisme berlangsunganya perubahan (misalnya
kepekaan terhadap air dan oksigen ), serta kemungkinan terjadinya perubahan
kimia (internal dan eksternal). Faktor lain adalah ukuran kemasan (volume),
kondisi atmosfer (terutama suhu dan kelembaban), serta daya tahan kemasan
selama transit dan sebelum digunakan terhadap keluar masuknya air, gas, dan
bau (Hartati, 2013).
Tepung beras yang bersifat kering dapat menghasilkan air jika suhu naik
selama pengepakan, akibatnya kelembaban nisbi pada permukaan akan
berubah. Uap air ini dapat berkondensasi pada permukaan bahan pangan terut
ama jika suhu penyimpanan turun. Hal ini dapat membantu pertumbuhan
menambahkan bahwa produk kering dapat menangkap air dari lingkungan
disekitar penyimpanan jika kelembaban relatif udara lingkungan lebih tinggi
dibandingkan kelembaban produk (Purnomo, 2003)
15
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Strategi Dan Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Litbang Pert. 27(2): 43−49.
Azwir & Ridwan. 2009. Peningkatan produktivitas padi sawah dengan
perbaikan teknologi budidaya. Jurnal Akta Agrosia 12(2): 212−218. Adhi, R K. 2017. Pertumbuhan Padi Hitam Varietas Wojalaka Yang
Dibudidayakan Dengan Sistem Tanam Banjar. Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, Kalimantan Selatan . Al Ulum Sains dan Teknologi 3 (1): 22-27.
Baehaki, S.E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam
Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices). Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1): 65−78.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015. Penyakit Blas Pada Tanaman Padi
Dan Cara Pengendaliannya. Diakses melalui http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id pada tanggal 7 September 2018 pukul 11.03 Wib.
Cristianti, D,L. 2013. Pertumbuhan Padi Hitam dan Serangan Beberapa
Herbivor di Sawah Padi Organik Kecamatan Kepanjen. Universitas Brawijaya, Malang.
Defitri, Y. 2013. Identifikasi Jamur Patogen Penyebab Penyakit Pada Tanaman
Padi (Oryza sativa L.) di Lubuk Ruso Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Jambi. Universitas Batanghari, Jambi.
Dwiyanti, G. 2013. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Beras Merah dan Beras
Hitam Komersial Serta Produk Olahannya. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
Fajrin, A., 2007. Karakteristik Fisik, Kimia dan Sifat Organoleptik Tepung
Beras Merah Berdasarkan Variasi Lama Pengeringan. Jurnal Pangan dan Gizi 1: 25-29.
Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Ladang (Oryza sativa L.).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 60 hal. 16
Universitas Sumatera Utara
Hadi, et al. 2015. Populasi Penggerek Batang Padi pada Ekosistem Sawah Organik dan Sawah Anorganik. Undip. Semarang
Hasbullah, R. 2016. Teknologi Pengolahan dan Pengembangan Usaha Beras
Pratanak. Institut Pertanian Bogor, Bogor Hashifah, et al. 2016. Pengendalian Hama Wereng Cokelat
(Nilaparvata lugens) Yang Menyerang Tanaman Padi (Oryza sativa) dengan Minyak Serai Wangi dan Minyak Daun Cengkeh. Universitas Pakuan, Bogor.
Hartati, S. 2013. Pengaruh Pengolahan terhadap Kandungan Poliphenol dan
Antosianin Beras Wulung yang Berpotensi sebagai Makanan Diet Penderita Diabetes Mellitus. Universitas Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo
Irsan, et al. 2014. Pengendalian Tikus dan Walang Sangit di Padi Organik
Sawah Lebak. Universitas Sriwijaya, Palembang. Iqbal, Achmad. 2008. Potensi kompos dan pupuk kandang untuk produksi padi
organik di tanah inceptisol. Jurnal Akta Agrosia 11(1): 13−18 Khatir, R. 2011. Karakteristik Pengeringan Tepung Beras Menggunakan Alat
Pengering Tipe Rak. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi Edukasi 3(2) :23-29.
Kristamtini, Taryono, Panjisakti B., dan Rudi. 2014. Keragaman Genetik Kultivar Padi Beras Hitam Lokal Berdasarkan Penanda Mikrosatelit. Jurnal Agrobiogen Vol 10 (2)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta,Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kumalaningsih. 2007. Antioksidan dan Penangkal Radikal Bebas. Penerbit Trubus Agrisarana, Jakarta.
Kuswanto. 2007. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta.
Manueke, J. 2016. Pengendalian Hama Keong Emas
(Pomacea canaliculata Lamarck.) Pada Tanaman Padi Sawah Dengan Menggunakan Ekstrak Buah Bitung (Barringtonia asiatica L.). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu.
17
Universitas Sumatera Utara
Muhibuddin. 2012. Mengenal Berbagai macam Penyakit padi. Diakses melalui, http://antonmhb.lecture.ub.ac.id pada tanggal 7 September 2018 pukul 11.03 Wib.
Nuryanto, B. 2018. Pengendalian Penyakit Tanaman Padi Berwawasan
Lingkungan Melalui Pengelolaan Komponen Epidemik. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 3 (7). Subang: Jawa Barat.
Pradhan, S. K., D.K. Nayak, E. Pandit, L. Behera, A. Anandan, A.K.
Mukherjee, S. Lenka, and D.P. Barik. 2016. Incorporation of bacterial blight resistance genes into lowland rice cultivar through marker-assisted backcross breeding. Phytopathology 106: 710−718.
Purnomo. 2003. Pengantar Teknik Industri. Graha Ilmu, Yogyakarta Semangun, H., 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. UGM
Press, Yogyakarta. Suhartatik. 2008. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Diakses melalui
http://www.google.com/url.litbang.deptan.go.id%spesial%padi2009. Pada tanggal 8 September 2018.
Tuarita, Z,M. 2017. Pengembangan Bekatul sebagai Pangan Fungsional:
Peluang, Hambatan, dan Tantangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Warris. 2012. Morfologi-padi. Pegawai Pertanian K/U Bagian PTIF Jabatan Pertanian Titi Gantong, Perak.
18
Universitas Sumatera Utara
Top Related