Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan
39Vol. 13, No.1, Februari 2014
PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT GASTROKNEMIUS DANSOLEUS PADA TIKUS BERUSIA 1 HARI, 3 BULAN, DAN 12 BULAN
CHANGES IN NUMBER AND DIAMETER OF MUSCLE FIBER OFGASTROCNEMIUS AND SOLEUS IN RATS AGED 1 DAY, 3 MONTHS,
AND 12 MONTHS
Veronika Maria Sidharta
ARTIKEL PENELITIAN
ABSTRACT
Background: Skeletal muscle is a dynamic tissue. Its development and re-generation processes are influenced by various growth factors. There are manyopinions on how the number and diameter of muscle fiber changes duringdevelopmental period. The total number of skeletal muscle fibers has tradi-tionally considered unchanged.
Objectives: The purpose of this study was to determine whether there is anincrease in the number and diameter of skeletal muscle fiber in the rats of 3different age groups. It is assumed that with age increase, there will be incre-ment of the number and diameter of skeletal muscle.
Methods: This is a cross-sectional study. Subjects are male Sprague-Dawleyrats, divided into 3 age groups: 1-4 days (A), 3-4 months (B), and 12-16 months(C). Gastrocnemius and soleus muscle was chosen as each represent differenttypes of skeletal muscle. Slides were made and stained with hematoxylin-eosin. Microphotographs were analysed using Digimizer Image Analyzer.
Results: Mean number of muscle fiber from gastrocnemius muscle are3127±68, 10766±380, and 11867±387, from soleus muscle are 307±15,2866±281, and 2936±162 for the group A, B, and C, respectively. Mean dia-meter of muscle fiber from gastrocnemius muscle are (5.64±0.12) µm,(22.14±1.31) µm, and (38.61±1.16) µm, from soleus muscle were (5.42±0.9)µm, (21.11±1.21) µm, and (27.67±0.89) µm for the group A, B, and C, respec-tively.
Conclusion: The number and diameter of skeletal muscle fiber is increaseaccording to age.
Key Words: fiber diameter, fiber number, skeletal muscle development
ABSTRAK
Latar belakang: Otot rangka adalah jaringan yang dinamis. Prosesperkembangan dan regenerasinya dipengaruhi oleh berbagai faktorpertumbuhan. Banyak pendapat yang dikemukakan mengenai perubahanjumlah dan diameter serat otot selama masa perkembangan. Pada awalnyajumlah serat otot rangka dianggap tidak mengalami perubahan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan memastikan adanya peningkatan jumlah dan
diameter serat otot rangka pada 3 kelompok usia tikus. Dihipotesiskan bahwa
Damianus Journal of Medicine;Vol.13 No.1 Februari 2014: hlm. 39–49
Departemen Histologi, FakultasKedokteran Unika Atma Jaya, Jl. PluitRaya No. 2, Jakarta Utara 14440
Korespondensi:
Veronika Maria Sidharta, DepartemenHistologi, Fakultas Kedokteran UnikaAtma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2,Jakarta Utara 14440. E-mail:[email protected]
40 Vol. 13, No.1, Februari 2014
DAMIANUS Journal of Medicine
seiring bertambahnya usia akan terjadi peningkatan jumlah dan diameter
otot rangka.
Metode: Desain penelitian ini adalah perbandingan potong lintang. Subjek
adalah tikus Sprague-Dawley jantan usia 1-4 hari (A), 3-4 bulan (B), dan 12-
16 bulan (C). Serat otot gastroknemius dan soleus dipilih karena mewakili
jenis serat otot rangka yang berbeda. Sediaan diwarnai dengan pewarnaan
hematoksilin-eosin. Fotomikro dianalisis dengan menggunakan Digimizer
Image Analyzer.
Hasil: Secara berurutan dari kelompok A, B, dan C, rerata jumlah serat otot
gastroknemius adalah 3127±68, 10766±380, dan 11867±387, sedangkan
rerata jumlah serat otot soleus adalah 307±15, 2866±281, dan 2936±162.
Kemudian secara berurutan pula dari kelompok A, B, dan C, rerata diameter
serat otot gastroknemius adalah (5,64±0,12) µm, (22,14±1,31) µm, dan
(38,61±1,16) µm, sedangkan rerata diameter serat otot soleus adalah
(5,42±0,9) µm, (21,11±1,21) µm, dan (27,67±0,89) µm.
Kesimpulan: Jumlah dan diameter serat otot rangka mengalami peningkatan
seiring pertambahan usia.
Kata Kunci: diameter serat, jumlah serat, perkembangan otot rangka
PENDAHULUAN
Pada pertumbuhan pascalahir, serat otot
bertambah panjang dan tebal, hingga mencapai
diameter 10-70 µm, tergantung jenis otot dan
spesiesnya. Serat-serat otot dari otot yang
samapun bisa bervariasi tebalnya. Pada masa
dewasa, serat otot dapat mengalami peningkatan
diameter lebih lanjut sebagai respons terhadap
aktivitas otot yang terus-menerus, disebut
hipertrofi akibat penggunaan (hypertrophy of
use).1
Hipertrofi otot bisa terjadi pada miofibril atau
sarkoplasma. Hipertrofi miofibrilar disebabkan
tegangan otot tingkat tinggi, sedangkan hipertrofi
sarkoplasmik disebabkan kelelahan glikolitik
tingkat tinggi. Olah raga beserta kerusakan dan
deplesi yang disebabkannya akan meningkatkan
berbagai hormon, seperti somatotropin (growth
hormone, GH), somatomedin (terutama insulin-
like growth factor-1, IGF-1), testosteron, dan in-
sulin. Hormon-hormon ini akan meningkatkan
sintesis protein anabolik dan penyerapan protein
oleh serat otot. Sebaliknya serat otot juga bisa
menjadi lebih tipis bila tidak digunakan dalam
waktu cukup lama, misalnya akibat imobilisasi
dengan plaster of Paris (gips) karena tulang
patah, disebut atropi akibat tidak digunakan (atro-
phy of disuse).
Selain hipertrofi, juga terjadi hiperplasia, yaitu per-
tambahan jumlah serat otot.2,3 Ada dua meka-
nisme terjadinya hiperplasia otot. Pertama adalah
pembelahan serat otot melalui pembelahan longi-
tudinal serat otot.2,4,5 Kedua adalah pembentukan
serat baru yang dihasilkan oleh sel satelit.2,6-12
Hiperplasia disebabkan oleh tegangan otot yang
sangat tinggi disebabkan kontraksi dan
peregangan.
Berkat adanya sel satelit ini pula, bila terjadi ke-
rusakan serat otot, rangka dapat memperbaiki
diri, sehingga tidak terjadi pengurangan massa
Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan
41Vol. 13, No.1, Februari 2014
otot. Kerusakan serat otot dapat terjadi akibat
penggunaan sehari-hari (wear and tear). Proses
pertumbuhan otot dan rangsangan pada otot,
misalnya olah raga atau terjadinya kerusakan,
dapat mengaktifkan sel satelit yang kemudian
akan mengalami serangkaian respons selular
yang kesinambungan. Sel satelit berproliferasi
dan berdiferensiasi menjadi mioblas lalu miosit,
berfusi satu sama lain atau dengan serat otot
yang lama. Proses ini sama dengan yang terjadi
pada masa embrional.6,11 Dengan demikian,
terbentuklah serat otot rangka yang baru untuk
menggantikan yang rusak. (Gambar 1)
Proses penuaan akan menyebabkan penurunan
fungsi dan massa otot rangka (atropi). Otot tetap
harus digunakan dan pasti akan mengalami
kerusakan yang memerlukan perbaikan. Sel
punca, dalam hal ini sel satelit, berperan untuk
mempertahankan jumlah dan fungsi serat otot,
serta memperbaiki kerusakan. Namun seiring
bertambahnya usia, kemampuan otot rangka
yang rusak untuk memperbaiki diri akan menurun.
Pada model aves dan mamalia, sel satelit secara
dinamis berperan dalam perbaikan otot rangka
sepanjang masa dewasa, kemudian aktivitasnya
mulai menurun pada proses penuaan. Proses
penuaan akan meningkatkan kerentanan sel
satelit terhadap apoptosis, sehingga akan terjadi
penurunan jumlah sel satelit. Akibatnya terjadi pe-
nurunan respons regenerasi bila terjadi kerusak-
an. Perubahan ini diduga disebabkan oleh per-
ubahan pada lingkungan mikro (niche) yang akhir-
nya menghambat regulasi sel satelit. Proses
penuaan juga memengaruhi komposisi matriks
ekstraselular di sekitar otot, termasuk berbagai
molekul dan faktor-faktor pertumbuhan yang
disekresinya, yang berpengaruh pada proses
regenerasi otot rangka.8-12
Berkaitan dengan proses penuaan otot rangka,
terdapat berbagai pendapat mengenai perbedaan
jumlah dan diameter otot rangka antar usia. Ada
yang berpendapat bahwa jumlah serat otot
rangka akan berkurang seiring bertambahnya
usia dari lahir sampai tua. Pendapat lain me-
Gambar 1. Reaksi seluler pada pembentukan otot rangka embrionalyang terulang pada proses regenerasi otot rangka11
42 Vol. 13, No.1, Februari 2014
DAMIANUS Journal of Medicine
nyatakan bahwa penurunan jumlah serat baru
terjadi sejak usia 60 tahun. Penelitian-penelitian
pada berbagai mamalia lainnya (tikus, anjing,
babi, dan sapi) menunjukkan adanya penurunan
jumlah serat otot rangka dari usia muda ke de-
wasa. Di lain pihak ada juga yang justru tidak me-
nemukan perubahan jumlah serat otot mencit
usia satu hari sampai enam bulan. Penelitian pa-
da perkembangan otot pterigoideus tikus ber-
bagai usia menunjukkan bahwa jumlah serat otot
pada tikus jantan bertambah dua kali lipat antara
sejak lahir dan enam minggu kemudian. Pening-
katan ini kemudian diikuti oleh penurunan sampai
lebih dari 10% antara usia enam minggu sampai
tahap dewasa. Jumlah serat pterigoideus lateral
meningkat sekitar 45% antara sejak lahir hingga
dewasa.13 Penelitian perkembangan pada 12
ekor tikus dari usia remaja (25 hari) sampai
dewasa (365 hari) menunjukkan bahwa tidak
terjadi perubahan, dalam hal ini penurunan jumlah
serat dari usia remaja sampai dewasa.14
Beberapa penelitian menemukan bahwa pada
proses penuaan akan terjadi atropi otot rangka,
terutama tipe II. Tetapi beberapa penelitian yang
lain justru tidak menemukan adanya perbedaan
diameter.9-12
METODE
Hewan Coba
Subjek penelitian adalah 27 ekor tikus putih jantan
galur Sprague-Dawley, dibagi dalam tiga kelom-
pok usia, yaitu neonatus (kelompok A, usia 1-4
hari), remaja (kelompok B, usia 3-4 bulan), dan
dewasa (kelompok C, usia 12-16 bulan).15 Sub-
jek penelitian diperoleh dari Laboratorium Hewan
Coba Puslitbang Biomedis dan Farmasi Depkes
RI. Kaji etik dikeluarkan oleh Litbangkes Depkes
RI. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Uni-
versitas Indonesia.
Jenis kelamin ditentukan sama, yaitu jantan, untuk
menyamakan kondisi hormonal subjek penelitian,
karena hormon (estrogen/testosteron) merupa-
kan salah satu faktor yang memengaruhi per-
kembangan otot. Penentuan usia neonatus untuk
melihat kondisi pada saat laju pertumbuhan dan
perkembangan sangat pesat, serta pada saat ini
regenerasi diketahui berlangsung sangat baik.
Usia remaja dipilih 3-4 bulan karena sudah masuk
masa puber, sehingga sudah ada pengaruh hor-
mon tapi tidak terlalu jauh dengan usia neonatus
dan usia dewasa, dibandingkan dengan usia ma-
nusia kira-kira 15 tahun, perkembangan masih
cukup pesat, kapasitas regenerasi masih baik.
Usia dewasa dipilih dengan membandingkan
dengan usia manusia kira-kira 30 tahun, yaitu
sudah mencapai masa akhir perkembangan,
semua organ bisa dikatakan sudah matur, juga
kapasitas regenerasi sudah menurun.15,16 (Tabel
1 dan 2)
Permasalahan yang timbul adalah ketika harus
mengambil otot gastroknemius dan otot soleus
dari tungkai belakang tikus neonatus karena
masih sangat halus sehingga sulit dibedakan.
Oleh karena itu, keseluruhan tungkai belakang
diambil dan diproses sampai menjadi blok parafin
dengan mengatur posisi tungkai sedemikan rupa,
sehingga diperkirakan akan mendapatkan
potongan melintang terbaik yang mengenai kedua
otot yang diinginkan. Setelah dilakukan
Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan
43Vol. 13, No.1, Februari 2014
pewarnaan, identifikasi kedua otot dilakukan
berdasarkan posisinya terhadap kulit, tulang tibia,
dan fibula, serta orientasi dengan otot-otot
lainnya.17 (Gambar 2)
Metode Penghitungan
Pada tahap pertama, diambil tiga buah sediaan
otot terbaik dari tiap subjek (otot gastroknemius
dan otot soleus), yaitu bagian median panjang
otot, paramedian kiri, dan paramedian kanan.
Pada subjek remaja dan dewasa, sebelumnya
sediaan dipindai dengan pemindai Canoscan
N640P, kemudian hasil disimpan dalam format
JPEG. Pada sediaan otot neonatus, fotomikro otot
gastroknemius dan otot soleus langsung dilaku-
kan tanpa pemindaian, setelah sebelumnya diten-
tukan terlebih dahulu posisi kedua otot tersebut.
Dari masing-masing sediaan diambil 5 lapangan
pandang besar (10x40) yang dipilih secara acak,
lalu dibuat fotomikro dengan kamera digital Kodak
EasyShare V1003 dalam format JPEG. Mikro-
meter okuler sudah terpasang di lensa okuler, se-
hingga pada foto akan terlihat dan bisa dijadikan
panduan pengukuran. Setelah itu, dengan piranti
lunak Digimizer Image Analyzer (versi 3.6.1.0,
Belgium) dilakukan penilaian.
Usia tikus (bulan) Usia tikus (tahun) Usia tikus dibandingkan dengan usia manusia
1,5 bulan (pubertas) 0,125 tahun 12,5 tahun (pubertas)6 bulan (kematangan sosial) 0,5 tahun 18 tahun (kematangan sosial)12 bulan 1 tahun 30 tahun18 bulan 1,5 tahun 45 tahun24 bulan 2 tahun 60 tahun30 bulan 2,5 tahun 75 tahun36 bulan 3 tahun 90 tahun42 bulan 3,5 tahun 105 tahun45 bulan 3,75 tahun 113 tahun48 bulan 4 tahun 120 tahun
Tabel 2. Perbandingan Usia Tikus dengan Usia Manusia15,16
Periode Usia tikus Usia manusia
Sepanjang hidup 13,2 hari = 1 tahunMasa penyapihan 42,4 hariMasa prepubertas 3,3 hariMasa remaja 10,5 hariDewasa 11,8 hariMenua 17,1 hariRerata 16,4 hari
Tabel 1. Perbandingan usia manusia dengan usia tikus pada berbagai tahapan kehidupan16
44 Vol. 13, No.1, Februari 2014
DAMIANUS Journal of Medicine
Hasil pemindaian sediaan otot tikus remaja dan
dewasa dianalisis luas masing-masing penam-
pang ototnya (satuan mm2). Fotomikro (neona-
tal, remaja, dan dewasa) dianalisis dengan
Digimizer Image Analyzer, ditentukan area peng-
hitungan dengan panduan mikrometer, lalu
dihitung seluruh jumlah serat yang ada dalam area
tersebut dengan sistem tagging. Dihitung rerata-
nya dari kelima lapangan pandang. Penghitungan
jumlah serat otot dilakukan dengan membagi lu-
as penampang otot dengan luas area pemandu,
dikali jumlah rerata serat. Hasil berupa data
numerik.
Diukur diameter terpendek dari lima buah serat
otot rangka, dengan panduan mikrometer. Serat
otot dipilih secara acak dari tiap sediaan, posisi
kiri atas, kanan atas, tengah, kiri bawah, kanan
bawah. Hasil pengukuran diambil nilai reratanya.
Hasil berupa data numerik.
HASIL
Gambaran Histologi Otot Rangka Ketiga
Kelompok Usia
Gambaran histologi otot gastroknemius dan so-
leus tikus neonatus memperlihatkan sel-serat
otot yang berukuran kecil, inti terletak di tepi, rasio
inti dan sitoplasma lebih kecil dibandingkan serat
otot remaja dan dewasa. Masih bisa dijumpai sel
mesenkim. (Gambar 3)
Perbedaan Jumlah Serat Otot Rangka
Ketiga Kelompok Usia
Jumlah serat otot rangka yang dihitung dalam tiap
sediaan paling sedikit di kelompok A (gastro-
knemius = 3127±68; soleus = 307±15), jumlah-
nya meningkat di kelompok B (gastroknemius =
10766±380; soleus = 2866±281) dan kelompok
C (gastroknemius = 11867±387; soleus =
2936±162). (Gambar 4)
Gambar 2. Skema anatomis tungkai belakang tikus17
Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan
45Vol. 13, No.1, Februari 2014
Perbedaan Diameter Serat Otot Rangka
antara Ketiga Kelompok Usia
Diameter serat otot rangka di kelompok A me-
rupakan yang terkecil (gastroknemius =
5,64µm±0,12; soleus = 5,42µm±0,9), bertambah
besar di kelompok B (gastroknemius =
22,14µm±1,31; soleus= 21,11µm±1,21) dan ter-
besar di kelompok C (gastroknemius =
38,61µm±1,16; soleus = 27,67µm±0,89).
(Gambar 5)
PEMBAHASAN
Gambaran histologi otot tikus remaja serupa
dengan gambaran otot rangka tikus dewasa. Pa-
da kedua kelompok umur tersebut jelas terlihat
peningkatan ukuran serat otot rangka, terutama
dibandingkan dengan tikus neonatus. Inti terletak
di tepi, rasio inti dan sitoplasma lebih besar diban-
dingkan serat otot tikus neonatus. Perbedaan an-
tara otot tikus remaja dengan tikus dewasa
adalah pada jumlah dan diameter sel per lapang-
an pandang. Ruang antar serat otot rangka pada
seluruh gambaran histologi tidak memperlihatkan
adanya matriks ekstrasel yang masih utuh. Inti
sel fibroblas dan sel darah dapat terlihat di ruang
ekstrasel, namun tidak terlihat substansi dasar
dan serat-serat sebagai komponen matriks
ekstrasel. Penyebabnya adalah hilangnya
komponen matriks ekstrasel pada saat proses
pembuatan sediaan.
Uji normalitas data (One-Sample Kolmogorov-
Smirnov) menunjukkan data jumlah serat otot
gastroknemius dan otot soleus pada ketiga
kelompok usia terdistribusi normal. Tetapi uji
homogenitas data menunjukkan bahwa data pada
ketiga kelompok usia tidak homogen. Uji statistik
yang dipilih untuk menilai perbedaan jumlah serat
otot gastroknemius dan otot soleus pada ketiga
kelompok usia tersebut bermakna atau tidak
adalah One-Way Anova. Analisis perbandingan
dengan uji Least Significant Difference (LSD)
menunjukkan perbedaan antar kelompok usia
satu dengan yang lain. Semuanya menunjukkan
perbedaan yang bermakna, kecuali pada jumlah
Gambar 3. Perbandingan gambaran histologis potongan melintang otot rangka tikus Sprague-Dawley padaketiga kelompok usia (perbesaran 400x)
Kelompok A Kelompok B Kelompok C
46 Vol. 13, No.1, Februari 2014
DAMIANUS Journal of Medicine
serat otot soleus kelompok usia remaja dan
dewasa. Jumlah serat otot gastroknemius antar
kelompok usia berbeda bermakna. Tetapi jumlah
serat otot soleus antara kelompok remaja dan
dewasa tidak menunjukkan perbedaan
bermakna. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah
serat otot soleus tidak mengalami peningkatan
jumlah yang berarti dari usia remaja sampai
dewasa. Penambahan massa otot bukan
terutama karena hiperplasi otot.
Gambar 4. Perbandingan jumlah serat otot gastroknemius dan soleus ketiga kelompok usia
Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan
47Vol. 13, No.1, Februari 2014
Uji normalitas dan homogenitas data diameter
serat otot gastroknemius dan otot soleus ketiga
kelompok usia menunjukkan distribusi normal dan
homogen. Hasil Uji Anova adalah perbedaan dia-
meter serat otot gastroknemius dan otot soleus
antar kelompok sangat bermakna. Analisis
perbandingan (multiple comparison) dengan LSD
menunjukkan perbedaan bermakna antar
kelompok usia satu dengan yang lain. Semuanya
menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Gambar 5. Perbandingan diameter serat otot gastroknemius dan soleus ketiga kelompok usia
48 Vol. 13, No.1, Februari 2014
DAMIANUS Journal of Medicine
Perubahan diameter serat otot rangka meng-
gambarkan proses hipertrofi serat otot rangka.
Serat otot rangka tikus masih imatur. Serat otot
rangka remaja berada pada masa pertumbuhan
dan perkembangan sehingga diameter seratnya
lebih besar dari serat otot rangka neonatus, tetapi
lebih kecil dari serat otot tikus dewasa. Serat otot
rangka tikus dewasa sudah mengalami maturasi
lengkap, sehingga diameternya paling besar di
antara ketiga kelompok usia.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat
disimpulkan bahwa seiring bertambahnya usia
otot rangka, maka (1) jumlah serat otot rangka
akan mengalami peningkatan, dari yang paling
sedikit pada kelompok usia neonatus sampai
paling banyak pada kelompok usia dewasa dan
(2) diameter serat otot rangka akan mengalami
peningkatan diameter, dari yang paling kecil pada
kelompok usia neonatus sampai paling besar
pada kelompok usia dewasa.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
segenap staf Departemen Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, khususnya
staf laboran, atas bantuannya selama proses
penelitian berlangsung dari awal sampai akhir.
Ucapan terima kasih juga diberikan ke pihak Uni-
versitas Katolik Indonesia Atma Jaya atas bantuan
dana penelitian, sehingga penelitian ini dapat
terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fawcett DW. Bloom and Fawcett: A Textbook
of Histology. 12th ed. New York: Chapmanand Hall; 1994.
2. Tamaki T, Akatsuka A, Yoshimura S, Roy RR,Edgerton VR. New fiber formation in the in-terstitial spaces of rat skeletal muscle dur-ing postnatal growth. J Histochem Cytochem.2002; 50(8):1097-111.
3. Lewis SEM, Kelly FJ, Goldspink DF. Pre- andpost-natal growth and protein turnover insmooth muscle, heart and slow- and fast-twitch skeletal muscles of the rat. BiochemJ. 1984; 217:517-26.
4. Goldspink G, Ward PS. Changes in rodentmuscle fibre types during post-natal growth,undernutrition and exercise. J Physiol.1979;296;453-69
5. Ho KW, Roy RR, Tweedle CD, HeusnerWW, Van Huss WD, Carrow RE. Skeletalmuscle fiber splitting with weight-lifting exer-cise in rats. Am J Anat. 1980; 157(4):433-40.
6. Le Grand F, Rudnicki MA. Skeletal musclesatellite cells and adult myogenesis. CurrOpin Cell Biol. 2007;19(6):628-33.
7. Hurme T, Kalimo H. Adhesion in skeletalmuscle during regeneration. Muscle Nerve.1992;15(4):482-9.
8. Williams GN, Higgins MJ, Lewek MD. Agingskeletal muscle: physiologic changes and theeffects of training. Phys Ther. 2002; 82:62-8.
9. Nicks DK, Beneke WM, Key RM, Timson BF.Muscle fibre size and number following im-mobilization atrophy. J Anat. 1989; 163:1-5.
10. Siu PM, Pistilli EE, Always SE. Apoptotic re-sponses to hindlimb suspension in gastroc-nemius muscles from young adult and agedrats. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol.2005; 289:1015-26.
Perubahan jumlah dan diameter serat otot gastroknemius dan soleuspada tikus berusia 1 hari , 3 bulan, dan 12 bulan
49Vol. 13, No.1, Februari 2014
11. Chargé SBP, Rudnicki MA. Cellular and mo-
lecular regulation of muscle regeneration.
Physiol Rev. 2004; 84:209-38.
12. Grounds MD, White JD, Rosenthal N,
Bogoyevitch MA. The role of stem cells in
skeletal and cardiac muscle repair. J
Histochem Cytochem. 2002; 50(5): 589-610.
13. Rayne J, Crawford GNC. Increase in fibre
numbers of the rat pterygoid muscles dur-
ing postnatal growth. J Anat. 1975;
119(2):347-57
14. Timson BF, Dudenhoeffer GA. Skeletal
muscle fibre number in the rat from youth toadulthood. J Anat. 1990; 173:33-6
15. Hanson A. How old is a rat in human years?[document on the Internet]. 2012 [cited 2014Apr 28]. Available from: http://www.ratbehavior.org/RatYears.htm.
16. Sengupta P. The laboratory rat: relating itsage with human's. Int J Prev Med. 2013 June;4(6): 624-30
17. Wang LC, Kernell D. Quantification of fibretype regionalisation: an analysis of lowerhindlimb muscles in the rat. J Anat. 2001;198:295-308