METODE SNI 1732-1989 F
Dibuat oleh
YAULA STELLAMARIS
NIM H2A211015
ANALISA TEBALPERKERASAN
LENTUR
PENDAHULUAN Perkerasan lentur adalah perkerasan dari
agregat yang biasanya diikat dengan bahan pengikat aspal
Fungsi Lapis perkerasan jalan :menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan
Perlu perencanaan ketebalan, sehingga jalan berfungsi sesuai masa layan yang ditentukan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI PELAYANAN
Fungsi jalan Kinerja perkerasan Umur rencana Lalu lintas Tanah dasar Kondisi lingkungan Sifat material Bentuk geometrik lapis perkerasan
SUSUNAN LAPIS PERKERASAN Umumnya meliputi : Lapis permukaan (surface course) Lapis pondasi (base course) Lapis pondasi bawah (sub base course)
Lapis permukaanLapis pondasi
Lapis pondasi bawah
D1
D2
D3
Subgrade
TYPICAL PAVEMENT STRUCTURE
TYPICAL PAVEMENT STRUCTURE
HIRARKI JALANHirarki jalan menurut UU no 13/1980 dam
PP no 26/1985, jalan terbagi atas :
Jaringan jalan primer : sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota
Jaringan jalan sekunder : sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota
FUNGSI JALANJalan arteri
( melayani angkutan utama)
Jalan kolektor ( melayani angkutan pengumpulan / pembagian )
Jalan lokal ( melayani angkutan setempat )
SISTEM JARINGAN JALANSistem jaringan primer : Jalan arteri primer Jalan kolektor primer Jalan lokal primer
Sistem jaringan sekunder : Jalan arteri sekunder Jalan kolektor sekunder Jalan lokal sekunder
Hirarki jalan berpengaruh pada tebal perkerasan sehubungan dengan kondisi permukaan jalan
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTURa. Umur rencana
adalah jumlah dari tahun mulai saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai saat diperlukannya suatu perbaikan yang bersifat struktural (sampai dengan diperlukannya lapis overlay pada jalan tersebut)
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTURb. Angka pertumbuhan lalu lintas
Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari jumlah dan beban lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut
Volume lalu lintas rencana, yaitu volume lalu lintas yang diperkirakan akan melewati jalan tersebut selama umur rencananya, dapat dihitung berdasarkan data-data tersebut dan dengan mempertimbangkan faktor daya rusak kendaraan (vehicle damage factor) dan pertumbuhan lalu lintas
Jumlah lalu lintas akan bertambah baik pada keseluruhan usia rencana atau pada sebagian masa itu
Angka pertumbuhan ditentukan dari hasil survey
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
c. Lalu lintas
Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan (C)
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya, yang menampung lalu lintas terbesar
Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan
JUMLAH JALUR BERDASARKAN LEBAR PERKERASAN
L < 5,50 15,50 < L < 8,25 28,25 < L < 11,25 3
11,25 < L < 15,00 415,00 < L < 18,75 518,75 < L < 22,00 6
Lebar Perkerasan (m) Jumlah Jalur (n)
Sumber : SNI 1732-1989-F
KOEFISIEN C
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 1,000 1,0002 0,600 0,500 0,700 0,5003 0,400 0,400 0,500 0,4754 0,300 0,4505 0,250 0,4256 0,200 0,400
Kendaraan Ringan (<5 ton) Kendaraan Berat (>5 ton)Jumlah Jalur
Sumber : SNI 1732-1989-F
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
d. Angka Ekivalen (E) beban sumbu kendaraan
4
16.8086.0
P
x
4
16.8
P
Etunggal = Etandem =
P = beban satu sumbu tunggal / ganda dalam kilogram
Beban Sumbu Angka Ekivalen
Kg Lb Sumbu Tunggal Sumbu Ganda100020003000400050006000700080008160900010000110001200013000140001500016000
220544096614881811023132281543217637180001984122046242512645528660308643306935276
0,00020,00360,01830,05770,14100,29330,54150,93281,00001,47982,25553,30224,67706,44198,644711,418414,7815
-0,00030,00160,00500,01210,02510,04660,07940,08600,12730,19400,28400,40220,55400,74520,98201,2712
Sumber : SNI 1732-1989-F
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
e. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) dan Lintas Ekivalen
LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana, dihitung untuk dua arah jalan tanpa median atau masing-masing arah pada jalan dengan median
Lintas ekivalen permulaan (LEP) = Cj x LHRj x Ej Lintas ekivalen akhir (LEA) = Cj x LHRj (l+i)UR x
Ej Lintas ekivalen tengah (LET) = (LEP + LEA)/2 Lintas ekivalen rencana (LER) = LET x (UR/10)
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
f. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR
Menentukan nilai DDT dengan menggunakan rumus hubungan CBR dan DDTDDT = (4,3 log CBR) + 1,7
atau dapat pula menggunakan Grafik korelasi hubungan DDT dan CBR dengan cara menarik garis mendatar dari nilai CBR.
CBR skala log
DDT skala linear
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
g. Faktor Regional (FR)
Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian atau tikungan tajam (R=30m) FR ditambah dengan 0.5.
Pada daerah rawa FR ditambah 1.0.
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
g. Indeks Permukaan
Merupakan nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat
IP Kondisi jalan
1,01,52,02,5
Jalan rusak berat, mengganggu lalu lintas kendaraanTingkat pelayanan terendah yang masih mungkin Tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang masih mantapPermukaan jalan masih cukup stabil dan baik
Jalan tol IPt = 2.5 artinya pada perencanaan jalan tol diharapkan pada akhir umur rencana kondisi jalan masih cukup baik. Jalan tol tidak boleh IPt < 2.5, karena jalan ini merupakan jalan bebas hambatan.
INDEKS PERMUKAAN (SERVICEABILITY INDEX)
IPo = indeks permukaan pada awal usia rencana
Tergantung jenis lapis permukaan yang direncanakan atau nilai roughness.
IPt = indeks permukaan pada akhir umur rencana
Tergantung lintas ekivalen rencana dan klasifikasi jalan.
Jenis Lapis Perkerasan IPoRoughness
(mm/km)
LASTON 4 1000
3,9 – 3,5 > 1000
LASBUTAG3,9 – 3,5 2000
3,4 – 3,0 > 2000
HRA3,9 – 3,5 2000
3,4 – 3,0 > 2000
BURDA 3,9 – 3,5 < 2000
BURTU 3,4 – 3,0 < 2000
LAPEN3,4 – 3,0 3000
2,9 – 2,5 > 3000
LATASBUM 2,9 – 2,5 –
BURAS 2,9 – 2,5 –
LATASIR 2,9 – 2,5 –
JALAN TANAH 2,4 –
JALAN KERIKIL 2,4 –
Indeks Permukaan pada awal umur rencana (IPo)
Alat pengukur Roughness yang dipakai adalah ROUGHNESS NAASRA, dipasang pada kendaraan standar Datsun 1500 Station Wagon, kecepatan 32 km/jam
Lintas Ekivalen Rencana *)
Klasifikasi Jalan
(LER) Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 –
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 –
100 – 1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 –
> 1000 – 2,0 – 2,5 2,5 2,5
Indeks Permukaan pada akhir umur rencana (IPt)
Pada proyek-proyek penunjang jalan, jalan murah atau jalan darurat maka IP dapat diambil 1,0.
LER merupakan ekivalen dari beban sumbu standar 8.16 ton
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
i. Koefisien Kekuatan Relatif (a)
ditentukan secara korelasi:-sesuai nilai Marshall / Hveem Test / Hubbard Field / Smith Triaxal (untuk aspal)
-kuat tekan (untuk semen atau kapur)-CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah)
Nilai a berkembang sesuai penelitian terhadap bahan itu sendiri
a1 A2 a3 MS (kg) Kt (kg/cm) CBR (%)
0,40 – – 744 – –0,35 – – 590 – –0,32 – – 454 – –0,30 – – 340 – –0,35 – – 744 – –0,31 – – 590 – –0,28 – – 454 – –0,26 – – 340 – –0,30 – – 340 – – HRA0,26 – – 340 – – Aspal Macadam0,25 – – – – – Lapen (mekanis)0,20 – – – – – Lapen (manual)
– 0,28 – 590 – –– 0,26 – 454 – –– 0,24 – 340 – –– 0,23 – – – – Lapen (mekanis)– 0,19 – – – – Lapen (manual)– 0,15 – – –– 0,13 – – –– 0,15 – – 22 –– 0,13 – – 18 –– 0,14 – – – 100 Batu Pecah (kelas A)– 0,13 – – – 80 Batu Pecah (kelas B)– 0,12 – – – 60 Batu Pecah (kelas C)
– – 0,13 – – 70 Sirtu/pitrun (kelas A)– – 0,12 – – 50 Sirtu/pitrun (kelas B)– – 0,11 – – 30 Sirtu/pitrun (kelas C)– – 0,10 – – 20 Tanah/lempung kepasiran
Lasbutag
Laston Atas
Stab. tanah dengan semen
Stab. tanah dengan kapur
Koefisien Kekuatan Bahan
Jenis Bahan
Laston
Koefisien kekuatan relatif (a)
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
j. Indeks Tebal Perkerasan (ITP)ITP didapat dengan menarik garis pada grafik nomogram yang disediakan pada SNI 1732-1989-FLangkah menggunakan nomogram : Tentukan DDT (korelasi CBR) Tentukan LER (perhitungan) Tarik garis lurus mengenai DDT & LER
sampai ITP Dari ITP disambung dengan FR hingga ITP
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTURITP dapat juga dicari menggunakan rumus
Log Wt18 = 9.36 log ((ITP/2.54)+1) - 0.20 + Gt/ ((0.40+(1094/((ITP/2.54)+1)5.19))) + 0.372(DDT - 3)
Dimana:
Wt18 = (LERx365x10xFR)Gt = log (IPo-IPt)/(IPo-1.5)DDT = daya dukung tanah dasar (korelasi dari CBR) FR = faktor regional (0.5 s/d 4)ITP dibagi 2,54 inchi karena pada AASHTO’72 masih menggunakan inchi(Bersumber pada AASHTO ’72)
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
k. Batas-batas minimum tebal lapis perkerasan
ITP Tebal Minimum (cm) Bahan
1. Lapis Permukaan :
< 3,00 5 Lapis pelindung : (Buras/Burtu/Burda)3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,
Laston.6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,
Laston.7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston.
³ 10,00 10 Laston.
ITPTebal Minimum
(cm)Bahan
< 3,00 15Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur.
3,00 – 7,49 20*)Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur.
10 Laston Atas.
7,50 – 9,99 20Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi Macadam.
15 Laston Atas.
10 – 12,14 20
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi Macadam,
Lapen, Laston Atas.
>12,25 25
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi Macadam,
Lapen, Laston Atas.
2. Lapis Pondasi Atas :
3. Lapis Pondasi Bawah :
Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi baw ah, tebal minimum adalah 10 cm
TAHAPAN KONSTRUKSI LANGSUNG
1. Menentukan nilai DDT2. Tentukan umur rencana, dan jenis
material yang digunakan3. Tentukan faktor pertumbuhan lalu
lintas selama masa pelaksanaan dan selama umur rencana (i%)
4. Tentukan faktor regional (FR)5. Tentukan LHR awal dan LHR akhir6. Tentukan faktor distribusi kendaraan
(C), dan angka ekivalen beban sumbu (E)
TAHAPAN KONSTRUKSI LANGSUNG
7. Tentukan LEP,LEA,LET dan LER8. Tentukan Indeks permukaan awal (Ipo)
dan indeks permukaan akhir (Ipt)9. Tentukan Indeks tebal perkerasan
(ITP) dengan mempergunakan salah satunomogram 1-9, yang sesuai dengan nilal Ipo dan IPt.
10. Tentukan koefisien kekuatan relatif(a) dari setiap jenis lapisan yang dipilih
TAHAPAN KONSTRUKSI LANGSUNG
11. Tentukan tebal masing-masing lapisan dengan rumus
Untuk tebal lapis permukaan (Dl) sampai dengan ketelitian 0,5 cm, sedangkan untuk lapis dibawahnya merupakan angka bulat.
12. Kontrol apakah tebal masing-masing lapisan memenuhi batas minimum persyaratan dan ITP.
CONTOH SOAL, UNTUK LALU LINTAS TINGGI
Rencanakan tebal perkerasan untuk jalan 2 jalur, data lalu lintas tahun 1981 seperti di bawah ini, dan umur rencana :a. 10 tahunb. 20 tahunJalan dibuka tahun 1985 (i selama masa pelaksanaan 5%/th). Perkembangan lalu lintas untuk UR l0 tahun = 8%, sedangkan untuk UR 20 tahun = 6%
PROSEDUR PERANCANGAN
Data lalu lintas dan bahan perkerasan, adalah :
Jenis kendaraan Jumlah lalu lintasKend Ringan 2 ton 1000 kendBus 8 ton 300 kend. Truk 2 as 13 ton 50 kendTruk 3 as 20 ton 30 kend.Truk 5 as 30 ton L0 kend.LHR 1981 1390 kend./hari/2 jalur
Jenis bahan perkerasan Asbuton (MS 744) al =0,3 5Batupecah(CBR 100)....a21= Õ,14Sirtu (CBR 50) a3 = 0,12
PENYELESAIANLHR pada awal umur rencana(1985), 1-5%, n
=4Kend. Ringan 2 ton =1000 x (1+0,05)4
= 1215,5 kend.Bus 8 ton =300 x (1+0,05)4
= 364,7 kend.Truk 2 as 13 ton =50 x (1+0,05)4
= 60,8 kend.Truk 3 as 20 ton =10 x (1+0,05)4
= 36,5 kend.Truk 5as 30 ton =10 x (1+0,05)4
=12,2 kend
LHR PADA TAHUN KE 10 DAN TAHUN KE 20Kend. Ringan 2 ton 1215,5 x (1 +0,08)10 =
2624,2 1215,5 x (1 +0,06)20 = 3898,3Bus 8 ton 364,7x (1 +0,08)10 = 787,4
364,7 x (1 +0,06)20 =Ï 169,6Truk 2 as 13 ton 60,8 x (1 +0,08)10 =
131,3 60,8 x (1 +0,06)20 = 195,0Truk 3 as 20 ton 36,5 x (1 +0,08)10 = 78,8
36,5 x (1 +0,06)20 = 117,1Truk 5 as 30 ton 12,2 x (1 ±0,08)10 = 26,3
12,2 x (1 +0,06)20 = 39,1
MENENTUKAN E MASING-MASING KENDARAAN
Jenis kendaraan Dist beban sumbu EkivalensiKend. Ringan 2 ton 1 + 1 00002+0,0002 = 0 0004
Bus 8 ton 3+ 5 0,0183 +0,1410 = 0,1593
Truk 2 as 13 ton 5 + 8 0, 1410 + 0,9238 =1,0648
Truk 3 as 20 ton 6 + 14 (D) 0,2923 + 0,7452 = 1,0375
Truk 5 as 30 ton 6+14(D)+5.5 1,0375+2(0,1410)=1,3195
LINTAS EKIVALEN PERMULAAN (LEP) = CJ X LHRJ X EJ
Jenis Kendaraan Perhitungan LEPKend. Ringan 2 ton 0,5 x 1215,5 x 0,0004
0,243Bus 8 ton 0,5 X 364,7 x 0,1593 29,046Truk 2 as 13 ton 0,5 x60,8 x 1,0648 32,370Truk 3 as 20 ton 0,5 x 1,0375 x 36,5 18,934Truk 5 as 30 ton 0,5 x 12,2 x 1,3 195 8,048
LEP 88,643
LINTAS EKIVALEN AKHIR (LEA) = CJ X LHRJ (L+I)UR X EJ
Jenis Kendaraan Perhitungan LEAKend. Ringan 2 ton 0,5 x 2524 x 0,0004
0,525Bus 8 ton 0,5 x 787,4 x 0,1593 62,717Truk 2 as 13 ton 0,5 x 131,3 x 1,0648
69,904Truk 3 as 20 ton 0,5 x 78,8 x 1,0375
40,878Truk 5 as 30 ton 0,5 x 26,3 x 1,3195
17,350
LEA10 = 191,373
LINTAS EKIVALEN AKHIR (LEA) = CJ X LHRJ (L+I)UR X EJ
Jenis Kendaraan Perhitungan LEAKend. Ringan 2 ton 0,5 x 3898,3 x 0,0004
0,780Bus 8 ton 0,5 x 1169,6 x 0,1593
93,159Truk 2 as 13 ton 0,5 x 195,0 x l,0648
103,818Truk 3 as 20 ton 0,5 x 117,l x l,0375
60,746Truk 5 as 30 ton 0,5x39,lx 1,3195
25,794
LEA20 = 248,297
LINTAS EKIVALEN TENGAH (LET) = (LEP + LEA)/2LET10 = (88,643 + 191,373)/2
= 140LET20 = (88,643 + 248,297)/2
= 186
LINTAS EKIVALEN RENCANA (LER) = LET x (UR/10)LER10 = 140 x (10/10)
= 140LER20 = 186 x (20/10)
= 372
MENENTUKAN ITPDiketahui :
CBR subgrade = 3,4%DDT = ( 4,3 log 3,4 ) +1,7 = 4Ipt = 2,0 Ipo = 3,9 - 3,5 FR = 1,0
Berdasar data tersebut, didapat di SNI-1732-1989-F untuk menentukan ITP.
LER10 = 140……………. ITP10 = 7,7 LER20 = 372……………. ITP20 = 8,8
ITP 10 = a1.D1 + a2.D2 + a3.D37,7 = 0,35.D1+0,14x20+0,12x107,7 = 0,35D1+4D1 =10,5 cm
MENENTUKAN ITP UR 10 TH
Untuk tebal pondasi bawah (D3) berdasar SM 1732-1989-F DAFTAR VIII,tebal minimum yang dipersyaratkan adalah 10 cm. Sedangkan untuk lapis pondasi atas 20 cm (batu pecah, ITP 7,5-9,99). Sehingga lapis perkerasan dapat digambarsebagai berikut:
MENENTUKAN ITP UR 20 TH ITP 20 = a1.D1 + a2JJ2 + a3.D3
8,8 = 0,35.D1 + 0,14 x20 + 0,12 x 108,8 = 0,35D1+4D1 = 13,7=l4cmUntuk tebal pondasi bawah (D3) berdasar SM 1732-1989-F
DAFTAR VIII, tebal minimum yang dipersyaratkan adalah 10 cm. Sedangkan untuk Lapis pondasi atas 2 cm (batu pecah, ITP 7,5-9,99). Sehingga lapis perkerasan dapat digambarsebagai berikut
Selain dengan susunan konstruksi diatas, alternatif tebal perkerasan dapat dilakukan dengan memaksimumkan lapis pondasi atas
atau memaksimumkan lapis pondasi bawah Hal itu dilakukan dengan menentukan ITP masing masing lapis pondasi
berdasar nilai CBR (ITP2 dan ITP3)
NOMOGRAM 2
NOMOGRAM 3
NOMOGRAM 4
NOMOGRAM 5
NOMOGRAM 6
NOMOGRAM 7
NOMOGRAM 8
NOMOGRAM 9
Top Related