HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG MALARIA TERHADAP KESEMBUHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA
HUTABARGOT DOLOK KECAMATAN HUTABARGOT KABUPATEN MANDAILING NATAL
TAHUN 2014
Proposal Skripsi
Disusun Oleh :
Abdullah Sani NIM. 13010002P
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes AUFA ROYHANPADANGSIDIMPUAN
2014
1
HALAMAN PENGESAHAN (Proposal)
Proposal penelitian ini telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim penguji Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aufa Royhan Padangsidimpuan
Padangsidimpuan, 30 Juni 2014
Pembimbing I Pembimbing II
(Rostina Afrida Pohan, SST.M.Si) (Ns.Loly Irma Soviyana, S.Kep)
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyusun proposal dengan judul “Hubungan
Pengetahuan Keluarga Tentang Malaria Terhadap Kesembuhan Penyakit Malaria
Di Desa Hutabargot Dolok Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2014”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan di
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Royhan Padangsidimpuan.
Dalam proses penyusunan proposal ini peneliti banyak mendapat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya
kepada yang terhormat :
1. Drs.H.Guntur Imsaruddin, M.Kes, selaku Ketua STIKes Aufa Soyhanj
Padangsidimpuan.
2. Ns.Loly Irma Soviyana, S.Kep, MSN, selaku Ka.Prodi Ilmu
Keperawatan, sekaligus pembimbing II yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dalam menyelesaikan proposal ini.
3. Rostina Afrida Pohan, SST.M.Si, selaku pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan proposal
ini.
4. Keluarga yang menderita malaria dan bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
5. Seluruh dosen Program Studi Imu Keperawatan STIKes AUFA
ROYHAN Padangsidimpuan.
3
Kritik dan saran yang bersifat membangun peneliti harapkan guna perbaikan
di masa mendatang. Mudah – mudahan peneliti ini bermanfaat bagi peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan. Amin.
Padangsidimpuan, 30 Juni 2014
Peneliti
Abdullah Sani
4
IDENTITAS PENULIS
Nama : Abdullah Sani
NIM : 1301002P
Tempat/Tgl Lahir : Sigalapang Julu, 7 Februari 1982
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Sigalapang Julu, Kecamatan Panyabungan
Riwayat Pendidikan :
1. SD INPRES Sigalapang Julu Lulus Tahun 1995
2. SMP Muhammadiyah Gunung Tua Lulus Tahun
1998
3. SMA Negeri 1 Panyabungan Lulus Tahun 2001
4. D III Keperawatan Syuhada Padangsidimpuan Lulus
Tahun 2004
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................................ 1
2. Perumusan Masalah ........................................................................ 4
3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
1. Konsep Dasar Pengetahuan ............................................................. 6
2. Konsep Sikap .................................................................................. 10
3. Posyandu Balita ............................................................................... 17
4. Kerangka Konsep ............................................................................ 24
5. Hipotesis .......................................................................................... 24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 25
1. Desain dan Metodologi Penelitian .................................................. 25
2. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 25
3. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 26
4. Alat Pengumpulan Data .................................................................. 27
5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 27
6. Defenisi Operasional ....................................................................... 28
7. Pengolahan Data dan Analisa Data ................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
BAB 1PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang terjadi di Negara –
Negara tropis. Penyakit ini pun maish menjadi masalah kesehatan di dunia
(Kemenkes, 2010) dan dikategorikan “re-emerging disease. WHO (World Health
Organization) dalam malaria resport 2011 menyatakan bahwa malaria cenderung
sekali meningkat dari tahun ketahun. Data lima tahun terakhir menunjukkan
bahwa pada tahun 2005 terdapat 83.551.210 kasus, tahun 2006 terdapat
85.573.379 kasus, tahun 2007 terdapat 86.746.527 kasus, tahun 2008 terdapat
75.585.630 kasus, tahun 2009 terdapat 82.485.969 kasus. WHO (2011)
melaporkan diri 106 negara yang dinyatakan edemis malaria terdapat 94.299.637
kasus malaria, 345.960 meninggal karena malaria dan 2426 kasus terjadi di Asia
Tenggara selama tahun 2011.
Organisais kesehatan dunia menetapkan pemberantasan penyakit malaria
hingga pervalensi minimal, sebagai salah satu target Millenium Defelompment
Goald (MDGs). Upaya pengendalian tahun 2000-2009, cenderung menurun yaitu
dari tahun 2000 menjadi 18,5 per 1000 penduduk pada tahun 2010 (Data
Sementara RIKESDES< 2010). Sehingga saat ini terdapat kejadian malaria hingga
18,6% juta pertahun. Salah satu publikasi mengemukakan bahwa penyakit malaria
menjadi masalah di 100 negara di dunia, menimpa lebih dari 2 juta penduduk.
Diperkirakan dalam setahun malaria menyerang 3000 juta penduduk 90% dari
jumlah ini ada di Negara tropis di Afrika, (Yatim, 2007).
7
Kodisi ini terpapar di Indonesia, populasi Indonesia hamper setengahnya
tinggal di wilayah endemis malaria (kecuali Jawa dan bali). WHO 2011
melaporkan bahwa terdapat 1.849.062 kasus dan 432 meninggal dunia di tahun
2010 terdapat 424 yang ada Kabupaten/Kota edemis di Indonesia (Kemenkes,
2010). Kasus malaria klinis tahun 2009 di Indonesia dilaporkan sebanyak
1.143.024 kasus. Sebesar 75,5% dari kasus tersebut diperiksa sediaan darahnya,
dan dihadilkan 23,1% sediaan darah positif (Depkes, 2009). Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara jumlah menderita penyakit malaria di
beberapa Kabupaten/Kota yaitu : Mandailing Natal 5.927 orang, Nias 964 orang,
Tapanuli Selatan 668 orang, Tapanuli Tengah 618 orang. Tapanuli Utara 280
orang, Labuhan Batu 3.723 orang, Asahan 986 orang, Simalungun 27 orang, Dairi
120 orang, Karo 16 orang, Langkat 23 orang, Nias Selatan 2.314 orang, Humbang
Hasundutan 30 orang, Samosir 29 orang dan Serdang Bedagai 7 orang (Dinkes,
2007).
Berdasarkan data yang dilansir kantor pusat penanggulangan Malaria
Madina, tahun 2012 jumlah penduduk malaria di Madina mencapai 7.901 orang
dari total 410.931 jumlah penduduk Madina. Sementara berdasarkan data yang
ada, Kec.Panyabungan mendominasi angka tertinggi, yakni 3.842 kasus dari total
78.584 jumlah penduduk. Disusul Kec.Siabu sebanyak 1.111 kasus dari total
48.072 jumlah penduduk. Yang terendah adalah Kec.Pakantan dengan angka 6
kasus dari total 2.178 jumlah penduduk, disusul Kec.Ranto Baek dengan 8 kasus
dari total 11.426 jumlah penduduk.
8
Berdasarkan rencana strategi kesehatan tahun 2010-2014 telah ditetapkan
target penurunan angka kejadian malaria (Annual Practice Indeks) dari 2 menjadi
1 per 1000 penduduk (Kemenkes, 2010). Angka kejadian malaria berdasarkan AP
sejak tahun 2005-2006 cendrung meningkat dari 2.93-3.14%, namun tahun 2007-
2011 dengan berbagai upapa pemerintah jadi penurun yang sangat tajam dari
2.871-1.75% (Kemenkes, 2012).
Rendahnya alokasi anggaran bagi instansinya. Kondisi itu menyebabkan
banyaknya program yang direncanakan terbengkalai dari tahun ke tahun.
Dikatakan, program penyemprotan rumah – rumah penduduk, tahun 2013 ini
hanya mampu dilakukan di tiga kecamatan dengan jumlah kegiatan hanya sekali
dalam setahun. Penyebabnya akibat minimnya dana yang dialokasikan dalam
ABPD. Normanya seharusnya 2 kali dalam setahun, yakni setiap 6 bulan sekali.
Harusnya setiap desa diseluruh kecamatan agar siklus virus dapat distop”,
katanya. Selain itu, penyediaan kelambu bagi tiap rumah tangga juga sangat
mampu meminimalisir jangkitan malaria ini. Berdasarkan hitungan, jumlah
96.387 KK, dibutuhkan 192.774 helai kelambu. Kelambu ini tahan selama 5
hingga 10 tahun. Program ini tidak berjalan dengan lancer karena tak ada alokasi
dananya. Upaya ke lembaga PBB seperti WHO juga sudah diperjuangkan kantor
Pusat Penanggulangan Malaria Madina.
Berdasarkan data dari Puskesmas Hutabargot (2013) jumlah penderita
malaria sebanyak 156 orang. Diantaranya terdapat pada desa Hutabargot Dolok
yaitu penderita berjumlah 56 orang. Dalam memutuskan rantai penularan penyakit
dilakukan upaya pemberantasan nyamuk malaria baik nyamuk dewasa melalui
9
penyemprotan maupun pemberantasan jentik yang berada disarang nyamuk.
Penataan lingkungan sehingga jentik tidak tumbuh atau penyemprotan bahan
pembunuh jentik nyamuk sangatlah penting. Selain itu dilakukan upaya untuk
menghindarkan diri dari gigitan nyamuk melalui promosi penggunaan kelambu di
masyarakat, penggunaan obat gosok penolak gigitan nyambuk dan lain – lain.
(Zulkoni, 2010).
Dengan pengetahuan dan kesembuhan terhadap penyakit seseorang atau
masyarakat akan tumbuh partisipasi dalam upaya penanggulangan penyakit
tersebut. Apabila malaria dianggap suatu penyakti berbahaya dan menular, maka
seseorang akan berupaya menghindari atau mencegah agar tidak terkena malaria
dan apabila sedang sakit akan berupaya mencari pengobatan untuk kesembuhan
penyakit atau jika pernah teresrang sakit maka segera diatasi agar terhindar dari
penularan penyakit (Manula, 2008). Kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat dalam upaya pengendalian malaria seperti kebiasaan di luar rumah
atau beraktivitas pada malam hari tanpa perlindungan dari gigitan nyamuk dan
adanya penebangan hutan bakau oleh masyarakat yang akan mengakibatkan
terbentuknya perindukan baru vector malaria (P.N.Harijanto, dkk 2010).
Keluarga dengan salah satu anggotanya keluarganya yang mempunyai
pekerjaan di wilayah endemis akan mempunyai resiko lebih tinggi tertular
penyakit malaria (Kemenkes, 2004). Keluarga rentan adalah person with
communicable disease atau penderita penyakit menular. Transmisi penularan
penyakit malaria begitu mudah dan cepat, sosial ekonomi kesehatan masyarakat.
10
Semakin banyak pekerja yang sakit, maka akan makin sedikit keluarga yang
mampu bekerja untuk mempertahankan fungsi keluarga.
Sesuai dengan survey awal peneliti di desa Hutabargot Dolok Kecamatan
Hutabargot, dari 10 kepala keluarga yang dilakukan survey awal hanya 3 kepala
keluarga saja yang mengetahui cara pencegahan penyakit malaria, 7 keluarga
lainnya tidak tahun. Dan dari 10 kepala keluarga tersebut mengatakan jarang
sekali melakukan pencegahan malaria karena sibuk untuk bekerja sehingga tempat
perindukan malaria semakin banyak serta kebiasaan masyarakat disana yang
keluar pada malam hari yang salah satunya penyebab dari meningkatknya
penularan penyakit malaria. Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian
terhadap Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Malaria Kesembuhan
Penyakit Malaria di Desa Hutabargot Dolok Kecamatan Hutabargot Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2014.
2. Rumusan Masalah
Apakah ada Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Malaria
Kesembuhan Penyakit Malaria di Desa Hutabargot Dolok Kecamatan Hutabargot
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014.
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang malaria terhadap
kesembuhan penyakit malaria di Desa Hutabargot Dolok Kecamatan
Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014.
11
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden (usia, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan).
2. Mengidentifikasikan pengetahuan keluarga tentang penyakit malaria.
3. Mengidentifikasi kesembuhan penyakit malaria di Desa Hutabargot Dolok
Kecamatan Hutabargot Tahun 2014.
4. Menganalisis hubungan pengetahuan keluarga tentang malaria terhadap
kesembuhan penyakit malaria di Desa Hutabargot Dolok Kecamatan
Hutabargot Tahun 2014.
4. Manfaat Penelitian
4.1. Bagi Ilmu
Keperawatan
Menambah wawasan bagi ilmu pengetahuan di bidang keperawatan tentang
penyakit malaria dan bagaimana penanganannya.
4.2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi bagi masyarakat khususnya pada keluarga yang
menderita penyakit malaria agar lebih waspada dan melakukan penanganan
malaria di pelayanan kesehatan.
4.3. Bagi Penelitia
Dapat digunakan sebagai masukan dan menambah wawasan terutama
bagaimana penanganan dan penyakit malaria.
12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Teori
1.1. Konsep Dasar
Pengetahuan
1.1.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo, 2010). Pengetahuan
atau kognitif merupakan domiain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Over Behavior). Pengetahuan mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi
proses sebagai berikut :
a. Anwereness (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Interst (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap
obyek mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap merespon sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
13
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap di atas.
1.1.2. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau dirangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obejek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tesebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramlkan, dsb
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diarikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisa
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan atau suatu objek
kedalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur,
organisasi, dan masih ada kaitannya satu salam lain.
14
e. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menyambungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003). Penilaian itu
berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau yang telah ada.
1.1.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang karena dengan bertambahnya usia maka pengalaman,
fsikis dan psikologis atau mental seseorang akan bertambah (Mubarok, 2007).
b. Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah seseorang itu menerima informasi, yang akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat
pengetahuannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan informasi dan nilai – nilai yang baru diperkenalkan
(Mubarok, 2007).
c. Pekerjaan
15
Lingkungan pekerjaan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang baik
secara langsung maupun seara tidak langsung (Nursalam, 2008). Pekerjaan
dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal
dari sosial ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif
memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu – ibu atau masyarakat
yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil
sikap atau tindakan (Ari Kunto, 2003).
d. Suku
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai –
nilai sosial, keagamaan dalam memperkuat super egonya (Nursalam, 2008).
e. Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebeanran pengetahuan pengalaman
dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga
dari pengalaman yang benar diperlukan berpikir yang logis dan kritis
(Notoadmojdo, 2005).
f. Lingkungan
Lingkungan berfikir luas tingkat pengetahuannya lebih baik dari pada orang
yang tinggal di lingkungan yang berpikirnya sempit (Notoatmodjo, 2005).
1.1.4. Kriteria Pengetahuan
Penilaian didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. Misalnya bisa membandingkan
antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. Menurut
16
(Nursalam, 2008) kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan menggunakan
nilai :
a. Penilaian Baik
Bila persentase hasil : 76 – 100%
b. Persentase Cukup
Bila Persentase Hasil : 56 – 75%
c. Penilaian Kurang
Bila Persentase Hasil : 40 – 55%
d. Penilaian Tidak Baik
Bila persentase hasil : <40 stlyle=” (Arikunto, 2006)
1.2. Konsep Keluarga
1.2.1. Pengertian Keluarga
Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua tau lebih orang yang
dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang
memiliki tempat tinggal bersama. Sedang Morgan (1977) dalam Sitorus (1988)
menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu grup sosial primer yang didasarkan
pada ikatan perkawinan (hubungan suami – istri ) dan ikatan kekerabatan
(hubungan antar generasi, orang tua – anak). Namun secara dinamis individu yang
membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari grup
masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berintekrasi untuk
memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka. Menurut Duvall
(1997) kelaurga adalah sekelompok orang yang dihbungan oleh ikatakan
17
pernikahan, adopsi, kelahiran yang endemis malaria dari dua individu yang
tergantung karena hubungan darah, perkawinan, pengangkatan dan merupakan
hidu dalam satu rumah tangga, berintekrasi satu salam lain, dan perannya masing
– masing dalam menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.
1.2.2. Tipe – Tipe Keluarga
Keluarga dapat dibagi menjadi beberapa tipe diantaranya, yaitu :
a. Secara Tradisional
- Nuclear Family yaitu merupakan suatu keluarga inti yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya tau adopsi atau
keduanya.
- Extended Family (keluarga besar) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakeh,
nenek, paman-bibi). Secara modern Keluarga bentukan kembali adalah
keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau
kehilangan pasangannya.
- Single Parent Family (orang tua tunggal) yaitu keluarga yang terdiri
dari salah satu orang tua baik ibu atau ayah saja beserta anaknya akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya. Ibu dengan anak tanpa
perkawinan The Single Adult Living Alone yaitu orang dewasa (laki –
laki atau perempuan ) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah.
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya biasanya dapat
dijumpai pada daerah kumuh perkotaan besar, tetapi pada akhirnya
18
mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah meskipun usia pasangan
tersebut telah tua demi status anak – anaknya.
- Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
gay and lesbian family).
1.2.3. Struktur Keluarga
a. Patrilineal yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu dari garis ayah.
b. Matrilineal yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dari jalur ibu.
c. Matrilokal yaitu sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal yaitu sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan yaitu hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembimbingan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi
oleh Friedman mengatakan ada 4 elemen struktur keluarga yaitu :
- Struktur peran keluarga menggambarkan masing – masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan
masyarakat atau peran formal dan informal.
19
- Nilai atau norma keluarga menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
- Pola komunikasi keluarga menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan
anak dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga
inti.
- Struktur kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
mengubah perilaku keluarg ayang mendukung kesehatan.
1.2.4. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
untuk berhubungan dengan orang lain. Fungsi sosialisasi dan tempat
bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi
mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
b. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
c. Fungsi ekonomi (the economic function) adalah keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
20
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
d. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the healt care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga dibidang keseahtan.
Dari beberapa fungsi diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarga adalah :
- Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
- Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatan terpelihara, sehingga dihapkan menjadikan mereka anak –
anak yang sehat baik mental, sosial dan spiritual.
- Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap
menjadi dewasa yang mendirikan dalam mempersiapkan masa.
1.2.5. Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga dalah sebagai berikut :
- Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan menjadi bapak dari anak
– anaknya, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman. Sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkunganya.
21
- Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah atu kelompok dari
lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
- Peran anak – anak menjalankan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Peranan keluarga meliputi yaitu :
a. Pembinaan agama / religious
Mendorong dan membantu meningkatkan ketaqwaan kehidupan beragama
melalui kegiatan pengajian, penyediaan sarana dan media.
b. Pembinaan fisik
Memberitahu dan menyediakan makanan yang bergizi dan sesuai dengan
kebutuhan anggota keluarga. Memotifasi anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa untuk tetap melakukan aktivitas yang baik dan tidak merugikan
orang lain. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau
menderita penyakit atau mengalami gangguan kesehatan.
c. Membina mental/jiwa
Apabila anggota keluarga tidak dapat menerima atau menyesuaikan diri
dengan adanya perubahan tersebut, dapat menimbulkan kecemasan,
kekecewaan, mudah tersinggung. Oleh karena itu diharapkan keluarga dapat
membantu anggota keluarga untuk saling membantu dalam menghadapi
permasalahan.
22
d. Pembinaan sosial ekonomi
e. Keluarga diharapkan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dimana mereka masih
diperhatikan dan dibutuhkan oleh keluarganya.
f. Motivasi untuk mengembangkan hobi atau melakukan pekerjaan yang ringan
sebagai pengisi waktu agar kita tetap aktif.
1.2.6. Tugas – Tugas Pokok Keluarga
Pemeliharaan fisik keluarga dan apra anggotanya. Pemeliharaan sumber
daya yang ada dalam keluarga. Pembagian tugas masing – masing anggotanya
sesuai dengan kedudukannya masing – masing adalah :
a. Sosialisasi antar anggota keluarga
b. Pengaturan dan jumlah anggota keluarga
c. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
d. Penempatan anggota – anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas
e. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
1.3. Malaria
1.3.1. Defenisi Malaria
Malaria adalah satu penyakit menular yang bersifat akut maupun kronis.
Terdiri dri kata mal dan area yang berarti udara yang busuk, diambil dari kondisi
yang terjadi yaitu suatu penyakit yang banyak diderita masyarakat yang tinggal di
sekitar rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk (Gandahusada dkk, 1998).
Penyakit malaria merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria, suatu
23
protozoa darah genus plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles betina
yang terinfeksi (Nugroho, 2000).
1.3.2. Gejala Klinis Malaria
Gejala klinis malaria merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosis
malaria. Manifestasi klinis malaria sangat khas dengan adanya serangan demam
yang intermitten, anemia dan splenomegali. Penyakit ini cenderung untuk beralih
dari demam akut ke keadaan menahum. Selama stadium akut terdapat masa
demam yang intermitten. Sedangkan pada infeksi oleh plasmodium vivax, panas
bersifat ireguler, kadang – kadang remiten atau intermiten. Dalam stadium
menahum berikutnya terdapat masa laten yang diselingi kambuh beberapa kali.
Kambuhnya penyakit ini sangat mirip deengan serangan pertama. Sementara itu
rekrudensi sering terjadi pada infeksi yang disebabkan plasmodium malaria
(Harijanto, 2010). Demam yang terjadi pada penderita berhubungan dengan
proses skizogoni (pecahnya meroziot/skizon). Berat ringannya pun tergantung
pada jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi. Di Indonesia sampai saat ini
terdapat empat macam plasmodium penyebab infeksi malaria yaitu :
a. Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika yang menimbulkan
demam tiap 24-48 jam.
b. Plasmodium vivax penyebab malaria tertian yang menimbulkan deman tiap
hari ke 3.
24
c. Plasmodium malaria penyebab malaria kuartana yang menimbulkan demam
tiap hari ke-4
d. Plasmodium ovale penyebab malaria ovale, memberikan infeksi yang paling
ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan (Harijanjot, 2010).
Selain itu, pada infek malaria terdapat gejala klasik malaria akut yang sering
disebut Tias Malaria, secara berurutan :
1. Periode Dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil, kulit dingin dan kering. Gigi gemeretak
dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan selimut yang tersedia. Nadi
cepat tetapi lemah. Bibit dan jari pucat kebiru – biruan, kulit kering dan
pucat. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti
meningkatnya temperature.
2. Periode Demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan.
Suhu badan dapat meningkat sampai 400C atau lebih. Muka merah, kulit
kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, nadi cepat,
respirasi meningkat, muntah – muntah dan dapat terjadi syok (tekanan darah
turun) bahkan sampai terjadi kejang (pada anak). Stadium ini berlangsung
lebih lama dari periode dingin, antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan
oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit ke
dalam aliran darah.
3. Periode Berkeringat
25
Pada periode ini penderta berkeringat banyak sekali sampai – sampai tepat
tidurnya bahsah. Temperature turun dan penderita merasa capek dan biasanya
dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi ada
gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala – gejala
yang disebutkan di atas tidak sealu sama pada setiap penderita, tergantung
pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya
terjadi pada malaria tropika. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan
parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah
organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya
pembuluh darah pada organ – organ tubuh tersebut.
1.3.3. Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk
anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) dalam
darah penderita. Manifestasi klinis demam malaria seringkali tidak kahs dan
penyakit infeksi lain seperti demam dengue dan demam tifoid, sehingga sulit
dilakukan diagnosa dengan mengandalkan pengamatan secara klinis saja,
namunperlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosis
malaria sedini mungkin. Pemeriksaan mikroskopis membutuhkan syarat – syarat
tertentu agar diperoleh nilai diagnostic yang tinggi yaitu dengan sensivitas dan
spesifitas yang tinggi. Syarat – syarat tersebut meliputi :
a. Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam
memasuki periode berkeringat karena pada perioede ini jumlah trofozoit
mencapai jumlah maksimum dalam sirkulasi.
26
b. Volume darah yang diambil sebagai sampel cukup untuk sediaan darah tipis
(1-1,5 mikroliter) dan sediaan darah tebal (3-4 mikroliter).
c. Kualitas preparat harus baik agar terjamin kualitas identifikasi spesies
plasmodium dengan tepat (Purwanignsih, 2000).
1.3.4. Epidemiologi Malaria
Penularan malaria banyak terjadi pada kebanyakan daerah tropis dan sub
tropis, terutama terdapat pada daerah dimana orang – orang mempunyai gametosit
dalam darahnya sehingga menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi dan
menularkan pada orang yang sehat. Walaupun Amerika Serikat, Kanda, Eropa,
Australia dan Israel sekarang bebas malaria local, wabah setempat dapat terjadi
melalui infeksi nyamuk local oleh wisatawan yang dating dari daerah endemis
(Nelson, 2000).
Daerah yang sejak semua bebas malaria adalah Pasifik Tengah dan Selatan
(Hawai dan Selandia Baru). Ini terjadi karena di daerah tersebut malaria tidak
dapat berlangsung dalam tubuh nyamuk anopheles (Anophelism Without Malaria)
karena kondisi iklim/temperature yang tidak sesuai (Sutanto dkk, 2008).
Batas dari penyebaan malaria adalah 640LU (Rusia) dan 320LS (Argentina)
dengan ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah permukaan laut
(Laut Mati) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolvia). Plasmodium vivax
mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim
dingin, subtropik sampai ke daerah tropic. Plasmodium ovale pada umumnya
dijumpai di Afrika di bagian yang beriklim tropic, kadang – kadang dijumpai di
27
Pasifik Barat (Rampengan, 2010). Di Asia Tenggara negara – negara yang
termasuk wilayah endemis malaria adalah : Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia,
Maldives, Myanmar, Nepal, Srilanka dan Thailand.
Di Indonesia penyakit malaria tersebar di seluruh pelau dengan derajat
endemisitas yang berbeda – beda dan dapat berjangkit di daerah dengan
ketinggian sampai 1800 meter di atas permukaan laut. Penduduk yang paling
berisiko terkena malaria adalah anak bali, wanita hamil dan penduduk non imun
yang mengunjungi daerah endemic malaria. Angka API di pulau Jawa dan Bali
pada tahun 2000 ialah 0,81 per 1000 penduduk turun menjadi 0,15 per 1000
penduduk pada tahun 2004. Sedangkan di luar Jawa-Bali angka AMI tetap tinggi
yaitu 31,09 per 1000 penduduk pada tahun 2000, turun menjadi 20,57 per 1000
penduduk tahun 2004. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium
Falciparum dan Plasmodium vivax, Plasmidium malaria banyak dijumpai di
Indonesia bagian TImur sedangkan Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian
dan Nusa Tenggara Timur (Rampengan, 2010).
1.3.5. Suklus Hidup Parasit Malaria
a. Siklus Aseksual Dalam Tubuh Manusia
1) Siklus di luar sela darah merah
Siklus di luar sel darah merah (eksoeritrositer) berlangsung dalam hati.
Stadium ini dimulai saat nyamuk anopheles betina menggigit manusia
dan memasukkan sporozoit yang terdapat pada air liurnya ke dalam darah
manusia. Beberapa menit kemudian (05-1 jam) sporotozoit tiba di hati dan
28
menginfeksi hati. Di hati sporotozoit mengalami reproduksi aseksual
(skizogoni) atau proses pemisahan dan menghasilkan parasit anak
(merozoit) yang kemudian akan dikeluarkan dari sel inti. Pada
plasmodium vivax dan plasmodium ovale ditemukan dalam bentuk laten
dalam hati yang disebut hipnosit, yang merupkan suatu fase hidup parasit
malaria yang nantinya dapat menyebabkan kumat, kambuh dan rekurensi
(long term relapse). P.vivax dapat kambuh berkali – kali sampai jangka
waktu 3-4 tahun sedangkan P.Ovale sampai bertahun – tahun jika tidak
diobati dengan baik.
2) Siklus Dalam Sel Darah Merah
a. Siklus dalam darah dimulai dengan keluarnya merozoit dari skizon
matang di hati ke sirkulasi. Siklus dalam sel darah merah (eritrositer)
ini terbagi menjadi siklus sisogoni yang menimbulkan demam dan
siklus gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber
penularan bagi nyamuk (Depkes RI, 1999).
b. Siklus Seksual Dalam Tubuh Nyamuk
Gametosit matang dalam darah penderita yang terhisap oleh nyamuk
akan mengalami pematangan menjadi gamet (gametogenesis)
sedangkan parasit malaria yang berbentuk trofozoit, skizon merozoit
dicerna dalam lambung nyamuk. Mikro gametosit membelah menjadi
4-8 mikro gamet (gamet jantan) dan makro gametosit mengalami
kematangan menjadi makro gambit (gamet betina). Kemudian
pembuahan terjadi antara mikro gamet dan makro gamet yang disebut
29
zigot. Pada mulanya berbentuk bulat kemudian berubah menjadi
memanjang dan dapat bergerak dan diseubt ookinet. Ookinet
menembus dinding lambung dan menjadi bentuk bulat disebut ookista.
Ookista makin lama makin besar dan didalamnya intinya membelah –
belah dan masing – masing inti diliputi protoplasma dan mempunyai
bentuk memanjang (10-15 mikron) disebut sporozoit. Ookista akan
pecah dan ribuan sporozoit akan dibebaskan dalam rongga nyamuk
yang kemudian akan mencapi kelenjar liur. Nyamuk anopheles betina
menjadi siap menularkan penyakit malaria. Prinsip pemberantasan
malaria antara lain didasarkan pada siklus ini yaitu dengan
mengusahakan umur nyamuk lebih pendeik dari masa inkubasi
ekstrinsik sehingga siklus sporogoni (karena menghasilkan sporozoit)
tidak dapat berlangsung (Gandahusada, 1998). Berikut gambar siklus
hidup parasit malaria dalam tubuh nyamuk dan manusia (Tetriana,
2007).
1.3.6. Cara Penularan
a. Penularan secara alamiah (natural infection) terjadi pada nyamuk anopheles.
b. Penularan tidak alamiah
- Malaria bawaan (congenital), terjadi pada bayi yang baru dilahirkan
karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat
atau plasenta.
- Secara Mekanik, penularan terjadi melalui transfuse darah atau melalui
jarum suntik yang tidak steril. Penularan lewat jarum suntik juga
30
banyak terjadi pada pecandu obat bius yang menggunakan jarum
suntik yang tidak steril. Malaria lewat tranfusi hanya menghasilkan
siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan
siklus hati sehingga dapat di obati dengan mudah.
- Secara oral, cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium)¸burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi)
yang akhir – akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia (Rampengan,
2010).
1.4. Kesembuhan
Penyakit Malaria
1.4.1. Pencegahan Penyakit Malaria
Setiap upaya penanganan malaria yang dilakukan bertujuan untuk
menurunkan angka kesaktian dan kematian sedemikian rupa sehingga penyakit ini
tidak lagi merupakan masalah kesehatan. Hal mendasar yang dilakukan untuk
penanganan penyakit ini adalah dengan memutuskan mata rantai dur hidup parasit
dalam tubuh manusia serta memusnahkan nyamuknya. Berbagai kegiatan yang
dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian malaria adalah :
a. Menghindari / mengurangi gigitan nyamuk anopheles dengan pemakaian
kelambu, repelan dan obat nyamuk
b. Membunuh naymuk dewasa dengan menggunakan insektisida
c. Membunuh jentik baik secara kimiawi (larvasida) maupun secara biologic
(ikan pemakaian jentik, tumbuhan, penggunaan bacillus thurigiensis).
31
d. Mengurangi tempat perindukan (source reduction) dengan modifikasi dan
manipulasi lingkungan. Modifikasi dilakukan seperti menimbun tempat –
tempat tergenang atau mengeringkannya sedangkan manipulasi merupakan
upaya mengubah keadan lingkungan sedemikian rupa sehinga tidak cocok
untuk perkembangan vector.
e. Mengobati penderita malaria.
f. Pemberian pengobatan pada penderita. Pemberian profilaksis, terutama bagi
mereka yang akan bepergian ke tempat yang endemis malaria.
1.4.2. Penatalaksanaan Penyakit Malaria
a. Terapi Umum
1. Istirahat : tidak perlu istirahat mutlak.
2. Diet : Makanan biasa
3. Medikamentosa
- Obat pertama Klorokin Basa
Hari pertama 600 mg, disusul 300 mg setelah 6 jam.
Hari kedua dan ketiga masing – masing 300 mg atau dosis
disederhanakan menjadi 2 x 300 mg/hari. Dosis total 1500 mg. pada
plasmodium vivax ditambahkan primakin 15 mg/hari selama 14
hari diberikan bersama atau setelah pemberian klorokin, sedangkan
pada Plasmodium falciparum diberikan 3 sampai 5 hari saja untuk
mensterilkannya.
b. Obat Alternatif
32
1. Amodiakin 3 z 200 mg hari pertama, disusul 2 x 200 mg pada 2 hari
berikutnya.
2. Sulfadoksin-pirimetamin (Fansidar) dosis tunggal 2-3 tablet.
3. Kina (Quinine sulfat) 3 x 650 mg oral selama 7 – 14 hari.
4. Meflokoin 15 sampai 25 mg/kg BB, dosis tunggal peroral atau terbagi
dalam 2 dosis setiap 12 jam.
5. Halonfantrin dengan dosis 500 mg tiap 6 jam.
6. Inghaosu, KinghaoQsu, dan Pironaridin
1.4.3. Antimikroba Penyakit Malaria
Beberapa antimikroba yang dapat digunakan untuk malaria antara lain :
Tetrasiklin 4 x 250 mg/hari, 7-10 hari
Deksisiklin 2 x 100 mg/hari, 7 hari
Klindasimin 3 x 300 mg/hari, 7 – 10 hari
Spiramisin 3 x 500 mg
Rifampisin 1 x (450 – 600) mg
Flouroquinolon
Sulfanamid
1.4.4. Jenis Pengobatan Malaria
1. Kemoprofilaksis
Jarang dilakukan
2. Pada keadaan akut
33
a. Klorokin basa (lihat pada terapi umum di atas). Apabila terpaksa diberi
obat secara parntral, diberikan klorokin 200 mg IM/6 jam, maksimal 800
mg/hari b. Kina Sulfas.
b. Kina HCI dalam NaCI fisiologis/dextrose 5% dalam waktu 4 jam infuse
dan diulangi 12 jam kemudian, maksimal 1800 mg/24 jam.
3. Terapi supresif
Agar tidak timbul serangan malaria. Jenis obat yang digunakan :
a. Klorokin untuk :
- Pendatang sementara ke darah endemis. Dosis klorokin : 300
mg/minggu, I minggu sebelum berangkat, selama berada di lokasi
sampai 4 minggu setelah kembali.
- Penduduk di daerah endemis dan penduduk baru yang akan menetap
tinggal, dianjurkan menelan klorokin 300 mg/minggu selama 6 tahun
atau amodiakin 600 mg/2 minggu.
- Sementara penderita demam di daerah endemis diberi klorokin dosis
tunggal 600 mg. bila di daerah itu Plasmodium falsiparum sudah
resisten terhadap klorokin, ditambahkan primakin sebanyak 3 tablet.
b. Mepakrin 100 mg/hari dimulai 2 minggu sebelum sampai hingga 4 minggu
setelah keluar dari daerah endemis tersebut.
c. Pirimetamin (Daraprim) 50 mg/minggu dosis tunggal/minggu sampai
dengan 4 minggu setelah kembali.
34
d. Kina 1 table (25o mg/hari) sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan
lokasi.
4. Terapi radikal
Untuk menghilangkan seluruh parasit malaria dalam tubuh, diberikan obat :
a. Klorokin, seperti terapi akut bersama dengan primakin 15 mg selama 14
hari.
b. Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR) plus primakin.
5. Terapi kasus – kasus khusus
a) Malaria serebral, dirawat diruangan perawatan intensif (ICU). Obat
diberikan parental adalah :
- Klorokin 200 mg IM, diulang 6 jam kemudian. Dosis maksimal 800
mg/hari, hati-hati!
- Kina hidroklorida dalam NaCI fisiologis/dextrose 5 % dalam waktu 4
jam, diulang 12 jam kemudian. Dosis maksimal 1800 mg/24 jam.
Kalau sudah sadar diteruskan dengan pemberian peroral 3 x 650 mg –
7 hari sejak hari pertama pemberian.
- Kinidin (isomer kina) 15 mg basa/kg BB dalam larutan seperti pada
kina. Dilanjutkan peroral setelah sadar.
- Dekstran molekul rendah, 500 cc/24 jam.
- Bila ada hipoglikemi, diberikan 50 ml glukosa 40% IV, lalu diteruskan
dengan dekstrose 10%.
35
- Ada yang berhasil dengan pentoksifilin 60 mg/hari plus kini dan
klindasimin.
- Bila kejang – kejang diberikan : fenobarbital 3,5 mg/kg BB :
Diazepam 10 – 20 mg/IV atau klorpromazin 50-100 mgIM.
- Pentoksifilin 600 mg/hari
- Kinin + klindasimin
b) Gagal ginjal akut
Perlu dipertimbangkan hemodialisis secepatnya, pengaturan cairan dan
elektrolit.
c) Malaria biliosa
Tidak ada tindakan khsus. Kina dapat diberikan 20 mg/kg.
d) Hipoglikemi
Apabila kadar gula darah sangat rendah (40 mg%) segera berikan 40-50
ml dekstrosa 40% bolus, lalu dilanjutkan glukosa 10% infuse. Dapat juga
diberikan obat yang menekan produksi insulin seperti dizoxide, glucagon
atau somastatin analogue.
e) Malaria Algid
Terutama ditujukan untuk mengatasi syok yang ada.
f) Edema paru
Karena edema paru umumnya fatal, yang terpenting adalah pencegahannya
seperti : pemberian cairan harus hati – hati, transfuse darah pelan – pelan,
pemberian diuretika.
g) Anemi berat
36
Transfuse darah pelan – pelan (lebih baik darah segar) bila Hb gr% atau
hematokrit turun.
h) Black water fever
- Harus istirahat
- Menghentikan muntah dengan sedative atau transkuiliser
(klorpromasin, diazepam).
- Bila hipotensi, secepatnya diberi cairan plasma atau darah
- Tranfusi bila Hb gr% atau RBC juta/mm3
- Bila ureum 200 mg% perlu hemodialisis
- Bila parasitemi tingggi diberikan klorokin atau amodiakin. Bila
resisten diberikan sulfadoksin + pirimetamin.
i) Malaria pada ibu hamil
- Klorokin
Dosis seperti tepi umum di atas (600 mg -> 300 mg : 300 mg : 300 mg)
- Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR) 1 x 3 tablet
1.4.5. Tanda – Tanda Pasien Yang Sudah Sembuh dari Malari
1) Suhu tubuh kembali normal
2) Mata tidak ikterus (penumpukan zat warna bilirubin yang ditandai
dengan kulit dan mata menguning).
3) Nyeri pada tubuh dan nyeri pada persendian hilang
4) Denyut nadi dan pernapasan normal
5) Tidak terjadinya gangguan pencernaan seperti diare dan kontipasi yang
ditandai dengan tidak adanya distensi abdomen.
37
6) Berat badan mulai berangsur kembali seperti sebelumnya
7) Tekanan darah mulai kembali normal
8) Tidak gelisah dan ketakutan yang di tandai tidak ada keringat yang
berlebihan.
9) Tidak pucat dan tubuh tidak merasa lemas
1.4.6. Komplikasi
Malaria berat adalah malaria yang disebabkan oleh P.falcifarum, dengan
disertai satu atau lebih kelainan di bawah ini, berdasarkan criteria WHO tahun
1997 yaitu :
a. Malaria serebral dengan kesadaran menurun (delirium, stupor, koma)
b. Anemia berat, kadar hemoglobin <5 gr% atau hematokrit < 15%
c. Dehidrasi, gangguan asam basa (asidosis metabolic) dan gangguan elektrolit
d. Hipoglikemia (gula darah < 40 mg %)
e. Gagal ginjal akut (urin < 1 ml/kgBB/jam, kreaatinin serum > 3 mg%)
f. Edema paru akut
g. Kegagalan sirkulasi atau syok (tekanan nadi >20 mmHg)
h. Kecendrungan terjadi pendarahan
i. Hiperpireksia / hipertermia (suhu badan > 410C)
j. Hemoglobinuria atau black water fever
k. Ikterus (kadar bilirubin darah > 3mg%
l. Hiperparasitemia (> 5% eritrosit dihinggapi parasit)
m. Komplikasi pada ibu hamil janin
2. Kerangka Konsep
38
Kerangka konsep merpupakan upaya menjelaskan hubungan antar variable
yang sudah diidentifikasi untuk diteliti (Setati, 2011). Kerangka konsep dalam
penelitian ini diuraikan dalam skema berikut ini :
Skema 1 : Kerangka Konsep Penelitian
3. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil
sementara yang kebenarannya akan dibuktkan dalam penelitian tersebut
(Pratiknya, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 = Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan malaria oleh
keluarga terhadap kesembuhan penyakit malaria di Desa Hutabargot Dolok
Kecamatan Hutabargot Tahun Kabupaten Mandailing Natal 2014.
39
Variable Independen
Tingkat Pengetahuan - Biak - Cukup - Kurang
Variable Independen
Kesembuhan Penyakit Malaria- Sembuh - Tidak Sembuh
Ha = Ada hubungannya yang signifikan antara pengetahuan malaria oleh
keluarga terhadap kesembuhan penyakit malaria di Desa Hutabargot Dolok
Kecamatan Hutabargot Tahun Kabupaten Mandailing Natal 2014.
BAB 3
METOLOGI PENELITIAN
1. Desain dan Metode Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rancangan yang digunakan dalam melakukan
prosedur penelitian. Desain penelitian dapat digunakan sebagai petunjuk dalam
perencanaan dalam pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan atau menjawab
satu pernyataan penelitian yaitu Hubungan Pengetahuan Malaria Oleh Keluarga
Terhadap Kesembuhan Penyakit Malaria, maka desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain koraltif yaitu desain yang mengungkapkan hubungan
antara variable dengan pendekatan Cross Secsional study atau penelitian yang
dilakukan dalam satu waktu (Nursalam, 2011).
2. Tempat Penelitian
40
Penelitia ini akan dilakukan di Desa Hutabargot Dolok Kecamatan
Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal. Alasan dilakukan penelitian di desa ini
karena desa Hutabargot Dolok penderita malaria lebih banyak di Kecamatan
Hutabargot.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juli s/d November tahun 2014.
Table 1 : Waktu Penelitian
No Proses PenelitianBulan
Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des1 Pengajuan Judul 2 Pembuatan Proposal 3 Seminar Proposal 4 Pelaksanaan Penelitian 5 Seminar Hasil
4. Populasi dan Sampel
4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi
dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang ada anggota keluarganya
menderita penyakit malaria sebanyak 46 orang di Desa Hutabargot Dolok
Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014.
4.2. Sampel
41
Sampel adalah seluruh atau sebagian dari populasi dengan karakteristik yang
sama dengan populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
Accident sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak direncanakan
terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedi bagi
peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam
ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan. Dan sampel yang diperoleh
sebanyak 30 kepala keluarga yang menderita penyakit malaria di Desa Hutabargot
Dolok Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014. Adapun
criteria insklusi penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Kepala keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit malaria
b) Tinggal di Desa Hutabargot Dolok Kecamatan Hutabargot
c) Bersedia menjadi responden
5. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebar kuesioner yang
dilakukan sendiri oleh peneliti. Kuesioner terbagi 3 yaitu data demografi, lembar
pengukuran tingkat pengetahuan keluarga tentang malaria dan lembar observasi
kesembuhan malaria. Jumlah kuesioner tingkat pengetahuan sebanyak 20 soal
pernyataan. Soal pernyataan positif pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, dan soal pernyataan negatif pada nomor 2, 6, 13, 15.
Kepala keluarga yang berpengetahuan baik jika menjawab 15 s/d 20 soal,
42
berpengetahun cukup jika menjawab 12 s/d 14 soal, dan berpengetahuan kurang
jika menjawab < 11 soal. Pada pernyataan positif jika menjawab Ya diberi skor =
1 dan menjawab tidak diberi skor = 0. Pada pernyataan negatife jika menjawab
Tidak diberi skor = 1 dan menjawab Ya diberik skor = 0. Kuesioner dalam
penelitian ini dilakukan dengan pengujian validalitas (kesahihan) dan reabilitas
(keandalan) dengan menggunakan person product moment (Nursalam, 2011).
6. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur ataupun langkah – langkah dalam penelitian perlu disusun
sedemikian rupa agar berjalan dengan dan mencapai tujuan yang di inginkan.
Adapun prosedur yang dijalani peneliti dalam melakukan penelitian ini antara
lain:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penelitian ini, peneliti dahulu menentukan masalah
penelitian, dilanjutkan dengan mencari studi kepustakaan dan pendahuluan.
Selanjutnya peneliti menyusun proposal untuk mendapatkan persetujuan dari
pembimbing dan izin penelitian dari pihak STIKes Aufa Royyan. Peneliti juga
menjalankan proses administrasi untuk mengurus permohonan melakukan
penelitian termasuk perihal pengambilan data dari puskesmas Hutabargot.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai setelah peneliti menyelesaikan urusan
administrative. Peneliti lalu menandatangani lokasi penelitian, yaitu kecamatan
Hutabargot tepatnya di Desa Hutabargot Dolok yang merupakan wilayah kerja
43
Puskesmas Hutabargot. Setelah sampai ke lokasi penelitian, penelitian melakukan
pengecekan criteria insklusi pada Kepala Keluarga yang ada anggota keluarganya
yang menderita penyakit malaria dengan memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan kriteria insklusi. Selain itu peneliti juga menjelaskan maksud
dari penelitian, tujuan dari penelitian, dan dampak yang akan diperoleh responden
jika bersedia berpartisipai dalam penelitian. Setelah mendapatkan kesediaan dari
responden menjadi subjek dalam penelitian ini, peneliti meminta responden untuk
mengisi data pada lembar observasi atau kuesioner serta menandatangani
informed consent lalu peneliti melakukan pengumpulan data.
3. Tahap Akhir
Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti melakukan analisa dengan
menguji statistik yang sesuai dengan data. Selanjutnya diakhiri dengan
penyusunan laporan hasil penelitian dan penyajian hasil penelitian.
7. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan penelitian untuk
melakukan observasi maupun pengukuran seara cermat terhadap fenomena atau
objek. Defenisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
sebagai ukuran dalam suatu penelitian (Nursalam, 2011).
Table 2 Defenisi Operasional
44
No Variable Defenisi Alat Ukur Skala Hasil ukur1 Indevenden :
Pengetahuan keluarga tentang Malaria
Sejauh amna pengetahuan keluarga terhadap penyakit malaria
Kuesioner Ordinal Baik 16 s/d 20Cukup 12 s/d 15Kurang < 11
2 Dependen :Kesembuhan terhadap penyakit malaria
Sejauh mana tercapainya kesembuhan keluarga terhadap penyakit malaria
Lembar Observasi
Nominal
Sembuh Tidak sembuh
8. Pengolahan Data dan Analisa Data
8.1. Pengolahan Datan
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu diolah menjadi informasi.
Pengolahan data menggunakan system komputerisasi dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Editing (Pemeriksaan)
Memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh atau dikumpulkan,
dapat dilakukan saat pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti
memeriksa data responden mulai dari data usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
pekerjaan.
b. Coding (Pengkodean)
45
Proses pemberian kode numeric (angka) terhadap data terdiri beberapa
kategori. Selain itu, peneliti juga memberikan koding pada karakteristik
responden.
c. Entry Data (Memasukkan Data)
Peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan berupa karakteristik dan
hasil kuesioner ke dalam computer sesuai dengan kelompok responden.
d. Celanning Data (Merapikan Data)
Memeriksa kembali data responden dan hasil kuesioner yang didapat pada
lember observasi agar tidak ada kesalahan yang ditemukan.
e. Analyzing (penilaian)
Penelitian ini meliputi analisa univariat dan analisa bivariat menggunakan
program SPSS.
1. Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendapat gambaran tentang distribusi
karakteristik responden untuk variable usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan
dan jenis kelamin. Selain itu, juga untuk mendapatkan gambaran mengenai
hubungan pengetahuan malaria oleh keluarga terhadap kesembuhan penyakit
malaria.
2. Analisa Bivariat
Uji hioptesis Chi Square ini digunakan untuk mendapatkan gambaran
apakah terdapat hubungan pengetahuan malaria oleh keluarga terhadap
kesembuhan penyakit malaria.
46
BAB 4HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
kareksteristik responden dan variabel-variabel yang di teliti untuk mendapatkan
gambaran umum.
1.1 Karekteristik responden
Dari 30 orang responden diperoleh karekteristik ibu-ibu yang meliputi,
usia, jenis kelamin, dan pendidikan, dan pekerjaan di Desa Hutarimbaru
Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal sebagai berikut :
Tabel 3.
47
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di desa Hutabargot Dolok Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada
bulan November 2014 (n=30)
No Karekteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1 21-30 Tahun 8 26,72 31-40 Tahun 15 503 40-50Tahun 7 23,3
Total 30 100
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
berusia 31-40 tahun dengan jumlah 15 orang (50%), responden berusia 21-30
tahun sebanyak 8 orang (26,7%) dan berusia 40-50 tahun sebanyak 7 orang
(23,3%).
Tabel 4.Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di
Desa Hutabargot Dolok Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November 2014 (n=30)
No Karekteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-Laki 24 802 Perempuan 6 20
Total 30 100
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa sebagian responden berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (80%), dan berjenis kelamin perempuan
sebanyak 6 orang (20%).
Tabel 5.
48
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis pendidikan di Desa Hutabargot Dolok Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal
pada bulan November 2014 (n=30)
No Karekteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Sekolah 4 13,32 SD 7 23,33 SMP 6 204 SMA 11 36,75 Perguruan Tinggi 2 6,7
Total 30 100
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mempunyai pendidikan tamat SMA sebanyak 11 orang (36,7%), tamat SD
sebanyak 7 orang (23,3%), tamat SMP sebanyak 6 orang (20%), tidak sekolah
sebanyak 4 orang, dan tamat perguruan tinggi sebanyak 2 orang (6,7%).
Tabel 5.Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di desa
Hutabargot Dolok Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November 2014 (n=30)
No Karekteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1 PNS 2 6,7 2 Petani 18 603 Wiraswasta 10 33,3
Total 30 100
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
bekerja sebagai petani sebanyak 18 orang (60%), wiraswata sebanyak 10
orang (33,3%), dan PNS sebanyak 2 orang.
1.2 Tingkat Pengetahuan
49
Berdasarkan tingkat pengetahuan meliputi pengetahuan baik,cukup dan
kurang di peroleh hasil sebagai berikut :
Tabel 6.Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Malaria di desa
Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November 2014 (n=30)
No Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 6 202 Cukup 13 43,33 Kurang 11 36,7
Total 30 100
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
berpengetahuan cukup sebnayak 13 orang (43,3%), responden
berpengetahuan kurang sebanyak 11 orang (36,7%), dan berpengetahuan baik
sebanyak 6 orang (20%).
1.3 Kesembuhan Penyakit Malaria
Berdasarkan penelitian terhadap kesembuhan penyakit malaria pada
keluarga yang menderita penyakit malaria diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 7.Distribusi frekuensi Kesembuhan Penyakit Malaria di desa Hutabargot Dolok Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November
2014 (n=30)
No Kesembuhan Penyakit Malaria Frekuensi
Persentase (%)
1 Sembuh 22 73,3 2 Tidak Sembuh 8 26,7
Total 30 100
50
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar keluarga responden sembuh
dari penyakit malaria sebanyak 22 orang (73,3%) ,dan keluarga yang tidak
sembuh sebanyak 28 orang.
2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat ini menggunakan uji statistik Chi-Square Test untuk
melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam pemanfaatan
Posyandu Balita di Desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten
Mandailing Natal yang Hasilnya sebagai berikut :
Tabel 8.Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan Posyandu
Balita di desa Hutarimbaru Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal pada bulan November 2014 (n=62)
No PengetahuanKesembuhan Penyakit
Malaria Total P-ValueSembuh Tidak Sembuh
1 Baik 6 0 6 0,002 Cukup 11 2 133 Kurang 5 6 11
Total 22 8 30
51
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2012). Malaria, Diperoleh Pada Tanggal 05 Mei 2014http://edhybecksmencatat.blogspot.com/p/malaria.html
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Budianingsih. (2008). Pengertian Pengetahuan. Diperoleh Pada Tanggal 5 Mei 2014 dari http://www.Pengetahuan Menurut Para Ahli.com
Harijanto, P.N. Nugroho, A., (2012). Malaria Dari Molekul ke Klinis. Jakarta : EGC
52
Hudri, S. (2013). Macam – Macam Teknik Pengambilan Sampel. Diperoleh pada tanggal 25 Juli 2014. http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/macam-macam-teknik-pengambailan-sampel.html.
Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal (2013). Profil Malaria Kabupaten Mandailing Natal. Mandailing Natal : KPPM
Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal (2013).pamantauan Jentik-Jentik Malaria. Mandailing Natal : KPPM
Mubarok. (2007). Tingkat Pengetahuan. Diperoleh pada tanggal 04 Mei 2014 dai http://www.pengetahuanmenurutparaahli.com
Notoadmodjo, (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmodjo, (2010). Metode Penelitain Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam, (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keparawatan. Surabaya : Salemba Medika
Ramali, A. dkk. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta
Siswono, (2012). Penyebab Penyakit Malaria. Diperoleh pada tanggal 13 Mei 2014. http://penyebabpenyakitmalaria.blogspot.com
Syarifuddin, S. Theresia, S.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka Cipta
53