STRIKTUR URETRA
Suhailah Binti Mohd Jamil, Ria Sulistiana, Bachtiar Murtala
I. PENDAHULUAN
Striktur uretra terjadi akibat berkurangnya diameter dan atau elastisitas
uretra yang disebabkan oleh jaringan uretra diganti jaringan ikat yang
kemudian mengkerut, menyebabkan lumen uretra mengecil. Striktur uretra
biasanya sekunder terhadap trauma atau peradangan. Jika terjadi trauma pada
lapisan mukosa, urin akan cenderung terekstravasasi dan jaringan parut yang
terbentuk setelah proses penyembuhan yang menyebabkan striktur. Panjang
dari striktur dapat bervariasi, dari kurang dari 1cm sampai 4cm atau lebih,
dan seorang pasien dapat memiliki lebih dari satu striktur.2,17
Secara umum, striktur uretra dapat dibagi menjadi dua, yaitu uretra
anterior dan uretra posterior. Yang disebut uretra anterior adalah daerah mulai
dari sfinkter uretra hingga ke ujung penis, sedangkan uretra posterior mulai
dari kandung kemih ke sfinkter uretra.14
Masalah striktur uretra ini jarang berlaku pada wanita, tetapi merupakan
masalah yang relatif sering terjadi pada laki-laki. Hal ini karena uretra laki-
laki lebih panjang dari uretra wanita, sehingga lebih rentan terhadap cedera
atau penyakit. Striktur uretra jarang terjadi pada wanita, begitu juga kasus-
kasus kongenital.13
Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran
berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin
keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat
menyebabkan banyak komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal
ginjal.
1
II. INSIDENS
Striktur uretra lebih sering terjadi pada laki-laki karena uretra mereka lebih
panjang ukurannya daripada uretra pada wanita di mana uretra laki-laki lebih
rentan terhadap penyakit atau trauma. Striktur uretra jarang ditemukan pada
wanita, dan juga dalam bentuk kelainan bawaan. 10,13
Menurut penelitian, kelompok usia yang paling umum mengalami masalah
striktur uretra ini adalah yang berusia sekitar 40-50 tahun. Penyebab utama
yang didapatkan adalah cedera akibat jatuh (44.3%) diikuti oleh kecelakaan
lalu lintas, dan penyebab iatrogenik. Lokasi tersering berlakunya striktur pula
adalah di daerah pars bulbosa di anterior dan pars membranosa di posterior
uretra.16
Letak uretra Penyebab
Pars membranasea
Pars bulbosa
Meatus
Trauma pelvis, iatrogenik (kateterisasi)
Trauma/ cedera selangkangan, uretritis
Balanitis, meatitis, instrumentasi kasar
Tabel 1 : Letak Striktur Uretra dan Penyebabnya3
III. ANATOMI
Sistem urinariusarius adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan,
dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua
ureter, kandung kemih, dan uretra.4
2
Gambar 1 : traktus urinarius pada laki-laki dan wanita18
Sistem urinarius mempunyai beberapa peran penting yang dijalankan oleh
tiap organ yang membentuknya. Ginjal berfungsi dalam meregulasi volume
dan komposisi darah, membantu meregulasi tekanan darah, mensintesis
glukosa, selain berperan dalam sintesis vitamin D dan menyingkirkan bahan
buangan tubuh melalui pembentukan urin. Ureter berperan pula dalam
menyalurkan urin yang dibentuk oleh ginjal ke kandung kemih, yang
seterusnya akan menyimpan urin tersebut, sebelum akhirnya diekskresi dari
tubuh. Struktur terakhir dalam sistem urinarius, yakni uretra yang berperan
menyalurkan urin dari kandung kemih ke luar tubuh sewaktu proses
mikturisi.4
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem urinarius, ginjal berfungsi menyaring
kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air
dalam bentuk urin. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di
belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai
vertebra lumbalis ke 3. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri,
3
karena adanya lobus hepatis dextra yang besar menempati ruang superior dari
ginjal kanan.4
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menyalurkan
urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 25-30
cm, berdinding tebal dengan diameter kira-kira 1-10mm, berjalan dari pelvis
ginjal menuju kandung kemih. Seperti ginjal, ureter juga letaknya adalah
retroperitoneal. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang membantu mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.4
Gambar 2 : gambar penampang melintang dari ureter
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini letaknya
adalah di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Pada laki-laki,
terletak di depan rektum, sedangkan pada wanita, letaknya di depan vagina
dan di bawah uterus. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis
dengan pengisian urin ke dalamnya. Kapasitas kandung kemih adalah sekitar
700-800mL.4,5
4
Gambar 3 : letak kandung kemih dalam rongga pelvis pada laki-laki dan wanita13
Uretra merupakan saluran yang mengalirkan urin dari kandung kemih ke
meatus uretra, untuk dikeluarkan ke luar tubuh. Uretra pada pria memiliki
fungsi ganda, yaitu sebagai saluran urin dan saluran untuk semen dari organ
reproduksi. Panjang uretra pria kira-kira 20cm dan melengkung dari kandung
kemih ke luar tubuh, melewati kelenjar prostat dan penis. Uretra pada wanita
lurus dan pendek, dengan ukuran panjang kira-kira 4cm, berjalan secara
langsung dari leher kandung kemih ke luar tubuh, kemudian berakhir di
orificium uretra eksterna (meatus urinarius) yang terletak anterior dari vagina,
kira-kira 2.5cm posterior dari klitoris. Sphinkter uretra terletak di sebelah atas
vagina (antara klitoris dan vagina).5
Uretra pada pria dapat dibagi atas tiga bagian, antara lain uretra pars
prostatika, pars membranasea, dan pars spongiosa/cavernosa. Uretra pars
prostatika dimulai dari leher kandung kemih dan termasuk juga bagian yang
melewati kelenjar prostat. Uretra pars prostatika merupakan bagian yang
5
paling lebar diantara bagian uretra lainnya, dengan panjang sekitar 2.5cm.
Uretra pars membranasea adalah uretra yang terpendek dan paling sempit
dengan panjang sekitar 2cm. Pada uretra pars membranasea terdapat
sphinkter uretra eksterna, yang berfungsi dalam pengaturan keluar urin yang
dikendalikan secara volunter. Uretra pars spongiosa adalah uretra yang
terpanjang, kira-kira 15cm, yang melewati korpus spongiosum dan berakhir
di glans penis.5
Uretra pada pria dapat juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu uretra
anterior dan uretra posterior. Uretra posterior dibentuk oleh uretra pars
prostatika dan pars membranasea. Uretra anterior pula dibentuk oleh uretra
pars bulbaris, yang terletak di proksimal dan merupakan bagian uretra yang
melewati bulbus penis, pars cavernosa/spongiosa dan pars glandis, yakni
bagian uretra di glans penis. Secara umumnya, ketiga bagian uretra anterior
ini sering disebut bersama sebagai uretra pars cavernosa karena ketiganya
terletak dalam korpus cavernosum penis.1
Gambar 4 : gambar uretra laki-laki dengan bagiannya8
6
Gambar 5 : gambar uretra pada wanita dengan bagiannya20
IV. ETIOLOGI
Striktur uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra,
dan kelainan bawaan. Trauma merupakan penyebab terbanyak striktur uretra.
Trauma uretra dapat terjadi pada fraktur panggul, atau dapat juga karena
cedera langsung, misalnya pada cedera selangkangan (straddle injury).
Robekan yang berlaku pada uretra akibat hal-hal ini akan menyembuh dengan
pembentukan striktur.3,17,18
Penyebab lain striktur uretra adalah infeksi. Infeksi yang paling sering
menimbulkan striktur uretra adalah infeksi oleh kuman gonococcus yang
telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya (urethritis berulang).
Saat ini, penyebab infeksi sudah jarang dijumpai oleh karena pemakaian
antibiotik yang efektif dalam pengobatan uretritis.3
7
V. PATOFISIOLOGI
Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan menyebabkan
terbentuknya jaringan sikatriks pada uretra. Jaringan sikatriks pada lumen
uretra menimbulkan hambatan aliran urine sehingga terjadi retensi urine.
Aliran urine yang terhambat kemudian akan mencari jalan keluar di tempat
lain (di sebelah proksimal striktur) dan akhirnya akan mengumpul di rongga
periuretra. Jika terinfeksi, akan menimbulkan abses periuretra yang kemudian
pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadaan tertentu banyak sekali
dijumpai fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling.3
Pada keadaan striktur uretra ini, kandung kemih harus berkontraksi lebih
kuat hingga sampai pada suatu saat kemudian akan melemah. Otot kandung
kemih semula menebal sehingga terjadi trabekulasi pada fase kompensasi,
kemudian timbul sakulasi (penonjolan mukosa masih di dalam otot) dan
divertikel (menonjol ke luar) pada fase dekompensasi. Pada fase ini akan
timbul residu urin yang memudahkan terjadinya infeksi. Tekanan di dalam
kandung kemih yang tinggi akan menyebabkan terjadinya refluks sehingga
urin masuk kembali ke ureter, bahkan sampai ke ginjal. Infeksi dan refluks
dapat menyebabkan pielonefritis akut atau kronik yang kemudian
menyebabkan gagal ginjal, sebagai komplikasinya.2
8
Gambar 6 : patogenesis terjadinya striktur
Adapun derajat penyempitan lumen uretra dibagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu :
1. Ringan, jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.
2. Sedang, jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra.
3. Berat, jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.
Pada penyempitan derajat berat, kadang kala teraba jaringan keras di
korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.3
Gambar 7 : derajat penyempitan lumen (striktur) uretra3
VI. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Sumbatan pada uretra dan tekanan kandung kemih yang tinggi dapat
menyebabkan inhibisi urin keluar dari kandung kemih atau uretra proksimal
dari striktur. Gejala yang khas pada striktur uretra adalah pancaran berkemih
9
yang kecil dan bercabang. Gejala-gejala lain yang mungkin dihadapi pasien
adalah seperti kesulitan membuang air kecil, merasa tidak puas setelah
berkemih, merasa nyeri saat berkemih, terdapat darah pada urin, nyeri pada
daerah suprapubis dan daerah panggul. Gejala-gejala ini biasanya adalah
akibat dari iritasi dan infeksi yang timbul. Gejala lanjut dari striktur uretra ini
adalah retensio urin.10,12,17,18
B. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien striktur uretra, mungkin dapat ditemukan
penurunan laju urin saat berkemih. Penis akan terlihat bengkak atau
kemerahan pada saat inspeksi. Selain itu, mungkin juga didapatkan cairan
(discharge) yang keluar dari uretra. Pada palpasi, dapat diraba pembesaran
kandung kemih (distended) pada daerah abdomen akibat retensi urin.
Pembesaran limfe nodus di daerah inguinal serta pembesaran prostat juga
akan teraba pada saat pemeriksaan fisik, dengan disertai nyeri tekan. Hal ini
mungkin karena proses infeksi yang berlaku akibat retensi urin. Selain itu,
massa keras (induration) pada daerah bawah penis juga mungkin dapat
teraba.10
C. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis pasti terhadap striktur uretra, dapat dilakukan pemeriksaan
radiologi dengan kontras. Pemeriksaan radiologi yang perlu dilakukan adalah
uretrografi retrograd yakni untuk melihat uretra anterior, atau uretrografi
antegrad, untuk melihat uretra posterior. Melalui pemeriksaan ini, akan dapat
diketahui letak dan derajat striktur uretra tersebut. Pemeriksaan yang lebih
lengkap untuk mengetahui panjang striktur adalah dengan membuat
Retrograde Urethrography (RUG) with Voiding Cystourethrography (VCUG)
yaitu dengan memasukkan bahan kontras secara antegrad dari kandung kemih
10
dan secara retrograd dari uretra. Pemeriksaan uretrosistografi (UCG) turut
dapat digunakan untuk menilai derajat striktur uretra yang berlaku.6,7,8
Tabel 2 : penilaian derajat striktur uretra melalui pemeriksaan UCG16
Retrograde urethrografi (RUG)
RUG ini dilakukan dengan pasien dalam posisi miring, pasien dimiringkan
45 derajat. Pemeriksaan awal dilakukan untuk mengkonfirmasi posisi dan
eksposur yang benar sebelum kontras dimasukkan. Kain kasa digunakan
untuk meretraksi penis supaya dalam posisi peregangan. Kemudian, kontras
dimasukkan ke dalam uretra secara perlahan-lahan. Setelah kontras masuk,
pasien diekspose untuk melihat uretranya. 8
11
Gambar 8 : prosedur memasukkan kontras pada pemeriksaan RUG8
Gambar 9 : gambaran uretra
anterior yang normal pada
pemeriksaan RUG
Gambar 10 : gambaran striktur
uretra bulbarius
Pemeriksaan RUG bagus digunakan untuk mengevaluasi uretra anterior.
RUG hanya memberikan hasil yang terbatas tentang uretra posterior. Hal ini
karena selama penyuntikan kontras, pasien tidak berkemih, dan ketika pasien
tidak berkemih, sphinkter sepanjang uretra posterior tertutup, dan uretra pars
prostatika menyempit. Oleh itu, uretra posterior akan kelihatan sempit pada
pemeriksaan RUG.8
Voiding Cystourethrography (VCUG)
12
Pemeriksaan VCUG merupakan pemeriksaan terbaik untuk mengevaluasi
uretra posterior. Sewaktu pemeriksaan RUG dilakukan, kontras akan
dimasukkan pada kandung kemih dan ini dapat dilihat pada film. Pasien
kemudian diminta untuk buang air kecil, dan selama buang air kecil, pasien
diekspose. Selama buang air kecil, leher kandung kemih dan sfinkter
eksternal uretra posterior seharusnya relaksasi dan terbuka selama kandung
kemih berkontraksi. Jika uretra posterior terbuka secara luas selama
berkemih, itu menunjukkan bahwa bagian dari uretra tersebut adalah
normal.8,11
Gambar 11 : gambaran uretra posterior yang normal pada pemeriksaan RUG
dan VCUG10
- Uretra posterior kelihatan melebar pada saat pasien berkemih
13
Gambar 12 : pada foto ini, striktur bulbar terlihat selama injeksi kontras.
Uretra posterior tidak terbuka lebar seperti yang diharapkan pada saat
istirahat. Namun selama berkemih, daerah uretra membranosa terlihat
menyempit.8,11
Pada pemeriksaan radiologis, jika penyebab striktur adalah peradangan,
meskipun segmen yang terkena pendek, pada gambaran radiologisnya,
seluruh uretra juga dapat terlihat mengecil. Pada penyebab trauma pula,
segmen yang terkena lebih pendek dan lebih terlokalisasi dibandingkan
dengan akibat radang, sedangkan bagian lain tampak normal.1
D. Sistoskopi
Pemeriksaan yang lebih maju digunakan sistoskopi, yaitu penggunaan
kamera fiberoptik pada uretra. Dengan sitoskopi dapat dilihat penyebab
striktur, letaknya, dan karakter dari striktur.14,18
Gambar 13 : prosedur sistoskopi21
14
Gambar 14 : jenis-jenis alat cystoscope – flexible cystoscope dan rigid
cyctoscope19
E. Laboratorium
Analisis urin dan kultur dilakukan untuk mencari apakah adanya infeksi
yang mendasari. Pemeriksaan ureum dan kreatinin darah pula dilakukan
untuk menilai fungsi ginjal. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah
uroflowmetri, yaitu mengukur kecepatan pancaran urin. Kecepatan pancaran
urin normal pada laki-laki adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik.
Apabila kecepatan pancaran kurang dari 10ml/detik, hal itu menandakan
adanya obstruksi. 3
VII. DIAGNOSA BANDING
Benign prostate hypertrophy (BPH)
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Kelenjar
prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior
kandung kemih dan membungkus uretra posterior. Apabila mengalami
pembesaran, organ ini mendesak uretra pars prostatika dan menyebabkan
terhambatnya aliran urin keluar dari kandung kemih. Obstruksi prostat dapat
menimbulkan keluhan saluran kemih yang kurang lebih sama seperti pada
striktur uretra. Penyempitan lumen uretra prostatika menyebabkan
peningkatan tekanan intravesikal yang akan menimbulkan refluks vesico-
ureter. Apabila berlangsung terus, komplikasi yang bakal terjadi adalah
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat menjadi gagal ginjal.2,3
Batu uretra
15
Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke
buli-buli, kemudian masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer
terbentuk di uretra sangat jarang kecuali jika terbentuk di dalam divertikel
uretra.3
Keluhan yang disampaikan pasien biasanya adalah berkemih tiba-tiba
berhenti hingga terjadi retensi urin, yang mungkin sebelumnya didahului
dengan nyeri pinggang. Jika batu berasal dari ureter yang turun ke buli-buli
kemudian ke uretra, biasanye pasien mengeluh nyeri pinggang sebelum
mengeluh kesulitan berkemih. Batu yang berada di uretra anterior seringkali
dapat diraba oleh pasien berupa benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun
pendularis, atau kadang-kadang tampak di meatus uretra eksterna. Nyeri
dirasakan di daerah glans penis atau pada tempat batu berada. Batu yang
berada di daerah uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau rektum.3
Batu buli-buli
Batu buli-buli atau vesikolithiasis sering terjadi pada pasien yang
menderita gangguan berkemih atau terdapat benda asing di buli-buli.
Gangguan berkemih terjadi pada pasien-pasien hiperplasia prostat, striktur
uretra, divertikel buli-buli, atau buli-buli neurogenik. Kateter yang terpasang
pada buli-buli dalam waktu yang lama, adanya benda asing lain yang secara
tidak sengaja dimasukkan ke dalam buli-buli seringkali menjadi inti untuk
terbentuknya batu buli-buli. Selain itu, batu buli-buli dapat berasal dari batu
ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli.3
Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain nyeri
kencing/ disuria hingga stranguria, perasaan tidak enak sewaktu kencing, dan
kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan
perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat berkemih seringkali dirasakan
(referred pain) pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki.3
16
VIII. PENATALAKSAAN
Pada pasien yang datang dengan retensio urin, harus dilakukan sistostomi
suprapubik untuk mengeluarkan urin. Pada pasien dengan infiltrat urin atau
abses, turut dilakukan insisi dan sistostomi.2
Bila panjang striktur adalah lebih dari 2cm, atau terdapat fistula
uretrokutan, atau residif, maka dapat dilakukan uretroplasty. Bila panjang
striktur adalah kurang dari 2cm, dan tidak ada fistel, maka dilakukan bedah
endoskopi, atau uretrotomi interna dengan alat sachse. Untuk striktur uretra
anterior, dapat dilakukan otis uretrotomi.2,15
gambar 15 : gambaran striktur uretra yang telah dioperasi10
IX. PROGNOSIS
Striktur uretra sering kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan secara teratur ke dokter. Penyakit ini dinyatakan sembuh bila
setelah dilakukan observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda
kekambuhan.3
17
Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, seringkali pasien harus
menjalani beberapa tindakan, antara lain adalah dilatasi berkala dengan busi,
dan kateterisasi bersih mandiri berkala (KBMB) atau clean intermittent
catheterization (CIC), yaitu pasien dianjurkan untuk melakukan kateterisasi
secara periodik pada waktu tertentu dengan kateter yang bersih (tidak perlu
steril) guna mencegah timbulnya kekambuhan striktur.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Malueka R.G. Striktur Uretra. Dalam: Radiologi Diagnostik. Edisi ketiga.
Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press; 2006. Hal. 84-5.
2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Striktur Uretra.
Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. Hal. 336-7.
3. Purnomo BB. Striktur Urethra. Dalam: Dasar-Dasar Urologi. Edisi kedua.
Malang : Penerbit fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2003. Hal.
153 – 6.
4. Tortora, G.J. Derrickson B.H. The Urinary System. In : Principles of
Anatomy and Physiology. 12th edition. United States : John Wiley & Sons;
2009. Pg 1018-20, 1049-52.
5. Shier D, Butler J, Lewis R.Urinary System. In : Hole’s Human Anatomy &
Physiology. 12th edition. United States : McGraw Hill; 2010. Pg 798-802.
6. Armstrong P, Wastie M, Rockall A. Urethrography, Urethral Stricture. In :
Diagnostic Imaging. Sixth edition. United Kingdom : Wiley-Blackwell
Publishing; 2009. Pg 221,253.
7. Ma O. John, Cline D.M, Tintinalli J.E, Kelen G.D. Stapczynski J.S.
Urethral stricture. In : Emergency Medicine Just the Facts. Second edition.
United States : McGraw Hill; 2004. Pg 201.
18
8. Urethral strictures. Available from :
http://www.centerforreconstructiveurology.org/urethral-stricture/index.htm
9. Urethral strictures. [cited 2010, March 9]. Available from :
http://www.umm.edu/ency/article/001271all.htm
10. Urethral strictures. Gelman J. Available from :
http://www.prostatitis.org/strictures.html
11. Urethral strictures. 2010. [cited 2010, March 9]. Available from :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001271.htm
12. Urethral strictures. [cited 2011, January]. Available from :
http://www.urologyhealth.org/urology/index.cfm?article=66
13. Kuan, JK. Urethral stricture disease. [cited 2005, December 1].
14. Santucci RA, Joyce GF, Wise M. In : Male Urethral Stricture Disease.
15. RK Chhetri, GK Shrestha, HN Joshi, RKM Shrestha. 2009. Management of
urethral strictures and their outcome. India: Nepal Medical College Journal.
16. Urethral strictures. The Pennine Acute Hospitals.2008. [cited 2010,
December]. Available from : http://www.pat.nhs.uk/
17. What You Need to Know about a Urethral Stricture. 2008. Fairview Health
Services.
18. Imaging of the urinary tract. [cited 2006, November]. Available from :
http://www.kidneyurology.org/Library/Urologic_Health.php/Imaging_of_t
he_Urinary_Tract.php
19. Cytoscopy. Available from :
http://www.oxfordgynaecology.com/Investigations/Cystoscopy.aspx
20. Urethra. Available from :
http://www.medicalook.com/human_anatomy/organs/Urethra.html
21. Flexible cystoscopy. 2012. [cited 2012, April 12]. Available from :
http://urologyonline.org/proc/flexible-cystoscopy/attachment/flexible-
cystoscopy-2/
19
20