7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
1/20
REFERAT
RESUSITASI JANTUNG PARU
Disusun Oleh :
Pipim 030.07.
Nor Ubudiah Seti 030.08.293
Juniani Niandini 030.08.133
Putri Balqis 030.07.
Pembimbing :
dr.Dublianus, Sp.An
dr.Evita, Sp.An
DEPARTEMEN ILMU ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEGON
PERIODE....................
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
2/20
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rakhmat
dan hidayahNya, beserta salam atas nama besar Muhammad SAW. Terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Dublianus, Sp.An dan dr.Evita, Sp.An
atas kesediaan waktu dan kesempatan yang diberikan sebagai pembimbing
referat ini, sehingga referat yang berjudul RESUSITASI JANTUNG PARU
dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan bagian ilmu
Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon. Bahasan dalam referat ini
diambil dari berbagai macam sumber.
Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi perbaikan laporan kasus ini. Semoga referat ini bisa berguna dan
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkempentingan.
Cilegon, 26 September 2012
Penyusun
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
3/20
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka
II.1 Definisi
II.2 Indikasi
II.3 Fase RJPO
II.4 Prosedur RJOP
BAB III Kesimpulan
Daftar Pustaka
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
4/20
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tahun lalu American Heart Association (AHA), dalam Jurnal Circulation
yang diterbitkan 2 November 2010, mempublikasikan Pedoman
Cardiopulmonary Resucitation (CPR) dan Perawatan Darurat Kardiovaskular
2010. Seperti kita ketahui, para ilmuwan dan praktisi kesehatan terus
mengevaluasi CPR atau yang lebih kita kenal dengan Resusitasi Jantung Paru
(RJP) ini dan mempublikasikannya setiap 5 tahun.
Evaluasi dilakukan secara menyeluruh mencakup urutan dan prioritas
langkah-langkah CPR dan disesuaikan dengan kemajuan ilmiah saat ini untuk
mengidentifikasi faktor yang mempunyai dampak terbesar pada kelangsungan
hidup. Atas dasar kekuatan bukti yang tersedia, mereka mengembangkan
rekomendasi yang hasilnya menunjukkan paling menjanjikan.
Rekomendasi 2010 Pedoman mengkonfirmasi keamanan dan efektivitas
dari banyak pendekatan, mengakui ketidakefektifan orang lain, dan
memperkenalkan perawatan baru berbasis evaluasi bukti intensif dan konsensus
para ahli. Kehadiran rekomendasi baru ini tidak untuk menunjukkan bahwa
pedoman sebelumnya tidak aman atau tidak efektif, melainkan untuk
menyempurnakan rekomendasi terdahulu(1)
Resusitasi Jantung Paru atau CPR bertujuan untuk membuka kembali
jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan
bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas karena syok akibat
kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya. Namun yang perlu diperhatikan khususuntuk korban pingsan karena kecelakaan, tidak boleh langsung dipindahkan
karena dikhawatirkan ada tulang yang patah. Biarkan di tempatnya sampai
petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang tenggelam dan seranganjantung yang harus segera dilakukan CPR.
http://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantunghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sesak_napas&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kecelakaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecelakaanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sesak_napas&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantung7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
5/20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan
kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa
disebabkan karena korban mengalami serangan jantung (heart attack),tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan dan lain-lain. Pada
kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan transportasi
oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama
organ fital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagikorban dan mengalami kerusakan. Organ yang paling cepat mengalami
kerusakan adalah otak, karena otak hanya akan mampu bertahan jika ada asupan
gula/glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidakmendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian
secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena
itu GOLDEN PERIOD (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas
dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam watu kurang dari 10
menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah
mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korbansangat kecil. Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang
mengalami henti napas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasijantung paru / CPR
.(3)
Catatan :
1. Mati Klinis
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel,
penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa
kerusakan otak.
2. Mati Biologis
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan
kematian sel otak, bersifat irreversibel. (kecuali berada di suhu yang ekstrim
dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih danberhasil).
Pada korban yang sudah tidak ada refleks mata dan terjadi kerusakan
batang otak tidak perlu dilakukan RJP.
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
6/20
II.2 Anatomi
Jantung
Jantung terdiri dari empat ruang, yaitu atrium kanan dan atrium kiri, sertaventrikel kanan dan kiri. Jantung berdenyut pada :
- Orang dewasa 6080 kali per menit- Anakanak (210 tahun) 60 -140 kali per menit- Bayi ( < 1 tahun) 85 - 200 kali per menit
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh melalui
pembuluh aorta dan arteri pulmonalis. Kelainan pada sistem kerja jantung akan
menyebabkan perubahan irama jantung, seperti :
- Bradiaritmia < 60 kali / menit
- Takiaritmia > 100 kali / menit
Gbr. 1 Jantung
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
7/20
Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi bertanggung
jawab untuk menyalurkan oksigen dan
nutrisi melalui aorta ke seluruh tubuhdan membuang hasil metabolisme.
Jantung kanan menampung
darah kotor ( rendah oksigen, kaya
karbondioksida / zat asam arang ), yang
kemudian dialirkan ke paru melalui
arteri pulmonalis. Jantung kiri
berfungsi memopa darah bersih ( kaya
oksigen ) ke seluruh tubuh
Gbr.2 Sirkulasi tubuh
II.3 Indikasi
Henti Napas (Apneu)
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi
pernapasan baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalamtubuh akan memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas
akan lebih cepat dari pada keadaan normal. Bila perlangsungannya lama akan
memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas
akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas
CO2, kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan pusat napas. Keadaan
inilah yang dikenal sebagai henti nafas.
Pada awal henti napas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,
pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapamenit. Kalau henti napas mendapat pertolongan segera maka pasien akanteselamatkan hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan berakibat henti
jantung.
Henti Jantung ( Cardiac Arrest )
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah
dapat dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas,
maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak
dapat berkontraksi dan akibatnya henti jantung ( cardiac arrest ).
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
8/20
Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis
femoralis, radialis) disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan
berhenti atau satu-satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tak bereaksi terhadap
rangsang cahaya dan pasien tidak sadar.
Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin (Hb),saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernapasan. Iskemi melebih 3-4 menit pada
suhu normal akan menyebabkan kortek serebri rusak menetap, walaupun setelah
itu dapat membuat jantung berdenyut kembali.
II.4 Fase RJPO
Berdasarkan konvensi American Heart Association (AHA) terbaru pada tanggal
18 Oktober 2010, Prosedur CPR terbaru adalah sebagai berikut :
A.Kewaspadaan Terhadap Bahaya [DANGER]
Penolong mengamankan diri sendiri dengan memakai alat proteksi diri (APD).
ALat proteksi yang paling dianjurkan adalah sarung tangan untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit dari korban kepada penolong.
Selanjutnya penolong mengamankan lingkungan dari kemungkinan bahaya lain
yang mengancam, seperti adanya arus listrik, ancaman kejatuhan benda (fallingobject), Setelah penolong dan lingkungan aman maka selanjutnya meletakan
korban pada tempat yang rata, keras, kering dan jauh dari bahaya.
B. Cek Respons / Penilaian Kesadaran
Cek kesadaran korban dengan memanggil dan menepuk bahunya. Jika denganmemanggil dan menepuk tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran
dengan melakukan Rangsangan Nyeri. lakukan rangsang nyeri dengan menekan
tulang dada korban dengan cara penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu
tekan dengan sudut ruas jari-jari tangan yang telah ditekuk. Jika tidak ada
respon dengan rangsany nyeri berarti korban tidak sadar dan dalam kondisi
koma.
C. Panggil Bantuan / Call For Help
Jika korban tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil
bantuan baik dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan(SOS) dan cara lainya.
BERTERIAK : Memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu
pertolongan atau disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Jika ada AED
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
9/20
(Automatic External Defibrilation) maka suruh penolong lain untuk mengambil
AED.
MENELEPON : menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number)
sesuai dengan nomor dilokasi / negara masing-masing. Seperti : 911, 118, 112,113, 999, 000, 555 dan lain-lain.
EMERGENCY SIGNAL : dengan membuat asap, kilauan cahaya, suar dan lain-
lain jika lokasi ada didaerah terpencil.
D. Cek Nadi
Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban
masih berdenyut atau tidak.
Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher (karotis) dengan
menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid) kemudiantarik ke arah samping sampe terasa ada lekukan rasakan apakah teraba atau
tidak denyut nadi korban.
Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian dalam. Dengan
menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan atas bagian
dalam korban.Jika nadi tidak teraba berarti korban mengalami henti jantung, maka segera
lakukan penekanan / kompresi pada dada korban.
Jika nadi teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan denganmembukaan jalan napas dan pemeriksanaan napas.
E. Kompresi Dada
Jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya berhenti berdenyut maka
harus segera dilakukan penekanan / kompresi dada sebanyak 30 kali.
Caranya : posisi penolong sejajar dengan bahu korban.
Letakan satu tumit tangan diatas tulang dada, lalu letakan tangan yang satu lagi
diatas tangan yang sudah diletakan diatas tulang dada. Setelah lalu tekan dada
korban denga menjaga siku tetap lurus.
Tekan dada korban sampai kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 3-5 cm
/ 1-2 inci (korban dewasa), 2-3 cm (Pada anak), 1-2 cm (bayi)
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
10/20
F. Buka Jalan Napas
Setelah melakukan kompresi selanjutnya membuka jalan napas. Buka jalan
napas dengan menengadahkan kepala korban. Pada korban trauma yang
dicurigai mengalami patah tulang leher melakukan jalan napas cukup denganmengangkat dagu korban.
G. Memberikan Napas Buatan
Jika korban masih teraba berdenyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan
apakah masih bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan
Melihat ada tidaknya pergerakan dada (LOOK), mendengarkan suara napas
(LISTEN) dan merasakan hembusan napas (FEEL). Jika korban berdenyut
jantungnya tetapi tidak bernapas maka hanya diberikan napas buatan saja
sebanyak 12-20 kali per menit. Jika korban masih berdenyut jantungnya dan
masih bernapas maka korban dimiringkan agar ketika muntah tidak terjadiaspirasi. Korban yang berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak
perlu dilakukan pemeriksaan pernapasan karena sudah pasti berhenti napasnya,
penolong setelah melakukan kompresi dan membuka jalan napas langsung
memberikan napas buatan sebanyak 2 kali.
H. Evaluasi
Evaluasi pada CPR dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5 x 2 napas
buatan) Evaluasi pada pemebrian napas buatan saja dilakukan setiap 2 menit.
Menurut Safar membagi resusitasi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. FASE I : Tunjangan Hidup Dasar (Basic Life Support) yaitu prosedur
pertolongan darurat mengatasi obstruksi jalan nafas, henti nafas dan hentijantung, dan bagaimana melakukan RJP secara benar.
Terdiri dari :
C (circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru.A (airway) : menjaga jalan nafas tetap terbuka.B (breathing) : ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat.
2. FASE II : Tunjangan hidup lanjutan (Advance Life Support); yaitu tunjangan
hidup dasar ditambah dengan :D (drugs) : pemberian obat-obatan termasuk cairan.
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
11/20
Adrenalin
Mekanisme kerja merangsang reseptor alfa dan beta, dosis yang diberikan 0,5
1 mg iv diulang setelh 5 menit sesuai kebutuhan dan yang perlu diperhatikan
dapat meningkatkan pemakaian O2 myocard, takiaritmi, fibrilasi ventrikel.
5
Lidokain
Meninggikan ambang fibrilasi dan mempunyai efek antiaritmia dengan cara
meningkatkan ambang stimulasi listrik dari ventrikel selama diastole. Pada
dosis terapeutik biasa, tidak ada perubahan bermakna dari kontraktilitas
miokard, tekanan arteri sistemik, atau periode refrakter absolut. Obat ini
terutama efektif menekan iritabilitas sehingga mencegah kembalinya fibrilasi
ventrikel setelah defibrilasi yang berhasil, juga efektif mengontrol denyut
ventrikel prematur yang mutlti fokal dan episode takhikardi ventrikel. Dosis 50-100 mg diberikan iv sebagai bolus, pelan-pelan dan bisa diulang bila perlu.
Dapat dilanjutkan dengan infus kontinu 1-3 mg.menit, biasanya tidak lebih dari4 mg.menit, berupa lidocaine 500 ml dextrose 5 % larutan (1 mg/ml).
Sulfas Atropin
Mengurangi tonus vagus memudahkan konduksi atrioventrikuler dan
mempercepat denyut jantung pada keadaan sinus bradikardi. Paling berguna
dalam mencegah arrest pada keadaan sinus bradikardi sekunder karena infarkmiokard, terutama bila ada hipotensi. Dosis yang dianjurkan mg, diberikan iv.
Sebagai bolus dan diulang dalam interval 5 menit sampai tercapai denyut nadi >
60 /menit, dosis total tidak boleh melebihi 2 mg kecuali pada blokatrioventrikuler derajat 3 yang membutuhkan dosis lebih besar.
Isoproterenol
Merupakan obat pilihan untuk pengobatan segera (bradikardi hebat karena
complete heart block). Ia diberikan dalam infus dengan jumlah 2 sampai 20
mg/menit (1-10 ml larutan dari 1 mg dalam 500 ml dectrose 5 %), dan diaturuntuk meninggikan denyut jantung sampai kira-kira 60 kali/menit. Juga bergunauntuk sinus bradikardi berat yang tidak berhasil diatasi dengan Atropine.
Propranolol
Suatu beta adrenergic blocker yang efek anti aritmianya terbukti berguna untukkasus-kasus takhikardi ventrikel yang berulang atau fibrilasi ventrikel berulang
dimana ritme jantung tidak dapat diatasi dengan Lidocaine. Dosis umumnya
adalah 1 mg iv, dapat diulang sampai total 3 mg, dengan pengawasan yangketat.
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
12/20
Kortikosteroid
kortikosteroid sintetis (5 mg/kgBB methyl prednisolon sodium succinate atau 1
mg/kgBB dexamethasone fosfat) untuk pengobatan syok kardiogenik atau shock
lung akibat henti jantung. Bila ada kecurigaan edema otak setelah henti jantung,60-100 mg methyl prednisolon sodium succinate tiap 6 jam akan
menguntungkan. Bila ada komplikasi paru seperti pneumonia post aspirasi,
maka digunakan dexamethason fosfat 4-8 mg tiap 6 jam.
E (EKG) : diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin setelah dimulai KJL,
untuk mengetahui apakah ada fibrilasi ventrikel, asistole atau agonal ventricular
complexes.
F (fibrillation treatment) : tindakan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel.
Fibrilation treatment
Defibrilasi adalah tindakan yang berpotensi penyelamatan hidup. Harus sedini
mungkin dengan alasan :1. irama yang umum didapati pada henti jantung adalah VF
2. terapi yang paling efektif pada VF adalah defibrilasi
3. makin lambat dilakukan makin jelek
4. VF cenderung asistole
Energi
O VF / VT , nadi tidak teraba :
Pertama : 200 Joule
Kedua : 200300 JouleKetiga : 360 Joule
Keempat : 360 Joule
O VT, SVT AF
Gel. QRS lebar (VT) : 100 Joule
Gel QRS sempit (SVT) : 50 JouleYang harus diperhatikan :
- Defibrilasi tidak boleh dilakukan pada anak umur kurang dari delapan tahundan berat badan kurang dari 25 Kg.
- Segala perhiasan dan bahan metal yang melekat dari tubuh korban dilepaskan.
- Korban dari permukaan air, dikeringkan terlebih dahulu .
http://www.dokterbook.com/2012/06/14/pneumonia/http://www.dokterbook.com/2012/06/14/pneumonia/7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
13/20
3. FASE III : Tunjangan hidup terus-menerus (Prolonged Life Support).
G (Gauge) : pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring penderita secara
terus menerus, dinilai, dicari penyebabnya dan kemudian mengobatinya.
H (Head) : tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak san sistem saraf dari
kerusakan lebih lanjutakibat terjadinya henti jantung, sehingga dapat dicegah
terjadinya kelainan neurologis yang permanen.
H (Hipotermi) : segera dilakukan bila tidak adaperbaikan fungsi susunan saraf
pusat yaitu pada suhu antara 30o-32
oC
H (Humanization) : harus diingat bahwakorban yang ditolong adalah manusia
yang mempunyai perasaan, karena itu semua tindakan hendaknya berdasarkan
perikemanusiaan.
I (Intensive Care) : perawatan intensif di ICU, yaitu : tunjangan ventilasi :
trakeostomi, pernafasan dikontrol terus menerus, sonde lambung, pengukuran
pH, pCO2 bila diperlukan, dan tunjangan sirkulasi, pengendalian kejang.
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
14/20
Rangkaian (sekuens) Bantuan Hidup Dasar
Berikut ini adalah algoritmabantuan hidup dasar berdasarkan 2010 American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovacular Care yaitu :
Ada denyut nadi
tiada denyut nadi
Korban
ditemukan
Cek respon
korban
Tidak ada respon,Tidakbernafas,Tidak bernafas
normal (hanya
gasping/terengah-engah)
Cek nadi,pastikan
nadi dalam 10 detik Beri 1 napas tiap 5-6
detik, cek ulang tiap 2
menit.
Berikan 1 shock, Segeralanjutkan RJP untuk 5
siklus (2 menit)
Segera lanjutkan RJPselama 2 menit,sehingga
tim dengan alat lengkap
datang.
Rekam irama
jantung,apakah bias
defibrilasi atau
Mulai siklus 30
kompresi dan 2
AED/defibrillator
datang
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
15/20
II.5 Prosedur RJPO
Pada dasarnya resusitasi jantung paru terdiri dari 2 elemen: kompresi dada dan
mulut-ke-mulut (mouth-to-mouth) napas buatan.
Sebelum menolong korban, hendaklah menilai keadaan lingkungan terlebihdahulu:
1. Apakah korban dalam keadaan sadar?
2. apakah korban tampak mulai tidak sadar, tepuk atau goyangkan bahu korban
dan bertanya dengan sura keras apakah anda baik-baik saja?
3. apabila korban tidak berespon, mintalah bantuan untuk menghubungi rumah
sakit terdekat dan mulailah RJP.
Henti Napas
Pernepasan buatan diberikan dengan cara :
a. Mouth to Mouth Ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi (terutama hepatitis,
HIV) karena itu harus memakai barrier device (alat perantara). Dengan cara
ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18 %.
O Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya
dengan jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korbanke atas.
O Penolong menarik napas dalamdalam, kemudian letakkan mulut penolongke atas mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara pelan
pelan sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat daritiupan napas penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan
oleh penolong itu masuk ke dalam paruparu korban.
O Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung
korban. Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi
semula.
b. Mouth to StomaDapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian
dihembuskan udara melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedurKrikotiroidektomi tadi.
c. Mouth to Mask ventilation
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan face
mask.
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
16/20
d. Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)
Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup. Untuk
mendapatkan penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker dipegang
satu petugas sedangkan petugas yang lain memompa.
Gbr. Bag Valve Mask
e. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
Pada ambulans dikenal sebagai OXY Viva . Alat ini secara otomatis akan
memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang diinginkan.
Bantuan jalan napas dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan napas
korban apakah terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka
hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.
Henti Jantung
RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolongLokasi titik tumpukompresi
- 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus- Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari
telunjuk mengikuti
- Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut- Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat
di titik pijat jantung
- Jarijari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dadakorban
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
17/20
Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)
- Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum- Tekan ke bawah sedalam 45 cm- Tekanan tidak terlalu kuat- Tidak menyentak- Tidak bergeser / berubah tempat- Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )- Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)- Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas)- Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi
Gbr. 3 Teknik Pijat Jantung
Resusitasi jantung paru pada bayi ( < 1 tahun)
O 23 jari atau kedua ibu jari
O Titik kompresi pada garis yang menghubungkan kedua papilla mammae
O Kompresi ritmik 5 pijatan / 3 detik atau kurang lebih 100 kali per menit
O Rasio pijat : napas 15 : 2
O Setelah tiga siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
18/20
Resusitasi Jantung paru pada anak anak ( 1 8 tahun)
O Satu telapak tangan
O Titik kompresi pada satu jari di atas Proc. Xiphoideus
O Kompresi ritmik 5 pijatan / 3 detik atau kurang lebih 100 kali per menit
O Rasio pijat : napas 30 : 2
O Setelah tiga siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi
Indikasi penghentian RJP
O Korban bernapas spontan dan normal kembali
O Penolong merasa lelahO Henti napas dan henti jantung berlangsung selama 30 menit
O Telah ada tenaga lain yang lebih ahli
Komplikasi RJP
O Fraktur sternum
Sering terjadi pada orang tua
ORobekan paru
O Perdarahan intra abdominal
Posisi yang terlalu rendah akan menekan Proc. Xiphoideus ke arah hepar atau
limpa .
ODistensi lambung karena pernapasan buatan
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
19/20
BAB III
KESIMPULAN
1. Resusitasi jantung paru adalah usaha yang dilakukan untuk apa-apa yangmengindikasikan terjadinya henti nafas atau henti jantung.
2. Kompresi dilakukan terlebih dahulu dalam kasus yang terdapat henti pernafasanatau henti jantung kerana setiap detik yang tidak dilakukan kompresi merugikan
sirkulasi darah dan mengurangkan survival rate korban.
3. Prosedur RJP terbaru adalah kompresi dada 30 kali dengan 2 kali napas buatan.4. Fase-fase pada RJP adalah Bantuan Hidup Dasar, Bantuan Hidup Lanjut dan
Bantuan terus-menerus.5. Sistem RJP yang dilakukan sekarang adalah adaptasi dan pembaharuan dari
pedoman yang telah diperkenalkan oleh Peter Safar dan kemudiannya
diadaptasi oleh American Heart Association.
6. Dengan adanya pedoman resusitasi jantung paru terbaru ini, diharapkan dapatmeningkatkan angka harapan hidup pada korban dengan henti jantung. Selainitu, pedoman ini juga lebih praktis dan relative mudah untuk dipahami dan
dilakukan sehingga dapat diajarkan kepada masyarakat awam sekalipun.
Semakin banyak orang yang memahami dan mampu untuk melakukan
resusitasi, maka semakin banyak pula korban henti jantung yang dapatterselamatkan.
7/29/2019 Referat Anestesi (Latest)
20/20
Daftar Pustaka
1. http://www.kesad.mil.id/content/perubahan-paradigma-resusitasi-jantung-paru-%E2%80%9C-abc-cab%E2%80%9D
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Resusitasi_jantung_paru-paru
3.http://proemergency.com/prosedur_resusitasi_jantung_paru_cpr_ber
ita39.html
4. Siahaan, Oloan SM. 1992.Resusitasi Jantung, Paru, dan
Otak.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/39_ResusitasiJantungParu
danOtak.pdf/39_ResusitasiJantungParudanOtak.pdf
5. Sjamsuhidajat R, Jong Wd.Resusitasi, dalam Buku Ajar IlmuBedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC hal : 124-119.
6. American Heart Association
http://circ.ahajournals.org/content/vol122/18_suppl_3/
http://id.wikipedia.org/wiki/Resusitasi_jantung_paru-paruhttp://proemergency.com/prosedur_resusitasi_jantung_paru_cpr_berita39.htmlhttp://proemergency.com/prosedur_resusitasi_jantung_paru_cpr_berita39.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/39_ResusitasiJantungParudanOtak.pdf/39_ResusitasiJantungParudanOtak.pdfhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/39_ResusitasiJantungParudanOtak.pdf/39_ResusitasiJantungParudanOtak.pdfhttp://circ.ahajournals.org/content/vol122/18_suppl_3/http://circ.ahajournals.org/content/vol122/18_suppl_3/http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/39_ResusitasiJantungParudanOtak.pdf/39_ResusitasiJantungParudanOtak.pdfhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/39_ResusitasiJantungParudanOtak.pdf/39_ResusitasiJantungParudanOtak.pdfhttp://proemergency.com/prosedur_resusitasi_jantung_paru_cpr_berita39.htmlhttp://proemergency.com/prosedur_resusitasi_jantung_paru_cpr_berita39.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Resusitasi_jantung_paru-paru