PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
PADA INFORMASI LAYANAN UMUM
DAN LAYANAN NIAGA
DI KOTA KENDARI
THE USING OF INDONESIA LANGUAGE
IN PUBLIC SERVICE INFORMATION
AND COMMERCE SERVICE
IN KENDARI CITY
SUKMAWATI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
PADA INFORMASI LAYANAN UMUM
DAN LAYANAN NIAGA
DI KOTA KENDARI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Bahasa Indonesia
Disusun dan diajukan oleh
SUKMAWATI
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sukmawati
Nomor Mahasiswa: P1200209005
Program Studi : Bahasa Indonesia
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Juni 2011
Yang menyatakan,
Sukmawati
PRAKATA
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, ungkapan rasa syukur penulis
panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi kesehatan dan
kesempatan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Penyelesaian tesis ini berkat motivasi dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, melalui lembaran ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada kedua orang tua penulis H.S.F. Duppa dan Hj. St. Dawati
yang telah mendidik penulis sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Hj.
Nurhayati, M. Hum. dan Dr. Hj. Ery Iswary, M. Hum. selaku Ketua Komisi
Penasihat dan Anggota Komisi Penasihat atas segala motivasi,
bimbingan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Demikian
pula kepada tim penguji Prof. Dr. H. Muhammad Darwis, M.S., Prof. Dr.
Tadjuddin Maknun, S.U., dan Prof. Dr. Lukman, M.S. atas segala saran
dan kritikan yang konstruktif dalam penyelesaian tesis ini.
Tidak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada segenap
pimpinan Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional yang telah
memberi izin, bantuan dana, dan fasilitas selama penulis menempuh
pendidikan di Universitas Hasanuddin, Makasar. Begitu pula kepada Drs.
H. Haruddin, M. Hum. selaku Kepala Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi
Tenggara periode 2006-2009 yang telah merekomendasikan penulis untuk
melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin dan kepada Prof. Dr. Hanna, M. Pd. selaku Kepala Kantor
Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, serta segenap staf Kantor Bahasa
Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberi motivasi dan dukungan
kepada penulis selama menempuh pendidikan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada suami tercinta
Abdul Razak, S.E. dan anakku tersayang Miftah Rusyaidi atas
pengertian, pengorbanan, dan dukungannya selama penulis menempuh
pendidikan. Begitu pula kepada semua keluarga yang tidak dapat penulis
sebutkan namanya satu per satu atas segala bantuan dan dukungannya
kepada penulis. Semoga segala bantuan dan dukungan bernilai ibadah di
sisi Allah, Swt.
ABSTRAK
SUKMAWATI. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Informasi Layanan Umum dan Layanan Niaga di Kota Kendari (dibimbing oleh Nurhayati dan Ery Iswary).
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan dan faktor-faktor penyebab kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan kajian analisis kesalahan berbahasa. Populasi penelitian meliputi semua pemakaian bahasa pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari. Dari populasi tersebut sampel dipilih secara purposif. Data dikumpulkan dengan teknik simak, dokumentasi, observasi, dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) bentuk-bentuk kesalahan pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari, meliputi kesalahan ejaan, kesalahan diksi, kesalahan struktur kata, dan kesalahan karena penggunaan istilah asing, 2) faktor-faktor penyebab kesalahan pada penggunaan ejaan dan diksi, yaitu: pihak yang terkait tidak mengetahui kaidah bahasa Indonesia, menganggap tulisan mereka sudah benar, kesalahan pada pihak kedua (percetakan), mengikuti konsep lama, belum sempat mengubah bentuk yang salah, dan lebih umum dipakai. Faktor-faktor penyebab kesalahan struktur kata dan kesalahan karena penggunaan istilah asing, yaitu: supaya menarik perhatian pelanggan, penggunaan bahasa asing lebih bergengsi, tidak mengetahui padanan kata dalam bahasa Indonesia, belum menerima edaran tentang penggunaan bahasa Indonesia di tempat umum, dan lebih umum dipakai.
ABSTRACT
SUKMAWATI. The Use of Indonesian Laguage in Public Service and Commercial Service Information in Kendari City (Supervised by Nurhayati and Ery Iswary).
This study aims to describe the forms and causes of errors in the use of language in public service and commercial service information in Kendari City. The method use in the research was monitoring method with documentation, observation, and questionnaire techniques. The study was conducted as a qualitative descriptive research with language errors analysis. The population includes all language application in public service and commercial service information in Kendary City. The sampling technique used was the purposive sampling technique. The result reveals that the forms of errors in public service and commercial service information in Kendary City are: (1) spelling error, (2) diction error, (3) grammatical error, and (4) errors due to the use of foreign terms. The factors causing the errors are as follows: (1) the causes of spelling and diction errors: (a) related-parties do not know the rules in the Indonesian language, (b) the related-parties consider that what they have written is already correct, (c) the second-party error (printing company), (d) the related-parties refer to old concepts, (e) the related-parties have not changed the errors, (f) the language items are more common; (2) the factors that result in grammatical errors and errors due to the use of foreign terms: (a) an intention to attract customers, (b) a consideration that the use of foreign languages is more prestigious, (c) the related parties do not know the equivalent words in Indonesian language, (d) some people are more familiar with specified foreign terms than Indonesian terms, (e) the related parties have not received information about the use of Indonesian language in public places, and (f) the language items are more common.
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
C. Ruang lingkup Penelitian ........................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
II. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 9
A. Teori Kesalahan Berbahasa ...................................................... 9
B. Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan ........................ 11
C. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar .................................... 13
D. Ejaan.......................................................................................... 14
E. Diksi ........................................................................................... 21
F. Struktur Frasa ............................................................................ 25
G. Unsur Asing dalam Bahasa Indonesia ....................................... 25
H. Sumber dan Penyebab Kesalahan ............................................ 27
I. Sikap Bahasa dan Pemilihan Bahasa ........................................ 31
J. Masyarakat Aneka Bahasa ........................................................ 33
K. Pemertahanan Bahasa .............................................................. 36
L. Alih Kode dan Campur Kode ..................................................... 37
M. Interferensi ................................................................................. 38
N. Penggunaan Nama Indonesia pada Badan Usaha, Kawasan, dan
Bangunan .................................................................................. 40
O. Sumber Nama Badan Usaha, Kawasan, dan Bangunan ........... 42
P. Kajian yang Relevan .................................................................. 43
Q. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ........................................ 44
R. Kerangka Pikir ........................................................................... 46
S. Hipotesis .................................................................................... 49
T. Definisi Operasional Variabel .................................................... 49
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 51
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 51
B. Lokasi Penelitian ........................................................................ 51
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 53
D. Populasi dan Sampel ................................................................. 53
1. Populasi ................................................................................ 53
2. Sampel .................................................................................. 54
E. Metode dan Teknik Penelitian .................................................... 54
1. Metode Penelitian ................................................................. 54
2. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 55
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 56
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 57
A. Bentuk-Bentuk Kesalahan pada layanan Umum di Kota
Kendari ...................................................................................... 57
1. Bentuk-Bentuk Kesalahan Ejaan ......................................... 57
2. Bentuk-Bentuk Kesalahan Diksi ........................................... 84
B. Bentuk-Bentuk Kesalahan pada Layanan Niaga di Kota
Kendari ...................................................................................... 87
1. Bentuk-Bentuk Kesalahan Ejaan ......................................... 88
2. Bentuk-Bentuk Kesalahan Diksi ........................................... 99
3. Bentuk-Bentuk Kesalahan Struktur Kata .............................. 100
4. Bentuk-Bentuk Kesalahan karena Penggunaan Istilah
Asing .................................................................................... 102
C. Faktor-Faktor Penyebab Kesalahan pada Informasi Layanan
Umum dan Layanan Niaga di Kota Kendari .............................. 121
1. Kesalahan Ejaan .................................................................. 122
2. Kesalahan Diksi ................................................................... 124
3. Kesalahan Struktur Kata ...................................................... 125
4. Kesalahan karena Penggunaan Istilah Asing ...................... 126
V. PENUTUP ...................................................................................... 128
A. Simpulan .................................................................................... 128
B. Saran ......................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 131
LAMPIRAN I KUESIONER DAN NAMA RESPONDEN ....................... 133
LAMPIRAN II DATA INFORMASI LAYANAN UMUM DAN LAYANAN
NIAGA DI KOTA KENDARI.................................................................. 146
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kebahasaan di Indonesia tidak terlepas dari kehidupan
masyarakat pendukungnya. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah
terjadi berbagai perubahan, baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia
yang baru, globalisasi, maupun sebagai dampak perkembangan teknologi
informasi yang sangat pesat. Kondisi itu telah memengaruhi prilaku
masyarakat Indonesia. Gerakan reformasi yang telah bergulir sejak tahun
1998 telah mengubah paradigma tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Tatanan kehidupan yang serba sentralistik
telah berubah ke desentralistik, masyarakat bawah yang menjadi sasaran
kini didorong untuk menjadi pelaku dalam proses pembangunan bangsa.
Dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia, presiden
telah mencanangkan “Gerakan Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan”
pada tanggal 2 Mei 2002 disertai dengan gerakan “Pengembangan
Perpustakaan” oleh Menteri Pendidikan Nasional, serta disambut oleh
Ikatan Penerbit Indonesia dengan “Hari Buku Nasional” pada tanggal 17
Mei 2002. Sebagai upaya untuk menindaklanjuti kebijakan tersebut, perlu
diupayakan pengembangan bahasa dalam rangka peningkatan mutu
penggunaan bahasa Indonesia.
Melalui peningkatan pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia diupayakan agar penggunaan bahasa Indonesia secara baik
dan benar serta dengan rasa bangga makin menjangkau seluruh lapisan
masyarakat, memerkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dan
memantapkan kepribadian bangsa.
Strategisnya kedudukan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia
tercermin dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda tahun 1928 yang berbunyi
“Kami putera-puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa
Indonesia” dan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 yang menyatakan
bahwa “bahasa negara ialah bahasa Indonesia”.
Slogan “Pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”,
tampaknya mudah untuk diucapkan namun maknanya tidak jelas. Slogan
itu tampaknya hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata. Kadang
terdengar cibiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan pemerintah agar
bangsa ini dapat diseragamkan dalam bertindak atau berbahasa.
Disadari atau tidak, masih sering ditemukan penggunaan bahasa
Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal
ini, penggunaan bahasa Indonesia itu masih sering tidak tepat.
Ketidaktepatan penggunaan bahasa Indonesia pada seseorang tidak
hanya terjadi pada saat orang itu berbicara atau berkomunikasi secara
lisan, tetapi hal demikian lebih tampak pada bentuk-bentuk yang tertulis
pada media tertentu. Ketidaktepatan penggunaan bahasa Indonesia dapat
disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya, pertama, ketidakcermatan
atau ketidaktahuan akan kaidah bahasa Indonesia; kedua, terbawa oleh
sikap latah atau ikut-ikutan. Penggunaan bahasa Indonesia di berbagai
media tersebut, dapat dikatakan sebagai sebuah penggambaran
kemampuan dan wawasan kebahasaan suatu kelompok masyarakat.
Ketidaktepatan penggunaan bahasa Indonesia dan pengaruh
bahasa asing dalam bahasa tulis di berbagai media luar ruang seperti
papan iklan, papan informasi, nama hotel, pertokoan, nama apotek, nama
salon, dan nama-nama badan usaha, dan sebagainya khususnya di Kota
Kendari memerlihatkan dominasi yang kuat. Hal itu dapat disebabkan oleh
kurangnya pemahaman dan rasa memiliki terhadap bahasa Indonesia.
Dalam rangka usaha pemartabatan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, bahasa persatuan, dan dihormati oleh bangsa lain,
bahasa Indonesia harus mendapatkan perlakuan yang baik dari
pemakainya, yaitu bangsa Indonesia itu sendiri. Pemilihan bahasa
Indonesia di atas bahasa lain dapat mencerminkan pandangan hidup dan
sikap budaya masyarakat bahasa. Orang sebaiknya belajar mencintai
bahasa nasionalnya dan belajar memakainya dengan kebanggaan dan
kesetiaan. Sikap bahasa seperti itulah yang membuat orang Indonesia
berdiri tegak di dunia ini yang dilanda arus globalisasi dan tetap dapat
mengatakan dengan bangga bahwa orang Indonesia menjadi bangsa
yang berdaulat, tuan di tanahnya sendiri, dan mampu menggunakan
bahasa nasionalnya sendiri untuk semua keperluan modern.
Kota Kendari merupakan salah satu kota yang masuk dalam lima
besar kota pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar pada tahun
2006 yang diseleksi oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional. Pada tahun 2008 Kota Kendari berhasil meraih juara I kota
pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk kategori kota
kecil. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan,
telah diatur tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di
tempat umum. Namun, fakta yang ada, penggunaan bahasa Indonesia
pada layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari menunjukkan
banyak kesalahan, bahkan terlihat pengaruh bahasa asing sangat
dominan. Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa penulis memilih Kota
Kendari sebagai objek dalam penelitian ini. Berikut ini akan dituliskan
beberapa contoh kesalahan yang terdapat pada informasi layanan umum
dan layanan niaga di Kota Kendari, yaitu (1) Kesalahan ejaan yang
terdapat pada papan nama lembaga/instansi, seperti kesalahan penulisan
kata provinsi yang seharusnya adalah propinsi, (2) Kesalahan diksi yang
terdapat pada papan informasi, seperti kesalahan penggunaan kata jam
yang seharusnya adalah pukul, (3) kesalahan struktur frasa yang terdapat
pada papan nama badan usaha, yaitu penamaan salon, seperti pada
Yoppie Salon yang seharusnya adalah Salon Yoppie, (4) kesalahan
karena penggunaan istilah asing, seperti pada nama badan usaha, yaitu
Arzetty Rental Car yang seharusnya adalah Penyewaan Mobil Arzetty.
Ada beberapa pertimbangan hukum yang menjadi landasan untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Landasan
hukum yang dimaksud sebagai berikut (Sugono dkk 2008: 3).
1. Undang-Undang Dasar 1945, bab XV, pasal 36 tentang Bahasa
Negara.
2. Ketetapan MPR No. II, tahun 1993, tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara.
3. Undang-Undang No. 5, tahun 1974, tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah.
4. Keputusan Presiden Nomor 57, tahun 1972, tentang Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
5. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20, tanggal
28 Oktober 1991, tentang Pemasyarakatan Bahasa Indonesia dalam
Rangka Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
6. Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Wali
Kotamadya Nomor 434/1021/SJ, tanggal 16 Maret 1965, tentang
Penertiban Penggunaan Bahasa Asing.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24, tahun 2009, tentang
Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan.
Di samping pertimbangan hukum yang telah diuraikan, terdapat
pula ketentuan yang dapat menjadi landasan untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar di tempat umum sebagai berikut
(Sugono, dkk 2008:4).
1. Bahasa yang digunakan di tempat umum, seperti pada papan nama,
papan petunjuk, kain rentang, dan papan iklan adalah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
2. Nama badan usaha, kawasan, gedung, yang memerlukan pengesahan
dari instansi pemerintah menggunakan bahasa Indonesia.
3. Nama asing badan usaha yang merupakan cabang badan usaha luar
negeri dan nama asing merek dagang yang terdaftar dan memunyai
hak paten tetap dapat dipakai.
4. Pada setiap papan nama, papan petunjuk, kain rentang, dan papan
iklan digunakan tulisan/huruf latin.
5. Pada papan nama, papan petunjuk, kain rentang, dan papan iklan jika
dianggap perlu, dapat digunakan bahasa asing dan dituliskan di bagian
bawah bahasa Indonesia dengan huruf latin yang lebih kecil.
6. Penggunaan tulisan/huruf di luar tulisan/huruf latin, jika dianggap perlu,
dapat dibenarkan sepanjang untuk nama/lambang produk yang telah
mendapat izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Organisasi internasional yang bernaung di bawah PBB dan perwakilan
diplomatik negara asing dapat tetap menggunakan tulisan/huruf bahasa
asing yang ditulis di bawah nama dalam bahasa Indonesianya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah pokok
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk-bentuk kesalahan/ketidaktepatan penggunaan
bahasa Indonesia pada layanan umum dan layanan niaga di Kota
Kendari?
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kesalahan penggunaan bahasa
Indonesia pada layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan dalam bentuk
pertanyaan, masalah pokok tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa
aspek yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kesalahan penggunaan ejaan
2. Kesalahan penggunaan diksi
3. Kesalahan karena penggunaan istilah asing
4. Kesalahan karena penggunaan struktur bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia
5. Faktor-faktor penyebab kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada
layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan ruang lingkup penelitian yang
telah diuraikan, tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan dalam penggunaan
bahasa Indonesia pada layanan umum dan layanan niaga di Kota
Kendari.
2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab kesalahan penggunaan
bahasa Indonesia pada layanan umum dan layanan niaga di Kota
Kendari.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, manfaat
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Dapat memberi gambaran tentang penggunaan bahasa Indonesia pada
layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari.
2. Dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Kendari dalam rangka
penertiban penggunaan bahasa Indonesia pada layanan umum dan
layanan niaga di Kota Kendari.
3. Bermanfaat dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Kesalahan Berbahasa
Penutur asli ataupun orang yang sedang dalam proses belajar
bahasa dapat membuat kesalahan dalam berbahasa. Akan tetapi,
kesalahan tersebut tidak sama sifat dan penyebabnya. Corder dalam
Anang (2006:68) membedakan atas tiga macam kesalahan berbahasa
yang dilakukan oleh penutur asli, yaitu (1) lapse, (2) error, (3) mistake.
Yang dimaksud dengan lapse adalah suatu jenis kesalahan bahasa yang
terjadi karena seorang pembicara berganti cara mengatakan suatu kalimat
diucapkan selengkapnya dan kesalahan karena tidak disengaja (slip of the
tongue atau slip of the pen). Yang dimaksud dengan error adalah suatu
jenis kesalahan yang disebabkan oleh pelanggaran terhadap aturan tata
bahasa karena seorang pembicara mungkin memiliki aturan tata bahasa
yang berbeda. Sementara, yang dimaksud dengan mistake adalah suatu
jenis kesalahan yang terjadi karena pembicara/penulis tidak tepat
menggunakan kata atau ungkapan pada situasi yang cocok. Kesalahan
berbahasa yang dibuat seseorang yang sedang dalam proses belajar
bahasa kedua disebut juga error.
Kesalahan berbahasa seseorang muncul karena beberapa faktor
dan bentuknya pun bermacam-macam. Taylor dalam Anang (2006:68)
membedakan lima golongan kesalahan berbahasa, yaitu (1) generalisasi
berlebihan, penerapan tata bahasa pada situasi yang tidak tepat, (2)
transfer, pemindahan unsur-unsur bahasa pertama ke dalam bahasa
kedua, (3) terjemahan, kesalahan yang mengubah jawaban yang
dikehendaki, (4) kesalahan yang tidak diketahui sebabnya, dan (5)
kesalahan yang tidak perlu dipertimbangkan.
Pada masa kebangkitan kembali minat terhadap anakes mulailah
terjadi perubahan drastis terhadap landasan teori dan daerah
cakupannya. Kalau dahulu kesalahan itu dipandang dari kacamata guru
yang mengukur penampilan siswa dengan norma bahasa yang dipelajari,
kini hal itu dipandang dari kesamaan strategi yang digunakan anak-anak
belajar bahasa ibunya dan cara siswa mempelajari B2. Di samping
perubahan konsep terebut, para pakar anakes membuka lapangan
penelitian baru yang menarik untuk diteliti. Lapangan baru atau cakupan
baru itu dikenal dengan istilah “interlanguage” (Tarigan, 1988:75).
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal istilah kesalahan dan
kekeliruan. Istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam
pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian
bahasa. Kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya siswa
belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakan. Kesalahan
biasanya terjadi secara konsisten, secara sistematis. Sebaliknya,
kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Kekeliruan
itu bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik
(Tarigan, 1988:75).
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, penulis
memandang bahwa kesalahan dalam berbahasa terjadi karena adanya
suatu aturan atau kaidah bahasa yang diabaikan, baik disengaja maupun
tidak disengaja oleh pemakai bahasa dalam pemakaian suatu bahasa.
B. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2009 tentang Bendera, Bahasa, dan lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan
Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara
dalam pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan
yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa. Hal
tersebut tercantum dalam pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut
berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana
pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah
dan antarbudaya daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berfungsi sebagai bahasa
resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional,
pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga,
serta sarana pengembangan dan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan bahasa media massa.
Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan mengatur bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan untuk
nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman,
perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha,
lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga
negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. Selanjutnya, pada pasal
37 ayat (1) diatur bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar
negeri yang beredar di Indonesia, ayat (2) diatur bahwa informasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi dengan bahasa
daerah atau bahasa asing sesuai dengan keperluan.
Pasal 38 ayat (1) dalam undang-undang tersebut diatur bahwa
bahasa Indonesia wajib digunakan dalam rambu umum, penunjuk jalan,
fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lainnya yang merupakan
pelayanan umum. Selanjutnya, pada ayat (2) pasal tersebut diatur bahwa
penggunaan bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat disertai bahasa daerah atau bahasa asing jika dipandang perlu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan bahasa Indonesia
sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang diatur dalam
Peraturan Presiden.
C. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Kita sering mendengar dan membaca semboyan “Pergunakanlah
bahasa Indonesia dengan baik dan benar”. Makna semboyan itu sering
diartikan bahwa kita harus berbahasa baku atau kita harus menghindari
pemakaian bahasa nonbaku. Bahasa baku sama maknanya dengan
bahasa yang baik dan benar.
Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan
atau yang dianggap baku adalah pemakaian bahasa Indonesia baku
dengan benar, yaitu pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa
atau gramatikal bahasa baku. Sebaliknya, pemakaian bahasa Indonesia
nonbaku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti
kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku, tetapi kaidah gramatikal
nonbaku.
Bahasa sudah dikatakan baik apabila dapat dimengerti oleh
komunikan kita dan ragamnya harus sesuai dengan situasi pada saat
bahasa itu digunakan. Bahasa yang digunakan mahasiswa saat
mengobrol di kantin, di pondokan, di lapangan olah raga yang memakai
ragam dialek karena hubungan sesama teman adalah salah satu contoh
bahasa yang baik. Bahasa dikatakan tidak baik apabila sulit dimengerti
oleh komunikan. Bahasa mahasiswa yang sudah digolongkan bahasa
yang baik tadi, tidak dapat sepenuhnya digolongkan sebagai bahasa yang
benar (Finoza, 2001:11).
Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia, baik
baku maupun nonbaku saling mendukung dan saling terkait. Oleh karena
itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik harus juga
merupakan pemakaian bahasa yang benar, atau sebaliknya.
Adanya bahasa baku atau bahasa standar dan bahasa nonbaku
atau bahasa nonstandar bukan berarti bahwa bahasa baku atau bahasa
standar lebih baik, lebih benar, atau lebih betul daripada bahasa nonbaku
atau nonstandard, melainkan seseorang dikatakan menggunakan bahasa
secara baik dan benar apabila menggunakan bahasa itu sesuai dengan
fungsinya.
D. Ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi
bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam suatu
bahasa. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai
bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam
bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan
kejelasan makna. Ejaan ibarat merupakan rambu lalu lintas yang harus
dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika pengemudi mematuhi rambu lalu
lintas itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut.
Seperti itulah bentuk hubungan antara pemakai bahasa dan ejaan
(Finoza, 2001:13).
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal
16 Agustus 1972 merupakan upaya penyempurnaan ejaan yang sudah
dipakai selama 25 tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi. Sebelum Ejaan Soewandi, telah ada ejaan
yang merupakan ejaan pertama bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Van
Ophuysen.
Ruang lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD) mencakup lima
aspek, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata,
(4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca (Finoza,
2001:15).
1) Pemakain huruf membicarakan bagian-bagian dasar dari suatu bahasa,
yaitu abjad, vokal, konsonan, pemenggalan, dan nama diri.
2) Pemakaian huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan
yang sebelumnya, meliputi huruf kapital dan huruf miring.
3) Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk
dan jenisnya, yaitu kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan
kata, kata ganti kau, ku, mu, dan nya, kata depan di, ke, dan dari, kata
sandang si dan sang, pertikel, singkatan dan akronim, angka dan
lambing bilangan.
4) Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur
serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.
5) Pemakaian tanda baca membicarakan teknik penerapan kelima belas
tanda baca dalam penulisan dengan kaidahnya masing-masing.
a. Pemakaian Huruf
Ada tiga hal yang dapat disimpulkan tentang huruf dan fonem,
Pertama, seluruh huruf dalam abjad bahasa Indonesia secara otomatis
menjadi fonem bahasa Indonesia karena huruf-huruf itu melambangkan
fonem. Kedua, beberapa huruf melambangkan lebih dari satu fonem atau
bunyi diagraf. Ketiga, Jumlah fonem dalam bahasa Indonesia lebih dari
dua puluh enam (Finoza, 2001:17).
Dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf
yang benar, setiap penutur atau pemakai bahasa hendaknya mengikuti
aturan yang sudah dibakukan dalam berbahasa lisan dan berbahasa tulis.
Cara penulisan nama diri (nama jalan, sungai, gunung, dan nama
diri lainnya) harus mengikuti aturan EYD, kecuali jika ada pertimbangan
khusus yang menyangkut segi adat, hukum, atau sejarah.
b. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1) Jika di tengah kata ada vokal yang beruntun, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya, di-a, do-a, ta-at.
Jika vokal yang beruntun berupa diftong, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf vokal.
2) Jika di tengah kata ada huruf konsonan, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan itu. Misalnya, ka-wan, ca-tur, ta-bu.
3) Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf
konsonan tidak pernah dipisahkan. Misalnya, ap-ril, swas-ta, makh-luk
4) Jika di tengah kata ada tiga atau lebih konsonan, pemenggalan
dilakukan di antara konsonan yang pertama dan konsonan yang kedua.
Misalnya, ab-sor-bsi, kon-klu-si, ins-truk-si.
Imbuhan yang berupa awalan dan akhiran, termasuk awalan yang
mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis
serangkai dengan kata yang diimbuhinya, dapat dipenggal, misalnya,
mem-ba-ha-gia-kan, per-bu-ruh-an, ba-ca-lah. Bentuk dasar pada kata
turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu
unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dapat
dilakukan di antara unsur-unsur itu atau pada unsur gabungan itu sesuai
dengan kaidah pemenggalan.
c. Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat;
huruf pertama petikan langsung; huruf pertama ungkapan yang
berhubungan dengan nama tuhan atau kitab suci, termasuk kata ganti
untuk tuhan; huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang; huruf pertama unsur nama
jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang yang dipakai sebagai
pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat; huruf pertama
unsur-unsur nama orang; huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa; huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa
sejarah; huruf pertama nama khas dalam geografi; huruf pertama semua
unsur nama negara, nama resmi badan/lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi; huruf pertama setiap unsur
bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/lembaga; huruf
pertama semua kata (semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan
buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan; huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan; huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan; huruf pertama kata ganti Anda.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan; untuk menegaskan
atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk
menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
d. Penulisan Kata
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
contoh:
Ketiga kalimat tersebut dibangun dengan gabungan kata dasar
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat
awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Sebagai contoh, adibusana,
antarkota, purnawirawan, multilateral, dan lain-lain.
e. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung. Misalnya, anak-anak, mondar-mandir, porak-poranda, gerak-
gerik, dan lain-lain.
f. Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Sebagai contoh, duta besar,
rumah sakit, mata kuliah. Gabungan kata termasuk istilah khusus yang
Kantor pos sangat ramai
Buku itu sudah saya baca
Adik naik sepeda baru
mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda
hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
g. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap
sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
h. Partikel
Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang
mendahuluinya. Partikel per yang berarti ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah
dari kata yang mendahuluinya atau mengikutinya.
i. Singkatan dan Akronim
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih. Setiap menyingkat satu kata dipakai satu tanda titik.
Sebagai contoh, nomor (no.). Bila menyingkat dua kata dipakai dua titik.
Sebagai contoh, atas nama (a.n.). Bila menyingkat tiga atau lebih, pada
akhir singkatannya dipakai satu titik. Misalnya, dan kawan-kawan (dkk.).
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata yang disingkat. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal
kata dari deret kata yang disingkat ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya, KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Akronim nama diri
yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri
dengan tanda titik. Sebagai contoh, Kadin (Kamar Dagang dan Industri).
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal suku
kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil dan tidak diakhiri oleh
tanda titik, misalnya, rudal (peluru kendali), rapim (rapat pimpinan).
j. Penulisan Unsur Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu pertama, unsur
yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti
reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua,
unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, diusahakan agar ejaannya hanya
diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
E. Diksi (Pilihan Kata)
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah upaya memilih kata
untuk mendapatkan hasil akhir berupa kata tertentu (yang terpilih) untuk
dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Diksi atau pilihan kata tidak hanya
dimaksudkan untuk memahami makna kata, tetapi juga untuk
membedakan nuansa makna kata. Kemahiran memilih kata hanya
dimungkinkan bila kita menguasai kosa kata yang cukup luas. Ada
beberapa hal yang menjadi syarat ketepatan pemilihan kata, yaitu (1)
dapat membedakan antara denotasi dan konotasi; (2) dapat membedakan
kata-kata yang hampir bersinonim; (3) dapat membedakan kata-kata yang
hampir sama ejaannya; (4) dapat memahami dengan tepat makna kata-
kata abstrak; (5) dapat menggunakan kata penghubung yang
berpasangan dengan tepat; (6) dapat membedakan antara kata umum
dan kata khusus (Finoza, 2001:99).
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti
yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Setiap
penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-
kata untuk mencapai maksud tertentu. Kata yang dipakai oleh penulis atau
pembicara dikatakan sudah tepat apabila ada reaksi selanjutnya, baik
berupa aksi verbal maupun nonverbal dari pembaca atau pendengar.
Selain itu, ketepatan juga tidak akan menimbulkan kesalahpahaman
antara kedua pihak yang sedang berkomunikasi. Secara umum,
persyaratan pilihan kata, meliputi (1) ketepatan, (2) kelaziman, (3)
kecermatan (Keraf, 2002:88).
Beberapa butir perhatian dan persoalan berikut ini hendaknya
diperhatikan setiap orang agar bisa mencapai ketepatan pilihan kata,
yaitu:
1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
2) Membedakan secara cermat kata-kata yang hampir bersinonim
3) Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya
4) Menghindari kata-kata ciptaan sendiri
5) Waspada terhadap penggunaan akhiran asing
6) Membedakan kata umum dan kata khusus
Kata yang menjadi bagian nama badan usaha, kawasan, dan
bangunan adalah kata yang singkat dan bernilai rasa baik (Sugono, dkk.
2008:8).
Contoh:
Kebun Raya Bogor
Perumahan Pondok Cipta
Penerbit Bina Ilmu
Taman Impian Jaya Ancol
Pola “diterangkan-menerangkan” adalah urutan yang lazim dalam
kelompok kata.
Contoh:
Bank Alita (bukan Alita Bank)
Pasar Swalayan Gelael (bukan Gelael Supermaket atau Gelael
Pasar Swalayan)
Balai Sidang Jakarta (bukan Jakarta Convention Centre)
Plaza Arion (bukan Arion Plaza)
Pola “menerangkan-diterangkan” dapat diterapkan pada nama
yang menjadi satu kata.
Contoh:
Adikarya Betawipura
Artagraha Swakarsa
Pemadanan kata dan ungkapan asing dapat dilakukan dengan
penerjemahan dan penyerapan.
1. Penerjemahan
Contoh:
shophouse menjadi rumah toko; ruko
supermarket menjadi pasar swalayan
department store menjadi toko serba ada; pasaraya
playgroup menjadi taman (ber)main
industrial estate menjadi kawasan industry
2. Penyerapan melalui penyesuaian ejaan dengan mengutamakan bentuk
tulisnya. Hasil penyerapan itu dilafalkan secara Indonesia.
Contoh:
villa menjadi vila
bungalow menjadi bungalo
mall menjadi mal
agent menjadi agen
F. Struktur Frasa
Pola penyusunan frasa ada dua jenis, yaitu (1) inti atau induk
terletak di kiri pewatas, yaitu kata yang di depan adalah kata yang
diterangkan (D) dan kata yang menyertainya adalah kata yang
menerangkan (M), (2) inti atau induk terletak di kanan pewatas, yaitu kata
yang di depan adalah kata yang menerangkan (M) dan kata yang
menyertainya adalah kata yang diterangkan (D) (Sugono, 1999).
Pola penyusunan frasa dalam bahasa Indonesia mengikuti pola
“diterangkan-menerangkan” (D-M), kecuali pada nama yang menjadi satu
kata, seperti adikarya, artagraha, swakarsa, dan sebagainya. Hukum D-M
memunyai pengecualian antara lain, kata depan, kata bilangan, kata
keterangan, kata kerja bantu, kata majemuk dari bahasa asing.
G. Unsur Asing dalam Bahasa Indonesia
Penggunaan unsur-unsur asing dalam bahasa Indonesia, baik
dalam wacana atau kalimat sangat berkaitan dengan sikap bahasa. Sikap
bahasa seperti itu merupakan sikap bahasa yang kurang positif, kurang
bangga terhadap bahasa Indonesia, dan sebenarnya tidak perlu terjadi.
Sebagai bangsa Indonesia, kita harus bangga terhadap bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, agar tidak mengurangi nilai kebakuan bahasa Indonesia
yang digunakan, unsur-unsur bahasa asing tidak perlu digunakan dalam
pemakaian bahasa Indonesia. Langkah yang dapat dilakukan untuk
mengatasi persoalan itu ialah dengan mencarikan padanannya dalam
bahasa Indonesia atau menyerap unsur asing itu sesuai dengan kaidah
yang berlaku, seperti yang diatur dalam buku Pedoman Umum
Pembentukan Istilah dan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Kata-kata dalam bahasa Inggris yang telah memiliki
padanan dalam bahasa Indonesia tidak perlu digunakan dalam pemakaian
bahasa Indonesia. Sebagai contoh, dapat dilihat pada kata-kata berikut
ini.
workshop ‘sanggar kerja’
upgrading ‘penataran’
approach ‘pendekatan’
misunderstanding ‘salah pengertian’
problem solving ‘pemecahan masalah’
job-description ‘uraian tugas’
Unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
harus memertajam daya ungkap bahasa Indonesia dan harus
memungkinkan orang menyatakan makna konsep atau gagasan secara
tepat. Penyerapan unsur bahasa asing itu harus dilakukan dengan
selektif, yaitu kata serapan yang dapat mengisi kerumpangan konsep
dalam khazanah bahasa Indonesia. Di samping itu, kata tersebut memang
diperlukan dalam bahasa Indonesia untuk kepentingan pemerkayaan daya
ungkap bahasa Indonesia mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi Indonesia modern. Berikut ini beberapa contoh kata tentang
hal itu, seperti kata condominium diserap ke dalam bahasa Indonesia
dengan penyesuaian ejaan menjadi kondominium. Demikian pula dengan
penyerapan kata konsesi, staf, golf, manajemen, dan dokumen. Kata-kata
itu diserap ke dalam bahasa Indonesia melalui penyesuaian ejaan.
H. Sumber dan Penyebab Kesalahan
Sumber dan penyebab kesalahan sangat banyak, tetapi yang
terpenting datangnya dari bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan, interlingual,
interferensi, dan tidak kalah pentingnya adalah kesadaran penutur
bahasa. Sumber dan penyebab kesalahan itu sangat perlu diketahui untuk
keperluan penanggulangannya (Pateda, 1989:67).
Pendapat popular menyebutkan bahwa kesalahan bersumber dari
ketidakhati-hatian si terdidik dan pengetahuan mereka terhadap bahasa
yang dipelajari, serta interferensi. Norriss (dalam Pateda, 1989:67)
berpendapat bahwa kesalahan bersumber pada pemilihan bahan,
pengajaran, contoh bahasa yang digunakan sebagai bahan, dan si terdidik
itu sendiri.
1. Bahasa Ibu
Istilah bahasa ibu biasa dipadankan dengan istilah first language,
native language, mother tongue,dan bagi orang Indonesia biasa
dipadankan dengan istilah bahasa daerah. Asumsi utama penganut
analisis kontrastif ialah penguasaan si terdidik terhadap bahasa yang
sedang dipelajari dipengaruhi oleh bahasa pertama atau bahasa ibu. Hal
itu tidak mengherankan karena setiap hari si terdidik berada dalam situasi
yang didominasi oleh penggunaan bahasa ibu. Bahasa ibu memengaruhi
proses belajar bahasa kedua, dengan kata lain, bahasa ibu menjadi salah
satu sumber dan penyebab kesalahan.
2. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang turut
memengaruhi penguasaan bahasa si terdidik. Lingkungan tersebut
meliputi, lingkungan di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Setiap hari,
si terdidik bergaul dengan sesame temannya, berbicara, dan kadang-
kadang mendengarkan apa yang dikatakan oleh teman-temannya. Ketika
ia berbicara atau mendengarkan orang lain berbicara, ia diperhadapkan
dengan bahasa tertentu. Si terdidik yang berbicara, tidak memperhatikan
apakah bunyi yang dihasilkan, kata yang diucapkan, kalimat yang
digunakan, memenuhi kaidah atau tidak. Hal yang sama juga dialaminya
di rumah. Ibu, bapak, kakak, adik yang berbicara dengan dia tidak
memperhatikan kaidah bahasa. Oleh karena itu, faktor lingkungan sangat
besar pengaruhnya terhadap kesalahan penggunaan bahasa.
Melihat kenyataan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari,
kesalahan yang bersumber dari lingkungan disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu penggunaan bahasa di lingkungan keluarga, teman sekolah,
teman sepermainan, pemimpin di masyarakat, siaran radio, siaran
televise, surat kabar/majalah, dan kegiatan yang menggunakan bahasa,
misalnya, spanduk, selebaran (Pateda, 1989:71).
3. Kebiasaan
Kebiasaan bertalian dengan pengaruh bahasa ibu dan lingkungan.
Si terdidik sudah terbiasa dengan pola-pola bahasa yang didengarnya.
Oleh karena itu, pola atau bentuk yang salah sudah menjadi kebiasaan
dan sangat sulit untuk dihilangkan.
4. Interlingual
Gejala interlingual hanya dapat diterangkan dengan
mengobservasinya melalui data performansi dalam berbagai situasi dan
mengidentifikasi interlingual itu melalui ujaran si terdidik atau pembicara
dalam bahasa pertama, interlingual yang diujarkan oleh si terdidik, bahasa
kedua atau bahasa yang sedang dipelajari yang diujarkan oleh si terdidik.
Dengan mengobservasi dan mengidentifikasi proses interlingual, kita
dapat mulai mempelajari proses psikolinguistik yang dapat dipelajari
melalui lima proses, yaitu transfer bahasa, transfer latihan, strategi belajar
bahasa kedua, strategi komunikasi bahasa kedua, pemukulrataan materi
linguisti bahasa yang sedang dipelajari.
Transfer bahasa terjadi apabila unsur-unsur berupa kaidah dan
subsistem yang muncul dalam bahasa yang dipelajari adalah hasil
pengaruh bahasa pertama. Si terdidik memindahkan kaidah bahasa
pertama ke dalam bahasa yang sedang dipelajari. Dalam hal ini, unsur
yang lebih dekat atau mirip akan lebih mudah dipindahkan daripada unsur
yang perbedaannya jauh. Transfer latihan terjadi apabila kesalahan dalam
kaidah atau subsistem adalah hasil yang dapat diidentifikasi ketika si
terdidik berlatih menggunakan bahasa. Strategi belajar bahasa kedua
terjadi apabila kesalahan kaidah atau subsistem adalah hasil yang dapat
diidentifikasi ketika si terdidik belajar materi pelajaran bahasa kedua.
Strategi komunikasi bahasa kedua terjadi apabila kesalahan kaidah atau
subsistem adalah hasil identifikasi ketika si terdidik berkomunikasi dalam
bahasa yang sedang dipelajari. Yang dimaksud dengan pemukulrataan
yang berlebihan adalah si terdidik telah menguasai suatu kaidah atau
suatu bentuk dalam bahasa yang sedang dipelajari, kemudian
menerapkannya dalam konteks, tetapi ternyata bentuk atau kaidah itu
salah, tidak dapat diterapkan.
5. Interferensi
Di lihat dari segi psikologi belajar, para ahli membedakan
interferensi retroaktif dan interferensi proaktif. Interferensi retroaktif adalah
pengaruh pada proses belajar sebagai akibat materi yang telah dipelajari,
sedangkan interferensi proaktif adalah pengaruh sebagai akibat efek
penyimpangan bahan yang telah dipelajari lebih dahulu. Dalam kaitan
penggunaan istilah transfer dan interferensi, Brown (dalam Pateda,
1989:75) mengatakan bahwa transfer adalah istilah umum untuk
melukiskan pengaruh pada bahasa sebagai hasil proses belajar. Brown
membedakan transfer positif dan transfer negatif. Transfer negatif itulah
yang disebut interferensi. Transfer dapat terjadi apabila:
a. Penyamaan yang berlebihan, yakni si terdidik salah menggunakan kosa
kata karena unsur-unsur yang sama dengan bahasa sendiri, baik yang
berhubungan dengan fonologi, ortografi, semantik, atau sintaksis.
b. Transfer struktur, yakni si terdidik membuat kesalahan karena pengaruh
struktur bahasa ibu.
c. Kesalahan interlingual, yakni si terdidik membuat kesalahan karena ada
perbedaan gramatikal antara bahasa ibu dan bahasa yang sedang
dipelajari, si terdidik salah menggunakan kosa kata karena ada
perbedaan leksikon antara bahasa ibu dan bahasa yang dipelajari.
I. Sikap Bahasa dan Pemilihan Bahasa
1. Sikap Bahasa
Sesungguhnya, sikap itu adalah fenomena kejiwaan, yang
biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau prilaku. Berdasarkan
beberapa hasil penelitian, dinyatakan bahwa tidak selalu yang dilakukan
secara lahiriah merupakan cerminan dari sikap batiniah. Banyak faktor
yang memengaruhi hubungan sikap batin dan prilaku lahiriah.
Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan mengenai
alam sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang
dipergunakan dalam proses berpikir. Komponen afektif menyangkut
masalah penilaian baik, suka atau tidak suka terhadap sesuatu atau suatu
keadaan. Jika seseorang menilai rasa baik atau suka terhadap suatu
keadaan, orang itu dikatakan memiliki sikap positif. Sebaliknya, jika
seseorang menilai rasa tidak baik atau tidak suka terhadap suatu
keadaan, orang itu dikatakan memiliki sikap negatif.
Ada tiga ciri sikap bahasa yang dirumuskan oleh Garvin dan
Mathiot dalam Chaer (2004:152) yang menunjukkan kenyataan terhadap
bahasa Indonesia dewasa ini. Ketiga ciri sikap bahasa yang dimaksud
adalah (1) kesetiaan bahasa yang mendorong masyarakat suatu bahasa
mempertahankan bahasanya dan mencegah adanya pengaruh bahasa
lain, (2) kebanggaan bahasa yang mendorong orang mengembangkan
bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan
kesatuan masyarakatnya, (3) kesadaran adanya norma bahasa yang
mendorong orang menggunakan bahasanya secara cermat dan santun
dan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap
perbuatan yaitu kegiatan menggunakan bahasa.
2. Pemilihan Bahasa
Dalam memilih bahasa, ada tiga jenis pilihan yang dapat dilakukan,
yaitu pertama, alih kode, artinya menggunakan satu bahasa dalam satu
keperluan, dan menggunakan bahasa yang lain untuk keperluan yang lain.
Kedua, dengan melakukan campur kode, artinya menggunakan satu
bahasa tertentu dengan dicampuri serpihan-serpihan dari bahasa lain.
Ketiga, dengan memilih satu variasi bahasa yang sama.
Penelitian terhadap pemilihan bahasa menurut Fasold dapat
dilakukan berdasarkan tiga pendekatan disiplin ilmu, yaitu berdasarkan
pendekatan sosiologi, pendekatan psikologi sosial, dan pendekatan
antropologi (Chaer, 2004:154). Pendekatan sosiologi, melihat adanya
konteks institusional tertentu yang disebut domain.
Ada tiga buah bahasa dengan tiga domain sasaran yang digunakan
secara umum di Inonesia, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan
bahasa asing. Bahasa Indonesia digunakan dalam domain keindonesiaan
atau domain yang sifatnya nasional, seperti dalam pembicaraan
antarsuku, bahasa pengantar dalam pendidikan, dan dalam surat-
menyurat dinas. Bahasa daerah digunakan dalam domain kedaerahan,
seperti dalam upacara pernikahan, percakapan dalam keluarga, dan
komunikasi antarpenutur sedaerah. Sementara, bahasa asing digunakan
untuk komunikasi antarbangsa atau untuk keperluan tertentu yang
menyangkut interlekutor orang asing.
Pendekatan psikologi sosial tidak meneliti struktur sosial, seperti
domain-domain, tetapi meneliti proses psikologi manusia, seperti motivasi
dalam pemilihan suatu bahasa atau ragam dari suatu bahasa untuk
digunakan pada keadaan tertentu. Dalam kelompok masyarakat Indonesia
yang multilingual tampaknya pemilihan bahasa lebih ditentukan oleh latar
belakang kejiwaan, termasuk motivasi para penuturnya.
J. Masyarakat Aneka Bahasa
Masyarakatan aneka bahasa atau masyarakat multilingual adalah
masyarakat yang memunyai beberapa bahasa. Masyarakat multilingual itu
terjadi karena beberapa etnik ikut membentuk masyarakat sehingga dari
segi etnik dapat disebut sebagai masyarakat majemuk (plural society).
Masyarakat multilingual sekarang telah menggejala di dunia, menjadi
universal. Kebanyakan bangsa di dunia memiliki lebih dari satu bahasa
yang digunakan sebagai bahasa ibu, bahkan bangsa Indonesia memiliki
lebih dari 550 bahasa (Sumarsono, 2008:76).
Keanekabahasaan dalam suatu negara selalu menimbulkan
masalah atau paling tidak sangat potensial untuk menimbulkan masalah.
Keanekabahasaan dapat membawa masalah bagi individu atau kelompok
individu (terutama yang termasuk minoritas bahasa), pemerintah, dan
dunia pendidikan. Masalah yang dapat timbul bagi individu atau kelompok
individu ialah mereka harus menguasai sekurang-kurangnya dua bahasa,
yaitu bahasanya sendiri dan bahasa mayoritas.
Mereka akan berhasil dengan baik atau tidak, bergantung pada
banyak faktor, salah satunya adalah motivasi yang ada pada mereka. Ada
dua macam motivasi yang kita kenal. Pertama, motivasi instrumental, yaitu
motivasi belajar yang timbul dengan sikap pandang bahwa bahasa yang
dipelajari dianggap sebagai suatu instrumen atau suatu alat untuk
mencapai sesuatu. Kedua, motivasi integrasi, yaitu motivasi yang timbul
dengan sikap pandang bahwa bahasa yang dipelajari akan menentukan
hidupnya pada masa yang akan datang. Dengan kata lain, bahasa yang
dipelajari itu dianggap sebagai sarana untuk mengintegrasikan diri ke
dalam masyarakat baru yang akan dimasuki.
Masalah keanekabahasaan bagi pemerintah merupakan hal yang
sangat rumit. Masalah lain adalah menghapuskan atau memelihara
bahasa-bahasa minoritas selalu saja mengandung risiko terlibatnya politik.
Bahasa sering dijadikan sebagai alat politik atau alat gerakan politik, baik
politik untuk mematikan etnik tertentu maupun politik untuk mencapai
kemerdekaan bangsa.
Bahasa dapat menjadi pokok ketidakpuasan bagi golongan
minoritas yang menginginkan lebih banyak kekuasaan, kemerdekaan,
atau menginginkan bergabung dengan negara tetangga yang berbahasa
sama. Jika pemerintah tidak memandang minoritas bahasa sebagai suatu
ancaman, pemerintah mungkin akan bersikap “murah hati” atau
membiarkannya begitu saja. Sebaliknya, jika pemerintah menganggap
minoritas bahasa itu memunyai potensi untuk menjadi “subversi”,
pemerintah mungkin akan mereaksi lain.
Keanekabahasaan itu merupakan salah satu penyebab sehingga
pemerintah sering menempuh langkah-langkah tertentu untuk melakukan
“penaklukan bahasa” sebagai strategi penting dalam melakukan
penaklukan politik. Penaklukan bahasa biasanya dilakukan setelah terjadi
peristiwa politik yang menjadikan bahasa sebagai alat. Sebagai contoh,
pemerintah Inggris melarang bahasa Gael di Skotlandia setelah
pemberontakan 1745. Di Indonesia, setelah pemberontakan PKI tahun
1965 diketahui RRC terlibat, beberapa daerah di Indonesia melarang
penggunaan bahasa Cina; pemerintah Indonesia melarang pers yang
menggunakan bahasa Cina masuk ke Indonesia.
K. Pemertahanan Bahasa
Ada berbagai sebab atau alasan mengapa suatu bahasa punah atau
tidak digunakan lagi oleh penutur-penuturnya. Salah satu di antaranya
adalah dominasi bahasa atau dialek yang lebih besar, baik secara
demografis, ekonomis, sosial, maupun politis.
Pemeliharaan sebuah bahasa tidak cukup hanya dengan
mendeskripsikan sistem kebahasaan dan wilayah pemakaiannya, tetapi
yang tidak kalah penting adalah penumbuhan rasa bangga dalam diri
penutur untuk menggunakan bahasanya. Di samping itu, kebanggaan
berbahasa dan kesadaran akan norma serta loyalitas bahasa juga
merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan
usaha pemertahanan sebuah bahasa (Wijana, 2006:89).
Banyak kajian tentang pemertahanan bahasa yang berkaitan
dengan kedatangan imigran ke dalam suatu wilayah. Akan tetapi, hanya
sedikit pemertahanan bahasa yang berkaitan dengan penduduk yang
menetap, tidak karena imigrasi. Sepintas pandang dapat dilihat bahwa
faktor utama pergeseran bahasa adalah karena kedwibahasaan. Hal
seperti itu dapat dilihat, misalnya di Surtherland Timur bahwa
kedwibahasaan mendahului pergeseran bahasa (Sumarsono, 2008:250).
L. Alih Kode dan Campur Kode
Appel dalam Chaer (2004:107) mendefinisikan alih kode sebagai
“gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi”. Berbeda
dengan Appel yang mengatakan alih kode itu terjadi antarbahasa, Hymes
dalam Chaer (2004:107) mengatakan bahwa alih kode itu bukan hanya
terjadi antarbahasa, melainkan dapat juga terjadi antar ragam-ragam atau
gaya-gaya yang terdapat dalam suatu bahasa.
Penyebab terjadinya alih kode harus kita kembalikan kepada pokok
persoalan sosiolinguistik seperti yang dikemukakan oleh Fishman dalam
Chaer (2004:108), yaitu “siapa yang berbicara, dengan bahasa apa,
kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa”. Dalam berbagai
kepustakaan linguistik secara umum penyebab alih kode itu disebutkan
antara lain, (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur,
(3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari
formal ke informal atau sebaliknya, (5) perubahan topik pembicaraan.
Pembicaraan mengenai alih kode biasanya diikuti dengan
pembicaraan mengenai campur kode. Kesamaan yang ada antara alih
kode dan campur kode adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, atau
dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Dalam alih
kode, setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih
memiliki fungsi otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan
sengaja dengan tujuan tujuan tertentu, sedangkan dalam campur kode
ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki
fungsi serta keotonomiannya. Sementara, kode-kode lai yang ada dalam
peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan saja tanpa fungsi
atau keotonomian sebagai sebuah kode.
M. Interferensi
Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich untuk
menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan
adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain
yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Dalam studi sosiolinguistik,
yang banyak dibicarakan adalah interferensi yang tampak pada
perubahan sistem suatu bahasa, baik mengenai sistem fonologi,
morfologi, maupun sistem lainnya. Oleh karena itu, interferensi mengenai
sistem bahasa lazim disebut interferensi sistemik (Chaer, 2004:122).
Dalam masyarakat Indonesia, interferensi pada sistem fonologi dilakukan,
misalnya, oleh penutur bahasa Indonesia yang berasal dari Tapanuli.
Fonem /ə/ pada kata, seperti <dengan> dan <rembes> dilafalkan menjadi
[dεngan] dan [rεmbεs].
Interferensi dalam bidang morfologi, antara lain, terdapat dalam
pembentukan kata dengan afiks. Afiks-afiks suatu bahasa digunakan
untuk membentuk kata dalam bahasa lain. Sebagai contoh, dalam bahasa
Belanda dan bahasa Inggris ada sufiks –isasi yang digunakan oleh
penutur bahasa Indonesia untuk membentuk kata Indonesia, seperti
neonisasi, turinisasi, dan sebagainya.
Interferensi dalam bidang sintaksis, kita ambil contoh kalimat
bahasa Indonesia dari seorang bilingual Jawa-Indonesia dalam berbahasa
Indonesia. Bunyi kalimat itu adalah “Di sini toko laris yang mahal sendiri”.
Kalimat bahasa Indonesia itu berstruktur bahasa Jawa yang bunyinya
adalah “Ning kene toko laris sing larang dhewe”. Kata sendiri dalam
kalimat bahasa Indonesia itu merupakan terjemahan dari kata dhewe
dalam bahasa Jawa.
Dilihat dari segi kemurnian bahasa, interferensi pada tingkat apa
pun (fonologi, morfologi, sintaksis) merupakan “penyakit” karena
“merusak” bahasa. Oleh karena itu, interferensi perlu dihindari bahkan
orang-orang yang berpaham purisme di Indonesia tidak menerima bentuk-
bentuk kata jadian, seperti ketabrak, kemahalan, gerejani, dan sebagainya
(Chaer, 2004:125).
Proses penerimaan unsur bahasa asing, khususnya unsur kosa
kata dalam bahasa Indonesia pada awalnya tampak banyak dilakukan
secara audial. Artinya, mula-mula penutur Indonesia mendengar butir-butir
leksikal itu dituturkan oleh penutur aslinya, lalu mencoba
menggunakannya. Pada tahap berikutnya, terutama setelah pemerintah
mengeluarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penerimaan dan
penyerapan kata asing dilakukan secara visual. Artinya, penyerapan itu
dilakukan melalui bentuk tulisan dalam bahasa aslinya, lalu bentuk tulisan
itu disesuaikan menurut aturan yang terdapat dalam kedua dokumen
kebahasaan itu.
Penyerapan unsur asing dalam rangka pengembangan bahasa
Indonesia bukan hanya melalui penyerapan kata asing yang disertai
dengan penyesuaian lafal dan ejaan, melainkan banyak pula dilakukan
dengan cara penerjemahan langsung dan penerjemahan konsep.
Penerjemahan langsung maksudnya, kosa kata itu dicarikan padanannya
dalam bahasa Indonesia, misalnya, kata airport menjadi bandar udara,
samen werking menjadi kerja sama, dan balance budget menjadi
anggaran berimbang. Sementara, penerjemahan konsep maksudnya,
kosa kata asing itu diteliti baik-baik konsepnya lalu dicarikan kosa kata
Indonesia yang konsepnya dekat dengan kosa kata asing tersebut.
Sebagai contoh, kata network menjadi jaringan, brother in law menjadi ipar
laki-laki, dan medication menjadi pengobatan.
N. Penggunaan Nama Indonesia
pada Badan Usaha, Kawasan,
dan Bangunan
1. Nama badan usaha, kawasan, dan bangunan dapat diambil dari nama
diri, seperti Wijaya, Jayakarta, Gunung Muria atau kata umum Indah
Abadi, Taman Jelita, Sumber Agung atau gabungan keduanya,
misalnya Sanjaya Cemerlang, Mataram Elok, Semarang Sakti (Sugono
dkk. 2008:6).
2. Istilah juga dapat menjadi bagian nama badan usaha, kawasan, dan
bangunan untuk memperjelas identitas.
Contoh: Bank Devisa Bali
Kawasan Industri Mitra Usaha
Penerbit Gerak Maju
Bank Devisa, Kawasan Industri, dan Penerbit merupakan istilah,
sedangkan Bank Devisa Bali, Kawasan Industri Mitra Usaha, dan
Penerbit Gerak Maju merupakan nama badan usaha, kawasan, dan
bangunan.
3. Jika badan usaha, kawasan, dan bangunan menggunakan nama, baik
nama Indonesia maupun nama asing, nama Indonesia ditempatkan di
atas nama asing itu.
Contoh:
4. Nama asing yang digunakan untuk badan usaha, kawasan, dan
bangunan perlu dilengkapi dengan padanannya dalam bahasa
Indonesia.
Balai Sidang Jakarta
Jakarta Convention Center
Contoh:
5. Nama asing badan usaha yang merupakan cabang luar negeri dan
nama asing merek dagang yang terdaftar dan memiliki hak paten tetap
dapat dipakai
Contoh:
Citibank Kentucky Fried Chicken
Gucci Mitsubishi
O. Sumber Nama Badan Usaha, Kawasan, dan Bangunan
1. Sumber pertama untuk nama badan usaha, kawasan dan bangunan
ialah bahasa Indonesia (Sugono, dkk. 2008:7).
Contoh:
Gedung Serbaguna Mokodompit
Kawasan Industri Makasar
Menara Telkomsel
Perumahan Kendari Permai
Taman Bunga Mekarsari
2. Sumber kedua untuk nama badan usaha, kawasan, dan bangunan
ialah bahasa daerah.
Tepian Danau Bogor
Bogor Lakeside
Contoh:
Pondok Indah Asri
Bantaran Ciliwung
3. Sumber ketiga untuk nama badan usaha, kawasan, dan bangunan ialah
bahasa asing yang sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia
atau bahasa daerah atau yang lebih ringkas daripada terjemahannya.
Contoh:
Apartemen Cempaka Putih
Hotel Shangrila
Mal Cempaka Indah
Plaza Arion
P. Kajian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini
yang selanjutnya akan dijadikan sebagai salah satu sumber acuan oleh
penulis dalam melakukan penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh
Tri Winiasih (2006), berjudul “Kesalahan Pemakaian Bahasa Indonesia
pada Nama Perumahan di Kabupaten Sidoarjo”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa kesalahan pemakaian bahasa Indonesia pada nama
perumahan di Kabupaten Sidoarjo yang paling banyak berupa kesalahan
penggunaan istilah asing, seperti nama perumahan Citra Tropodo Estate
yang seharusnya ditulis Bumi Citra Tropodo atau Kawasan Citra Trpodo
atau Estat Citra Tropodo. Kesalahan lain yang terdapat pada nama
perumahan adalah berupa penyimpangan pola penyusunan frasa, seperti
nama perumahan Graha Regensi yang seharusnya ditulis Regensi Graha,
dan kesalahan ejaan, seperti nama perumahan Griyo Taman Asri yang
seharusnya Griya Taman Asri.
Penelitian lain yang juga dianggap relevan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh M. Asri B (2008), berjudul
“Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan Nama dan Reklame di Kota
Palu”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada tujuh model
papan nama dan reklame yang ada di Kota Palu, yaitu (1) papan nama
dan reklame yang menggunakan istilah asing, (2) papan nama dan
reklame yang menggunakan bahasa campuran, (3) papan nama dan
reklame yang berbahasa Indonesia dengan struktur bahasa asing, (4)
papan nama dan reklame yang menggunakan bahasa dengan
penyesuaian bunyi/fonetis dan ejaan bahasa Indonesia, (5) papan nama
dan reklame yang menyalahi kaidah ejaan bahasa Indonesia, (6) papan
nama dan reklame yang menggunakan bahasa Indonesia dan berstruktur
bahasa Indonesia, dan (7) papan nama dan reklame yang menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa asing secara bersamaan.
Q. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Secara geografis, Kota Kendari terletak di bagian selatan garis
katulistiwa, berada di antara 3º54’30” - 4º3’11” Lintang Selatan dan
122º23’ - 122º39’ Bujur Timur. Wilayah Kota Kendari terletak di Jazirah
Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di
daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu
pulau yaitu Pulau Bungkutoko.
Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 km2 atau 0,70 persen
dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara Administratif Kota
Kendari memiliki batas-batas:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan
Kecamatan Konda.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto dan
Kecamatan Sampara.
Kota Kendari Terdiri atas 10 Kecamatan, yaitu: (1) Kecamatan
Kendari, (2) Kecamatan Puuwatu, (3) Kecamatan Kambu, (4) Kecamatan
Abeli, (5) Kecamatan Kadia, (6) Kecamatan Wua-Wua, (7) Kecamatan
Kendari Barat, (8) Kecamatan Mandonga, (9) Kecamatan Baruga, dan
(10) Kecamatan Poasia. Kendari ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi
Sulawesi Tenggara berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964.
Penduduk Kota Kendari terdiri atas berbagai suku dan etnis. Suku
asli adalah Tolaki, sedangkan suku pendatang adalah suku Bugis,
Makassar, Buton, Muna, Jawa, dan Bali. Sumber utama kehidupan
penduduk adalah sektor pertanian, perikanan, dan perdagangan.
Upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Kendari saat
ini, telah terdapat berbagai fasilitas umum di berbagai sektor. Pada sektor
pendidikan, telah tersedia berbagai fasilitas pendidikan, mulai dari tingkat
dasar hingga perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta dengan
berbagai disiplin ilmu. Selain itu, juga tersedia lembaga pendidikan luar
sekolah yang cukup lengkap. Pada sektor kesehatan, telah tersedia
fasilitas kesehatan yang cukup lengkap mulai dari rumah sakit (negeri dan
swasta), puskesmas, klinik, dan apotek yang didukung oleh tenaga ahli.
Pada sektor lainnya, telah tersedia berbagai rumah makan dan restoran
serta tempat hiburan berupa bioskop, diskotik, toko, swalayan, dan obyek
wisata pantai yang indah dan asri; terdapat berbagai fasilitas olahraga
berupa stadion, lapangan golf, dan berbagai fasilitas olahraga lain
termasuk fasilitas olahraga dayung.
Dalam perkembangannya, kondisi fisik Kota Kendari saat ini
mengalami perubahan-perubahan yang signifikan dilihat dari pemanfaatan
ruang secara proporsional, antara lain pemanfaatan fasilitas umum,
fasilitas ekonomi, kawasan perdagangan, kawasan pemerintahan,
kawasan perumahan, kawasan jalur hijau dan olahraga, kawasan industri,
kawasan pergudangan, dan lain-lain.
R. Kerangka Pikir
Bahasa Indonesia yang digunakan dalam berbagai ranah
pemakaian pada layanan umum dan layanan niaga seharusnya
menggunakan bahasa Indonesia baku. Penggunaan bahasa Indonesia
pada layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari menunjukkan
beberapa kesalahan. Kesalahan berbahasa itu akan berpengaruh
terhadap penggunaan bahasa Indonesia pada informasi layanan umum
dan layanan niaga di Kota Kendari. Kesalahan penggunaan bahasa
Indonesia pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota
Kendari dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sekaligus menjadi
penyebab terjadinya kesalahan penggunaan bahasa pada Informasi
layanan umum dan layanan niaga yang ada di Kota Kendari. Dengan
demikian, kerangka pikir yang telah dikemukakan dapat digambarkan
dalam bentuk diagram sebagai berikut.
Penggunaan Bahasa
Indonesia
Bentuk-bentuk kesalahan
Layanan
umum
Layanan
niaga
- Kesalahan ejaan
- Kesalahan diksi
- Kesalahan struktur kata
- Kesalahan karena penggunaan
istilah asing
Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia
Ejaan:
- Tidak
mengetahui
kaidah
- Kesalahan
percetakan
- Mengikuti
konsep lama
- Tidak peduli
terhadap
bahasa
Indonesia
Diksi:
- Tidak
mengetahui
kaidah
- Mengikuti
konsep
lama
- Lebih
umum
dipakai
Struktur kata:
- Menarik perhatian
masyarakat
- Dianggap lebih
bergengsi
- Lebih umum
dipakai
Penggunaan istilah
asing:
- Menarik
perhatian
masyarakat
- Lebih bergengsi
- Tidak mengetahui
padanan kata
- Lebih akrab
dengan istilah
asing
- Lebih umum
dipakai
- Belum ada edaran
penggunaan BI di
tempat umum
Faktor-Faktor Penyebab Kesalahan
S. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan bahasa
Indonesia pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota
Kendari masih memperlihatkan banyak kesalahan.
T. Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan judul penelitian yang akan dilaksanakan, dapat
dijelaskan definisi operasional variabel penelitian ini, sebagai berikut.
1. Penggunaan bahasa Indonesia yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah penggunaan bahasa bahasa Indonesia yang baik dan benar
yang sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
2. Layanan umum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nama
bangunan atau gedung, jalan, permukiman, perkantoran, lembaga
pendidikan, rambu umum (penunjuk jalan), kain rentang, dan alat
informasi lain yang merupakan layanan umum.
3. Layanan niaga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kompleks perdagangan, lembaga/badan usaha, seperti nama toko,
pusat perbelanjaan, dan layanan niaga lainnya.
4. Kesalahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggunaan
bahasa yang tidak sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia dan
aturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Bentuk-bentuk kesalahan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kesalahan ejaan, kesalahan diksi, kesalahan struktur kata,
dan kesalahan karena penggunaan bahasa asing.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tentang pemakaian bahasa Indonesia pada layanan
umum dan layanan niaga di Kota Kendari berkaitan dengan gejala
kebahasaan yang sifatnya alamiah. Dalam hal ini, data yang dikumpulkan
berasal dari lingkungan nyata dan situasi apa adanya. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif. Berdasarkan metode ini data yang
terkumpul selanjutnya dianalisis dan dipaparkan secara deskriptif. Salah
satu ciri metode deskriptif adalah penekanan pada gejala aktual.
Hal senada juga dikemukakan oleh Bungin (2010:68) yang
menyatakan bahwa penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa
adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Dalam kajian ini,
data yang terkumpul berupa kata-kata dan bukan dalam bentuk angka
sehingga kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memilih Kota Kendari, ibu kota Provinsi
Sulawesi Tenggara sebagai lokasi penelitian. Dalam perkembangannya,
kondisi fisik Kota Kendari saat ini telah mengalami perubahan–perubahan
yang signifikan dilihat dari pemanfaatan ruang secara proporsional, antara
lain pemanfaatan fasilitas umum, pemanfaatan fasilitas ekonomi,
pemanfaatan kawasan perdagangan, kawasan pemerintahan, kawasan
perumahan, kawasan jalur hijau dan olahraga, kawasan indutsri, kawasan
pergudangan, dan lain–lain.
Seiring dengan perrkembangan pembangunan yang disertai dengan
munculnya gedung-gedung baru (mal, hotel, dan gedung perkantoran),
kawasan perumahan, dan beberapa badan usaha, menyebabkan
banyaknya muncul penamaan baru untuk tempat-tempat tersebut. Selain
itu, terkait dengan perkembangan yang ada di Kota Kendari saat ini,
menyebabkan kebutuhan akan penyebaran informasi sangat pesat pula.
Dengan kenyataan seperti itu, menuntut perlunya melakukan upaya untuk
memberikan informasi yang aktual kepada masyarakat, khususnya
masyarakat Kota Kendari. Salah satu sarana yang digunakan untuk
menyampikan informasi tersebut adalah dengan menggunakan kain
rentang atau dalam bentuk papan nama.
Berkitan dengan sarana penyampaian informasi yang terdapat di
tempat umum, salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian, baik dari
pemerintah maupun dari masyarakat Kota Kendari adalah aspek
penggunaan bahasa yang digunakan pada sarana informasi tersebut.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data linguistik yang bersifat
kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau
gambar (Sugiyono, 1997:15).
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data
primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari
pengamatan langsung di lapangan berupa gambar/foto dan jawaban dari
masyarakat Kota Kendari (pemilik badan usaha) berdasarkan jawaban
dari pertanyaan yang terdapat pada lembar kuesioner tentang
penggunaan bahasa pada layanan umum dan layanan niaga di Kota
Kendari. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa hasil
penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang memunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
1997:59).
Populasi dalam penelitian ini meliputi semua pemakaian bahasa
pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara purposif. Teknik Purposif adalah teknik penentuan
sampel untuk dengan [sic!] pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1997:64).
Dalam penelitian ini, penulis memilih pertimbangan penentuan
sampel berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mendeskripsikan
bentuk-bentuk dan faktor-faktor penyebab kesalahan pemakaian bahasa
pada layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari. Sehubungan
dengan hal tersebut, penulis menetapkan sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh populasi (penggunaan bahasa Indonesia pada layanan
umum dan layanan niaga di Kota Kendari) yang di dalamnya terdapat
kesalahan pemakaian bahasa Indonesia.
E. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak.
Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memeroleh data
dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak tidak hanya
berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga
penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005:90).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah (1) teknik sadap, (2) teknik catat, (3) teknik dokumentasi, (4) teknik
survei. Teknik sadap yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
penyadapan penggunaan bahasa secara tertulis. Teknik catat yang
dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan teknik lanjutan yang
dilakukan ketika menerapkan metode simak. Teknik dokumentasi yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dengan cara
mengambil data dalam bentuk gambar secara langsung pada objek
dengan menggunakan kamera foto. Oleh karena itu, data yang terkumpul
dikemas dalam bentuk foto. Sementara, teknik survei yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah penyebaran kuesioner yang dimaksudkan
untuk memeroleh jawaban dari masyarakat Kota Kendari (pemilik badan
usaha) dan pihak terkait lainnya tentang penggunaan bahasa Indonesia
pada layanan umum dan layanan niaga, misalnya, dalam pemberian
nama toko, nama salon, nama badan usaha, papan nama perkantoran.
Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
terbuka, yaitu penulis mengajukan pertanyaan tanpa menyediakan
alternatif jawaban. Dengan demikian, responden dapat memberi jawaban
secara bebas sesuai dengan kenyataan yang ada. Adapun teknik
penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara
memberi secara langsung kepada responden dan setelah semua
kuesioner itu terjawab, penulis mengambil langsung dari responden.
Jumlah kuesioner yang dibagikan sesuai dengan jumlah sampel yang
telah ditentukan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik deskriptif yang dipakai dalam penelitian ini menghasilkan
dua macam analisis data , yaitu:
a. Mengelompokkan atau mengklasifikasikan data berdasarkan
jenis kesalahan.
b. Menanandai bagian-bagian yang salah pada data.
c. Menentukan acuan teori yang dapat menjadi pedoman untuk
perbaikan kesalahan yang terdapat pada data.
d. Teknik korektif, yaitu memperbaiki bentuk-bentuk kesalahan
kata atau istilah yang dipakai pada layanan umum dan layanan
niaga di Kota Kendari.
Untuk menganalisis data yang dikumpulkan, penelitian ini
menggunakan analisis data yang bersifat deskriptif kualitatif-preskriptif,
yaitu dengan mendeskripsikan dan menjelaskan hasil temuan di lapangan
dan memberi solusi atau pemecahan atas masalah yang terdapat dalam
pemakaian bahasa Indonesia pada layanan umum dan layanan niaga di
Kota Kendari.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. BENTUK-BENTUK KESALAHAN PADA INFORMASI LAYANAN
UMUM DI KOTA KENDARI
Informasi pada layanan umum di Kota Kendari masih
memperlihatkan adanya kesalahan penggunaan bahasa. Perkembangan
budaya dan masyarakat menimbulkan persoalan yang bervariasi dalam
penggunaan bahasa yang terdapat pada informasi layanan umum
khususnya di Kota Kendari dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Berikut ini akan ditunjukkan beberapa bentuk kesalahan yang terdapat
pada informasi layanan umum di Kota Kendari.
1. Bentuk-Bentuk Kesalahan Ejaan
Dalam pembahasan berikut akan dijelaskan beberapa bentuk
kesalahan ejaan yang terdapat pada informasi layanan umum di Kota
Kendari. Kesalahan ejaan yang ditemukan pada data berupa kesalahan
penulisan kata, penggunaan tanda baca, dan penggunaan huruf kapital.
Berikut ini akan diuraikan bentuk-bentuk kesalahan yang dimaksud.
a. Kesalahan Bentuk Penulisan Kata
(1) Musolah Ar Rahman Komp. BPKP
Membuka Pendaftaran
Taman Pendidikan Baca Al-Quran
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan penulisan kata musolah dan Ar Rahman. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata musolah adalah musala.
Sementara, dalam kaidah ejaan diatur bahwa bentuk terikat yang diikuti
oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur
itu dituliskan tanda hubung (-) sehingga penulisan untuk kata Ar Rahman
adalah Ar-Rahman. Dengan demikian, informasi tersebut dapat diperbaiki
menjadi sebagai berikut.
(1a) Musala Ar- Rahman Komp. BPKP
Membuka Pendaftaran
Taman Pendidikan Baca Al-Quran
(2) MESJID FASTABIQULKHAIRAT KENDARI
Kesalahan yang terdapat pada papan nama tersebut adalah
kesalahan penulisan kata mesjid. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), bentuk baku dari kata mesjid adalah masjid. Dengan demikian,
informasi di atas dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut.
(2a) MASJID FASTABIQULKHAIRAT KENDARI
(3) BUKIT LEPO LEPO INDAH
Kesalahan yang terdapat pada papan nama perumahan tersebut
adalah kesalahan pada bentuk penulisan kata LEPO LEPO. Dalam kaidah
bahasa Indonesia diatur bahwa bentuk penulisan untuk satu kata ditulis
secara serangkai, tidak terpisah. Begitu pula halnya dengan kata
LEPOLEPO, jika seandainya kata itu merupakan bentuk satu kata,
penulisannya harus ditulis serangkai. Akan tetapi, jika kata itu dianggap
sebagai kata ulang, penulisannya harus disertai dengan tanda hubung (-).
Dengan demikian, bentuk penulisan yang benar untuk papan nama
tersebut adalah sebagai berikut.
(3a) BUKIT LEPOLEPO INDAH
(3b) BUKIT LEPO-LEPO INDAH
(4) KOMPLEK PERUMAHAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
(BPKP)
PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Kesalahan yang terdapat pada papan nama perumahan tersebut
adalah kesalahan dalam penulisan bentuk kata komplek. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata komplek adalah
kompleks. Dengan demikian, bentuk yang benar untuk penulisan papan
nama tersebut adalah sebagai berikut.
(4a) KOMPLEKS PERUMAHAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
(BPKP)
PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
(5) PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA
DINAS SOSIAL
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)
PANTI SOSIAL BINA RUNGU WICARA (PSBRW)
JL. Mayjen D.I. Panjaitan No. 173 Telp/Fax (0401) 3194404
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut
adalah kesalahan pada bentuk penulisan bentuk singkatan fax. Bentuk
singkatan fax berasal dari kata faximily dalam bahasa Inggris. Kata itu
telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan sudah memunyai padanan
kata, yaitu faksimile. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
bentuk singkatan yang dianggap baku untuk kata faksimile adalah faks,
bukan fax. Di samping itu, sesuai dengan kaidah ejaan, bentuk singkatan
faks tersebut harus diikuti dengan tanda titik. Kesalahan lain pada papan
nama instansi tersebut adalah penulisan bentuk singkatan kata jalan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk singkatan yang
tepat untuk kata tersebut adalah jln. Oleh karena itu, penulisan yang benar
untuk informasi di atas adalah sebagai berikut.
(5a) PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA
DINAS SOSIAL
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)
PANTI SOSIAL BINA RUNGU WICARA (PSBRW)
Jln. Mayjen D.I. Panjaitan No. 173 Telp/Faks. (0401) 3194404
(6) PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI TENGGARA
BADAN PENGAWASAN
PROPINSI SULAWESI TENGGARA
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut
adalah kesalahan pada bentuk penulisan kata PROPINSI. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata propinsi adalah
provinsi. Oleh karena itu, penulisan yang benar untuk informasi tersebut
adalah sebagai berikut.
(6a) PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA
BADAN PENGAWASAN
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
(7) PEMERINTAH KOTA KENDARI
INSPEKTORAT KOTA KENDARI
JL. BALAIKOTA III NO 40 TELP 0401 323013
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut
adalah kesalahan dalam penulisan kata balaikota dan bentuk singkatan
kata jalan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk
penulisan yang tepat untuk kata balaikota adalah ditulis terpisah, tidak
dirangkaikan. Begitu pula dengan bentuk singkatan kata jalan yang
seharusnya adalah (jln.) Dengan demikian, penulisan yang benar untuk
informasi di atas adalah sebagai berikut.
(7a) PEMERINTAH KOTA KENDARI
INSPEKTORAT KOTA KENDARI
JLN. BALAI KOTA III NO. 40 TELP. 0401 323013
(8) PERWAKILAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
(BPKP)
PROPINSI SULAWESI TENGGARA
(9) SEKRETARIAT
DPRD
PROPINSI SULAWESI TENGGARA
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut
adalah kesalahan bentuk penulisan kata propinsi. Dalam Kamus Besar
Bahasa indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata propinsi adalah provinsi.
Dengan demikian, bentuk yang benar untuk informasi tersebut adalah
sebagai berikut.
(8a) PERWAKILAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
(BPKP)
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
(9a) SEKRETARIAT
DPRD
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
(10) KANTOR WALIKOTA KENDARI
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut
adalah kesalahan bentuk penulisan kata WALIKOTA. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), penulisan yang tepat untuk kata walikota
adalah ditulis terpisah, tidak dirangkai. Dengan demikian, bentuk yang
benar untuk penulisan informasi tersebut adalah sebagai berikut.
(10a) KANTOR WALI KOTA KENDARI
(11) KANTOR BERSAMA
URUSAN STNK. BBNKB. PKB DAN SWDKLLJ
PROPINSI SULAWESI TENGGARA
JL. BALAIKOTA NO. 7 KENDARI TELP. 321242
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut
adalah kesalahan penulisan kata balaikota, penulisan kata propinsi, dan
penulisan bentuk singkatan kata jalan. Bentuk baku dari kata propinsi
adalah provinsi, dan penulisan yang tepat untuk kata balaikota adalah
dipisah, yaitu balai kota. Sementara, bentuk singkatan kata jalan yang
tepat adalah (jln.). Dengan demikian, penulisan yang benar untuk papan
nama tersebut adalah sebagai berikut.
(11a) KANTOR BERSAMA
URUSAN STNK, BBNKB, PKB, DAN SWDKLLJ
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
JLN. BALAI KOTA NO. 7 KENDARI TELP. 321242
(12) KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA
(KORPRI)
PENGURUS SUB. UNIT PERWAKILAN BPKP
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut
adalah kesalahan penulisan kata sub. Unit. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), bentuk penulisan yang tepat untuk sub. Unit adalah
ditulis serangkai, tanpa di antarai dengan tanda titik. Bentuk sub
merupakan bentuk terikat yang selalu ditulis serangkai dengan unsur lain
yang mengikutinya. Dengan demikian, penulisan yang benar untuk papan
nama tersebut adalah sebagai berikut.
(12a) KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA
(KORPRI)
PENGURUS SUBUNIT PERWAKILAN BPKP
(13) KEMENTERIAN KEUANGAN R.I.
DITJEN PERBENDAHARAAN
KANWIL PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut
adalah kesalahan penulisan bentuk singkatan R.I. Dalam kaidah ejaan
diatur bahwa bentuk singkatan yang terdiri atas dua huruf yang diambil
dari huruf awal tiap kata ditulis dengan menggunakan huruf kapital tanpa
tanda titik. Dengan demikian, penulisan yang benar untuk papan nama
tersebut adalah sebagai berikut.
(13a) KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DITJEN PERBENDAHARAAN
KANWIL PROVINSI SULAWESI TENGGARA
(14) DEPKES RI
POLITEKNIKKESEHATANKENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
KEBIDANAN
GIZI
Kesalahan yang terdapat pada papan nama lembaga pendidikan
tersebut adalah kesalahan penulisan kata
POLITEKNIKKESEHATANKENDARI. Penulisan kata itu seharusnya
ditulis terpisah, tidak dirangkai. Dengan demikian, penulisan yang benar
untuk papan nama tersebut adalah sebagai berikut.
(14a) DEPKES RI
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
KEBIDANAN
GIZI
(15) Ir. H. Asrun, M. Eng. Sc
WALIKOTA KENDARI
Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan
pada bentuk penulisan kata walikota dan bentuk penulisan gelar M. Eng.
Sc (tanpa titik). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk
penulisan yang tepat dari kata walikota tidak serangkai. Sementara, dalam
ejaan diatur bahwa bentuk penulisan yang tepat untuk gelar tersebut
adalah M. Eng. Sc. (dengan tanda titik). Dengan demikian, bentuk yang
tepat untuk penulisan baliho tersebut adalah sebagai berikut.
(15a) Ir. H. Asrun, M. Eng. Sc.
WALI KOTA KENDARI
(16) PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA
TURUT MENSUKSESKAN
MUSYAWARAH WILAYAH III
PARTAI AMANAT NASIONAL
Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan
pada bentuk penulisan kata mensukseskan. Dalam Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan diatur bahwa semua bentuk kata dasar
yang diawali dengan huruf /s/ apabila mendapat awalan meng-, fonem /s/
di awal kata tersebut luluh, awalan meng- berubah menjadi meny-. Oleh
karena itu, bentuk yang tepat untuk penulisan kata mensukseskan adalah
menyukseskan. Dengan demikian, penulisan yang benar untuk baliho
tersebut adalah sebagai berikut.
(16a) PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA
TURUT MENYUKSESKAN
MUSYAWARAH WILAYAH III
PARTAI AMANAT NASIONAL
(17) Selamat Datang Saudaraku
Hatta Radjasa
di Arena
MUSWIL
KE III
DPW PAN
Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan
pada bentuk penulisan KE III. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan diatur bahwa penulisan lambang bilangan tingkat yang
menggunakan angka Romawi tidak perlu didahului kata depan ke. Kata
depan ke ditulis di depan lambang bilangan tingkat disertai dengan tanda
hubung apabila lambang bilangan yang digunakan adalah angka Arab.
Oleh karena itu, penulisan yang benar untuk baliho tersebut adalah
sebagai berikut.
(17a) Selamat Datang Saudaraku
Hatta Radjasa
di Arena
MUSWIL III
DPW PAN
(17b) Selamat Datang Saudaraku
Hatta Radjasa
di Arena
MUSWIL ke- 3
DPW PAN
(18) SELAMAT MERAIH ADIPURA
KE – II
INSPEKTORAT DAERAH KOTA KENDARI
Kesalahan yang terdapat pada papan informasi tersebut adalah
kesalahan dalam penulisan bentuk kata bilangan tingkat ke- II. Dalam
kaidah ejaan diatur bahwa untuk penulisan kata bilangan tingkat yang
ditulis dengan angka Romawi seharusnya tidak didahului dengan kata ke.
Sebaliknya, jika kata bilangan tingkat itu ditulis dengan angka Arab,
seharusnya didahului oleh kata ke dan tanda hubung (-). Dengan
demikian, penulisan yang benar untuk papan informasi tersebut adalah
sebagai berikut.
(18a) SELAMAT MERAIH ADIPURA
KE – 2
INSPEKTORAT DAERAH KOTA KENDARI
(18b) SELAMAT MERAIH ADIPURA
II
INSPEKTORAT DAERAH KOTA KENDARI
(19) TELAH DI BUKA
PENERIMAAN TAMTAMA PK TNI GEL. I TA. 2011
PENDAFTARAN DI AJENDAM/AJENREM TANGGAL 10
JANUARI S.D 28 JANUARI 2011
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan penulisan kata DI BUKA. Dalam kaidah ejaan diatur bahwa Kata
di ditulis serangkai dengan unsur yang mengikutnya apabila tidak
menyatakan tempat. Oleh karena itu, kata DI BUKA seharusnya ditulis
serangkai, yaitu DIBUKA. Dengan demikian, penulisan yang benar pada
kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.
(19a) TELAH DIBUKA
PENERIMAAN TAMTAMA PK TNI GEL. I TA 2011
PENDAFTARAN DI AJENDAM/AJENREM TANGGAL 10
JANUARI S.D. 28 JANUARI 2011
(20) HIMBAUAN GUBERNUR
SULAWESI TENGGARA
DENGAN MENGHEMAT PEMAKAIAN LISTRIK,
BAHAN BAKAR MINYAK DAN AIR BERARTI KITA PEDULI
TERHADAP SESAMA DAN LINGKUNGAN
Kesalahan yang terdapat pada papan informasi tersebut adalah
kesalahan penulisan kata himbauan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata himbauan adalah imbauan.
Dengan demikian, penulisan yang benar pada papan informasi tersebut
adalah sebagai berikut.
(20a) IMBAUAN GUBERNUR
SULAWESI TENGGARA
DENGAN MENGHEMAT PEMAKAIAN LISTRIK,
BAHAN BAKAR MINYAK, DAN AIR BERARTI KITA PEDULI
TERHADAP SESAMA DAN LINGKUNGAN
(21) Dr. DIDIN ROHIDIN
PRAKTEK UMUM
JAM 17.00-21.00
HARI LIBUR TUTUP
Kesalahan yang terdapat pada papan nama tersebut adalah
kesalahan pada bentuk penulisan singkatan kata dokter dan bentuk
penulisan kata praktek. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan diatur bahwa bentuk singkatan yang tepat dari kata dokter
adalah dr. Di samping itu, bentuk baku dari kata praktek adalah praktik.
Dengan demikian, penulisan yang benar pada papan nama tersebut
adalah
(21a) dr. DIDIN ROHIDIN
PRAKTIK UMUM
JAM 17.00-21.00
HARI LIBUR TUTUP
(22) DIRGAHAYU R.I KE-65
Kesalahan yang terdapat pada gapura tersebut adalah pada
penulisan singkatan R.I dan kesalahan penempatan kata bilangan tingkat.
Dalam hal ini kata bilangan tingkat yang diletakkan sesudah RI (RI ke-65).
Dengan susunan seperti itu dapat menimbulkan kesan bahwa RI seolah-
olah berjumlah 65 atau lebih. Kesan itu dapat menimbulkan pengertian
bahwa yang sedang berulang tahun adalah RI yang ke-65. Selanjutnya,
untuk penulisan singkatan R.I yang diberi tanda titik tidak sesuai dengan
kaidah ejaan. Dalam kaidah ejaan diatur bahwa singkatan nama resmi
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Dengan demikian, penulisan
yang benar pada gapura tersebut adalah sebagai berikut.
(22a) DIRGAHAYU KE- 65 RI
(23) DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 65
Kesalahan yang terdapat pada gapura tersebut adalah kesalahan
penulisan kata bilangan tingkat ke 65. Dalam kaidah ejaan diatur bahwa
setiap kata bilangan tingkat yang ditulis dengan angka Arab harus
disertakan kata ke dan tanda hubung (-). Sebaliknya, jika kata bilangan
tingkat itu ditulis dengan menggunakan angka Romawi, kata ke dan tanda
hubung (-) tidak perlu dituliskan. Kesalahan lain pada informasi di atas
adalah penempatan kata bilangan tingkat setelah kata Republik Indonesia
yang seharusnya ditulis setelah kata dirgahayu. Dengan demikian,
penulisan yang benar pada gapura tersebut adalah sebagai berikut.
(23a) DIRGAHAYU KE-65 REPUBLIK INDONESIA
b. Kesalahan Penggunaan Tanda Baca
(24) KANTOR BERSAMA
URUSAN STNK. BBNKB. PKB DAN SWDKLLJ
PROPINSI SULAWESI TENGGARA
JL. BALAIKOTA NO. 7 KENDARI TELP. 321242
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut
adalah kesalahan penggunaan tanda titik. Tanda titik pada informasi di
atas sebaiknya diganti dengan tanda koma. Dengan demikian, penulisan
yang benar pada papan nama tersebut adalah sebagai berikut.
(24a) KANTOR BERSAMA
URUSAN STNK, BBNKB, PKB, DAN SWDKLLJ
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
JL. BALAI KOTA NO. 7 KENDARI TELP. 321242
(25) KENDARI KOTAKU. KUMILIKI. KUBANGUN DAN
KUBANGGAKAN
Kesalahan yang terdapat pada papan informasi tersebut adalah
kesalahan pada penggunaan tanda titik (.) di antara kata. Apabila di antara
kata itu ingin diberi tanda baca, sebaiknya digunakan tanda koma (,),
bukan tanda titik (.). Dengan demikian, penulisan yang benar pada papan
informasi tersebut adalah sebagai berikut.
(25a) KENDARI KOTAKU, KUMILIKI, KUBANGUN, DAN
KUBANGGAKAN
(26) Keluarga Sehat Investasi Bangsa
“Ibu Sehat, mampu memenuhi tugas
dalam keluarga dan masyarakat
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
penggunaan tanda petik (“…”). Pada awal kalimat di baris kedua
menggunakan tanda petik, tetapi pada akhir kalimat itu tidak lagi diakhiri
dengan tanda petik.
Kesalahan lain yang ada pada informasi itu adalah penggunaan
tanda koma setelah kata sehat pada baris kedua. Tanda koma pada
pernyataan itu sebaiknya dihilangkan saja. Oleh karena itu, penulisan
yang benar pada kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.
(26a) Keluarga Sehat Investasi Bangsa
“Ibu sehat mampu memenuhi tugas
dalam keluarga dan masyarakat”
(27) HIMBAUAN GUBERNUR
SULAWESI TENGGARA
DENGAN MENGHEMAT PEMAKAIAN LISTRIK,
BAHAN BAKAR MINYAK DAN AIR BERARTI KITA PEDULI
TERHADAP SESAMA DAN LINGKUNGAN
Kesalahan yang terdapat pada papan informasi tersebut adalah
kesalahan pemakaian tanda koma yang seharusnya juga ditulis setelah
kata minyak. Dengan demikian, penulisan yang benar pada papan
informasi tersebut adalah sebagai berikut.
(27a) IMBAUAN GUBERNUR
SULAWESI TENGGARA
DENGAN MENGHEMAT PEMAKAIAN LISTRIK,
BAHAN BAKAR MINYAK, DAN AIR BERARTI KITA PEDULI
TERHADAP SESAMA DAN LINGKUNGAN
(28) PEMERINTAH KOTA KENDARI
INSPEKTORAT KOTA KENDARI
JL. BALAIKOTA III NO 40 TELP 0401 323013
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut
adalah kesalahan dalam penulisan singkatan dari kata nomor (NO) dan
kata telepon (TELP) pada informasi tersebut yang seharusnya diberi tanda
titik. Begitu pula dengan bentuk singkatan kata jalan yang seharusnya
adalah (jln.).Dengan demikian, penulisan yang benar pada papan nama
tersebut adalah sebagai berikut.
(28a) PEMERINTAH KOTA KENDARI
INSPEKTORAT KOTA KENDARI
JLN. BALAI KOTA III NO. 40 TELP. 0401 323013
(29) Kampus Berdasi
POLTEK-D3
INDOTEC
Kesalahan yang terdapat pada papan nama lembaga pendidikan
tersebut adalah kesalahan penulisan kata POLTEK-D3. Dalam kaidah
ejaan diatur bahwa tanda hubung memunyai beberpa fungsi. Salah satu
fungsinya adalah untuk merangkaikan ke- dengan angka dan angka
dengan –an. Dengan demikian, tampak bahwa perangkaian ke- dengan
angka dan angka dengan –an dilakukan dengan menggunakan tanda
hubung. Hal itu menunjukkan bahwa perangkaian angka dengan unsur lain
yang tidak sejenis (bukan angka) dilakukan dengan tanda hubung. Selain
itu, dalam ejaan juga diatur bahwa singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan atau kata juga dirangkaikan dengan tanda hubung. Hal itu
mengindikasikan bahwa singkatan berhuruf kapital jika dirangkaikan
dengan unsur lain yang tidak sejenis juga ditulis dengan menggunakan
tanda hubung. Dengan demikian, penulisan yang benar pada papan nama
tersebut adalah sebagai berikut.
(29a) Kampus Berdasi
POLTEK D-3
INDOTEC
(30) Ir. H. Asrun, M. Eng. Sc
WALIKOTA KENDARI
Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan
pada bentuk penulisan gelar yang tidak diikuti tanda titik pada akhir gelar
itu. Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk penulisan informasi pada
baliho tersebut adalah sebagai berikut.
(30a) Ir. H. Asrun, M. Eng. Sc.
WALI KOTA KENDARI
(31) H. ABDURRAHMAN SALEH. SH, M.Si
WAKIL KETUA DPW PAN SULAWESI TENGGARA
ANGGOTA DPRD PROV. SULTRA
(32) H. NUR ALAM, SE
KETUA DPW PAN SULAWESI TENGGARA
Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan
pada bentuk penulisan gelar pada H. ABDURRAHMAN SALEH. SH, M.Si
dan H. NUR ALAM, SE. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan diatur bahwa penulisan singkatan nama orang, nama
gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Di samping
itu, antara penulisan nama dan penulisan gelar di antarai oleh tanda koma
(,), bukan tanda titik (.).
Kesalahan lain yang terdapat pada informasi di atas adalah
penggunaan tanda titik di akhir nama sebelum gelar. Dalam kaidah ejaan
diatur bahwa pada akhir nama sebelum penulisan gelar diberi tanda
koma, bukan titik. Oleh karena itu, penulisan yang benar pada baliho
tersebut adalah sebagai berikut.
(31a) H. ABDURRAHMAN SALEH, S.H., M. Si.
WAKIL KETUA DPW PAN SULAWESI TENGGARA
ANGGOTA DPRD PROV. SULTRA
(32a) H. NUR ALAM, S.E.
KETUA DPW PAN SULAWESI TENGGARA
(33) TELAH DI BUKA
PENERIMAAN TAMTAMA PK TNI GEL. I TA. 2011
PENDAFTARAN DI AJENDAM/AJENREM TANGGAL 10
JANUARI S.D 28 JANUARI 2011
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan penulisan singkatan TA. dan singkatan S.D. Untuk singkatan
TA. (Tahun Ajaran) seharusnya ditulis tanpa tanda titik, yaitu TA,
sedangkan bentuk singkatan sampai dengan seharusnya ditulis dengan
diberi tanda titik pada tiap huruf (s.d.). Dengan demikian, penulisan yang
benar pada kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.
(33a) TELAH DIBUKA
PENERIMAAN TAMTAMA PK TNI GEL. I TA 2011
PENDAFTARAN DI AJENDAM/AJENREM TANGGAL 10
JANUARI S.D. 28 JANUARI 2011
(34) ALHAMDULILLAH
TELAH BEROPERASI
PT. BANK MUAMALAT INDONESIA
KANTOR KAS WUA-WUA
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan penulisan singkatan PT. Dalam kaidah ejaan diatur bahwa
singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
usaha atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf
awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Dengan demikian, penulisan yang benar pada kain rentang tersebut adalah
sebagai berikut.
(34a) ALHAMDULILLAH
TELAH BEROPERASI
PT BANK MUAMALAT INDONESIA
KANTOR KAS WUA-WUA
(35) H. NUR ALAM, SE
KETUA DPW PAN SULAWESI TENGGARA
Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan
pada bentuk penulisan gelar. Dalam kaidah Ejaan Bahasa Indonesia
diatur bahwa penulisan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat diikuti dengan tanda titik. Dengan demikian, penulisan informasi
yang benar pada baliho tersebut adalah sebagai berikut.
(35a) H. NUR ALAM, S.E.
KETUA DPW PAN SULAWESI TENGGARA
(36) PLAZA INN KENDARI TURUT
MENDUKUNG PROGRAM K.3
CINTAILAH KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan penulisan singkatan K.3. Sebagai singkatan dari kata
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, penulisan K.3 seharusnya tidak
disertai dengan tanda titik. Begitu pula dengan penulisan kata turut yang
berfungsi sebagai penghubung dan kata hubung dan yang dianggap
menggantung sebaiknya ditulis pada baris berikutnya. Dengan demikian,
penulisan informasi yang benar pada kain rentang tersebut adalah
sebagai berikut.
(36a) PLAZA INN KENDARI
TURUT MENDUKUNG PROGRAM K3
CINTAILAH KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
(37) DOKTER SPESIALIS BEDAH
dr. M. Saiful, Sp. B
Jam : 18.30 – 21.00 WITA
Senin – Jum’at
Kesalahan yang terdapat pada papan nama tersebut adalah
kesalahan pada bentuk penulisan kata Jum’at. Dalam Kamua Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk penulisan yang tepat dari kata Jum’at
adalah Jumat (tanpa tanda apostrof). Di samping itu, dalam Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan diatur bahwa tanda penyingkat atau
apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau angka tahun.
Kesalahan lain yang terdapat pada informasi di atas adalah tidak adanya
tanda titik pada akhir gelar. Oleh karena itu, penulisan informasi yang
benar pada papan nama tersebut adalah sebagai berikut.
(37a) DOKTER SPESIALIS BEDAH
dr. M. Saiful, Sp. B.
pukul : 18.30 – 21.00 WITA
Senin – Jumat
B. Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital
Berdasarkan data yang dikumpulkan, ditemukan beberapa bentuk
kesalahan penggunaan huruf kapital. Berikut ini akan ditunjukkan
beberapa bentuk kesalahan yang dimaksud.
(38) KPPN Kendari
Siap memberikan layanan terbaik,
Cepat, tepat, transparan dan tanpa biaya
Kepuasan anda, tujuan utama kami
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan pada bentuk penulisan kata cepat yang menggunakan huruf
kapital di awal kata. Kata cepat pada informasi di atas bukan sebagai kata
pada awal kalimat. Kesalahan lain juga terdapat pada penulisan kata anda
yang menggunakan huruf kecil di awal kata. Dalam Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diatur bahwa huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata ganti Anda karena kata itu dianggap sebagai
bentuk sapaan langsung. Oleh karena itu, penulisan yang benar pada kain
rentang tersebut adalah sebagai berikut.
(38a) KPPN Kendari
Siap memberikan layanan terbaik,
cepat, tepat, transparan, dan tanpa biaya
kepuasan Anda, tujuan utama kami
(39) Keluarga Sehat Investasi Bangsa
“Ibu Sehat, mampu memenuhi tugas
dalam keluarga dan masyarakat
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
penulisan kata sehat pada baris kedua yang ditulis dengan menggunakan
huruf capital karena kata itu bukan merupakan kata pada awal kalimat.
Dengan demikian, penulisan yang benar pada kain rentang tersebut
adalah sebagai berikut.
(39a) Keluarga Sehat Investasi Bangsa
“Ibu sehat, mampu memenuhi tugas
dalam keluarga dan masyarakat”
(40) Berantas Sarang Nyamuk agar Bebas Jentik Dengan 3M Plus
Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan
pada bentuk penulisan kata Dengan. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan diatur bahwa semua bentuk konjungsi dalam bahasa
Indonesia ditulis dengan huruf kecil di awal kata tersebut, kecuali semua
kata yang ditulis sebelum dan sesudahnya menggunakan huruf kapital,
konjungsi itu juga ditulis dengan menggunakan huruf kapital semua. Oleh
karena itu, bentuk yang tepat untuk penulisan informasi pada baliho
tersebut adalah sebagai berikut.
(40a) Berantas Sarang Nyamuk agar Bebas Jentik dengan 3M Plus
(40b) BERANTAS SARANG NYAMUK AGAR BEBAS JENTIK
DENGAN 3M PLUS
(41) Sebaik-baik Manusia adalah yang Bermanfaat bagi Orang Lain
Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan
pada bentuk penulisan kata-katanya yang ditulis dengan menggunakan
huruf kapital di tiap awal kata. Oleh karena itu, penulisan informasi yang
benar pada baliho tersebut adalah sebagai berikut.
(41a) Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain
2. Bentuk-Bentuk Kesalahan Diksi
Kesalahan diksi juga terdapat pada informasi layanan umum di
Kota Kendari. Berikut ini ditunjukkan beberapa bentuk kesalahan diksi
yang terdapat pada informasi layanan umum di Kota Kendari.
(42) MUSYAWARAH WILAYAH III
PARTAI AMANAT NASIONAL
SULAWESI TENGGARA
Menelorkan
Pemimpin
Masa Depan
Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan
pada penggunaan kata menelorkan. Salah satu syarat ketepatan dalam
penggunaan diksi adalah syarat kelaziman. Kata menelorkan pada
informasi di atas dianggap kurang lazim digunakan dalam masyarakat
karena kata itu bisa saja pengaruh dari salah satu dialek yang ada di
negara kita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku
dari kata menelorkan adalah menelurkan karena berasal dari kata dasar
telur, bukan telor. Selain kesalahan dari segi bentukan kata, informasi di
atas sebaiknya memilih kata yang lebih lazim atau lebih tepat digunakan
pada informasi tersebut, seperti kata memilih. Dengan demikian,
penulisan yang benar pada baliho tersebut adalah sebagai berikut.
(42a) MUSYAWARAH WILAYAH III
PARTAI AMANAT NASIONAL
SULAWESI TENGGARA
Memilih
Pemimpin
Masa Depan
(43) Dr. DIDIN ROHIDIN
PRAKTEK UMUM
JAM 17.00-21.00
HARI LIBUR TUTUP
Kesalahan yang terdapat pada papan nama tersebut adalah
penggunaan kata jam. Kata jam dan pukul merupakan dua bentuk kata
yang hampir tidak dapat dibedakan artinya oleh sebagian besar
masyarakat sehingga penggunaannya sering kali tidak tepat. Kata jam
dan pukul masing-masing memunyai makna sendiri yang berbeda satu
sama lain. Hanya saja, sering kali pemakai bahasa kurang cermat dalam
menggunakan kedua kata itu sehingga tidak jarang kedua kata itu
digunakan dengan maksud yang sama.
Kata jam menunjukkan makna ‘masa atau jangka waktu’,
sedangkan kata pukul mengandung pengertian ‘saat’ atau ‘waktu’.
Dengan demikian, jika maksud yang ingin diungkapkan adalah ‘waktu atau
saat’, kata yang tepat digunakan adalah kata pukul. Sebaliknya, jika yang
ingin diungkapkan adalah ‘masa’ atau ‘jangka waktu’, kata yang tepat
digunakan adalah kata jam. Selain untuk menyatakan arti ‘masa’ atau
‘jangka waktu’, kata jam juga berarti ‘benda penunjuk waktu’ atau ‘arloji’,
seperti pada kata jam dinding atau jam tangan. Selain itu, penulisan
bentuk singkatan dokter seharusnya adalah (dr.). Oleh karena itu,
penulisan informasi yang benar pada papan nama tersebut adalah
sebagai berikut.
(43a) dr. DIDIN ROHIDIN
PRAKTIK UMUM
PUKUL 17.00-21.00
HARI LIBUR TUTUP
(44) drg. TRI NURHATI
JAM 18.00-21.00
Setiap Hari Kerja
Kesalahan yang terdapat pada papan nama tersebut adalah
kesalahan diksi yaitu penggunaan kata jam yang seharusnya adalah
menggunakan kata pukul. Oleh karena itu, penulisan informasi yang benar
pada papan nama tersebut adalah sebagai berikut.
(44a) drg. TRI NURHATI
PUKUL 18.00-21.00
Setiap Hari Kerja
(45) DOKTER SPESIALIS BEDAH
dr. M. Saiful, Sp. B
Jam : 18.30 – 21.00 WITA
Senin – Jum’at
Kesalahan yang terdapat pada papan nama tersebut adalah
penggunaan kata jam yang seharusnya diganti dengan kata pukul. Oleh
karena itu, penulisan informasi yang benar pada papan nama tersebut
adalah sebagai berikut.
(45a) DOKTER SPESIALIS BEDAH
dr. M. Saiful, Sp. B.
pukul : 18.30 – 21.00 WITA
Senin – Jumat
B. BENTUK-BENTUK KESALAHAN PADA INFORMASI LAYANAN
NIAGA DI KOTA KENDARI
Informasi pada layanan niaga di Kota Kendari juga memperlihatkan
berbagai bentuk kesalahan, baik kesalahan penggunaan bahasa
Indonesia maupun kesalahan karena penggunaan istilah asing. Berikut ini
akan ditunjukkan bentuk-bentuk kesalahan yang terdapat pada informasi
layanan niaga di Kota Kendari.
1. Bentuk-Bentuk Kesalahan Ejaan
a. Kesalahan Bentuk Penulisan Kata
(46)Triple-F Gorden
Cash & Kredit
Lengkap, murah, & berkwalitas
Menerima pesanan:
Kain gorden, hotel, perkantoran
Vertikal, blind, vitrase, rel gorden & accesories
Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut
adalah kesalahan pada bentuk penulisan kata berkwalitas. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata tersebut adalah
berkualitas. Kesalahan yang lain adalah penggunaan istilah asing yang
sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia yaitu cash, credit, dan
accessories. Akan tetapi kesalahan istilah asing itu akan dibahas pada
penjelasan selanjutnya yaitu pada bagian kesalahan karena penggunaan
istilah asing. Oleh karena itu, penulisan yang benar untuk informasi pada
papan nama tersebut adalah sebagai berikut.
(46a) Triple-F Gorden
Cash & Credit
Lengkap, murah, & berkualitas
Menerima pesanan:
Kain gorden untuk hotel dan perkantoran
Vertikal, blind, vitrase, rel gorden & accessories
(47) Sentral Listrik & Tehnik
PUSAT PERLENGKAPAN LISTRIK, TEHNIK & LAMPU HIAS
Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut
adalah kesalahan pada bentuk penulisan kata tehnik dan penulisan simbol
&. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata
tersebut adalah teknik, bukan tehnik atau pun tekhnik seperti yang sering
kita temukan dalam beberapa tulisan lain. Sementara, untuk bentuk simbol
& sebaiknya digunakan kata hubung yang sebenarnya, yaitu dan. Oleh
karena itu, bentuk yang tepat untuk penulisan informasi pada papan nama
tersebut adalah sebagai berikut.
(47a) Sentral Listrik & Teknik
PUSAT PERLENGKAPAN LISTRIK, TEKNIK, DAN LAMPU
HIAS
(48) warung makan
CILEDUK
Menyajikan: macam-macam Nasi Goreng, Bihun, Mie Kuah,
Bakso dll.
Mauh murah makan kenyang…..??? Disini tempatnya…..!!
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan pada bentuk penulisan kata mauh dan disini. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata mauh adalah mau,
bukan mauh. Di samping itu, bentuk penulisan yang tepat untuk kata disini
sesuai dengan kaidah ejaan dalam bahasa Indonesia adalah tidak ditulis
serangkai. Dalam kaidah ejaan diatur bahwa penulisan kata depan di
yang menyatakan tempat ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Penulisan bentuk kata mie pada informasi tersebut juga dianggap salah
karena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari
mie adalah mi. Kesalahan lain adalah penggunaan huruf kapital pada tiap
awal kata. Akan tetapi, kesalahan penggunaan huruf kapital tersebut
dapat dilihat pada bagian selanjutnya dalam penelitian ini, yaitu pada
bagian kesalahan penggunaan huruf kapital. Oleh karena itu, bentuk yang
tepat untuk penulisan informasi pada kain rentang tersebut adalah
sebagai berikut.
(48a) warung makan
CILEDUK
Menyajikan: Macam-Macam Nasi Goreng, Bihun, Mi Kuah,
Bakso, dll.
Mau murah makan kenyang? Di sini tempatnya.
(49) TOKO ARI JAYA
Alat Tulis Kantor
Foto Copy
Percetakan
Accessories Computer
Jilid Biasa,Skripsi,Spiral
Laminating
(kompleks anduonohu square Blok 1 No. 4)
Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut
adalah kesalahan pada bentuk penulisan kata foto copy dan penulisan
tanda koma (,) yang tidak di antarai dengan spasi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata foto copy adalah fotokopi.
Kesalahan lain adalah penggunaan istilah asing accessories computer,
square, dan laminating pada papan nama tersebut yang penjelasannya
dapat dilihat pada bagian selanjutnya dalam penelitian ini, yaitu pada
bagian kesalahan karena penggunaan istilah asing. Oleh karena itu,
penulisan informasi yang benar pada papan nama tersebut adalah
sebagai berikut.
(49a) TOKO ARI JAYA
Alat Tulis Kantor
Fotokopi
Percetakan
Accsesories Computer
Jilid Biasa, Skripsi, Spiral
Laminating
(Kompleks Anduonohu Square Blok 1 No. 4)
(50) RAIH KESEMPATAN LANGKA INI…!!
Untuk Pembelian Sepeda Motor Suzuki Semua Type
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan penulisan kata type. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), bentuk yang tepat untuk kata tersebut adalah tipe. Oleh karena itu,
penulisan informasi yang benar pada kain rentang tersebut adalah
sebagai berikut.
(50a) RAIH KESEMPATAN LANGKA INI!
Untuk Pembelian Sepeda Motor Suzuki Semua Tipe
b. Kesalahan Penggunaan Tanda Baca
(51)Triple-F Gorden
Cash & Kredit
Lengkap, murah, & berkwalitas
Menerima pesanan:
Kain gorden, hotel, perkantoran
Vertikal, blind, vitrase, rel gorden & accesories
Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut
adalah kesalahan pada penggunaan tanda koma (,) setelah kata
gorden karena hal itu dapat mengaburkan makna yang sebenarnya
ingin disampaikan pada informasi tersebut. Jika menggunakan tanda
koma seperti pada informasi tersebut, dapat diartikan bahwa tempat itu
dapat menerima pesanan berupa hotel dan perkantoran. Dengan
demikian, sebaiknya pada posisi tanda koma itu diganti dengan
menggunakan tanda titik dua (: ) atau kata untuk. Oleh karena itu,
penulisan informasi yang benar pada papan nama tersebut sebagai
berikut.
(51a) Triple-F Gorden
Cash & Credit
Lengkap, murah, & berkualitas
Menerima pesanan:
kain gorden untuk hotel dan perkantoran
vertikal, blind, vitrase, rel gorden & accessories
(52) RAIH KESEMPATAN LANGKA INI…!!
Untuk Pembelian Sepeda Motor Suzuki Semua Type
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan penggunaan tanda baca (…!!). Tanda baca seperti itu yang
digunakan secara bersamaan tidak ada dalam bahasa Indonesia sehingga
sebaiknya diganti dengan tanda seru atau tanda titik satu saja (!) atau (.).
Oleh karena itu, penulisan informasi yang benar pada kain rentang
tersebut adalah sebagai berikut.
(52a) RAIH KESEMPATAN LANGKAH INI!
Untuk Pembelian Sepeda Motor Suzuki Semua Tipe
(53) warung makan
CILEDUK
Menyajikan: macam-macam Nasi Goreng, Bihun, Mie Kuah,
Bakso dll.
Mauh murah makan kenyang…..??? Disini tempatnya…..!!
Penggunaan tanda titik yang diikuti oleh tanda tanya dan tanda
seru seperti pada kain rentang tersebut juga dianggap salah dan
menyalahi kaidah. Oleh karena itu, bentuk yang tepat untuk penulisan
informasi pada kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.
(53a) warung makan
CILEDUK
Menyajikan: Macam-Macam Nasi Goreng, Bihun, Mie Kuah,
Bakso, dll.
Mau murah makan kenyang? Di sini tempatnya.
(54) RAJA MURAH
Sendal, Sepatu, Tas Dan Koper dll..
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan pada bentuk penulisan singkatan dll… Untuk penulisan
singkatan dll, juga diatur dalam kaidah ejaan bahwa bentuk penulisan
singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih ditulis dengan
diikuti oleh satu tanda titik. Dengan demikian, penulisan yang benar untuk
informasi pada kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.
(54a) RAJA MURAH
Sendal, Sepatu, Tas, Koper, dll.
(54b) RAJA MURAH
Sendal, Sepatu, Tas, dan Koper
(55) UD. RAHMA MOTOR
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan singkatan Usaha Dagang (UD.). Seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa dalam kaidah ejaan diatur bahwa singkatan nama
resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan usaha atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Dengan
demikian, penulisan informasi yang benar pada kain rentang tersebut
adalah sebagai berikut.
(55a) UD RAHMA MOTOR
(56) BURGER
ONLY RP. 10.000,-
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan dalam pada bentuk penulisan RP. 10.000,-. Dalam ejaan
bahasa Indonesia diatur bahwa penulisan singkatan rupiah tidak diikuti
tanda titik dan jumlah angka yang mengikutinya ditulis serangkai dengan
lambing (Rp) tanpa spasi. Di samping itu, pada akhir angka bilangan tidak
diberi tanda (,-), tetapi harus dengan angka (00). Kesalahan lain adalah
penggunaan istilah asing only yang sudah ada padanannya dalam bahasa
Indonesia, yaitu ‘hanya’. Penjelasan tentang istilah asing tersebut dapat
dilihat pada bagian selanjutnya dalam penelitian ini yang membahas
tentang kesalahan karena penggunaan istilah asing. Oleh karena itu,
penulisan informasi yang benar pada kain rentang tersebut adalah
sebagai berikut.
(56a) BURGER
hanya Rp10.000,00
(57) Toko. KEMBAR JAYA
Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut
adalah kesalahan penulisan kata toko yang diikuti oleh tanda titik. Selain
itu, kata toko sebaiknya juga ditulis dengan menggunakan huruf kapital
semua. Dengan demikian, bentuk penulisan yang benar untuk informasi
pada papan nama tersebut adalah sebagai berikut.
(57a) TOKO KEMBAR JAYA
c. Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital
(58) warung makan
CILEDUK
Menyajikan: macam-macam Nasi Goreng, Bihun, Mie Kuah,
Bakso dll.
Mauh murah makan kenyang…..??? Disini tempatnya…..!!
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
penggunaan huruf kapital pada awal kata Menyajikan, Nasi Goreng,
Bihun, Mie Kuah, Bakso. Oleh karena itu, bentuk yang tepat untuk
penulisan informasi pada kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.
(58a) warung makan
CILEDUK
menyajikan: macam-macam nasi noreng, bihun, mie kuah,
bakso, dll.
Mau murah makan kenyang? Di sini tempatnya.
(59)TOKO ARI JAYA
Alat Tulis Kantor
Foto Copy
Percetakan
Accessories Computer
Jilid Biasa,Skripsi,Spiral
Laminating
(kompleks anduonohu square Blok 1 No. 4)
Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut
adalah kesalahan penulisan kompleks anduonohu square karena di tiap
awal kata itu ditulis dengan menggunakan huruf kecil padahal itu adalah
nama diri sehingga di tiap awal kata harus ditulis dengan menggunakan
huruf kapital. Oleh karena itu, penulisan yang benar untuk informasi pada
papan nama tersebut adalah sebagai berikut.
(59a) TOKO ARI JAYA
Alat Tulis Kantor
Fotokopi
Percetakan
Accsesories Computer
Jilid Biasa, Skripsi, Spiral
Laminating
(Kompleks Anduonohu Square Blok 1 No. 4)
(60) RAJA MURAH
Sendal, Sepatu, Tas Dan Koper dll..
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan pada bentuk penulisan kata Dan. Dalam Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan diatur bahwa semua kata hubung
(konjungsi) dalam sebuah kalimat atau pun judul ditulis dengan huruf kecil
pada awal kata. Konjungsi dapat saja ditulis dengan huruf kapital apabila
semua kata dalam kalimat atau judul itu ditulis dalam huruf kapital semua.
Dengan demikian, penulisan yang benar untuk informasi pada kain
rentang tersebut adalah sebagai berikut.
(60a) RAJA MURAH
Sendal, Sepatu, Tas, Koper, dll.
(60b) RAJA MURAH
Sendal, Sepatu, Tas, dan Koper
2. Bentuk-Bentuk Kesalahan Diksi
(61) DISKON GEDE
Sampe Abisss
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
kesalahan pada penggunaan kata gede dan sampe abis. Kata yang
sebaiknya digunakan untuk menggantikan kata-kata tersebut adalah
kata besar, sampai, dan habis. Pemakaian bentuk kata gede, sampe,
dan abis dianggap sebagai pengaruh dari bahasa daerah atau dialek
daerah tertentu. Dengan demikian, penulisan yang benar untuk
informasi pada kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.
(61a) DISKON BESAR
Sampai habis
3. Bentuk-Bentuk Kesalahan Struktur Kata
Kesalahan pola struktur kata terdapat pada informasi layanan niaga
di Kota Kendari. Berikut ini adalah contoh kesalahan penggunaan struktur
kata yang terdapat pada informasi yang dimaksud.
(62) Anawai Hotel
Jl. Pasar Baruga
(63) Kubra Hotel
Kesalahan yang terdapat pada papan nama hotel tersebut adalah
penggunaan struktur bahasa asing (MD) dalam bahasa Indonesia (DM).
Bentuk yang tepat untuk penulisan pada papan nama tersebut adalah
sebagai berikut.
(62a) Hotel Anawai
Jl. Pasar Baruga
(63a) Hotel Kubra
(64) DARMA JAYA MOTOR
Kedai Suku Cadang dan Variasi Sepeda Motor
Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut
adalah penggunaan struktur bahasa asing (MD) dalam bahasa Indonesia
(DM). Bentuk yang tepat untuk penulisan papan nama tersebut adalah
sebagai berikut.
(64a) MOTOR DARMA JAYA
(65) Yoppie Salon
Rias Pengantin dan Dekorasi
(66) Kirey Salon
Ladies and Gentleman
(67) Oktavya Salon
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang dan papan nama salon
tersebut adalah penggunaan struktur bahasa asing (MD) dalam bahasa
Indonesia (DM). Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk penulisan
informasi pada kain rentang dan papan nama tersebut adalah sebagai
berikut.
(65a) Salon Yoppie
Rias Pengantin dan Dekorasi
(66a) Salon Kirey
Wanita dan Pria
(66b) Salon Kirey
Wanita dan Pria (Ladies and Gentlemen)
(67a) Salon Oktavya
(68) UD. RAHMA MOTOR
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah
penggunaan bahasa Indonesia dengan struktur bahasa asing. Dengan
demikian, penulisan yang benar pada kain rentang tersebut adalah
sebagai berikut.
(68a) UD MOTOR RAHMA
4. Bentuk-Bentuk Kesalahan karena Penggunaan Istilah Asing
Berikut ini akan diuraikan beberapa bentuk kesalahan yang
terdapat pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari
karena menggunakan istilah asing yang sudah ada padanannya dalam
bahasa Indonesia.
(69) KING Mart
Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan
bahasa asing seperti yang terdapat pada papan nama tersebut
seharusnya ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena kata-kata itu
sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan mengikuti struktur
penulisan dalam bahasa Indonesia. Bentuk padanan dari kata king dalam
bahasa Indonesia adalah ‘raja’ dan mart adalah ‘pasar’. Akan tetapi,
apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya
dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya dan
penulisannya mengikuti struktur penulisan dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti
seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:
(69a) Raja Pasar
(69b) Raja Pasar (King Mart)
(70) Roberta
BASEMENT
Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan
bahasa asing seperti yang terdapat pada papan nama toko tersebut
seharusnya ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena kata itu sudah
ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan penulisannya mengikuti
struktur penulisan dalam bahasa Indonesia. Bentuk padanan dari kata
basement dalam bahasa Indonesia adalah ‘ruang bawah tanah; rubanah’.
Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya
padanannya dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk
asingnya. Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya
diganti seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:
(70a) Ruang bawah tanah Roberta
(70b) Roberta
Ruang bawah tanah; rubanah (basement)
(71) RABAM Mall
Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan
bahasa asing seperti yang terdapat pada penulisan nama mal tersebut
seharusnya ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena kata itu sudah
ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan penulisannya mengikuti
struktur penulisan dalam bahasa Indonesia. Bentuk padanan dari kata
mall dalam bahasa Indonesia adalah ‘mal’. Akan tetapi, apabila bentuk
asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa
Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya. Dengan demikian,
bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang
dianjurkan, yaitu:
(71a) MAL RABAM
(71b) MAL RABAM (Rabam Mal)
(72) Srikandi
HOTEL
TOURS &
TRAVEL
GUEST ROOM
MEETING ROOM
MINI MARKET
COFFEE SHOP
Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan bahasa
asing seperti yang terdapat pada papan nama hotel tersebut seharusnya
ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena kata-kata itu sudah ada
padanannya dalam bahasa Indonesia. Padanan kata tours dalam bahasa
Indonesia adalah ‘wisata’, travel adalah ‘perjalan; perlawatan’, guest room
adalah ‘kamar tamu; ruang tamu’, meeting room adalah ‘ruang rapat;
ruang pertemuan’, mini market adalah ‘pasar mini’, dan coffee shop
adalah ‘kedai kopi’. Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap
dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa Indonesia tetap
ditulis sebelum bentuk asingnya dan bentuk penulisannya harus mengikuti
struktur dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, bentuk penulisan
kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:
(72a) Hotel dan Jasa Wisata serta Perjalanan Srikandi
Kamar tamu; ruang tamu
Ruang pertemuan; ruang rapat
Pasar mini
Kedai kopi
(72b) Hotel dan Jasa Wisata perjalanan Srikandi
Srikandi Hotel Tours & Travel
kamar tamu; ruang tamu (guest room)
ruang pertemuan; ruang rapat (meeting room)
pasar mini (mini market)
Kedai kopi (coffee Shop)
(73) COLUMBIA
CASH & CREDIT
Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan
bahasa asing seperti yang terdapat pada papan nama badan usaha
tersebut seharusnya ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena kata-
kata itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Padanan kata
cash dalam bahasa Indonesia adalah ‘tunai’ dan credit adalah ‘kredit’.
Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya
padanannya dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk
asingnya. Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya
diganti seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:
(73a) Columbia Tunai dan Kredit
(73b) Columbia Tunai dan Kredit
Columbia Cash & Credit
(74) Arzetty
Rental Car
Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan
bahasa asing seperti yang terdapat pada papan nama badan usaha
tersebut seharusnya ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena kata-
kata itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan mengikuti
struktur penulisan dalam bahasa Indonesia. Bentuk padanan dari kata
rental dalam bahasa Indonesia adalah ‘penyewaan’ dan car adalah
‘mobil’. Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan,
sebaiknya padanannya dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum
bentuk asingnya. Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut
seharusnya diganti seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:
(74a) Penyewaan mobil arzetty
(74b) Penyewaan mobil Arzetty
Arzetty Rental Car
(75) Imperial Hotel
Rooms
Restaurant
Live Music
Meeting Room
Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan
bahasa asing seperti yang terdapat pada papan nama hotel tersebut
seharusnya ditulis dalam bahasa Indonesia karena kata-kata itu sudah
ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan mengikuti struktur
penulisan dalam bahasa Indonesia. Bentuk padanan dari kata rooms
dalam bahasa Indonesia adalah ‘kamar’, restaurant adalah ‘restoran;
rumah makan’, live music adalah ‘musik hidup; musik langsung’, meeting
room adalah ‘ruang rapat; ruang pertemuan’. Akan tetapi, apabila bentuk
asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa
Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya dan bentuk penulisannya
mengikuti struktur penulisan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian,
bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang
dianjurkan, yaitu:
(75a) Hotel Imperial
Kamar
Restoran; rumah makan
Musik hidup; musik langsung
Ruang pertemuan; ruang rapat
(75b) Hotel Imperial
Kamar (rooms)
Restoran; rumah makan (restaurant)
Musik hidup; musik langsung (live music)
Ruang pertemuan; ruang rapat (meeting room)
(76) Pritasona
TOURS & TRAVEL
ON LINE SERVICE
Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan
bahasa asing seperti yang terdapat pada papan nama badan usaha
tersebut seharusnya ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena kata-
kata itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan mengikuti
struktur penulisan dalam bahasa Indonesia. Bentuk padanan dari kata
tours dalam bahasa Indonesia adalah ‘wisata’ dan travel adalah
‘perjalanan’, sedangkan on line service bentuk padanannya dalam
bahasa Indonesia adalah ‘layanan terpasang’ Akan tetapi, apabila bentuk
asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa
Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya. Dengan demikian,
bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang
dianjurkan, yaitu:
(76a) Jasa Wisata dan Perjalanan Pritasona
Layanan terpasang
(76b) Jasa Wisata dan Perjalanan Pritasona
Pritasona Tours & Travel
Layanan terpasang (on line service)
(77) MANORIAN TRAVEL
Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan
bahasa asing seperti yang terdapat pada papan nama badan usaha
tersebut seharusnya ditulis dalam bahasa Indonesia karena kata itu sudah
ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan penulisannya mengikuti
struktur penulisan dalam bahasa Indonesia. Bentuk padanan dari kata
travel dalam bahasa Indonesia adalah ‘perjalanan’. Akan tetapi, apabila
bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam
bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya. Dengan
demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti
bentuk yang dianjurkan, yaitu:
(77a) JASA PERJALANAN MANORIAN
(77b) JASA PERJALANAN MANORIAN
MANORIAN TRAVEL
(78) Toko Obat Oriental
Your Healthy Solution
Tersedia:
- Obat cina
- Jamu tradisional Indonesia
- Alat-alat kesehatan
Papan nama toko tersebut ditulis dengan menggunakan dua unsur
bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing (bahasa Inggris). Kata-
kata yang merupakan unsur bahasa Inggris pada papan nama tersebut
sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata your padanannya
adalah ‘kamu’ atau ‘Anda’, sedangkan healthy padanannya adalah
‘kesehatan’, dan solution adalah ‘solusi’. Akan tetapi, apabila bentuk
asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa
Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya dan bentuk penulisannya
mengikuti struktur penulisan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian,
bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang
dianjurkan, yaitu:
(78a) Toko Obat Oriental
Solusi Kesehatan Anda
Tersedia:
- Obat cina
- Jamu tradisional Indonesia
- Alat-alat kesehatan
(78b) Toko Obat Oriental
Solusi Kesehatan Anda
Your Healthy Solution
Tersedia:
- Obat cina
- Jamu tradisional Indonesia
- Alat-alat kesehatan
(79) MUBAROK AGENCY
Menjual Produk Busana Muslimah:
- Jilbab dan gamis merk Swarna
- Kaos muslimah merk Sik Clothing
- Jilbab merk Shasmira dan Hazna
Informasi pada kain rentang tersebut ditulis dengan menggunakan
dua unsur bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing (bahasa
Inggris). Kata yang merupakan unsur bahasa Inggris pada kain rentang
tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata agency
padanannya adalah ‘agen’. Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap
dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa Indonesia tetap
ditulis sebelum bentuk asingnya dan bentuk penulisannya mengikuti
struktur penulisan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, bentuk
penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang
dianjurkan, yaitu:
(79a) AGEN MUBAROK
Menjual Produk Busana Muslimah:
- Jilbab dan gamis merk Swarna
- Kaos muslimah merk Sik Clothing
- Jilbab merk Shasmira dan Hazna
(79b) AGEN MUBAROK
MUBAROK AGENCY
Menjual Produk Busana Muslimah:
- Jilbab dan gamis merk Swarna
- Kaos muslimah merk Sik Clothing
- Jilbab merk Shasmira dan Hazna
(80)Yoppie Salon
Rias Pengantin & Dekorasi
Gunting, treatment, smoothing, bonding warna, keriting bulu
mata, sanggul, make up, pelurusan system ion, keriting rambut,
pewarnaan rambut, hair extention.
Informasi pada kain rentang tersebut ditulis dengan menggunakan
dua unsur bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing (bahasa
Inggris). Kata yang merupakan unsur bahasa Inggris pada informasi di
atas sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata treatment
dalam bahasa Indonesia padanannya adalah ‘pengobatan’, smoothing
padanannya adalah ‘pelembutan’, make up adalah ‘tata rias’, hair
extention padanannya adalah ‘sambung rambut’. Akan tetapi, apabila
bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam
bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya dan bentuk
penulisannya mengikuti struktur penulisan dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti
seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:
(80a) Salon Yoppie
Rias Pengantin & Dekorasi
Gunting, pengobatan, pelembutan, bonding warna, keriting
bulu mata, sanggul, tata rias, pelurusan system ion, keriting
rambut, pewarnaan rambut, sambung rambut.
(80b) Salon Yoppie
Rias Pengantin & Dekorasi
Gunting, pengobatan (treatment), pelembutan (smoothing),
bonding warna, keriting bulu mata, sanggul, tata rias (make
up), pelurusan sistem ion, keriting rambut, pewarnaan rambut,
sambung rambut (hair extention).
(81) Kreasi Net
Warnet &
Game centre
Informasi papan nama badan usaha tersebut ditulis dengan
menggunakan dua unsur bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
asing (bahasa Inggris). Kata yang merupakan unsur bahasa Inggris pada
informasi di atas sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata
game dalam bahasa Indonesia padanannya adalah ‘permainan’,
sedangkan centre padanannya adalah ‘pusat’. Akan tetapi, apabila bentuk
asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa
Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya dan bentuk penulisannya
mengikuti struktur penulisan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian,
bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang
dianjurkan, yaitu:
(81a) Kreasi Net
Warnet
Pusat Permainan
(81b) Kreasi Net
Warnet
Pusat permainan (game centre)
(82) Deva Utama Elektronik
Service dan penjualan
Alat-alat elektronik
Informasi papan nama badan usaha tersebut ditulis dengan
menggunakan dua unsur bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
asing (bahasa Inggris). Kata yang merupakan unsur bahasa Inggris pada
informasi di atas sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata
service dalam bahasa Indonesia padanannya adalah ‘servis; layanan’.
Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya
padanannya dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk
asingnya dan bentuk penulisannya mengikuti struktur penulisan dalam
bahasa Indonesia. Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut
seharusnya diganti seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:
(82a) Toko Elektronik Deva Utama
Servis (layanan) dan penjualan
Alat-alat elektronik
(82b) Toko Elektronik Deva Utama
Servis (layanan) dan penjualan (service dan penjualan)
Alat-alat elektronik
(83) Triple-F Gorden
Cash & Kredit
Lengkap, murah, & berkwalitas
Menerima pesanan:
Kain gorden, hotel, perkantoran
Vertikal, blind, vitrase, rel gorden & accesories
Informasi pada papan nama badan usaha tersebut ditulis dengan
menggunakan dua unsur bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
asing (bahasa Inggris). Kata yang merupakan unsur bahasa Inggris pada
informasi di atas sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata
triple dalam bahasa Indonesia padanannya adalah ‘tiga’, cash adalah
‘tunai’, credit adalah ‘kredit’, dan accessories ‘aksesori’. Akan tetapi,
apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya
dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya dan
bentuk penulisannya mengikuti struktur penulisan dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya
diganti seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:
(83a) Gorden Tiga-F
Tunai dan Kredit
Lengkap, murah, & berkualitas
Menerima pesanan:
Kain gorden: hotel, perkantoran
Vertikal, blind, vitrase, rel gorden & aksesori
(83b) Gorden Tiga-F (Triple-F Gorden)
Tunai dan Kredit (Cash & Credit)
Lengkap, murah, & berkualitas
Menerima pesanan:
Kain gorden untuk hotel dan perkantoran
Vertikal, blind, vitrase, rel gorden & aksesori (accessories)
(84) Optik
Internasional
JUAL ALAT BANTU DENGAR
Melayani ASKES
SOFTLENS CENTRE
Informasi pada papan nama badan usaha tersebut ditulis dengan
menggunakan dua unsur bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
asing (bahasa Inggris). Kata yang merupakan unsur bahasa Inggris pada
informasi di atas sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata
softlens dalam bahasa Indonesia padanannya adalah ‘lensa lunak’ dan
centre adalah ‘pusat’. Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap
dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa Indonesia tetap
ditulis sebelum bentuk asingnya dan bentuk penulisannya mengikuti
struktur penulisan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, bentuk
penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang
dianjurkan, yaitu:
(84a) Optik
Internasional
JUAL ALAT BANTU DENGAR
Melayani ASKES
PUSAT LENSA LUNAK
(84b) Optik Internasional
JUAL ALAT BANTU DENGAR
Melayani ASKES
PUSAT LENSA LUNAK (SOFTLENS CENTRE)
(85) KIREY SALON
Ladies and Gentleman
Papan nama salon tersebut ditulis dengan menggunakan dua unsur
bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing (bahasa Inggris). Kata
yang merupakan unsur bahasa Inggris pada informasi di atas sudah ada
padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata ladies dalam bahasa
Indonesia padanannya adalah ‘wanita’ dan gentleman adalah ‘pria’. Akan
tetapi, apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya
padanannya dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk
asingnya dan bentuk penulisannya mengikuti struktur penulisan dalam
bahasa Indonesia. Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut
seharusnya diganti seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:
(85a) SALON WANITA DAN PRIA KIREY
(85b) SALON KIREY
Pria dan Wanita (Ladies and Gentleman)
(86) TOKO ARI JAYA
Alat Tulis Kantor
Foto Copy
Percetakan
Accessories Computer
Jilid Biasa, Skripsi, Spiral
Laminating
(kompleks anduonohu square Blok 1 No. 4)
Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut
adalah penggunaan istilah asing yang sudah ada padanannya dalam
bahasa Indonesia. Kata square dalam bahasa Indonesia sudah ada
padanannya, yaitu ‘medan; kawasan’ sehingga penggunaan kata square
dianggap menyalahi aturan. Oleh karena itu, bentuk kompleks anduonohu
Square seharusnya diganti menjadi Kawasan Kompleks Anduonohu
dengan menggunakan huruf kapital pada tiap awal kata karena
merupakan nama diri. Selain itu, kesalahan juga terjadi karena
penggunaan istilah asing accessories dan computer karena kata itu sudah
ada padanannya dalam bahasa Indonesia, yaitu ‘aksesori’ dan ‘komputer’.
Kesalahan selanjutnya adalah penggunaan istilah laminating karena kata
itu sudah ada padanannya yaitu ‘penyalutan’.Oleh karena itu, penulisan
yang dianjurkan untuk informasi pada papan nama badan usaha tersebut
adalah sebagai berikut.
(86a) TOKO ARI JAYA
Alat Tulis Kantor
Fotokopi
Percetakan
Aksesori Komputer
Jilid Biasa,Skripsi,Spiral
Penyalutan
(Kawasan Kompleks Anduonohu Blok 1 No. 4)
(87) BURGER
ONLY RP. 10.000,-
Informasi pada kain rentang tersebut ditulis dengan menggunakan
istilah asing (bahasa Inggris). Kata yang merupakan unsur bahasa asing
pada informasi di atas sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Kata only dalam bahasa Indonesia padanannya adalah hanya/saja. Akan
tetapi, apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya
padanannya dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bahasa
asingnya dan bentuk penulisannya mengikuti struktur bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, penulisan yang dianjurkan untuk informasi pada
kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.
(87a) BURGER
Hanya Rp10.000,00
(87b) BURGER
Hanya Rp10.000,00
Only Rp10.000,00
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN PADA INFORMASI
LAYANAN UMUM DAN LAYANAN NIAGA DI KOTA KENDARI
Sebuah nama akan menjadi identitas dan konsep, baik untuk
sebuah gedung atau bangunan, kawasan, badan usaha maupun yang
lainnya. Meskipun demikian, pada kenyataannya, nama tersebut hanyalah
sebagai bentuk propaganda atau iming-iming agar menarik perhatian.
Kota Kendari sebagai ibukota Provinsi tentulah akan menjadi penyangga
utama dalam perputaran ekonomi di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Menurut Anwar (1990:53), penggunaan bahasa guna keperluan
reklame dan propaganda akan menghendaki pemilihan kosakata tertentu,
susunan kalimat tertentu, dan gaya tertentu. Biasanya penggunaan
bahasa dalam hal ini sasarannya lebih banyak emosi daripada pikiran.
Berdasarkan hasil dari pembagian kuesioner kepada tiap-tiap
responden, diperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam
lembar kuesioner sehubungan dengan bentuk-bentuk kasalahan yang
ditemukan pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota
Kendari. Pertanyaan yang diajukan kepada tiap-tiap responden saling
berbeda satu sama lain, sesuai dengan jenis kesalahan yang terdapat
pada informasi yang dimaksud. Dengan demikian, diperoleh jawaban
mengenai penyebab kesalahan yang terdapat pada informasi layanan
umum dan layanan niaga di Kota Kendari yang cukup beragam. Adapun
alasan-alasan atau faktor penyebab kesalahan yang dimaksud
berdasarkan jenis kesalahan yang ada dapat diuraikan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis terhadap 69 data yang diambil dalam
penelitian ini terdapat 56 kesalahan ejaan yang terdiri atas 28 kesalahan
penulisan kata, 21 kesalahan tanda baca, dan 7 kesalahan penggunaan
huruf kapital, 5 kesalahan diksi, 7 kesalahan struktur kata, dan 19
kesalahan karena penggunaan bahasa asing. Dengan demikian, jumlah
keseluruhan kesalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 87 kesalahan. Jumlah kesalahan yang diuraikan dalam
penelitian ini tidak sama dengan jumlah data yang ada karena ada
beberapa data yang di dalamnya terdapat lebih dari satu jenis kesalahan.
Dengan demikian, jumlah bentuk kesalahan akan lebih banyak daripada
jumlah data yang ada. Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor penyebab
kesalahan yang terdapat pada informasi layanan umum dan layanan
niaga di Kota Kendari berdasarkan jawaban responden sesuai dengan
jenis kesalahan.
1. Kesalahan Ejaan
Penentuan faktor-faktor penyebab kesalahan ejaan dilakukan
dengan cara membagi kuesioner kepada 44 responden. Dalam kuesioner
tersebut ditunjukkan bentuk kesalahan ejaan yang terdapat pada informasi
yang dimaksud dan bentuk penulisan yang dianjurkan. Kemudian,
ditanyakan penyebab kesalahan ejaan pada informasi tersebut.
Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dalam kuesioner
tentang penyebab kesalahan ejaan pada informasi yang dimaksud,
diperoleh informasi tentang beberapa penyebab kesalahan tersebut, yaitu
dari 44 responden, 21 responden (47,7%) menjawab karena tidak
mengetahui kaidah, 12 responden (27,27%) menjawab karena mereka
menganggap bahwa apa yang ditulis itu sudah benar, 6 responden
(13,63%) menjawab karena kesalahan pihak percetakan, 3 responden
(6,8%) menjawab karena mengikuti konsep lama, dan 2 responden
(4,45%) menjawab sudah mengetahui bahwa itu salah tetapi belum
sempat mengubahnya.
Kesalahan ejaan yang terdapat pada informasi layanan umum dan
layanan niaga di Kota Kendari sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan atau pemahaman masyarakat Kota Kendari tentang kaidah
bahasa Indonesia. Selain itu, kesalahan tersebut juga terjadi karena sikap
negatif dari masyarakat Kota Kendari yang tidak peduli terhadap
pemakaian bahasa Indonesia pada informasi layanan umum dan layanan
niaga.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab yang paling tinggi terhadap kesalahan ejaan pada informasi
layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari adalah karena tidak
mengetahui kaidah.
2. Kesalahan Diksi
Penentuan faktor-faktor penyebab kesalahan diksi dilakukan
dengan cara membagi kuesioner kepada 5 responden yang terkait. Dalam
kuesioner penulis menunjukkan bentuk kesalahan diksi yang terdapat
pada informasi yang dimaksud dan menunjukkan bentuk penulisan yang
dianjurkan. Kemudian, penulis menanyakan penyebab kesalahan diksi
pada informasi tersebut.
Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dalam kuesioner
tentang penyebab kesalahan diksi pada informasi yang dimaksud,
diperoleh informasi tentang beberapa penyebab kesalahan tersebut, yaitu
dari 5 responden, 1 responden (20%) menjawab karena tidak mengetahui
kaidah, 3 responden (60%) menjawab karena mereka mengikuti konsep
lama, 1 responden (20%) menjawab karena kata itu lebih umum dipakai.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab yang paling
tinggi terhadap kesalahan diksi pada informasi layanan umum dan
layanan niaga di Kota Kendari adalah karena mengikuti konsep lama.
Kesalahan diksi yang terdapat pada informasi layanan umum dan
layanan niaga di Kota Kendari sangat dipengaruhi oleh kurangnya
pemahaman masyarakat mengenai kaidah dalam bahasa Indonesia. Di
samping itu, juga sangat dipengaruhi oleh faktor ikut-ikutan. Dalam hal ini,
kesalahan tersebut terjadi karena mengikuti bentuk salah yang ada
sebelumnya.
3. Kesalahan Struktur Kata
Penentuan faktor-faktor penyebab kesalahan struktur kata
dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada 7 responden yang
terkait. Dalam kuesioner tersebut ditunjukkan bentuk kesalahan struktur
kata yang terdapat pada informasi yang dimaksud dan menunjukkan
bentuk penulisan yang dianjurkan. Kemudian, ditanyakan penyebab
kesalahan pada informasi tersebut.
Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dalam kuesioner
tentang penyebab kesalahan struktur kata pada informasi yang dimaksud,
penulis memeroleh informasi tentang beberapa penyebab kesalahan
tersebut, yaitu dari 7 responden, 1 responden (14,28%) menjawab karena
untuk menarik perhatian masyarakat, 4 responden (57,14%) menjawab
karena lebih bergengsi, 2 responden (28,57%) menjawab karena bentuk
seperti itu lebih umum dipakai. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa faktor penyebab yang paling tinggi terhadap kesalahan struktur
kata pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari
adalah karena lebih bergengsi.
Kesalahan struktur kata pada informasi layanan umum dan layanan
niaga di Kota Kendari dipengaruhi oleh faktor luar bahasa. Kesalahan
tersebut terjadi bukan karena faktor pemahaman tentang kaidah bahasa,
melainkan karena persoalan kepentingan pribadi. Dalam hal ini,
pemberian nama pada badan usaha sangat dipengaruhi oleh faktor
finansial saja. Pola penyusunan nama pada badan usaha tersebut sangat
mengutamakan aspek ekonomi. Maksudnya, nama itu diupayakan agar
dapat menarik perhatian masyarakat.
4. Kesalahan karena Penggunaan Istilah Asing
Penentuan faktor-faktor penyebab kesalahan karena penggunaan
istilah asing dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada 19
responden yang terkait. Dalam kuesioner ditunjukkan bentuk penggunaan
istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia yang
terdapat pada informasi yang dimaksud dan ditunjukkan bentuk penulisan
yang dianjurkan. Kemudian, ditanyakan penyebab penggunaan istilah
asing pada informasi tersebut.
Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dalam kuesioner
tentang penyebab penggunaan istilah asing pada informasi yang
dimaksud, penulis memeroleh informasi tentang beberapa penyebab
kesalahan tersebut, yaitu dari 19 responden, 5 responden (26,31%)
menjawab karena untuk menarik perhatian masyarakat, 4 responden
(21,05%) menjawab karena menggunakan istilah asing lebih bergengsi, 3
responden (15,78%) menjawab karena tidak mengetahui padanan kata
tersebut dalam bahasa Indonesia, 2 responden (10,5%) menjawab karena
masyarakat lebih akrab dengan istilah asing, 1 responden (5,26%)
menjawab karena tidak menerima edaran penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar di tempat umum, 4 responden (21,05) menjawab
karena istilah asing lebih umum dipakai. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa faktor penyebab yang paling tinggi terhadap
kesalahan karena penggunaan istilah asing pada informasi layanan umum
dan layanan niaga di Kota Kendari adalah karena untuk menarik perhatian
masyarakat.
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis berkaitan
dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Bentuk-bentuk kesalahan yang ditemukan pada informasi layanan
umum di Kota Kendari, meliputi (1) kesalahan ejaan, yaitu kesalahan
penulisan kata, kesalahan penggunaan tanda baca, dan kesalahan
penggunaan huruf kapital, (2) kesalahan diksi.
2. Bentuk-bentuk kesalahan yang ditemukan pada informasi layanan
niaga di Kota Kendari, meliputi (1) kesalahan ejaan, yaitu kesalahan
penulisan kata, kesalahan penggunaan tanda baca, dan kesalahan
penggunaan huruf kapital, (2) kesalahan diksi, (3) kesalahan struktur
kata, dan (4) kesalahan Karena penggunaan istilah asing.
3. Faktor-faktor penyebab kesalahan yang terdapat pada informasi
layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari dapat diuraikan
sebagai berikut.
a. Faktor-faktor penyebab kesalahan ejaan, meliputi (1) pihak yang
terkait tidak mengetahui kaidah dalam bahasa Indonesia, (2)
kesalahan pihak kedua (percetakan), (4) karena mengikuti konsep
lama, (5) tidak peduli terhadap penggunaan dan pengembangan
bahasa Indonesia
b. Faktor-faktor penyebab kesalahan diksi, meliputi (1) karena tidak
mengetahui kaidah bahasa Indonesia, (2) karena mengikuti konsep
lama, (3) karena lebih umum dipakai.
c. Faktor-faktor penyebab kesalahan struktur kata, meliputi (1) karena
untuk menarik perhatian masyarakat, (2) karena dianggap lebih
bergengsi, (3) karena lebih umum dipakai.
d. Faktor-faktor penyebab kesalahan karena penggunaan istilah asing,
meliputi (1) karena untuk menarik perhatian masyarakat, (2) karena
dianggap lebih bergengsi, (3) karena tidak mengetahui padanan
kata dalam bahasa Indonesia, (4) karena masyarakat dianggap lebih
akrab dengan istilah asing, (5) karena belum ada surat edaran
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di tempat
umum, (6) karena istilah asing lebih umum dipakai.
B. SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan lapangan yang
dilakukan selama penelitian ini berlangsung, berikut ini dikemukakan
saran-saran kepada pemerintah Kota Kendari dan kepada peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian sejenis.
1. Penulis berharap agar Pemerintah Kota Kendari melakukan sosialisasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009, tentang
Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan, yang di
dalamnya memuat aturan atau ketentuan tentang penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar di tempat umum. Selain itu, pemerintah
Kota Kendari diharapkan untuk melakukan upaya penertiban
penggunaan bahasa Indonesia di tempat umum.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada kesalahan penggunaan bahasa yang
meliputi kesalahan ejaan, kesalahan diksi, kesalahan struktur kata, dan
kesalahan karena penggunaan bahasa asing. Penulis menyadari
bahwa masih banyak aspek lain yang dapat dikaji berkaitan dengan
penggunaan bahasa pada informasi layanan umum dan layanan niaga.
Oleh karena itu, diharapkan kepada peneliti-peneliti selanjutnya yang
ingin melakukan penelitian sejenis, agar melakukan kajian dalam aspek
yang lebih luas dan mendalam.
3. penulis berharap agar lembaga-lembaga bahasa yang ada di Kota
Kendari lebih giat melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia pada berbagai kalangan, baik kalangan
pemerintahan maupun masyarakat umum.
4. Penulis berharap agar Pemerintah Kota Kendari melakukan penertiban
dan membuat Peraturan Daerah tentang penggunaan bahasa
Indonesia di tempat umum dan memberi sanksi administrasi kepada
pihak yang tidak menaati aturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa: Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Gadjah Madah University Pres. Asri. 2008. “Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan Nama dan
Reklame di Kota Palu”. Multilingual Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan. Vol. 2:53-70.
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Pers. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Depdiknas. 2000. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat
Bahasa. Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan
Mulia. Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. ______ . 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah. Kridalaksana, Harimurti. 1982. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende:
Nusa Indah. ______ . 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
______. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Ende: Nusa Indah.
Pusat Bahasa. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Santosa, Anang. 2006. Medan Bahasa. Sidoarjo: Balai Bahasa Surabaya. Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. 1997. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Edisi Revisi.
Jakarta: Puspa swara. ______. 2008a. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional. ______.2008b. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional. ______. 2008c. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:
PT Gramedia. ______. 2008d. Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing. Jakarta:
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Sumarsono, 2008. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda. Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis
Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tri Winiasih. 2006. “Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia pada
Nama Perumahan di Kabupaten Sidoarjo”. Medan Bahasa Jurnal Kajian Bahasa Indonesia dan Daerah. 1:63-79.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Wijana, Putu dan Muhammad Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik: Kajian Teori
dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN I
KUESIONER PENELITIAN
Judul Penelitian
Penggunaan Bahasa Indonesia pada Layanan Umum dan Layanan Niaga
di Kota Kendari
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia :
3. Pekerjaan:
B. PETUJUK PENGISIAN
1. Kuesioner ini dimaksudkan semata-mata untuk memeroleh data penelitian.
2. Diharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan pendapat Bapak/Ibu, tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.
3. Kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu tetap saya jamin dan tidak akan saya
hubungkan dengan pekerjaan/profesi Bapak/Ibu.
4. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan secara jujur akan sangat membantu
keabsahan data dalam penelitian ini.
C. PERTANYAAN
Pada kain rentang itu terdapat kesalahan ejaan yaitu penulisan kata
musolah, Ar Rahman, dan Al-Quran yang seharusnya adalah musala,
Ar-Rahman, dan Alquran. Menurut Anda, apakah yang menyebabkan
kesalahan penulisan kata pada informasi tersebut?
D. JAWABAN
KUESIONER PENELITIAN
Judul Penelitian
Penggunaan Bahasa Indonesia pada Layanan Umum dan Layanan Niaga
di Kota Kendari
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia :
3. Pekerjaan:
B. PETUJUK PENGISIAN
1. Kuesioner ini dimaksudkan semata-mata untuk memeroleh data penelitian.
2. Diharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan pendapat Bapak/Ibu, tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.
3. Kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu tetap saya jamin dan tidak akan saya
hubungkan dengan pekerjaan/profesi Bapak/Ibu.
4. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan secara jujur akan sangat membantu
keabsahan data dalam penelitian ini.
C. PERTANYAAN
Pada papan informasi itu terdapat kesalahan diksi yaitu penggunaan
kata jam yang seharusnya adalah pukul. Menurut Anda, apakah yang
melatarbelakangi terjadinya kesalahan diksi pada papan informasi
tersebut?
D. JAWABAN
KUESIONER PENELITIAN
Judul Penelitian
Penggunaan Bahasa Indonesia pada Layanan Umum dan Layanan Niaga
di Kota Kendari
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia :
3. Pekerjaan:
B. PETUJUK PENGISIAN
5. Kuesioner ini dimaksudkan semata-mata untuk memeroleh data penelitian.
6. Diharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan pendapat Bapak/Ibu, tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.
7. Kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu tetap saya jamin dan tidak akan saya
hubungkan dengan pekerjaan/profesi Bapak/Ibu.
8. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan secara jujur akan sangat membantu
keabsahan data dalam penelitian ini.
C. PERTANYAAN
Pemberian nama pada papan nama hotel itu menggunakan struktur
bahasa asing yaitu Kubra Hotel yang seharusnya adalah Hotel Kubra.
Menurut Anda, apakah yang melatarbelakangi penggunaan struktur
bahasa asing pada papan nama tersebut?
D. JAWABAN
KUESIONER PENELITIAN
Judul Penelitian
Penggunaan Bahasa Indonesia pada Layanan Umum dan Layanan Niaga
di Kota Kendari
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia :
3. Pekerjaan:
B. PETUJUK PENGISIAN
9. Kuesioner ini dimaksudkan semata-mata untuk memeroleh data penelitian.
10. Diharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan pendapat Bapak/Ibu, tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.
11. Kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu tetap saya jamin dan tidak akan saya
hubungkan dengan pekerjaan/profesi Bapak/Ibu.
12. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan secara jujur akan sangat membantu
keabsahan data dalam penelitian ini.
C. PERTANYAAN
Pada papan nama badan usaha itu menggunakan istilah asing yang
sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, yaitu Cash & Credit
(tunai dan kredit). Menurut Anda, apakah yang melatarbelakangi
penggunaan istilah asing pada papan nama bada usaha tersebut?
D. JAWABAN
Top Related