HIPOTIROIDISME
Definisi
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar
tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat
berat disebut miksedema. Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam
darah. Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.
Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah
akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif
oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat
malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH.
TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH
maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan
rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
1. Penyakit Hipotiroidisme:
Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang
merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan
kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal. Penyebab tiroiditis otoimun
tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit
ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto. Pada tiroiditis
Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan
kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
2. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium
radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
3. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan.
Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodium terjadi gondok karena sel-
sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium
yang tersisa dalam. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi
karena minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan,
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
4. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme
di negara terbelakang.
5. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi
untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat
penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Semua
pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-
anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko
pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel
tiroid.
Patofisiologi
Patofisiologi hipotiroidisme didasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat
menyebabkan hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral (HS)
Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka disebut
hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di hipothalamus disebut
hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya
karena desakan tumor, gangguan visus, sakit kepala, tetapi juga karena produksi hormon
yang berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon pertumbuhan akromegali, prolaktin
galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormon akibat desakan
tumor hipofisis lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisis lain, dan TSH.
b. Hipotiroidisme Primer (HP)
Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang
ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme kongenital di negara
barat. Umumnya ditemukan pada program skrining massal. Kerusakan tiroid dapat terjadi
karena: Operasi, Radiasi, Tiroiditis autoimun, Karsinoma, Tiroiditis subakut,
Dishormogenesis, dan Atrofi pasca operasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi
atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang
menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi hipotiroidisme
dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga
akibat proses autoimun yang mendasarinya.
Pasca radiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme menyebabkan lebih
dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada
nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi
eksternal di usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pasca radiasi, namun
tergantung juga dari dosis radiasi.
Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana berperan
antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, Atg-
Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi
toksin, yodium, hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi
kortikosteroid), stres mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus
tiroiditis-atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis
Hashimoto tidak permanen.
Tiroiditis Subakut. (De Quervain) nyeri di kelenjar/sekitar, demam, menggigil. Etiologi yaitu
virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis
(bukan hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas.
Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah proses
hormogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus
sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru
pada usia lanjut.
Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amat jarang.
Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme
yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca
tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus
mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus
pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi substitusi. Pada neonatus di daerah
dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka beresiko mengalami
gangguan perkembangan saraf.
Tanda dan Gejala
Hipotiroidisme ditandai dengan gejala-gejala:
1. Nafsu makan berkurang
2. Sembelit
3. Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambat
4. Suara serak
5. Berbicara lambat
6. Kelopak mata turun
7. Wajah bengkak
8. Rambut tipis, kering, dan kasar
9. Kulit kering, kasar, bersisik, dan menebal
10. Denyut nadi lambat
11. Gerakan tubuh lamban
12. Lemah
13. Pusing
14. Capek
15. Pucat
16. Sakit pada sendi atau otot
17. Tidak tahan terhadap dingin
18. Depresi
19. Penurunan fungsi indera pengecapan dan penciuman
20. Alis mata rontok
21. Keringat berkurang
Gambaran Klinis
1. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema) dan
penurunan curah jantung
3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna
5. Konstipasi
6. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat
mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar
tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan
kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan
refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis
dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta
fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung,
tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah. Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan
adanya pembesaran jantung.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan
memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid
buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid
hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena
dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan
secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum
sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid.
Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat
diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
2. Penatalaksanaan keperawatan
· Dalam keadaan darurat HT bisa diberikan IV
· Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, secara
bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
· Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti HT
· Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor, maka dapat diberikan kemoterapi,
radiasi, atau pembedahan.
Komplikasi
• Koma miksedema, ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme
termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan
kesadaran hingga koma.
• Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.
1. Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6, volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
LEVOTHYROXINE 7
Levothyroxine adalah pengganti untuk hormon yang biasanya dihasilkan oleh kelenjar
tiroid untuk mengatur energi tubuh dan metabolisme. Obat ini diberikan ketika tiroid tidak
memproduksi cukup hormon.
Levothyroxine diperlukan oleh penderita hipotiroidisme. Hal ini juga digunakan untuk
mengobati atau mencegah penyakit gondok, yang dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan
hormon, terapi radiasi, operasi, atau kanker.
Levothyroxine tidak boleh digunakan untuk mengobati masalah obesitas atau berat badan. .
Seseorang yang memiliki penyakit jantung tidak dianjurkan memakai obat ini. Gangguan
tiroid disebut tirotoksikosis, atau masalah kelenjar adrenal yang tidak dikendalikan oleh
pengobatan.
Levothyroxine tidak boleh dihentikan penggunaannya secara tiba-tiba. Bahkan jika seseorang
merasa baik, dia masih mungkin perlu untuk mengkonsumsi obat ini setiap hari selamanya
untuk mengganti hormon tiroid tubuh tidak dapat dihasilkan.
Mengkonsumsi levothyroxine selama jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
pengeroposan tulang, yang dapat menyebabkan osteoporosis.
Levothyroxine dalam kategori FDA kehamilan A. Ini berarti bahwa aman untuk digunakan
saat Anda sedang hamil. Hal ini juga aman untuk digunakan saat seseorang menyusui bayi.
Obat ini tidak lolos ke dalam ASI, tetapi tidak diharapkan akan berbahaya bagi bayi
menyusui.
CARA MENGKONSUMSI
Hal ini sangat penting untuk mengkonsumsi levothyroxine dengan segelas penuh (8 ons) air.
Tablet levothyroxine dapat melarutkan sangat cepat dan membengkak di tenggorokan,
mungkin menyebabkan tersedak atau tercekik. Minum obat ini dengan perut kosong, 30
menit sebelum makan. Levothyroxine biasanya dikonsumsi pada pagi hari.
Untuk memastikan levothyroxine membantu kondisi seseorang , seseorang perlu uji darah
sesering mungkin . Hati atau fungsi ginjal juga mungkin perlu diuji. Kunjungi dokter secara
teratur. Gejala overdosis mungkin termasuk nyeri dada, detak jantung berdebar-debar, tremor,
sesak napas, kram kaki, kebingungan, muntah, diare, atau kejang.
Hindari produk makanan berikut, yang dapat membuat tubuh menyerap levothyroxine
kurang: susu formula bayi dari kedelai , tepung biji kapas, kenari, dan makanan tinggi serat.
Efek samping Levothyroxine
Berhenti menggunakan levothyroxine dan mendapatkan bantuan darurat medis jika seseorang
memiliki salah satu dari tanda-tanda reaksi alergi: gatal-gatal, kesulitan bernafas,
pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. Hubungi dokter sekaligus jika dia
memiliki salah satu efek samping yang serius:
sakit kepala;
masalah tidur (insomnia);
merasa gugup atau pemarah;
demam, hot flashes, berkeringat;
perubahan dalam periode menstruasi Anda;
perubahan nafsu makan, perubahan berat badan;
Levothyroxine efek samping yang serius kurang mungkin termasuk kerontokan rambut
ringan.
Obat lain yang mempengaruhi levothyroxine
Obat-obatan berikut mungkin menyebabkan masalah medis jika seseorang
menggunakannya dengan levothyroxine: lithium, amiodaron, atau antidepresan. Katakan
kepada dokter jika seseorang baru saja menerima terapi radiasi dengan yodium (seperti I-
131).
Obat-obatan tertentu dapat dilanjutkan, tetapi mereka dapat membuat levothyroxine kurang
efektif jika diambil pada waktu yang sama. Jika seseorang menggunakan salah satu obat
berikut, gunakan mereka setidaknya 4 jam sebelum atau 4 jam setelah seseorang
mengonsumsi levothyroxine:
kalsium karbonat (Caltrate, Citracal, Oystercal, dan lain-lain);
ferrous sulfat besi suplemen;
sucralfate (Carafate);
natrium sulfonat polystyrene (Kayexalate, Kionex, dan lain-lain);
antasida yang mengandung aluminium (Amphojel, Gaviscon, Maalox, Mylanta,
Riopan, Rulox, Tums, dan lain-lain); dan
obat penurun kolesterol-cholestyramine (Questran) dan colestipol (Colestid).
Levothyrixine . Available at: http://www.drugs.com/levothyroxine.html . Updated on:
26th April 2010. Accessed on: 13th June 2012
Top Related