6
BAB II
Kajian Pustaka
2.1Kajian Teori
2.1.1HakekatMatematika
a. Pengertian Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenien yang
artinya mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata
Sangsekerta,medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau
intelegensia (Sri Subariah,2006:1). Menurut Ruseffendi (1993), matematika adalah
terjemahan dari Mathematics.Namun arti atau definisi yang tepat tidak dapat
diterapkan secara eksak (pasti) dan singkatkarena cabang-cabang matematika
makin lama makin bertambah dan makin bercampur satusama lainnya.
Menurut Rusefendi (1993: 27-28) matematika itu terorganisasikan dari unsurunsur
yang tidak didefinisikan, definesi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang
dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif. Ruseffendi
jugamengutip beberapa definisi matematika menurut pendapat beberapa ahli, yaitu:
1) Menurut James & James matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk,
susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama
lainnya denganjumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu
aljabar, analisis dangeometri.
2)Menurut Johnson & Rising matematika merupakan pola pikir, pola
mengorganisasikanpembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi
memuat: sifat-sifat, teori-teoridibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang
tidak didefinisikan, aksioma, sifat atauteori yang telah dibuktikan kebenarannya
(Reseffendi, 1993: 28).
3) Menurut Reys matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu
jalan ataupola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat (Reseffendi,
1993: 28)
4) Menurut Kline matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna
karenadirinya sendiri, tetapi keberadaanya karena untuk membantu manusia dalam
6
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam (Reseffendi,
1993: 28)Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu
pengetahuanyang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada
di dalamnya. Ini berartibahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar
konsep, struktur konsep danmencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri
khas matematika yang deduktifaksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehingga
mereka dapat mempelajari matematikadengan tepat, mulai dari konsep-konsep
sederhana sampai yang komplek
b.Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan
daya pikirmanusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dewasa inidilandasi oleh perkembangan matematika khususnya di
bidang teori bilangan, aljabar,analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk
menguasai dan menciptakan teknologidi masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini. Untuk itu diperlukanpemahaman yang mendasar
tentang fungsi dan tujuan pembelajaran matematika khususnyadi Sekolah Dasar
yang akan mendasari perkembangan pemahaman anak terhadap
matematikaselanjutnya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) mata pelajaran Matematika
perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Hal ini
dimaksudkanuntuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis,dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didikdapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untukbertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Selain itudimaksudkan pula untuk
mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan
menggunakan simbol,tabel, diagram, dan media lain. Hal senada juga disampaikan
oleh Muijs & Reynolds (2008)bahwa matematika merupakan “kendaraan” utama
6
untuk mengembangkan kemampuanberpikir logis dan ketrampilan kognitif yang
lebih tinggi pada anak-anak.
Menurut Badan Standart Nasional Pendidikan (2006) menyatakan bahwa tujuan
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah untuk:
a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalampemecahan masalah
b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalammembuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataanmatematika
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang modelmatematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh
d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untukmemperjelas keadaan atau masalah.
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasaingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet danpercaya diri dalam pemecahan masalah.
a. Pendekatan Pembelajaran Matematika
1. Pendekatan belajar aktif.
Pendekatan belajar aktif yaitu pembelajaran yang menekankan aktifitas siswa
secara fisik, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang
maksimal, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
2. Pendekatan Terpadu.
Pendekatan terpadu dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui konsep dari
beberapa mata pelajaran yang dapat memberikan pengertian kebermaknaan
dari konsep yang bersangkutan.Pengertian kebermaknaan inilah yang dapat
menyebabkan siswa memahami suatu konsep secara mantap.
3. Pendekatan Kontruktifisme.
Pembelajaran matematika secara kontruktifis merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran di kelas melalui tiga fase yaitu fase eksplorasi, pengenalan
6
konsep, dan aplikasi konsep.Melalui tiga fase ini, siswa dibimbing membentuk
pemahamannya. Selanjutnya siswa dikatakan memahami matematika secara
bermakna apabila ia memahami secara konseptual dan prosedural.
Kebermaknaan pemahaman tersebut akan dapat dicapai melalui pembelajaran
komtruktifis.
4. Pendekatan Realistik
Pembelajaran matematika realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang bertitik tolak dari hal-hal yang riil bagi siswa, menekankan ketrampilan
proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas
sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan
matematka untuk menyelesaikan masalah, baik secara induvidu maupun
kelompok.
2.2Hasil Belajar
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa
sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999).Menurut Darsono (2001) faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh
pehatian dan mampu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan
implikasi dari prinsip kesiapan ini.
2. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Pehatian
ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan baik.
3. Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu
aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
mendorong orang melakukan kegitan tertentu untuk mencapai tujuan.
4. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses
pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berperan.
6
5. Mengalami sendiri
Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih
mendalam.
6. Pengulangan
Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan
kemampuan dan pemahaman materi.
7. Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru.Penguatan
adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil
melakukan suatu perbuatan belajar.
8. Perbedaan individual
Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan
minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap
berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar (Anni et al. 2005). Perolehan aspek-aspek perubahan perilku
tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasilbelajar yang dicapai
oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan
tujuan ini, Bloom dalam Anni et al. (2005) mengemukakan taksonomi yang mencakup tiga
kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pembelajaran ranah kognitif berkaitan dengan hasil pengetahuan, kemampuan
dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup beberapa kategori yaitu:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Krathwohl dalam Anni et al. (2005) menyatakan pembelajaran ranah afektif
merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan
dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif yaitu:
penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik
seperti keterampilan motorik dan syarat, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Menurut
Elizabeth Simpson dalam Anni et al. (2005) kategori jenis perilaku untuk ranah
6
psikomotorik adalah: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian dan kreativitas.
Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti
yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan
yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program
pendidikan yang ditetapkan.
Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang
dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah
(kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Sadiman et al. (2007) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan
yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut
nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang
konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tidak hanya berupa penguasaan
konsep tetapi juga keterampilan dan sikap. Ada 3 aspek atau ranah belajar yang dinilai
dalam kegiatan belajar mengajar (Anni et al. 2006) yaitu:
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan dan
kemahiran intelektual. Beberapa kategori yang mencakup yaitu pengetahuan
(knowlegde), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis
(analysis), sintesis (syntesis) dan penilaian (evaluation).
6
b. Ranah afektif
Ranah afektif terkait dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori dalam ranah
afektif yaitu penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing),
pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup.
c. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan
motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori dalam ranah
psikomotorik yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided
respons), penyesuaian (adaption), dan kreativitas.
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas. Penilaian kelas
merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi untuk pemberian keputusan
terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga
didapatkan potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang
ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes tertulis (paper and pen), dan penilaian
sikap.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas (Anni 2004) . Hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar
yang biasanya terlihat dalam perubahan, kebiasaan, keterampilan, sikap, pengamatan,
dan kemampuan. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti proses pembelajaran pada
satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Hasil belajar
adalah informasi tentang kemajuan dalam upaya mencapai tujuan siswa lebih lanjut, baik
keseluruhan kelas maupun masing-masing individu, untuk mengetahui kemampuan siswa,
menetapkan kesulitan-kesulitan dan menyarankan kegiatan remidial atau perbaikan.
Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti
yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan
yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program
pendidikan yang ditetapkan.
6
2.3 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitik beratkan
pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda
kedalam kelompok-kelompok kecil. Metode pembelajaran ini dapat diartikan sebagai
srategi pembelajaran yang terstruktur. Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada
siswa lain, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai
membantu yang lebih lemah, dan sebagainya (Handayani 2007).
Hindarto dan Anwar (2007), menyatakan bahwa pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas dan keterampilan berproses adalah model pembelajaran
kooperatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winarno dalam Hindarto dan Anwar
(2007) yang menyimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaran yang efektif di sekolah menengah dan baik diterapkan dalam setiap
pembelajaran.
Muslim dalam Putra (2006), untuk mencapai hasil maksimal unsur-unsur
pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif,
yaitu:
a. Siswa dalam kelompoknya bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompok seperti milik mereka sendiri.
b. Siswa haruslah mengetahui bahwa mereka memiliki tujuan sama.
c. Siswa berbagi kemampuan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama dalam proses belajarnya.
d. Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel berarti semua
kelompok mendiskusikan/membahas topik yang sama atau mengerjakan tugas yang
sama. Hasil diskusi atau pekerjaan tugas kelompok dibawa dalam diskusi kelas, kemudian
dibandingkan satu dengan yang lain untuk disimpulkan bersama. Tugas komplementer
berarti masing-masing kelompok mendapat satu topik atau satu tugas yang berbeda
dengan topik atau tugas yang diberikan pada kelompok lain. Setiap kelompok dalam
diskusi kelas akan mendapat tugas yang berbeda, tetapi masing-masing topik atau tugas
6
itu masih merupakan satu kesatuan dalam keseluruhan materi pelajaran. Masing-masing
kelompok memberikan laporan, sehingga siswa dalam kelompok lain akan memperoleh
informasi mengenai bagian materi pelajaran yang tidak langsung mereka hadapi. Bagian-
bagian itu dihubungkan satu sama lain dalam pembahasan kelas, sehingga saling
melengkapi membentuk satu kesimpulan dari keseluruhan materi yang dipelajari
(Djamarah & Zain 2006). Tugas yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah tugas
kelompok komplementer.
Roger dan David Johnson dalam Lie (2004) mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Ada lima unsur model pembelajaran
gotong royong harus diterapkan untuk mencapai hal yang maksimal, yaitu sebagai berikut;
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan pembelajaran.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur saling ketergantungan positif. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur strategi pembelajaran yang
sesuai, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan
yang terbaik.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini dapat membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Inti dan sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
e. Evaluasi proses kelompok
6
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.
2.4Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
a.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran STAD di kembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di
Universitas Jhon Hopkin. STAD adalah model pembelajaran yang paling sederhana,
merupakan model yang baik digunakan untuk siswa yang baru mengenal tentang
pembelajaran kooperatif.
Slavin (dalam NurAsma,2008: 50) menyatakan bahwa STAD adalah:
Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan
empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang
berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi,
sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok
sosial lainnya
Kemudian menurut ARIZT (dalam Harlina, 2008 : 7) menyatakan STAD adalah “
Pembelajaran kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, setiap
kelompok akan bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru”.
Selanjutnya Kunandar (2009:364) menyatakan bahwa STAD adalah :
Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri
atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen,
baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok
menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai
bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap
kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok
yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
Menurut Iskandar (2009: 128) tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima
6
komponen utama yaitu : presentasi kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan
penghargaan individu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk
saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok.
b. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Suatu model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan. Demikian pula
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
mempunyai beberapa kelebihan.
Menurut Slavin (dalam http://yankcute.blogspot.com.keunggulan-dan-kekurangan-
pembelajaran.html) keunggulan dari model ini adalah :
1).Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
normanorma kelompok,
2).Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama,
3).Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilankelompok,
4).Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan keunggulan dari model STAD adalah dengan
menggunakan model ini akan meningkatkan norma-norma social yang di miliki siswa,
membantu siswa dalam memecahkan masalah secara bersama dalam mencapai
tujuan pembelajaran, melatih siswa menjadi tutor sebaya serta meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat.
c. Langkah-langkah pembelajaran Tipe STAD
Menurut Nur Asma (2008:51) Kegiatan pembelajaran model STAD ini memiliki 6 tahap:
1. Penyajian kelas
Pada tahap ini di gunakan waktu 20-45 menit untuk penyajian materi oleh guru.
Sebelum menyajikan materi pelajaran guru dapat menjelaskan tujuan pelajaran,
memberi motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan siswa. Dalam
6
penyajian materi dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dll.
Pada tahap ini guru memulai materi dengan menyampaikan indikator, dilanjutkan
dengan apersepsi dan penyajian materi tentang Operasi hitung campuran.
2. Kegiatan belajar kelompok
Siswa belajar dalam kelompok menyelesaikan LKS yang di berikan tentang Operasi
hitung campuran
3. Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok
Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan meminta
tanggapan serta masukan dari kelompok lain.
4. Siswa mengerjakan soal-soal tes secara individu
Melakukan evaluasi secara individu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
belajar yang di capai.
5. Pemeriksaan hasil tes
Pemeriksaan hasil tes di lakukan oleh guru. Pada tahap ini juga di adakan
perhitungan skor perkembangan individu. Perhitungan skor indiviodu di maksudkan
agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan
kemampuannya.
6. Penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok berdasarkan dengan skor rata-rata kelompok dengan
kualifikasi super, hebat dan baik.
Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1. Presentasi Kelas
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru memotivasi siswa dengan mengadakan apersepsi tentang peristiwa / kejadian
sehari-hari yang terkait dengan materi / bahan ajar
c. Guru menyajikan materi dalamupaya mengantarkan siswa membangun
pengetahuannya sendiri.
d. Guru memberikan teskepada setiap siswa secara individual
2. Pembentukan kelompok kerja
a. Guru membentuk kelompok kerja dengan jumlah 4 – 5 siswa secara heterogen
6
berdasarkan kemampuan siswa, gender, suku dan agama.
Kelompok yang sudah terbentuk ini dipertahankan untuk beberapa kali
pertemuan.
b. Model kelompok kerja guru dapat mengaturnya sendiri sesuai dengan jumlah
siswa dalam kelas dengan tetap memperhatikan aturan pada poin pertama
3. Kerja Kelompok
Guru membagi LKS kepada masing-masing kelompok dan setiap anggota kelompok
bekerja dalam kelompok kerjanya. Menurut Mohamad Nur (2000) setiap anggota
kelompok berkewajiban membantu anggota yang lain untuk menguasai secara
tuntas materi/permasalahan dalam LKS tersebut. Guru perlu memberi penekanan
kepada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan belajar sebelum
seluruh anggota tim menguasai materi dan selesai mengerjakan tugas.
4.Presentasi kelompok.
Setiap anggota kelompok mengecek jawaban mereka melalui kunci jawaban yang telah
disediakan dalam LKS.Pada tahap ini masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya dan masing-masing kelompok memberikan tanggapan,
sedangkan fungsi guru saat itu adalah memberikan bantuan dan bimbingan agar
validasi dapat menghasilkan kesimpulan yang benar.Guru juga perlu memberikan
pujian kepada kelompok yang bekerja dengan bagus.
5. Pelaksanaan Tes
Semua anggota kelompok kembali ketempat semula untuk melaksanakan tes individual
setiap akhir siklus. Siswa tidak diperkenankan lagi bekerja sama dengan anggota
tim lainnya, mereka harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar sebagai
individu.
6. Penskoran nilai
Siswa diminta saling menukar jawabannya, atau mengumpul pekerjaan itu untuk
diperiksa. Kemudian dibuat skor nilai tes individu dan skor nilai tim. Skor nilai tim
pada STAD didasarkan pada peningkatan skor nilai anggota tim dibandingkan
dengan skor nilai yang lalu mereka sendiri (base score). Hasil skor nilai tim dengan
menghitung dan menjumlahkan poin tiap anggota tim lalu membaginya dengan
jumlah anggota tim tersebut.
6
7. Penghargaan kelompok
Memberi pengakuan prestasi untuk tim, dengan memberikan penghargaan untuk tim
yang mencapai rata-rata peningkatan atau lebih. Pengakuan kecil ini perlu diberikan
kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok itu dapat
melihat bahwa menjadi kepentingan mereka bersama untuk membantu belajar
temannya dalam kelompok mereka karena keberhasilan kelompok ditentukan oleh
keberhasilan individu dalam kelompok (Nur, Mohamad:2000)
Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif
yang cukup sederhana.Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang
dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional.Hal ini dapat
dilihat pada fase 2 dari fase-fase pembelajaran koopeeratif tipe STAD, yaitu adanya
penyajian informasi atau materi pelajaran.Perbedaan model ini dengan model
konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan pada
kelompok.(Sumber: Ratumanan, 2002)
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD
Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :
1. Meningkatkan kecakapan individu
2. Meningkatkan kecakapan kelompok
3.Meningkatkan komitmen
4.Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
5.Tidak bersifat kompetitif
6. Tidak memiliki rasa dendam
Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota
yang pandai lebih dominan.
2.5 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang relevan
Hartati, Indah; 2010
6
ABSTRAK Hartati, Indah. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi
Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe STAD Di SDN
Kubangputat 01 Tanjung Brebes.Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Negeri Semarang.
Kata Kunci: Pembelajaran Matematika, Tipe STAD. Di SDN Kubangputat 01 masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami matematika, sehingga nilai rata-rata
hasil belajar siswa hanya 64,6, lebih rendah dari nilai KKM mata pelajaran matematika 65.
Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar siswa masih rendah, maka perlu diterapkan
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar
siswa yaitu pendekatan kooperatif tipe STAD. Rumusan masalah penelitian ini adalah
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dengan pendekatan kooperatif tipe STAD,
dan performansi guru meningkat.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar serta aktivitas siswa kelas IV SDN
Kubangputat 01 melalui pendekatan kooperatif tipe STAD, pada materi operasi hitung
bilangan bulat, dan performansi guru meningkat.Pendekatan penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, yang masing-masing siklus
terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Data yang diperoleh
dalam penelitian ini meliputi hasil belajar siswa yang diambil dari hasil tes pada akhir
siklus, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang diambil dari lembar
observasi performansi guru, dan aktivitas siswa yang diambil dari lembar observasi
aktivitas belajar siswa. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata hasil
belajar siswa 64,8 dengan persentase ketuntasan 66%, aktivitas siswa dengan nilai 66,
dan performansi guru pada siklus I dengan nilai 58,3
Hasil penelitian pada siklus II diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa 78,2 dan
persentase ketuntasan 80% sudah memenuhi indikator kinerja dengan nilai rata-rata
aktivitas siswa 74 dan performansi guru dengan nilai 83,3. Dari penelitian ini, diperoleh
simpulan bahwa dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kubangputat 01 tahun pelajaran
2009/2010 pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat. Saran yang dapat diajukan
6
adalah pendekatan kooperatif tipe STAD dapat digunakan sebagai alternatif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
DRS.I MADE SURIANTA,(2009) Penerapan Model Pembelajaran Type STAD dengan
VCD (Video Compact Disk) sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan aktifitas dan
hasil belajar matematika.
Hasil Penelitian menunjukkan 1) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type STAD
dengan VCD (Video Compact Disk) sebagai media pada pembelajaran Materi Operasi
Hitung Bilangan Bulat dapat meningkatkan keaktifan siswa dan 2) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dari rata-rata 6,68 dan ketuntasan klasikal 70% pada siklus I menjadi
rata-rata hasil belajar 7,01 dengan ketuntasan klasikal sebesar 83% pada siklus IV.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Type
STAD dengan VCD (Video Compact Disk) sebagai media pembelajaran untuk
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika siswa, sehingga model pembelajaran
ini dapat dijadikan alternatif pilihan pada pembelajaran matematika.
2.6 Kerangka berpikir
Prosedur PTK ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan
tindakan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu.Tindakan dilakukan secara
siklus, maksudnya setelah dilakukan tindakan pertama selesai dapat dilakukan evaluasi,
bila hasilnya belum sesuai dengan yang diinginkan maka dapat disusun rencana untuk
melakukan tindakan kedua, begitu seterusnya.
Kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Keputon 02 tidak sama, hal ini yang
menyebabkan hasil belajar mereka juga berbeda. Tidak semua siswa dapat mencapai
KKM yang telah ditentukan, sehingga perlu dicari solusi dari hal tersebut. Maka muncul
pertanyaan :
1) Apakah melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif Type STADini
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Operasi hitung
campuran di kelas IV SD Negeri Keputon 02?
2) Apakah jumlah siswa yang mencapai KKM pada mata pelajaran Matematika
materiOperasi hitung campuran melalui penerapan model Pembelajaran
Kooperatif Type STADdapat mencapai 80 % bahkan lebih?
6
Untuk menjawab pertanyaan diatas, maka guru menerapkan model
pembelajaranKooperatif Type STAD
2.7 Hipotesis
Penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Keputon 02 Kecamatan Blado
Kabupaten BatangSemester I Tahun Pelajaran 2013/2014
Top Related