BAB II - Sebelas Maret University · bagaimana LSM memainkan isu Hak Asasi Manusia (HAM), gender,...

64
17 BAB II KAJIAN TEORI A. Peracangan Kata perancangan berasal dari kata benda rancang, yang kemudian mendapatkan awalan per- dan akhiran an, sehingga terbentuklah kata perancangan. Jadi, kata perancangan dapat diartikan merencanakan segala sesuatu sebagai bagian dari kerangka kerja. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 691) 1. Pengertian perancangan menurut bahasa : a. DESIGNOSE, dari Bahasa Latin yang artinya memotong dengan gergaji atau tindakan mekanik untuk memberi tanda. Maksudnya untuk memberi citra pada objek tertentu. b. DESIGNARE, dari Bahasa Perancis yang artinya menandai, memisahkan. Maksud lebih dalamnya yaitu menghilangkan kesimpangsiuran. c. DESIGN, dari Bahasa Inggris yang artinya memikirkan, menggambar rencana, menyusun bagian-bagian menjadi sesuatu yang baru. 2. Pengertian perancangan di bidang arsitektur menurut Tim McGinty yaitu : a. Mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik. b. Perancangan meliputi fungsi-fungsi mengidentifikasi masalah, menggunakan metode-metode, dan melakukan sintesa. c. Perancangan merupakan proses tiga bagian: keadaan semula, proses transformasi, dan keadaan kemudian. 3. Proses-proses dalam sebuah perancangan menurut JW. Wade antara lain: a. Pemrograman

Transcript of BAB II - Sebelas Maret University · bagaimana LSM memainkan isu Hak Asasi Manusia (HAM), gender,...

17

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peracangan

Kata perancangan berasal dari kata benda rancang, yang kemudian

mendapatkan awalan per- dan akhiran –an, sehingga terbentuklah kata perancangan.

Jadi, kata perancangan dapat diartikan merencanakan segala sesuatu sebagai bagian

dari kerangka kerja. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 691)

1. Pengertian perancangan menurut bahasa :

a. DESIGNOSE, dari Bahasa Latin yang artinya memotong dengan gergaji atau

tindakan mekanik untuk memberi tanda. Maksudnya untuk memberi citra pada

objek tertentu.

b. DESIGNARE, dari Bahasa Perancis yang artinya menandai, memisahkan.

Maksud lebih dalamnya yaitu menghilangkan kesimpangsiuran.

c. DESIGN, dari Bahasa Inggris yang artinya memikirkan, menggambar rencana,

menyusun bagian-bagian menjadi sesuatu yang baru.

2. Pengertian perancangan di bidang arsitektur menurut Tim McGinty yaitu :

a. Mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik.

b. Perancangan meliputi fungsi-fungsi mengidentifikasi masalah, menggunakan

metode-metode, dan melakukan sintesa.

c. Perancangan merupakan proses tiga bagian: keadaan semula, proses

transformasi, dan keadaan kemudian.

3. Proses-proses dalam sebuah perancangan menurut JW. Wade antara lain:

a. Pemrograman

18

Langkah awal dalam merancang adalah dengan menyusun program untuk

menetapkan hal-hal yang menjadi tujuan, kebutuhan, dan perhatian klien.

b. Perencanaan

Untuk menyatakan masalah umum klien menjadi masalah standar yang

mudah dipecahkan.

c. Perancangan

Mengembangkan gagasan keseluruhan menjadi suatu usul yang nyata.

B. Strategi Kampanye

1. Pengertian Kampanye

Kampanye menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan suatu gerakan

(tindakan) yang dilakukan bersama-sama (serentak) guna mengadakan perlawanan

maupun aksi. Sedangkan sosial merupakan segala seuatu hal yang berhubungan

dengan masyarakat. Kampanye sosial adalah suatu gerakan yang dilakukan guna

mengubah perilaku segala sesuatu yang berhubungan dengan kelompok masyarakat

agar menuju ke arah tujuan dimana sesuai dengan gerakan yang dilaksanakan oleh

pembuat kampanye sosial.

Pengertian kampanye secara umum menampilkan suatu kegiatan yang bertitik

tolak untuk membujuk. Kampanye menurut Lesie B. Snyder (2002), kampanye yang

bertujuan mengkomunikasikan sesuatu merupakan aktivitas komunikasi yang

terorganisasi, secara langsung ditujukan kepada khalayak masyarakat tertentu, pada

periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Roger dan

Rtorey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian kegiatan komunikasi

yang terorganisasi dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu terhadap

19

sebagian besar khalayak msyarakat sasaran secara berkelanjutan dalam periode waktu

tertentu. (Ruslan, 2003:23)

Aktivitas komunikasi dalam berkampanye biasanya berkaitan dengan suatu

kepentingan dan tujuan yang signifikan, jelas khalayak masyarakat sasarannya, dalam

rangka kegiatan yang telah dirancang untuk tujuan tertentu, sehingga berguna untuk

membujuk atau bahkan memotivasi khalayak masyarakat. Dalam berbagai kegiatan

tersebut terdapat beberapa jenis program kampanye yang dilaksanakan secara teori

merupakan kegiatan yang bertitik tolak belakang guna membujuk bahkan memotivasi

sehingga tercapainya tujuan yang telah direncanakan. Menurut Charles U. Larson

dalam bukunya, Persuasion, Reception, and Responsibility (1992) membagi jenis-

jenis kampanye mulai dari kegiatan menjual produk, sampai ide (gagasan perubahan

sosial), yaitu sebagai berikut:

a. Product-Oriented Campaign

Kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan

dalam kegiatan komersial kampanye promosi penawaran atau pemasaran suatu

peluncuran produk baru.

b. Ideology or Cause-Oriented Campaign

Jenis kampanye ini berorientasi yang bertujuan bersifat khusus dan berdimensi

perubahan sosial.

Kampanye merupakan sebuah aktivitas promosi berupa pesan-pesan bertema

yang terencana dari sebuah merek, kemudian disajikan dan diberikan secara berkala

kepada sasaran khalayak masyarakat yang spesifik melalui beragam alat komunikasi

yang telah berkembang dalam sebuah periode waktu tertentu sehingga dapat mengena

di hati khalayak yang telah dituju dan khalayak masyarakat yang spesifik dapat

mengingatnya dengan mudah. Ciri-ciri kampanye diantaranya berkesinambungan,

20

sasaran dapat melihat, mendengar, bahkan membaca hanya satu tema dari beragam

alat komunikasi yang berkembang di saat ini. Rice and Paisley meyebutkan bahwa

kampanye adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah

laku orang lain dengan daya tarik komunikatif. Tujuan kampanye adala menciptakan

„perubahan‟ dan „perbaikan‟ dalam masyarakat. Oleh karena itu Rice and Paisley

menyebutkan bila dalam suatu lingkungan sosial terjadi perubahan atau perbaikan

maka „kampanye telah berlangsung di lingkungan tersebut” Rachmadi, (1994:134).

Tiga tahapan yang perlu diperhatikan dalam kampanye yaitu:

a. Pendidikan

Pada tahap ini isi kampanye diarahkan untuk mendidik masyarakat.

b. Perencanaan

Di sini disiapkan berbagai hal sebelum kampanye dilaksanakan.

c. Pelaksanaan

Pada tahap ini kita harus memberikan pengertian dan penerangan-penerangan

bersifat mendidik yang telah dirancang kepada khalayak masyarakat tertentu

melalui media komunikasi yang telah berkembang saat ini baik media yg

berbentuk cetak, iklan layanan masyarakat di televisi (audio visual) maupun di

radio. Sehingga khalayak masyarakat tersebut dapat mengetahui keuntungan

(advantage) dan kerugian (disadvantage) sesuai dengan kebutuhan masing-

masing khalayak. Kemudian setelah kampanye ini diikuti oleh tahapan

perancangan sedemikian rupa, pada tahapan ketiga, pelaksananaan (enforcement),

perlu adanya peringatan keras ataupunancaman denda bahkan ancaman hukuman

tergantung dari isi pesan kampanye tersebut.

Dalam bukunya, Rachmadi (1994:135), dalam melaksanakan kampanye ada

beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain:

21

a. Perkirakan terlebih dahulu kebutuhan, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan

dari khalayak sasaran.

b. Rencanakan kampanye secara sistematis.

c. Lakukan evaluasi secara terus menerus.

d. Gunakan media massa dan komunikasi interpersonal.

e. Pilihlah media massa atau media komunikasi yang tepat untuk mencapai khalayak

sasaran.

Sebelum professional hubungan masyarakat memutuskan bagaimana dan apa

yang dikomunikasikan ke satu publik spesifik, situasi dan khalayaknya harus diteliti

dan dianalisis. Kampanye hubungan masyarakat biasanya dijalankan menggunakan

rumus R-A-C-E (research, analyze, create, dan evaluate). Pada tahap riset, satu tim

hubungan masyarakat bisa melakukan jejak pendapat dan survey untuk menentukan

sikap khalayak sekarang terhadap sebuah perusahaan, produk, atau masalah. Setelah

sikapnya dipahami, suatu kampanye akan direncanakan untuk menyampaikan tujuan-

tujuan organisasi. (Lee&Johnson, 2004:365)

Pelaksanaan kampanye selalu berupa kelompok bukan individu. Satu hal yang

sangat penting yaitu, kesuksesan suatu kampanye selalu dipengaruhi oleh seberapa

jauh kelompok tersebut dikenal di lingkungan khalayak dan seberapa banyak pesan

kampanye itu disebarluaskan melalui beberapa media komunikasi sekaligus. Apakah

maksud dari isi dan pesan kampanye diterima khalayak dengan baik atau tidak, sangat

bergantung dari jenis saluran komunikasi dan media komunikasi yang digunakan, dan

juga tergantung dari bentuk maupun isi pesan dari kampanye tersebut.

Isi pesan kampanye terkadang terhalang penyampaiannya kepada khalayak.

Hal ini disebabkan oleh tingkat kepentingan khalayak terhadap pesan yang

22

disampaikan. Di samping itu bentuk maupun maksud isi pesan selalu ditafsirkan

sesuai dengan persepsi khalayak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi yang

berbeda dapat mengakibatkan tidak berkesinambungannya antara makna isi pesan

kampanye tersebut kepada khalayak sesuai dengan tujuan yang telah dirancang dan

diperkirakan. Oleh karena itu, para pelaksana kampanye harus menghindari hal-hal

yang dapat menimbulkan counter effect, yang berakibat khalayak berbalik menentang

dan tidak akan mengikuti atau bahkan menjalani pesan kampanye.

Walaupun pada intinya kegiatan kampanye berbeda dengan tindakan

komunikasi persuasif dalam arti luas, kampanye ditujukan sebagai kegiatan

menyadarkan masyarakat atas suatu informasi penting yang perlu diperdulikan,

namun bukan persuasif untuk tujuan perorangan. Paling tidak terdapat empat aspek

komunisuasif dalam kegiatan kampanye (Ruslan, 2005:27), yaitu sebagai berikut:

a. Kampanye secara sistematis berupaya menciptakan „ruang‟ tertentu dalam benak

pikiran khalayak mengenai tanggapan produk, kandidat, dan suatu ide atau

gagasan program tertentu bagi kepentingan khalayak sasaran.

b. Kampanye berlangsung melalui berbagai tahapan-tahapan, yaitu dimulai dari

menarik perhatian, tema kampanye digencarkan, memotivasi, dan mendorong

untuk bertindak, serta berpartisipasi khalayak sasaran melakukan tindakan yang

nyata.

c. Kampanye harus mampu mendramatisasi tema pesan atau gagasan-gagasan yang

diekspos secara terbuka dan mendorong partisipasi khalayak sasaran untuk

terlibat, baik secara simbolis maupun praktis untuk mencapai tujuan dari tema

kampanye tersebut.

23

d. Keberhasilan atau tidaknya pupolaritas suatu pelaksana kampanye tersebut

melalui kerjasama dengan pihak media massa untuk menggugah perhatian,

kesadaran, dukungan dan mampu mengubah perilaku atau tindakan nyata dari

khalayaknya.

2. Kampanye Dalam Sistem Komunikasi

Kampanye dalam kaitan dengan advokasi adalah salah satu bagian atau upaya

mengubah kebijakan publik. Kampanye tersebut sangat berhubungan dengan politik

informasi dan komunikasi. Dimana informasi memiliki kecenderungan (akses dan

kontrolnya) hendak dikuasai oleh penguasa politik dan ekonomi. Saat sekarang

dimana sulit untuk membatasi setiap masyarakat untuk mengakses informasi, maka

kontrol coba dilakukan oleh penguasa kapital atau ekonomi. Bahkan negarapun

dipaksa oleh pasar untuk membuat regulasi bagi pemilik modal.

Ada anggapan bahwa meski informasi terutama teknologi informasi masih

dikuasai atau dikontrol oleh pemilik modal, mereka tidak dapat untuk melakukan

sortir informasi sepenuhnya, peluang inilah yang dimanfaatkan oleh para Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengkampanyekan beberapa isu supaya

berkembang lebih luas. Meski demikian, belum tentu peluang ini dapat memberikan

hasil positif. Mereka harus bersaing keras dengan berbagai ragam produk periklanan

yang jumlahnya lebih besar dan jumlah dana yang tak terhingga. Mau tidak mau

kampanye untuk advokasi harus menjalankan proses kerja yang melibatkan fungsi-

fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dalam upaya

pencapaian tujuan tertentu dengan sarana yang efektif dan efisien. Konsep komunikasi

klasik menyebutkan bahwa terdapat 4 komponen dalam berkomunikasi yakni:

a. pengirim pesan

b. penerima pesan

24

c. media

d. pesan atau informasi yang disampaikan

e. lingkungan yang menghalangi atau mempercepat penyampaian pesan.

Lalu bagaimana mengukur kualitas pesan kampanye yang dilakukan oleh

pengirim pesan dalam sistem komunikasi? Pertanyaan ini seringkali mengganggu di

kalangan LSM, terutama yang dalam melakukan kampanye didanai oleh lembaga

donor. Lalu apa perlunya kita mengukurnya? Karena sulit sekali mengukur kualitas

informasi secara obyektif maupun emosional yang diterima oleh penerima pesan. Dan

jika akan diukurpun, pekerjaan LSM yang utama menjadi beralih ke arah riset

kampanye, padahal yang utama adalah melakukan kampanye. Kampanye memiliki

berbagai macam tujuan, tetapi subyeknya ada dua yakni isu dan lembaga organisasi.

Pada isu ada tiga bentuk yakni:

a. pengenalan isu

b. persaingan memperebutkan isu dan

c. pengingatan kembali terhadap isu.

Pengenalan terhadap isu digunakan untuk memperkenalkan dan

memberitahukan kepada semua pihak secara informatif. Informasi ini diberikan untuk

menarik perhatian, meyakinkan kepada masyarakat tentang pentingnya isu itu untuk

di perhatikan, supaya tidak terjadi bencana di kemudian hari. Ini terlihat ketikan

bagaimana LSM memainkan isu Hak Asasi Manusia (HAM), gender, lingkungan,

ekonomi dan isu lainnya. Namun tanpa disadari, isu tersebut ternyata saling

bergesekan untuk mendapatkan tempat di masyarakat, sehingga mau tidak mau isu

tersebut harus bersaing untuk mendapatkan prioritas dari masyarakat.

Dengan berubahnya situasi dan kondisi kontekstual, maka ada isu yang masih

tetap penad dan relevan untuk masyarakat dan ada isu yang pelan-pelan menghilang.

25

Untuk itu kampanye berbentuk pengingatan kembali terhadap suatu isu diperlukan.

Bagi isu yang masih relevan, maka kampanye dilakukan untuk memperkuat atau

memantapkan lagi keberadaannya.

Dalam melakukan kampanye, dengan sendirinya posisi lembaga menjadi ikut

dikenal oleh masyarakat. Mereka menjadi mengetahui posisi lembaga tersebut dalam

persoalan atau isu yang dikampanyekan, apa saja yang telah dikerjakan dan sedang

dilakukan oleh lembaga itu dan kemudian secara tidak langsung menilai kinerja

lembaga tersebut. Jika dapat dimanfaatkan dengan baik, maka posisi isu dan lembaga

akan semakin kuat. Hanya seringkali yang terjadi, isunya lenyap, lembaganya ikut

lenyap. Dapat juga isunya lenyap, tetapi nama lembaganya yang lebih terkenal.

Melihat banyaknya kasus tersebut, mengindikasikan pentingnya keberlanjutan

pengelolaan manajemen lembaga sejalan dengan pengelolaan kampanye.

3. Pengelolaan Kampanye

Proses Pengelolaan kampanye terdiri dari tiga tahapan kerja, yakni

perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi. Semua tahap selalu mengacu

rumusan 5W+1H untuk memandu pengembangan pertanyaan.

No Jenis Pertanyaan Pemandu

1 Who Siapa saja sasaran penerima pesan?

Siapa yang menyampaikan pesan?

2 What Apa tujuan kampanye?

Apa bentuk pesan yang akan disampaikan?

26

Apa media yang harus digunakan?

Apa atau berapa strategi yang harus dibuat dan dilakukan?

Apa tahap yang harus dilakukan?

3 When Kapan pesan kampanye tersebut harus disampaikan?

4 Where Dimana saja kampanye tersebut dilakukan?

5 Why Mengapa sasaran, tujuan, jenis pesan, tempat, waktunya seperti itu?

6 How Bagaimana mencapai tujuan tersebut?

Bagaimana melaksanakan?

Bagaimana memonitor?

Bagaimana biayanya?

Tabel 1

Tahap Perencanaan Kampanye

Sumber : Shimp A. Terence, 2003: 205

4. Mengenali Sasaran Penerima Pesan

Harus disadari bahwa penerima pesan tidak homogen, mereka terstratifikasi

dan tersegmentasi berdasarkan wilayah, jenis kelamin, umur, pekerjaan, ekonomi,

budaya dll. Untuk itu harus dengan jelas memilih segmen sasaran untuk kemudian

mengenali profil sasaran yang mencakup kebiasaan, sikap, gaya hidup, pemikiran.

Dengan mengetahui sasaran penerima pesan, akan sangat memudahkan untuk

mengeksekusi jenis-jenis pesannya.

27

5. Membuat Tujuan Kampanye

Tujuan kampanye harus jelas, tegas dan mudah dimengerti. Dengan tujuan

yang jelas, maka memudahkan mengambil keputusan yang terarah, memudahkan

berkomunikasi, menentukan standar pencapaian. Seringkali tujuan yang ditetapkan

terlalu umum atau luas. Misalnya tujuan kampanye adalah untuk mengubah kebijakan

publik. Hal ini akan sangat menyulitkan untuk mengeksekusinya. Tujuan untuk

kampanye harus khusus untuk segmen siapa saja dan efek yang diharapkan dari

kampanye. Jika mengadopsi efek dari strategi iklan, maka ada 5 macam hirarki efek,

yakni:

a. Awarenes

Mengetahui atau menyadari, yaitu tahap dimana sasaran penerima pesan dapat

mengenal dan mengingat isu yang dilihat atau didengar.

b. Interest

Perhatian atau minat, yaitu tahap dimana terjadi peningkatan keingintahuan terhadap

isu.

c. Evaluation

Penilaian, yaitu tahap penilaian sasaran penerima pesan, apakah kampanye yang

dilakukan sesuai dengan perasaan yang diharapkan.

d. Trial

Percobaan, yaitu tahapan dimana sasaran mulai timbul kesungguhan untuk mencoba

anjuran dari pesan kampanye.

28

e. Adoption

Pengadopsian, yaitu tahap dimana sasaran penerima pesan merasakan perlunya untuk

ikut memberitahu isu kampanye kepada yang lainnya, mengingat pengalaman

melaksanakan pesan yang disampaikan memang bermanfaat.

Hirarki tersebut dapat dicapai secara bertahap, namun adakalanya bisa

meloncat tergantung dengan daya tarik pesan kampanye yang dilakukan dan situasi

dan kondisi yang mendukung.

6. Menyusun Naskah Kampanye

Tujuan kampanye yang telah ditetapkan kemudian disusun menjadi naskah

kampanye berupa pesan yang diharapkan dapat dilihat atau didengar khalayak

sasaran. Naskah ini yang akan terus diolah dan dikemas oleh tim produksi kampanye.

Biasanya ada 3 langkah utama dalam sebelum naskah diputuskan. Menurut Kottler

(1976); Pertama adalah message generation (penurunan pesan), dimana tim kreatif

akan mencurahkan ide-idenya dalam naskah atau pesannya guna meraih tujuan.

Dalam menurunkan pesan akan melakukan secara induktif, yaitu melalui bincang-

bincang dengan berbagai pihak yang akan menjadi sasaran pesan, ahli, bahkan kepada

orang yang kemungkinan tidak mendukung isu yang diusung LSM. Kadang

melakukannya dengan cara deduktif yakni dengan mengkombinasikan berbagai

keuntungan yang bisa dicapai dari menyebarkan atau mengkampanyekan isu tersebut

dan biarkan penerima pesan yang menyimpulkan sendiri. Keuntungan yang bisa

diraih dilihat dari rasionalnya, sensori indrawi, sosial, dan kepuasan diri.

Kedua adalah penilaian dan pemilihan pesan (Message evaluation and

selection). Menurut Twedt, 1969, Naskah pembuatan pesan dapat dinilai atas dasar:

29

a. keperluannya (desirability)

b. eksklusivitas, lain dari pada yang lain (exlusiveness)

c. bisa dipercaya (believebility)

Untuk bisa langsung percaya, mungkin sulit meraihnya dalam kondisi sekarang.

Namun para pembuat naskah harus menilai pesan dari ke tiga segi tersebut.

Ketiga adalah penentuan pesan (message execution). Pengaruh pesan tidak

hanya tergantung pada apa yang diutarakan saja, tetapi juga bagaimana mengutarakan.

Dalam hal ini pembuat naskah harus dengan jelas mengutarakan pesannya melalui

pemberi pesan yang tepat untuk meraih perhatian dan keinginan khalayak yang telah

menjadi targetnya.

Oleh sebab itu, kampanye sangat dianjurkan untuk dikelola dengan detil dan

rinci naskahnya dengan selalu melihat sasaran audiens, tujuan, isi pesan, keunggulan

pesan dan gaya tekanan (nada pesan). Gaya tekanan atau nada adalah gaya

penyampaian pesan yang pas untuk isi pesan tertentu. Biasanya gaya penyampaian

pesan terdiri dari:

a. Potongan kehidupan; yakni gaya yang memperlihatkan seseorang atau orang-

orang mampu mengatasi isu tersebut dalam bagian kehidupannya.

b. Gaya hidup, gaya yang melukiskan bagaimana suatu pesan tersebut cocok dengan

gaya hidupnya.

c. Fantasi atau khayalan yakni gaya menciptakan khayalan tentang keistimewaan

dari isu yang dikampanyekan serta manfaatnya di kemudian hari.

30

d. Mood atau suasana jiwa. Gaya ini membentuk suatu keadaan jiwa atau suasana

yang mengesankan dan menakjubkan jika isu itu bisa diselesaikan.

e. Musical (bernuansa musik) gaya yang memperlihatkan seseorang sedang

menyanyikan sebuah lagu dengan lirik dan kata katanya melibatkan atau

menyebutkan isu yang sedang dikampanyekan.

f. Simbol pribadi, Gaya yang membentuk karakter yang melambangkan

keistimewaan isu yang dikampanyekan.

g. Technical expertise, Gaya yang memperlihatkan keahlian teknis suatu lembaga

atau orang-orang yang berpengalaman dalam memberikan jasa tertentu dalam

menanggulangi isu tersebut.

h. Scientific evidence (bukti ilmiah) gaya yang menyajikan hasil survei atau bukti

ilmiah dari isu yang dikampanyekan.

i. Testimonial evidence (bukti penghargaan) gaya yang menampilkan bukti

keistimewaan dari isu yang dikampanyekan yang bisa dipercaya yang dilakukan

oleh pengguna/ penerima dampak langsung.

Penekanan gaya tersebut biasanya terdiri dari 3 bagian yang dalam jurnalistik

sering disebut headline (intisari/ tema pesan), lead ( sari dari pesan naskahnya) dan

body (keterangan tambahan keterangan yang melengkapi informasi yang diperlukan).

Headline biasanya menyajikan tema:

a. Berita, misal “apa yang bisa diperbuat tentang isu yang terjadi?”

b. Pertanyaan, misal “pernahkah anda sakit?”

31

c. Naratif, misal “mereka tertawa ketika saya menduduki sampah, demikian pula

ketika saya mengambilnya”

d. Komando, misal “jangan beli ….”

e. Cara yang dijelaskan dengan urutan angka, misal “12 langkah memperjuangkan

hak budget perempuan”

f. Bagaimana-apa-kenapa, misal “kenapa mereka masih korupsi?”

Lead biasanya disajikan dalam bentuk visualisasi isu yang dikampanyekan,

baik dalam gambar seutuhnya maupun sebagian. Dapat juga berupa kata-kata atau

pesan yang mengesankan dengan tekanan tertentu dalam bentuk pemberitahuan,

pertanyaan atau pernyataan.

Sedang body disajikan dalam bentuk keterangan lain yang menjelaskan

kondisi, manfaat atau pentingnya isu tersebut. Body diperlukan untuk menunjang

tujuan dan gaya penyampaian pesan kampanye tersebut. Biasanya disajikan dalam

bentuk wacana informatif dan atau gambar. Dengan gaya yang sama dari lead yang

sifatnya menambah kesan yang melihat atau membacanya.

Untuk membedakan pesan yang dibuat dengan yang lainnya, maka unsur

besar, warna dan ilustrasinya harus memberikan daya tarik tersendiri. Salah satu

upaya dalam menumbuhkan daya tarik atau perhatian khalayak adalah menggunakan

teknik yang mendasarkan pada dua hal yakni dengan menggunakan kondisi pengaruh

stimulus (perangsang) dan dengan menggunakan kondisi khalayak yang bisa

membangkitkan perhatian khalayak itu sendiri. Usaha untuk menumbuhkan stimulus

dapat dilakukan dengan penyajian obyek tertentu yang:

32

a. Berubah-ubah atau bergerak

b. Memiliki intensitas tertentu

c. Muncul berulang-ulang

d. Berbentuk khusus

e. Baru dan aneh

f. Berhubungan secara tiba-tiba

g. Menarik, penting dan berkesan.

Dalam menghayati stimulus di sekitar lingkungannya, biasanya orang

bertindak selektif. Ia hanya memperhatikan stimulus yang diamatinya dan stimulus

yang mampu mengubah minatnya. Dalam hal ini orang akan lebih tertarik

perhatiannya oleh obyek yang bergerak dan berubah-ubah. Lampu menyala secara

berubah akan lebih menarik perhatian orang ketimbang lampu biasa dan tetap

menyala. Warna suara dan wewangian juga menambah perhatian yang akan mampu

membelokkan perhatian orang.

Penyajian secara berulang ulang juga memiliki kekuatan untuk membelokkan

perhatian, namun harus hati-hati, karena akan menimbulkan rasa jemu dan muak,

karena dianggap penyajiannya itu-itu saja. Adapun kondisi-kondisi khalayak,

khususnya audiens yang dapat dipergunakan sebagai landasan menumbuhkan

perhatiannya antara lain: familier dengan obyek, kepentingan terhadap obyek,

hubungan langsung dengan obyek, kondisi jasmaniah dan rohaniah, feeling dan

kegiatan komunikan itu sendiri.

33

Seringkali kita kalah dengan wacana isu yang kita kembangkan, jikalau

menang, wacana itu sudah dikooptasi oleh banyak pihak, dan celakanya keuntungan

bukan berada di pihak yang membuat wacana tersebut. Misalnya, anjuran tentang

pertanian organik yang disarankan oleh aktivis petani dan lingkungan, justru sekarang

diambil alih oleh pabrik dan sektor swasta lainnya, sehingga pengetahuan yang harus

dimiliki dan dikuasai petani, menjadi menguap kembali dikuasai oleh pasar. Mengapa

demikian?

Di dalam komunikasi ini biasa disebut dengan kegagalan meletakkan istilah-

istilah yang populer. Petani merasa tidak familier dengan istilah yang digunakan oleh

LSM, tetapi lebih biasa menggunakan istilah yang dibuat oleh sektor privat. Demikian

juga dengan kepentingan masyarakat (penerima pesan) yang dilakukan oleh sektor

swasta lebih menarik perhatian dan dilakukan secara berulang-ulang. Sehingga

komunikan merasa bahwa informasi itu berharga buatnya. Ini merupakan hal yang

dapat menumbuhkan perhatian. Selain itu komunikan selalu menaruh perhatian

terhadap obyek atau isu yang berhubungan langsung dengan kebutuhannya.

Oleh sebab itu, apabila isu yang akan dikampanyekan menyasar kepada kaum

legislatif, maka hendaknya kebutuhan dari kaum legislatif harus menjadi perhatian

apabila akan menyuarakan isu tersebut. Dan ini tidak dapat diperkirakan oleh kita,

tetapi harus digali dari mereka, biarpun secara diam-diam. Dengan demikian

diharapkan kaum legislatif menaruh atau mengutamakan perhatian terhadap isu yang

kita kampanyekan.

Dalam upaya menumbuhkan perhatian yang lain, perasaan (feeling)

merupakan hal yang tidak dapat dilupakan. Pendapat, sikap dan tingkah laku tidak

dapat ditentukan oleh akal sehat saja, tetapi harus memperhatikan emosi dan perasaan.

34

Upaya memadukan akal sehat dengan perasaan itulah yang selalu dicari oleh

pengelola kampanye karena biasanya ini adalah cara jitu untuk memenangkan

perhatian khalayak. Misalnya menawarkan bahwa isu yang akan diusung itu lebih

banyak manfaatnya bagi dia dan masyarakat umum akan lebih mengundang perhatian

daripada menceritakan tentang keadaan lembaga dan profesionalisme lembaga yang

dipimpinnya.

Jadi untuk menarik situasi dan perhatian, maka isu kampanye kemasannya

harus memperhatikan situasi lingkungan dan kondisi obyektif dan perasaan (feeling)

dari penerima pesan.

7. Anggaran Biaya

Menyusun tujuan, sasaran, naskah kampanye yang akan digunakan, hendaknya

biaya kampanye harus ditentukan di awal. Menentukan jumlah anggaran yang ideal

sangatlah sulit, sebab tidak ada ukuran pasti dalam menentukan besarnya biaya bagi

suatu kampanye yang berhasil. Dalam pengalaman selama ini, merawat isu,

meskipun kecil lebih terasa manfaatnya dibandingkan dengan biaya yang besar

untuk jangka waktu sebentar. Hal ini disebabkan karena proses awareness sebuah

isu selalu membutuhkan waktu yang lama. Kita tidak bisa bersaing dengan iklan dari

perusahaan besar, karena biaya yang mereka gunakan sangat banyak. yang bisa

dilakukan adalah mengurangi kecepatan lupa sasaran penerima pesan, dengan selalu

mengingatkan.

Kesimpulannya, Prinsip utama kampanye adalah kreatifitas dan pintar

memanfaatkan situasi. Tanpa itu, berapapun biaya yang disediakan tidak akan

mencukupi dan tiada dampak yang bisa diperlihatkan dalam kampanye. Selanjutnya,

35

tetap taatlah pada tujuan kampanye.

C. Media Kampanye

Secara umum pesan itu berbentuk tertulis, terdengar, terlihat dan gabungan

dari itu yang biasa disebut audio visual. Namun kini orang lebih mengenal dari

bentuknya yakni media cetak, elektronik, dan pengajaran seperti seminar, diskusi,

mengajar.

1. Radio

Radio merupakan medium yang menguntungkan untuk mencapai sasaran

penerima pesan. Radio memiliki daya penyampaian langsung, membawakan suara

antara tempat-tempat yang berjauhan jaraknya dengan pengiriman pesan dan

penerimanya yang terjadi pada saat hampir bersamaan. Siaran siarannya dapat

diikuti dan dinikmati dalam lingkungan keluarga dan di rumah-rumah, sehingga

komunikasi berlangsung dalam suasana keakraban. Radio juga terbilang murah,

setiap orang memiliki dan dapat dinikmati siarannya sambil minum atau

melakukan pekerjaan lainnya, karena indera yang dibutuhkan adalah telinga.

Namun radio memiliki beberapa keterbatasan yaitu siaran radio sifatnya hanya

sepintas lalu, adanya gangguan cuaca atau teknis yang menyebabkan penerimaan

siaran kurang sempurna, serta pendengar yang terpencar dan heterogen. Keadaan

ini menuntut siaran yang bersifat umum, tidak ilmiah, berdasar pada tingkat

pendidikan dan pengetahuan rata rata pendengarnya.

Oleh karena itu dalam menyampaikan pesan kepada pendengarnya hendaknya

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kejelasan.

36

Untuk dapat dimengerti dengan mudah. Dalam hal ini hendaknya

menggunakan:

- Kalimat yang singkat dan sederhana

- Kata kata yang umum dipakai

- Susunan ide-ide yang lancar dan langsung

- Pengulangan faktor dan ide-ide yang penting

- Contoh-contoh dan ilustrasinya

- Bahan-bahan yang betul betul dikuasai untuk penyajian yang jelas

- Fakta dan ide yang jumlahnya tidak terlalu banyak

b. Kelincahan.

Pesan yang disampaikan melalui radio harus lincah dan riang untuk memikat

perhatian dan agar pendengar tetap tertarik. Untuk itu hendaknya digunakan:

- Kata-kata yang konkret dan mengandung gambaran

- Pendekatan yang segar

- Contoh dan ilustrasi yang jenaka

- Pertentangan ide-ide

- Sound effect yang tepat

c. Keanekaragaman.

Agar pesan dapat memikat dan menambah perhatian pendengar, maka naskah

pesan kampanye harus bervariasi, tidak dibuat satu macam.

2. Televisi

Televisi merupakan media yang paling banyak menarik perhatian akhir-akhir

ini. Ini dapat dibuktikan dari penerimaan iklan yang paling besar dibanding

dengan media lainnya. Namun demikian biaya penggunaan untuk penyampaian

isu kampanye tidak murah. Apabila bersaing dengan acara atau iklan, maka

37

kampanye yang diusung hampir tidak kelihatan sama sekali. Oleh sebab itu

diperlukan berbagai upaya dalam menyebarkan isu kampanye melalui televisi,

misalnya dengan berita, dialog dan lainnya. Hal utama yang paling penting adalah

bagaimana berkomunikasi meyakinkan lembaga penyiaran tentang pentingnya isu

yang harus diangkat dan keuntungan dari lembaga penyiaran mengangkat isu ini.

Dalam pengalaman saya, seringkali tahap inilah yang paling sulit, karena harus

diakui banyak stasiun televisi yang bersifat pragmatis, dan lebih mementingkan

pemasukan keuangannya. Oleh sebab itu, jika budget yang tersedia terbatas,

disarankan untuk menghindari rencana penyampaian pesan melalui media ini.

Masih banyak alternatif media yang bisa berdayaguna.

3. Film

Sifatnya hampir mirip dengan televisi, hanya saja dipertunjukkan dengan cara

membayar melalui gedung bioskop atau ditonton secara gratis.

4. Pertunjukan Teater

Seni pertunjukkan yang langsung dapat dotonton melalui panggung dengan

gratis maupun membayar tiket sebagai apresiasi penonton.

5. Surat Kabar, Majalah

Surat kabar merupakan media daerah yang sangat penting serta tinggi potensi

jangkauannya. Namun demikian, surat kabar jarang disimpan pembacanya,

sehingga respon yang dihasilkan dari pemberitaan akan cepat, namun cepat juga

respon lupanya. Namun demikian, karena bentuknya kertas, surat kabar memiliki

sifat dokumentatif yang dapat sewaktu-waktu untuk dilihat kembali.

6. Papan Pengumuman, poster, bilboard, spanduk

38

Media yang cukup efektif untuk pengingat. Namun memiliki keterbatasan

menampilkan isu kampanye dengan cukup komplit, karena hanya dilihat secara

sekejab saja.

7. Pengajaran

Media ini yang paling sering digunakan oleh LSM untuk selalu mengingatkan

isu yang sedang dikampanyekan. Bentuk media yang sering dilakukan adalah

melalui training, diskusi, dialog, dll. Media ini memiliki keunggulan dalam

menyelipkan pesan di benak khalayak diantara beribu informasi yang diterimanya.

Selain itu juga murah. Namun demikian media ini memiliki keterbatasan dalam

merengkuh jumlah penerima pesan, karena pesan disebarkan secara langsung.

Pada prinsipnya penggunaan media haruslah memperhatikan tentang biaya

yang dimiliki, kemungkinan untuk selalu mengingatkan dan merawat isu, sehingga isu

kampanye dapat selalu meningkat dari pengetahuan menjadi perasaaan ikut memiliki

dan membantu kampanye secara aktif. Selain itu pemilihan media juga dilihat dari

kebiasaan khalayak sasaran memilih media yang digemarinya.

D. Strategi Media

Pada tahap ini sangat dibutuhkan oleh para pemasang iklan sehingga memberi

lebih banyak tekanan dari sebelumnya pada perencanaan media, oleh karena itu para

perencana media setidaknya telah mencapai suatu tingkat pencapaian tertinggi dalam

memahami proses strategi media. Kategori dan sarana media yang dipilih dengan

tujuan membangun ekuitas jangka panjang suatu merek. (Terence A. Shimp, 2004)

39

Memilih media dan sarana, dalam implikasinya terhadap suatu teori

merupakan hal yang paling sulit dari semua keputusan komunikasi pemasaran karena

banyaknya keputusan yang harus dibuat. Selain menentukan kategori media umum

mana yang akan digunakan (misalnya televisi, radio, majalah, sosial media, dsb.),

perencanaan media juga harus memilih sarana khusus dalam setiap media dan

memutuskan bagaimana mengalokasiakan anggaran yang ada di antara berbagai

alternatif media dan sarana. Keputusan lainnya meliputi penentuan kapan akan

memasang iklan, memilih lokasi geografis tertentu, dan memutuskan bagaimana

mendistribusikan anggaran secara berkelanjutan.

1. Perencanaan Media

Perencanaan media meliputi proses penyususnan rencana penjadwalan yang

menunjukkan bagaimana waktu dan ruang periklanan akan mencapai tujuan

pemasaran. Perencanaan media meliputi koordinasi tiga tingkat perumusan

strategi:

a. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran menyeluruh terdiri dari identifikasi pasar sasaran dan

seleksi bauran pemasaran, sehingga memberi tekanan dan arah pilihan

pemasangan iklan serta strategi media.

b. Strategi Periklanan

Meliputi tujuan periklanan, anggaran, dan pesan.

c. Strategi Media

Secara alamiah biasanya lebih luas dari keseluruhan strategi pemasaran.

40

2. Memilih Audiens Sasaran

Syarat pertama yang harus dipenuhi agar strategi media berhasil adalah

menentukan audiens sasaran. Kegagalan untuk mengidentifikasi audiens dengan

tepat dapat menyebabkan hilangnya exposure (beberapa calon nonpembeli

dihadapkan pada iklan-iklan sementara beberapa calon pembeli utama tidak).

Empat faktor utama yang digunakan untuk mensegmentasi audiens sasaran dalam

strategi media adalah: geografis, demografis, pemakaian produk (misal,

pemakaian prduk berat, sedang dan ringan), gaya hidup (psikografis). Informasi

tentang pemakaian produk, bila ada, umumnya menyediakan dasar yang paling

berarti untuk mensegmentasi audiens sasaran. Pertimbangan empat faktor utama

tersebut secara khusus digabungkan untuk tujuan mendefinisikan audiens sasaran.

Suatu audiens sasaran didefinisikan dalam batas spesifik yang mempunyai

implikasi jelas untuk pesan dan strategi media. Misalnya, majalah-majalah yang

menarik minat untuk melakukan kegiatan di luar ruangan dapat menjangkau calon

pelanggan.

3. Menentukan Tujuan Media

Aspek kedua dari strategi media adalah menentukan tujuan khusus. Meskipun

dalam praktik periklanan sesungguhnya isu-isu ini disampaikan bersama-sama

bukan secara independen, namun bagian-bagian berikutnya akan menjelaskan

masing-masing tujuan media sebagai masalah yang terpisah. Para perencana

media harus mencari jawaban atas lima pertanyaan (isu) yang merupakan tujuan

dasar merencanakan media:

a. Berapa jumlah audiens sasaran yang harus melihat, membaca, atau mendengar

41

pesan periklanan selama masa tertentu? (Jangkauan)

Jangkauan merepresentasikan jumlah audiens sasaran yang menerima pesan

pemasang iklan sekurang-kurangnya satu kali atau lebih selama jangka waktu

tertentu. Secara umum, jika suatu jadwal media menggunakan media ganda

dan bukan media tunggal, maka lebih banyak orang yang akan dijangkau.

Semakin banyak media yang digunakan, semakin besar kesempatan suatu

pesan iklan sampai kepada orang-orang yang perilaku medianya bebeda.

b. Seberapa seringkah audiens sasaran harus dihadapkan pada periklanan selama

ini? (Frekuensi)

Frekuensi merupakan jumlah waktu rata-rata dalam periode tertentu di mana

audiens sasaran diekspos kepada sarana media (melihat, membaca atau

mendengar) yang termasuk dalam jadwal media tertentu. Satu sarana jarang

menjangkau audiens sasaran secara penuh, dan exposure terhadap sarana iklan

tidak menjamin bahwa konsumen akan melihat iklan tertentu, sehingga

diperlukan frekuensi agar meningkatkan peluang secara tidak sengaja kepada

audiens sasaran yang belum melihat iklan tersebut.

c. Seberapa banyak periklanan total yang diperlukan selama masa tertentu untuk

mencapai tujuan jangkauan dan frekuensi? (Bobot)

Tujuan ketiga dari perumusan media adalah menentukan berapa bobot

periklanan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan periklanan. Gross Rating

Points (GRPs) merupakan indikator jumlah bobot kotor, atau bisa disebut

bobot (weight), yang dapat disampiakan dalam jadwal periklanan tertentu.

d. Bagaimana anggaran periklanan harus dialokasikan sepanjang waktu?

42

(Kontinuitas)

Tujuan umum keempat yang harus dipenuhi oleh perencana media adalah

waktu pemasangan iklan. Kontinuitas (continuity) meliputi bagaimana

periklanan dialokasikan selama ditayangkannya suatu kampanye periklanan.

Penentuan yang terbaik terhantung pada situasi pasar produk khusus.

Meskipun demikian, jadwal periklanan yang seragam umumnya menghasilkan

terlalu sedikit bobot periklanan pada suatu waktu. Di sisi lain, jadwal yang

sangat terkonsentrasi menyebabkan exposure yang berlebihan selama masa

tayang iklan dan tidak ditayangkannya iklan pada waktu lainnya.

e. Apa cara paling murah untuk mencapai tujuan lainnya? (Biaya)

Para perencana media berusaha untuk mengalokasikan anggaran iklan dengan

cara seefisien mungkin dari segi biaya untuk memenuhi tujuan lainnya. Salah

satu indikator efisiensi media yang paling penting dan yang digunakan secara

universal adalah kriteria biaya per seribu atau disingkat cost per thousand

(CPM), di mana M merupakan angka romawi untuk 1.000 adalah biaya untuk

menjangkau 1.000 anggota audiens sasaran, kecuali orang-orang yang berada

di luar pasar sasaran

E. Periklanan

Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah

organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target

melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail,

reklame luar ruang, kendaraan umum, dan lainnya. (Lee&Johnson, 2004:3)

43

1. Klasifikasi Periklanan

Dalam bukunya, Lee&Johnson (2004:4) mengelompokan beberapa kategori iklan

sebagai berikut:

a. Periklanan Produk

Porsi utama pengeluaran periklanan dibelanjakan untuk produk: presentasi dan

promosi produk-produk baru, produk-produk yang ada, dan produk-produk

hasil revisi.

b. Periklanan Eceran

Berbanding terbalik dengan iklan produk, periklanan eceran lebih mengacu

kepada sifat lokal yang berfokus pada toko, tempat di mana beragam produk

dapat dibeli atau di mana suatu jasa ditawarkan. Periklanan eceran

memberikan tekanan pada harga, ketersediaan (Stock), lokasi, dan jam-jam

operasi.

c. Periklanan Korporasi

Titik fokus periklanan ini adalah membangun identitas korporasi (corporation

identity) atau identitas perusahaan untuk mendapatkan dukungan publik

terhadap sudut pandang organisasi.Sebagian besar periklanan korporasi

didesain untuk menciptakan citra yang

d. Periklanan Bisnis ke Bisnis

Istilah ini berkaitan dengan periklanan yang ditujukkan kepada para pelaku

industri, para pedagang perantara, serta para profesional.

e. Periklanan Direktori

Masyarakat awam beranggapan bahwa periklanan direktori untuk menemukan

informasi cara membeli sebuah produk atau jasa. Bentuk terbaik dari jenis

iklan direktori yang sudah sering dikenal adalah Yellow Pages maupun surat

44

kabar, meskipun jaman yang semakin maju mengembangkan bebagai jenis

iklan direktori yang menjalankan fungsi serupa baik melalui media online

maupun iklan di televisi.

f. Periklanan Respon Langsung

Periklanan ini melibatkan komunikasi dua arah di antara pengiklan dan

konsumen. Pengiklan dapat menggunakan media periklanan apapun bahkan

media yang sangat dikenal dan paling cepat perkembangannya yaitu media

online. Konsumen dapat menanggapinya dan mengetahui informasi lebih jauh

tentang produk dari si pengiklan dengan bertanya langsung melalui alamat

email, media sosial (seperti BBM (Black Bery Messager), What’s Up,

Facebook dan media sosial lainnya yang berkembang pada saat ini) nomor

telepon, handphone maupun faks. Transaksi pembayaran biasanya dilakukan

melalui transfer tunai melalui bank maupun transfer melalui ATM (Automatic

T Machine). Kemudian produk dikirimkan ke konsumen melalui jasa antar

barang.Saat ini banyak perusahaan yang memperbolehkan konsumennya

menanggapi secara online.

g. Periklanan Hubungan Masyarakat

Ketika periklanan melibatkan komunikasi yang terkendali atas waktu dan

ruang media bayaran, hubungan masyarakat melibatkan publisitas non bayaran

yang seringkali sulit didapatkan, dan sekali didapatkan sulit sekali untuk

dikendalikan, ini dikarenakan sekali suatu informasi menyebar maka akan

cepat sekali penyebarannya dalam jarak waktu dan ruang yang luas. Meski

demikian, hubungan masyarakat tetap merupakan bagian krusial dari bauran

promosi.Pengerahan periklanan besar-besaran tidak dapat menggantikan citra

publik dan kesan positif. (Lee&Johnson, 2004:355)

45

Meskipun praktik hubungan masyarakat berlangsung di dunia bisnis,

praktisi hubungan masyarakat harus sepenuhnya memahami media dan

mampu berwawancara, mengumpulkan dan mensintesis sejumlah informasi,

menulis dalam gaya seorang jurnalis, dan memproduksi materi sesuai tenggat

waktu. Penulisan tetap menjadi keahlian utama saat memasuki profesi ini.

Tujuan utama hubungan masyarakat adalah mengamanakan pernyataan

pihak ketiga melalui penyebaran press release, lembaran fakta, paparan latar

beakang, kisah fitur, surat ajakan, dan press kit. Tidak seperti pesan periklanan

yang dimengerti publik sebagai informasi bias dari perusahaan yang telah

membayar iklan tersebut semata-mata untuk keuntungan perusahaan.

Informasi yang muncul dalam kisah berita yang objektif cenderung dipandang

sebagai bahan yang dapat dipercaya. (Lee&Johnson, 2004:358)

h. Periklanan Advokasi

Periklanan advokasi berkaitan dengan penyebaran gagasan-gagasan

dan klarifikasi isu sosial yang kontroversial yang menjadi kepentingan

masyarakat.Perusahaan yeng menerapkan strategi periklanan pada masalah

sosial seperti konservasi alam semakin bertambah banyak.

Dalam bukunya, Terence A Shimp (2003:71) menjabarkan periklanan

yang ramah lingkungan.Tema ini dalam periklanan hanya terjadi dalam

periode yang singkat di awal hingga akhir tahun 1990-an.Namun tanggapan

yang antusias terhadap lingkungan yang semakin rusak menjadi berkurang.

Ada tiga jenis tema periklanan yang ramah lingkungan (green advertising)

yang biasa digunakan, yaitu:

1. Menunjukkan sebuah hubungan antara produk atau jasa dan lingkungan.

46

2. Mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan tanpa menyoroti suatu

produk atau jasa tertentu.

3. Menampilkan citra perusahaan yang terkesan bertanggung jawab terhadap

lingkungan.

Analisis iklan TV dan majalah yang mengangkat tema lingkungan

menunjukkan bahwa, sebagian besar pengiklan yang ramah lingkungan

memperlihatkan dampak lingkungan yang dijanjikan oleh merek yang

diiklankan yang dikemas secara umum tanpa secara spesifik mengidentifikasi

manfaat lingkungan yang diberikan atau tindakan tertentu yang telah

dilakukan perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut.

Signifikasi dari masalah lingkungan menuntut komunikator pemasaran

melakukan apapun yang mungkin dilakukan untuk menjamin bahwa klaim

„bersahabat dengan lingkungan‟ adalah kredibel, realistis, dan dapat dipercaya.

Untuk membantu perusahaan mengetahui klaim tentang lingkungan macam

apa yang dapat dan tidak dapat dikomunikasikan dalam iklan, kemasan,

bahkan di tempat lain. The Federal Trade Comission menyusun panduan

untuk klaim-klaim pemasaran yang ramah lingkungan (environmental

marketing), yaitu :

1) Kualifikasi dan pengungkapan yang diberikan harus cukup menjelaskan

dan penting untuk mencegah terjadinya penipuan.

2) Klaim harus dinyatakan dengan jelas apakah mereka berlaku untuk

produknya, kemasannya, atau komponen dari masing-masing produk atau

kemasan.

47

3) Klaim tidak boleh berlebihan dalam menyatakan suatu atribut atau manfaat

lingkungan, baik secara gambling maupun secara tersirat.

4) Klaim komparatif harus disajikan dengan dasar perbandingan yang jelas,

untuk menghindari terjadinya penipuan bagi konsumen.

2. Perencanaan dan Pemilihan Media

Untuk mendapatkan hasil maksimum dari pengeluaran media, para pemasar

harus mengembangkan rencana-rencana media yang efektif. Sebagian pemasar

percaya bahwa media tradisional seperti televisi, Koran, majalah dan radio tidak

seefektif masa lalu dalam menghasilkan penjualan karena pasar berubah dengan

cepat dan pengiklan harus lebih selektif dalam menggali prospek terbaik

produknya. Untuk menggunakan media secara efektif, adalah penting untuk

memahami bukan hanya memilih media terbaik yang harus dilakukan namun juga

cara terbaik untuk merencanakan dan membeli ruang atau waktu media. Para

perencana media lebih dari sebelumnya, sekarang tertantang untuk memilih media

terbaik agar dapat menjangkau konsumen yang semakin tersegmentasi.

Perencanaan media adalah proses pengarahan pesan periklanan ke khalayak

sasaran pada waktu dan tempat yang tepat serta menggunakan saluran yang tepat.

Para perencana media harus mempertimbangkan hal-hal berikut :

a. Khalayak mana yang ingin dijangkau?

b. Kapan dan di mana ingin menjangkau mereka?

c. Berapa banyak orang yang ingin dijangkau?

d. Seberapa sering perlu menjangkau mereka?

e. Berapakan biaya yang dibutuhkan untuk menjangkau mereka?

Perencanaan media melibatkan koordinasi dari tiga tingkat perumusan strategi,

yaitu strategi pemasaran, strategi periklanan, dan strategi media.Strategi

48

pemasaran keseluruhan memberikan dorongan dan arahan dalam pemilihan

strategi periklanan maupun pemasaran. Strategi media terdiri dari empat

kelompok kegiatan yang saling terkait (Lee&Johnson, 2004:225)

a. Memilih khalayak sasaran.

b. Merincikan tujuan-tujuan media.

c. Memilih media dan sarana-sarananya.

d. Pembelian media.

F. Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan)

Gerakan Memasyarakatkan Makan ikan (Gemarikan) didefinisikan sebagai upaya

sistematis dan terstruktur yang diinisiasi oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP),

dengan melibatkan seluruh komponen/elemen bangsa terkait, untuk membangun kesadaran

gizi individu maupun kolektif masyarakat agar gemar mengkonsumsi ikan. Gemarikan

berupaya memecah mitos, tantangan, gangguan, hambatan yang menghalangi kesadaran

masyarakat untuk mengkonsumsi ikan.

Gemarikan diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 April 2014 oleh Presiden

Republik Indonesia ke-5 Megawati Soekarno Putri. Peluncuran Gemarikan dilakukan

bersamaan dengan peresmian Pasar Ikan Higienis (PIH) Pejompongan Jakarta Pusat.

Pencanangan Gemarikan merupakan momentum yang sangat penting dalam rangka

mewujudkan masyarakat Indonesia yang kuat, sehat, cerdas dan berpenampilan prima

sekaligus membangun karakter bangsa, yakni mencerdaskan masyarakat secara fisik dan

mental dengan mengkonsumsi ikan. Gemarikan sebagai gerakan nasional dilaksanakan secara

terus menerus dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh komponen bangsa (seperti

instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota, swasta, LSM, asosiasi,

49

lembaga profesional, lembaga/organisasi kemasyarakatan, lembaga keagamaan dan pelaku

usaha).

Ruang lingkup Gemarikan adalah penyebarluasan informasi dan penguatan edukasi

kepada masyarakat luas tentang ikan dan manfaatnya bagi kesehatan, kekuatan, dan

kecerdasan melalui berbagai kegiatan promosi, safari Gemarikan, pemberian makanan

tambahan berbahan baku ikan (PMTAS), ceramah/seminar/simposium manfaat makan ikan,

penyebarluasan materi promosi, keikutsertaan pada pameran, iklan layanan masyarakat,

talkshow serta lomba masak serba ikan. Gemarikan dilaksanakan di provinsi, kabupaten/kota

diseluruh Indonesia, terutama pada daerah pedesaan dan perkotaan dengan tingkat konsumsi

ikan rendah dan daerah dengan kasus gizi buruk atau rawan pangan serta daerah khusus

sesuai kepentingan dengan target massa seluruh unsur masyarakat seperti ibu hamil, ibu

menyusui, balita, anak sekolah, LSM, DPR dan lembaga/organisasi kemasyarakatan lainnya

Dengan adanya program Gemarikan diharapkan masyarakat Indonesia akan

memperoleh asupan nutrisi dari sumber pangan ikan yang kaya gizi, menguatkan,

menyehatkan dan mencerdaskan. Disamping itu, diharapkan pula dapat mewujudkan

peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan, pembudidaya, pengolah dan

pemasaran hasil perikanan melalui peningkatan rata-rata konsumsi ikan.

50

G. Ikan Laut

Gambar 1

Anatomi Tubuh Ikan

Sumber : Biologi Perikanan, Ir. Syamsudin Adang Rifa‟i

Arti ikan bagi manusia tidaklah kecil. Untuk kelangsungan hidupnya, manusia

membutuhkan makanan sebagai kebutuhan yang amat pokok. Makanan yang diperlukan

manusia bermacam-macam. Yang terpenting terdiri dari karbohidrat (zat tepung), lemak,

protein dan vitamin. Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein

dibandingkan dibandingkan dengan bahan makanan yang mengandung protein lainnya.

Ditinjau dari segi perkembangan tubuh anak-anak, remaja dan dewasa terhadap

kesehatannya, ikan mempunyai peranan penting, mengingat struktur dagingnya mudah

dicerna, asam lemak tak jenuhnya tidak meningkatkan kandungan kolestrol dalam darah

manusia dan dapat membantu menambah kandungan yodium (diperoleh dari garam laut) dari

ikan-ikan tertentu seperti ikan tongkol atau tuna. Orang-orang Jepang sangat mementingkan

51

makan ikan bahkan ikan mentah, karena mereka cukup mengerti akan faedah daging ikan

bagi perkembangan tubuh dan kesehatannya.

Selain penting sebagai makanan, ikan juga berperan penting sebagai sumber

penghasilan masyarakat, dan penghasilan negara dalam bentuk devisa hasil ekspor. Selain itu

ikan juga dapat berfungsi sebagai sarana olah raga dan rekreasi, misalnya olah raga

memancing dan hiburan sehat yaitu melihat ikan-ikan hias di akuarium dan kolam taman.

Ditinjau dari UUD 1945, khususnya Bab XIV pasal 33 yang menyangkut

kesejahteraan sosial, peranan sumber hayati perariran Indonesia merupakan kekayaan alam

yang dapat dijadikan sarana untuk kemakmuran rakyat. Pasal 33 dari UUD 45 selengkapnya

berbunyi sebagai berikut :

1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar azas kekeluargaan.

2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hayat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara.

3) Bumi, air dan kekayaan alam lain yang terkandug di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Jadi, bahwa bumi, air dan kekayaan alam lain yang terkandung di dalamnya

merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan rakyat banyak, khususnya dalam

mencapai kemakmuran. Jelas pula bahwa sumber hayati perairan sebagai kekayaan alam

bukan milik seseorang atau segolongan orang, akan tetapi merupakan milik rakyat dengan

penguasaan oleh negara. Begitu pula manfaatnya, bukan diperuntukkan bagi seseorang atau

segolongan orang, melainkan untuk kemakmuran rakyat seluruhnya. Negara menguasai

kekayaan alam itu agar dapat mengatur pemanfaatannya oelh rakyat secara tertib dan tidak

menimbulkan kerugian atas kelestarian alam, karena kekayaan alam haruslah dilindungi.

52

Sumber hayati perairan, seperti sudah dijelaskan sebelumnya ialah semua organisme

hidup di dalam perairan itu, baik yang berupa ikan, maupun non-ikan, yang dapat digali

untuk dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Jadi ikan, udang, penyu, kerang-kerangan,

timun laut, rumput laut, dan sebagainya merupakan sumber hayati perairan, yang dapat digali

dan dimanfaatkan.

Ikan dan hewan non-ikan lainnya merupakan sumber bahan makanan bagi manusia.

Kandungan protein ikan dan hewan non-ikan seperti udang, penyu, kerang-kerangan, dan

sebagainya adalah cukup tinggi. Sebagai sumber bahan makanan yang berprotein, ikan dan

hewan non-ikan menduduki tempat yang penting bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.

Selain sebagai sumber protein hewani, sumber hayati perairan dapat pula digunakan

sebagai seumber hayati bagi industri. Umpamanya, industri yang berhubungan dengan

pengolahan hasil ikan laut, baik industri pengalengan ikan, industri tepung ikan, industri

minyak ikan, industri kosmetik, dll

Ikan dan hewan non-ikan lainnya yang dihasilkan perairan tumbuh dan berkembang

biak tiada hentinya-hentinya selama tidak ada gangguan. Ikan dan hewan non-ikan yang mati

sudah berkembang menurunkan anak-anaknya yang tumbuh dan berkembang biak lagi, dan

seterusnya. Proses ini di perairan alam merupakan proses yang tidak berkeputusan dan

berjalan sesuai dengan hukum alam bersama dengan keseimbangan ekologi.

Ekologi adalah ilmu yang menangani hubungan antara organisme hidup dengan

keadaan lingkungan. Di dalam ekologi perairan, kita akan mempelajari lingkungan perairan

dengan organisme-organisme yang hidup di dalamnya, hunungan organisme yang satu

dengan yang lain, serta hubungan organisme dengan lingkungannya. Ekologi perairan dibagi

menjadi tiga macam, yaitu:

53

a. Ekologi Perairan Tawar

Air merupakan bagian yang penting dalam kehidupan organisme, selain itu

juga merupakan bagian yang terbesar dari protoplasma (80 persen terdiri dari air).

Pada umumnya organisme-organisme yang tidak hanya hidup di darat tapi juga di

dalam air, baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan hidupnya sangat bergantung

kepada lingkungannya yaitu air. Lingkungan hidup di air tawar dapat dibagi ke

dalam dua jenis, yaitu: perairan yang menggenang (lentic), dan perairan yang

mengalir (lotic). Sebagai contoh perairan tawar yang menggenang adalah kolam,

rawa dan danau. Sedangkan perairan tawar yang mengalir adalah mata air dan

sungai.

b. Ekologi Estuaria

Suatu perairan pesisir yang setengah tertutup mempunyai hubungan bebas

dengan laut terbuka dan sangat dipengaruhi oleh air pasang. Air di perairan ini

adalah campuran antara air laut dengan air tawar yang berasal dari daratan.

Contoh perairan ini adalah muara sungai, teluk, rawa pasang surut, dan rawa-rawa

di belakang pantai-pantai perintang.

c. Ekologi Laut

Lingkungan perairan laut sangat luas, kira-kira 70 persen dari permukaan

bumi tertutup oleh air laut, mulai dari pantai sampai dengan laut yang terdalam.

Lingkungan laut ini merupakan satu kesatuan, mulai dari laut satu ke laut yang

lain sampai ke samudra, semuanya saling berhubungan. Jika dibandingkan dengan

perairan air tawar, salinitasnya (kadar garam) jauh lenih tinggi, salinitas air laut

sekitar 3-4 per mil lebih.

Air laut bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa henti-hentinya.

Pergerakan ini disebabkan oleh adanya rotasi bumi, angin yang bertiup pada

54

permukaan air, gaya tarik bumi, bulan, matahari dan faktor-faktor lain yang dapat

mengakibatkan air bergerak. Pergerakan air laut dapat menimbulkan keuntungan

dan kerugian bagi organisme-organisme yang berada di dalam perairan tersebut.

Sumber hayati perikanan di Indonesia sebagian besar berasal dari perairan laut. Luas

perairan laut diperkirakan sekitar 6,85 juta kilo meter persegi untuk kurang lebih 685 juta

hektar (70 persen dari wilayah negara), dengan garis pantai 61.000 km. luas perairan laut ini

kurang lebih 45 kali luas perairan darat yang memiliki luas 15 juta hektar. Hampir 59 persen

dari perairan laut Indonesia merupakan laut dengan dasar yang mendatar (paparan sunda)

atau landai (paparan sahul) dengan lekukan-lekukan yang tidak tajam (submarine ridge) atau

dalam (submarine plateau). Sebagian lagi merupakan dasar yang termasuk dalam paparan

benua (continental shelf).

Dilihat dari segi geografis maupun oseanografis keadaan laut Indonesia memiliki ciri-

ciri serta kondisinya sendiri, termasuk ikan-ikan dan biota bukan ikan yang menghuni di

dalamnya. Perairan laut yang letaknya di antara pulau-pulau (perairan laut sebelah dalam),

kecuali perairan yang berhadapan dengan samudra Indonesia dan pasifik, hampir tidak

terpengaruh oleh keadaan arus samudra.

Perairan laut Indonesia yang terletak di bawah katulistiwa, beriklim tropis ternyata

membawa konsekuensi kaya akan jenis-jenis ikan yang memiliki tata warna yang indah-

indah. Berdasarkan hasil penelitian, diperkirakan tidak kurang dari 3.000 jenis, yang terdiri

atas jenis-jenis ekonomis penting, ekonomis kurang penting maupun yang belum diketahui

tingkat ekonomisnya. Perkiraan potensi perikanan laut (standing stock) 7 juta ton dengan

potensi penangkapan (potential yield) 3,5 juta ton.

55

H. Kota Surakarta (Solo)

Gambar 2

Peta Kota Surakarta

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2015

1. Sejarah Kota Surakarta

Solo, atau Surakarta, merupakan nama sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa

Tengah, Indonesia. Kota ini terletak pada jalur strategis, yang mempertemukan jalur dari arah

Jakarta ke Surabaya atau Bali, dari arah Semarang dan dari Yogyakarta menuju Surabaya dan

Bali, atau sebaliknya.

Kota Surakarta pada mulanya adalah wilayah kerajaan Mataram. Kota ini bahkan

pernah menjadi pusat pemerintahan Mataram. Karena adanya Perjanjian Giyanti (13 Februari

1755) menyebabkan Mataram Islam terpecah karena propaganda kolonialisme Belanda.

Kemudian terjadi pemecahan pusat pemerintahan menjadi dua yaitu pusat pemerintahan di

Surakarta dan Yogyakarta. Pemerintahan di Surakarta terpecah lagi karena Perjanjian

Salatiga (1767) menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran. Sejarah kota ini bermula saat

kerajaan (Keraton) Kartasuro telah mengalami kerusakan sangat parah akibat perang antara

Baginda (Sunan Pakubuana/PB II) dengan Sunan Kuning (1742). Berkat bantuan VOC, PB II

56

dapat merebut kembali keraton Kartasura. Tentu saja bantuan tersebut tidak gratis akan tetapi

dengan mengorbankan beberapa wilayah warisan Mataram untuk diberikan pada VOC.

Selain itu pemberontakan juga telah mengakibatkan hancurnya bangunan keraton.

Hancurnya bangunan keraton dinilai telah menghilangkan kesaktian keraton karena

pemberontak itu telah masuk kedalam keraton, sehingga akan mempengaruhi pamor dan

wibawa kerajaan, oleh karena itu sudah tidak tepat kalau terus mempertahankan keraton

Kartasuro sebagai pusat pemerintahan atau ibu kota kerajaan Mataram. Berawal dari situ,

maka PB II menunjuk beberapa orang narapraja diantaranya: Tumenggung Honggowongso,

Adipati Pringgoloyo, Adipati Sindurejo, Tumenggung Mangkuyudo, Tumenggung

Pusponegoro, Ngabei Yosodipuro, Mayoor Hogengdarp, yang kemudian ditambah dengan

Pangeran Wijil, Tumenggung Tirtiwigunio, Kyai Kalifah Buyut dan Penggulu Fekih Ibrahim,

untuk mencari tempat yang akan dijadikan sebagai pusat pemeritahan kerajaan.

Setelah melakukan pengembaraan ke berbagai tempat, para narapraja tersebut

akhirnya menemukan tiga tempat atau desa yaitu Desa Kadipala, Desa Sala, dan desa Sana

Sewu, yang bisa dijadikan sebagai pusat pemerintahan baru. Setelah melakukan perundingan,

akhirnya dipilihlah Desa Sala untuk diajukan kepada Sunan PB II sebagai pusat keraton

Mataram yang baru. Desa Sala yang letaknya kurang lebih 10 Km sebelah timur kota

Kartasuro. Baginda menyetujui usulan tersebut, yang kemudian oleh Sri Baginda Sunan Paku

Buana II diberi nama Surakarta Hadiningrat. Pada hari rabu tanggal 17 Syura 1670 atau 17

Februari 1745, pindahlah Baginda Sunan Paku Buana II dari Kartasuro ke Surakarta

Hadiningrat, perpindahan ini dilaksanakan dengan kirab secara besar-besaran. Maka sejak

saat itu Ibu kota Kerajaan Mataram pindah dari Kartasuro ke Surakarta Hadiningrat.

Peristiwa inilah yang kemudian dijadikan sebagai dasar hari lahir kota Solo.

Dari desa Sala tersebut pusat pemerintahan kerajaan Mataram dijalankan dan

dikendalikan. Disebut sebagai desa Sala, karena di desa tersebut hidup seorang tokoh

57

masyarakat yang bijaksana bernama KYAI SALA. Selain itu desa ini juga berawa-rawa dan

penuh dengan pohon Sala yaitu pohon tom atau nila, namun ada juga yang menyebut pohon

sala sejenis pohon pinus. Kendati aslinya bernama Sala (pakai huruf a) namun dalam

perkembangannya berubah dan lebih akrab disebut Solo (pakai huruf o), hal ini terjadi terjadi

karena kesalahan orang Belanda dalam menyebut nama kota ini karena memang lidah mereka

tidak seluwes lidah orang Indonesia. Sejak saat itu kemudian tidak hanya orang asing saja,

akan tetapi masyarakat Indonesia pun menyebut dengan SOLO. Penyebutan ini terasa lebih

mudah dilafalkan, dicerna dan memiliki makna yang khas dibanding nama resminya.

Nama Surakarta hadiningrat menjadi seperti kalah pamor dibanding Solo karena sikap

sang pemberi nama, Paku Buwono II, yang saat itu pro kolonial. Surakarta kemudian

dianggap menceriminkan watak kekuasaan, kapitalis-kolonial, sementara Solo mencerminkan

semangat kerakyatan (mengakar sebagaimana asal namanya dari pohon Sala) dan memberi

keteduan, keayoman pada rakyat (rimbun dedaunan). Bagi orang Solo, persoalan nama

tersebut bukanlah suatu masalah yang berarti. Persoalan itu hanya muncul dikalangan

intelektual akademis saja. Sebab bagi rakyat Solo, nama Surakarta pun diterima sebagai

bentuk penghormatan dan penghargaan kepada PB II, yang adalah pendahulu, terlepas dari

sikap pro kolonial dan lain sebagainya.

Dengan demikian baik nama Surakarta maupun Solo keduanya akan senantiasa hadir,

mencerminkan hubungan yang saling menghargai antara pemimpin dan rakyat. Pemimpin itu

harus senantiasa mengakar dan mengayomi rakyatnya dan harus menjalankan amanat

kepemimpinannya untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyatnya. Karena itulah, dibalik

kepopuleran nama Solo, teringat pula akan pohon Sala yang akan selalu mengakar dan

merakyat.

2. Biodiversity Kota Surakarta

a. Letak Geografis

58

Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah

dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan

pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m di atas permukaan air laut.

Dengan Luas sekitar 44 Km2, Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15″ – 110

45` 35″ Bujur Timur dan 7` 36″ – 7` 56″ Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah

dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes

dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat terkenal dengan

keelokan panorama serta lalu lintas perdagangannya.

Batas wilayah Kota Surakarta sebelah utara adalah Kabupaten Karanganyar

dan Kabupaten Boyolali, batas wilayah sebelah selatan adalah Kabupaten

Sukoharjo dan Kabupaten Karangnyar, batas wilayah sebelah barat adalah

Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karangnyar, sedang batas wilayah sebelah

timur adalah Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam lima wilayah

Kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan

Banjarsari, yang meliputi 51 kelurahan mencakup 592 RW, 2.645 RT dan 129.380

KK. Sebagian besar lahan dipakai sebagai pemukiman sebesar 65%. Sedangkan

untuk kegiatan ekonomi memakan ruang yang cukup besar pula yakni berkisar

antara 16% dari luas lahan yang ada.

b. Iklim

Suhu udara Maksimum Kota Surakarta adalah 32,5 derajad Celsius, sedang

suhu udara minimum adalah 21,9 derajad Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah

1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan

arah angin 240 derajad. Solo beriklim tropis, sedang musim penghujan dan

kemarau bergantian sepanjang 6 bulan tiap tahunnya. Menurut klasifikasi iklim

Koppen, Surakarta memiliki iklim muson tropis. Sama seperti kota-kota lain di

59

Indonesia, musim hujan di Solo dimulai bulan Oktober hingga Maret, dan musim

kemarau bulan April hinggal September. Rata-rata curah hujan di Solo adalah

2.200 mm, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Desember, Januari, dan

Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30

derajat Celsius.

c. Topografi

Topografi Kota Surakarta terletak di dataran rendah di ketinggian antara 80–

130 meter di atas permukaan laut, kemiringan lahan antara 0% sampai 15%.

Surakarta berada di sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara

Semarang serta dikelilingi oleh Gunung Merbabu dan Merapi (ketinggian 3115

meter) di bagian barat, Gunung Lawu (tinggi 2806 meter) di bagian timur dan

selatan pegunungan sewu. Kota Surakarta tergolong wilayah yang memiliki

topografi yang relatif datar.

I. Tinjauan Desain Komunikasi Visual

Menurut bahasa, arti Desain Komunikasi Visual dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Desain : berkaitan dengan perancangan estetika, cita rasa, serta kreativitas.

2. Komunikasi : ilmu yang bertujuan menyampaikan maupun sarana untuk

menyampaikan pesan.

3. Visual : seuatu yang dapat dilihat.

Dari ketiga makna kata tersebut, kata komunikasilah yang menjadi tujuan pokoknya.

Jika saat ini Desain Komunikasi Visual hanya terbatas sebagai ilmu yang mempelajari segala

upaya untuk menciptakan suatu rancangan atau desain yang bersifat kasat mata (visual) untuk

60

mengkomunikasikan sebuah maksud maupun tujuan, maka itu sebetulnya hanya terbatas pada

sepotong saja dari sebuah tujuan tatanan estetika yang lebih luas.

Desain Komunikasi Visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari

konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk

menyampaikan pesan dan gagasa secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang

berupa bentuk dan gambar, tatanan hururf, serta komposisi warna serta layout (tata letak atau

perwajahan).Dengan demikian, gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang

menjadi sasaran penerima pesan. (Adi Kusrianto, 2007:2)

Apabila dimisalkan sebagai sebuah pohon, akar utama pohon ilmu desain komunikasi

visual adalah ilmu seni dan ilmu komunikasi. Sementara itu, akar ilmu pendukungnya adalah

ilmu sosial dan budaya, ilmu ekonomi dan ilmu psikologi.

1. Definisi Komunikasi

Menurut Benard Berelson dan Garry A. Stainer dalam bukunya, Human Behaviour,

yang mendefinisikan komunikasi sebagai alat penyampaian informasi, gagasan, emosi,

keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata,

gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyampaiannya biasanya

dinamakan komunikasi. (Ruslan, 2005:17)

Studi komunikasi bukan sebatas proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan saja, akan tetapi komunikasi juga sebagai proses pertukaran makna. Seperti

halnya premis Herbert blummer, bahwa makna muncul dari interaksi sosial yang

dilakukannya satu sama lain. Dengan kata lain, makna bukanlah obyek lepas atau bukan

karena ada yang mendahului, tetapi makna merupakan hasil negosiasi melalui pengguna

bahasa atau interaksi simbolik. (Griffin,2003:57)

61

Istilah komunikasi atau bahasa inggrisnya communication, berasal dari bahasa latin,

yaitu bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Transmitting, atau menyampaikan

pesan, adalah proses pemberian atau pertukaran informasi melalui pertukaran komunikasi.

Komunikasi juga dipelajari dengan pendekatan yang berbeda-beda, ini dikarenakan pelajaran

lainnya yang dipelajari oleh berbagai disiplin ilmu lain.Latar belakang komunikasi sangatlah

kuat. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai sumber disiplin ilmu antara lain; sosiologi, psikologi,

politik, filsafat, antropologi, dll.

Menurut Adi Kusrianto, dalam bukunya Pengantar Desain Komunikasi Visual, pada

dasarnya komunikasi juga terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Komunikasi Verbal atau Lisan (Verbal Communication)

Komunikasi verbal merupakan salah satu cara berkomunikasi yang

disampaikan kepada orang lain dalam bentuk pengucapan maupun bunyi-

bunyian serta telinga (pendengaran) sebagai sensasi dengar. Contoh dari

definisi komunikasi verbal adalah:

1. Bahasa Lisan

Penggunaan bahasa yang tepat sangat penting berkaitan dengan dunia

periklanan, misalnya iklan dengan sasaran kaum remaja yang tentunya

menggunakan ungkapan-ungkapan yang dapat diterima oleh mereka.

2. Suara (Voice)

Komunikasi menyangkut bunyi-bunyian atau suara dan sebgainya.

Missalnya, dalam musik kita mengenal music dukacita yang membawakan

“pesan” suasana duka, music pernikahan membawakan “pesan”

khidmatnya suatu upacara pernikahan yang dianggap sacral, dll. Selain itu,

ada juga komunikasi suara dari bunyi jingle, siulan, bedug Masjid, lonceng

Gereja, mie tek-tek, es ting-ting, dsb.

62

b. Komunikasi Nonverbal (Nonverbal Communication)

Komunikasi nonverbal didefinisikan sebagai komunikasi yang menggunakan

gerakan-gerakan tubuh atau bahasa isyarat, biasanya ditandai dengan ekspresi

wajah baik sedih, gembira, maupun marah. Dan menggunakan gerakan tubuh

semisal menggerakan tangan, menggerakan kaki bahkan menggerakkan

kepala.Keselarasan makna dari komunikasi verbal dengan komunikasi

nonverbal bisa juga dinamakan seragam (uniform).

c. Komunikasi Tactual

Komunikasi tactual mempergunakan kulit sebagai sensasi rabaan sebagai indra

yang mengindikasikan rasa dari benda yang disentuh. Semisal, huruf braile

bagi kaum Tuna Netra, tekstur kertas dan masih banyak contoh lain.

d. Komunikasi Olfactoral atau Gustatory

Komunikasi jenis ini mempergunakan hidung sebagai indra yang memberikan

sensasi pada penciuman. Sebagai contoh, aroma terapi merupakan suatu

konsep yang belakangan ini sedang trendi. Melalui sensasi penciuman,

manusia bisa merasa lebih „rileks‟. Sakit kepala maupun stress pun bisa

disembuhkan dengan memanfaatkan aroma wangi-wangian tertentu. Bahkan

sebuah gerai kecantikan terkenal menggunakan suatu pengharum ruangan

tertentu di setiap outlet atau cabangnya di seluruh Indonesia sebagai ciri khas

yang diyakini bisa memberikan rasa nyaman kepada setiap pengunjung untuk

menciptakan kenangan akan gerai tersebut ketika berada di sana. Sehingga

meski mata seseorang yang pernah mendatangi tempat tersebut ditutup dan

dibawa masuk ke gerai itu, ia langsung dapat mengetahui tempat di mana dia

berada.

e. Komunikasi Pengecap (Taste from Tongue)

63

Komunikasi jenis ini mempergunakan lidah sebagai sensasi pengenal rasa.

Semisal, beberapa restaurant di pusat perbelajaan menugaskan pelayannya

untuk berbincang dengan pengunjung yang sedang berjalan di depan

restaurannya sambil menawarkan agar pengunjung bersedia mencicipi sampel

masakan supaya pengunjung tertarik dan kemudian mencoba makanan di

restoran itu.

f. Komunikasi Tubuh

Sejak jaman primitif, manusia telah menggunakan bahasa tubuh untuk

mengekspresikan suatu maksud. Dalam perkembangannya, berikut merupakan

kelompok komunikasi tubuh:

1. Kinesika

Studi gerakan tubuh dalam komunikasi nonverbal yang merujuk pada

sikap tubuh dan gerakan tubuh lainnya khususnya untuk penderita Tuna

Rugu, atau bisa juga disebut bahasa isyarat.

2. Bahasa tubuh (body language)

Biasanya seseorang yang gelisah akan menunjukkan gerakan-gerakan

tubuh yang memperlihatkan segala kegelisahannya. Demikian juga

seorang perempuan yang mencoba menarik perhatian seorang pria akan

menunjukkan gerakan-gerakan bahasa tubuh yang memberi isyarat bahwa

ia bersedia didekati pria tersebut.

3. Disiplin ilmu kepribadian

Semakin berkembangnya jaman, banyaknya ilmu untuk meningkatkan

citra kepribadian yang baik, sebagai contoh Kursus Kepribadian John

Robert Po-wer atau Personal Development dari Mekar Pribadi, dsb. Di

dalam kursus tersebut akan diajarkan bahwa suatu tata karma dalam

64

bersikap baik sikap tubuh maupun tutur dalam berucap menunjukan strata

seseorang dalam kehidupan sosial.

4. Olah tubuh dalam suatu peran

Teknik peran dalam teater, pantonim, tekik tarian, dll,

mengkomunikasikan suatu cerita maupun pesan melalui olah tubuh.

g. Komunikasi Telepati (Menggunakan Indra ke-6)

Komunikasi jenis ini menggunakan kekuatan pikiran untuk mempengaruhi

pikiran atau sugesti seseorang. Apabila sebelumnya telepati, hipnotis, dan

hipnoterapi hanya bisa diterapkan dari seseorang ke seseorang lain, maka yang

sedang dikembangkan saat ini adalah pesan telepati maupun hipnotis dari

seseorang kepada banyak orang. Profesi paranormal atau cenayang adalah

orang yang dapat berkomunikasi dengan dunia roh dan dimensi kehidupan

lain) menggunakan kekuatan pikiran (mind game), seperti Deddy Corbuzier,

Ki Joko Bodo, dst, yang sering muncul di televisi. Semua itu merupakan

fenomena cara berkomunikasi yang dapat dilakukan oleh manusia zaman

sekarang.

h. Komunikasi Perilaku

Perilaku atau kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang merupakan sebuah

informasi penting mengenai orang itu. Misalnya, iklan oli kendaraan bermotor

mengklaim suatu merek sebagai oli yang paling banyak dipakai selebritis. Hal

tersebut dilakukan agar timbul rasa bangga dari para konsumennya sehingga

yang belum memakai, mulai ikut memakai supaya sama seperti tokoh

selebritis pada iklan tersebut.

i. Komunikasi Menggunakan Teknologi

65

Teknologi yang terus berkembang telah membantu kita dalam berkomunikasi

jarak jauh. Sebagai contoh:

1. Morse atau Telegram secara Auditory

2. Radio-Telepon-Telepon Seluler melalui jaringan suara

3. Fax-Telex-Pager-Telepon Celuler melalui pesan tertulis, SMS-MMS

4. Televisi secara Audio Visual

5. Tele-Immersion atau Tele Converence (meeting jarak jauh)

6. Bahasa Pemrograman, seperti visual basic, cobol, java script, html, dst.

Penggunaan bahasa pemrograman yang ditulis dalam bentuk script

memudahkan seseorang untuk menyusun sebuah software atau program

komputer untuk melakukan sesuatu.

j. Komunikasi Visual (Visual Communication)

Komunikasi ini mempergunakan mata sebagai alat penglihatan.Komunikasi

visual adalah komunikasi menggunakan bahasa visual, di mana unsur dasar

bahasa visual yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian pesan adalah

segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan

makna, arti atau pesan.

Metodologi dalam desain komunikasi visual merupakan sebuah proses kreatif.

Berikut merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan visual:

1. Visual Language, yakni ilmu yang mempelajari bahasa visual. Visualisasi

yakni kegiatan menerjemahkan atau mewujudkan informasi dalam bentuk

visual.

2. Visualizer yaitu orang yang pekerjaannya menangani masalah visual atau

mewujudkan suatu ide ke dalam bentuk visual dalam suatu proyek desain.

66

3. Visual effect membuat efek-efek tipuan seolah-olah terjadi suatu keadaan

atau kejadian yang sulit bahkan tidak mungkin dilakukan manusia di

dalam kehidupan nyata. Misalnya, munculnya seekor dinosaurus maupun

monster yang luar biasa besar di sekitar lingkungan manusia biasa.

4. Visual information adalah suatu informasi melalui penglihatan, misalnya

lambaian tangan, senyuman, baju baru, mobil baru, dll.

5. Visual literacy yaitu kumpulan atau daftar karya visual.

k. Pesan Multiindra

Pesan multiindra adalah pesan yang memanfaatkan lebih dari satu indra.

Akhir-akhir ini penyampaian pesan melalu visual saja hampir dikatakan

kuno.Sesuatu yang lebih baru dan memiliki nilai tinggi adalah menjual atau

memberikan suasana. Suasana tersebut bisa berupa unsur visual, seperti

dekorasi, tata ruang, penampilan pramusaji, dll; unsur tactual seperti kesejukan

AC (Air Conditioner) atau suasana berangin di pinggir pantai; unsur olfactoral

seperti aroma bunga-bungaan yang diapakai, hingga ke unsur auditory seperti

suara music yang terdengar secara spesifik menyiratkan suatu selera tertentu.

Kebiasaan para pengunjung disekitarnya, yang terdiri dari kalangan tertentu

dengan tampilan atau pakaian yang seolah membawa seseorang dalam suatu

suasana nyaman.Hal itu merupakan harga yang harus dibayar.

Dalam komunikasi terdapat suatu lambang yang dapat dilukiskan di

dalamnya.Menurut Kamus Bahasa Indonesia, arti lambang adalah sesuatu seperti tanda,

lukisan, perkataan, lencana, dan lain sebagainya, yang menyatakan suatu hal atau

mengandung maksud tertentu. Menurut Bahasa Inggris, lambang adalah symbol yang artinya

rumusan atau tanda pengenal berupa perkataan, gambar, maupun tanda lainnya. Kegiatan

komunikasi tersebut secara sederhana tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga

67

mengandung unsur pesuasi, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu pemahaman dan

pengaruh, mau melakukan suatu perintah, bujukan, dan sebagainya.

Lambang ialah tanda atas dasar kesepakatan atau persetujuan bersama, meliputi

semboyan dan kata-kata sandi serta sebagai tanda pada umumnya. Seperti yang telah

diketahui, komunikasi ialah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung

pengertian dari komunikator untuk komunikan. Dengan kata lain, lambang adlah tanda-tanda

yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan di dalam proses komunikasi. Jenis-jenis

lambang yang diperlukan dan dipergunakan di dalam proses komunikasi diantaranya adalah:

a. Lambang Gerak

Lambang gerak adalah lambang yang menggunakan gerakan anggota

badan.Misalnya, menggelengkan kepala itu tanda tidak setuju.

b. Lambang Suara

Lambang suara yaitu lambang yang menggunakan gelombang suara yang

kemudian ditangkap melalui indra pendengaran yaitu telinga. Sebagai contoh,

medengarkan radio, tv, lonceng, sirine, orang berbicara, dll.

c. Lambang Warna

Lambang warna ialah lambang yang menggunakan warna-warna yang

mengindikasikan makna dari warna tersebut.Misalnya, warna merah merupakan

warna yang mengidikasikan suatu keberanian.

d. Lambang Gambar

Lambang gambar merupakan lambang yang menggunakan gambar-gambar yang

mengilustrasikan sebuah informasi agar menarik dan mudah diterima pembaca

maupun audience dalam suatu iklan tersebut.

e. Lambang Bahasa

68

Lambang bahasa adalah lambang yang menggunakan bahasa, baik bahasa daerah,

nasional bahkan internasional.Bahasa dibagi menjadi dua yaitu bahasa lisan

maupun bahasa tertulis.Bahasa lisan adalah bahasa yang dilisankan melalui alat

bunyi yaitu pita suara yang ada di tenggorokan kemudian di ucapkan melalui

suara yang keluar lewat mulut dan dengan bantuan pernafasan mealui hidung.

Sedangkan bahasa tertulis merupakan bahasa yang ditungkan di secarik kertas

dengan tinta pena atau bahkan saat ini diketik menggunkan alat pengetik dan

seiring berkembangnya jaman menggunakan perangkat lunak (software), di dalam

komputer yang tugasnya untuk mengolah tulisan atau juga disebut data.

f. Lambang Huruf

Lambang huruf adalah lambang yang menggunakan huruf, atau di dalam dunia

seni grafis merupakan disiplin ilmu yang disebut tipografi. Di dalam Tipografi

terdapat bermacam-macam jenis huruf sesuai kelas dan kegunaannya.Menurut

Alexander Lawson memperkenalkan klasifikasi yang dikelompokkan berdasarkan

sejarah dan bentuk huruf yaitu diantaranya; Black Letter, Roman/Romawi, Old

Style, Times, Bodoni, Serif dan Dekoratif.

g. Lambang Angka

Lambang yang menggunakan angka-angka dipergunakan dalam berkomunikasi,

sebaiknya mampu mewakili dan bisa sebagai alat bantu penghubung antar pelaku

komunikasi.

Komunikasi adalah interaksi antarmanusia yang bertujuan untuk menumbuhkan

pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dengan komunikan (penerima pesan).

Komunikasi yang efektif, yaitu bagaimana anatara penyebar pesan dan penerima pesan dapat

menimbulkan suatu pengertian yang samatentang suatu pesan (efek).

69

Wilbur Schramm dalam bukunya Process and Effect of Mass

Communicationmengatakan, “Alasan pokok untuk mempelajari proses komunikasi dan efek

yang dihasilkan atau telah dicapai adalah kita ingin mengetahui tentang apa yang terjadi pada

manusia bilamana menerima suatu pesan komunikasi tertentu dan untuk memperkirakan efek

yang timbul dari komunikan tersebut.” Efek komunikasi adalah perubahan dalam:

1. Opini

2. Opini Pribadi (Personal Opinion)

3. Opini Publik (Public Opinion)

4. Opini Mayoritas (Mayority Opinion)

5. Sikap dan tingkah laku (Attitudes and Behaviour)

6. Pandangan, persepsi, dan ide (Conception, perception, idea)

7. Kepercayaan dan citra (Trust and image)

Kemudian bentuk atau jenis umpan balik (feedback) tersebut dibagi lagi menurut

Ralph Webb Jr., yakni sebagai berikut:

a. Zero feedback

Zero feedback yaitu umpan balik yang nol. Artinya, pesan yang disampaikan oleh

komunikator tidak dimengerti atau tidak dipahami oleh komunikan.

b. Neutral feedback

Neutral feedback merupakan umpan balik yang netral atau setelah menerima

pesan, komunikan berifat tidak memihak.

c. Positive feedback

Positive feddback atau umpan balik yang positif, artinya pesan atau informasi

yang disampaikan oleh komunikator tersebut ditanggapi dengan baik, disetujui,

atau diterima secara baik.

70

d. Negative feedback

Negative Feedback atau umpan balik yang negattifmerupakan kebalikan dari

positive feedback.Artinya, pesan yang disampaikan oleh komunikator ditanggapi

secara negatif atau ditentang dan tidak disetujui oleh komunikan. Misalnya

berbentuk sebagai berikut:

1. Interruption atau gangguan dari pihak komunikan yang memotong

pembicaraan yang tengah dismpaikan oleh komunikator.

2. Disagreement, terjadi penolakan atau tidak disetujui dan tidak mendukung

pesan dari komunikator.

3. Criticism (kritik), terjadi suatu kritikan atau kecaman dari komunikan

kepada komunikator akibat tidak sependapat atau sepaham. Lebih parah

bisa terjadi kemarahan yang meluap dan benturan fisik dari kedua belah

pihak.

2. Definisi Semiotika

Semiotics (semiotik) atau semiology adalah ilmu tentang tanda-tanda atau simbol.

Tentu mudah dipahami bahwa untuk menggambarkan suatu pesan atau informasi secara

visual diperlukan suatu gambar yang akan ditafsirkan sama oleh semua orang yang akan

menerima pesan. Oleh karena itu, semiotic bisa dikatakan sebagai ilmu untuk memahami

konteks secara umum yang berlaku di masyarakat yang akan menjadi target.

Ilmu Semiotic sudah dipelajari dan dikembangkan sejak berabad-abad yang lalu.

Menurut sejarah, Ilmu Semiotik setidaknya sama tuanya dengan Ilmu Kedokteran dan

Filosofi Yunani. Kata Semiotics berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Sema yang berarti

tanda.Sementara istilah semeiotikos berarti penafsiran tanda-tanda. Di Yunani, medicine

71

semiotics, atau minat pada yang disebut sebagai tanda-tanda diagnosis, merupakan satu dari

tiga cabang ilmu kedokteran.

Para filsuf banyak sekali memberi perhatian kepada semiotics. Di abad pertengahan,

sjumlah sarjana meneliti teori yang meliputi banyak hal tentang tanda-tanda yang dikenal

sebagai “scientia sermocinalis”, yang terdiri dari; tata bahasa, logika, rhetoric (kecakapan

berbicara). Semiotic, dilihat dari kaca mata dunia Desain Grafis, adalah Ilmu Komunikasi

yang berkenaan dengan pengertian tanda-tanda/symbol/isyarat serta penerapannya.Suatu

studi tentang pemaknaan semiotik menyangkut aspek-aspek budaya, adat istiadat, atau

kebiasaan di masyrakat. Semiotik dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Semantik

Semantik berasal dari kata Semanien dalam Bahasa Yunani, yakni berarti,

bermaksud, dan meneliti. Semantik merupakan sesuatu yang berkaitan dengan

makna dan konsep. Dalam dunia Desain Komunikasi Visual, kata tersebut dapat

diartikan sebagai:

1. Meneliti dan menganalisis makna dalam visual tertentu. Visualisai dari

suatu image merupakan simbol dari suatu makna.

2. Makna suatu visual dan perkembangannya. Etimologi: mempelajari

perubahan dan perkembangan desain, sejarah seni dan desain, serta

pergerakannya.

Ditinjau dari makna, konsep, dan arti, terdapat 2 aspek dalam visual image:

1. Aspek secara umun: bahwa suatu tanda atau simbol itu bisa diterima oleh

setiap orang secara luas.

72

2. Pada lingkup tertentu, misalnya tanda atau simbol yang dimengerti

maknanya secara kepercayaan turun-temurun atau secara adat-istiadat.

Sebagai contoh, Hong Shui, Feng Shui, Primbon (Jawa), Numerologi, dll.

Masih dalam lingkup pemaknaan terhadap pesan, di dalam Semantik juga

mengenal tiga istilah, yaitu:

1. Semantik Simbolik

Semantik Simbolik merupakan suatu simbolisasi yang memiliki atau

mengandung suatu makna atau pesan. Contonya, ideograph, yang berkenaan

dengan makna yang terkandung dalam symbol yang diterapkan, yaitu berupa

simbol-simbol yang mempresentasikan gagasan yang lebih kompleks dari

suatu konsep lain. Misalnya, tulisan Heirogliph dari jaman mesir kuno.Hal itu

biasanya menyangkut persepsi atau intepretasi makna pesan visual yang

berbeda dari khalayak yang mengapresiasi. Dalam hal ini, pihak penyampai

maupun pihak penerima pesan memiliki dua kemungkinan cara:

a. Denotatif

Makna leksikal atau makna sebenarnya. Artinya yang pokok, pasti

dan terhindar dari kesalahtafsiran. Bersifat langsung, konkret dan

jelas, tersurat.

b. Konotatif

Memilik makna struktural. Memiliki makna tambahan di samping

makna sebenarnya. Memiliki sifat tidak langsung, maya, abstrak,

tersirat.

2. Sinestesia

73

Sinestesia merupakan perubahan makna akibat pertukaran antara dua indra

yang berlainan. Misalnya, ungkapan yang menyatakan, “Suaranya sedap

didengar”

3. Asosiasi

Asosiasi merupakan perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat.

Di dalam Semantik yaitu penyampaian pesan memaluli sebuah konsep, terdapat

beberapa konsep penyampaian visual, yaitu diantaranya:

1. Semantik Metafora/Metamorfosis/Transformasi

Merupakan perspektif bentuk dalam logika dan imajinasi. Mentransfer

atau mengubah suatu bentuk menjadi bentuk yang lain. Bisa juga

mengubah konsep verbal menjadi ungkapan visual, atau bisa dikatakan

mengubah aksara menjadi pictorial (menjelaskan kata-kata melaui

gambar).Sebagai contoh, pada iklan Biskuat (Danone), perubahan bentuk

dari anak menjadi macan berarti “sekuat macan”.

2. Semantik Kontradiksi

Menggambarkan pertentangan atau perlawanan, sebab-akibat maupun

perbandingan. Misalnya, pada iklan Sprite Ice digambarkan api yang

menjadi es, maksudnya dari panas menjadi dingin (kontradiksi-

metamorfosis).

3. Semantik Kombinasi (Collaboration)

Perspektif bentuk dalam logika dan imajinasi dengan mnggabungkan dua

bentuk atau lebih yang berbeda maupun yang sama. Sebagai contoh,

Cross Culture Design (persilangan antara dua budaya, misalnya

Indonesia-Arab, Indonesia-Cina, Indonesia-Belanda, dst). Hal tersebut

merupakan bagian dari Semantik Kombinasi, di mana dari persilangan

74

tersebut akan dihasilkan sesuatu yang baru dan tidak bisa dipisahkan,

memiliki konsep yang kuat dan merupakan kelahiran ide yang istimewa.

Contoh unik dari Cross culture yaitu, Kartun Flintstone adalah film kartun

kombinasi dari jaman batu dengan teknologi modern.

4. Semantik Style

Visual yang disampaikan dalam beberapa style atau gaya merujuk pada

style-style tertentu sebagai ikatan benang merahnya. Contohnya, desain

dengan style hitam putih, posmo (dominan dengan warna kalem atau

warna solid dicampur dengan warna putih), etnik, dll.

b. Pragmatik

Pragmatic adalah hubungan fungsional yang berkenaan dengan teknis dan praktis,

material atau bahan yang dipergunakan, serta efisiensi yang menyangkut ukuran

bahan, warna yang dipergunakan,maupun teknik memproduksinya, dst.

Pertimbangan yang dipikirkan mencakup; kegunaan, kemudahan, keamanan,

kenyamanan, dst. Sedangkan pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan

pragmatic ialah; SGM (Standard Graphic Manual), Layout Technic, dst.

c. Sintaktik

Sintaktik berkenaan dengan keterpaduan dan keseragaman.Sintaktik berasal dari

kata Sintaksis (berasal dari Bahasa Yunani, Suntattein) yang berarti mengatur,

mendisiplinkan. Kesadaran adanya korelasi, terdapat apa yang ada dalam dunia

desain disebut „kepatutan‟ dan „kepantasan‟. Dalam hal ini, Sintaktik berkenaan

dengan perpaduan, keseragaman, dan kesatuan sistem. Penerapan Sintaktik

penting untuk menjaga citra yang baik dari sebuah rancangan dalam bentuk apa

pun. Usaha itu dilakukan agar citra yang baik dapat tertanam serta dapat diingat

75

oleh para khalayak. Di kalangan desainer istilah yang digunakan adalah “Benang

Merah” sebuah rancangan yang merujuk pada kesatuan rancangan.

3. Definisi Tinjauan Desain Grafis

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan arti Tinjauan sebagai berikut; melihat,

memeriksa, menilik, mempertimbangkan kembali, mempelajari dengan cermat, memeriksa

untuk memahami, dsb.

Secara umum, para pemikir desain sepakat pada pemahaman desain sebagai sebuah

pemecahan masalah. Istilah desain dapat diartikan sebagai hasil karya manusia yang harus

dapat berfungsi untuk memecahkan suatu masalah serta memudahkan kerja masyarakat

penggunanya. Lahirnya pemahaman desain modern menjadi nyata. Hasil produksi semakin

meningkat, menimbulkan persaingan ketat di pasar. Pada saat itu seni rupa dimanfaatkan

untuk sarana komunikasi yang bersifat komersial maupun tidak konsumtif merupakan

kampanye sosial atau iklan layanan masyarakat.

Kata grafis mengacu pada pengertian suatu gambar. Dalam Encyclopedia of Graphic

Design + Designers (Livingston, 1994:90) kata “desain grafis” diartikan sebagai: “generic

term for the activity of combining typography, illustration, photography and printing for

purposes of persuation, information, or instruction”. Desain grafis adalah proses merancang

gambar ayau bentuk-bentuk visual dwimatra (dua dimensi) untuk kepentingan proses

komunikasi yang fungsional dan efektif.

Sebelum kata “desain” menjadi umum, masyarakat lebih banyak menggunakan istilah

“seni terapan”. Awal perkembangan desain modern muncul sejak revolusi industri di paruh

kedua abad ke-18. Tetapi istilah “pendesain grafis” atau graphic designer itu sendiri baru

mulai digunakan sejak tahu 1922 oleh William Addison Dwiggins, seorang perancang buku

terkenal di Amerka Serikat. Dia mengartikan pendesain grafis sebagai seseorang yang

76

membuat keteraturan struktural dan bentuk visual ke dalam bentuk cetakan (Meggs,

1993:XIII).

Berkat perkembangan teknologi, maka media komunikasi yang digunakan oleh

pendesain grafis berkembang pula hingga menjadi median elektronik dan komputer. Namun

esensi dari desain grafis tetap sama, yaitu kemampuan untuk memberi keteraturan dalam

suatu rangkaian informasi, serta memberi sentuhan ekspresi dan perasaan pada artefak yang

merekam pengalaman hidup manusia. (Meggs, 1993:473). Dengan kata lain, kemampuan

untuk menerjemahkan ide dan konsep menjadi bentuk visual yang berfungsi sebagai sarana

komunikasi.

Istilah “seni grafis” dan “desain grafis”, sebagaimana telah disinggung di awal tulisan,

memang sulit dibedakan. Secara sederhana memang dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Seni grafis berkaitan dengan media ekspresi pikran dan perasaan seorang seniman

dengan menggunakan teknik cetak.

b. Sedangkan desain grafis berkaitan dengan media komunikasi yang dirancang seorang

pendesain untuk menyampaikan pesan dari klien kepada kelompok sasaran tertentu.

Dalam praktiknya, seni yang sering diartikan sebagai sarana untuk mengungkap rasa

keindahan dan desain merupakan sarana komunikasi yang fungsional memang sering

berbaur. Bila dilihat dari sejarahnya, produk-produk yang kini dikategorikan sebagai sebuah

desain pada awalnya memang dikerjakan oleh seniman.

Keterlibatan ini semakin jauh lagi dengan berkembangnya teknologi komputer grafis

yang dapat mengolah gambar dari kamera video. Dengan semakin berkembangnya bidang

profesi desain grafis, istilah desain grafis dirasakan semakin sempit. Pengertian grafis yang

erat kaitannya dengan teknik cetak dianggap tidak mampu mencakup proses desain yang

dilakukan media audio visual elektronik. Karena itulah istilah desain grafis diperluas menjadi

“desain komunikasi visual”. Tetapi selama peranan media cetak masih kuat dalam proses

77

komunikasi di masyarakat, maka selam itu pula istilah desain grafis masih akan tetap

digunakan berdampingan dengan istilah desain komunikasi visual.

4. Elemen-elemen Grafis

Tiga fungsi utama desain grafis menurut Livingston adalah: fungsi persuasi, fungsi

informasi, dan fungsi instruksi. Secara garis besar ada empat elemen dasar dalam desain

grafis:

a. Ilustrasi

Illustrasi menurut definisinya adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk

memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual. Dalam

perkembangannya, ilustrasi secara lebih lanjut ternyata tidak hanya berguna

sebagai sarana pendukung cerita, tetapi dapat juga menghiasi ruang kososng.

Misalnya dalam majalah, koran, tabloid, dan lain-lain. Ilustrasi bisa berbentuk

macam-macam, seperti karya seni sketsa, lukis, grafis, karikatural, da akhir-akhir

ini bahkan banyak dipakai image bitmap hingga karya foto.

b. Fotografi

Ada suatu perbedaan antara fotografi dengan bentuk lain dari grafis. Secara

prinsip, foto hanya menampilkan suatu keadaan sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya. Oleh karena itu, tidak ada interpretasi lain. Namun demikian,

fotografer dapat memilih sudut pandang dari suatu objek atau memanfaatkan

teknik fotografi menggunakan filter untuk mengubah warna. Saat ini, foto digital

telah membuka cakrawala baru dalam teknik fotografi. Bukan saja dalam

kecepatan proses, tetapi juga pada kemampuannya untuk memanipulasi hasil foto

agar menjadi suatu hasil yang sama sekali berbeda dengan foto hasil mentahnya.

Karya fotografi merupakan salah satu elemen dari desain grafis. Fungsinya sama

seperti gambar, lukisan, maupun ornament dekoratif, yaitu memberikan hiasan

78

atau ilustrasi. Sebagai elemen, foto dapat menjadi focus utama dari sebuah desain

grafis. Namun demikian, foto yang mampu berdiri sendiri dalam membawakan

pesan sangatlah terbatas. Secara minimum, ia didampingi unsur teks guna

memperkuat pesan yang ingin disampaikan.

c. Simbol

Desain grafis dalam pengerjaannya menggunakan simbol pada gambar agar dapat

mengkomunikasikan suatu maksud tertentu kepada target sasaran secara visual.

Simbol-simbol dasar grafis yaitu:

1. Garis

Merupakan tanda yang dibuat oleh alat untuk menggambar melewati

permukaan.

2. Bentuk

Merupakan gambaran umum sesuatu atau formasi garis yang tertutup

sehingga membentuk sebuah bidang.

3. Warna

Merupakan simbol yang sangat kuat dan provokatif.

4. Kontras nilai

Digunakan untuk mengindikasikan rentang kecerahan dan kegelapan

dalam sebuah elemen visual.

d. Tipografi

Di dalam desain grafis, Tipografi didefinisikan sebagai suatu proses seni untuk

menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Oleh karena itu, menyususn

meliputi merancang bentuk hururf cetak hingga merangkainya dalam sebuah

komposisi yang tepat untuk memperoleh suatu efek tampilan yang dikehendaki.

Huruf cetak memang huruf yang akan dicetakkan pada suatu media tertentu, baik

79

menggunakan mesin cetak offset, mesin cetak desktop, cetak sablon pada body

pesawat terbang, bordir pada kostum pemain sepak bola, maupun publikasi di

halaman web.

Desain komunikasi visual tidak bisa lepas dari tipografi sebagai unsur

pendukungnya. Perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh faktor budaya

serta teknik pembuatan. Karakter tipografi yang ditimbulkan dari bentuk hurufnya

bisa dipersepsikan berbeda. Pemilihan huruf tidak semudah yang dibayangkan,

ribuan bahkan jutaan jumlah huruf menyebabkan desainer harus cermat dalam

memilih tipografi yang tepat untuk karyanya.

Rangkaian hururf dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja bisa berarti suatu

makna yang mengacu kepada sebuah objek atau gagasan, tetapi juga memiliki

kemampuan untuk menyuarakan suatu citra atau kesan secara visual. Hal itu

dikarenakan terdapatnya nilai fungsional dan nilai estetika dalam suatu huruf.

Pemilihan jenis hururf disesuaikan dengan citra yang ingin diungkapkan.

Lazlo Moholy berpendapat bahwa tipografi adalah alat komunikasi. Oleh

karena itu, tipografi harus bisa berkomunikasi dalam bentuknya yang paling kuat,

jelas (clarity), dan terbaca (legibility). Eksekusi terhadap desain tipografi dalam

rancang grafis pada aspek legibility akan mencapai hasil yang baik bila melalui

proses investigasi terhadap makna naskah, alasan-alasan kenapa naskah harus

dibaca, serta siapa yang membacanya.

Pengaruh teknologi digital pada intinya tidak mengubah fungsi hururf sebagai

perangkat komunikasi visual. Teknologi komputer menyajikan spektrum dalam

peyampaian pesan lewat huruf, mencitrakan sebuah gaya yang memiliki korelasi

dengan khalayak tertentu, di mana desain grafis memiliki kebebasan untuk

80

menciptakan visualisasi pesan dengan huruf, tidak hanya untuk dibaca, tetapi juga

mengekspresikan suasana atau rasa.