Post on 19-Feb-2016
description
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Klimatologi pertanian merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan tentang
hubungan antara keadaan cuaca dan problema-problema khusus kegiatan
pertanian, terutama membahas pengaruh perubahan cuaca dalam jangka pendek.
Pengamatan dan penelaahan ditekankan pada data unsur cuaca mikro yakni
keadaan dari lapisan atmosfer permukaan bumi kira-kira setinggi tanaman atau
obyek pertanian tertentu yang bersangkutan. Selain itu dalam hubungan yang
luas, klimatologi pertanian mencakup pula lama musim pertanian, hubungan
antara laju pertumbuhan tanaman atau hasil panen dengan faktor atau unsur-unsur
cuaca dari pengamatan jangka panjang.(Sudira, 2004 ).
Iklim merupakan karakteristik cuaca pada suatu wilayah yang didasarkan
atas data yang terkumpul selama kurun waktu yang lama (sekitar 30
tahun). Klimatologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang iklim. Menelaah
tentang karakteristik iklim antar wilayah. Kajiannya ditekankan pada rata-rata
dari unsur- unsur iklim yang menjadi ciri dari suatu wilayah. Sedangakan
cuaca adalah kondisi atmosfer yang dinamis, dan dapat berubah-ubah dalam
waktu yang singkat (dalam hari/jam). ( Sudira, 2004 )
Dalam menentukan iklim dan cuaca suatu wilayah maka diperlukan
data mengenai kondisi wilayah tersebut. Setelah data didapatkan ternyata data
iklim tidak dapat langsung digunakan dalam analisis lebih lanjut karena data
iklim harus diuji terlebih dahulu homogenitasnya atau konsistentensinya agar
didapatkan data yang konsisten dan tidak diragukan lagi kebenarannya.
Dalam pencatatan data iklim sering terjadi peyimpangan –
penyimpangan yang akan menyebabkan data yang didapat tidak konsisten dan
memiliki banyak kecacatan. Penyimpangan – penyimpangan tersebut yakni
kerusakan alat, kesalahan karena perubahan letak peralatan, kesalahan karena
keteledoran pengamat, data yang rusak atau hilang dan perubahan keadaan
lingkungan yang mendadak. ( Sudira, 2004 ).
1
Maka dalam menentukan iklim sangat memerlukan data yang pasti dan
tidak terjadi penyimpangan karena hal itu akan berpengaruh dalam analisis
selanjutnya sehingga proses homogenitas data iklim sangat diperlukan dalam
memastikan suatu data iklim tidak terjadi penyimpangan. Berdasarkan hal
tersebut praktikum klimatologi mengenai homogenitas data klim perlu dilakukan.
( Sudira, 2004 )
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang homogenitas data iklim adalah
menentukan homogenitas data temperatur dan hujan
1.3 Manfaat
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diharapkan para peserta
praktikum dapat mengetahui fungsi dari homogenitas data iklim dan dapat
menentukan homogenitas data iklim khususnya pada data temperatur dan curah
hujan seperti yang telah dilakukan pada praktikum kali ini.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Klimatologi dan Agroklimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata cuaca yang
terjadi pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang sama. Cuaca merupakan
keadaan fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu dalam jangka pendek.
Klimatologi pertanian ialah cabang ilmu iklim atau cuaca terapan yang
mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di atmosfer (unsur-unsur
cuaca) dan proses pertanian. Tercakup didalamnya antara lain hubungan antara
faktor iklim dengan produksi pertanian. Sasaran yang hendak dicapai oleh
klimatologi pertanian ialah untuk memahami dan mengkaji proses-proses yang
terjadi pada perubahan lingkungan fisik disekitar organisme pertanian akibat
perkembangan organisme tersebut serta dampak perubananya bagi organisme itu
sendiri. (Benyamin.1994)
Unsur-unsur cuaca yang diamati dalam klimatologi pertanian meliputi:
radiasi matahari, suhu, kelembaban nisbi udara, tekanan udara, evaporasi, curah
hujan, angin,awan dan lain-lain. Sedangkan unsur pertanaian yang diamati
tergantung pada tujuan peneliat pertanian tersebut seperti : fase pertumbuhan
tanaman, produksi tanaman, serangan hama dan penyakit dan lain-lain. (Handoyo,
2008). Agroklimatologi berasal dari kata Agro: tanaman dan Klimatologi: ilmu
iklim. Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan
antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Yang dipelajari
dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan
di dalam kehidupan tanaman. Kita akan mempelajari bagaimana agar
fotosintesis bias tinggi, respirasi optimal, transpirasi normal, sehingga hasil bisa
tinggi. Arah dari ilmu ini adalah bagaimana fotosintesis bisa lebih
tinggi dari Respirasi yang dipengaruhi unsur udara dan ai (Prawirowardoyo,
S. 1996).
Ruang lingkup agroklimatologi adalah Atmosfer : kumpulan berbagai
gas yang menyelubungi hidrosfer, Hidrosfer : ruang berisi air terutama lautan,
Litosfer: ruang yang berisi zat padat berupa batuan bola bumi mengalami rotasi
danrevolusi:, Rotasi adalah perputaran bumi pada sumbunya yang menyebabkan
3
terjadinya siang dan malam, sedangkan revolusi adalah perputaran
bumi mengelilingi matahari yang menyebabkan terjadinya perbedaan
iklim. (Prawirowardoyo, S.1996).
Iklim merupakan satu sumber daya alam yang cukup penting
untuk membentuk lahan maupun dalam berbagai aktivitas makhluk hidup. Iklim
terdiri atas beberapa anasir penyusunnya antara lain : suhu dan kelembaban
udara, radiasi matahari, curah hujan, kecepatan angin, evaporasi, dan lain-lain.
Salah satu anasir iklim yang cukup penting di kawasan tropika adalah curah
hujan, terutama dalam sebarannya per tahun, sering curah hujan melimpah
bahkan menimbulkan banjir, (melebihi daya tampung) tetapi sering pula
terdengar bahaya kekeringan disana-sini pada lain kesempatan (Aminah dan
Attaqi, 1983). Sebagai suatu gejala alam, iklim berimplikasi skala global dan oleh
sebab itu pengendaliannya berada diluar kemampuan manusia. Satu-satunya jalan
yang bisa ditempuh adalah penyesuaian segala tindakan pada keadaan iklim. Ini
hanya bisa dilakukan bila iklim dan embutannya (fluktuasinya) diketahui disetiap
tempat pada setiap waktu. Walaupun penyesuaian ini tidak akan serasi
sepenuhnya namun merupakan salah satu jalan untuk menciptakan pertanian yang
tangguh,yaitu tahan gocangan iklim dan lentur menghadapi goncangan lainnya
(Benyamin Lakitan.1994).
Informasi mengenai kejadian-kejadian ekstrim misalnya curah
hujan,gempa bumi dan lain-lain sangat banyak yang memerlukannya, maka
untukmeningkatkan peayanan jasa meteorologi dan geofisika diperlukan suatu
metodeyang dapat digunakan untuk mengestimasi kejadian-kejadian ekstrim
(Waryono.1987)
Pesawat-pesawat metorologi dapat bekerja secara alami, artinya
dapatmengukur gejala-gejala cuaca apabila pesawat-pesawat tersebut
dipergunakansecara tepat. Banyak faktor yang mempengaruhi
ketepatan kerja pesawatmeteorologi. Pertama faktor alam itu sendiri, kedua
faktor bentuk dan wujud benda (padat, cair, gas), dan ketiga faktor manusia yang
mengamati gejala kerjapesawat itu (Waryono.1987)
Pesawat-pesawat cuaca itu ada yang harus langsung oleh
matahri, bangunan (building), pohon-pohon, atau bahaya alamlainnya.
4
Pesawat-pesawat tersebut harus dari pengaruh langsung pemantulan
panas dari penyinaran matahari. Untuk memenuhi persyaratan ini orang membuat
sangkar atau gubuk cuaca (meteorologi box). Sangkar cuaca tersebut
harus memiliki dinding yang tidak menyerap radiasi matahari, tetapi
udara dapat berhubungan bebas (ventilasi cukup). Kebanyakan sangkar cuaca
itu ditempatkan di lapangan terbuka, datar, bervegetasi rumput pendek, dan dicat
putih. Dalam sangkar cuaca dapat ditempatkan Barograf, Termograf,
Hidrograf,Termohidrograf (kombinasi), Termometer maksimum, Termometer
minimum,dan Psikrometer (Hanafi. 1988).
Ada alat yang boleh atau harus ditempatkan terkena radiasi
matahari,seperti Shunsing-recorder. Sedangkan Rain-gauga harus bebas
menangkap curahan air hujan. Mangkuk anemometer dan Wind-direction
ditempatkan 10-15meter diatas permukaan tanah (Hanafi. 1988).
Termometer tanah harus terhindar dari penyinaran langsung
matahari sebab fungsinya untuk mengukur suhu tanah, tetapi harus juga
terhindar dari gangguan dalam tanah. Untuk ini termometer tersebut (50
dan 100 cm) ditempatkan dalam tabung logam yang dibenamkan dalam tanah
(Hanafi. 1988).
Tidak semua alat itu dapat mengadakan recording di lapangan
terbuka,karena terhindar dari hujan dan radiasi matahari. Pesawat-pesawat
tersebut harus diletakkan disuatu ruang tertutup dan laboratorium, tetapi dapat
bekerja karena dihubungkan dengan transmitter oleh kabel magnetik. Alat
atau pesawat dilaboratorium tersebut ialah Combination Anemometer,
Electronic Polyrecorder, Rain Gauge (recorder), dan pesawat atau alat
meteorologi kecil seperti Anoroid Barometer, Psycrometer, Barometer Standard,
Altimeter, dan Chronometer serta semua perlengkapan recording dan juga
komputer sangat penting untuk mengolah data meteorologi (Hanafi. 1988).
2.2 Definisi Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu
yang relatif sempit dan dalam jangka waktu yang singkat. Cuaca terbentuk dari
gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja.
5
Misalnya pagi hari, siang hari, atau sore hari dan keadaannya dapat berbeda-beda
untuk setiap temat serta setiap jamnya. Di departemen indonesia keadaan cuaca
selalu di informasikan untuk jangka waku sekitar 24 jam melalui prekiraan cuaca
hasil analisis BMG.
Iklim adalah keadaan cuaca rata – rata dalam waktu satu tahun yang
penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama ( minimal 30 tahun) dan
meliputi wilayah yang luas. Matahari adalah kendali iklim yang sangat
penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut.
Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat dan air, tekanan tinggi
dan rendah, massa udara, pegunungan serta arus laut dan badai.(Sudira.2004).
2.3 Definisi Homogenitas
Untuk mengukur keadaan cuaca atau iklim perlu adanya homogenitas
antar pengukuran dan hasil yang diukur sehingga keakuratan data akan didapat
dalam melakukan pengukuran dan error pun akan ditekan sekecil
mungkin. Data iklim/cuaca (temperatur dan hujan) sebelum digunakan dalam
analisis lebih lanjut, harus lebih dahulu diuji terdahulu homogenitasnya atau
konsistensinya. Pencatatan data iklim sering mengalami penyimpangan dan
kesalahan. (Sudira.2004).
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya
variansi- variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas bertujuan untuk
mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians
yang sama atau tidak. Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan
data yang kita teliti memiliki karakteristik yang sama. Sebagai contoh, jika kita
ingin meneliti sebuah permasalahan misalnya mengukur pemahaman siswa untuk
suatu sub materi dalam pelajaran tertentu di sekolah yang dimaksudkan
homogen bisa berarti bahwa kelompok data yang kita jadikan sampel pada
penelitian memiliki karakteristik yang sama, misalnya berasal dari tingkat kelas
yang sama. ((Sudira.2004).)
Perhitungan uji homogenitas dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
metode, beberapa yang cukup populer dan sering digunakan oleh penulis adalah :
6
Uji Bartlett
Uji Varians (Uji F)
Uji Levene
2.4 Uji Homogenitas Temperatur dan Curah Hujan
1. Uji Bartlett
Uji Bartlett digunakan untuk menguji apakah k sampel berasal dari
populasi dengan varians yang sama. k sampel bisa berapa saja. karena biasanya uji
bartlett digunakan untuk menguji sampel/kelompok yang lebih dari 2. Varians
yang sama di seluruh sampel disebut homoscedasticity atau homogenitas varians.
Uji bartlett pertama kali diperkenalkan oleh M. S. Bartlett (1937). Uji bartlett
diperlukan dalam beberapa uji statistik seperti analysis of variance (ANOVA)
sebagai syarat jika ingin menggunakan Anova. Berdasarkan info dari wikipedia uji
barlett ini dinamai Maurice Stevenson Bartlett. Selain uji bartlett terdapat uji
lavene yang fungsinya sama yaitu mengetahu homogenitas varians. Untuk Kali ini
akan dicoba mencoba membahas uji bartlett.
Uji Bartlett merupakan metode pengujian homogenitas varian. Pada
pengujian ini terdapat syarat data harus berdistrbusi normal. Pengujiannya adalah
sebagai berikut.
H0 : (data homogeny)
H1 : paling sedikit ada satu yang tidak sama
Statistik uji :
Dimana
7
Kesimpulan : H0 ditolak jika (Walpole, 1995).
2. Uji Varians (Uji F)
3. Uji Lavene
Uji Levene juga merupakan metode pengujian homogenitas varians yang
hampir sama dengan uji Bartlet. Perbedaan uji Levene dengan uji Bartlett yaitu
bahwa data yang diuji dengan uji Levene tidak harus berdistribusi normal, namun
harus continue.
H0 : (data homogen)
H1 : paling sedikit ada satu yang tidak sama
Statistik uji :
Zi = median data pada kelompok ke-i
Z.. = median untuk keseluruhan data
Kesimpulan : Ho ditolak jika .
4. Uji Run Test
Analisis Runs Test sebenarnya termasuk dalam kategori statistik
nonparametrik. Uji Runs Test bisa digunakan untuk menguji pada kasus
satu sampel. Pengujian dengan metode ini untuk kasus satu sampel. Prosedur run
test dilakukan untuk data bertingkat dari nilai variabel yang acak. Suatu run
seperti berisan observasi. ( Benyamin, 1994 ).
5. Uji Buishand
Uji Buishand dihitung oleh yang merupakan jumlah parsial dari deret yang
diberikan seperti persamaan :
S0* = 0 Sk
* = Yi - Y
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
H0 : tidak ada perubahan yang signifikan dalam series
H1 : ada perubahan yang signifikan dalam series
8
Series akan homogen apabila tidak ada perubahan signifikan dalam rata -
rata, dimana perbedaan antara dan akan berfluktuasi di sekitar nol, karena tidak
ada penyimpangan sistematis dari nilai - nilai sehubungan dengan mean yang akan
muncul. Jika perubahan terjadi pada tahun , maka mencapai maksimum atau
minimum dekat pada tahun . Signifikansi perubahan rata - rata diuji dengan
'rescaled adjusted range' R, yang merupakan perbedaan antara maksimum dan
minimum dari nilai oleh standar deviasi sampel :
Buishand menghitung nilai kritis untuk lebih sesuai terhadap perubahan di tengah
deret waktu.
2.5 Homogenitas Data Iklim
Iklim adalah karakteristik cuaca pada suatu wilayah yang didasarkan atas
data yang terkumpul selama kurun waktu yang lama (sekitar
30 tahun).Klimatologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang iklim.
Menelaah tentang karakteristik iklim antar wilayah. Kajiannya ditekankan pada
aras rata-rata dari unsur-unsur iklim yang menjadi ciri dari suatu wilayah. Cuaca
pada dasarnya merupakan kondisi atmosfer yang dinamis yang kapan saja bisa
mengalami perubahan.
Dalam pengamatan data iklim, perlu diperhatikan tentang macam dan
kondisi alat, cara pencatatan, waktu pengamatan, dan tata letak atau lay out alat-
alat yang digunakan, sehingga dapat mewakili kondisi fisik lingkungan. ( Guslim,
2009 )
Dalam agroklimatologi terdapat beberapa peralatan yang digunakan
dalam proses mengetahui unsure-unsur iklim. Metode statistik dan
persamaan matematika dapat juga dimanfaatkan dalam agroklimatologi untuk
mempermudah dalam menelaah sifat-sifat iklim yang kompleks. Dengan analisis
statistik dan matematik data dapat disederhanakan, ciri-ciri unsur iklim dapat
dipelajari dan dianalisis sehingga mempermudah penelaahan informasi yang
terkandung dalam data. ( Ritawati, 2013 )
Setelah data didapatkan, data iklim tidak dapat langsung digunakan
9
dalam analisis lebih lanjut karena data iklim harus diuji terlebih dahulu
homogenitasnya atau konsistentensinya agar didapatkan data yang konsisten dan
tidak diragukan lagi kebenarannya.
Dalam pencatatan data iklim sering terjadi peyimpangan –
penyimpangan yang akan menyebabkan data yang didapat tidak konsisten dan
memiliki banyak kecacatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Kerusakan alat, maksudnya kerusakan alat pencatat data
iklim yang merupakan kerusakan atau perubahan beberapa fungsi
alat karena perubahan alami, seperti karatan dan sebagainya.
Kerusakan – kerusakan ini sering tidak terdeteksi sehingga data yang
dihasilkan mengalami penyimpangan.
2. Kesalahan karena perubahan letak peralatan, maksudnya adalah
kesalahan yang dapat menyebabkan perubahan fungsi ruang terhadap
data pengamatan.
3. Kesalahan karena keteledoran pengamat, maksudnya adalah
kesalahan yang terjadi karena pengamat mengalami kesulitan untuk
melakukan pencatatan data seperti karena hujan lebat, gempa bumi
dan sebagainya.
4. Data yang hilang atau rusak, maksudnya adalah data yang telah
diperolah mengalami kerusakan sehingga tidak dapat digunakan
karena beberapa hal penting dalam data tersebut menghilang.
5. Perubahan keadaan lingkungan yang mendadak, maksudnya
adalah perubahan alam secara alami dan tidak dapat di prediksi bahkan
ekstrim sehingga data yang didapat tidak sesuai perkiraan. ( Ritawati,
2013 )
Untuk menguji homogenitas data teperatur dilakukan dengan uji run test.
Rata – rata temperatur tahunan dihitung, kemudian dibandingkan dengan rata –
rata temperatur secara keseluruhan selama tahun pengamatan. Apabila rata – rata
tahunan lebih besar daripada rata – rata keseluruhan, maka diberi tanda (+) dan
sebaliknya diberi tanda (-), jumlah pasangan tanda (+) dan (-) dan diberi
tanda (U).
Untuk mengetahui homogenitas data hujan dipergunakan metode
10
buishand dalam Sri Harto ( 1993 ).Metodenya disebut RAPS ( Rescaled Adjusted
Partical Sums )
k** = Sk*/Dy ; K = 0,1,2,....n
Sk* = ∑ ( Yi – Y ) ; K = 1,2,..n
Dy² = ∑ ( Yi – Y )²/ n
Nilai statistik Q Q = Maks [ Sk** ]
Nilai Statistik R R = Maks Sk** - Min Sk**
Apabila nilai Q/√n atau R/√n hitung lebih kecil daripada Q/√n atau R/√n
tabel, maka datanya homogen. ( Ritawati, 2013 )
11
III. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum yang berjudul Homogenitas Data
Iklim adalah pulpen, buku tulis, kalkulator. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah data dari stasiun agroklimat yang mencakup temperatur dan curah hujan.
3.2 Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum yang berjudul Homogenitas Data Iklim yaitu sebagai
berikut :
Sk ** = Sk */Dy : k = 0, 1, 2, 3,………n
Sk * = ∑ (Yi –Y)2 : k = 1, 2, 3,…………n
Dy2= ∑ (Yi – Y)2/n
Nilai statistic Q → Q = maks | Sk ** |
0 ≤ K ≤ n
Nilai statistik R → R = maks Sk ** - min Sk**
0 ≤ K ≤ n
3.3 Analisis Data
Analisis data dalam praktikum yang berjudul Homogenitas Data Iklim
terlampir.
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Uji Homogenitas Data Temperatur
Tahun Temperatur
(oC)
Rata-rata
(26,32oC)
Tanda
1999 26,59 > +
2000 25,09 < _
2001 26,14 < _
2002 25,73 < _
2003 26,28 < _
2004 26,95 > +
2005 26,43 > +
2006 26,76 > +
2007 26,75 > +
2008 26,89 > +
2009 26,25 < _
2010 26,12 < _
2011 26,71 > +
2012 25,81 < _
Tabel 1.2 Uji Homogenitas Data Curah Hujan
Tahun Yi (Yi- Y) SK * SK **
1999 56,6 22,68 22,7 0,402
2000 0,0 -33,92 -10,55 -0,19
2001 1,4 -32,52 -43,07 -0,76
2002 2,5 -31,42 -74,49 -1,322
2003 146,2 112,28 37,79 0,67
2004 146,2 112,28 150,07 2,6613
U
U
U
U
U
2005 0,0 -33,92 116,15 2,06
2006 0,0 -33,92 82,23 1,46
2007 1,1 -32,82 49,71 0,9
2008 0,0 -33,92 15,49 0,3
2009 0,0 -33,92 -18,43 -0,33
2010 120,9 86,98 68,55 1,22
2011 0,0 -33,92 34,63 0,61
2012 0,0 -33,92 0,71 0,013
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diharapkan para peserta
praktikum dapat mengetahui fungsi dari homogenitas data iklim dan dapat
menentukan homogenitas data iklim khususnya pada data temperatur dan curah
hujan seperti yang telah dilakukan pada praktikum kali ini.
Homogenitas data iklim adalah suatu tolak ukur bahwa suatu data iklim
telah memenuhi standar atau layak untuk digunakan pada analisis pada
tahap selanjutnya karena dalam pengumpulan dan pengukuran data
iklim tidak dipungkiri bila terdapatnya kesalahan atau penyimpangan
penyimpangan dalam hasil yang didapatkan dan penyimpangan tersebut
dapat diakibatkan oleh beberapa hal seperti kerusakan alat yang menyebabkan
perbedaan pengukuran dalam proses pengumpulan data, kesalahan karena
perubahan letak peralatan perubahan ini menyebabkan perubahan fungsi ruang
terhadap data pengamatan maksudnya peralatan agroklimat haruslah ditempatkan
pada tempat yang sangat khusus atau dalam posisi yang telah diperhitungkan
bahwa dalam posisi tersebut alat agroklimat dapat mendapatkan hasil
pengukuran yang optimal sehingga data yang didapat memiliki tingkat resiko
kecacatan sangat sedikit bila terjadi perubahan maka tingkat kecacatan data
semakin berubah letak peralatan maka tingkat resiko kecacatan akan semakin
besar, kesalahan karena keteledoran pengamat kesalahan ini sering terjadi karena
pengamat mengalami kesulitan untuk melakukan pencatatan data seperti karena
hujan lebat atau gempa bumi atau sebagainya, data yang rusak atau hilang hal ini
14
menyebabkan hilangnya patokan atau hilangnya pembanding dalam
pengumpulan data iklim karena data yang telah lebih dahulu ada digunakan
sebagai pembanding data yang baru terkumpul untuk mengetahui perbedaan
yang terjadi antara kedua data tersebut bila datanya hilang maka tidak ada
pembanding dan tidak bisa dikatakan bahwa data yang didapat telah benar
karena tidak memiliki pembanding, dan perubahan keadaan lingkungan
yang mendadak ini adalah faktor yang mempersulit para pengamat dalam
mengumpulkan data iklim karena perubahan keadaan lingkungan yang mendadak
akan menyebabkan hasil data yang terkumpul punjauh berbeda dari data
sebelumnya.
Berdasarkan hasil tabel 1.1 yakni mengenai homogenitas data temperatur
dapat diperoleh hasil bahwa data temperatur yang didapat merupakan termasuk
data yang homogen yang dapat digunakan untuk analisis data lebih lanjut, hasil
tersebut diperoleh dari beberapa proses perhitungan yakni keseluruhan data
temperatur pada bulan september di dirata - ratakan sehingga mendapat
temperatur rata- rata pada bulan september, temperatur rata-rata pada bulan
temperatur tersebut berguna untuk sebagai pembanding temperatur setiap tahun
bila temperatur di suatu tahun lebih kecil dari pada temperatur rata-rata maka
kita berikan tanda ( - ) sedangkan bila temperatur di suatu tahun lebih besar
daripada temperatur rata – rata maka kita berikan tanda (+).
Pemberian tanda tersebut berguna untuk menentukan banyaknya nilai U,
nilai U itu sendiri didapat dari perpaduan tanda + dan – seperti pada tahun
1999 dan 2000 terdapat nilai U, begitu juga pada tahun 2003-2004 dan 2008-
2009 dan 2010-2011 serta 2011-2012 terdapat nilai U. Dari hasil tabel didapat
sebanyak 5 nilai U dengan jumlah data 14. Data hasil perhitungan kemudian
dibandingkan dengan data pada tabel nilai U untuk data homogen. Hasil akhirnya
adalah data yang didapat adalah data yang homogen sebab data
perhitungan dengan jumlah 14 dan nilai U sebanyak 5 sesuai dengan data tabel
yaitu pada jumlah 14 dengan range U 5 – 10.
Berdasarkan hasil yakni mengenai homogenitas data curah hujan pada
bulan september dapat diperoleh hasil bahwa data curah hujan yang didapat
merupakan data yang homogen dan data tersebut dapat digunaan untuk
15
analisis data lebih lsnjut, hasil tersebut diperoleh dari beberapa proses
perhitungan dengan menentukan rata–rata curah hujan pada bulan september,
setelah mendapatkan hasil rata-rata curah hujan kemudian kita menentukan
standar deviasi yang nantinya akan berguna dalam perhitungan Sk**.
Setelah itu menentukan nilai Sk* dengan cara curah hujan pada suatu
tahun misalnya tahun 1999 dikurangi dengan rata-rata curah hujan
keseluruhan kemudian untuk data nomer 2 yaitu Sk* tahun 2000 dalam
menentukan Sk*(2) dengan cara curah hujan pada tahun 2000 dikurangi dengan
rata-rata curah hujan keseluruhan dan kemudian ditambah Sk*(1) begitu pun
seterusnya untuk data misalnya nomer 5 yaitu Sk* (5) tahun 2003, curah
hujan pada tahun 2003 dikurangi dengan rata-rata curah hujan keseluruhan
kemudian ditambah Sk* (4). Setelah kita mendapatkan rataan curah hujan
keseluruhan, nilai standar deviasi dan Sk* maka langkah selanjutnya adalah
menentukan Sk**(n) dengan cara Sk*(n) dibagi dengan standar deviasi dan
kemudian hitung semua tahun satu per satu dengan rumus tersebut sampai tahun
ke 2012, misalnya untuk menentukan Sk** tahun 1999 dengan cara Sk*
tahun 1999 dibagi dengan standar deviasi begitu pun untuk tahun – tahun
selanjutnya hanya dengan mengganti Sk* setiap tahun dan dihitung satu per satu.
Akhirnya kita menentukan apakah data yang kita miliki homogen atau
tidak dengan cara menentukan Q/√n yaitu Sk** Maks dibagi dengan akar
banyaknya data dan menentukan R/√n yaitu Sk** Maks dikurangi Sk** min.
Apabila nilai Q/√n atau R/√n hitung lebih kecil daripada Q/√n atau R/√n tabel,
maka datanya homogen. Hasil dari data ini adalah Q/√n pada tabel adalah
2,65 dari tabel 95% dan n=14 sedangkan Q/√n hitung yaitu 0,70 sehingga Q/√n
hitung lebih kecil dari Q/√n tabel dan membuat data tersebut homogen dan
R/√n pada tabel adalah 2,64 dari taberl 95% dan n=14 sedangkan R/√n hitung
yaitu 0,71 sehingga R/√n hitung lebih kecil dari R/√n tabel dan membuat
tersebut homogen.
16
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Iklim adalah keadaan cuaca rata – rata dalam waktu satu tahun yang
penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama ( minimal 30 tahun) dan
meliputi wilayah yang luas. Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan
di wilayah tertentu yang relatif sempit dan dalam jangka waktu yang singkat.
Dalam menentukan iklim dan cuaca suatu wilayah maka diperlukan data
mengenai kondisi wilayah tersebut. Setelah data didapatkan ternyata data iklim
tidak dapat langsung digunakan dalam analisis lebih lanjut karena data iklim
harus diuji terlebih dahulu homogenitasnya atau konsistentensinya agar
didapatkan data yang konsisten dan tidak diragukan lagi kebenarannya.
Dalam pencatatan data iklim sering terjadi peyimpangan –
penyimpangan yang akan menyebabkan data yang didapat tidak konsisten dan
memiliki banyak kecacatan. Penyimpangan – penyimpangan tersebut yakni
kerusakan alat, kesalahan karena perubahan letak peralatan, kesalahan karena
keteledoran pengamat, data yang rusak atau hilang dan perubahan keadaan
lingkungan yang mendadak.
Maka dalam menentukan iklim sangat memerlukan data yang pasti dan
tidak terjadi penyimpangan sangat diperlukan karena hal itu akan berpengaruh
dalam analisis selanjutnya sehingga proses homogenitas data iklim sangat
diperlukan dalam memastikan suatu data iklim tidak terjadi penyimpangan.
5.2 Saran
Diharapkan praktikan dapat memahami proses perhitungan data iklim
temperatur dan curah hujan serta memperhatikan pada saat asisten laboratorium
menjelaskan supaya mampu dan bisa menyelesaikan perhitungan iklim.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abujamin Ahmad Nasri. 1978. Beberapa Alat Pengukur Cuaca di Stasiun
Klimatologi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Benyamin, Lakitan. 1994 Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta : PT Raja
Grafindo
Persada.
Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.
Hanafi. 1988. Klimatologi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung
Prawiro wardoyo, Susilo 1996. Meteorologi. ITB. Bandung.
Ritawati, Sri. 2013. Petunjuk Praktikum Klimatologi Pertanian Fakultas
Pertanian. UNTIRTA : Banten.
Sudira, Putu. 2004. Handout Klimatologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Waryono, dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. PT Bina Ilmu.
Surabaya.
18
Thermo Hygrometer