Post on 30-Mar-2019
M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h
A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0 W W W . U K I . C A U K I T O R O N T O
GEREJA
St. Anselm’s Church
1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood)
Toronto
ON M4G 3H3
Ph: (416) 485-1792
Subway Stn:
Davisville
Redaksi:
Angelina Hanapie
Julian Wibowo
Christine Budihardjo
Randy Danurahardja
Novius Handy
Penasehat:
Rm. J. Juliwan M. SCJ
Alamat Redaksi:
c/o Priests of the
Sacred Heart
58 High Park Blvd.
Toronto
ON M6R 1M8
Email:
redaksi@uki.ca
Rm. Antonius Purwono SCJ Pastor Pamong UKI,
2013-2014
Thank You
“...in Rome”
Buona Fortuna
Pastor Pamong Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ,
(647) 532.1318 jjuliwan@gmail.com
Deacon Deacon Val Danukarjanto,
(416) 497.2274 danu@sympatico.ca
DEWAN PENGURUS UMAT KATOLIK INDONESIA
Koordinator Damianus Indyarta, (416) 284.4707
koordinator@uki.ca
Sekretaris Christianita Kuswoyo,
(647) 774.3801 sekretaris@uki.ca
Bendahara
Evy Patuwo, (647) 323.3525 bendahara@uki.ca
WILAYAH TIMUR
Ketua Wilayah Harty Tantono-Doyle, (647) 533.6246
east@uki.ca Seksi Liturgi
Gabriella Eufrasia Laniewati, (647) 345.3896 liturgyukieast@yahoo.ca
Seksi Bina Iman Natalia Yurita Saputra, (647) 293-5338
yuritalauw@yahoo.com Seksi Sosial
Lusia Lie lielusia@gmail.com, (416) 903.9718
Seksi Rumah Tangga Isabella Iman, (416) 838.6282
isabella_iman@yahoo.ca Usher
Janto Dinoto, (416) 402.7106 jantodinoto@yahoo.ca
WILAYAH BARAT
Ketua Wilayah Michael Karta Lanson, (416) 917.3888
west@uki.ca Seksi Liturgi
Stephanus Limpi, (416)827.2800 liturgyukiwest@yahoo.ca
Seksi Bina Iman Sri Ratna Sari Djunaedi, (647) 404.8901
sari6888@gmail.com Seksi Sosial
Christine Tanuwijaya, (647) 818.2608 yudhi08@yahoo.com
Seksi Rumah Tangga Rica Hendra, (647) 994.7789
gissy_h@yahoo.com Usher
Diana Lucas, (416) 824.4069 dianarusdin@yahoo.com
BIDANG KHUSUS
Mudika, Felicia Wirahardja mudikatoronto@gmail.com
PELAKSANA KHUSUS
Ketua Lektor
Lilian Tjokro, (905) 887.9546 lilian.tjokro@rogers.com
Ketua Sakristan/Pembagi Komuni Hendry Wijaya, (416) 450.6536
hendry.wijaya@rogers.com Ketua Altar Server
Budiman Widjaja, (416) 250.1655 budiman.widjaja@intria.com
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIADIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIADIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA 17 AGUSTUS 1945 17 AGUSTUS 1945 17 AGUSTUS 1945 --- 17 AGUSTUS 201617 AGUSTUS 201617 AGUSTUS 2016
Foto courtesy of KJRI Toronto
A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0 H A L A M A N 3
Bersambung ke halaman 4,
ealita dunia sekarang ini...
Mata dan telinga kita
sekarang ini selalu
memandang dan
mendengarkan banyak kejadian dan
peristiwa yang menegangkan. Sajian
berita, baik melalui surat kabar,
televisi atau media elektronik lainnya,
hampir selalu
menampilkan
berita yang
menyedihkan.
Semuanya itu
membuat kita
berpikir, apa
yang sedang
terjadi di dalam
dunia kita
sekarang ini?
Mengapa
semuanya itu
terjadi? Semua
kejadian itu
mengajak kita
untuk sungguh
merenungkan
keadaan dunia
kita dan juga diri
kita masing-masing.
Tidak perlu melihat terlalu
jauh ke negara lain, kota lain atau
daerah lain untuk melihat berbagai
situasi yang menyedihkan itu. Kita
bisa mulai dari keluarga atau rumah
kita masing-masing, yang paling
dekat dengan kita. Kita masing-
masing juga mempunyai pengalaman
yang tidak selalu indah dan
menggembirakan. Terkadang juga
terjadi konflik, keributan bahkan
pertengkaran yang keras dalam
kehidupan kita bersama. Bahkan kita
mendengar juga ada keluarga yang
hancur, perkawinan yang retak dan
perceraian. Hingga juga sampai pada
hidup beriman, karena anak-anak
mulai menjauh dari Gereja dan juga
dari Tuhan. Semua realita itu
membuat kesedihan dan terkadang
juga kekecewaan hingga ada yang
merasa putus asa.
Namun demikian, kita tidak
boleh hanya melihat semua kejadian
yang mencekam dan menyedihkan
itu. Kita pun harus mampu membuka
mata dan telinga untuk begitu banyak
hal baik yang terjadi setiap hari.
Terkadang semua yang baik itu kita
biarkan berlalu dan menjadi biasa saja
sehingga tidak lagi direnungkan dan
disyukuri. Lihatlah mulai dari diri kita
sendiri, betapa luar biasanya karunia
Tuhan bagi kita. Melalui kesehatan,
rejeki dan semua kebutuhan hidup
yang tercukupi sampai hari ini,
bukankah semuanya itu anugerah
yang perlu selalu disyukuri. Begitu
juga kehidupan dalam keluarga
dengan kesetiaan yang masih tetap
terus bertahan. Kehidupan bersama
yang indah dengan berbagai
kebersamaan dan dukungan satu sama
lain. Begitu pula dalam kehidupan
bersama di dunia ini, yang begitu
kaya dan menakjubkan. Diperlukan
mata jasmani dan mata hati untuk
melihat dan sungguh menyadarinya
supaya kehidupan kita menjadi
sungguh seimbang dan tidak berat
sebelah.
Kasih yang terus mengalir...
Kita sungguh bersyukur akan
pribadi Paus Fransiskus yang begitu
menakjubkan kita semua serta dunia.
Tentu saja beliau melakukan sesuatu
bukan supaya dilihat orang untuk
dipuji, namun untuk diteruskan oleh
semua orang lain. Kita bisa mengikuti
perjalanan
beliau setiap
hari dan apa
yang
dilakukannya.
Dengan tenang
Paus
melakukan
berbagai
kegiatan
sederhana dan
langsung
menyentuh
semua manusia
bahkan yang
tersingkirkan.
Paus
mengunjungi
penjara,
rehabilitasi tuna
susila, rumah sakit, tempat
pengungsian dan berbagai kegiatan
lainnya. Semua yang dilakukannya itu
hanya mempunyai satu tujuan, yakni
menghadirkan Kasih dan Belaskasih
Tuhan di tengah dunia.
Tindakan Paus Fransiskus ini
membuka mata kita akan kehadiran
Yesus sendiri yang adalah Kasih
sejati. Tuhan Yesus tidak hadir dalam
rupa manusia seperti dulu lagi, namun
Ia sungguh hadir di dalam KasihNya.
Kasih Tuhan itu hadir di dalam
pribadi semua orang yang mengikuti
dan mengimaniNya, itulah yang
seharusnya terjadi. Kita semua adalah
perpanjangan tangan Kasih Tuhan
bagi sesama kita, kita adalah
pembawa damai dan sukacita. Jika
kita menyadari hal ini dengan
sungguh, maka dunia ini akan
sungguh dipenuhi dengan Kasih dan
kedamaian. Perlulah kita semakin
Belaskasih Yang Membawa
Harapan
Berjuang menghadapi tantangan di jaman ini...
| oleh Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ |
R
H A L A M A N 4 A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0
Sambungan dari halaman 3, Belaskasih...
Bersambung ke halaman 11,
mengenal Tuhan Yesus dan menimba
kekayaan kasih dariNya. Menimba
setiap saat dan bukan hanya sekali,
maka diperlukan ketekunan dan
kesetiaan.
Paus Fransiskus telah
menjadikan Tahun 2016 ini sebagai
Tahun Belaskasih atau Kerahimam
Allah. Dengan hadirnya Tahun
Belaskasih ini, kita semua semakin
dibantu untuk mengalami Kasih Allah
yang begitu besar bagi kita. Semua
orang diajak untuk mengalami kasih
Tuhan melalui berbagai pengalaman
hidupnya. Kasih itu nyata di dalam
rahmat pengampunan yang diberikan
secara melimpah kepada semua orang
yang mau bertobat dan mendapat
kehidupan baru di dalam dirinya.
Gerakan kasih yang terjadi
dalam Gereja Katolik sekarang ini
merupakan gerakan untuk melawan
budaya kejahatan dan kematian yang
sedang melanda dunia kita sekarang
ini. Semua kejahatan hanya dapat
dikalahkan dengan kebaikan dan
kasih sejati. Keselamatan manusia
terjadi karena Yesus yang telah
memberikan diriNya sampai wafat di
salib, karena kasih. Dengan demikian
maut dan kejahatan dikalahkan
dengan kasih Yesus itu dan manusia
selamat. Maka masa depan dan
harapan bagi keselamatan manusia
sudah dibuka dengan lebar. Sekarang
diperlukan kita masing-masing untuk
mau menerima kasih itu dengan kasih
kita dan masuk ke dalam pintu Kasih
dan Keselamatan yang telah tersedia.
Pintu Harapan yang selalu
terbuka
Di tengah suramnya dunia
sekarang ini dengan berbagai kejadian
yang menyedihkan itu, ternyata masih
tetap selalu ada harapan. Pintu
Harapan itu selalu terbuka, yakni
pintu menuju kebahagiaan sejati dan
abadi. Harapan selalu menunjuk
kepada masa depan yang lebih baik
dan membahagiakan. Harapan ada
karena ada kepercayaan atau iman
kepada Tuhan yang Mahakasih.
Secara khusus Belaskasih
Tuhan itulah yang memberi kepada
kita semua pengharapan dan
keyakinan akan masa depan yang
cerah. Bagi Tuhan Yesus semua
adalah baik dan semua manusia
diundang untuk kembali dan tinggal
di Rumah BapaNya. Maka tidak ada
keraguan untuk melangkah memasuki
Pintu Harapan dan Iman. Jika Gereja
telah memberikan jalan dan Tuhan
telah membuka Pintu BelaskasihNya,
masihkah kita membiarkannya berlalu
begitu saja? Kita perlu bertanya diri
sekarang ini, apa yang telah kita
lakukan sejak dimulainya Tahun
Balaskasih ini? Diam saja atau
berbuat sesuatu untuk keselamatan
diri dan keluarga serta semua umat?
Priests of the Sacred Heart Regional Assembly Looks Toward The Future
From August 08 to 11 the Canadian Region met in Assembly at Ermitage Saint-Croix in Pierrefonds, Québec. In prepa-
ration for the Assembly the three communities of the Region had responded to a questionnaire that asked each of the
communities to take stock of its present composition and its ministries. Where would the community be in ten years? In
view of that future, what projects do we wish to maintain at all costs? Would the present community in its make-up still
be viable? What in our communities will need strengthening; what needs to be re-visioned, what provisions would need
to be made re-
garding the
members, the
house, finances,
care, support?
Each of the com-
munities pre-
sented their vi-
sion at the As-
sembly.□
|scjcanada.org| Top, Rm Johanes Juliwan Maslim SCJ, Rm Aegidius Warsito SCJ.
Bottom, Fr Rein van Leeuwen, SCJ. Rm Antonius Purwono SCJ Fr Jim Casper SCJ at the podium
A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0 H A L A M A N 5
eskipun sudah
dirayakan sejak
abad ke-4,
pengangkatan
Maria ke surga jiwa
dan badan baru ditegaskan secara
resmi sebagai bagian ajaran
kepercayaan iman pada tahun 1950.
Sekitar awal abad ke-20 di beberapa
kalangan para teolog berkembang
aliran berpikir yang pada dasarnya
menolak hal-hal yang tak bisa
diterangkan dengan akal budi dan
pengetahuan pada waktu itu.
Pendapat seperti ini meluas
pengaruhnya dalam Gereja, juga di
kalangan para rohaniwan. Salah
satu akibat dari cara berpikir ini
ialah penolakan adanya sisi-sisi
keramat dalam kehidupan,
termasuk perkara-perkara yang
biasa disebut mukjizat, dan tentu
saja tradisi mengenai Maria
diangkat ke surga langsung
sesudah wafatnya. Namun
pengalaman pahit dalam dua
perang dunia mengajarkan betapa
manusia sesungguhnya tidak
berdaya menghadapi sisi-sisi gelap
kemanusiaan sendiri. Berangsur-
angsur ketergantungan manusia
pada kekuatan ilahi makin disadari
kembali. Dalam hubungan ini
penegasan kepercayaan Maria
diangkat ke surga jiwa dan badan
itu menjadi pernyataan sikap resmi
Gereja untuk tidak mengikuti cara
berpikir yang tidak
memperhitungkan tindakan ilahi di
dunia. Penegasan ini juga
mengakhiri periode pertentangan
teologis di kalangan Gereja sendiri.
MARIA DIANGKAT KE
SURGA
Bagaimana kita sekarang dapat
mendalami makna perayaan Maria
diangkat ke surga? Merayakan
peristiwa itu dapat menjadi
ungkapan kepercayaan akan masa
depan kemanusiaan sendiri. Pada
satu saat nanti umat manusia
seluruhnya akan kembali berada
bersama dengan Tuhan di surga.
Hal ini sering digambarkan bakal
terjadi lewat “pemurnian” dengan
pelbagai cara seperti halnya tempat
penantian, pengadilan terakhir
yang memisahkan orang baik dari
orang jahat, atau pembersihan jiwa
kedosaan. Inti pemikirannya sama,
yakni satu ketika nanti kita akan
pulih menjadi warga firdaus
kembali dan masuk ke sana. Dan
kita percaya bahwa itu dapat terjadi
karena salah satu dari
kemanusiaan, yakni Maria, sudah
ada di sana dan kini ia melantarkan
doa-doa permohonan dari yang
biasa hingga yang aneh-aneh
kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Kita acapkali menyadari bahwa
Tuhan lebih mendengarkan kita –
berkat Maria – daripada kita
mendengarkan-Nya. Maria tahu
jalan-jalan menyampaikan doa kita
kepada Yang Mahakuasa.
Menurut Kitab Kejadian,
manusia dan istrinya diusir dari
firdaus karena melanggar larangan
memakan buah pengetahuan baik
dan buruk. Ini dosa. Dosa
membuat kemanusiaan merosot.
Sebelumnya mereka akrab dengan
dunia ilahi, dapat bercakap-cakap
dengan Tuhan. Manusia merasa
aman di hadapan-Nya. Tapi begitu
mereka sadar telah melanggar
larangannya mereka takut bertemu
dengan-Nya dan menyembunyikan
diri. Rasa saling percaya rusak dan
tidak lagi mereka dapat berdiam di
firdaus. Tuhan mengusir mereka
M | oleh Prof. A. Gianto, SJ |
Maria Diangkat
Ke Surga
Bersambung ke halaman 6,
H A L A M A N 6 A G U S T U S 2 0 1 6 /
Bersambung ke halaman 10,
dan bahkan menempatkan malaikat
penjaga berpedang api agar mereka
tak bisa mendekat ke pohon
kehidupan. Manusia kini harus
berjerih payah mencari makan agar
hidup terus. Istrinya harus
menderita tiap kali mau menjadi
ibu. Dan penggoda mereka, ular,
dikutuk jalan melata. Tapi juga
dikatakan seorang keturunan
perempuan yang diperdayanya itu
nanti akan meremukkan kepalanya.
Ini semuanya ada dalam Kitab
Kejadian 3.
Mari kita bayangkan
kelanjutannya. Setelah mengusir
manusia dari firdaus, Tuhan pun
menghela nafas...dan semua
penghuni surga pun tertunduk
diam. Seluruh firdaus seperti
sedang berkabung. Dan memang
suasana ini membuat Tuhan
merasa kesepian. Suatu hari Ia
mengambil keputusan untuk turun
ke dunia mencari manusia yang
sudah diusir-Nya. Ia mengubah diri
menjadi suara batin yang ada
dalam diri manusia. Dengan
demikian manusia diam-diam
dituntun-Nya melangkah, mungkin
dengan jatuh bangun, pada jalan
kembali ke firdaus, lewat jalan lain
yang tidak dijaga malaikat
berpedang api. Begitulah Ia
berharap satu ketika nanti manusia
akan bisa berada kembali di surga
mengusir suasana murung untuk
selama-lamanya. Hari Minggu, 14 Agustus 2016
dirayakan kembalinya satu dari
keturunan yang telah terusir dari
firdaus tadi. Bukan itu saja.
Dirayakan pulihnya suasana
gembira di surga sana. Dirayakan
kebesaran Tuhan yang dapat
membawa kembali kemanusiaan ke
surga. Dirayakan juga kemampuan
manusia untuk bekerja sama
dengan Tuhan. Dirayakan seorang
yang hidup tulus mengikuti suara
batin, yang membiarkan diri
dituntun suara batin.. Dan lebih
dari itu. Dan kandungan suara
batinnya itu menjadi darah daging
juga – menjadi manusia. Dan
menjadi manusia pertama yang
bangkit dari kematian dan naik ke
surga. Yesus dan dia yang kini
mengisi surga dengan
kegembiraan. Dia itulah yang
menuntun manusia kembali ke
sana. Sebagai Guru. Sebagai
Gembala yang baik. Sebagai
Penyelamat. Tak mengherankan
yang pernah membawanya masuk
ke dunia ini dengan sendirinya ikut
terbawa kembali ke surga. Dia itu
Maria, ibu Yesus. Ia itu Oma
Miryam-nya Luc, Ma Mir-nya Oom
Hans. Bunda Maria-nya kita-kita
ini.
KIDUNG MAGNIFICAT
Bacaan Injil, Luk 1:39-56,
memuat dua bagian, yakni kisah
Maria mengunjungi Elizabet (ayat
39-45) dan Kidung Pujian
“Magnificat” (ayat 46-56) dan
berakhir dengan ayat 56 sebagai
penutup kisah. Bagian pertama
sudah dibicarakan sebelum Natal.
Dua perempuan yang merasa
dipermainkan dalam jalan hidup
mereka itu kini menemukan diri
mereka beruntung. Elizabet yang
termasuk kaum yang kena aib
karena tak bisa mengandung
sampai usia senja kini akan
melahirkan Yohanes Pembaptis.
Dan dia yang masih ada dalam
rahim itu melonjak kegirangan
mendengar salam yang diucapkan
Maria yang datang berkunjung.
Maria sendiri harus melewati hari-
hari tak enak memikirkan
bagaimana menjelaskan keadaan
dirinya kepada Yusuf, tunangannya.
Ia tanyakan kepada malaikat yang
datang kepadanya, bagaimana
mungkin semuanya terjadi. Jawab
malaikat, Roh Kudus akan turun.
Begitulah kisah yang disampaikan
kepada kita oleh Lukas. Dan
kelanjutannya kita ketahui. Maria
membiarkan Roh Kudus bekerja
dalam dirinya. Itu dia Tuhan yang
mengubah diri menjadi suara hati
manusia. Dan suara hatinya itu
jugalah yang membuatnya berkata
“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah
padaku menurut perkataanmu!” Roh yang sama itu juga yang
membuat Maria mengidungkan
pujian yang dibacakan hari ini.
Kidung itu mulai pada ayat 46
dengan pujian Maria kepada Tuhan
dengan gembira – Ia itu Allah yang
menyelamatkan. Ia membuat hidup
ini berarti. Ia membuat penderitaan
bermakna. Kemudian dalam ayat 48
terungkap pengakuan bahwa
Tuhan menyayangi orang-orang
yang kecil sehingga mereka
menjadi tinggi di mata orang. Tak
perlu kita tafsirkan ini sebagai
teologi pembalikan nasib orang
miskin jadi kaya dan orang kaya
jadi melarat. Ayat itu mewartakan
kebesaran Tuhan yang tidak takut
berdekatan dengan orang kecil,
bukan karena orang kecil itu
romantik, ideal, melainkan orang
kecil itu dapat memberinya
naungan dan mengurangi
kesepiannya! Orang yang hina dina
biasanya ingat Tuhan dan itu
cukup membuatnya menemukan
kembali secercah kegembiraan
yang telah hilang dari surga dulu.
Ini teologi sehari-hari.
Ayat-ayat selanjutnya, yakni 49-
55, berupa pembacaan kembali
sejarah terjadinya umat Israel.
Ditekankan tindakan-tindakan
H A L A M A N 7 A G U S T U S 2 0 1 6 /
Camping UKICamping UKI Algonquin Provincial Park, July 29Algonquin Provincial Park, July 29–– August 1August 1 Whitefish Campground # 507, 508, 510, 511Whitefish Campground # 507, 508, 510, 511
H A L A M A N 8 A G U S T U S 2 0 1 6 / N O . 2 9 0
Wahyu 14: 13 "Dan aku mendengar suara dari sorga berkata. Tuliskan:
“Berbahagialah orang-orang yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah
mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.”
Umat Katolik Indonesia di Toronto dan sekitarnya, menyatakan TURUT BERDUKA CITA atas berpulangnya:
Bp. Paulus Surya Widjaja Tan Hoay Djin (95 thn)
17 Juli 2016 di Jakarta
Istri: Almh. Elizabeth Iriany Singgih
Keluarga yang ditinggalkan: Anak & Menantu:
Leny Widjaja & Alm. Gunawan Danurahardja (Oei Yong An) Jahja Widjaja & Detty Laij
Hamid Widjaja & Lenny Muljadi Erni Widjaja & Andre Wibisono Sylvia Widjaja & Hadi Widjaja
Cucu & Cucu menantu:
Randy & Anita, Sheila & James, Cheryl & Yogi, Nithia & Aditya,
Neysa, Harun, Reza & Ira, Almira & Rendian, Danica & Marli, Prayogi
Cicit-cicit: Arianna, Maya, Nando, Nadine, Marissa, Aline, Christopher
Bp. Fransiskus Herman Rusly Lie Kim Eng (73 thn) 9 Agustus 2016 di Jakarta
Keluarga yang ditinggalkan: Istri: Hani Harjani Jodi Rusly
Anak & Menantu:
Hernawaty Rusly & Paulus Harijanto Teddy Kurniawan Rusly & Kristina Pranata
Henny Setiawaty Rusly & Bernard Lo Hertika Kurniawaty Rusly & Laurence Edwin Pradjanata
Yanti Regina Rusly & Terry Gunardy Adhy Kurniawan Rusly & Lanny Tan Widjaja
Venny Natasha Rusly Amelia Edwin Rusly & Felix Nyoman
Beserta segenap cucu.
Bp. Johny Widjaja Wang Ie Siang (53 thn) 12 Agustus 2016 di Surabaya
Keluarga yang ditinggalkan: Istri: Ratna Inadewi
Anak-anak:
Justin Giovanny Wijaja, Steven Leonardo Widjaja, Arian Hartanto Widjaja, Jeffrey Touring Widjaja.
Bp. Robert Widjaja Wang Tjin Sia (41 thn) 15 Agustus 2016 di Surabaya
Keluarga yang ditinggalkan: Istri: Meylani Rahayu
Anak: Alice Nathania Yocelin Widjaja.
Mereka adalah saudara sekandung dari:
Orangtua: Alm. Hadi Widjaja/Idawati Widjaja Saudara/saudara ipar:
Agus Widjaja (Awi)/Indahwati Nani Widjaja/Janto Dinoto
Viany Widjaja/Hendri Supriadi
Semoga Tuhan Yang Maha Rahim memberikan keselamatan kekal dan tempat peristirahatan yang indah di surga, dan bagi keluarga yang ber-
duka diberikan kekuatan, ketabahan serta penghiburan dari-Nya.
H A L A M A N 9 A G U S T U S 2 0 1 6 /
"Sesaat ketika Anda mendoakan
orang lain, maka Tuhan sendirilah
yang akan menjawabnya sehingga
doamu mendatangkan berkat bagi
dia/mereka yang Anda doakan."
Contoh doa dan harapan yang
dilandasi dengan iman dan
kepercayaan yang teguh kita baca
dalam Injil hari ini tentang perwira
yang memohon kesembuhan bagi
hambanya; "Tuan, hambaku
terbaring di rumah karena sakit
lumpuh, dan ia sangat
menderita...Tuan, aku tidak layak
menerima tuan di dalam rumahku.
Katakan saja sepatah kata, maka
hambaku itu akan sembuh." Sang
perwira percaya bahwa Yesus dapat
melakukan segala sesuatu. Ia percaya
bahwa biarpun tanpa menyentuh dan
melihat, tapi kuasa-Nya melampau
ruang dan waktu untuk mendatangkan
berkat bagi yang sakit dan menderita.
Dan, apa yang terjadi? Hamba itu
pun sembuh karena iman yang teguh
dari sang perwira tuannya.
Di akhir pekan ini ingin kubisikkan
kepadamu sahabatku; "Luangkanlah
waktumu selalu untuk mendoakan
sanak keluarga dan sahabat kenalan
yang membutuhkan pertolonganmu,
serahkanlah mereka kepada Tuhanmu
karena Ia mempunyai kuasa untuk
melepaskan mereka dari sakit dan
derita, dari problem dan masalah
yang mendera mereka. Sesaat ketika
engkau berpasrah da memohon
dengan sungguh dan tulus kepada
Tuhan untuk mereka yang engkau
doakan, maka
nantikanlah...nantikanlah
pertolongan Tuhan untuk mereka. Ia
akan melakukan apa yang telah
diperbuat kepada hamba perwira itu
kepadamu, agar engkau bangga dan
percaya bahwa engkau mempunyai
seorang Tuhan Yesus yang luar biasa,
ajaib dan mengherankan.
Ia yang berkuasa akan menunjukkan
mujizat-Nya lewat doa-doamu untuk
mereka yang Anda telah, sedang dan
akan doakan.
Selamat berakhir pekan
Salam dan doa dari seorang sahabat
untuk para sahabatnya,
***Rinnong - Duc in Altum***
Dalam Doaku”
“ Kusebut Namamu Kawan
Perayaan Ekaristi Hari Minggu Biasa XX, 14 Agustus 2016
A G U S T U S 2 0 1 6 / H A L A M A N 1 0 Sambungan dari halaman 6, Maria...
hebat Tuhan yang membela orang-orang yang dikasihi
-Nya di hadapan pihak-pihak yang mau menindas
mereka. Puji-pujian yang terungkap dalam Magnificat
ini senada dengan ungkapan kegembiraan dan
kepercayaan akan perlindungan ilahi seperti terdapat
dalam Kidung Hana dalam 1Sam 2:1-10. Orang sering beranggapan bahwa penderitaan,
kemelaratan, ketakberuntungan, aib ialah hukuman
dari atas bagi kesalahan. Ada anggapan bahwa
hukuman bisa juga dikenakan kepada keturunan orang
yang bersalah. Dosa menurun, hukuman berkelanjutan.
Dalam Kidung Magnificat pendapat seperti ini tidak
diikuti. Malah ditegaskan bahwa Tuhan membela
orang yang percaya kepadanya yang meminta
pertolongan dari-Nya. Bagaimana dengan orang yang
hidupnya beruntung, menikmati kelebihan, tidak
kurang suatu apa? Apakah mereka itu akan dikenai
malapetaka? Kiranya bukan itulah yang dimaksud.
Orang-orang yang beruntung dihimbau agar
mengambil sikap seperti Tuhan sendiri, yakni
memperhatikan mereka yang kurang beruntung.
Samasekali bertolak belakang bila orang membiarkan
kekayaan, kedudukan, kepintaran membuat sesama
yang kurang beruntung menjadi terpojok atau kurang
mendapat kesempatan untuk maju. Inilah yang kiranya
hendak disampaikan dalam ayat 52-53 yang
mengatakan bahwa orang congkak hati akan
diceraiberaikan, orang berkedudukan akan
direndahkan, orang kaya akan disuruh pergi dengan
tangan hampa. Kidung Magnificat mengajak orang-
orang yang merasa beruntung diberkati oleh Tuhan
dengan kelebihan bukan untuk menikmatinya
melainkan untuk memungkinkan sesama ikut
beruntung. Di sini tidak ditawarkan sebuah teologi
penjungkirbalikan nasib, melainkan pelurusan hakikat
kehidupan sendiri. Kepercayaan akan kebesaran Tuhan tidak bisa
dipakai begitu saja untuk memerangi ketimpangan
sosial yang mengakibatkan adanya ketidakadilan yang
melembaga. Namun demikian, kepercayaan ini dapat
membuat manusia makin peka dan mencari jalan
memperbaiki kemanusiaan sendiri. Keterbukaan
kepada dimensi ilahi akan membuat orang makin
lurus.
MEMELIHARA FIRMAN ALLAH
Bacaan Injil dalam misa vigilia perayaan Maria
diangkat ke surga menyebutkan orang yang menyebut
wanita yang melahirkannya berbahagia (Luk 11:27).
Namun Yesus menambah dalam ayat selanjutnya,
“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan
firman Alah dan yang memeliharanya.” Kata Indonesia
“memelihara” ini dengan tepat mengutarakan kembali
ungkapan aslinya yang memuat pengertian menjaga,
menelateni, membesarkan. Agak disentuh teologi
sabda seperti diutarakan dalam pembukaan Injil
Yohanes. Yang menarik ialah penekanan kepada
kegiatan pihak manusia. Dikatakan manusia
memelihara sabda Allah yang didengarkan. Berarti
sabda itu juga bisa berkembang dalam diri manusia
dan bahkan menjadi bagian kehidupannya. Maria ialah
salah satu yang menjalankannya. Seperti diutarakan
dalam Luk 1:38 “Terjadilah padaku menurut
perkataanmu itu”, sabda Allah yang dibawakan
malaikat kepadanya menjadi kehidupan karena
diterimanya dan dikandungnya. Dan Maria
melahirkannya tadi dalam ujud manusia. Kata-kata
Yesus yang diteruskan dalam Luk 11:28 tadi
memperjelas apa artinya berbahagia karena bisa
melahirkan dan membesarkannya. Maria berbahagia
karena ia mendengarkan firman Alah serta
memeliharanya.
Salam hangat,
A. Gianto
PI Ursula’s Picnic at Kiwanis Heydenshore Park, June 23, 2016
Cukup banyak kita mendengar berita duka, karena ada
yang meninggal, juga dari kenalan kita. Selain itu mereka yang
kena penyakit dan terkadang sudah parah. Menghadapi itu
semua, terkadang kita menjadi sedih dan bahkan ada yang
merasa tidak punya harapan. Apalagi merasa bahwa doa dan
permohonan kepada Tuhan tidak dikabulkan. Inilah tantangan
nyata. Keadaan seperti inilah yang mengajak kita untuk melihat
Belaskasih Tuhan yang masih tetap mengalir. Dalam
menghadapi situasi yang tidak mudah ini, mata kita perlu tertuju
kepada Tuhan yang penuh cinta. Kita perlu menyerahkan
kepada Penyelenggaraan Ilahi dan bukan hanya keinginan
manusiawi. Membuka hati bagi Tuhan dan berserah diri akan
membawa ketenangan dalam hati walaupun berbagai
penderitaan dan masalah dialami.
Saatnya sekarang ini kita semakin menyatukan hati
kita dengan Hati Yesus yang Mahakudus yang memancarkan
Belaskasih kepada kita semua. Kita perlu menimpa terus aliran
Kasih Tuhan itu dan jangan membiarkan diri kita kehausan dan
jauh dari Sumber Kasih yang sejati. Kehidupan dunia kita
sekarang ini menyedihkan karena banyak orang menjauh dari
Sumber Hidup Ilahi dan berfokus pada diri sendiri dan
kepandaian yang Tuhan berikan. Baiklah kita mulai dari diri
kita sendiri dan membawanya kepada mereka yang ada di
sekitar kita. Marilah kita mengubah wajah dunia ini menjadi
wajah penuh harapan, mulai dari hal kecil dan sederhana,
mulailah berbagi Kasih dan menghidupi Belaskasih Tuhan.
Berkat Tuhan.... Rm. Johanes Juliwan Maslim, SCJ
Sambungan dari halaman 4,