Post on 12-Aug-2020
1
BAB IPENDAHULUAN
Trauma okuli merupakan cedera yang terjadi pada mata yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita, kerusakan ini akan
memberikan penyulit sehingga dapat menganggu fungsi mata sebagai indra penglihat.
Trauma okuli merupakan penyebab tersering kebutaan unilateral pada anak dan dewasa
muda, karena kelompok usia inilah yang sering mengalami trauma okuli yang parah.
Penyebabnya dapat bermacam-macam diantaranya kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan,
cedera olahraga dan kecelakaan lalu lintas.(1, 2)
Secara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans dan trauma
okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli berdasarkan mekanisme trauma
terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan trauma tajam), trauma radiasi (sinar
inframerah, sinar ultraviolet dan sinar-x) dan trauma kimia (bahan asan dan basa).(3)
Penegakan diagnosis trauma okuli sama pada umumnya yaitu dimulai dari anmnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis harus mencakup perkiraan
ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan
penglihatan bersifat progresif lambat atau timbul mendadak. Harus dicurigai adanya benda
asing introkular apabila terdapat riwayat memalu, mengasah atau ledakan.(4)
Sebagai seorang dokter harus memikirkan apakah kasus yang dihadapi merupakan true
emergency yang merupakan kasus sangat gawat dan harus ditangani dalam hitungan menit
atau jam, ataukah urgent case yang harus ditangani dalam hitungan jam atau hari. Sehingga
membutuhkan diagnosis dan pertolongan cepat dan tepat. Trauma okuli merupakan
kedaruratan mutlak di bidang ocular emergency. Sebagai contoh apabila didapatkan trauma
tumpul akan menimbulkan manifestasi perdarahan bawah kulit atau hematoma, luka robek
pada palpebra, konjungtiva yang dapat diikuti erosi kornea. Selain itu juga terdapat efek
lanjut atau komplikasi akibat trauma tersebut karena trauma dapat mengenai jaringan seperti
kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita secara
terpisah atau menjadi gabungan satu kejadian trauma jaringan mata.(4)
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma okuli apabila tidak segera
dilakukan penanganan yang tepat adalah erosi kornea, iridoplegia, hifema, iridosiklitis,
sublukasi lensa, luksasi lensa anterior, luksasi lensa posterior, edema retina dan koroid, ablasi
retina, rupture koroid, serta avulsi papil saraf optik. Prognosis trauma okuli bergantung pada
beberapa faktor yaitu besarnya luka tembus, tempat luka pada bola mata, bentuk trauma
2
apakah dengan atau tanpa benda asing, benda asing magnetik atau non magnetik, kedalaman
luka tembus dan terdapat penyulit akibat luka tembus atau tidak.(2)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
Bola mata terdiri atas dinding dan isi :
1. Dinding bola mata : sklera, bagian terdepan sklera disebut kornea.
2. Isi bola mata : kamera okuli anterior, uvea (iris,badan siliar dan koroid), lensa, badan
kaca, retina.(5, 6)
Gambar 2.1 Anatomi mata
2.1.1 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,
merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Terdiri dari 5 lapisan yaitu:
1) Epitel
Epitel kornea merupakan lapis yang paling luar kornea dan berbentuk epitel gepeng
berlapistan tanpa tanduk. Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir mpada epitel ini. Setiap
gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau
mengganjal. Daya regenerasi epite cukp besar sehingga apabila terjadi kerusakan akan
diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.(6)
2) Membran Bowman
Membran bowman terletak dibawah epitel merupakan suatu membran tipis yang
homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Bila
terjadi kerusakan pada membran bowman maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan
parut. (6)
4
3) Stroma
Merupakan jaringan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen
yang tersusun dalam lamel- lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea. Diantara
serat- serta kolagen terdapat matriks. Stroma bersifathigroskopin yang menarik air di dalm
stroma kurang lebih 70%. Kadar air dalam stroma relatif tetap yang diatur oleh fungsi
pompasel endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi endotel kurang baik maka akan
terjadi keleihan kadar air sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam
stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transfaran. Bila terjadi
gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti endema dan sikatriks kornea akan
mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh. (6)
4) Membran Descment
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening;
terletak dibawah stroma, lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya
pembuluh darah. (6)
5) Endotel
Terdiri atas`suatu lapisan sel yang merupakan jaringan terpenting untuk
mempertahankan kejernihan kornea. Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam
stroma kornea endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan
endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma
bedah, penyakit intra okular. Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel berkurang.
Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan bening,selain sebagai dinding, juga
berfungsi sebagai media penglihatan, dipersarafi oleh N.V. (6)
2.1.2 Bilik Mata Depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian
ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan aliran keluar cairan
mata (aquos humor) maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata
sehingga tekanan bola mata (TIO) akan meningkat atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut
ini akan ditemukan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, baji sklera, garis Schwalbe, dan
jonjot iris. (6)
Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut tertutup,
hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer. (6)
5
2.1.3 Uvea
Lapisan vaskuler bolamata yang terdiri atas iris badan siliar dan koroid. Perdarahan
uvea anterior 2 buah arteri siliaris posterior dan 7 arteri siliaris anterior. Keduanya bergabung
menjadi 1 membentuk arteri silkularis mayor pada badan siliar. Brevis yang menembus sclera
disekitar tempat masuk saraf optic Uvea posterior perdarahan dari 15-20 arteri siliaris
posterior. (6)
Persarafan uvea dari ganglion siliar terletak antara bola mata dengan otot rektus lateral,
1cm di depan foramen optic yang menerima 3 akar syaraf posterior:
1. Saraf sensoris yang mengandung serabut sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar
2. Saraf simpatis yang membuat pupil dilatasi
3. Akar saraf motor yang memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil
2.1.4 Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola
mata.Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akan mengakibatkan
mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang bila berkontriksi akan mengakibatkan
membesarnya pupil (midriasis). (6)
2.1.5 Lensa
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan
bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat
tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi. (4, 6)
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serest lensa di dalam kapsul lensa.
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus dehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nucleus lensa. (6)
Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa
yang tertua di dalam kapsul lensa. Didalam lensa dapat dibedakan nucleus embrional, fetal
dan dewasa. (6)
Dibagian luar nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai
korteks lensa. Korteks yang terletak disebelah depan nucleus disebut sebagai korteks anterior,
sedang di belakangnya korteks posterior. Nucleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras di
6
banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn
yang menggantung lensa di seluruh ekuatornya pada bahan siliar. (5, 6)
Gambar 2.2 Lensa Mata
Lensa mata merupakan struktur globular yang transparan, terletak di belakang iris, di
depan badan kaca. Bagian depan ditutupi kapsul anterior dan belakang oleh kapsul posterior.
Di bagian dalam kapsul terdapak korteks dan nucleus. Secara fisiologik lensa mempunyai
sifat tertentu, yaitu :
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
3. Terletak di tempatnya
Fungsi lensa adalah :
1. Refraksi
Sebagai bagian optic bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang + 18,0-Dioptri
2. Fungsi akomodasi
Dengan kontraksi otot-otot siliaris ketegangan zonula Zinn berkurang sehingga lensa
lebih cembung untuk melihat objek dekat. (6)
2.1.6 Badan Kaca
Jaringan seperti kaca, bening terletak antara lensa dan retina. 90% berisi cairan
berfungsi mempertahan kan bolamata agar tetap bulat, mengisi ruangan untuk meneruskan
sinar dari lensa ke retina. Tidak terdapat pembuluh darah dan sel. (6)
7
2.1.7 Retina
Retina merupakan membran tipis yang terdiri atas saraf sensorik penglihatan dan serat
saraf optik. Retina merupakan jaringan saraf mata yang dibagian luarnya berhubungan erat
dengan koroid. Koroid memberikan nutrisi pada retina luar atau sel kerucut dan sel batang.
Bagian koroid yang memegang peranan penting dalam metabolisme retina adalah membran
Bruch dan sel epitel pigmen. Retina bagian dalam mendapat metabolisme dari arteri retina
sentral. Dari luar ke dalam secara histologik, retina dibagi dalam 10 lapisan, yaitu:
1. Lapisan epitel pigmen, yang merupakan bagian koroid
2. Lapisan sel batang dan kerucut (sel fotoreseptor), merupakan lapisan pengangkap sinar
3. Lapisan membran pembatas luar
4. Lapisan inti luar, terutama terdiri atas inti sel-sel visual atau sel kerucut dan batang
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam, terbentuk dari badan dan nucleus sel-sel bipolar
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglionik, merupakan suatu lapisan sel saraf bercabang
9. Lapisan serabut sel saraf, dalam lapisan ini terdapat cabang-cabang utama pembuluh
retina
10. Lapisan membran pembatas dalam, merupakan lapisan paling dalam.(6, 7)
Gambar 2.3 Anatomi Retina
8
2.1.8 Nervus Optikus
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks visual
untuk dikenali bayangannya. Kelainan refraksi dapat terjadi karena adanya kelainan pada
kelengkungan kornea dan lensa, Indeks bias yang berkurang dan Adanya kelainan pada
sumbu mata. (6, 7)
2.1.9 Struktur Pelindung Mata
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke
segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan
bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga
cahaya masih bisa masuk. (6, 7)
a. Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh
darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
b. Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata
secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan
cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan
cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan
kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering,
terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis
(konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata
c. Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan
berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
d. Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung
melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas
dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan
mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain
itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi. (6, 7)
9
2.2 Trauma Okuli
2.2.1 Definisi
Trauma okuli adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan
mata atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bola
mata, kelopakmata, saraf mata, dan rongga orbita. Kerusakan ini akan memberikan penyulit
sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma mata merupakan kasus
gawat darurat mata, Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.(2, 4)
2.2.2 Etiologi
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya
penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Macam-macam bentuk trauma
pada mata adalah sebagai berikut :
1. Mekanik
a. Trauma tumpul, misalnya terpukul, terkena bola, penutup botol
b. Trauma tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, dan peralatan pertukangan.
2. Kimia
a. Trauma kimia basa, misalnya sabuncuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, atau
lem.
b. Trauma kimia asam, misalnya cuka, bahan asam-asam di laboratorium.
3. Radiasi
a. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
b. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi. (2, 4)
2.2.3 Patofisiologi
Berdasarkan mekanismenya, trauma oculi dapat dibagi menjadi tiga, yakni trauma
tumpul, trauma tembus, dan perforasi. Trauma dapat disebakan karena adanya benda asing
yang masuk atau mengenai mata. Trauma tumpul dapat menyebabkan kompresi jaringan
secara langsung (coup) dan efek yang ditimbulkan pada bagian berlawanan dari bagian yang
terkena trauma (conter-coup). Coup dan conter-coup ini mengakibatkan perpindahan
diafragma lensa dan iris, makular edema, ruptur koroid, fraktur orbita, laserasi, dan
hematoma. Perpindahan diafragma lensa dan iris menyebabkan struktur dan pembuluh darah
yang berada di iris memisah sehingga darah masuk ke camera oculi anterior. Masuknya darah
ke camera oculi anterior ini menyebabkan terjadinya hifema dan penurunan tajam
10
penglihatan. Ruptur koroid menyebabkan adanya perdarahan subretina yang akan
menstimulasi terjadinya neovaskularisasi sehingga dapat mengakibatkan pemisahan retina
dan penurunan tajam penglihatan. Laserasi kelopak mata dapat menyebabkan kerusakan pada
muskulus levator palpebra. Adanya kelemahan pada muskulus inilah yang dapat
menyebabkan ptosis. Laserasi konjungtiva menyebabkan perdarahan subkonjungtiva yang
pada akhirnya juga akan menyebabkan adanya penurunan tajam penglihatan. (2, 4)
Trauma tumpul, trauma tembus, dan perforasi dapat menyebabkan kerusakan lensa
sehingga integritas lensa terganggu. Hal ini merangsang pengeluaran aqueous humor dan
mediator inflamasi yang nantinya mengakibatkan adanya edema dan opaksifikasi. Protein
lalu keluar ke camera oculi posterior. Proses inflamasi inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya glaukoma dan katarak sehingga penglihatan dapat menurun. (2, 4)
Gambar 2.4 Patofisiologi trauma okuli
2.2.4 Tanda dan GejalaGejala pada trauma okuli bergantung pada jenis trauma serta berat dan ringan trauma,
yaitu :
1. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda
asing di dalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan
beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan
misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Namun bahan tidak
beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.(1)
11
2. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan
sementara sampai berat, yaitu perdarahan di dalam bola mata, terlepasnya selaput jala
(retina) atau hingga terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan
menetap.(1)
3. Trauma kimia basa umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma kimia
asam. Mata nampak merah, bengkak, keluar air mata berlebihan dan penderita nampak
sangat kesakitan, trauma basa akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan
jaringan mata atau kornea secara perlahan. (1)
4. Trauma Radiasi
a. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan
kromatolisis sel.
b. Reaksi pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga
aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah
maka terjadi edema.
c. Reaksi jaringan. Reaksi jaringan ini biasanya berupa robekan pada kornea, sklera
dan sebagainya). (1)
Tanda dan gejala lain yang dapat ditemukan pada kejadian trauma okuli adalah sebagai
berikut:
1. Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya
Pada trauma mata perdarahan dapat terjadi akibat luka atau robeknya kelopak mata atau
perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada trauma tembus caian humor akueus dapat
keluar dari mata.
2. Memar pada sekitar mata
Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada palpebra. Hematoma
pada palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur basis kranii.
3. Penurunan visus dalam waktu yang mendadak
Penurunan visus pada trauma mata dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama
terhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di segmen anterior maupun segmen
posterior bola mata, yang kedua akibat terlepasnya lensa atau retina dan avulsi nervus
optikus.
4. Penglihatan ganda
Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena robeknya
pangkal iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak bulat. Hal ini dapat
menyebabkan penglihatan ganda pada pasien.
12
5. Mata bewarna merah
Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan pericorneal
injection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah sentral. Hal ini dapat pula ditemui
pada trauma mata dengan perdarahan subkonjungtiva.
6. Nyeri dan rasa menyengat pada mata
Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada palpebra.
Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri pada mata.
7. Sakit kepala
Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga menimbulkan nyeri
kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat menyebabkan sakit kepala.
8. Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata
Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva ataupun segmen anterior
mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan mengganjal. Jika terdapat benda asing hal ini
dapat menyebabkan peningkatan produksi air mata sebagai salah satu mekanisme
perlindungan pada mata.
9. Fotopobia
Fotopobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama adanya benda
asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea, benda asing pada segmen anterior
bola mata menyebabkan jalur sinar yang masuk ke dalam mata menjadi tidak teratur, hal ini
menimbulkan silau pada pasien. Penyebab lain fotopobia pada pasien trauma mata adalah
lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris menyebabkan pupil tidak dapat mengecil dan cenderung
melebar sehingga banyak sinar yang masuk ke dalam mata. (1)
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis trauma okuli ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang. Walaupun begitu, trauma okuli jarang mengancam nyawa dan
penanganan haruslah diprioritaskan ke trauma lain yang lebih mengancam nyawa.(4)
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat
cedera terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara
tiba-tiba. Harus dicurigai adanya benda asing apabila ada riwayat pemakaian palu, pahat,
ataupun ledakan, dan harus dipertimbangkan untuk melakukan pencitraan. Pemakaian palu
dan pahat dapat melepaskan serpihan-serpihan logam yang akan menembus bola mata, dan
hanya meninggalkan petunjuk perdarahan subkonjungtiva yang mengindikasikan adanya
13
penetrasi sklera dan benda asing yang tertinggal. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur
merupakan gambaran umum trauma, namun gejala ringan dapat menyamarkan benda asing
intraokular yang berpotensi membutakan.(2, 4)
Anamnesis tentang ketajaman visus sebelum trauma dan riwayat penyakit mata atau
operasi mata amat membantu dalam mendiagnosis suatu trauma okuli. Riwayat penyakit
sistemik, pengambilan obat-obatan, riwayat alergi, suntikan imunisasi tetanus dan
pengambilan oral terakhir perlu ditanyakan sebagai kemungkinan persediaan operasi. (2, 4)
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan oftalmik lengkap termasuk pemeriksaan
visus, reaksi pupil, lapangan pandang, pergerakan otot-otot ekstraokular, tekanan intraokular,
pemeriksaan slit lamp, funduskopi dan lain-lain.
Setiap laserasi kelopak mata yang letaknya di kantus medialis hendaknya
dipertimbangkan kemungkinan terlibatnya sistem lakrimasi sehingga terbukti tidak.
Pemeriksaan tulang-tulang orbita terhadap kemungkinan terjadinya fraktur harus
dilakukan. Ruptur bola mata adalah segera ditentukan pada pemeriksaan fisis. Namun,
biasanya ini tersembunyi. Pemeriksaan mata yang mengalami trauma harus diperiksa dengan
sistematis dan hati-hati agar penatalaksanaan dapat dilakukan dengan segera dan mengurangi
trauma yang lebih lanjut. (2, 4)
3. Pemeriksaan penunjang
a. Foto polos
Foto polos orbita kurang membantu dalam menentukan kelainan berbanding CT-scan.
Tetapi foto polos masih dapat dilakukan. Antaranya foto polos 3 posisi, proyeksi Water’s,
posisi Caldwelldan proyeksi lateral. Posisi-posisi ini berfungsi untuk melihat dasar orbita,
atap orbita dan sinus paranasalis.(1)
b. Ultrasonografi
USG membantu dalam melihat ada tidaknya benda asing di dalam bola mata dan
menentukan lokasi ruptur. (1)
c. CT-scan
CT-scan adalah metode pencitraan paling sensitif untuk mendeteksi ruptur yang
tersembunyi, hal-hal yang terkait dengan kerusakan saraf optic, adanya benda asing serta
menampilkan anatomi dari bola mata dan orbita. (1)
d. Magnetic Resonance Imaging
MRI sangat membantu dalam mengidentifikasi jaringan lunak bola mata dan orbita. (1)
14
2.2.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan trauma okuli dibedakan berdasarkan mekanisme traumanya, yaitu :
1. Trauma Tumpul
Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya dan penilaian terhadap
ketajaman penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan tanda mutlak untuk
melakukan rujukan kepada dokter ahli mata. Pemberian pertolongan pertama berupa:
a. Obat-obatan analgetik : untuk mengurangi rasa sakit. Untuk pemeriksaan mata dapat
diberikan anesteshi local: Pantokain 0,5% atau tetracain 0,5% - 1,0 %.
b. Pemberian obat-obat anti perdarahan dan pembengkakan
c. Memberikan moral support agar pasien tenang
d. Evaluasi ketajaman penglihatan mata yang sehat dan mata yang terkena trauma
e. Dalam hal hifema ringan (adanya darah segar dala bilik mata depan) tanpa penyulit
segera ditangani dengan tindakan perawatan:
1) Tutup kedua bola mata
2) Tidur dengan posisi kepala agar lebih tinggi
3) Evaluasi ketajaman penglihatan
4) Evaluasi tekanan bola mata
f. Setiap penurunan ketajaman penglihatan atau keragu-raguan mengenai mata penderita
sebaiknya segera di rujuk ke dokter ahli mata. (2, 8)
2. Trauma Tajam
Keadaan trauma mata ini harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat
menimbulkan bahaya; infeksi, siderosis, kalkosis dan atlalmia dan simpatika. Pertimbangan
tindakan bertujuan untuk mempertahankan bola mata dan mempertahankan penglihatan. Bila
terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan
benda asing tersebut. Pada penderita dapat diberikan:
a. Antibiotik spectrum luas
b. Analgetik dan sedativa
c. Dilakukan tindakan pembedahan pada luka yang terbuka.(4)
3. Trauma Akibat Benda Asing
a. Ekstra Okular
Tetes mata
Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan swab.
Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat
Bila tertanam dalam konjungtiva, gunakan anestesi local dan angkat dengan jarum
15
Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian dengan hat-hati dan dengan
keadaan yang sangat baik termasuk cahaya yang baik, angkat dengan jarum.
Pada kasus ulerasi gunakan midriatikum bersama dengan antibiotic local selama
beberapa hari.
Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat dengan jarum, bisa juga
dengan menggunakan magnet.(2, 4)
b. Intra okuler
Pemberian antitetanus
Antibiotik
Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menyebabkan iritasi. (2, 4)
4. Trauma Kimia
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun
jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus
trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi,
mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang. Trauma
kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan anamnesa dan
pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia mencakup:
a. Penatalaksanaan Emergency
Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus
dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling
sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat diberikan
anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi dalam waktu
yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang
terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.
Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang
terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya
perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva
forniks.
Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi pada kornea. Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata,
lensa kntak lembek dan artificial tear (air mata buatan) (2, 4, 9)
16
b. Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan
seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada
trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi, membantu
regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea
Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan
sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya
diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1%
ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat
diberikan Prednisolon IV 50-200 mg
Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.
Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
Asam askorbat untuk mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan
penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas
kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik
dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan
mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral
asetazolamid (diamox) 500 mg.
Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin
efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan
mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan
sistemik (doksisiklin 100 mg).
Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan
barier fisiologis.
Asam Sitrat untuk menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon inflamasi.
Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya untuk
mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma.(2, 4, 9)
c. Pembedahan
Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus,
mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut
dapat digunakan untuk pembedahan :
17
Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan
vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea.
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dari donor
(allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal.
Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis
Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut :
Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan
simblefaron.
Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk
memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan
hasil dari graft konvensional sangat buruk. (2, 4, 9)
2.2.7 Komplikasi
Sama halnya dengan penatalaksanaannya, komplikasi yang timbul akibat trauma okuli
juga dibedakan berdasarkan mekanisme traumanya, yaitu :
1. Komplikasi Trauma Tembus Okuli :
a. Infeksi
b. Iritis
c. Katarak
2. Komplikasi Trauma Tumpul okuli :
a. Midriasis
b. Glaukoma
c. Katarak
d. Dislokasi lensa
e. Vitreous haemorrhage
f. Atrofi N. Opticus
3. Komplikasi Trauma Okuli karena Zat Kimia
a. Zat Kimia Asam :
Jaringan parut pada konjungtiva dan kornea
Vaskularisasi kornea
Glaucoma
18
uveitis
b. Zat Kimia Basa :
Simblefaron
Kornea keruh, edema, neovaskular
Mata kering
Katarak traumatik
Glaucoma sudut tertutup
Entropion.(1, 2)
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. MD
Tanggal Lahir : 08 Desember 1948
19
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Banda Aceh
No. CM : 0.02.53.77
Tanggal Pemeriksaan : 23 November 2015
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Tidak dapat membuka mata kanan
Keluhan Tambahan : Sakit kepala
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik mata rumah sakit umum dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh dengan keluhan tidak dapat membuka mata sebelah kanan. Keluhan dirasakan
pasien sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya 2 minggu yang lalu mengalami kecelakaan
lalu lintas yang mana pasien ditabrak dari arah samping dengan mobil. Mata pasien
kanan pasien terkena spion mobil, kemudian pasien terjatuh ke aspal dan wajahnya
terseret dengan aspal. Menurut pasien, pasien sadar saat kejadian tersebut dan tidak ada
muntah. Beberapa hari setelahnya mata kanan pasien bengkak dan tidak dapat dibuka
hingga saat dilakukan pemeriksaan. Pasien tidak mengeluhkan nyeri di daerah kelopak
mata kanan atas. Selain itu pasien juga mengeluhkan pusing berputar setelah kejadian
tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
Riwayat Penggunaan Obat : Insulin
3.3 Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 90 kali/menit
Frekuensi Pernapasan : 19 kali/menit
Suhu : Afebris
Status Oftalmologi
20
VOD : 5/20 VOS : 5/10 Ph : 5/8
Dextra Sinistra
No Komponen
1 Palpebra
Lagofthalmus (-)
Ptosis (-)
Edema (+)
Lagofthalmus (-)
Ptosis (-)
Edema (-)
2 Konjungtiva TarsalHiperemis (-)
Anemis (-)
Hiperemis (-)
Anemis (-)
3 Konjungtiva BulbiInjeksi Konjungtiva (-)
Injeksi Siliar (-)
Injeksi Konjungtiva (-)
Injeksi Siliar (-)
4 Kornea Jernih Jernih
5 Kedalaman COA Cukup Cukup
6 Iris Normal Normal
7 Pupil
Ø 5mm
RCL (+)
RCTL (+)
Ø 5mm
RCL (+)
RCTL (+)
8 Lensa Jernih Jernih
21
(a) (b) (c)
Gambar 3.1 Foto Klinis (a) Edema Palpebra superior Dextra (b) Okuli Dextra (c) Okuli
Sinistra
3.4 Diagnosis
Hematom Palpebra Superior Okuler Dextra e.c. Trauma Tumpul Okuli
3.5 Tatalaksana
- Heparin Sodium (Thrombophop) 3x1 Palpebra superior OD
- Cendo Xytrol salap mata
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg
- Methylprednisolon 2 x 4 mg
- Asam Mefenamat 2 x 500 mg
3.7 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki 67 tahun datang ke poliklinik mata rumah sakit umum dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh dengan keluhan tidak dapat membuka mata sebelah kanan. Keluhan
dirasakan pasien sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya 2 minggu yang lalu mengalami
kecelakaan lalu lintas yang mana pasien ditabrak dari arah samping dengan mobil. Mata
22
pasien kanan pasien terkena spion mobil, kemudian pasien terjatuh ke aspal dan wajahnya
terseret dengan aspal. Menurut pasien, pasien sadar saat kejadian tersebut dan tidak ada
muntah. Beberapa hari setelahnya mata kanan pasien bengkak dan tidak dapat dibuka hingga
saat dilakukan pemeriksaan.
Berdasarkan anamnesis tersebut dapat diketahui mekanisme trauma yang dialami
pasien adalah trauma tumpul. Trauma dapat disebabkan karena adanya benda asing yang
masuk atau mengenai mata. Trauma tumpul dapat menyebabkan kompresi jaringan secara
langsung (coup) dan efek yang ditimbulkan pada bagian berlawanan dari bagian yang terkena
trauma (conter-coup). Coup dan conter-coup ini mengakibatkan perpindahan diafragma lensa
dan iris, makular edema, ruptur koroid, fraktur orbita, laserasi, dan hematoma. Pada pasien
ini tidak ditemukan adanya kelainan pada bola mata, hanya saja terjadi hematom pada
palpebra superior dextra.
Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata
secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan
cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke
seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban
permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak
tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga
membungkus permukaan mata. Jika kelopak mata mengalami gangguan khusunya terjadi
trauma, ditakutkan akan terjadi cedera pada struktur di belakangnya.
Trauma tumpul, trauma tembus, dan perforasi dapat menyebabkan kerusakan lensa
sehingga integritas lensa terganggu. Hal ini merangsang pengeluaran aqueous humor dan
mediator inflamasi yang nantinya mengakibatkan adanya edema dan opaksifikasi. Protein
lalu keluar ke camera oculi posterior. Proses inflamasi inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya glaukoma dan katarak sehingga penglihatan dapat menurun. Namun, penurunan
visus pada pasien ini dikarenakan bukan akibat trauma yang dialaminya, melainkan akibat
faktor usia.
Pada pasien ini tidak lagi dilakukan penatalaksanaan emergency, dikarenakan pasien
datang bukan dalam fase akut sehingga pasien diberikan sodium heparin untuk mengurangi
edema dan obat lain seperti analgetik dan antibiotik. Jika pasien datang dalam fase akut,
pasien seharusnya diberikan penatalksanaan emergency sebagai berikut :
a. Obat-obatan analgetik : untuk mengurangi rasa sakit. Untuk pemeriksaan mata dapat
diberikan anesteshi local: Pantokain 0,5% atau tetracain 0,5% - 1,0 %.
b. Pemberian obat-obat anti perdarahan dan pembengkakan
23
c. Memberikan moral support agar pasien tenang
d. Evaluasi ketajaman penglihatan mata yang sehat dan mata yang terkena trauma
e. Dalam hal hifema ringan (adanya darah segar dala bilik mata depan) tanpa penyulit
segera ditangani dengan tindakan perawatan:
5) Tutup kedua bola mata
6) Tidur dengan posisi kepala agar lebih tinggi
7) Evaluasi ketajaman penglihatan
8) Evaluasi tekanan bola mata
Komplikasi yang dapat timbul akibat trauma tumpul okuli adalah midriasis, glaukoma,
katarak, dislokasi lensa, vitreous haemorrhage, atrofi N. Opticus. Pada pasien ini tidak
dijumpai adanya komplikasi. Dikarenakan hal tersebut, prognosis pasien ini menjadi baik.
BAB V
KESIMPULAN
Trauma okuli adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan
mata atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bola
mata, kelopakmata, saraf mata, dan rongga orbita. Kerusakan ini akan memberikan penyulit
sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma mata merupakan kasus
24
gawat darurat mata, Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.
Berdasarkan mekanismenya, trauma oculi dapat dibagi menjadi tiga, yakni trauma
tumpul, trauma tembus, dan perforasi. Trauma dapat disebakan karena adanya benda asing
yang masuk atau mengenai mata. Trauma tumpul dapat menyebabkan kompresi jaringan
secara langsung (coup) dan efek yang ditimbulkan pada bagian berlawanan dari bagian yang
terkena trauma (conter-coup). Coup dan conter-coup ini mengakibatkan perpindahan
diafragma lensa dan iris, makular edema, ruptur koroid, fraktur orbita, laserasi, dan
hematoma.
Diagnosis trauma okuli ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang. Pasien pada kasus ini didiagnosa sebagai hematom palpebra superior
okuler dextra e.c trauma tumpul okuli.
Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya dan penilaian terhadap
ketajaman penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan tanda mutlak untuk
melakukan rujukan kepada dokter ahli mata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wulandari C. Karakteristik Penderita Trauma Mata Usia Dewasa Di Rsup. H Adam
Malik Medan. 2015.
2. Kanski JJ, Bowling B. Synopsis of Clinical Ophthalmology, Expert Consult-Online and
Print, 3: Synopsis of Clinical Ophthalmology: Elsevier Health Sciences; 2012.
25
3. Northey LC, Bhardwaj G, Curran S, McGirr J. Eye trauma epidemiology in regional
Australia. Ophthalmic epidemiology. 2014;21(4):237-46.
4. PERDAMI. Ilmu penyakit mata: untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi.
2010;2:4-6.
5. Netter FH. Atlas of human anatomy: Elsevier Health Sciences; 2014.
6. Guyton AC, John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
7 .Snell RS, Yıldırım M. Klinik anatomi: Nobel Tıp Kitabevleri; 2004.
8. Nagy ZZ, Kránitz K, Takacs A, Filkorn T, Gergely R, Knorz MC. Intraocular
femtosecond laser use in traumatic cataracts following penetrating and blunt trauma. J
Refract Surg. 2012;28(2):151-3.
9. Singh P, Tyagi M, Kumar Y, Gupta K, Sharma P. Ocular chemical injuries and their
management. Oman journal of ophthalmology. 2013;6(2):83.