Post on 24-Oct-2019
i
ANALISIS YURIDIS PRAKTEK MULTI LEVEL MARKETING
VERITA SENTOSA INTERNASIONAL MENURUT
FATWA MUI NO 75/DSN/MUI/VII/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy)
Oleh:
Muhammad Rohman Amrulloh
NIM 21411029
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
MOTTO
“LIVE IS CHOICE”
VISI tanpa AKSI adalah mimpi, ketika mempunyai VISI maka
wujudkanlah sebagai AKSI
vi
PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah berupa skripsi ini ku persembahkan kepada :
1. KH. Zoemri RWS beserta keluarga yang mendidikku di Pondok Pesantren
Tarbiyatul Islam Al Falah, untuk menjadi orang yang lebih baik.
2. Kedua Orangtuaku Muh Dhorun dan Anik Kurniati yang telah mendoakan
dan memberi kasihsayang serta semangat kepadaku selama ini.
3. Adik-adikku, Sani, Nisa, Ina yang selalu memberikan semangat dalam
menuntut ilmu.
4. Seseorang yang pernah membuatku patah semangat dalam menjalani
kehidupan, tetapi dibalik itu semua, menjadikan sebagai motifasiku untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Semua santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.
6. Teman-teman KOPMA FATAWA yang banyak memberikan ilmu dalam
berorganisasi.
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis lantunkan dalam lisan dan hati atas segala
ni‟mat dzohir dan bathin yang telah Allah berikan. Shalawat serta salam penulis
sanjungkan kepada manusia sempurna dan penyempurna segala kema‟rufan Nabi
Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis
Praktek Multi Level Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI
No 75/DSN/ MUI/VII/2009” dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak berbagai pihak
yang turut serta membantu kelancaran proses pembuatan skripsi, baik secara
material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN
Salatiga.
3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari‟ah
Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan
baik.
4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah di
IAIN Salatiga.
viii
5. Bapak H. Abdul Aziz N.P.,S.Ag.,MM selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi
sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.
6. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Bapak KH M Zoemri
RWS beserta keluarga yang membina, mendidik, mencurahkan ilmu kepada
penulis dengan penuh tulus, ikhlas dan sabar, dalam menuntut ilmu di
pesantren.
7. Seluruh asatidz dan asatidzah Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah
yang memberikan memberikan ilmunya dengan penuh keikhlasan.
8. Bapak Muh Dhorun dan Ibu Anik Kurniati yang telah berkorban dalam segala
hal demi kebahagiaan putranya, serta terima kasih atas ridho, do‟a, cinta dan
kasih sayangnya sehingga putranya bisa menyelesaikan studi S1.
9. Adik-adikku yang selalu memberikan semangat dalam kuliah di IAIN
Salatiga
10. Teman-teman Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2011 IAIN Salatiga yang
telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan.
11. Seseorang yang pernah membuatku patah semangat dalam menjalani
kehidupan, tetapi dibalik itu semua, menjadikan sebagai motifasiku untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua santri PPTI Al Falah khususnya kantor putra dan putri yang
memberikan semangat dalam penulisan skripsi.
13. Teman-teman KOPMA “FATAWA” IAIN Salatiga
ix
14. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 31 Agustus 2015
Penulis
x
ABSTRAK
Amrulloh, Muhammad Rohman. 2015. Analisis Yuridis Praktek Multi Level
Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI NO
75/DSN/ MUI/VII/2009. Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum
Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing: H. Abdul Aziz N.P.,S.Ag.,MM
Kata kunci : Multi level Marketing. Verita Sentosa Internasional (VSI), Fatwa
MUI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktek bisnis MLM VSI di
masyarakat, selain itu juga untuk mengetahui kedudukan hukumnya ditinjau dari
fatwa MUI No 75/DSN/MUI/VII/2009. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan
pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
subjek peneliti yaitu perilaku, persepsi, motifasi, dan tindakan dari pelaku bisnis
VSI. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. data
primer diperoleh dari para pelaku bisnis VSI, sedangkan data sekunder meliputi
website, dokumen resmi, buku-buku dan brosur yang berkaitan dengan VSI.
Dari hasil penelitian menyatakan 1). Masyarakat sering memanfaatkan
produk-produk jasa yang ada dalam VSI seperti pengisian pulsa telepon,
pembayaran listrik dan air, karena produk tersebut sudah menjadi kebutuhan
hidup sehari-hari di masyarakat. 2). Ditinjau dari fatwa MUI, menurut peneliti
sistem bisnis yang ada dalam VSI terdapat beberapa hal yang tidak sesuai antara
lain: a). Biaya pendaftaran sebesar Rp. 275.000,00 dengan fasilitas pemberian
softwere aplikasi untuk transaksi dan produk obat berupa habspro, kegiatan bisnis
tersebut tidak sepadan dengan kuwalitas atau manfaat yang diperoleh. b).
pemberian komisi atau bonus bukan berdasarkan prestasi kerja melainkan
berdasarkan jumlah downline. c). Terdapat pemberian komisi atau bonus secara
pasif, ketika anggota dibawahnya melakukan transaksi, tanpa ada pembinaan dan
penjualan barang yang dilakukan oleh orang yang ada diatasnya, maka orang yang
ada diatasnya tersebut akan mendapatkan bonus atau komisi. d). Adanya ketidak
adila dalam pembagian bonus karena orang yang ada diatasnya mendapatkan
bonus dari hasil jerih payah orang yang ada dibawahnya. e). VSI memberikan
bonus atau komisi dari hasil perekrutan anggotanya bukan dari hasil penjualan
produk, maka dapat disimpulkan bahwa praktek tersebut adalah money game.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................
C. Tujuan Penelitian ...........................................................
D. Manfaat Penelitian ........................................................
E. Penegasan Istilah ...........................................................
F. Metodologi Penelitian .....................................................
G. Sistematika Penulisan ....................................................
1
5
5
6
6
8
13
BAB II : TINJAUAN UMUM MULTI LEVEL MARKETING DAN
TEORI HUKUM ISLAM
A. Telaah Pustaka ...............................................................
15
xii
B. Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM)
1. Pengertian Multi Level Marketing .............................
2. Sejarah Berdirinya Multi Level Marketing ................
3. Sistem Operasional Multi Level Marketing ...............
C. Tinjauan Hukum Islam Tentang Multi Level Marketing
1. Pandangan kelompok yang menghalalkan Multi Level
Marketing ......................................................................
2. Pandangan kelompok yang mengharamkan Multi
Level Marketing ......................................................
3. Fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009 ..................
17
17
22
23
26
28
BAB III :PRAKTEK BISNIS VERITA SENTOSA
INTERNASIONAL (VSI) DI MASYARAKAT
A. Sejarah Berdirinya Verita Sentosa Internasional (VSI)....
B. Produk-Produk Verita Sentosa Internasional (VSI) .......
C. Sistem Manajemen Verita Sentosa Internasional (VSI) ..
D. Perkembangan Bisnis Verita Sentosa Internasional (VSI)
Hingga Saat Ini ...........................................................
38
39
40
48
BAB IV :ANALISIS PRAKTEK VERITA SENTOSA
INTERNASIONAL (VSI) DALAM TINJAUAN FATWA
MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009
A. Analisis Verita Sentosa Internasional (VSI) Dalam
Praktek .............................................................................
54
xiii
B. Analisis Yuridis Verita Sentosa Internasional (VSI)
Menurut Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 ............
56
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................
B. Saran .............................................................................
66
67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia saat ini semakin maju, teknologi semakin
canggih dan sistem perdagangan pun semakin banyak. Kaum kafir memang
masih menguasai ekonomi, bisnis dan perdagangan dunia. Umat Islam masih
jauh ketinggalan, bahkan nampak semakin tercekik, tidak bisa banyak
berbuat, apalagi mengamalkan dan mempraktikkan hukum-hukum Islam.
Sejak beberapa tahun ini, muamalah MLM (Multi Level Marketing)
semakin marak dan banyak diminati orang, lantaran perdagangan dan
muamalah dengan sistim MLM ini menjanjikan kekayaan yang melimpah
tanpa banyak modal dan tidak begitu sulit, Betulkah yang mereka harapkan
itu terjadi? Jaringannya tersebar di seluruh dunia, tidak terkecuali negara
tercinta kita Indonesia.
Secara umum opersional bisnis MLM mengikuti progam piramida
dalam sistem pemasarannya, dengan cara setiap anggota harus mencari
anggota-anggota baru dan demikian seterusnya. Setiap anggota diwajibkan
membayar uang pada perusahaan dengan jumlah tertentu dengan iming-iming
dapat bonus. Semakin banyak anggota maka akan semakin banyak pula bonus
yang akan didapat.
Secara logika mungkinkah suatu bisnis rill dapat menjanjikan
keuntungan yang berlipat-lipat dalam waktu yang sangat singkat? Kalau kita
mau melihat pada aspek bisnis rill, maka hal ini adalah sesuatu yang tidak
2
mungkin. Karena keuntungan semacam ini hanya bisa dihasilkan dari aktifitas
spekulasi yang sangat kental dengan gharar. Menjanjikan keuntungan yang
berlipat lipat sehingga etos kerja kita akan menurun.
Sebagian orang ada yang mengatakan bahwa MLM itu halal, tetapi
ada juga yang mengatakan haram, padahal hanya Allah, yang berhak untuk
menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, tetapi para Ulama‟ yang bijak
tidak pernah menjatuhkan sesuatu hukum sebelum mengkaji dan mempelajari
permasalahan dengan cermat.
Seorang tokoh Ulama‟ Markaz Imam Al-bani memfatwakan bahwa
MLM hukumnya haram, fatwa tersebut ditandatanganni oleh para
masyayaikh murid-muridnya, berikut ini adalah fatwanya:
“Banyak pertanyaan yang datang kepada kami dari berbagai penjuru
tentang hukum bergabung dengan PT perusahaan bisnis dan perusahaan
modern semisalnya yang mengguakan sistem piramid, yang mana bisnis
ini secara umum dijalankan dengan cara menjual produk tertentu serta
membayar uang dalam jumlah tertentu tiap tahun untuk tetap bisa
menjadi anggotanya, yang mana karena dia telah mempromosikan sistem
bisnis ini maka kemudian pihak perusahaan akan memberikan uang
dengan jumlah tertentu yang terus bertambah sesuai dengan hasil
penjualan produk dan perekrutan anggota baru”.
Jawabanya:
Bergabung menjadi anggota PT semacam ini untuk mempromosikannya
yang selalu terkait dengan pembayaran uang dengan menunggu bisa
merekrut anggota baru serta masuk dalam sistem bisnis piramid ini
hukumnya haram, karena seseorang anggota jelas-jelas telah membayar
uang tertentu demi memperoleh uang yang masih belum jelas dalam
jumlah yang lebih besar.1
Sedangkan menurut tokoh Islam Indonesia Dawam Raharja
mengemukakan, dalam Islam sistem pemasaran MLM tidak haram hukumnya
1 Markaz Imam Al-Bani. Beberapa Fatwa Ulama‟ Syalaf Pada MLM:
Http://snowsball08. wordpress.com/tentang-Riba/Fatwa-tentang/Usaha-MLM. diakses Selasa, 18
November 2014.
3
bahkan, sistem pemasaran bisnis MLM cukup bagus dan adil, karena
konsumen mengenal dan mempunyai hubungan langsung komoditinya, jadi
tidak ada pemalsuan karena konsumen bisa mengecek langsung barang yang
akan dibei, dan juga bisnis MLM ini akan membentuk hubungan sosial.2
MLM sebagai fenomena baru belum ada hukumnya dalam kitab-
kitab klasik karena pada saat kitab-kitab itu disusun, fenomena ini belum
muncul. Namun para Ulama‟ juga memahami bahwa syariat ini juga tidak
beku, kitab-kitab yang ada selalu eksis dan dapat memberikan jawaban atau
pertanyaan baru dan solusi atas problematika kontemporer. Sebagaimana hal
yang lain, sebagai fenomena baru MLM harus dapat sentuhan dan perhatian
yang adil dan proposional, agar ia tidak dihalalkan atau diharamkan tanpa
dasar yang cukup. Demikian itu karena menghalalkan sesuatu yang haram itu
dosa, dan mengharamkan sesuatu yang halal itu dosa.
Majelis Ulama‟ Indonesia (MUI) sebagai, wadah musyawarah para
ulama‟, Zu‟am dan cendekiawan muslim, yang kehadirannya berfungsi untuk
mengayomi dan menjaga umat. Selain itu, MUI juga sebagai wadah
silaturahim yang menggalang ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah wathaniyyah
dan ukhuwah insaniyyah, demi untuk mewujudkan kehidupan masyarakat
yang harmonis, aman, damai, dan sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).3 MUI sebagai wadah musyawarah para Ulama‟ Zu‟am dan
2 http://deinboss.wordpress.com/2012/04/12/pendapat-tokoh-Islam-tentang-bisnis-
mlm/ diakses Selasa, 18 November 2014.
3 Tim Penulis MUI Pusat. Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi‟ah di Indonesia.
Formas (Forum Masjid Ahlus Sunnah). ttp. hlm.15.
4
cendekiawan muslim, selalu respon terhadap kasus kasus yang berkembang
di masyarakat tentang halal atau haramnya sesuatu, yang mana hal tersebut
belum ada hukum yang jelas dalam Al Qur‟an ataupun hadis, seperti fatwa
rokok, simpan pinjam dalam perbankkan, dan yang saat ini sedang
berkembang adalah halal haramnya bisnis MLM. Dari hal tersebut maka MUI
mempelajari sistem dari MLM tersebut dengan berpedoman dari Al Qur‟an
ataupun hadits, maka dari hasil kajiannya, MUI mengeluarkan fatwa No
75/DSN/ MUI/VII/2009.
VSI adalah salah satu perusahaan yang berbasis MLM, pemilik atau
owner ini yaitu Ustad Yusuf Mansur, beliau mendirikan MLM tersebut
bertujuan agar masyarakat dapat bergabung karena dalam bisnis tersebut,
banyak kemudahan yang ditawarkan. VSI merupakan perusahaan jasa yang
memberikan layanan kepada masyarakat dalam berbisnis, seperti:
1. Pembayaran rutin bulanan (Listrik, Jastel, Finance/KKB, PDAM, TV
cabe, Internet, asuransi, Kartu Kredit).
2. Rutin berkala (top up Voucher Pulsa, top up Smart Card Seperti: BCA
Flash, E-Toll Card)
3. Voucher Game Online
4. Tiket Konser
5. Tiket Perjalanan (tiket kereta, tiket bus, tiker Travel, tiket pesawat)
6. Keagamaan (zizwaf, infaq)
7. Pendidikan (SOP, pendaftaran kuliah dan lain lain)
8. Pajak BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)
5
Dalam prakteknya VSI banyak diminati oleh masyarakat karena
terdapat iming-iming bonus yang akan diberikan dan kerjanya pun sangat
mudah, tetapi VSI sendiri banyak melakukan pelanggaran terhadap Fatwa
yang dikeluarkan MUI tentang bisnis MLM. Seperti biaya pendaftaran yang
tidak sepadan dengan fasilitas yang diberikan, seorang upline jika tidak
menjual pulsa atau produk akan tetap memperoleh komisi dari penjualan
pulsa downline di bawahnya dan juga VSI menjanjikan komisi dari hasil
perekrutan anggota baru.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik
untuk meneliti lebih jauh mengenai MLM VSI dengan judul Analisis Yuridis
Praktek Multi Level Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa
MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praktek Bisnis Multi Level Marketing VSI di Masyarakat?
2. Bagaimana Multi Level Marketing VSI Menurut Fatwa MUI No
75/DSN/ MUI/VII/2009?
C. Tujuan Penelitian
Agar tidak menyimpang dari masalah-masalah yang diutarakan
tersebut di atas, dan penelitian yang dilakukan maka penulis sebutkan tujuan
penelitian. Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui praktek bisnis Multi Level Marketing VSI di
Masyarakat.
6
2. Untuk mengetahui sistem bisnis Multi Level Marketing VSI menurut
fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran dan masukan para pihak
yang berkepentingan terutama masyarakat luas tentang Multi Level
Marketing.
2. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan kususnya Multi Level Marketing.
E. Penegasan Istilah
1. Praktek
Adalah suatu tindakan yang secara langsung dilakukan oleh
seseorang berdasarkan teori yang ada, sehingga akan menyebabkan suatu
tindakan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata praktek merupakan kata
benda yang mengacu pada arti dari sebuah pelaksaaan nyata atas dasar
teori yang ada.4
2. Multi Level Marketing (MLM)
Adalah suatu cara dalam memasarkan barang dagangan dengan
sistem mengajak orang lain untuk menjualkan barang tersebut dan akan
mendapatkan bonus jika orang tersebut dapat menjualkan barang,
ataupun berhasil mengajak orang lain.
Multi Level Marketing dapat diartikan suatu metode pemasaran
barang dan atau jasa dari sistem penjualan langsung melelui progam
4Em, Zul Fajri dan Senja Ratu Aprilia. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisher.
hlm.667.
7
pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha
mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjulan
barang dan jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan dalam
kelompoknya5
3. Bisnis
Bisnis adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan uang atau keuntungan dari usaha tersebut. Dalam kamus
bahasa Indonesia Bisnis mengacu pada sebuah kata benda yang berarti
sebuah usaha komersial.6
4. Verita Sentosa Internasional (VSI).
VSI adalah suatu perusahaan bisnis MLM yang menyediakan
berbagai kemudahan dalam melakukan transaksi melalui telefon seluler
seperti pembayaran pulsa GSM, CDMA All operator, penjualan token
listrik prabayar, pembayaran tagihan listrik, tagihan telefon, tagihan
internt, TV kabel, PDAM dan tiketing.
5. Fatwa
Fatwa adalah ketetapan hukum para Ulama‟ yang telah
disepakati berdasarkan Al Qur‟an atau hadis. Fatwa dapat diartikan,
menerangkan hukum-hukum Allah SWT dengan berdasarkan pada dalil-
dalil syara‟ secara umum dan menyeluruh.7
5
Muhammad Yusuf. 2006. Kumpulan Artikel Tentang MLM. Semarang: tnp. hlm.16.
6 Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia, Op. Cit., hlm.173.
7 Burhanuddin Susanto. 2008. Hukum Perbankan Syariah Indonesia. Yogyakarta: UII
Pres Yogyakarta. hlm.75.
8
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, agar data penulis mendapatkan data yang
akurat guna menyakinkan rumusan masalah di atas, maka penulis
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pendekatan Penelitian
1) Pendektan Sosiologis
Adalah pendekatan yang dasar tujuannya permasalahan-
permasalahan yang ada dalam masyarakat, yang berkaitan
dengan masalah Multi Level Marketing secara umum dan Verita
Sentosa Internasional (VSI) secara khusus. Maka, pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui realita dari kegiatan bisnis VSI tersebut.
2) Pendekatan Yuridis
Adalah pendekatan yang berorientasi pada gejala-gejala
hukum yang bersifat normatif, lebih banyak bersumber pada
data kepustakaan dan fatwa MUI. Dengan pendekatan ini
diharapkan sebagai usaha untuk mempelajari ketentuan hukum
Islam maupun produk-produk dari para ulama yang berkaitan
dengan Mulit Level Marketing dan Verita Sentosa Internasional.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan
9
pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motifasi,
tindakan dan lain-lain.8
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang
sangat penting, karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan
data yang ada di lapangan. Sedangkan setatus penelitian dalam hal
pengumpulan data, diketahui oleh informan secara jelas guna
menghindari kesalah pahaman diantara peneliti dan informan. Dalam
penelitian yang dilakukan ini, peneliti hanya sekedar mengumpulkan
data melalui wawacara dan observasi tanpa terlibat langsung dalam bisnis
VSI.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Salatiga, terhadap orang-
orang yang mengikuti Bisnis VSI. Peneliti memilih lokasi ini, karena
kepesertaan orang di Salatiga yang mengikuti bisnis VSI tidak ada
perbedaan dengan daerah yang lain.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang dipakai meliputi sumber
data primer dan sumber data sekunder.
8 Lexi j Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal. 6.
10
a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama
yakni para pelaku bisnis VSI. Dalam hal ini yang dijadikan
responden adalah masyarakat yang mengikuti bisnis VSI.
b. Sumber data sekunder yaitu data yang mencakup website, dokumen
resmi, buku-buku, dan brosur yang ada kaitanya dengan VSI.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data guna mendapatkan keterangan yang
jelas mengenai obyek yang diteliti, maka penulis menggunakan hal-hal
berikut:
a. Wawancara (Interview)
Yaitu cara memperoleh data dengan menelusuri data
menggunakan wawancara dengan tetap berpijak pada catatan
mengenai pokok-pokok yang akan ditanyakan, sehingga masih
memungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan-pertanyaan yang
disesuaikan dengan situasi ketika wawancara dilakuka.9 Wawancara
ini dilakukan kepada anggota VSI yang mengikuti bisnis dalam VSI,
terutama orang-orang yang tinggal di Salatiga dan sekitarnya.
b. Observasi
Observasi adalah suatu bentuk penerimaan data yang
dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitung, mengukur
9 Sutrisno Hadi. 1981. Metodologi Recearch (Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis, dan
Disertasi). Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. hlm. 75.
11
dan mencatat sesuai prosedur yang berstandar.10
Dalam penelitian
yang kami lakukan, peneliti akan mengumpulkan data dari brosur-
brosur VSI, orang yang bergabung dalam bisnis tersebut, dan
mengumpulkan data dari internet.
6. Analisis Data
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara
kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data
di lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi
data agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi-
abstraksi teoritis terhadap informasi lapangan, dengan
mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat memungkinkan
dianggap mendasar dan universal. Gambaran atau informasi tentang
peristiwa atas objek yang dikaji tetap mempertimbangkan derajad
koherensi internal, masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa
faktual dan realistik. Dengan cara melakukan komparasi hasil temuan
observasi dan pendalaman makna, diperoleh suatu analisis data yang
terus-menerus secara simultan sepanjang proses penelitian.11
Metode
berfikir yang digunakan dalam menganalisis adalah berdasarkan pada
dasar-dasar yang bersifat umum kemudian meneliti persoalan-persoalan
10 Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta:
Rineka Cipta. hlm. 46.
11 Burhan Bungin. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. hlm. 154.
12
yang bersifat khusus. Dari analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan
yang pada hakikatnya merupakan jawaban atas permasalahan.12
Dalam penelitian ini, penulis akan membandingkan antara fatwa
MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009 dengan sistem bisnis VSI yang
dijalankan, apakah sudah sesuai dengan fatwa tersebut atau belum.
7. Pengecekan Keabsahaan Data
Peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber sebagai teknik
untuk mengeck keabsahan data. Menurut Moleong dalam bukunya yang
dikutip dari Patton, Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berada dalam penelitian kualitatif, hal itu
dapat dicapai dengan jalan membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan.13
8. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan beberapa
tahapan, antara lain sebagai berikut:
a. Tahap Sebelum Lapangan
Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebelum
melakukan penelitian, seperti peneliti menentukan topik penelitian,
mencari informasi tentang MLM, Fatwa MUI mengenai MLM,
penyusunan proposal, menetapkan fokus penelitian dan lain-lain.
12
Hadari Nawawi dan H.M. Martini Hadari. 1992. Instrumen penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Prss. hlm. 213. 13
Moleong, Op. Cit., hlm.330.
13
b. Tahap Lapangan
Yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari
data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan,
melakukan observasi dan mencari data dari website VSI.
c. Tahap Analisa Data
Yaitu ketika semua data telah terkumpul dan dirasa cukup
oleh peneliti, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data
tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi
arti pada objek yang diteliti.
d. Tahap Penulisan Laporan
Yaitu setelah semua data telah terkumpul, dianalisis
kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, dan yang
terahir dilakukan penulisan hasi penelitian tersebut sesuai dengan
pedoman penulisan skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar dalam penyusunan
suatu skripsi, yang bertujuan untuk mempermudah jalan pikiran dalam
memahami secara keseluruhan isi skripsi. Dalam skripsi ini akan dibagi
menjadi beberapa bab dan sub bab antara lain sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan, yang merupaakan abstraksi dari keseluruhan
isi skripsi, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian
dan sistematika penulisan.
14
Bab kedua menguraikan tentang tinjauan umum MLM dan teori hukum
Islam yang meliputi meliputi tiga sub bab. Sub bab yang pertama tentang
telaah pustaka. Sub bab yang kedua gambaran umum tenang MLM yang
meliputi pengertian MLM, sejarah berdirinya MLM, sistem operasional
MLM. Dan sub bab yang ketiga tinjauan hukum Islam tentang MLM yang
meliputi pandangan kelompok yang menghalalkan MLM, pandangan
kelompok yang mengharamkan MLM dan fatwa MUI No
75/DSN/MUI/VII/2009.
Bab ketiga menguraikan tentang praktek bisnis VSI di masyarakat yang
meliputi, sejarah berdirinya, produk-produk, sistem manajemen dan
perkembangan VSI hingga saat ini.
Bab keempat merupakan analisis praktek VSI dalam tinjauan fatwa MUI
No 75/DSN/VII/2009, yang meliputi analisis VSI dalam praktek dan analisis
yuridis VSI menurut fatwa MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009.
Bab kelima merupakan penutup dari penyusunan skripsi ini yang terdiri
dari kesimpulan dan saran.
15
BAB II
TINJAUAN UMUM MULTI LEVEL MARKETING
DAN TEORI HUKUM ISLAM
A. Telaah Pustaka
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ami Solihati seorang
mahasiswi fakultas syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, beliau menganalisis
hukum Islam tentang Insentif passive income di PT. K-Link International,
beliau mengatakan pembeli, pemasar, promotor dan distributor bisa
mendapatkan penghasilan walaupun sudah tidak bekerja lagi (passive
income), menurut ketentuan hukum fatwa tentang PLBS (Penjualan Langsung
Berjenjang Syariah) No. 75/DSN MUI/VII/2009, bahwa PT. K-Link
International belum memenuhi fatwa tersebut karena insentif yang diperoleh
member yang berperingkat mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari
downline dan hasil jeri payah downline.14
Penelitian yang dilakukan oleh Surono yang berjudul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Sistem Penetapan Harga Pada MLM Syari‟ah Di PT
Ahad Net Internasional”. Dalam skripsi tersebut beliau menjelaskan tentang
pandangan hukum Islam tentang sistem penetapan harga, secara umum
penetapan harga yang diberlakukan sesuai dengan keinginan mitra niaga dan
tidak mahal dengan kata lain, harga tersebut adalah adil dan tidak
memberatkan konsumen dan pengambilan keuntungan yang wajar. Namun
14
Ami Sholihat. 2012. Tinjauan Hukum Islam Tentang Insentif Passive Income Pada
Multi Level Marketing Syariah Di PT. K-Link Internasional. Semarang: IAIN Walisongo. hlm.
76.
16
jenis produk diterjen dinilai tidak adil karena harga produk tersebut dinilai
mahal menurut mitra niaga. Secara keseluruhan, sistem penetapan harga pada
PT. Ahad-Net Internasional sudah tidak ditemukan kebijakan yang
bertentangan dengan hukum Islam.15
Dalam penelitian yang dilakukan Chusnul Chotimah mahasiswa
STAIN Salatiga, beliau meneliti MLM Tianshi di kalangan Ustad di Solo,
dalam penelitian tersebut beliau menitik beratkan pada tinjauan hukum Islam
terhadap MLM Tianshi. Dilihat dari segi legalitas, segi produk, segi
pembagian keuntungan serta jenjang kenaikan peringkat, Tianshi cukup
transparan. Namun, hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan akan
kebolehannya. Karena dalam prakteknya, Tianshi tidak sejalan dengan asas-
asas yang terdapat dalam muamalah, serta cenderung mengabaikan prinsip-
prinsip yang terdapat dalam syari‟at. Di antaranya adalah bahwa praktek
operasional Tianshi bertentangan dengan prinsip keadilan, prinsip
musyarakah, prinsip al-bir al taqwa serta di dalamnya terkandung unsur yang
dilarang muamalah Islam yaitu jahalah (ketidak jelasan), unsur Dharar
(merugikan) dan unsur zulm (merugikan hak orang lain).16
Dari kajian yang telah kami lakukan bahwa karya-karya skripsi
tersebut berbeda dengan kami, karena dalam penelitian ini penulis akan
15
Surono. 2010. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penetapan Harga Pada Multi
Level Marketing Syariah PT Ahad Net Internasional. Surakarta: UMS. hlm. 65.
16 Chusnul Chotimah. 2008. Praktek Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Tianshi
Ditinjau Dari Hukum Islam “Studi Analisis Praktek Bisnis Tianshi di Kalangan Ustadz di Solo
Tahun 2007”. Salatiga: STAIN Salatiga. hlm. 107.
17
menitik beratkan pada Analisis Yuridis Praktek Multi Level Marketing Verita
Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009.
B. Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM)
1. Pengertian Multi Level Marketing (MLM)
Multi Level Marketing (MLM) terdiri dari tiga kata yaitu Multi
berarti banyak dan Level berarti jenjang atau tingkatan, sedangkan
Marketing berarti pemasaran. Jadi ”Multi Level Marketing” adalah
pemasaran yang berjenjang banyak. Dalam pengertian Marketing
sebenarnya tercakup arti menjual dan selain arti menjual, dalam
Marketing banyak aspek yang berkaitan dengannya antara lain produk,
harga, promosi, distribusi dan sebagainya. Jadi Marketing lebih luas
maknanya dari menjual. Menjual merupakan bagian dari Marketing
karena menjual hanyalah kegiatan transaksi penukaran barang dengan
uang.17
2. Sejarah Berdirinya Multi Level Marketing (MLM)
Awal berdirinya Multi Level Marketing (MLM) tidak bisa
dipisahkan dengan berdirinya Amway Corporation dan produknya
Nutrilite, konsep dari Nutrilite dimulai pada awal tahun 1930 oleh Carl
Rehnborg, seorang pengusaha Amerika yang pernah tinggal di Cina pada
tahun 1917-1927. Berdasarkan publikasi dari Amway, pengalamannya
ketika tinggal di Cina menyebabkan Rehnborg memperoleh kesempatan
yang sangat besar untuk meneliti pengaruh dari diet yang tidak cukup.
17 Tarmidzi Yusuf. 2002. Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal. Jakarta: PT.
Gramedia. hlm.3.
18
Kehidupan yang keras di Cina juga membuat Rehnborg mempelajari
banyak litelatur mengenai nutrisi pada waktu itu. Akhirnya, dia
menyimpulkan bahwa diet yang seimbang dibutuhkan untuk membuat
seluruh tubuh bisa tetap berfungsi secara seimbang. Penemuan ini
menyebabkan dia merasakan adanya kebutuhan untuk makan suplemen
bagi diet yang mampu menyediakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh
tanpa mempedulikan kebiasaan makanan seseorang.18
Setelah melakukan eksperimen selama 7 tahun, akhirnya
Rehnborg berhasil menghasilkan makanan suplemen. Dia memberikan
hasil temuannya tersebut kepada teman-temanya untuk dicoba. Sam,
anak dari Rehnborg, yang akhirnya menjadi Presiden dan Chief
Operating Officer dari Nutrilite menyatakan, ketika menjual produk
tersebut kepada teman-temanya mereka menyukai, bahkan mereka juga
menginginkanya teman-teman mereka untuk mendapatkan produk
tersebut. Ketika mereka meminta ayah saya untuk menjual produk
tersebut kepada teman-teman mereka, ayah saya berkata “Kamu yang
menjualnya kepada teman-teman kamu dan saya akan memberikan
komisi kepada kamu”.19
Bisnis makanan suplemen dari Carl Rehnborg ini diberi nama
California Vitamin Coporatian yang akhirnya diberi nama menjadi
Nutrilite Products pada tahun 1939, perusahaan ini berkembang dengan
pesat pada tahun 1945 dibawah kepemimpinan Lee S. Mytinger dan
18
Benny Santoso. 2003. All About MLM “Memahami Lebih Jauh MLM dan Pernak-
Perniknya”. Yogyakarta: Andi Offset. hlm.23 19
Ibid, hlm. 23-24.
19
William S. Ccasselberry. Pada saat itu, distribusi perusahaan ini mulai
menyebar ke beberapa negara bagian. Rehnborg berperan sebagai
penasehat bidang sains pada skema distribusi. Kepada setiap tenaga
penjual yang ada, dijelaskan bahwa makanan suplemen yang diproduksi
mengandung ramuan khusus yang merupakan jawaban bagi setiap yang
mendambakan kesehatan.20
Penjualan kotor segera meningkat menjadi $500.000 per bulan,
tetapi perusahaan mulai mempunyai masalah dengan hukum yang
berlaku saat itu. Pada tahun 1947, FDA(Jaksa Distrik) memulai
perlawanan untuk memaksa Mytinger, Casselberry, Rehnborg dan 15.000
tenaga penjual dari rumah ke rumah menghentikan pernyataan yang
berlebihan mengenai produk mereka.21
Perusahaan ini memberikan kepada calon pelanggan mereka
sebuah brosur “How to Get Well and Stay Well” yang berisi penjelasan
mengenai kemampuan produk Nutrilite. Brosur itu menyatakan bahwa
produk mereka mampu mengatasi segala kasus, mulai dari jenis alergi,
asma, depresi mental, detak jantung yang tidak normal, dan sekitar 20
penyakit yang lain. Brosur ini juga berisi kesaksian yang menyatakan
bahwa kanker, kelainan hati, TBC, penyakit tulang, dan beberapa
penyakit serius lainnya akan bereaksi positif terhadap produk Nutrilite.22
Pada tahun 1951, pengadilan mengeluarkan keputusan untuk
melarang penjualan produk Nutrilite dengan menggunakan kutipan “How
20
Ibid, hlm. 24. 21
Ibid, hlm. 24. 22
Ibid, hlm. 24.
20
to Get Well and Stay Well” dan lebih dari 50 bahan publikasi lain yang
melebih-lebihkan peran dari makanan suplemen. Putusan pengadilan juga
terdiri dari daftar yang panjang mengenai pernyataan yang dilarang dan
pernyataan yang diizinkan mengenai nutrisi dan produk Nutrilite.23
Rich De Vos dan Jay Van Andel adalah distributor dari produk
Nutrilite setelah mereka lulus dari SMU. Mereka adalah distributor yang
sangat sukses dan mengorganisasi lebih dari 2000 distributor. Ketakutan
akan kebangkrutan dari Nutrilite Products membuat merek mendirikan
perusahaan baru yang mereka beri nama American Way Assosiation yang
kemudian berganti nama menjadi Amway. Mereka mulai dengan produk
biodegradeable detergen dan beberapa produk pembersih alat rumah
tangga lainya. Kemudian mereka mulai mendiversifikasi produk mereka
menjadi sangat berfareasi yang meliputi alat-alat kecantikan, perhiasan,
furnitur, barang-barang elektronik, dan beberapa barang lainnya.
Penjualan kotor meningkat secara terus-menerus dari setengah juta dollar
pada tahun 1959 menjadi lebih dari 1 milyar dollar pada awal 1980.24
Dari sejarah munculnya MLM tersebut, bisa diketahui bahwa
MLM muncul dengan tujuan utama untuk menjual produk baru yang
belum dikenal luas oleh umum. Hubungan dari teman yang satu ke teman
yang lain digunakan untuk memperkenalkan produk baru tersebut.
Seorang akan mengenalkan atau berusaha memberikan produk baru
tersebut kepada teman yang dikenal setelah merasakan kegunaanya. Jadi
23
Ibid, hlm. 25. 24
Ibid, hlm. 25.
21
pada awalnya MLM tidak diperuntuhkan sebagai cara yang cepat dan
mudah untuk mendapatkan uang.25
Di Indonesia, MLM mulai tumbuh pada Maret 1986. Perusahaan
network marketing di Tanah Air, baik Direct Selling (DS) maupun MLM,
tergabung dalam sebuah asosiasi, yakni Asosiasi Penjualan Langsung
Indonesia (APLI). Awal APLI didirikan tahun 1984 dengan nama
Indonesia Direct Selling Association (IDSA). IDSA kembali aktif tahun
1992 dengan nama APLI. Organisasi ini terdaftar sebagai anggota Kamar
Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan anggota World Ferderation
of Direct Selling Associations (WFDS) yang bermarkas di Washington
DS, Amerika Serikat. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 62 perusahaan
DS/MLM menjadi anggota APLI, salah satunya perusahaan MLM
terbesar asal Cina, Tianshi.26
Dalam waktu kurang dari dua dekade, bangsa ini telah memiliki
sekitar 40-an lebih perusahaan MLM. Sungguh merupakan fakta yang
tidak bisa dibantah. Menurut data APLI (Asosiasi Penjual Langsung
Indonesia) tahun 2002, sekitar empat juta orang telah terlibat dalam
industri ini, dan diantaranya terdapat puluhan hingga ratusan ribu orang
yang terpikat hatinya pada perusahaan-perusahaan MLM berbasis
syari‟ah.27
25
Ibid, hlm. 25. 26
Yulius P Silalahi. 2006. Tianshi Mendobrak Kebohongan MLM. Jakarta: Bina Niaga
Jaya. hal.14. 27
Moch. Fachrur Rozi. 2006. Kontroversi Bisnis MLM. Yogyakarta: Pilar Media. hal.65.
22
3. Sistem Operasional Multi Level Marketing
Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara
menjaring calon nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan
member (anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM.
Adapun secara terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara sebagai
berikut :28
a. Mula‐mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk
menjadi member, dengan cara mengharuskan calon konsumen
membeli paket produk perusahaan dengan harga tertentu.
b. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli
diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan.
c. Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah mencari
member‐member baru dengan cara seperti di atas, yakni membeli
produk Perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.
d. Para member baru juga bertugas mencari calon member‐member
baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk
perusahaan dan mengisi folmulir keanggotaan.
e. Jika member mampu menjaring member‐member yang banyak, maka
ia akan mendapat bonus dari perusahaan. Semakin banyak member
yang dapat dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang
didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan oleh banyaknya
28
https://wahonot.files.wordpress.com/2008/06/multi-level-marketing-10.pdf diakses
10 Juni 2015
23
member yang sekaligus mennjadi konsumen paket produk
perusahaan.
f. Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen
produk perusahaan, maka member yang berada pada level pertama,
kedua dan seterusnya akan selalu mendapatkan bonus secara estafet
dari perusahaan, karena perusahaan merasa diuntungkan dengan
adanya member‐member baru tersebut.
Perusahaan Multi Level Marketig biasanya membagi uang yang
mereka terima dari para distributor mereka dengan proporsi seperti ini:
a. 50% untuk bonus
b. 25% untuk biaya produk yang diberikan
c. 25% untuk keuntungan dan biaya lain-lain
Hal ini berarti untuk setiap dollar yang diberikan oleh distributor
hanya 50% yang akan diberikan sebagai bonus. Perusahaan MLM tidak
mencetak sendiri uang yang digunakan, mereka hanya mengembalikan
sebagian uang yang mereka terima kepada para distributor mereka.
Sisanya digunakan untuk menghasilkan produk, keuntungan dan biaya
lain-lain (Overhead).29
C. Tinjauan Hukum Islam Tentang Multi Level Marketing
1. Pandangan kelompok yang menghalalkan Multi Level Marketing
Bisnis Multi Level Marketing merupakan bisnis yang
kontroversial, karena ada yang berpendapat bahwa bisnis tersebut halal
29
Benny Santoso, Op.Cit., hlm. 40.
24
dan juga ada yang berpendapat bahwa bisnis tersebut haram, masing-
masing pendapat tersebut mempunyai argumen yang kuat.
Di dalam praktek MLM ada suatu akad jual beli. Hukum jual
beli asalnya adalah boleh atau mubah, selama tidak terdapat sesuatu yang
menyalahi hukum syara‟. Ini merujuk kepada prinsip yang disepakati
ulamk‟:30
صمف ى ا ال ص ل ف سف لاى لحاحص ص ل عا لف حالى ادللال لدا ةل حا باا حا الاتف ف ا ما عا لصمل
“Hukum asal untuk segala bentuk muamalah di dalam Islam adalah
mubah sehingga ada dalil yang menunjukan kepada pengharamnya.
Di samping itu juga Al-Qur‟an menegaskan bahwa proses jual
beli hendaklah dibangun atas prinsip At-Taraadhi (saling meridoi) antara
pihak-pihak yang terkait. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
An Nisa 29:
ص ا ي اا لالرف مص بفالص اااف ف ف ااا ص اااا ص ا ل مص با لل ص اامص ا لا ل لازا ة جا ل ص ا ما ل ص اجا ص عا ص جف ا
اجاسا اض صمة حف مص زا ا ا بف ل مص ف ال هللاا ا مص وا ا جاقصحللل ص اانصفلعا ل مف ص ل
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”.
Menurut Ulama‟ maksud At-Taraadhi yaitu pembeli meridoi
barang atau produk yang diterimanya dan penjual ridho dengan harga
jualannya. Mereka tidak melakukan akad karena terpaksa atau ditipu,
namun keridhaan itu hendaklah berdasarkan hukum syara‟.
30
Ahmad Bin Ali. 2008. MLM Syari‟ah. Jakarta: PT.Al-Wahida Marketing Internasional.
hlm.7.
25
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa dalam
bisnis dengan sistem MLM , hukumnya mubah atau boleh selama tidak
terdapat sesuatu menyalahi hukum, kemudian dalam suatu bisnis
haruslah saling meridhoi antara pihak-pihak yang terkait
Drs. H. Umar Hasan memberikan tanggapan bahwa bisnis
dengan sistem MLM sama dengan kegiatan beramal, alasanya dalam
MLM seseorang yang sudah sukses dididik untuk dapat mencetak banyak
orang lain untuk sukses seperti dirinya. Beliau berpendapat bahwa hal itu
sama dengan kegiatan beramal dengan memberikan sebuah contoh,
bahwa ketika seorang Zainuddin MZ mengajar seribu murid, kemudian
dari seribu murid tersebut banyak yang menjadi kyai, maka itu menjadi
amal bagi Zainuddin MZ. Beda dengan sistem bisnis konvensional, yang
beranggapan bahwa kesuksesan hanya milik orang-orang yang bermoral
dan berkedudukan. tapi kalau MLM, asalkan ia mempunyai semangat
mau belajar dan berusaha, maka dari satu orang sukses, bisa mencetak
ratusan orang sukses pula.31
Dari pendapat Drs H. Umar Hasan, dapat diambil kesimpulan
bahwa bisnis dengan sistem MLM sama dengan kegiatan beramal karena
orang yang sudah sukses dididik untuk mencetak orang lain untuk sukses
seperti dirinya.
31
Muhammad Yusuf, Op. Cit., hlm.9.
26
2. Pandangan kelompok yang mengharamkan Multi Level Marketing
Dalam berita headline yang bertopik ”Praktik Bisnis MLM
Haram” dimuat berdasarkan wawancara dengan Sekretaris Umum Majlis
Ulama‟ Indonesia (MUI) yaitu Din Syamsuddin bahwa umat Islam
dihimbau berhati-hati supaya tidak terjebak mengikuti bisnis MLM.
Karena bisnis MLM mempunyai unsur merusak yang sangat besar dan
unsur eksploratif karena memakai sistem level. Semakin tinggi level
seseorang, semakin santai. Peserta hanya mengandalkan usaha dari
peserta pemula. Dengan kata lain level bawah menjadi sapi perahan. Hal
itu yang mendorong umat enggan bekerja. Hanya dengan membayar
Rp.90 ribu, mereka dapat fee atas usaha orang lain.32
Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa bisnis
dengan sistem MLM adalah haram, dengan alasan semakin tinggi level
seseorang maka semakin santai, karena hanya mengandalkan usaha dari
peserta pemula.
Menurut Syaikh Abu Usamah Salim Al- Hilali Hafidzahullah
bahwa model bisnis MLM adalah perjudian murni, karena beberapa
sebab, sebagai berikut: 33
a. Sebenarnya anggota MLM ini tidak menginginkan produknya, akan
tetapi tujuan utamanya adalah penghasilan dan kekayaan yang
banyak lagi cepat diproleh hanya dengan membayar sedikit uang.
32
Kuswar. 2005. Mengenal MLM Syari‟ah dari Halal Haram Kiat Berwirausaha sampai
dengan Pengelolaannya. Cet.1. Tangerang: Qultum Media. hlm.79. 33
Abdul Aziz, & Mariyah Ulfah. 2010. Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer.
Bandung: Alfabet. hlm.128.
27
b. Harga produk yang dibeli sebenarnya tidak sampai 30% dari uang
yang dibayarkan pada perusahaan MLM.
c. Bahwa perusahaan meminta para anggotanya untuk memperbaharui
keanggotaannya setiap tahun dengan diiming-imingi berbagai
program baru yang akan diberikan kapada mereka.
d. Tujuan perusahaan adalah membangun jaringan personil secara
estafet dan berkesinambungan, yang mana ini akan menguntungkan
anggota yang berada pada level atas (upline), sedangkan level bawah
(downline) selalu memberikan nilai poin pada yang berada pada
level atas mereka.
Dapat diambil kesimpulan bahwa menurut Abu Usamah Salim
Al- Hilali Hafidzahullah, bisnis dengan sistem MLM adalah haram
karena termasuk perjudian, yang sebagaiman telah dijelaskan di atas.
Drs. Hafidz Abdurrahman, MA. dalam buku yang berjudul
“Hukum Syara‟ Multi Level Markting” memandang bahwa sistem yang
diterapkan dalam MLM yang beroperasi saat ini adalah haram. Beliau
berpendapat demikian, dengan alasan bahwa dalam prakteknya bisnis
dengan sistem MLM tidak bisa terlepas dari dua hukum. Yang pertama
yaitu hukum dua akad dalam satu transaksi atau yang dikenal dengan
istilah bay‟atayn fi bay‟ah. Dalam praktek MLM, hukum dua akad dalam
satu transaksi dengan jelas digambarkan pada jenis akad yang terdapat di
dalamnya yaitu adanya jual beli sekaligus akad samsarah (pemakelaran).
Sedangkan hukum yang kedua adanya hukum pemakelaran atas
28
pemakelaran (samsarah „ala samsarah). Di sini beliau menggambarkan
bahwa dalam MLM, seorang upline atau sponsor adalah berkedudukan
sebagai samsarah (makelar), baik bagi pemilik langsung atau tidak yang
kemudian memakelari downline di bawahnya, dan selanjutnya downline
di bawahnya menjadi makelar bagi downline di bawahnya lagi.34
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis MLM
adalah haram karena tidak bisa terlepas dari dua hukum. Yang pertama
hukum dua akad dalam satu transaksi atau bay‟atayn fi bay‟ah. dan yang
kedua adanya hukum pemakelaran atas pemakelaran (samsarah „ala
samsarah)
3. Fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009
FATWA
DEWAN SYARIAH NASIONAL
No : 75/DSN MUI/VII/2009
Tentang
PEDOMAN
PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS)
لحع ق لش ى إلظالم
صمف حف ما ف لسال حص مف هللاف لسال بفعص
Dewan Syariah Nasional setelah: Menimbang : a. bahwa metode penjualan barang dan produk jasa
dengan menggunakan jejaring pemasaran
(network marketing) atau pola penjualan
berjenjang termasuk di dalamnya Multi Level
Marketing (MLM) telah dipraktikkan oleh
masyarakat;
b. bahwa praktik penjualan barang dan produk jasa
seperti tersebut pada butir (a) telah berkembang
34
Hafid Abdurrahman. 2003. Hukum Syara‟ Multi Level Marketing. Bandung: Al Azhar
Press. Hal.13-14.
29
sedemikian rupa dengan inovasi dan pola yang
beragam, namun belum dapat dipastikan
kesesuaiannya dengan prinsip syariah;
c. bahwa praktik penjualan barang dan produk jasa
seperti tersebut pada butir (a) dapat berpotensi
merugikan masyarakat dan mengandung hal-hal
yang diharamkan;
d. bahwa agar mendapatkan pedoman syariah yang
jelas mengenai praktik penjualan langsung
berjenjang syariah (PLBS), DSN-MUI perlu
menetapkan Fatwa tentang Pedoman PLBS.
Mengingat : 1. Firman Allah SWT, antara lain:
a. QS. An Nisa (4) 29:
مص بفالص اااف ف ص ا ل مص با لل ص امص ا لا ل ص ا اما ل ص اجااص ل ي اا لالرف اا ا
مص ازا ةعا ص جاسا اض مف ص ل .... ف الاا ص جا ل ص ا جف ا“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan
sukarela diantaramu.....” b. QS. Al Maidah (5):1:
ص ا ااما ل ص ااوص ل ص بفالصعل ل وف ي اا لالرف ..... اا ا“Hai orang-orang yang beriman! Penuhilah
akad-akad itu.......”
c. QS Al-Maidah (5):2:
ى..... لاى لص فسفوا لحالقص ا نل ص عا اوا جاعا ..... وا“.....dan tolong menolonglah kalian dalam
(mengerjakan) kebajikan........”
d. QS Al Muthofiffin (83):1-3
ص ل لاى وا حلالل ص عا ص ا فذا ص ص ا لالرف ضف ا ل ن لفلصملطاففف
حا ص ل ص ا وا فذا اص وص ا نل ص شا وال لل ص لمص ااوص تا اعص سل عف لمص لخص Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
curang, (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka
minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar
atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi.
30
e. QS. Al Baqarah (2): 198:
مص ل ااال اا ص جا صحا ل ص ..... ص ل لا صطا عا الةم ص لا اضص
مص ب ل ..... زال
“..…Tidak ada dosa bagimu untuk mencari
karunia dari Tuhanmu..…”
f. QS. Al Baqarah (2):275
سال ا لس ا ا وا ..... حا ص ا وا ..... حا ال ل لص ا
“.....Dan Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba.......”
g. QS. Al Baqarah (2):279
لامل ص ا ..... لفمل ص ا وا اجل ص اجا ص
“.....Kamu tidak boleh menzalimi orang lain
dan tidak boleh dizalimi orang lain.”
h. QS. Al Maidah (5):90
سل صعف وا لصما سل مص ا لصخا ص ا اما ل ص فنالما ي اا لالرف ا ل اا ا وا ص انص ا
هل حا ف ل ص صطاا ف اا ص ما ف لشال طل م ص عا اشص ا ل زف ص وا لص
مص جلفصلفحل ص ا لال ل . لاعا “Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, dan mengundi
nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan keji, perbuatan setan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.”
2. Hadits Nabi SAW, antara lain:
a. Hadits Nabi
سال ا ..... اةاحا سص اف فم ف ال شا وص لاى شلسل لفمل ص ا عا اللمعص
ال ا ة حا سا مة ااحا ال حا عمس زو ه لحسمري ع )ااوص
(ب ع و
.......Kaum muslimin terikat dengan syarat-
syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau
31
menghalalkan yang haram,”(HR Tirmidzi
dari‟Amr bin„Auf). b. Hadits Nabi
سا زا وا ا ف زا سا ه ما ب زو ه) ا
(و لد زقط وغس ما ع اب ظعد
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri
maupun orang lain,” (HR. Ibnu Majah,
Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa‟id al-
Khudri).
c. Hadits Qudsi riwayat Abu Dawud dari Abu
Hurairah, Rasulullah SAW berkata:
لل الاى اقل ص الامص اخل ص : فنالا ا جاعا ص ف ما ص ا اانااثاالفثل لشالسف
ا دل لما احف اهل ااحا ا ا دل لما ا ا احا احف اهل اإفذا خا ا
ا ص ف فما ثل مف ص با سا ص زو ه ب و و وع اب س )خا
(س
“Allah SWT berfirman: `Aku adalah pihak
ketiga dari dua orang yang bersyarikat
selama satu pihak tidak mengkhianati pihak
yang lain. Jika salah satu pihak telah
berkhianat, Aku keluar dari mereka,” (HR
Abu Dawud, yang dishahihkan oleh al
Hakim, dari Abu Hurairah)
d. Hadits Nabi:
ص لالما عا ص با ظا صهف وا لا لالى هللال عا لل هللاف ا ظل ص ف نا اى زا
ا ف ص , لاحا ا عا ص با زف ف وا سا و ه لخمعة عا ص ) لص ا
صسا ا ص لسا (اابف
Nabi SAW melarang jual beli dengan cara
melempar batu dan dari jual beli gharar,
(HR. Khomsah dari Abu Hurairah).
e. Hadits Nabi
صطا مف الا شال اا الا ص )ما ص غا زو ه معلم عا ص اا بف
صسا ا ( لسا
32
“Barang siapa menipu kami, maka ia tidak
termasuk golongan kami.” (Hadis Nabi
riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah)
f. Hadits Nabi
لالما عا ص ثاما ف ظا صهف وا لا لالى عا لل هللاف ا ظل ص نا اى زا
ا ف ف لص ا ف لص ا حل ف وا ا صما صسف لص لصبف وا محفق ) لص ا
(عله
“Nabi SAW melarang (penggunaan) uang
dari penjualan anjing, uang hasil pelacuran
dan uang yang diberikan kepada
paranormal," (Muttafaq „alaih).
g. Hadits Nabi
صحاةف سفوا لم مص ص ا لصخا سال ا با لاهل حا ظل ص زا ف ال هللاا وا
صسفوا صثا لا وا لصخف صصف اا لا هللاف اازا ظل ص ص ا اازا ص اا ف اقف
لدص ا ل فل ل وا صحاةف اإفنال االطصلاى بف اا لعي اا ف شلحل ص ا لصما
لل ول حا ص فحل بف اا لص ا اعص سا ل وا ل الاضل اقاالا ا ل ا حا
لالما عف صدا ظا صهف وا لا لالى هللال عا لل هللاف ا ظل ص ثلمال قاالا زا
سال ا شلحل ص ما اا ذا لفكا قااجا ا هللال لا ل و ا حا ف ال هللاا لامال
لل ص هل ا ا ا هل ثلمال بااعل ص لل ص ما (محفق عله )ثاما اهل ا“sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai,
babi dan patung-patung. Rasulullah ditanya,
Wahai Rasulullah, tahukah anda tentang
lemak bangkai, ia dipakai untuk mengecat
kapal-kapal, untuk meminyaki kulit-kulit dan
dipakai untuk penerangan (lampu) oleh
banyak orang?‟ Nabi SAW. Menjawab,
“Tidak! Ia adalah haram.‟ Nabi SAW.
Kemudian berkata lagi, „Allah memerangi
orang-orang Yahudi karena ketika Allah
mengharamkan lemak bangkai kepada
mereka, mereka mencarinya dan menjualnya,
kemudian mereka memakai hasil penjualan,”
(Muttafaq „alaihi)
33
h. Hadits Nabi
جاشف سص ى وا لصمل زو ه احمد )لاعا ا هللال لسال شف
(و لحسمرى “Allah melaknat pembeli dan penerima
risywah,”(HR.Ahmad dan al-Tirmidzi) 3. Kaidah Fiqih:
a. Kaidah Fiqih
بااحةل الاتف إلف اما عا اا ص ادللال ال ف ا ال اا ص ل فى صلمل
ص ل لف صمف اا وا سف لاى جاحص عا
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah
boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkan”
b. Kaidah Fiqih
قاةف شا زف لما لاى قادا عا سل االا ص
“Ujrah/kompensasi sesuai dengan tingkat
kesulitan (Kerja)”
Memperhatikan:
1. Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No.73/MPP/Kep/3/2000 tanggal
20 Maret 2000 tentang Ketentuan Kegiatan
Usaha Penjualan Berjenjang;
2. Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 289/MPP/Kep/10/2001 BAB
VIII Pasal 22 tentang Ijin Usaha Penjualan
Berjenjang;
3. Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007
tentang Penerbitan Surat Izin Usaha
Perdagangan;
4. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor
32/MDAG/PER/8/2008 tanggal 21 Agustus
2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha
Perdagangan dengan Sistem Penjualan
Langsung.
34
MENETAPKAN:
Pertama :
MEMUTUSKAN
FATWA TENTANG PEDOMAN PENJUALAN
LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH
Ketentuan Umun
1. Penjualan Langsung Berjenjang adalah cara
penjualan barang atau jasa melalui jaringan
pemasaran yang dilakukan oleh perorangan
atau badan usaha kepada sejumlah perorangan
atau badan usaha lainnya secara berturut-turut.
2. Barang adalah setiap benda berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, dapat
dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan,
yang dapat dimiliki, diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh
konsumen.
3. Produk jasa adalah setiap layanan yang
berbentuk pekerjaan atau pelayanan untuk
dimanfaatkan oleh konsumen.
4. Perusahaan adalah badan usaha yang
berbentuk badan hukum yang melakukan
kegiatan usaha perdagangan barang dan atau
produk jasa dengan sistem penjualan langsung
yang terdaftar menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5. Konsumen adalah pihak pemakai barang dan
atau jasa, dan tidak untuk diperdagangkan.
6. Komisi adalah imbalan yang diberikan oleh
perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan
yang besaran maupun bentuknya
diperhitungkan berdasarkan prestasi kerja
nyata, yang terkait langsung dengan volume
atau nilai hasil penjualan barang dan atau
produk jasa.
7. Bonus adalah tambahan imbalan yang
diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha
atas penjualan, karena berhasil melampaui
target penjualan barang dan atau produk jasa
yang ditetapkan perusahaan.
35
8. Ighra‟ adalah daya tari luar biasa yang
menyebabkan orang lalai terhadap
kewajibannya demi melakukan hal-hal atau
transaksi dalam rangka memperoleh bonus
atau komisi yang dijanjikan.
9. Money Game adalah kegiatan penghimpunan
dana masyarakat atau penggandaan uang
dengan praktik memberikan komisi dan bonus
dari hasil perekrutan/pendaftaran Mitra Usaha
yang baru/bergabung kemudian dan bukan dari
hasil penjualan produk, atau dari hasil
penjualan produk namun produk yang dijual
tersebut hanya sebagai kamuflase atau tidak
mempunyai mutu/kualitas yang dapat
dipertanggung jawabkan.
10. Excessive mark-up adalah batas marjin laba
yang berlebihan yang dikaitkan dengan hal-hal
lain di luar biaya.
11. Member get member adalah strategi perekrutan
keanggotaan baru PLB yang dilakukan oleh
anggota yang telah terdaftar sebelumnya.
12. Mitra usaha/stockist adalah pengecer/retailer
yang menjual/memasarkan produk-produk
penjualan langsung.
Kedua : Ketentuan Hukum
Praktik PLBS wajib memenuhi ketentuan
ketentuan sebagai berikut:
1. Adanya obyek transaksi riil yang diperjual
belikan berupa barang atau produk jasa;
2. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan
bukan sesuatu yang diharamkan dan atau yang
dipergunakan untuk sesuatu yang haram;
3. Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak
mengandung unsur gharar, maysir, riba,
dharar, dzulm, maksiat;
4. Tidak ada kenaikan harga/biaya yang
berlebihan (excessive mark-up), sehingga
merugikan konsumen karena tidak sepadan
36
dengan kualitas/manfaat yang diperoleh;
5. Komisi yang diberikan oleh perusahaan
kepada anggota baik besaran maupun
bentuknya harus berdasarkan pada prestasi
kerja nyata yang terkait langsung dengan
volume atau nilai hasil penjualan barang atau
produk jasa, dan harus menjadi pendapatan
utama mitra usaha dalam PLBS;
6. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada
anggota (mitra usaha) harus jelas jumlahnya
ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai
dengan target penjualan barang dan atau
produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan;
7. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara
pasif yang diperoleh secara reguler tanpa
melakukan pembinaan dan atau penjualan
barang dan atau jasa;
8. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan
kepada anggota (mitra usaha) tidak
menimbulkan ighra‟;
9. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam
pembagian bonus antara anggota pertama
dengan anggota berikutnya;
10. Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk
penghargaan dan acara seremonial yang
dilakukan tidak mengandung unsur yang
bertentangan dengan aqidah, syariah dan
akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat
dan lain-lain;
11. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan
keanggotaan berkewajiban melakukan
pembinaan dan pengawasan kepada anggota
yang direkrutnya tersebut;
12. Tidak melakukan kegiatan money game.
Ketiga : Ketentuan Akad
Akad-akad yang dapat digunakan dalam PLBS
adalah:
1. Akad Bai‟/Murabahah merujuk kepada
37
substansi Fatwa No. 4/DSN-MUI/IV/2000
tentang Murabahah; Fatwa No. 16/DSN-
MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam
Murabahah;
2. Akad Wakalah bil Ujrah merujuk kepada
substansi Fatwa No. 52/DSN-MUI/III/2006
tentang Wakalah bil Ujrah pada Asuransi dan
Reasuransi Syariah;
3. Akad Ju‟alah merujuk kepada substansi Fatwa
No. 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang Akad
Ju‟alah;
4. Akad Ijarah merujuk kepada substansi Fatwa
No. 9/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Ijarah.
5. Akad-akad lain yang sesuai dengan prinsip
syariah setelah dikeluarkan fatwa oleh DSN-
MUI.
Keempat : Ketentuan Penutup
1. Jika terjadi perselisihan di antara para pihak,
maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan sesuai prinsip syariah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
Dari fatwa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menjalankan
bisnis dengan sistem MLM harus memenuhi duabelas ketentuan hukum MUI,
yang sebagaimana telah penulis jelaskan di atas.
38
BAB III
Praktek Bisnis Verita Sentosa Internasional (VSI) Di Masyarakat
A. Sejarah Berdirinya Verita Sentosa Internasional (VSI)
Beranjak dari penggalian potensi masyarakat yang sudah terbiasa
menggunakan “gadget” mutakhir, lahirlah gagasan cermelang seorang Yusuf
Mansur yang ingin menjebatani kemudahaan pembelanjaan dan pembayaran
semua kebutuhan masyarakat dengan menggunakan teknologi pembayaran
multi guna (All Paymen Gateway).
Sejalan dengan itu, pada tahun 2013 lahirlah Verita Sentosa
Internasional (VSI) dengan produknya Verita Pay, yang merupakan
teknologi/perangkat lunak yang dijalankan disetiap handphone/smartphone
(gadget) dengan fungsi sebagai alat pembayaran multiguna (All Paymen
Gateway). Seiring dengan peluncuran Verita Pay dibangunlah komunitas
gotong royong (Multi Kultural) yang diberinama KOMUNITAS VSI.
Dengan perangkat lunak Verita Pay ini, semua mitra di komunitas
VSI dapat melakukan pembelanjaan dan pembayaran semua kebutuhan
harian, bulanan, bahkan tahunan, baik berupa kebutuhan primer maupun
sekunder. Pada tanggal 10 Juli 2013 berdasarkan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas No. 47 oleh notaris/PPAT H. Wira Fransisca, SH., MM. Perusahaan
ini didirikan langsung oleh pemilik perusahaan Ustad Yusuf Mansur. Adapun
bukti legalitas perusahaan adalah sebagai berikut:
Nama Perusahaan : PT Verita Sentosa Internasional
39
SK Menkumham : AHU-41742.AH.01.91.Tahun 2013
SIUP : 510/3-5674-BPPT
TDP : 101114619445
HO : 503/IG6417/BPPT
Notaris : H. Wira Franciska, SH. MH
Dewan Komisaris : H. Yusuf Mansur
Direktur Utama : Hari Prabowo
B. Produk-Produk Verita Sentosa Internasional (VSI)
Dalam melakukan bisnisnya, VSI mempunyai dua produk yaitu
produk berup obat dan produk jasa. Adapun produk jasanya adalah:
1. Pembayaran rutin bulanan (Listrik, Jastel, Finance/KKB, PDAM, TV
cabe, Internet, asuransi, Kartu Kredit).
2. Rutin berkala (top up Voucher Pulsa, top up Smart Card Seperti: BCA
Flash, E-Toll Card)
3. Voucher Game Online
4. Tiket Konser
5. Tiket Perjalanan (tiket kereta, tiket bus, tiker Travel, tiket pesawat)
6. Keagamaan (zizwaf, infaq)
7. Pendidikan (SOP, pendaftaran kuliah dan lain lain)
8. Pajak BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)
Sedangkan produk berupa obat yaitu Habspro, yang mempunyai khasiat
antara lain:
1. Sumber gizi
40
2. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
3. Obat asma dan alergi
4. Obat kanker
5. Obat ganguan pencernaan
6. Obat peradangan
7. Meningkatkan jumlah asi
8. Sebagai anti bakteri dan virus
9. Dapat mencegah penuaan dini
10. Dapat menyembuhkan peradangan
C. Sistem Manajemen Verita Sentosa Internasional (VSI)
VSI dalam melakukan usahanya dengan menggunakan Verita Pay,
yaitu portal layanan personal One Stop Service, yang mana dengan menjadi
member Verita Pay ini seseorang tidak perlu lagi keluar rumah untuk
melakukan pembayaran-pembayaran secara online dengan mudah, cepat,
nyaman, aman dan murah.
Seseorang yang akan bergabung dengan VSI, ia harus terlebih
dahulu mendaftarkan diri dengan membayar sesuai dengan paket yang
diambil. Pembayaran dilakukan kepada orang yang merekrut untuk
bergabung, dengan melakukan pembayaran tersebut, maka dapat melakukan
bisnis loket All Paymen Verita-Pay include softwere paymen dengan Os Java,
mempunyai hak usaha pengembangan pemasaran VSI seumur hidup dan
dapat diwariskan, sehingga dapat mencari orang atau merekrut sebanyak-
banyaknya.
41
Untuk mengetahui lebih mendalam sistem manajemen dalam VSI
maka kita perlu mengetahui jenis paket yang ada dalam VSI. Beriku ini
adalah jenis paket perdana:
1. Jenis Paket Basic
Seseorang yang telah membeli jenis paket Basic dengan Harga
Rp. 275.000,00 maka orang tersebut mempunyai hak usaha satu artinya
hanya dapat mengembangkan usaha piramid satu di kanan dan satu
di kiri dengan kata lain mempunyai nilai dua. Nilai tersebut dapat
ditukarkan dengan satu buah buku atau dengan 1 Botol Habspro.
2. Jenis Paket Silver
Seseorang yang telah membeli jenis paket Silver dengan Harga
Rp. 825.000,00 maka orang tersebut mempunyai hak usaha tiga artinya
hanya dapat mengembangkan usaha piramid tiga di kanan dan tiga
di kiri dengan kata lain mempunyai nilai enam. Nilai tersebut dapat
ditukarkan dengan 1 Botol Habspro dan 2 Buku Atau 3 Buku. Seseorang
yang mengambil jenis paket Silver juga diberikan casback yang akan
ditransfer di Bank sebesar Rp. 75.000,00 dan deposit Rp. 50.000,00.
3. Jenis Paket Gold
Seseorang yang telah membeli jenis paket Gold dengan Harga
Rp. 1.925.000,00 maka orang tersebut mempunyai hak usaha tujuh
artinya hanya dapat mengembangkan usaha piramid tujuh di kanan dan
tujuh di kiri dengan kata lain mempunyai nilai empatbelas. Nilai tersebut
dapat ditukarkan dengan empat Botol Habspro dan tiga atau delapan
42
buku (Trilogi dan Pentalogy). Seseorang yang mengambil jenis paket
Gold juga diberikan casback yang akan ditransfer di Bank sebesar Rp.
225.000,00 dan deposit Rp. 170.000,00.
4. Jenis Paket Platinum
Seseorang yang telah membeli jenis paket Platinum dengan
Harga Rp. 4.125.000,00 maka orang tersebut mempunyai hak usaha
limabelas artinya hanya dapat mengembangkan usaha piramid limabelas
di kanan dan limabelas di kiri dengan kata lain mempunyai nilai
tigapuluh. Nilai tersebut dapat ditukarkan dengan 7 Botol Habspro, tiga
buku Trlogy, lima buku pentalogy. Seseorang yang mengambil jenis
paket Platinum ini, juga diberikan casback yang akan ditransfer di Bank
sebesar Rp. 675.000,00 dan deposit Rp. 450.000,00.
5. Jenis Paket Titanium
Seseorang yang telah membeli jenis paket Titanium dengan
Harga Rp. 8.525.000,00 maka orang tersebut mempunyai hak usaha
tigapuluhsatu artinya hanya dapat mengembangkan usaha piramid
tigapuluhsatu di kanan dan tigapuluhsatu di kiri dengan kata lain
mempunyai nilai enampuluhdua. Nilai tersebut dapat ditukarkan dengan
satu set Ensiklopedia sederhana atau satu smartphone Andromax C atau
deposi Rp. 500.000,00. Seseorang yang mengambil jenis paket Platinum
ini, juga diberikan casback yang akan ditransfer di Bank sebesar Rp.
1.635.000,00 dan deposit Rp. 1.090.000,00.
43
Setelah terdaftar sebagai anggota VSI, maka untuk melakukan
transaksi penjualan jasa, seorang anggot harus melakukan deposit terlebih
dahulu, kepada orang yang mengajak atau mentransfer sejumlah nominal
tertentu ke rekening Bank Mandiri atau BCA atas nama Yusuf Mansur.
Dalam bisnis VSI ini seorang anggota mempunyai kesempatan
untuk mendapatkan bonus-bonus yang ditawarkan, bonus tersebut antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Bonus Sponsor
Apabila seorang telah menjadi anggota VSI, ketika berhsil mengajak
satu orang saja untuk bergabung maka akan mendapatkan bonus sponsor
sebesar Rp. 50.000,00 dengan rincian cash Rp. 30.000,00 dan berupa
deposit Verita Pay sebesar Rp. 20.000,00.
Bonus sponsor berupa cash akan dimasukan dalam rekening,
ataupun dapat ditukar dalam bentuk deposit, jika sudah mencapai sebesar
Rp. 150.000,00, dan bonus berupa deposit dapat ditukar dalam bentuk
deposit pulsa jika sudah mencapai Rp. 50.000,00, pencairan bonus akan
dilakukan setiap awal bulan, pada hari senin, untuk deposit pulsa dan hari
rabu untuk deposit berupa cash. Berkut ini adalah tabel sistem kerja
dalam VSI.
44
Tabel 3.1 Sistem Kerja Dalam VSI
2. Bonus pasangan
Yaitu ketika terjadi satu pasangan kanan dan kiri maka akan
mendapatkan bonus sebesar Rp. 25.000,00 dengan rincian 60% cash, dan
40% deposit yaitu Rp. 15.000,00 dan Rp. 10.000,00. Pembatasan bonus
atau Flash Out yang diberikan dari VSI adalah 12 pasang per hari artinya
artinya ketika seseorang mempunyai satu hak usaha maka bonus
maksimal Rp. 300.000,00, mempunyai tiga hak usaha maka bonus
maksimal Rp. 900.000,00, dan seterusnya.
3. Bonus Duplikasi Pengembangan Sampai Sepuluh Generasi
Ketika generasi satu sampai dengan generasi sepuluh dari grup yang
disponsori mendapatkan bonus pasangan, maka akan mendapatkan bonus
duplikasi pengembangan sebesar Rp. 1.000,00 dari tiap pasangan yang
terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat melihat tabel dibawah ini:
45
Tabel 3.2 Bonus Duplikasi Pengembangan
Generasi Sponsoring Bonus Flash Out Total Bonus
1 2 Rp. 1.000,00 12 Rp. 24.000.00
2 4 Rp. 1.000,00 12 Rp. 48.000,00
3 8 Rp. 1.000,00 12 Rp. 96.000,00
4 16 Rp. 1.000,00 12 Rp. 192.000,00
5 32 Rp. 1.000,00 12 Rp. 384.000,00
6 64 Rp. 1.000,00 12 Rp. 768.000,00
7 128 Rp. 1.000,00 12 Rp. 1,536.000,00
8 256 Rp. 1.000,00 12 Rp. 3,072.000,00
9 512 Rp. 1.000,00 12 Rp. 6,144.000,00
10 1024 Rp. 1.000,00 12 Rp. 12,288.000,00
Potensi max Bonus Duplikasi/Hari/HU Rp. 24,552.000,00
Potensi max Bonus Duplikasi/Bulan/HU Rp. 736,560.000,00
4. Bonus Reward
Adalah bonus yang diberikan ketika bisa membina dua downline
di bawahnya, sehingga downline di bawahnya dapat berkembang menjadi
banyak. Bonus reward dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
a. Reward Star Leader
Seorang anggota yang telah mempunyai downline sebanyak
100 kanan dan 100 kiri di bawahnya, maka akan mendapatkan
reward Star Leader berupa tablet Android senilai Rp. 1.000.000,00.
46
b. Reward Bronze
Seorang anggota yang telah mempunyai downline sebanyak
500 kanan dan 500 kiri di bawahnya, maka akan mendapatkan
reward bronze berupa Free trip ke Sentosa Island Singapoer, senilai
Rp. 5.000.000,00.
c. Reward Silver
Seorang anggota yang telah mempunyai downline sebanyak
7.000 kanan dan 7.000 kiri di bawahnya, maka akan mendapatkan
reward silver berupa perjalanan religi atau tour senilai
Rp. 40.000.000,00.
d. Reward Gold
Seorang anggota yang telah mempunyai downline sebanyak
25.000 kanan dan 25.000 kiri di bawahnya, maka akan mendapatkan
reward gold berupa satu unit mobil senilai Rp. 200.000.000,00.
e. Reward Emerald
Seorang anggota yang telah mempunyai downline sebanyak
100.000 kanan dan 100.000 kiri di bawahnya, maka akan
mendapatkan reward emerald berupa satu unit mobil mewah senilai
Rp. 500.000.000,00.
f. Reward Diamond
Seorang anggota yang telah mempunyai downline sebanyak
250.000 kanan dan 250.000 kiri di bawahnya, maka akan
47
mendapatkan reward diamond Berupa rumah senilai
Rp. 1.000.000.000,00.
g. Reward Ambassador
Seorang anggota yang telah mempunyai downline sebanyak
1.000.000 kanan dan 1.000.000 kiri di bawahnya, maka akan
mendapatkan reward ambassador berupa Villa mewah senilai
Rp. 2.000.000.000,00
h. Reward Crow Ambassador
Seorang anggota yang telah mempunyai downline sebanyak
2.500.000 kanan dan 2.500.000 kiri di bawahnya, maka akan
mendapatkan reward crow Ambassador berupa mobil Ferari atau
mobil Lamborghini senilai Rp. 5.000.000.000,00
5. Bonus Repeat Order Verita Pay
Yaitu bonus yang didapat dari total transaksi pulsa dan paymen
dalam satu bulan yang terjadi dalam grup, sampai dengan sepuluh
generasi. Bonus tersebut akan dibagikan setiap bulan dengan perinciaan
60% berupa cash dan 40% berupa deposit. Berikut ini adalah contoh
ilustrasi royalti dengan duplikasi mensponsori 4 loket paymen:
Generasi Jumlah
Agen Royalty
Transaksi
Perbulan Bonus
1 4 Rp. 100,00 30 Rp. 12.000.00
2 16 Rp. 20,00 30 Rp. 9.600,00
3 64 Rp. 20,00 30 Rp. 38.400,00
4 256 Rp. 20,00 30 Rp. 153.600,00
48
5 1.024 Rp. 20,00 30 Rp. 614.400,00
6 4.096 Rp. 20,00 30 Rp. 2.457.600,00
7 16.384 Rp. 20,00 30 Rp. 9.830.400,00
8 65.536 Rp. 20,00 30 Rp. 39.321.600,00
9 265.144 Rp. 20,00 30 Rp. 157.286.400,00
10 1.048.576 Rp. 20,00 30 Rp. 629.145.600,00
Total Rp. 838.145.600,00
6. Bonus Repead Order Habspro
Yaitu bonus yang diberikan kepada anggota VSI yang melakukan
pembelian Habspro senilai Rp. 95.000,00. Besaran bonus yang diberikan
adalah Rp. 5.000,00 setiap satu botol Habspro, bonus tersebut berlaku
sampai dengan sepuluh generasi.
D. Perkembangan Bisnis Verita Sentosa Internasional (VSI) Hingga Saat
Ini
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan sebagian pelaku bisnis
MLM VSI, mereka tertarik mengikuti bisnis tersebut karena, tidak ada
kewajiban tutup poin dan ownernya adalah orang yang sudah terkenal yaitu
Ustad Yusuf Mansur, dari hal tersebut mereka yakin bahwa bisnis MLM ini
bukan bisnis yang sembarangan.
Salah seorang pelaku bisnis MLM adalah Uswatun, ia tinggal di
Banjarmasin bersama suaminya. Karena sebagai ibu rumah tangga, maka ia
sering berada di rumah. Sehingga ia ingin berbisnis yang dijalankan di
49
rumah. Kemudian ia meminta solusi kepada temannya, dan akhirnya diajak
untuk mengikuti bisnis MLM. Tetapi setelah kurang lebih satu bulan dalam
menjalani bisnis tersebut, ternyata ada kewajiban tutup poin (kewajiban
berbelanja setiap bulannya), sehingga ia memutuskan untuk berhenti dan
mencari bisnis lain. Setelah mencari di internet, ia mendapatkan bisnis MLM
yaitu VSI, yang dalam bisnis tersebut tidak ada kewajiban tutup poin.
Di samping itu ownernya adalah Ustad Yusuf Mansur, sehingga ia menjadi
sangat yakin bahwa MLM tersebut bukan sembarangan. Kira-kira bulan
Desember 2013 ia memutuskan untuk mengikuti bisnis tersebut dan
menekuninya. Dalam menjalani bisnis tersebut, agar semakin berkembang, ia
melakukan promosi lewat Facebook. Akhirnya banyak orang yang ingin
bergabung dan menginginkan penjelasan secara detail terhadap bisnis
tersebut. karena peminatnya kebanyakan dari pulau Jawa, maka ia
memutuskan untuk kembali ke Jawa dan tinggal di Salatiga. Ketika ia tinggal
di Salatiga, ia menggadakan seminar VSI di Salatiga, tepatnya di Aula
STAIN Salatiga kampus satu. Dari kegiatan tersebut ia mengatakan, bahwa
jumlah anggotanya semakin banyak dan berkembang.
No Nama Member Kota Paket
Basic Silver Gold Platinum Titanium
1 Ummi Sholikhah Kartasura Ya
2 Siti Ika Nur
Hidayah
Sragen Ya
3 Dina Rif‟atu Nafa Salatiga Ya
4 Yuli Nur Aryani Banyumas Ya
5 Rondhi Pati Ya
6 Uu Abdullah Jakarta Ya
7 Rika Noverma Pekanbaru Ya
8 Fauzan Azima Pekanbaru Ya
50
9 Arif Setiawan Yogyakarta Ya
10 Rachmawati Imelda Jakarta Ya
11 Khusnul Khotimah Kendal Ya
12 Khusnul Khotimah Temanggung Ya
13 Khusnul Khotimah Kendal Ya
14 Ali Musta‟in Salatiga Ya
15 Ali Musta‟in Salatiga Ya
16 Ali Musta‟in Salatiga Ya
17 Subkhan Masykuri Salatiga Ya
18 Lailatul Umi Lestari Salatiga Ya
19 Fitri Susiawati Salatiga Ya
20 Triyani Yuliana Salatiga Ya
21 Triyani Yuliana Salatiga Ya
22 Novi Yuliyanti
Ningsih
Salatiga Ya
23 Muhammad Luthfi
S.A
Salatiga Ya
24 Dwy Rahayu Kab.Semarang Ya
25 Eny Sudarti Kab.Semarang Ya
26 Ahmad Syarifudin
S.Pd.I
Kendal Ya
27 Khairil Muna Kendal Ya
28 Khusnul Khotimah Kendal Ya
29 Agustina Widayanti Salatiga Ya
30 Reni Oktaviana Salatiga Ya
31 Sally Pratiwi Salatiga Ya
32 Nurul Hikmah Salatiga Ya
33 Joko Kistanto Salatiga Ya
34 Yanita Mt Salatiga Ya
35 Meta Ayu Lusia
Dewi
Salatiga
Ya
36 Ambar Mufidah Salatiga Ya
37 Munadziroh Salatiga Ya
38 Muhammad Fuad
Zain Kartasura Ya
39 Siti Rohmahwati Kartasura Ya
40 Ratih Elok Faiqotul
H. Kartasura Ya
41 Bekti Taufiq A.N. Kartasura Ya
42 Maqfur Kartasura Ya
43 Ahmad Muhammad Kartasura Ya
44 Happy Artiyas Sari Kartasura Ya
45 Zakiyah Nur „Aini Kartasura Ya
51
46 Muhammad Noor Banjarmasin Ya
47 Rafid Darajati Salatiga Ya
48 M.Syahriyal Fitri Banjarmasin Ya
49 Arief Rahman
Hakim
Banjarmasin Ya
50 Rabiatul Awaliyah Banjarmasin Ya
51 Meta Ayu Lusia
Dewi Salatiga
Ya
52 M.Mutholib Kendal Ya
53 M.Usman Yahya Banjarmasin Ya
54 Nur Hikmatur
Rohmah
Salatiga
Ya
55 Hajar Septi Nasution Salatiga Ya
56 Amprianto Salatiga Ya
57 Amprianto Salatiga Ya
58 Ampriyanto Salatiga Ya
59 Kiki Prava Wiliana Salatiga Ya
60 Mawar Agustin Salatiga Ya
61 Asrifatul Husna Salatiga Ya
62 Nur Hikmatur
Rohmah
Salatiga Ya
63 Wanda Oktavian
Syaputra Banjarmasin Ya
64 Uswatun Hasanah Banjarmasin Ya
65 M Shohibul Ulum Kartasura Ya
66 Diny Febriana Kartasura Ya
67 Felayati Hanif Salatiga Ya
68 Indratno Sri Kuncoro
Banjarmasin Ya
69 Sri Yuliyana Banjarmasin Ya
70 Deni Handoko,S.E Banjarmasin Ya
71 Hastari Rahayu Banjarmasin Ya
72 Indriyo Kumolo Banjarmasin Ya
73 Norma Susanti Banjarmasin Ya
74 Adwitya Paramita
Sari Banjarmasin Ya
75 Indratno Sri Kuncoro Banjarmasin Ya
76 Indrio Kumolo Banjarmasin Ya
77 Karmo Salimin Banjarmasin Ya
78 Zuspita Eka Safitri Banjarmasin Ya
52
79 M.Althariq Rizky Banjarmasin Ya
80 Indriyo Kumolo Hpb Banjarmasin Ya
81 Norma Susanti Banjarmasin Ya
82 Mira Susanti Banjarmasin Ya
83 Bremono Rendhy Banjarmasin Ya
84 Rusmiyati,S.H Banjarmasin Ya
85 Zaldi Arifinsyam Banjarmasin Ya
86 Galuh Istiroch ,S.E Banjarmasin Ya
87 Zaenal Efendi Banjarmasin Ya
88 Muhammad Sumali Banjarmasin Ya
89 Yuni Prihatini,S.E Banjarmasin Ya
90 Siti Aribatul Husna Padang Ya
Dari hasil wawancara yang kami lakukan terhadap para pelaku bisnis
MLM tersebut, mereka mengatakan bahwa dengan adanya VSI ini sangat
mempermudah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari khususnya isi pulsa
telefon dan listrik. Selain itu juga dapat mengajak orang lain untuk
bergabung mengikuti bisnis tersebut, untuk dapat bergabung, terlebih dahulu
mendaftarkan diri kepada orang yang mengajaknya dan membayar biaya
pendaftaran sesuai dengan paket bisnis yang diinginkan, setelah terdaftar
maka akan mendapatkan aplikasi untuk pengisian pulsa dan lain-lain.
Keanggotaan dalam VSI seumur hidup dan dapat diwariskan, artinya selama
nomor telefon yang didaftarkan masih aktif, maka ia masih menjadi angota
VSI.
Dari keterangan anggota VSI yang kami wawancarai mengatakan,
ketika berhasil mengajak satu orang maka akan mendapatkan bonus sponsor
sebesar Rp. 50.000,00 begitu juga seterusnya dan ketika berhasil mengajak
satu orang lagi, artinya satu pasang kanan kiri maka akan mendapatkan bonus
53
pasangan sebesar Rp. 25.000,00. Salah seorang yang kami wawancarai
pernah memperoleh bonus Reward Star Leader berupa tablet Android senilai
Rp. 1.000.000,00, karena telah mencapai target yang ditetapkan.
Selain bonus tersebut, dari keterangan anggota VSI, mengatakan
terdapat juga bonus yang bisa diperoleh oleh anggotanya, yaitu bonus
duplikasi pengembangan, artinya ketika generasi satu sampai dengan generasi
sepuluh dari grup yang disponsori mendapatkan bonus pasangan, maka orang
yang ada di atasnya akan mendapatkan bonus duplikasi pengembangan
sebesar Rp. 1.000,00 dari tiap pasangan yang terjadi.
Dari keterangan anggota VSI yang kami wawancarai Dalam
melakukan transaksi pengisian pulsa, kita bisa mendapatkan bonus Repead
Order Verita Pay, bonus tersebut didapat dari total jumlah transaksi pulsa
dalam satu bulan sampai dengan sepuluh generasi, besaran bonus yang
dibagikan sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya,
bonus tersebut, menurut keterangan anggota VSI akan dibagikan setiap
bulanya.
Produk obat berupa Habspro yang ditawarkan VSI, dari keterangan
anggota VSI sangat bermanfaat untuk berbagai macam pengobatan, dan
harganya pun lebih murah dibandingkan harga di toko-toko, selain itu ketika
berhasil melakukan penjualan maka akan mendapatkan bonus Rp. 5.000,00.
bonus tersebut berlaku sampai sepuluh generasi di bawahnya.
54
BAB IV
ANALISIS PRAKTEK VERITA SENTOSA INTERNASIONAL (VSI)
DALAM TINJAUAN FATWA MUI NO.75/DSN/VII/2009
A. Analisis Verita Sentosa Internasional (VSI) Dalam Praktek
Saat ini banyak sekali Bisnis perusahaan dalam mengembangkan
usahanya dengan sistem MLM. Dari masing-masing perusahaan mempunyai
kebijakan sendiri-sendiri. Jadi untuk lebih mudah dalam menganalsis fakta
yang sebenarnya maka penulis membatasi hanya pada sistem bisnis MLM
yang diterapkan dalam VSI. Secara umum Indonesia sudah mempunyai
aturan tentang DS(Direct Selling) atau MLM yaitu peraturan menteri
perdagangan RI nomor 32/M-DAG/PER/8/2008 tentang penyelengaraan
kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung35
. Maka MLM
VSI merupakan salah satu dari berbagai MLM yang ada di Indonesia, dan
telah mempunyai kekuatan hukum. Yang mana telah diterbitkanya SK
Mengkumham, mempunyai Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda
Dafar Perusahaan (TDP) dan Hinder Ordonantie (HO). Maka dalam
menjalankan bisnisnya sudah sesuai aturan yang berlaku di Indonesia.
Dalam prakteknya VSI sangat digemari oleh masyarakat karena
ownernya adalah Ustad Yusuf Mansur, dan produk atau jasanya sangat
dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai contoh, pulsa telefon, merupakan salah
satu produk VSI yang cukup diminati banyak orang. Karena saat ini telefon
35
Serfianto D. Purnomo Dkk. 2011. Multi Level Marketing Money Game dan Skema
Piramid. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia. hlm. 89.
55
sudah menjadi kebutuhan hidup di masyarakat. Selain dapat digunakan
sendir, pulsa telefon juga dapat dijual kepada orang lain yang membutuhkan.
Sehinga banyak orang yang ingin bergabung dalam bisnis tersebut.
Untuk dapat bergabung maka terlebih dulu mendaftarkan kepada
orang yang mengajak untuk bergabung, dengan biaya sesuai paket yang
dipilih. Sebagai mana yang penulis paparkan pada bab tiga tentang sistem
manajemen VSI bahwa, seseorang yang ikut bergabung dalam bisnis VSI
dengan mengambil pakat Basic atau paket bisnis yang lainnya, maka orang
yang mengajak bergabung tersebut akan mendapatkan bonus sebesar
Rp.50.000,00, ketika bisa mengajak orang lain lagi, maka akan mendapatkan
bonus sebesar Rp. 50.000,00 dan bonus pasangan sebesar Rp. 25.000,00.
Maka hal tersebut sesuai dengan marketing plan yang ditetapkan VSI.
Selain bonus tersebut VSI dalam prakteknya juga memberikan bonus
duplikasi pengembangan sampai sepuluh generasi, artinya ketika generasi
satu sampai generasi sepuluh, yang disponsori mendapatkan bonus pasangan,
maka akan mendapatkan bonus duplikasi pengembangan sebesar
Rp.1.000,00. Dalam prakteknya VSI juga memberikan bonus reward kepada
para anggota, dari hasil wawancara yang penulis lakukan terdapat salah
seorang yang mendapatkan bonus Reward Star Leader berupa tablet Android
senilai Rp. 1.000.000,00.
Dalam bisnis MLM VSI juga terdapat bonus repeat order veritapay.
Menurut keterangan anggota VSI, bahwa bonus tersebut diberikan ketika
terdapat transaksi pulsa dan payment selama satu bulan yang terjadi dalam
56
grupnya sampai sepuluh generasi, artinya jika mempunyai downline
di bahwahnya melakukan trasnaksi pulsa maka akan mendapatkan bonus.
Besaran bonus sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
Setiap anggota yang melakukan penjualan Habspro, senilai Rp.
95.000,00 setiap botolnya, akan mendapatkan bonus senilai Rp. 5.000,00
setiap botolnya, bonus tersebut diberikan sampai dengan generasi kesepuluh
dibawahnya.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, hanya beberapa produk
jasa yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti pengisian pulsa
telefon, pembayaran listrik dan air. Karena produk jasa tersebut sudah
menjadi kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam
prakteknya di masyarakat bisnsi VSI ini sesuai dengan marketing plen yang
telah ditetapka oleh VSI.
B. Analisis Yuridis Verita Sentosa Internasional (VSI) Menurut Fatwa
MUI No.75/DSN/VII/2009
Setelah kita mengetahui sistem yang ada dalam VSI, sebagaimana
yang dipraktekkan oleh para pelaku bisnis tersebut, maka kita dapat
mengetahui bagaimana kedudukan hukum bisnis tersebut. VSI sebagai salah
satu bentuk muamalah di Indonesia, dalam pelaksanaanya harus berpedoman
kepada sejumlah aturan hukum yang berlaku di Indonesia baik itu Undang-
undang, maupun Fatwa MUI. Pada bab ini penulis akan menganalisis
kedudukan bisnis tersebut menurut Fatwa MUI No.75/DSN/VII/2009.
57
Dalam menjalankan bisnisnya, VSI melakukan penjualan barang berupa
Habspro dan dan produk jasa kepada konsumennya, produk jasa tersebut
adalah
1. Pembayaran rutin bulanan (Listrik, Jastel, Finance/KKB, PDAM, TV
cabe, Internet, asuransi, Kartu Kredit).
2. Rutin berkala (top up Voucher Pulsa, top up Smart Card Seperti: BCA
Flash, E-Toll Card)
3. Voucher Game Online
4. Tiket Konser
5. Tiket Perjalanan (tiket kereta, tiket bus, tiker Travel, tiket pesawat)
6. Keagamaan (zizwaf, infaq)
7. Pendidikan (SOP, pendaftaran kuliah dan lain lain)
8. Pajak BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)
Dalam Fatwa MUI No.75/DSN/VII/2009, pada ketentuan hukum yang
pertama, dinyatakan bahwa “adanya obyek transaksi riil yang
diperjualbelikan berupa barang atau produk jasa”. Maka dalam hal ini, VSI
telah memenuhi syarat dalam ketentuan hukum tersebut yaitu barangnya
berupa Habspro dan produk jasa. Produk jasa tersebut berupa transaksi
pengisia pulsa telefon, listrik dan lain-lain. Transaksi dalam pengisian pulsa
adalah transaksi yang tidak transparan atau tidak dapat dilihat bentuknya.
Setiap transaksi jual beli yang memberikan peluang terjadinya
persengketaan, karena barang yang dijual tidak transparan, atau ada unsur
penipuan yang dapat membangkitkan permusuhan antara dua pihak yang
58
bertransaksi, atau salah satu pihak menipu pihak lain, dilarang oleh Nabi.
Sebagai antisipasi terhadap munculnya kerusakan yang lebih besar (saddudz
dzari‟ah).36
Tidak semua yang tidak transparan dalam jual beli dilarang, sebab
sebagian barang yang dijual tidak terlepas dari kesamaran. Misalnya orang
membeli sebuah rumah. Tentu ia tidak mungkin bisa meliht secara detail
pondasinya dan tidak melihat pula apa yang ada dalam temboknya. Yang
dilarang adalah kesamaran yang menipu, yang dapat menimbulkan
permusuhan dan pertengkaran atau seseorang memakan harta orang lain
secara batil.37
Dalam pengisian pulsa adalah transaksi yang tidak transparan
dan tidak dapat dilihat bentuknya tetapi dari hasil pengisisn pulsa tersebut,
dapat dirasakan manfaatnya ketika digunakan untuk berkomunikasi.
Dilihat dari ketentuan hukum atau fatwa yang dikeluarkan MUI No:
75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum kedua, dinyatakan bahwa
barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang
diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram. Dari hal
tersebut VSI menyediakan barang berupa Habspro dan produk jasa berupa
pulsa. barang berupa Habspro tersebut sangat berguna untuk pengobatan dan
produk tersebut terdapat label halal, untuk produk jasa berupa pulsa sangatlah
bermanfaat untuk masyarakat dalam berkomunikasi. Maka hal tersebut sesuai
dengan fatwa MUI pada ketentuan hukum yang kedua.
36
Yusuf Qardhawi. 2007. Halal Haram Dalam Islam. Surakarta: Era Intermedia. hlm.
365. 37
Ibid, hlm.367 .
59
Dalam Fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin ketiga menyatakan bahwa Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak
mengandung unsur gharar, maysir, riba, dharar, dzulm, maksiat. Dalam
bisnis di VSI ini, menurut penulis dari hasil penelitian yang dilakukan dalam
bisnis VSI tidak ditemukan unsur-unsur yang diharamkan yaitu gharar
(tipuan), maysir (perjudian), riba (sistem bunga), dharar (bahaya), dzulm
(merugikan hak orang lain) dan maksiat. Maka hal tersebut telah sesuai
dengan fatwa MUI pada ketentuan hukum poin ketiga.
Dalam Fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin keempat menyatakan bahwa “Tidak ada kenaikan harga atau biaya yang
berlebihan (excessive mark-up), sehingga merugikan konsumen karena tidak
sepadan dengan kualitas atau manfaat yang diperoleh”. Dilihat dari ketentuan
tersebut, seseorang yang ingin bergabung dengan VSI jika ingin mengambil
paket besic sebesar Rp. 275.000,00 maka, akan diberikan softwere aplikasi
untuk transaksi dan Habspro. Menurut peneliti, hal tersebut harganya sangat
berlebihan (excessive mark-up) dan tidak sepadan dengan kualitas atau
manfaat yang diperoleh anggotanya. Oleh karena itu bisnis dalam VSI tidak
sesuai dengan fatwa MUI pada ketentuan hukum poin keempat.
Fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum poin
kelima menyatakan bahwa “Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada
anggota baik besaran maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi
kerja nyata yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan
barang atau produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha
60
dalam PLBS”. Dalam hal tersebut VSI memberikan komisi atau bonus bukan
berdasarkan prestasi kerja melainkan berdasarkan jumlah downline. Semakin
banyak downline di bawahnya, seorang anggota akan mendapatkan komisi
atau bonus semakin besar pula. Dengan demikian hal tersebut tidak sesuai
dengan fatwa MUI pada ketentuan hukum yang kelima.
Fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum poin
keenam menyatakan bahwa “Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada
anggota (mitra usaha) harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad)
sesuai dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan
oleh perusahaan”. Dari segi pembagian bonus yang di berikan oleh VSI
kepada anggotanya, VSI sudah mempunyai ketentuan, semisal ketika seorang
anggota VSI dapat melakukan penjualan barang berupa Habspro maka orang
yang menjualkan tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 5.000,00.
Dapat diambil kesimpulan bahwa ketentuan hukum MUI pada poin keenam
ini, sesuai dengan yang dipraktekan dalam VSI.
Fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum poin
ketuju menyatakan bahwa “Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif
yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan
barang dan atau jasa”. Dari keterangan pelaku bisnis VSI, Uswatun
menyatakan “ketika downline atau konsumen ingin membeli obat berupa
Habspro, seharusnya saya memesan obat tersebut kepada orang yang ada
di atas saya, tetapi orang yang ada di atas saya tidak mau tahu dan sulit
di hubungi sehingga saya harus memesan langsung di VSI demi kepuasan
61
konsumen dan untuk menjaga nama baik saya dalam bisnis tersebut, tetapi
setelah saya memesan barang tersebut, dan dikirim kepada saya, maka secara
otomatis orang yang ada di atas saya medapatkan keuntungan sebesar
Rp. 5.000,00 dari tiap botolnya”. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
fatwa MUI, bahwa tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang
diperoleh secara reguler tanpa melakukan penjualan barang. Maka dari hal
tersebut sistim bisnis yang ada dalam VSI tidak sesuai dengan fatwa MUI
pada ketentuan hukum yang ketuju.
Fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum poin
kedelapan menyatakan bahwa “Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan
kepada anggota (mitra usaha) tidak menimbulkan ighra‟”. Dalam fatwa MUI
ighra‟ diartikan daya tari luar biasa yang menyebabkan orang lalai terhadap
kewajibannya demi melakukan hal-hal atau transaksi dalam rangka
memperoleh bonus atau komisi yang dijanjikan. Menurut penulis, dari hasil
penelitian yang dilakukan, meskipun dalam VSI terdapat bonus dan komisi
yang diberikan oleh perusahaan kepada anggotanya sangat besar, tetapi yang
menjadi daya tarik dalam mengikuti bisnis VSI ini karena ownernya Ustad
Yusuf Mansur, sehingga orang sangat yakin bahwa bisnis tersebut bukanlah
bisnis MLM yang sembarangan, dan bisnis VSI ini sangat menguntungkan.
Dengan demikian hal tersebut sesuai dengan Fatwa MIU pada ketentuan
hukum poin kedelapan.
62
Fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum poin
kesembilan menyatakan bahwa “Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan
dalam pembagian bonus antara anggota pertama dengan anggota berikutnya”.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, anggota VSI mengatakan tidak
adil karena orang yang ada di atasnya akan mendapatkan bonus dari hasil
jerih payah yang dilakukan orang di bawahnya. Maka dalam hal ini sistem
bisnis bisnis yang diterapkan VSI, tidak sesuai dengan ketentuan hukum
MUI pada poin yang kesembilan.
Fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum poin
kesepuluh menyatakan bahwa “Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk
penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur
yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti syirik,
kultus, maksiat dan lain-lain”. Dalam perekrutan keanggotaan VSI, seseorang
akan dijelaskan terlebih dahulu tentang VSI dan produk-produk jasa atau pun
produk obat yang ditawarkannya. Ketika seseorang tidak berminat untuk
mengikuti bisnis tersebut maka tidak ada paksaan untuk bergabung dengan
VSI. Dengan demikian hal tersebut sesuai dengan fatwa MUI pada ketentuan
hukum yang kesepuluh.
Fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum poin
kesebelas menyatakan bahwa “Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan
keanggotaan berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada
anggota yang direkrutnya tersebut”. Dari hasil penelitian yang penulis
lakukan, terdapat anggota VSI yang melakukan pembinaan terhadap
63
anggotanya yang ada di bawahnya agar sukses dalam melakukan bisnis ini.
Maka hal tersebut sesuai dengan Fatwa MUI pada ketentuan hukum yang
kesebelas.
Fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum poin
keduabelas menyatakan bahwa tidak melakukan kegiatan money game.
Dalam fatwa MUI money game adalah kegiatan penghimpunan dana
masyarakat atau penggandaan uang dengan praktik memberikan komisi dan
bonus dari hasil perekrutan atau pendaftaran Mitra Usaha yang baru atau
bergabung kemudian dan bukan dari hasil penjualan produk, atau dari hasil
penjualan produk namun produk yang dijual tersebut hanya sebagai
kamuflase atau tidak mempunyai mutu atau kualitas yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Money game dapat juga diartikan sebagai cara bisnis yang tidak wajar
dan cenderung menipu yang dilakukan oleh perusahaan investasi palsu,
dengan cara menawarkan produk investasi yang dijamin pasti aman dan pasti
untung serta memberikan bagi hasil yang sangat tinggi dalam waktu yang
singkat.38
Dari fatwa dan pengertian tentang money game tersebut, dapat dipahami
bahwa VSI juga memberikan bonus atau komisi dari hasil perekrutan
anggotanya. Ketika berhasil mengajak satu orang untuk bergabung maka akan
mendapatka bonus sebesar Rp. 50.000,00. Ketika berhasil mengajak orang
lain lagi, maka akan mendapatkan bonus Rp. 50.000,00 dan bonus pasangan
38
Serfianto D Purnomo, Op.Cit.,hlm. 68.
64
sebesar Rp. 50.000,00. Dapat diambil kesimpulan bahwa hal tersebut tidaklah
sesuai dengan fatwa MUI pada ketentuan yang keduabelas.
Akad yang dipakai dalam berbisnis di VSI ini adalah akad Ju‟alah. Akad
Ju‟alah yaitu Janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan
tertentu (iwadh/ju‟i) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari
suatu pekerjaan. Ketentuan dalam akad ju‟alah adalah sebagai berikut:39
a. Akad Ju‟alah adalah akad atau perjanjian yang berupa janji atau
komitmen untuk memberikan imbalan (bonus) atas suatu pekerjaan yang
telah dilakukan.
b. Dalam akad Ju”alah terdapat dua pihak yang menjadi subjek akad yatu
Ja‟il atau pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu atas
pencapaian hasil pekerjaan yang ditentukan. dan ma‟ullah yaitu pihak
yang melaksanakan ju‟alah.
c. Akad ju‟alah harus bersifat jelas dalam hal bentuk pekerjaannya dan
waktu pekerjaannya. Disamping itu, objek ju‟alah juga tidak dilarang
oleh syari‟ah.
d. Akad ju‟alah dalam menetapkan hasil pekerjaan (natijh) harus jelas dan
diketahui oleh para pihak pada saat terjadi akad.
e. Akad Ju‟alah harus juga menjelaskan besaran imbalan yang akan
diterima oleh maj‟ullah.
f. Akad ju‟alah dalam pelaksanaannya tidak boleh ada syarat imbalan yang
diberikan pada permulaan akad (sebelum pelaksanaan objek ju‟alah).
39
Serfianto D Purnomo, Op.Cit., hlm. 323-324.
65
Dari ketentuan akad-akad tersebut menurut penulis, VSI dalam
menjalankan bisnisnya sesuai dengan akad Ju‟alah, yang sebagaimana
penulis uraikan di atas.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Praktek bisnis VSI di masyarakat sesuai dengan marketing plen yang
telah ditetapkan oleh VSI. Dari beberapa Produk-produk jasa yang ada
dalam VSI hanya beberapa produk yang sering dimanfaatkan oleh
masyarakat seperti, pengisian pulsa telefon, pemabayaran listrik dan air.
Karena produk tersebut sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari.
2. Ditinjau dari fatwa MUI No: 75/DSN/MUI/VII/2009, bahwa dalam
sistem bisnis yang telah ditetapkan oleh VSI, menurut penulis terdapat
beberapa hal yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum MUI, antara
lain:
a. biaya pendaftaran sebesar Rp. 275.000,00, dengan faslitas pemberian
softwere aplikasi untuk transaksi dan produk obat berupa Habspro.
Kegiatan bisnis VSI tersebut merugikan konsumen karena tidak
sepadan dengan kualitas atau manfaat yang diperoleh, maka hal
tersebut tidak sesuai dengan fatwa MUI, pada ketentuan hukum yang
keempat.
b. Dalam pemberikan komisi atau bonus bukan berdasarkan prestasi
kerja melainkan berdasarkan jumlah downline. Semakin banyak
downline di bawahnya, seorang anggota VSI akan mendapatkan
komisi atau bonus semakin besar pula. Hal tersebut sangatlah
67
merugikan orang yang ada dibawahnya dan menguntungkan orang
yang ada di atasnya. Maka tidak sesuai dengan ketentuan hukum MUI
yang kelima.
c. Dalam sistem yang ada di VSI, ketika anggota di bawahnya
melakukan transaksi, tanpa ada pembinaan dan atau penjualan barang
yang dilakukan oleh orang yang ada di atasnya, maka orang yang ada
di atasnya tersebut akan mendapatkan bonus atau komisi, maka hal
tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hukum MUI yang ketuju.
d. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, anggota VSI merasakan
ketidak adilan dalam pembagian bonus yang dibeikan, karena orang
yang ada di atasnya mendapatkan bonus dari hasil jerih payah orang
yang ada di bawahnya. Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan
hukum yang kesembilan.
e. VSI melakukan kegiatan money game dengan cara memberikan bonus
atau komisi dari hasil perekrutan anggotanya maka, hal tersebut tidak
sesuai dengan ketentuan hukum yang keduabelas.
B. Saran
1. Bagi para pelaku bisnis MLM, dalam menjalankan bisnisnya agar
memperhatikan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh MUI pada
khususnya dan undang-undang pada umumnya.
2. Dalam melakukan bisnisnya, para pelaku MLM agar kembali kepada
tujuan awal, yaitu sistem MLM dijadikan sebagai jalan untuk
68
menewarkan produk kepada konsumen bukan untuk mencari keuntungan
semata dari hasil perekrutan anggotanya.
3. Bagi para pelaku bisnis MLM yang sudah sukses, ingatlah bahwa
kesuksesan yang telah didapat tidak terlepas dari jeripayah orang yang
ada di bawahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Hafid. 2003. Hukum Syara‟ Multi Level Marketing. Bandung:
Al Azhar Press.
Al-Bani, Markaz Imam. Beberapa Fatwa Ulama‟ Syalaf Pada MLM:
Http://snowsball08.wordpress.com/tentang-Riba/Fatwa-tentang/Usaha-MLM. diakses Selasa, 18 November 2014.
Ali, Ahmad Bin. 2008. MLM Syari‟ah. Jakarta: PT.Al-Wahida Marketing
Internasional.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz, Abdul & Mariyah Ulfah. 2010. Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer.
Bandung: Alfabet.
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Chotimah, Chusnul. 2008. Praktek Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Tianshi
Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Analisis Praktek Bisnis Tianshi di
Kalangan Ustadz di Solo Tahun 2007). Salatiga: STAIN Salatiga.
Fajri, Em Zu & Senja Ratu Aprilia. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa
Publisher. ttp.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Recearch (Untuk Penulisan Paper, Skripsi,
Thesis, dan Disertasi). Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
UGM.
Kuswar. 2005. Mengenal MLM Syari‟ah dari Halal Haram Kiat Berwirausaha
Sampai dengan Pengelolaannya. Cet.1. Tangerang: Qultum Media.
Moleong, Lexi j. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, Hadari, & H.M. Martini Hadari. 1992. Instrumen penelitian Bidang
Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Prss.
Purnomo, Serfianto D, Dkk. 2011. Multi Level Marketing Money Game dan
Skema Piramid. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia.
Qardhawi, Yusuf. 2007. Halal Haram Dalam Islam. Surakarta: Era Intermedia. Rozi, Moch. Fachrur. 2006. Kontroversi Bisnis MLM. Yogyakarta: Pilar Medi.
Santoso, Benny. 2003. All About MLM “Memahami Lebih Jauh MLM dan
Pernak-Perniknya”. Yogyakarta: Andi Offset.
Sholihat, Ami. 2012. Tinjauan Hukum Islam Tentang Insentif Passive Income
Pada Multi Level Marketing Syariah Di PT. K-Link Internasional.
Semarang: IAIN Walisongo.
Silalahi, Yulius P. 2006. Tianshi Mendobrak Kebohongan MLM. Jakarta: Bina
Niaga Jaya.
Surono. 2010. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penetapan Harga Pada
Multi Level Marketing Syariah PT Ahad Net Internasional. Surakarta: UMS.
Susanto, Burhanuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah Indonesia. Yogyakarta:
UII Press.
Tim Penulis MUI Pusat. Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi‟ah di
Indonesia. Formas (Forum Masjid Ahlus Sunnah). ttp.
Yusuf , Tarmidzi. 2002. Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal. Jakarta: PT
Gramedia.
Yusuf, Muhammad. 2006. Kumpulan Artikel Tentang MLM. Semarang: tnp.
https://wahonot.files.wordpress.com/2008/06/multi-level-marketing-10.pdf di
Akses 10 Juni 2015
http://deinboss.wordpress.com/2012/04/12/pendapat-tokoh-Islam-tentang-bisnis-
mlm/ diakses Selasa, 18 November 2014.
Daftar Pertanyaan
A. Tentang VSI
1. Apa yang anda ketahui tentang VSI?
2. Bagaimana cara melakukan teransaksi dalam bisnis di VSI?
3. Produk dan jasa apa yang diberikan atau ditawarkan oleh VSI kepada anggotanya?
4. Apa manfaat dari produk dan jasa tersebut?
5. Apakah anda yakin produk atau jasa itu halal?
6. Apakah prodak atau jasa yang ditawarkan VSI dapat dijual belikan kemabali?
7. Apakah produk atau jasa langsung dkirim kepada konsumen?
8. Apakah ada jaminan jika produk atau jasa tersebut tidak sampai kepada konsumen?
9. Pernahkah VSI melakukan kenaikan secara berlebihan?
B. Keanggotaan
1. Apa yang memotifasi anda mengikuti VSI?
2. Kapan anda mulai mengikuti bisnis VSI?
3. Apa posisi anda saat ini dalam VSI?
4. Bagaimanakah cara anda untuk merekrutan/mengajak orang lain untuk bergabung
dengan VSI?
5. Berapa jumlah anggota anda saat ini?
6. Bagaimanakah cara mendaftarkan orang yang ingin mengikuti bisnis VSI?
7. Apakah anda melakukan pembinaan terhadap anggotanya?
C. Pembagian Bonus atau Komis
1. Apakah ada bonus yang diberikan? Bagaimana sistem pembagianya?
2. Apakah ada komisi yang diberikan? Bagaimana sistem pembagianya?
3. Dalam VSI apakah terdapat batasa laba yang diberikan?
4. Apakah bonus yang diberikan sama dengan orang diatas anda?
5. Apakah anda merasakan ketidak adilan dalam pembagian bonus yang diberikan?
6. Ketika downline anda pasif, dan tidak melakukan transaksi, apakah bisa mendapatkan
bonus ataupun komisi?
DAFTAR NILAI SKK
Nama : M. Rohman Amrulloh Fakultas : Syariah
NIM : 214 11 029 Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
NO JENIS KEGIATAN WAKTU KEGIATAN KETERANGAN NILAI
1 Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan
20-22 Agustus 2011 Peserta 3
2 Achievement Motivation Training
(AMT)
23 Agustus 2011 Peserta 2
3 Piagam Penghargaan ODK
“Menemukan Muara Sebagai
Mahasiswa rahmatan Lil Alamin”
24 Agustus 2011 Peserta 2
4 Seminar Entrepreneurship dan
Koperasi. KOPMA dan KSEI
25 Agustus 2011 Peserta 2
5 Sertifikat “User Education” UPT
PERPUSTAKAAN
19 September 2011 Peserta 2
6 Sertifikat Makrab “Semalam Sehati”
Mahasiswa Syariah
9 Oktober 2011 Peserta 2
7 Pendidikan Dasar KSEI Ke XII
“Mencetak Ekonomi Yang Robbani”
19 November 2011 Peserta 3
8 Pendakian Massal Konservasi dan
Bersih Gunung Merbabu Mapala
MITAPASA”
26-27 November 2011 Peserta 2
9 Seminar Ekonomi Islam “Peran
Ekonomi Islam Dalam Mengatasi
Krisis Ekonomi Global”
14 Januari 2012 Peserta 2
10 Pendidikan KSEI Tingkat Lanjut
(PKTL) “Melangkah Bersama
Ekonomi Syariah”
01 April 2012 Peserta 3
NO JENIS KEGIATAN WAKTU KEGIATAN KETERANGAN NILAI
11 Pendidikan Dasar Perkoperasian
“Optimalisasi Peran Koperasi Dalam
Dunia Kemahasiswaan” KOPMA
29 April 2012 Peserta 3
12 Sertifikat “Sharia Economics Training
2 (SET 2)” Fakultas Syariah IAIN
Walisongo
12-13 Mei 2012 Peserta 4
13 Talk Show Nasional “Kontribusi
Perbankan Syariah Dalam
Memberdayakan UMKM” HMPS
Ekonomi Syariah STAIN Pekalongan
17 Mei 2012 Peserta 8
14 Sharia Ekonomis Training 3
“Mengembangkan Potensi Ekonomi
Rabbani yang Kompeten Dalam
Membangun Ekonomi Rahmatan Lil
Alamin” HMPS Ekonomi Syariah
STAIN Pekalongan
17-18 Mei 2012 Peserta 4
15 Seminar Nasional “Ekonomi Syariah :
Bukan Ekonomi Biasa” KSEI
2 Juni 2012 Peserta 8
16 Gerakan Santri Menulis (Suara
Mereka)
3 Agustus 2012 Peserta 2
17 Sertifikat Shortcourse Agribisnis
Santri Pondok Pesantren “Budidaya
Itik/Bebek” Kementrian Agama
kantor Wilayah Provinsi Jawa Tengah
29-30 Oktober 2012 Peserta 4
18 Pendidikan Lanjutan Perkoperasian
“Membentuk Karakter Entrepreneur
yang Berjiwa Koperasi” KOPMA
30 November 2012 Peserta 3
NO JENIS KEGIATAN WAKTU KEGIATAN KETERANGAN NILAI
19 Seminar Nasional “Peran Lembaga
Perbankan Syariah dengan Adanya
Otoritas Jasa Keuangan” KSEI
29 November 2012 Peserta 8
20 Sertifikat “Gerakan 2000 Jiwa Muda
berkoperasi untuk NKRI” KOPMA
IAIN Walisongo
8 Desember 2012 Peserta 3
21 Sertifikat “Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW Tahun 1434 H”
KSEI
27 Januari 2013 Panitia 2
22 Diklat Ekonomi Islam “Mencetak
Generasi Mahasiswa, Pengerak Roda
Perekonomian Islam” KSEI
4-5 Februari 2013 Panitia 2
23 Pendidikan Dasar Perkoperasian
“Mencetak Kader Kopma FATAWA
yang Berjiwa Koperasi dan
Entrepreneur dalam Rangka
Menghadapi Perekonomian Global”
KOPMA
12-14 Februari 2013 Panitia 2
24 Surat Keputusan (SK) Pengangkatan
Pengurus Koperasi Mahasiswa
“FATAWA” Masa Bakti 2013 (UPK
STAIN SALATIGA)
26 Maret 2013 Pengurus 4
25 Seminar Nasional Entrepreneurship
“Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur
Generasi Muda” (KOPMA)
27 Mei 2013 Panitia 8
26 Sertifikat Pendidikan lanjutan
Perkoperasian “Mengembangkan
Kreatifitas Entrepreneur Berbasis
Koperasi” KOPMA
5-7 Juli 2013 Panitia 3
NO JENIS KEGIATAN WAKTU KEGIATAN KETERANGAN NILAI
27 Pengurus Pondok Pesantren
Tarbiyatul Islam Al Falah Periode
2013/2014
25 Oktober 2013 Pengurus 2
28 Setitfikat Peringatan 1 Muharram
1435 H. PPTI Al Falah
07 November 2013 Panitia 2
29 Settifikat Training Of Trainer (TOT)
“To Be The Best Trainer” Koperasi
Mahasiwa Fatawa STAIN Salatiga
22-24 November 2013 Panitia 3
30 Surat Keputusan (SK) Pengangkatan
Pengurus Koperasi Mahasiswa
“FATAWA” Masa Bakti 2014 (UPK
STAIN SALATIGA)
31 januari 2014 Pengurus 4
31 Sertifikat “Pemasyarakatan
Pemahaman Koperasi Melalui
Gerakan Kewirausahaan Nasional”
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah
25 Maret 2014 Peserta 8
32 Sertifikat Talk Show “ How to be a
Successful Creative Preneur to Face
ASEAN Economic Community 2015”
KOPMA
7 April 2014 Panitia 2
33 Pendidikan Lanjutan Perkoperasian
“Membentuk Jiwa dengan Jati Diri
Koperasi dan Mental Entrepreneur”
KOPMA
16-18 Mei 2014 Panitia 3
34 Pelatihan Kewirausahaan Bagi
Anggota Koperasi Mahasiswa.
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia
20 Juni 2014 Peserta 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : M. Rohman Amrulloh
Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 29 Januari 2015
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Candi, Rt.02/Rw.05, Sidomulyo, Secang, Magelang
Nama orang Tua
Ayah
Ibu
:
:
Muh Dhorun
Anik Kurniati
Anak Ke : Satu, dari empat bersaudara
Jenjang Pendidikan : 1. Mi Miftahul Huda, Sidomulyo, lulus tahun 2005
2. MTs Ma’arif Dawung, Tegalrejo, lulus tahun 2008
3. MAN Tegalrejo lulus tahun 2011
4. IAIN Salatiga sampai sekarang
Pengalaman Organisasi : 1. Sekretaris PPTI Al Falah 2012/2013
2. Humas KOPMA “Fatawa” 2013
3. Bendahara PPTI Al Falah 2013/2014
4. Ketua lembaga semi otonom Focust, KOPMA “Fatawa”
2014
5. Sekretaris PPTI Al Falah 2014/2015
Salatiga, 31 Agustus 2015
Penulis