Post on 30-Dec-2016
ANTUSIASME MASYARAKATDI DUSUN NGANYANG, SITIMULYO, PIYUNGAN, BANTUL,
Diajukan KUniversitas Islam Negeri
Untuk Gelar
PROGRAM STUDI SOSIOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
MASYARAKAT DESA MENJADI KETUA RTNGANYANG, SITIMULYO, PIYUNGAN, BANTUL,
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Sosiologi (S.Sos)
Disusun Oleh:
Tatang Agus Bahri NIM. 11720006
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA
2015
KETUA RT NGANYANG, SITIMULYO, PIYUNGAN, BANTUL,
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
v
MOTTO
“Perubahan tidak dibuat tanpa ketidaknyamanan, “Perubahan tidak dibuat tanpa ketidaknyamanan, “Perubahan tidak dibuat tanpa ketidaknyamanan, “Perubahan tidak dibuat tanpa ketidaknyamanan, bahkan dari yang terburuk menjdi yang terbaik”bahkan dari yang terburuk menjdi yang terbaik”bahkan dari yang terburuk menjdi yang terbaik”bahkan dari yang terburuk menjdi yang terbaik”
_ Richard Hooker_ Richard Hooker_ Richard Hooker_ Richard Hooker
Lebih baik makan singkong tapi nyata,daripada makan keju tapi mimpi. Bukan pesimis, tapi hidup
harus realistis
_NN
Adil Katalino, Bacuramin kasaruga, Adil Katalino, Bacuramin kasaruga, Adil Katalino, Bacuramin kasaruga, Adil Katalino, Bacuramin kasaruga, Baksengat kajubata...(Harus...!)Baksengat kajubata...(Harus...!)Baksengat kajubata...(Harus...!)Baksengat kajubata...(Harus...!)
____Majelis Adat DayakMajelis Adat DayakMajelis Adat DayakMajelis Adat Dayak
vi
Karya Tulis Ini Aku Persembahkan Kepada
Almamaterku Tercinta UIN Sunan Kalijaga
Keluarga Besar Fishum
Dosen-Dosen Prodi Sosiologi yang Telah Mengajarkan Banyak Ilmu dan
Memberikan Nasehat Terbaik
Inakku Tercinta yang Selalu Mendo’akanku
Kakak-kakakku yang Selalu Menasehatiku
Sahabat-sahabatku yang Memberikan Motivasi Selama Menyusun Skripsi Ini
Masyarakat Dusun Nganyang, Dan
Semua Orang yang Telah Banyak Membantu Hingga Skripsi Ini Selesai
Disusun...
Makaseh bah,,,☺
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan pertolongan-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai disusun. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi kita Muhammad SAW
yang telah menuntun para umat manusia menuju jalan hidup yang selamat di
dunia maupun akhirat.
Alhamdulillahirabil’alamin, merupakan kata yang tepat setelah skripsi
ini selesai disusun. Penyusunan skripsi ini disadari masih sangat jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, isi,
maupun penyajian. Penyusunan skripsi ini dicurahkan dengan segenap tenaga dan
pikiran yang ada dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
bagi saya juga sebagai penulisnya, terlebih lagi bagi pemenuhan syarat sebagai
karya ilmiah memperoleh gelar sarjana strata satu Sosiologi pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan, bimbingan,
dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
diucapkan terima kasih dengan penuh hormat dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dudung Abdurrahman, M.Hum selaku Dekan fakultas
Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang selalu memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan cepat.
viii
2. Bapak Dadi Nurhaedi, M.Si selaku Kaprodi Sosiologi, terimakasih sekali
untuk
3. Ibu Muryanti M.A selaku Dosen Penasehat Akademik Sosiologi 2011 dan
juga Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan banyak waktu,
tenaga, dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
saya bagaimana tata cara mengerjakan skripsi dengan baik, sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terwujud tepat waktu.
4. Bapak Zainal Arifin selaku Biro Skripsi prodi Sosiologi, terimakasih untuk
5. Dosen-dosen Prodi Sosiologi lainnya Pak Musa, Bu Sulis, Pak Yayan, Pak
Norma, Bu Ambar, dan Bu Napsiah yang tiada hentinya memberikan
semangat, motivasi, nasehat, bantuan, dan masukan yang sangat berharga
dan bernilai demi kelancaran skripsi ini. Saya berharap amal baik Bapak
dan Ibu semua semoga dapat digantikan dengan pahala yang belimpah
oleh Allah SWT, Amin.
6. Bapak dan Ibu TU serta seluruh karyawan yang menjadi bagian dari
keluarga besar FISHUM sebagai tempat interaksi penulis untuk
mengetahui berbagai informasi selama menjalani studi untuk memperoleh
gelar S.Sos. Saya mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bantuan yang tidak bisa terhitung nilainya selama saya
berada di fakultas ini.
7. Terima kasih dari hatiku yang paling dalam untuk Almarhum Bapakku
tercinta yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih
sayang, do’a ku tak pernah putus, semoga Allah membalas semua dengan
surga-Nya.
8. Terima kasih dari hati yang paling dalam untuk Inakku tercinta yang selalu
mendo’akan, mendidik, membesarkan dan memberi nasehat terbaik,
semoga Allah membalas semua dengan surga-Nya.
9. Kepada kakak laki-lakiku dan kakak perempuanku yang selalu sabar
menghadapi adiknya yang egois ini, terimakasih atas do’anya.
10. Kepada motor vespaku (lalat) yang selalu mengantarku kemanapun kaki
ini akan melangkah dan membuatku selalu bahagia.
ix
11. Kepada masyarakat Dusun Nganyang dan pamong Desa Sitimulyo yang
sudah menerimaku dengan sangat baik dan sudah banyak membantu serta
bersedia menjadi informan untuk penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas
kerjasama, bantuan, serta informasinya selama ini.
12. Teman-teman seperjuangan Sosiologi angkatan 2011, yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu. Proses interaksi dan orgasme pemikiran selama
kita kuliah akan selalu indah untuk dikenang.
13. Kepada masyarakat Karangbendo RW 03 yang telah memberikan suasana
nyaman selama tinggal di Jogja, terima kasih atas kebaikannya.
14. Kepada rayon PMII Humanoira Park yang telah memberi kesempatan
untuk menganal bagaimana kerasnya perjuangan dalam dunia pergerakan,
terima kasih untuk semuanya.
15. Kepada sahabat-sahabat satu daerahku yang mengontrak di Perumahan
Darussalam 3 Condong Catur yang telah banyak memotivasi dan
membantu, bersama kalian membuat rasa kangenku terhadap suasana
rumah menjadi terobati, terima kasih untuk semuanya.
Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan untuk
memperbaiki skripsi yang sederhana ini, dan pada akhirnya diharapkan penelitian
ini berguna khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi semua yang membaca
dan mengkaji skripsi ini.
Dengan segala do’a yang tulus dari orang-orang yang saya sayangi,
semoga amal kebaikan kalian dapat diterima oleh Allah SWT, serta mendapatkan
balasan yang melimpah beserta rahmat dari-Nya, Aamiin Yaa Allah Ya Rabbal
‘Alamiin.
Yogyakarta, 12 Februari 2015
Penyusun,
Tatang Agus Bahri
NIM. 11720006
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Matrik Klasifikasi Perbedaan Penelitian......................... 14
Tabel 2 : Informan Penelitian....................................................... 20
Tabel 3 : Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin............... 28
Tabel 4 : Jumlah KK Berdasarkan RT.......................................... 29
Tabel 5 : Komposisi Penduduk Menurut Umur............................ 30
Tabel 6 : Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan.................... 31
Tabel 7 : Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan...................... 32
Tabel 8 : Contoh Tindakan Relasi Sosial Terhadap Lembaga RT.. 84
Tabel 9 : Relasi Sosial Lembaga RT Dusun Nganyang................. 85
Tabel 10 : Mekanisme Pemilihan Ketua RT Dusun Nganyang....... 95
Tabel 11 : Penilaian Masyarakat Dusun Nganyang Terhadap Jabatan
Ketua RT........................................................................ 111
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Gambar peta Desa Sitimulyo....................................... 26
Gambar 2 : Gambar gapura pintu masuk melalui RT 01
ke Dusun Nganyang................................................... 27
Gambar 3 : Gambar kumpulan warga RT 03 Dusun Nganyang.... 35
Gambar 4 : Gambar kerja bakti warga RT 07 Dusun Nganyang.... 35
Gambar 5 : Gambar acara yasinan Ibu-Ibu warga RT 06
Dusun Nganyang........................................................ 37
Gambar 6 : Gambar warga RT 02 Dusun Nganyang
sedang latihan tari Srandul......................................... 39
Gambar 7 : Gambar pementasan Srandul
di Balai Desa Sitimulyo............................................... 39
Gambar 8 : Gambar beberapa rumah masyarakat
Dusun Nganyang........................................................ 41
Gambar 9 : Gambar beberapa lahan pertanian masyarakat
Dusun Nganyang........................................................ 42
Gambar 10 : Gambar beberapa warga sedang membuat bata
di Dusun Nganyang................................................... 43
Gambar 11 : Gambar ruas jalan di Dusun Nganyang
bagian selatan.............................................................. 45
Gambar 12 : Gambar ruas jalan di Dusun Nganyang
bagian utara................................................................. 45
Gambar 13 : Gambar masjid yang ada di Dusun Nganyang............. 46
Gambar 14 : Gambar Ketua RT 04 Dusun Nganyang
Bapak Supardi sedang memimpin kumpulan RT 04..... 69
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 : Bagan piramida hierarki pemerintahan di Indonesia... 58
Bagan 2 : Bagan struktur pemerintahan desa.............................. 60
Bagan 3 : Bagan Struktur Pemerintahan Desa Sitimulyo............ 63
Bagan 4 : Bagan peran Ketua RT............................................... 71
Bagan 5 : Bagan pola relasi sosial lembaga RT........................... 73
Bagan 6 : Bagan diagram pola relasi sosial
lembaga RT Dusun Nganyang..................................... 86
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................... i
SURAT PERNYATAAN .............................................................. ii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .............................. iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ....................................................................... xii
DAFTAR ISI ............................................................................... xiii
ABSTRAK ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................ 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................... 9 D. Tinjauan Pustaka .............................................. 10 E. Karangka Teori ................................................ 15 F. Metode Penelitian ............................................. 18 G. Sistematika Pembahasan ................................... 24
BAB II PROFIL LOKASI PENELITIAN DAN PROFIL INFORMAN
A. Kondisi Geografis ............................................ 25 B. Kondisi Demografi .......................................... 28 C. Kondisi Historis, Sosial dan Budaya ................ 33 D. Kondisi Ekonomi, Politik dan Infrastruktur ..... 39 E. Profil Informan ................................................ 46
xiv
BAB III TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA, RELASI SOSIAL
DAN LEMBAGA RT DI DUSUN NGANYANG
A. Pemerintahan Desa ........................................... 56 B. Peran Ketua RT ................................................ 65 C. Pola Relasi Sosial Ketua RT dan Masyarakat
Dusun Nganyang Terhadap Lembaga RT ......... 72 D. Pemilihan Ketua RT di Dusun Nganyang .......... 87 E. Penilaian Masyarakat Dusun Nganyang
Terhadap Jabatan Sebagai Ketua RT .................. 96
BAB IV ANTUSIASME MASYARAKAT DUSUN NGANYANG
MENJADI KETUA RT DAN RASIONALITASNYA
TERHADAP LEMBAGA RT
A. Antusiasme Masyarakat Dusun Nganyang Menjadi Ketua RT ............................................ 103
B. Rasionalitas Masyarakat Dusun Nganyang dan Hubungannya Terhadap Kurangnya Antusiasme Menjadi Ketua RT .......................... 108
C. Internalisasi Masyarakat Dusun Nganyang Terhadap Lembaga RT ...................................... 113
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................ 119 B. SARAN ............................................................ 120
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 121
LAMPIRAN
xv
ABSTRAK
Masyarakat desa yang sebagian besar bermata pencarian sebagai petani berada pada posisi yang sulit. Di tengah kesibukan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka diminta untuk membentuk lembaga rukun tetangga (RT) oleh pemerintah desa. Secara esensi lembaga RT memiliki fungsi sebagai wadah partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan, pemerintahan, kemasyarakatan dan pemberdayaan. Secara eksistensi lembaga RT menjadi lemah karena bersifat suka rela dan tidak mendapat imbalan (materi/immaterial). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana antusiasme masyarakat desa menjadi Ketua RT di Dusun Nganyang, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta? dan mengapa masyarakat Dusun Nganyang kurang antusias menjadi Ketua RT?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Yaitu suatu penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian adalah Petani Rasional yang dipopulerkan oleh Samuel L. Popkin. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode wawancara mendalam (dept interview), pengamatan lapangan (observasi) dan metode dokumentasi. Adapun analisis data dilakukan dengan cara menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi, dokementasi, catatan lapangan dan lain sebagainya.
Hasil penelitian ini adalah kurangnya antusiasme masyarakat desa menjadi Ketua RT di Dusun Nganyang, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Itu disebabkan oleh 2 faktor, yaitu: Pertama, lembaga RT kurang dihargai. Kedua, jabatan Ketua RT tidak mendapatkan imbalan (materi/immaterial). Kurangnya antusiasme masyarakat Dusun Nganyang menjadi Ketua RT didasari oleh rasionalitas yang tidak ingin dirugikan, tetapi mengharap keuntungan (self interest). Pemerintah Desa Sitimulyo dan masyarakat Dusun Nganyang harus memahami bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai ibadah sosial (hablum minannas) sebagai bentuk kepatuhan terhadap Tuhan. Sehingga ikhlas untuk mewakafkan diri untuk kemaslahatan masyarakat luas. Kurangnya antusiasme masyarakat Dusun Nganyang menjadi Ketua RT tidak dapat disalahkan. Saat ini bagi mereka mungkin itu lah yang terbaik. Daripada harus menjadi Ketua RT, sementara masyarakat Dusun Nganyang dalam kondisi yang tidak nyaman.
Kata Kunci: Masyarakat desa, Antusiasme, Ketua RT, dan Dusun Nganyang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa-desa di Indonesia mempunyai sejarah yang panjang terkait
bagaimana proses terbentuknya. Desa-desa di Indonesia juga mempunyai ciri khas
yang berbeda-beda dengan keunikannya masing-masing. Ada yang disebut
dengan Desa Adat, Desa non Adat dan Kelurahan. Secara hierarki memiliki
kedudukan yang sama dalam pemerintahan. Perbedaan mendasarnya terletak pada
aspek geografis dan landasan nilai yang digunakan.1 Menurut Koentjaraningrat2
ada empat faktor yang mendasari kehidupan masyarakat desa. Pertama, hubungan
kekerabatan (genealogis). Kedua, hubungan tinggal dekat (territorial ). Ketiga,
prinsip tujuan khusus. Keempat, prinsip ikatan dari atas. Secara definitif desa
dapat dimaknai sebagai satu kesatuan wilayah hukum atau teritorial, sebagai
tempat tinggal dari satu kelompok masyarakat atau suku tertentu.
Indonesia memiliki sebanyak 78.609 wilayah administrasi setingkat desa.
70.390 merupakan administrasi desa, dan 8.083 merupakan administrasi
kelurahan, serta masih ada sekitar 136 wilayah merupakan desa adat.3 Sebagian
besar desa di Indonesia merupakan desa yang heterogen. Itu dapat dilihat dari
1 Sapari Imam Asy'ari, Sosiologi Kota dan Desa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm. 150 2 Ibid, hlm. 147 3http://www.google.co.id/search?q=berapa+jumlah+desa+dan+kelurahan+di+indonesia&oq=berapa+jumla
h+desa+d&gs_l=mobile-heirloom-serp.1.1.0l2j0i22i30l3.4562.14789.0.20991.21.13.0.8.8.0.436.1806.0j2j0j3j1.6.0....0...1c.1.34.mobile-heirloom-serp..7.14.2246.cdr5P9snzdE, Diakses pada tanggal 23 September 2014 pukul 10.23 WIB
2
stratifikasi sosial yang terdapat di dalamnya. Seperti perbedaan kekayaan,
pendidikan, agama, pekerjaan, suku dan aspek-aspek biologis.4 Keheterogenan
desa di Indonesia merupakan satu kekayaan yang penting untuk dipelihara karena
tidak dimiliki oleh negara lain.
Wilayah pedesaan hingga saat ini menjadi penopang berbagai kebutuhan
dasar masyarakat, baik masyarakat desa itu sendiri (substitution) maupun
masyarakat perkotaan. Sandang, pangan dan papan, tidak dapat diproduksi
sepenuhnya di wilayah perkotaan. Di Yogyakarta ketika pagi hari kita akan
melihat bagaimana sibuknya para pedagang di Pasar Bringharjo. Para pedagang
menjajakan berbagai sayur-sayuran yang akan dijual kepada para pembeli.
Pedagang-pedagang tersebut ada yang menggunakan Mobil Pick-up, Sepeda
Motor, dan Gendongan untuk membawa dagangannya. Para pedagang sayuran
tersebut kebanyakan berasal dari desa-desa di sekitar kota Yogyakarta seperti
Pleret, Sewon, Imogiri dan lain-lain. Secara politik wilayah pedesaan juga
terkadang menjadi tempat basis massa untuk menggalang suara ketika pemilihan
umum(pemilu). Massa di desa lebih menjanjikan dibanding wilayah perkotaan.
Masyarakat desa lebih mudah dimobilisasi karena solidaritas mekanik yang masih
kuat, dibandingkan masyarakat perkotaan yang cenderung individualis.5
4 Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1999), hlm. 92-110 5 Bahan Bacaan Utama Fisipol UGM, Pembangunan Msyarakat Desa, (Yogyakarta: University Gajah
Mada Press, 2002), hlm. 8-17
3
Desa menyimpan kekayaan besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Kekayaan alam, kekayaan budaya dan kekayaan suku bangsa. Semua kekayaan
itu pada kenyataannya tidak berbanding lurus dengan stigma yang masih
dilekatkan oleh sebagian besar masyarakat terhadapnya. Sampai saat ini ketika
kita mendengar kata desa, maka yang ada dalam bayangan adalah masyarakat
miskin, kumuh dan berpendidikan rendah. Involusi6 rupanya adalah istilah yang
masih relevan untuk menggambarkan kondisi desa saat ini. Dari berbagai kerja
keras yang dilakukan oleh masyarakat desa ternyata tidak membawa perubahan
yang berarti. Konflik sosial justru sering terjadi pada masyarakat desa.7
Desa harus bangkit dan diperkuat. Kemakmuran, keadilan dan
kesejahteraan sosial merupakan cita-cita bersama masyarakat Indonesia dalam
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Memperkuat posisi desa harus
dimulai dari bagian yang paling kecil yaitu lembaga rukun tetangga yang
kemudian disingkat RT. Lembaga RT merupakan bagian dari Lembaga
Kemasyarakatan Desa (LKD). Lembaga RT merupakan lembaga mitra bagi
pemerintahan desa yang berada di wilayah Pedukuhan atau Rukun Warga (RW).
Setiap lembaga RT sekurang-kurangnya terdiri dari 10 Kepala Keluarga (KK).8 Di
dalam penjelasan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa dijelaskan
bahwa:
6 Involusi adalah kondisi dimana dengan usaha maksimal yang telah dilakukan tetapi tidak membawa
perubahan yang berarti. Lihat Muryanti, Pedesaan Dalam Putaran Zaman; Kajian Sosiologi Petani, Pertanian, dan Pedesaan, (Yogyakarta: SUKA-Press, 2011), hlm. 8
7 Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 75 8 Hasil wawancara dengan Kepala Dukuh Nganyang Bapak Tubi, terkait peran Ketua RT, pada hari Senin,
3 November 2014, pukul 15.30 WIB
4
“Di Desa dibentuk lembaga kemasyarakatan Desa, seperti rukun tetangga, rukun warga, pembinaan kesejahtraan keluarga, karang taruna, dan lembaga pemberdayaan masyarakat atau yang disebut dengan nama lain. Lembaga Kemasyarakatan Desa bertugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam pemberdayaan masyarakat Desa” 9
Lembaga RT tidak hanya terdapat di desa, akan tetapi terdapat juga di
wilayah perkotaan. Secara fungsi sama, perbedaanya hanya pada bentuk lembaga
pemerintahan yang menaunginya. Lembaga RT di desa berada di bawah naungan
pemerintah desa, sedangkan di kota berada di bawah naungan pemerintah
kelurahan.
Orang yang memimpin lembaga RT disebut Ketua RT. Ketua RT
merupakan sosok penting dalam lembaga RT, yaitu sebagai koordinator
penggerak masyarakat. Seperti menjaga kerukunan antar warga dalam satu RT.
Merespon segala permasalahan yang dihadapi serta melakukan kegiatan
pembangunan untuk kemaslahatan bersama.10 Partisipasi aktif masyarakat dalam
lingkup RT harapannya adalah dapat menjadikan masyarakat sebagai subjek
pembangunan.
Ketua RT di dalam pemerintahan desa berada pada garis koordinasi yang
paling bawah. Ketua RT sebagai pembantu tugas kepala dukuh, atau membantu
tugas Ketua RW jika di perkotaan.11 Ketua RT bersentuhan langsung dengan
masyarakat tanpa ada pembatas didalamnya. Analogi sederhananya adalah Ketua
RT tak ubahnya seperti seorang Kepala Keluarga. Ketua RT sebagai Kepala
9 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa bagian penjelasan, hlm. 14 10 Hasil wawancara dengan Kepala Dukuh Nganyang Bapak Tubi, pada hari Senin, 3 November 2014,
pukul 15.30 WIB 11 Ibid
5
Keluarga dan masyarakat sebagai anaknya tentu akan mempunyai hubungan yang
sangat dekat. Kepala Keluarga tentu akan lebih mengetahui bagaimana kondisi
dari keluarganya dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu permasalahan
apapun yang dihadapi oleh masyarakat, Ketua RT akan jauh lebih mengetahuinya
dibanding kepala dukuh atau Ketua RW. Maka atas dasar pertimbangan efisiensi
dan efektifitas keberadaan lembaga RT dirasa menjadi sangat penting sebagai
mitra pemerintah desa. Ketua RT dapat menunjuk Sekretaris RT dan Bendahara
RT dari warganya untuk membantu tugas-tugas Ketua RT.12
Lembaga RT memiliki kekuatan hukum karena diakui secara kelembagaan
dalam Undang-Undang Desa. Esensinya keberadaan lembaga RT sangat
dibutuhkan oleh pemerintah desa dan masyarakat, akan tetapi lembaga RT
menjadi lemah secara eksistensi karena hanya bersifat suka rela.13 Jika bersifat
suka rela maka tidak ada yang bisa memaksa seseorang untuk menjadi Ketua RT,
begitu pula terkait dengan pertanggungjawabannya. Ketua RT tidak berkewajiban
untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang dilakukan selama menjadi
Ketua RT kepada siapapun termasuk kepala dukuh atau Ketua RW.
Ketua RT merupakan jabatan informal dan tidak ada materi di dalamnya.14
Tidak adanya materi juga dapat memperlemah eksistensi RT yang akan
berdampak pada antusiasme masyarakat desa menjadi Ketua RT. Materi
merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi tolak ukur untuk melihat
12 Ibid 13 Ibid 14 Ibid
6
bagaimana antusiasme masyarakat dalam menilai suatu pekerjaan, karena
biasanya materi menjadi salah satu motivasi dalam bertindak.15 Sebagai
perbandingan, dalam pemilihan kepala desa (pilkades)16 antusiasme masyarakat
akan jauh lebih meningkat sehingga acara pun dibuat begitu semarak.
Penyebabnya karena terdapat materi dan peningkatan status sosial dalam jabatan
kepala desa. Sementara pemilihan Ketua RT berlangsung biasa-biasa saja melalui
rapat musyawarah RT.17 Dua faktor penyebab perbedaan tersebut adalah skala
kepemimpinan kepala desa yang lebih luas dan kepala desa mendapat materi
seperti gaji dan tanah bengkok. Sementara Ketua RT skala kepemimpinanya kecil
dan tidak mendapat materi.
Lemahnya posisi lembaga RT secara eksistensi memunculkan dampak
negatif, salah satunya adalah kurangnya antusiasme masyarakat menjadi Ketua
RT. Di tengah kondisi masyarakat desa yang masih lemah dalam berbagai aspek.
Kurangnya antusiasme menjadi Ketua RT tentu akan menjadi tantangan dalam
upaya penguatan desa. Gagasan pemberdayaan desa sebaik apapun tentu menjadi
tidak ada artinya jika tidak ada aktor yang menggerakkannya menjadi tindakan
yang nyata. Untuk itu maka eksistensi Ketua RT juga menjadi perlu untuk
diperhatikan.
15 Didit Rudiansyah, Dinamika Sosial Politik dalam Pemilihan Kepala Desa, Skripsi (Fakultas Ilmu Sosial
dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga: 2012), hlm. 78 16 Ibid, hlm. 3 17 Hasil wawancara dengan Kepala Dukuh Nganyang Bapak Tubi, pada hari Senin, 3 November 2014,
pukul 15.30 WIB
7
Dusun Nganyang, Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta,
memiliki permasalahan yang serius terkait antusiasme masyarakat menjadi Ketua
RT. Berdasarkan observasi awal sebelum penelitian ini dilakukan. Penulis sempat
mewawancarai Bapak Tubi selaku Kepala Dukuh Nganyang. Dalam wawancara
tersebut beliau mengatakan bahwa selama beliau menjadi kepala dukuh dari tahun
1987 hingga saat ini tahun 2014. Ternyata antusiasme masyarakat untuk menjadi
Ketua RT mengalami perubahan. Berikut pernyataan Bapak Tubi:
“warga memang untuk saat ini antusiasnya berkurang kalo diminta untuk menjadi Ketua RT mas, ya saya iso memaklumi. Siapa yang mau kerja kalo hanya cuma-cuma. Saya juga berharap mereka dapat gajih, atau paling tidak dana insentif beberapa bulan sekali. Biar gak hanya istilahnya “padamu negri” mas, karna keberadaan RT memang sangat membantu pemerintah”18 (warga memang untuk saat ini kurang antusias, saya bisa memaklumi. Siapa yang mau bekerja jika hanya cuma-cuma. Saya juga berharap Ketua RT mendapat Gaji, atau paling tidak ada dana insentif untuk Ketua RT dengan jangka beberapa bulan sekali. Supaya tidak istilahnya itu suka rela (padamu negri)19, karena keberadaan RT memang sangat membantu pmemerintah desa) Dusun Nganyang memiliki 7 RT. Antusias menjadi Ketua RT dapat terlihat
dalam proses pemilihan Ketua RT. 5 RT dari 7 RT yang ada di Dusun Nganyang
yang baru beberapa tahun terakhir ini diganti bahwa kepala dukuh harus
membujuk dan mensosialiasikan pentingnya peran lembaga RT baru masyarakat
menjadi luluh untuk mau menjadi Ketua RT. Padahal pada tahun-tahun
sebelumnya masyarakat secara suka rela menjadi Ketua RT dan tidak pernah
18 Hasil wawancara dengan Kepala Dukuh Nganyang Bapak Tubi, pada hari Rabu, 21 mei 2014, pukul
10.00 WIB 19 Padamu negri adalah istilah yang digunakan oleh Kepala Dukuh Nganyang yaitu Bapak Tubi, untuk
memberi gambaran tentang kondisi Ketua RT di Dusun Nganyang yang artinya adalah mengabdi secara suka rela
8
terjadi penolakan dari masyarakat.20 Oleh karena itu, Kepala Dukuh Nganyang
merasa ini menjadi permasalahan yang sangat serius yang perlu dicari jalan
keluarnya.
Permasalahan sosial diatas merupakan masalah yang penting dan menarik
untuk diteliti. Pertama, untuk menemukan solusi. Kedua, permasalahan tersebut
sangat dekat dengan masyarakat. Ketiga, kajian sosiologi belum banyak mengkaji
tentang problematika lembaga RT. Penelitian ini telah menggali data mengenai
“bagaimana antusiasme masyarakat desa menjadi Ketua RT di Dusun Nganyang?
Dan mengapa masyarakat Dusun Nganyang kurang antusias menjadi Ketua RT?”.
Penelitian ini telah memperjelas bagaimana antusiasme masyarakat desa
untuk menjadi Ketua RT. Apakah masyarakat desa sangat antusias atau kurang
antusias. Antusiasme yang diteliti adalah sebelum dan setelah menjadi Ketua RT.
Dengan bersandar pada data dan fakta yang telah ditemukan di lapangan.
Penelitian ini hanya membahas tentang problematika lembaga RT di desa.
Meskipun di perkotaan terdapat lembaga RT, akan tetapi itu tidak akan dibahas
karena penelitian ini bukan penelitian komparasi. Penelitian ini adalah kajian
sosiologi pedesaan dengan fokus utamanya adalah lembaga RT yang ada di desa.
20 Hasil wawancara dengan Kepala Dukuh Nganyang Bapak Tubi, pada hari Rabu, 21 mei 2014, pukul
10.00 WIB
9
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan penjelasan latar belakang adalah:
1. Bagaimana antusiasme masyarakat desa menjadi Ketua RT di Dusun
Nganyang, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta?
2. Mengapa masyarakat Dusun Nganyang kurang antusias menjadi Ketua RT?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana antusiasme masyarakat
desa menjadi Ketua RT di Dusun Nganyang, Sitimulyo, Piyungan, Bantul,
Yogyakarta? Dan Mengapa masyarakat Dusun Nganyang kurang antusias
menjadi Ketua RT?
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tentang antusiasme masyarakat desa menjadi Ketua
RT di Dusun Nganyang ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Secara praktis, memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat
Dusun Nganyang dan Lembaga-lembaga pemerintahan yang ada di
Kabupaten Bantul ataupun instansi lainnya, sehingga memberikan
gambaran yang jelas tentang antusiasme masyarakat desa untuk
menjadi Ketua RT dan dapat menemukan jalan keluar terhadap
permasalahan kurang antusiasnya masyarakat desa menjadi Ketua RT.
10
b. Secara teoritis, keinginan untuk menyumbangkan pemikiran dalam hal
permasalahan sosial kemasyarakatan desa, dan kajian Sosiologi
Pedesaan, selain itu untuk membangkitkan minat penelitian tentang
lembaga RT.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang kompeherensif harus memiliki tinjauan pustaka, maka
harus menggunakan beberapa referensi sebagai bahan komparasi. Ada beberapa
referensi yang dapat dijadikan bahan acuan, berdasarkan penelusuran yang telah
peneliti lakukan terkait beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan
terhadap penelitian ini. Pertama, penelitian dilakukan oleh Didit Rudiansyah,
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam penelitian yang berjudul
Dinamika Sosial Politik dalam Pemilihan Kepala Desa.21 Penelitian tersebut
berfokus pada motivasi pencalonan diri dan jaringan sosial para calon kepala
desa dalam pemilihan kepala desa (lurah) yang terjadi di Desa Belimbing,
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Dimana dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa motivasi pencalonan sebagai kepala desa adalah
mengharapkan sesuatu yang besar dibalik jabatan tersebut. Persamaannya adalah
meneliti tentang masalah kepemimpinan di desa, akan tetapi perbedaan
mendasarnya terletak pada masalah antusiasme masyarakat desa menjadi
pemimpin dalam lingkup RT di Dusun Nganyang. Sedangkan penelitian tersebut
21 Didit Rudiansyah, Dinamika Sosial Politik dalam Pemilihan Kepala Desa, Skripsi (Fakultas Ilmu Sosial
dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga: 2012)
11
menekankan pada dinamika motivasi pencalonan diri sebagai kepala desa.
Kedua, penelitian terbaru terkait Studi Kepemimpinan Ketua RT dilakukan
oleh Merwy Rande Layuk, mahasiswi Fisip Universitas Mulawarman
Samarinda.22 Dalam penelitian tersebut dikemukaan bagaimana peran RT seperti
membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi
tanggung jawab pemerintah, memelihara kerukunan hidup warga, menyusun
rencana dan melaksanakan pembagunan dan lain-lain. Penelitian tersebut
dilakukan di Desa Sebuntal, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai
Kartanegara. Persamaannya adalah meneliti tentang masalah kepemimpinan RT di
desa, akan tetapi perbedaan mendasarnya terletak pada masalah antusiasme
masyarakat untuk menjadi pemimpin dalam lingkup RT, dan lokasi penelitiannya
pun berbeda, serta teori yang gunakan sebagai pisau analisis juga berbeda.
Ketiga, penelitian dilakukan oleh Wiwin Elfina. Penelitian tentang
Pemilihan Kepala Desa Sebagai Sarana Pendidikan Politik Masyarakat di Desa
Ngembe, Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan.23 Penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswi Universitas Negeri Malang ini berfokus pada bagaimana pemilihan
kepala desa dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan politik untuk masyarakat.
Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa ternyata proses pemilihan kepala desa
dapat dijadikan sebagai wadah pendidikan politik bagi masyarakat. Secara umum
22 Merwy Rande Layuk, Studi tentang Kepemimpinan Ketua RT di Desa Sebuntal Kecamatan Marangkayu
Kabupaten Kutai Kertanegara, Jurnal (Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Pemerintahan Universitas Mulawarman: 2013 )
23 Wiwin Elfina, Pemeilihan Kepala Desa Sebagai Sarana Pendidikan Politik Masyarakat di Desa Ngembe Kecamatan Beji Kebupaten Pasuruan, Skripsi (Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang: 2008)
12
persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang permasalahan kepemimpinan di
desa, akan tetapi perbedaan mendasarnya terletak pada antusiasme masyarakat
untuk menjadi ketua RT, bukan sebagai asarana pendidikan politik.
Keempat, penelitian dilakukan oleh Buddy Prasadja, penelitian tersebut
berupa skripsi yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku. Penelitian
tersebut tentang Pembangunan Desa dan Masalah Kepemimpinannya.24 Dalam
penelitian itu masalah kepemimpinan yang diteliti adalah bagaimana kesalahan
dalam menjalankan peran oleh kepala desa, kepala dukuh dan ditambah dengan
aktor lain seperti kepala adat, tokoh agama dan pimpinan partai politik,
menimbulkan konflik sosial dan menghambat jalannya penbangunan di Desa
Gegesik, Kabupaten Cirebon. Persamaannya adalah meneliti tentang masalah
kepemimpinan di desa dan masalah sosial yang ditimbulkan, akan tetapi
perbedaan mendasarnya terletak pada masalah antusiasme masyarakat utuk
menjadi pemimpin dalam lingkup RT, dan teori sebagai pisau analisisnya pun
berbeda.
Kelima, penelitian dilakukan oleh Poniran, dengan Judul Aktor dan
Strategi Politik dalam Pemilihan Kepala Desa (studi tentang pemilihan Kepala
Desa Hargowilis kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Provinsi DIY tahun
2008).25 berdasarkan tesis tersebut di simpulkan bahwa calon Kepala Desa (actor)
24 Buddy Prasaja, Pembangunan Desa dan Masalah Kepemimpinannya, (Jakarta: Rajawali Press, 1986) 25 Poniran, Aktor dan Strategi Politik dalam Pemilihan Kepala Desa (studi tentang pemilihan Kepala Desa
Hargowilis kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Provinsi DIY, Tesis (Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada: 2008)
13
akan menerapkan berbagai strategi dalam Pilkades yang kemudian membuatnya
sampai pada tujuan yang diinginkan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan adalah dalam penelitian tersebut lebih menekankan
pada kajian aktor yang ingin menjadi kepala desa di Hargowilis. Sedangkan
penelitian ini menekankan kajian pada antusiasme masyarakat untuk menjadi
Ketua RT di Dusun Nganyang.
Keenam, penelitian dilakukan oleh Afan Fanany, mahasiswa Universitas
Airlangga. Dalam penelitian yang berjudul Kekuasaan dalam Pilkades,26
penelitian tersebut menitik beratkan kajiannya pada kekuasaan yang dimiliki oleh
calon kandidat kepala desa baik bersifat internal dan eksternal. Penelitian
dilakukan di Desa Ngampel, Kabupaten Jombang. Dari hasil penelitiaan tersebut
dikatakan bahwa terdapat kekuasaan penuh yang dimiliki oleh calon kepala desa
untuk menekan masyarakat dari apa yang telah diberikan kapada masyarakat
sebelum Pilkades dilakukan. Persamaannya adalah meneliti tentang masalah
kepemimpinan di desa, akan tetapi perbedaan mendasarnya terletak pada masalah
antusiasme masyarakat utuk menjadi pemimpin dalam lingkup RT, dan lokasi
penelitiannya pun berbeda, serta teori yang gunakan sebagai pisau analisis juga
berbeda. Penelitian ini juga tidak berbicara tentang otoritas yang kemudian dapat
digunakan untuk menekan salah satu pihak.
26 Afan Fanany, Kekuasaan dalam Pilkades, Skripsi (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Airlangga: 2007)
14
Tabel 1
Matrik Klasifikasi Perbedaan Penelitian
Sumber: Data Sekunder, 2014
Keterangan:
DR : Didit Rudiansyah BP : Buddy Prasadja P : Poniran AF : Afan Fanany MRL : Merwy Rande Layuk WE : Wiwin Elfina TAB : Tatang Agus Bahri (penelitian ini)
Berdasarkan hasil penelusuran dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan tersebut, sudah terlihat jelas pada Tabel Matrik dimana perbedaan
mendasar tentang masalah penelitian yang dilakukan ini. Perbedaan mendasarnya
adalah terkait masalah antusiasme masyarakat desa menjadi Ketua RT. Objek
yang diteliti juga lebih bersifat mikro dengan titik fokus pada hubungan
masyarakat desa dan lembaga RT. Teori yang digunakan sebagai pisau analisis
Penelitian Kepemimpinan Kepala Desa Ketua RT Kajian Sosiologi
DR � � X �
MRL � X � X
WE � � X X
BP � � X �
P � � X �
AF � � X �
TAB � X � �
15
juga berbeda yaitu dengan teori Petani Rasional Samuel L. Popkin. Penelitian ini
terinspirasi dari semua tinjauan pustaka tersebut. Oleh karena itu penelitian ini
dilakukan untuk mengisi ruang kosong yang belum terisi oleh penelitian-
penelitian sebelumnya.
E. Karangka Teori
Penelitian sosial tentu sangat membutuhkan satu karangka teori untuk
dijadikan sebagai pisau analisis. Penelitian ini menggunakan teori Petani Rasional
Samuel L. Popkin sebagai pisau analisis. Teori tersebut merupakan teori mikro
dalam kajian sosiologi. Sebelum berbicara bagaimana teori tersebut digunakan,
terlebih dahulu dijelaskan secara singkat bagaimana keterhubungan teori lain yang
ada di dalamnya. Penjelasan ini untuk memperjelas fokus dan posisi dari teori
tersebut.
Teori Petani Rasional Samuel L. Popkin memiliki keterhubungan dengan
teori “Rasonalitas” Max Weber, akan tetapi teori rasionalitas Weber hanya
menjelakan secara umum bahwa tindakan dapat dikatakan rasional ketika
seseorang secara sadar melakukan sebuah tindakan, kemudian apakah tindakan itu
berorientasi pada nilai atau tujuan.27 James S. Coleman dalam teori pertukaran
mengembangkan teori rasionalitas Weber menjadi teori “pilihan rasional”.
Coleman berpendapat bahwa tindakan tidak hanya sebatas rasional, tetapi tindakan
27 George Ritzer, Teori Sosiologi Edisi Kedelapan 2012, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 231
16
yang rasional itu juga dibentuk berdasarkan nilai-nilai atau pilihan-pilihan.28
Rasionalitas yang dikemukakan oleh Weber dan Coleman masih bersifat sangat
umum. Popkin kemudian membatasi rasionalitas itu secara khusus pada
masyarakat petani yang ada di desa.
Teori Petani Rasional muncul berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Samuel L. Popkin di Vietnam pada tahun 1978. Ketertarikan Popkin untuk
mengkaji rasionalitas petani dipengaruhi oleh kritiknya terhadap pemikiran James
Scott dalam tulisannya mengenai “economic moral”. Dalam tulisan tersebut Scott
mengemukakan gagasannya bahwa:
“para petani itu anti pasar, lebih menyukai kepemilikan harta bersama dari pada kepemilikan pribadi, Dan tidak menyukai pembelian dan penjualan”.29
Lebih tegas lagi Eric Wolf sebagai tokoh yang memiliki pandangan yang sama
dengan Scott mengatakan bahwa:
“produksi pasar terjadi hanya apabila petani tidak sanggup memenuhi kebutuhan-kebutuhan kebudayaan melalui lembaga lokalnya. Bila si petani, yang berorientasi kepada norma-norma dan peranan-peranan setempat, menjual tanaman perdagangan, maka uangnya hanyalah “untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkannya untuk hidup subsistensi dan untuk mempertahankan status sosialnya dan bukan untuk memperluas skala usaha – usahanya”.30
Gagasan utamanya Scott dan Eric Wolf ingin mengatakan bahwa hubungan patron-
klien, meminimalkan resiko, mendahulukan selamat, kolektifitas dalam
masyarakat petani adalah semata-mata tindakan moralitas dalam kegiatan
ekonomi, tidak ada orientasi lain di dalamnya.
28 Ibid, hlm. 757 29 Samuel L. Popkin, Petani Rasional, (Jakarta: Yayasan Padamu Negeri, 1986), hlm. 4 30 Ibid, hlm. 5
17
Kritik Popkin terhadap “economic moral” adalah tindakan petani dalam
kegiatan ekonomi tersebut tidak bisa dikatakan sepenuhnya sebagai tindakan yang
bersifat moralitas. Pada perkembangannya ternyata ada rasionalitas di dalamnya
untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Kerasionalan itu diperkuat melalui
hasil temuan di lapangan, Popkin mengatakan bahwa:
“Orang-orang juga akan menyumbang bilamana mereka percaya bahwa sumbangan mereka itu akan mendatangakan keuntungan yang cukup besar. Ada dua varian untuk dipertimbangkan : (1) suatu sumbangan yang bisa mempengaruhi orang-orang lain untuk menyumbang dan yang oleh sebab itu mempunyai efek penting yang bisa dilihat terhadap keseluruhan tingkat sumbangan-sumbangan, dan (2) situasi-situasi dimana setiap butir kecil dilihat sebagai suatu/sebuah langkah penting dalam sebuah proses panjang”.31
Lebih tegas lagi Popkin mengatakan bahwa:
“Aspek resiko dari pengambilan keputusan untuk berpartisipasi dalam tindakan kolektif ini dapat diperbandingkan dengan kehilangan legitimasi, aspel-aspek pendorong moral dari ekonomik moral. Sementara ekonomik moral mengatakan bahwa para petani membandingkan apa dengan seharusnya, maka pendekatan ekonomik politik menekankan bahwa para petani menimbang-nimbang resiko memperdagangkan status quo untuk sebuah lotere antara tindakan yang berhasil dengan kegagalan. Sudah tentu, tidak menyumbang juga merupakan suatu situasi beresiko yang punya unsur-unsur lotere”.32
Gagasan utama kritik Popkin terhadap “economic moral” adalah
hubungan-hubungan patron-klien, kolektifitas dan solidaritas pada masyarakat
petani tidak sepenuhnya berlandaskan moralitas, akan tetapi mereka menyadari
secara rasional bahwa tindakan mereka mempunyai tujuan-tujuan yang
berorientasi pada keuntungan individu. Pada perkembangannya rasionalitas
31 Ibid, hlm. 206 32 Ibid, hlm. 207
18
bermain dalam diri petani untuk mengambil peluang apapun untuk mengubah
nasibnya. Di akhir tulisanya Popkin mengatakan bahwa:
“dengan menekankan logika investasi bersama dari hubungan-hubungan intra desa, patron-klien dan pasar, telah saya coba memperlihatkan bahwa dengan melihat pada adanya tingkat-tingkat perebutan sebenarnya dari para patron dan desa-desa itu, maka merosotnya atau merapuhnya lembaga-lembaga petani itu bukanlah hal-hal yang diperlukan untuk memungkinkan para petani itu bisa memasuki pasar-pasar. Selanjutnya, dukungan petani para revolusi-revolusi dan protes-protes bisa menggambarkan adanya kemampuan berpolitik, bukan kemerosotan atau kerapuhan”.33
Teori yang dimunculkan oleh Popkin tersebut digunakan untuk melihat
antusiasme masyarakat desa menjadi Ketua RT dipengaruhi oleh faktor
(immaterial) seperti moralitas untuk mempertahankan status quo, atau rasionalitas
yang berorientasi pada tujuan materi yang harus didapat (self interest). Selain
rasional tersebut, masyarakat desa juga adalah masyarakat yang bermata pencarian
sebagai petani. Hal inilah yang membuat peneliti mantap untuk menggunakan teori
petani rasional yang dikemukakan oleh Samuel L. Popkin sebagai pisau analisis.
F. Metode Penelitian
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu tentang bagaimana
antusiasme masyarakat desa menjadi Ketua RT. Penelitian ini merupakan
penelitian lapangan (field research).34 Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini merupakan
penelitian yang memerlukan keterlibatan peneliti secara langsung dengan obyek
33 Ibid, hlm. 215 34 Lihat Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 157
19
yang diteliti. Hal Ini untuk dapat menjawab pertanyaan pada rumusan masalah
secara mendalam. Oleh karena itu ada beberapa teknik penggalian data yang
digunakan agar mendapatkan data-data yang dapat digunakan untuk menjawab
rumusan masalah.
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview)
Penulis telah mewawancara (interview) 35 beberapa elemen masyarakat
di Desa Sitimulyo khususnya Dusun Nganyang. Pertama, Kepala Desa
Sitimulyo ini terkait faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat
kurang antusias untuk menjadi Ketua RT di Dusun Nganyang. beliau
berada di internal pemerintah desa Sitimulyo yang mana memiliki
hubungan erat dengan lembaga RT di Dusun Nganyang. Kedua, Kepala
Dukuh Nganyang ini terkait pendapat beliau tentang antusiasnya
masyarakat Dusun Nganyang untuk menjadi Ketua RT, karena beliau
orang yang bersentuhan langsung dengan Ketua-Ketua RT di Dusun
Nganyang sehingga tentu lebih mendalam dalam memberikan informasi
dan data. Ketiga, wawancara yang terpenting adalah 7 orang Ketua RT
yang ada di Dusun Nganyang, informasi dan tanggapan mereka sebagai
orang yang sedang menjalankan tugas sebagai Ketua RT sangat
diperlukan. Keempat, 3 orang mantan Ketua RT, pengalaman mereka tentu
akan dapat memberikan jawaban yang holistik. Hal ini untuk memperkuat
35 Lihat Nasution, Metode Reseach, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 113
20
data dan informasi terkait kurangnya antusias masyarakat di Dusun
Nganyang untuk menjadi Ketua RT. Kelima, masyarakat Dusun Nganyang
sebanyak 5 orang dengan memperhatikan perbedaan profesi, peran mereka
di masyarakat dan gender informan, terkait bagaimana respon masyarakat
terhadap lembaga RT dan mengapa masyarakat kurang antusias untuk
menjadi Ketua RT. Hasil wawancara tersebut menjadi sumber data primer.
Tabel 2
Informan Penelitian
No Informan Informasi dan Data yang telah digali
1 Kepala Desa Sitimulyo Bagaimana peran Ketua RT bagi pemerintah desa, Upaya
yang dilakukan untuk memperkuat posisi Ketua RT dan
data-data atau arsip kegiatan yang melibatkan Ketua RT.
2 Kepala Dukuh Nganyang Tanggapan tentang bagaimana peran Ketua RT, Pola
hubungan yang terbangun antara Kepala Dukuh dan
Ketua RT dan data-data atau arsip kegiatan yang
melibatkan Ketua RT.
3 Mantan Ketua RT di
Dusun Nganyang
Bagaimana peroses pemilihan untuk menjadi Ketua RT,
Apa yang memotivasi untuk menjadi Ketua RT,
tanggapan tentang pengalaman selama menjdi Ketua RT
dan saran.
4 Ketua-ketua RT di Dusun Apa yang memotivasi untuk menjadi Ketua RT, apa saja
21
Nganyang tugas yang dikerjakan dan apa kendala yang dihadapi.
5 Masyarakat Dusun
Nganyang
Tanggapan tentang bagaimana peran Ketua RT, tertarik
atau tidak untuk menjadi Ketua RT dan apa alasannya.
Pola hubungan yang terbagun antara masyarakat dan
Ketua RT.
Sumber: Data Sekunder, 2014
b. Pengamatan Lapangan (observasi)
Pengamatan lapangan (observasi) 36 dilakukan untuk melihat sejauh
mana peran Ketua RT dan bagaimana sikap masyarakat terhadap lembaga
RT. Penulis melakukan pengamatan dari dalam dengan melibatkan diri
sebagai tamu pada kegiatan kumpul RT pada 7 RT yang ada di Dusun
Nganyang yang dilaksanakan setiap selapanan dalam penanggalan Jawa.
Penulis mengamati jalannya acara pemilihan Ketua RT 07 yang dilakukan
pada kumpulan RT 07. Penulis mengamati pola relasi sosial masyarakat
Dusun Nganyang terkait lembaga RT. Penulis juga mengecek kembali
bagaimana kesesuaian data demografi yang diberikan oleh Kepala Dukuh
Nganyang dengan fakta di lapangan. Hal ini bertujuan untuk dapat
memperkuat data dan informasi tentang apakah kurangnya antusias
masyarakat Dusun Nganyang menjadi Ketua RT merupakan tindakan yang
rasional, sebagaimana asumsi yang ditarik berdasarkan teori Rasionalitas
Petani yang dikemukakan oleh Samuel L. Popkin. Data yang diperoleh
36 Lihat Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 60
22
dari hasil observasi tersebut dijadikan sebagai data sekunder.
c. Dokumantasi
Dokumentasi37 yang dilakukan seperti, mendokumentasikan kegiatan-
kegiatan Ketua RT di masyarakat menggunakan kamera digital.
Mendokumentasikan dialog wawancara dengan menggunakan recorder,
aplikasi voice note dan catatan tangan. Hal ini untuk memperkuat
bagaimana gambaran peran Ketua RT di Dusun Nganyang, sehingga tidak
hanya menyajikan data dalam bentuk narasi saja, tetapi juga dengan
menampilkan data-data berupa gambar-gambar, bagan dan tabel.
Contohnya seperti menyajikan gambar ketika Ketua RT 04 sedang
memimpin kegiatan kumpulan RT 04, Bagan Struktur Pemerintahan Desa
Sitimulyo, tabel mekanisme pemilihan Ketua RT dll. Hasil dokumentasi
ini juga sebagai data sekunder, dengan demikian maka data-data yang
disajikan semakin kuat.
2. Teknik Analisis Data
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses seleksi data-data yang telah diperoleh
dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, baik berupa rekaman
suara ataupun catatan-catatan tangan, dan gambar-gambar hasil
dokumantasi.38 Hal ini bertujuan untuk pemfokusan, penyerderhanaan dan
37 Lihat Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1989), hlm. 32 38 Lihat Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
23
abstraksi data kasar yang ada dalam file note agar menjadi kongkrit.
Proses ini berlangsung sepanjang pelaksanaan penelitian, yang dimulai
dari awal hingga akhir proses penelitian. Contoh reduksi data yang
dilakukan adalah mentranskrip hasil wawancara informan yang masih
berupa bahasa pertama (informan) menjadi bahasa kedua agar dapat
dipahami pembaca. Mentabelkan data-data yang masih berupa narasi-
narasi panjang dan membuat footnote untuk istilah-istilah yang masih
asing agar memudahkan pembaca.
b. Penyajian Data
Penyajian data39 adalah suatu rakitan informasi yang memungkinkan
kesimpulan penelitian dilakukan. Pada bagian ini, data yang akan
disajikan telah disederhanakan dalam reduksi data dan harus ada
gambaran secara menyeluruh dari kesimpulan yang diambil. Susunan
kajian data yang baik adalah yang jelas sistematikanya, karena hal ini akan
banyak membantu dalam penarikan kesimpulan. Adapun sajian data
berupa narasi, tabel dan bagan analisis. Contohnya seperti gambaran profil
Dusun Nganyang, tabel matrik klasifikasi perbedaan penelitian, bagan
peran Ketua RT, diagram persentase pola relasi sosial masyarakat Dusun
Nganyang dan lain-lain.
2009), hlm. 248
39 Ibid, hlm. 288
24
G. Sistematika Pembahasan
Bab I: berisi tentang pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, karangka teori dan
metodologi penelitian.
Bab II: berisi tentang profil lokasi penelitian dan profil informan.
Bab III: berisi tentang pembahasan tata kelola pemerintah desa, relasi
soaial dan gambaran pemilihan Ketua RT di Dusun Nganyang.
Bab IV: berisi tentang analisis teori terhadap antusiasme masyarakat desa
menjadi Ketua RT di Dusun Nganyang dan faktor-faktor penyebab
berkurangnya antusiasme masyarakat Dusun Nganyang menjadi Ketua
RT.
Bab V: berisi tentang penutup, kesimpulan dan saran.
119
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang penulis lakukan terkait masalah penelitian yaitu
tentang antusiasme masyarakat desa menjadi Ketua RT di Dusun Nganyang,
Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Masyarakat Dusun Nganyang kurang antusias menjadi Ketua RT. Itu
terlihat jelas dalam pola relasi sosial masyarakat Dusun Nganyang
terhadapa lembaga RT, proses pemilihan Ketua RT di Dusun Nganyang
dan penilaian masyarakat Dusun Nganyang terhadap jabatan sebagai
Ketua RT.
2. Kurangnya antusiasme masyarakat Dusun Nganyang menjadi Ketua RT
disebabkan oleh dua faktor. Pertama, lembaga RT kurang dihargai oleh
Pemerintah Desa Sitimulyo dan masyarakat Dusun Nganyang. Kedua,
jabatan Ketua RT tidak mendapat imbalan (materi/immaterial).
120
B. Saran-saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat dibuat suatu saran bagi
perbaikan kedepan terkait dengan masalah penelitian yang sudah diteliti.
1. Untuk masyarakat Dusun Nganyang: Agar terus melakukan internalisasi
nilai-nilai dan norma-norma sosial, budaya dan agama yang dimiliki.
Memelihara kebudayaan yang ada dan sebagai mahluk sosial untuk terus
meningkatkan solidaritas mekanik.
2. Untuk Pemerintah: Diharapkan pemerintah dapat lebih memberikan
perhatian khusus kepada lembaga RT di indonesia pada umumnya,
maupun lembaga RT yang ada di Kabupaten Bantul pada khususnya.
Seperti dengan mengadakan sosialisasi terkait pentingnya lembaga RT.
Sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan, pemerintah dirasa perlu
memberikan pelatihan kepada Ketua RT terkait tugas dan peran RT dan
memberikan gaji atau dana insentif setiap satu bulan sekali kepada Ketua
RT.
3. Untuk Kalangan Akademisi: Penelitian ini dapat dijadikan referensi
sebagai rujukan bagi penelitian yang akan dating. Bila memiliki minat
terkait dengan tema penelitian yakni antusiasme masyarakat desa menjadi
Ketua RT, sehingga diharapkan dapat memperluas khasanah keilmuan bila
nantinya ada masukan dan tambahan dari penelitian yang bersangkutan.
121
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Antlov, H. 2001. Kepemimpinan Jawa: Perintah Halus, Pemerintahan Otoriter. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Asy’ari, I. Sapari. 1993. Sosiologi Kota Dan Desa. Surabaya: Usaha nasional.
Hardiman, F. Budi. 2009. Kritik Ideologi. Yogyakarta: Kanisius Media.
Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Sosiologi. Surakarta: Aksara Sinergi Media.
Haryanto, Sindung. 2011. Sosiologi Ekonomi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Koentjaraningrat. 1989. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Layuk, Merwy Rande. 2013. Studi Tentang Kepemimpinan Ketua RT di Desa
Sebuntal Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kitai Kartanegara. Samarinda. Ejournal Fisip Unmul.
LP2M UIN Sunan Kalijaga. 2014. Buku Pedoman KKN. Yogyakarta: Tidak
diterbitkan. Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. Mulyana. 2005. Demokrasi dalam Budaya Lokal. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Muryanti. 2011. Pedesaan Dalam Putaran Zaman; Kajian Sosiologi Petani, Pertanian dan Pedesaan. Yogyakarta: Suka-press UIN Sunan Kalijaga.
Nasution. 1996. Metode Reseach. Jakarta: Bumi Aksara.
Pamudji, S. 1981. Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional. Jakarta: Bina Aksara.
Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Popkin, Samuel L. 1986. Petani Rasional. Jakarta: Yayasan Padamu Negeri.
122
Prasadja, Buddy. 1986. Pembangunan Desa Dan Masalah Kepemimpinannya. Jakarta: CV. Rajawali.
Rahman, Fazlur. 1980. Tema Pokok Al-Qur’an. Bandung: Pustaka.
Ritzer, George. 1980. Sosiologi Ilmu pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV. Rajawali.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sajogyo, Pudjiwati. 2005. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Shahab, Kurnadi. 2012. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Zuhro, R. Siti. 2009. Demokrasi Lokal Peran Aktor Dalam Demokratisasi. Yogyakarta: Ombak.
Zuhro, R. Siti. 2009. Demokrasi Lokal. Yogyakarta: Ombak.
Skripsi & Tesis
Elfina, Wiwin. 2008. Pemilihan Kepala Desa sebagai sarana Pendidikan Politik masyarakat di Desa Ngembe Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan.Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Fanany, Afan. 2007. Kekuasaan dalam Pilkades. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya. Poniran. 2008. Aktor dan Strategi Politik dalam Pemilihan Kepala Desa (studi
tentang pemilihan kepala desa Hargowilis). Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Rudiansyah, Didit. 2012. Dinamika Sosial Politik Dalam Pemilihan Kepala
Desa.Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
123
Lain-lain
Salinan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
http://www.google.co.id/search?q=berapa+jumlah+desa+dan+kelurahan+di+indonesia&oq=berapa+jumlah+desa+d&gs_l=mobile-heirloom-serp.1.1.0l2j0i22i30l3.4562.14789.0.20991.21.13.0.8.8.0.436.1806.0j2j0j3j1.6.0....0...1c.1.34.mobile-heirloom-serp..7.14.2246.cdr5P9snzdE. Diakses pada tanggal 23 September 2014 Pukul 10.23 WIB. http://kbbi.web.id/pilih. Diakses hari Rabu 7 Januari 2015, pukul 06.35 WIB.
http://putihsembrani.blogspot.com/2011/07/pola-hubungan-antar-kelompok.html diakses tanggal 18 Januari 2015, pukul 11.40 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi diakses tanggal 18 Januari 2015, pukul 11.50 WIB.
124
CURRICULUM VITAE
Nama : Tatang Agus Bahri
Tempat, Tanggal Lahir : Pringga Baya, 11 Agustus 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Juang KM. 2, Dusun Tanah Tinggi, Tanjung Niaga,
Nanga Pinoh, Melawi, Kalimantan Barat
Status : Belum Kawin
Email : Tatang.bahri@gmail.com
No HP : 089610313611
Riwayat Pendidikan:
SD Negeri 09 Nanga Pinoh (1997-2004)
SMP Negeri 1 Nanga Pinoh (2004-2007)
SMA Negeri 1 Nanga Pinoh (2007-2010)
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2011-2015)