Post on 17-Mar-2019
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
55
B A B IV
PENGAWASAN INTERNAL DAN EKTERNAL
Mahkamah Syar’iyah Aceh selaku Kawal Depan Mahkamah Agung di Daerah,
mempunyai kewajiban untuk melakukan pengawasan dan pembinaan baik yang
menyangkut Tugas Pokok dan Fungsinya Peradilan di bidang Kepaniteraan (Tehnis
Yustisial) maupun dibagian Kesekretariatan (Tehnis Non Yusticial), baik mengawasi di
dalam (Internal) maupun mengawasi keluar (Eksternal) yaitu Mahkamah Syar’iyah yang
ada dalam Yurisdiksi Mahkamah Syar’iyah Aceh (19 Mahkamah Syar’iyah Tk.
Pertama).
Mahkamah Syar’iyah/Peradilan Agama sesuai Tugas Pokok dan Fungsinya
sebagaimana tersebut dalam pasal 49 Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006 yaitu
menerima, memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara perkara tertentu yang terjadi
antara masyarakat yang beragama Islam dengan konpetensi Absolut dan relatifnya yang
semakin hari semakin luas kewenangannya.
Mahkamah Syar’iyah dalam rangka menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya
mengacu kepada Pola Bindalmin, baik dalam menerima sampai dengan memberi
putusan yang seadil-adilnya kepada pencari keadilan, maka perlu dilakukan pengawasan
dan pembinaan secara berkala dan terus menerus, baik di dalam maupun ke luar. Untuk
melakukan pengawasan ini Ketua Mahkamah Syar’iyah membuat Surat Tugas dengan
berbagai konsekwensinya.
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
56
A. Pengawasan Internal
Sistem pengawasan Internal dilingkungan Lembaga Peradilan saat ini
terdiri dari dua bagian besar, yaitu :
1. Pengawasan melekat
Pengawasan melekat dalam organisasi Mahkamah Agung dan Lembaga
Peradilan di bawahnya adalah Pengawasan secara struktural yang melekat dalam
suatu organisasi, sebagaimana yang dimaksudkan oleh pedoman umum Angka 1
huruf a Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1989 tentang Pedoman Pengawasan
Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang
terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara
preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara
efektif dan efesien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku,” Dalam hal Mahkamah Syar`iyah, maka pengawasan
melekat secara mikro dilakukan oleh masing-masing atasannya, dan secara
Makro dilaksanakan secara berjenjang yaitu Mahkamah Syar`iyah dan
Mahkamah Syar`iyah Tingkat Pertama.
2. Pengawasan Fungsional
Dengan ditetapkannya Hakim-hakim pengawas Bidang dan Hakim-
Hakim Pengawas Daerah terhadap jalannya tugas pokok dan fungsi Mahkamah
Syar’iyah Aceh pada tahun 2011, pengawasan fungsional seperti ini berada pada
Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh, yang kemudian menurut fungsinya membagi
tugas pengawasan kepada Wakil Ketua sebagai Koordinator Pengawasan dengan
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
57
memfungsikan Hakim Tinggi untuk melakukan pengawasan fungsional baik ke
dalam maupun melakukan pengawasan ke daerah daerah secara berkala atau
insidentil menurut kebutuhan.
Kedua bentuk pengawasan tersebut dapat dilakukan melalui lima
pendekatan atau sifat yaitu :
1. Preventif.
2. Persuatif.
3. Akomodatif.
4. Apresiatif.
5. Represif.
Dalam rangka melaksanakan Pengawasan dan Pembinaan ke dalam
Ketua membagi tugas kepada seluruh Hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh untuk
mengawasi dan melakukan pembinaan baik di bidang Kepaniteraan maupun
bagian Kesekretariatan dengan mengeluarkan Surat Perintah Tugas dengan
merincikan tugas dan ruang lingkup tugas masing masing yaitu Surat Keputusan
Nomor : W1-A/1883/PS.01/XI/2010 tanggal 16 November 2010. Bertepatan
dengan tanggal 09 Dzulhijjah 1431 H Tentang Penunjukan Hakim Pengawas
Wilayah dan Bidang pada Mahkamah Syar’iyah Aceh, dengan rinciannya seperti
tabel di bawah ini :
Tabel I
HAKIM PENGAWAS BIDANG
No Nama / Nip Pangkat/
Gol Ruang
Jabatan
Dinas
Jabatan
dalam Tim
Bidang
Pengawasan
01
Drs, H. Idris Mahmudy, SH,
MH
Pembina
Utama
Hakim
Utama/
Penanggung
Jawab
-
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
58
02
03
04
05
19491212 197803 1 003
Drs. H. Armia Ibrahim, SH
19500724 197803 1 001
Drs. H. Abd. Mannan
Hasyim, SH. MH.
19570913 198303 1 002
M. Ridwan Siregar, SH
19521115 197703 1 001
Dra. Hj. Hafidhah Ibrahim
19480907 198003 2 001
(IV/e)
Pembina
Utama
(IV/e)
Pembina
Utama Muda
(IV/c)
Pembina Tk.
I (IV/b)
Pembina
Utama
Madya
(IV/d)
Ketua
Hakim
Utama/
Wakil
Ketua
Hakim
Madya
Utama
Hakim
Madya
Muda
Hakim
Utama
Muda
Koordinator/
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Bidang
Sekretariatan
Bidang
Kepaniteraan
Tabel II
HAKIM TINGGI PENGAWAS WILAYAH
No Nama / Nip Pangkat Gol.
Ruang
Jabatan
Dalam
Dinas
Jabatan
dalam Tim
Wil/Daerah
Pengawasan
01
02
03
04
05
06
Drs, H. Idris Mahmudy,SH, MH
19491212 197803 1 003
Drs. H. Armia Ibrahim, SH
19500724 197803 1 001
Drs. H. Abd. Mannan Hasyim,
SH. MH.
19570913 198303 1 002
Dra. Hj. Hafidhah Ibrahim
19480907 198003 2 001
Drs. H. Humam A. Hadie, SH.,
MH
19511129 198103 1 002
Drs. H. Mukhlas, SH
150 177 202
Pembina
Utama
(IV/e)
Pembina
Utama
(IV/e)
Pembina
Utama Muda
(IV/c)
Pembina
Utama Madya
(IV/d)
Pembina
Utama Madya
(IV/d)
Pembina
Utama Muada
(IV/c)
Hakim
Utama/
Ketua
Hakim
Utama/
Wakil Ketua
Hakim
Madya
Utama
Hakim
Utama
Muda
Hakim
Utama
Muda
Hakim
Madya
Utama
Penanggung
Jawab
Koordinator/
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
-
Semua MS
Kab /Kota
Semua MS
Kab / Kota
MS B. Aceh
dan MS
Jantho
MS. Bireuen
MS
Lhokseuma
we
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
59
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
Drs. H. Turiman, SH
19540511 198003 1 001
Drs. Baidhowi, SH
19520202 198512 1 001
Drs. Abdul Muin
150 169 247
M. Ridwan Siregar, SH
19521115 197703 1 001
Drs. Ridhuan Santoso
19500523 198103 1 002
Drs. H. Syamsir Suleman
150 210 957
Dra. Masdarwiaty, MA
19531025 198603 2 001
Drs. A. Mukhti, MH
150 215 998
Drs. H. Abd. Mahid Pulungan,
SH., MH
19580705 198603 1 001
Drs. H. Daroini, M.Hum
Pembina
Utama Muda
(IV/c)
Pembina
Utama Muda
(IV/c)
Pembina
Utama Muda
(IV/c)
Pembina Tk. I
(IV/b)
Pembina Tk. I
(IV/b)
Pembina Tk. I
(IV/b)
Pembina Tk. I
(IV/b)
Pembina
Utama Muda
(IV/c)
Pembina
Utama Muda
(IV/c)
Pembina
Utama Muda
(IV/c)
Hakim
Madya
Utama
Hakim
Madya
Utama
Hakim
Madya
Utama
Hakim
Madya
Muda
Hakim
Madya
Muda
Hakim
Madya
Muda
Hakim
Madya
Muda
Hakim
Madya
Utama
Hakim
Madya
Utama
Hakim
Madya
Utama
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
MS.
Takengon
MS
Lhoksukon
dan MS Idi
MS Calang
dan MS
Meulaboh
MS
Kutacane
dan MS
Blangkejere
n
MS
Meureudu
MS Sabang
dan MS
Sigli
MS Langsa
dan MS
Kualasimpa
ng
MS
Tapaktuan
MS Singkil
MS
Sinabang
B. Pengawasan Eksternal.
Dalam rangka melakukan Pembinaan dan pengawasan terhadap
Pelaksanaan tugas pada Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota dalam wilayah
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
60
Yuridiksi Mahkamah Syar’iyah Aceh di samping melakukan Pemeriksaan terhadap
laporan laporan berkala, baik di Bidang Kepaniteraan maupun laporan laporan
Kesekretariatan dari seluruh Mahkamah Syar’iyah di Aceh, memberikan instruksi
tertulis baik dalam bentuk Surat Edaran maupun surat-surat dinas yang berbentuk
Petunjuk dan perintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, juga
menugaskan Para Hakim Tinggi dan Pejabat dalam bidangnya untuk melakukan
Pengawasan, Pemeriksaan dan Pembinaan ke Mahkamah Syar’iyah Kabupaten Kota
di Aceh dengan menerbitkan Surat Perintah Tugas.
C. Hasil Hasil yang Ditemukan dalam Pembinaan di daerah.
Oleh : Dra. Hj. Hafidhah
No Pokok Masalah Temuan Petunjuk Tindak Lanjut
1.
2.
3.
Tanggal pada ku-
lit bundel A dan
bun-del B.
Urutan / susunan
bundel.
Panjar biaya
perkara/SKUM
/resi pembayaran
bank.
Masih beragam tanggal yang
tercantum pada kulit bundel A
dan bundel B.
Masih beragam urutan/ su-
sunan bundel, ada yang ke-
lompok dan ada yang kro-
nologis berdasarkan kelom-pok.
Slip/resi pembayaran Bank
tidak dilampirkan dalam
berkas.
Tanggal Akta Pernyataan
Banding lebih dahulu dari
tanggal skum/resi pemba-yaran
bank.
Pengambilan tambahan panjar
biaya perkara setelah perkara
diputus.
Pada kulit bundel A ditulis tanggal
register dan pada kulit bundel B tanggal
putusan.
Susunan bundel berdasarkan krono-logis
murni.
Resi pembayaran Bank harus dilampirkan
dalam berkas.
Akta pernyataan banding dibuat se-talah
panjar biaya perkara banding dibayar
lunas (pasal 7 ayat 4 UU No 20 tahun
1947 / buku II hal. 7).
Setelah perkara diputus tidak dibe-narkan
lagi (haram) mengambil tambahan panjar.
Hakim Tinggi Mahkamah Syar’iyah Aceh
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
61
No Pokok Masalah Temuan Petunjuk Tindak Lanjut
4.
5.
6.
7.
PMH
PHS
PPP
PJSP
Masih ada penggugat / pe-
mohon yang belum mengambil
sisa panjar.
Perincian biaya perkara pada
akhir putusan ditulis : HHK. I
dan HHK. II
PMH dibuat berdasarkan pa sal
17 UU No. 4 Th. 2004.
Pergantian Hakim Anggota
Majelis tanpa PMH baru
Pembuatan PMH tidak ber-
dasarkan senioritas hakim
Sidang penyaksian ikrar ta-lak
tanpa PMH baru
Blangko PHS yang diguna-kan
adalah blangko biasa padahal
ada permohonan sita.
Setelah penundaan mengam
bang, tidak dibuat phs baru.
Pertimbangan penunjukan
panitera pengganti sama dengan
pertimbangan penunjukan
hakim (PMH) yaitu untuk
memeriksa dan mengadili.
PJSP tidak dilampirkan dalam
berkas.
JSP yang menyampaikan
panggilan kepada para pihak
bukan JSP yang ditunjuk dalam
PJSP.
Panitera mengirim surat pemberi-tahuan
kepada penggugat/pemohon untuk segera
mengambil sisa panjar dan apabila dalam
tenggang waktu 180 hari sejak
pemberitahuan tidak diambil, maka sisa
panjar tersebut harus disetor ke kas
negara.
Ditulis : biaya pendaftaran dan biaya
redaksi.
PMH dibuat berdasarkan pasal 11 UU No.
48 tahun 2009
Pergantian Hakim anggota majelis harus
dengan PMH baru dan dicatat dalam BAP
PMH harus berdasarkan senioritas Hakim.
Dibuat PMH baru, meskipun majelis
hakim tidak berganti (buku II Revisi hal.
37).
Bila ada permohonan sita, PHS yang
digunakan agar disesuaikan.
Harus dibuat PHS baru setelah penundaan
mengambang
Pertimbangan penunjukan PP untuk
membantu kelancaran tugar majelis
Hakim dalam memeriksa dan mengadili
perkara.
PJSP harus dilampirkan dalam berkas
JSP yang menyampaikan panggilan hen-
daknya yang ditunjuk dalam PJSP.
Upaya damai dari majelis hakim terlebih
dahulu, baru dilanjutkan dengan mediasi.
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
62
No Pokok Masalah Temuan Petunjuk Tindak Lanjut
8.
9.
Upaya damai /
mediasi.
Kuasa khusus /
kuasa insidentil
Mediasi dilakukan sebelum
upaya damai dari majelis
hakim.
Upaya damai dari Majelis
Hakim (dalam perkara selain
perceraian) dilakukan pada
setiap kali sidang.
Proses mediasi tidak tam-pak
dalam BAP.
Terdapat ketidaksesuaian cara
pemilihan mediator dalam BAP
dengan dalam penetapan
mediator.
hakim mediator yang ditunjuk
adalah hakim anggota majelis
yang mena-ngani perkara
tersebut.
Tidak diberi waktu kepada
para pihak untuk berfikir
setelah dimediasi, langsung
dibuat laporan (gagal)
Terdapat perbedaan nama
mediator dalam BAP
/Penetapan Mediator dan LHM
dengan nama mediator dalam
putusan.
Penetapan mediator dan LHM
tidak dilampirkan dalam
berkas.
Surat Kuasa khusus tidak
memenuhi syarat.
Masih ada Surat Kuasa khusus
Dalam perkara selain perceraian upaya
damai dari Majelis Hakim cukup
dilakukan dalam sidang pertama saja.
Proses mediasi harus tampak dalam BAP.
Cara pemilihan mediator dalam BAP dan
dalam penetapan mediator harus sesuai.
Sebaiknya ditunjuk Hakim yang bukan
anggota majelis, sepanjang masih ada
Hakim mediator yang lain demi
kelancaran pemeriksaan dan kesungguhan
dalam mendamaikan para pihak.
Harus diberi waktu kepada para pihak
untuk berpikir setelah dime-diasi, baru
kemudian dibuat laporan hasil mediasi.
Nama mediator dalam BAP /Penetapan
mediator dan LHM harus sesuai dengan
nama mediator dalam putusan.
Penetapan mediator dan LHM harus
dilampirkan dalam berkas.
Surat Kuasa khusus harus menyebutkan:
- Nama dan kedudukan pihak
berperkara
- Masalah tertentu
- Nomor perkara
- Pengadilan/Mahkamah tertentu
Kuasa khusus termasuk kategori
perjanjian sepihak. Oleh karena itu
pencabutannya adalah otoritas pemberi
kuasa (pasal 1813 KUH Perdata).
Surat izin dari ketua Mahkamah Syar’iyah
harus ada dan dilampirkan dalam berkas
dan bagi Surat kuasa insidentil yang
dibuat di depan Panitera tetap harus ada
surat izin Ketua
Pemeriksaan sidang descente sama
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
63
No Pokok Masalah Temuan Petunjuk Tindak Lanjut
10.
11.
12.
13.
Descente /
pemeriksaan
lapangan
Berkas Banding
Administrasi
Perkara
Dll
yang mencantum-kan poin yang
berbunyi : kuasa ini tidak dapat
dica-but secara sepihak …..dst.
Masih ditemukan kuasa
insidentil tidak memenuhi
syarat, karena :
- hubungan antara pembe-ri
dan penerima kuasa tidak
sesuai ketentuan
- Penerima kuasa tidak
mendapat izin dari Ketua
Mahkamah Syar’iyah untuk
beracara dimuka sidang
Sidang descente tidak dibuka
dan dilakukan setelah
kesimpulan akhir
Perincian biaya descente ditulis
secara rinci yaitu :
- transpor Hakim, PP, JSP,
dan sopir.
- minyak mobil
- makan minum
- kespeg
Berkas banding yang dikirim ke
MS Aceh dalam keadaan tidak
lengkap
Pengiriman berkas banding ke
MS Aceh lebih dari satu bulan
setelah permohonan banding
Buku Induk Keuangan Perkara,
Buku Keuangan Biaya Eksekisi
dan Buku Penerimaan HHK
dipegang dan dikerjakan oleh
Kasir tanpa SK Ketua MS
Pengisian buku register perkara
belum tertib
Masih beragam sebutan untuk
Ketua Majelis (Hakim Ketua
Majelis, Ketua Majelis Hakim,
dengan persidangan di kantor. Oleh
karena itu sidang harus dibuka (di MS, di
kantor desa, di lapangan) dan dilakukan
sebelum kesimpulan akhir
Tidak ada pembebanan biaya yang besifat
honor / uang makan, kecuali untuk
transportasi jika tidak mema-kai
kendaraan dinas
(SE MARI No. 5 tahun 1994 ) jo. SEMA
No. 7 tahun 2001
Sebelum menandatangani surat pengantar
pengiriman Panitera / petugas yang
ditunjuk diwajibkan meneliti kelengkapan
berkas
Harus dikirim dalam waktu satu bulan
Ketiga buku tersebut seharusnya dipegang
dan dikerjakan oleh Panitera atau
ditugaskan kepada pegawai lain selain
kasir yang ditunjuk dengan SK Ketua MS
Petugas meja II hendaknya mengisi buku
register secara tertib, rapi dan cermat.
Untuk itu instrumen agar digunakan
secara efektif
Sebutan harus sesuai dengan PMH yaitu
Ketua Majelis
- Harus ada
- Harus ada
Cukup satu Hakim yang senior bersama
Panitera Pengganti
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
64
No Pokok Masalah Temuan Petunjuk Tindak Lanjut
Hakim Ketua, Ketua)
Susunan persidangan sama
dengan sidang yang lalu
padahal tidak sama
Tidak ada perintah Panitera
untuk menyampaikan salinan
putusan kepada PPN dalam
amar Putusan
Penundaan sidang karena ketua
majelis berhalangan oleh dua
hakim + PP
Penundaan sidang dilakukan
dalam keadaan sidang tertutup
Identitas pihak baik dalam
berita acara maupun dalam
putusan tidak lengkap
Tidak ada perintah kepada juru
sita pengganti untuk
memberitahukan isi putusan
kepada pihak yang didak hadir
baik berupa penetapan maupun
dalam BAP
Relas pemberitahuan isi
putusan ada yang dilampirkan
dalam bundel A dan ada yang
dalam bundel B
Pertimbangan hukum mengenai
biaya perkara dalam bidang
perkawinan ditulis berdasarkan
pasal 89 ayat 1 UU No. 7 tahun
1989 yang telah diubah dengan
pasal 90 UU No. 3 tahun 2006
dst
Bahasa yang digunakan dalam
BAP maupun dalam putusan
tidak mudah dimengerti
Penggunaan bahasa daerah baik
dalam BAP maupun dalam
putusan
Penundaan sidang harus dilakukan dalam
sidang terbuka
Harus pakai Bin / Binti
Harus ada
Dalam bundel B
Pasal 89 ayat 1 UU No. 7 tahun 1989
tidak pernah diubah dengan pasal 90 UU
No. 3 tahun 2006
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar
Jika menggunakan bahasa daerah harus
disertai dengan artinya dalam bahasa
Indonesia agar dapat dimengerti oleh
semua orang yang membacanya
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
65
MATERI RAPAT KOORDINASI TENTANG TEMUAN BERKAS BANDING
Oleh : H. Abd. Hamid Pulungan
===============================================================
1. Panggilan para pihak
Dalam pemeriksaan berkas perkara banding ditemukan beberapa hal sebagai
berikut :
Apabila Tergugat telah dipanggil 2 (dua) kali ternyata tergugat tidak hadir, maka
untuk sidang selanjutnya Tergugat tidak dipanggil lagi dan perkara tersebut
diputus dengan verstek.
Praktek yang seperti itu menyalahi pasal 26 ayat (1) peraturan pemerintah
nomor 9 tahun 1975 yaitu : setiap kali diadakan sidang pengadilan yang
memeriksa gugatan perceraian, baik Penggugat maupun Tergugat atau Kuasa
mereka akan dipanggil untuk menghadiri sidang tersebut. Dan pasal 151 Rbg
menyebutkan, Tergugat-Tergugat yang tidak hadir diperintahkan agar
dipanggil lagi.
Dasar hukum putusan verstek adalah apabila Tergugat telah dipanggil secara
sah dan patut sesuai dengan pasal 149 ayat (1) Rbg “apabila pada hari yang
telah ditentukan Tergugat tidak datang meskipun sudah dipanggil dengan
sepatutnya, dan juga tidak mengirimkan wakilnya, maka gugatan dikabulkan
tanpa kehadirannya (verstek)”. Oleh karena itu apabila putusan dijatuhkan
secara verstek, tetapi Tergugat tidak dipanggil secara sah dan patut, maka
putusan tersebut batal demi hukum.
Hakim Tinggi Mahkamah Syar’iyah Aceh
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
66
Penggugat atau Tergugat tidak hadir dalam persidangan, tetapi hadir pada
persidangan berikutnya tanpa ada surat panggilan.
Ada kemungkinan Panitera Pengganti berhubungan dengan pihak, baik
secara langsung maupun melalui komunikasi HP. Majelis dan Panitera
Pengganti tidak boleh berhubungan dengan pihak kecuali di dalam
persidangan.
2. Pemeriksaan saksi
Dalam pemeriksaan berkas perkara banding ditemukan beberapa hal sebagai
berikut :
Pemeriksaan kepada saksi tidak menggunakan rumus 5 h dan 1 w.
Dalam memeriksa saksi, majelis harus menggunakan rumus 5 h dan 1 w,
yaitu :
1. Who siapa
2. What apa
3. Why kenapa
4. Where dimana
5. When kapan
1. How bagaimana
Majelis mempertanyakan pendapat saksi tentang solusi penyelesaian perkara.
Majelis tidak boleh menanyakan kepada saksi tentang penyelesaian satu
kasus. misalnya dengan pertanyaan, bagaimana menurut pendapat saksi
rumah tangga Penggugat dan Tergugat ?
Ingat, Pedoman perilaku Hakim (PPH)
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
67
Penyelesaian suatu kasus yang ditangani Majelis adalah menjadi tanggung
jawab Majelis tersebut dengan menganalisa fakta persidangan.
Majelis memutus dengan berdasarkan kepada bukti saksi testimonium de auditu
(atas dasar cerita orang lain).
Menurut pasal 308 ayat (1) : tiap-tiap kesaksian harus disertai alasan
mengenai pengetahuan saksi. oleh karena itu, keterangan saksi tersebut harus
yang dialami, didengar dan dilihat sendiri, bukan atas dasar cerita orang lain.
1 (satu) orang saksi dipertimbangkan sebagai bukti.
1 (satu) orang saksi bukanlah saksi (unus testis nulus testis). menurut pasal
306 Rbg dan pasal 1905 KUH Perdata, seorang saksi tanpa alat bukti lainnya
tidak dianggap sebagai pembuktian yang cukup. dalam pemeriksaan saksi
yang lebih dari 1 (satu) orang, sebaiknya saksi yang telah diperiksa tetap di
ruangan sidang sampai selesai pemeriksaan saksi tersebut. hal ini
dimaksudkan agar saksi yang telah diperiksa tidak menyampaikan materi
perkara kepada saksi yang lain.
3. Tidak semua petitum diadili
Dalam pemeriksaan berkas perkara banding ditemukan beberapa hal sebagai
berikut :
Majelis tidak mengadili semua petitum Penggugat.
Berdasarkan pasal 189 ayat (2) Rb.g, Majelis wajib memberi keputusan
tentang semua bagian gugatan. apabila petitumnya ada 10 (sepuluh), maka
wajib diadili semuanya dan dituangkan dalam amar putusan. apabila ada
Untuk lebih lengkapnya pemahaman tentang alat bukti saksi ini, dapat dibaca Buku Penerapan Hukum
Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, hal 144, oleh H. Abdul Manan.
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
68
permohonan sita dalam surat gugat, maka dijawab di dalam PHS dan diadili
dalam amar putusan.
Majelis memberikan putusan yang tidak diminta.
Berdasarkan Pasal 189 ayat (3) Rb.g, Majelis dilarang memberi keputusan
tentang hal-hal yang tidak dimohon atau memberikan lebih dari yang
dimohon. Misalnya, Penggugat mohon agar hutang pada Bank BRI
ditetapkan sebagai hutang bersama. Lalu Majelis menetapkan hutang tersebut
sebagai hutang bersama dan memerintahkan para pihak untuk melunasi
hutang tersebut. Amar tentang perintah melunasi hutang adalah amar yang
melebihi tuntutan pada surat gugat.
4. Minutasi berkas perkara.
Dalam pembinaan dan pengawasan Hakim Tinggi ke Mahkamah Syar’iyah
Kabupaten / Kota banyak ditemukan hal-hal sebagai berikut :
Berkas perkara tidak diminut melebihi 1 (satu) bulan.
Berdasarkan Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989,
Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang : a.perkawinan. b kewarisan, wasiat dan hibah
yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. c wakaf dan shadaqah.
Format Putusan tidak seragam
Menurut pengamatan Mahkamah Agung, bahwa penerapan Pola Bindalmin di Lingkungan Peradilan Agama ada gejala menurun, oleh karena itu mari kita tingkatkan kembali penerapan Pola Bindalmin tersebut untuk meningkatkan citra dan martabat Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota se Aceh
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
69
Agar format Putusan seragam pada Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota
se Aceh, maka Putusan dengan format sebagai berikut :
- Ukuran kertas adalah folio, bukan kwarto
- Huruf Putusan menggunakan Arial atau Times New Roman dengan font
size 12
- Tidak ada garis-garis putus ( --------- ), tetapi di ujung kalimat diketik ;
(titik koma).
- Halaman Putusan tidak menggunakan angka, tetapi menggunakan footer
and page x of y yang ditempatkan pada sudut kanan bawah Putusan.
- Penulisan nama Ketua Majelis sejajar dengan Hakim Anggota senior
pada kaki Putusan.
contoh :
Hakim Anggota : Ketua Majelis,
Drs. BAIDHOWI HB. SH. M. RIDWAN SIREGAR, SH.
Drs. H. ABD. HAMID PULUNGAN, SH. MH.
Panitera Pengganti,
Drs. AZMI
Format Putusan dapat dilihat dan dipedomani Putusan Kasasi Mahkamah Agung sejak Tahun 2010 dan seterusnya.
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
70
MATERI RAPAT KOORDINASI TENTANG TEMUAN BERKAS BANDING
Oleh : Baidhowi. HB
===============================================================
A. Surat gugat
Surat gugat harus memuat 3 (tiga) unsur, yaitu (1). Identitas para pihak (2).
Posita / pundamentum petendi yang memuat peristiwa hukum dan alasan-alasan hukum
(3). Petitum yang harus jelas dan tegas. Syarat formil gugatan tersebut harus terpenuhi,
apabila ada syarat gugatan yang tidak terpenuhi berakibat gugatan cacat dan harus
dinyatakan NO (Niet Ontvankelijk Verklssrd).
Unsur-unsur syarat formil surat gugat :
1. Melanggar konpetensi absolut atau kompetensi relatif. Apabila ada eksepsi
setentang kompetensi tersebut harus dimuat dalam pertimbangan hukum dan
diputus.
2. Error in Persona, yang terdiri dari diskualifikasi inpersona, Tergugat tidak tepat,
misalnya yang digugat seharusnya Yayasan tetapi digugat pribadi. Orang yang
ditarik sebagai Tergugat tidak lengkap.
3. Obscur libel.
4. Nebis in Idem, yaitu perkara yang telah diputus dan diajukan kembali dalam perkara
baru, terhadap obyek, subyek dan materinya sama.
5. Prematur.
6. Yang digugat masih tergantung (ann hanging).
Hakim Tinggi Mahkamah Syar’iyah Aceh
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
71
7. Apa yang telah digugat telah dikesampingkan.
B. Berita acara persidangan (BAP) harus sejalan dengan Putusan..
Dalam memeriksa gugatan harus digali sampai tuntas, jangan ada yang
tergantung. Contohnya dalam perkara Harta Bersama. Harus diperiksa apa saja harta
bersama tersebut, kapan diperoleh, bagaimana diperoleh, berapa jumlahnya dan dimana
sekarang berada dan lain-lain yang dianggap penting. Begitu juga setentang luasnya
apabila harta bersama dalam bentuk tanah dan disarankan agar melakukan pemeriksaan
setempat.
Apabila dalam pemeriksaan awal ternyata surat gugat tersebut tidak jelas dan
kabur, maka Majelis menganjurkan agar surat gugat tersebut diperbaiki. Kalau
Penggugat tetap bertahan dengan gugatannya itu, putus saja di NO tanpa harus diperiksa
lebih jauh. Dalam pemeriksaan Harta Bersama, tidak saja memeriksa kapan terjadi
perceraian, tetapi harus diperiksa juga kapan terjadi pernikahan.
Dalam menyusun berita acara persidangan harus diperhatikan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam pemeriksaan perkara banding ditemukan
kalimat “Penggugat hadir menghadap Kuasa”. Kalimat tersebut tidak jelas maksudnya.
Semestinya dibuat dengan kalimat “Penggugat hadir dengan didampingi Kuasa, atau
dihadiri oleh Kuasa.
Dalam hal pemeriksaan setempat, harus dibuat dengan gambar dan situasi yang
jelas disertai dengan ukuran yang jelas.
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
72
C. Putusan.
Putusan adalah mahkota Hakim, artinya kwalitas Hakim dapat diketahui
dengan Putusannya. Dalam hal pembuatan Putusan, harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Setiap dalil / alasan di petitum gugatan harus dipertimbangkan, jangan sampai
muncul pada amar Putusan tetapi tidak ada dalam pertimbangan hukum.
2. Analisa dalam pertimbangan hukum, harus logis dan argumentatif yang didasari
aturan hukum / Undang-undang.
3. Nafkah / hak asuh untuk kepentingan anak agar didasari dengan Undang-undang
Perlindungan Anak, selain itu didasari dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI).
4. Cerai gugat dengan dasar Kekerasan dalam rumah tangga, agar disebut dasarnya
dengan Undang-undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
5. Kantu Advokat (foto copy) harus ada dan dimasukkan dalam berkas perkara.
6. Apabila ada permohonan sita dalam surat gugat, harus dipertimbangkan dalam
Putusan.
7. Dalam berkas banding ditemuka pembuatan PMH, PHS, Penetapan Mediator, dan
laporan Mediator dibuat pada tanggal yang sama. Semestinya dibuat sesuai tahap-
tahapannya.
8. Ditemukan pertimbangan hukum yang tumpang tindih. Semestinya pertimbangan
hukum tersebut dibuat secara sistimatis.
9. Ditemukan amar yang tidak tegas. Amar Putusan harus dibuat tegas dan jelas
sehingga tidak menimbulkan multi tafsir.
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
73
MATERI RAPAT KOORDINASI TENTANG TEMUAN BERKAS BANDING
Oleh : H. Abdul Muin
===============================================================
HAKAM
Temuan
Banyak ditemukan dalam pemeriksaan banding, perkara syiqaq ditetapkan
dalam proses sidang gugatan cerai. Penetapan perkara syiqaq ada dengan putusan sela
ada yang dinyatakan langsung sebagai perkara syiqaq tidak melalui putusan sela. Setelah
dinyatakan perkara syiqaq lalu menunjuk hakam bagi para pihak;
Penyelesaian yang benar sebagai berikut:
a. Hakam bertalian erat dengan perkara perceraian dengan alasan siqaq.
b. Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka untuk mendapatkan
putusan perceraian harus didengar keterangan saksi-saksi yang berasal dari
keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami isteri.
c. Pengadilan setelah mendengar keterangan saksi tentang sifat persengketaan antara
suami isteri dapat mengangkat seoarng atau lebih dari keluarga masing-masing
pihak atau orang lain untuk menjadi hakam.
d. (Pasal 76 ayat (1) dan ayat (2) UU. No. 7 tahun 1989).
e. Sejak awal, perkara syiqaq sudah ditentukan sebagai perkara syiqaq sama halnya
dengan penentuan terhadap perkara ta'lik talak.
f. Tidak boleh perkara syiqaq ditetapkan dengan putusan sela sebagai perkara syiqaq
dalam proses sidang (Buku II hal 156).
Hakim Tinggi Mahkamah Syar’iyah Aceh
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
74
g. Penunjukkan hakam oleh Majelis Hakim setelah tahap pembuktian dengan
menggunakan putusan sela yang dibuat lengkap dalam BAP.
h. Dalam putusan sela setelah menentukan pengangkatan hakam, ditentukan tugas
hakam untuk mengupayakan musyawarah dengan meneliti sebaik mungkin apa
yang membuat terjadinya perpecahan dalam rumah tangga, dan untuk keperluan
tersebut hakam diberikan waktu oleh Majelis Hakim, dan dimintakan laporannya
dalam sidang berikutnya.
Contoh putusan sela:
- Mengangkat ………………………………. sebagai hakam Penggugat, dan
………………… sebagai hakam tergugat;
- Memerintahkan hakamain untuk mengupayakan musyawarah dengan Penggugat
dan Tergugat dalam jangka waktu ………. Hari;
- Memerintahkan kepada hakamain untuk menyampaikan hasil musyawarah
tersebut kepada Majelis hakim dalam sidang yang akan datang.
i. Hakam melaporkan dan menyampaikan pendapatnya kepada Majelis Hakim
tentang keadaan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat
j. Apabila menurut hakamain perselisihan dan pertengkaran mereka sudah sangat
memuncak dan tidak mungkin didamaikan lagi, dan jalan satu-satunya bagi mereka
adalah cerai, maka usulan mereka itu harus dipertimbangkan oleh Majelis Hakim,
Hakimlah yang menceraikan suami isteri tersebut, bukan para hakam ;.
k. Untuk keseragaman, amar putusan cerai dengan alasan syiqaq berbunyi;
- Menjatuhkan talak satu bain shugra tergugat (nama…….. bin………) terhadap
penggugat (nama ……binti……….)
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
75
MATERI RAPAT KOORDINASI (STRESSING PIMPINAN)
Oleh : H. Armia Ibrahim
A. BIDANG KESEKRETARIATAN
1. Keuangan rutin.
a. Buku keuangan rutin agar sudah diterapkan buku elektronik.
b. Dokumen bukti pengeluaran / pembelian barang harus lengkap. Tidak
cukup kwitansi saja, tetapi harus dilengkapi faktur.
c. Petugas yang diberi Kartu ke KPKNL harus yang berstatus PNS (tidak
boleh pegawai kontrak).
d. Biaya perjalanan dinas pada tahun 2012 cukup besar + Rp. 90.000.000,00
(sembilan puluh juta rupiah) per satker, oleh karena itu perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
- Penggunaannya tidak saja oleh Ketua dan Panitera/Sekretaris, tetapi
dapat digunakan oleh pegawai lain yang melakukan tugas dinas,
misalnya ke KPKNL.
2. Kepegawaian.
a. Data kepegawaian / SIMPEG agar selalu di up date.
b. Untuk penegakan disiplin pegawai masuk dan pulang kantor agar
mengguna-kan absen elektronik disamping absen manual.
- Pengamprahan remunerasi harus sesuai dengan absen elektronik (BPK
turut mengecek absen elektronik untuk dicocokkan dengan pembayaran
remunerasi).
Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
76
c. Konversi NIP lama ke NIP baru harus tuntas semua dalam waktu dekat
dengan mengisi formulir BKN.
3. Umum.
a. Administrasi BMN harus lengkap dokumennya (seperti tanah harus
bersertifikat an. Mahkamah Agung RI.
b. Harus ada Surat Keputusan Ketua Mahkamah Syar’iyah tentang
Penunjukan pemakai kenderaan dinas dan Surat Keputusan tentang
Penunjukan penghuni rumah dinas yang lengkap dengan besaran sewa
yang harus dibayar setiap bulan (sewa rumah dinas dipotong langsung oleh
KPKNL).
c. ATK dari DIPA tidak boleh digunakan untuk penyelesaian perkara.
- ATK perkara diambil dari biaya proses sebesar Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribur rupiah).
d. Buku-buku dalam perpustakaan agar diregister dengan baik dan agar
disediakan ruang pustaka secara khusus.
B. KEPANITERAAN / ADMINISTRASI PERKARA
1. Administrasi perkara harus tertib dan sesuai dengan ketentuan Pola Bindalmin.
2. Buku register harus tersedia semuanya dan pengisiannya harus lengkap sesuai
dengan keadaan ril.
3. Keuangan perkara.
- Setoran harus via Bank Pemerintah.
- Pembukuannya harus tertib.
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
77
- Penggunaannya hanya untuk proses biaya perkara.
- Tidak boleh dipinjam untuk pegawai atau keperluan lain.
- PNBP harus dipungut semua sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2008.
- Penyetoran PNBP ke kas negara harus dilakukan 1 (satu) kali seminggu.
- Pemberian Salinan Putusan kepada para pihak atas permohonannya, oleh
karena itu dipungut biaya PNBP.
- Ketentuan Pasal 64A Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama, telah ada Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 1
Tahun 2011 yang menafsirkan Pasal 64A tersebut.
4. Laporan perkara.
- Harus diisi dengan benar dan lengkap semua formulir.
- Pengirimannya ke Mahkamah Syar’iyah Aceh harus tepat waktu.
- Laporan SMS gate way harus dikirim tepat waktu.
C. ADMINISTRASI PERSIDANGAN DAN PENYELESAIAN PERKARA
a. PMH harus dibuat yang baru apabila ada pergantian Hakim.
b. Sidang Ikrar Talak harus ada PMH baru.
c. Minutasi harus diselesaikan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah perkara
diputus (dahulu waktu minutasi selama 30 hari).
d. Jangan menunda-nunda minutasi berkas perkara.
e. Surat panggilan harus distempel (untuk keseragaman).
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
78
f. Harus membuat dokumen elektronik sebagai kelengkapan permohonan Kasasi
dan PK sesuai Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 14 Tahun 2010 jo
Petunjuk Pelaksanaannya dari Panitera Mahkamah Agung RI.
g. Penerapan Aplikasi SIADPA sebagai proses penerimaan dan penyelesaian
perkara pada Mahkamah Syar’iyah Se-Aceh harus dijalankan secara optimal dan
Ketua wajib memenitor.
D. PENGAWASAN
a. Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah sebagai Koordinator Pengawasan dan
ditetapkan dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Syar’iyah.
b. Hakim Pengawas Bidang harus dibuat Surat Keputusan Ketua Mahkamah
Syar’iyah setempat.
c. Hakim Pengawas Bidang harus melakukan pemeriksaan minimal 3 (tiga) kali
dalam sebulan (4 x setahun) dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil
Pengawasan secara tertulis.
d. Terhadap Laporan Hasil Pengawasan harus ditindaklanjuti oleh pelaksana.
e. Hakim Pengawas Bidang memonitor pelaksanaan tindaklanjut atas temuan
Laporan Hasil Pengawasan.
E. LAIN - LAIN
a. IT harus ditingkatkan.
b. Meja Informasi harus difungsikan dengan baik termasuk penyediaan register dan
format-format yang sesuai petunjuk pelaksanaannya.
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
79
c. Pelayanan publik harus prima, antara lain ada bahan praga seperti tentang
perkara-perkara yang menjadi kewenangan Mahkamah Syar’iyah, informasi
biaya perkara, prosedur penerimaan perkara, jadwal sidang dan lain-lain.
d. Iuran IKAHI harus diintensifkan pemungutannya dan pengirimannya sesuai
ketentuan yang telah ada.
e. Iuran PTWP harus diintensifkan pemungutannya dan pengirimannya sesuai
ketentuan yang telah ada.
f. Surat-Surat Keputusan yang berkaitan dengan penugasan harus dibuat oleh
Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota dan dikirim ke Mahkamah Syar’iyah
Aceh. Ada beberapa Mahkamah Syar’iyah yang belum membuat dan belum
mengirimkannya ke Mahkamah Syar’iyah Aceh. Seharusnya semua Mahkamah
Syar’iyah harus membuat SK – SK yang diperlukan.
g. Hanya 4 (empat) Mahkamah Syar’iyah yang sudah menetapkan sewa rumah
dinas dalam SK, sedangkan 11 (sebelas) Mahkamah Syar’iyah yang memiliki
rumah dinas tidak menetapkan sewanya dalam SK yang bersangkutan.
F. TEHNIS YUSTISIAL
1. Penggantian Anggota Majelis Hakim adalah wewenang Ketua Mahkamah
Syar’iyah, bukan wewenang Ketua Majelis, oleh karena itu apabila ada
pergantian Hakim Anggota harus dibuat PMH baru (vide Buku II halaman 30
angka 11).
2. Sita yang telah dilaksanakan oleh JSP harus dinyatakan sah dan berharga dalam
sidang berikutnya dan dicatat dalam berita acara persidangan (vide Buku II
halaman 104 angka 9).
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
80
3. Terhadap Putusan Jinayah, harus disampaikan Kutipan Salinan Putusan kepada
Terdakwa, Jaksa Penuntut Umum, Penyidik dan Kepala Lembaga
Pemasyarakatan apabila hukumannya penjara.
4. Majelis Hakim tidak perlu konfrontir keterangan saksi kepada para pihak sesuai
dengan penjelasan Hakim Tinggi H. Abdul Muin dan sesuai dengan pendapat
Hakim Agung Prof. DR. H. Abdul Manan, SH. S.IP. M.Hum.
5. Perlawanan dalam perkara Jinayat ada 2 (dua) bentuk :
a. Perlawanan Jaksa Penuntut Umum terhadap Penetapan Ketua Mahkamah
Syar’iyah / Ketua Pengadilan Negeri yang menetapkan Mahkamah Syar’iyah
tidak berwenang mengadilinya, tetapi wewenang Mahkamah Syar’iyah lain
(vide Pasal 148 – 149 KUHAP).
b. Perlawanan Jaksa Penuntut Umum terhadap Putusan Mahkamah Syar’iyah
yang menerima keberatan / eksepsi tentang kewenangan mengadili /
dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan.
- Perlawanan versi Pasal 156 KUHAP, bukan hanya surat Perlawanan
yang dikirim, tetapi berkas perkara turut dikirim ke Mahkamah Syar’iyah
Aceh. Hal ini dapat difahami dari Pasal 156 ayat (5) huruf (b) KUHAP,
dimana Pengadilan Tinggi / Mahkamah Syar’iyah Aceh mengembalikan
berkas perkara untuk disampaikan kembali ke Kejaksaan yang
melimpahkan berkas perkara tersebut.
c. Mahkamah Syar’iyah Aceh harus telah memutus dalam bentuk Penetapan
dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak berkas perkara diterima oleh
Mahkamah Syar’iyah Aceh (vide Pasal 156 KUHAP).
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
81
MATERI RAPAT KOORDINASI (STRESSING PIMPINAN)
Oleh : H. Idris Mahmudy
Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh memberikan arahan dan bimbingan kepada
peserta Rapat Koordinasi yang dihimpun sebagai berikut :
1. Sekretaris Mahkamah Agung Bapak Drs. H.M. Rum Nessa, SH.MH menanggapi
secara positif tentang pelaksanaan Rapat Koordinasi Mahkamah Syar’iyah Aceh
dan Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota se Aceh dan menyatakan bahwa
kepemimpinan dan situasi dan kondisi di lingkungan Mahkamah Syar’iyah se Aceh
sangat kompak dan bersatu.
2. Segenap pimpinan dan pegawai Mahkamah Syar’iyah se Aceh merasa senang dan
gembira dengan mendapat belanja modal dalam DIPA tahun 2012 cukup besar,
yaitu sekitar Rp. 26.000.000.000,00 (dua puluh enam milyar rupiah). Sebagian dari
belanja modal tersebut akan digunakan untuk pembangunan lanjutan Kantor
Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota sebanyak 5 (lima) unit.
3. Kepada seluruh pimpinan dan pegawai Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota
supaya menjaga kekompakan dan persatuan dalam bekerja.
4. Apa yang telah diputuskan dalam Rapat Koordinasi ini, baik yang bersifat dinas
maupun semi dinas seperti PTWP, IKAHI dan lain sebagainya agar dilaksanakan
dengan baik dan penuh tanggung jawab.
5. Ketua dan Panitera Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota se Aceh agar
memperha-tikan dengan sungguh-sungguh tentang IT, oleh karena IT adalah
Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh
Laporan Tahun 2011 Editoril : Ansharullah, SH., MH.
Mahkamah Syar’iyah Aceh
82
merupakan program andalan Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI.
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Pasal 64A ayat (1) mengamanatkan agar
Pengadilan / Mahkamah Syar’iyah wajib memberikan akses kepada masyarakat
untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan putusan dan biaya perkara
dalam proses persidangan.
6. Pegawai Kontrak sebelum diperpanjang masa kontraknya, supaya dites ulang
bersama calon pegawai kontrak lainnya.
7. Agar selalu membangun kekompakan, terutama antara Ketua, Wakil Ketua dan
Panitera/Sekretaris, ketiganya harus seiring sejalan.
8. Panitera/Sekretaris tidak boleh jalan sendiri dan harus selalu berkonsultasi dengan
Pimpinan. Panitera/Sekretaris yang jalan sendiri akan dibina kembali, dan apabila
ternyata tidak dapat dibina lagi, maka solusinya adalah diamputasi (diganti). Dan
apabila ada Panitera/Sekretaris yang jalan sendiri dan tidak mau berkonsultasi
dengan Pimpinan, agar dilaporkan ke Mahkamah Syar’iyah Aceh.
9. Diharapkan seluruh pegawai dan Pimpinan Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota
maupun Mahkamah Syar’iyah Aceh tidak ada yang berurusan dengan KPK dan
Komisi Yudisial. Oleh karena itu supaya bekerja dengan baik dan teliti sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10. Berhubung biaya SPPD dalam DIPA tahun 2012 cukup besar, maka semua pegawai
yang diberi tugas dinas luar supaya diberi dana dari SPPD.
11. Pimpinan Mahkamah Syar’iyah Aceh dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
lembaga oriented, bukan berdasarkan hubungan family atau hubungan lainnya.