Post on 06-Feb-2021
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................................ i
HALAMAN SAMPUL DALAM ....................................................................... ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ............................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................... iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ............................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
ABSTRAK ........................................................................................................... xv
ABSTRACT ........................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 7
1.3 Ruang Lingkup Masalah ......................................................... 7
1.4 Orisinalitas .............................................................................. 8
1.5 Tujuan Penulisan ................................................................... 10
1.5.1 Tujuan Umum ..................................................... 10
1.5.2 Tujuan Khusus .................................................... 10
1.6 Manfaat Penulisan ................................................................. 11
1.6.1 Manfaat Teoritis .................................................. 11
1.6.2 Manfaat Praktis ................................................... 11
x
1.7 Landasan Teoritis .................................................................. 11
1.8 Metode Penelitian ................................................................. 15
1.8.1 Jenis Penelitian .................................................... 16
1.8.2 Jenis Pendekatan ................................................. 16
1.8.3 Sifat Penelitian .................................................... 17
1.8.4 Data dan Sumber Data ........................................ 17
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data .................................. 20
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian .................. 21
1.8.7 Pengolahan dan Analisi Data .............................. 22
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA DAN
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN BAGI PEKERJA
/ BURUH
2.1 Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kerja ........................... 23
2.1.1 Pengertian Hubungan Kerja ................................ 23
2.1.2 Pengertian Perjanjian Kerja ................................ 25
2.1.3 Syarat Sahnya Perjanjian Kerja........................... 27
2.2 Tinjauan Umum Tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan
Bagi Pekerja / Buruh ............................................................. 28
2.2.1 Pengertian Pekerja / Buruh ................................. 28
2.2.2 Macam-Macam Hak Pekerja / Buruh.................. 30
2.2.3 Pengertian Upah dan Komponen Pendapatan ..... 33
2.2.4 Pengertian Tunjangan Hari Raya Keagamaan .... 36
xi
BAB III IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI
KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6
TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN HARI RAYA
KEAGAMAAN BAGI PEKERJA / BURUH DI
PERUSAHAAN DI KOTA DENPASAR
3.1 Gambaran Umum Tentang PT. Arsandi Bangun Persada..... 38
3.2 Pengaturan Tunjangan Hari Raya Keagamaan dalam Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2016 Tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja /
Buruh Di Perusahaan ............................................................ 42
3.3 Implementasi Pemberian Tunjangan Hari Raya Keagamaan
Bagi Pekerja / Buruh di PT. Arsandi Bangun Persada di Kota
Denpasar ............................................................................... 47
BAB IV KENDALA DALAM PENERAPAN PERATURAN MENTERI
KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6
TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN HARI RAYA
KEAGAMAAN BAGI PEKERJA / BURUH DI
PERUSAHAAN DI KOTA DENPASAR
4.1 Kendala dari Pekerja / Buruh ................................................ 51
4.2 Kendala dari Pengusaha ........................................................ 52
4.3 Kendala Aparat Penegak Hukum .......................................... 53
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 57
xii
5.2 Saran ..................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
xiii
ABSKTRAK
PT. Arsandi Bangun Persada yang berkedudukan di Kota Denpasar
merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengembangan properti,
khususnya pada bidang Developer dan Kontraktor. Tanpa adanya pekerja / buruh
maka suatu perusahaan tidak akan bisa berjalan untuk ikut berpartisipasi dalam
pembangunan nasional. Ketika menjelang hari raya keagamaan, setiap pekerja /
buruh berhak untuk memperoleh pendapatan non upah yang disebut dengan
Tunjangan Hari Raya Keagamaan. Pengaturan mengenai pemberian Tunjangan
Hari Raya Keagamaan dimuat didalam ketentuan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan
Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh di Perusahaan. Para pekerja / buruh
di PT. Arsandi Bangun Persada di Kota Denpasar belum tentu telah mendapatkan
Tunjangan Hari Raya Keagamaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan
Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh di Perusahaan. Adapun rumusan
masalah yang diangkat adalah bagaimanakah implementasi Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan
Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh di Perusahaan pada PT. Arsandi
Bangun Persada Denpasar Bali dan apakah kendala dalam penerapan Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh di Perusahaan di Kota
Denpasar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
hukum yang bersifat empiris dengan pendekatan fakta dan pendekatan peraturan
perundang-undangan.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh di
Perusahaan tidak terlaksana pada PT. Arsandi Bangun Persada di Kota Denpasar.
Kendala dalam penerapan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2016 di Kota Denpasar adalah karena ketidaktahuan pekerja /
buruh dan pengusaha terhadap keberadaan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 yang disebabkan karena belum adanya
sosialisasi mengenai keberlakuan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
Denpasar. Adapun alasan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Denpasar belum
melaksanakan sosialisasi karena terkendala masalah anggaran dan terbatasnya
jumlah tenaga pengawasan.
Kata Kunci : Implementasi, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia, Tunjangan, Hari Raya Keagamaan
xiv
ABSTRACT
PT. Arsandi Bangun Persada domiciled in Denpasar is a company
engaged in property development, particularly in the field of Developers and
Contractors. Without the workers / laborers of a company will not be able to walk
to participate in national development. When approaching religious holiday, each
worker / laborers has the right to acquire non-wage income of the so-called
religious holiday allowance. Regulation regarding religious holiday allowance
provision contained in the provisions of Regulation of the Manpower Minister of
the Republic of Indonesia Number 6 of 2016 On Religious Holiday Allowance For
workers / laborers in the Company. The workers / laborers in PT. Arsandi
Bangun Persada in Denpasar not necessarily have to get religious holiday
allowance as provided for in Regulation of the Manpower Minister of the
Republic of Indonesia Number 6 of 2016 On Religious Holiday Allowance For
workers / laborers in the Company. The formulation of the issues raised is how
the implementation of the Regulation of the Manpower Minister of the Republic of
Indonesia Number 6 of 2016 On Religious Holiday Allowance For workers /
laborers in the Company at PT. Arsandi Bangun Persada Denpasar Bali and
whether obstacles in the implementation of the Regulation of the Manpower
Minister of the Republic of Indonesia Number 6 of 2016 On Religious Holiday
Allowance For workers / laborers in the Company in Denpasar.
The method used is empirical legal research, with the fact approach and
the statute approach.
Regulation of the Manpower Minister of the Republic of Indonesia
Number 6 of 2016 On Religious Holiday Allowance For workers / laborers in the
Company not implemented at PT. Arsandi Bangun Persada in Denpasar.
Constraints in the implementation of Regulation of the Manpower Minister of the
Republic of Indonesia Number 6 of 2016 On Religious Holiday Allowance For
workers / laborers in the Company in Denpasar is due to ignorance of the
workers / laborers and employers to the existence of Regulation of the Manpower
Minister of the Republic of Indonesia Number 6 of 2016 On Religious Holiday
Allowance For workers / laborers in the Company due to lack of socialization
regarding the enforceability Regulation of the Manpower Minister of the Republic
of Indonesia Number 6 of 2016 On Religious Holiday Allowance For workers /
laborers in the Company by the Department of Social and Labor Denpasar. The
reasons for the Department of Social and Labor Denpasar not the dissemination
because it is constrained budgetary problems and the limited number of
supervisory personnel.
Key Word : Implementation, Regulation of the Manpower Minister of the
Republic of Indonesia, Allowance, Religious Holiday
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya globalisai dunia menyebabkan terpengaruhi pula perkembangan
perekonomian di Indonesia, dimana pada saat ini Indonesia merupakan negara
yang sedang giat-giatnya melakukan peningkatan pembangunan ekonomi di
segala sektor yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.
Pembangunan nasional merupakan pengamalan Pancasila dan pelaksanaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya
disebut UUD NRI 1945) yang diarahkan pada peningkatan harkat, martabat,
kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka
mewujudkan masyarakat adil dan makmur, baik material maupun spiritual. Dalam
mewujudkan kesejahteraan kehidupan warganya, Negara Indonesia menekankan
kepada terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur serta merata. Ini berarti
Negara Indonesia bertekad mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh Bangsa
Indonesia, bukan hanya bagi sekelompok atau sebagian masyarakat tertentu saja.
Dilihat dari tujuan pembangunan nasional tersebut, Negara Indonesia menganut
tipe negara kesejahteraan (welfare state).1
Pembangunan adalah pelaksanaan dari pendayagunaan kemanunggalan
komponen alam, tenaga kerja, dan modal untuk mencapai keberhasilan bidang-
bidang yang berhubungan dengan keperluan hidup manusia yang telah
1 Adrian Sutedi, 2011, Hukum Perburuhan, Cet. II, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 14.
2
direncanakan, baik yang telah direncanakan oleh pemerintah maupun yang telah
direncanakan oleh masyarakat / pihak swasta (swadaya masyarakat). Ketiga
komponen tersebut merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan satu
dengan lainnya, akan tetapi dalam kenyataan hidup sehari-hari mau tidak mau
harus diakui bahwa komponen tenaga kerja merupakan yang lebih menonjol,
mengingat bahwa bagaimanapun suburnya alam dan bagaimanapun besarnya
permodalan, tetapi tanpa adanya efektivitas dari komponen tenaga kerja, maka
usaha-usaha mencapai keberhasilan dari pelaksanaan pembangunan tersebut tidak
akan mencapai sasaran-sasarannya yang telah tertentu ataupun juga akan
mengalami kegagalan, keterlambatan, dan sebagainya.2
Setiap orang dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya haruslah
melaksanakan pekerjaan, sebab dengan melakukan pekerjaan orang yang
bersangkutan maka akan memperoleh nafkah untuk mempertahankan hidupnya
itu.3 Seperti yang dikatakan Richard D. Steade et. al., “Bussiness is defined as all
the commercial and industrial activities that provide goods and services to
maintain and improve our quality of life” yang artinya “Bisnis dapat dipahami
sebagai aktifitas dagang dan komersial yang menawarkan barang dan pelayanan
untuk menggapai kualitas hidup yang lebih bermutu”.4 Maka dari itu tidak dapat
dipungkiri bahwa masalah ketenagakerjaan adalah bagian integral dari masalah
ekonomi, sehingga masalah pembangunan ketenagakerjaan juga merupakan
bagian dari masalah pembangunan ekonomi. Dengan demikian perencanaan
2 Gunawi Kartasapoetra et. al., 1983, Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan
Hubungan Kerja, CV. Armico Bandung, Bandung, hlm. 9. 3 Ibid, hlm. 28.
4 Richard D. Steade et. al., 1984, Bussiness its Nature and Environment an Introduction
Tenth Edition, Cincinnati Ohio: South Westren Publishing Co, hlm. 3.
3
ekonomi harus mencakup juga perencanaan ketenagakerjaan atau dengan kata lain
perlu dibangun rencana tenaga kerja sebagai bagian dari rencana pembangunan
ekonomi.5 Dari segi dimensi ekonomis, pembangunan ketenagakerjaan mencakup
penyediaan tenaga-tenaga ahli dan terampil sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Sejak negara ini didirikan, Bangsa Indonesia telah menyadari bahwa
pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan
dalam pasal 27 ayat (2) selanjutnya disebut UUD NRI 1945 yang menyatakan :
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.” Dalam amandemen UUD NRI 1945 tentang Ketenagakerjaan juga
disebutkan dalam pasal 28D ayat (2) UUD NRI 1945. Hal tersebut berimplikasi
pada kewajiban negara untuk memfasilitasi warga negara agar dapat memperoleh
pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, perlu perencanaan
matang di bidang ketenagakerjaan untuk mewujudkan kewajiban negara tersebut.6
Problematika ketenagakerjaan / perburuhan sepanjang masa tidak pernah
selesai, dari masalah perlindungan, pengupahan, kesejahteraan, perselisihan
hubungan industrial, pembinaan, dan pengawasan ketenagakerjaan. Hal ini lebih
diakibatkan kelemahan pemerintah secara sistemik dalam mengimplementasikan
undang-undang ketenagakerjaan dan kinerja antarlembaga pemerintah belum
optimal.7
Berkaitan dengan masalah pengupahan, sudah jelas bahwa para pekerja /
buruh berhak atas pendapatan sebagai salah satu bentuk hak yang mereka terima
5 Adrian Sutedi, Op. cit, hlm. 4.
6 Adrian Sutedi, Op. cit, hlm. 1.
7 Adrian Sutedi, Op. cit, hlm. 142.
4
atas kewajiban yang telah mereka laksanakan. Dalam ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah (selanjutnya disebut
PP Perlindungan Upah), dianut asas no work no pay, yakni upah tidak dibayar
apabila pekerja / buruh tidak melaksanakan pekerjaan. Kecuali apabila pekerja /
buruh tidak melakukan pekerjaan karena sakit, waktu haid, melangsungkan
pernikahan, menghitankan anak, melahirkan atau gugur kandungan, menjalankan
tugas negara, menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya, menjalankan
tugas pendidikan dari perusahaan, dan lain-lain.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279)
(selanjutnya disebut UU Ketenagakerjaan) pada pasal 88 ditegaskan bahwa
“setiap pekerja / buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam pengertian bahwa jumlah
upah yang diterima oleh pekerja / buruh dari hasil pekerjaannya mampu
memenuhi kebutuhan hidup pekerja / buruh beserta keluarganya secara wajar,
antara lain meliputi sandang, pangan papan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan
jaminan hari tua.
Selain pendapatan berupa upah bagi pekerja / buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
tersebut diatas, ketika menjelang hari raya keagamaan pekerja / buruh juga
mendapatkan penghasilan non upah yang disebut dengan tunjangan hari raya
keagamaan (selanjutnya disebut dengan THR keagamaan). THR keagamaan
5
adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh pungusaha kepada
pekerja / buruh atau keluarganya menjelang hari raya keagamaan. Pembayaran
THR bagi pekerja / buruh ini wajib diberikan sekali dalam setahun oleh
perusahaan dan pembayarannya sesuai dengan hari keagamaan masing-masing
serta dibayarkan selambat-lambatnya 7 hari sebelum hari raya keagamaan.
Dengan adanya THR keagamaan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
tambahan pekerja / buruh dalam tuntutan pengeluaran tambahan pada saat
merayakan hari raya keagamaan.
Pengaturan mengenai THR keagamaan tersebut dimuat didalam Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh Di Perusahaan
(selanjutnya disebut Permenaker No. 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan
Bagi Pekerja / Buruh Di Perusahaan). Permenaker No. 6 Tahun 2016 tentang THR
Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh Di Perusahaan ini merupakan salah satu
peraturan turunan dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun
2015 tentang Pengupahan (selanjutnya disebut dengan Peraturan Pemerintah No.
78 Tahun 2015 tentang Pengupahan), yang secara resmi menggantikan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor PER.04/MEN/1994 tentang
Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja Di Perusahaan. Perbedaan yang
paling mendasar antara Permenaker THR Bagi Pekerja / Buruh Di Perusahaan
yang baru dengan ketentuan sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia Nomor PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari Raya
Keagamaan Bagi Pekerja Di Perusahaan adalah terletak pada syarat untuk
6
mendapatkan THR keagaman. Jika dalam ketentuan Permenaker yang lama
seorang pekerja / buruh baru berhak atas THR keagamaan setelah pekerja / buruh
tersebut memiliki masa kerja selama 3 bulan secara terus-menerus atau lebih,
sedangkan dalam ketentuan Permenaker yang baru seorang pekerja / buruh sudah
dapat memperoleh THR keagamaan setelah pekerja / buruh tersebut memiliki
masa kerja selama 1 bulan secara terus-menerus atau lebih.
Permasalahan pembayaran THR keagamaan dalam pelaksanaannya masih
jauh dari harapan. Banyak pelaksanaan pembayaran diluar dari apa yang telah
ditetapkan dalam aturan mengenai pembayaran THR keagamaan. Masih banyak
pengusaha yang tidak memperdulikan apa yang seharusnya menjadi hak dari
pekerja / buruh.
Kota Denpasar merupakan ibu kota dari Provinsi Bali dan tentunya
sebagai sebuah ibu kota, Denpasar menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian
di Bali. Ditambah lagi dengan pertumbuhan industri pariwisata di Pulau Bali
mendorong Kota Denpasar menjadi pusat kegiatan bisnis, dan menempatkan kota
ini sebagai daerah yang memiliki pendapatan per kapita dan pertumbuhan yang
tinggi di Provinsi Bali.
PT. Arsandi Bangun Persada adalah salah satu perusahaan yang bergerak
pada bidang Developer dan Kontraktor, yang kantornya berada sangat dekat
dengan Pusat Kota Denpasar, beralamat di Jalan Belimbing No. 60 Denpasar.
Perusahaan yang tahun ini menginjak usia 20 tahun memperkerjakan tenaga kerja
dengan pendidikan minimal SLTA atau sederajat. Para tenaga kerja di perusahaan
7
ini mengaku tidak mengetahui tentang adanya aturan hukum Permenaker No. 6
Tahun 2016 tentang THR Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh Di Perusahaan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik
dan kemudian mengangkat permasalahan tersebut dalam tulisan yang berjudul
“IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN BAGI PEKERJA / BURUH DI
PERUSAHAAN PADA PT. ARSANDI BANGUN PERSADA DI KOTA
DENPASAR”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah implementasi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari
Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh di Perusahaan pada PT.
Arsandi Bangun Persada Denpasar Bali?
2. Apakah kendala dalam penerapan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari
Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh di Perusahaan di Kota
Denpasar?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian, yang
menggambarkan batas penelitian; mempersempit permasalahan, dan membatasi
8
area penelitian. Lingkup penelitian juga menunjukkan secara pasti faktor-faktor
yang akan diteliti, dan yang tidak, atau untuk menentukan semua faktor yang
berkaitan dengan penelitian akan diteliti ataukah akan dieleminasi sebagian.8 Oleh
karena itu maka pembahasan dalam penelitian ini diberikan batasan ruang lingkup
sebagai berikut :
1. Implementasi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi
Pekerja / Buruh di Perusahaan pada PT. Arsandi Bangun Persada
Denpasar Bali.
2. Kendala dalam penerapan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari
Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh di Perusahaan di Kota
Denpasar.
1.4 Orisinalitas
Bahwa skripsi ini merupakan hasil karya penulis. Bahwa sepengetahuan
punulis tidak pernah terdapat tulisan yang diterbitkan oleh penulis lain tentang
skripsi ini. Pada penelusuran yang penulis lakukan, hanya ditemukan beberapa
kemiripan dengan tulisan lain, yaitu :
No. Skripsi Judul Rumusan Masalah
1. Moh. Imron Rosadi,
Fakultas Hukum
Implementasi
Pembayaran Tunjangan
1. Apakah pembayaran
Tunjangan Hari Raya
8 Bambang Sunggono, 2005, Metode Penelitian Hukum, Cet. VII, PT. Raja
GrafindoPersada, Jakarta, hlm. 111.
9
Universitas Jember,
2013.
Hari Raya Keagamaan
Bagi Pekerja Tidak
Tetap Di PTP
Nusantara Xi (Persero)
– P.G. Djatiroto
Berdasarkan
Permenaker Nomor
04/Men/1994
(THR) keagamaan bagi
pekerja tidak tetap di PTP
Nusantara XI – Pabrik
Gula Djatiroto telah sesuai
dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja
No.04/MEN/1994 ?
2. Apa saja kendala-
kendala pembayaran
Tunjangan Hari Raya
(THR) keagamaan bagi
pekerja di PTP Nusantara
XI – Pabrik Gula Djatiroto
dan bagaimana solusinya ?
2. Agustina Virdiyanti,
Fakultas Hukum
Universitas
Airlangga, 2011.
Pelanggaran
Pembayaran Tunjangan
Hari Raya Bagi Pekerta
Oleh Pengusaha
1. Apakah
pembayaran tunjangan
hari raya wajib dilakukan
oleh pengusaha?
2. Apa saja sanksi
bagi pengusaha apabila
tidak melaksanakan
kewajiban membayar
tunjangan hari raya?
10
1.5 Tujuan Penulisan
Agar penelitian ini memiliki suatu maksud yang jelas, maka harus
memiliki tujuan sehingga dapat memenuhi target yang dikehendaki. Adapun yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.5.1 Tujuan Umum
1. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam
penelitian oleh mahasiswa.
2. Untuk kepentingan perkembangan pengetahuan hukum terutama dalam
bidang hukum ketenagakerjaan.
3. Untuk memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi semua
pihak dalam mengatasi masalah hukum terkait dengan pemberian
tunjangan hari raya kepada pekerja / buruh.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui implementasi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari
Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh di Perusahaan pada PT Arsandi
Bangun Persada Denpasar Bali.
2. Untuk mengetahui kendala dalam penerapan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja / Buruh di Perusahaan
di Kota Denpasar.
11
1.6 Manfaat Penulisan
Terdapat dua manfaat yang ingin dicapai penulis terhadap rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat
yang bersifat praktis.
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini agar dapat dipergunakan sebagai sumbangan
pemikiran bagi khasanah ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum yang
dapat digunakan sebagai suatu acuan bagi tulisan-tulisan yang sejenis
dikemudian hari.
2. Bagi ilmu hukum khususnya dibidang hukum ketenagakerjaan, dengan
penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
dalam mengevaluasi kebijakan pemerintah dibidang ketenagakerjaan.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Melalui penulisan ini maka peneliti dapat mencari jawaban atas
pemasalahan yang diteliti, sehingga dapat memberikan kesimpulan dan
saran sebagai akhir dari penulisan.
2. Dengan hasil dari penulisan ini, maka diharapkan akan mampu
mengembangkan pemikiran, pemahaman, penalaran serta tambahan
pengetahuan bagi para pihak yang berkepentingan dalam penulisan
atau dalam bidang terkait.
1.7 Landasan Teoritis
Sebelum membahas permasalahan dalam skripsi ini secara lebih
mendalam, maka terlebih dahulu akan diuraikan beberapa teori atau landasan
12
yang dimungkinkan untuk menunjang pembahasan permasalahan yang ada.
Adapun beberapa teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain
yaitu : Teori Efektivitas Hukum, dan Teori Perlindungan Hukum Tenaga Kerja.
1.7.1 Teori Efektivitas Hukum
Seperti yang diketahui bersama bahwa Indonesia adalah negara hukum.
Hal ini termuat didalam ketentuan pasal 1 ayat 3 UUD NRI 1945. Hal ini
memiliki arti bahwa segala tindakan yang dilakukan oleh penguasa wajib
didasarkan pada suatu bentuk produk hukum tertentu. Paham negara hukum
modern menganut prinsip bahwa hukumlah yang memegang komando tertinggi
dalam penyelenggaraan negara.
Salah satu tujuan dibentuknya suatu aturan hukum adalah untuk
memberikan kepastian hukum kepada masyarakat. Aturan hukum tersebut dapat
berupa aturan hukum tertulis maupun aturan hukum yang tidak tertulis. Selain
memberikan rasa kepastian hukum, hukum juga diharapkan dapat memberikan
rasa keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat.
Apabila melihat efektivitas dalam bidang hukum, Achmad Ali berpendapat
bahwa ketika ingin mengetahui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka hal
pertama yang dapat dilakukan adalah harus dapat mengukur sejauh mana aturan
hukum itu ditaati atau tidak ditaati.9 Selanjutnya Achmad Ali juga berpendapat
bahwa pada umumnya faktor yang banyak mempengaruhi efektivitas suatu
perundang-undangan adalah profesional dan optimal pelaksanaan peran,
wewenang dan fungsi dari para penegak hukum, baik di dalam menjelaskan tugas
9 Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Vol. I, Kencana,
Jakarta, hlm. 375.
13
yang dibebankan terhadap diri mereka maupun dalam menegakkan perundang-
undangan tersebut.
Sidik Sunaryo menyatakan bahwa dalam banyak teori tentang efektivitas
hukum, mengatakan bahwa efektif tidaknya hukum itu sangat bergantung pada
faktor substansi (peraturan perundang-undangan itu sendiri), faktor struktur
(aparat penegak hukum), dan faktor culture (keadaan masyarakat). Lebih lanjut
beliau juga menyatakan bahwa ketiga faktor tersebut secara bersama-sama
ataupun sendiri-sendiri akan mempengaruhi efektif atau tidaknya sebuah hukum.10
Pendapat tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Soerjono Soekanto.
Menurut Soerjono Soekanto, teori efektivitas hukum adalah bahwa efektif atau
tidaknya suatu hukum dapat ditentukan oleh lima faktor, yaitu :
1. Faktor hukumnya sendiri.
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.11
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan, dimana faktor-faktor ini
merupakan hakikat dan juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan
10
Sidik Sunaryo, 2004, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Cet. II, Univ.
Muhamadiyah Malang, Malang, hlm. 257 11
Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 8.
14
hukum itu sendiri, yang dalam hal ini juga jika hukum dapat berlaku dengan
efektif maka akan menimbulkan perubahan didalam masyarakat yang berdampak
baik seperti akan patuh terhadap hukum yang berlaku.
1.7.2 Teori Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan
Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua
hak-hak yang diberikan oleh hukum. Perlindungan hukum menurut Philipus M.
Hadjon dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Perlindungan Hukum Preventif, bahwa perlindungan ini bertujuan
mencegah terjadinya sengketa.
2. Perlindungan Hukum Represif, bahwa perlindungan hukum ini
bertujuan menyelesaikan sengketa.12
Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja / buruh,
perlindungannya dapat dilakukan dengan jalan memberikan tuntunan maupun
dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik
dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam
lingkungan kerja itu. Sehingga dengan adanya perlindungan secara hukum
tersebut dapat menjamin pekerja / buruh memperoleh hak-haknya sebagaimana
mestinya. Menurut Iman Soepomo, perlindungan pekerja dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu :
12
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, PT. Bina
Ilmu, Surabaya, hlm. 2.
15
1. Perlindungan ekonomis, yakni suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu
penghasilan yang cukup untuk memenuhi keperluan sehari-hari
baginya beserta keluarganya, termasuk dalam hal pekerja tersebut
tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya.
2. Perlindungan sosial, yakni suatu perlindungan yang berkaitan dengan
usaha kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerja itu
mengenyam dan memperkembangkan prikehidupannya sebagai
manusia pada umumnya, dan sebagai anggota masyarakat dan anggota
keluarga.
3. Perlindungan teknis yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan
yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau oleh bahan yang diolah
atau dikerjakan perusahaan.13
1.8 Metode Penelitian
Fungsi metode penelitian adalah alat untuk mengetahui sesuatu masalah
yang akan diteliti, baik ilmu-ilmu sosial, ilmu hukum, maupun ilmu lainnya. Oleh
karena itu objek dan macam-macam penelitian yang akan menentukan fungsi
suatu penelitian.14
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab
13
Zainal Asikin et. al., 2012, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Cet. IX, RajawaliPers,
Jakarta, hlm. 97. 14
Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Cet. II, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
21.
16
isu hukum yang dihadapi.15
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam
penulisan ini adalah :
1.8.1 Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul dari penelitian ini, maka jenis penelitian yang
digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum empiris. Istilah lain yang
kerap digunakan untuk menyebutkan penelitian hukum empiris adalah penelitian
hukum sosiologis dan dapat disebut dengan penelitian lapangan. Penelitian hukum
empiris merupakan pendekatan permasalahan yang dilihat dari segi-segi
kenyataan yang ada dilapangan, yang kemudian dikaitkan dengan adanya gejala-
gejala hukum yang ada dikehidupan masyarakat yang kemudian dikaji
berdasarkan peraturan yang berlaku. Karakteristik penelitian yang bersifat empiris
adalah hasil yang diperoleh dan disampaikan secara nyata tanpa disertai dengan
interpretasi peneliti.16
1.8.2 Jenis Pendekatan
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
fakta (the fact approach), yaitu penelitian dengan pengumpulan fakta-fakta yang
terdapat langsung dilapangan yang penulis cari dan amati sendiri secara sistematis
untuk dijadikan bahan dalam penunjang penulisan skripsi ini. Selain pendekatan
fakta, pendekatan lain yang juga dalam penulisan ini adalah pendekatan
15
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, hlm. 35. 16
Burhan Ashshofa, 2014, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 28.
17
perundang-undangan (the statute approach), yaitu penelitian terhadap berbagai
aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam penelitian ini.17
1.8.3 Sifat Penelitian
Dari segi sifatnya, terdapat 3 sifat penelitian :
1. Penelitian eksploratoris atau penjajahan,
2. penelitian deskriptif, dan
3. penelitian eksplanatoris.18
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu penelitian yang tujuan
utamanya untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara objektif. Menurut buku pedoman pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana tahun 2013 penelitian yang bersifat deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan dengan tujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu,
keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan ada tidaknya hubungan
antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat.
1.8.4 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian hukum terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder, yang uraiannya sebagai berikut :
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara
dan/atau survei dilapangan yang berkaitan dengan perilaku
17
Ibrahim Johnny, 2006, Teori Metodologi & Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang, hlm. 302. 18
Zainuddin Ali, Op. cit, hlm. 21.
18
masyarakat.19
Dan dalam hal penelitian ini dilakukan observasi atau
pengamatan secara langsung ke tempat kejadian dan melalui
wawancara terhadap pihak-pihak yang bekerja pada PT. Arsandi
Bangun Persada.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan pustaka.20
Didalam penelitian hukum, data sekunder dapat digolongkan menjadi
tiga karakteristik kekuatan mengikatnya, yaitu sebagai berikut :
a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai
otoritas (autotitatif). Bahan hukum tersebut terdiri atas: (a)
peraturan perundang-undangan; (b) catatan-catatan resmi atau
risalah dalam pembuatan suatu peraturan perundang-undangan, dan
(c) putusan hakim.21
Adapun bahah hukum primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4279)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
19
Zainuddin Ali, Op. cit, hlm. 23. 20
Zainuddin Ali, Loc. cit. 21
Zainuddin Ali, Op. cit, hlm. 47.
19
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1981 tentang Perlindungan Upah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun
2015 tentang Pengupahan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No.
6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Bagi Pekerja /
Buruh Di Perusahaan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor
PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari Raya
Keagamaan Bagi Pekerja Di Perusahaan
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
No: SE-07/MEN/1990 Tentang Pengelompokan Komponen
Upah dan Pendapatan Non Upah
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi
penjelasan terhadap bahan hukum primer, misalnya : rancangan
undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari pakar
hukum, dan sebagainya.22
Adapun bahah hukum sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
22
Zainuddin Ali, Op. cit, hlm. 23.
20
Literatur-literatur yang memuat mengenai pandangan para
ahli,
Jurnal-jurnal,
Bahan-bahan internet yang mendukung.
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.23
Adapun
bahah hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kamus hukum, dan
Kamus Besar Bahasa Indonesia
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penyusunan
penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara / interview yang mendalam
dan dengan dokumentasi.
1. Kegiatan wawancara / interview ini dilakukan untuk mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap yang bermuatan
tanya jawab antara peneliti dan orang yang diteliti. Wawancara yang
baik adalah orang yang diwawancara tidak merasa diwawancara
sehingga mampu memberikan keterangan luas dan dalam.24
Wawancara bukan dilakukan dengan sekedar bertanya kepada
informan, tetapi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
23
Zainuddin Ali, Op. cit, hlm. 24. 24
Ade Saptomo, 2009, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni
Sebuah Alternatif, Universitas Trisakti, Jakarta, hlm. 86.
21
yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan
masalah penelitian yang ditulis penulis.
2. Dokumentasi yang dimaksud disini merupakan kumpulan data baku
yang diperoleh pada umumnya di instansi atau organisasi yang ada,
baik pemerintah ataupun swasta.25
Keseluruhan data yang diperoleh
melalui dokumentasi dimaksud dapat dipakai untuk melengkapi data
yang diperoleh melalui wawancara / interview.
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Teknik penentuan sampel penelitian yang digunakan oleh penulis dalam
penulisan penelitian ini adalah teknik non probability sampling dengan bentuk
purposive sampling. Non probability sampling adalah suatu teknik pengambilan
sampel dimana peran peneliti sangat besar. Semua keputusan terletak ditangan
peneliti, dengan demikian tidak ada dasar-dasar yang dapat digunakan untuk
mengukur sampai seberapa jauh sampel yang diambil dapat mewakili
populasinya. Keuntungan menggunakan teknik non probability sampling ini
adalah efisien serta ekonomis dan mengurangi resiko yang mungkin timbul
dengan penggunaan probability sampling, karena terdapat perbedaan usaha dan
cara dalam memperoleh sampel, cepat meski hasilnya kasar, elemen relevan
dengan tujuan.26
Menurut buku pedoman pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana tahun 2013, bentuk purposive sampling yang mana penunjukan dan
pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi
25
Ibid, hlm. 86. 26
Burhan Ashshofa, Op. cit, hlm. 88.
22
kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari
populasinya.
1.8.7 Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka data tersebut penulis olah dengan teknik
pengolahan data kualitatif yang artinya pengolahan data menggunakan teknik non
statistik, mengikat data-data lapangan yang diperoleh dalam bentuk kata-kata,
bukan angka-angka sehingga pengolahan datanya tidak bisa dikuantifikasikan.
Selanjutnya data yang telah diolah secara kualitatif akan dianalisis secara
deskriptif kualitatif, artinya menggambarkan secara jelas dan sistematis suatu
fenomena di lapangan baik berupa data primer maupun sekunder, sehingga akan
diperoleh kesimpulan dari permasalahan yang akan dibahas.