Post on 25-Jan-2017
Titrasi Asam Basa
14 Oktober 2014
Herawati
11140162000067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
Abstrak
Titrasi asam-basa digunakan secara luas untuk analisis-analisis kimia. Pada praktikum
kali ini menggunakan pembuatan larutan standar asam oksalat 1,58 gram 0,05 M dan
larutan NaOH. Titik akhir titrasi dihasilkan perubahan warna setelah penetesan atau
tercampurnya larutan NaOH ke dalam larutan asam oksalat (H2C2O4) menjadi warna
pink, dihasilkan volume rata-rata NaOH 2,4 ml dan molaritas rata-rata NaOH yang belum
diketahui yaitu 0,43 M.
1. Pendahuluan
Larutan standar adalah larutan
yang konsentrasinya sudah
diketahui secara pasti. Berdasarkan
kemurniannya larutan standar
dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer
adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang
dan melarutkan suatu zat tertentu
dengann kemurnian tinggi
(konsentrasi diketahui dari massa -
volum larutan). Larutan standar
sekunder adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian
relatif rendah sehingga konsentrasi
diketahui dari hasil standardisasi.
Standardisasi larutan merupakan
proses saat konsentrasi larutan
standar sekunder ditentukan dengan
tepat dengan cara mentitrasi dengan
larutan standar primer
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/fil
es/pengabdian/regina-tutik-
padmaningrum-dra-msi/c3titrasi-
asidimetri.pdf)
Dalam memilih suatu asam untuk
digunakan dalam larutan standar
hendaknya diperhatikan factor-faktor
berikut, (1) asam itu harus kuat,
yakni jangan terdisosiasi (2) asam
tersebut tidak mudah menguap (3)
larutan asam harus stabil (4) garam
dari asam tersebut harus mudah larut
(5) asam tersebut bukan
pengoksidasi organic yang
digunakan sebagai indicator (R.A.
Day, dkk, 2002:154)
Titrasi asam-basa digunakan
secara luas untuk analisis-analisis
kimia. Tirasi adalah cara analisis
yang memungkinkan kita untuk
mengukur jumlah yang pasti dari
suatu larutan dengan mereaksikan
dengan suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui
(Brady,1999:217). Analisis semacam
kita menggunakan pengukuran
volume larutan pereaksi disebut
analisis volumetric. Pada suatu
titrasi, salah satu larutan yang
mengandung pereaksi dimasukkan
kedalam buret sepersepuluh
millimeter, suatu lempeng gelas
yang salah satu ujungnya
mempunyai kran dan diberi tanda
tera dalam millimeter dan
sepersepuluh millimeter. Larutan
dalam buret disebut penitrasi dan
selama titrasi, larutan ini diteteskan
secara perlahan melalui kran dengan
berubahnya warna indicator, suatu
zat yang umumnya ditambahkan
kedalam larutan dalam bejana
penerima dan yang mengalami suatu
macam perubahan warna. Untuk
mengamati titik ekivalen dipakai
indicator yang perubahan warnanya
disekitar titik ekivalen. Titik akhir
seharusnya berdempet dengan titik
ekivalen , tetapi hal ini sangat sukar
diperoleh. Jadi, dalam titrasi yang
dapat diamati adalah titik akhir dan
bukan titik ekivaen (Syukri, S, 1999:
428).
Perubahan warna ini menandakan
telah tercapainya titik akhir titrasi,
diberi nama demikian karena pada
titik ini penetesan larutan penitrasi
dihentikan dan volumenya dicatat.
Salah satu reaksi yang sering
digunakan dalam titrasi adalah
netralisasi asam-basa. Biasanya,
sebagai larutan asam diletakan pada
Erlenmeyer atau gelas kimia.
Indicator adalah suatu zat yang
mempunyai warna dalam keadaan
asam dan basa berlainan. Misalnya
lakmus dalam suasana asam akan
berwarna merah sedangkan dalam
keadaan basa warnanya biru.
Indicator lain yang bias digunakan
dilaboratorium adalah fenolftalen.
Fenolftalen dalam suasana asam tak
berwarna sedangkan dalam suasana
basa berwarna mera muda/pink
(Brady,1999:218).
2. Metodologi
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah labu ukur 250
ml I buah, gelas beaker 250 ml 2
buah, gelas beaker 100 ml I buah,
buret, corong 1 buah, pipet volume
1 buah, pipet tetes 1 buah, labu
Erlenmeyer 250 ml 1 buah, batang
pengaduk 1 buah, neraca ohauss,
botol aquades semprot, spatula, satif
dan klem.
Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah asam oksalat
1,58 gam, NaOH, aquades dan
fenolfltaten.
Prosedur
Prosedur pembuatan larutan asam
oksalat standar yaitu sebelumnya
terlebih dahulu mencari gram massa
asam oksalat yang dibutuhkan untuk
membuat larutan standar asam
oksalat, timbang asam oksalat yang
sudah di tentukan massanya yaitu
1,58 gram, masukan asam oksalat ke
dalam gelas beaker 100 ml, catan
massa asam oksalat 1,58 gram dalam
tabel pengamatan, larutkan asam
oksalat dalam air dan tuangkan
larutan menggunakan corong
kedalam labu ukur 250 ml, bersihkan
dengan air gelas beaker selama dua
kali dan masukan ke dalam labu ukur
250 ml, tambahkan air ke dalam labu
ukur 250 ml hingga mencapai batas.
Kocoklah larutan menjadi homogen.
Prosedur pembuatan larutan
NaOH yang tidak diketahui
molaritasnya yaitu siapkan gelas
beaker 100 ml dan tambahkan dan isi
dengan larutan NaOH yang tidak di
ketahui molaritasnya, tambahkan
larutan NaOH ke dalam buret
menggunakan corong kemudian dan
buang apabila terdapat gelembung-
gelembung udara. Ambil 10 ml
larutan asam oksalat dan masukan
ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml,
tambahkan 3 tetes fenolftalen ke
dalam larutan asam oksalat di labu
Erlenmeyer, kemudian baca dan
catat volume NaOH dalam buret.
Buka katup dalam buret secara
perlahan-lahan kemudian putar atau
goyang-goyangkan dengan konstan
labu Erlenmeyer sehingga tercampur.
Setelah beberapa saat larutan NaOH
berubah warna menjadi pink,
kemudian warna tersebut kembali
memudar tambahkan NaOH secara
perlahan sehingga warna pink tetap
didalam labu Erlenmeyer, baca dan
catat volume NaOH dalam buret.
Ulangi proses tersebut untuk
mengetahui volume NaOH untuk
percobaan yang kedua dan ketiga.
3. Pembahasan
Data Pengamatan Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat
Massa Asam Oksalat 1, 58 gram
Massa yang diperlukan untuk
250 ml 0,050 M larutan 1, 58 gam
Massa Asam Oksalat yang
digunakan 1, 58 gram
Data Pengamatan Larutan NaOH yang belum diketahui
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
Massa Asam
Oksalat 1,58 gram 1,58 gram 1,58 gram
Volume awal
buret (ml) 29,3 ml 32,45 ml 34,25 ml
Volume akhir
buret (ml) 32,4 ml 34,25 ml 36,55 ml
Volume NaOH
dalam buret
(ml)
3,1 ml 1,8 ml 2,3 ml
Volume rata-
rata NaOH
(ml)
2,4 ml
Menghitung massa H2C2O4 0,05 M
H2C2O4 2 H+
+ C2O42-
Mol H2C2O4 = Molaritas H2C2O4 x Volume H2C2O4
= 0,05 x 250 ml
= 0,125 mol H2C2O4
Gram H2C2O4 = mol NaOH x massa molar H2C2O4
= 0,125 mol H2C2O4 x 126,06
= 1,575375 gram
= 1,58 gram
Setimbang Neraca : 0,4 gram
Massa Kaca Arloji : 19,25 – 0,4 = 18,85 gram
Massa Asam Oksalat : 1,58 gram
Percobaan Pertama
Skala Awal NaOH : 50 - 29,3 = 20,7 mL
Skala Akhir NaOH : 17,6 mL
Volume Awal H2C2O4.2H2O : 10 mL
Volume NaOH yang terpakai : 3,1 mL
Percobaan Kedua
Skala Awal NaOH : 50 – 32,45 = 17,55 mL
Skala Akhir NaOH : 15,75 mL
Volume Awal H2C2O4.2H2O : 10 mL
Volume NaOH yang terpakai : 1,8 mL
Percobaan Ketiga
Skala Awal NaOH : 50 – 34,25 = 15, 75 mL
Skala Akhir NaOH : 13,45 mL
Volume Awal H2C2O4.2H2O : 10 mL
Volume NaOH yang terpakai : 2,3 mL
Volume rata-rata NaOH :
= 2,4 mL
Menghitung Molaritas larutan NaOH yang di titrasi
H2C2O4 2 H+
+ C2O42-
NaOH Na+
+ OH-
Percobaan pertama
n1 x M1 x V1 = n2 x M2 x V2
2 x 0,05x 10 = 1 x M2 x 1,8
M2 =
= 0,55 M
Percobaan kedua
n1 x M1 x V1 = n2 x M2 x V2
2 x 0,05x 10 = 1 x M2 x 3,1
M2 =
= 0,33 M
Percobaan ketiga
n1 x M1 x V1 = n2 x M2 x V2
2 x 0,05x 10 = 1 x M2 x 2,3
M2 =
= 0,43 M
Molaritas Rata-rata NaOH =
= 0,43 M
Dari tabel data pengamatan diatas dapat ditunjukan bahwa massa asam oksalat yang
digunakan dalam pembuatan larutan standar asam oksalat yaitu 1, 58 gram dengan
terlebih dahulu mancari mol H2C2O4 kemudian mencari massa H2C2O4 yang diperlukan.
Untuk pembuatan larutan standar NaOH yang belum diketahui, didapatkan dalam
percobaan titrasi yang pertama didapatkan larutan NaOH 3,1 ml dengan volume awal
29,3 ml dan volume akhir 32,4 ml, pada percobaan kedua didapatkan larutan NaOH 1,8
ml dengan volume awal 32,45 ml dan volume akhir 34,25 ml, pada percobaan ke tiga
didapatkan volume NaOH 2,3 ml dengan volume awal 34,25 ml dan volume akhir 36,55
ml. Volume NaOH rata-rata yang didapatkan yaitu 2,4 ml dengan Molaritas rata-rata 0,43
M. Titik akhir titrasi terjadi ketika larutan berubah warna pink.
4. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
2. Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang
pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui.
3. Titik akhir titrasi terjadi ketika perubahan warna larutan menjadi pink dan warna tidak
berubah atau tetap.
4. Volume rata-rata larutan NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi yaitu 2,4 ml dengan
Molaritas rata-rata 0,43 M.
5. Daftar Pustaka
Brady, James. Kimia Universitas Azas & Struktur Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara,1999
Day, A.R dkk. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2002
S, Syukri. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB, 1999.
Regina Tutik P. Titrasi Asidimetri. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-
tutik-padmaningrum-dra-msi/c3titrasi-asidimetri.pdf diakses pada 19 0ktober 2014 pukul
09.30 Wib.
G. Lampiran