Post on 06-Feb-2018
JUMLEUK
LAH SELKOSIT PAD
U
FAKUINS
L DARAHDA ANJI
UMUR 3 S
Van
ULTAS KESTITUT P
H PUTIH DING KAMSAMPAI 7
ndo Darik
EDOKTEPERTANIA
BOGOR2008
DAN DIFFMPUNG (C
7 BULAN
ksa
RAN HEWAN BOGO
FERENSICanis fami
WAN OR
IASI iliaris)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Gambaran Jumlah Sel Darah Putih dan Differensiasinya Pada Anjing Kampung (Canis familiaris) 3 sampai 7 Bulan adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Bogor, Agustus 2008
Vando Dariksa B04103068
ABSTRAK VANDO DARIKSA. Gambaran Jumlah Sel Darah Putih dan Differensiasinya Pada Anjing Kampung(Canis familiaris) 3 sampai 7 Bulan. Dibawah bimbingan ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS dan AGIK SUPRAYOGI
Anjing merupakan salah satu pilihan hewan kesayangan yang populer bagi
kebanyakan masyarakat di Indonesia. Canis familiaris atau yang lazim disebut
Anjing Kampung merupakan jenis anjing asal Indonesia yang umumnya
dipelihara untuk hiburan, berburu, sebagai hewan coba, sebagai penjaga rumah
dan sebagai teman. Berkaitan dengan fungsinya, pemeriksaan kesehatan pada
anjing kampung menjadi sangat diperlukan bagi pemilik hewan. Salah satu cara
untuk menentukan kesehatan hewan adalah dengan pemeriksaan darah, sayangnya
data mengenai perkembangan sel darah putih dan diferensiasi anjing kampung
masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
perkembangan sel darah putih dan differensiasinya pada anjing berumur 3-7
bulan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara keseluruhan gambaran
darah putih Anjing Kampung ketika berumur 3 sampai 7 bulan meningkat seiring
dengan bertambahnya umur dengan peningkatan total leukosit sebesar 41.52 %,
Neutrofil 15,25 %, Eosinofil 92,31 %, Limfosit 65,40 %, monosit 600 % dan
bobot badan 224,04 %.
Kata kunci : sel darah putih, differensiasi sel darah putih, neutrofil, eosinofil,
basofil, limfosit, monosit, Anjing Kampung.
ABSTRACT
VANDO DARIKSA. Total Amount and differentiation of White Blood Cell on Indonesian local dog (Canis familiaris) 3 until 7 months old. Under Direction of ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS and AGIK SUPRAYOGI. Dog is represent one of popular pet choice for many society in Indonesia.
Canis familiaris of Indonesian origin dog type is generally used for the
entertainment, amusement, hunting, experimental animal, as house keeper and as
companion. Because of their function, health status of dog is very important,
which is very limited on Indonesian local dog. Physiological of blood examination
of local indonesian dog is also designed to determine health status. This research
was designed to know the development of white blood cell and its differentation
on dog 3-7 months old. The result showed that white blood cells of local
Indonesian dog were increased as the age increased. Total white blood cells
increased 41.52 %, neutrophil 15,25 %, eosinophil 92,31 %, limphocyte 65,40 %,
monocyte 600 % and body weight increased 224,04 %.
Key Words : white blood cell, differentation of white blood cells, neutrophil,
eosinophil, basophil, limfocyte, monocyte, Indonesian Local Dog.
RINGKASAN
VANDO DARIKSA. Gambaran Jumlah Sel Darah Putih dan Differensiasinya Pada Anjing Kampung(Canis familiaris) 3 sampai 7 Bulan. Dibawah bimbingan ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS dan AGIK SUPRAYOGI.
Anjing Kampung merupakan jenis anjing asal Indonesia yang umumnya dipelihara untuk hiburan, berburu, sebagai hewan coba, sebagai penjaga rumah dan sebagai teman. Namun, sampai saat ini data fisiologis mengenai gambaran perkembangan sel darah putih dan diferensiasinya pada anjing kampung secara umum belum pernah dilaporkan. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi penting mengenai gambaran darah putih dari Anjing Kampung berdasarkan tingkat perkembangan umurnya,yaitu umur 3 sampai 7 bulan dan sebagai acuan atau langkah awal bagi penelitian lebih lanjut. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pada bulan Maret – Juli 2006. Dalam penelitian ini metode penghitungan sel darah putih dilakukan dengan menggunakan kamar hitung Neaubeaur sedangkan differensiasi leukosit dengan membuat preparat ulas menggunakan pewarnaan Giemsa. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan uji ANOVA dan Uji DUNCAN untuk melihat perbedaan antara nilai probabilitas kurang dari 0,05 (P<0,05) diterima sebagai berbeda nyata. Berdasarkan hasil penelitian secara umum jumlah total Leukosit atau sel darah putih Anjing Kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur presentase peningkatan 41,52 %. Neutrofil Anjing Kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan mengalami peningkatan presentase mencapai 15,25%. Eosinofil Anjing Kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan mengalami peningkatan presentase mencapai 92,31%. Basofil pada penelitian ini tidak ditemukan. Limfosit Anjing Kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan mengalami peningkatan presentase mencapai 65,40%. Monosit Anjing Kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan mengalami peningkatan presentase mencapai 600%. Peningkatan bobot badan Anjing Kampung Jantan umur 3 sampai 7 bulan mengalami peningkatan presentase mencapai 224,04%. Perubahan jumlah sel darah putih ini akan terjadi terus sampai anjing tersebut mencapai umur dewasa. Hal ini disebabkan karena perbedaan umur yang sangat terkait dengan tingkat metabolismenya dan juga perkembangan organ-organ pembentuk komponen darah.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apa pun, baik cetak, microfilm, dan sebagainya
JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN DIFFERENSIASI LEUKOSIT PADA ANJING KAMPUNG (Canis familiaris)
UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN
Vando Dariksa
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2008
Judul Penelitian : Jumlah Sel Darah Putih dan Differensiasi Leukosit Pada Anjing Kampung (Canis familiaris) Umur 3 sampai 7 Bulan
Nama Mahasiswa : Vando Dariksa NRP : B04103068
Menyetujui,
Dr. Drh. Aryani Sismin S, MSc. Dr. Drh. Agik Suprayogi, MSc.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dr.Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Jumlah Sel Darah Putih dan
Differensiasinya Pada Anjing Kampung(Canis familiaris) Umur 3 sampai 7
Bulan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Hewan (S1) di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilakukan atas dasar pentingnya data fisiologis anak anjing
kampung bagi dunia kedokteran hewan, sehingga dapat memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Jumlah Sel Darah Putih dan
Differensiasinya Pada Anjing Kampung(Canis familiaris) Umur 3 sampai 7
Bulan’. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Hewan (S1) di Fakultas Kedokteran hewan Institut Pertanian Bogor.
Ucapan Terima kasih dengan segala hormat penulis sampaikan kepada
ibunda dan ayahanda tercinta atas segala kasih sayangnya yang begitu luar biasa
berarti bagi penulis. Ucapan terimakasih yang tulus dan hangat juga penulis
sampaikan kepada:
1. Dr. drh. Aryani Sismin S, M.Sc, selaku pembimbing pertama.
2. Dr. drh. Agik Suprayogi, M.Sc, selaku pembimbing kedua.
3. Dr. drh. Anita Esfandiari, M.Si, selaku dosen penguji.
4. Dr. drh. Ita Djuwita, M.Phil, selaku pembimbing akademik.
5. drh. Huda S. Darusman, yang telah membantu dan memberi saran selama
penelitian.
6. Ibu Agik Suprayogi sekeluarga dan Mas Joni Suroto yang telah begitu
banyak membantu dan direpotkan oleh penulis.
7. Seluruh staf laboraterium Fisiologi, FKH-IPB atas bantuannya.
8. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan ilmunya selama penulis
belajar di Fakultas Kedokteran Hewan IPB
9. Adik-adikku tercinta dan keluargaku yang ada di bogor, terima kasih atas
dukungan dan doanya.
10. Bheta, Kresna, Aswad, Aswar. Ali, Pendi, Angga, mas Urip, mas Ade,
Tenti, Ochie, Dini, terimakasih atas bantuan, doa dan supportnya.
11. Keluarga besar Wisma Galih dan Pondok Hamas (Hj mamah kost), atas
bantuan dan dukungannya.
12. Civitas akademika IPB, FKH’40, FKH’41 dan rekan-rekanku terimakasih.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Waingapu pada 29 April 1986 dari ayahanda
Darmawan dan Ibunda Bondan Sumakori Panca Martika. Penulis merupakan
putra pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 2003 penulis lulus dari Sekolah
Menengah Umum Negeri 1 Waingapu-Sumba Timur dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
Program Studi Kedokteran Hewan. Selama menempuh pendidikan di Fakultas
kedokteran Hewan, penulis pernah aktif di beberapa organisasi dan kepanitian
diantaranya : Dewan Perwakilan Mahasiswa 2003/2004, Koran Kampus IPB
2003/2004, sebagai Ketua Panitia Pemilihan Raya Ketua dan Wakil Ketua Badan
Eksekutif FKH IPB serta Dewan Perwakilan Mahasiswa 2004/2005, Komisi
Pemilihan Raya Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif FKH IPB serta Dewan
Perwakilan Mahasiswa 2004/2005, Himpunan Minat Profesi Ruminansia
2004/2005, Fresh 2004/2005, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Hewan 2005/2006, Panitia Open Hause FKH IPB Veterinary English Club
2005/2006, dan Dewan Perwakilan Mahasiswa 2006/2007. Pada tahun 2003
penulis pernah menjadi komisariat tingkat Fakultas Kedokteran Hewan angkatan
40 kelas q dan pada tahun 2005 penulis pernah mengikuti magang libur Himpunan
Minat Profesi Ruminansia di Koperasi Peternakan Bandung Selatan pada tahun
2005. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
Anatomi 1 semester ganjil pada tahun ajaran 2006/2007 dan mata kuliah Anatomi
2 semester genap pada tahun ajaran 2006/2007. Penulis juga pernah mengikuti
pelatihan komputer oleh Kantor Pengembangan Sistem Informasi IPB pada tahun
2003.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... i
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. iii
PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1 Latar Belakang …………………………………………………………… 1 Tujuan Penilitian ……………………………………………………….... 2 Manfaat Penelitian ……………………………………………………….. 2
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………. 3 Klasifikasi Anjing ……………………………………………………….... 3 Karakteristik Biologis Anjing …………………....……………………….. 3 Anjing Sebagai Hewan Coba .…………………....……………………….. 5 Darah ………………………..……………….………...………………….. 5 Sel Darah Putih ……………..………………………...……….………….. 6 Neutrofil .………………………………………………....……………….. 8 Basofil …………….……………………………...……………………….. 8 Eosinofil ………….………….…………………...……………………….. 9 Monosit ……….……………..……………………...…………………….. 9
Limfosit ……...……………..…………...……………………………….. 10
MATERI DAN METODE ……………………………………………………. 12 Tempat dan Waktu Penelitian …………………...……………………….. 12
Tahap Persiapan dan Adaptasi ….………...…………..………………….. 12 Alat dan Bahan Penelitian ….....………………………………………….. 13 Metodologi Penelitian ……...…………………………………………….. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………. 15 Leukosit ……………………..…………………………………………….. 15 Neutrofil .………………………………………………………………….. 17 Eosinofil …………………………………………………………………... 17 Basofil .…………..………….……………….………...………………….. 18 Limfosit ..…...……………..……………………………....….………….... 18 Monosit ……………………..………………….………...……………….. 19 Bobot Badan …....…………..…………………………...………………... 19 Pembahasan Umum …....……...…………...……………………………... 20
KESIMPULAN DAN SARAN ……………....……………………………….. 22
DAFTAR PUSTAKA .…...………………………………...………………...... 23
DAFTAR TABEL
1 Data fisiologis anjing secara umum ……………………………………… 4
2 Nilai normal parameter hematologis pada anjing ………………………... 7
3 Interpertasi jumlah sel darah putih ……………………………...………... 11
4 Kisaran bobot badan dan jumlah total leukosit Anjing Kampung ( Canis
familiaris )…................................................................................................ 15
5 Differensiasi leukosit Anjing Kampung ( Canis familiaris )…………….. 15
DAFTAR GAMBAR
1 Silsilah sel darah …………………………………………………….… 6
2 Sel darah putih anjing …………………………………………………... 7 3 Anjing yang mengalami masa adaptasi di Kandang Karyo Mendo Farm
Chideung Ilir Ciampea ……………………………………………......... 12
4 Cara pengamatan dan penghitungan macam-macam sel darah putih dilakukan berdasarkan lapang pandang ………………………………... 14
5 Jumlah total leukosit, limfosit, neutrofil, monosit,
eosinofil dan basofil …………………………………………….……... 16
6 Rataan jumlah bobot badan Anjing Kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan ………………………………………………… 20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisa data hasil pemeriksaan jumlah total sel darah putih pada anjing kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan ……………………… 27
2 Analisa data hasil pemeriksaan nilai neutrofil pada anjing kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan …………………...…………………… 28
3 Analisa data hasil pemeriksaan nilai eosinofil pada anjing kampung jantan umur 3 samapi 7 bulan ………..…………………………… 29
4 Analisa data hasil pemeriksaan nilai limfosit pada anjing kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan …………………………………..... 30
5 Analisa data hasil pemeriksaan nilai monosit pada anjing kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan ………………………….………….. 31
6 Protokol penelitian .………………………….…..……………………. 32
7 Kandungan nutrisi pakan anjing ………………………………...…... 33
PENDAHULUAN
Latar belakang
Anjing merupakan salah satu pilihan hewan kesayangan yang populer bagi
kebanyakan masyarakat di Indonesia. Canis familiaris atau yang lazim disebut
Anjing Kampung merupakan jenis anjing asal Indonesia yang umumnya
dipelihara untuk hiburan, berburu, sebagai hewan coba, sebagai penjaga rumah
dan sebagai teman. Awalnya anjing yang dipelihara oleh manusia merupakan
hewan liar yang tidak jelas silsilahnya. Namun, hubungan manusia dengan anjing
yang semakin akrab memunculkan ide untuk mengkawinsilangkan anjing,
sehingga sekarang terdapat beragam ras anjing (Hatmosrojo dan Nyuwan 2003).
Beberapa jenis anjing terutama anjing ras banyak yang dilatih untuk membantu
tugas-tugas dalam kepolisian sebagai anjing pelacak karena kemampuan daya
penciumannya yang tinggi (Anonima 2008).
Dalam bidang penelitian, anjing kampung (Canis familiaris) merupakan
salah satu hewan percobaan yang sering digunakan (Smith dan Mangkoewidjojo
1988). Berkaitan dengan fungsinya sebagai hewan coba dan hewan kesayangan
maka pemeriksaan kesehatan pada anjing kampung sangat diperlukan. Bagi
pemilik hewan, kesehatan hewan kesayangan merupakan hal yang sangat penting.
Beberapa tindakan yang dilakukan oleh pemilik hewan dapat berupa pencegahan
maupun pengobatan.
Salah satu cara yang dilakukan dalam tindakan pengobatan maupun
pencegahan adalah pemeriksaan terhadap status kesehatan hewan. Untuk
mengetahui status kesehatan hewan, diperlukan data status fisiologis yang tepat
dan akurat. Namun data fisiologis mengenai perkembangan sel darah putih dan
diferensiasi anjing kampung masih sangat terbatas. Data fisiologis ini penting
sebagai pendukung atau penunjang yang dapat menggambarkan keadaan
homeostasis sehingga dapat memudahkan dalam mendiagnosa gangguan
kesehatan atau kelainan yang berkaitan dengan sistem sirkulasi dan kondisi hewan
tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perkembangan sel
darah putih dan differensiasinya pada anjing berumur 3-7 bulan. Hal ini dilakukan
dengan dasar pemikiran bahwa anjing yang masih muda, organ-organ tubuhnya
juga masih mengalami pertumbuhan termasuk organ yang terlihat dalam proses
hematopoiesis (pembentukan sel-sel darah). Jumlah leukosit sangat bergantung
pada beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, penyakit, pemberian hormon,
obat dan pakan (Sturkie & Grimminger 1976)
Tujuan Penelitian
Mengamati perkembangan sel darah putih (leukosit) dan diferensiasinya
yaitu; monosit, limfosit, neutrofil, eosinofil dan basofil pada Anjing Kampung
(Canis familiaris) sejak umur 3 sampai 7 bulan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi penting mengenai gambaran
darah putih dari Anjing Kampung berdasarkan tingkat perkembangan
umurnya,yaitu umur 3 sampai 7 bulan dan sebagai acuan atau langkah awal bagi
penelitian lebih lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Anjing
Anjing termasuk keluarga Canidae bersaudara dengan serigala, rubah,
dan anjing rakun. Akan tetapi di antara semua anggota Canidae, anjing
mempunyai hubungan yang paling dekat dengan serigala. Bahkan bisa dipastikan
bahwa serigala menjadi nenek moyang anjing-anjing yang dikenal sekarang.
Secara umum, keluarga Canidae memiliki ciri-ciri tubuh kecil memanjang, telinga
dan moncongnya runcing, penciuman tajam, dapat berlari dengan cepat dan
memiliki kemampuan untuk berenang (Untung 1999).
Menurut Miller (1993), secara umum anjing dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordota
Subphylum : vertebrata
Class : Mamalia
Order : Carnivora
Family : Canidae
Genus : Canis
Species : familiaris
Karakteristik Biologis Anjing
Berat badan anjing pada umur dewasa kira-kira 1 tahun berkisar 2-90 kg,
tetapi berat badan ini bervariasi tergantung pada bangsa. Anjing memiliki 2
bangsa yaitu bangsa besar dan bangsa sedang. Data biologis anjing secara umum
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data biologis anjing secara umum
Lama hidup
Lama bunting
Kawin sesudah beranak
Umur disapih
Umur dewasa
Umur dikawinkan
Siklus kelamin
Periode estrus
Perkawinan
Ovulasi
Fertilisasi
Implantasi
Berat dewasa
Berat lahir
Jumlah anak
Suhu (rektal)
Pernapasan
Denyut jantung
Tekanan darah
Konsumsi oksigen
Volume darah
Protein plasma
Kolesterol serum
Aktivitas
Kecepatan tumbuh
13-17 tahun, bisa sampai 34 tahun
63 hari (53-71)
30-90 hari
8-9 minggu
Kira-kira 1 tahun
6-8 bulan
Monoestrus
Kira-kira 9 hari
Pada waktu estrus
Spontan
Beberapa hari setelah kawin
13-14 hari sesudah fertilisasi
2-90 kg
Tergantung berat bangsa, sedang 0,23-
0,34 kg; besar 0,39-0,52 kg
Rata-rata 7, dapat 22
36,7-40,6°C (rata-rata 38,9°C)
15-18/menit
70-100/menit
110 sistol; 60 diastol
580 ml/kg/jam
70-90 ml/kg
5,3-7,5 g/100 ml
140-210 mg/100 ml
Diurnal (siang hari)
Tergantung pada bangsa, yang sedang
6 kg pada umur 16 minggu, yang
besar 60 kg pada umur 16 minggu.
(Smith dan Mangkoewidjojo 1988)
Anjing sebagai Hewan Coba
Hewan percobaan adalah hewan yang dipelihara dan dapat diternakan
sebagai hewan model yang bertujuan untuk mempelajari dan mengembangkan
berbagai macam bidang ilmu dan penelitian. Anjing Kampung (Canis familiaris)
merupakan salah satu hewan percobaan yang sering digunakan dalam penelitian
dan praktikum anatomi dan fisiologi mahasiswa kedokteran hewan. (Smith dan
Mangkoewidjojo 1988).
Darah
Darah disusun oleh dua komponen mayor yaitu bagian cair (fluid part) yang
disebut plasma dan bagian padat (solid part) yang disebut sel darah. Sel darah
terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit.
Sedangkan plasma mengandung molekul besar seperti protein, karbohidrat dan
lemak globulin (Sudradjat 2000). Darah memiliki fungsi utama mempertahankan homeostatis. Volume
darah mamalia pada umumnya sekitar 7 sampai 8 % berat badan (Dellman dan
Brown 1982). Frandson (1992) secara umum volume darah anjing 7,2% dari berat
badan. Volume darah sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ras (breed),
emosi, serta latihan yang berlebihan (Banks 1986).
Menurut Tortora (2005), darah memiliki 3 fungsi umum :
1. Transportasi. Darah membawa oksigen dari paru-paru ke sel tubuh dan
karbon dioksida dari sel tubuh ke paru-paru untuk pernapasan. Darah
membawa nutrisi dari alat pencernaan ke sel tubuh dan hormon dari
kelenjar endokrin ke sel tubuh lain. Darah juga membawa panas dan hasil
samping ke paru-paru, ginjal, kulit untuk dieliminasi dari tubuh
2. Regulasi. Sirkulasi darah menjaga homeostatis pada seluruh cairan tubuh.
3. Proteksi. Darah menggumpal setelah terjadi perlukaan untuk mencegah
kehilangan darah yang berlebihan dari sistem kardiovaskular. Sel darah
melindungi tubuh dari serangan penyakit. Beberapa protein darah
mengandung antibodi, interferon dan komplemen yang menolong dalam
melindungi dari agen penyakit pada beberapa cara.
Gambar 1. Silsilah Sel Darah (Anonimc 2008) Sel Darah Putih (Leukosit) Leukosit berfungsi untuk mempertahankan tubuh dari serangan agen-agen
patogen, zat racun dan menyingkirkan sel-sel rusak dan abnormal (Kelly 1984).
Pertahanan tubuh ini dilakukan melalui dua cara yaitu menghancurkan agen
penyerang dengan proses fagositosis dan membentuk antibodi (Guyton 1996).
Pada mamalia, leukosit berbeda dengan eritrosit karena adanya nukleus dan
memiliki kemampuan gerak yang independen. Di dalam aliran darah kebanyakan
sel darah putih bersifat non fungsional dan akan diangkut menuju jaringan ketika
dibutuhkan (Frandson 1992)
Sel darah putih dikelompokkan menjadi granulosit (neutrofil, eosinofil,
basofil) dan agranulosit (limfosit, monosit) (Mc. Curnin and Bassert 2006).
Neutrofil, basofil dan eosinofil mempunyai inti yang tidak teratur dan granula
sitoplasma yang jelas, karena itu disebut juga polimorfonukleosit. Monosit
mempunyai inti yang besar dan berlekuk pada satu sisi dan sitoplasma yang besar.
Limfosit mempunyai inti yang hampir bundar dan sedikit sitoplasma. Limfosit
berasal dari kelenjar limfe dan jaringan limfoid (Ville et al. 1984). Volume Sel
darah putih dan platelet berada kurang dari 1 % dari total volume darah (Tortora
2
p
G
T
P
V
H
N
L
M
E
T
H
(
2005). Nilai
pada Tabel 2
Gambar 2. S
Tabel 2 Nil
Parameter H
Volume dara
Sel darah me
Hematokrit
Sel darah pu
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Trombosit
Hemoglobin
(Smith dan M
i normal be
2.
Sel Darah Pu
ai normal pa
Hematologis
ah
erah
utih
n
Mangkoewidjo
eberapa para
utih Anjing
arameter hem
s Anjing
70-90 m
5.5-8.5
37-55 %
6.0-18.0
63-80 %
12-30 %
3-10 %
2-10 %
2-9 × 10
12-18 g
ojo 1988)
ameter hema
matologis pa
ml/kg
× 106/mm3
%
0 × 103/mm3
%
%
05/mm3
g/100ml
atologis pad
ada anjing
3
da anjing daapat dilihat
Neutrofil
Neutrofil dewasa berdiameter 10-12 µm memiliki sitoplasma dan
mengandung butir-butir halus yang berwarna ungu serta inti yang bergelambir.
Neutrofil diproduksi dalam sumsum tulang bersama sel granulosit lainnya
(Dellman dan Brown 1982). Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh
terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga
yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan
matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.
Neutrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan
glikolisis baik secara aerob maupun anaerob. Kemampuan neutrofil untuk hidup
dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat
membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik.
Fagositosis oleh neutrofil merangsang aktivitas heksosa monofosfat shunt,
meningkatkan glikogenolisis (Effendi 2003).
Neutrofil memiliki masa hidup yang singkat, setelah melakukan tugasnya
akan mati dan melepaskan kemotaktik untuk menarik neurofil lain. Neutrofil
dikenal sebagai garis pertahanan pertama yang bekerja singkat dan cepat lelah.
Masa hidupnya beredar dalam darah kira-kira 5 hari (Tizard 1982). Jumlah
neutrofil di dalam darah dipengaruhi oleh tingkat granulopoiesis, laju aliran sel
darah dari sumsum tulang, pertukaran antar sel di dalam depo marginal, masa
hidupnya dalam sirkulasi darah dan laju aliran sirkulasi darah menuju jaringan
lain (Jain 1993)
Basofil
Basofil adalah granulosit yang bersifat polimorfonuklear-basofilik.
Memiliki diameter antara 10-15 mikrometer, dengan inti dua bergelambir atau
bentuk inti tidak teratur. Granulanya memiliki ukuran 0,5-1,5 µ berwarna biru tua
sampai ungu yang sering menutupi inti yang berwarna agak cerah (Dellman dan
Brown 1982). Basofil dibentuk dalam sumsum tulang. Basofil dapat
membangkitkan reaksi hipersensitifitas dengan sekresi mediator vasoaktif,
sehingga dapat menyebabkan peradangan akut pada tempat antigen berada. Pada
saat terjadi peradangan, basofil akan melepaskan histamin, bradikinin dan
serotonin sehingga menyebabkan reaksi jaringan dengan manifestasi alergi
(Tizard 1982). Basofil memilki fungsi utama dalam membangun reaksi
hipersensitif dan sekresi mediator yang bersifat vasoaktif (Dellman dan Brown
1982). Sel basofil memiliki daya fagositik sangat rendah atau tidak ada sama
sekali dan secara normal jumlah sel ini sangat sedikit dalam sirkulasi darah
(Swenson 1984)
Eosinofil
Eosinofil memiliki nukleus bergelambir dua, dikelilingi butir-butir asidofil
yang cukup besar berukuran 0,5-1,0 µm. Diameter eosinofil 10-15 µm dan hidup
dalam sirkulasi darah selama 3-5 hari (Dellman dan Brown 1982). Eosinofil
berperan sebagai sel fagosit tapi bukan terhadap bakteri atau runtuhan-runtuhan
sel, melainkan terhadap komponen asing yang telah bereaksi dengan antibodi
(Martini et al. 1992). Eosinofil ditarik ke lokasi terjadinya reaksi antigen-
antibodi kemudian memakan kompleks antigen-antibodi tersebut (Swenson
1984). Eosinofil membunuh parasit dengan beberapa cara, yaitu pertama,
melepaskan enzim hidrofilik dari granulnya yang dimodifikasi lisozim. Kedua,
dengan melepaskan bentuk oksigen yang sangat reaktif dan bersifat mematikan
cacing. Ketiga, dengan melepaskan polipeptida yang sangat larvasidal (Guyton
1996)
Munurut Jain (1993) eosinofil berperan dalam pengaturan infeksi parasit,
mengatur respon alergi dan inflamasi akut yang dapat memicu kerusakan
jaringan, berperan dalam proses koagulasi dan fibrinolisis dan dapat memfagosit
benda asing seperti bakteri, selain itu, eosinofil berfungsi mengatur infeksi parasit
dengan cara melekatkan diri pada parasit dan melepaskan bahan-bahan yang
beracun bagi parasit, dan memfagosit bakteri, antibodi-antigen kompleks,
mikoplasma dan jamur
Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran paling besar
dengan diameter 15-20 µm dan nukleusnya besar serta memiliki sitoplasma tanpa
granul (Dellman dan Brown 1982). Sel ini melawan infeksi dengan ‘memakan’
kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai kuman apa yang
ditemukan. Monosit beredar dalam darah. Bila monosit ada di jaringan tubuh,
mereka disebut makrofag. Jumlah monosit yang tinggi menunjukkan adanya
infeksi bakteri (Anonima 2007). Monosit bekerja sama dengan sel darah putih
lainnya untuk membuang jaringan yang rusak atau mati, menghancurkan sel-sel
kanker dan mengatur kekebalan melawan bahan-bahan asing. Monosit dibuat di
sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah. Dalam beberapa jam, monosit
akan berpindah ke dalam jaringan dimana mereka mengalami pematangan
menjadi makrofag, yang merupakan sel pemangsa (fagosit) dari sistem kekebalan.
Makrofag tersebar di seluruh tubuh, tetapi terdapat dalam jumlah yang sangat
banyak di dalam paru-paru, hati, limpa, sumsum tulang dan lapisan pada rongga
tubuh yang utama; dan bertahan selama beberapa bulan (Anonimb 2008)
Limfosit
Sel limfosit memilki dua bentuk, yaitu limfosit besar yang merupakan
bentuk belum dewasa, berdiameter 12-15 µm, memiliki lebih banyak sitoplasma,
nukleus lebih besar dan sedikit pucat dibandingkan limfosit kecil. Sementara
limfosit kecil merupakan bentuk dewasa berdiameter 6-9 µm, nukleus besar dan
kuat mengambil zat warna, dikelilingi sedikit sitoplasma berwarna biru pucat.
Limfosit memiliki sifat yang elastis dan mampu bergerak serta mengubah bentuk
dan ukurannya. Sifat limfosit mampu menerobos jaringan atau organ lunak dalam
tubuh. Umumnya limfosit memiliki inti bulat atau kacang dan berwarna merah
ungu (Dellman dan Brown 1982). Limfosit memiliki nukleus yang relatif besar
dan dikelilingi oleh sitoplasma (Frandson 1992). Perubahan Jumlah sel darah
putih jenis tertentu dapat mengindikasikan kemungkinan keadaan tertentu seperti
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Interpertasi jumlah sel darah putih
Tipe Sel Darah Putih Jumlah yang Tinggi Kemungkinan Mengindikasi
Jumlah yang Rendah Kemungkinan Mengindikasikan
Neutrofil Infeksi bakteri, melahirkan,
Stres, inflamasi. Terekspose radiasi,
keracunan obat, defisiensi
B12, Sistemic Lupus
Erythematosus (SLE) Limfosit Infeksi virus, beberapa
leukemia Sakit yang berkepanjangan,
immunosupresi, perawatan
dengan cortisol Monosit Infeksi jamur atau virus,
Tubercullosis, beberapa
leukemia, penyakit kronis
lainnya
Bone marrow auppression,
perawatan dengan Cortisol
Eosinofil Reaksi alergi, infeksi
parasit, penyakit
Autoimmune
Keracunan Obat, Stress
Basofil Reaksi alergi, leukemia,
kanker, Hypothiroidism Bunting, Ovulasi, Stres,
Hyperthiroidism
(Tortora 2005)
MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi
Fisiologi dan Farmakologi, FKH-IPB selama 5 (lima) bulan mulai dari Maret
2006 sampai Juli 2006.
Tahap Persiapan dan Adaptasi
Penelitian ini menggunakan hewan coba Anjing Kampung jantan sebanyak
tujuh ekor berumur 3- 7 bulan dan berasal dari induk yang sama. Semua anjing
tersebut semenjak lahir dikandangkan di kandang Karyo Mendo Farm Cihideung
Ilir,Ciampea. Nilai kelembaban dan suhu udara pada kandang tersebut adalah pagi
hari 99,86±0,38% dan 18,07±1,900C; siang hari 74,00±6,11% dan 26,86±1,500C;
sore hari 93,86±6,47% dan 22,57±2,390C. Selama pemeliharaan anjing tersebut
diperiksa, dijaga status kesehatannya, dibebaskan dari parasit eksterna
(propoxur®) dan interna (pirantel®), divaksin serta diberi makan dua kali sehari
±300 gr/ekor/makan berupa pakan anjing komersial ditambah nasi dan juga diberi
minum ad libitum.
Gambar 3 Anjing yang mengalami masa adaptasi di Kandang Karyo Mendo Farm Cihideung Ilir Ciampea.
Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan hewan coba Anjing Kampung jantan sebanyak
tujuh ekor berumur 3-7 bulan yang dikandangkan di Cibanteng. Peralatan yang
digunakan pada penelitian ini yaitu pipet leukosit, kamar hitung Neubauer,
mikroskop, obyek glass,mangkok keramik,tabung reaksi, termos es, jarum suntik
dan coverglass. Bahan yang digunakan adalah giemsa, larutan turk, darah anjing,
EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic) , alkohol 70%, alkohol absolut, methanol,
kapas, parafilm, minyak emersi dan counter.
Metodologi Penelitian
Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan disposable syringes 3
ml, sebanyak ± 1 cc darah dari vena saphena kemudian dimasukkan ke dalam
tabung yang telah diisi antikoagulan EDTA. Pengambilan ini dilakukan setiap
bulan 1 kali pada 7 ekor anjing selama 5 bulan
a. Menghitung Jumlah Sel Darah Putih
Darah diisap dengan menggunakan pipet leukosit dan aspiratornya sampai
batas garis 0,5 kemudian dilanjutkan dengan penambahan larutan pengencer turk
sampai batas garis 11. Campuran di dalam pipet ini kemudian dihomogenkan
dengan memutar pipet membentuk angka 8. Campuran di ujung pipet yang tidak
ikut terkocok terlebih dahulu dibuang. Campuran yang sudah homogen tersebut
diteteskan ke dalam kamar hitung dengan cara menempelkan ujung pipet pada
pertemuan antara dasar kamar hitung yang ditutup dengan cover glass.
Penghitungan butir-butir darah putih dilakukan pada kelima kotak yang terletak
diagonal pada 4 bujur sangkar besar di sudut kamar hitung. Hasil a x 50
butir/mm3darah (Sastradipradja dkk.1989 dan Mc. Curnin and Bassert 2006).
b. Membuat Sedian Apus Darah dan Differensiasi BDP
Darah diteteskan pada ujung salah satu obyek glass yang telah disediakan
kemudian ulas dengan obyek glass yang lain kemudian keringkan dan difiksasi
selama 5 menit dalam methanol. Setelah difiksasi, direndam dalam zat warna
Giemsa selama 30 menit kemudian dicuci dengan air mengalir secara perlahan
lahan untuk menghilangkan kelebihan warna. Sedian apus kemudian dikeringkan
Sedian apus darah yang telah diberi pewarnaan kemudian diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran obyektif 100 kali dan okuler 10 kali untuk
dilakukan differensiasi butir darah putih serta dihitung jumlah tiap jenis butir
darah putih hingga jumlah total yang teramati mencapai jumlah 100. Setelah
dilakukan presentase diferensiasi leukosit, nilai absolut dari masing-masing jenis
leukosit ditentukan dengan cara mengalikan presentase tersebut dengan jumlah
total leukosit (Sastradipradja dkk. 1989 dan Mc. Curnin and Bassert 2006).
Gambar 4 Cara pengamatan dan penghitungan macam-macam sel darah putih dilakukan berdasarkan lapang pandang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Leukosit
Leukosit atau sel darah putih berfungsi untuk mempertahankan tubuh dari
serangan agen-agen patogen, zat racun dan menyingkirkan sel-sel rusak dan
abnormal (Kelly 1984). Variasi jumlah leukosit di pengaruhi oleh jenis ras,
kebuntingan, musim, sedikit dipengaruhi jenis kelamin dan signifikan di
pengaruhi oleh umur hewan (Jain 1993).
Tabel 4
Kisaran bobot badan dan total leukosit Anjing Kampung (Canis familiaris )
Umur (bulan) BB (Kg) Δ ΒΒ (Kg) Total Leukosit (103/mm3)
3 3,37±0,38e 0 14,62±3,65ab 4 4,95±0,71d 1,58 15,24±2,66 ab 5 6,51±1,01c 1,56 13,84±2,37a 6 8,52±1,92b 2,01 18,58±3,65bc 7 10,92±269a 2,38 20,69±4,99c
Nilai normal pada Anjing Kampung umur 1 -2 tahun (Jaya 2005)
15,87±4,76
Keterangan :
Huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (p>0,05 ); BB: berat badan; Δ BB: kenaikan berat badan/ bulan
Tabel 5 Diferensiasi leukosit Anjing Kampung (Canis familiaris )
Keterangan :
Huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (p>0,05 );
Umur (bulan) Neutrofil (103/mm3)
Eosinofil (103/mm3)
Basofil (103/mm3)
Limfosit (103/mm3)
Monosit (103/mm3)
3 8,92±5,17ab 1,30±1,26a 0 4,74±2,54a 0,01±0,038 4 6,43±2,29a 0,82±0,63a 0 7,89±1,71bc 0,10±0,14 5 7,17±1,16ab 1,00±0,93a 0 5,60±1,90ab 0,07±0,09 6 7,27±0,10ab 2,02±1,33ab 0 9,26±2,45c 0,03±0,08 7 10,28±2,19b 2,50±0,73b 0 7,84±3,38bc 0,07±0,13
Nilai normal (Jaya 2005)
8,02±3,61
0,13±0,14
-
7,62±2,96
-
m
d
(
m
t
k
n
d
b
a
a
m
p
d
p
G
Pene
masa peneli
disebabkan k
(neutrofil, e
menurunkan
total leukos
kemungkina
nilai leukos
sampai 2 ta
dari 5 bulan
bulan. Juml
ataupun lim
awal fetus re
satu tahun (
makin stabil
pada anjing
dibandingka
sebesar 41
pertumbuhan
sumsum tula
Gambar 5
3
elitian ini m
itian mening
karena meni
osinofil, bas
n jumlah sel
sit (P>0,05)
an disebabka
sit ini masih
ahun ; (15,87
n terlihat ad
lah leukosit
mfosit di dala
endah kemu
Jain 1993).
l jumlah sel
g yang be
an ketika m
,52 %. Ha
n yang berb
ang yang ter
Jumlah totabasofil
4
menunjukkan
gkat. Penin
ingkat atau m
sofil, monos
l darah putih
) cenderung
an oleh reak
h dalam kis
7±4,76) × 1
danya pening
t pada umum
am sirkulasi
udian mening
Seiring den
darah putih
erumur 7 b
masih berum
al ini dise
beda serta o
rus berkemba
al leukosit,
5
Umur (bu
n bahwa sec
gkatan atau
menurunnya
sit dan limfo
h bila terjad
g menurun
ksi yang dib
saran norma
03/mm3, Jay
gkatan sel da
mnya dipen
i darah (Sch
gkat lagi hin
ngan bertam
h yang terdap
bulan penin
mur 3 bulan
ebabkan ad
organ pembe
ang seiring d
limfosit, n
6
ulan)
cara umum
u penurunan
a salah satu j
osit). Salah
di infeksi (A
sebelum u
erikan akiba
al (kisaran n
ya 2005). P
arah putih k
ngaruhi oleh
halm 1975).
ngga stabil p
mbahnya umu
pat didalam
ngkatan ter
n, dengan p
danya tingk
entuk sel da
dengan berta
neutrofil, mo
7
nilai leuko
n jumlah leu
jenis leukosi
satu faktor y
Anonimc 200
umur anjing
at vaksinasi,
normal anjin
ada umur an
kembali samp
h jumlah se
Jumlah leuk
pada umur ku
ur kemungki
darah. Ini
rlihat signi
persentase p
kat metabol
arah seperti
ambahnya um
onosit, eosi
osit selama
ukosit bisa
it yang ada
yang dapat
08). Jumlah
g 5 bulan
, walaupun
ng umur 1
njing lebih
pai umur 7
el neutrofil
kosit tahap
urang lebih
inan anjing
dibuktikan
ifikan bila
eningkatan
lisme dan
limpa dan
mur anjing.
inofil dan
Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih terbanyak yang terkandung dalam darah.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta
proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan
pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah
yang banyak menyebabkan adanya nanah (Anonime 2008). Berdasarkan data pada
Tabel 5 jumlah neutrofil Anjing Kampung masih didalam kisaran normal anjing
umur 1- 2 tahun (kisaran normal nilai neutrofil pada anjing umur 1 sampai 2 tahun
: 8,02±3,61 × 103/mm3,Jaya 2005) dan secara umum meningkat. Jumlah neutrofil
yang rendah dalam peredaran darah tepi disebut neutropenia terjadi akibat
marginasi neutrofil (pseudoneutropenia), kebutuhan jaringan yang berlebihan
terhadap neutrofil atau penghancuran neutrofil, ataupun granulopoiesis yang
berkurang/ inefektif (Meyer et al. 1992). Neutropenia dapat terjadi akibat infeksi
bakterial, khususnya gram negatif septisemia atau endotoksemia pada semua
spesies. Sedangkan tingginya jumlah neutrofil disebut neutrofilia, secara umum
keadaan ini menandakan kejadian infeksi bakteri pada tubuh hewan dan kejadian
yang berkaitan dengan nekrosis jaringan ekstensif seperti luka bakar, trauma,
pembedahan dan neoplasia (Anonim 2006). Neutrofil adalah garis pertahanan
pertama terhadap terjadinya benda asing yang masuk. Neutrofil memiliki masa
hidup yang singkat, setelah melakukan tugasnya akan mati dan melepaskan
(kemotaktik) untuk menarik neurofil lain. Neutrofil dikenal sebagai garis
pertahanan pertama yang bekerja singkat dan cepat lelah. Masa hidupnya beredar
dalam darah kira-kira 5 hari (Tizard 1982). Persentase neutrofil pada anjing usia 7
bulan meningkat sampai dengan 15,25 % bila dibandingkan dengan anjing 3
bulan.
Eosinofil
Berdasarkan Tabel 5, secara umum jumlah eosinofil berada pada kisaran
normal anjing umur 1 sampai 2 tahun (kisaran normal jumlah eosinofil pada
anjing umur 1 sampai 2 tahun ; 0,13±0,14 × 103/mm3, Jaya 2005). Peningkatan
jumlah eosinofil biasanya berkaitan dengan peranannya dalam pengaturan infeksi
parasit, respons alergi dan inflamasi akut yang dapat merusak jaringan, serta
dalam proses koagulasi dan fibrinolisis dan dapat memfagosit benda asing seperti
bakteri (Jain 1993). Sel eosinofil ini memiiki daya fagositosis yang lemah dan
dapat menunjukkan kemotaksis. Eosinofil mempunyai kecenderungan untuk
berkumpul dalam jaringan yang mengalami reaksi alergi, juga memfagositosis dan
menghancurkan kompleks antibodi-alergen, sehingga mencegah penyebaran
setempat (Guyton 1996). Hal ini dikarenakan eosinofil tidak mempunyai ribosom
maka kemampuan untuk melakukan fagositosis relatif lebih terbatas dibandingkan
dengan makrofag (Tizard 1982). Eosinofil pada anjing yang mengalami
pertumbuhan ini nyata peningkatannya ketika memasuki usia 7 bulan bila
dibandingkan umur 3 bulan sebesar 92,31 %. Hal ini mungkin disebabkan Anjing
Kampung dipelihara sesuai lingkungan dan cara hidup di kampung yang
sebenarnya sehingga mudah atau terdapat parasit dalam tubuhnya namun tidak
berpengaruh pada kesehatan Anjing Kampung.
Basofil
Basofil tidak ditemukan dalam diferensisai leukosit anjing. tidak adanya
leukosit dalam diferensiasi semua hewan dalam nerbagai lapisan umur sebenarnya
merupakan sesuatu yang normal, mengingat sel basofil memiliki daya fagositosis
yang rendah atau tidak sama sekali dan secara normal jumlah sel ini sangat sedikit
dalam sirkulasi darah (Swenson 1984). Basofil mempunyai fungsi yang sama
dengan sel mast, yaitu membangkitkan proses perbarahan akut pada tempat
deposisi antigen (Tizard 1982). Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya basofil
seperti yang dilaporkan oleh Jaya (2005)
Limfosit
Berdasarkan data pada Tabel 5 diketahui bahwa anjing kampung umur 3
sampai 7 bulan memiliki jumlah limfosit diatas kisaran normal umur 1 sampai 2
tahun ( kisaran normal jumlah limfosit pada anjing umur 1 sampai 2 tahun;
7,62±2,96 × 103/mm3, Jaya 2005). Limfositosis terjadi akibat beberapa kausa
seperti: gangguan fisiologis/stress akut, stimulasi imun (seperti pemberian vaksin,
infeksi viral atau bakteri tertentu), limfositik dan leukemia (Anonimd 2008).
Jumlah limfosit yang tinggi terjadi karena anjing muda memiliki kecenderungan
mengalami limfositosis fisiologis dibandingkan dengan anjing dewasa. Hal
tersebut berkaitan dengan epinefrin yang dilepaskan akibat respons tubuh
terhadap rangsangan dan aktifitas yang dilakukan. Epinefrin dan kortikosteroid
meningkatkan sirkulasi darah dan limfe serta demarginasi leukosit dari dinding
pembuluh darah (Jain 1993). Namun demikian fluktuasi jumlah total absolut
limfosit cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Persentase peningkatan
limfosit tampak signifikan pada anjing umur 7 bulan bila dibandingkan usia 3
bulan yaitu sebesar 65,40 %
Monosit
Secara umum jumlah monosit setiap bulannya menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0,05). Monosit berasal dari sel-sel retikuloendotelial
dalam limpa dan sumsum tulang. Monosit berada dalam darah secara normal
dalam jumlah yang terbatas (Swenson 1984). Kenaikan dan penurunan jumlah
monosit dalam sirkulasi dikaitkan dengan fungsinya dalam proses fagositosis
terhadap infeksi mikroorganisme, sel yang nekrotik dan runtuhan sel. Monosit
merupakan sel darah yang belum matang (immature) yang harus membentuk sel
raksasa dalam jaringan (makrofag) agar dapat bekerja dengan baik ( Zhang 1999).
Monosit bekerja sama dengan sel darah putih lainnya untuk membuang jaringan
yang rusak atau mati, menghancurkan sel-sel kanker dan mengatur kekebalan
melawan bahan-bahan asing. Monosit dibuat di sumsum tulang dan masuk ke
dalam aliran darah (Anonimb 2008).
Bobot Badan
Selama penelitian ini secara umum bobot badan anjing mengalami
peningkatan bobot badan yang signifikan. Ini ditunjukkan dengan nilai bobot
badan yang berbeda nyata (P<0,05) pada Tabel 5. Menurut Jakson (1994)
perbedaan bobot badan ini disebabkan oleh perbedaan umur. Peningkatan bobot
badan juga dipengaruhi oleh genetik, nutrisi dan jumlah anak yang dihasilkan
serta perilaku hewan tersebut dalam memakan pakan induk waktu sapih yang
dapat mengakibatkan hewan tersebut mengalami gangguan pencernaan. Menurut
Smith dan Mangkoewidjojo (1988) peningkatan bobot badan anjing tergantung
p
g
m
p
d
b
u
r
P
p
P
k
P
K
e
k
a
G
pada jenis b
gizi yang tin
mengalami
peningkatan
sebesar 4,95
dengan pres
badan anjing
umur 6 bula
rataan bobo
8,52 kg pad
Peningkatan
peningkatan
Peningkatan
kampung da
Pembahasa
Pada
Kampung u
eosinofil, li
kampung ter
anjing terseb
Gambar 6
bangsa (bang
nggi. Pada um
peningkatan
n sebesar 46
5 kg dan me
sentase penin
g sebesar 6,
an dengan pr
t badan anji
da umur 7 b
n bobot bad
n lebih dari 2
n nilai bobot
apat dilihat p
an Umum
a penelitian
umur 3 sam
imfosit dan
rsebut. Perub
but mencapa
0
2
4
6
8
10
12
maret
Bobo
t Bad
an (K
g)
Rataan bobbulan.
gsa besar/ke
mur 3 bulan
n sebesar 1,5
6,88 %. Pad
engalami pen
ngkatan sebe
,51 kg dan m
resentase pen
ing sebesar
bulan denga
dan dari an
2 kali bobot a
t badan yang
pada Gambar
n ini secara
mpai 7 bula
monosit m
bahan jumla
ai umur dew
april
B
bot badan A
ecil) dan nu
rataan bobo
58 kg pada
da umur 4
ningkatan se
esar 31,51 %
mengalami p
ningkatan se
3,37 kg dan
an presentas
njing umur
awalnya den
g disesuaikan
r 6.
a keseluruha
an meliputi
meningkat se
ah sel darah
wasa, sedangk
mei
Bulan
Anjing Kam
utrisi yang b
ot badan anji
umur 4 bu
bulan rataa
ebesar 1,56
%. Pada umu
peningkatan
ebesar 30,87
n mengalam
se peningkat
r 3 sampai
ngan present
n dengan pe
an gambaran
jumlah tot
eiring bertam
putih ini ak
kan pada anj
juni
mpung janta
aik dengan
ing sebesar 3
ulan dengan
an bobot ba
kg pada um
ur 5 bulan ra
n sebesar 2,0
%. Pada um
mi peningkat
tan sebesar
7 bulan m
ase mencapa
eningkatan u
n darah pu
tal leukosit,
mbahnya um
kan terjadi te
jing dewasa
juli
an umur 3
kandungan
3,37 kg dan
presentase
dan anjing
mur 5 bulan
ataan bobot
01 kg pada
mur 6 bulan
tan sebesar
27,93 %.
mengalami
ai 223.4 %.
umur anjing
utih Anjing
, neutrofil,
mur anjing
erus sampai
komponen
sampai 7
pembentuk darah dan tempat terjadinya komponen darah sudah berkembang
optimal sehingga semua nilai parameter darah telah mencapai nilai yang stabil.
Selain itu perbedaan nilai fisiologis hewan juga disebabkan tingkat metabolisme
dan pertumbuhan hewan yang berbeda. Suprayogi (2007) juga mengatakan bahwa
pada Dugong perbedaan nilai fsiologis antara dugong bayi dan dewasa disebabkan
adanya perbedaan tingkat metabolisme, pertumbuhan anatomis dan perbedaan
umur. Berdasarkan Jaya (2005), bahwa pada umur 1 sampai 2 tahun jumlah butir
darah putih anjing kampung = 15,87±4,76 × 103/mm3, neutrofil = 8,02±3,61×
103/mm3, eosinofil = 0,13±0,14× 103/mm3, basofil = tidak ditemukan, limfosit=
7,62±2,96×103/mm3 dan monosit tidak ditemukan. Dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa anjing umur 4 bulan telah mendekati stabil jumlah butir darah
putih, persentase neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monositnya karena
memiliki kisaran pada anjing berumur 1-2 tahun.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Jumlah total sel darah putih Anjing Kampung jantan umur 3 sampai 7
bulan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur dengan
persentase peningkatan sebesar 41,52 %. Disamping itu deferensial leukosit
untuk anjing kampung umur 3 sampai 7 bulan juga mengalami peningkatan, yaitu;
pada neutrofil sebesar 15,25%, eosinofil sebesar 92,31%, basofil pada penelitian
ini tidak ditemukan, limfosit sebesar 65,40%, dan monosit sebesar 600%. Anjing
Kampung juga mengalami peningkatan bobot badan seiring dengan
bertambahnya umur hewan dari umur 3 sampai 7 bulan dengan persentase sebesar
224,04%.
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang nilai fisiologis sel darah putih
pada perkembangan umur dari anjing anak umur neonatus hingga dewasa
sehingga dapat diketahui kapan Anjing kampung mencapai nilai sel darah putih
yang stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. The Merck Veterinary Manual. http//merck.co.inc [ 29 juli 2008]. Anonima. 2007. Hitung Darah Lengkap. http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=121
[19 JULI 2008] Anonima. 2008. Asal Usul Anjing. http://www.anjingras.com/content/view/66/39/
[7 juli 2008] Anonimb . 2008. Kelainan Monosit.
http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=121&idktg=12&idobat=&UID=20080719145139125.160.121.129 [19 JULI 2008]
Anonimc. 2008. Sel Darah Putih. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih [29
juli 2008] Anonimd. 2008. Lymphocytosis. http://www.answers.com/topic/lymphocytosis [29
juli 2008] Anonime. 2008. Neutrofil. http://id.wikipedia.org/wiki/Neutrofil [ 29 juli 2008]. Anonimf. 2008. Anjing Agresif. http://anjingku.wordpress.com/2008/02/07/anjing-
agresif/ [ 5 agustus 2008] Banks WJ. 1986. Applied Veterinary Histology. Ed ke-1. London : William &
Wilkins. Dellmann HD. & Brown EM. 1982. Buku Teks Histologi Veteriner I. Jakarta :
Universitas Indonesia Press. Effendi Z. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergi Dalam Tubuh.
USU Digital Lybraray Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press Guyton AC. 1996.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. I Ken Ariata Tengadi,
Penerjemah. EGC. Terjemahan dari : Textbook of Medical Physiology. Hatmosrojo R & Nyuwan SB. 2003. Melatih Anjing Keluarga. Jakarta : Penebar
Swadaya. Jain NC. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia : Lea & Febiger. Jakson F. 1994. Dog Breeding The Theory and The Practice. Ramsbury: The
Crowood Press.
Jaya W. 2005. Gambaran Darah Anjing Kampung ( Canis familiaris) di Daerah
Jakarta dan Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB Kelly WR. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis. Ed ke-3. London: Bailliere
Tindall. Martini FH, Ober WC, Garrison C and Weleh K. 1992. Fundamental of Anatomy
and Phisiology. Ed ke-2. New Jersey: Prentice Hall. Englewood Cliffs Mccurnin DM. & Bassert JM. 2006. Clinical Textbook for Veterinary
Technicians. 6th Ed. United State of America: Elsevier Saunders. Meyer DJ, Coles EH & Rich LJ. 1992. Veterinary Laboratory Medicine
Interpretation and Diagnosis. Philadelphia: W. B Saunders Company. Miller ME. 1993. Anatomi Of The Dog. Philadelphia London New York St. Louis
Sydney Toronto: W. B. Saunder Company. Sastradipradja D dkk. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner. Depdikbud.
Dirjen. Dikti. PAU. Ilmu Hayat. IPB. Smith BJ. & Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Cobaan di Daerah Tropis. Jakarta : Unipersitas Indonesia Press.
Sudradjat H. 2000. http://us.geocities.com/mitra_sejati_2000/blood.html#Blood.
[15 Maret 2007]. Sturkie PD and Grimminger P. 1976. Blood: Phisical Charateristic, Formed
Elements, Haemoglobin, and Coagulation. In Sturkie PD, Editor. Avian Phisiology. 3rd ed. Springer Verlag, New York, Heidelberg, Berlin. pp 65.
Suprayogi A, Sumitro, Megawati I, Rika S, Salahudin D. 2007. Perbandingan
nilai kardiorespirasi dan suhu tubuh Dugong Dewasa dan Bayi. Jurnal Veteriner 8:173-179.
Swenson MJ. 1984. Duke’s Physioogy of Domestic Animals. Ed 10. Ithaca and
London: Publishing Associattes a Division of Cornell University. Schalm OW. 1975. Veterinary Hematology. 2 Ed. Philadelphia: Lea & Febriger. Tizard I. 1982. Veterinary Immunology, An Introduction. 3 Ed. W. B. Saunders
co. Masduki Partodiredjo, penerjemah. 1987. Airlangga University Press. Surabaya.
Tortora GJ. 2005. Principles Of Human Anatomy. 10th Ed. United States Of
America: Jhon Wiley & Sons, Inc.
Untung O. 1999. Merawat dan Melatih Anjing. Jakarta : Penebar Swadaya. Ville CA, Walker Jr, Warren F & Barnes RD. 1984. Zoologi Umum. Sugiri,
Nawangsari, penerjemah. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Erlangga. Zhang X. 1999. WHO. Monograph On Selected Medical.
http://hinfo198.tempodomainname.com/gsdl2/edmweb/pdf/s4927e/s4927e.pdf. [29 september2006]
Lampiran 1. Analisa data hasil pemeriksaan jumlah total sel darah putih pada anjing kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan,
Oneway
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Descriptives
Respon
7 14621.43 3653,74889 1380.987 11242,2744 18000,5827 10050,00 18450,007 15242.86 2657,44686 1004.421 12785,1287 17700,5856 10700,00 18150,007 13835.71 2372,71193 896,80081 11641,3217 16030,1068 9750,00 17350,007 18578.57 3645,64319 1377.924 15206,9138 21950,2290 13850,00 23400,007 20692.86 4985,59831 1884.379 16081,9477 25303,7665 14000,00 27700,00
35 16594.29 4282,58737 723,88939 15123,1655 18065,4059 9750,00 27700,00
3,004,005,006,007,00Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
ANOVA
Respon
2.38E+08 4 59611857.14 4,643 ,0053.85E+08 30 12837714.296.24E+08 34
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Respon
Duncan a
7 13835.717 14621.43 14621.437 15242.86 15242.867 18578.57 18578.577 20692.86
,495 ,059 ,278
Ulangan5,003,004,006,007,00Sig.
N 1 2 3Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.a.
Lampiran 2. Analisa data hasil pemeriksaan nilai neutrofil pada anjing kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan,
Oneway
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Descriptives
respons
7 8924,1429 5169,27115 1953.801 4143,3644 13704,9213 1810,50 15130,007 6432,7143 2288,17502 864,84886 4316,5054 8548,9232 3317,00 10060,507 7167,5714 1159,24496 438,15341 6095,4487 8239,6942 5580,00 8675,007 7267,4286 998,93570 377,56221 6343,5671 8191,2900 6191,00 8922,507 10276.64 2188,65110 827,23236 8252,4782 12300,8075 7840,00 13337,50
35 8013,7000 2983,23479 504,25872 6988,9230 9038,4770 1810,50 15130,00
3,004,005,006,007,00Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
ANOVA
respons
68055309 4 17013827.26 2,176 ,0962.35E+08 30 7817804,8363.03E+08 34
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
respons
Duncan a
7 6432,71437 7167,5714 7167,57147 7267,4286 7267,42867 8924,1429 8924,14297 10276.64
,137 ,065
ulangan4,005,006,003,007,00Sig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.a.
Lampiran 3. Analisa data hasil pemeriksaan nilai eosinofil pada anjing kampung jantan umur 3 samapi 7 bulan,
Oneway
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Descriptives
respons
7 1302,4286 1264,26798 477,84838 133,1757 2471,6814 ,00 2767,507 822,9286 629,14455 237,79429 241,0669 1404,7902 ,00 1589,507 995,7143 929,11081 351,17088 136,4301 1854,9985 195,00 2480,007 2023,2143 1329,27229 502,41770 793,8425 3252,5861 302,00 3735,007 2503,9286 732,62021 276,90441 1826,3679 3181,4893 1758,00 3582,00
35 1529,6429 1152,61619 194,82770 1133,7053 1925,5804 ,00 3735,00
3,004,005,006,007,00Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
ANOVA
respons
14202976 4 3550743,946 3,440 ,02030966843 30 1032228,10045169819 34
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
respons
Duncan a
7 822,92867 995,71437 1302,42867 2023,2143 2023,21437 2503,9286
,050 ,383
ulangan4,005,003,006,007,00Sig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.a.
Lampiran 4. Analisa data hasil pemeriksaan nilai limfosit pada anjing kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan,
Oneway
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Descriptives
respons
7 4736,5000 2536,73790 958,79680 2390,4087 7082,5913 2301,00 8839,507 7891,9286 1714,11365 647,87406 6306,6378 9477,2193 6177,50 10527,007 5603,7143 1896,80279 716,92407 3849,4643 7357,9643 2827,50 8328,007 9259,2857 2454,00543 927,52687 6989,7092 11528,8622 7063,50 14274,007 7837,7143 3384,45702 1279.205 4707,6136 10967,8150 4200,00 13296,00
35 7065,8286 2860,77959 483,56001 6083,1164 8048,5407 2301,00 14274,00
3,004,005,006,007,00Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
ANOVA
respons
95571369 4 23892842.37 3,924 ,0111.83E+08 30 6089555,5172.78E+08 34
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
respons
Duncan a
7 4736,50007 5603,7143 5603,71437 7837,7143 7837,71437 7891,9286 7891,92867 9259,2857
,516 ,111 ,318
ulangan3,005,007,004,006,00Sig.
N 1 2 3Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.a.
Lampiran 5. Analisa data hasil pemeriksaan nilai monosit pada anjing kampung jantan umur 3 sampai 7 bulan,
Oneway
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Descriptives
respons
7 14,3571 37,98543 14,35714 -20,7735 49,4878 ,00 100,507 95,2857 138,50748 52,35091 -32,8123 223,3838 ,00 363,007 68,7143 87,71111 33,15168 -12,4050 149,8335 ,00 195,007 28,6429 75,78188 28,64286 -41,4437 98,7294 ,00 200,507 74,5714 128,68807 48,63952 -44,4452 193,5880 ,00 293,00
35 56,3143 99,33123 16,79004 22,1928 90,4358 ,00 363,00
3,004,005,006,007,00Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
ANOVA
respons
31723,757 4 7930,939 ,783 ,545303743.8 30 10124,793335467.5 34
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
respons
Duncan a
7 14,35717 28,64297 68,71437 74,57147 95,2857
,189
ulangan3,006,005,007,004,00Sig.
N 1
Subsetfor alpha
= .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.a.
Lampiran 6. Protokol Penelitian Aktivitas Bulan
I II III IV V VI VII
Minggu Adaptasi
dengan
lingkungan
sekitar.
Anjing
menyusu
pada
induknya
P
A
R
T
U
S
x x
Lepas sapih
dan
pemberian
pakan
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
Pengukuran
bobot
badan
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
Vaksinas x Kontrol
parasit
eksternal
x x x x x
Pemberian
obat cacing
x x
Pengukuran
parameter
x x x x x
Lampiran 7. Kandungan nutrisi pakan anjing Nutrisi Kandungan (%)
Kadar air
Protein kasar
Lemak
Serat kasar
Karbohidrat
Mineral
NaCl
Vitamin
10
18
15
3
3,5
4
2
1