Post on 27-Dec-2015
description
Gangguan penglihatan disebabkan katarak senilis
E8Christin 102009010
Mohd Shafiq Bin Shamsul Anuar
Wahyu
Viktor 102010037
Natalia Hadinata 102010129
Melkior Antonius Manek 102010141
Derry Setiawan 102010236
Cindy Purnama 102010300
Stephanie Yohanna Tania 102010341
Angelyn Christabella 102010342
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJl. Arjuna Utara No.6
Jakarta 11510
ANAMNESIS2
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien, terdiri dari:
1. Identitas pasien : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari
secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan
keterangan lain mengenai identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang : Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain
Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah, perubahan daya lihat warna.
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film, diplopia.
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
Lampu dan matahari sangat mengganggu, hipermetropia.
Sering meminta ganti resep kaca mata.
3. Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti diabetes
mellitus, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya memicu
resiko katarak, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan
endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin, riwayat
alergi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat katarak dalam keluarga.
PEMERIKSAAN FISIK3
Keadaan Umum
- TTV (terutama tekanan darah untuk megetahui apakah pasien hipertensi atau tidak).
- Pemeriksaan mata dasar
Pada pasien katarak mata tidak mengalami iritasi. Sehingga secara umum pada
pemeriksaan fisik mata dari luar tidak ditemukan kelainan. Yang lebih dikeluhan pasien ialah
berkurangannya kemampuan akomodasi. Hilangnya transparansi lensa ini dapat menyebabkan
penglihatan menjadi kabur, baik penglihatan jauh maupun dekat namun tidak disertai dengan
rasa nyeri. Pada pasien katarak tidak ditemukan adanya tanda peradangan baik pembengkakan,
eritema, panas dan nyeri tekan.
Secara makroskopi pada katarak yang matur dapat terlihat adanya kekeruhan di daerah belakang
pupil yang umumnya berwarna putih keabu-abuan. Karena didapati penurunan ketajaman
penglihatan pada katarak, maka pemeriksaan visus dengan menggunakan uji ketajaman
penglihatan Snellen diperlukan. Secara umum didapatkan korelasi antara penurunan ketajaman
penglihatan dengan tingkat kepadatan katarak.3
Pemeriksaan mata dasar tersebut ialah:
1. Ketajaman visus /VA
Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak 6 meter. Masing-masing
mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan menggunakan pinhole untuk
menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi. Penilaian diukur dari barisan terkecil
yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan benar, dengan nilai normal visus adalah 6/6.
Apabila pasien hanya bisa membedakan gerakan tangan pemeriksa maka visusnya adalah 1/300.
Jika pasien hanya dapat membedakan kesan gelap terang (cahaya) maka visusnya 1/∞.
2. Gerak bola mata (ocular motility)
Ocular motility merupakan pemeriksaan untuk mengetahui fungsi otot-otot mata serta inervasiya.
Penyakit katarak memang tidak mempengaruhi ocular motility pada umumnya.
3. Tes lapangan pandang
Pemeriksaan ini berutjuan mengetahui gangguan lapang pandang. Dasar pemeriksaan ini adalah
membandingkan lapang pandang penderita dengan pemeriksa. Jika penderita dan pemeriksa
sama-sama dapat melihat jari atau benda berarti lapang pandang penderita sama dengan
pemeriksa.
Jika pasien terlambat melihat jari atau benda, maka lapang pandang pasien lebih sempit. Lapang
pandang pemeriksa harus normal & tes dilakukan untuk mengetahui hemianopia temporal.
4. Uji bayangan iris
Bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Senter disinarkan pada pupil dengan
membuat sudut 45° dengan dataran iris& melihat bayangan iris pada lensa. Bila bayangan
iris pada lensa besar berarti letak kekeruhan jauh atau lensa belum keruh seluruhnya atau disebut
uji bayangan iris positif. Bila bayangan iris kecil atau dekat pada pupil maka disebut sebagai uji
bayangan iris negative.
5. Tekanan bola mata (Tonometri digital)
Pemeriksaan bertujuan untuk membandingkan tekanan bola mata penderita dengan tekanan bola
mata pemeriksa. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara penderita melihat kearah bawah lalu
kedua telunjutk pemeriksa diletakkan diatas kelopak mata atas + diatas sclera & ditekan secara
lembut, rasakan tekanan bola mata pasien.
6. Funduskopi
Pemeriksaan oftalmoskopi direk dapat digunakan untuk memeriksa segmen anterior (termasuk
lensa) maupun fundus. Kekeruhan yang ada pada lensa akibat katarak juga dapat diperlihatkan
pada pemeriksaan oftalmoskopi direk. Indikator lainnya pada oftalmoskopi direk untuk penderita
katarak adalah berkurangnya reflex merah. Refleks ini merupakan perubahan warna pupil
menjadi jingga kemerahan yang lebih terang dan homogen jika cahaya pemeriksa tepat sejajar
dengan sumbu visual yaitu saat pasien melihat ke arah cahaya oftalmoskop. Adanya kekeruhan
pada lensa dapat menghalangi seluruh atau sebagian reflex cahaya dan menyebabkan tampaknya
bintik atau bayangan gelap. Bila hal ini terjadi pasien dapat disuruh melihat ke tempat lain
sejenak kemudian kembali melihat cahaya, bila kekeruhan ini bergerak maka kemungkinan
letaknya ada dalam vitreus. Sedangkan bila tidak bergerak kemungkinan kekeruhan ini berasal
dari lensa. Pada stadium inpisien dan imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar
belakang merah jambu. Pada stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa
latar belakang merah jambu, lensa sudah keruh.
PEMERIKSAAN PENUNJANG4
Pemeriksaan penunjang berupa angiografi fundus untuk mengetahui adanya suatu
mikroaneurisma pada pembuluh darah yang memperdarahi retina. Prinsip pemeriksaan ini adalah
melihat gambaran pembuluh darah dengan bantuan media flouresein yang disuntikan melalui
vena lengan. Pada saat pemeriksaan ini dapat terlihat gambaran pembuluh darah retina.
Normalnya terlihat gambaran ground glass. Bila ada suatu mikroaneurisma seperti pada
penderita retinopati diabetes, maka pemeriksaan ini dapat menegakkan diagnosis tersebut.
Pemeriksaan penunjang selain yang dilakukan untuk mata ialah pemeriksaan
laboratorium darah. Hal ini penting mengingat pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus.
Pertama tentu darah rutin diperiksa sebagai parameter darah dasar.
Pemeriksaan darah yang kita dapat lakukan ialah memeriksa kadar glukosa darah. Misalnya gula
darah sewaktu Bukan DM <110 mg/dL, belum pasti DM 110-199 mg/dL, DM ≥ 200 mg/dL.5
Pemeriksaan GDS penting karena kita perlu mengontrol kadar glukosa darah pasien. Selain itu
pasien dengan diabetes memberi kontribusi untuk perjalanan penyakit kataraknya. DM juga
memiliki pengaruh besar terhadap berbagai kelainan di mata. Berbagai kelainan pada mata itu
jika kita ternyata menemukan kadar glukosa darah yang tinggi maka kita harus mengontrol kadar
gula darahnya.
Artinya tatalaksana yang dilakukan ialah control gula darah terlebih dahulu, karena pemulihan
pada mata akan terjadi ketika kadar blood glucose terkontrol dengan baik (jika kasus reversible)
selain itu akan sangat berbahaya jika gula darah menjulang tinggi dengan dibiarkan begitu saja.
Untuk memantau diabetes parameter yang sekarang popular diperiksa ialah HbA1c. HbA1c
merupakan ikatan antara glukosa dengan hb, dengan demikian pengukuran yang kita lakukan
melambangkan kondisi gula darah selama kurang lebih 3 bulan. Dengan demikian pemeriksaan
ini lebih akurat dalam memonitor DM, tidak seperti GDS yang nilainya bisa bervariasi
dipengaruhi intake karbohidrat beberapa waktu pada waktu tersebut. Kadar HbA1c hendaknya
dikontrol sampai dibawah 6,5 pada DM. Selain itu, kita bisa memeriksa kadar kolesterol darah,
untuk mengetahui apakah kadar kolesterolnya tinggi, sebagai salah satu faktor resiko penyakit
retinopasti diabetic.
Diagnosis UtamaKatarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas
lima puluh tahun. Penyebab katarak senilis sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Namun banyak kasus katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor keturunan, maka
riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan. Katarak secara klinik dikenal dalam lima stadium
yaitu insipien, imatur, intumessen, matur, hipermatur dan morgagni.3
Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi :
1. Nuclear sclerosis, merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras
dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat
(pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Penderita juga
mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru
2. Kortikal, terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama
bila menyetir pada malam hari. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji
menuju korteks anterior dan posterior
3. Posterior subcapsular, merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini
menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca
menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan trauma.
Diagnosis pembanding
1. Miopia3
Miopi adalah kelainan dimana pada myopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar
atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.
Dikenal beberapa bentuk myopia seperti:
Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama
dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media
penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan
lensa yang normal.
Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat malahan melihat terlalu dekat,
sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. Pasien dengan miopia akan
memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit.
Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah
aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole.
Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam
atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila
kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.
Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat
pada polus posterior fundus mata miopia, sclera oleh koroid. Pada mata dengan miopia tinggi
akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi macula dan degenerasi retina
bagian perifer.
2. Neuritis optik
Neuruitis optik adalah radang nervus optikus; penyakit ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua
jenis yakni intraocular dan retrobulbar. Intraocular menyerang saraf bola mata (papillitis)
sedangkan retrobulbar mengenai bagian saraf di belakang bola mata.
Faktor resiko neuritis optikus adalah
1. Usia Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia rata-
rataterkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena juga tetapifrekuensinya
lebih sedikit.
2. Jenis kelamin Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki.
3. Ras Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih dari pada ras yang lain.
Perjalanan penyakit mendadaik dengan turunnya tajam penglihatan yang dapat berlangsung
intermiten dan sembuh kembali dengan sempurna, dan bila sembuh sempurna akan
mengakibatkan atrofi papil saraf optic parsial atau total
Pada neuritis optic akan terdapat kehilangan penglihatan dalam beberapa jam sampai hari
yang mengenai satu atau kedua mata, dengan usia yang khusus 18-45 tahun, sakit pada rongga
orbita terutama pada pergerakkan mata, penglihatan warna terganggu, tanda uhthoff (penglihatan
turun setelah olah raga atau suhu tubuh naik).
Pada neuritis optic tajam penglihatan turun maksimal dalam 2 minggu. Pada sebagian besar
neuritis optic tajam penglihatan kembali normal sesudah beberapa minggu. Gangguan lapang
pandangan sentral atau sekosentral.
Pada satu mata akan terlihat defek pupil aferen relative atau adanya marcus gunn pupil.
Terdapat sel di dalam badan kaca. Edem papil dengan perdarahan lidah api (terutatam pada anak
dan pemuda) atau papil normal pada proses retrobulbar. Pengobatan neuritis, papilitis atau
neuritis retrobulbar, adalah sama yaitu kortikosteroid atau ACTH. Bersama-sama dengan
kortikosteroid diberikan juga antibiotic untuk menahan infeksi sebagai penyebab selain daripada
itu diberikan juga vasodilantasia dan vitamin.
ETIOLOGI
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik
(katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata.1 Katarak disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti :
Penyebab sistemik :
Faktor keturunan.
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid dan klorpromazin.
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
Operasi mata sebelumnya, sindrom sistemik (sindrom down, sindrom lowe).
Dermatitis atopik, trauma (kecelakaan) pada mata
Kadar kalsium yang rendah.
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :
1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.
2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.
EPIDEMIOLOGI2
Katarak senil ini terus berkembang menjadi salah satu penyebab utama dari
gangguan visual serta kebutaan di dunia. Umur merupakan faktor risiko yang penting untuk
terjadinya katarak senil. Penelitian mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%
orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai dengan sekitar 50% untuk
mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang beru
sia lebih dari 75 tahun. Sama halnya di Indonesia, katarak juga merupakan penyebab utama
berkurangnya penglihatan. Prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 % dari jumlah
penduduk dan katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu
0,7%. Berdasarkan beberapa penelitian katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding
pria dengan ras kulit hitam paling banyak.
MANIFESTASI KLINIS6
Tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada katarak meliputi:
Penglihatan yang kabur dan penurunan daya penglihatan yagn terjadi secara berangsur-
angsur tanpa rasa nyeri sebagai akibat kekeruhan lensa
Pupil yang bewarna putih seperti susu akibat kekeruhan lensa
Penurunan penglihatan akibat bayangan pada retina yang kurang jelas
Penglihatan yang lebih baik pada cahaya redup daripada cahaya terang bagi pasien yang
mengalami opasitas sentral; ketika pupil berdilatasi, pasien dapat melihat objek sekitar di
opasitas.
PATOFISIOLOGI
Katarak secara klinik dikenal dalam 5 stadium yaitu insipien, imatur, intumessen, matur,
hipermatur dan morgagni
1. Katarak insipient
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak
kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan
mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan
poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini
kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
2. Katarak immature
Sebagian lensa keruh atau katarak belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak
immature, akan terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder. Pemeriksaan shadow test positif.
3. Katarak intumessen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat yang degenerative menyerap air. Masuknya
air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini
akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumessen umumnya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks sehingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang akan
memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.
4.Katarak mature
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumessen tidak dikeluarkan
maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi
kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris/ shadow test negative.
5. Katarak hipermature
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal
maka korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu disertai dengan nucleus yang
terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak
Morgagni.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan katarak adalah dengan pembedahan namun bisa juga menggunakan obatan jika
katarak tidak terlalu mengganggu. Pembedahan dilakukan atas tiga indikasi yaitu indikasi social,
medis dan optik. Indikasi sosial jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan. Indikasi medis bila ada komplikasi seperti glaucoma dan indikasi
optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus
3/60.
1. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Ekstrasi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senile. Lensa
dan kapsul lensa diangkat dengan memutus zonula zinn yang telah mengalami degenerasi.
Pada saat ini pembedahan intraskapuler jarang dilakukan. Kerugian ICCE adalah hanya dapat
dilakukan implantasi IOL yang dapat menimbulkan komplikasi terhadap kornea. Selain itu, tidak
adanya barrier segmen anterior dan posterior bola mata memudahkan timbulnya suatu
komplikasi. Keuntungan ICCE adalah tidak terjadinya katarak sekunder karena seluruh
komponen lensa diangkat. Teknik ini digunakan dalam kasus tertentu antara lain bila terjadi
subluksasio lensa atau dislokasi lensa.
2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsul lensa. Gelombang suara dengan frekuensi tinggi
(fakoemulsifikasi) bertujuan untuk memperlunak lensa sehingga memudahkan pengambilan
lensa melalui sayatan kecil.
Pembedahan dilakukan pada pasien katrak mudak pasien dengan kelainan endotel dan
keratoplasti, implantasi lensa intraokuler, pasca bedah ablasi. Penyulit yang timbul saat
pembedahan ini adlaah terjadinya katarak sekunder.
KOMPLIKASI
I. Lens induced glaucoma
Katarak dapat berubah menjadi glaukoma dalam tiga cara :
1. Phacomorphic glaucoma
Keadaan dimana lensa yang membengkak karena absorbsi cairan. Sudut yang
tertutup menghalangi jalur trabekular dan TIO meningkat. Ini merupakan jenis
glaukoma sudut tertutup sekunder.
2. Phacolytic glaucoma
Pada stadium hipermatur, protein lensa mencair ke COA dan dimakan oleh
makrofag. Makrofag yang membengkak akan menyumbat jalur trabekular dan
mengakibatkan peninggian TIO. Jenis ini merupakan glaukoma sudut terbuka
sekunder.
3. Phacotoxic Glaucoma
Lensa hipermatur dapat mengalami pencairan dan dapat meningkatkan TIO
karena menutup pupil atau sudut bilik depan.
II. Lens Induced Uveitis
Protein lensa merupakan suatu antigen yang tidak terekspos oleh mekanisme
imunitas tubuh selama perkembangannya. Saat terjadi pencairan ke bilik depan,
protein lensa akan dikenali sebagai benda asing dan mengakibatkan terjadinya reaksi
imun. Reaksi imun ini akan mengakibatkan uveitis anterior yang ditandai dengan
adanya kongesti siliar, sel, dan fler pada humor aqueous.
III. Subluksasi atau Dislokasi Lensa
Pada stadium hipermatur, zonula zinii pada lensa dapat melemah dan rusak. Hal ini
menyebabkan subluksasi lensa, dimana sebagian zonula zinii tetap utuh dan terdapat
bagian sisa lensa, atau dislokasi, dimana seluruh bagian zonula zinii telah rusak dan tidak
ada sisa lensa.
PENCEGAHAN1
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah.
Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah
berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan
berkembangnya katarak dengan:
Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata
Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.
** Vitamin A : dapat diperoleh dari hati, telur, dan sayur seperti wortel maupun bayam. Vitamin
A ini penting dalam fungsi retina, juga membantu, mata beradaptasi dengan cahaya terang dan
gelap. Vitamin A mengurangi risiko terbentuknya katarak dan degenerasi makular terkait usia.
** Vitamin C : selain memperkuat tulang dan otot serta menjaga kesehatan gigi dan gusi,
vitamin C juga penting dalam menjaga kesehatan mata. Vitamin C mampu mengurangi risiko
katarak dan degenerasi makular. Sumber vitamin C dapat dijumpai padajeruk, stroberi, brokoli,
dan paprika.
** Vitamin E : dikaitkan juga dengan pencegahan katarak dan memperlambat perkembangan
katarak. Kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, serta produk yang diperkaya vitamin E adalah
sumber vitamin E yang baik.
** Selenium dan zinc : dua komponen ini menjadi mineral kunci untuk membantu proses
oksidasi. Mineral tersebut membantu tubuh menyerap antioksidan. Kecukupan mineral ini dalam
makanan sehari-hari juga membantu mencegah penyakit mata. Selenium dapat dijumpai pada
makaroni dan keju. Sementara zinc bisa diperoleh dari keju, yogurt, daging merah, dan beberapa
sereal yang diperkaya dengan mineral zinc.
PROGNOSIS1
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka
prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
KESIMPULAN
Katarak senile merupakan jenis katarak yang lazim timbul pada orang lanjut usia (> 60
tahun). Katarak senile disebabkan adanya proses degenerasi pada lensa sehingga terjadi
kekeruhan. Gejala yang menonjol adalah pandangan menjadi kabur seperti ditutup tirai.
Penatalaksanaan yang harus dilakukan adalah dengan operasi penggantian lensa sebelum
timbulnya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan GD, Asbury T, Eva RP. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya
Medika; 2000.h.401-406.
2. Lumbantobing S. Neurologi Klinis Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI 2006. Hall 25-46.
3. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.200-11;
218-20.
4. Halim SL, Iskandar I, Edward H. Patologi klinik kimia klinik. Jakarta: Bagian Patologi
Klinik FK UKRIDA; 2011.h. 51-9.
5. Sibuea WH, Frenkel M. Pedoman dasar anamnesis dan pemeriksaan jasmani. Jakarta:
Sagung Seto; 2008.h.7-15.
6. Kowalak JP. Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC, 2011. Hal.592-600.