Post on 21-Aug-2018
SKRIPSI
MAGDALENA TRESYE
KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLtjK WETBOEK (B .W .)
n i Q i nt̂ npa.vAnAAn
■CCJTBDSTTAC MVJJMCCA' S U R A U A Y A
7 ^ . rrrfyf ~
FAKULTAS H U K U M UNIVERSITAS AIRLANGGA
S U R A B A Y A
1908
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
KEDUDUKAN AHLI WARIS TESTAMENTAIR
DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
SKRIPSI
OLEH :
MAGDALENA TRESYE
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
KEDUDUKAN AHLI WARIS TESTAMENTAIR
DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS
DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK
MENCAPAI GELAR SARJANA ITUKUM
OLEH :
MAGDALENA TRESYE
038311630
DOSEN V eMBIMBING DAN PENGUJI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
1988
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, saya dapat menyelesaikan skripsi yang ber-
judul : "Kedudukan Ahli Waris Testamentair Dalara Pewaris-
an Menurut Burgerlijk Wetboek (B.W.)". Di samping itu, de-
ngan karunianya juga saya dapat memenuhi kewajiban saya
dalam mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Airlangga Surabaya.
Dalam pembuatan skripsi ini, saya mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepa-
da :
1. Bapak Dr R. Soetojo Prawirohamidjojo, S.H., selaku do-
sen pembimbing saya yang telah dengan tulus dan ikhlas
raembimbing saya dalam pembuatan skripsi ini ;
?. Para dosen penguji yang telah menguji skripsi ini ;
3. Runda Maria yang telah mengabulkan permohonan saya ;
k* Seluruh staf Pengadilan Negeri Malang ;
cj, P.-ipak Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga Sura
baya beserta seluruh staf pengajar dan karyawannya yang
telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini ;
6. Pengurus Seksi Sosial Wilayah XV Paroki Hati Kudus Ye-
ous Surabaya ;
7. Keluarga Bapak Soetarno dan keluarga Bapak Chandra ;
8. Orang tua, serta saudara-saudara saya yang tercinta
iii
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
yang telah memberikan dorongan di dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Seraoga Tuhan selalu melimpahkan rahmatnya kepada beliau-
beliau yang telah saya sebutkan di atas.
Akhirnya kepada pembaca skripsi ini, saya akan me-
rasa gembira sekali ata6 segala kritik dan saran yang po-
sitif untuk penyempurnaan skripsi ini. Hal ini disebabkan
pembahasan skripsi ini pasti ada kelemahan dan kekurangan-
nya.
Surabaya, Oktober 1988
MAGDALENA TRESYE
iv
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
d a f t a r Isi
KATA PENGANTAR ............................................. iii
DAFTAR ISI ............................................. v
BAB I : PENDAHULUAN
1. Permasalahan, Latar Belakang dan Rumus-
annya ........................................ 1
2. Penjelaoan Judul ........................... 5
3. Ala6an Pemilihan Judul .................... 5
k* Tujuan Penulisan ........................... 6
5. Metodologi .................................. 6
6. Pertanggungjawaban Sistematika ........... 8
BAB II : TINJAUAN TENTANG PEWARISAN
1. Timbulnya Pewarisan dan Macam-macamnya .. 10
2. Cara-cara dan Syarat-syarat Pewarisan ... 15
3. ffarta Peninggalan Yang Dapat Diwaris .... 19
BAB III : KEDUDUKAN AHLI WARIS TESTAMENTAIR
1. Perihal Testaraen ........................... 22
2. Legitieme Portie :
a. tujuan dan ketentuan-ketentuan pem-
batasan ; ................................ 32
b. siapa-siapa yang berhak atas legi
tieme portie ; .......................... 35
c. pengaruh penolakan dan ketidakpan-
tasan untuk mewaris .................... 38
3. Kedudukan Ahli Waris Te&tamontair ....... ^0
v
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
BAB XV : KASUS-^KASUS TENTANG AHLI WARIS TESTAMENTAIR
1. Kasus Harta Warisan Dalam Kaitannya Dengan
Kedudukan Ahli Waris Testamentair Di bidang
Sah Tidaknya Suatu Testamen ................ k3
2, Kasus Harta Wari6an Dalam Kaitannya Dengan
Kedudukan Ahli Waris Testamentair Di bidang0
Pencairan Deposito .......................... 52
BAB V : PENUTUP
1. Kesimpulan .................................... 58
2. Saran .......................................... 58
DAFTAR BACAAN
vi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
BAB I
PENDAHULUAN
1. PermaBalahan. Latar Belakang dan Rumusann.ya
Pada hakekatnya, manusia secara kodrat cenderung
untuk hidup bermasyarakat. Kecenderungan tersebut adalah
didorong oleh rasa manusiawi yang ingin berkumpul dengan
sesamanya. Hal ini sesuai dengan ajaran Aristoteles yangtr
menyataknn bahwa manusia adalah "zoon politicon", yang
berarti :
Bahwa manusia itu sebagai mahltik pada d&sarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia la- innya, jadi mahluk yang suka bermasyarakat. Oleh kare* na sifatnya yang suka bergaul satu 6ama lain maka manusia disebut mahluk sosial.
Dengan demikian, di dalam kehidupannya manusia itu selalu
berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan-hubungan ini
menyangkut bermacam-macam hal, dan bahkan menyangkut pula
tentang barang-barang yang mereka miliki. Dari hubungan-
hubungan inilah kemudian timbul hak-hak dan kewajiban-ke-
wajiban manusia yang satu terhadap manusia yang lain.
Hak dan kewajiban manusia atau seseorang ini akan
menjadi percoalan bila orang tersebut meninggal dunia, ka-
rena pada umumnya pihak yang ditinggalkan oleh orang yang
meninggal dunia itu bukanlah seorang manusia yang lain.
atau sebuah barang saja. Hal yang lebih penting adalah
1Kans.il C.S.T., PenKantar Ilmu Hukum, Balai Pusta- ka, Jakarta, 1979, h. 27.
1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
2
perbuatan-perbuatan atau hubungan-hubungan orang tersebut
pada-waktu ia masih hidup dengan orang lain, berpengaruh
langsung pada pola kepentingan di dalam masyarakat teruta-
ma keluarganya. Terhadap kepentingan-kepentingan inilah di-
butuhkan suatu peraturan hukum yang mengatur bagaimana agar
lingkup keluarga tadi bisa terhindar dari akibat hukum yang
merugikan keluarga tersebut.
Hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang yang me-j.
ninggal dunia dapat berupa segala sesuatu yang mempunyai
sifat keduniawian dan segala sesuatu yang mempunyai sifat
kerohainan. Segala sesuatu yang mempunyai sifat keduniawian
itu dapat dianggap dengan sendirinya beralih kepada orang
lain yang ditingg#lkan oleh seseorang yang meninggal dunia
tersebut. Sedangkan segala sesuatu yang mempunyai sifat ke-
rohamian itu mengandung unsur-unsur kepribadian seseorang,
sehingga tidak mungkin dapat dialihkan kepada orang lain.
Pengertian warisan yang dimaksud dalam pembahasan
ini terbatas pada hal-hal yang bersifat keduniawian, yaitu
suatu hal yang menyangkut harta kekayaan atau kebendaan
yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia, yang ke-
mudian beralih kepada orang yang dianggap mempunyai hak-
hak dan kewajiban-kewajiban di dalamnya sebagaimana yang
dikatakan oleh Wirjono Prodjodikoro : "Warisan itu adalah
soal apakah dan bagaimana pelbagai hak-hak dan kewajiban-
kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia mening
gal dunia, akan beralih kepada orang lain yang masih hi-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
3
dup".2
Bertolak dari keadaan yang demikian inilah sering-
kali kita dengar adanya sengketa di antara anggota keluar
ga tentang masalah siapakah yang dapat melanjutkan hubung-
an hukum pewarisan itu. Dalam praktek sering terjadi bila-
mana ada seorang yang meninggal dunia dengan meninggalkan
harta kekayaan, maka akan timbul perselisihan di antara
anak-anaknya sebagai ahli waris mengenai pembagian harta
warisan tersebut. Ada yang minta bagian lebih banyak sebab
merasa bahwa dia 6ebagai anak laki-laki tertua, atau ada
yang merasa berhak untuk mendapat warisan walaupun dia di-
lahirkan oleh ibu atau ayah yang berlainan atau di luar
perkawinan sebagai anak luar kawin,
Begitu pula sering timbul perselisihan karena si
pewaris tidak adil. Dia (pewaris) sebelum meninggal dunia
membuat suatu pesan atau testamen terhadap harta kekayaan-
nya, yang isinya menguntungkan orang lain atau pihak ketiga
yang bukan sanak keluarganya, dan merugikan bagian harta
warisan daripada anak-anaknya sendiri maupun anggota kelu-
arganya yang lain.
Dari keterangan di atas diketahui bahwa ahli waris
itu bisa digolongkan dalam dua golongan, yaitu :
1. Ahli waris yang tidak berdasarkan testamen, yaitu ahli
pWirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan 5i Indonesia,
cet. VII, Sumur Bandung, Bandunf, 1983, h. 13
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
waris atau orang yang berhak mewaris berdasarkan adanya
hubungan darah dengan pewaris. Ahli waris ini disebut
juga sebagai ahli waris ab-intestato.
2. Ahli waris testamentair, yaitu ahli waris berdasarkan
ketetapan suatu testamen.
Adanya dua golongan ahli waris ini juga sering me*.',
nimbulkan masalah, karena sanak keluarga pewaris sebagai
ahli waris berdasarkan hubungan darah atau ab-intestato
merasa dirugikan dengan adanya ahli waris testamentair.
Mungkin juga dalam hal tersebut terjadi sengketa
yang menganggap bahwa testamen yang dibuat oleh pewaris
itu palsu. Maksudnya testamen tersebut sebenarnya tidak
dibuat oleh pewari6, trtapi oleh orang lain. Sehingga tes
tamen tersebut tidak berlaku atau batal demi hukum.
Sedangkan testanfen itu sendiri mempunyai tiga macara
bentuk, yaitu ; testamen umum, testamen olografis, dan tes
tamen raha6ia«
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka eaya ter-
tarik untuk raenulis masalah-masalah tersebut dengan rumuean
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah yang akan terjadi dengan meninggalnya seseorang,
yaitu apakah yang akan terjadi dengan hak-hak serta ke
wa jiban-kewa jiban dari orang yang meninggal dunia?
Bagaimana tentang segala sesuatu yang ditinggalkannya,
apakah semua hak-hak serta kewajiban-kewajibannya juga
lenyap beraamaan dengan meninggalnya orang tersebut? ;
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
5
2. Bagaimanakah kedudukan ahli waris berdasarkan testaraen?
Hal ini juga akan saya bahas.
Dengan alasan inilah maka saya tertarik untuk mera-
bahas masalah kedudukan ahli waris testamentair dalam pe-
warisan menurut Burgerlijk Wetboek, karena masalah ini Be
ring menimbulkan perselisihan di antara sesama ahli waris,
baik itu ahli waris ab-intestato maupun ahli waris testa
mentair.
2. Pen.jelasan Judul
Pengertian kedudukan yang saya pergunakan dalam pe-i
nulisan skripsi ini adalah mengenai posisi seseorang yang
sebenarnya dalam pewarisan yang telah jatuh meluang, Se-
dangkan yang dimaksud dengan ahli waris testamentair ada
lah ahli waris atau orang yang berhak mewaris berdasarkan
ketetapan suatu testamen. Pewarisan adalah proses peralih-
an hak dan kewajiban dalam bentuk materiil.
3* Alasan Pemilihan Judul
Seperti apa yang kita ketahui, akhir-akhir ini ra-
mai sekali dibicarakan orang mengenai testamen, baik itu
mongenai keaslian suatu testamen ataupun mengenai keduduk
an ahli waris testamentair dalam suatu pewarisan. Apalagi
dengan adanya kasus pewarisan Han Poo Hok yang begitu ra-
mai hingga dimuat dalam majalah-majalah maupun koran-koran,
Berdasarkan kenyataan ini, saya tertarik untuk menulis ma
salah kedudukan ahli waris testamentair, supaya orang yang
tidak men^etahui atau memahami mengenai ahli waris testa-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
6
mentair dapat mengerti, bagaimana sebenarnya kedudukan ah
li waris tersebut. Di samping itu dengan adanya penulisan
skripsi ini, saya berharap agar masyarakat berhati-hati
dalam membuat suatu testamen, Sehingga bila orang tersebut
meninggal dunia tidak-timbul sengketa di antara sesama ah
li waris.
Tu.iuan Penulisan
Berdasarkan ketentuan yang ada, seorang mahasiswa
yang hendak menyelesaikan studinya pada suatu Perguruan
Tinggi wajib membuat suatu karya tulis yang berupa skripsi.
Dalam kaitan inilah saya membuat dan menyusun skripsi ini.
Selain itu, juga untuk memberikan 6edikit sumbangan pemi-
kiran kepada masyarakat tentang masalah ahli waris testa
mentair, Dengan suatu harapan melalui permasalahan yang
saya kemukakan, para mahasiswa yang lain merasa terundang
untuk menelaah lebih dalam lagi.
5. Metodologi
a. Pendekatan masalah.
Terhadap masalah yang dibahas ini, saya melakukan
pendekatan masalah secara yuridis dan sosiologis. Yuridis
dalam arti, menitikberatkan pada peraturan perundang-undang-
an yang berlaku sebagai pedoman pembahasan masalah. Sedang-
kan Rosiologio dalam arti meneliti dan mengamati dari segi
praktek penyelenggaraan dalam masyarakat secara nyata.
b. Sumber data.
Untuk memperoloh data yang diperlukan, yang raenjadi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
7
sumber utama skripsi ini adalah literatur atau buku-buku
bacaan yang ada di perpustakaan, maupun yang saya miliki.
Di samping itu juga bahan-bahan bacaan lainnya seperti,
surat kabar maupun majalah, serta dengan melihat praktek
di pengadilan.
c, Prosedure pengumpulan dan pengolahan data.
Berhubung penulisan skripsi ini didasarkan pada fak-
ta atau kenyataan, maka data ini dikumpulkan dengan jalan
membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan pembahasan-
masalah ini. Juga dari instansi yang mempunyai hubungan de
ngan pembaha6an skripsi ini. Setelah data terkumpul, dila-
kukan pengelompokan dan pepyeleksian antara data yang erat
kaitannya dengan pokok permasalahan dengan data yang kurang
erat kaitannya dengan pokok permasalahan, tetapi tetap di-
perlukan dalam mengadakan pembahasan.
d. Analisis data.
Dalam mengadakan analisis data saya menggunakan me-
tode deduksi, induksi, serta analitik sintetik. Deduksi
adalah suatu penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum
untuk diterapkan pada hal-hal atau persoalan-persoalan khu-
s u b . Induksi adalah suatu cara untuk mempelajari sesuatu
dengan menyelidiki fakta-fakta dan merafcgkaikan fakta-fakta
yang khusus itu menjadi suatu pemecahan yang bersifat umum,
Analitik sintetik adalah mempelajari fakta-fakta khusus me-- *
nuju ke suatu pernyataan umum, kemudian menarik kesimpulan
dari pernyataan umum tersebut untuk dijadikan dasar dalam
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
8
memecahkan persoalan tertentu.
Penggunaan metode-metode tersebut diharapkan pemba*
hasan dapat memenuhi sasaran yang diharapkan. Sehingga pe-
nulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara il-
miah.
6. PertangftunK.jawaban Sistematika
Skripsi ini saya susun dengan menggunakan sistema- .
tika sebagai tersebut di bawah ini.
Pada awal sekali saya akan membahas secara umum apa
yang menjadi permasalahan, dengan jalan merumuskannya se
cara umum. Hal demikian ini saya lakukan sebab bagian awal
adalah bagian pengenalan secara umum dan menyeluruh dari
isi pokok pembahasan selanjutnya. Dalam bagian ini saya ju-
ga mentfemukakan dan memberi penjelasan tentang judul skrip-4
si, alasan-alasan saya merailih judul tersebut, serta tuju-
an yang ingin dicapai dalam membahas masalah skripsi ini,
metode penulisan yang saya pergunakan, dan yang terakhir
adalah mempertanggungjawabkan sistematika pembahasan. Pem
bahasan ini saya letakkan dalam Bab I.
Dalam Bab II saya akan menjelaskan tentang pengerti-
an umum pewarisan yang menyangkut timbulnya pewarisan dan
macam-macamnya, cara-cara dan syarat-syarat pewarisan, eer-
ta harta peninggalan yang dapat diwaris. Saya meletakkan
pembahasan ini dalam Bab II karena dengan diketahuinya hal-
hal tersebut di atas (khususnya tentang ahli waris), mak$
saya baru dapat membahas mengenai kedudukan ahli waria tes-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
9
tsmentair.
Berikutnya saya akan membahas mengenai apa yang di-
sebut testamen serta bentuk-bentuknya, dan bagaimana pern-
batasannya dengan adanya legitieme portie. Sehingga dike-
tahui kedudukan ahli waris testamentair. Ini saya jelaskan
dalam Bab III.
Dengan memahami hal-hal tersebut di atas, dalam
Bab IV saya mencoba menerapkannya dalam suatu kasus untuk
dibahas dan diketahui bagaimana sesung^uhnya bila masalah
di atas terjadi di dalam praktek. Dengan demikian masalah
tersebut menjadi jelas.
Pada akhir pembahasan, saya akan membuat kesimpulan
dan saran. Hal ini saya maksudkan untuk memberikan infor-
masi kapada masyarakat bahwa untuk membuat testamen itu
harus diperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Sehingga
bila pembuat testamen tersebut meningeal dunia dapat dihin-
darkan terjadinya perselisihan antara sesama ahli waris.
Kesimpulan dan saran ini saya letakkan pada Bab Penutup,
yaitu Bab V,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
TINJAUAN TENTANG PEWARISAN
1. T imhulnya Pewarisan dan Macam-macamnya
Pada dasarnya manusia hidup di dunia mengalami tiga
peristiwa penting, yaitu kelahiran, perkawinan, dan kemati-
an. Tiga peristiwa ini seperti lingkaran yang selalu menge-
Lilingi hidup manusia dan yang selalu dihadapi dalam kehi-
dupan bermasyarakat pada umumnya dan seseorang pada khusus-
nya.
Peristiwa pertama, yaitu kelahiran. Kelahiran adalah
suatu peristiwa lahirnya seorang manusia di dunia ini seba
gai anggota keluarga dan sekaligus sebagai anggota maeyara-
kat. Sejak adanya kelahiran ini maka timbullah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban antara si bayi dengan kedua orang tua-
nya (kecuali pasal 2 B.W., meskipun bayi masih dalam kan-
dungan, kalau kepentingannya menghendaki, maka bayi dalam
kandungan tersebut dianggap sudah ada sudah lahir).
Peristiwa kedua adalah perkawinan. Menurut pasal 1
Undang-undang No.1 tahun 197*t, Perkawinan adalah ikatan la
hir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal berctasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Membentuk
keluarpa yang bahagia, erat hubungannya dengan keturunan,
don koturunan-keturunan inilah yang kelak akan menggantikan
orang tuanya apabila orang tuanya meninggal dunia (raaksud-
nya menggantikan hak dan kewajiban orantf. tuanya yang mening-
BAB II
10
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
gal tersebut), Di samping itu pula anak merupakan waris
pertama bagi harta peninggalan orang tuanya.
Peristiwa kematian, yang merupakan peristiwa ketiga
merupakan peristiwa yang penting bagi manusia dalam kehi-
dupan bermasyarakat. Bagi masyarakat, dengan meninggalnya
seseorang berarti telah kehilangan salah satu wargsnya
yang mungkin mempunyai kedudukan penting dalam masyarakat
tersebut (misalnya sebagai pemuka agama, tokoh masyarakat,
dan sebagainya). Di samping itu pula, seseorang tersebut
tentunya telah meninggalkan hak-hak dan kewajiban-kewajib-
annya dalam masyarakat. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban
ini akan tetap dipersoalkan, walaupun orang tersebut telah
meninggal dunia, karena hal ini berhubungan dengan suatu
peristiwa, yaitu peristiwa pewarisan. "Pewarisan adalah
suatu proses apakah dan bagaimana berbagai hak dan kewajib-
an tentang kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia,
akan beralih kepada orang lain yang masih hidup1'.^
Dari koterangan tersebut, dapatlah diambil kesimpul
an bahwa pewarisan itu timbul sejak terjadinya peristiwa
kematian, Sehingga kematian merupakan syarat mutlak untuk
dapat terjadinya pewarisan, 6eperti halnya yang diatur da
lam pasal 830 B.W. yaitu, "Pewarisan hanya berlangsun^ ka
rena kematian"
^Ibid,, h. 8.
/+Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, cet. XVI, Pradnya Paramita, Jakarta, 1983>h*207.
11
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
12
Yang dimaksud kematian disini adalah kematian wajar
(natuurlijke dood) dan tidak termasuk kematian perdata (bur-
gerlijke dood), yang memang tidak dikenal dalam perundang-
undangan kita. Kematian perdata ini hanya dikenal dalam pa
sal 718 Code Civil.
Bilamana seseorang dinyatakan "disangka matiM maka
warisannya berpindah kepada orang yang disangka menjadi ah
li warisnya. Namun, hal ini bukan berarti suatu penyimpang-
an dari ketentuan pasal 850 B.W. selama pemindahannya itu
adalah hanya sementara dan dengan syarat, yaitu apabila se
seorang yang disangka mati itu masih hidup, maka barang-ba-
rang yang telah diwariskan itu menjadi miliknya kembali,
dan ia mempunyai hak untuk menuntut dari orang-orang yang
disangka menjadi ahli warisnya. Mengenai hal tersebut dia-
tur dalam pasal **8^ B.W. yang menyatakan :
Apabila waktu selama tigapuluh tahun telah lrwat, sete- lah hari pernyataan barangkali meninggal tercantura dalam putusan atau, apabila sobelum itu, waktu selama se- ratus tahun telah lewat, semenjak hari lahir si tak ha- dlir, maka terbebaslah sckalian penanggung, sedangkan pembagian harta kekayaan yang ditinggalkan, sekadar ini tolnh berlangsung, pnra barangkali ahli waris boleh mrn.^adakan pemba£ian yang tetap, sepertipun hak-hak la-
atas harta penin^galan, boleh tetap dinikmati pu^1 .. Pcmikian hak istimewa akan pendaftaran berakhir, ’lung^n para barangkali ahli waris harus diwajibk*n
tm .v rimn atau menolak, menurut peraturan yang ada.
Denman demikian pewarisan dapat timbul bukan karena kemati
an., Sekali lagi, hal ini bukan merupakan penyimpangan dari
pasal 830 B.W.
5 Ibid., h. 11*9.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
13
Pewarisan itu dibedakan dalam dua macam, yaitu :
1. Pewarisan berdasarkan undang-undang, disebut juga pewa
risan ab-intestato.
2. Pewarisan berdasarkan testamen, yang disebut juga seba
gai pewarisan testamentair.
Di dalam B.W. kita pewarisan berdasarkan undang-undang di-
bicarakan terlebih dahulu, baru kemudian pewarisan testa
mentair.
Menurut pasal 832 B.Vf. ahli waris menurut undang-
undang adalah sanak keluarga dan janda atau duda. Ini ber-
arti untuk menjadi ahli waris ab-intestato haruslah ada
hubungan darah (kecuali suami atau istri yang saling mewa-
ris, bila salah seorang dari keduanya meninggal dunia).
Jadi ahli wari6 menurut undang-undang (ab-intestato-) ada
lah ahli berdasarkan adanya hubungan keluarga dengan pewa
ris sampai dengan derajat keenam, dan janda atau duda. Se-
dangkan orang-orang yang menjadi sanak keluarga karena
perkawinan, bukanlah ahli waris ab-intestato. Demikian pu
la dengan bekas suami atau istri yang perkawinannya telah
dibubarkan pada waktu hidupnya si pewaris, entah karena
percoraian atau karena alasan lain. Akan tetapi untuk su
ami istri yang hanya pisah meja dan tempat tidur, suami
atau istri yang masih hidup berhak untuk mewaris.
Ahli waris ab-intestato dapat dibagi dalam empat
golongan, yaitu :
1. Ahli waris golongan I, yaitu terdiri dari suami atau
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
istri yang hidup terlama, anak-anak serta keturunannya.
2. Ahli waris golongan II, yaitu orang tua (ayah dan atau
ibu), eaudara-saudara sekandung serta keturunannya.
3. Ahli waris golongan III, terdiri dari kakek dan nenek,
baik dari pihak ayah ataupun ibu serta leluhur, sete-
rusnya ke atas daripada pewaris.
Ahli waris golongan IV, yaitu paman dan bibi, baik dari
pihak ayah maupun ibu, keturunan mereka sampai derajat
keenam, serta saudara-saudara dari kakek dan nenek be-
serta keturunannya, sampai derajat keenam dari pewaris.
Dalam pembagian warisan terdapat ketentuan-ketentu-
an sebagai berikut :
Apabila ahli waris; golongan I masih ada, atau masih hidup,
maka ahli waris golongan II dan selanjutnya tidak akan da-
pat mewaris, karena tertutup oleh ahli waris golongan I
tadi. Tetapi apabila ahli golongan I tidak ada, maka ahli
waris golongan II yang mewaris, demikian seterusnya. Hal
ini berarti penggolongan ahli waris tersebut bersifat pem-
bedaan prioritas. Kalau semua golongan ahli waris tidak
ada, maka negaralah yang menerima harta peninggalan, teta
pi tidak sebagai ahli waris, karena negara hanya diwajib-
kan untuk membayar hutang-hutang si peninggal warisan se-
kedar warisannya itu mencukupi. Selanjutnya negara tidak
boleh memiliki harta warisan sebelum ada keputusan dari
hakim (pasal 833 ayat 3 B.W.).
Berbeda dengan pewarisan ab-inteetato, maka yang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
15
dimaksud dengan pewarisan testamentair, yaitu apabila seo-
rang yang semasa hidupnya sudah memikirkan bagaimana cara
yang baik untuk mewariskan harta kekayaannya setelah ia
meninggal dunia. Mungkin saja ia mau menyimpangi ketentuan-
ketentuan di dalam hukum waris yang biasanya dipakai, kare
na ia menganggap bahwa ketentuan itu tidak sesuai dengan
kehendaknya. Atau, ia beranggapan pula bahwa dengan menyim
pangi ketentuan-ketentuan yang biasanya dipakai itu, maka
ia berharap perselisihan di antara ahli waris dikemudian
hari bisa dihindari. Oleh karena itu ditetapkanlah suatu
ketentuan tersendiri mengenai siapakah yang akan mendapat-
kan barang-barang tertentu dari harta warisan, atau siapa
kah yang akan dijadikan ahli warisnya. Ketentuan-ketentuan
yang dibuat oleh seseorang tadi harus dimuat dalam suatu
testamen. Pewarisan dalam bentuk demikian yang dinamakan
powarican berdasarkan testamen.
Dalam pewarisan testamentair, pewaris dapat menya-
tak^n atau menentukan apa yang akan terjadi terhadap harta
kekayaannya setelah ia meninggal dunia. Pernyataan penen-
an ini dapat dinamakan juga kehendak terakhir dari pewaris
Keh-ndak terankir ini biasanya selalu dihormati oleh ahli
warisnya, sehingga mereka rela raelakukan kehendak terakhir
pewaris tersebut, karena ahli waris menganggap bahwa kehen
dak terakhir itu sebagai suatu pesan terakhir yang diingin-
kan oleh pewaris.
2. Cara-cara dan Syarat-syarat Pewarisan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
16
Seseorang itu dapat mewaris dengan dua cara, yaitu :
a. Mewaris dengan kekuatan diri sendiri.
Mewaris untuk diri sendiri atau kekuatan diri sendiri
maksudnya adalah orang yang mempunyai kedudukan sebagai ah
li waris dalam harta peninggalan yang ditinggalkan oleh pe
waris. Sebagai contoh : A mempunyai dua orang anak, yaitu
0 dan C. B dan C ini masing-raasing mempunyai anak. B dan C
telah membunuh ayahnya, dan karena itu mereka telah dihukum.
Untuk ini cucu A (anak-anak B dan C) mewarisi harta pening
galan A untuk diri sendiri atau dengan kekuatan diri sendi
ri. Bahwa ayah mereka adalah orang yang tidak pantas untuk
menerima warisan, tidak menghalangi hal ini, Pembuat undang-
undang telah mengatur pula bahwa ayah yang tidak pantas itu-
pun tidak dapat menikraati dengan jalan tidak langsung dari
harta peninggalan itu, dan karena itu kepada mereka tidak
diberikan hak orang tua untuk menikmati hasil dari barang-
barang yang diwarisi gleh anak-anak mereka dari ayahnya (A).
Sebagai orang tua, mereka memang memegang pengelolaan dari
bagian-bagian kekayaan yang diperoleh anak-anaknya.
b. Mewaris dengan, atau karena penggantian tempat.
Maksudnya adalah ahli waris atau orang yang muncul dalam
pewarisan untuk menggantikan orang lain yang merupakan ahli
waris sebenarnya. Orang lain itu haruslah sudah meninggal
dunia sebelum pewaris meninggal dunia. Misalnya : A mening
gal dunia, ia mempunyai dua orang anak, yaitu B dan C.
C sudah meninggal lebih dahulu dan meninggalkan anak D.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
17
Untuk ini, maka D dapat menggantikan kedudukan C dalam me-
warisi harta peninggalan A. Kedudukan orang yang mengganti
kan ahli waris adalah sama dengan orang yang digantikannya.
Mewaris dengan penggantian tempat hanya terjadi pada ketu-
runan yang sah, sedangkan untuk anak luar kawin dan ahli
waris testamentair,. tidak dapat* Hal ini disebabkan anak
luar kawin (maakipun sudah diakui);tidak mempunyai hubungan
dengan keluarga sedarah dari ayah dan yang mengakuinya.
Untuk itu tidak akan terjadi pewarisan pada orang yang bu
kan keluarga eedarah. Pengakuan pada anak luar kawin hanya
bersifat hubungan perdata (hukum keluarga) antara anak l u - *
ar kawin dengan orang yang mengakuinya (pasal 280 B.W.).
Untuk memperoleh warisan, haruslah dipenuhi bebera-
pa syarat tertentu, yaitu :
1. Adanya orang yang meninggal dunia, yang disebut sebagai
pewaris (pasal 830 B.W.).
2. Seorang atau beberapa orang waris yang berhak menerima
harta peninggalan pewaris, harus sudah ada pada waktu
pewaris meninggal dunia (pasal 836 B.W.).
3. Adanya harta warisan, yaitu harta kekayaan yang diting-
galkan oleh pewaris dan yang beralih kapada ahli waris
nya,
Syarat pertama adalah syarat yang penting, karena
dengan meninggalnya seseorang maka timbullah pewarisan,
dan sejak saat itulah warisan dapat dibagikan kepadn ahli
warisnya.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
18
Syarat kedua mengandung suatu keharusan bahwa keti-
ka pewaris meninggal dunia, ahli waris sudah ada. Ini ber-
laku, baik bagi ahli waris ab-intestato (berdasarkan hu-
bungan darah atau kekeluargaan) maupun ahli waris testa
mentair, yang sebelumnya telah ditetapkan oleh pewaris da
lam suatu testamen. Dengan demikian bila ahli waris itu
sudah meninggal terlebih dahulu dari pewaris, maka ahli wa
ris tersebut tidak akan dapat mewaris. Yang dapat mewaris
hanyalah keturunannya, yaitu dengan cara menggantikan tem-
pat kedudukan orang tuanya yang merupakan ahli waris se-
sungguhnya, Penggantian ini hanya berlaku untuk ahli waris
ab-intestato.
Mengenai saat kematian dapat menimbulkan masalah,
jika seseorang yang mempunyai hubungan saling mewaris ter-
nyata telah meninggal dunia pada waktu yang bersamaan, atau-
pun tidak dapat ditentukan siapakah yang telah meninggal du
nia terlebih dahulu. Misalnya, bilamana terjadi kecelakaan,
dimana si peninggal warisan dan ahli warisnya itu kedua*j,.<
duanya meninggal dunia, yang mengakibatkan timbulnya masa
lah, yaitu mungkinkah terjadi suatu perpindahan harta waria-
an apabila si peninggal warisan bersama-sama ahli warisnya
m&np'-ilami kecelakaan dan meninggal dunia tanpa diketahui
denr hi tepat sinpa yang meninggal dunia terlebih dahulu an-
tara peninggal warisan dengan ahli warisnya. Pasal 836
B.’V. menentukan bahwa "dengan mengingat akan ketentuan dari
pasal 2 B.W. supaya dapat bertindak sebagai waris, seseorang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
19
harus telah ada pada eaat warisan jatuh meluang".^ Dalam
hal ini pasal 831 B.W. menentukan bahwa apabila beberapa
orang antara mana yang satu adalah menjadi waris yang lain
mengalami kecelakaan bersama-sama atau pada hari yang sana
meningeal dunia tanpa diketahui siapa yang meninggal terle-
bih dahulu, maka mereka dianggap meninggal dunia dalam wak
tu yang sama. Dengan demikian tidak terjadi perpindahan
harta warisan dari yang satu kepada yang lain.
Syarat ketiga mengandung suatu penyelesaian tentang
harta kekayaan yang mana yang ditinggalkan pewaris dapat
beralih kepada ahli warisnya. Hal ini untuk menentukan bah
wa tidak semua yang dimiliki oleh pewaris dapat beralih ke
pada ahli warisnya. Misalnya yang tidak dapat diwaris ada
lah ; perjanjian buruh dan majikan yang terhenti dengan. me-
ninggalnya si buruh, serta hak-hak yang ada di dalam B.W,
seperti, hak memetik hasil, hak pakai, dan Hak mendiaai dari
suatu barang.
3. Fnrta Peninggalan Yang Dapat Diwariskan
Menurut pasal 833 ayat 1 B.W, : Semua ahli waris ber-
tindak selaku pemilik atas harta benda pewaris dan mempero-
leh hak bagi dirinya untuk mengadakan dakwaan-dakwaan. Hal
ini biasanya disebut dengan "Saislne". Kata ini berasal da
ri bahasa Perancis "le mort saisit le vif", yang berarti,
peristiwa orang meninggal dipandang sebagai pemberian ke-
6Ibld., h. 208.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
20
sempatan kepada yang masih hidup untuk memiliki seraua ba-
rang-barangnya. Maksudnya, ahli waris bertidak kedalam hak
dan kewajiban pewaris segera setelah peninggal warisan (pe
waris) meninggal, tanpa diperlukan perbuatan-perbuatan dari
pihak pewaris dan tidak perlu pemberitaan terlebih dahulu.
Di samping itu ahli waris juga mempunyai hak untuk
menuntut harta peninggalan yang diwari6kan kepada ahli wa
ris, yang biasanya disebut dengan "hereditatis petitio"
(pasal 834 B.W.). Hak-*hak ini dirailiki baik oleh ahli waris
ab-intestato maupun testamentair. Dengan demikian, apabila
si pewaris meninggal dunia tidak hanya meninggalkan harta
warisan yang berwujud barang-barang nyata, akan tetapi juga
meninggalkan hutang-hutang yang seharusnya dibayar, atau
mungkin saja mempunyai piutang-piutang atau tagihan-tagihan
yang seharusnya menerima pelunasan. Untuk ini ketentuan un-
dang-undang, khususnya dalam B'.W. memandang bahwa yang di-
waris oleh ahli waris itu tidak hanya hal-hal yang mengun-
tungkan saja bagi mereka, akan tetapi juga hutang-hutang
dari si pewaris, Maksudnya,bahwa kewajiban membayar hutang-
hutang itu pada hakekatnya juga beralih kepada ahli waris
nya. Hal ini dengan pasal 1100 B.W. yang menyatakan :
"Para waris yang telah menerima suatu warisan diwajibkan da
lam hal pembayaran utang, hibah waeiat, dan lain-lain beban,
memikul bagian yang seimbang dengan apa yang diterima ma-
nsing-masing dari warisan", Sedangkan hal-hal yang tidak
7Ibid., h. 260.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
21
dapnt diwaris (seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya)
adalah ; hak pakai, hak mendiami, hak memetik hasil, dan
sebagainya.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
KEDUDUKAN AHLI WARIS TESTAMENTAIR
1. Perihal Testamen
Ketentuan pertama dari Bab keduabelas Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (B.W*) pasal 87*f menyatakan, bahwa
harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang menjadi hak ah-
Jli waris sah, sepanjang tentang hal itu tidak ditentukanQ
lain secara sah. Jadi di dalam B.W., suatu warisan mungkin
saja untuk sebagian diperoleh berdasarkan undang-undang,
dan untuk Bebagian yang lain diperoleh berdasarkan testa
men, atau mungkin juga seluruh harta warisan diperoleh ber
dasarkan testamen.
Testamen adalah suatu akta yang berisikan pernyataan
seseorang tentang apa yang akan atau harus terjadi, setelah
ia meninggal dunia, dan yang olehnya dapat dicabut kembali
(pasal 875 B.W.), Dari kriteria yang diatur dalam pasal
tersebut, dapatlah dikatakan bahwa dalam testamen terkan-
dung dua sifat. Pertama, baru berlaku setelah si pembuat *
testamen (si pewaris) meninggal dunia. Hal ini tidak berar-
ti bahwa testamen harus berlaku segera setelah pewaris me
ningeal dunia. Cukup, asal berlakunya digantungkan dari ke
matian si pewaris. Jadi bisa saja ditentukan bahwa testamen
itu baru berlaku setahun setelah si pewaris meninggal dunia.
Kedua, dapat dicabut kembali sepanjang si pembuat testamen
8Ibid., h. 2 16 .
BAB III
22
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
23
tersebut ma6ih hidup. Maksudnya adalah suatu testamen itu
dapat dicabut ataupun diganti oleh si pembuat testamen.
Ini dapat dilakukan karena testamen itu merupakan suatu
perbuatan hukum sepihak dari si pembuat testamen, dan bu-
kan merupakan hasil suatu perbuatan hukum bersama dengan
ahli waris. Untuk itu, agar dalam pembuatannya tidak di-
pengaruhi oleh suatu pakeaan ataupun tipu muslihat dari
orang lain yang menurut isi testamen itu akan dapat suatu
keuntungan, maka tidak dapat disangkal lagi bilamana un-
d-mg-undang membatasi kekuasaan mengenai pembuatan testa-
men.
Di samping itu, di dalam testamen terkandung dua
pengertian. Ditinjau dari isinya, testamen merupakan ke-
hendak terakhir, yaitu penetapan kehendak terakhir eese-
orang sebelum ia m e n i n ^ a l dunia. Pengertian ini biasa di-
cebut pengertian testamen secara materiil. Pengertian tes
tamen yang kedua adalah ditinjau dari segi bentuknya (tor-
milnya)# Untuk pengertian yang kedua ini undang-undang me-
nentukan bahwa teetamen harus berbentuk akta. Akta'ini.
adalah perwujudan ketetapan yang dikehendaki oleh si pem
buat testamen.
Pada hakekatnya pembuatan testamen haruslah dengan
akta autentik. Hal ini adalah untuk menjamin kepastian hu
kum maupun demi menjaga kepentingan si pembuat testamen.
Namun demikian, undang-undang juga tidak menutup kemung-
kinan pembuatan testamen dengan akta di bawah tangan. Ak-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
Zb
ta di bawah tangan ini dalam ilmy hukum disebut sebagai
ologra-fis codicil (kodisil olografis). Menurut undang-un-
dang (pasal 935 B . W j ) , testamen berdasarkan kodisil hanya
mengenai pengangkatan pelaksana testamen, penyelenggaraan
penguburan, penghibahwasiatan pakaian, perhiasan badan
yang tertentu, dan mebel-mebel istimewa.
Di dalam testamen, seseorang dapat menetapkan sia-
pakah ynng akan dijadikan ahli warisnya, atau dapat juga
seseorang menetapkan siapakah yang akan mendapatkan barang-
barang tertentu dari harta kekayaan yang akan ditinggalkan
bila ia meninggal dunia. Untuk ini penetapan-penetapan da
lam testamen dapat dibedakan dalam dua hal, yaitu :
1. Erfstelling atau pengangkatan waris.
Pasal 95^ B. W. menyatakan :
Wasiat (testamen) pengangkatan waris adalah suatu wa- siat, dengan mana si yang mewasiatkan, kepada seorang atau lebih, memberikan harta kekayaan yang akan diting- galkannya apabila ia meninggal dunia, baik seluruhnya maupun sgbagian, 6eperti misalnya, setengahnya, seper- tiganya.
Orang-orang yang mendapat harta kekayaan dari si pewaris
berdasarkan pengangkatan waris, ada di bawah titel umum,
Maksudnya, sebagai ahli waris tersebut ia tidak hanya me-
nerima hak-hak yang melekat pada harta warisan, melainkan
juga kewajiban-kewajiban pewaris. Misalnya, membayar hu-
tang si pewaris. Dengan demikian kedudukan orang yang men
dapat pengangkatan waris adalah oama dengan kedudukan ahli
9Ibid., h. 232.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
25
waris ab-intestato.
2. Legaat atau hibah wasiat.
Pengertian hibah wasiat terdapat dalam pasal 957 B.W.
yang menyatakan :
Hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus, dengan mana si yang mewariakan kepada seorang atau lebih memberikan beberapa barang-barangnya dari suatu jenis tertentu, seperti misalnya, segala barang- barangnya bergerak atau tak bergerak, atau memberikan hak pakai basil atas seluruh atau sebagian harta pe- ninggalannya.
Berbeda dengan pengangkatan wari6, maka untuk orang-orang
yang mendapat harta warisan berdasarkan hibah wasiat ada
di bawah titel khusus. Disebut khusus karena seseorang
yang mendapat hibah wasiat (legataris), hanya memperoleh
hak atas bagian harta warisan saja, tetapi tidak dibebani
kewajiban-kewajiban pewaris. Dengan begitu seorang legat
aris tidak dibebani hutang-hutang pewaris.
Untuk menentukan apakah suatu penetapan itu terma-
suk dalam pengangkatan waris ataukah hibah wasiat, kita
dapat melihatnya dari sifat penetapan yang ada dalam tes
tamen. Kisalnya, saya mengangkat A sebagai ahli waris saya
Kemudian saya memberikan satu rumah di jalan B nomor C ke
pada A. Apakah hal ini merupakan pengangkatan waris atau
kah hibah wasiat ? Jawabnya adalah hibah wasiat, karena
pewaris disini memberikan suatu barang tertentu.
Suatu pengangkatan waris ataupun hibah wasiat da-
10Ibid.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
26
pat diberikan kepada ahli warisnya sendiri (ahli waris ab-
intestato) roaupun kepada orang lain yang bukan merupakan
ahli waris ataupun sanak keluarga pewaris,
Menurut pasal 931 B.W,, testamen menurut bentuknya
dapat dibagi dalam tiga macam, yaitu :
), Testamen Olografis-
2. Testamen Umum atau Testamen Terbuka
3. Testamen Rahasia atau Testamen Tertutup
Ad, 1, Testamen Olografis
Ciri utama dari testamen olografis adalah testamen
tersebut*harus ditulis dan ditandatangani sendiri dengan
tangan si pembuat testamen, Jadi tidak boleh menyuruh orang
lain untuk menuliskan testamen tersebut. Di samping itu,
testamen tersebut tidak boleh diketik, baik oleh ei pembu
at testamen ataupun oleh orang lain. Ini merupakan perbeda-
an utama antara testamen olografis dengan testamen rahasia,
karena testamen rahasia dapat ditulis oleh orang lain.
Suatu keharusan bahwa testamen olografis harus eelu-
ruhnya ditulis sendiri oleh si pembuat testamen tersebut
harus diikuti dengan cermat, sebab apabila ternyata ada tu-
lisan yang bukan berasal dari tangan si pembuat testamen,
maka testamen itu batal. Jadi sebagian tulisan yang ditulis
sendiri oleh pembuat testamen juga ikut batal,
Penyeb^tan tempat dan tanggal dalam testamen ologra
fis tJ.ink diperlukan, karena undang-undang tidak mengharus-
knn. B ^ k a n apabila tanggal itu disebutkan dalam testamen,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
27
maka hal tersebut tidak menambah kekuatan berlakunya testa
men, karena yang berlaku adalah tanggal pada akta penyim
panan, Begitu'pula dengan tanggal yang diletakkan di atas
tanda tangan pewaris.
Testamen olografis harus diserahkan kepada notaris
untuk disimpan. Jika tidak, kekuatannya hanya seperti se-
buah kodisil saja. Penyerahannya biasanya dilakukan secara
tertutup, tetapi kalau si pembuat testamen menghendaki, bi-
sa dilakukan secara terbuka. Penyerahan dilakukan secara
tertutup karena si pembuat testamen hendak merahasiakan
isi testamen dari notaris dan para 6aksi.
Setelah menerima testamen tersebut, notaris dibantu
oleh dua orang saksi membuat akta penyimpanan yang harus
ditandatangani oleh notaris, si pembuat testamen, dan para
saksi. Akta penyimpanan ini disebut akta depot, dan pembu-
atnya tidak harus notaris sendiri. Apabila testamen dise
rahkan secara terbuka, maka akta penyimpanannya harus dibu-
at "aan de voet", artinya di bawahnya (di kakinya) kehendak
terakhir. Kalau tidak cukup atau kekurangan tempat bisa di-
tulis pada kertas lain.
Penyerahan testamen olografis secara tertutup pelak-
sanaannya lebih rumit daripada penyerahan secara terbuka.
Untuk penyerahan secara tertutup, pembuat testamen dihadap-
an notaris d;*n saksi-saksi harus membuat catatan di atas
sampul surat testamen, Catatan tersebut menyatakan bahwa
surat tersebut berisi testamennya. Kemudian ditandatangani
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
28
(pasal 93^ ayat 3 B.W.). Jika berhalangan, notaris harus
menyatakan hal tersebut serta sebab musababnya di dalam
akta penyimpanan. Kesulitan penyerahan secara tertutup
adalah bila si pembuat testamen tidak dapat menulis catat-
an seperti yang dimaksud di ata6, sebab undang-undang ti
dak membicarakannya. Untuk sebaiknya kehendak terakhir itu
disimpan secara terbuka, atau sebagai testamen rahasia.
Dengan begitu pernyataan secara tersendiri itu tidak di-
perlukan,
Seperti bentuk testamen lainnya, testamen olografis
dapat dicabut kembali. Caranya, pembuat testamen pada tiap-
tiap waktu dapat meminta kembali testamen tersebut. Dalam
meminta kembali testamen itu, harus disertai dengan suatu
akta autentik, guna pertanggungjawaban notaris. Di samping
itu, pewaris harus mengakui bahwa testamen yang dahulu di
simpan oleh notaris telah diterimanya kembali secara utuh
dan tanpa cacat. Dengan pengambilan kembali testamen ter
sebut, maka berarti testamen telah dicabut.
Kekuatan testamen olografis sama dengan testamen
iL'num. Jika si pembuat testamen meninggal dunia dan testa
men diserahkan dalam keadaan terbuka, maka penetapan dalam
testamen dapat se^era dilaksanakan (karena notaris raenge-
tahui irai testamen). Kalau sebalikny.,, testamen diserahkan
dalam keadaan tertutup, maka pada saat si pembuat testamen
meninggal dunia, testamen tersebut tidak dapat segera di
laksanakan. Hal ini, di samping dikarenakan notaris tidak
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
29
mengetahui isi testamen, notaris juga dilarang membuka sen
diri testamen tersebut. Untuk itu testamen harus diserahkan
terlebih dahulu kepada Balai Harta Peninggalan, dan Balai
Harta Peninggalan inilah yang membukanya*
A d . 2. Testamen Umum atau Testamen Terbuka.
Syarat-syarat pembuatan testamen umum dalam undang-
undang sudah ditetapkan, yaitu terdapat dalam pasal 938
•dan 939 B.W. Menurut pasal 9^8 B.W., testamen umum harus
dibuat dihadapan seorang notaris serta dua orang saksi,
Dengan demikian si pembuat testamen harus menyampaikan sen
diri kehendaknya itu dihadapan notaris dan saksi-saksi. Ja-
di diucapkan secara lisan dan tidak dapat dilakukan dengan
perantaraan orang lain, baik anggota keluarganya sendiri
maupun notaris yang bersangkutan.
Dalam mencatat kehendak terakhir si pembuat testamen,
notaris tidak perlu mengambil kata demi kata seperti apa
yang diucapkan oleh si pembuat testamen. Cukup, asal nota
ris membuat secara pantas, jelas, dan tegas serta sesuai
dengan apa yang dimaksud atau dikehendaki oleh si pembuat
testamen. Penulisannya memakai bahasa yang dipergunakan
oleh si pembuat testamen ketika menyampaikan kehendaknya,
d e n g a n s y a r a t bahwa notaris dan saksi-saksi juga mengerti
bahasa tersebut. Hal ini mengingat kesalahan dalam testamen
biasanya tidak dapat diperbaiki lagi, sebab hal itu baru
diketahui setelah sipembuat testamen meninggal dunia. Jadi
sedapat mungkin kesalahan formalitas itu harus diperkecil.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
30
Apabila seseorang yang hendak membuat testamen umum
dengan mengutarakan kehendak terakhirnya kepada notaris,
tetapi para saksi belum hadir, maka pernyataan kehendak
terakhir itu harus diulang kembali dihadapan’para saksi
bila mereka telah hadir. Kemudian dengan dihadiri para sak
si, notaris membacakan testamen tersebut, dan menanyakan
kepada si pembuat testamen, apakah yang telah dibacakan
itu sesuai dengan kehendaknya yang terakhir (pasal 939 B.W,)*.
Setelah itu testamen ditandatangani oleh si pembuat testa
men, notaris, dan para saksi (pasal 939 ayat 5 B.W.), Ji
ka pembuat testamen tidak dapat menulis atau berhalangan
untuk menandatangani, maka notaris dapat menulis pernyata
an tentang tanda tangan dalam testamen atau menyebut sebab-
sebab yang menjadi halangan (pasal 939 ayat 6 B.W.).
Ad.3 . Testamen Rahasia atau Testamen Tertutup.
Mengenai testamen rahasia ini diatur dalam pasal 9 kO
dan 9^1 B.W. Pasal 9*f0 B.W. menyatakan, bahwa testamen ra
hasia itu dapat ditulis sendiri oleh si pembuat testamen
atau ditulis orang lain dengan syarat, yang menandatangani
adalah si pembuat testamen sendiri. Hal ini merupakan sya-
rat mutlak dan tidak boleh diganggu gugat. Apabila pembuat
testamen tidak dapat menandatangani testamen,f meskipun de
ngan keterangan bahwa pembuat testamen tidak dapat menulis
tanda tangannya atau berhalangan untuk itu, njaka testamen
itu akan batal. Jadi orang yang tidak dapat membuat tanda
tangan tidak dapat membuat testamen rahasia, tetapi bila
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
31
ingin membuat testamen, satu-satunya jalan adalah dengan
membuat testamen umum atau terbuka.
Testamen rahasia ini harus disampul dan dlsegel,
demikian dikatakan dalam pasal 940 ayat 1 B.W. Jadi undang-
undang menghendaki, baik mengenai penutupan maupun penye
gelan. Dengan begitu kalau testamen itu hanya ditutup atau
disegel saja, maka testamen tersebut tidak memenuhi syarat
undang-undang. Penutupan dan penyegelan ini boleh dilaku
kan dihadapan notaris dan empat orang saksi, maupun tidak.
Begitu juga mengenai siapa yang melakukan penutupan dan
penyegelan ini, tidak perlu disebutkan dalam sampul testa
men.
Pembuat testamen harus membuat keterangan dihadapan
notaris dan saksi-saksi bahwa yang termuat dalam sampul itu
adalah testamennya yang ia tulis sendiri atau yang ditulis
oleh orang lain, dan ia yang menandatangani (siapa sebenar-
nya yang menulis testamen itu tidak perlu disebutkan), Ke-
mudien notaris membuat keterangan yang isinya membenarkan
keterangan tersebut. Keterangan ini disebut nakta super-
skripsi", dan harus ditandatangani oleh notaris, pembuat
testamen, dan saksi-saksi, Tetapi bila dalam suatu keadaan
tertentu pembuat testamen tidak dapat menandatangani akta
superskripsiini, maka pernyataan bahwa ia berhalangan dan
sebab-sebabnya harus disebutkan dalam akta.
Selanjutnya, setelah semua formalitas dipenuhi, tes
tamen itu disimpan pada notaris. dan kemudian notaris akan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
32
memberitahukan adanya testamen tersebut kepada orang-orang
yang berkepentingan, apabila si pembuat testamen meninggal
dunia.
Selain hal-hal di atas, undang-undang masih menam-
bah eyarat-syarat khusus pada testamen rahasia, yaitu pada
pasal 9**1 B.W. Pasal ini menyatakan, bahwa apabila pembuat
testamen tidak dapat berbicara atau bisu, maka pembuat tes
tamen harus menulis, menandatangani, dan memberi tanggal
sendiri pada testamen.
Keharusan memberi tanggal memang kurang beralasan,
sebab menurut undang-undang tanggal testamen dihitung mu-
lai dari pemtuatan akta superskripsi. Akan tetapi tanggal
tersebut akan bermanfaat, bila pada akta superskripsi ti
dak diberi tanggal, karena testamen tersebut dapat berla
ku, yaitu sebagai testamen olografis.
Testamen rahasia ini tidak dapat diminta kembali.
Dengan demikian, testamen tersebut tetap tinggal sebagai
akta minut (asli) di kantor notaris, meskipun testamen ter
sebut telah dicabut atau ditarik kembali (pasal 9kO ayat k
B.W.).
2. Lefiitieme Portie :
3. Tujuan dan ketentuan-ketentuan pembatasan.
Pada dasarnya seseorang itu mempunyai kebebasan da
lam mempergunakan dan mengatur, mengenai apa yang akan ter-
jadi dengan harta kekayaannya, baik pada waktu ia masih hi
dup maupun setelah ia meninggal dunia. Demikian pula dengan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
33
seorang pewaris, ia mempunyai kebebasan untuk mencabut hak-
waris dari ahli warisnya, karena meskipun ada ketentuan-
ketentuan di dalam undang-undang yang menentukan siapa-sia-
pa yang akan mewaris harta peninggalannya dan berapa bagian
masing-masing, akan tetapi ketentuan-ketentuan tersebut ha
nya bersifat hukum mengatur, dan bukan hukum memaksa. Walau-
pun demikian, untuk beberapa ahli waris ab-intestato oleh
undang-undang diberikan bagian tertentu yang harus diterima
oleh mereka. Bagian ini dilindungi oleh hukum, karena ahli
waris ab-intestato ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang
sangat dekat sekali dengan si pewaris. Sehingga pembuat un
dang-undang menganggap tidak pantas apabila mereka tidak
menerima apa-apa sama sekali, Jadi hal ini merupakan pelang-
garan atas kebebasan setiap orang untuk menguasai sepenuh-
nya kekayaan dengan testamen.
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, maka ahli
waris ab-intestato yang mempunyai hak khusus ini disebut
sebagai "legitimaris". Sedangkan bagian tertentu yang di-
lindunp;i hukum disebut "legitieme portie". Bagian lain yang
tidak dilindungi hukum adalah bagian yang tersedia atau ba
gian bebas, yaitu bagian dari harta peninggalan yang dengan
bebas dapat diberikan kepada orang lain oleh si pewaris.
Dengan demikian tujuan pembuat undang-undang dalam
menentukan legitieme portie tersebut adalah untuk melin-
dungi sanak keluarga (terutama anak pewaris) terhadap ke-
cenderungan si pewaris untuk menguntungkan orang lain.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
3k
Tujuan ini sebenarnya sama dengan alasan dalam hukum adat
dan hukum Islam untuk mengadakan suatu pembatasan dari ke-
kuasaan si pewaris untuk membuat testamen.11
Ketentuan-ketentuan mengenai legitieme portie da
lam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (B.W.) diatur dalam
Bab XIII, bagian III dari pasal 913 sampai dengan pasal
929. Sedangkan yang dimaksud dengan legitieme portie, yai
tu bagian mutlak dari ahli waris yang sama sekali tidak
dapat dikurangi atau dilanggar dengan suatu penetapan yang
dimuat dalam testamen (pasal 913 B.W.).
Pengertian mengenai legitieme portie di atas bukan
berarti bahwa tiap barang tertentu dari harta kekayaan ti
dak boleh diberikan kepada orang lain selain dari legiti-
raaris, akan tetapi legitimaris berhak atas sejumlah bagi
an tertentu dari seluruh harta warisan. Jadi hal ini ha
nya dipandang dari segi harta atau nilai saja. Sehingga
mungkin sekali pemberian barang-barang tertentu kepada
orang lain atau pihak ketiga tidak menjadi persoalan, apa
bila harga atau nilai dari sisa harta warisan masih men«-
cukupi legitieme portie.
Namun demikian, ketentuen mengenai legitieme portie
bersifat hukum memaksa, meskipun ketentu&n itu ada antuk
kepentingan legitimaris dan bukan untuk kepentingan umum.
Oleh karena itu legitimaris dapat membiarkan haknya dilang-
^Wirjona Prodjodikoro, op.cit.. h. 92.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
35
gar* Hal ini sesuai dengan pendapat Hartono Soerjopratiknjo
yang menyatakan :
Pelangf;aran terhadap legitieme tidak mengakibatkan "nie- tigheid" (kebatalan) tapi juga tidak mengakibatkan "ver- nietigbaarheid" (dapat dibatalkan), Yang diakibatkan adalah "eenvoudige vernietigbaarheid" (dapat dibatalkan secara sederhana) yaitu asal legitimaris mengemuka- kan tidak menerima pelanggaran itu, maka ketetapon d a - ^ lam testamen yang melanggar legitiemenya adalah batal.
Dengan begitu, apabila legitimaris menerima pelanggaran itu
dan tidak melakukan tuntutan, maka ketetapan dalam testamen
tetap sah.
b. Siapa-siapa yang berhak atas legitieme portie.
Syarat untuk dapat menuntut bagian mutlak (legitieme
portie) adalah :
1. Orang harus merupakan keluarga sedarah dalam garis lurus.
Dalam hal ini kedudukan suami atau istri berlainan dengan
anak-anaknya, Memang dalam pasal 852a B.W. menyamakan ke
dudukan antara suami atau istri dengan anak. Akan tetapi
hal tersebut hanya berlaku untuk penerapan ketentuan-
ketentuan dalam bab tersebut, artinya hanya untuk pene
rapan pewarisan karena kematian atau ab-intestato. Jadi
persamaan kedudukan itu tidak diperluas sampai dengan
bab "tentang kehendak terakhir", dalam mana dibahas ten-
tang bagian mutlak (legitieme portie). Oleh karena itu
suami atau istri tidak mempunyai legitieme portie.
i pHartono Soerjopratiknjo, Hukum Waris Testamenter,
cet. II, Seksi Notariat Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 198A, h. 115.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
36
2. Orang harus merupakan ahli waris ab-intestato,
Melihat syarat tersebut, maka tidak semua keluarga se-
darah dalam garis’ lurus memiliki hak atas legitieme por
tie. Yang memiliki hanyalah mereka yang juga ahli waris
ab-inteetato.
Dengan demikian yang pertama-tama menjadi legitima
ris adalah anak. Sedangkan suami atau istri bukanlah legi
timaris, karena ikatan dengan suami atau istri dianggap ti
dak begitu erat. Di samping itu orang berpendapat bahwa su
ami atau istri harus dapat dicabut hak warisnya berdasarkan
alasan tertentu. Untuk legitimaris tidak dapat dicabut hak
warisnya, dan hal ini tidak menjadi persoalan sepanjang
mengenai keturunan atau orang tua.
Hak waris legitimaris dapat dicabut kalau ada alasan
yang kuat sekali. Untuk lebih jelasnya dalam pasal 838 B.W.
menyebutkan tentang orang-orang yang dianggap tidak pantas
untuk menjadi ahli waris, yaitu :
1. Orang yang telah di hukum karena dipersalahkan telah
membunuh atau mencoba membunuh pewaris*;
2. Orang yang dengan keputusan hakim, pernah dipersalahkan
memfitnah si pewaris, terhadap fitnah mana diancam de
ngan pidana lima tahun atau lebih.
3. Orang y-mg dengan kekerasan atau perbuatan telah meng-
halnng-halangi pewaris dalam membuat atau mencabut tes
tamen.
Orang ynng menggelapkan, mt>rusnk, atau memalsuk^.n t„u-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
37
tamen.
Untuk bagian satu dan dua harus ada putusan hakim, sedang-
kan bagian ketiga dan keempat tidak.
Apabila seorang anak meninggal dunia lebih dahulu
daripada si pewaris, maka keturunan mereka muncul sebagai
psns^antinya. Keturunan dari seorang anak yang mendapat le
gitieme portie akan mendapat legitieme portie sebanyak yang
akan diterima oleh anak itu apabila ia tidak meninggal du
nia lebih dahulu. Untuk keturunan seorang anak (cucu pewa
ris) yang mewaris diri sendiri, Pitlo menyatakan, "Cucu dan
keturunan selanjutnya yang mewarisi untuk diri sendiri,
oleh karena orang tuanya menolak atau tidak pantas, bukan-
lah legitimaris".1^
Anak luar kawin juga mendapatkan legitieme portie,
Tetapi orang tua luar kawin tidak memilkinya. Pasal 914
B.W. menyebutkan, keturunan (garis lurus ke bawah) dan pa
sal 915 B.W. leluhur serta seterusnya. Dalam pasal 916 B.W,
disebutkan tentang anak luar kawin. Hal ini berarti bahwa
undang-undang dalam pasal 914 dan 915 B.W. hanyalah memi-
kirkan hubunran keluarga yang sah. Sehingga tidak ada dise-
but>, in = i, enai orong tua luar kawin sebagai legitimaris.
begitu anak adalah legitimaris, dan karena
itu tid.ik dap^t dicabut haknya untuk mewaris. Meskipun de-
1^A. Pitlo, Hukum Waris menurut Kitab Undang-undang - -■:* Persia ta Belanda, jilid I, cet, II, terjamahon M. Isa
\ri*rf, Intermasa, Jakarta, 1986, h. 121.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
38
mlkian, apabila orang tua menyingkirkan anaknya dari hak-
nya mewaris dan anak itu menerima pencabutan hak warisnya
itu,maka kotetapan orang tua itu adalah sah. "Akibat dari
penerimaan pencabutan hak warisnya itu adalah sama seperti
penolakan warisan, yaitu tidak timbul legitieme untuk ke-
turunannya".1^
r . renraruh penolakan dan ketidakpantasan untuk mewaris.
:’.oorang waris yang menolak hak warisnya tentu akan
men^ *kib': tk *n sesuatu, Demikian pula dengan disingkirkan-
nyj 'ihli waris karena suatu ketidakpantasan. Akibat dari
j3«nulakan dan atau ketidakpantasan dari seorang atau bebe-
r orang waris atau legitimaris, maka ahli waris terse
but dianggap tidak pernah menjadi ahli waris (pasal 1058
fV.V.), dan hal ini dapat menimbulkan beberapa masalah. Mi-
^alnya : A meninggal dunia. Dia meninggalkan seorang istri
;i'»n lima orang anak sebagai ahli warisnya. Bila mereka se-
n;ua berhak menerima warisan atau tidak ada yang menolak,
maupun tidak ada yang tidak pantas menerima warisan, maka
legitieme portie masing-masing anak adalah 3/k dari 1/6,
yaitu 1/8 (pasal 9Wi ayat 3 B.W.). Akan tetapi bila ada
seor-ng anak yang menolak, apakah legitiemeportie d&ri ma-
jinr-nasing anak yang masih berhak atas bagian legitieme
portie itu tetap sama ataukah harus berubah ? Kemudi^n da
pat dipertanyakan juga, apnkah penolakan atau ketidakpan-
^Har t o n o Soerjopratiknjo, op.cit. h. 120.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
39
tasan untuk mewaris itu harus diperhatikan dalam menentuV
Unn banian seimbang,yang merupakan legitieme portie ?
Konsekwensi pertanyaan tersebut akan menuntut bah
wa pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dipecahkan dengan
cara yang sama. Menurut R. Soetojo P, dan Marthalena Pohan,
"Andaikata, penolakan itu berpengaruh atas jumlah legitie
me portienya, maka baik jumlah legitieme portie yang dihi-
tung, maupun bagian yans seimbang, yang dari jumlah itu ha
rus diambil untuk penetapan 1<gitiemenya, akan mempengaruhi-
1 5nya". Dalam contoh di atas- haruslah ditentukan legitieme
portie d-iri mak-anak yang tidak menolak adalah tidak ber-
ubah, y itu dari 1/6, atau 1/8, karena legitieme portie
itu i,rT. j murupakan suatu bagian yang seimbang dengan apa
yanj -.Vvn diwaris oleh ahli waris ab-intestato,
Pondapat di atas, antara lain berdasarkan bahwa pem-
bu it undang-undang tidak mengenal pemisahan antara bagian
y t. bebas dan yang tidak bebns. Bahkan kepada masing-ma-
oing waris dalam garis lurus, secara individuil dijamin
^uatu bagian mutlak fb, itleme portie). Tidak hanya anak-
a ik yang mewaris, tetapi jura mereka yang menolak warisan
dan qtnu tidak pantas untuk mewaris, hr.rus dihitung menu
rut bunyi undang-undang, Jadi untuk menentukan siapa eaja
yang termapuk legitimaris dan untuk men^hitung bagian mu-
tla*roa (legitieme portie), tidak perlu diporhatikan apa-
^Soetojj Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan,Hukum W^ris, Rinta, Surabaya, h. 1*t9.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
kah ada ahli waris ab-intestato yang telah menolak atau
tidak pantas untuk mewaris (onwaardig),
3* Kedudukan Ahli Waris Testamentair
Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, jika
yang monj idi dasar dari powarisan ab-intestato (pewarisan
karena unrt <nr-undang) adalah undang-undang, maka dasar da
ri po'.: rL: iti testamentair (pewarisan karena testamen) ada
lah testamen. Tetapi walaupun demikian sifat dari kedua
ro.icam pewarisan itu tidak berbeda, karena semua ahli waris,
ent l H a itu mewaris karena undang-undang ataukah oleh
testamen, mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Mereka
sama-sama menggantikan kedudukan si pewaris. Hal ini sesuai
d--n,in pasal 955 ayat 1 B.W, yang menyatakan ;
P-*da saat si yang mewariskan meninggal dunia, sekalian mereka yang dengan wasiat tersebut diangkat menjadi w&- rif-, ->epertipun mereka yang demi undang-undang berhak mev/arisi sesuatu bagian dalam warisan, demi undang-undang pula memperoleh hak milik atas harta peninggalan :,i meningeal.
Ini berarti ahli waris testamentair mempunyai saisine.
Solain itu ahli waris testamentair juga mempunyai
hereditatis petitio, tentunya dengan memperhatikan pasal
AVi d,n> M 5 B.W,
Pnnal 8?i+ B.W, berbunyi :
Ti.qp-tiap waris berhak memajukan gugat^n guna memper- Juan^k-tn hak warisnya, terhadap se^nla mereka, yang
-itu; dasar hak yang sama, baik tnnpa dasar sesuatu hr men/'Uasai seluruh atau sebagtan h-irta pening-
1S u h e k t i dan Tjitrosudibio, loc. cit.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
41
galan, sepertipun terhadap mereka, yang secara licik telah menghentikan penguasaannya.Ia boleh memajukan gugatan itu untuk seluruh atau se- bagian, jika ada beberapa waris lainnya.Gugatan demikian adalah untuk menuntut, supaya dise- r.'ilikan kepadanya, segala apa yang dengan dasar hak apapun juga terkandung dalam warisan beserta segala ha.ul, pendapatan dan ganti rugi, menurut peraturan terraaktub dalam bab ketiga buku.ini terhadap gugatan akan pengembalian barang milik. *
Sedangkan pasal 835 B.’V. menyatakan : "Tiap tuntut-
an demikian gugur karena kedaluwarsa dengan tenggang wak-
1 Pitu celama tigapuluh tahun".
Di samping itu bagi ahli waris testamentair juga
diborlnkukan pasal 956 B.’.V. yang mengandung pengertian yang
sama dengan pasal 835 ayat 2 B.W. Pasal 956 B.W. mengata-
kan : Apabila timbul sengketa 80al siapakah ahli waris da
ri or;*ng yang meninggal dunia, dan siapakah karena itu ber-
hak memiliki harta peninggalannya, maka hakim berkuasa me-
merintahkan agar barang-barang ditempatkan dalam tempat
penyimpanan pengadilan,
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kedudukan ahli waris testamentair itu cama dengan ahli wa
ris karena kematian (undang-undang), meskipun ada sedikit
perbedaan, Perbedaan tersebut menyangkut masalah legitieme
portie dan penggantian tempat, karena dalam pewarisan tes-
tamentair tidak dikenal adanya legitieme portie dan peng
gantian tempat. Denman begitu, kalau ada dua ahli waris,
1 7 l b i d . , h. ?0 8 .
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
kZ
yaitu ahli waris ab-intestato dan ahli waris testamentair
yang borsama-sama mewaris, dan ahli waris ab-intestato itu
menuntut, maka meskipun ahli waris testamentair itu menu
rut testamen berhak mewaris seluruh harta peninggalan pe-
y/aric, tetapi karena ahli waris ab-intestato itu mempunyai
legitieme portie, maka ahli waris ab-intestato harus dipe-
nuhi dulu legitieme portienya, baru sisanya diberikan ke
pada ahli waris testamentair.
Untuk penggantian tcmpat, pewarisan berdasarkan
testamen tidak mengenalnys, kecuali kalau pewaris menyebut-
kan adanya penggantian tempnt dalam testamennya.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
KASUS-KASUS TENTANG AHLI WARIS
TESTAMENTAIR
1 • K aus Harta Warisan Dalam Kaitann.va Dengan Kedudukan
Ah.1 * '.Yaris Testamentair Di bidanr; Sah Tidaknya Suatu
T f t '̂ ri qn
ini diputus oleh Pengadilan Negeri Malang No.
V6/Pdt./1985 tanggal 13 Desember 1985, dan Pengadilan Ting-
ci Surabaya tanggal 30 Juni 1986. Perlu saya kemukakan di-
sini bahwa kasus ini belum mempunyai kokuatan hukum tetap,
karena masih dilakuknn upaya hukum kasasi oleh penasehat
hukum penggugat. Rasil dari kasasi ini belum keluar, tim
bul masalah pidananya, yaitu tentang adanya pemalsuan tes
tamen. Dalam kasus pidana ini ada tiga orang terdakwa yang
diadili oendiri-sendiri. Pemb&hai:an saya hanya pada dua
w *nr t'rrj karena seorang terdakwa yang lain belum di-
i d i M . !a ,-■* ::*n demikian kasus inipun belum mempunyai kekuat-
hur. -.in yang tetap.
Dudukiija Perkara Perdata :
Tergugat, Endi Mulia, laki-laki, bertempat tinggal
5 1■n Guntur 21 Malang, karyawan (swasta), dan Buddi
i vi-.ij laki-laki, bertempat tinggal di jalan Panggung
ii iinor 5 Malang, swasta, qdvokat, pada hari Sabtu tanggal 3
■liret 19^^, tel ih diin^k^t menjndi ahli waris testamentair
i. f 601 ur>' h h,'*rta peninrgalan aLmarhum Han Poo Hok yang
r : r t ' t i n ^ ' B l di j:ilan Raya I Jen b Malang. Pada tanggal
hi
BAB IV
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
"30 April 19S b » duapuluh hari setelah Han Poo Hok mening
gal dunia, Mudofir, S.H., mantan hakim Pengadilan Negeri
Malang, yang kemudian setelah berpraktek sebagai pengaca-
ra, selaku notaris membacakan isi testamen tersebut, Pada
saat itu hadir dua oran;: adik perempuan almarhum Han Poo
Hok, yaitu Han Tien Nio yang bertempat tinggal di Surabaya
dan Han Hien Nio ynng bertempat tinggal di Jakarta, serta
Nyonya Listiani, istri adik laki-laki Han Poo Hok, yang
bernama Hon Po Kyan, bertempnt lingual di jalan Arjuna
v.il ■•fi,1', r.etolah mendengar isi testamen almarhum Han Poo
Hok (sc) njutnya disebut pewaris) tersebut yang telah di—
titifktn pn ia Notaris Mudofir, S.H. tanggal 14 Juli 1984,
saudrin-G,judara kandung pewaris tersebut merasa aneh, ka-
riin.r» menurut mereka pewaris sulit untuk berbahasa Indone-
bagaimana mungkin bisa membuat testamen yang begitu
baik dan teratur bahaeanya. Mereka juga merasa aneh, ba
gaimana mungkin tergugat yang bukan sanak keluarga mewa-
ri«i seluruh harta peninggalan pewaris, sedangkan mereka
tid..»k, Untuk inilah akhirnya mereka mengajukan gugatan ke
P e n ^ a d l l N e g e r i Malang,
Gugatan Penggugat :
Penggugat ; Sanak keluarga pewaris yang menunjuk
Ojok-. Soegiarto, 5.VI. sebagai kuasa, menggugat tentang ke-
abfiah^n testamen at^iu curat wasiat pewaris (Han Poo Hok).
Tergu.:»t : Kndi Mulia dan Buddi Tedjamulia mengajukan Sia-
iv^ndi ,S.H. sebagai pc^bela.
44
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
45
Putusan Hakim :
Setelah mempelajari dan mempertimbangkan gugatan
peng^ugat, Majelis Hakim memutuskan : "Menolak Gugatan
Penggugat.
Putusan Banding Pengadilan Tinggi Surabaya :
Dalam perkara banding ini, penggugat, keluarga pewa-
ris menunjuk Kho Gin Tjan, S.H. sebagai pengacara. Sementa-
ra tergugat, Endi Xulia dan Buddi Tedjamulia, S,H. yang me-
mang ahli hukum waris, menangani sendiri gugatan tersebut.
Hasil dari putusan Pengadilan Tinggi Surabaya yang
dibaCiik-in pada tan^/-;al 30 Juni 1986 adalah "menolak gugat-
an'f keluarga pewaris.
Komentnr :
Pada prinsipnya, saya aependapat dengan kedua putus
an di atas, meskipun putusan itu belum mempunyai kekuatan
hukum ynng tetap. Saya berpendapat demikian karena sesuai
dengan bunyi pasnL 9 r>5 B.’V. bahwa seseorang yang ditunjuk
sebagai ahli waris (?hli waris testamentair) adalah berke-
dudukan sama dengan ahli waris ab-intestato (menurut undang-
undang), meskipun mereka ini bukan sanak keluarga pewaris.
" Judukan ahli waris testamentair ini bisa di^ugat,
bil c: tin pewarisan tersebut terdapat pula ahli waris ab-
inv.^sl':to yang memiliki legitieme portie, Dalam masalah ini
per. irij tidak mempunyai ahli waris tersebut,sehingga tergu-
gnt sebagni ahli waris testamentair yang diserahi seluruh
; rta peninggalan pe?7/aris, berhak menulikinya, Dengan begi-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
tu tergugat mengesampaikan ahli waris ab-intestato yang
tidak memiliki legitieme portie.
Selain itu, kedudukan ahli waris testamentair ter
sebut, yaitu tergugat dapat digugat bila mereka ternyata
telah menggelapkan, merusak, atau memalsukan testamen pewa
ris (pasal 838 sub h B.W. Jo pasal 912 B.W.) Dengan begitu,
apabila testamen pewaris tersebut asli dan sah, maka ter
gugat sebagai ahli waris testamentair berhak memiliki selu
ruh harta peninggalan pewaris.
Duduk Perkara Pidana :
Terdakwa I, Endi Mulia, laki-laki, umur 3k tahun,
bertempat tinggal di jalan Guntur 21 Malang, karyawan (swas
ta). Pada tanggal 3 Maret )98k diantar oleh Halim Wijaya,
telah datang ke rumah Bangun Sutrisno (terdakwa II) di ja
lan Hamid Rusdi Gg 6 Malang, Kedatangannya tersebut dengan
membawa sebuah tas putih yang diperkirakan berisi mesin ke-
tik. Dengan mesin ketik inilah terdakwa II mengetik surat
waslat tertanggal 3 Maret 198^, di atas sebuah blangko ko-
son,ij yang telah ditandatangani oleh Han Poo Hok. Terdakwa
II mengetik surat wasiat tersebut berdasarkan konsep yang
dib^rikK".-n oleh terdakwa I. Sedangkan blangko kosong yang
telah ditandatangani oleh Han Poo Hok itu diperoleh ter-
d. Stv/a II dari almarhumah ibunya, yaitu Suster Tati. Dalam
n '^tik surat waciit itu terdakwa II dilihat oleh teman-
nya, yaitu r.unarsono, ditunggui terdakwa I, almarhumah ibu
nya (Suster Tati), Kmmy Kenes, dan almarhumah nenek Karmin-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
47
t‘.n. Ketika membuat surat wa6iat itu terdakwa II juga meng-
etik surat perjanjian antara terdakwa I yang disebut seba
gai pihak I dengan almarhumah Nyonya Sri Tumirah (Suster
Tati) sebagai pihak II, yang diberi tanggal 3^Maret 1984
dan dibuat rangkap dua di atas kertas berraaterai Rp 25,00.
Dengan catatan lembar kesatu disimpan oleh ibunya, sedang-
kan lembar kedua diberikan kepada terdakwa I. Isi perjan
jian, apabila surat wasiat telah berhasil atau Han Poo Hok
telah meninggal dunia, pihak kedua akan menerima uang tu-
nai Rp 100.000,000,00 (seratus juta rupiah) serta rumah
di jalan Ijen 9 Malang (milik Han Poo Hok) dari pihak ke-
satu, Pada tanggal 7 Juli 1984, Notaris Mudofir Hadi, S.H.
didatangi oleh Stefanus Kuntarto Widjaja, S.H. yang sekan-
tor dengan Buddi Tedjamulia (terdakwa III), di jalan Pang-
gung 5 Malang. Dari Stefanus, Mudofir menerima selembar
surat kuasa dan amplop tertutup berisi surat wasiat raha
sia dari Han Poo Hok. Surat wasiat ini tidak diantar sen
diri oleh Han Poo Hok karena usia yang sudah tua, yaitu
82 tahun. Surat kuasa untuk penyimpanan surat wasiat ra-
haeia itu dibuat oleh terdakwa III, yaitu seorang dosen,
dan advokat, pada tanggal 7 Juli 1984. Pada tanggal 14
Juli 1984, Mudofir membuat berita acara penyimpanan fcurat
wasiat rahasia tersebut. Setelah Han Poo Hok meninggal du
nia, 10 April 1985, surat wasiat rahasia itu dikirim ke
k'intor Hal. ii Harta Peninggalan cabang Malang tanggal 20
April Sflanjutnya Balai Harta Peninggalan membficakan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
isinya dan menyerahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri Ma-
lun* untuk melaksanakan isi surat wasiat. Setelah semuanya
tierjalan sebagaimana mestinya, timbul masalah, yaitu sete
lah diteliti dengan seksama, ternyata tanda tangan almar
hum Han Poo Hok (pewaris) di atas surat kuasa penyimpanan
surat wasiat rahasia tidak 6ama dengan tanda tangannya da
lam surat wasiat rahasia. Untuk inilah akhirnya terdakwa
tersebut ditangkap dan diadili di Pengadilan Negeri Malang.
Tuduhan Jak8a :
Melanggar pasal 263 Kitab Undang-undang Hukum Pida-
na (KUHP) Jo pasal 266 KUHP, keduanya tentang pemalsuan
surat, Jo pasal 55 ayat 1 cub 1 KUHP.
Pertimbangan Hukum :
1. Untuk terdakwa I :
Bahw^ dari kenyataan-kenyataan yang didapat dari
keterangan saksi-saksi yang mengetahui pengetikan surat
wasiat tersebut, yaitu Sunarsono dan Emmy Kenes, terdakwa
1 terbukti terlibat tidak pidana pemalsuan surat (testamen).
Hal ini diperkuat dengan pengakuan terdakwa II yang menga-
takan bahv;a terdakwa I yang menyuruh terdakwa II untuk
mengetik testamen bertanggal 3 Maret 198^ tersebut.
Bahwa meski tidak pernah terbukti di persidang^n,
Majelis Hakim yakin, perjanjian antara terdakwa I dengan
almarhumah Suster Tati dikuatkan dengan akta di bawah ta-
ngan yang kemudian telah hilsng bersamaan dengan meninggal-
nya Suster T iti.
48
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
49
Bahwa mengenai keterangan saksi yang meringankan
terdakwa I, Majelis Hakim tidak sependapat dan tidak dapat
diterima. Alasannya, keterangan tersebut tidak dapat di-
buktikan oleh penasehat hukum terdakwa I.
Bahwa berdasarkan segala pertimbangan-pertimbangan
di atas, maka segala unsur yang terkandung pada tuduhan
jaksa terbukti menurut hukum dan keyakinan, dan perbuatan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada terdakwa, Oleh
karena itu terdakwa I harus dinyatakan bersalah dan di pi-
dana berdasarkan pasal 263 KUHP Jo pasal 266 KUHP Jo pasal
55 ayat 1 sub 1 KUHP.
2. Untuk terdakwa II :
Bahwa sesuai dengan pengakuan terdakwa II serta ke
terangan saksi-saksi di persidangan, maka telah terbukti
adanya pemalsuan surat wasiat (testamen). Akibatnya pewa
ris atau ahli warisnya mentfalami korugian, sebab dengan
testamen yang dipalsukan itu, telah terjual beberapa keka
yaan pewaris.
Bahwa terdakwa aelalu menolak keterangan saksi yang
meringankan. Alasannya, bilf) dia menolak dakwaan dan mem-
benarkan kesaksian yang meringankan, maka akan menguntung-
kan terdakwa I. Ini tidak diinginkan oleh terdakwa II ka
rena terdakwa I dianggap tidak menepati janji.
Berdasarkan segala pertimbangan di atas, maka Maje-
lis Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti bersa
lah dan melanggar pasal 263 KUHP Jo pasal 55 ayat 1 £nib 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
50
M J H K
Ha L - h n l y a n g m e m b e r a t k a n :
1, Untuk terdakwa I :
r\, T e r d a k w a t i d a k m c n u n j u k k a n r a s a p e n y e s a l a n ;
b . i ' f?rdakwa t i d a k b e r t e r u s t e r a n g .
?„ Untuk tardakwa IT :
K-tr'.nrj p c m e r i n t a h pad a t . a a t i n i s e d a n g b e r u s a h a u n t u k
n : c n i n g k a t k a n k e s a d a r a n hukum m a s y a r a k a t , maka k a s u s i n i
m e r u p a k a n h a l yoTi£ r c e m p e r b e r a t p e m i d a n a a n .
Hal-hal. yniig meringankan :
1 . Untuk terdakwa I :
a . T e r d a k w a b e l u m p e r n n h d i h u k u m .
b , S o ln rra p e r s i d a n g a n t e r d a k w a b e r l a k u s o p a n .
2. 'mtuk terdakwa II :
t , T e r d a k w a b e r t o r u s t e r a n g dan b e r l a k u s o p a n d i p e r s i -
d . i n g a n , s e h i n g g a t i d a k m e m p e r s u l i t j a l a n n y a p e r s i -
d a n f; a n .
b , T e r d a k w a m a s i h m e m puny a i t a n g g u n g a n i s t r i d a n s e o r a n g
a n a k .
.' ̂X. k. I h m * <j e r t i mb,- * n <Mk a n h a l - h a ) , y a n g m e m p e r b e r a t
d«--.n ... 1-lu 1 jane; n w r■ ng.jnk-jn, maka Maj -Iis Hakim memutus-
k-in rcba^ai berikut :
1 . Dnt.jk terdakwa I ;
M^/u;h\ikum t e r d a k w » d e n g a n p i d a n a p o n j a r a e m p a t t a h u n .
?. tfntuk t o r U k w a IT :
"ftn;;>iukuiri t e r d - i k y - d e n g a n p i d a n a p e n j a r a t i g a t a h u n .
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
51
K o m e n t a r :
P e n g a d i l a n N e g e r i M a l a n g t e l a h m e n y a t a k a n t e r d a k w a
t e r b u k t i m e l a k u k a n t i n d a k p i d a n a p e m a l s u a n t e s t a m e n y a n g
m e l a n g g a r p a s a l 263 KUHP J o p a s a l 266 KUHP J o p a s a l 55
a y a t 1 nub 1 KUHP. P a d a d a s a r n y a p e r b u a t a n t e r d a k w a t e l a h
me menuhi u n s u r - u n s u r y a n g t e r d a p a t d a l a m p a s a l - p a s a l t e r
s e b u t .
S e s u a i dengan b u n y i pasal 263 KUHP y a n g m e n y a t a k a n . :
B a r a n g s i a p a membuat s e c a r a t i d a k b e n a r a t a u m e m a l s u s u r a t j a n g d a p a t m e n i m b u l k a n s e s u a t u h a k , p e r i k a t a n a t a u p e m b e b a s a n h u t a n g , a t a u y a n g d i p e r u n t u k k a n s e b a g a i b u k - t i d a r i p a d a s e s u a t u h a l , d e n g a n m a k s u d u n t u k m e m a k a i a t a u m e n y u r u h o r e n g l a i n p a k a i s u r a t t e r s e b u t s e o l a h -ol .ah i s i n y a b e n a r d a n t i d a k d i p a l s u , d i a n c a m , j i k a p e - m. ' ikaian t e r s e b u t d a p a t m e n i m b u l k a n k e r u g i a n , k a r e n a p e m a l s u a n s u r a t , d e n g a n p i d a n a p e n j a r a p a l i n g l a m a enam t a h u n .D ia n c a m d e n g a n p i d a n a y a n g s a m a , b a r a n g s i a p a d e n g a n s e - n g a j a m e m a ka i s u r a t y a n g i s i n y a t i d a k b e n a r a t a u d i p a l - s u , s e o l a h - o l a h b e n a r dan t i d a k d i p a l s u , j i k a p e m a k a i a n s u r a t i t u d a p a t m e n i m b u l k a n k e r u g i a n .
;aaka t i n d a k a n t e r d a k w a t e r s e b u t t e l a h m e r u g i k a n o r a n g l a i n .
A p a l a g i b i l a d i t e l i t i , maka a k a n d i k e t a h u i b a h w a t e r d a k w a
aebcnarnya telah melanggar pasal 956 B.W. Hal i n i d i s e b a b -
k a n k a r e n a t e r d a k w a t e l a h m e m a k a i dan m e n j u a l h a r t a p e n i n g -
,'^alon y a n g m a s i h d a l a m s e n g k e t a . D e n g a n b e g i t u k a l a u p u t u s -
an d i a t a s s u d a h t e t a p d a n t e r d a k w a d i n y a t a k a n t e l a h m e l a -
k u k a n t i n d : k p i d a n a p e m a l s u a n t e s t a m e n , maka t e r d a k w a h a -
r u a mengem b' i l ik . -m I1 . r t a p e n i n g g a l a n y a n g t e l a h d i p a k a i n y a
19' M o e l j a t n o , K l t a b U n d n n f> u n d .* n r Hukum P i d a n a . B i n a
s . k - a r a , J a k a r t a , 1 9 8 ^ , h, 1 1 5 .
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
52
itu beserta segala hasil, pendapatan, dan ganti rugi (pasal
834 ayat 3 B.W) kepada ahli waris ab-intestato yang sebe-
narnya.
Di samping itu, dengan dinyatakannya terdakwa sebagai
pemalsu testamen, maka testamen tersebut menjadi batal dan
dianggap tidak pernah ada. Jadi ahli waris ab-intestato
yang ada pada saat itulah yang mewaris harta peninggalan si
pewaris.
2. Kasus Harta Warisan Dalam Kaitannya Dengan Kedudukan
Ahli Waris Testamentair Di Bidang Pencairan Deposito
Berbeda dengan kasus pertama, maka kasus ini sudah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Sehingga kasus ini hanya
berlangsung di tingkat pengadilan negeri 6aja, yaitu Penga
dilan Negeri Malang. Putusan ini telah dibacakan pada tang
gal 8 Juli 1987 dengan No. 70/Pdt. G/1987.
Yang Berpekara :
Penggugat, Budi Prayitno, swasta, bertempat tinggal
di jalan Laksamana Martadinata 127 A Malang.
Tergugat, Bank Antar Daerah P.T. Cabang Malang, ber-
alamat di jalan Basuki Rachmad 16 Malang, dalam hal ini di-
wakili kuasanya, Wahyudi, S.H., pengacara, beralamat di ja
lan Halmahera 58 Malang,
Duduk Perkara :
Penggugat dengan surat gugatan tanggal 15 April 1987
mengemukakan sebagai berikut :
1. Bahwa berdasarkan bukti-bukti yang autentik, penggugat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
53
a d a l a h p e n e r i m a h i b a h w a s i a t a t a s s e g a l a h a r t a p e n i n g p
g a l a n ( b a i k b a r a n g y a n g b e r g e r a k maupun b a r a n g y a n g t i
d a k b o r g e r a k ) , r a i l i k N y o n y a M a r i a n i R a h a y u S r i R e j e k i
(K w e e G i o k Kwan N i o ) a l m a r h u m a h ( s e l a n j u t n y a d i s e b u t
p e w a r i s ) ;
2 , Bahwa p e n g g u g a t t e l a h d i t e t a p k a n s e b a g a i a h l i w a r i s t e s
t a m e n t a i r s a t u - s a t u n y a o l e h P e n g a d i l a n N e g e r i M a l a n g ;
5 . Bahwa b e r d a s a r k a n h a l d i a t a s , p e n g g u g a t m e n g g u n a k a n
h a k n y a s e b a g a i a h l i w a r i s u n t u k m e n c a i r k a n d e p o s i t o p e
w a r i s p a d a B a n k A n t a r D a e r a h P . T . C a b a n g M a l a n g ( s e l a n
j u t n y a d i s e b u t t e r g u g a t ) ;
/*. Bahwa t e r g u g a t m e n o l a k p e r r a o h o n a n p e n g g u g a t b e r d a s a r k a n
a l a s a n - a l a s a n y a n g t i d a k r e l e v a n .
U n t u k i n i p e n g g u g a t m e n g a j u k a n g u g a t a n n y a .
T u n t u t a n P e n g g u g a t •
1 . M e n e t a p k a n ba hw a p e n g g u g a t a d a l a h a h l i w a r i s t e s t a m e n
t a i r d a n s e b a g a i e x e c u t e u r t e s t a m e n t a i r ( s a t u - s a t u n y a )
d a r i p e w a r i s y a n g b e r h a k a t a s d e p o s i t o a t a u s u r a t - s u r a t
b e r h a r g a a t a s nama p e w a r i s y a n g a d a d i B a n k A n t a r D a e r a h
P . T . C a b a n g M a l a n g ( t o r g u g a t ) k e p a d a p e n g g u g a t ;
2 . Menghukum t e r g u g a t u n t u k s e g e r a m e n c a i r k a n a t a u merain-
d*ihbukuk an d e p o s i t o d a n a t a u s u r a t - s u r a t b e r h a r g a a t a s
nama p e w a r i s k e p a d a p e n g g u g a t ;
3 . Men&hukum t e r g u g a t u n t u k m e m b a ya r g a n t i r u g i s e b e s a r
Rp 5 . 0 0 0 . 0 0 0 , 0 0 ( l i m a j u t a r u p i a h ) ;
Menrhukum t e r g u g a t u n t u k m e m b a ya r u a n g p a k s a s e b e s a r
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
5k
Rp 2 0 0 , 0 0 0 , 0 0 ( d u a r a t u s r i b u r u p i a h ) s e t i a p h a r i k e -
t o r l a m b a t a n m e l a k s a n a k a n i s i p u t u s a n p e r k a r a i n i t e r h i -
t u n g s e j a k p e r k a r a i n i m e m p u n y a i k e k u a t a n . hukum y a n g
p a s t i ,
P e n g a d i l a n m e m p e r t i m b a n g k a n s e b a g a i b e r i k u t :
a . . i tM u ru h k e t e r a n g a n p e n g g u g a t b e n a r dan d i s e r t a i d e n g a n
b u k t i - b u k t i y a n g a u t e n t i k ;
b . P e w a r i s t i d a k m e n i n g g a l k a n s u a m i d a n a n a k s e r t a k e l u a r
g a m e n u r u t g a r i s l u r u s ;
c . M e n u r u t p a s a l 9 1 7 B . W , , h i b a h w a s i a t b o l e h m e l i p u t i s e
l u r u h h a r t a p e n i n g g a l a n p e w a r i s ;
d . M e n g e n a i g a n t i r u g i s e b e s a r Rp 5 . 0 0 0 , 0 0 0 , 0 0 ( l i m a j u t a
r u p i a h ) d i t o l a k k a r e n a p e n g g u g a t t i d a k mampu m e m b u k t i * -
k a n ;
e . T e r h a d a p u a n g p a k s a , t e r g u ^ a t d ih u k u m u n t u k m e m b a y a r n y a
: . r Rp 5 0 . 0 0 0 , 0 0 ( l i m a p u l u h r i b u r u p i a h ) t i a p h a r i
, p u t u s a n m e m p e r o l e h k e k u a t a n hukum p a s t i .
t e l a h m e m p e r t i m b a n g k a n h a l - h a l d i a t a s , Hakim me-
mutu^k'in :
1 . M e n e t a p k a n p e n g g u g a t s e b a g a i a h l i w a r i s t e s t a m e n t a i r
iL»n s e b a g a i e x e c u t e u r t e s t a m e n t a i r s a t u - s a t u n y a d a r i
nt.:-waris, y a n g b c r h a k a t a s d e p o s i t o d a n l a i n - l a i n y a n g
. i i pada t e r g u . ' - ' i t ;
\ Mun^hukum tur* u . - o t u n t u k g e n e r a m « n c a i r k a n d e p o s i t o ,
dan mtJ/nV-‘' .yar u a n g p^ k a a Rp 5 0 . 0 0 0 , 0 0 ( l i m a p u l u h r i b u
r u p i a h u n t u k s e t i a p k e t e r l a m b a t a n , dan m e n o l a k g u g a t a n
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
55
dolebihnya ;
5. Menghukum tcrgu 'at untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah).
K o m e n t a r :
Pengadilan Negeri Malang telah memutuskan bahwa ter-
Eugat, yaitu Bank Antar Daerah P.T. Cabang Malang, telah
m^lakukan perbuatan melawan hukum, Hal ini disebabkan ter-
gu^at tidak mau mencairkan deposito pewaris yang telah naen-
jadi, hak ahli warisnya (penggugat).
Dalam gugatan sudah dijelaskan bahwa penggugat ada-
bih ahli waris testamentair satu-satunya atas semua harta
peninggalan pewaris yang telah diputuskan berdasarkan pu-
tu^an Pengadilan Negeri Malang No. 1313/Pdt. G/1986. Teta
pi tergugat tetap tidak mau mencairkan deposito tersebut,
. ehtrn'ga penggugat mengajukan perkara tersebut ke penga-
^i*.an. T'indakan penggugat ini adalah benar menurut hukum
karena sebagai ahli waris testamentair, penggugat mempunyai
ktduduk.'in yang sama dengan ahli waris ab-intestato (pasal
155 B . W . ) . Apalagi dengan adanya pasal 83k ayat 1 B.W .
yang menyatakan :
Tiap-tiap waris berhak m o m a j u k m gugatan guna memper- juangkan hak vv-risnya terhadap segala mereka, yang balk atas daaar hak yang sama, br.ik tanpa dasar sesuatuhakpun menguasai soluruh atau sebagian harta peninggal- in, !-«jpertipun terha<^( rc^reka,£gang secara licik te-I - 'in^hentikan pf:nruasaannya.
' un . } mi-cian tindakan penggugat ini adalah benar dan
^ubb-kti dan Tjitrosudibio, loc . ci t .
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
56
tepat sekali.
Dalam halnya tergugat yang menolak pencairan depo
sito ter~obut, salah satu alasannya adalah karena dia meng-
a n ^ n c masih ada ahli waris lain selain ahli waris testa-
m^ii t' i r. Ahli waris tersebut adalah sanak keluarga pewaris
yang bukan merupakan keluarga sedarah dalam garis lurus,
sehingga mereka tidak mempunyai legitieme portie. Ini se-
.u,~i dengan pasal 913 B.W. yang menyatakan :
Bagian mutlak atau legitieme portie, adalah suatu bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan kepada para waris dalam garis lurus menurut undang-undang, terhadap bagian mana si yang meninggal tak diperboleh- kan menetapk^n sesuatu, baik celaku p e m ^ r i a n antara yang masih hidup, maupun selaku wasiat.
Di samping hal-hal tersebut di atas yang dapat saya
uraikan dalam kasus di atas, ada satu hal lagi yang perlu
saya uraiknn, yaitu mengenai isi testamen. Sesuai dengan
penjelasan penggugat bahwa dalam testamen, penggugat diang-
kat ,iebagc:i penerima hibah wasiat (legaat) atas barang-ba-
ran.x bergerak maupun tidak bergerak dari dari pewaris. Me-
lihat isi testamen tersebut tentu kita akan berpikir apa
kah isi testamen itu merupakan legaat ataukah suatu peng
angkatan waris. Untuk ini saya berpendapat bahwa testamen
ter;-i-;:but adalah berisi pengangkatan waris, sebab kalau le-
Kait, barang yang dilegaatkan itu sudah jelas bagi^nnya
d,n n.tirup.-.kan suatu jenis barang tertentu. Sedangkan dalam
te,:tamen di atas tidak terdapat penjelasan mengenai jenis
21{bjU., h. 222.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
57
barang tertentu yang dilegaatkan. Dalam testamen tersebut
hanya disebutkan mengenai barang bergerak dan tidak berge
rak, yang menurut pendapat saya berarti seluruh barang pe
waris. Dengan demikian testamen tersebut berisi pengangkat
an w-iris dan bukan legaat.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
BAB V
PENUTUP
1 . _ 4_'; :;.p j 1 nn
o. P e w a r i s a n a d a l a h s u a t u p r o s e s p e r a l i h a n h a k d a n k e -
w a j i b a n d a l a m b e n t u k m a t e r i i l .
t . P", lam p e w a r i s a n m e n u r u t u n d a n g - u n d a n g d i k e n a l a d a n y a
n e n ^ a n t i an tom p a t , j>eri?jngkan d a la m p e w a r i s a n t e s t a -
m e n t a i r t i d a k .
c . ' i'Oiitamen m e r u p a k a n G ^ l a h s a t u b e n t u k p e r b u a t a n hukum
t>ypi h.-ik. •
d . rvi . s lq m e n d a p a t b e r i s i s u a t u p e n e t a p a n p e n g a n g k a t a n
w-^ris ( e r f s t e l l i n g ) a t a u s u a t u h i b a h w a s i a t ( l e g a a t ) .
e . P e w a r i s t i d a k d a p a t ra eru b a h l e g i t i e m e p o r t i e ,
f . S e o r a n g w a r i s d a p a t m e n o l a k w a r i s a n , a t a u p u n d i n y a -
t a k a n t i d a k p a n t a s u n t u k m e w a r i 6 ( o n w a a r d i g ) . A k i b a t
p e n o l a k a n a t a u k e t i d a k p a n t a s a n i n i , s e o r a n g w a r i s d i
a n g g a p t i d a k p e r n a h m e n j a d i w a r i s .
g . K e d u d u k a n a h l i w a r i s t e s t a m e n t a i r a d a l a h sama d e n g a n
k e d u d u k a n a h l i w a r i s a b - i n t e s t a t o ,
h . r .u a t u p e n e t a p a n d a l a m t e s t a m e n a k a n b a t a l , b i l a t e r -
n y a t a ba hw a t e s t a m e n t e r s e b u t p a l s u .
2 , S a r n n
U n t u k m e n c e g a h d a n m e n a n g a n i m a s a l a h k e d u d u k a n a h l i
w a r i L t e s t a m e n t a i r , maka s a y a m e n g a j u k a n s a r a n s e b a g a i b e -
r i k u t :
a . B a g i o r a n g awam, u n t u k membuat s u a t u t e s t a m e n s e b a i k n y a
58
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
59
m minta nasehat atau petunjuk dari seorang ahli hukum.
b. DnLam pembuatan testamen, sebaiknya seseorang itu raem-
buatnya dalam bentuk testamen umum atau testamen terbu
ka caja.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE
DAFTAR BACAAN
Uman Suparman, Intisari Hukum Waris Indonesia. Armico, Bandung, 1985.
Hartono Soerjopratiknjo, Hukum Waris Testamenter. cet. II, Seksi Notariat Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1984.
Kansil C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum. Balai Pustaka, Jakarta, 1979.
Koeljatno, Kitab UndanK-undanft Hukum Pidana. Bina Aksara, Jakarta, 1983.
O e m a r s a l i m , D a s a r - d a s a r Hukum W a r i s Di I n d o n e s i a T c e t . I , B i n a A k s a r a , J a k a r t a .
Pitlo, A., Hukum Waris menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Belanda. Jilid I, cet. II, terjemahan M. Isa Arief, Intermasa, Jakarta, 1986.
Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Waris. Rinta, Surabaya.
lubekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perda- ta, cet. X V I , Pradnya Paramita, Jakarta, 1983.
Susanto, Hukum Waris Tanya Jawab. cet. I, Pradnya Paramita, Jakarta.
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan Di Indonesia, cet, VII, Sumur Bandung, Bandung, 1983.
Donna S i t a , " J u r u s P a t a h O r a n g - o r a n g L i h a y " , S a r i n a h , No,1'>4-1 57, 1987.
Iiprogram, Surabaya Poat. 29 Pebruari, 1988.
Hanya Tujuh Kenit Sidang Kasus Han Poo Fok, Jawa Pos. ?6 Pebruari, 1988.
K e t e r a n g a n S a k s i A h l i , S u r a b a y a P o s t . 10 P e b r u a r i , 1988.
T i g a T a h u n U n t u k P e n g c t i k T e s t a m e n P a l s u , S u r a b a y a P o s t .4 Maret, 1988.
Tanpa Kehadiran Istri, E.M. Divonis Empnt Tahun, Surabaya Post, 14 Maretj 1988.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlannga
Skripsi KEDUDUKAN AHLI WARkS TESTAMENTAIR DALAM PEWARISAN MENURUT BURGERLIJK WETBOEK (B.W.)
MAGDALENA TRESYE