Post on 04-Apr-2018
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
1/59
KUMPULAN MAKALAH
PEMENANG LOMBA KARYA TULIS KONPERENSI SANITASI DAN AIR MINUM NASIONAl (KSAN) TAHUN 2011
Kategori Pelajar Juara 1 M asfar Syafar
SMA Negeri 1 Bulukumba Tema : Upaya penanggulangan terkait minimnya akses terhadap air bersih dan buruknya layanan sanitasi. Judul : Upaya penanggulangan penyediaan air bersih di daerah pesisir studi kasus pesisir pantai Bulukumba.
Juara 2 Siti Kholifatul SMA Negeri 1 Ponorogo
Tema : Upaya penanggulangan terkait minimnya akses terhadap air bersih dan buruknya layanan sanitasi. Judul : Saatnya Sanitasi dan Akses Air Bersih Menjadi Sorotan
Juara 3 Muhammad Gilang Ramadhan Putra Ponpes Daar ElQolam II
Tema : Upaya penanggulangan terkait minimnya akses terhadap air bersih dan buruknya layanan sanitasi. Judul : Upaya pemukiman PPA Sanila di lingkungan masyarakat
Kategori Mahasiswa Juara 1 Hakimatul Mukaromah
Universitas Diponegoro Tema: Pentingnya keterlibatan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan pembangunan AMPL. Judul: Partisipasi Masyarakat sebagai Jawaban atas Tantangan Pembangunan Sarana dan Prasarana AMPL di Indonesia
Juara 2 Frederic Hamonangan Universitas Brawijaya
Tema: Upaya penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia. Judul: Upaya Peningkatan Stratifikasi Sosial Masyarakat Miskin di Indonesia, Dengan Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan , Sistematis , dan Efisien.
Juara 3 Gayuh Mustiko Jati Universitas Gajah Mada
Tema: Upaya penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia Judul: SEBUAH #OPTIMISME (Memberantas Kemiskinan Melalui Pembangunan Air Minum dan Sanitasi)
Kategori Pelajar dan Mahasiswa Juara Favorit
Mushonnifun Faiz Sugihartanto SMA Negeri 3 Malang
Tema: Upaya penanggulangan terkait minimnya akses terhadap air bersih dan buruknya layanan sanitasi. Judul: Menanggulangi Masalah Ketersediaan Air Bersih dan Sanitasi di Indonesia
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
2/59
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
3/59
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
4/59
o Kabupaten Bulukumba sebagai salah satu daerah pesisir dengan ketersediaan air
bersih yang minim
Kabupaten Bulukumba adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi
Selatan yang luas wilayahnya sekitar 1.154,67 km2
yang terdiri dari 22,22% daerah pantai,
0,79% daerah lembah, 15,87% daerah perbukitan, dan 61,60% merupakan dataran. Secara
kewilayahan kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi yaitu dataran tinggi
pada kaki gunung Bawakaraeng-Lompo Battang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.
Dengan jumlah penduduk sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010) yang
tersebar di 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa. Adapun ke 10 kecamatan tersebut
yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan
Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan
Kindang, Kecamatan Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa. Dari ke-10 kecamatan tersebut
tujuh di antaranya merupakan daerah pesisir yang dimanfaatkan sebagai sentra
pengembangan pariwisata dan perikanan. (Wikipedia)
Dari kondisi geografis Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari 22,22% daerah pantai
tersebut memberi gambaran bahwa Kabupaten Bulukumba terletak hampir di sepanjang
pesisir pantai. Inilah yang membuat sebagian besar penduduk Kabupaten Bulukumba yang
bermukim di pesisir pantai memilih profesi sebagai nelayan dan buruh rumput laut, yang
mana kebanyakan dari nelayan ini adalah nelayan yang berpendapatan rendah yang masih
berada di bawah garis kemiskinan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan yang kuat
mengapa nelayan di sepanjang pesisir pantai ini memiliki akses air bersih yang rendah dan
sanitasi yang buruk.
Nelayan tersebut lebih memilih menggunakan air tanah (sumur) dibanding mendapat
pasokan dari PDAM dikarenakan biaya pemasangan yang relatif mahal. Masalah yang
selanjutnya timbul adalah adanya perubahan rasa, aroma, dan warna air sumur di daerah
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
5/59
pesisir Kabupaten Bulukumba akibat dari semakin kecilnya daerah resapan air hujan dan
semakin menipisnya kandungan air tanah akibat pembangunan berkelanjutan yang tanpa
batas. Yang mana sumur yang mereka buat kebanyakan berair asin (payau), memiliki aroma
yang tidak enak dan berwarna kekuningan karena dekat daerah pantai. Hal ini membuat
penduduk yang bermukim disekitar pesisir terpaksa mengkomsumsi air tidak layak tersebut.
Hal ini tentunya sangat memprihatinkan karena dengan mengkomsumsi air berkadar garam
tinggi (air payau) dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare, mual, muntaber, pusing,
gangguan pencernaan, dan berbagai gangguan kulit seperti kudisan dan bisul.
o Ada solusi, tapi tidak efektif
Untuk permasalahan penduduk yang bermukim di pesisir pantai tersebut sebenarnya
sudah ada solusinya , yaitu dengan melakukan pemurnian air laut. Pada dasarnya prinsip
pemurnian air laut adalah proses pemisahan garam dari air laut sehingga diperoleh air tawar,
proses ini kita kenal dengan sebutan desalinasi. Ada banyak cara untuk mengolah air asin
menjadi air tawar, antara lain:
1.Penyulingan
Percobaan pertama untuk memisahkan garam dan air laut adalah meniru cara alam,
yaitu dengan menguapkan air laut kemudian mengembunkan uapnya kembali. Ketika air laut
dipanaskan, hanya air yang menguap, garam-garam yang terlarut tetap tinggal dalam larutan
(air laut). Dengan menggunakan alat suling bagian dalam wadah perebus air laut dilengkapi
dengan pipa-pipa tegak untuk memperluas permukaan air yang dipanaskan. Dengan
perluasan dapat diperoleh banyak uap dalam waktu relatif singkat.
2.Osmosis Balik (Reverse Osmosis)
Osmosis balik atau reverse osmosis (RO), dilaksanakan dengan memberikan tekanan
terhadap air laut, sehingga memaksa dari molekul-molekul air murni menembus suatu
membran semipermeabel, sedangkan sisanya berupa garam larut, bahan-bahan organik,
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
6/59
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
7/59
membutuhkan biaya yang tinggi karena menggunakan bahan kimia dan prosesnya yang
rumit. Disamping itu juga terjadi kesenjangan antara pemerintah dan rakyatnya, pemerintah
sangat tidak peduli dan acuh terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh rakyatnya
saat ini. Sehingga sangat tidak mungkin terjalin kerja sama untuk menarik investor agar
menginvestasikan uangnya untuk membantu kesejahteraan masyarakat pesisir dengan
menyediakan akses air bersih yang layak.
o Merumuskan solusi, menghadapi tantangan
Untuk menghadapi permasalahan ini kita membutuhkan solusi yang jitu sekaligus
efektif, Nah, coba kita tinjau kembali! Bahan apa saja yang yang tersedia dalam jumlah yang
berlimpah dan bisa dimanfaatkan sebagai filter untuk menyaring air asin (payau) menjadi air
tanah yang layak? Fakta membuktikan bahwa arang dan sekam padi mampu menetralkan air
asin (payau) menjadi air berpH normal (pH 7) sehingga menjadi air yang layak komsumsi.
Disamping itu kita tidak perlu takut kekurangan bahan baku tersebut karena sekam padi dan
arang tergolong limbah yang banyak tersedia dimana-mana. Apalagi berdasarkan studi
pustaka yang telah saya lakukan ternyata arang dan sekam padi telah teruji keandalannya
sebagai salah satu bahan filter untuk pengolahan air yang tercemar oleh bakteri coli, logam
berat (Cu dan Cr), memperbaiki warna, dan tingkat kejernihan air
Nah, sekarang sudah jelas bagaimana buruknya penyediaan air bersih bagi masyarakat
pesisir Kabupaten Bulukumba, bagaimana melakukan melakukan pemurnian air laut menjadi
air tawar, serta bahan apa saja yang yang tersedia dalam jumlah yang berlimpah dan bisa
dimanfaatkan sebagai filter untuk menyaring air asin (payau) menjadi air tanah yang layak.
Sekarang, yang dibutuhkan adalah sebuah pemikiran yang maju untuk menciptakan sebuah
inovasi baru demi menyediakan air bersih yang layak yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir. Maka berdasarkan masalah tersebut maka saya mencoba melakukan
eksperimen sederhana yang adapun hasilnya yaitu:
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
8/59
Parameter Filter sekam padi Filter arang Filter Campuransekam padi dan arangBanyaknya air 1 liter 1 liter 1 liter
Warna Jernih Agak jernih JernihRasa Agak asin tawar Tawar
Aroma Agak berbau Tidak berbau Tidak berbaupH 7,35 7 7,1Sumber: data primer. Uji laboratorium sangat dibutuhkan
Ternyata pada filter sekam padi dengan volume air sebanyak 1 liter, setelah dilakukan
penyaringan diketahui bahwa ada perubahan warna dari keruh ke jernih, sedangkan rasanya
tidak terjadi perubahan karena tetap asin, hal ini disebabkan oleh pori sekam padi yang lebih
besar dibanding arang. Dan aromanya masih agak berbau dan setelah diuji menggunakan
pHmeter didapat bahwa pH-nya sebesar 7,35 (basa).
Sedangkan pada filter arang dengan volume air sebanyak 1 liter, setelah dilakukan
penyaringan diketahui bahwa ada perubahan warna dari keruh ke jernih, begitu pula dengan
rasanya terjadi perubahan dari yang semula asin menjadi tawar, sedangkan dicium dari
aromanya ternyata tidak menimbulkan bau. Dan setelah diuji menggunakan pHmeter didapat
bahwa pH-nya sebesar 7 (normal) sehingga menjadi air yang layak komsumsi.
Sedangkan pada filter campuran sekam padi dan arang dengan volume air sebanyak 1
liter, setelah dilakukan penyaringan diketahui bahwa ada perubahan warna dari keruh ke
jernih, begitu pula dengan rasanya terjadi perubahan dari yang semula asin menjadi tawar,
sedangkan dicium dari aromanya ternyata tidak menimbulkan bau. Dan setelah diuji
menggunakan pHmeter didapat bahwa pH-nya sebesar 7,1 yang dibulatkan menjadi pH 7
(normal) sehingga menjadi air yang layak komsumsi.
Berdasarkan eksperimen sederhana yang telah saya lakukan, didapatkan kesimpulan
bahwa air hasil penyaringan yang paling baik adalah air hasil saringan pada filter campuran
sekam padi dan arang, yang mana kualitas warna yang dihasilkan jernih, rasanya tawar, tidak
berbau, dan berada pada pH yang normal. Yang mana hal ini dihasilkan oleh pori arang yang
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
9/59
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
10/59
Sekarang yang dibutuhkan adalah terjun langsung ke lapangan, memberikan sosialisasi
terhadap masalah ini, memberikan solusi, pemahaman dan mencoba menerapkan solusi
tersebut kepada masyarakat, karena praktek lebih baik dibanding hanya teori. Idealnya,
mengapa kita harus menunda-nunda sebuah kesempatan emas untuk masa depan yang lebih
cerah selagi hari ini masih ada waktu. Kesadaran untuk menolong sesama yang sedang
kesusahan harus dipupuk sejak dini.
Kesimpulannya, pemanfaatan berbagai limbah dan bahan yang melimpah dan murah di
Indonesia terutama arang dan sekam padi dapat menjadi solusi permasalahan yang kompleks
dimasyarakat, misalnya ketersediaan air bersih bagi masyarakat pesisir, permasalahan
kesehatan karena air minum yang tidak layak dsb. Jadi, untuk apa berlepas diri karena
benturan ekonomi apabila terdapat solusi dengan harga yang murah, terjangkau, dan mudah
didapat, banyak hal yang bisa dioptimalkan pemanfaatnnya didalam negeri kita tercinta ini.
Buktikan pada dunia bahwa kita adalah bangsa yang mandiri, bangsa yang mampu
menyelesaikan berbagai permasalahan, termasuk masalah penyediaan air bersih sekalipun.
Maju terus Indonesiaku ! Mari tingkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan taraf
kesehatan masyarakat pesisir dengan menyediakan air bersih dan sanitasi yang layak!
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
11/59
Lampiran gambar kondisi pesisir pantai Bulukumba
Masyarakat pesisir Kabupaten Bulukumba yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai
Nelayan dan buruh rumput laut yang berpendapatan rendah, sehingga masih berada di bawah
garis kemiskinan.
sanitasi yang buruk dan selokan pembuangan air yang kotor dan tersumbat
beberapa sumur warga pesisir yang ditutup karena berair asin (payau) dan ada pula yang
terpaksa digunakan karena minimnya ketersediaan air bersih.
banner tentang penerapan PHBS dan sambungan air bersih yang dimiliki seorang warga yang
menjadikan air bersih sebagai barang ekonomi yang dijual seharga 500/ember
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
12/59
lain :
- Fina- Fina
KE
- Fina- Juar
- Sis- Juar- Juar- Juar
Bul
Lur
nadi
lis National
lis dan pen
ENPORA
lis 3 rd Indon
a II kategori
a berpresta
a III passing
a II passing
a I olimpiad
Nama l
kumba, pa
no 9 Bul
a emailnyaMA Neger
Young Inv
erima peng
2010
esian Scien
pelajar lom
i pada 100 t
great olim
great olimpi
e astronomi
BIODA
engkap M
a tanggal 3
kumba, S
Asfar_smai 1 Buluku
ntor Award
hargaan Y
e Project O
ba Esai LR
ahun keban
iade astron
ade astrono
tingkat kab
A PENUL
. Asfar Sy
Agustus 1
lawesi Sel
sa@yahoo.ba. Adapu
2010
uth Nation
lympiad 20
TN ITB 20
gkitan nasio
mi tingkat
mi tingkat k
paten tahu
S
far, berusi
94. Beraga
tan. Nomo
com . Kinin prestasi y
l Science
1
11
nal Kab. B
abupaten t
abupaten ta
n 2011
17 tahun
a Islam, b
telepon 0
uduk di kelang pernah
and Techn
lukumba ta
hun 2008
hun 2010
dan lahir
ralamat di
124220115
as XII IPAdiraih anta
logy Awar
hun 2008
i
l.
3,
1ra
s
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
13/59
Nama : M. ASFAR SYAFAR
Tempat/Tanggal lahir : BULUKUMBA, 3 AGUSTUS 1994
Status : Pelajar/Mahasiwa *) coret salah satu
Nama Sekolah/Universitas: SMA NEGERI 1 BULUKUMBA
Tema yang dipilih : UPAYA PENANGGULANGAN TERKAIT MINIMNYA AKSES
TERHADAP AIR BERSIH DAN BURUKNYA LAYANAN
SANITASI
Akun Twitter : TIDAK ADA
Akun Facebook : ASFAR SYAFAR
Alamat Email : ASFAR_SMANSA@YAHOO.COM
Alamat Rumah : JL. LURE 9, BULUKUMBA, SULAWESISELATAN
No Handphone : 085696638507/(0413) 82926
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
14/59
1
Pemenang Kedua Kategori PelajarLomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
Saatnya Sanitasi dan Akses Air Bersih Menjadi SorotanOleh Siti Kholifatul (SMA Negeri 1 Ponorogo)
Sehat, satu kata sederhana namun cukup rumit dalam usaha pencapaian terhadapnya.
Kesehatan menjadi indikator penting penentu sejahtera tidaknya suatu masyarakat. Kesehatan
adalah kebutuhan primer yang tidak bisa tidak mutlak dimiliki oleh setiap manusia. Tanpa
memiliki komponen satu ini, manusia tidak akan bisa melakukan kegiatan apapun untuk
menunjang kehidupannya. Dan bahkan ketidak tercapaian definisi sehat dalam diri seseorang
dapat mengancam kelangsungan hidup seseorang tersebut. Karenanya adalah hal yang wajib
untuk menjadikan kesehatan sebagai sorotan utama setiap individu dan lebih jauh pemerintah
sebagai pengayom masyarakat itu sendiri. Dalam pencapaian sehat yang ideal ada beberapa
indikator yang harus dipenuhi, diantaranya adalah kepenuhan akan gizi dalam makanan yang
dikonsumsi, latihan fisik secara proporsional, pola hidup yang sehat, akses air bersih dan
sanitasi yang layak.
Selama ini permasalahan yang dialami masayarakat Indonesia terkait masalah akses
air besih dan sanitasi yang layak masih sangat kompleks. Hasil studi Indonesian Sanitation
Sector Development Program Tahun 2006, sekitar 47% masyarakat masih berperilaku buang
air besar ke sungai, sawah, kolam, dan tempat terbuka lainnya. Sungguh ironis jika kita lirik,
hampir setengah dari penduduk Indonesia belum memiliki kesadaran yang memadai dengan
konsep sanitasi yang ideal. Padahal dengan jumlah penduduk yang mencapai hampir 230 juta
jiwa, kondisi sanitasi yang buruk dapat mengakibatkan munculnya berbagai macam wabah
penyakit yang dapat dengan mudah menyerang dan menyebar ke masyarakat yang padat
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
15/59
2
penduduk. Penyakit yang dapat disebabkan oleh buruknya sanitasi dan kualitas air adalah
diare, hepatitis A, disentri, basil kolera, polio, cacingan dan penyakit-penyakit lainnya yang
penyebarannya sangat cepat. Ambil contoh saja kasus diare, berdasarkan data World Health
Organization (WHO) tahun 2004, penyakit ini masih menjadi penyebab terbesar kematian
anak di dunia yang membuat 1,8 juta orang di dunia meninggal, dimana sebagian besar dari
mereka adalah anak dengan usia di bawah lima tahun. Fakta yang mencengangkan dimana
anak-anak penerus bangsa kita direnggut oleh penyakit yang disebabkan oleh buruknya
kondisi sanitasi. Belum lagi masalah sulitnya akses terhadap air bersih terutama di daerah-
daerah terpencil di Indonesia. Karenanya diperlukan suatu sistem yang benar-benar fokus
menanggulangi masalah ini.
Sanitasi sendiri adalah perilaku pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan
tujuan untuk menghindarkan manusia dari berbagai macam penyakit. Bahaya ini bisa saja
terjadi secara fisik, disebabkan oleh mikrobiologi dan agen-agen kimia dari penyakit-
penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bisa berupa
feses (kotoran) hewan dan manusia, limbah buangan padat, air buangan domestik (air bekas
cucian, air seni, air buangan mandi), limbah buangan industri, limbah buangan pertanian, dan
lain lain. Limbah-limbah dapat dengan mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
dengan jumlah yang sangat besar. Kalkulasikan saja limbah domestik dari sekian juta kepala
rumah tangga, belum lagi dengan limbah hasil industri dan pertanian yang jumlahnya tidak
kalah besar. Hal ini tentu dapat menjadi masalah yang serus jika tidak ditangani secara
proporsional dan berkala. Sementara susahnya akses terhadap sanitasi dasar mencapai
90,5%(di perkotaan dan 67% di pedesaan. Namun akses terhadap sanitasi setempat yang
aman (menggunakan septic tank) baru mencapai 71,06% (kota) dan 32,47% (desa). Hal ini
turut memperburuk keadaan. Kondisi sanitasi yang buruk sudah sangat rawan menyebarkan
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
16/59
3
berbagai macam wabah penyakit, masih ditambah lagi dengan susahnya akses terhadap air
bersih. Padahal air adalah kebutuhan vital bagi manusia. Manusia dapat bertahan tanpa
makanan lebih dari satu bulan, tapi manusia akan mati tanpa mengkonsumsi air lebih dari
tujuh hari saja. Hal ini juga mengindikasikan bahwa air adalah komponen utama yang
dikonsumsi manusia, karenanya kebutuhan akan air sifatnya mutlak dan tidak bisa ditawar-
tawar lagi.
Bersamaan dengan permasalahan yang kompleks ini, deadline Millenium
Development Goals di tahun 2015, yang menargetkan pengurangan setengah dari populasi
penduduk yang tidak terjangkau akses ke sanitasi yang baik pada tahun 2015 semakin
mendesak. Karenanya perlu diadakan evaluasi yang berkala terhadap sistem sanitasi dasar
dan air bersih di Indonesia untuk mengetahui faktor apa yang menghambat tercapainya
kondisi sanitasi dan akses air bersih yang ideal. Sehingga dapat diketahui mana-mana yang
perlu diperbaiki dan diperbaharui. Faktor-faktor yang perlu dievaluasi adalah stakeholder
yang berperan di dalamnya, yaitu pihak pemerintah dan masyarakat sendiri.
Dari pihak pemerintah, hendaknya mengkaji ulang peraturan dan undang-undang serta
program-program yang dicanangkan untuk peningkatan kualitas dan mutu sanitasi dan air.
Dewasa ini perhatian pemerintah terhadap sektor sanitasi sangatlah minim, sanitasi belum
menjadi prioritas pembangunan bagi para pengambil keputusan. Berdasarkan data, alokasi
APBN pusat untuk sektor ini pada tahun 2002 hanya 1,8%. Rata-rata APBD provinsi tahun
2002 3,3%, sementara APBD kabupaten dan kota tahun 2002 sejumlah 5,7%. Terlihat betapa
kebutuhan akan sanitasi dan akses air bersih masih sangat dikesampingkan oleh pemerintah.
Padahal dapat kita lihat dengan gamblang kondisi lingkungan masyarakat kita. Pemukiman
kumuh masih merajalela menghiasi kota-kota besar, masalah persampahan yang tak kunjung
usai, minimnya fasilitas sanitasi terutama bagi warga yang kurang mampu, merebaknya
penyakit malaria dan muntaber, kejadian luar biasa diare hingga flu burung, menunjukkan
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
17/59
4
betapa buruknya kondisi sanitasi di Indonesia. Hal ini terjadi karena buruknya infrastruktur
sanitasi yang dibangun pemerintah untuk penyediaan air bersih, pengelolaan sampah,
drainase air selokan, dan lain-lain.
Selain itu, susahnya akses air bersih tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di daerah
terpencil. Bahkan, masyarakat di perkotaan pun kesulitan mendapatkan air bersih hingga
untuk mendapatkannya masyarakat harus membayar mahal sehingga bagi mereka yang tidak
mampu cukuplah menggunakan air sungai yang penuh dengan kuman dan bakteri. Air minum
perpipaan sebagai sistem perairan yang ideal masih belum dirasakan oleh masyarakat secara
maksimal. Hal ini karena mahalnya air yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena PDAM sendiri memiliki berbagai macam
permasalahan kompleks yang menghambat produktivitas mereka untuk menyediakan air
bersih yang layak dan terjangkau bagi masyarakat. Permasalahan tersebut mencakup
permasalahan secara teknis (air baku, unit pengolah dan jaringan distribusi yang sudah tua,
tingkat kebocoran, dan lain lain) maupun aspek non-teknis (status kelembagaan PDAM,
sulitnya menarik investasi swasta, pengelolaan yang tidak berprinsip kepengusahaan, tarif
tidak full cost recovery , dan lain lain. Hal ini menyebabkan cost untuk produksi menjadi
sangat besar sehingga mau tidak mau tarif PDAM pun cukup tinggi hingga tidak dapat
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Karenanya pemerintah hendaknya mulai memberi perhatian lebih dengan
meningkatkan anggaran pembelanjaan negara pada sektor ini. Dan tentunya juga melakukan
koordinasi kepada pemerintah daerah untuk ikut fokus dalam upaya perbaikan sanitasi dan
akses air bersih di daerahnya, karena berdasar UU No. 32 Tahun 2004 masalah sanitasi
merupakan kewenangan daerah sedang perkembangan di daerah belum menunjukkan
perbaikan yang signifikan. Secara ekonomis, peningkatan anggaran untuk sanitasi terlihat
akan banyak menyedot banyak income, namun jika kita telisik lebih dalam lagi tidak adanya
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
18/59
5
sanitasi yang baik mengakibatkan biaya kesehatan membengkak untuk menangani berbagai
kasus atas penyakit yang banyak muncul karena buruknya sanitasi. Sanitasi yang buruk juga
menyebabkan kualitas air menurun yang lagi-lagi akan berdampak pada pendanaan
ketersediaan air untuk masyarakat. Selain itu, hal ini juga berakibat buruk pada pariwisata
Indonesia yang juga menurun peminatnya karena kondisi Indonesia yang tidak higienis.
Perbaikan sarana sanitasi dengan peningkatan anggaran untuk memperbaikinya tidak akan
membuat pemerintah membuang dana tersebut dengan sia-sia, artinya dana tersebut sama
sekali tidak bersifat konsumtif. Karena produktivitas yang meningkat dan terhindarnya dari
sakit dan kematian. Juga akan meningkatkan angka harapan hidup dan menyumbang
peningkatan perkembangan ekonomi setiap tahun.
Estimasi dana yang mencukupi harus dibarengi dengan efektifitas program yang telah
dicanangkan sebelumnya. Program-program seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM), pembentukan komunitas, Open Defaction Free , cuci tangan pakai sabun,
pengelolaan air minum rumah tangga, sanitasi total, proyek jamban dan sanitasi dasar harus
digalakkan lebih giat lagi. Kontrol dan sosialisasi secara langsung dari pihak pemerintah
kepada masyarakat perlu terus dilakukan untuk melaksanakan program ini secara efektif.
Selain itu, pemerintah harus pula mengefektifkan peran swasta dan masyarakat sebagai
pelaku aktif dalam proyek perbaikan sanitasi ini. Hendaknya peran Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan organisasi swasta digalakkan dan diekplorasi lagi, seperti penggunaan
metode kemitraan antara pemerintah dengan yayasan/ LSM. Dimana pemerintah memberikan
dana hibah untuk pembangunan proyek perbaikan snitasi dan akses air bersih sedang LSM
bertindak sebagai pengelola sehingga dana tersebut bergulir dan dikelola oleh masyarakat
sendiri dibawah control kontrol dan difasilitasi oleh yayasan. Bantuan secara teknis dari
pihak yayasan sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah, dan peran yayasan sebagai
pendamping masyarakat itu sendiri.
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
19/59
6
Di samping itu kesadaran masyarakat adalah faktor utama yang harus diperbaiki,
karena bermacam infrastruktur dan fasilitas yang dibangun pemerintah akan sia-sia jika
masyarakat tidak memiliki iktikad baik dan memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya
sanitasi. Masyarakat adalah objek sekaligus subjek aktif yang akan menyukseskan program
ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara fasilitas sanitasi dan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan dapat dicapai dengan berbagai cara. Di antaranya, dengan
melibatkan tokoh masyarakat yang disegani dalam kampanye dan sosialisasi. Ini artinya
harus ada tokoh masyarakat yang mumpuni dalam hal kelingkungan, jika tidak ada maka
pemerintah harus melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat tersebut dan
memberikan pengetahuan yang cukup mengenai program-program sanitasi yang akan
dilaksanakan. Karena umumnya masyarakat akan lebih tergerak jika pihak yang
menggerakkan adalah tokoh yang disegani dan mereka kenal dalam kesehariaannya. Selain
itu, media juga berperan banyak dalam penyebaran propaganda positif dan kampanye
kesadaran kelingkungan. Pemerintah dapat mensosialisasikian program jamban bersih lewat
media elektronik, spanduk, media cetak, dan lain-lain.
Sosialisasi secara langsung juga harus dilakukan, hal ini dapat melalui kelompok
Karang Taruna atau perkumpulan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di
daerah. Hal ini justru akan lebih mengena, karena masyarakat dapat berinteraksi secara
langsung dan bertanya bermacam hal terkait sanitasi dan air bersih. Serta pembentukan
kelompok aktif di masyarakat seperti forum-forum kepedulian terhadap lingkungan, remaja
masjid, klub jantung sehat, klub manula, pengelola kebersihan/sampah, dan lain-lain. Dengan
adanya forum-forum tersebut, akan membentuk kesadaran dari semua elemen masyarakat.
Masyarakat, baik dari kalangan muda, tua, ibu-ibu, remaja, pelajar, dan yang lainnya.
Sehingga jika semua pihak terkait telah memiliki kesadaran yang tinggi, program dapat
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
20/59
7
dilaksanakan dengan mantap karena semua subjek yang berkecimpung di dalamnya telah
siap.
Setelah kesadaran dan pengetahuan tersebut terbentuk, masyarakat dapat menentukan
sendiri program-program yang sesuai dengan kebutuhan daerahnya, menyusun rencana aksi,
membentuk tim dan mengelola pembangunan fisik. Sehingga terbentuklah masyarakat yang
mandiri dalam hal inisiasi, pelaksanaan, dan pengawasan perbaikan sanitasi itu sendiri. Dari
sinilah kesejahteraan masyarakat dalam hal sanitasi dan akses air bersih dapat tercapai.
Sumber:
1. Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Departemen Kesehatan RI
2008
2. Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat oleh Ir. Tuti Kustiah.
Pusat Penilitian & Pengembangan Permukiman, Balitbang Dep.PU, Desember 2005
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
21/59
1
Pemenang Ketiga Kategori PelajarLomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
UPAYA PEMUKIMAN PPA SANILA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
Oleh Muhammad Gilang Ramadhan Putra (Ponpes Daar El-Qolam II)
Keadaan negara Indonesia masih terlihat sangat memilukan, dimana satu wilayah atau
lingkungan sekitar mengalami peristiwa yang sudah biasa terjadi, kekurangan air.
Keterlibatan masyarakat dalam menangani masalah ini menjadi salah satu hal yang
rumit, jika kita melihat dari sisi ekonomi. Banyak dari masyarakat tak mampu yang tak
sanggup untuk mengatasi kekurangan air ini karena adanya ketidakpastian dari
pemerintah dalam penanggulangan akses air bersih dan sanitasi layak bagi masyarakat
tak mampu tersebut. Sungguh sangat berbeda dengan mereka yang hanya menggunakan
berbagai fasilitas tertentu dan mengeluarkan uang banyak tanpa berpikir panjang. Patut
kita sadari bahwa hal ini dapat menjadi suatu landasan pemikiran seseorang dimana
perlu adanya aktifitas yang didukung oleh fasilitas tertentu, yang mungkin dapat
membantu masyarakat tersebut dalam penanggulangan minimnya akses terhadap air
bersih dan sanitasi layak untuk masyarakat.
Air adalah senyawa penting bagi semua bentuk kehidupan yang ada di muka
bumi, dan tidak ditemukan di planet lain. Unsur tersebut sungguh sangat dibutuhkan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, khussusnya dalam hal jasmani. Air yang
dibutuhkan tentunya air bersih yang bermutu baik dan biasa dikonsumsi oleh manusia
atau dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Jika bukan, maka kadar yang
terdapat dalam air tersebut akan merusak kandungan yang seharusnya dibutuhkan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
22/59
2
Penggunaan air bersih sangat terkait dengan kegiatan sanitasi. Sanitasi adalah
perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia
bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan
harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Kebiasaan yang
dilakukan masyarakat dapat mendukung faktor-faktor yang akhirnya akan menjadi hasil
yang sangat analitis, seperti pembiasaan dalam hidup bersih dari segala sisi. Hasil
tersebut juga akan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga dirinya dari
berbagai kotoran dan cinta alam. Akan tetapi, jika dilihat dari bahaya-bahaya yang
dialami, mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi, dan agen-agen kimia atau
biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan
buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), dan bahan
buangan industri dan bahan buangan pertanian. Maka dari itu, perlu adanya akses air
bersih dan sanitasi layak sebagai penanggulangan umum.
Sebenarnya, masalah yang dialami oleh masyarakat ini bukanlah perkara yang
rumit, jika pemerintah menindaklanjuti masalah ini dengan akurat. Saya, sebagai
masyarakat indonesia sendiri, menyadari adanya kekurangan dalam kinerja pemerintah
kali ini. Banyak sekali hal-hal mudah yang selalu diremehkan sehingga hasil yang
diinginkan benar-benar tidk maksimal. Melalui apa yang saya analisa dari problema
tersebut, saya ingin sekali menggalakkan upaya PPA SANILA (Program Penyulingan
Air dan Sanitasi Layak) sebagai acuan dan sumber dalam mengatasi masalah yang
selama ini melanda kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang
benar-benar kurang mampu.
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
23/59
3
PPA SANILA ini diperuntukkan untuk masyarakat yang benar-benar kurang
mampu dan kesulitan untuk mengakses air bersih. Saya menggalakkan program ini
berdasarkan apa yang saya amati, dan setelah apa yang dibutuhkan telah dipenuhi, saya
dapat menyusun keanggotaan kecil yang ada di sekolah. Saya mengajak beberapa teman
saya yang bergerak di bidang kesehatan dan kegiatan ilmiah. Karena sekolah saya
berbasis pesantren, saya akan menggalakkan terlebih dahulu di desa sekitar pesantren
saya, tepatnya di daerah Pasir Gintung. Melalui penyulingan air, saya dapat mengakses
air tersebut agar dapat dipergunakan oleh masyarakat sekitar.
Penyulingan air yang dilakukan terbagi kedalam beberapa proses yang perlu
diperhatikan langkah-langkahnya. Langkah awal yang harus ditempuh yaitu dengan
menggunakan proses destilasi. Proses ini akan menghilangkan kandungan garam yang
terkandung dalam air secara sistematis. Akan tetapi, salah satu kekekurangannya adalah
biayanya yang terlalu mahal. Sekali pemakaian alat destilasi dapat mencapai jutaan
rupiah, dan hal ini tak mungkin terjadi jika masyarakat belum dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka dan juga pemerintah yang terlalu mementingkan hal besar
dibandingkan kesejahteraan umat manusia. Maka dari itu, perlu adanya pembaharuan
yang layak agar proses ini dapat mendukung akses air bersih dan pelayanan sanitasi
yang terjamin.
Dengan adanya inovasi dan beberapa pemikiran, maka didapatlah perantara
proses yang mudah dan terjangkau. Kita dapat menggunakan saringan kain katun.
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan teknik
penyaringan yang paling sederhana atau mudah. Air keruh disaring dengan
menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran
dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan tergantung pada
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
24/59
4
ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan. Selanjutnya, kita dapat memanfaatkan
kapas sebagai saringan. Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik
dari teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan
dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada
dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas
yang digunakan.
Selain pemanfaatan melalui perantara katun, kita juga dapat menggunakan
sistem aerasi. Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke
dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon
dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air
dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air
seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan
endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi.
Adapun proses yang hampir sejenis, yaitu proses penyaringan pasir lambat. Saringan
pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan lapisan pasir
pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan
menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati
lapisan kerikil. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel Saringan Pasir
Lambat (SPL). Setelah itu, ada yang dinamakan proses penyaringan pasir cepat.
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada
bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila
dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air
bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
25/59
5
dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir. Untuk keterangan lebih lanjut dapat
temukan pada artikel Saringan Pasir Cepat (SPC).
Adapun proses penyulingan air yang unik yaitu Gravity-Fed Filtering System
dan saringan arang. Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan
Pasir Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan melalui dua
tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat(SPC). Air hasil
penyaringan tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan
Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih yang
dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan
yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa/multi Saringan Pasir
Lambat. Sedangkan saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan
tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam
menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat
berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Dengan begitu air yang dihasilkan dapat
dikonsumsi dengan mudah oleh masyarakat banyak.
Proses-proses penyulingan ini akan sangat berguna jika ada dukungan dari
masyarakat. Setelah itu, proses sanitasi akan berlangsung dengan sangat mudah dan
stabil. Karena, banyak sekali dari masyarakat yang meremehkan kegiatan sanitasi di
lingkungan terbuka. Maka, perlu adanya program sanitasi layak lingkungan yang
merupakan status kesehatan suatu lingkungan dan mencakup perumahan, pembuangan
kotoran, dan penyediaan air bersih.
Masyarakat tentu tidak perlu bersusah payah dalam mengkonsumsi air yang
didapat dari hasil sulingan, karena PPA SANILA ini akan mencoba untuk membuat
pemukiman di berbagai tempat strategis dan tertimpa bahaya akses air dan layanan
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
26/59
6
buruk sanitasi, khususnya pemukiman pada sekitar daerah Pasir Gintung. Dengan
adanya pemukiman ini, masyarakat dapat berbondong-bondong untuk mengkonsumsi
akses air bersih dan program sanitasi layak dengan sangat mudah dan teratur. Hal ini
ditujukan agar masyarakat luas, khususnya masyarakat Pasir Gintung dapat memulai
hidup bersih dari masa belia.
Setelah semuanya berjalan dengan lancar dan stabil, saya dapat menyarankan
kepada pemerintah tentang apa yang saya canangkan. Karena program ini sangat
berpengaruh dalam mengatasi minimnya akses air bersih dan sanitasi tersebut. Terdapat
hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi tersebut
berhubungan langsung dengan kesehatan, penggunaan air, dan pemulihan biaya.
Jika kita lihat dari sisi kesehatan, semua penyakit yang berhubungan dengan air
sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak
benar. Sehingga, memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah
tidak efektif. Maka dari itu, perlu adanya perhatian lebih lanjut dari hubungan tersebut,
karena dampaknya akan sangat buruk jika tidak dapat diperbaiki satu sama lain.
Begitu pula dengan sisi penggunaan air. Kita bisa mengambil contoh dari toilet
siram dengan desain lama. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa
memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan
jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit
baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari
penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan.
Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah
tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
27/59
7
di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa
menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.
Kita juga harus memperhatikan sisi pemulihan biaya yang terjadi dalam
hubungan sanitasi terhadapa penyediaan air tersebut. Biaya pengumpulan, pengolahan,
dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Apabila
kita hanya merencanakan satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi
akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang
tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan
menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima
sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150
hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang,
Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya
konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding
1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter. Lalu, hal
tersebut juga berpengaruh dalam penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak
mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai
baik resmi disetujui atau tidak. Oleh karena itu, peningkatan penyediaan air cenderung
mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan
memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak
merusak kesehatan masyarakat.
Proses penyulingan yang digalakkan ini akan menjadi sempurna dengan adanya
pemukiman atau penetapan dibeberapa daerah tertentu, sehingga masyarakat hanya akan
datang dan meminta air hasil penyulingan tersebut. Air yang dihasilkan telah menjadi
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
28/59
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
29/59
9
GAMBAR-GAMBAR PROSES PENYULINGAN AIR DENGAN MUDAH
DAN PRAKTIS
Sumber: http://aimyaya.com/id/lingkungan -hidup/kumpulan-teknik-
penyaringan-air-sederhana/
Gambar 1.1. Saringan Kain Katun
Gambar 1.2. Saringan Kapas
Gambar 1.3. Aerasi
Gambar 1 Error! No text of specified style indocument. .4. Saringan Pasir Lambat
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
30/59
10
Gambar 1.5. Saringan Pasir Cepat
Gambar 1.6. Gravity-fed Filtering System
Gambar 1.7. Saringan Arang
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
31/59
Partisipasi Masyarakat sebagai Jawaban atasTantangan Pembangunan Sarana dan Prasarana AMPL di Indonesia
Oleh:Hakimatul Mukaromah
(Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro)
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap manusia.
Kebutuhan air bersih di perkotaan rata-rata adalah sekitar 100-200 liter/orang/hari.
Artinya jika dikalikan dengan total penduduk Indonesia, yaitu sejumlah
237.641.326 jiwa (Sensus Penduduk, 2010) maka dapat diketahui betapa besarnya
kebutuhan air bersih yang harus di- supply . Jumlah ini belum termasuk kebutuhan
untuk kegiatan agrikultur dan industri yang tentunya memiliki jumlah lebih besar
dibandingkan dengan kebutuhan air domestik.
Ada berbagai macam sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia. Pada tahun 2006, 52,1% penduduk Indonesia telah
memiliki akses terhadap air bersih yang aman 1. Sebagian besar masyarakat
perkotaan telah memiliki akses terhadap air perpipaan atau PDAM. Namun, hal
ini berbeda dengan masyarakat di pedesaan atau yang tinggal di daerah dataran
tinggi yang tidak terjangkau pelayanan air bersih dari PDAM. Hal ini tidak
menjadi masalah jika daerah tempat tinggal mereka memiliki kualitas dan
kuantitas air tanah yang baik dan layak digunakan untuk keperluan domestik
seperti minum, cuci, masak, mandi, dan lainnya. Akan tetapi, hal ini menjadi
kesulitan sendiri bagi mereka yang tinggal di dataran tinggi, di mana sumber air
1 Pembangunan Air Minum dan Penyediaan Lingkungan di Indonesia, 2008
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
32/59
tanah sangat terbatas kuantitasnya. Terkadang masyarakat tersebut harus berjalan
berkilo-kilometer untuk dapat mengambil air bersih sebagai kebutuhan sehari-
hari.
Penyediaan sarana dan prasarana AMPL khususnya air minum tidak
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Masyarakat, sebagai konsumen,
seharusnya juga ikut serta dalam pembangunan dan pemeliharaannya. Hal inilah
yang saat ini dikembangkan di Indonesia, yaitu kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat. Bahkan tidak menutup kemungkinan adanya bantuan pihak lain
seperti LSM atau dari private sector. Kerjasama ini bisa dilakukan dalam aspek
finansial, teknologi atau dalam hal sosialisasi dan pendampingan.
Sampai saat ini telah banyak program yang telah dilaksanakan oleh
Pokja AMPL (Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) dalam
upaya meningkatkan pembangunan, penyediaan, pemeliharaan dan keberlanjutan
pelayanan khususnya untuk prasarana dan sarana air bersih atau air minum.
Program tersebut diantaranya adalah pembuatan sambungan komunal di
Kelurahan Sunggal, Kampung Baru, Kampung Sei Meti, Kota Medan dan Desa
Cibodas, Bandung; pembuatan sumur bor di Kelurahan Kedung Kandang dan
Lesanpuro Kota Malang; program zakat air di Kabupaten Pemalang; dan berbagai
program lainnya2
. Dari beberapa program penyediaan sarana dan prasarana airbersih di atas, terdapat satu hal yang menjadi perhatian Pokja AMPL, yaitu
keterlibatan masyarakat.
2 Pembangunan Air Minum dan Penyediaan Lingkungan di Indonesia, 2008
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
33/59
Peran serta masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana
AMPL menjadi salah satu strategi yang dilakukan oleh Pokja AMPL. Masyarakat
dapat berperan sebagai pencetus ( pioneer) , pelaksana pembangunan, pemelihara,
serta dapat berperan dalam monitoring dan evaluasi AMPL. Keterlibatan
masyarakat ini tentunya memiliki tujuan yang penting, yaitu pembangunan sarana
dan prasarana AMPL diharapkan dapat berjalan dengan sustainable . Hal ini
mengingat banyak sekali tantangan yang harus dihadapi baik pada tahap sebelum,
saat, maupun setelah proses pembangunan sarana dan prasarana AMPL.
Pada fase pertama, yaitu sebelum pembangunan sarana dan prasarana
AMPL, partisipasi masyarakat merupakan salah satu pondasi bagi keberlanjutan
pembangunan yang akan dilakukan. Pada tahap ini biasanya terdapat seorang
pioneer dari dalam komunitas yang memiliki kemauan dan kemampuan kuat
dalam melakukan inisiasi atau pengajuan pembuatan sarana dan prasarana AMPL.
Bahkan tidak menutup kemungkinan pioneer tersebut berasal dari luar komunitas
yang memiliki kapabilitas yang lebih dan mampu melakukan pendekatan persuasi
terhadap masyarakat.
Pada tahap ini kadang terdapat konflik dari dalam komunitas target
pembangunan sarana dan prasarana AMPL. Konflik ini bisa timbul dari aspek
finansial atau pembiayaan pembangunan, aspek fisik (lahan yang akan dipakaiuntuk pembangunan), atau pengambilan keputusan lain yang sulit mencapai
mufakat. Oleh karena itu, suatu lembaga, baik secara formal maupun informal
perlu dibentuk. Dalam lembaga ini beranggotakan orang-orang yang berasal dari
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
34/59
dalam komunitas maupun dari luar komunitas yang dianggap memiliki pengaruh
leadership terhadap komunitas.
Dengan adanya kelembagaan yang mampu mengkoordinir masyarakat
secara lebih sistematis dan berasal dari dalam komunitas mereka sendiri, maka
akan cenderung untuk lebih mudah diketahui kemauan masyarakat dan diharapkan
juga nantinya mampu meminimalisir konflik yang mungkin timbul. Peran awal
lembaga atau organisasi ini adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat atas
pembangunan sarana dan prasarana AMPL; melakukan musyawarah terkait lokasi
pembangunan, sistem pembiayaan, dan hal teknis lainnya; sebagai fasilitator
antara masyarakat keseluruhan dengan institusi atau lembaga donor/pemberi
bantuan (jika ada).
Dengan adanya tahap inisiasi dan sosialisasi yang sifatnya lebih
partisipatif, maka masyarakat akan merasa dilibatkan dalam pengambilan
keputusan. Tahap sosialiasi ini dapat dilakukan secara konvensional seperti
pertemuan rutin atau melalui teknik lain yang lebih menarik minat masyarakat.
Misalnya, visualisasi pemanfaatan sampah anorganik oleh komunitas lain yang
telah berhasil menerapkannya. Tujuan yang diharapkan dari proses sosialisasi ini
adalah masyarakat nantinya memiliki rasa memiliki ( sense of belonging) dan rasa
tanggung jawab dalam operasional sarana dan prasarana AMPL hingga waktuyang akan datang.
Selanjutnya pada tahap pembangunan, masyarakat memang tidak
diharuskan untuk berpartisipasi secara langsung. Tetapi, tidak menutup
kemungkinan bagi mereka untuk ikut serta dalam proses pembangunan fisik ini.
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
35/59
Yang pasti, masyarakat diharapkan mengerti sistem yang diterapkan dan mampu
mereplikasi sendiri jika dibutuhkan.
Pepatah mengatakan, Setiap orang bisa membangun, tetapi hanya
sebagian yang mampu merawat dan menjaga. Seperti halnya sarana dan
prasarana AMPL, proses pembangunannya memang cukup mudah, namun untuk
menjaga fungsinya agar tetap sustain tidak hanya membutuhkan kemampuan
tetapi juga kemauan yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, diperlukan strategi
guna mengajak masyarakat agar tetap konsisten menjaga sarana dan prasarana
AMPL yang telah dibangun. Misalnya adalah dengan penyelenggaraan sayembara
atau pemberian apresiasi terhadap masyarakat yang memiliki kontribusi besar
dalam menjaga keberlanjutan sarana dan prasarana AMPL.
Dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dan
pengelolaan sarana dan prasarana AMPL belum tentu dapat menjamin
keberlanjutan dari pemanfaatan sarana dan prasarana AMPL tersebut. Perlu
adanya monitoring dan evaluasi baik dari insider team maupun outsider time . Hal
ini untuk memantau apakah ada penyelewengan atas sistem yang telah disepakati
sebelumnya. Pengawasan ini perlu dilakukan mengingat kebutuhan akan sarana
prasarana AMPL yang tentunya meningkat seiring dengan pertambahan penduduk
di wilayah terkait. Sehingga konsistensi penerapan sistem yang telah disepakatidapat rentan untuk diselewengkan.
Keterlibatan masyarakat ini tidak hanya secara teknis seperti yang
tersebut di atas. Tetapi, pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga
keberlanjutan sumber daya dan kelestarian lingkungan menjadi bagian yang tidak
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
36/59
terpisahkan. Keterbatasan sumber daya air misalnya, meskipun telah dibangun
sarana dan prasarana yang mampu men- supply kebutuhan air bersih secara
mencukupi bahkan lebih, masyarakat tetap harus menghemat penggunaannya.
Karena terkadang seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana yang ada,
perilaku masyarakat cenderung berubah. Ketika masyarakat kesulitan untuk
mendapatkan air bersih, mereka cenderung untuk sebisa mungkin menghemat
penggunaannya. Sedangkan ketika air bersih sudah mampu diakses secara lebih
mudah, perilaku mereka berubah menjadi lebih loyal dalam menggunakan air
bersih. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi pasca pembangunan sebagai salah
satu upaya untuk tetap menjaga keberlanjutan sarana dan prasarana AMPL serta
untuk keberlanjutan ketersediaan sumberdaya yang ada.
Pelibatan masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana AMPL
ini, pada akhirnya bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang sadar dan peduli
terhadap lingkungannya. Mereka diharapkan juga mampu lebih mandiri atau
bahkan mampu berinovasi dalam pemanfaatan potensi dan sumber daya di
lingkungan mereka terkait dengan pemberdayaan yang telah dilakukan seiring
dengan jalannya sosialisasi. Dengan adanya kesinambungan antara kemajuan
sumber daya manusia dan kebijakan pemanfaatan sumber daya alam maka
diharapkan dapat tercipta lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
37/59
REFERENSI
Bappenas, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, DepartemenKesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan. 2003.Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat . Jakarta: Bappenas
http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0, diakses pada 2 Oktober 2011
http://eprints.undip.ac.id/4624/1/dodyTA.pdf, diakses pada 2 Oktober 2011
http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compatibility-mode.pdf, diakses pada 2 Oktober 2011
http://www.indonesiatoday.in/, diakses pada 2 Oktober 2011
Pokja AMPL. 2008. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia . Jakarta: Pokja AMPL
http://eprints.undip.ac.id/4624/1/dodyTA.pdfhttp://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compatibility-mode.pdfhttp://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compatibility-mode.pdfhttp://www.indonesiatoday.in/http://www.indonesiatoday.in/http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compatibility-mode.pdfhttp://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compatibility-mode.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/4624/1/dodyTA.pdf7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
38/59
Pemenang Kedua Kategori MahasiswaLomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
Tema : Upaya penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia
Upaya Peningkatan Stratifikasi Sosial Masyarakat Miskin di Indonesia,Dengan Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang
Berkelanjutan , Sistematis , dan Efisien
Oleh Frederic Hamonangan Tumanggor (Universitas Brawijaya)
Latar Belakang
Dari hasil sensus penduduk tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia adalah 218,868,791 jiwa.
Berarti Indonesia termasuk negara terbesar ke tiga di antara negara- negara yang sedang
berkembang setelah Cina dan India. Dibanding dengan jumlah sensus tahun 1990 maka akan
terlihat peningkatan penduduk Indonesia rata-rata 1,98 2,11% pertahun. Bila dilihat dari luas
wilayah pada peta penyebaran penduduknya, kita akan melihat realita bahwa pola penyebaran
pendududk di 33 propinsi, tidak merata. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2005 sekitar
60% penduduk tinggal di pulau Jawa, padahal luas pulau Jawa hanya 7% dari luas wilayah
Indonesia. Dilain pihak pulau Kalimantan yang luas wilayahnya hampir 6 kali luas wilayah pulau
jawa, hanya ditempati oleh 5% dari jumlah penduduknya (BPS, 2011).
Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya, Indonesia masih masuk dalam kategori tinggi.
Hal ini bila tidak diupayakan pengendaliannya akan menimbulkan banyak masalah. Sebagai
contoh di Indonesia, tingkat partisipasi anak usia sekolah untuk tingkat SMA sederajat, baru
mencapai 55.83%. Dibanding negara tetangga, tingkat partisipasi pendidikan kita masih
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
39/59
tergolong rendah. Hongkong misalnya, pada tahun 1985 telah mencapai 95%, Korea Selatan
88% dan Singapura telah mencapai 95 % (Surabaya Post, 2 Oktober 2005). Masalah-masalah
lain seperti tingkat pendidikan tenaga kerja di Indonesia juga sangat rendah. Sekitar 77%
angkatan kerja masih berpendidikan rendah (dibawah SMA/sederajat). Hal ini, tentu saja akan
berdampak terhadap pendapatan perkapita yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap
kualitas hidup dan konflik pada kehidupan rumah tangga seperti perceraian dan perkawinan usia
dini yang nantinya akan berpengaruh terhadap angka kelahiran dan kematian. Hal inilah yang
dalam banyak hal dijadikan indikator bagi kesejahteraan suatu Negara sesuai dengan paradigma
ahli kependudukan Amerika Serikat, Sharp et al , negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor). Nampaknya sederhana, tetapi harus diingat bahwa
manusia adalah sebagai subjek tetapi juga sekaligus objek pembangunan sehingga bila tidak
diantisipasi mungkin pada gilirannnya akan berakibat ketidakstabilan atau kerapuhan suatu
negara.
Polemik Kemiskinan di Indonesia
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu, umumnya
masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya
kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati
fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan pembangunan sanitasi air yang memadai
dan kemudahan - kemudahan lainnya yang biasa tersedia pada jaman modern di negara-negara
maju. Pemerintah Indonesia yang berorientasi mengembangkan Indonesia menjadi negara maju
dan mapan dari segi ekonomi tentu menganggap kemiskinan adalah masalah mutlak yang harus
segera diselesaikan disamping masalah lain yaitu ketimpangan pendapatan, strukturisasi
pemerintahan, inflasi, defisit anggaran dan lain sebagainya. Pertumbuhan penduduk yang
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
40/59
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
41/59
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
42/59
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
43/59
menjadi Pekerjaan Rumah (PR) untuk kita bersama adalah air bersih yang sejatinya menjadi sumber
kehidupan warga sekitar, kini sudah tercemar dan berubah warna hitam pekat, sehingga tidak layak lagi
untuk mandi, cuci dan minum. Sedangkan untuk masalah sanitasi, ternyata ada kira-kira 20% penduduk
Indonesia yang masih buang air besar sembarangan . Hal inilah yang menyebabkan perlu adanya suatu
pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di seluruh wilayah yang ada di Indonesia
hingga ke pelosok desa dan daerah terpencil. Pemerataan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
yang dimaksud disini, adalah pembangunan sistem air minum pada wilayah-wilayah tertentu
sesuai dengan urgensinya yang terencana dan terintegrasi dengan pemerintah daerah yang juga
memerlukan peran aktif masyarakat setempat, dan tertuang dalam suatu rencana tata
pembangunan sistem air minum dan sanitasi jangka panjang. Selanjutnya, suatu rencana tata
pembangunan sistem air minum dan sanitasi jangka panjang tersebut, digunakan sebagai acuan
kebijakan spasial bagi pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang diharapkan dapat
berkelanjutan, sistematis, dan efisien bagi masyarakat. Sehingga, masyrakat akan dapat hidup
secara layak dan sehat, serta kesempatan mereka untuk dapat melakukan upaya optimal dalam
rangka untuk memajukan status sosial mereka agar dapat terus bergerak menuju stratifikasi sosial
yang lebih tinggi, dapat berjalan dengan baik.
Strategi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan, Sistematis, dan
Efisien
Dilihat dari kegagalan program penanggulangan kemiskinan selama ini, strategi dan kebijakan
alternatif yang berpihak kepada rakyat miskin, option for the poor menjadi kebutuhan mutlak
menanggulangi kemiskinan. Salah satunya kebijakan alternatif yang berpihak kepada rakyat
miskin adalah dengan diadakannya Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan,
Sistematis, dan Efisien di seluruh Indonesia. Untuk membuat sebuah strategi dan kebijakan
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
44/59
alternatif tersebut, diperlukan pengetahuan yang memadai tentang bagaimana penerapan
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, dapat berjalan secara berkelanjutan, sistematis, dan
efisien. Sehingga kita harus dapat membedakannya, dengan penjabaran sebagai berikut ;
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan adalah strategi pembangunan Air
Minum dan Sanitasi yang ditekankan pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, terutama
masyarakat miskin yang sangat memerlukan peran aktif dan sinergi antara pemerintah daerah
dan masyarakat untuk dapat membangun sistem sanitasi dan air minum yang baik dan
berkelanjutan ( Sustainable ) melalui tahapan-tahapan yang telah terprogram sebelumnya dan
telah disepakati bersama. Peran aktif masyarakat dan pemerintah daerah dihrapkan dapat saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan harus berlandaskan prinsip "memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan".
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Sistematis
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Sistematis adalah strategi pembangunan Air Minum
dan Sanitasi yang menekankan hubungan dan keterkaitan program-program yang telah dan akan
dicanangkan oleh pemerintah untuk dapat membuat sistem pembangunan air minum dan sanitasi
yang baik, dan memiliki dapat positif bagi masyarakat dalam jangka waktu yang relatif lama,
serta penerapannya akan mudah dan dapat terus dilakukan. Contohnya melalui sistematika yang
ada pada konsep evolusi-sanitasi, yaitu konsep pendekatan pengembangan program sanitasi,
yang dimulai dengan;
1. Fase awal evolusi; berupa peningkatan sistem on-site (kondisi sanitasi kebanyakan saat
ini), ditingkatkan secara teknis menjadi sistem on-site (septic tank) yang layak memenuhi
persyaratan teknis, beserta dengan penyediaan pelayanan IPLT, baik skala kota maupun
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
45/59
komunal. Fase ini dialamatkan bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan
peningkatan akses masyarakat ke sanitasi dasar yang lebih baik.
2. Fase interim; berupa peningkatan on-site menjadi sistem komunal (centralize system),
yang dapat berupa small sewerage system atau small bore system. Fase ini merupakan
solusi sanitasi yang dialamatkan, dengan tujuan pengurangan pencemaran badan air
(sungai)/air tanah oleh polutan limbah cair domestic.
3. Fase akhir evolusi sanitasi; merupakan fase peningkatan dari beberapa komunal system,
yang dihubungkan oleh pipa induk ke IPAL terpusat, berupa sewerage system skala
perkotaan. Fase ini dialamatkan untuk peningkatan kualitas lingkungan (Strategy andAction plan: Mainstreaming Gender : water and sanitation, 2006 )
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Efisien.
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang Efisien adalah strategi pembangunan Air Minum
dan Sanitasi dengan menggunakan metode tepat guna yang sederhana dalam penerapannya,
hemat biaya, dan cenderung memerlukan jangka waktu pembangunan yang singkat. Misalnya
dengan pengelolahan limbah Kotoran Manusia menjadi Sumber Energi, seperti yang telah
dilakukan didaerah Banjarbaru Propinsi Kalimantan selatan ( Mitra News, 23 Maret 2011 ). Gas
Methan yang dihasilkan kotoran manusia dijadikan sumber energi alternative dengan adanya
sistem sanitasi yang efisien. Pemilihan limbah tersebut sebagai salah satu bagian pemanfaatan
energi alternatif. Efisiensi sistem sanitasi seperti ini justru akan menjadi jawaban terbaik dalam
menghadapi problem habisnya energi yang berasal dari sumber daya alam (SDA) seperti minyak
bumi, batu bara, dan gas alam yang dijadikan sumber utama bahan baku energi. Diharapkan,
dengan strategi pembangunan sanitasi yang efisien, selain ramah lingkungan, sesuatu yang
dulunya dianggap limbah oleh masyarakat, justru akan dapat menjadi energi alternatif yang
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
46/59
menguntungkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung. Tentu saja,
peningkatan kesejahteraan ini akan berpengaruh dalam peningkatan stratifikasi sosial masyarakat
miskin menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Frederic Hamonangan Tumanggor, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
Email : admin@forumpendidikanindonesia.com / erick_hamonangan@yahoo.com
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
47/59
Pemenang Ketiga Kategori MahasiswaLomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
Tema:Upaya Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia
SEBUAH #OPTIMISME
(Memberantas Kemiskinan Melalui Pembangunan Air Minum dan Sanitasi)
Oleh Gayuh Mustiko Jati (Universitas Gadjah Mada)
Pendahuluan
Di negara berkembang seperti Indonesia ini, fenomena kemiskinan merupakan salah
satu hal jamak dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Di Indonesia sendiri, angka
kemiskinan berada pada kisaran 14,15% dari total penduduk pada tahun 2010 1. Hal ini perlu
mendapat perhatian serius mengingat 14,15 % bukanlah angka yang kecil jika dibandingkan
total penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta jiwa. Kemiskinan menjadi hal krusial yang
perlu dengan segera diselesaikan karena kemiskinan menjadi pemicu banyak hal terkait
permasalahan kependudukan dan kriminalitas.
Penyebab pasti kemiskinan tidak dapat diketahui secara pasti, namun kemiskinan
disinyalir karena kurangnya pemerataan dalam pembangunan dan ketidaksiapan masyarakat
dalam menghadapi perkembangan. Namun, hal ini tidak lantas menjadi acuan utama karena
sejatinya permasalahan kemiskinan dapat diatasi jika dilakukan upaya penanggulangan yang
tepat, setidaknya angka kemiskinan dapat diminimalisasi dengan kesungguhan dan kolaborasi
pemerintah dengan rakyat. Melalui pendekatan ini, dengan optimisme yang terarah,
kemiskinan dapat ditanggulangi dan angka kemiskinan dapat ditekan. Salah satu cara
1 http://www.antaranews.com/berita/1260211179/bps-angka-kemiskinan-2010-tidak-banyak-berubah-dari-2009
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
48/59
menanggulanginya adalah dengan pembangunan air minum dan sanitasi. Pertanyaan yang
akan timbul adalah apa keterkaitan antara kemiskinan dan pembangunan air minum dan
sanitasi? Bagaimana mungkin dua hal yang nampaknya berbeda haluan ini saling
mempengaruhi?
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan bentuk dari ketidakberdayaan seseorang dalam aspek
ekonomi. Seperti halnya kemiskinan yang terjadi di Indonesia, umumnya terjadi akibat
kesulitan dalam hal ekonomi. Entah itu karena pengangguran atau penghasilan yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan dan kurang dari penghasilan minimal yang ditentukan atau
memang karena keadaan yang tidak mendukung. Kemiskinan ini erat kaitannya dengan
beberapa pola kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Beberapa studi mengenai pola hidup
masyarakat mendapati bahwa kemiskinan yang terjadi di tengah masyarakat merupakan
bentuk dari ketidaksiapan masyarakat menghadapi perubahan. Perubahan yang dimaksud
disini adalah perkembangan zaman. Betapa tidak, mereka yang tidak siap menghadapi
perubahan inilah yang tidak mampu menyesuaikan dengan iklim persaingan dan cenderung
memasrahkan diri kepada keadaan. Memang, beberapa kemiskinan difaktori oleh latar
belakang keluarga, pendidikan, lingkungan, sistem dalam suatu komunitas, dan juga pola
pikir. Mengapa penulis memasukkan pola pikir juga? Karena sejatinya kemiskinan, atau
apalah kita menyebutnya itu, adalah bentuk dampak dari hasil pola pikir manusia. Setidaknya
orang yang berpikir dengan kreatif dan alternatif tidak akan membiarkan dirinya terkungkung
dalam permasalahan kemiskinan. Sementara orang yang pasrah akan keadaan akan terus
melakukan pembiaran yang justru membuat mereka tetap bertahan pada zona kemiskinan.
Suatu hal yang miris adalah kemiskinan ini ternyata sudah menjadi rantai yang sangat
kuat sehingga sulit sekali untuk melepaskan diri jika terjebak dalam siklus ini. Dari data yang
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
49/59
diperoleh dari BPS, menunjukkan bahwa angka kemiskinan yang terjadi pada tahun 2009-
2010 hingga 2011 tidak mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini menjadi indikasi
bahwa program pengentasan kemiskinan yang dijalankan pemerintah belum sepenuhnya
berjalan dengan baik. Padahal beberapa program pengentasan kemiskinan sudah digadangkan
pemerintah dan menjadikan optimisme dalam penurunan angka kemiskinan di Indonesia.
Program ini meliputi perbaikan sektor pendidikan, kesempatan berkarya dan hal-hal besar
lainnya dalam sektor ekonomi. Namun, pemerintah tidak menyadari bahwa perbaikan aspek
individual sebenarnya yang lebih penting dan fundamental yakni aspek kesehatan, baik
kesehatan tubuh maupun kesehatan lingkungan. Mengapa demikian?
Air Minum dan Sanitasi
Air yang merupakan kebutuhan pokok paling mendasar dari manusia, dan pemenuhan
kebutuhan akan air merupakan sebuah hal mutlak yang perlu dipenuhi. Seperti kita ketahui
air kita gunakan untuk minum, mandi, mencuci, dan berbagai aktivitas kehidupan lain. Tanpa
air, sepertinya kehidupan ini tidak akan berjalan. Dalam hal untuk minum, dimensi
pembahasan air tidak hanya sebatas membahas kuantitas air yang tersedia saja, namun faktor
kualitas menjadi nilai penting yang harus diperhatikan. Kuantitas air yang dikonsumsi
menunjukkan ketersediaan air, apakah mencukpi atau tidak dan sampai pada pembahasan
dengan cara apa kita mecukupinya. Sementara pembahasan pengenai kualitas menjadi
penentu selanjutnya karena kualitas air yang dikonsumsi sangat menentukan kualitas
kesehatan seseorang karena berhubungan langsung dengan aktivitas dalam tubuh seseorang.
Pada tahap ini, peran air menjadi sangat besar dan sangat krusial. Air menjadi faktor penentu
sehat atu tidaknya seseorang maupun masyarakat.
Sanitasi, istilah lain untuk menyebut usaha untuk membina dan menciptakan suatu
keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat (Kamus Besar Bahasa
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
50/59
Indonesia), juga sangat mempengaruhi kesehatan seseorang karena sanitasi berhubungan erat
dengan sistem pengelolaan lingkungan. Di masyarakat sendiri, sanitasi ini dikenal dengan
istilah MCK, yakni mandi, cuci, dam kakus walaupun pada praktiknya sanitasi tidak hanya
sebatas itu, sanitasi memiliki kajian yang lebih luas, terutama pada kesehatan lingkungan dan
masyarakat. Sanitasi sangat menentukan kesehatan masyarakat, mengingat lingkungan
sebagai tempat tinggal masyarakat merupakan tempat semua aktivitas masyarakat. Jika
lingkungan sehat, bukankah masyarakatnya juga akan sehat? Begitulah keterkaitan sanitasi
dengan kesehatan masyarakat, baik kesehatan pada tingkat individu maupun sampai tingkat
masyarakat.
Antara Kemiskinan dan Air Minum dan Sanitasi
Kemiskinan dan pembangunan air minum dan sanitasi memang tidak memiliki
korelasi langsung. Namun jika menelusuri lebih jauh, kedua hal berbeda ini memiliki satu
keterikatan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Jika kita lihat dari pembahasan
kemiskinan dan air minum dan sanitasi ternyata ada sebuah keterkaitan yang apabila ditarik
lurus akan bertumpu pada titik yang sama, yakni pengentasan kemiskinan.
Seperti yang telah kita bicarakan, ada aspek fundamental yang seharusnya dibenahi
dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah perbaikan dalam sektor kesehatan. Di satu sisi,
aspek kesehatan dan sanitasi merupakan salah satu indikator dalam pemenuhan kesehatan.
Hal ini berarti, upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan upaya
pembangunan air minum dan sanitasi. Karena kedua hal tersebut memiliki keterkaitan, yakni
sebagai aspek dasar kesehatan dan melalui kesehatan ini kemiskinan dapat ditanggulangi.
Pengaruh yang demikian besar bagi kesehatan, menempatkan air minum dan sanitasi juga
menjadi hal penting yang diperlu diperhatikan oleh semua kalangan masyarakat saat ini, juga
pemerintah.
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
51/59
Sebuah studi Bank Dunia yang disebarluaskan bulan Agustus 2008 menemukan
bahwa kurangnya akses terhadap sanitasi menyebabkan biaya finansial dan ekonomi yang
berat bagi ekonomi Indonesia, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi sektor publik dan
perdagangan. Sanitasi yang buruk, termasuk kebersihan yang buruk, menyebabkan sedikitnya
120 juta kasus penyakit dan 50.000 kematian dini setiap tahun, dengan dampak ekonominya
senilai lebih dari 3,3 miliar dolar AS per tahun. 2 Melihat fakta ini, perbaikan faktor kesehatan
melalui pembangunan air minum dan sanitasi menjadi sangat penting dalam rangka
mengurangi dampak lanjutannya, yang salah satunya adalah kemiskinan.
Pembangunan air minum dan sanitasi seharusnya menjadi prioritas pemerintah dan
dimasukkan dalam program penanggulangan kemiskinan. Dalam praktiknya nanti,
pembangunan air minum dan sanitasi akan berimbas positif pada sektor kebersihan
lingkungan, dan dengan terciptanya kebersihan lingkungan akan membawa dampak yang
baik bagi ekonomi masyarakat yang akan mengurangi kemiskinan, walaupun secara tidak
langsung. Lalu pembangunan air minum dan sanitasi seperti apa yang diperlukan untuk
menciptakan kesehatan di masyarakat?
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Pembangunan air minum dan sanitasi yang dilakukan tidak hanya melibatkan satu
pihak saja, namun pembangunan air minum dan sanitasi harus dilakukan dengan kolaborasi
antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait serta LSM-LSM yang bergerak
di bidang tersebut. Tanpa adanya kolaborasi yang terstruktur, sangat sulit menciptakan
pembangunan air minum dan sanitasi. Karena, pembangunan air minum dan sanitasi
merupakan hajat besar dan hal ini perlu menjadi semacam acuan dan titik balik menengahi
permasalahan air minum dan sanitasi yang erat kaitannya dengan kesehatan .
2 http://www.ird.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid=58&lang=in
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
52/59
Pemerintah selaku pemegang otoritas hendaknya mengambil kebijakan kesehatan
yang tepat dan merakyat dalam pembangunan air minum dan sanitasi, memberi ruang kepada
publik untuk turut serta menghasilkan solusi, dan memberikan dukungan anggaran yang
sesuai. Masyarakat pun harus bersikap terbuka dan positif, agar upaya yang dilakukan
pemerintah bisa berjalan, selain itu karena masyarakat sendiri yang menjalani makan
diperlukan kesadaran yang tinggi serta kemandirian dan disertai tekad yang kuat dalam
pembangunan air minum dan sanitasi. Lembaga-lembaga terkait dan LSM juga memegang
peranan penting karena selain menjadi representasi pemerintah, lembaga dan LSM ini
menjadi pengawas pelaksanaan kebijakan dan anggaran serta menjadi mitra yang baik bagi
masyarakat.
Secara konkrit, langkah yang perlu ditempuh untuk melakukan pembangunan air
minum dan sanitasi adalah dengan penyelamatan sumber air dan penerapan sanitasi yang
terstruktur. Penyelamatan sumber air adalah penyelamatan terhadap sumber-sumber air yang
dikonsumsi oleh masyarakat, yakni tindakan preventif untuk menjaga kelestarian sumber
daya air. Selama ini, sumber air masyarakat berasal dari sungai, danau, hujan, air tanah dan
sebagainya. Cara yang perlu dilakukan adalah menghindari pencemaran dan penjagaan
sumber air yang dinamis dan berkelanjutan. Menurut Menteri Lingkungan Hidup, air sungai
sebagai sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum harus diselamatkan dari ancaman
pencemaran lingkungan. 3 Penecemaran merupakan ancaman serius, sehngga untuk
membangun sumber air minum diperlukan upaya preventif ini.
Program-program pembangunan air minum dan sanitasi juga perlu dijalankan, seperti
program-program yang dilakukan oleh IRD yakni bekerja bersama masyarakat-masyarakat
lokal untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur air dan sanitasi, mendidik penduduk
3 http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/09/18/65209/Menteri-LH-Sungai-Sebagai-Sumber-Air-Minum-Harus-Diselamatkan
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
53/59
mengenai kebersihan yang lebih baik, berkontribusi pada perlindungan lingkungan hidup, dan
membantu masyarakat memperoleh pendapatan dari penyediaan layanan-layanan dasar.
Selain itu, kolaborasi juga diperlukan dengan lembaga yang bejangkauan lebih luas
lagi. Misalnya kombinasi antara peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi dan
pendidikan mengenai praktik-praktik kesehatan dan kebersihan yang baik. Berkolaborasi
dengan UNICEF, pihak berwenang setempat, dan perusahaan penyedia layanan publik
lainnya. 4 Selain itu, pembangunan air minum juga ditekankan pada keseriusan masyarakat
dalam menjaga sumber air, pembangunan infrastruktur di masyarakat dengan bantuan
pemerintah, serta keberlangsungan pelestarian dan penjagaan dengan skematis dan
terorganisasi. Masyarakat juga diharapkan lebih kritis dan selektif dalam menentukan air
minum.
Pembangunan dalam hal sanitasi meliputi usaha kesehatan masyarakat dan
lingkungan, langkah yang ditempuh tidak jauh berbeda yakni dengan pencegahan
pencemaran lingkungan dan kesadaran akan arti pentingnya kebersihan lingkungan disertai
dengan upaya yang serius dari pemerintah. Pada intinya, harus ada kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat dalam berbagai sektor. Pembangunan sektor sanitasi yang baik
selain memang kebutuhan dasar yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan
pencapaian kinerja pembangunan nasional, juga merupakan investasi dengan nilai
pengembalian yang tinggi, seperti yang diungkapkan Direktur Perumahan dan Permukiman
Bappenas, Nugroho Tri Utomo. 5 Oleh karena itu, pembangunan dalam aspek air minum dan
sanitasi menjadi hal penting yang perlu segera direalisasikan.
4 http://www.ird.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid=58&lang=in5 http://www.sigapbencana-bansos.info/berita/17302-sanitasi-yang-baik-merupakan-investasi-.html
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
54/59
Optimisme dalam Penanggulangan Kemiskinan
Dengan beberapa uraian mengenai pembangunan air minum dan sanitasi, muncullah
optimisme dalam penanggulangan kemiskinan melalui langkah ini. Betapa tidak,
pembangunan air minum dan sanitasi akan menciptakan kesehatan bagi masyarakat dan
dengan kesehatan inilah masyarakat bisa berkarya dan dengan modal kesehatan, masyarakat
bisa mencari penghidupan yang layak dan lebih baik sehingga pada muaranya nanti akan
mengurangi kemiskinan. Seperti yang telah kita bahas, yang menyebabkan kemiskinan adalah
dari masing-masing individu, karena itu dengan meningkatnya kesehatan pada tingkat
individu yang dipengaruhi lingkungan ini yang menyebabkan mereka lebih konsentrasi dalam
upaya perbaikan ekonomi, dan dengan perbaikan ekonomi inilah mereka bisa mengentaskan
diri dari kemiskinan. Berdasarkan perhitungan dari Bappenas, setiap anggota keluarga harus
mengeluarkan uang sebanyak Rp350.000 per tahun, jika memiliki sanitasi yang buruk untuk
biaya-biaya seperti ke dokter, beli obat, dan lain-lain. Nah, jika memiliki sanitasi yang baik
maka biaya-biaya yang diperlukan untuk kesehatan tersebut bisa diminimalisasi dan
dialokasikan untuk perbaikan ekonomi.
Pemerintah, dengan segala upayanya untuk mengurangi kemiskinan, harus memulai
pengentasan kemiskinan dari aspek kesehatan. Karena, dengan perbaikan kesehatan maka
anggaran kesehatan dapat berkurang dan dapat dialokasikan untuk sektor ekonomi yang
menjadi sektor langsung pengentasan kemiskinan. Program ini harus diintegrasikan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Karena banyak para pengambil kebijakan di daerah
menganggap sanitasi sebagai isu tidak penting. Ini dibuktikan dengan alokasi anggaran yang
jumlahnya minim. Sebagai dampaknya, sanitasi tertinggal dibandingkan dengan sektor
lainnya. Padahal sanitasi adalah kebutuhan dasar masyarakat. Kondisi sanitasi yang buruk
berdampak pada rendahnya derajat kesehatan masyarakat sehingga muncul berbagai penyakit
7/30/2019 Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) Tahun 2011
55/59
yang berbasis sanitasi. Sebaliknya sanitasi yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Lebih jauh lagi, kesejahteraan masyarakat akan ikut meningkat. Jumlah
penderita penyakit akan turun. Pemerintah kota/kabupaten bisa menghemat anggaran di
bidang kesehatan.6
Oleh karena itu, dengan melihat bernagai fakta, aspek sanitasi dan air
minum juga mennetukan tingkat kesejahteraan yang merupakan salah satu indikator untuk
mengentaskan kemiskinan.
Penutup
Sektor air minum dan sanitasi yang dipegang langsung oleh masyarakat perlu dijaga
dan perlu dibangun dalam rangka meningkatkan taraf hidup. Air minum dan sanitasi yang
sangat mengindikasi kesehatan ini menjadi hal fundamental yang perlu dibenahi pemerintah
dalam upaya pengentasan kemiskinan, karena masyarakat yang sehat akan lebih mudah
dalam berkarya dan dengan berkarya tersebut masyarakat berarti tengah berusaha
mengentaskan diri dari kemiskinan. Pemerintah juga tidak perlu mengeluarkan ribuan
kebijakan dan menghimbau masyarakat untuk lari dari kemiskinan, karena dengan sendirinya,
dengan kesadaran, masyarakat akan berusaha menghindari kemiskinan apabila ada perhatian
dari pemerintah. Jika dipikir-pikir siapa yang tidak ingin selalu sehat? Siapa juga yang ingin
menjadi miskin? Jawabannya tidak ada, dan dengan perhatian dari pemerintah maka akan
tercipta kesadaran masyarakat, tentunya dengan perhatian dari pihak-pihak yang mampu pula.
Kolaborasi yang baik dari masyarakat dan pemerintah dan optimisme nantinya akan
menghasilkan sesuatu yang bermakna. Dalam hal ini, pembangunan air minum dan sanitasi
akan m