Post on 26-Dec-2015
description
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
“JANTUNG”
1. Avisha Ayudhia T. 1361050001
2. Ghea Jovita S. 1361050025
3. Theresia verawati lumbangaol 1361050035
4. Krista widian P. 1361050098
5. Nove Esra Tara V. 1361050131
6. Rahasti Amirinda widisesa 1361050147
7. Susana thenu 1361050207
8. Shanaz Novriandina 1361050248
9. Aditya Nur Wijaya 1361050251
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2013-2014
1
DAFTAR ISI
I.Pendahuluan
Ia. Latar belakang praktikum………………………………………………………………………..
Ib. tujuan praktikum…………………………………………………………………………………….
3
II. Dasar teori
IIa. Dasar teori……………………………………………………………………………………………… 4
III. Metode praktikum
IIIa. Alat dan bahan………………………………………………………………………………………
IIIb. Cara kerja………………………………………………………………………………………………
7
8
IV.Hasil dan pembahasan
IVa. morfologi jantung………………………………………………………………………………….
IVb. Pengaruh suhu………………………………………………………………………………………
IVc. Pengaruh zat kimia………………………………………………………………………………..
IVd. Otomasi jantung……………………………………………………………………………………
11
12
12
13
Penutup………………………………………………………………………………………………
…
14
Daftar pustaka……………………………………………………………………………………… 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.a.LATAR BELAKANG PRAKTIKUM
Keefektifan kerja jantung dikendalikan oleh faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor instrinsik adalah sistem nodus, yang mengantarkan rambatan depolarisasi dan pacu
jantung (sinus spenosus ke bagian-bagian dari jantung. Meskipun kontraksi otot jantung
tidak tergantung pada impuls saraf tetapi laju kontraksinya dikendalikan oleh saraf otonom.
Selain itu aktivitas jantung juga dipengaruhi oleh bermacam-macam bahan kimia, hormon,
ion-ion, dan metabolit (Tim Dosen, 2012: h. 11).
I.b.TUJUAN PRAKTIKUM :
a. Mempelajari sifat faali dari otot jantung katak
b. Morfologi jantung katak
c. Pengaruh suhu dan zat kimia terhadap denyut jantung
d. Otomasi jantung
3
BAB II
DASAR TEORI
II.a.DASAR TEORI
i) System kardiovaskular
Fungsi utama jantung adalah untuk pompa untuk menyediakan
tekanan untuk mengalirkan darah ke jaringan. Otot jantung berbeda dengan
otot lainnya karena memiliki suatu “gap junction” yang menghubungkan
serabut oto satu dengan yang lainnya membentuk suatu sinsitium sehingga
kontraksi akan bersifat “ all or none”
ii) Jantung amfibi
Jantung katak Secara anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga
ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel . Jantung katak
berbeda dengan jantung manusia karena mempunyai centrum automasi
sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya
dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh. Secara anatomis jantung
katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus (mengatur irama
jantung), dua atrium dan satu ventrikel. Secara garis besar peredaran darah
4
katak sama seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan
kembali melalui vena darah terlebih dahulu mengisi sinus venosus.
jantung menerima darah dari sistem vena yang berasal dari jaringan
dan organ tubuh. Denyut jantung berasal dari sistem penghantar
jantung yang khusus dan menyebar melalui sistem ini kesemua bagian
miokardium. Struktur yang membentuk sistem penghantar adalah
simpul sinoatrial ( simpul SA ), lintasan antar simpul di atrium, simpul
atrioventrikular ( simpul AV ) , berkas His dan cabang-cabangnya dan
sistem Purkinje
iii) Kepekaan jantung katak
Peka terhadap rangsangan/ perubahan yang bersifat metabolic, kimia, suhu.
a. kenaikan suhu (panas) meningkatkan frekuensi denyut jantung
b. penurunan suhu (dingin) menurunkan frekuensi denyut jantung
c. asetilkolin/pilokarpin menghambat aktivitas otot jantung
d. adrenalin meningkatkan aktivitas otot jantung
iv) peredaran darah katak
Ventrikel akan memompakan darah ke dalam sebuah arteri bercabang yang
mengarahkan darah melalui dua sirkuit :
pulmokutaneuscircuit mengarah ke jaringan pertukaran gas (dalam paru-
paru dan kulit pada katak), dimana darah akan mengambil oksigen
sembari mengalir melalui kapiler. Darah yang kaya oksigen kembali ke
atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di antaranya
dipompakan ke dalam sirkuit sistematik.
Sirkuit sistemik (systemiccircuit) membawa darah yang kaya oksigen ke
seluruh organ tubuh dan kemudian mengembalikan darah yang miskin
oksigen ke atrium kanan melalui vena. Skema ini,yang disebut sirkulasi
ganda (doublecirculation), menjamin aliran darah yang keluar ke otak,
otot, dan organ-organ lain, karena darah itu dipompa untuk kedua kalinya
setelah kehilangan tekanan dalam hamparan kapiler pada paru-paru atau
5
kulit (Campbell, 2004: h. 45).
v) SIFAT-SIFAT JANTUNG
jantung memiliki sifat – sifat diantaranya :
AUTOMASI : jantung ini masih dapat melakukan fungsinya tanpa
dipengaruhi saraf. Dibuktikan dengan cara merusak otak atau sumsum
punggung. Jantung tetap normal melakukan fungsinya untuk beberapa
saat.
TERMOLABIL : Jantung dapat berubah denyutnya karena pengaruh
suhu lingkungan. Sebagai contoh kita berpindah dari daerah suhu
panas ke daerah bersuhu dingin, maka denyut jantung menurun. Jadi,
pada suhu yang lebih panas, frekuensi denyut jantung menjadi naik dan
sebaliknya.
SINSITIUM : Organ berupa serabut yang bekerja sebagai satu unit.
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.a. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Alat diseksi Batu es
Papan fiksasi Katak bufo melanosticus
Thermometer kimia Asetilkolin
Cawan petri larutan ringer
Minor set pilokarpin
III.b. Cara kerja:
Ambil seekor katak dan rusakkan otak dan sumsum tulang belakang. Ikatkan
katak pada papan gabus dengan bagian ventral ke atas. Buatlah sayatan di garis
median pada kulit perut dan dada. Dengan pinset angkatlah episternum dan
potonglah melalui tulang rawan sternum dengan menggunting memanjang di
samping stenum dan melalui bagian-bagian pektoral di kedua sisi. Jantung akan
terlihat dan angkatlah epikardium dengan ujung pinset dan bukalah perikardiuum
sehingga jantung keluar dari kantong.
7
1. morfologi dan denyut jantung
- Gambarlah jantung yang terlihat di depan anda dan sebutkan bagian-
bagiannya, juga dari belakang dengan cara membalikkannya ke atas dengan
memakai pinset (hati-hati jangan merusak jaringan).
- Amati denyut jantung. Apakah bagian-bagian jantung berkontraksi
serempak atau bergantian? Kontraksi otot jantung yang disebut “SISTOLE”
ditandai oleh warna pucat, relaksasi jantung disebut “DIASTOLE”, ditandai
oleh warna merah kecoklatan.
2. pengaruh suhu terhadap denyut jantung
- Basahi jantung dengan cairan ringer (suhu kamar). Hitunglah frekuensi
denyut jantung (banyaknya denyut per menit).
- Dinginkan cairan ringer dengan es yang tersedia sehingga suhunya menjadi
40C-100C. Tuangkan sebagian larutan ringer ke dalam rongga sekitar
jantung sehingga suhu cairan sekitar jantung menjadi 150C, tunggu
sebentar dan hitunglah frekuensi denyutnya
- Gantilah cairan ringer dingin dengan yang bersuhu kamar, dengan
menggunakan sebuah pipet hisap, sehingga suhu sekitar jantung menjadi
seperti semula dan catatlah frekuensi denyutnya.
- dengan cara yang sama sekarang cairan ringer diganti dengan yang bersuhu
40-500C, catatlah frekuensi denyut jantungnya. Kembalikan suhu sekitar
jantung ke normal dengan mengganti cairan ringer panas dengan yang
bersuhu kamar.
3. pengaruh zat kimia terhadap denyut jantung
- Hitung frekuensi denyut jantungnya sekarang. Dengan sebuah pipet
teteskan larutan asetilkolin 1 : 10.000 sebanyak 2-3 tetes pada jantungnya,
tunggu sebentar dan hitunglah frekuensi denyutnya. Buanglah asetilkolin
dengan membilas jantung dengan cairan ringer suhu kamar 2-3 kali dengan
menggunakan kapas atau pipet sampai bersih.Hitunglah frekuensi
denyutnya. Kemudian teteskan larutan adrenalin 1 : 1000 sebanyak 2-3 kali
pada jantung, dan hitung pula frekuensinnya. Buanglah adrenalin dengan
8
kapas dan gantilah cairan ringer di sekitar jantung 2-3 kali. Hitunglah kini
denyut jantungnya.
4. Otomasi jantung
- Sediakan cawan petri yang diisi dengan cairan ringer suhu kamar.
- Jepitlah ujung ventrikel jantung (apeks) dan angkat ke atas.
- Bebaskan jantung dari tenunan sekitarnya, kemudian potonglah pembuluh-
pembuluh darah yang berhubungan dengan jantung sejauh mungkin dari
jantung.
- Angkat jantung yang telah bebas dan letakkan dalam cawan petri yang
berisi cairan ringer tadi. Jantung akan tetap berdenyut walaupun telah
dibebaskan dari susunan saraf pusat, susunan saraf otonom dan tidak
dialiri darah. Amatilah sifat otomasi urat daging jantung ini dan hitunglah
frekuensi denyutnya.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.a. gambar jantung
IV.b. Table hasil percobaan
No. Macam percobaan Frekuensi denyut jantung
sebelum sesudah
A Suhu dingin 66 53
B Suhu panas 60 58
C Asetilkolin 50 20
D Adrenalin 55 52
E Otomasi 20 18
IV.c. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah di laksanakan, maka dapat akan di bahas secara
terperinci sebagai berikut :
a) Morfologi dan denyut jantung
anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus
venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Sinus venosus adalah ruang disekitar
jantung. Sistem sirkulasi pada katak adalah sistem peredaran darah tertutup
dan sistem peredaran darah ganda. Secara garis besar peredaran darah katak
10
sama seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali
melalui vena darah terlebih dahulu mengisi sinus venosus. Darah mengalir
melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke atrium dan mengisi ruang
ventrikel sebelum darah dipompa kembali oleh otot-otot di ventrikel
keseluruh tubuh.
Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk kesinus venosus dan
kemudian mengalir menuju ke atrium. Dari atrium darah mengalir ke
ventrikel yang kemudian dipompa keluar melalui arteri pulmonalis untuk di
bawa ke paru – paru dan mengalami proses pertukanaran udara di alveolus
paru – paru, dan siklus akan berjalan terus dan berkelanjutan. Dari aliran ini,
maka dapat terlihat jelas bahwa bagian – bagian jantung berkontraksi
bergantian. Di sini siklus jantung akan terjadi 2 urutan peristiwa yang akan
terjadi selama satu denyut lengkap. 2 peristiwa itu terdiri atas systole dan
diastole.
Bentuk kontraksi otot jantung di sebut systole, yang mana bagian
ventrikel akan memompa darah ke paru – paru dan ventrikel kiri ke aorta.
Keadaan saat kontraksi otot jantung atau systole di tandai oleh warna pucat.
Sedangkan bentuk relaksasi otot jantung di sebut diastole, yang mana darah
dari sirkulasi sistemik dibawa kembali ke atrium kanan, dan dari paru – paru
ke atrium kiri. Keadaan saat relaksasi otot jantung di tandai dengan warna
jantung merah kecoklatan.
b) pengaruh suhu terhadap denyut jantung
- Suhu kamar tanpa di beri larutan ringer, denyut jantung 66
kali/menit
- Pada percobaan kedua, jantung katak di tetesi dengan larutan
ringer dingin dengan suhu 40C, mengalami perlambatan denyut
jantung, dari 66 kali/menit damenjadi 53 kali/menit. hal ini
menunjukan bahwa jantung bersifat termolabil dimana Jantung
dapat berubah denyutnya karena pengaruh suhu lingkungan.
Sebagai contoh kita berpindah dari daerah suhu panas ke daerah
bersuhu dingin, maka denyut jantung menurun.
- jantung diberi 3 tetes larutan fisiologis pada suhu 40-50C ternyata
11
ritme jantung katak.Hal ini disebabkan oleh respon feed back
mechanism otot jantung yang bekerja lebih keras untuk
mempertahankan suhu normal jantung. kenaikan suhu
mengakibatkan permeabilitas membran sel otot jantung terhadap
ion meningkat, sehigga mempercepat self excitation process dari SA
node. Kenaikan suhu menyebabkan permeabilitas sel otot terhadap
ion meningkat sehingga ion inflow meningkat, terjadilah
depolarisasi. Saat potensial membran mencapai nilai ambang, maka
akan terjadi potensial aksi yang kemudian dikonduksikan ke AV
node, lalu ke bundle of his, kemudian ke saraf purkinje dan akhirnya
ke seluruh otot ventrikel berkontraksi secara cepat. Akibatnya
frekuensi denyut jantung meningkat, tetapi amplitudonya tetap.
Tapi perlu diperhatikan bahwa bila peningkatan suhu >42˚C atau
berlangsung lama, dapat melemahkan sistem metabolik. Hal ini
disebabkan karena enzim tidak bisa bekerja dalam suhu tinggi
sehingga menyebabkan kerusakn protein.
o Tapi dalam percobaan denyut jantung menurun, hal ini
mungkin terjadi “human error” dalam perhitungan karena di
tengah perjalanan stopwatch tiba-tiba mati dan kemudia
hidup kembali, kemungkinan kedua karena larutan ringer
belum pada suhu 40-50 ˚C
c) Pengaruh zat kimia terhadap denyut jantung
- jantung yang masih berdetak di tetesi dengan larutan asetikolin 1 :
10.000 sebanyak 2 – 3 tetes, menunjukan penurunan yang cukup
drastis menjadi 44 denyut permenit, hal ini menunjukan bahwa
dalam percobaan ini, larutan asetilkolin berperan sebagai
neurotransmitter yang dilepaskan oleh saraf – saraf parasimpatis
dan juga saraf – saraf preganglionik. Penurunan yang terjadi karena
asetilkolin meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap ion
K sehingga menyebabkan hiperpolarisasi, yaitu meningkatnya
permeabilitas negativitas dalam sel otot jantung yang membuat
jaringan kurang peka terhadap rangsang. Di dalam AV node,
12
hiperpolarisasi menyebabkan penghambatan junctional yang
berukuran kecil untuk merangsang AV node sehingga terjadi
perlambatan kontraksi impuls yang akhirnya menyebabkan
terjadinya penurunan kontraksi. Asetikolin berfungsi sebagai
neurotransmitter. Asetilkolin adalah satu dari berbagai
neurotransmiter pada sistem saraf otomatis, dan satu-satunya
neurotransmiter pada sistem saraf sadar.
- jantung katak di tetesi dengan larutan Adrenalin 1 : 1000 sebanyak
2 – 3 tetes, menunjukan kenaikan denyut jantung. Hal ini
menunujkan bahwa adrenalin dapat meningkatkan permeabilitas
membran terhadap Na dan Ca. Di dalam SA node, peningkatan
permeabilitas membran terhadap Na menyebabkan penurunan
potensial membran sampai nilai ambang. Sementara di dalam AV
node peningkatan permeabilitas membran terhadap Na akan
mempermudah sabut otot jantung untuk mengkonduksi implus
sabut otot berikutnya sehingga mengurangi waktu pengkonduksian
implus dari atrium ke ventrikel. Sedangkan peningkatan
permeabilitas terhadap Ca akan meningkatkan kontraksi otot
semakin cepat.
o Tapi pada percobaan kami terjadi penurunan hal ini karena
kesalahan dalam memulai menghitung saat penetesan
adrenalin
d) otomasi jantung,
otomasi jantung merupakan kemampuan jantung yang dapat
menjalankan fungsinya tanpa di pengaruhi oleh saraf. Hal ini benar terbukti
dalam percobaan ini. Yang mana, ketika jantung di bebaskan dan di letakan di
dalam cawan petri berisi larutan ringer (suhu kamar ) jantung masih tetap
berdenyut. Hal ini di sebabkan karena jantung memiliki jaringan khusus
pemicu jantung yang mampu mencetuskan potensial aksi berulang-ulang
yaitu terdapat serabut purkinje dan serabut his yang membuat jantung tetap
berdenyut secara otomatis.
- Kesalahan dalam percobaan adalah karena kami memberi pilokarpin
13
terlalu banyak yang menyebabkan denyut jantung katak berhenti, kami
langsung meneteskan adrenalin sehingga denyutan terlihat lagi tetapi
sangat lemah. Waktu yang tidak memungkinkan membuat kami tidak
mengulang percobaan tetapi memakai data saat denyut jantung katak
“lemah”
14
BAB V
PENUTUP
V.a.kesimpulan
Berdasarkan data yang di peroleh dari praktikum kardiovaskuler, maka dapat di
tarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Secara umum antung katak terdiri atas tiga ruang yaitu sinus venosus, dua
atrium, dan satu ventrikel.
2) Suhu dan zat kimia dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung. Suhu
rendah (dingin) akan menurunkan frekuensi denyut jantung, sedangkan suhu
tinggi akan meningkatkat frekuensi denyut jantung. Hal ini juga berlaku pada
zat kimia, dimana cairan asetikolin memperlambat kerja jantung, sedangkan
cairan adrenalin berfungsi untuk mempercepat kerja jantung.
3) Pengaruh suhu dan zat kimia menjelaskan tentang sifat jantung yang
termolabil.
4) Jantung memiliki otomasi sendiri di otot jantung berupa serabut purkinje dan
serabut his. Tanpa adanya koordinasi syaraf simpatis dan parasimpatis
jantung tetap dapat berdetak diluar.
5) Otomasi jantung menjelaskan tentang pengaruh kerja jantung yang berkaitan
dengan sifat jantung sinsitium, dimana kerja jantung di pengaruhi oleh Organ
berupa serabut yang bekerja sebagai satu unit.
15
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
kedokteranEGC, Jakarta.
snaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.Yogyakarta : Kanisius.
Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi Edisi ke 5
Jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2004.
Isnaeni, Wiwi. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Ville, C. A., Warner F. W dan Robert B. D. 1988. Zoologi Umum.
Erlangga:Jakarta.
16