Post on 11-Dec-2014
LAPORAN PRAKTIKUM
SPEKTROMETRI
VIRTUAL SPEKTROFOTOMETRI
NAMA : AISYAH POERWANTA
NIM : 081810301038
KELOMPOK : 3
FAK. / JURUSAN : FMIPA/ KIMIA
NAMA ASISTEN :
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2010
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang1.2 Tujuan
Mahasiswa memahami cara menggunakan spektrofotometer dan prinsip dasar spektrotometri UV-VIS melalui media interaktif tanpa bersentuhan dengan bahan kimia dan instrumen yang sebenarnya
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MSDS Bahan
2.1.1 MSDS Kobalt klorida
Identifikasi Produk
Sinonim: klorida Cobaltous, hexahydrate; kobalt (2 +) hexahydrate
klorida, kobalt dichloride
CAS No: 7646-79-9 anhidrat; (7791-13-1 Hexahydrate)
Berat Molekul: 237,93
Chemical Formula: CoCl2.6H2O
Kode Produk: JT Baker: 1670 JT Baker: 1670
Mallinckrodt: 4532 Mallinckrodt: 4532
Potensi Efek Kesehatan
-Inhalasi:
Menyebabkan iritasi saluran pernafasan, gejala dapat termasuk batuk,
sesak napas, dan mual. hipersensitivitas pernafasan, asma dapat
muncul. Menghirup debu dan asap kobalt dikaitkan dengan
peningkatan insiden penyakit paru-paru.
-Tertelan:
BeracunPenyebab nyeri perut, mual, muntah, pembilasan dari wajah
dan telinga, hipotensi ringan, ruam, dan nada di telinga Mungkin
memiliki tindakan beracun kumulatif di mana penghapusan tidak dapat
mengikuti penyerapan. Sejumlah besar menekan produksi eritrosit.
-Kontak Kulit:
Menyebabkan iritasi kulit. Termasuk gejala kemerahan, gatal, dan
nyeri. Dapat menyebabkan dermatitis.
-Kontak Mata:
Penyebab iritasi, kemerahan, dan nyeri.
-Eksposur kronis:
administrasi oral berulang dapat menghasilkan gondok dan aktivitas
tiroid berkurang. Paparan berulang atau yang perpanjangan kulit dapat
menyebabkan dermatitis. paparan kronis yang berhubungan dengan
ginjal, hati, jantung dan kerusakan paru-paru.
-Kejengkelan-ada Pra Kondisi:
Orang dengan kelainan kulit yang ada pra atau masalah mata, atau
gangguan hati, ginjal atau fungsi pernafasan mungkin lebih rentan
terhadap efek dari zat. Orang dengan alergi atau sensitivitas terhadap
kobalt juga mungkin lebih rentan terhadap efek dari zat.
TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA
-Inhalasi:
Hapus ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan.
Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Mendapatkan perhatian medis.
-Tertelan:
Menyebabkan muntah segera seperti yang diarahkan oleh petugas
medis. Jangan pernah memberikan sesuatu melalui mulut kepada orang
yang tidak sadar. Mendapatkan perhatian medis.
-Kontak Kulit:
Bersihkan sisa material lepas dari kulit kemudian segera basuh kulit
dengan banyak air selama minimal 15 menit. Lepaskan pakaian dan
sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan perhatian medis. Cuci pakaian
sebelum digunakan kembali. Bersihkan sepatu sebelum digunakan
kembali.
-Kontak Mata:
Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit,
angkat dan atas kelopak mata bawah sesekali. Mendapatkan perhatian
medis segera.
TINDAKAN PEMADAM KEBAKARAN
Api: Tidak dianggap sebagai bahaya kebakaran.
Ledakan: Tidak dianggap sebagai bahaya ledakan.
Media pemadaman api: Gunakan cara apapun yang cocok untuk
memadamkan kebakaran sekitarnya.
Informasi Khusus: Gunakan pelindung pakaian dan peralatan
pernapasan yang sesuai untuk api sekitarnya.
PENANGANAN DAN PENYIMPANAN
Simpan dalam wadah tertutup rapat, disimpan di tempat yang kering,
berventilasi, di daerah dingin. Melindungi terhadap kerusakan fisik.
Isolat dari zat-zat yang tidak kompatibel. Cuci tangan sebelum makan
dan minum, atau merokok di tempat kerja. Cuci Wadah bahan ini
mungkin berbahaya ketika kosong karena mereka mempertahankan
residu produk (debu, padat); amati semua peringatan dan tindakan
pencegahan yang terdaftar untuk produk.
SIFAT FISIK DAN KIMIA
Penampilan: Mawar-merah kristal.
Bau: Tidak berbau.
Kelarutan: 76.7 g/100 cc water @ 0C 76,7 g/100 cc air @ 0C
Density: Kepadatan:
1.92 @ 20C 1,92 @ 20C
pH: 4.6 4.6
% Volatil dengan volume @ 21C (70F): 0 0
Titik didih: 110C (230F) (Loses 6H2O) 110C (230F) (Kerugian
6H2O)
titik leleh: 86C (187F) 86C (187F)
Vapor Density (Air = 1): informasi tidak ditemukan.
Tekanan Uap (mm Hg): 40 @ 770C (1418F) 40 @ 770C (1418F)
Tingkat Penguapan (BuAc = 1): informasi tidak ditemukan.
STABILITAS DAN REAKTIVITAS
Stabilitas: Stabil di bawah kondisi biasa
Bahaya dekomposisi produk: kloridanya beracun dan mungkin
memancarkan asap kobalt bila dipanaskan hingga dekomposisi. Cobalt
asap oksida dapat terbentuk dalam api.
Bahaya Polimerisasi: Tidak akan terjadi (Sumber Wikipedia, 2010: 1).
2.1.2 MSDS aquades
Nama IUPAC Dihydrogen monoxide, Oxidane
Nama Lain Hydroxylic acid, Hydrogen Hydroxide, R-718
Rumus Molekul H2O
Massa molar 18.01528(33) g mol-1
Penampilan Cairan tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau
pada Keadaan standar
Densitas 1000 kg m-3, liquid (4 °C), 917 kg m-3, solid
Titik leleh 0 °C, 32 °F (273.15 K)
Titik didih 100 °C, 212 °F (373.15 K)
Viskositas 0.001 Pa s at 20 °C
Bentuk molekul Heksagonal
Kalor jenis 4184 J/(kg·K) (cairan pada 20 °C
Momen dipol 1.85 D
(Sumber Wikipedia, 2010: 1).
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100
kPa (1 bar) dan temperatur 273,15K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu
pelarut yang penting dan disebut pelarut universal karena memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-
garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik
(Sumber Wikipedia, 2010: 1).
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak
umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan
antara hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel
periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas,
sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat
bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan
fosfor, sulfur dan klor (Sumber Wikipedia, 2010: 1).
2.2 Spektrometer dan Hukum Lambert-Beer
Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi antara energi cahaya dan
materi. Warna-warna yang nampak dan fakta bahwa orang bisa melihat,
adalah akibat-akibat absorpsi energi oleh senyawa organik maupun
anorganik. Penangkapan energi matahari oleh tumbuhan dalam proses
fotosintesis adalah suatu aspek lain dari antaraksi senyawa organik dengan
energi cahaya. Yang merupakan perhatian primer bagi ahli kimia organik
ialah fakta bahwa panjang gelombang pada mana suatu senyawa organik
menyerap energi cahaya, bergantung pada struktur senyawa itu. Oleh karena
itu teknik-teknik spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur
senyawa yang tak diketahui dan untuk mempelajari karakteristik ikatan (dari)
senyawa yang diketahui (Fessenden, 1986).
Spektrometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
serapan molekul organik atau anorganik yang diberikan sumber cahaya
dengan rentang panjang gelombang tertentu. Komponen dari suatu
spektrometer berkas tunggal :
1. Suatu sumber energy cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah
spectrum dimana instrument itu dirancang untuk beroperasi.
2. Suatu monokromator, yakni suatu piranti untuk mengecilkan pita sempit
panjang-panjang gelombang dari spectrum lebar yang dipancarkan oleh
sumber cahaya.
3. Suatu wadah sampel (kuvet).
4. Suatu detector, yang berupa transduser yang mengubah energy cahaya
menjadi suatu isyarat listrik.
5. Suatu pengganda (amplifier), dan rangkaian yang berkaitan membuat
isyarat listrik itu memadai untuk di baca.
6. Suatu system baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya isyarat
listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun
Adsorbansi (A).
Skema spektrofotometer pada umumnya
Sumber cahaya
monokromator sampel detektorrr
(Aisyah, 2008: 1).
Analisis suatu komponen maupun multi komponen secara
spektrometri menggunakan landasan hukum dasar yang dikemukakan oleh
Lambert (1760) dan Beer (1852), yang sering kali disebut dengan hukum
Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer mengemukakan tentang serapan sinar
atau energi radiasi oleh spesies kimia secara kuantitatif. Ketika sinar
polikromatis dilewatkan pada suatu objek, maka akan terjadi refleksi,
absorpsi atau transmisi oleh objek (Siswoyo & Asnawati, 2007: 10).
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang
menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih
panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kuarng dari 1 nm.
Proses ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit dan
karenanya lebih mahal. Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah
spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrumen ini
sebenarnya terdiri dari dua instrumen dalam satu kotak sebuah spektrometer
dan sebuah fotometer (Bassett et. all., 1994).
Untuk pelaksanaan teknik spektroskopik dipakai instrument sebagai
pengukur dan perekam sinyal hasil interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik. Ada dua macam instrument pada teknik spektroskopok
yaitu spectrometer dan spektrofotometer. Instrument yang memakai
monokromator celah yang tetap pada bidang yang fokal disebutsebagai
spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detector yang
bersifat fotoelektrik maka disebut sebagai spektrofotometer (Mulja, 1995;24).
Spektrofotometri merupakan bagian dari fotometri dan dapat
dibedakan dari filter fotometri sebagai berikut :
1. Daerah jangkauan spektrum
amplifierPiranti pembaca
Filter fotometr hanya dapat digunakan untuk mengukur serapan sinar
tampak (400-750 nm). Sedangkan spektrofotometer dapat mengukur
serapan di daerah tampak, UV (200-380 nm) maupun IR (> 750 nm).
2. Sumber sinar
Sesuai dengan daerah jangkauan spektrumnya maka spektrofotometer
menggunakan sumber sinar yang berbeda pada masing-masing daerah
(sinar tampak, UV, IR). Sedangkan sumber sinar filter fotometer hanya
untuk daerah tampak.
3. Monokromator
Filter fotometere menggunakan filter sebagai monokrmator. Tetapi pada
spektro digunakan kisi atau prisma yang daya resolusinya lebih baik.
4. Detektor
- Filter fotometer menggunakan detektor fotosel
- Spektrofotometer menggunakan tabung penggandaan foton atau fototube
(Khopkar,1990: 156).
Jika intensitas sinar masuk Io, intensitas sinar yang diserap Ia,
intensitas sinar diteruskan It dan intensitas sinar dipantulkan Ir, maka:
Io = Ir + It + Ia
Ir bernilai kecil dan dapat dijaga konstan dengan menggunakan sel yang
sesuai dan dengan selalu menempatkan sel pada kondisi yang sama dalam
instrumen (Siswoyo & Asnawati, 2007: 11).
Hubungan antara Absorbansi dengan kedua intensitas ( Io dan I)
adalah
Transmitan (T) adalah sinar yang diteruskan dan sering dinyatakan sebagai
suatu persentase: %T = (P/Po) x 100%. Nilai T sama dengan , sehingga:
Umumnya dari persamaan di atas akan didapatkan absorbansi antara 0
sampai 1. Absorbansi 0 pada suatu panjang gelombang artinya tidak ada
sinar dengan panjang gelombang tertentu yang diserap. Sebaliknya
absorbansi 1 terjadi ketika 90 % sinar pada suatu panjang gelombang
diserap dan 10 % lainnya tidak diserap (Clark, 2007: 1).
Hubungan antara medium (b) dengan besarnya penyerapan energi cahaya
dinyatakan oleh Lambert sebagai:
Sedangkan hubungan antara konsentrasi spesies (c) dengan besarnya
penyerapan Beer, dinyatakan sebagai:
Sehingga gabungan dari hukum Lambert-Beer adalah
…………………………………………………………
(1)
A = abc ………………………………………………………………
(2)
(Siswoyo & Asnawati, 2007: 11-12).
Seperti yang dijelaskan dalam hukum Lambert-Beer, konsentrasi dan
panjang wadah akan mempengaruhi jumlah spesies yang mengabsorpsi.
a. Pengaruh konsentrasi
Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul
yang beinteraksi dengan sinar. Suatu zat warna organik yang kuat atau tajam,
jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka akan diperoleh absorbansi
yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi dengam
sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk
melihat warnanya. Sehingga absorbansinya sangat rendah. Apabila ingin
membandingkan zat warna tersebut dengan senyawa lain, maka harus
mengetahui berapa konsentrasi larutan supaya dapat membuat perbandingan
dengan baik tentang senyawa mana yang menyerap sinar lebih banyak.
b. Pengaruh panjang wadah
Apabila terdapat suatu larutan zat warna yang sangat encer dalam
wadah yang berbentuk tabung sedemikian sehingga yang dilewati sinar
panjangnya 1cm, maka absorbansi tidak akan terlalu tinggi. Berbeda bila
seandainya melewatkan sinar melalui tabung sepanjang 100 cm yang berisi
larutan yang sama, maka sinar akan lebih banyak diserap karena sinar
berinteraksi dengan lebih banyak molekul (Clark, 2007: 1).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- virtual spektrometer
3.1.2 Bahan
- larutan CoCl42-
- larutan Co(H2O)62+
- aquades (blanko)
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Penentuan panjang gelombang dengan serapan maksimum dari larutan
CoCl42- dan Co(H2O)6
2+ dengan menggunakan V- spektrometer.
Pada larutan CoCl42-
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 50 nm
Larutan CoCl4-2
Ditekan tombol molarity mode pada tombol persegi berwarna biru dibagian bawah kiri agar berada pada posisi wavelength mode
Dilihat kotak berwarna kuning di sebelah kiri gambar V-Spektrometer dimana di dalamnya terdapat dua kuvet yaitu untuk sampel (dapat di gunakan untuk dua larutan) dan untuk blanko (aquades)
Dibuka tempat kuvet di V-Spektrometer dengan menekan kotak tombol yang bertuliskan Click here to open
Diarahkan kursor ke kuvet yang berisi aquades Ditekan dan ditarik kuvet tersebut ke dalam tempat kuvet sambil
tetap menekan mouse kiri. Ditutup tempat kuvet dengan menekan tombol click here to close. Dibuat panjang gelombang 350nm. Diset pembacaan V-Spektrometer pada absorban nol dengan
menekan tombol yang bertuliskan 0 ABS / 100%T. Dibuka tempat kuvet Dikembalikan kuvet pada tempat semula dengan menekan tombol
biru bertuliskan Remove cuvette. Dimasukkan larutan kedalam tempat kuvet di V-Spektrometer
dengan cara yang sama seperti menempatkan kuvet blanko.
Ditutup tempat kuvet Dicatat nilai absorban yang ditampilkan pada display. Diperhatikan tampilan kurva hubungan antara absorban dan
panjang gelombang Dibuka tutup tempat kuvet Dikembalikan kuvet di tempatnya semula. Dinaikkan nilai panjang gelombang menjadi 400nm dengan
menekan tombol naik (berwarna kuning) yang terletak tepat di bawah display.
Diulangi untuk setiap kenaikan panjang gelombang sebesar 50nm sampai mencapai panjang gelombang 750nm
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 5 nm
Pada larutan Co(H2O)2+
Hasil
Larutan CoCl4-2
Dilihat kurva yang didapat dari panjang gelombang (350-750 nm)
Diulangi langkah langkah seperti pada panjang gelombang dengan kenaikan 50 nm dengan mengubah kenaikan panjang gelombangnya menjadi 5 nm
Digunakan daerah panjang gelombang yang diduga merupakan panjang gelombang dengan serapan terbesar
Ditentukan panjang gelombang dengan serapan maksimal
Hasil
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 50 nm
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 5 nm
Larutan Co(H2O)+2
Diset alat V-spektrometer seperti pada larutan CoCl4-2
Dibuat panjang gelombang 350nm. Diset pembacaan V-Spektrometer pada absorban nol dengan
menekan tombol yang bertuliskan 0 ABS / 100%T. Dibuka tempat kuvet Dikembalikan kuvet pada tempat semula dengan menekan
tombol biru bertuliskan Remove cuvette. Dimasukkan larutan kedalam tempat kuvet di V-Spektrometer
dengan cara yang sama seperti menempatkan kuvet blanko. Ditutup tempat kuvet Dicatat nilai absorban yang ditampilkan pada display. Diperhatikan tampilan kurva hubungan antara absorban dan
panjang gelombang Dibuka tutup tempat kuvet Dikembalikan kuvet di tempatnya semula. Dinaikkan nilai panjang gelombang menjadi 400nm dengan
menekan tombol naik (berwarna kuning) yang terletak tepat di bawah display.
Diulangi untuk setiap kenaikan panjang gelombang sebesar 50nm sampai mencapai panjang gelombang 750nm
Hasil
Larutan Co(H2O)+2
3.2.2 Pembuatan kurva kalibrasi dari dari larutan standar CoCl4-2 dan
Co(H2O)6+2
a. Pada larutan CoCl4-2
b. Pada larutan Co(H2O)6+2
Dilihat kurva yang didapat dari panjang gelombang (350-750 nm) Diulangi langkah langkah seperti pada panjang gelombang dengan
kenaikan 50 nm dengan mengubah kenaikan panjang gelombangnya menjadi 5 nm
Digunakan daerah panjang gelombang yang diduga merupakan panjang gelombang dengan serapan terbesar
Ditentukan panjang gelombang dengan serapan maksimal
Hasil
Larutan CoCl4-2
Diubah mode V-spektrometer pada Molarity mode, dengan menekan tombol biru pada bagian kiri bawah
Diatur agar panjang gelombang yang digunakan yaitu panjang gelombang dengan serapan terbesar. (jangan merubah panjang gelombang ini selama percobaan).
Divariasikan konsentrasi larutan dengan mengatur nilai Molarity pada kotak dialog kuning di sebelah pilihan larutan.
Diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh data konsentrasi minimal 8 titik data.
Dicatat data konsentrasi dan absorban yang terbaca pada V-Spektrometer.
Ditentukan koefisien korelasi dan persamaan garisnya dengan menggunakan software spreadsheet plot data
Hasil
Larutan Co(H2O)6+2
BAB 4. HASIL DAN ANALISA DATA
Diubah mode V-spektrometer pada Molarity mode, dengan menekan tombol biru pada bagian kiri bawah
Diatur agar panjang gelombang yang digunakan yaitu panjang gelombang dengan serapan terbesar. (jangan merubah panjang gelombang ini selama percobaan).
Divariasikan konsentrasi larutan dengan mengatur nilai Molarity pada kotak dialog kuning di sebelah pilihan larutan.
Diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh data konsentrasi minimal 8 titik data.
Dicatat data konsentrasi dan absorban yang terbaca dari V-Spektrometer.
Ditentukan koefisien korelasi dan persamaan garisnya dengan menggunakan software spreadsheet plot data.
Hasil
4.1 Hasil
4.1.1 Penentuan panjang gelombang dengan serapan maksimum dari larutan CoCl4
2- dan Co(H2O)62+
Pada larutan CoCl42-
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 50 nm
panjang gelombang (nm)
Absorban(A)
350 0,174400 0,245450 0,569500 0,816550 0,544600 0,130650 0,147700 0,176750 0,115
Dari hasil diatas didapat daerah serapan maksimum terletak pada panjang gelombang 450- 550 nm
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 5 nm
panjang gelombang (nm)
Absorban (A)
450 0,569455 0,597460 0,626465 0,649470 0,674475 0,699480 0,728485 0,753490 0,778495 0,797500 0,816505 0,826510 0,831515 0,819520 0,801525 0,781530 0,759535 0,727540 0,668545 0,619
550 0,544Dari data diatas didapatkan absorban maksimum 0,831A pada panjang gelombang 510 nm Pada larutan Co(H2O)6
2+
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 50 nm
panjang gelombang (nm)
Absorban (A)
350 0400 0,028450 0,222500 0,476550 0,232600 0,036650 0,028700 0,013750 0,007
Dari hasil diatas didapat daerah serapan maksimum terletak pada panjang gelombang 450- 550 nm
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 5 nm
panjang gelombang (nm)
Absorban (A)
450 0,222455 0,258460 0,294465 0,321470 0,346475 0,371480 0,387485 0,405490 0,427495 0,454500 0,476505 0,497510 0,506515 0,503520 0,486525 0,46530 0,42535 0,374540 0,319545 0,282
550 0,232Dari data diatas didapatkan absorban maksimum 0,506 A pada panjang gelombang 510 nm
4.1.2 Pembuatan kurva kalibrasi dari dari larutan standar CoCl4-2 dan
Co(H2O)6+2
a. Pada larutan CoCl42-
pada panjang gelombang maksimal = 510nm didapatkan hasil
Molaritas Absorban0,002 0,3320,004 0,6640,006 0,9970,008 1,3290,01 1,661
0,012 1,9930,014 2,3250,016 2,6580,018 2,9900,02 3,322
didapatkan suatu hasil persamaan, yaitu y = 166,3x – 0,000dengan koefisien korelasi (R) = 1
b. Pada larutan Co(H2O)62+
-pada panjang gelombang maksimal = 510nm didapatkan
hasil
konsentrasi M absobrbansi0,002 0,2020,004 0,4050,006 0,6070,008 0,810,01 1,0120,012 1,2140,014 1,4170,016 1,6190,018 1,8220,02 2,024
didapatkan suatu hasil persamaan, yaitu y = 101,2x – 0,000dengan koefisien korelasi (R) = 1
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu menentukan berapa serapan maksimumnya dari
larutan CoCl42- dan larutan Co(H2O)6
2+ pada berbagai panjang gelombang dan
konsentrasi yang berbeda-beda dengan menggunakan virtual spectrometer.
Percobaan pertama yaitu menentukan serapan maksimum pada panjang
gelombang 350nm-750nm. Percobaan ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu
dengan kenaikan panjang gelombang 50nm, selanjutnya dengan kenaikan panjang
gelombang 5nm. Dilakukan penyempitan kenaikan panjang gelombang menjadi
5nm terhadap daerah sekitar serapan maksimum kenaikan panjang gelombang
50nm untuk lebih mengakuratkan nilai serapan maksimum yang didapatkan. Hasil
dari serapan maksimum pada larutan CoCl42- adalah 0,831 pada panjang
gelombang 510nm..
Pada sampel yang kedua Co(H2O)62+ dengan perlakuan yang sama
diperoleh nilai absorbansi tertinggi senilai 0,506 pada panjang gelombang 510
nm,hal ini juga menandakan bahwa nilai serapan maximum sampel Co(H2O)62+
pada panjang gelombang 510 nm dengan nilai absorban senilai 0,506.dari data
yang diperoleh terbentuk grafik hubungan antara panjang gelombang dengan nilai
absorbansi,dari titik-titik yang membentuk parabola,dimana setelah mencapai
panjang gelombang maximum akan turun kembali. Serapan maksimum sampel
menandakan bahwa sampel telah mengabsorpsi sinar yang dilewatkan
kedalamnya pada panjang gelombang tertentu yang dimiliki oleh tiap sampel,
karena panjang gelombang setiap unsur berbeda,dimana setiap unsur memiliki
transisi elektronik yang berbeda pula.
Percobaan kedua yaitu pembuatan kurva kalibrasi dari larutan standar
CoCl42 dan Co(H2O)6
2+. Kurva kalibrasi adalah metode umum untuk menentukan
konsentrasi suatu zat dalam suatu sampel yang tidak diketahui dengan
membandingkan satu set sampel standar konsentrasi yang diketahui, dengan
mengetahui kurva ini maka akan diketahui keeratan antara molaritas dan
absorbansinya. Hasil dari kurva kalibrasi ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer,
yaitu absorbansi berbanding lurus dengan molaritas atau konsentrasi. Semakin
tinggi konsentrasi maka nilai absorbansi yang didapatkan akan semakin tinggi
pula. Hal ini dapat dilihat dari grafik yang didapat. Setelah dilakukan pengukuran
dengan software spreadsheet plot data, persamaan kurva kalibrasi yang didapat
adalah y = 166,3x - 0,000 untuk CoCl42- sedangkan kurva kalibrasi yang di dapat y
= 101,2x – 0,000 untuk Co(H2O)62+.
Persamaan A = abc diperoleh dari:
dimana I adalah intensitas radiasi, N adalah jumlah spesies yang mengabsopsi dan
K adalah konstanta. Selanjutnya persamaan ini diintegralkan menjadi:
Karena N dipengaruhi oleh konsentrasi c dan panjang wadah b, maka persamaan
di atas menjadi:
Karena sama dengan transmitan T, maka
Dengan membuat a dan b konstan, maka nilai absorban A akan sebanding dengan
konsentrasi c.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Analisis kuantitatif spektrometri berprinsip pada hukum Lambert-Beer.
Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang dengan serapan
maksimum (λmax) untuk memperkecil tingkat kesalahan atau penyimpangan.
Absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi. Persamaan dari kurva kalibrasi
yang didapat untuk larutan CoCl42- adalah y = 166,3x - 0,000 dan untuk Larutan
Co(H2O)62+ adalah y = 101,2x – 0,000 Koefisien korelasi dari larutan CoCl4
2- dan
Co(H2O)62+adalah 1
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 2008. Spektrofotometer. http://rgm_aisyah’s blog. 23 November 2010.
03:15.
Anonim. 2010. Aquades. http://id.wikipedia.org. 23 November 2010. 15:20.
Anonim. 2010. Kobalt Klorida. http://id.wikipedia.org. 23 November 2010.
15:23.
Clark, Jim. 2007. Hukum Beer-Lambert. http://Chem-Is-Try.Org/Situs Kimia
Indonesia. 23 November 2010. 15:23.
Fessenden & Fessenden.1986. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik (terjemahan dalam Bahasa
Indonesia). UI-Press: Jakarta.
Mulja, Muhammad. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University
press
Siswoyo & Asnawati. 2007. Analisis spektrometri. Laboratorium Kimia Analitik
Jurusan Kimia FMIPA: Jember.
Lampiran
Gambar spectrometer untuk larutan CoCl42-
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 50 nm
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 5 nm
- Penentuan Kurva Kalibrasi Pada panjang gelombang maksimum (510 nm)
Gambar spectrometer untuk larutan Co(H2O)6+2
- Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 50 nm
Untuk panjang gelombang dengan kenaikan 5 nm
-
Penentuan Kurva Kalibrasi Pada panjang gelombang maksimum