Post on 25-Oct-2021
BAB III METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Guna mendapatkan data yang utuh dan menggambarkan
realitas, Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,.
Pendekatan kualitatif digunakan karena dengan pendekatan ini,
akan terkumpul data pada suatu latar alamiah dengan
menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau
peneliti yang tertarik secara alamiah (Moleong, 1995). Tujuan
penggunaan pendekatan kualitatif adalah untuk menggambarkan
aspek-aspek yang relevan tentang fenomena yang menjadi objek
penelitian (Sekaran, 1992).
Selain itu, pendekatan ini dimaksudkan untuk menuturkan dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan
dialami sekarang, hubungan antar variabel, pertentangan dua
kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan-
perbedaan antar fakta, dan lain-lain. (Subana, 2001).
Penelitian kualitatif akan menghasilkan data diskriptif berupa
kata kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Di sini yang ditekankan adalah keutuhan dari perilaku
alamiah yang ada, sehingga tidak boleh ada usaha untuk
mengisolasi individu atau organisasi kedalam avariabel atau
hipotesis Bogdan dan Taylor (Erna, 2007).
Lokasi Penelitian
Bertempat di Kaki Gunung Merbabu sebelah utara nan sejuk,
tepatnya di Kelurahan Tetep, RT 05 RW 08, Kecamatan Argomulyo,
Kota Salatiga, bengkel Komunitas Sapu dibangun. Sebuah bengkel,
berlokasi kurang lebih 6 km ke arah selatan dari jalan nasional
Solo-Semarang, ada sejak tahun 2010, sekilas nampak menyerupai
sanggar seni - berbentuk joglo kuno tanpa polesan politur dan pernis
- dengan penataan lingkungan yang apik. Pintu joglo yang hampir-
hampir selalu rapat terkunci seakan mewartakan, seorang pelukis
sedang menggores kanvas dengan tingkat konsentrasi yang tinggi.
Dari depan, tidak nampak adanya aktivitas kesibukan-atau
bahkan mungkin kehidupan-layaknya sebuah bengkel, hanya
kesunyian. Pun ketika masuk, sebuah ruang berkuruan 10x10 m
yang dari luar tadi nampak sebagai sebuah joglo, nuansa kuno
masih tetap menyelimuti: kursi jati tua, rak tua, meja tua, kursi
rotan, lemari tua, seakan menjadi pelengkap nuansa kuno tadi. Di
dinding, nampak ‘hasil karya-hasil karya’ yang asing, berwarna
hitam menggelantung rapi. Di rak kuno tadi, nampak rapi tertumpuk
‘hasil karya’ yang juga berwarna hitam legam.
Namun, ‘salah paham’ tadi berakhir ketika meneruskan
‘perjalanan’ ke belakang rumah. Di situlah makna bangkel
mendapatkan arti yang sesungguhnya. Nampak belasan orang
sedang sibuk ditemani dengan 2 buah mesin jahit dan mesin obras,
sebuah mesin pemotong, sebuah mesin pengepres, dan serak-serak
bahan baku yang siap diolah.
Gambar III. 1 Tempat Produksi
Sumber: Dokumen Pribadi
Di situlah tempat seluas kurang lebuh 400 meter persegi
itulah proses yang dinamakan upcycling dilaksanakan, bermula dari
bahan sampah berupa ban dalam yang masih bundar, diproses
sedemikian rupa melalui tangan-tangan terampil dan mesin-mesin
yang tangguh, hingga menjadi karya dengan nilai estetik yang tinggi.
Bagaimana mungkin, sebuah ban bekas yang tidak berguna bisa
menjadi tas selempang, bungkus hp, dompet, sandal, gantungan
kunci, gelang, manik-manik yang indah.
Yang menjadi tanda tanya besar adalah bagaimana proses
pembuatan karya tadi dilakukan, serta bagaimana pemasaran hasil
karya tadi hingga merambah ke luar negeri.
Untuk menjawab pertanyaan tadi, penulis ingin menelusuri
tentang proses produksi secara utuh, mulai dari supplier ban bekas,
proses pembuatan dari bahan mentah menjadi komoditas, sampai ke
proses pemasaran. Untuk mengetahui pemasaran dalam negeri, bisa
dilakukan dengan cara mengunjungi pameran dan reseller di
tempat-tempat wisata. Untuk mengetahui pemasaran luar negeri,
bisa dilakukan dengan cara mengunjungi online shop yang dimiliki,
berupa website maupun media sosial.
Pertimbangan ketika memilih Kota Salatiga sebagai lokasi
penelitian adalah karena kedekatan peneliti dengan objek penelitian,
di mana Kota Salatiga tempat peneliti bekerja sehingga akan
memudahkan dalam pengumpulan data.
Dusun Tetep berada di samping utara Jalan Lingkar Salatiga
kurang lebih 1 km dengan kemiringan 3000 . Secara astronomis
wilayah Kota Salatiga terbentang pada posisi antara 110.2.28’.37.79-
11.32.39.79” BT dan antara 7.17’.4-7.23”.48” LS, yang
diperhitungkan dari Meridian O Grenwich dan Eguator. Posisi
semacam ini dan ditunjang oleh morfologi dan berupa pegunungan,
menyebabkan Salatiga beriklim tropis yang mempunyai suhu rata-
rata 23°-24°. Ketinggian daerah ini adalah 650 dpl dengan suhu
rata-rata 24 C (Salatiga Dalam Angka, 2012).
Teknik Pengumpulan Data
Salah satu hal penting dalam melakukan penelitian adalah
teknik pengumpulan data. Untuk itu, diperlukan teknik yang tepat
untuk agar penelitian bisa berjalan dengan baik.
Pada tahap ini, peneliti sudah melakukan sebelum penelitian
dimulai, yaitu dengan melakukan preliminary untuk membuktikan
bahwa yang menjadi perhatian memang layak untuk dijadikan objek
penelitian.
Bagi peneliti kualitatif, fenomena dapat dimengerti maknanya
secara baik apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui
wawancara mendalam dan diobservasi pada latar dimana fenomena
tersebut sedang berlangsung serta teknik dokumentasi sangat
penting (Suratno, 2010).
Data terbagi dalam dua kategori, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara
langsung, melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, misalnya artikel
di internet, surat kabar, maupun cerita dari orang lain (Sekaran,
1992). Data sekunder yang diperoleh adalah data tentang latar
belakang pendirian Komunitas Sapu dan Taman Untuk Kehidupan
(TUK) yang berasal dari internet.
Data sekunder lebih mudah diperoleh daripada data primer.
Meskipun data primer lebih sulit didapatkan, ia memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi. (Islam, 2008).
Dengan demikian, teknik pengumpulan data primer dalam
penelitian ini dilakukan melalui beberapa langkah. Langkah
pertama adalah observasi. Pada tahap ini, observasi dilakukan dalam
dua tahap, antara lain observasi awal dan observasi lanjutan. Pada
tahapa observasi awal, peneliti melihat dan mengamati objek serta
lokasi penelitian secara langsung. Sedangkan observasi lanjutan
dilakukan dengan cara mengamati proses produksi dan
pascaproduksi, termasuk pemasaran internasional. Penulis
mengamati dan mencatat apa yang mau dimasukkan dalam
penelitian.
Langkah kedua adalah wawancara. Wawancara bisa dilakukan
bersamaan dengan observasi untuk memperjelas objek pengamatan.
Namun, wawancara juga bisa dilakukan setelah melakukan
observasi, Wawancara dilakukan secara langsung kepada pengurus
usaha serta tenaga pemasaran. Selain itu, wawancara dilakukan
dengan metode snowball, yaitu dengan cara bergulir ke informan
berikutnya yang dikira bisa memberikan informasi. Pokok
pertanyaan yang akan diajukan meliputi proses pengambilan
kebijakan di perusahaan, strategi internasionalisasi, serta
penahapan internasionalisasi.
Selain itu, wawancara dimaksudkan untuk memperkuat data
observasi. Wawancara dilakukan kepada pengurus Komunitas SAPU,
berupa ketua, sekretaris, bidang keuangan, bidang produksi, dan
bidang pemasaran. Selain pengurus, wawancara juga dilakukan
kepada toko reseller sehingga diperoleh data yang riil. Untuk
mendapatkan data sekunder, dilakukan pengkajian dokumen. Tahap
ini, bisa juga dilakukan pada saat wawancara maupun observasi.
Namun, bisa juga dilakukan tersendiri. Dokumen yang digunakan
antara lain data-data yang berasal dari objek penelitian, yaitu artikel
media massa, brosur, catatan-catatan, laporan., buku, surat kabar,
agenda, dan catatan tertulis lain. Data-data tersebut dirangkum dan
diklasifikasi mana yang relevan dan mana yang tidak. Data yang
relevan kemudian dimasukkan ke dalam tulisan.
Jika ternyata didapati data yang berbeda di antara responden,
langkah selanjutnya adalah melakukan triangulasi, yaitu melakukan
crosscheck data yang diperoleh kepada informan lain. Triangulasi
adalah penggunaan penggunaan dua atau lebih sumber untuk
mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang suatu fenomena
yang akan diteliti (Herdiansyah, 2009).
Metode Analisis Data
Setelah diperoleh data melalui pengumpulan data, selanjutya
dilakukan analisis data. Analisis data dimaksudkan untuk
membahas dan menjabarkan data yang diperoleh dari hasil
penelitian untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan sebagai
jawaban atas permasalahan penelitian.
Analisis Data pada penelitian kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja data, mengorganisasikan
data,memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya,mencari dan menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain (Bogdan & Biklen, dalam Moleong, 1997)
Analisis data juga merupakan proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh dirisendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012).
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif sudah dimulai
dan dilakukan sejak awal penelitian hingga penelitian selesai. Hal ini
berarti, setiap peneliti melakukan proses pengambilan data, peneliti
langsung melakukan analisis dari data tersebut seperti pemilahan
tema dan kategorisasinya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
model analisis data interaktif menurut Miles dan Huberman. Model
analisis data ini memiliki 4 tahapan, yaitu tahap pertama
pengumpulan data, tahap kedua reduksi data, tahap ketiga display
data, dan tahap keempat penarikan kesimpulan serta verifikasi data
(Herdiansyah, 2009).
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk
menjawab tujuan penelitian, antara lain mengetahui strategi di
Komunitas Sapu untuk memasuki pasar internasional serta
mengetahui cara Komunitas Sapu memelihara jaringan pendukung
yang ada.
Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah didasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan
harapan akan mendapatkan data dan informasi yang sahih dan
sesuai dengan tujuan penelitian.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari pemilik usaha serta
orang-orang yang berhubungan langsung dengan proses pemasaran
produknya. Dalam hal ini, penulis mewawancara Sindhu Prasastyo,
sebagai penggagas Komunitas Sapu, Erika Firniawati, aktivis
Komunitas Sapu, salah satu pengelola, Rudi Ardiyanta, pengelola
Komunitas Sapu, dan beberapa karyawan yang terlibat dalam proses
produksi.
Pedoman Pertanyaan
Pedoman pertanyaan disusun untuk memudahkan dalam
mencari data dilapangan dan sebagai panduan peneliti untuk
mewawancarai informan di lapangan. Namun, pada praktiknya,
wawancara hanya digunakan sekilas sebagai pancingan, selanjutnya
tanya jawab yang dilakukan lebih bersifat snowball, penulis akan
menanyakan lebih lanjut jawaban responden walaupun tidak ada
dalam panduan.
Sistematika Penulisan
Bab I adalah Pendahuluan, berisi latar belakang, kerangka
pikir, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.
Bab II adalah Kajian Pustaka, berisi definisi dan teori tentang
Internasionalisasi, strategi internasionalisasi, serta definisi dan
teori tentang jaringan.
Bab III adalah Metode Penelitian berisi pendekatan penelitian,
jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data,
analisis data, teknik penentuan informan, pedoman
pertanyaan, serta rencana sistematika penulisan.
Bab IV membahas tentang latar belakang dan sejarah
Komunitas Sapu.
Bab V adalah Hasil Penelitian dan pembahasan berisi deskripsi
lokasi penelitian, latar belakang, dan proses produksi.
Bab VI adalah Pembahasan tentang Strategi Internasionalisasi
yang dilakukan oleh Komunitas Sapu
Bab VII adalah Pembahasan tentang Manajemen Jaringan
Bab VIII adalah Penutup berisi kesimpulan
Bab VII berisi Saran