Post on 17-Sep-2018
PENGARUH JUMLAH BAGI HASIL DEPOSITO
MUDHARABAH, TINGKAT IMBALAN SBIS,
SUKU BUNGA SIMPANAN BERJANGKA 1 BULAN,
DAN INFLASI
TERHADAP JUMLAH DEPOSITO MUDHARABAH (STUDI KASUS PT. BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN 2007-2011)
Oleh
Suratman
108081000135
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama lengkap : Suratman
Panggilan : Mamen
Tempat&tanggal lahir : Tangerang, 8 Mei 1988
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Swadaya II No. 48 Kp. Utan, Pdk. Pucung, Pdk.
Aren, Tangerang Selatan, Banten 15229
Telepon : 085694606819
Email : suratz_313@yahoo.com
Pendidikan Formal
2008 – 2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2004 – 2007 : SMK Yuppentek 6 Ciledug
2001 – 2004 : SMP Negeri 2 Pondok Aren
1995 – 2001 : SD Negeri 2 Pondok Pucung
Pendidikan Informal
Seminar-seminar
Pengalaman Organisasi
1. Ketua Majelis Ta’lim Ribathul Musthofa 2011/2012
2. Koordinator Departemen Keagamaan BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011
3. Bendahara Pembangungan Pondok Pesantren Yatim Piatu (P4YP)
Kampung Utan periode 2010-2011
4. Anggota Ikatan Remaja Masjid Sabilul Muttaqin (IRSA)
5. Anggota Pramuka SMK Yuppentek 6 Ciledug
6. Bendahara OSIS SMK Yuppentek 6 Ciledug
7. Anggota Pramuka SD Negeri 02 Pondok Pucung
Pengalaman Bekerja
Pengajar Private/Bimbingan Belajar Pribadi tahun 2013 sampai saat ini
Magang/KKN selama 1 bulan di UKM Aneka Kue Andika tahun 2011
Karyawan PT. Melawai Group tahun 2007-2008
Magang selama 2 bulan di PDAM Tirta Kerta Raharja Tangerang tahun
2006
vi
Keahlian
Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point)
Olahraga : Sepak Bola, Futsal, Badminton
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of the total profit
sharing mudharabah deposits, rate of return for SBIS, 1 month time deposit rates,
and inflation against the total of mudharabah deposits at Syariah Mandiri Bank.
The data for assessing this research are acquired monthly data from January
2007 to December 2011. This research used multiple linier regression method.
Data processing in this research uses SPSS software 19.0 and Microsoft Excel
2010.
The results of the analysis indicated that partially, total of profit sharing
mudhrabah deposits, rate of return for SBIS, 1 month time deposit rates, and
inflation are significant to total of mudharabah deposits. Simultaneously variables
total of profit sharing mudhrabah deposits, rate of return for SBIS, 1 month time
deposit rates, and inflation are significant to total of mudharabah deposits. This is
proved by value of sig-F 0.000 which is smaller than 5% of significance.
Predictive ability of the four variables of the financing is 68,8%, as indicated by
the amount of the adjusted R-square, while the remaining amount of 31,2%
influenced by other factors that are not included in the study variables.
Keywords: The Total of Profit Sharing Mudhrabah Deposits, Rate of Return for
SBIS, 1 Month Time Deposit Rates, Inflation, The Total of
Mudharabah Deposits, Multiple Linier Regression
viii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah bagi
hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), suku bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi terhadap jumlah
deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. Data yang digunakan pada
penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2007 sampai Desember 2011.
Penelitian ini menggunakan metode analisis linier regresi berganda dengan
menggunakan program komputer SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2010.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial, jumlah bagi hasil
deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1
bulan, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.
Secara simultan variabel jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan
SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi berpengaruh signifikan
terhadap jumlah deposito mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig-F
0,000 yang lebih kecil dari signifikansi 5%. Kemampuan prediksi dari keempat
variabel tersebut terhadap jumlah deposito mudharabah adalah 68,8%.
sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R square, sedangkan sisanya
31,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam variabel
penelitian ini.
Kata kunci : Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan
SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan, Inflasi,
Jumlah Deposito Mudharabah dan Analisis Regresi Linier
Berganda
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada
hambanya. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya guna memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito
Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan
dan Inflasi terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank
Syariah Mandiri Tahun 2007-2011)”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat
kepada semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Tentunya keberhasilan penyusunan skripsi ini tak lepas dari adanya orang-
orang yang selalu siap membantu dan terus memberikan semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda tercinta Sanin dan Ibunda tercinta Hj.
Pesoh, terima kasih atas doa dan kasih sayang serta kesabarannya selama ini
telah merawat dan mendidik anakmu tanpa lelah dan tanpa pamrih. Semoga
Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan
kepada Ibu dan Ayah tercinta. Aamiin.
2. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Arief
Mufraini, LC., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan
waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Bapak Prof. Dr.
Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Leis Suzanawaty, SE., M.Si selaku
Pudek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku Pudek II FEB, dan Bapak Herni
x
Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen,
Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen dan
Bapak Dr. Suhendra, S.Ag., MM selaku Dosen Pembimbing Akademik
penulis, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk berkarya.
5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengajarkan ilmu,
semoga amal baktinya dijadikan amalan sholeh. Aamiin.
6. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya
melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi
dan Bisnis khususnya Pak Heri, Pak Ismet, Bu Siska, Bu Umi, dan Pak Sofyan.
7. Kakak-kakakku tercinta Ibu Artinah, Ibu Halimah, Ibu Sopiah, Bapak Dodi,
Bapak Aden dan Bapak Nizan yang selalu memberikan motivasi kepada
penulis. Terima kasih atas perhatian, kasih sayang, motivasi dan dukungannya
baik moril, materil maupun spiritual.
8. Untuk guru - guruku tercinta, Ust. Labiib, Habib Nabiel, Habib Hasan, Habib
Mundzir, Mu’allim Ubaidillah, terimakasih atas do’a dan motivasinya.
9. Keluarga besar penulis yang senantiasa menanti kelulusan saya, terima kasih
atas do’a, semangat dan motivasi yang selalu diberikan. Sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
10. Sahabat-sahabatku Rezza Yolanda, Azizah Utami, Nur Fauziyah, Qonitia
Lutfiah, Inggrit, Dian Dewati, Anggun, Trin, Levy, Vita, Kiki, Hera, Iza,
Permana Sukma, Hasan Arrafi, Ali Fasihi, Nur Padilah, Arief Rahman Hakim,
Hendi Setiawan, Hafidz Setia Kurniawan, Nurdin Rohendy, Arya, Bojes, Noe,
Ade, Rivai, Helmi, Ervan, Rizky Boz, Maul, Habibi, Saddad, Ismy, Ajenk,
Neneng, Imro yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis,
serta selalu ada dalam keadaan susah dan senang. Semoga persahabatan kita
selalu dirahmati Allah SWT. Aamiin.
xi
11. Teman-temanku Manajemen D angkatan 2008, terima kasih atas dukungannya,
maaf tidak disebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa bangga dan
rasa persahabatan diantara kita semua.
12. Teman-teman Manajemen Perbankan A angkatan 2008, semoga kita bisa
menjadi ahli perbankan yang handal dan tangguh, terlebih penting lagi semoga
ilmu kita bisa bermanfaat untuk diri kita dan orang lain.
13. Teman-teman Manajemen angkatan 2008.
14. Teman-teman Anggota BEM, baik BEM Fakultas maupun BEM Jurusan,
terima kasih atas kerjasama dan persahabatannya.
15. Teman-teman angkatan 2006 dan 2007 yaitu Ka Reksa, Ka Muiz, Ka Sofwan,
Ka Gita, dan kakak-kakak yang lainnya yang tidak disebutkan satu persatu
tanpa mengurangi rasa terimakasih dan hormat saya.
16. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga
bantuan yang telah diberikan baik berupa moril maupun materil menjadi amal
ibadah yang selalu berlipat ganda pahalanya. Aamiin yaa robbal’alamiin.
Jakarta, Mei 2013
Penulis
(Suratman)
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvi
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 14
1. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 14
2. Manfaat Penelitian ................................................................................... 15
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................ 17
1. Pengertian Bank Secara Umum ................................................................ 17
2. Pengertian Perbankan Syariah .................................................................. 18
3. Tujuan Bank Syariah ................................................................................ 20
4. Fungsi dan Peran Bank Syariah ............................................................... 21
5. Keunggulan Perbankan Syariah ............................................................... 22
6. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ............................. 23
7. Deposito Mudharabah .............................................................................. 24
a. Pengertian ............................................................................................. 24
b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah ............................................ 26
c. Macam-macam Deposito Mudharabah ................................................ 28
8. Implementasi Prinsip Mudharabah pada Produk Deposito ..................... 29
9. Bagi Hasil (Profit Sharing) ...................................................................... 31
a. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil .............................................. 33
b. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah.................................................. 35
c. Perhitungan Bagi Hasil Deposito ........................................................ 36
10. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)............................................... 37
a. Pengertian dan Karakteristik SBIS ...................................................... 37
b. Ketentuan dan Mekanisme Penerbitan SBIS ...................................... 39
c. Pihak – Pihak dalam Lelang SBIS....................................................... 40
d. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS .................................... 40
e. Sanksi .................................................................................................. 40
f. Skema SBIS ......................................................................................... 41
xiii
11. Suku Bunga ............................................................................................. 42
12. Inflasi ....................................................................................................... 44
a. Teori Inflasi Konvensional .................................................................. 44
b. Teori Inflasi Islam ............................................................................... 49
B. Keterkaitan antar Variabel ........................................................................... 50
C. Penelitian Sebelumnya ................................................................................. 52
D. Kerangka Berpikir........................................................................................ 56
E. Hipotesis ....................................................................................................... 58
BAB. III. METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 60
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 60
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 61
D. Metode Analisis Data.................................................................................. 62
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 71
BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 74
1. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri ...................................................... 76
2. Produk-produk Bank Syariah Mandiri .................................................... 77
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ................................................................... 85
1. Analisis Deskriptif ................................................................................... 85
2. Pengujian Asumsi Klasik ......................................................................... 87
a. Uji Normalitas Data ............................................................................. 88
b. Uji Multikolinearitas ........................................................................... 90
c. Uji Heteroskedatisitas .......................................................................... 91
d. Uji Autokorelasi .................................................................................. 93
3. Koefisien Determinasi (R Square) ........................................................... 94
4. Pengujian Hipotesis ................................................................................. 94
a. Uji F (Uji Simultan)............................................................................. 94
b. Uji t (Uji Parsial) ................................................................................. 95
BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .................................................................................................. 105
B. Implikasi ...................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 109
LAMPIRAN .............................................................................................................. 113
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Profit Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Triwulan 2011 ............ 3
1.2 Perkembangan Deposito Mudharabah dan Bagi Hasil Deposito .............. 5
1.3 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ........................ 7
2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank konvensional ............................... 23
2.2 Perhitungan Bagi Hasil ............................................................................. 36
2.3 Perbedaan antara Bagi Hasil dan Bunga ................................................... 42
2.4 Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 52
4.1 Hasil Statistik Deskriptif ........................................................................... 85
4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ............................................................... 90
4.3 Hasil Uji Multikoliniearitas dengan Nilai Tolerance dan VIF .................. 91
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Bresch Pagan Godfrey ................. 92
4.5 Hasil Uji Durbin Watson (DW) ................................................................ 94
4.6 Koefisien Determinasi (R Square) ............................................................ 95
4.7 Hasil Uji F ................................................................................................. 96
4.8 Hasil Uji t .................................................................................................. 97
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Grafik Perkembangan Inflasi .................................................................. 10
2.1 Mudharabah pada Penghimpunan Dana ................................................ 31
2.2 Skema SBIS ............................................................................................ 41
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 57
4.1 Histogram ............................................................................................... 89
4.2 Grafik P-P Plot ........................................................................................ 89
4.3 Scatterplot ............................................................................................... 92
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2007-2011 ............................ 113
2 Tabel Deskriptif Statistik ........................................................................ 115
3 Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien.......................................... 116
4 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 117
5 Hasil Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi ......................................... 118
6 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara-negara seperti Indonesia, peranan bank cenderung lebih
penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber
pembiayaan untuk kredit investasi kecil, menengah, dan besar, tetapi juga
mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan.
Bank di Indonesia menggunakan dual system banking, yakni sistem
konvensional dan syariah. Perbankan syariah sebagai bagian dari sistem
perbankan nasional mempunyai peranan penting dalam perekonomian.
Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia tidak jauh
berbeda dengan perbankan konvensional. Perbedaan mendasar antara
keduanya adalah prinsip-prinsip dalam transaksi keuangan/operasional. Salah
satu prinsip dalam operasional perbankan syariah adalah penerapan bagi hasil
dan risiko (profit and loss sharing). Prinsip ini tidak berlaku di perbankan
konvensional yang menerapkan sistem bunga. (Husni, 2009:1)
Secara umum bank syariah dapat didefinisikan sebagai bank dengan
pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik
dalam produk pendanaan, pembiayaan, maupun dalam produk lainnya. Produk-
produk bank syariah mempunyai kemiripan tetapi tidak sama dengan produk
bank konvensional karena adanya pelarangan riba, gharar, dan maysir. Oleh
2
karena itu, produk-produk pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah harus
menghindari unsur-unsur yang dilarang tersebut. (Ascarya, 2008:2)
Melihat dari fungsi utama yang dijalankan perbankan syariah, semakin
lama perbankan syariah semakin berkembang. Perkembangan perbankan
syariah didorong oleh dua alasan utama yaitu (Rodoni & Hamid, 2008:17):
1. Adanya kehendak sebagian masyarakat untuk melaksanakan transaksi
perbankan atau kegiatan ekonomi secara umum yang sejalan dengan nilai
dan prinsip syariah, khususnya bebas riba.
2. Adanya keunggulan sistem operasional dan produk perbankan syariah,
antara lain: mengutamakan pentingnya masalah moralitas, keadilan dan
transparansi dalam kegiatan operasional perbankan syariah.
Salah satu Bank Umum Syariah (BUS) yang mempunyai peran penting
dalam perkembangan perbankan syariah di Indonesia adalah Bank Syariah
Mandiri (BSM). Pada hari senin tanggal 1 November 1999 atau bertepatan
dengan 25 Rajab 1420 H merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank
Syariah Mandiri. Lahirnya Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan buah
usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan
Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank
syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (persero) tbk.
Bank Syari’ah Mandiri merupakan bank komersial Syari’ah yang kedua
setelah Bank Muamalat Indonesia. Pada tahun 1998 pasar bank syariah mulai
diramaikan dengan hadirnya PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) anak
perusahaan Bank Mandiri, bank BUMN terbesar di Indonesia. Bank Syariah
3
Mandiri adalah salah satu lembaga perbankan syariah di Indonesia yang terus
berkembang. Berdasarkan Laporan Laba/Rugi secara triwulan tahun 2011,
profit (laba) PT Bank Syariah Mandiri terus mengalami peningkatan yang
cukup signifikan.
Tabel 1.1
Profit Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Triwulan 2011
(dalam Jutaan Rupiah)
Nama Bank
Triwulan 1 - 4 Tahun 2011
Maret Juni September Desember
PT Bank Muamalat Indonesia 69.430 141.253 197.239 274.331
PT Bank Syariah Mandiri 134.893 270.001 409.120 548.834
PT Bank Syariah Mega 18.710 39.448 53.393 78.034
PT Bank BRI Syariah 4.007 7.417 23.316 60.265
PT Bank Syariah Bukopin 3.311 7.010 11.033 15.105
Sumber: Bank Indonesia
Pada tahun 2011, sebagaimana perbankan konvensional, kinerja
perbankan syariah juga menunjukkan perkembangan yang positif. Meskipun di
tengah kondisi keuangan global yang belum membaik, perkembangan
perbankan syariah kurang terpengaruh oleh kondisi global tersebut. Hal ini
terjadi karena eksposur perbankan syariah sangat kecil penempatannya di
financial market baik domestik maupun global. Sesuai amanat UU No.21 tahun
2008, perbankan syariah menjalankan fungsi utama yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat dalam rangka menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional. Selain itu, perbankan syariah juga melakukan fungsi
sosial dalam bentuk lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari
zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat. Fungsi sosial lainnya adalah dalam bentuk
4
penghimpunan dana wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf.
Pencapaian positif perbankan syariah dapat dilihat dari peningkatan yang tinggi
dalam penghimpunan dana yang sebagian besar digunakan untuk pembiayaan.
Ekspansi pembiayaan tetap dilakukan dengan memperhatikan prudential
banking sebagaimana arah kebijakan Bank Indonesia dan tetap memperhatikan
syariah compliance sebagaimana yang digariskan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN). Dengan demikian, rasio pembiayaan bermasalah cukup
terkendali, selain tetap berpegang teguh dalam koridor kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. Kondisi permodalan perbankan syariah juga tetap
dapat terjaga antara lain didukung oleh profitabilitas usaha yang cukup tinggi.
(Laporan Pengawasan Perbankan 2011: 19)
Berdasarkan perkembangan pada setiap jenis produknya, produk deposito
merupakan produk yang stabil mengalami peningkatan sepanjang tahun 2011.
Deposito merupakan produk yang tingkat pertumbuhannya sangat tinggi yaitu
sekitar 61,06% dari posisi tahun lalu Rp 39,23 triliun menjadi Rp 62,02 triliun.
Dari sisi preferensi masyarakat terhadap produk-produk perbankan syariah,
masyarakat masih cenderung memilih produk yang memberikan imbal hasil
yang tinggi. Imbal hasil deposito berfluktuasi antara 7,24% sampai dengan
9,11% (equivalent rate), sedangkan imbal hasil tabungan sekitar 2,91% dan
giro sekitar 1,47% (equivalent rate). Dengan demikian wajarlah apabila produk
simpanan berjangka (deposito) lebih diminati dibandingkan produk tabungan.
Lebih lanjut, produk deposito yang paling diminati masyarakat adalah deposito
1 (satu) bulan (Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2012).
5
Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Bank Umum Syariah (BUS)
dengan aset terbesar. Pada bulan November 2011, posisi aset BSM sebesar Rp
45,17 triliun, dengan perolehan dana pihak ketiga (DPK) Rp 40,26 triliun
dengan total deposito sebesar Rp 23,022 triliun (57% dari total DPK) dan
pembiayaan Rp 36,06 triliun (Sumber: http://www.syariahmandiri.co.id, 2012).
Berikut adalah penghimpunan dana khususnya simpanan berjangka (deposito
mudharabah) dan tingkat bagi hasil deposito hak pihak ketiga (nasabah) pada
Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan yang pesat selama 3 tahun
terakhir ini (lihat Tabel 1.2).
Tabel 1.2
Perkembangan Deposito Mudharabah dan Bagi Hasil Deposito
(dalam jutaan Rupiah)
TOTAL Des-2009 Des-2010 Des-2011
Deposito Mudharabah 9,583,761 15,110,402 23,524,711
Bagi Hasil Deposito 629,271 848,727 1,367,853
Sumber : Laporan Keuangan Publikasi BSM pada Bank Indonesia, data diolah
Fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang
dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak
sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak sebagai pengelola
dana (mudharib).
Pada bank syariah tidak berorientasi pada keuntungan bunga namun
berorientasi pada konsep bagi hasil. Bagi hasil atau profit loss sharing adalah
prinsip pembagian laba yang diterapkan dalam kemitraan kerja, dimana porsi
bagi hasil ditentukan pada saat akad kerja sama. Jika usaha mendapatkan
6
keuntungan, porsi bagi hasil adalah sesuai kesepakatan namun jika terjadi
kerugian maka porsi bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi modal masing-
masing pihak. Dasar yang gunakan dalam perhitungan bagi hasil adalah berupa
laba bersih usaha setelah dikurangi dengan biaya operasional (Suseno,
2003:46).
Dalam memelihara keseimbangan moneter di Indonesia, bank Islam
juga dapat ikut berperan dengan melakukan investasi dalam pasar uang syariah
dengan menggunakan instrumen pasar uang syariah yang diatur oleh otoritas
meneter (Bank Indonesia) berupa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
sama halnya pada bank konvensional dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
sebagai instrumen pasar uang (Emilianshah dan Hermana, 2005:E136).
Disamping itu, SBIS juga berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk
membantu dalam investasi bank Islam apabila terjadi kelebihan dana
(Overlikuiditas).
Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 10/11/PBI tanggal 31
Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
menggantikan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Dalam PBI baru
tersebut, SBIS didefinisikan sebagai surat berharga berdasarkan prinsip syariah
berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia (BI). SBIS menggunakan akad jualah. Dengan akad tersebut, maka
bank syariah yang menempatkan dana pada SBIS berhak mendapatkan upah
(ujrah) atas jasa membantu pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia.
PBI menyebutkan, SBIS dapat diagunkan kepada BI, tapi tidak bisa
7
diperdagangkan di pasar sekunder. Mekanisme penerbitan SBI Syariah
menggunakan sistem lelang. Peserta yang diperbolehkan ikut hanya bank
umum syariah (BUS) atau unit usaha syariah (UUS) dengan rasio minimal
pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (Financing to Deposit Ratio/FDR)
yang ditetapkan BI, kemudian bank mendapat keuntungan berupa bonus SBIS
atau tingkat imbalan dari hasil lelang tersebut (www.bi.go.id, 2008)
Tabel 1.3
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Periode : Januari 2010 – Desember 2011
Sumber: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, data diolah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diperuntukkan untuk penitipan
dana jangka pendek bagi bank yang mengalami kelebihan likuiditas. (Husni,
2009:13). Berdasarkan tabel 1.3 diatas terlihat bahwa Setifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) mengalami perubahan setiap bulannya. Pada bulan Desember
2010 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 6,26%, bila
dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2010 sebesar 5,24%, maka
Sertifikat Bank Indonesia Syariah mengalami peningkatan sebesar 1,22%.
Tahun 2010 SBIS (%) Tahun 2011 SBIS (%)
Januari 6,08 Januari 6,45
Februari 6,70 Februari 6,41
Maret 6,72 Maret 6,27
April 7,17 April 6,20
Mei 7,36 Mei 6,30
Juni 7,36 Juni 6,26
Juli 7,27 Juli 6,63
Agustus 6,77 Agustus 6,63
September 6,28 September 6,64
Oktober 5,77 Oktober 6,37
November 5,22 November 6,42
Desember 5,04 Desember 6,26
8
Kondisi yang tejadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter
yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang
disebabkan oleh inflasi, perbankan syariah terbebas dari negative spread,
karena perbankan islam tidak berbasis pada bunga uang. Konsep islam
menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga
pertumbuhan pembiayaannya tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil
yang dibiayainya. Pada saat perekonomian dunia lesu, maka yield yang
diterima oleh perbankan islam menurun, dan pada gilirannya return yang
dibagi hasilkan kepada para penabung juga turun. Sebaliknya, pada saat
perekonomian booming, maka return yang dibagi hasilkan akan booming pula.
Dengan kata lain, kinerja perbankan islam ditentukan oleh kinerja sektor riil,
dan bukan sebaliknya. Dalam pandangan islam, uang hanyalah sebagai alat
tukar dan bukan merupakan barang dan komoditas. Islam tidak mengenal time
value of money, tetapi islam mengenal economic value of time. Jadi dengan
kata lain , yang berharga menurut pandangan islam adalah waktu itu sendiri
(Arifin, 2001:56).
Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan
pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam pada jumlah
pinjaman pokok sebagai imbalan karena menangguhkan atau berpisah dari
sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah
pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli
maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah
(Sudarsono, 2003:10-11).
9
Konsep mengenai bunga sangat berlawanan dengan konsep yang ada
pada sistem perbankan syariah yang mana perbankan syariah menekankan pada
profit sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang ditabung atau di
depositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan untuk pembiayaan ke
sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat
akan di bagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Konsekuensi dari sistem
mudharabah adalah adanya untung rugi (profit and loss sharing), jika
keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga besar, tetapi
jika merugi maka keduanya menanggung risiko atas usaha tersebut.
Di tengah terus menurunnya suku bunga bank konvensional, margin
bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini terjadi karena
sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan yang
disepakati saat nasabah membuka rekening. Selain itu, selama periode krisis
moneter, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional (Banowo dan
Hermana, 2005:134).
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus. (Boediono, 2001:161). Dibidang moneter, laju
inflasi yang tinggi tidak terkendali dapat mengganggu upaya perbankan dalam
pengerahan dana masyarakat. Dapat ditambahkan, laju inflasi yang sangat
tinggi (hyperinflation) akan menimbulkan ketidakpastian dalam berusaha
sehingga akan menggangu kegiatan operasional perbankan seperti pembuatan
10
anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan mempengaruhi keadaan
keuangan bank-bank. (Pohan, 2008:54)
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan
dalam perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip
ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan
pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat
pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk
menyeimbangkan perekonomian negara, dan lain sebagainya. Secara khusus
dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi
(Putong dan Andjaswati, 2010 : 142).
Grafik 1.1
Berdasarkan grafik1.1 diatas, Tahun 2010 laju inflasi meningkat cukup
signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.Sepanjang tahun 2010 terjadi inflasi
kecuali pada bulan Maret yang mengalami deflasi sebesar 0,14 % (mtm).
sampai akhir tahun 2010 tercatat laju inflasi kumulatif mencapai 6,96 persen
(yoy), meningkat dibandingkan tahun 2009 yang hanya 2,78%. Namun, inflasi
11
tahun 2010 tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun
2008 yang mencapai 11,06 %. Hingga triwulan I tahun 2011, perkembangan
harga-harga secara umum cukup terkendali. Sampai dengan Maret 2011, laju
inflasi tahunan tercatat sebesar 6,65 % (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan laju inflasi akhir triwulan IV 2010 sebesar 6,96 %. Selama triwulan I
tahun 2011, inflasi pada Januari 2011 masih relatif tinggi sebagai dampak
lanjutan dari masih tingginya harga beberapa komoditas utama dunia sehingga
mendorong kenaikan harga komoditas sejenis di dalam negeri. Namun, sejak
Februari 2011, harga komoditas beras dan bumbu-bumbuan domestik mulai
mengalami penurunan sehingga mendorong penurunan inflasi kelompok bahan
pangan, yang selanjutnya turut mendorong penurunan inflasi komponen
volatile foods. Musim panen yang terjadi di beberapa daerah sentra produksi
telah menekan harga beras dan komoditas bahan pangan nasional lainnya.
Penurunan harga beras ini memberikan kontribusi terjadinya deflasi pada
Maret 2011 sebesar 0,32 % (mtm), terbesar dalam 10 tahun terakhir. Laju
inflasi kumulatif sampai dengan triwulan I tahun 2011 menjadi 0,70 % (ytd),
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,99
% (ytd).
Berdasarkan kelompok pengeluarannya hingga triwulan I tahun 2011
(yoy), menurunnya indeks harga kelompok pengeluaran untuk bahan pangan
merupakan pendorong utama terjadinya deflasi pada Maret 2011. Penurunan
laju inflasi kumulatif tersebut disebabkan oleh penurunan harga beberapa
komoditas bahan pangan utama yaitu beras dan bumbu-bumbuan. Penurunan
12
harga beras diperkirakan masih akan berlangsung hingga triwulan II tahun
2011 seiring masih berlangsungnya panen raya di beberapa sentra beras
nasional. Sebaliknya, lima kelompok pengeluaran lainnya menunjukkan tren
peningkatan, dengan kelompok sandang menyumbang kenaikan tertinggi
sebesar 7,71 %, yang didorong oleh peningkatan harga emas di pasar
internasional dan domestik. Kenaikan inflasi lain didorong oleh inflasi pada
kelompok pengeluaran untuk pendidikan sebesar 3,84 % dan kesehatan sebesar
3,17 %.
Beberapa penelitian tentang deposito mudharabah yang dipengaruhi
oleh variabel lain seperti variabel makro ekonomi dan lainnya memberi
indikasi bahwa kondisi ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi fungsi
intermediasi bank yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pembangunan
suatu negara dan profitabilitas bank.
Beberapa penelitian tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh
Ani dan Wasilah (2010) yang melakukan penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah penghimpunan dana pihak ketiga (deposito mudharabah
1 bulan) Bank Muammalat Indonesia. Menyimpulkan bahwa variabel tingkat
suku bunga deposito berjangka 1 bulan, tingkat bagi hasil, inflasi dan ukuran
bank berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah, sedangkan FDR
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Husni (2009) yang melakukan
penelitian faktor – faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana pihak
ketiga pada perbankan syariah di Indonesia (periode : Januari 2007 – Desember
13
2007) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara SWBI terhadap
DPK, dan terdapat pengaruh negatif antara bagi hasil terhadap DPK.
Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian
lainnya mulai dari variabel dan data yang diambil dalam kurun waktu yang
berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat
akan lebih menggambarkan situasi perbankan pada saat ini.
Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling
dominan terhadap Bank Syariah Mandiri, diharapkan dengan hasil yang
didapat dari penenelitian ini manajemen Bank Syariah Mandiri mampu
menjalankan fungsinya sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil
operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan
intermediasi bank.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian tedahulu yang telah
dijelaskan maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH JUMLAH BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH,
TINGKAT IMBALAN SBIS, SUKU BUNGA SIMPANAN BERJANGKA
1 BULAN DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH DEPOSITO
MUDHARABAH (STUDI KASUS PT. BANK SYARIAH MANDIRI
TAHUN 2007 - 2011).”
14
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat dibuat perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat
imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan dan
inflasi secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah pada
Bank Syariah Mandiri ?
2. Bagaimana pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah secara
parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri ?
3. Bagaimana pengaruh tingkat imbalan SBIS secara parsial terhadap
jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri ?
4. Bagaimana pengaruh suku bunga simpanan berjangka 1 bulan secara
parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri ?
5. Bagaimana pengaruh inflasi secara parsial terhadap jumlah deposito
mudharabah pada Bank Syariah Mandiri ?
C. Tujuan & Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah,
tingkat imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan
15
dan inflasi secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah pada
Bank Syariah Mandiri.
b. Untuk menganalisis pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah
secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri.
c. Untuk menganalisis pengaruh tingkat imbalan SBIS secara parsial
terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
d. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga simpanan berjangka 1 bulan
secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank
Syariah Mandiri.
e. Untuk menganalisis pengaruh inflasi secara parsial terhadap jumlah
deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
tentang bagaimana pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah,
tingkat imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan
dan inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah di bank syariah pada
umumnya dan khususnya Bank Syariah Mandiri (BSM).
b. Bagi Perbankan Syariah
Pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan
SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan dan inflasi
16
terhadap salah satu produk perbankan syariah yaitu deposito
mudharabah menjadi topik yang dibahas lebih lanjut. Kajian pengaruh
jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, jumlah
suku bunga simpanan berjangka 1 bulan dan inflasi terhadap salah satu
produk perbankan syariah ini dapat bermanfaat untuk evaluasi
perkembangan sistem perbankan syariah serta sebagai bahan awal
kajian dalam menentukan metode kebijakan sistem syariah.
c. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian yang penulis lakukan terkait dengan bidang
manajemen perbankan. Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan
sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut (bagi yang
berminat) di masa yang akan datang.
d. Bagi Perguruan Tinggi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen
perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan pengetahuan.
e. Bagi Nasabah
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang akan menambah
wawasan dan pengetahuan bagi nasabah bank terutama terkait dengan
produk deposito mudharabah. Sehingga dapat di jadikan landasan
dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi dalam bentuk
deposito mudharabah.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Bank Secara Umum
Menurut Mishkin (2007:8) Bank sebagai lembaga keuangan yang
menerima deposito dan memberikan pinjaman. Bank merupakan perantara
keuangan (financial intermediaries), Bank menimbulkan interaksi antara
orang yang membutuhkan pinjaman untuk membiayai kebutuhan hidupnya,
orang yang memiliki kelebihan dana dan berusaha menjaga keuangannya
dalam bentuk tabungan dan deposito lainnya di bank.
Pengertian bank menurut Rodoni (2006:21) adalah suatu badan
usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary)
untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada yang
ditentukan.
Pengertian menurut UU. 7 Tahun 1992, tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU NO. 10 Tahun 1998 adalah:
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
b. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992 tentang
Perbankan).
18
c. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan hal itu (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992
tentang Perbankan).
Ditinjau dari segi imbalan atau jasa penggunaan dana, baik simpanan
maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi:
a. Bank Konvensional
Bank konvensional adalah bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah
imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode
tertentu.
b. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah
(Rodoni dan Hamid, 2008:14).
2. Pengertian Perbankan Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank
Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi
SAW (Muhammad, 2005:1).
19
Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah (Rodoni,
2008:14).
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang tata cara beroperasinya
dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dana,
memberikan dan mengenakan imbalan didasarkan pada tata cara
bermuamalat secara Islami atau prinsip syariah, yakni mengacu pada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits atau dengan kata lain, bank
syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasian disesuaikan dengan prinsip syariah
Islam (Mufraini, 2008:17).
Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem
perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha
pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk
memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan
riba, serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram
(misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram,
usaha media yang tidak islami dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh
sistem perbankan konvensional.
20
3. Tujuan Bank Syariah
Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai
berikut : (Sudarsono, 2008:43)
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalah secara
Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar
terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan
lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha
tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak
negatif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya
kemandirian usaha.
4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah didalam mengentaskan kemiskinan
ini berupa pembinaan nasabah seperti: program pembinaan pengusaha
produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan
konsumen, program pengembangan modal kerja dan program
21
pengembangan usaha bersama.
5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas
perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang
diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha yang
tidak sehat antara lembaga keuangan.
6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-
syariah.
4. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang tercantum dalam pembukuan
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and
Auditing Organizing for Islamic Financial Institution), yaitu sebagai
berikut : (Sudarsono 2008:43)
1) Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu-lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
mestinya.
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
22
Pada dasarnya tiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana,
meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan,
kecuali bila dalam pelaksanaan fungsi perbankan tersebut dilarang
menurut syariah. Praktek perbankan konvensional yang dikenal saat ini,
fungsinya menggunakan sistem bunga dan dapat digolongkan sebagai
transaksi riba.
5. Keunggulan Perbankan Syariah
Keunggulan perbankan syariah adalah sebagai berikut :
1) Dengan adanya negosiasi antara pihak nasabah dengan pihak bank,
tercapai suatu hal yang saling menguntungkan, maka dengan prinsip
ini kedua belah pihak akan merasa saling diuntungkan.
2) Dengan menggunakan prinsip jual beli, apabila nasabah hendak
menaikan usahanya tetapi kekurangan alat angkut untuk kegiatan
produksinya, maka dapat mengajukan pembiayaan, sehingga dapat
menerima alat angkut dengan resiko yang lebih rendah dari pada
dengan pinjaman kredit ke bank konvensional.
3) Dapat mendorong para pengusaha kecil untuk dapat lebih
mengembangkan usahanya dengan baik yaitu dengan adanya bantuan
dari pihak bank syariah.
4) Resiko kerugian yang diterima baik nasabah maupun bank dengan
menggunakan prinsip jual beli. Hal ini dikarenakan apabila terjadi
kerugian, maka kerugian tersebut dibagi menurut perjanjian yang telah
disepakati sebelumnya.
23
5) Pihak bank akan mendapatkan banyak nasabah dengan menggunakan
prinsip jual beli, karena menggunakan prinsip kreditur dan debitur
sehingga bank yang dapat menentukan margin yang akan ditetapkan
dan nasabah dapat dijadikan agen bank.
6. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan,
perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem
perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Perbandingan
antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Islam Bank Konvensional
1. Melakukan investasi-investasi
yang halal.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli, atau sewa.
3. Profit dan falah oriented
4. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
kemitraan.
5. Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah.
1. Investasi yang halal dan
haram.
2. Memakai perangkat bunga.
3. Profit oriented.
4. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
debitur-kreditur.
5. Tidak terdapat Dewan
Pengawas Syariah.
(Sumber: Antonio, 2001:34)
24
7. Deposito Mudharabah
a. Pengertian
Deposito adalah bentuk simpanan yang mempunyai jumlah
minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan hasilnya lebih tinggi dari
pada tabungan. Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal
tertentu dengan jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah
tidak dapat mencairkan dananya sebelum jatuh tempo. Produk
penghimpunan dana ini biasanya dipilih oleh nasabah yang memiliki
kelebihan dana, sehingga selain bertujuan untuk menyimpan dananya,
bertujuan pula untuk salah satu sarana berinvestasi. (Nurianto,
2010:35)
Menurut UU No.10 tahun 1998 pasal 1 ayat 7, deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
bersangkutan (Karim, 2004:277).
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara
nasabah penyimpan dengan bank (Siamat, 2005:284). Deposito
berjangka adalah simpanan pihak ketiga (rupiah dan valuta asing)
yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antar
penyimpan dengan bank yang bersangkutan (Rivai, 2007:417).
25
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah
proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya
(Antonio, 2009:95). Mudharabah adalah sistem kerja sama usaha
antara dua pihak atau lebih di mana pihak pertama (shahib al-mâl)
menyediakan seluruh (100%) kebutuhan modal (sebagai penyuntik
sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayaan suatu proyek),
sedangkan nasabah sebagai pengelola (mudharib) mengajukan
permohonan pembiayaan dan untuk ini nasabah sebagai pengelola
(mudharib) menyediakan keahliannya (Rivai, 2007:471).
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan (Rodoni dan Hamid, 2008:27-28).
Mudharabah merupakan salah satu bentuk dari perkongsian, yang
mana salah satu pihak disebut pemilik modal (sahib al-mal) yang
menyediakan sejumlah uang tertentu dan berperan pasif, sementara
pihak lain disebut pengelola dana (rab al-mal atau mudarib) yaitu
orang yang menjalankan usaha, ke pengurusan atau jasa dengan tujuan
memperoleh keuntungan (Hulwati, 2009:71).
Mudharabah adalah satu bentuk kontrak antara penyedia dana
(shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib). Pada saat proyek
sudah selesai maka mudharib mengembalikan modal tersebut kepada
26
penyedia dana berikut porsi keuntungan yang telah disetujui
sebelumnya. Bank syariah, dalam hubungannya dengan pengusaha,
bertindak sebagai shahibul maal. Sedangkan dalam hubungannya
dengan deposan, bank syariah bertindak sebagai mudharib (Edwin
dkk, 2007:296).
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No: 03/DSN-
MUI/IV/2000, menetapkan bahwa deposito yang dibenarkan secara
syariah, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah
(Burhanuddin, 2010:61).
Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian deposito
mudharabah adalah simpanan masyarakat yang disimpan kepada
bank, dapat berupa rupiah ataupun valuta asing dimana penarikannya
hanya dapat dilakukan pada jangka waktu yang telah ditentukan dan
disepakati antara nasabah dengan pihak bank dalam baik dengan
prinsip syariah (bagi hasil) dengan akad mudharabah. Biasanya
memiliki jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.
b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah
Adapun dasar hukum deposito dalam hukum positif dapat kita
jumpai dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. (Karim, 2004:303)
Secara Teknis mengenai deposito mudharabah ini dalam pasal
36 huruf a poin 3 PBI Nomor 6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang
27
melaksanakan kegiatan Usaha berdasarkan prinsip syariah. Pasal ini
intinya menyebutkan bahwa wajib menerapkan prinsip syariah dan
prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usahanya dalam melakukan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
investasi antara lain dalam bentuk deposito berjangka dalam bentuk
mudharabah.
Selain itu mengenai deposito ini juga telah diatur dalam Fatwa
DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000 yang
menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan
kesejahteraan dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa
perbankan. Salah satu produk perbankan di bidang penghimpunan
dana dari masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan baik. (DSN
MUI&BI, 2006:18-19)
Berdasarkan DSN MUI ini deposito yang dibenarkan secara
syariah adalah yang berdasarkan prinsip mudhrabah, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
28
syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya
mudhrabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan.
c. Macam – Macam Deposito Mudharabah
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik
dana, terdapat 2 (dua) bentuk mudharabah, yakni (Karim, 2009:304) :
1) Mudharabah Muthlaqah (Unrestricted Investment Account, URIA)
Dalam deposito Mudharabah Muthlaqah (URIA), pemilik
dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada
Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan
dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain,
Bank Syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam
menginvestasikan dana URIA ini keberbagai sektor bisnis yang
diperkirakan akan memperoleh keuntungan.
Dalam menghitung bagi hasil deposito Mudharabah
Muthlaqah (URIA), basis perhitungan adalah hari bagi hasil
sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk
29
tanggal pembukaan deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA) dan
tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumlah hari dalam sebulan yang
menjadi angka penyebut/angka pembagi adalah hari kalender bulan
yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari).
2) Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment Account, RIA)
Berbeda halnya dengan Deposito Mudharabah Mutlaqah
(URIA), dalam deposito Mudharabah Muqayyadah (RIA), pemilik
dana memberikan batasan atau persyaratan tetentu kepada Bank
Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan
tempat, cara, maupun objek investasinya. Dengan kata lain, Bank
Syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam
menginvestasikan dana RIA ini ke berbagai sektor bisnis yang
diperkirakan akan memperoleh keuntungan.
8. Implementasi Prinsip Mudharabah dalam Produk Deposito
Deposito sebagai salah satu produk perbankan dalam perbankan
syariah menggunakan skema mudharabah. Hal ini sejalan dengan tujuan
dari nasabah menggunakan instrument deposito yakni sebagai sarana
investasi dalam memperoleh keuntungan (Anshori, 2007:95).
Secara teknis pemakaian prinsip akad mudharabah ke dalam produk
deposito sebagai instrument penghimpunan dana dari masyarakat pada
bank syariah telah diatur dalam pasal 5 Peraturan Bank Indonesia
No.7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi
bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
30
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau
deposito berdasarkan mudharabah berlaku persyaratan sebagai berikut:
a. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai
pemilik dana.
b. Dana disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal.
c. Pembagian keuntungan dari penggolongan dan investasi dinyatakan
dalam bentuk nisbah.
d. Pada akad tabungan berdasarkan mudharabah, nasabah wajib
menginvestasikan minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan
oleh bank dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka
penutupan rekening.
e. Nasabah tidak boleh menarik dana diluar kesepakatan.
f. Bank adalah mudharib menutup biaya operasional tabungan atau
deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi
haknya.
g. Bank tidak boleh mengurangu bagiuan keuntungan nasabah tanpa
persetujuan nasabah yang bersangkutan.
h. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam
perundang-undangan yang berlaku.
31
Gambar 2.1
Mudharabah pada Penghimpunan Dana
Titip dana Pemanfaatan dana
Bagi hasil Pemanfaat dana
Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola
dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana).
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan
pihak ketiga (Karim, 2004:277)
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan
membagikan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam
mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mis management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh
terhadap kerugian tersebut (Karim, 2004:278).
9. Bagi Hasil (Profit Sharing)
Bagi hasil adalah pendapatan dari pembiayaan investasi al-
mudharabah dan al-musyarakah berupa bagi hasil usaha, dari pembiayaan
pengadaan barang al-murabahah, al-baitsaman ajil, dan al-ijarah berupa
mark up dan sewa, dari pemberian pinjaman berupa biaya administrasi,
NASABAH BANK DUNIA
USAHA
32
dan dari penggunaan fasilitas berupa fee. (Perwataatmadja dan Antonio,
1999:43).
Akad berpola bagi hasil pada prinsipnya, merupakan suatu transaksi
yang mengupayakan suatu nilai tambah (added value) dari suatu kerja
sama antarpihak dalam memproduksi barang dan jasa (Ascarya,
2008:214).
Menurut Agustianto (2005:56), bagi hasil adalah keuntungan atau
hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun
transaksi jual beli yang diberikan nasabah. Perhitungan bagi hasil
disepakati menggunakan pendekatan atau pola:
(1) Revenue Sharing
Perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh
pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Revenue Sharing mengandung kelemahan, karena apabila tingkat
pendapatan bank sedemikian rendah maka bagian bank, setelah
pendapatan didistribusikan oleh bank, tidak mampu mempunyai
kebutuhan operasionalnya (yang lebih besar daripada pendapatan fee)
sehingga merupakan kerugian bank dan membebani para pemegang
saham sebagai penanggung kerugian (Arifin, 2009:70).
(2) Profit & Loss Sharing
Adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada seluruh
pendapatan, baik hasil investasi dana maupun pendapatan fee atas
33
jasa-jasa yang diberikan bank setelah dikurangi biaya-biaya
operasional bank.
Pada saat akad terjadi, wajib disepakati sistem bagi hasil yang
digunakan, apakah Revenue Sharing, Profit & Loss Sharing, atau
Gross Profit. Jika tidak disepakati, akad itu menjadi gharar.
Pembayaran imbalan bank syariah kepada deposan (pemilik dana)
dalam bentuk bagi hasil besarnya sangat tergantung dari pendapatan
yang diperoleh oleh bank sebagai mudharib atas pengelolaan dana
mudharabah tersebut, apabila bank syariah memperoleh hasil usaha
yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah yang
besar, sebaliknya apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang
sangat kecil.
Konsep ini terdapat unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak
yang diuntungkan sementara pihak yang lain dirugikan antara pemilik
dana dan pengelola dana sehingga besarnya benefit yang diperlukan
deposan sangat tergantung kepada kemampuan bank dalam
menginvestasikan dana-dana yang diamanahkan kepadanya (Wiroso,
2005:88).
a. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
Menurut Antonio (2001:139) ada dua faktor yang mempengaruhi
bagi hasil, yaitu:
34
1. Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor langsung (direct factor) yang
mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah sebagai berikut:
a) Investment rate, merupakan persentase aktual dana yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment
rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana
dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan
jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu metode ini:
1) Rata-rata saldo minimum bulanan
2) Rata-rata saldo harian
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk
diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang
digunakan.
c) Nisbah (Profit Sharing Ratio)
1) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus
ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
2) Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda.
3) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu
bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12
bulan.
35
4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account
lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
2. Faktor Tidak Langsung
a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
1) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan
biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagi hasilkan
merupakan pendapatan yang akan diterima dikurangi biaya-
biaya.
2) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue
sharing.
b) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya
aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan
pengakuan pendapatan dan biaya.
b. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah
Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk
ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang
akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini
tidak dilakukan, maka berarti telah menjadi gharar, sehingga transaksi
menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah (Yaya dkk, 2009:370).
Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan
profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil
bank syariah dan yang di praktekkan selama ini adalah pendapatan
36
dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa
dinamakan dengan gross profit (Yaya dkk, 2009:371). Prinsip
perhitungan bagi hasil dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2
Perhitungan Bagi Hasil
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan Xx
Harga Pokok Penjualan (xx)
Laba Kotor Xx Gross Profit Sharing
Beban (xx)
Laba/Rugi bersih Xx Profit sharing
(Sumber : Yaya dkk, 2009:371)
Rumus gross profit sharing:
Rumus profit sharing:
c. Perhitungan Bagi Hasil Deposito
Adapun Perhitungan bagi hasil deposito yang diterima nasabah
sebelum pajak dan zakat pada Bank Syariah Mandiri adalah sebagai
berikut:
Jika deposito mudharabah per bulan (1 bulan)
Sumber: www.syariahmandiri.co.id
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Kotor
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Rugi Bersih
37
Contoh :
1) Diketahui nominal Deposito Syariah Mandiri Rupiah jangka waktu 1
bulan sebesar Rp. 10.000.000,00
2) Diketahui saldo rata-rata seluruh Deposito Syariah Mandiri Rupiah
jangka waktu 1 bulan Rp 7.419.489.107.191,12
3) Diketahui saldo pendapatan distribusi bagi hasil seluruh Deposito
Syariah Mandiri Rupiah jangka waktu 1 bulan (lihat tabel) Rp
65.489.891.451.14
4) Diketahui NISBAH bagi hasil Deposito Syariah Mandiri Rupiah
jangka waktu 1 Bulan (lihat tabel) 51,00%
5) Bagi hasil yang diterima nasabah = Rp 45.016, 37
[(10.000.000,00/7.419.489.107.191,12) x 65.489.891.451,14 x
51,00% = 45.016,37]
10. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
a. Pengertian dan Karakteristik SBIS
Menurut Husni (2009:7) SWBI/SBIS merupakan mekanisme
penitipan dana ke Bank Indonesia pada saat Bank Syariah mengalami
kelebihan dana. SWBI adalah instrument moneter berdasarkan prinsip
Syariah yang dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk mengatasi
kelebihan likuiditasnya.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.10/11/PBI/2008 tentang
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (selanjutnya disingkat SBIS), bahwa
definisi SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah
38
berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia. Hal ini sedikit berbeda dengan SBI Konvensional
yang diterbitkan melalui lelang dengan tingkat diskonto yang berbasis
bunga (interest), sedangkan SBIS diterbitkan menggunakan
akad/kontrak transaksi ju’alah. Akad ju’alah adalah janji atau
komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (‘iwadah/ju’l)
atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu perkerjaan.
Para peserta yang diperbolehkan untuk mengikuti lelang SBIS
diantaranya Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS)
atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS.
Ketentuan lainnya, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit
Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.
SWBI/SBIS digunakan oleh bank Syariah dalam hal terjadi
kelebihan dana, SWBI merupakan surat berharga yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia dengan menggunakan prinsip wadi’ah yad adh
dhamanah. Dengan demikian bank Indonesia memberikan bonus
tertentu atas penempatan dana tersebut. SWBI/SBIS merupakan
kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan
kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip
Syariah. (Husni, 2009:7)
SWBI yang sekarang disebut SBIS merupakan instrumen
kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan
likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Beberapa
karakteristik SBIS sebagai berikut : (Perwataatmadja dkk 2006:149).
39
1) Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek.
2) Diterbitkan oleh Bank Indonesia.
3) Merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana
sementara.
4) Ada bonus atas transaksi penitipan dana
b. Ketentuan dan Mekanisme Penerbitan SBIS
Berdasarkan fatwa DSN-MUI dan peraturan Bank Indonesia,
instrumen SBIS dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme lelang
sebagaimana hal ini pun diberlakukan bagi SBI konvensional.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.10/16/DPM Tanggal 31
Maret 2008 tentang tata cara penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah melalui lelang dan Surat Edaran Bank Indonesia
No.10/16/DPM Tanggal 31 Maret 2008 tentang tata cara Repo
Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia. Berikut ini
adalah penjelasan atas hal-hal yang berkaitan dengan peraturan diatas.
Berkaitan dengan penatausahaan SBIS, sebagaimana yang telah
dioperasikan terhadap SBI Konvensional, BI menggunakan sistem
pencatatan dan penatausahaan secara elektronis yang dikenal dengan
sistem BI-SSSS (Scripless Securities Settlement System) atau Sistem
Penyelesaian Surat Berharga Tanpa Warkat, yaitu transaksi dengan
Bank Indonesia termasuk penatausahaanya dan penatausahaan surat
berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta,
penyelenggara dan sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
40
(BI-RTGS). Berikut adalah karakteristik dari SBIS, yaitu :
1) Menggunakan akad ju'alah.
2) Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah).
3) Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12
(dua belas) bulan.
4) Diterbitkan tanpa warkat (scripless).
5) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia dan
6) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
c. Pihak-Pihak dalam Lelang SBIS
1) Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS dan
2) BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta
tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit
Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.
d. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS
1) Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia.
2) Transaksi SBIS (Settlement lelang SBIS, Settlement first leg Repo
SBIS, dan Settlement second leg Repo SBIS) dinyatakan batal
apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS
atau UUS di Bank Indonesia tidak mencukupi.
e. Sanksi
1) Terhadap setiap transaksi SBIS yang dinyatakan batal dikenakan
sanksi berupa :
a) Teguran tertulis dan
41
b) Kewajiban membayar sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari
nilai transaksi SBIS yang dinyatakan batal atau paling banyak
sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
2) Selain dikenakan sanksi tersebut di atas, BUS atau UUS juga
dikenakan sanksi :
a) Pemberhentian sementara mengikuti lelang SBIS minggu
berikutnya dan
b) Larangan mengajukan repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja
berturut-turut, terhitung sejak BUS atau UUS dikenakan
teguran tertulis ketiga dalam kurun waktu 6 (enam) bulan.
f. Skema SBIS
Adapun skema SBIS dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.2
Skema SWBI/SBIS
(Sumber: Husni, 2009:8)
42
11. Suku Bunga
Suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang
yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus spending unit untuk
digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan
menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya atau defisit
spending units (Judisseno, 2005:80-81). Suku bunga adalah biaya
pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut
(biasanya dinyatakan sebagai persentase per tahun) (Mishkin, 2008:4).
Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa suku bunga adalah harga atau biaya yang harus dibayar atau di
berikan oleh si peminjam atau pihak yang membutuhkan dana kepada
pihak yang kelebihan dana atau meminjamkan dana sebagai timbal balik
dari penggunaan dana tersebut dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata
lain, orang yang diberi kesempatan mendapatkan pinjaman dana harus
membayar biaya atas pinjamannya tersebut. Biaya peminjaman, diukur
dalam rupiah per tahun yang di pinjam, adalah suku bunga. Jumlah
pinjaman yang di berikan disebut Principal dan harga yang dibayar
biasanya diekspresikan sebagai persentase dari principal per unit waktu
(umumnya setahun). Berikut ini adalah perbedaan bunga dan bagi hasil:
Tabel 2.3
Perbedaan antara Bagi Hasil dan Bunga
Bagi hasil Bunga
Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh
Penentuan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi selalu untung
43
(Sumber : Sudarsono, 2003:50)
Keynes dalam teori menyebutkan bahwa, tingkat bunga di tentukan
oleh permintaan dan penawaran uang, menurut teori ini ada tiga motif,
mengapa seseorang bersedia untuk memegang uang tunai, yaitu motif
transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi (Boediono, 1985:82). Tiga motif
inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan uang yang diberi
istilah Liquidity preference, adanya permintaan uang menurut teori Keynes
berlandaskan pada konsepsi bahwa umumnya orang menginginkan dirinya
tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Teori Keynes
menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar
harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang
untuk tujuan spekulasi, dalam hal ini permintaan besar apabila tingkat
bunga rendah dan permintaan kecil apabila bunga tinggi.
Bagi hasil Bunga
Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh
Besarnya persentase berdasarkan
pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan
Bagi hasil bergantung pada
keuntungan proyek yang dijalankan.
Bila usaha merugi, kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua
belah pihak.
Pembayaran bunga tetap seperti
dijanjikan apakah proyek yang
dijalankan oleh pihak nasabah
untung atau rugi.
Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang booming.
Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil.
Eksistensi bunga diragukan oleh
semua agama termasuk islam.
44
Menurut Hermawan, tingkat suku bunga merupakan salah satu
indikator moneter yang mempunyai dampak dalam beberapa kegiatan
perekonomian sebagai berikut: (Darmawi, 2006:182)
a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan untuk melakukan
investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat
pertumbuhan ekonomi.
b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan
pemilik modal apakah ia akan berinvestasi pada real assets ataukah
pada financial assets.
c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak
bank dan lembaga keuangan lainnya.
d. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar
12. Inflasi
a. Teori Inflasi Konvensional
Menurut Samuelson, inflasi dapat digolongkan menurut tingkat
keparahannya, yaitu sebagai berikut (Karim, 2007:137) :
1) Moderate inflation
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat.
Umumnya disebut sebagai inflasi satu digit. Pada tingkat inflasi
seperti ini orang-orang masih mau memegang uang dan menyimpan
kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.
45
2) Galopping inflation
Inflasi tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan
200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau
memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan
dalam bentuk aset-aset riil. Orang akan menumpuk barang-barang,
membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan
dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari
tingkat bunga serta orang tidak akan memberikan pinjaman kecuali
dengan tingkat bunga yang amat tinggi. Banyak perekonomian yang
mengalami inflasi seperti ini tetap berhasil walaupun sistem harga
yang berlaku sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung
mengakibatkan terjadinya gangguan gangguan besar pada
perekonomian karena orang-orang akan cenderung mengirimkan
dananya untuk berinvestasi di luar negeri dari pada di dalam negeri
(Capital Outflow).
3) Hyper inflation
Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu
sampai triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak
pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi
galopping inflation, akan tetapi tidak pernah ada pemerintahan yang
dapat bertahan menghadapi jenis inflasi ini. Contohnya adalah
Weimar Republic di Jerman pada tahun 1920-an.
46
Selain itu, inflasi dapat digolongkan karena penyebab-
penyebabnya yaitu sebagai berikut (Karim, 2007 : 138):
1) Natural inflation dan Human error inflation
Sesuai dengan namanya natural inflation adalah inflasi yang
terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai
kekuasaan dalam mencegahnya. Human error inflation adalah inflasi
yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
manusia sendiri.
2) Actual/ anticipated/ expected inflation dan unanticipated/
unexpected inflation
Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan
sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi
sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman
nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek
inflasi.
3) Demand pull dan cost push inflation
Inflasi ini diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi
pada sisi permintaan agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu
perekonomian. Cost push inflation adalah inflasi yang terjadi karena
adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif (AS)
dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.
47
4) Spiralling inflation
Inflasi ini diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya
yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari
inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
5) Imported inflation dan domestic inflation
Imported inflation adalah inflasi di negara lain yang ikut
dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam
pasar perdagangan internasional. Domestic inflation adalah inflasi
yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu
mempengaruhi negara-negara lainnya.
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang
menguntungkan dalam perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam
salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off
antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat
menurunkan tingkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah
satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian negara, dan lain
sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik
negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut ( Putong dan
Andjaswati, 2010 : 142):
1) Bila harga barang secara umum naik terus-menerus maka
masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan
normal, karena di satu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang
memborong barang sementara yang kekurangan uang tidak bisa
48
membeli barang, akibatnya negara rentan terhadap segala macam
kekacauan yang ditimbulkannya.
2) Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung
untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang
sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana yang
berdampak pada kebangkrutan bank, atau rendahnya dana investasi
yang tersedia.
3) Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga
untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga
di pasaran, sehingga harga akan terus menerus naik.
4) Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan
produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5) Bila inflasi berkepanjangan maka produsen banyak yang bangkrut
karena produk relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang
mampu membeli.
6) Jurang kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat
berakhir pada penjarahan dan perampasan.
7) Dampak positif dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang
mewah (high end) yang mana barangnya lebih laku pada saat
harganya semakin tinggi (masalah prestise).
49
8) Masyarakat akan semakin selektif dalam mengonsumsi, produksi
akan diusahakan secara efisien mungkin dan konsumtifisme dapat
ditekan.
9) Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil
dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
10) Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat
akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara
mendirikan atau membuka usaha, dll.
b. Teori Inflasi Islam
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena (Karim, 2007 : 139):
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terhadap fungsi
tabungan (nilai simpanan), fungsi dari pembayaran di muka, dan
funsi dari unit penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang
dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga
telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain
“self feeding inflation”.
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-
primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to
Consume).
50
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah
produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi,
dan lainnya.
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1) Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah dengan Deposito Mudharabah
Penelitian yang dilakukan oleh Ani dan Wasilah (2010), Raditiya
(2007), Andika (2010), dan Erwin (2010) menyimpulkan bagi hasil deposito
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap deposito mudharabah
dikarenakan para nasabah dalam menempatkan dananya di bank syariah
masih dipengaruhi oleh motif untuk mencari profit sehingga jika tingkat
bagi hasil bank semakin besar maka akan semakin besar pula dana pihak
ketiga khususnya deposito yang disimpan bank.
2) Tingkat Imbalan SBIS dengan Deposito Mudharabah
Penelitian yang dilakukan Husni (2009) menyimpulkan bahwa
variabel SWBI atau tingkat imbalan SBIS berhubungan positif dengan DPK
(Deposito Mudharabah). Hal ini dapat disimpulkan bahwa jumlah deposito
mudharabah tidak hanya bergantung pada jumah bagi hasil yang diberikan
tapi bergantung juga pada tingkat imbalan SBIS.
51
3) Suku Bunga Simpanan berjangka 1 bulan dengan Deposito
Mudharabah
Penelitian yang dilakukan oleh Raditya (2007), Erik (2006), Delvin
(2010), dan Widiastama (2006) menyimpulkan bahwa suku bunga deposito
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap deposito mudharabah.
Hal ini menunjukkan bahwa sifat nasabah untuk mendepositokan dananya di
bank adalah karena keuntungan semata. Dilihat dari keuntungan yang
menjanjikan oleh setiap bank, kalau pada bank konvensional sendiri dilihat
dari tingkat suku bunga tersebut, jika tingkat suku bunga bank konvensional
lebih tinggi dari bagi hasil, maka nasabah memilih untuk menyimpan
dananya di bank konvensional atau risiko displacement fund (pengalihan
dana dari bank syariah ke bank konvensional). Terlihat dari penelitian ini
dimana terbukti suku bunga berpengaruh negatif pada volume deposito
mudharabah Bank Syariah.
4) Inflasi dengan Deposito Mudharabah
Penelitian yang dilakukan oleh Ani dan Wasilah (2010) disimpulkan
bahwa tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan deposito mudharabah berjangka 1 bulan. Hal ini
mengindikasikan apabila tingkat inflasi naik maka nilai deposito
mudharabah berjangka 1 bulan akan mengalami kenaikan juga. Hal ini
disebabkan karena pada saat terjadi inflasi masyarakat mampu
mempertahankan tingkat konsumsinya dan melindunginya dari
52
ketidakpastian atau fluktuasi di masa depan sehingga justru akan
meningkatkan jumlah simpanannya di bank syariah.
C. Penelitian Sebelumnya
Adapun penelitian sebelumnya yang relevan dan menjadi landasan
dalam penelitian ini antara lain:
Tabel 2.4
Penelitian Sebelumnya
No Penulis Judul
Penelitian
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
1 Haron dan
Norafifah
(2000)
The effects
of
conventional
interest Rate
of Profit On
funds
deposited
with Islamic
banking
system in
Malaysia
(periode198
4-1998)
Deposito
mudharabah,
tingkat
keuntungan
deposito
mudharabah
yang di
ekspektasi,
suku bunga
deposito bank
konvensional,
jumlah
tabungan
mudharabah
pada bank
Islam, tingkat
keuntungan
tabungan
mudharabah
yang di
ekspektasi dan
suku bunga
Adaptive
expectation
model
Bahwa
terdapat
hubungan
yang positif
antara tingkat
keuntungan
deposito
mudharabah
dan suku
bunga
deposito
masing-
masing bank,
adanya
hubungan
negatif antara
suku bank
konvensional
dengan
jumlah
deposito pada
bank Islam,
terdapat
hubungan
yang positif
53
No Penulis Judul
Penelitian
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
tabungan bank
konvensional
antara tingkat
keuntungan
tabungan
mudharabah
dengan
jumlah
tabungan
pada bank
Islam
2 Erna
Rachmawati
dan Ekki
(2004)
Factors
Affecting
Mudharaba
Deposits in
Indonesia
Tingkat bagi
hasil, tingkat
suku bunga,
pendapatan
nasional,
jumlah kantor
cabang
pembantu, dan
deposito
mudharabah
(Y).
Econometric’s
Cointergration
Methode
GDP
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
deposito
mudharabah
hanya dalam
jangka waktu
pendek, KCP
berpengaruh
positif dan
signifikan
dalam jangka
panjang dan
pendek,
tingkat bagi
hasil
berpengaruh
positif dan
signifikan
dalam jangka
waktu
panjang dan
pendek, dan
tingkat suku
bunga
54
No Penulis Judul
Penelitian
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
mempunyai
hubungan
yang positif
dan tidak
signifikan
dalam jangka
waktu pendek
dan panjang
3 Assriwijaya
Raditiya
(2007)
Pengaruh
tingkat suku
bunga dan
bagi hasil
terhadap
deposito
mudharabah
pada Bank
Syariah
Mandiri
Suku bunga
(X1), bagi
hasil (X2), dan
deposito
mudharabah
(Y).
Ordinary Least
Square
( OLS ) atau
metode
kuadrat
terkecil dengan
model regresi
Partial
Adjusment
Model (PAM)
Bahwa
tingkat suku
bunga
berpengaruh
negatif
terhadap
volume
deposito
mudharabah
dan bagi hasil
mempunyai
hubungan
yang positif
tetapi tidak
berpengaruh
terhadap
volume
deposito
mudharabah
4 Azhary
Husni
(2009)
Faktor –
Faktor yang
Mempengar
uhi
Penghimpun
an Dana
Pihak Ketiga
pada
Sertifikat
Wadiah Bank
Indonesia
(X1), Bagi
Hasil (X2) dan
Dana Pihak
Ketiga (Y)
Regresi
Berganda
Terdapat
pengaruh
positif antara
SWBI
terhadap
DPK,
terdapat
pengaruh
55
No Penulis Judul
Penelitian
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
Perbankan
Syariah di
Indonesia
(periode :
Januari 2007
– Desember
2007)
negatif antara
Bagi Hasil
terhadap
DPK
5 Eko Agus
Haryanto
(2010)
Faktor-
faktor yang
mempengar
uhi deposito
mudharabah
pada bank
umum
syariah
Tingkat bagi
hasil (X1),
tingkat suku
bunga (X2),
jumlah
deposito
periode
sebelumnya
(X3), SWBI
(X4) dan
jumlah
deposito
mudharabah
(Y)
Analisis
Regresi
Berganda
Bahwa
variabel
jumlah
deposito
periode
sebelumnya
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
jumlah
deposito
mudharabah
sedangkan
variabel
lainnya tidak
berpengaruh
signifikan
6 Ani dan
Wasilah
(2010)
Faktor-
faktor yang
mempengar
uhi jumlah
penghimpun
an dana
pihak ketiga
(deposito
mudharabah
1 bulan)
Suku bunga
deposito
berjangka 1
bulan pada
bank umum
konvensional
(X1), Bagi
hasil (X2),
FDR (X3),
Inflasi (X4),
Analisis
regresi
berganda
denga metode
kuadrat
terkecil (least
square)
Bahwa
variabel
tingkat suku
bunga
deposito
berjangka 1
bulan, tingkat
bagi hasil,
inflasi dan
ukuran bank
56
No Penulis Judul
Penelitian
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
Bank
Muammalat
Indonesia
Ukuran (X5),
dan Deposito
mudharabah
(Y)
berpengaruh
signifikan
terhadap
deposito
mudharabah,
sedangkan
FDR tidak
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
D. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat
disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan
keduanya (Hamid, 2010:15).
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis pengaruh Jumlah Bagi
Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan
Berjangka 1 bulan, dan Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
Deposito Mudharabah pada Bank Syariah Mandiri dengan menggunakan
model regresi linear berganda antara variabel dependen dan independen.
Kerangka teori yang akan dituangkan dalam penelitian kali ini adalah sebagai
berikut:
57
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Bank Indonesia
Laporan Keuangan Publikasi
Bank Syariah Mandiri
Suku Bunga
Simpanan
Berjangka 1 Bulan
(X3)
Inflasi
(X4)
Jumlah Deposito
Mudharabah
(Y)
Model Regresi Linear Berganda
Uji Asumsi Klasik:
a. Normalitas
b. Multikolinearitas
c. Heteroskedastisitas
d. Autokorelasi
Uji Hipotesis:
a. Uji F
b. Uji t
Interpretasi dan Kesimpulan
Jumlah Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah
(X1)
Tingkat
Imbalan
SBIS
(X2)
Badan Pusat Statistik
Koefisien Determinasi (R2)
58
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab
akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
dapat debedakan dalam hipotesis deskriptif, hipotesis argumentatif, hipotesis
kerja, dan hipotesis statistik atau hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik atau hipotesis nol yang
bertujuan untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil atau teori yang
selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Hamid, 2010:16).
Adapun alasan dalam menggunakan hipotesis ini karena penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat-alat statistik,
karakteristik ini sama dengan yang dimiliki hipotesis statistik yang juga
menggunakan alat-alat analisis dalam membuktikan dugaan objek-objek yang
diteliti.
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis di
bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu
masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang
dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. H01 : Jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku
bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi tidak berpengaruh
terhadap jumlah deposito mudharabah.
Ha1 : Jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku
bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi berpengaruh terhadap
jumlah deposito mudharabah.
59
2. H02 : Jumlah bagi hasil deposito mudharabah tidak berpengaruh terhadap
jumlah deposito mudharabah.
Ha2 : Jumlah bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh terhadap
jumlah deposito mudharabah.
3. H03 : Tingkat imbalan SBIS tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah.
Ha3 : Tingkat imbalan SBIS berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah.
4. H04 : Suku bunga simpanan berjangka 1 bulan tidak berpengaruh terhadap
jumlah deposito mudharabah.
Ha4 : Suku bunga simpanan berjangka 1 bulan berpengaruh terhadap
jumlah deposito mudharabah.
5. H05 : Inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah.
Ha5 : Inflasi berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah.
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas pengaruh jumlah bagi hasil deposito
mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1 bulan
dan inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri. Periode yang diteliti dari Januari 2007 - Desember 2011. Sedangkan
jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data sekunder
runtun waktu (time series).
B. Metode Penentuan Sampel
Sebelum menentukan sampel, maka terlebih dahulu peneliti harus
menentukan populasi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009:115). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
bulanan PT. Bank Syariah Mandiri, laporan bulanan Bank Indonesia dan
laporan bulanan Badan Pusat Statistik.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116). Pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Purpossive Sampling artinya sampel dipilih agar
dapat mewakili populasinya, sampel yang dipilih adalah menurut aturan umum
bahwa pengambilan sampel disyaratkan minimal 5 periode untuk tiap
61
independen. Sedangkan teknik pemilihan sampel Non Probability Sampling
adalah metode pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel, hanya elemen populasi yang memenuhi kriteria tertentu dari penelitian
saja yang dijadikan sampel. Dari kriteria yang diajukan diatas didapat sampel
yakni Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri, Tbk, Laporan Bank Indonesia
dan Laporan Badan Pusat Statistik periode 2007-2011.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
data jumlah deposito mudharabah yang dihimpun oleh Bank Syariah Mandiri
pada laporan keuangan publikasi bank pada Bank Indonesia dengan melihat
laporan neraca dan laba rugi dari bulan Januari 2007 sampai dengan Desember
2011 yang diperoleh dari situs www.bi.go.id. Data jumlah bagi hasil deposito
mudharabah diperoleh dari Laporan Profit Distribution Bank Syariah Mandiri,
data bulanan historis suku bunga simpanan berjangka (deposito) 1 bulan pada
bank umum konvensional (BUK), tingkat imbalan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
(SEKI) pada website www.bi.go.id dengan rentang waktu yang sama, serta
inflasi diperoleh data bulanan historis Inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS)
pada website www.bps.co.id.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah studi kepustakaan (Library Research). Data yang
diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, internet dan lain-
62
lain yang berhubungan dengan aspek penelitian sebagai upaya untuk
memperoleh data yang valid
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara jumlah bagi
hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan
berjangka 1 bulan, dan inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah Bank
Syariah Mandiri. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier
berganda dengan menggunakan program komputer (software) SPSS versi 19.0
dan Microsoft Excel 2010. Berikut adalah metode yang digunakan dalam
menganalisis data pada penelitian ini:
1. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan untuk
memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik
deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta
penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik secara
grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), ukuran penyebaran data dari
rata-ratanya (standar deviasi), nilai maksimum dan minimum (Ghozali,
2011:19).
2. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan dasar dari teknis analisis regresi. Dalam
penggunaan regresi linear rentan dengan beberapa permasalahan yang sering
63
timbul, sehingga akan menyebabkan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan menjadi kurang akurat. Oleh karena itu dilakukan pengujian
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel
terikat mempunyai distribusi normal. Menurut Santoso (2012:230),
tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi, error yang dihasilkan mempunyai distribusi normal atau
tidak. Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah
garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas adalah (Santoso, 2012:233):
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model tidak memenuhi asumsi normalitas.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan
analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini
adalah sebagai berikut:
1) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Menurut Ghazali (2005:161), metode yang lebih handal adalah
dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
64
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
2) Metode Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi
distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal
jika K hitung < K tabel atau nilai Sig. > alpha (Suliyanto, 2011:75).
b. Multikolinearitas
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk
saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinearitas tidak dapat
dihindari. Menurut Santoso (2012:234), tujuan uji multikolinearitas
adalah menguji apakah pada sebuah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar-variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
terdapat problem Multikolinearitas (Multiko).
Imam Ghazali (2011:106) mengukur multikolinearitas dapat dilihat
dari nilai TOL (Tolerance) dan VIF (Varian Inflation Factor). Nilai
cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Hipotesis
yang digunakan dalam pengujian multikolinearitas adalah:
a) Ho: VIF > 10, terdapat multikolinearitas
b) H1: VIF < 10, tidak terdapat multikolinearitas
c. Heteroskedastisitas
65
Menurut Nachrowi dan Usman (2006:109) Heteroskedastisitas yaitu
kondisi dimana semua residual atau error mempunyai varian yang tidak
konstan atau berubah-ubah. Tujuan uji asumsi ini adalah ingin
mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan
varians pada residual (error) dari satu pengamatan ke pengamatan yang
lain (Santoso, 2012:238).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji heteroskedastisitas
dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji
ini adalah sebagai berikut:
1) Metode Grafik dengan Scatterplot
Pengujian heteroskedastisitas untuk penelitian ini menggunakan
grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
heteroskedastisitas (Santoso, 2012:240):
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
66
Salah satu kelemahan pengujian secara grafis adalah tidak
jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik. Keputusan
secara subjektif tentunya dapat mengakibatkan berbedanya keputusan
antara satu orang dengan lainnya. Oleh karena itu, penulis melakukan
pengujian heteroskedastisitas dengan metode Bresch Pagan Godfrey
untuk mendukung bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas.
2) Metode Bresch Pagan Godfrey
Model Bresch-Pagan Godfrey (BPG) dilakukan dengan
meregresikan antara variabel bebas terhadap pi. nilai pi diperoleh
dari, sedangkan nilai α2 diperoleh dari∑ dimana T adalah
jumlah data. Jika nilai hitung lebih besar dari tabel dengan df+
jumlah variabel bebas, maka dalam model ini terdapat masalah
heteroskedastisistas. Nilai hitung dalam metode ini diperoleh dari
dimana ESS (Explained Sum of Square) = x TSS (Total Sum of
Square). Jika uji heteroskedastisitas dengan kriteria hitung lebih
besar dari tabel dengan df = p-1 (p=jumlah variabel bebas tanpa
kostanta) maka terjadi masalah heteroskedastisitas. (Suliyanto,
2011:117).
d. Autokorelasi
67
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Santoso,
2012:241).
Salah satu uji formal yang paling populer untuk mendeteksi
Otokorelasi adalah uji Durbin-Watson, yang secara umum bisa diambil
patokan sebagai berikut (Santoso, 2012:243):
a) Angka D-W di bawah -2 berarti ada otokorelasi positif.
b) Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada otokorelasi.
c) Angka D-W di atas +2 berarti ada otokorelasi negatif.
3. Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien Determinasi (R Square) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Nilai R Square berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R Square dengan 1
maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100% variasi dalam Y.
Sebaliknya, jika nilai R Square sama dengan 0 atau mendekatinya maka
garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y (Ghazali, 2011:97).
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah
variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap
penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan
meningkatkan nilai R Square meskipun variabel yang dimasukkan tersebut
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya.
68
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien
determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah
dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang
digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan
maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun
oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:59).
4. Pengujian Hipotesis
Dari perhitungan dengan SPSS 19.0 akan diperoleh keterangan atau
hasil mengenai Uji F, dan Uji t untuk menjawab perumusan masalah
penelitian. Berikut ini keterangan yang berkenaan dengan hal tersebut yaitu
sebagai berikut :
1) Uji F (Uji Simultan)
Menurut Nachrowi dan Usman (2006:17) Uji-F digunakan untuk
menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi
tersebut dapat diketahui secara bersama. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk
mempengaruhi variabel dependent secara simultan atau tidak, dengan
kriteria pengujian tingkat signifikan α = 0,05. Kriteria keputusannya
adalah sebagai berikut:
69
a. Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi < 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi > 0,05
maka H0 diterima atau H1 ditolak.
Adapun cara pengujian baik dalam regresi sederhana maupun
regresi berganda sama, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang
disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) melalui bantuan
program SPSS versi 19.0
2) Uji t
Menurut Nachrowi dan Usman (2006 : 18) setelah melakukan uji
koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan
suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Adapun hipotesis dalam uji
ini adalah sebagai berikut:
H0 ditolak apabila : t - hit > t - tabel atau –t hit < -t - tabel
H0 diterima apabila : t - hit < t - tabel atau –t hit > -t - tabel
5. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu
variabel dependen dengan variabel independen. Tujuan regresi berganda
adalah memprediksi besar variabel tergantung (dependent variable)
menggunakan data dari duaatau lebih variabel bebas (independent variable)
yang sudah diketahui besarnya. Bila hanya ada satu variabel dependen dan
satu independen, disebut analisis regresi sederhana. Sedangkan apabila
70
terdapat beberapa variabel independen, analisisnya disebut dengan analisis
regresi berganda (Winarno, 2009:41).
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda karena
menggunakan empat variabel bebas yaitu jumlah bagi hasil deposito
mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1
bulan dan inflasi, serta satu variabel terikat yaitu jumlah deposito
mudharabah, maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = β0+ β1BHNt+β2SBISt+β3SBt+ β4INFt+e
Keterangan:
Y = Jumlah deposito mudharabah
β0 = Intercept
β1BHNt = Jumlah bagi hasil deposito mudharabah
β2SBISt = Tingkat imbalan SBIS
β3SBt = Suku bunga simpanan berjangka 1 bulan
β4INFt = Tingkat inflasi
e = Tingkat kesalahan atau gangguan
E. Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel yang
digunakan dalam penulisan (Hamid, 2010:20). Pengertian operasional variabel
adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (di
observasi) dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan
data yang cocok dipergunakan. Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
71
1. Variabel Dependent (Y)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Jumlah Deposito Mudharabah. Mudharabah adalah akad kerja sama
antara pemilik modal dengan pengelola di mana keuntungan di bagi
berdasarkan akad. Deposito Mudharabah adalah simpanan berdasarkan
prinsip bagi hasil yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan jumlah keseluruhan deposito
mudharabah dengan jangka waktu deposito 1, 3, 6 dan 12 bulan baik
berupa deposito mudharabah rupiah atau valas periode Januari 2007
sampai dengan Desember 2011 yang diperoleh dari laporan neraca Bank
Syariah Mandiri pada laporan keuangan publikasi bank di Bank Indonesia.
Data dalam bentuk satuan jutaan Rupiah (Rp).
2. Variabel Independent (X)
Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah (X1)
Jumlah bagi hasil disini adalah total perolehan bagi hasil untuk
nasabah pemilik deposito mudharabah yang menitipkan dananya pada
bank tersebut. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Mandiri (BSM)
pusat berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari tahun 2007-2011
yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah.
b. Tingkat Imbalan SBIS (X2)
72
Tingkat Imbalan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
merupakan variabel bebas kedua (X2). Maksud dari variabel ini adalah
tingkat imbalan yang didapatkan dari simpanan berjangka 1 bulan
dalam Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) periode Januari 2007
sampai dengan Desember 2011. Data didapat dari tingkat imbalan SBIS
pada operasi meneter Bank Indonesia atau Statistik Ekonomi dan
Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia. Data dalam bentuk
persentase (%).
c. Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan (X3)
Suku bunga deposito 1 bulan pada bank umum konvensional
(BUK) adalah tingkat bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah
dalam memberikan keuntungan dari hasil menyimpan dananya
(deposito) di bank umum konvensional. Dalam penelitian ini
menggunakan suku bunga simpanan berjangka 1 bulan (bulanan). Data
yang digunakan bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank
Indonesia (SEKI) periode Januari 2007 sampai Desember 2011 berupa
persentase (%).
d. Inflasi (X4)
Inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara keseluruhan.
Terjadi ketika banyak harga meningkat secara serentak. Data inflasi
73
diperoleh dari Badan Pusat Statitik (BPS), periode Januari 2007 sampai
dengan Desember 2011 berupa persentase (%).
74
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan
krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian
nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat
parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa
mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian
bank-bank di Indonesia.
Lahirnya Undang-undang No. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas
Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank
syariah di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank
beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus
syariah.
PT. Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh
Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997-1999 dengan berbagai
cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya
memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari
pemilik.
75
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero)
pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi
bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT
Bank Syariah Mandiri (Persero).
PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung
sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti
menjadi bank syariah.langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar
tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah
berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19
Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999
Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah
menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah
memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti.
Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober, Bank Indonesia
telah menyetujui perubahan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank
Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999
merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran
76
Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis
bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri
yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT Bank
Mandiri (Persero).
PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan
idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya.
Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi
salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa
perbankan di Indonesia.
1. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri
Bank Syariah Mandiri mempunyai visi yaitu menjadi bank syariah
tepercaya pilihan mitra usaha. Sedangkan misi Bank Syariah Mandiri antara
lain :
a. Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat
berkembang dengan mendorong terciptanya syarikat dagang yang
terkoordinasi dengan baik
b. Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
melalui sinergi dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah
terkemuka di Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para
pemegang saham dan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat
luas.
c. Mempekerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti
operasional perbankan syariah
77
d. Menunjukkan komitmen terhadap standar kinerja operasional
perbankan dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta memegang
teguh prinsip keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian
e. Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari golongan masyarakat
menengah dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala
menengah dan kecil, serta mendorong terwujudnya manajemen
zakat, infak dan shadaqah yang lebih efektif sebagai cerminan
kepedulian sosial
f. Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan
lain, segenap lapisan masyarakat dan investor asing
2. Produk-Produk Bank Syariah Mandiri
Produk-produk pada Bank Syariah Mandiri terdiri dari produk,
pembiayaan, pendanaan dan jasa.
a. Produk-produk Pembiayaan
Bank Syariah Mandiri memiliki banyak produk-produk
pembiayaan antara lain :
1) BSM customer network financing
BSM customer network financing selanjutnya disebut BSM-
CNF adalah fasilitas pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada
Nasabah (agen, dealer, dan sebagainya) untuk pembelian
persediaan/inventory barang dari rekanan (ATPM,
produsen/distributor, dan sebagainya) yang menjalin kerjasama
dengan bank.
78
2) Pembiayaan Resi Gudang
Pembiayaan Resi Gudang adalah pembiayaan transaksi
komersial dari suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara
luas dengan jaminan utama berupa komoditas/produk yang dibiayai
dan berada dalam suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara
independen (independently controlled warehouse).
3) Pembiayaan Edukasi BSM
Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek
dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang
masuk sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau
uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru
berikutnya dengan akad ijarah.
4) BSM Impian
BSM Impian adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah
yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan yang
pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). BSM Impian
dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para karyawan
perusahaan, di mana perusahaan berada dalam kondisi tertentu
misalnya perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan,
koperasi karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan
pinjam, atau perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas.
79
5) Pembiayaan Dana Berputar
Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal
kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan danannya dapat
dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
6) Pembiayaan Umrah
Pembiayaan Umrah adalah pembiayaan jangka pendek yang
digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah
namun tidak terbatas untuk tiket, akomodasi dan persiapan biaya
umrah lainnya dengan akad ijarah.
7) Pembiayaan Griya BSM DP 0%
Pembiayaan Griya BSM DP 0% adalah pembiayaan untuk
pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas di
lingkungan developer maupun non developer tanpa dipersyaratan
adanya uang muka bagi nasabah (nilai pembiayaan 100% dari nilai
taksasi). Akad yang digunakan adalah akad murabahah.
8) Pembiayaan Griya BSM bersubsidi
Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi adalah pembiayaan untuk
pemilikan atau pembelian rumah sederhana sehat (RS Sehat/RSH)
yang dibangun oleh pengembangan dengan dukungan fasilitas
subsidi uang muka dari pemerintah. Akad yang digunakan adalah
akad murabahah.
80
9) Pembiayaan Mudharabah BSM
Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana
seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank.
Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati.
10) Pembiayaan musyarakah BSM
Pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank
merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi
sesuai dengan nisbah yang disepakati.
11) Pembiayaan Murabahah BSM
Pembiayaan Murabahah BSM adalah pembiayaan berdasarkan
akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang
dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok
ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.
b. Produk-produk Dana
1) Tabungan
a. Tabungan Berencana BSM
Tabungan Berencana BSM adalah simpanan berjangka yang
memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian
pencapaian target dana yang telah ditetapkan.
b. Tabungan simpatik BSM
Tabungan Simpatik BSM adalah simpanan dalam mata
uang rupiah berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya
81
dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu
yang disepakati.
c. Tabungan BSM
Tabungan BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah
yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat
selama jam kas dibuka di counter BSM atau melalui ATM.
d. Tabungan Dollar BSM
Tabungan BSM Dollar adalah simpanan dalam mata uang
dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap
saat atau sesuai ketentuan BSM dengan menggunakan slip
penarikan.
e. Tabungan Mabrur
Tabungan Mabrur BSM adalah simpanan dalam mata uang
rupiah yang bertujuan membantu masyarakat muslim dalam
merencanakan ibadah haji dan umrah, tabungan ini dikelola
berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah.
f. Tabungan Qurban BSM
Tabungan Kurban BSM adalah simpanan dalam mata uang
rupiah yang bertujuan membantu nasabah dalam perencanaan
dan pelaksanaan ibadah kurban dan aqiqah. Dalam
pelaksanaannya bekerja sama dengan Badan Amil Qurban.
82
g. Tabungan BSM Investa Cendikia
Tabungan BSM Investa Cendikia adalah tabungan
berjangka dalam valuta rupiah dengan jumlah setoran bulanan
tetap (installment) yang dilengkapi perlindungan asuransi.
2) Deposito
a. Deposito BSM
Deposito BSM adalah produk investasi berjangka waktu
tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan
prinsip Mudharabah Mutlaqah.
b. Deposito Valas
Deposito Valas adalah produk investasi berjangka waktu
tertentu dalam mata uang dollar yang dikelola berdasarkan
prinsip Mudharabah Mutlaqah.
3) Giro
a. Giro BSM Vallas
Giro BSM Valas adalah sarana penyimpanan dana dalam
mata uang US Dollar yang disediakan bagi nasabah
perusahaan/badan hukum dengan pengelolaan berdasarkan
prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro
nasabah diperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanan
dan ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran
transaksi usaha.
83
b. Giro BSM Singapore Dollar
Giro BSM Singapore Dollar adalah sarana penyimpanan
dana dalam mata uang Singapore Dollar yang disediakan bagi
nasabah perorangan atau perusahaan/badan hukum dengan
pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yaddhamanah.
Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlakukan sebagai
titipan yang dijaga keamanan dan ketersediannya setiap saat
guna membantu kelancaran transaksi usaha.
c. Produk-produk Jasa
1) BSM Card
BSM Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi
penarikan, pembayaran, dan pemindahbukuan dana pada ATM
BSM, ATM Mandiri, jaringan ATM Prima-BCA dan ATM Bersama,
serta ATM Bankcard. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu Debit
yang dapat digunakan untuk transaksi belanja diseluruh merchant
yang menggunakan EDC Prima BCA.
2) Sentra Bayar BSM
Sentra Bayar BSM merupakan layanan bank dalam menerima
pembayaran tagihan pelanggan.
3) Jual Beli Valas BSM
Pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing atau mata
uang asing dengan mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh
Bank Syariah Mandiri dengan nasabah.
84
4) BSM SMS Banking
BSM SMS Banking merupakan produk layanan perbankan
berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan
berbagai transaksi perbankan.
5) BSM Electronic Payrol
Pembayaran gaji karyawan institusi melalui teknologi terkini
Bank Syariah Mandiri secara mudah, aman dan fleksibel.
6) BSM Mobile Banking GPRS
BSM Mobile Banking GPRS (MBG) memudahkan Anda dalam
melakukan transaksi perbankan dengan teknologi GPRS di ponsel
Anda. Kini, dilengkapi fitur untuk melakukan transfer real time antar
bank dengan biaya pulsa paling murah.
7) SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)
Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant)
yang mengikat Bank Syariah Mandiri sebagai bank pembuka untuk
membayar kepada penerima atau order-nya atau menerima dan
membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima, atau
memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran
kepada penerima, atau untuk menegosiasikan wesel-wesel yang
ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen (untuk saat ini
khusus BSM dengan BSM).
85
8) BSM Net Banking
BSM Net Banking merupakan produk layanan perbankan
berbasis teknologi internet yang memberikan kemudahan melakukan
berbagai transaksi perbankan.
9) BSM Letter of Credit
Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant)
yang mengikat Bank Syariah Mandiri sebagai bank pembuka untuk
membayar kepada penerima atau order-nya atau menerima dan
membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima, atau
memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran
kepada penerima, atau untuk menegosiasikan wesel-wesel yang
ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat
dilihat dari nilai rata-rata (mean), ukuran penyebaran data dari rata-ratanya
(standar deviasi), nilai maksimum dan minimum. Berikut adalah hasil
statistik deskriptif penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DM 60 3411515.0000 23524711.0000 9940807.016667 5451546.3836796 BHN 60 20992.0000 1367853.0000 372698.150000 302748.5559274 SBIS 60 .0038 .0094 .005850 .0011816 SB 60 .0053 .0090 .006296 .0009195 INF 60 -.0033 .0246 .005028 .0054609 Valid N (listwise) 60
Sumber: Data diolah
86
Dari tabel 4.1 di atas, dapat dilihat nilai N=60 merupakan banyaknya
data sampel (data bulanan selama 5 tahun dari 1 perusahaan). Data deposito
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah Deposito Mudharabah
yang dihimpun PT Bank Syariah Mandiri pada periode 2007-2011 yang
tercatat dalam statistik Bank Umum Syariah (PT Bank Syariah Mandiri)
yang dipublikasi dalam situs www.bi.go.id. Kemudian dari tabel tersebut
menunjukkan bahwa variabel terikat (dependent) Jumlah Deposito
Mudharabah memiliki nilai minimum 3.411.515 (jutaan) pada bulan
Februari tahun 2007 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar
23.524.711 (jutaan) pada bulan Desember 2011. Nilai rata-rata Jumlah
Deposito Mudharabah sebesar 9.940.807,0167 (jutaan) dan standar
deviasinya sebesar 5.451.546,38 (jutaan).
Variabel bebas jumlah bagi hasil deposito mudharabah memiliki
nilai minimum 20.992 (jutaan) pada bulan Januari tahun 2007 sedangkan
untuk nilai maksimumnya sebesar 1.367.853 (jutaan) pada bulan Desember
2011. Nilai rata-rata (mean) jumlah bagi hasil deposito mudharabah sebesar
372.698,15 (jutaan) dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar
deviasi) sebesar 302.748,55 (jutaan).
Variabel bebas tingkat imbalan SBIS memiliki nilai minimum
0,0038 atau 0,38 % pada bulan Februari 2011 sedangkan untuk nilai
maksimumnya sebesar 0,0094 atau 0,94% pada bulan November 2008. Nilai
rata-rata (mean) sebesar 0,005850 atau 0,59% dan ukuran penyebaran data
dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,0011816 atau 0,12%.
87
Variabel bebas suku bunga simpanan berjangka 1 bulan memiliki
nilai minimum 0,0053 atau 0,53% pada bulan Desember 2011 sedangkan
untuk nilai maksimumnya sebesar 0,0090 atau 0,90% pada bulan Desember
2008. Nilai rata-rata (mean) sebesar 0,006296 atau 0,63% dan ukuran
penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,0009195 atau
0,09 %.
Variabel bebas inflasi memiliki nilai minimum -0,0033 atau -0,33%
pada bulan Desember 2009 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar
0,0246 atau 2,46% pada bulan Juni 2008. Nilai rata-rata (mean) sebesar
0,005028 atau 0,50% dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar
deviasi) sebesar 0,0054609 atau 0,55 %.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Suatu model dinyatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai
sifat-sifat best linear estimator (BLUE). Disamping itu, suatu model
dikatakan cukup baik dan dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos
dari serangkaian ekonometrik yang melandasinya.
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang
ada agar dapat menentukan model analisis yang paling tepat digunakan. Uji
asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada agar dapat
menentukan model analisis yang paling tepat digunakan. Uji asumsi klasik
dalam penelitian ini terdiri dari Uji normal P Plot untuk menguji normalitas
data secara statistik, Uji Multikolinearitas dengan menggunakan Variance
Inflation Factors (VIF), Uji Otokorelasi dengan menggunakan Durbin
88
Watson statistik, serta Uji heteroskedastisitas dengan melihat hasil olah data
berupa Scatterplot.
Dalam penelitian ini, data-data yang telah diperoleh adalah untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh variabel-variabel antara jumlah jumlah
bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga
simpanan berjangka 1 bulan dan inflasi berpengaruh terhadap jumlah
deposito mudharabah.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi
normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar
disekitar garis diagonal. Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji
apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi
berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi
normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar
mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
uji normalitas dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov.
Berikut adalah hasil dari uji ini:
89
1) Analisa Grafik Histogram
Gambar 4.1
Histogram
Sumber: Data diolah
Berdasarkan gambar diatas histogram Regression Residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
2) Analisa Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P
Plot)
Gambar 4.2
Grafik P-P Plot
Sumber: Data diolah
Berdasarkan grafik diatas, titik-titik mengikuti atau merapat
ke garis diagonal maka data dalam penelitian ini normal atau
berdistribusi normal.
90
3) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 60 Normal Parametersa,b
Mean .0000000 Std. Deviation .96550680
Most Extreme Differences
Absolute .083 Positive .083 Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .642 Asymp. Sig. (2-tailed) .805
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, maka dapat disimpulkan data
dalam penelitian ini berdistribusi normal dilihat dari nilai Sig. > α
atau 0,805 > 0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk
saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinearitas tidak dapat
dihindari. Mengukur multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
tolerance < 0.10 atau sama dengan VIF > 10. Berikut adalah hasil dari uji
Multikolinearitas pada tabel 4.3:
91
Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas dengan Nilai Tolerance dan VIF
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, nilai tolerance variabel bebas jumlah
bagi hasil deposito mudharabah = 0,857, tingkat imbalan SBIS = 0,437,
suku bunga simpanan berjangka 1 bulan = 0,379 dan inflasi = 0,836
sedangkan nilai VIF variabel bebas jumlah bagi hasil deposito
mudharabah = 1,166, tingkat imbalan SBIS = 2,288, suku bunga
simpanan berjangka 1 bulan = 2,636 dan inflasi = 1,196. Dapat
disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas
karena nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau
error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk
mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak,
maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini
menggunakan metode analisis grafik Scatterplot dan metode Park.
Berikut adalah hasil dari metode yang dilakukan:
1. Metode Analisis Grafik Scatterplot
Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.3 di bawah ini:
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 17337523.196 3351741.103 5.173 .000 BHN 11.847 1.414 .658 8.378 .000 .857 1.166
SBIS 1.086E9 5.075E8 .235 2.140 .037 .437 2.288
SB -2.707E9 7.000E8 -.457 -3.868 .000 .379 2.636
INF -2.228E8 79374355.113 -.223 -2.806 .007 .836 1.196
a. Dependent Variable: DM
92
Gambar 4.3
Scatterplot
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.3 di atas
maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara acak diatas
maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized
Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang dibentuk
dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
2. Metode Bresch Pagan Godfrey
Berikut adalah hasil dari pengujian heteroskedastisitas
dengan metode Bresch Pagan Godfrey pada tabel 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Bresch Pagan Godfrey
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .356a .127 .064 1.35315E14
a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.465E29 4 3.663E28 2.001 .107a
Residual 1.007E30 55 1.831E28 Total 1.154E30 59 a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: pi
93
Berdasarkan tabel Model Summary dapat diperoleh nilai R Square
yaitu 0,127. sedangkan nilai dari tabel ANOVAb diperoleh nilai TSS
(Total Sum of Square), yaitu 1,54. Dengan demikian dapat dihitung
besarnya nilai ESS (Explained Sum of Square ) yaitu :
ESS= x TSS
ESS=0,127 x 1,154 = 0,147
Dengan diketahuinya nilai ESS maka dapat dihitung hitung yaitu :
=
=
= 0,0735
Berdasarkan nilai tabel dengan df=0,05, 4-1 =7,815 karena nilai
hitung (0,0735) < tabel (7,815) maka pada model regresi yang
terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu
(time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya
masalah Autokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya
kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode
sekarang.
94
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Berikut adalah hasil
uji otokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) pada tabel 4.5 di
bawah ini:
Tabel 4.5
Uji Durbin Watson (DW) Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .842a .709 .688 3044969.8013788 .733
a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: DM
Sumber: Data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas nilai Durbin-Watson (DW)
sebesar 0,733. Maka dapat disimpulkan pada model regresi ini tidak
terdapat gejala otokorelasi karena nilai DW diantara -2 dan +2.
3. Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien determinasi atau R square merupakan besarnya kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien determinasi memiliki
kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan
dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan
jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R Square
meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan
95
tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan,
Adjusted R Square (R2adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien
tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran
sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang
disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat
naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model.
Selengkapnya mengenai hasil uji Adjusted R Square (R2adj) dapat dilihat
pada tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6
Adjusted R Square (R2adj)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .842a .709 .688 3044969.8013788
a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: DM
Sumber : Data diolah
Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,688 atau sebesar
68,8%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito
Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1
Bulan dan Inflasi terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada Bank
Syariah Mandiri adalah 68,8%, sedangkan sisanya sebesar 31,2% (100%
- 68,8%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan
ke dalam penelitian ini seperti Capital Adequacy Ratio, Financing to
Deposit Ratio, Return On Asset, PDB, tingkat pengangguran, BI rate,
kurs dan lainnya. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan
nilai sebesar 0,842 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel
96
bebas dan variabel terikat adalah kuat karena memiliki nilai lebih dari 0,5
(R > 0,5) atau 0,842 > 0,5.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Uji Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan
variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan
model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model
persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika
tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori
tidak cocok atau not fit.
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis
of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika
nilai signifikasi > 0,05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi
< 0,05 maka H1 diterima. Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.7 di
bawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji F ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.243E15 4 3.109E14 33.529 .000a
Residual 5.100E14 55 9.272E12 Total 1.753E15 59
a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: DM
Sumber: Data diolah
97
Berdasarkan tabel 4.7 di atas nilai Fhitung diperoleh 33,529 dengan tingkat
signifikansi 0,000, karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak atau H1 diterima dan nilai Fhitung > Ftabel (33,529 > 2,758) dengan
nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1), (60-4) = 2,758. Dapat
disimpulkan bahwa jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat
imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi
berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.
b. Uji t
Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu
atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi (Sig. 0,05 atau 5%)
maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada tabel
4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji t Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 17337523.196 3351741.103 5.173 .000
BHN 11.847 1.414 .658 8.378 .000
SBIS 1.086E9 5.075E8 .235 2.140 .037
SB -2.707E9 7.000E8 -.457 -3.868 .000
INF -2.228E8 79374355.113 -.223 -2.806 .007
a. Dependent Variable: DM
Sumber : Data diolah
98
1) Uji t terhadap jumlah bagi hasil deposito mudharabah
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.8 variabel dana pihak
ketiga secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai
lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = 8,378
dan t tabel sebesar 1,671 (df (n – k) 60 – 4 = 56, α = 0,05), sehingga t
hitung > t tabel (8,378 > 1,671). Maka Ho ditolak atau menerima H1
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah bagi hasil
deposito mudharabah berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah.
2) Uji-t terhadap tingkat imbalan SBIS
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.8 variabel tingkat
imbalan SBIS secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada
nilai lebih kecil dari α (0,037 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 =
2,140 dan t tabel sebesar 1,671 (df (n – k) 60 – 4 = 56, α = 0,05),
sehingga t hitung > t tabel (2,140 > 1,671). Maka Ho ditolak atau
menerima H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
imbalan SBIS berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah.
3) Uji-t terhadap suku bunga simpanan berjangka 1 bulan
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.8 variabel suku bunga
simpanan berjangka 1 bulan secara statistik menunjukkan hasil yang
signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai
-t hitung X3 = -3,868 dan t tabel sebesar 1,671 (df (n – k) 60 – 4 = 56,
α = 0,05), sehingga -t hitung < -t tabel (-3,868 < -1,671). Maka Ho
99
ditolak atau menerima H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
suku bunga simpanan bejangka 1 bulan berpengaruh terhadap jumlah
deposito mudharabah.
4) Uji-t terhadap inflasi
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.8 variabel inflasi secara
statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari
α (0,007 < 0,05). Sedangkan nilai -t hitung X4 = -2,806 dan t tabel
sebesar 1,671 (df (n – k) 60 – 4 = 56, α = 0,05), sehingga -t hitung < -t
tabel (-2,806 < -1,671). Maka Ho ditolak atau menerima H1 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh terhadap
jumlah deposito mudharabah.
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, maka diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut:
Dimana :
Y = Jumlah Deposito Mudharabah (dalam jutaan rupiah)
X1 = Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah (dalam jutaan rupiah)
X2 = Tingkat Imbalan SBIS (dalam jutaan rupiah)
X3 = Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan (dalam persentase)
X4 = Inflasi (dalam persentase)
Y = 17337523.196 + 11.847X1 + 1.086E9X2 – 2.707E9X3 – 2.228E8X4
100
Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, apabila X1, X2 X3
dan X4 bernilai 0, maka nilai Y adalah Rp 17.337.523.196.000,-
maksudnya adalah jika dalam PT Bank Syariah Mandiri tidak ada
tidak ada jumlah bagi hasil deposito mudaharabah, tidak tingkat
imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan
dan tidak ada inflasi dapat dikatakan bahwa dalam periode 2007 -
2011 jumlah deposito mudharabah berjumlah Rp
17.337.523.196.000,-
2) Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah dengan
Jumlah Deposito Mudharabah
Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, jumlah bagi
hasil deposito mudharabah (X1) = 11,847 maksudnya adalah jika
setiap kenaikan 1 juta jumlah bagi hasil deposito mudharabah
(X1) akan menyebabkan meningkatnya jumlah deposito
mudharabah (Y) sebesar Rp. 11.847.000.000,- Dari hasil uji
hipotesis menunjukan bahwa tingkat signifikansi variabel ,
jumlah bagi hasil deposito mudharabah α (0,000 < 0,05).
Sedangkan nilai t hitung (X1) = 8,378 dan t tabel sebesar 1,671
(df (n – k) 60 – 4 = 56, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel
(8,378 > 1,671). Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah bagi
101
hasil deposito mudharabah berpengaruh terhadap jumlah
deposito mudharabah.
Berdasarkan pada tabel 4.7 di atas, variabel bagi hasil
mempunyai nilai signifikasi 0,000 kurang dari 0,05. Hal ini
berarti menerima H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah
bagi hasil deposito berpengaruh signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Norafifah (2000),
Rachmawati dan Ekki (2004), Ani dan Wasilah (2010), Raditiya
(2007), Andika (2010), dan Erwin (2010) menyimpulkan bagi
hasil deposito berpengaruh signifikan terhadap deposito
mudharabah dikarenakan para nasabah dalam menempatkan
dananya di bank syariah masih dipengaruhi oleh motif untuk
mencari profit sehingga jika tingkat bagi hasil bank semakin
besar maka akan semakin besar pula dana pihak ketiga
khususnya deposito yang disimpan bank.
3) Tingkat Imbalan SBIS dengan Jumlah Deposito Mudharabah
Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, tingkat
imbalan SBIS (X2) = 1.086E9 maksudnya adalah jika setiap
kenaikan 1 juta tingkat imbalan SBIS (X2) akan menyebabkan
meningkatnya jumlah deposito mudharabah (Y) sebesar Rp
10,86 Triliun. Dari hasil uji hipotesis menunjukan bahwa tingkat
signifikansi variabel tingkat imbalan SBIS α (0,037< 0,05).
102
Sedangkan nilai t hitung (X1) = 2,140 dan t tabel sebesar 1,671
(df (n – k) 60 – 4 = 56, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel
(2,140 > 1,671). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
imbalan SBIS berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah.
Berdasarkan pada tabel 4.7 di atas, variabel tingkat
imblan SBIS mempunyai nilai signifikasi 0,037 kurang dari 0,05.
Hal ini berarti menerima H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tingkat imbalan SBIS berpengaruh signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Husni (2009:16) menyimpulkan
variabel SWBI berhubungan positif dengan DPK. Hal ini bisa
dijelaskan bahwa jika nilai SBIS meningkat maka nilai jumlah
Deposito Mudharabah akan meningkat.
4) Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan dengan Jumlah
Deposito Mudharabah
Berdasarkan persamaan regresi diatas, Suku Bunga
Simpanan Berjangka 1 Bulan (X3) = -2.707E9 maksudnya adalah
jika setiap kenaikan 1% suku bunga simpanan berjangka 1 bulan
(X3) akan menyebabkan menurunnya jumlah deposito
mudharabah (Y) sebesar 27,07 Triliun. Dari hasil uji hipotesis
menunjukan bahwa tingkat signifikansi variabel suku bunga
simpanan berjangka 1 bulan α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t
103
hitung X3 = -3,868 dan t tabel sebesar 1,671 (df (n – k) 60 – 4 =
56, α = 0,05), sehingga -t hitung < -t tabel (-3,183 < -1,671).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga
simpanan berjangka 1 bulan berpengaruh terhadap jumlah
deposito mudharabah. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Norafifah (2000),
Raditya (2007), Erik (2006), Delvin (2010), Ani dan Wasilah
(2010) dan Widiastama (2006) menyimpulkan bahwa suku bunga
deposito mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
deposito mudharabah. Hal ini menunjukkan bahwa sifat nasabah
untuk mendepositokan dananya di bank adalah karena
keuntungan semata.
Dilihat dari keuntungan yang menjanjikan oleh setiap
bank, kalau pada bank konvensional sendiri dilihat dari tingkat
suku bunga tersebut, jika tingkat suku bunga bank konvensional
lebih tinggi dari bagi hasil, maka nasabah memilih untuk
menyimpan danaya di bank konvensional atau risiko
displacement fund (pengalihan dana dari bank syariah ke bank
konvensional). Terlihat dari penelitian ini dimana terbukti suku
bunga berpengaruh negatif pada jumlah deposito mudharabah
Bank Syariah Mandiri.
104
5) Pengaruh Inflasi dengan Jumlah Deposito Mudharabah
Berdasarkan persamaan regresi diatas, inflasi (X4) =
-2.228E8 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% inflasi (X4)
akan menyebabkan menurunnya jumlah deposito mudharabah
(Y) sebesar 2,23 Triliun. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa
tingkat signifikansi variabel Inflasi α (0,007 < 0,05). Sedangkan
nilai t hitung X4 = -3,868 dan t tabel sebesar 1,671 (df (n – k) 60
– 4 = 56, α = 0,05), sehingga -t hitung < -t tabel (-2,806 < -
1,671). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga
simpanan berjangka 1 bulan berpengaruh terhadap jumlah
deposito mudharabah. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ani dan Wasilah (2010) yang
menyimpulkan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan jumlah deposito mudharabah berjangka 1
bulan. Hal ini dikarenakan pada saat terjadi inflasi masyarakat
mampu mempertahankan tingkat konsumsinya dan
melindunginya dari ketidak pastian atau fluktuatif di masa depan
sehingga justru akan meningkatkan jumlah simpanannya di bank
syariah.
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh jumlah bagi
hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan
berjangka 1 bulan dan inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah,
menggunakan data time series oleh PT. Bank Syariah Mandiri pada tahun
2007-2011. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear
berganda, dari pembahasan yang telah diuraikan di atas berdasarkan data yang
penulis peroleh dari penelitian sebagaimana yang telah dibahas dalam skripsi
ini maka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan uji-F (secara
simultan) dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah bagi hasil deposito
mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1
bulan dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah dengan probabilitas sebesar 0,000 dan F-hitung sebesar
33,529.
2. Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan uji-t (secara
parsial) dapat disimpulkan bahwa:
a) variabel jumlah bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh signifikan
terhadap jumlah deposito mudharabah. Dengan nilai signifikan α
(0,000 < 0,05) dan t hitung > t tabel (8,378 > 1,671).
106
b) variabel tingkat imbalan SBIS berpengaruh signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah. Dengan nilai signifikan α (0,037 < 0,05) dan t
hitung > t tabel (2,140 > 1,671).
c) variabel suku bunga simpanan berjangka 1 bulan berpengaruh
signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. Dengan nilai
signifikan α (0,000 < 0,05) dan -t hitung < -t tabel (-3,868 < -1,671).
d) variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah. Dengan nilai signifikan α (0,007 < 0,05) dan -t hitung < -t
tabel (-2,806 < -1,671).
3. Nilai R Square atau nilai koefisien determinasi adalah sebesar 68,8% dari
variabel dependen yaitu deposito mudharabah dapat dijelaskan oleh
variabel independen yaitu jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat
imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1 bulan dan inflasi
sedangkan sisanya yaitu sebesar 31,2% dijelaskan oleh faktor lain diluar
variabel yang diteliti seperti Capital Adequacy Ratio, Financing to Deposit
Ratio, Return On Asset, PDB, tingkat pengangguran, BI rate, kurs, ukuran
bank dan lainnya.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa
implikasi yang perlu memperoleh penekanan. Hasil penelitian ini merupakan
informasi yang perlu dipertimbangkan oleh bank syariah, akademis dan
nasabah. Peneliti menyarankan untuk diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
107
1. Bank Syariah
Dengan adanya temuan bahwa jumlah bagi hasil deposito
mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1
bulan dan inflasi berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah
dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Di kalangan praktisi
perbankan syariah, masih sedikit kalangan yang memperhatikan instrumen
internal yang justru mereka anggap kurang diperhatikan oleh para nasabah
dalam menentukan pilihannya terhadap perbankan syariah. Tingkat
imbalan SBIS memang tidak ditampilkan secara langsung ke muka
masyarakat, akan tetapi laporan yang disediakan oleh Bank Indonesia
dalam publikasinya sedikit banyak membawa pengaruh kepada
masyarakat dalam menentukan pilihannya terhadap perbankan syariah.
Performa perbankan syariah dapat diukur dari variabel tersebut, oleh
karena itu bagi para praktisi diharapkan mampu untuk meningkatkan
kinerja perbankannya secara positif dengan tujuan apabila dihitung dalam
skala nasional, performa perbankan syariah secara keseluruhan pun akan
menjadi positif dengan ukuran diatas. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat
untuk evaluasi perkembangan sistem perbankan syariah khususnya Bank
Syariah Mandiri serta sebagai bahan awal kajian dalam menentukan
metode kebijakan moneter sistem syariah
2. Bagi Nasabah
Dengan adanya temuan bahwa bahwa jumlah bagi hasil deposito
mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1
108
bulan dan inflasi berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah
dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Variabel inflasi merupakan
ukuran minat menabung nasabah, dengan menabung tentunya inflasi dapat
ditekan secara bersama – sama. Akan tetapi dalam memilih jenis perbankan
tentunya banyak faktor yang dipertimbangkan. Dalam perbankan syariah
misalnya, nasabah melihat besarnya bagi hasil yang diberikan bank syariah
tersebut selain itu nasabah juga masih terpengaruh oleh besarnya suku
bunga yang diberikan bank konvensional sebagai pemicu mereka
menyimpan uangnya dibank tersebut. Penelitian ini diharapkan menjadi
informasi yang akan menambah wawasan dan pengetahuan bagi nasabah
bank. Sehingga dapat dijadikan pedoman sebagai pengambilan keputusan
dalam berinvestasi yang dapat memberikan tingkat keuntungan yang sesuai
dengan harapan investor.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen
perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan pengetahuan, khususnya tentang jumlah deposito mudharabah.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel dari
faktor internal maupun eksternal bank, misalnya: Capital Adequacy Ratio,
Financing to Deposit Ratio, Return On Asset, PDB, tingkat pengangguran,
BI rate, kurs, ukuran bank dan lainnya. Selain itu juga bisa dengan
menambah instrumen pembiayaan bank syariah seperti pembiayaan bagi
hasil, pembiayaan jual beli, pembiayaan sewa.
109
DAFTAR PUSTAKA
Agustianto, Penentuan Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah, Dalam
www.iaei-pusat.net.
Al Arif, Nurianto. “Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah”. Cet. 1. CV. Al
Fabeta, Bandung, 2010.
Andriyanti, Ani dan Wasilah. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1 Bulan)
Bank Muamalat Indonesia (BMI)”. Jurnal, Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto 2010, Universitas Jendral Soedirman
Purwokerto, 2010.
Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi
Keuangan”. Cetakan pertama. Bank Indonesia, Tazkia, 1999.
------------------------------. “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”. Gema Insani,
Jakarta, 2001.
------------------------------. “Bank Syariah dari Teori Ke Praktik”. 1st edition.
Gema Insani Press, Jakarta, 2009.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Azkia Publisher. Jakarta,
2009.
Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2008.
Boediono.”Ekonomi Moneter: Seri Sinopsis, Pengantar Ilmu Ekonomi No.5”.
BPFE, Yogyakarta, 1985.
Burhanuddin S. “Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah”. Graha Ilmu.
Yogyakarta, 2010.
DSN MUI&BI.“Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional”. cet III. CV. Gaung
Persada, Ciputat, 2006.
--------------------.”Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2012”. Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesia, Jakarta, 2011.
Edwin, Mustafa. dkk. “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”. Kencana, Jakarta,
2007.
Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19 Edisi
5. UNDIP, Semarang, 2011.
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta,
2010.
110
Haron, Sudin dan Norafifah Ahmad. “The Effects of Conventional Interest Rates
and Rate of Profit on Funds Deposited with Islamic Banking System in
Malaysia”. Jurnal, International Journal of Islamic Financial Services
Vol.1 104, 2000.
Haryanto, Eko Agus. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deposito Mudharabah
pada Bank Umum Syariah”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Program Studi
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2010.
Hermawan Darmawi. “Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial”. PT.
Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Hulwati. “Ekonomi Islam”, Ciputat Press Indonesia Jakarta, Jakarta, 2009.
Husny, Azhari. “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah di Indonesia periode: Januari
2006 – Desember 2007”. 2009.
Judisseno, Rimsky. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”. 2nd edition,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
Laporan Pengawasan Perbankan 2011.
Mishkin Frederic. “The Economics of Money, Banking, and Financial Markets”,
Eighth Edition, Colombia University. 2007.
----------------------. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”. 8th
edition, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Karim, Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta, 2004.
------------------------. Ekonomi Makro Islami. 2nd edition, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007.
------------------------. ”Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”. 3rd edition,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
Mufraini, Arief. “Modul Perbankan Syariah Landasan Teori dan Praktik”.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, Jakarta, 2008.
Muhammad. ”Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”. UPP APM YKPN,
Yogyakarta, 2005.
----------------. “ Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah”. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Nachrowi, Usman. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan. LP-FEUI, Jakarta, 2006.
111
Perwataatmadja dkk. “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”, Kencana dan
Fakultas Hukum UI, 2006.
Pohan, Aulia. “ Potret Kebijakan Moneter Indonesia”. Edisi 1, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008.
Putong, Iskandar. “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”. Jakarta, Ghalia
Indonesia. 2000
Rachmawati, Erna dan Ekki Syamsulhakim. “Factors Affecting Mudaraba
Deposits in Indonesia”. Jurnal, 2nd International Islamic Banking and
Finance Conference 2004 (Refereed Paper), 2004.
Raditiya, Assriwijaya. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil Terhadap
Deposito Mudharabah Studi Kasus Bank Syariah Mandiri”. Skripsi,
dipublikasikan, ekonomi pembangunan, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta. 2007.
Rivai, Veithzal. dkk. “Bank and Financial Instituation Management Conventional
And Sharia System”. 1st edition, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2007.
Rodoni, Ahmad. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. CSES Press, Jakarta,
2006.
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Zikrul Hakim,
Jakarta, 2008.
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. 5th edition, Lembaga
Penerbit FEUI, Jakarta, 2005.
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (deskripsi dan
ilustrasi)”. Ekonisia, Yogyakarta, 2003.
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi”, Ekonisia, Yogyakarta, 2008
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi,
Yogyakarta, 2011.
Winarno, Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews Edisi
Kedua. UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
Yaya, Rizal. dkk. “Akuntansi Perbankan Syariah”. Salemba Empat, Jakarta,
2009.
112
Undang- Undang RI Nomor 7 Tahun 1992
Undang- Undang RI Nomor 10 Tahun 1998
http://www.bi.go.id/statistikkeuangan
http://www.bps.co.id
http://www.syariahmandiri.co.id
113
Lampiran 1: Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2007-2011
TAHUN BULAN
Deposito
Mudharabah
(Jutaan)
Bagi
Hasil
Deposito
(Jutaan)
SBIS
(%)
Suku
Bunga
Deposito
1 Bulan
(%)
INFLASI
(%)
Y X1 X2 X3 X4
2007
Jan 3,456,015 20,992 0.673 0.720 1.040
Feb 3,411,515 42,184 0.378 0.703 0.620
Mar 3,454,951 63,873 0.540 0.678 0.240
Apr 4,393,787 90,792 0.523 0.661 -0.160
Mei 4,430,996 114,376 0.522 0.633 0.100
Jun 3,849,011 137,978 0.444 0.622 0.230
Jul 3,939,181 160,303 0.476 0.605 0.720
Agst 4,086,822 185,859 0.429 0.597 0.750
Sept 4,746,726 213,625 0.551 0.594 0.800
Oktb 5,030,122 244,958 0.539 0.597 0.790
Nov 5,113,729 276,652 0.573 0.598 0.180
Des 5,387,826 306,198 0.567 0.599 1.100
2008
Jan 5,232,654 35,490 0.496 0.589 1.770
Feb 5,723,895 68,075 0.505 0.579 0.650
Mar 6,134,602 105,244 0.527 0.573 0.950
Apr 6,696,483 140,169 0.666 0.572 0.570
Mei 6,298,423 178,388 0.693 0.582 1.410
Jun 6,681,816 216,065 0.728 0.599 2.460
Jul 6,756,192 256,553 0.769 0.626 1.370
Agst 6,968,853 295,935 0.773 0.670 0.510
Sept 7,098,350 340,167 0.809 0.772 0.970
Oktb 7,275,193 392,070 0.915 0.845 0.450
Nov 7,583,930 446,705 0.937 0.867 0.120
Des 7,802,322 509,073 0.903 0.896 -0.040
2009
Jan 7,765,849 58,503 0.792 0.877 -0.070
Feb 7,937,765 115,933 0.728 0.824 0.210
Mar 7,952,787 169,731 0.684 0.785 0.220
Apr 6,090,330 220,989 0.633 0.753 -0.310
Mei 8,012,166 263,184 0.604 0.731 0.040
114
Jun 7,991,910 322,033 0.579 0.710 0.110
Jul 7,452,907 364,971 0.559 0.693 0.450
Agst 7,824,576 417,836 0.548 0.662 0.560
Sept 8,036,013 476,326 0.540 0.619 1.050
Oktb 8,437,882 524,005 0.541 0.615 0.190
Nov 8,620,397 576,305 0.539 0.597 -0.030
Des 9,583,761 629,271 0.538 0.573 -0.330
2010
Jan 9,957,412 57,308 0.538 0.591 0.840
Feb 10,222,510 111,387 0.534 0.578 0.300
Mar 10,902,750 173,817 0.523 0.564 -0.140
Apr 11,502,232 242,765 0.517 0.574 0.150
Mei 11,541,841 315,339 0.525 0.563 0.290
Jun 9,142,094 381,454 0.522 0.566 0.970
Jul 9,603,320 446,599 0.553 0.566 1.570
Agst 12,322,805 516,339 0.553 0.563 0.760
Sept 12,817,417 597,914 0.553 0.560 0.440
Oktb 12,999,616 680,261 0.531 0.568 0.060
Nov 13,389,538 760,655 0.535 0.565 0.600
Des 15,110,402 848,727 0.522 0.569 0.920
2011
Jan 14,956,511 81,025 0.507 0.560 0.890
Feb 15,341,027 180,985 0.558 0.560 0.130
Mar 17,449,883 274,195 0.560 0.569 -0.320
Apr 16,623,765 391,076 0.598 0.567 -0.310
Mei 17,270,458 499,409 0.613 0.571 0.120
Jun 18,687,254 602,640 0.613 0.568 0.550
Jul 19,463,013 714,607 0.606 0.572 0.670
Agst 20,165,632 849,098 0.564 0.567 0.930
Sept 21,393,987 959,858 0.523 0.569 0.270
Oktb 21,778,450 1,095,498 0.481 0.563 -0.120
Nov 23,022,056 1,232,269 0.435 0.547 0.340
Des 23,524,711 1,367,853 0.420 0.529 0.570
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi BI, PT Bank Syariah Mandiri, Tbk &
Badan Pusat Statistik
115
Lampiran 2 : Tabel Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DM 60 3411515.0000 23524711.0000 9940807.016667 5451546.3836796 BHN 60 20992.0000 1367853.0000 372698.150000 302748.5559274 SBIS 60 .0038 .0094 .005850 .0011816 SB 60 .0053 .0090 .006296 .0009195 INF 60 -.0033 .0246 .005028 .0054609 Valid N (listwise) 60
116
Lampiran 3: Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .842a .709 .688 3044969.8013788
a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: DM
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.243E15 4 3.109E14 33.529 .000a Residual 5.100E14 55 9.272E12 Total 1.753E15 59
a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: DM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 17337523.196 3351741.103 5.173 .000
BHN 11.847 1.414 .658 8.378 .000
SBIS 1.086E9 5.075E8 .235 2.140 .037
SB -2.707E9 7.000E8 -.457 -3.868 .000
INF -2.228E8 79374355.113 -.223 -2.806 .007
a. Dependent Variable: DM
117
Lampiran 4: Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 60 Normal Parametersa,b
Mean .0000000 Std. Deviation .96550680
Most Extreme Differences
Absolute .083 Positive .083 Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .642 Asymp. Sig. (2-tailed) .805
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
118
Lampiran 5: Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi
Uji Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 17337523.196 3351741.103 5.173 .000
BHN 11.847 1.414 .658 8.378 .000 .857 1.166
SBIS 1.086E9 5.075E8 .235 2.140 .037 .437 2.288
SB -2.707E9 7.000E8 -.457 -3.868 .000 .379 2.636
INF -2.228E8 79374355.113 -.223 -2.806 .007 .836 1.196
a. Dependent Variable: DM
Uji D-W
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .842a .709 .688 3044969.8013788 .733
a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: DM
119
Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas
Uji Bresch Pagan Godferey
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .356a .127 .064 1.35315E14
a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: pi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.465E29 4 3.663E28 2.001 .107a
Residual 1.007E30 55 1.831E28 Total 1.154E30 59 a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: pi