Perlawanan Kerajaan Islam di Jawa

Post on 26-May-2015

1.623 views 5 download

description

Perlawanan kerajaan Islam di Jawa terhadap dominasi asing yang berkembang di nusantara

Transcript of Perlawanan Kerajaan Islam di Jawa

PERANAN KERAJAAN ISLAM MELAWAN DOMINASI ASING

Oleh:Arini Millati (05)Chusnawati NF (08)Lira Savira (14)Maysa Melda A (16)

XMIA

3

KERAJAAN DI SUMATRA

Penyerangan Kerajaan Aceh

terhadap Portugis

Latar Belakang• 1.    Dengan berkedudukan di Malaka, Portugis merupakan saingan Aceh dalam perdagangan di kawasan sekitar Selat Malaka.

•2.    Portugis ingin menyebarkan agama Katholik. Hal ini tidak bisa diterima oleh Aceh sebagai sebuah kerajaan Islam.

• 1. Sultan Ali Mughayat Syah, pada masa pemerintahannya, Aceh bersekutu dengan Kerajaan Johor untuk menyingkirkan Portugis. Pada tahun 1513, Aceh menyerang Malaka dengan bantuan Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus) dari Demak.

• Sebelum berhasil mengusir Portugis di Malaka, Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada 1530

•2.    Sultan Alaudin Riayat Syah, pada masa pemerintahannya, yaitu pada tahun 1550, Aceh menyerang Malaka lagi dengan bantuan Ratu Kalinyamat dari Demak. Namun penyerangan ini tidak membuahkan hasil.

• Pada tahun 1629 Sultan Iskandar Muda melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Ia melakukan beberapa persiapan:

•a.    Menambah dan melengkapi kapal-kapal dagang dengan prajurit dan persenjataan.b.    Menjalin hubungan baik dengan Turki dan Gujarat.c.    Meningkatkan kerja sama dengan kerajaan Islam di nusantara.d.    Memperkuat pertahanan di dalam negeri.

Tujuan Sultan Iskandar Muda menyerang Malaka adalah untuk:•a.   Mengusir bangsa Portugis dari Malaka.b.   Mematahkan kekuatan Portugis di daerah Asia Tenggara.c.   Menguasai daerah produksi lada dan timah yang berada di sekitar Malaka.

• Sultan Iskandar Muda terus mengadakan penyerangan, namun ia gagal.

• Hingga akhirnya Malaka jatuh ditangan Belanda pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Thani. Dan Aceh pun berhasil dikuasai Belanda

KERAJAAN DI JAWA

Penyerangan Kerajaan Mataram Terhadap VOC

di Batavia

Latar Belakang

• Melihat kekuatan VOC, Sultan Agung berencana memanfaatkan VOC dalam persaingan menghadapi Surabaya dan Kesultanan Banten. Namun VOC menolak.

• Setelah Surabaya ditaklukkan, Sultan Agung berniat untuk menaklukkan Kesultanan Banten, namun Batavia menjadi penghalang dan perlu diatasi Mataram.

• Serangan Pertama (1628)GAGAL karena kurangnya perbekalan

• Serangan kedua (1629)*Untuk mengantisipasi kekurangan perbekalan, Mataram membangun lumbung beras tersembunyi di Karawang dan Cirebon.*Namun diketahui VOC dan dibakar.*Juga GAGAL karena kurang perbekalan dan wabah penyakit malaria dan kolera sehingga ketika sampai di Batavia para prajurit sudah lemah.*Meski kalah, Mataram berhasil membendung sungai Ciliwung dan mengotorinya sehingga Batavia terkena wabah penyakit Kolera. Gubernur Jenderal VOC, J.P Coen meninggal

Perlawanan Kerajaan Banten Terhadap VOC 

Latar Belakang

• Banten adalah salah satu pelabuhan terbesar di nusantara dengan letak yang strategis, di titik pertemuan jalur perdagangan dunia setelah Malaka jatuh di tangan Portugis.

• Banten penghasil lada terbesar di Jawa Barat

• VOC memerlukan tempat yang cocok untuk dijadikan tempat pertemuan dan ingin memonopoli perdagangan lada

VOC melakukan blokade terhadap pelabuhan Banten dengan cara menyerang kapal yang hendak berlabuh di Banten, sehingga perekonomian Banten terganggu.

Karena hal tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa melakukan penyerangan terhadap instasi milik VOC di wilayah kekuasaan kesultanan Banten dan berharap VOC segera meninggalkan Banten

Untuk meredakan perlawanan, VOC mengirimkan utusan untuk menawari perjanjian yang disertai hadiah menarik, namun ditolak oleh Sultan Ageng Tirtayasa

Menanggapi penawaran tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa memerintahkan mengadakan gerilya besar-besaran terhadap VOC : mengadakan pengerusakan terhadap kebun-kebun tebu, pencegatan serdadu patroli VOC, pembakaran markas patroli, dan pembunuhan terhadap beberapa orang Belanda. Selain itu, pasukan Banten juga merusak kapal-kapal milik Belanda yang berada di pelabuhan Banten

•   Perang terus berlangsung hingga akhirnya terjadi gencatan senjata

Kekuasaan di Banten di pecah-> Putra Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu Pangeran Gusti dan Pangeran Arya Purbaya mendapatkan kekuasaan, masing-masing untuk mengurusi kedaulatan ke dalam kesultanan.-> Sementara kedaulatan keluar kesultanan masih dikendalikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

Hal tersebut dimanfaatkan VOC dengan melakukan politik adu domba terhadap Pangeran Gusti dan Sultan Ageng Tirtayasa

• Pada tahun 1682 dengan bantuan VOC akhirnya Pangeran Gusti berhasil menjadi Raja berikutnya. Dan Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjarakan di Batavia hingga meninggal tahun 1692

KERAJAAN DI KALIMANTAN

Penyerangan Kerajaan Banjar Terhadap VOC

• Perang Banjar tahun 1859-1863• Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat terhadap Belanda di Kalimantan Selatan. Seperti halnya di daerah lain di Indonesia sebab-sebab perang adalah:1) Belanda memaksakan monopoli perdagangan di Kerajaan Banjar. Dalammonopoli perdagangan lada, rotan, damar, dan hasil-hasil tambang sepertiemas dan intan, Belanda bersaing dengan saudagar-saudagar Banjar danpara bangsawan Banjar. Dari persaingan menjadi permusuhan karenaBelanda berusaha menguasai beberapa wilayah Kerajaan Banjar.

• 2) Pemerintah kolonial Belanda ikut mencampuri urusan dalam Kratonterutama dalam pergantian sultan-sultan kerajaan Banjar. Misalnya Belandamengangkat Pangeran Tamjidillah menjadi sultan pada tahun 1857. HakPangeran Hidayat menjadi sultan disisihkan. Padahal yang berhak menjadisultan yang sebenarnya adalah Pangeran Hidayat sendiri.

• 3) Pemerintah kolonial Belanda mengumumkan bahwa KasultananBanjarmasin akan dihapuskan.

KERAJAAN DI NUSA

TENGGARA

Kerajaan Bima

• Kerajaan Bima• Salah satu perlawanan rakyat Bima yang menarik untu dikaji

adalah perang rakyat Donggo, yang kemudian dikenal dengan Perang Kala (1909), yang merupakan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Kala, sebuah desa di kecamatan Donggo, di bawah kekuasaan Kesultanan Bima, penyebabnya hampir sama dengan perang lainnya yang terjadi di Bima, yaitu karena tidak mau tunduk terhadap kekuasaan Belanda, tetapi sistem strategi perang ini agak unik dibandingkan perang lainnya, yakni dengan membuat serambi atau sencari (bahasa Bima) di atas bukit Doro Kaboe. Di atas Serambi tersebut di susun batu-batu besar. Pada saat pasukan Belanda mengejar rakyat kala ke atas gunung, rakyat sudah siap menggelindingkan batu-batu besar itu ke bawah. Hal itu sempat membuat pasukan Belanda gusar, apalagi wilayahnya sangat rumit dengan konstur tanah yang terdiri dari gunung-gunung dan hutan yang masih terlalu asing bagi pasukan Belanda.

KERAJAAN DI SULAWESI

• VOC menuntut monopoli perdagangan di Makasar, tetapi tuntutan itu ditolak Makassar. Akibatnya muncul beberapa kali ketegangan antara kedua belah pihak. Serangkaian ketegangan itu antara lain:1.    VOC menduduki benteng Panakukang yang dirasa sebagai ancaman bagi Makasar.2.    Pasukan Karaeng Tallo menyita barang-barang muatan pada kapal De Walvis sementara tuntutan VOC untuk mengembalikannya ditolak oleh Makasar.3.    Makasar menyita barang dan membunuh awak kapal Leeuwin ketika terdampar di Pulau Don Duango.

• Akhirnya, pada tahun 1660 pecah perang. Kerajaan Makasar dipimpin oleh Sultan Hasanudin yang dibantu oleh Karaeng Tallo, Karaeng Popo, dan Karaeng Karunrung. Karena sangat gigih menentang VOC, Sultan Hasanudin diberi gelar “ayam jantan dari timur”. Untuk mengatasi perlawanan Makasar, VOC dibawah pimpinan Cornelis Speelman melakukan politik adu domba, yaitu menghasut Aru Palaka (Raja Bone) untuk melawan Sultan Hasanudin.

• Pada tahun 1667, VOC di bawah pimpinan Kapitan Yonker berhasil mengalahkan Makasar. Pada tanggal 18 november 1667, Sultan Hasanudin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya, yang isinya:1.    Makasar mengakui monopoli dagang VOC.2.    Makasar melepaskan daerah-daerah jajahannya.3.    Makasar harus mengganti kerugian.4.    VOC mendirikan benteng Rotherdam di Makasar.5.    Makasar harus minta izin kepada VOC jika melakukan pelayaran perdagangan. Perjanjian Bongaya sangat merugikan Makasar, sehingga pelaut-pelaut Makasar yang tidak mau tunduk kepada VOC pergi merantau ke Jawa dan membantu gerakan melawan VOC di daerah lain, seperti Kraeng Galesong yang bergabung dengan Trunojoyo

KERAJAAN ISLAM DI MALUKU

“ TERNATE & TIDORE “

Daerah Maluku merupakan daerah subur yang kaya akan hasil rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Mulanya, Kerajaan Ternate dan Tidore hidup rukun, namun dalam perkembangan berikutnya terjadilah perebutan kekuasaan pengaruh wilayah perdagangan rempah-rempah. Akibatnya, muncul 2 persekutuan dagang :1. Uli Lima, dipimpin Ternate (Ambon, Bacan, Obi, Seram).2. Uli Siwa, dippimpin Tidore(Makayan, Jailolo, Soa Siu, Halmahera, Kei, dll).

Kemudian kedatangan Spanyol dan Portugis di Maluku memperkuat permusuhan antara Ternate-Tidore, karena adanya persekutuan antara Ternate-Portugis dan Tidore-Spanyol.

Tindakan sewenang-wenang Portugis mengakibatkan kemarahan rakyat, yang kemudian dengan dipimpin oleh Sultan Hairun(Raja Ternate) rakyat menyerang Portugis. Pada awalnya Ternate mendapat kemenangan, namun karena kelicikan Portugis, Sultan Hairun ditangkap dan dibunuh.

Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Ternate makin membenci Portugis, dan kembali melakukan penyerangan terhadap Portugis yang dipimpin oleh Sultan Baabullah(putra S.Hairun) pada tahun 1575. Pasukan Sultan Baabullah dapat menguasai benteng Portugis. Keberhasilan Sultan Baabullah merebut benteng Sao Paolo mengakibatkan Portugis menyerah dan meninggalkan Maluku.

TERNATE

TIDOR

E#     Tidore merupakan kerajaan maritim di Maluku. Karena 

melawan VOC, Sultan Jamaludin(1757-1779 M) dipaksa 

menanggung hutang VOC sebesar 50.000 ringgit akibat perang.

Hutang itu rencananya akan dibayar dengan menyerahkan daerah timur Seram, tapi ditentang oleh putra-putranya. Akhirnya, Sultan Jamaludin ditangkap VOC dan dibuang ke 

Srilanka.

# Kemudian VOC mengangkat Patra Alam sebagai penggantinya, dan ini memunculkan perlawanan rakyat. Akhirnya rakyat memilih Pangeran Nuku sebagai Sultan. Kemudian Tidore melakukan perlawanan terhadap VOC. Akhirnya Tidore memenangkan perang tahun 1789 M.

Kesimpulan

Kita harus mencontoh masyarakat saat jaman-jaman kerajaan islam atas semangatnya dalam melawan dominasi asing. Mereka berusaha mempertahankan budaya, jati diri, dan harga diri mereka sekuat tenaga. Mereka berusaha melindungi kerajaan mereka sampai titik darah penghabisan. Sebagai anak bangsa, kita wajib mencontoh mereka agar kita melindungi dan menjaga bangsa kita kelak.