temanggung.muhammadiyah.or.idtemanggung.muhammadiyah.or.id/muhfile/temanggung/file/artikel/12... ·...

9
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Temanggung 1 www.muhammadiyahtemanggung.blogspot.com E mail : [email protected] SHALAT ISYRAQ Oleh: Agus Efendi. 1 - - : - (( : - - : - )) (( : . )) Dalam hadits tersebut Rasulullah menjelaskan tentang kedudukan shalat sunnah atas shalat rawatib. Di antara sekianh shalat sunnah yang pernah di lakukan oleh Rasulullah adalah shalat Isyraq. Pengertian. Isyraq/syuruq, berasal dari kata syarq yang maknanya timur, terbit, menerangi. Sedangkan istilah "shalat Isyraq" atau shalat syuruq sering disebut-sebut oleh para ulama kalangan Asy-Syafi’iyah sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab mereka terutama dalam kaitan pembahasan shalat dhuha. Keutamaan dan Hukum Shalat Isyraq Shalat ini dinamakan Shalat Isyroq atau Syuruq atau Thulu. Dinamakan demikian karena pelaksanaannya berkaitan dengan waktu matahari terbit (mulai memancarkan sinarnya). Hukum shalat Isyroq/Syuruq adalah Sunnah. Keutamaannya: Orang yang melaksanakannya diberi pahala oleh Allah seperti pahala haji dan umroh dengan sempurna. Adapun dalil yang menunjukkan keutamaan ini adalah hadits berikut ini: Hadits Pertama: Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: Barangsiapa Mengerjakan shalat Shubuh berjamaah, lalu dia duduk berdzikir sampai matahari terbit, kemudian mengerjakan shalat dua rakaat, maka ia akan mendapatkan pahala haji dan umrah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “sempurna, sempurna, sempurna (pahalanya, pent).” 3 Faidah-faidah penting yang terkandung dalam hadits ini: 1. Shalat dua rakaat ini diistilahkan oleh para ulama 4 dengan shalat isyraq (terbitnya matahari), yang waktunya di awal waktu shalat dhuha. 5 1 Kajian Tarjih, ahad on, 19 Februari 2012, di Masjid Ar Rahmah Kranggan. 2 Hadits hasan, diriwayatkan oleh Tirmidzi, Lihat Al Nawawi dalam Riyadhus shalihin 2/23 3 HR. At-Tirmidzi II/481 no.586, Derajat Hadits: Hadits ini derajatnya hasan, sebagaimana dinyatakan oleh syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah IX/189 no.3403, dan Misykatu Al-Mashobih I/212 no.971, dan Shohih At-Targhib wa At-Tarhib I/111 no.464. 4 Bahkan penamaan ini dari sahabat Ibnu Abbas, lihat kitab Bughyatul mutathawwi (hal. 79). 5 Lihat kitab Tuhfatul ahwadzi (3/157) dan Bughyatul mutathawwi (hal. 79).

Transcript of temanggung.muhammadiyah.or.idtemanggung.muhammadiyah.or.id/muhfile/temanggung/file/artikel/12... ·...

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Temanggung

1 www.muhammadiyahtemanggung.blogspot.com E mail : [email protected]

SHALAT ISYRAQ

Oleh: Agus Efendi.1

- - : - (( : -

- : -

)) (( : . ))

Dalam hadits tersebut Rasulullah menjelaskan tentang kedudukan shalat sunnah atas

shalat rawatib. Di antara sekianh shalat sunnah yang pernah di lakukan oleh Rasulullah adalah

shalat Isyraq.

Pengertian.

Isyraq/syuruq, berasal dari kata syarq yang maknanya timur, terbit, menerangi.

Sedangkan istilah "shalat Isyraq" atau shalat syuruq sering disebut-sebut oleh para ulama

kalangan Asy-Syafi’iyah sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab mereka terutama dalam kaitan

pembahasan shalat dhuha.

Keutamaan dan Hukum Shalat Isyraq

Shalat ini dinamakan Shalat Isyroq atau Syuruq atau Thulu’. Dinamakan demikian karena

pelaksanaannya berkaitan dengan waktu matahari terbit (mulai memancarkan sinarnya).

Hukum shalat Isyroq/Syuruq adalah Sunnah.

Keutamaannya: Orang yang melaksanakannya diberi pahala oleh Allah seperti pahala

haji dan umroh dengan sempurna. Adapun dalil yang menunjukkan keutamaan ini adalah hadits

berikut ini:

Hadits Pertama:

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Barangsiapa

Mengerjakan shalat Shubuh berjamaah, lalu dia duduk berdzikir sampai matahari terbit,

kemudian mengerjakan shalat dua rakaat, maka ia akan mendapatkan pahala haji dan umrah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “sempurna, sempurna, sempurna

(pahalanya, pent).” 3

Faidah-faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

1. Shalat dua rakaat ini diistilahkan oleh para ulama4 dengan shalat isyraq (terbitnya

matahari), yang waktunya di awal waktu shalat dhuha.5

1 Kajian Tarjih, ahad on, 19 Februari 2012, di Masjid Ar Rahmah Kranggan.

2 Hadits hasan, diriwayatkan oleh Tirmidzi, Lihat Al Nawawi dalam Riyadhus shalihin 2/23

3 HR. At-Tirmidzi II/481 no.586, Derajat Hadits: Hadits ini derajatnya hasan, sebagaimana dinyatakan

oleh syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah IX/189 no.3403, dan Misykatu Al-Mashobih

I/212 no.971, dan Shohih At-Targhib wa At-Tarhib I/111 no.464. 4 Bahkan penamaan ini dari sahabat Ibnu Abbas, lihat kitab Bughyatul mutathawwi (hal. 79).

5 Lihat kitab Tuhfatul ahwadzi (3/157) dan Bughyatul mutathawwi (hal. 79).

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Temanggung

2 www.muhammadiyahtemanggung.blogspot.com E mail : [email protected]

2. Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sampai matahari terbit, artinya: sampai matahari

terbit dan agak naik setinggi satu tombak6, yaitu sekitar 12-15 menit setelah matahari

terbit7, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang shalat ketika matahari

terbit, terbenam dan ketika lurus di tengah-tengah langit.8

3. Keutamaan dalam hadits ini lebih dikuatkan dengan perbuatan Nabi shallallahu alaihi wa

sallam sendiri, dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu: bahwa Rasulullah shallallahu

˜alaihi wa sallam jika selesai melakukan shalat shubuh, beliau duduk (berzikir) di tempat

beliau shalat sampai matahari terbit dan meninggi.9

4. Keutamaan dalam hadits ini adalah bagi orang yang berzikir kepada Allah di mesjid tempat

dia shalat sampai matahari terbit, dan tidak berbicara atau melakukan hal-hal yang tidak

termasuk zikir, kecuali kalau wudhunya batal, maka dia boleh keluar mesjid untuk

berwudhu dan segera kembali ke mesjid.10

5. Maksud berzikir kepada Allah dalam hadits ini adalah umum, termasuk membaca al-Qurâ

an, membaca zikir di waktu pagi, maupun zikir-zikir lain yang disyariatkan.

6. Pengulangan kata sempurna dalam hadits ini adalah sebagai penguat dan penegas, dan

bukan berarti mendapat tiga kali pahala haji dan umrah.11

7. Makna mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah adalah hanya dalam pahala

dan balasan, dan bukan berarti orang yang telah melakukannya tidak wajib lagi untuk

melaksanakan ibadah haji dan umrah jika dia mampu.

Hadits Kedua:

Dari Abu Umamah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salla

bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh di masjid secara berjamaah, lalu dia

tetap berada di dalam masjid sampai melaksanakan shalat sunnah (di waktu, pent) Dhuha,

maka (pahala) amalannya itu seperti pahala orang yang menunaikan ibadah haji atau umroh

secara sempurna.” 12

Beliau mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh imam Thabrani namun sebagian

perowinya masih diperselisihkan (kredibilitasnya, pent) oleh para ulama hadits, akan tetapi

hadits ini memiliki jalan periwayatan lain yang banyak).

Waktunya

Waktu shalat Isyroq / Syuruq / Thulu’ ialah pada awal waktu shalat Dhuha atau shalat

hari raya idul adha, yaitu setelah matahari terbit dan menaik setinggi 1 tombak. Atau jika

diperkirakan dengan hitungan menit maka sekitar 10 s/d 20 menit setelah matahari terbit. 13.

6 Lihat kitab Tuhfatul ahwadzi (3/158).

7 Lihat keterangan syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin dalam asy-Syarhul mumti (2/61).

8 Dalam HSR Muslim (no. 831).

9 HSR Muslim (no.670) dan at-Tirmidzi (no.585).

10 Demikian keterangan yang kami pernah dengar dari salah seorang syaikh di kota Madinah.

11 Lihat kitab Tuhfatul ahwadzi (3/158).

12 HR. Thobroni VIII/154 no.7663, Derajat Hadits: Hadits ini derajatnya hasan lighairihi, sebagaimana

dinyatakan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib I/112 no.469. 13

Lihat Fatawa Syaikh Bin Baz XXV/171, dan Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Liqo’ al-Bab al-Maftuh

XXIV/141 no. Fatwa. 22389

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Temanggung

3 www.muhammadiyahtemanggung.blogspot.com E mail : [email protected]

Dengan demikian waktu pelaksanaan shalat sunnah Isyroq / Syuruq tidak bertentangan dengan

salah satu waktu terlarang mngerjakan shalat, yaitu ketika “pas/tepat” matahari terbit.

Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam di atas,”Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah

pergi ke penduduk Qubba’ pada saat mereka mengerjakan shalat (Dhuha). Lalu beliau

bersabda,

“Shalat Awwabin adalah apabila anak onta sudah merasa kepananasa di waktu Dhuha.” 14

Dalam riwayat Imam Ahmad, dari Zaid bin Arqam,

“Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam datang ke masjid Qubba’ atau masuk

ke dalam masjid Qubba’ sesudah matahari terbit yang pada saat itu mereka sedang

mengerjakan shalat. Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya shalatnya awwaabin (orang yang

banyak taubat kepada Allah) yang mereka mengerjakannya apabila anak onta sudah

kepanasan.” 15

Dan dari Al-Qasim al-Syaibani, bahwasannya Zaid bin Arqam melihat suatu kaum yang

sedang melaksanakan shalat di waktu Dhuha, maka ia berkata:

“Tidakkah mereka mengetahui bahwasannya shalat di selain waktu ini lebih utama?

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda: “Shalat Awwabiin

dilakukan saat anak onta kepanasan.” 16

Maksud اْت ِم َر اُل َر ِم َر ْت (anak onta sudah kepanasan) adalah matahari sudah sangat

panas sampai memanaskan tanah dan pasir sehingga panasnya itu dirasakan oleh kaki anak-

anak onta. Hal itu tidak terjadi kecuali pada saat matahari sudah meninggi dan mendekati

pertengahan siang. Hal itu terjadi beberapa menit menjelang tergelincirnya matahari, sekitar

seperempat jam menjelang adzan Dzuhur. Dan pada waktu inilah pelaksanaan shalat Dhuha

yang paling utama.17

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Dan faidah di dalamnya (hadits tersebut):

utamanya shalat (Dhuha) pada waktu ini. Para shahabat kami berkata: Ia merupakan waktu

shalat dhuha yang paling utama, walaupun boleh dikerjakan sejak terbitnya matahari hingga

waktu zawal (tergelincirnya matahari di tengah hari).”18

Syaikh Mubarakfuuri mengatakan, “Dan hadits tersebut memberi faidah untuk

mengakhirkan shalat Dhuha sampai menjelang pertengahan siang.”19

Pengingkaran Zaid bin Arqam dalam haidts Muslim di atas bukan merupakan

pengingkaran terhadap keberadaan shalat Dhuha di awal siang. Akan tetapi pengingkaran Zaid

bin Arqam ini adalah agar supaya orang-orang melakukannya ketika matahari telah meninggi

14

HR. Muslim 15

Musnad Ahmad, 32/92, 39/340, lihat Musnad as shahabat fi kutubi tis’ah 40/107. 16

HR. Muslim 17

Lihat: Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik Kamal: 1/85-86 18

Syarah Shahih Muslim li an-Nawawi, hadits no. 1237 19

Lihat Bulughul maram dg ta’liqnya Ithaful Kiram: hal. 112

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Temanggung

4 www.muhammadiyahtemanggung.blogspot.com E mail : [email protected]

sehingga mereka mendapatkan pahala yang lebih besar, karena waktu pelaksanaan shalat

Dhuha (Shalat Awwabiin) yang paling utama adalah ketika matahari telah memanas.

Samakah shalat Isyraq dengan shalat subuh.

Sebagian ulama mengatakan bahwa shalat Isyroq adalah bagian dari shalat Dhuha karena

dilakukan di awal waktu Dhuha dan waktunya hanya sbentar, tidak spt waktu shalat Dhuha.

Jadi, jika dikerjakan di awal waktu Dhuha maka disebut shalat Isyroq / Syuruq.

Syaikh Salman al Audah menjelaskan bahwa shalat Isyraq adalah hanya bagi orang yang

shalat subuh berjamaah, kemudian ia tetap di tempat duduknya sambil berdzikir hingga

matahari terbit, dan tidak benar tanpanya.20

Menurut Syaikh Utsaimin, Syaikh Ibnu Bazz, dan lainnya adalah Shalat Isyraq termasuk

Shalat Dhuha itu sendiri. Karena Shalat Dhuha dikerjakan sesudah matahari terbit dan

meninggi satu tombak, sekitar 15 sampai 20 menit sesudah terbit- sampai matahari mendekati

dipertengahan, sekitar 10 menit sebelum di pertengahan-.

Bahwasanya shalat dhuha dan shalat isyraq adalah sama, semua mengatakan bahwa

waktunya adalah setelah terbitnya matahari sampai tergelincirnya, kedua shalat ini tidak

terpisahkan. Ada juga yang mengatakan: sesungguhnya shalat isyraq bukanlah shalat dhuha,

waktu pelaksanaannya adalah setelah terbitnya matahari sampai tergelincirnya waktu

dibencinya shalat.21

Cara melaksanakan

Cara melaksanakan shalat Isyroq/Syuruq sama dengan shalat-shalat sunnah lain yang

dikerjakan sebanyak 2 rokaat, dari mulai takbirotul ihrom smpai salam, gerakan dan bacaannya

sama. Perbedaannya hanya pada niat shalat. Yaitu kita menetapkan niat di dalam hati saja

(tanpa diucapkan dengan lisan) bhwa kita akan melaksanakan shalat sunnah Isyroq dan

mngharapkan pahala dari Allah spt disebutkan dlm hadits diatas.

Setelah shalat Shubuh berjamaah di masjid, tidak pulang ke rumah atau tidak tidur-

tiduran (apalagi sampai ngorok), akan tetapi dia berdiam di masjid utk berdzikir kpd Allah dg

dzikir dan wirid syar’i atau membaca Al-Quran, atau mendengarkan taushiyah/kajian ba’da

subuh hingga matahari terbit. Kemudian skitar 15 atau 20 menit sesudah matahari terbit, kita

berdiri melaksanakan shalat sunnah isyroq tersebut.

Fatwa-fatwa

Fatwa Syaikh Utsaimin

Pertanyaan: Shalat Isyraq, apakah itu shalat Dhuha, itu dikerjakan di rumah atau di masjid?

Jawaban: “Shalat Isyraq” adalah shalat yang dikerjakan sesudah matahari meninggi satu

tombak. Ukuran jam, sekitar seperempat jam (15 menit) setelah terbit matahari. Inilah yang

disebut shalat Isyraq, ia itu Shalat Dhuha juga. Karena shalat Dhuha itu sejak matahari meninggi

satu tombak sampai menjelang zawal. Shalat Dhuha dikerjakan di akhir waktunya itu lebih

utama daripada di awalnya. Ringkasnya, dua rakaat Dhuha adalah dua rakaat Isyraq, tapi dua

rakaat itu dikerjakan di awal waktu, yakni setelah matahari naik satu tombak, maka itu disebut

20

Salman Al Audah, Hukmu Shalatil Isyraqi, 94/24. 21

Tuhfatul Muhtaj, 2/131, Al Qalyubi wal ‘Amirah, 1/412, Awjaza Al Masalik Ila Muwaththa Malik, 3/124,

Ihya ‘Ulumuddin, 1/203

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Temanggung

5 www.muhammadiyahtemanggung.blogspot.com E mail : [email protected]

Shalat Isyraq dan Shalat Dhuha. Dan jika diakhirkan sampai akhir waktu, maka disebut Shalat

Dhuha, bukan Shalat Isyraq. 22

. . dua rakaat Dhuha adalah dua rakaat Isyraq, tapi dua rakaat itu dikerjakan di awal

waktu, yakni setelah matahari naik satu tombak, maka itu disebut Shalat Isyraq dan Shalat

Dhuha. Dan jika diakhirkan sampai akhir waktu, maka disebut Shalat Dhuha, bukan Shalat

Isyraq. . .

Fatwa Syaikh Ibnu Bazz

Pertanyaan: Apakah Shalat Isyraq adalah Shalat Dhuha, dan berapa jumlah rakaat shalat Dhuha

yang paling utama?

Jawaban: Ya, Shalat Isyraq adalah shalat Dhuha. Waktu dimulainya adalah shalat Isyraq dan

waktu akhirnya menjelang matahari dipertengahan, (shalat) di antara terbitnya matahari yang

meninggi satu tombak sampai waktu ini, semuanya disebut Shalat Dhuha. Yang paling utama,

shalat Dhuha dikerjakan saat anak onta kepanasan, yakni saat matahari sudah menyengat,

inilah yang paling utama. Apabila mengerjakannya di awal waktu, saat matahari meninggi satu

tombak di masjid atau di rumah, keduanya adalah baik. Dan jika menambahnya dengan shalat

empat rakaat, enam rakaat, delapan rakaat, atau lebih, maka semuanya adalah baik. 23

. . . (shalat) di antara terbitnya matahari yang meninggi satu tombak sampai waktu ini,

semuanya disebut Shalat Dhuha. . .

Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah al-Rajihi

Pertanyaan: Apakah mengerjakan shalat Isyraq sudah mencukupi shalat Dhuha?

Jawaban: Shalat Isyraq itu adalah Shalat Dhuha. Penafsirannya dengan isyraq adalah dikerjakan

setelah terbitnya matahari. (Waktu) Shalat Dhuha dimulai sejak naiknya matahari setinggi satu

tombak, sekitar 15 atau 20 menit setelah terbit matahari sampai menjelang Dzuhur. Semua ini

waktu shalat Dhuha. Tetapi paling utamanya, saat anak onta sudah kepanasan (panas matahari

sudah menyengat), itulah shalat awwabin sebagaimana yang diterangkan dalam hadits lain,

“Shalat Awwabiin dilakukan saat anak onta kepanasan.” 24

Tarmidhu, maknanya: (anak onta) berdiri karena kepanasan. Inilah yang paling utama.

Saat terasa panasnya siang, maka inilah yang paling utama. Ringkasnya, shalat Dhuha dimulai

sejak naiknya matahari setinggi satu tombak sampai menjelang Dzuhur. Jika ia duduk di masjid

sampai matahari terbit dan meninggi lalu shalat dua rakaat, maka ini adalah shalat Dhuha,

itulah shalat Isyraq. Sebagian orang menamakannya shalat Isyraq, ia itu adalah shalat Dhuha, ia

adalah shalat dhuha. Ya!. .

Adapun secara lengkap adalah sebagai berikut:

1. Shalat shubuh dan Keutamaannya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan

22

Majmu’ Fatawa wa Rasail, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin: Jilid ke 14, Bab: Shalat

Thathawwu’ 23

Sumber: www.binbaz.org. 24

HR. Muslim, Ahmad, dan al-Darimi

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Temanggung

6 www.muhammadiyahtemanggung.blogspot.com E mail : [email protected]

(dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh

malaikat). 25”

Rasululloh bersabda:

Barangsiapa shalat isya’ di dalam jama’ah, hal itu seperti shalat setengah malam. Dan

barangsiapa shalat isya’ dan subuh di dalam jama’ah, hal itu seperti shalat semalam

suntuk. 26

Belum lagi ditambah dengan keutamaan shalat qabliyah shubuh, yang dimana

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dua raka’at Shalat Fajr (shalat qabliyah shubuh) lebih baik dari pada dunia dan

seisinya.” 27

Bukti kelurusan iman seseorang; karena Råsulullåh shållallåhu ‘alaihi wa sallam

bersabda:

“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isya’

dan Shubuh, jika mereka mengetahui pahalanya, niscaya mereka mendatanginya

kendatipun dengan merangkak.” 28

2. Keutamaan shalat berjama’ah

Rasulullah shalallahu ‘alaIhi wa sallam tentang shalat berjamaah:

“Shalat berjama’ah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian” 29

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya shalat seseorang yang berjamaah dengan satu orang, adalah lebih baik

daripada shalat sendirian. Dan shalatnya bersama dua orang jamaah, adalah lebih baik

dari pada shalat bersama seorang jamaah. Semakin banyak jama’ahnya, maka semakin

dicintai oleh Allah Ta’ala.” 30

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

25

QS. Al Isra: 78 26

HR. Abu Dawud 27

HR. Muslim 28

HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya 29

Muttafaqun 'alayh 30

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya, kitab Ash Shalat bab Fi Fadhli Shalatul Jama’ah

no.467, An-Nasaa’i dalam sunannya kitab Al Imamah bab Al jama’ah idza kaana Itsnaini no.834, Ahmad

dalam Musnad-nya no.20312 dan Al Haakim dalam Mustadrak-nya 3/269. Hadits ini di-shahih-kan Ibnu

Khuzaimah dalam Shahih-nya, 2/366-367, no. 1477

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Temanggung

7 www.muhammadiyahtemanggung.blogspot.com E mail : [email protected]

“Sekiranya salah seorang dari kalian mengetahui bahwa bila dia ikut shalat berjama’ah

denganku maka dia akan mendapatkan pahala yang lebih besar dari seekor kambing

yang gemuk atau dua ekor kambing yang gemuk, niscaya dia akan melakukannya.

Padahal apa-apa yang diperolehnya dari pahala (tersebut) lebih afdhål baginya.” 31

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

”Shalat seseorang dengan berjamaah lebih berlipat pahalanya 25 derajat daripada

shalatnya di rumahnya atau di kedai pasarnya…..”

Kemudian Råsulullåh bersabda:

“Yang demikian itu karena bila dia berwudhu’ dengan menyempurnakan wudhu’nya lalu

menuju ke masjid, yang dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat jamaah,

tidak bergerak kecuali untuk shalat (berjama’ah).

Maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat

baginya atau akan dihapuskan satu kesalahannya.

Dan Malaikat akan mendo’akan salah seorang dari kalian selama dia masih pada

tempat shalatnya yang dia dijadikannya sebagai tempat shalatnya, (do’a malaikat

tersebut):

.

“Ya Allah, berilah shalawat untuknya. Ya Allah, rahmatilah dia, selama dia belum

berhadats dan tidak menyakiti orang lain disana “.

“Salah seorang diantara kalian sudah dianggap mendirikan shalat, ketika menunggu waktu shalat didirikan”. 32

“Barangsiapa berwudlu kemudian keluar untuk melaksanakan shalat, maka ia dalam

hitungan shalat hingga ia kembali ke rumahnya. Maka janganlah kalian melakukan

demikian, yaitu menjalin jari-jari.”33

Dari Abu Ummamah Al-Hanaath : Bahwasannya Ka’b bin ‘Ujrah bertemu

dengannya saat ia hendak pergi ke masjid. Mereka saling bertemu waktu itu. Ka’b

melihatku sedang menjalinkan jari-jemariku (tasybik), kemudian ia melarangku dan

berkata : “Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

‘Apabila salah seorang diantara kalian wudlu, membaguskan wudlunya, kemudian pergi

menuju masjid; maka janganlah ia menjalinkan jari-jemarinya (tasybik). Sesungguhnya

ia dalam keadaan shalat” 34.

31

Shåhiih, HR. Ahmad; dishahihkan asy-Syaikh Ahmad Syaakir 32

HR.Bukhari 33

HR. Ibnu Khuzaimah no. 439, Al-Haakim 1/206, dan Ad-Daarimi no. 1446; shahih 34

HR. Abu Dawud no. 562; At-Tirmidzi no. 386; Ahmad 4/241,242, 243; Ibnu Khuzaimah no. 441; Ad-

Daarimi no. 1444; dan yang lainnya – shahih

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Temanggung

8 www.muhammadiyahtemanggung.blogspot.com E mail : [email protected]

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat berjamaah:

“Barangsiapa yang shalat 40 hari ikhlash kepada Allåh secara berjamaah, dan mendapati takbiratul ihram, niscaya ditulis baginya dua pembebasan; pembebasan dari Neraka dan pembebasan dari kemunafikan.” 35

3. Keutamaan tetap duduk hingga waktu syuruq dan shalat sunnah syuruq

Shalat isyraq adalah shalat dua raka’at yang dilaksanakan setelah melaksanakan

shalat shubuh; lalu ia duduk ditempat ia shalat menunggu waktu syuruq; kemudian

shalat isyraq ketika memasuki waktu tersebut. Maka ketika masuk waktu syuruq

berdasarkan jadwalnya, maka kita tidak langsung melaksanakan shalat Isyraq, karena

waktu tersebut adalah waktu di haramkan untuk shalat, akan tetapi menunggu kira-kira

15 menit.

Waktu isyraq merupakan awal shalat dhuha; sehingga orang yang melaksanakan

shalat isyraq berarti ia telah melaksanakan shalat dhuha.

Dari Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, bahwa Ibnu Abbas tidak shalat Dhuha. Dia

bercerita, lalu aku membawanya menemui Ummu Hani’ dan kukatakan : “Beritahukan

kepadanya apa yang telah engkau beritahukan kepdaku”. Lalu Ummu Hani berkata :

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk ke rumahku untuk menemuiku

pada hari pembebasan kota Mekkah, lalu beliau minta dibawakan air, lalu beliau

menuangkan ke dalam mangkuk besar, lalu minta dibawakan selembar kain, kemudian

beliau memasangnya sebagai tabir antara diriku dan beliau. Selanjutnya, beliau mandi

dan setelah itu beliau menyiramkan ke sudut rumah. Baru kemudian beliau

mengerjakan shalat delapan rakaat, yang saat itu adalah waktu Dhuha, berdiri, ruku,

sujud, dan duduknya adalah sama, yang saling berdekatan sebagian dengan sebagian

yang lainnya”. Kemudian Ibnu Abbas keluar seraya berkata : “Aku pernah membaca di

antara dua papan, aku tidak pernah mengenal shalat Dhuha kecuali sekarang.

“Artinya : Untuk bertasbih bersamanya (Dawud) di waktu petang dan pagi” [Shaad : 18]

Dan aku pernah bertanya : “Mana shalat Isyraq ?” Dan setelah itu dia berkata : “Itulah

shalat Isyraq” 36

Jabir bin Samurah rådhiyallåhu ‘anhu menyifati petunjuk nabi shållallåhu ‘alaihi wa

sallam, ia mengatakan:

“Beliau tidak berdiri dari tempat shalatnya dimana beliau melakukan shalat shubuh

hingga matahari terbit. Jika matahari telah terbit, (maka) beliau berdiri (untuk shalat

sunnah isyraq)” 37

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

35

HR. At-Tirmidzi, shahih 36

Hasan Lighairihi; Diriwayatkan oleh Ath-Thabari di dalam Tafsirnya dan Al-Hakim 37

Shahiih Muslim (I/463) no. 670

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Temanggung

9 www.muhammadiyahtemanggung.blogspot.com E mail : [email protected]

“Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama’ah kemudian dia berdzikir kepada

Allah Ta’ala sampai terbitnya matahari lalu dia shalat dua raka’at, maka pahalanya

seperti pahala berhaji dan ‘umrah, sempurna, sempurna, sempurna.”38

‘Aisyah radhiyallåhu ‘anha berkata:

“…(Mereka duduk) hingga waktu yang dilarang untuk shalat telah berlalu, (kemudian)

mereka mendirikan shalat” 39

Untuk menunggu waktu tersebut, dapat kita gunakan untuk berdzikir pagi dan petang

dan membaca serta mempelajari al Qur-aan (beserta tafsirnya) untuk mendulang lebih

banyak keutamaan.

4. Keutamaan dzikir pagi dan petang

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang dzikir pagi dan petang,

. . ي

.

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, (dengan)

dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan

petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan

ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya

(yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. 40

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallma bersabda tentang keutamaan orang

berdzikir pagi dan petang: Aku duduk bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah

dari mulai shalat shubuh sampai terbit matahari, lebih aku sukai daripada

memerdekakan empat orang budak dari anak isma’il. Dan aku duduk bersama orang-

orang yang berdzikir kepada Allah dari mulai shalat ‘Ashar sampai terbenam matahari,

lebih aku cintai daripada memerdekakan empat orang budak.41 Silahkan lihat lebih

lanjut tentang dzikir pagi dan petang dan segala keutamaannya. Waallahu a’lam bish

shawab.

38

HR. At-Tirmidziy no.591 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy di dalam Shahih Sunan At-

Tirmidziy no.480, Al-Misykat no.971 dan Shahih At-Targhiib no.468, lihat juga Shahih Kitab Al-Adzkaar

1/213 karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy 39

AR. Bukhåriy no. 1522; dinukil dari applikasi hadits 9 imam, lidwa pusaka 40

QS. al-Ahzab: 41-43 41

Hasan, HR. Abu Dawud