digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG ORANG TUA TUNGGAL PEREMPUAN (JANDA) DI BATURAN, COLOMADU, KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi Disusun Oleh ARENDRA NOFIAN PRASANTO NIM D0304026 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

Page 1: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEPSI MASYARAKAT

TENTANG ORANG TUA TUNGGAL PEREMPUAN (JANDA)

DI BATURAN, COLOMADU, KARANGANYAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Dan Memenuhi

Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

Disusun Oleh

ARENDRA NOFIAN PRASANTO

NIM D0304026

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Inna ma‘al ‗usri yusro ( Dengan menyebut nama Allah Yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan ). (Alam Nasyrah : 94 : 6)

Tuntutlah ilmu, sesungguhnya ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah

S.W.T. dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya

adalah sedekah. ( H.R. Ar-Rabi)

Pekerjaan yang tidak kunjung selesai adalah pekerjaan yang tidak kunjung

dimulai. (N.N.)

Tidak ada gunung yang terlalu tinggi untuk didaki, tidak ada samudera

yang terlalu luas untuk diseberangi. (N.N.)

Page 5: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk Ibunda. Ananda Selalu Berusaha Membanggakan Dan Membahagiakan

Bunda. Doa Ibu Selalu Kuharapkan.

Untuk Babeku, Yang Selalu Bersabar Dan Banyak Mengalah Terhadap Anakmu.

Semoga Allah SWT Selalu Melindungi Kita.

Untuk Kakak Kandungku Satu-Satunya, Kepadaku Kamu Sering Marah, Tetapi

Kusadari Tujuannya Baik. Semoga Kita Dapat Berhasil Di Dunia Dan

Di Akhirat. Amin...

Untuk Semua Yang Ada Di Hatiku...

Page 6: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Ucapan Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir dengan judul : “PERSEPSI MASYARAKAT

TENTANG ORANG TUA TUNGGAL PEREMPUAN (JANDA) DI

BATURAN, COLOMADU, KARANGANYAR”.

Penulisan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama proses penelitian, penulisan, hingga terselesaikannya tugas akhir

ini, penulis menyadari begitu banyak pihak yang telah memberikan bimbingan,

dukungan, dan kesempatan. Dengan penuh ketulusan, penulis ingin

menyampaikan penghargaan dan segenap rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Bagus Haryono, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Sri Hilmi Pujihartati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang dengan kesabaran berlipat ganda telah banyak meluangkan waktu,

pikiran dan perhatiannya kepada penulis yang banyak kekurangan ini

dalam menyelesaikan studi dan penyusunan tugas akhir ini. Matur Nuwon

Sanget Bu...

4. Bapak Drs. Bambang Wiratsasongko, M.Si selaku pembimbing

akademis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama

penulis melaksanakan studi.

5. Bapak dan Ibu Dosen khususnya pada jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

Page 7: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

memberikan pendidikan, pengajaran, serta pengalaman kepada penulis.

Matur Nuwon Sanget...

6. Thanks to Bondan Prakoso featuring Fade 2 Black dengan lagunya

“Xpresikan” dan Jason Mraz yang menyanyikan lagu “Make it mine”

yang provokatif dan memotivasi.

7. Terimakasih kepada komputer desktop yang ada di kamarku yang selalu

setia kuajak begadang.

8. Much Love and Respect kepada semua teman-teman FISIP UNS

Sosiologi 2004. Khususnya rekan-rekan yang mengalami

perpanjangan part II. Ada banyak hal yang kalian berikan kepada diriku.

Thanks a lot bro n sist...!!! W.Y.A.T.B. (Wish You All The Best).

Walaupun penulisan tugas akhir ini mengkonsumsi banyak waktu, tenaga,

pikiran, dan beaya, tetapi Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penulisan tugas

akhir ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan. Kesempurnaan bukanlah milik manusia. Penulis membuka diri

untuk menerima saran dan kritik yang bertujuan menyempurnakan penulisan

skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat

dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 18 April 2012

Arendra Nofian Prasanto

Page 8: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

MOTTO ............................................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL, GAMBAR, MATRIK ....................................................... ix

ABSTRAK ....................................................................................................... x

ABSTRACT ..................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .............................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 8

E.1. Landasan Teori ....................................................................... 8

E.2. Batasan Konsep ...................................................................... 13

E.3 Penelitian Terdahulu ............................................................... 30

F. Metode Penelitian ................................................................................. 34

BAB II PROFIL INFORMAN ......................................................................... 45

Page 9: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

A. Profil Informan Masyarakat ................................................................. 45

B. Profil Orang Tua Tunggal Perempuan ................................................. 51

BAB III HASIL PENELITIAN ........................................................................ 54

A. Persepsi Masyarakat Tentang Orang Tua Tunggal Perempuan ........... 54

1. Fungsi Pengaturan Seksual ........................................................ 60

2. Fungsi Sosialisasi ...................................................................... 67

3. Fungsi Ekonomi ........................................................................ 74

4. Fungsi Perlindungan .................................................................. 79

B. Pembahasan .......................................................................................... 81

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 100

A. Kesimpulan .......................................................................................... 100

B. Implikasi .............................................................................................. 109

1. Implikasi Teoritis ...................................................................... 109

2. Implikasi Metodologis .............................................................. 112

3. Implikasi Empiris ...................................................................... 115

C. Saran-saran .......................................................................................... 116

DAFTAR PUSAKA

LAMPIRAN

Page 10: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Informan Masyarakat ...................................................................... 50

Tabel 2.2. Biodata Informan Masyarakat ......................................................... 50

Tabel 2.3. Biodata Informan Orang Tua Tunggal Perempuan ......................... 53

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kelas-Kelas Dalam Stratifikasi Sosial ........................................ 22

Gambar 1.2. Bagan Skema Model Analisis Interaktif ..................................... 42

DAFTAR MATRIK

Matrik 3.1. Persepsi masyarakat tentang fungsi pengaturan seksual ............... 65

Matrik 3.2. Persepsi masyarakat tentang fungsi sosialisasi ............................. 71

Matrik 3.3. Persepsi masyarakat tentang fungsi ekonomi ................................ 76

Matrik 3.4. Persepsi masyarakat tentang fungsi perlindungan ......................... 80

Matrik 3.5. Analisis Teori ................................................................................ 93

Page 11: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

ABSTRAK

Arendra Nofian Prasanto. 2012. Persepsi Masyarakat Tentang Orang Tua

Tunggal Perempuan (Janda) Di Baturan, Colomadu, Karanganyar. Surakarta :

FISIP UNS.

Sering kita temui tulisan-tulisan yang menceritakan streotipe yang kurang

menyenangkan yang dialamatkan kepada orang tua tunggal perempuan,

khususnya yang berusia tidak tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana persepsi masyarakat terhadap orang tua tunggal perempuan Persepsi

masyarakat adalah proses menerima menyeleksi, mengorganisasikan, dan

menginterpretasikan informasi yang dilakukan oleh masyarakat, tentang orang tua

tunggal perempuan sebagai lembaga sosial yang kehilangan fungsi-fungsi

keluarga. Dalam keluarga inti, kelengkapan anggotanya adalah syarat

terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga.

Obyek penelitian adalah anggota masyarakat dan orang tua tunggal

perempuan. Masyarakat dibagi ke dalam tiga kelas (kelas atas, menengah, dan

bawah). Persepsi orang tua tunggal perempuan terhadap dirinya juga dibahas

dengan tujuan apakah persepsi masyarakat berbanding lurus dengan persepsi diri

orang tua tunggal perempuan. Jenis penelitian adalah Deskriptif Kualitatif. Jenis

data yaitu Data Primer dan Data Sekunder. Teknik pengambilan data

menggunakan empat macam teknik yaitu Observasi, Wawancara Mendalam,

Interview Guide dan Dokumentasi. Pengambilan sampel adalah sampel purposif.

Analisis data menggunakan model analisis interaktif yang memiliki tiga

komponen yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Mengenai validitas data, penulis menggunakan triangulasi data atau sumber.

Hasil penelitian adalah persepsi masyarakat terhadap fungsi-fungsi

keluarga orang tua tunggal perempuan (janda). Yaitu fungsi pengaturan seksual,

fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan fungsi perlindungan. Dalam melihat fungsi

pengaturan seksual, masyarakat berpersepsi tentang perlunya orang tua tunggal

perempuan untuk menikah kembali supaya menghindari perzinaan dalam

pemenuhan kebutuhan seksual. Mayarakat juga menganggap, orang tua tunggal

perempuan melakukan usaha-usaha untuk mendapatkan pasangan kembali.

Tentang fungsi sosialisasi dipersepsikan tidak optimal karena keterbatasan peran

dan hal ini berdampak terhadap anak. Fungsi ekonomi dipersepsikan bahwa

mereka cenderung mengalami kesulitan secara finansial karena sebelumnya

penanggung jawab mencari nafkah adalah suaminya dan sekarang mereka terlihat

bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan bekerja pada sektor-

sektor informal yang tidak memberikan kelebihan materi. Sedangkan tentang

fungsi perlindungan, masyarakat beranggapan bahwa figur ibu saja tidak cukup.

Seorang ayah atau laki-laki sering dianggap sebagai kepala keluarga serta

pelindung yang baik untuk memberikan perasaan tenteram dan kenyamanan

dalam keluarga. Dampaknya, akan anak cenderung mencari perlindungan dan

ketenteraman dalam kelompok teman sepermainan.

Page 12: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

ABSTRACT

Arendra Nofian Prasanto. 2012. Public Perceptions About Single Parent

Women (Widow) In Baturan, Colomadu, Karanganyar. Surakarta: FISIP UNS.

We often encounter the writings that tell the less pleasant streotipe

addressed to the single parents women, especially those who not too old. This

study aims to determine how the public perception of single parents women are.

Public perceptions is a process to receive, selection, organize, and interpret the

information carried by the public, about the single parent women as a social

institution who lose the family functions. In the nuclear family, complete of a

members is the requirements to fulfill family functions.

Research object is a member of the society and single parent women.

Society is divided into three classes (upper class, middle, and bottom).

Perceptions of single parents women its self were also discussed with the aim

whether public perceptionis directly proportional to the self-perception from

single parent women. Kind of this research is Descriptive Qualitative. This type of

data is Primary Data and Secondary Data. Data retrieval technique using four

different techniques, namely observation, depth interviews, Interview Guide and

Documentation. Sampling using a purposive sampling. Data analyzed using

interactive analytical model that has three components namely data reduction, data

presentation, and conclusions. Regarding the validity of the data, the authors used

data triangulation or sources.

The result from this research is the public perception of family functions.

Are sexual regulatory function, the function of socialization, economic function

and protection functions. Look from sexual regulatory function, society have

perception about the important of single parent women to get married again in

order to stay away from adultery to full fill sexual needs. The society also believe,

single parent women doing something to get a live patner again. Abaut the

function of socialization can perceptible that not optimum because limitation of

act and from this has impact to the children. The economic function, society have

perception that they had inclination abaut financial critical because before the

insurer of livelihood is the husband and now they had to work hard to fill their

daily need with work in informal sector wich can't give they more money.

Whereas protection functions, society believe that just figure of a mother its not

enough. A father or a man usualy believed as head of the family also great

protector that can give a safe feeling and pleasant in family. Its effect to the

children that will looking for protection and safe feeling in their friend group.

Page 13: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Keluarga adalah unit terkecil dari struktur sosial atau masyarakat yang

secara umum terdiri dari ayah, ibu, dan anak (keluarga inti atau nuclear family).

Keluarga yang utuh menjadi syarat ideal bagi terpenuhinya fungsi-fungsi

keluarga. Berfungsinya keluarga dengan baik merupakan prasyarat mutlak bagi

kelangsungan suatu masyarakat, karena di dalam keluargalah suatu generasi yang

baru memperoleh nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dengan harapan

masyarakat. Dengan kata lain, keluarga merupakan mediator dari nilai-nilai sosial.

Tetapi terkadang kehidupan menentukan lain. Sebuah keluarga inti menjadi tidak

utuh lagi jika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia, terjadi

perceraian, atau ditinggal begitu saja oleh suami atau isterinya. Hal ini dapat

diartikan termasuk dalam ―Disorganisasi Keluarga‖.

Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit,

karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai

dengan peranan sosialnya. Secara Sosiologis, bentuk-bentuk disorganisasi

keluarga antara lain adalah :

1. Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar perkawinan.

Walaupun dalam hal ini secara yuridis dan sosial belum terbentuk suatu

keluarga, tetapi bentuk ini dapat digolongkan sebagai disorganisasi

keluarga. Sebab ayah (biologis) gagal dalam mengisi peranan sosialnya

Page 14: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dan demikian juga halnya dengan keluarga pihak ayah maupun keluarga

pihak ibu.

2. Disorganisasi keluarga karena putusnya perkawinan sebab perceraian,

perpisahan meja dan tempat tidur, dan seterusnya.

3. Adanya kekurangan dalam keluarga tersebut, yaitu dalam hal komunikasi

antara anggota-anggotanya. Geode menamakannya sebagai empty shell

family.

4. Krisis keluarga, oleh karena salah satu yang bertindak sebagai kepala

keluarga di luar kemampuannya sendiri meninggalkan rumah tangga,

mungkin karena meninggal dunia, dihukum atau karena peperangan.

5. Krisis keluarga yang disebabkan oleh karena faktor-faktor intern, misalnya

karena terganggu keseimbangan jiwa salah seorang anggota keluarga.

Disorganisasi keluarga mungkin terjadi pada masyarakat-masyarakat

sederhana, karena suami sebagai kepala keluarga gagal memenuhi kebutuhan-

kebutuhan primer keluarganya atau mungkin karena dia mengambil seorang isteri

lagi. Pada umumnya masalah tersebut disebabkan karena kesulitan-kesulitan

untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan kebudayaan. Di dalam zaman

modern ini, disorganisasi keluarga mungkin terjadi karena konflik peranan sosial

atas dasar perbedaan ras, agama atau faktor-faktor sosial-ekonomis.

Penyebab seseorang menjadi orang tua tunggal beragam. Diantaranya

adalah pasangannya meninggal dunia, perceraian, memiliki anak tanpa menikah

(unmarried moms), ditinggal pergi pasangannya, atau pasangan kerja di tempat

yang jauh. Saat ini keluarga dengan orang tua tunggal memiliki serangkaian

Page 15: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

masalah khusus. Menjadi orang tua tunggal khususnya bagi wanita tentunya

bukan suatu persoalan mudah. Dibutuhkan perjuangan berat untuk membesarkan

si buah hati, termasuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dalam hal

pemenuhan kebutuhan, latar belakang ekonomi tentu saja menjadi faktor yang

berpengaruh. Jika berasal dari keluarga yang ―mampu‖ secara finansial tentu saja

tidak menjadi masalah. Tetapi jika berasal dari keluarga ―tidak mampu‖, seorang

isteri atau ibu rumah tangga harus berupaya keras berperan juga sebagai suami

dalam hal mencari nafkah bagi dirinya dan bagi anak-anaknya. Tuntutan

menjalani peran ganda juga harus dijalani dalam hal penanaman nilai-nilai sosial

bagi anaknya. Figur seorang ayah yang memimpin keluarga dan figur seorang ibu

yang merawat anak harus dijalani sendiri.

Suami atau istri dalam rumah tangga yang normal merupakan partner yang

sanggup memberikan rasa aman dan nyaman. Selain itu dengan adanya pasangan

seseorang dapat berbagi tugas dalam menjawab berbagai kebutuhan hidup, dalam

mengatasi berbagai masalah dan tanggung jawab. Itu sebabnya orang yang

kehilangan pasangan biasanya keadaannya menjadi lebih sulit. Meskipun ketika

bersama suami atau istri mungkin hidup dirasa biasa-biasa saja, bahkan mungkin

diwarnai pertengkaran-pertengkaran, ketiadaan pasangan mengubah keadaan

menjadi terasa lebih berat.

Menjadi orang tua tunggal perempuan dalam sebuah rumah tangga tentu

saja tidak mudah Secara emosional, keberadaan pasangan hidup dapat

membebaskan seseorang dari rasa kesepian. Sementara rasa kesepian berkaitan

erat dengan konsep diri negatif dan menghasilkan emosi-emosi negatif. Keadaan

Page 16: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

ini dapat menyulitkan hubungan dengan orang lain. Selain itu, adanya pasangan

juga memberikan perasaan berharga di mata masyarakat. Akibatnya, ketika harus

hidup sendiri karena pasangan meninggal atau karena perceraian, biasanya

individu mengalami rasa rendah diri ketika berada dalam pergaulan di masyarakat.

Salah satu contoh adalah ketika berada pada situasi seremonial semacam

menghadiri resepsi. Ketika orang-orang lain hadir berpasangan. Pada anak,

kehilangan perhatian dan kasih-sayang dari salah satu orangtua juga dapat

berakibat negatif. Kasih-sayang yang ia peroleh dari orangtua tunggalnya tidak

cukup untuk mengobati rasa sedih atau kecewa. Seiring dengan berjalannya

waktu, anak yang salah satu orangtuanya meninggal biasanya lebih cepat

menyesuaikan diri dengan keadaan. Lain halnya dengan anak yang orangtuanya

bercerai dan harus hidup dengan salah satu orangtua, biasanya lebih sulit

menyesuaikan diri. Rasa kecewanya dapat begitu dalam karena terenggutnya

kasih dan kebersamaan dengan kedua orangtuanya. Mereka menjadi senang

menyendiri, melamun, cepat tersinggung, dan cepat marah. Kalau dibiarkan anak

tidak dapat lagi mengontrol diri, sehingga akhirnya tidak mampu berpikir sehat. 1

Overload dalam Peran. Orangtua tunggal berperan sebagai ayah sekaligus

sebagai ibu bagi anak-anaknya. Peran ganda yang paling berat adalah

membesarkan anak-anaknya sendirian supaya dapat tumbuh menjadi pribadi yang

sehat, baik fisik maupun mental. Pria yang menjadi orangtua tunggal harus

membiasakan diri menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang biasa dikerjakan

oleh istrinya, sementara ia juga harus mencari nafkah. Wanita yang menjadi

1 Disarikan dari artikel yang berjudul ―Sulitnya Menjadi Orangtua Tunggal‖, Jumat, 20 Juli 2007

01:06:50. Terdapat dalam website http://www.gayahidupsehatonline.com.

Page 17: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

orangtua tunggal harus membiasakan diri mengerjakan semua pekerjaan yang

biasa dilakukan pria. Kalau sebelumnya tidak ikut mencari nafkah, sekarang ia

harus bekerja.

Beban Ekonomi menjadi lebih berat bila seseorang biasa mencukupi

kebutuhan ekonomi bersama pasangan, kemudian harus menanggung sendiri

semua biaya rumah tangga, termasuk biaya pendidikan anak.

Kadang keadaan lebih sulit karena anak yang masih balita sangat tergantung,

terutama bila tidak ada orang lain yang dapat diserahi untuk mengasuh. Dalam

keadaan demikian orangtua tunggal mengalami hambatan untuk dapat bekerja.

Faktor kesejahteraan keluarga adalah masalah yang sering menjumpai

keluarga orang tua tunggal perempuan. Ada beberapa fakta yang terkait dengan

kondisi ekonomi keluarga orang tua tunggal perempuan yang ditemukan yaitu

antara lain :

1. Keluarga orang tua tunggal perempuan banyak yang termasuk ke dalam

kriteria miskin.

2. Pada umumnya keluarga orang tua tunggal perempuan berusia paruh baya.

3. Sebagian besar keluarga orang tua tunggal perempuan telah memiliki

pekerjaan

4. Orang tua tunggal perempuan yang tidak memiliki pekerjaan, akan sulit

memperoleh pekerjaan. 2

Orang lain mungkin bersimpati terhadap mereka, tetapi belum tentu bisa

berempati. Persepsi masyarakat tentang orang tua tunggal juga sangat beragam

2 Disarikan dari www.acoss.org.au, Facts about single parent families and welfare, ACOSS Info

380 - September 2005. Adalah sebuah paper dari sebuah LSM di Australia yang meneliti tentang

tingkat kesejahteraan keluarga single parent di Australia.

Page 18: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

tentunya. Persepsi masyarakat berhubungan dengan ―Konsep Diri‖. Konsep diri

dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian

seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif

jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat

berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan

kehilangan daya tarik terhadap hidup. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri

yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap

positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Ada

salah satu artikel yang dimuat di koran Jawa Pos terbitan Kamis, 5 April 2012

yang mengangkat tentang seluk-beluk menjadi seorang orang tua tunggal

perempuan yang termasuk juga tentang persepsi masyarakat terhadap orang tua

tunggal perempuan.

...‖belum lagi stigma kepada single mom kurang positif. Walaupun

sekarang single mom sudah lazim di masyarakat, masih banyak yang

menutupi status mereka di pergaulan atau di kantor,‖ ungkapnya.

Menurut Titi, masih banyak lingkungan yang belum menerima

status janda atau wanita memiliki anak tanpa menikah (unmarried moms).

Hal itulah yang semakin membuat mereka semakin menutup diri.

―Saya nggak mau mengikuti (kata masyarakat) itu. Sebab, kalau

saya ikuti, pasti malah negatif. Saya berusaha membawa diri dengan lebih

baik walaupun memang kami nggak ngapa-ngapa juga,‖ ujarnya.

Jangankan di masyarakat, lanjut Titi, sesama perempuan saja

terkadang tidak bisa menerima status single mom. Banyak wanita yang

enggan dekat-dekat dengan janda karena takut suaminya direbut atau

tertarik kepada si janda.

―Padahal, kita tahu, laki-laki mana sih yang nggak hai-hai kepada

janda. Akibatnya, sesama perempuan pun akhirnya bukan saling men-

suport, malah mendiskreditkan,‖ keluh wanita berusia 30 tahun itu. ... 3

Dalam penelitian ini tema atau pokok permasalahan akan difokuskan pada

persepsi masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggal orang tua tunggal

3 Artikel selengkapnya terdapat dalam lampiran.

Page 19: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

perempuan. Hal ini dan beberapa hal yang dijelaskan sebelumnya diatas menjadi

hal yang menarik dan menantang bagi penulis untuk diketahui, dipelajari serta

diangkat menjadi skripsi melalui penelitian yang akan penulis lakukan di daerah

Baturan, Kecamatan Colomadu, Karanganyar.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: ―Bagaimana persepsi masyarakat tentang orang tua

tunggal perempuan (janda) di Baturan, Colomadu, Karanganyar?‖.

C. TUJUAN PENELITIAN

Pada umumnya setiap kegiatan yang dilakukan selalu berdasarkan pada

tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan penelitian ini juga mempunyai

tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui Bagaimana persepsi masyarakat tentang orang tua tunggal perempuan

(janda) di Baturan, Colomadu, Karanganyar.

D. MANFAAT PENELITIAN

Di dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang

diharapkan dari adanya penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan gambaran dan pemahaman mengenai persepsi

masyarakat tentang orang tua tunggal perempuan (janda) di Baturan,

Colomadu, Karanganyar.

2. Dapat menambah referensi tentang latar belakang dan seluk beluk menjadi

orang tua tunggal.

Page 20: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

3. Memberikan suatu referensi bagi para orang tua tunggal agar dapat

dijadikan pembelajaran baru dalam kehidupannya.

4. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi penelitian sejenis

berikutnya.

E. TINJAUAN PUSTAKA

E.1. Landasan Teori

Sebagai sebuah konsep, istilah paradigma (paradigm) pertama kali

diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya The Structure of Scientific

Revolution (1962). Menurutnya, paradigma adalah satu kerangka referensi atau

pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Dalam

Sosiologi, pandangan ini dikembangkan secara sistematis dan integrated oleh

George Ritzer. Ritzer memetakan tiga paradigma besar dalam Sosiologi. Ketiga

paradigma tersebut adalah Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial dan

Paradigma Perilaku Sosial.

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan Paradigma Definisi

Sosial. Paradigma ini dikembangkan oleh Max Weber untuk menganalisa

Tindakan Sosial (Social Action). Bagi Weber, pokok persoalan Sosiologi adalah

bagaimana memahami tindakan sosial antar hubungan sosial, dimana ―tindakan

yang penuh arti‖ itu ditafsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal. Struktur

sosial dan pranata sosial membantu untuk membentuk tindakan sosial yang penuh

arti. Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat pula diterangkan melalui

tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu dimana ketika ia

mengambil manfaat dari tindakannya itu sendiri dalam perjalanan waktu.

Page 21: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Berdasarkan Paradigma Definisi Sosial dapat diketahui bahwa bidang

studi Sosiologi adalah tindakan sosial yang penuh arti. SedangkanTindakan Sosial

adalah tindakan yang dilakukan oleh individu yang mempunyai makna bagi

dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan Sosial dapat berupa

tindakan sosial yang nyata-nyata diarahkan untuk orang lain dan dapat juga

bersifat subyektif. Tindakan Sosial ada yang diarahkan pada waktu sekarang,

waktu lalu, atau waktu yang akan datang. Tindakan Sosial digunakan dalam

hubungan sosial yaitu tindakan yang dilakukan oleh beberapa individu yang

berbeda, mengandung makna dan hubungan serta diarahkan pada tindakan orang

lain.

Untuk mempelajari Tindakan Sosial ini, Weber menganjurkan metode

analitiknya melalui pemahaman dan penafsiran (interprerative understanding)

yang verstehen. Metode pemahaman yang dianjurkan Weber ini bukan hanya

bersifat pemberian penjelasan kausal belaka terhadap tindakan sosial manusia

seperti penjelasan dalam ilmu alam.

Bertolak dari konsep dasar tentang Tindakan Sosial dan antar hubungan

sosial, Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian

Sosiologi yaitu:

1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang

subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.

2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat

subyektif.

Page 22: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan

yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan diam-

diam.

4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa

individu.

5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada

orang lain itu. (Ritzer, 2004: 39)

Atas dasar rasionalitas Tindakan Sosial, Weber membedakannya ke dalam

empat tipe. Semakin rasional Tindakan Sosial itu semakin mudah dipahami.

1. Zwerk rational

Yakni tindakan sosial murni. Aktor tidak hanya sekedar menilai cara

yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari

tujuan itu sendiri. Tujuan dapat juga menjadi cara dari tujuan lain

berikutnya.

2. Werktrational action

Aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu

merupakan yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang lain.

3. Affectual action

Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan

kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami serta kurang atau

tidak rasional.

Page 23: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

4. Traditional action

Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam

mengejakan sesuatu di masa lalu saja. (Ritzer, 2004: 40-41)

Dalam Paradigma Definisi Soial terdapat tiga teori, yaitu Teori Aksi (Max

Weber), Teori Fenomenologis (Alfred Schurtz), dan Teori Interaksionalisme

Simbolik (G.H.Mead). Dalam penelitian ini peneliti mengunakan Teori Aksi

untuk menganalisa hasil penelitian.

Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan

karakteristik sebagai berikut.

1. Adanya individu selaku aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat, serta teknik untuk mencapai

tujuannya.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat

membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa

situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh

individu. Misalnya kelamin dan tradisi.

5. Aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai

ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan

tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Contohnya kendala

kebudayaan. (Ritzer, 2004: 48-49).

Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma

mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan.

Page 24: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi

ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang

disebut : voluntarism. Singkatnya voluntarisme adalah kemampuan individu

melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif

yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya. (Ritzer, 2004: 49).

Konsep voluntarisme Parsons inilah yang menempatkan Teori Aksi ke

dalam paradigma definisi sosial. Aktor menurut konsep voluntarisme ini adalah

pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari

alternatif tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia

mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Berbagai

tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya

kesemuanya membatasi kebebasan aktor. Tetapi di sebelah itu aktor adalah

manusia yang aktif, kreatif dan evaluatif. (Ritzer, 2004: 49).

Kesimpulan utama yang dapat diambil adalah bahwa tindakan sosial

merupakan suatu proses di mana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan-

keputusan subyektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang

telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinan-kemungkinan oleh

sistem kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai ssosial. Di

dalam menghadapi situasi yang bersift kendala baginya itu, aktor mempunyai

sesuatu di dalam dirinya berupa kemauan bebas. (Ritzer, 2004: 49-50).

Skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan empat karakteristik yang

disusun Parsons adalah yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitaian ini

pada BAB III.

Page 25: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

E.2. Batasan Konsep

a. Persepsi

Persepsi merupakan proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan

sesuatu, biasanya dipakai dalam persepsi rasa, bila benda yang kita ingat atau

identitaskan adalah obyek yang mempengaruhi organ perasaan. (Drever, 1988 :

339). Selanjutnya secara lengkap arti dari persepsi dikemukakan oleh Indravijaya

dalam bukunya Perilaku Organisasi sebagai berikut, ―Suatu proses dengan mana

seseorang mengorganisasikan dalam pikiran, menafsirkan, mengalami dan

mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Bagaimana

segala sesuatu tersebut mempengaruhi persepsi seseorang, nantinya akan

mempengaruhi pula perilaku yang akan dipilihnya‖.( Indrawijaya, 1986 : 338-

339).

Sedangkan menurut Miftah Thoha persepsi adalah pengalaman tentang

obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna kepada

stimuli inderawi. Menurut Luthans, persepsi itu adalah lebih kompleks dan luas

kalau dibandingkan dengan penginderaan. Proses persepsi meliputi suatu

interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan, penafsiran. Walaupun

persepsi sangat tergantung pada penginderaan data, proses kognitif barangkali

biasa menyaring, menyederhanakan, atau mengubah secara sempurna data lain.

Proses persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian senyatanya yang

diinderakan oleh seseorang (Thoha, 1983:140).

Page 26: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Persepsi merupakan suatu penilaian, sebagai persiapan untuk perilaku

konkrit dan nilai-nilai itu dengan melalui emosi, motivasi dan ekspektasi akan

mempengaruhi persepsi, dan nilai-nilai berbeda juga mempengaruhi persepsi

perilaku tersebut.

Persepsi timbul karena adanya dua faktor yaitu internal dan eksternal.

Faktor internal diantaranya tergantung pada proses pemahaman sesuatu termasuk

di dalamnya sistem nilai, tujuan, kepercayaan dan tanggapan terhadap hasil yang

dicapai. Sedangkan Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi

seseorang adalah sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan, yaitu warna, bunyi, sinar dapat juga ekonomi, sosial,

maupun politik.

2. Faktor konsepsi, yaitu pendapat dan teori seseorang tentang manusia

dengan segala tindakan.

3. Faktor yang berkaitan dengan konsep seseorang tentang dirinya sendiri,

kadang seseorang menganggap dirinya selalu baik sedang orang lain selalu

kurang atau sebaliknya.

4. Faktor yang berhubungan dengan motif dan tujuan, berkaitan dengan

dorongan dan tujuan seseorang untuk menafsirkan suatu rangsangan.

5. Faktor pengalaman masa lampau, pengalaman dan latar belakang

kehidupan seseorang pada waktu kecil akan menentukan kepribadian dan

mempengaruhi perilakunya. (Thoha, 1983:142)

Jadi tingkah laku seseorang selalu didasarkan atas makna sebagai hasil

persepsi terhadap lingkungan di mana dia hidup. Apa yang dilakukan dan

Page 27: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mengapa seseorang melakukan atau tidak melakukan atas berbagai hal selalu

didasarkan pada batasan–batasan menurut pendapatnya sendiri secara selektif.

Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami

informasi mengenai lingkungan.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.

Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat penerimanya yaitu alat indera. Proses penginderaan terjadi setiap saat,

yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat

indera. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan,

diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang dinderanya itu.

Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Jadi stimulus diterima oleh alat

indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi

sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan. 4

Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau

gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan

orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak

mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia.

Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan

mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan

penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh

4 Disarikan dari Bimo Walgito, Psikologi Kelompok (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2007),

hlm. 25, 26.

Page 28: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu

(Robbins, 2003). 5

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi

adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, dan

menginterpretasikan rangsangan atau stimulus yang diterima oleh indera.

Ada beberapa mitos atau pendapat tentang seseorang yang single ataupun

orang tua tunggal perempuan. Mitos-mitos ini tidak selalu sesuai dengan

kenyataan yang ditemukan. Mitos-mitos dan kenyataannya tersebut antara lain,

mitos yang mengatakan bahwa mereka yang sendiri biasanya kesepian. Dan

kenyataannya adalah seorang orang tua tunggal perempuan tidak selalu merasa

kesepian. Mitos bahwa ada anggapan yang melihat bahwa sesorang yang sendiri

itu tidak bahagia dan akan bahagia jika mereka menikah. Pada kenyataan yang

ditemukan adalah pada umumnya seeorang yang sendiri tetap merasa bahagia.

Ada mitos atau pendapat yang mengatakan sesorang yang single terlihat lemah

dan kurang baik dalam hubungan antar pribadi ataupun dengan masyarakat.

Dalam kenyataannya adalah seseorang dewasa yang sendiri lebih suka

berkunjung, dan melakukan kontak dengan orang lain daripada sebelumnya atau

pada saat berkeluarga. Mereka cenderung lebih suka bersosialisasi dan membantu

teman atau tetangganya. Mitos bahwa seorang orang tua tunggal perempuan

perempuan membesarkan dan mengasuh anaknya seorang diri tetapi pada

kenyataannya seorang orang tua tunggal perempuan membesarkan dan mengasuh

anak-anaknya bersama dengan teman, keluarga, dan anggota jaringan sosial lain.

5 Penjelasan yang disadur dari http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-persepsi.html

Page 29: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Mitos lain menyebut bahwa agar manjadi anak yang baik dan berhasil, anak-anak

dari keluarga orang tua tunggal perempuan perlu diasuh oleh dua orang tua (ayah

dan ibu). Hal ini tidak selalu benar. Kualitas hubungan antara orang tua dan anak

serta derajat konflik dalam rumah tangga bisa lebih penting daripada jumlah orang

tua. 6

b. Masyarakat

Definisi tentang konsepsi masyarakat dari para Sosiolog sangat beragam,

(Soerjono Soekanto, 2002: 198) berpendapat bahwa lembaga masyarakat

merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu

kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat dan wujud kongkretnya adalah

asosiasi (association).

Robert MacIver dan Charles H. Page mengartikan masyarakat sebagai tata

cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia

yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakannya

asosiasi. Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga

kemasyarakatan dari sudut fungsinya. Lembaga kemasyarakatan diartikannya

sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok

manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta

pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.

Seorang Sosiolog lain yaitu Sumner yang melihatnya dari sudut

kebudayaan, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita,

sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk

6 Dirangkum dari Bella DePaulo dan E. Kay Trimberger, ―Single Women: Sociologists for Women

in Society‖, Socwomen, 2008, diakses dari www.socwomen.org (4 Desember 2009, 10:52).

Page 30: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah agar ada

keteraturan dan integrasi dalam masyarakat.

Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk mempelajari lembaga

masyarakat. Dan jika dihimpun, maka akan dijumpai tiga golongan pendekatan

(approach), yaitu : 7

1. Analisis secara historis, bertujuan meneliti sejarah timbul dan

perkembangan suatu lembaga kemasyarakatan tertentu.

2. Analisis komparatif, bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyarakatan

tertentu dalam pelbagai masyarakat berlainan ataupun pelbagai lapisan

sosial masyarakat tersebut.

3. Analisis fungsional. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat pula

diselidiki dengan jalan menganalisis hubungan antara lembaga-lembaga

tersebut di dalam suatu masyarakat tertentu. Suatu lembaga

kemasyarakatan tidak mungkin terlepas dari lembaga kemasyarakatan

lainnya. Jadi jika hendak mempelajari salah satu lembaga kemasyarakatan,

mau tidak mau menyangkut pula penelitian terhadap lembaga

kemasyarakatan yang lain.

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Analisis

Komparatif sebagai pendekatan pokok. Dalam Analisis Komparatif, perlu

dijelaskan juga tentang Lapisan Masyarakat. Dalam Sosiologi dikenal dengan

Social Stratification atau Stratifikasi Sosial. Kata stratification berasal dari kata

stratum. bentuk plural dari strata yang artinya lapisan. Pitrim A. Sorokin

7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.

213, 214

Page 31: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

menyatakan bahwa Social Stratification adalah pembedaan penduduk atau

masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya

adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya menurut

Sorokin, dasar dan inti lapisan masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan

dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai

sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat.8

Setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Dan selama

suatu kelompok masyarakat memiliki sesuatu yang dihargai, maka hal itu akan

menjadi bibit dan benih yang menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam

masyarakat tersebut. Barang sesuatu yang dihargai ini dapat berupa uang, benda-

benda yang bernilai ekonomis, dan mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu

pengetahuan atau bahkan kesalehan dan juga keturunan dari keluarga terpandang.

Dalam tiap-tiap negara, terdapat tiga unsur yang menjadikan suatu negara

tersebut memiliki variasi lapisan. Diantara manusia dalam ruang lingkup negara

ada yang kaya sekali dan juga ada yang hidup dalam garis kemiskinan, serta ada

kelompok yang berada diantara keduanya. Hal ini realita yang kerap terjadi sejak

dari zaman dahulu hingga sampai sekarang, yang kerap terdapat berbagai lapisan

di dalam tatanan bermasyarakat dari golongan atas hingga golongan terbawah.

Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa

sistem berlapis-lapis tersebut merupakan suatu ciri tetap dan umum dalam suatu

kelompok bermasyarakat yang hidup teratur. Seseorang yang memiliki barang-

barang yang berharga dalam jumlah yang banyak, maka akan dianggap

8 Ibid., hlm 227.

Page 32: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

masyarakat sebagai orang yang berkedudukan dalam lapisan atas. Sedangkan

orang yang memiliki sedikit harta atau barang yang berhaga atau bahkan tidak

memiliki sama sekali harta disebut sebagai golongan menengah dan golongan

bawah. Biasanya golongan yang berada pada lapisan atas tidak hanya memiliki

satu bentuk saja dari apa yang dihargai masyarakat, akan tetapi kedudukan tinggi

tersebut bersifat kumulatif.

Unsur-unsur Stratifikasi Sosial. Ada dua unsur sistem pelapisan sosial

dalam masyarakat yaitu Kedudukan (Status) dan Peran (Role).9 Kedudukan dan

peran disamping unsur pokok dalam sistem lapisan di dalam masyarakat, juga

memiliki makna yang sangat penting bagi sistem sosial masyarakat. Status

menunjukkan tempat atau kedudukan seseorang di dalam suatu masyarakat,

sedangkan peranan menunjukkan aspek dinamis dari status, merupakan suatu

tingkah laku yang diharapkan dari seorang individu tertentu yang menduduki

status tertentu.

Kedudukan atau status seringkali dibedakan dengan kedudukan sosial

(social status). Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam

kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut, atau

tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam

kelompok yang lebih besar lagi. Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat

seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam

arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, hak dan kewajibannya. Untuk

mengukur status seseorang, dapat dilihat dari jabatan atau pekerjaannya,

9 Disadur dari http://www.peutuah.com/masyarakat-dan-struktur-sosial

Page 33: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pendidikan, luasnya ilmu pengetahuan, kekayaan, keturunan dan sebagainya.

Dalam, masyarakat kedudukan dibedakan menjadi dua macam, :

1. Ascribed status. Maksud status ini adalah kedudukan seseorang dalam

masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan

kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya

kedudukan anak bangsawan adalah bangsawan pula. Pada umumnya

kedudukan ini dijumpai pada masyarakat feodal.

2. Achieved Status. Status ini dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha

yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran,

akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja hal mana tergantung

kemampuannya masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-

tujuannya.

Sedangkan peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan.

Apabila seseorang melaksanakan kewajiban sesuai dengan kedudukan, maka ia

menjalankan sebuah peranan. Pembedaan antara kedudukan dan peranan adalah

untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena

keduanya saling terkait. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus

dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi ini merupakan

suatu unsur statis yang menunjukkan tempat seorang individu di dalam suatu

komunitas masyarakat. Seseorang senantiasa berhubungan dengan pihak lain.

Biasanya setiap pihak mempunyai perangkat peranan tertentu. Sebagai contoh

seorang dokter misalnya berinteraksi dengan pihak-pihak tertentu di dalam suatu

sub-sistem sosial rumah sakit.

Page 34: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Mengenai terjadinya stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat dapat

dibedakan dengan dua macam. Pertama, sistem pelapisan yang terjadi dengan

sendirinya, tanpa adanya kesengajaan. Misalnya lapisan yang didasarkan oleh

usia, jenis kelamin, kepandaian, dan mungkin juga pada batas-batas tertentu

berdasarkan harta. Kedua, sistem pelapisan yang terjadi dengan adanya suatu

unsur kesengajaan, yang biasanya terkait dengan pembagian kekuasaan dan juga

wewenang yang resmi dalam organisasi formal seperti pemerintahan, perusahaan,

patai politik, dan sebagainya.

Sedangkan sifat sistem pelapisan masyarakat ada dua sifat, yaitu bersifat

tertutup dan juga yang bersifat terbuka. Suatu sistem pelapisan masyarakat

dinamakan tertutup, mana kala setiap anggota masyarakat tetap berada dalam

status yang sama dengan orang tuanya. Bentuk yang seperti ini dapat dilihat di

negara Amerika misalnya, dimana terdapat pemisahan antara golongan kulit putih

dan kulit hitam yang dikenal dengan nama segregation.

Kelas-kelas dalam stratifikasi sosial adalah :

1. Kelas atas (upper class)

2. Kelas menengah (midle class)

3. Kelas bawah (lower class)

Gambar 1.1. Kelas-kelas dalam stratifikasi sosial

Kelas Atas (Upper Class)

Kelas Menengah (Midle Class)

Kelas Bawah (lower Class)

Page 35: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan masyarakat diklasifikasikan ke

dalam tiga macam kelas, yaitu ekonomis, politis dan yang didasarkan pada

jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya, ketiga bentuk pokok

tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya, dimana terjadi

saling pengaruh mempengaruhi.10

Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan

anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:

1. Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak,

termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat

pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, caranya

mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan

untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang

mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.

3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan terlepas dari ukuran kekayaan

dan atau kekuasaan. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada

masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua

atau mereka yang pernah berjasa.

4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh

masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. 11

10

Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 229. 11

Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 237.

Page 36: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Dalam penelitian ini ukuran yang penulis tetapkan untuk menggolongkan

anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas stratifikasi sosial adalah ukuran ilmu

pengetahuan dengan indikatornya tingkat pendidikan.

c. Orang Tua Tunggal

Orang tua tunggal adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa Inggris

“Single Parent”. Menurut kamus kata serapan, orang tua tunggal perempuan

berasal dari kata single dan parent. Single adalah satu, tunggal, tidak ganda.

Sedangkan parent adalah berhubungan dengan orang tua; seperti orang tua.

Berdasarkan kamus kata serapan yang dikarang oleh Surawan Martinus, 2001,

orang tua tunggal perempuan adalah orang tua tunggal.

Ada penjelasan lain yang menerangkan tentang definisi single dan atau

orang tua tunggal perempuan, yaitu; Seseorang dikatakan single jika mereka tidak

terikat dalam ikatan perkawinan resmi. Penjelasan ini meliputi mereka yang

bercerai, menjanda, atau yang sedang sendiri. 12

Keadaan menjadi orang tua tunggal berarti telah terjadi Disorganisasi

Keluarga atau kekacauan dalam keluarga. Kekacauan dalam keluarga merupakan

bahan pergunjingan umum karena semua orang mungkin saja terkena salah satu

dari berbagai jenisnya, dan karena pengalaman itu biasanya dramatis, menyangkut

pilihan moral dan penyesuaian-penyesuaian pribadi yang dilematis. Kita semua

akan mati dan meninggalkan kelowongan dalam sistem peran keluarga kita.

Banyak diantara kita bercerai atau merupakan anak-anak dari orang tua yang telah

bercerai. Dan banyak yang tidak sampai bercerai tapi menyadari bahwa keluarga

12

http://www.medusanet.ca/singlewomen/

Page 37: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

mereka seolah-olah rukun, sebenarnya hanya kedok belaka, menyembunyikan

orang-orang yang sebenarnya sudah tidak saling mencintai. Kekacauan keluarga

dapat ditafsirkan sebagai ―pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya

struktur peran sosial jika satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban

peran mereka secukupnya.‖ Menurut definisi ini maka macam utama kekacauan

keluarga adalah sebagai berikut.

1. Ketidaksahan. Ini merupakan unit keluarga yang tidak lengkap. Dapat

dianggap sama dengan bentuk-bentuk kegagalan peran lainnya dalam

keluarga, karena sang ―ayah-suami‖ tidak ada dan karenanya tidak

menjalankan tugasnya seperti apa yang ditentukan oleh masyarakat atau

oleh sang ibu. Tambahan pula, setidak-tidaknya ada satu sumber

ketidaksahan dalam kegagalan angota-anggota keluarga baik ibu maupun

bapak untuk menjalankan kewajiban perannya.

2. Pembatalan, perpisahan, perceraian, dan meninggalkan. Terputusnya

keluarga disini disebabkan karena salah satu atau kedua pasangan itu

memutuskan untuk saling meninggalkan, dan dengan demikian berhenti

melaksanakan kewajiban perannya.

3. “Keluarga selaput kosong”. Di sini angota-anggota keluarga tetap tinggal

bersama tetapi tidak saling menyapa atau bekerjasama satu dengan yang

lain dan terutama gagal memberikan dukungan emosional satu kepada

yang lain.

4. Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan.

Beberapa keluarga terpecah karena sang suami atau isteri meninggal,

Page 38: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dipenjarakan, atau terpisah dari keluarga karena peperangan, depresi atau

malapetaka lainnya.

5. Kegagalan peran penting yang “yang tidak diinginkan”. Malapetaka

dalam keluarga mungkin mencakup penyakit mental, emosional, atau

badaniah yang parah. Seorang anak mungkin terbelakang mentalnya atau

seorang isteri atau suami mungkin menderita penyakit jiwa. Penyakit yang

parah dan terus menerus mungkin juga menyebabkan kegagalan dalam

menjalankan peran. 13

Disorganisasi keluarga berkaitan erat dengan disorganisasi di dalam

masyarakat yang lebih luas. Sikap-sikap, nilai-nilai dan norma-norma dari

anggota-anggota keluarga merupakan gambaran dari kebudayaan yang berasal

dari interaksi anggota-anggota dalam masyarakat luas. Interaksi ini terjadi

menurut jalur-jalur ekonomi, politik, agama, rekreasi, dan kesejahteraan. Suami-

suami dan isteri-isteri sebagai individu menjabat peranan-peranan di dalam

masyarakat yang lebih luas juga di dalam subsistem keluarga yang kecil.

Keberhasilan perkawinan selanjutnya dipengaruhi oleh bagaimana mereka

memenuhi peranan-peranan tersebut di dalam masyarakat. Norma-norma dan

nilai-nilai yang mengalami pertentangan dalam dunia yang lebih besar

diperlihatkan pada bagaimana masing-masing partner untuk menilai satu sama

lain, yang selanjutnya merupakan faktor-faktor yang penting dalam menentukan

jumlah perkawinan-perkawinan yang gagal.14

13

Disadur dari William J. Goode, Sosiologi Keluarga The Family, (Jakarta: P.T. Bina Aksara,

1985), hlm. 184-185 14

Dari Khaerudin H, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Nur Cahaya, 1985), hlm. 104-105.

Page 39: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Disorganisasi Keluarga dapat juga dipandang dalam bentuk kehilangan

fungsinya. Fungsi-fungsi berbagai lembaga yang merupakan aktifitas dimana

anggota-anggotanya memperlihatkan hubungan dengan peranan-peranan mereka.

Keluarga tradisional merupakan suatu lembaga yang multifungsi dan mempunyai

berbagai fungsi ekonomi, perlindungan, pendidikan, religi, rekreasi, biologis,

kasih sayang dan status. 15

Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi

pokok yakni fungsi yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan

fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial relatif lebih mudah berubah atau

mengalami perubahan. Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain Fungsi biologik,

Fungsi afeksi, dan Fungsi sosialisasi. Sedangkan fungsi-sungsi sosial keluarga

yang mudah mengalami perubahan adalah melahirkan dan memelihara anak,

memberi dan menerima kasih sayang, aktifitas ekonomi, perlindungan, rekreasi,

pendidikan, dan agama. 16

Tentang fungsi-fungsi keluarga inti, Soerjono Soekanto menjelaskan

sebagai berikut.

1. Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan seksual yang

sayogya.

2. Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses dimana anggota-

anggota masyarakat yang baru mendapatkan pendidikan untuk mengenal,

memahami, mentaati dan menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai yang

berlaku.

15

Ibid., hlm 123. 16

Ibid., hlm 58-60.

Page 40: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3. Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan

ekonomis.

4. Unit terkecil dalam masyarakat tempat anggota-anggotanya mendapat

perlndungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.17

Keadaan menjadi orang tua tunggal yang dialami perempuan-perempuan

dalam penelitian ini adalah meninggal dunianya pasangan dan akibat perceraian.

Mungkin perceraian, hubungan cinta yang berakhir dengan permusuhan akan

dirasakan semua orang sebagai sebuah derita berat. Sekalipun kesalahan

bersumber dari kedua belah pihak, tak seorangpun mengharapkan demikian.

Karena adanya unsur perusak dalam perceraian ini, banyak analisa sosial

menunjukkan adanya persamaan antara penyesuaian perceraian dan kematian. Ini

hanya menekankan arti kematian dalam arti sosial, bukan biologis. Kualitas khas

setiap hubungan menyebabkan pengalaman universal kematian itu menyakitkan.

Tidak ada orang yang dapat menggantikan orang yang telah mati. Meskipun setiap

kematian dan perceraian itu khas, dan persamaan bagi mereka yang

mengalaminya. Dimulai dengan persamaan dalam kehidupan baik kematian

maupun yang bercerai. Secara singkat disusun sebagai berikut.

1. Penghentian kepuasan seksual.

2. Hilangnya persahabatan.

3. Hilangnya model peran orang dewasa untuk diikuti anak-anaknya.

4. Penambahan dalam beban rumah tangga bagi pasangan yang ditinggalkan,

terutama untuk menangani anak-anak.

17

Disarikan dari Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga - Tentang Ikwal Keluarga Remaja dan

Anak, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 1-2.

Page 41: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

5. Penambahan dalam persoalan ekonomi, terutama jika si suami manti atau

maninggalkan rumah.

6. Pembagian kembali tugas-tugas rumah tangga dan tanggung jawabnya. 18

d. Perempuan

Perempuan merupakan sesuatu yang menarik untuk dikaji baik

ekstensinya, karakteristiknya, maupun problematikanya yang selalu timbul seiring

dengan laju perkembangan masyarakat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

terbitan Balai Pustaka mendefinisikan perempuan adalah ― orang(manusia) yang

mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui‖.

Sedangkan menurut Hartini Retnaningsih perempuan adalah ― makhluk istimewa

yang memilki kemampuan untuk menstruasi, melahirkan dan menyusui (dalam

Sali Susiana, 2000:143).

Dari kedua pendapat mengenai definisi perempuan di atas merupakan

kodrat perempuan dari Sang Pencipta bukan buatan budaya manusia sehingga

kodrat itu yang membedakan antar laki-laki dan perempuan. Menurut Siti Sundari

kodrat perempuan adalah ―menstruaisi, hamil, melahirkan, menyusui yang

merupakan ciptaan Tuhan yang tidak dapat diubah. Sedangkan keadaan manusia

yang bukan ciptaan Tuhan dapat diubah atau diperbaiki apabila cenderung

menimbulkan ketidakadilan‖ (dalam Budi Santosa, dkk:2000:32).

Bahkan, pendapat Darban dengan mengutip data sejarah yang lebih kuno,

mengatakan bahwa ―perempuan dalam budaya jawa tidak lebih hanya memiliki

18

William J. Goode, op. cit., hlm. 197-198

Page 42: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

kedudukan dan peranan sebagai pemuas nafsu seksual dan reproduksi (dalam

Achmad muthali‘in 2001:47).

Dari kenyatan bahwa perempuan memiliki perbedaan secara kodrati yang

membedakan dengan laki-laki karena itu telah melahirkan pandangan yang

menganggap kodrat perempuan sebagi penentu nasib perempuan. Kaum

perempuan pada umumnya dibebani dengan pekerjaan domestik sedangkan

pekerjaan publik dikerjakan oleh kaum laki-laki. Dengan pandangan yang

dikonstruksikan secara sosial itu melahirkan ketidakadilan gender yang pada

kenyataannya bentuk dari ketidakadilan gender merugikan kaum perempuan.

E.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah Orang Tua Tunggal

adalah penelitian yang dilakukan oleh M. Erfan Nurrohman Hakim. Penelitian

tersebut berjudul ― Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Orang tua tunggal

perempuan (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga

Orang tua tunggal perempuan di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo,

Propinsi Jawa Tengah)‖.

Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Pola pengasuhan

yang terjadi dalam keluarga orang tua tunggal perempuan adalah pengajaran,

pengganjaran dan pembujukan, dimana hal ini dilakukan oleh hanya satu orang

tua saja, tanpa ada bantuan dari kerabat atau pengasuh. Meskipun berat, para

orang tua orang tua tunggal perempuan tidak pernah mengeluh dan putus asa. Dan

yang membuat mereka sanggup menjalaninya adalah hubungan emosional dengan

anak yang tinggi.

Page 43: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Mereka mendidik dan mengasuh anak dengan penuh perhatian dan kasih

sayang yang lebih dari sebelumnya karena merasa memiliki peran ganda, yaitu

sebagai ayah sekaligus ibu atau sebaliknya dan menjadi tumpuan hidup tunggal

bagi anak-anaknya. Hal inilah yang menjadi nilai lebih dari orang tua orang tua

tunggal perempuan dalam mendidik dan mengasuh anaknya.

Penelitian Internasional yang berkaitan dengan persepsi masyarakat

terhadap orang tua tunggal adalah dari Margaret L. Usdansky (Princeton

University, Amerika Serikat) pada bulan Mei tahun 2003 dan dimuat dalam

Journal of Marriage and Family yang berjudul “Single-Parent Families and

Their Impact on Children: Changing Portrayals in Popular Magazines in the

U.S., 1900-1998”. Kesimpulan penelitian ini adalah mengenai perubahan

penggambaran majalah-majalah popular Amerika dan jurnal-jurnal ilmu sosial di

atas abad ke dua puluh tentang formasi keluarga orang tua tunggal perempuan.

Penggambaran tentang keluarga orang tua tunggal perempuan yang kurang

baik mencapai puncaknya pada tahun 1950an. Dekade ini ditandai dengan

rendahnya tingkat perceraian, kenaikan angka kelahiran, dan banyaknya

penekanan terhadap kehidupan harmonis dalam berumah tangga. Menjadi orang

tua tunggal pada dekade itu dianggap kurang baik dan merupakan ketidak

laziman. Pada tahun 1960an dan 1970an penggambaran lebih banyak ditekankan

pada pengaruh formasi keluarga orang tua tunggal perempuan terhadap anak dan

merupakan refleksi kebebasan (liberalisme) orang-orang Amerika. Pada tahun

80an dan awal 90an para pengarang dan komentator menggambarkan formasi

keluarga orang tua tunggal perempuan sebagai keluarga yang salah dan tidak

Page 44: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

diinginkan. Pada akhir abad ke 20, tren penggambaran mulai beralih pada

toleransi untuk menerima formasi keluarga orang tua tunggal perempuan.

...These time trends match some expectations we might have had

about likely patterns in depictions of single-parent families in popular

magazines given historical events and what we know from survey data

regarding changing attitudes toward single-parent families during the final

decades of the century. Unfavorable depictions of single-parent families

reached a peak in the 1950s, for example, a decade marked by a low

divorce rate, an increase in early marriage, rising fertility and an emphasis

on hearth and home (Cherlin 1992; May 1988). Similarly, the resurgence

of unfavorable depictions of single-parent families during the 1980s might

be explained by the wave of cultural conservatism that marked that decade.

The decline in unfavorable depictions of single-parent families and, to a

lesser extent, of child impact during the 1960s and 1970s likewise accord

with the sexual revolution and well-documented increased acceptance

during this period of a broad range of sexual and familial behavior

(Thornton 1989; Thornton and Young-DeMarco 2001). Finally, greater

attention to individual versus societal responsibility for single-parent

family formation may reflect the American emphasis on individualism.

But these trends in magazine depictions of single-parent families

also reveal some less-expected patterns. Survey research indicates that

acceptance of non-traditional familial behavior rose sharply during the

1960s and 1970s and held steady during the 211980s and early 1990s

(Thornton and Young-DeMarco 2001). But speakers in popular magazines

became increasingly likely to depict single-parent families as undesirable

and as harmful to children during the 1970s. By the mid-1980s, magazine

authors and commentators were as likely to depict single-parent families as

unacceptable as they had been prior to 1940, and the great majority of

speakers who expressed a view about child impact depicted it as harmful.

Perhaps even more surprising, depictions of single-parent families as

acceptable and as good alternatives for children were most common during

the early decades of the century.

These unexpected finding may be explained by factors related to

the magazine industry or by demographic trends, particularly the rising

proportion of single-parent families resulting from non-marital

childbearing. They could also reflect socio-economic or political factors or

a divergence in the views of magazine authors and commentators from

those of the general population.

However, it is also possible that the steep decline in the proportion

of speakers who expressed normative views is directly relatively to the

relatively high level of favorable depictions of single-parent families and

child impact early in the century and to the absence of a more marked

reduction in unfavorable depictions at the century‘s end. This could be the

case if the attitudes of speakers who did express normative views about

Page 45: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

single-parent families differed from those who did not. This might have

occurred if most speakers at the beginning of the century took it for

granted that most Americans—and most of their readers—disapproved of

single-parent families and considered them harmful to children. If this was

the case, speakers in the early decades of the twentieth century may have

been more inclined to express normative views of single-parent

22families if they viewed them as acceptable and as all right for children—

views at odds with those of the general populace. Conversely, by the

century‘s end, growing tolerance for diverse family forms may have made

speakers who believed single-parent families to be wrong or harmful to

children more likely to express those views than speakers who were more

accepting of single-parent families,... 19

Jadi dapat dikatakan bahwa persepsi atau penggambaran masyarakat

terhadap formasi keluarga orang tua tunggal perempuan (orang tua tunggal)

berubah tergantung dinamika berpikir dan kebudayaan yang berkembang pada

tiap masa dalam kehidupan bermasyarakat.

Jurnal ilmiah lain yang menjelaskan tentang fenomena orang tua tunggal

perempuan adalah dari Thomas DeLeire dan Ariel Kalil (Harris Graduate School

of Public Policy Studies, University of Chicago), Oktober 2001 yang berjudul

―Good things come in 3‘s: Single-parent multigenerational family structure and

adolescent adjustment‖. Ditemukan bahwa remaja yang berasal dari keluarga yang

tidak menikah, sedikit kemungkinan untuk lulus dari sekolah menengah atas atau

memasuki perguruan tinggi, cenderung lebih senang untuk merokok, minum

minuman beralkohol, dan memulai aktifitas seksual. Bagaimanapun, tidak semua

keluarga-keluarga yang tidak menikah mirip keadaannya seperti itu. khususnya

remaja yang tinggal bersama orang tua tunggalnya dan kakek atau neneknya.

dalam perkembangannya, mereka sama atau bahkan lebih baik daripada remaja

yang berasal dari keluarga normal (bukan dari keluarga orang tua tunggal).

19

Usdansky, 2003, ―Single-Parent Families and Their Impact on Children: Changing Portrayals in

Popular Magazines in the U.S., 1900-1998‖, Journal of Marriage and Family, 21– 24.

Page 46: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Penemuan ini memperoleh pengendalian untuk rangkaian yang lebih luas dari

sumber daya ekonomi, perilaku pengasuhan, serta karakteristik sekolah dan

tempat tinggal.

Using data from the National Educational Longitudinal Study

(NELS), we find that teenagers living in non-married families are less

likely to graduate from high school or attend college, more likely to smoke

or drink, and more likely to initiate sexual activity. However, not all non-

married families are alike. In particular, teenagers living with their single

mother and with at least one grandparent in a multigenerational household

have developmental outcomes that are at least as good and often better

than outcomes of teenagers in married families. These findings obtain

controlling for a wide array of economic resources, parenting behavior,

and home and school characteristics....20

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan, maka jenis penelitian ini merupakan

jenis penelitian Deskriptif Kualitatif. Metode deskriptif merupakan metode

penelitian yang bertujuan mendiskripsikan secara terperinci fenomena sosial

tertentu. Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data

deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga

perilaku yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh, jadi

penelitian deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendiskripsian

secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya

terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. (Sutopo, 2002: 110-112)

20

Disarikan dari Abstrak penelitian yang berjudul ―Good things come in 3’s: Single-parent

multigenerational family structure and adolescent adjustment”, penulisnya adalah Thomas

DeLeire dan Ariel Kalil (Harris Graduate School of Public Policy Studies, University of Chicago),

tanggal Oktober 2001.

Page 47: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Jenis penelitian ini akan mampu mengungkap berbagai informasi kualitatif

dengan deskripsi yang penuh nuansa yang lebih berharga dari sekedar pernyataan

jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka.

Adapun ciri-ciri dari metode deskriptif kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat

penelitian dilakukan (saat sekarang) ataupun masalah-masalah yang aktual

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah-masalah yang diselidiki

sebagaimana adanya, diiringi interpretasi rasional.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendiskripsikan persepsi

masyarakat di daerah Baturan, Colomadu, Karanganyar tentang orang tua tunggal

perempuan berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Baturan, Kecamatan Colomadu,

Karanganyar 57171, Jawa Tengah. Berdasarkan Data Monografi Desa Baturan

pada keadaan bulan Juni tahun 2009, jumlah penduduk di Desa Baturan tercatat

sebanyak 8903 jiwa yang terdiri dari 4311 laki – laki dan 4592 perempuan. Di

desa ini terdapat 2475 Kepala Keluarga. Data tersebut juga mencatat Talak

sebanyak 2 orang dan cerai 1 orang. Menurut observasi penulis, di salah satu

kampung di desa ini yaitu kampung Griyan, RT 04/01, Baturan, terdapat 5 orang

tua tunggal perempuan dengan rentang umur 30 sampai 40 tahun yang 2

diantaranya ditinggal suaminya meninggal dunia, 2 orang yang bercerai dan

seorang wanita beranak satu yang berstatus mempunyai pasangan tidak resmi dan

tinggal seatap (kumpul kebo) tetapi saat penelitian ini dilakukan sudah berpisah

Page 48: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dengan pasangannya. Alasan tersebut melatar belakangi penulis untuk memilih

lokasi penelitian di daerah Baturan, Colomadu, Karanganyar.

3. Sumber Data

Ketepatan dalam memilih dan menentukan jenis data dan sumber data

akan menentukan kekayaan data dan ketepatan informasi yang diperoleh. Jenis

data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dideskripsikan

sebagai berkut:

a. Data primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan yang berkaitan

dengan obyek penelitian dari sumbernya (informan atau nara sumber) melalui

proses observasi dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan

kepada informan-informan yang mewakili kelas-kelas dalam masyarakat. Kelas-

kelas dalam masyarakat ada tiga yaitu kelas atas, kelas menengah, dan kelas

bawah. Tiap kelas diwakili oleh dua informan. Untuk menentukan informan yang

termasuk kedalam suatu kelas dengan menggunakan indikator tingkat pendidikan.

b. Data sekunder

Adalah data yang diperoleh dari data tertulis yang berupa data primer yang

telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau oleh

pihak lain. Misalnya dalam bentuk tabel atau diagram. Data sekunder dalam

penelitian ini menggunakan :

1. Surat kabar dan media internet. Penulis memperoleh data-data pendukung

baik berupa artikel maupun data kasus yang berasal dari media internet.

Daftar alamat situs akan terpapar dalam Daftar Pustaka.

Page 49: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2. Arsip dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian dari lembaga

terkait. Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan

suatu aktifitas atau suatu peristiwa tertentu. Dalam penelitian ini penulis

mengambil data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang ada di kantor

Kelurahan Baturan, Kecamatan Colomadu, Karanganyar. Sumber utama

data Deskripsi Lokasi penelitian laporan ini berasal dari arsip dan

dokumentasi tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Adler & Adler (Denzin & Lincoln ,eds, 1994 : 378) menyebut dua prinsip

pokok yang mencirikan teknik observasi dalam tradisi kualitatif. Pertama,

observer kualitatif tidak boleh ―mencampuri‖ urusan subyek penelitian. Kedua,

observer kualitatif harus menjaga sisi alamiah dari subyek penelitian. 21

Dalam hal

ini teknik pengumpulan data dilakukan secara sistematis, yang dilakukan dengan

mengadakan suatu pengamatan secara terus menerus dan dimaksudkan sebagai

pengamatan serta pencatatan fenomena yang diteliti. Observasi memungkinkan

melihat dan mengamati sendiri perilaku dan kejadian sebagaimana kejadian

sebenarnya.

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi melibat atau observasi

langsung. Peneliti terlibat secara pasif, dimana kedudukan peneliti hanya sebagai

pengamat bukan sebagai anggota penuh dari subyek yang diteliti.

b. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

21

Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial - Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif.

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm 14.

Page 50: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Menurut Burhan Bungin (2001 : 110), wawancara mendalam merupakan

suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap

muka dengan informan. Wawancara ini bersifat open ended dan dilakukan secara

informal. Dalam penelitian ini peneliti bertatap muka dengan informan yaitu

masyarakat kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah serta orang tua tunggal

perempuan dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang

diteliti.

c. Interview Guide

Adalah salah satu struktur wawancara dimana peneliti menggunakan

pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya yang sesuai dengan

materi penelitian, berupa tema-tema yang mesti diwawancarakan. Pemilihan tema

didasarkan atas tujuan studi dan teori-teori pendahulu yang digunakan.

d. Dokumentasi

Adalah teknik pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder yang

dilakukan dengan mempelajari dan mengadakan pencatatan-pencatatan atau

pengutipan dari dokumen yang ada di lokasi, literatur-literatur, laporan-laporan

dan sebagainya.

5. Teknik Pengambilan Sampel

Sesuai karakter pendekatan kualitatif yang lebih ―investigatif‖, maka

pengambilan sampel dalam studi kualitatif lebih ditekankan pada kualitas sampel

dan bukan jumlah / kuantitasnya.22

22

Ibid, hlm. 12.

Page 51: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Yang diajukan sebagai proposisi dalam penelitian ini yaitu masyarakat

sekitar yang menempati kawasan di Desa Baturan, Colomadu, Karanganyar.

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunkan purposive sampling,

(yaitu ditentukan selaras dengan tujuan dan karakteristik studi). Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat di Desa Baturan.

Colomadu, Karanganyar tentang orang tua tunggal perempuan. Mayarakat

menjadi obyek penelitian ini yang berarti juga informan-informan dalam

penelitian ini berasal dari anggota-angota masyarakat di desa Baturan, Colomadu,

Karanganyar.

Jenis sampling yang dipergunakan adalah maximum variation sampling

dengan teknik pengambilan sampel seperti ini peneliti dapat menetukan informan

mana yang tepat dan sesuai dengan masalah penelitian dan mampu mendapatkan

keragaman data secara maksimal. Masyarakat dibagi menjadi tiga kelas

(stratifikasi sosial) yaitu kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Untuk

menentukan siapa saja yang menempati kelas-kelas tersebut digunakan indikator

ilmu pengetahuan. Pertimbangan yang lain adalah informan-informan yang dipilih

haruslah yang secara intens berinteraksi dengan orang tua tunggal perempuan.

Dalam hal ini yang memenuhi adalah anggota-anggota kelas-kelas dalam

masyarakat yang menjadi tetangga terdekat dengan orang tua tunggal perempuan.

Tiap-tiap kelas diwakili dengan dua sampel.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Kelas atas

Page 52: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Yang dimasukkan ke dalam kriteria masyarakat kelas atas adalah Kepala

Desa Baturan dan salah satu tokoh masyarakat Desa Baturan. Keduanya

berlatar belakang pendidikan strata satu.

2. Kelas menengah

Dua orang informan yang berlatar belakang pendidikan Ahli Madya.

3. Kelas bawah

Dua orang informan yang berlatar belakang pendidikan Sekolah

Menengah Atas..

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah bagian vital dalam penelitian kualitatif. Data tidak

mengatakan apapun pada anda, ―data don’t speak for themselves‖, demikian

ungkapan yang pernah penulis baca. Sebuah penelitian yang kaya data tidak akan

berarti banyak tanpa dirangkai dalam struktur makna yang baik. Dalam analisis

data memerlukan pengerjaan yang sistematis, komunikatif dan komprehensif

dalam merangkai dan merespon, mengorganisasi data, menyusun data dan

merakitnya ke dalam satu kesatuan logis sehingga jelas kaitannya. Proses analisis

data kualitatif berlangsung selama dan pasca pengumpulan data. Proses analisis

mengalir dari tahap awal studi, hingga penarikan kesimpulan hasil studi,

karenanya Miles & Huberman mengatakan analisis data kualitatif sebagai model

alir (flow model).

Meski demikian proses analisis tidak dibuat kaku oleh batasan-batasan

kronologis. Komponen-komponen dalam analisis data yang mencakup (reduksi

dan penyajian data dan penarikan kesimpulan) berhubungan secara interaktif

Page 53: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

selama dan sesudah pengumpulan data. Karakter yang demikian membuat analisis

data kualitatif disebut pula model interaktif

Untuk menganalisis data, dalam penelitian ini digunakan model analisis

interaktif (Interactive Model Analysis). Menurut HB Sutopo (HB Sutopo,2002 :

91-93) , dalam proses analis data ada tiga komponen yang harus dimengerti dan

dipahami oleh setiap peneliti, yaitu :

a. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan

abstraksi data kasar yang diperoleh dari catatan lapangan (field note).

Proses ini berlangsung sepanjang pelaksanaan penelitian, yang dimulai dari

bahkan sebelum pengumpulan data.

b. Penyajian Data (data display)

Penyajian data adalah suatu rakitan informasi yang memungkinkan

kesimpulan penelitian dilakukan. Pada bagian ini disajikan telah

disederhanakan dalam reduksi data dan harus ada gambaran secara

menyeluruh dari kesimpulan yang diambil. Susunan kajian data yang baik

adalah yang jelas sistematisnya, karena hal ini akan banyak membantu

dalam penarikan kesimpulan. Adapun sajian data berupa gambar, matriks,

tabel maupun bagan.

c. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing)

Penarikan kesimpulan adalah suatu proses penjelasan dari suatu analisis

(reduksi data). Setiap kesimpulan yang ditetapkan diverifikasi terus

Page 54: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

menerus selama penelitian berlangsung hingga benar-benar diperoleh

konklusi yang valid dan kokoh.

Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan dan saling

berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Selain itu tiga komponen analisis

tersebut aktifitasnya dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar

komponennya maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang

berbentuk siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak diantara tiga komponen

analisa dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data

berlangsung.

Sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak diantara tiga

komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi

penelitiannya. Proses ini disebut sebagai model analisis interperatif. Ketiga proses

analisis data tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling menjelaskan dan

berhubungan erat, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.2. Bagan Skema Model Analisis Interaktif (H.B. Sutopo, 2002: 96)

Pengumpulan data

Sajian data

Reduksi data

Penarikan simpulan

Page 55: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

7. Validitas Data

Tentang validitas terdapat penjelasan yang menyabutkan adanya empat

konsep validitas dalam penelitian kualitatif; yakni validitas kumulatif, validitas

komunikatif, validitas argumentatif, dan validitas ekologis. Konsep validitas

kumulatif mengacu pada kesamaan atau keserupaan temuan studi tentang satu

topik dengan temuan studi lain tentang topik yang sama. Konsep validitas

komunikatif merujuk pada level konfirmasi temuan-temuan dan analisis temuan

kepada subyek penelitian. Konsep validitas argumentatif merujuk kekuatan dan

kesesuaian logika dan rasional yang dibangun peneliti dalam presentasi hasil studi

dan analisisnya dan dapat dibuktikan secara terbalik dengan data mentah. Konsep

validitas ekologis merujuk pada level pemenuhan karakter natural studi. 23

Langkah langkah yang dapat ditempuh untuk menjaga dan meningkatkan

kredibilitas dalam studi kualitatif secara umum adalah perpanjangan keikutsertaan

seting peneliti dan triangulasi. Selain cara ini dapat ditempuh pula cara lain yakni

ketekunan pengamatan, pemeriksaan sejawat (peer validation), analisis kasus

negatif, dan kecukupan referensial. Triangulasi adalah upaya memeriksa validitas

data dengan memanfaatkan sesuatu lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau pembanding (Moleong, 2000: 178). 24

Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang

bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik satu kesimpulan yang mantap

23

Disadur dari paper Agus Salim, Perkembangan Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial di

Indonesia , disampaikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian Sosial Tingkat Nasional untuk

Guru-guru Sosiologi di Kota Surakarta, Selasa 21 Maret 2006, hlm 17. Terdapat juga dalam ibid.,

hlm. 20. 24

Ibid.

Page 56: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Patton menyatakan bahwa ada empat

macam teknik triangulasi, yaitu :

a. Triangulasi data / sumber (data triangulation)

b. Triangulasi peneliti (investigator triangulation)

c. Triangulasi metodologis (methodological triangulation)

d. Triangulasi teoritis (theoretical triangulation)

Penulis lebih cenderung untuk menggunakan triangulasi data / sumber

dalam penelitian ini. Triangulasi data / sumber berarti membandingkan dan

mengecek kembali kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Cara triangulasi data / sumber yang

dilakukan oleh penulis adalah dengan cara sebagai berikut :

1. Data yang diperoleh pada satu kesempatan diperiksa kembali pada

kesempatan lain.

2. Menggali informasi atau data dari narasumber lain.

3. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

4. Membandingkan data hasil wawancara dengan catatan, arsip atau

dokumen yang terkait.

Page 57: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB II

PROFIL INFORMAN

A. Profil Informan Masyarakat

Dasar penentuan informan atau sampel adalah dengan menggunakan

metode pengambilan sampel Purposif. Yaitu ditentukan selaras dengan tujuan dan

karakteristik studi. Tujuan dan karakter dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana persepsi masyarakat tentang orang tua tunggal perempuan

di daerah Baturan, Colomadu, Karanganyar. Obyeknya adalah masyarakat dalam

hal ini masyarakat di Baturan, Colomadu, Karanganyar.

Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk mempelajari lembaga

masyarakat yaitu : 1

1. Analisis secara historis, bertujuan meneliti sejarah timbul dan

perkembangan suatu lembaga kemasyarakatan tertentu.

2. Analisis komparatif, bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyarakatan

tertentu dalam pelbagai masyarakat berlainan ataupun pelbagai lapisan

sosial masyarakat tersebut.

3. Analisis fungsional. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat pula

diselidiki dengan jalan menganalisis hubungan antara lembaga-lembaga

tersebut di dalam suatu masyarakat tertentu. Suatu lembaga

kemasyarakatan tidak mungkin terlepas dari lembaga kemasyarakatan

lainnya. Jadi jika hendak mempelajari salah satu lembaga kemasyarakatan,

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.

213, 214. Penjelasan lebih lengkap terdapat dalam BAB I hlm. 16-24.

Page 58: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

mau tidak mau menyangkut pula penelitian terhadap lembaga

kemasyarakatan yang lain.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah dengan analisis

komparatif yaitu membagi masyarakat ke dalam lapisan-lapisan. Masyarakat

dibagi berdasarkan stratifikasi sosial (pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas-kelas secara bertingkat). Kelas-kelas tersebut adalah :

1. Kelas atas (upper class)

2. Kelas menengah (midle class)

3. Kelas bawah (lower class)

Sedangkan ukuran-ukuran yang dipakai untuk menentukan anggota-

anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas tersebut adalah : 2

1. Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak,

termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat

pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, caranya

mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan

untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang

mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.

3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan terlepas dari ukuran kekayaan

dan atau kekuasaan. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada

masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua

atau mereka yang pernah berjasa.

2 Ibid., hlm 237.

Page 59: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh

masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

Ukuran yang digunakan untuk menggolongkan anggota-anggota

masyarakat desa Baturan ke dalam kelas-kelas stratifikasi sosial adalah dengan

ukuran ilmu pengetahuan. Penggolongan serta profil informan adalah sebagai

berikut :

a. Kelas atas (upper class)

1. Bapak Suseno S.H. Beliau adalah Kepala Desa Baturan. Selama

menjabat sebagai kepala desa bertempat tinggal di rumah dinas

yang disediakan di dalam kompleks Kelurahan. Rumah pribadi

beralamat di dusun Baturan, RT 05/05, Baturan atau terletak

kurang lebih 800 meter dari kantor Kelurahan Baturan. Sebelum

menjabat kepala desa, beliau menjabat sebagai Bayan (Kepala

Dusun) di saalah satu Dusun Klemboran, Baturan. Mempunyai

kendaraan bermotor berupa dua buah mobil dan tiga sepeda motor..

Menurut keterangan salah satu warga desa, beliau juga memiliki

lahan berupa sawah. Riwayat pendidikan terakhir Strata 1 dan

bergelar Sarjana Hukum dari PTS swasta di Surakarta. Sebagai

seorang Kepala Desa bisa dikatakan mempunyai kekuasaan dan

wewenang besar di lingkungan masyarakat desa.

2. Bapak Drs. H. Akhsani Ali Mursidi. Beliau adalah pensiunan

pegawai negeri sipil. Pendidikan terakhir adalah Sarjana Ekonomi.

Dulu bekerja di salah satu dinas di Kantor Balai Kota Surakarta. Di

Page 60: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

lingkungan masyarakat Desa Baturan, Pak Akhsani dikenal sebagai

Ustadz dan pengurus takmir masjid di salah satu masjid di wilayah

Baturan. Secara ekonomis bisa dikatakan berkecukupan.

Mempunyai mobil satu dan sepeda motor satu. Isteri dari Pak

Akhsani merupakan pensiunan Guru dan Kepala Sekolah SD

Negeri di Desa ini. Keempat anak dari Pak Akhsani sudah

berkeluarga dan mempunyai pekerjaan layak. Rumah pribadi

berlamat di Griyan, RT 04/01, Baturan. Selain tempat tinggal

tersebut, beliau dan keluarga juga mempunyai beberapa lahan atau

kebon di tempat lain. Bapak dan Akhsani pernah berhaji dua kali.

Di lingkungan tetangga, keluarga ini dikenal terpandang dan

terhormat dikarenakan secara ekonomi terlihat berkecukupan,

berstatus haji, anak-anaknya terlihat sukses, dan dalam kegiatan-

kegiatan kemayarakatan sering dianggap yang dituakan.

b. Kelas menengah (midle class)

1. Andri Haris Setiadi. A.md. Adalah anak sulung dari Bapak Adi

Sawaldi. Kesehariannya bekerja sebagai salah satu montir di

bengkel mobil yang berlokasi di Desa Baturan. Pendidikan terakhir

adalah Diploma Teknik Otomotif di salah satu Lembaga

Pendidikan di Solo. Riwayat pendidikan sebelumnya adalah

sekolah dasar di SD Tumpangsari Surakarta, SLTP di SMP 2

Surakarta, Sekolah lanjutan tingkat atas di SMU 2 Surakarta. Pria

yang saat penelitian dilakukan baru saja menikah ini mengaku

Page 61: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

berpenghasilan rata-rata 1,5 juta sampai 2 juta perbulan. Isterinya

berprofesi sebagai karyawan tempat perbelanjaan. Tempat tinggal

masih ikut bersama orang tuanya di Griyan RT 04/01, Baturan,

Colomadu, Karanganyar.

2. Eko Partono A.Md. Informan yang satu ini dahulu pernah

bersekolah di sebuah akademi perhotelan. Lalu bekerja di sebuah

hotel berbintang di kota Surakarta. Mas Eko juga mempunyai

usaha kelontong berupa toko di rumahnya di Griyan, RT 04/01,

Baturan.

c. Kelas bawah (lower class)

1. Bapak Jadmiko. Beliau adalah seorang pegawai marketing sebuah

perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha fotokopy.

Mempunyai seorang isteri yang kesehariannya sebagai ibu rumah

tangga dan seorang anak perempuan yang saat penelitian ini

dilakukan masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Pria

kelahiran Ngawi ini sudah bekerja di bidang fotokopy sejak lulus

dari SLTA. Status rumah tinggal adalah rumah pribadi. Memiliki

satu kendaraan bermotor roda dua. Saat penulis menanyakan

penghasilan rata-rata perbulan dijawab dengan berat berkisar antara

1,5 juta sampai 2 juta itu pun masih dipotong dari perusahaan

tempatnya bekerja katanya.

2. Bapak Adi Sawaldi. Informan ini adalah seorang pria lulusan

SMK tata buku yang sekarang berprofesi sebagai wiraswasta dalam

Page 62: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

bidang bengkel mobil di daerah Baturan. Mengaku sudah

berkecimpung di dunia teknik mobil sejak tahun 1990. Awalnya

beliau bekerja sebagai karyawan bengkel di daerah Norowangsan,

Surakarta. Baru pada tahun 1998 memulai berwirausaha membuka

bengkel di Griyan, RT 04/01, Baturan, Colomadu, Karanganyar

yang juga merupakan rumah tempat tinggal bersama keluarganya.

Di bengkel ini beliau dibantu tiga orang karyawan. Saat ditanya

penghasilan rata-rata perbulan dijawabnya kurang lebih tiga jutaan

perbulan. Kondisi rumah dan tempat usaha terlihat luas. Memiliki

kendaraan bermotor roda dua sebanyak dua dan mobil satu. Mobil

tersebut adalah Daihatsu Hijet (mobil keluaran lama).

Tabel 2.1.

Informan Masyarakat

No. Penggolongan Masyarakat Nama Pendidikan

1. Kelas atas Suseno S.H. Strata 1

Drs. H. Akhsani Ali Mursidi Strata 1

2. Kelas Menengah Andri Haris Setiadi A.md. Ahli Madya

Eko Partono A.Md. Ahli Madya

3. Kelas Bawah Jadmiko SLTA

Adi Sawaldi SLTA

Tabel 2.2.

Biodata Informan Masyarakat

No. Nama Jenis

Kelamin

Umur Alamat Pekerjaan

1. Suseno S.H. L 53

tahun

Baturan,

05/05, Baturan Kepala Desa

2. Drs. H. Akhsani

Ali Mursidi L

63

tahun

Griyan, 04/01,

Baturan

Pensiunan

PNS

3. Andri Haris

Setiadi A.md. L

29

tahun

Griyan, 04/01,

Baturan Wiraswasta

4. Eko Partono

A.Md. L

36

tahun

Griyan, 04/01,

Baturan Swasta

Page 63: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

5. Jadmiko L 37

tahun

Griyan, 02/01,

Baturan

Karyawan

Swasta

6. Adi Sawaldi L 55

tahun

Griyan, 04/01,

Baturan Wiraswasta

B. Profil Orang Tua Tunggal Perempuan

Dalam skripsi ini penulis menggali informasi dari orang tua tunggal

perempuan yang tinggal di desa Baturan. Pemilihan ini didapat dari proses

observasi. Informannya adalah sebagai berikut.

Mbak Yem. Begitulah panggilan yang penulis gunakan saat

berkomunikasi dengan Ibu Rutiyem. Menjadi orang tua tunggal karena suaminya

meninggal dunia pada tahun 2006. Suaminya meninggal dunia karena kecelakaan

pada saat bekerja. Tempat tinggalnya berjarak tiga rumah dari rumah penulis.

Status kepemilikan rumah adalah mager sari dan menempati tanah kas desa. Di

sini beliau tinggal bersama Ibunya dan tiga orang anaknya. Dalam kesehariannya

Mbak Yem berdagang Mie Ayam di rumahnya. Pekerjaan ini sudah dijalani sejak

suaminya masih ada dulu.

Ibu berusia 38 tahun ini mempunyai enam orang anak, kesemuanya laki-

laki. Anak tertuanya berusia 21 tahun sedangkan anak yang paling bungsu berusia

2 tahun. Anak pertamanya lulusan SMA dan sudah bekerja. Anak kedua terkenal

cukup nakal dan tidak tamat SMA. Ada kabar yang beredar di lingkungan

tetangga bahwa dia terlibat dalam tindak kriminal dan sekarang menjadi DPO

(Daftar Pencarian Orang) pihak kepolisian. Saat penulis dalam suatu kesempatan

mengkonfirmasi hal ini kepada Mbak Yem, beliau tidak membenarkan dan

mengatakan bahwa anak keduanya tersebut sudah bekerja di luar kota. Anak

Page 64: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

ketiga Mbak Yem selepas SLTP kemudian bekerja di sebuah tempat usaha milik

tetangganya. Anak keempat saat ini bersekolah dan tinggal di sebuah Panti

Asuhan di Surakarta.

Mbak Marti. Nama lengkapnya adalah Sumarti. Tinggal di Griyan RT 05

RW 02, Baturan, Colomadu, Karanganyar. Kesehariannya berprofesi sebagai

penjahit di sebuah hunian yang juga berstatus mager sari, tepatnya 50 meter dari

rumah Ibu Rutiyem. Berusia 37 tahun dan mempunyai tiga orang anak

perempuan. Anak pertamanya duduk di bangku SLTP. Sedangkan anak kedua dan

ketiga duduk di bangku SD. Menjadi orang tua tunggal perempuan karena

bercerai dengan suaminya pada tahun 2007.

Secara kasat mata kehidupan ekonomi keluarga Mbak Marti terlihat

sedang. Ini terlihat dari kemampuan mengembangkan usahanya. Selain sebagai

penjahit, dia juga usaha membuat es krim dan dititipkan di sekolah-sekolah.

Kepemilikan kendaraan bermotor berupa sepeda motor. Mbak Marti juga tetap

mengupayakan pendidikan bagi anak-anaknya sehingga tidak sampai putus

sekolah.

Dalam memberikan pengajaran dan pengasuhan kepada anak-anaknya,

Mbak Marti terlihat tegas dan cukup keras. Penulis yang bertempat tinggal

berseberangan, dalam proses observasi sering melihat beliau memarahi atau

berkata keras kepada anak-anaknya. Kepribadian anak-anaknya juga terlihat baik

dan santun terhadap tetangga ataupun teman-temanya.

Page 65: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 2.3.

Biodata Informan Orang Tua Tunggal Perempuan

No. Nama Umur Alamat Pekerjaan Pendidikan Jumlah

Anak

1. Rutiyem 40

Tahun

Griyan,

01/01,

Baturan

Pedagang SD 6

2. Sumarti 37

Tahun

Griyan,

01/01,

Baturan

Penjahit SLTA 3

Page 66: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Persepsi Masyarakat Tentang Orang Tua Tunggal Perempuan

Sebelum menjelaskan tentang persepsi masyarakat mengenai fungsi

keluarga dalam keluarga orang tua tunggal perempuan, pada awal bab ini akan

dipaparkan beberapa pandangan-pandangan dari masyarakat tentang orang tua

tunggal perempuan secara umum.

Menerima kenyataan bahwa menjadi orang tua tunggal bagi seorang

perempuan tentu saja merupakan hal yang tidak mudah. Kenyataan yang ada

adalah harus ―seorang diri‖ memenuhi kebutuhan ekonomi untuk diri sendiri dan

keluarga. Kenyataan yang lain yang tidak kalah sulit adalah memberikan

pengasuhan dan pengajaran yang baik terhadap anak-anaknya serta kecukupan

kebutuhannya (sandang, pangan, pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan lain-

lain). Jika sebelumnya dilakukan berdua antara ayah dan ibu kemudian hanya

dilakukan seorang diri. Masyarakat kelas atas (Bp. Suseno S.H.) berpendapat

seperti ini tentang hal tersebut.

―Sesorang yang tidak mempunyai suami lagi, membesarkan anak-anaknya

tanpa suami.‖

Pendapat dari masyarakat kelas atas yang sedikit berbeda adalah dari Bp. Akhsani.

Beliau berpendapat bahwa menjadi orang tua tunggal bagi seorang perempuan

adalah suatu hal yang luar biasa,

Page 67: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

―Menurut pendapat saya secara pribadi, orang tua tunggal merupakan

sesuatu hal yang sangat luar biasa, dimana seorang perempuan berjuang

sendiri untuk menghidupi anaknya.‖

Sedangkan masyarakat kelas menengah saat dimintai pendangan dan penilaiannya

terhadap seorang wanita yang menjadi orang tua tunggal berpendapat sebagai

berikut. Sdr. Andri Haris mengatakan formasi keluarga orang tua tunggal

perempuan akan berpengaruh terhadap moral dan kepribadian anak-anaknya

karena kesibukan orang tua mencari nafkah sehingga pendidikan dan pengasuhan

menjadi kurang optimal.

―Kurang baik jika dilihat dari segi moral anak karena disamping kesibukan

orang tua tunggal untuk mencari nafkah maka perhatian anak jadi kurang.‖

Pendapat lain dari masyarakat kelas menengah (Sdr. Eko Partono) adalah

mengenai belum tentunya seorang perempuan yang menjadi orang tua tunggal

perempuan mengalami kesusahan dan kerepotan.

―Ya saiki sawang sinawang mas, ketoke rekoso neng jane yo mboh. Rekoso

ne paling kudu nyambut gawe sing tenanan. Lha kan wes randuwe bojo.‖

(sekarang tinggal yang melihat, kelihatan susah tetapi sebenarnya juga

belum tentu. Kerepotannya mungkin harus bekerja keras karena sudah

tidak memiliki suami).

Sedangkan masyarakat kelas bawah (Bp. Adi Sawaldi) melihat secara sederhana

bahwa dalam kehidupan masyarakat modern sekarang fenomena orang tua tunggal

dianggap fenomena yang bisa dimaklumi dan suatu kelaziman.

―Menurut saya biasa saja mas, kan dah banyak kasus seperti itu. Jadi gak

ada baik atau buruknya.‖

Dalam berpenampilan sehari-hari masyarakat mempersepsikan mereka

selalu berpenampilan baik. Berpenampilan baik ini diartikan bahwa, mereka

dalam berbusana terlihat cukup modis dan memang terlihat diperhatikan.

Pendapat dari anggota masyarakat dari tiap kelas dapat ditarik kesamaan

Page 68: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

mengenai hal tersebut. Salah satu pendapat yang mewakili adalah dari Bp.

Jadmiko (masyarakat kelas bawah).

―Penampilannya selalu baik dan modis walaupun banyak orang yang tahu

bahwa secara ekonomi dia kurang mampu atau kesulitan.‖

Hal-hal yang kemungkinan dibicarakan saat anggota masyarakat

mengobrol bersama keluarga atau tetangga saat membicarakan atau ngrasani

orang tua tunggal perempuan berkisar tentang anak-anaknya, keadaan

ekonominya, pacarnya, keuletannya dalam bekerja, ataupun malah kegenitannya.

Pendapat dari masing-masing pembagian kelas adalah sebagai berikut. Salah satu

pendapat dari masyarakat kelas atas yaitu dari Bp. Akhsani.

―Biasanya mengobrolkan dalam hal perekonomian orang tersebut.‖

Pendapat dari Kelas menengah (Sdr. Eko Partono), mengatakan bahwa biasanya

saat orang tua tunggal mempunyai pacar atau pacar baru, masyarakat sekitar

terrlihat membicarakannya.

―Paling-paling ngrasani yange, anak-anake.‖(―membicarakan tentang

pacarnya dan anak-anaknya.‖)

Hal lain yang sering dibicarakan tetangga selain tentang anak-anaknya dan pacar

orang tua tunggal perempuan adalah tentang keganjennya dalam kesehariannya

serta mengaitkan segala sesuatu dengan mereka. Pendapat seperti ini diungkapkan

oleh informan dari masyarakat kelas bawah Bp. Jadmiko.Kelas bawah

―Ngrasaninya biasanya tentang pacarnya, kemayune (ganjennya), anak-

anaknya, atau bercanda serta mengaitkan sesuatu topik obrolan tertentu

dengan dia.‖

Pendapat dari masyarakat kelas bawah yang berbeda adalah dari Bp. Adi Sawaldi,

beliau mengatakan bahwa ada juga tetangga- tetangga yang membicarakan atau

Page 69: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dapat juga dikatakan memperhatikan tentang kegigihan orang tua tunggal

perempuan dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan.

“Mmm,,biasanya tentang keluletannya dalam cari nafkah buat anak-

anaknya mas, kelihatan sekali dalam kegiatannya sehari-hari dalam

mencari uang.‖

Menyambung tentang persepsi masyarakat yang menganggap seorang

orang tua tunggal perempuan dianggap ganjen. Kesan ganjen, genit, perayu, lebih

sering dikenakan kepada perempuan daripada laki-laki. Pencitraan seperti ini juga

sering disematkan pada seorang orang tua tunggal perempuan. Apalagi yang

usianya tidak terlalu tua. Ejekan atau pelecehan secara langsung kepada orang tua

tunggal perempuan sebetulnya tidak secara jelas dirasakan ada oleh masyarakat.

tetapi jikalau membicarakan hal-hal yang tidak baik masih sering dilakukan

lingkungan sekitar. Seperti yang dituturkan Sdr. Eko Partono (Masyarakat kelas

menengah) berikut ini,

―Yen ngenyek ketoke ratau. Yo mung dirasani opo dikecrohi.”(kalau

menghina sebetulnya tidak, hanya dibicarakan dan dicandai)

Perlakuan-perlakuan yang tidak sepantasnya diterima orang tua tunggal

perempuan dirasakan ada oleh masyarakat walaupun bentuknya sederhana seperti

diungkapkan anggota masyarakat kelas bawah yaitu Bp. Jadmiko berikut ini.

―Bentuk sederhana yang pernah saya ketahui adalah ada orang yang

memanggil nama mereka dengan njangkar (jawa: memanggil orang lebih

tua tanpa sopan). Bila ada sesuatu perselisihan dengan tetangga, yang

berselisih itu biasanya dengan secara langsung berani untuk memulai

perselisihan.‖

Perlu disadari juga, sangat manusiawi jika ada kalanya perempuan-

perempuan yang menjadi orang tua tunggal perempuan mengeluh atau

mencurahkan perasaan-perasaannya. Hal-hal yang biasanya orang tua tunggal

Page 70: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

perempuan sharing atau ―curhatkan‖ kepada masyarakat perlu kiranya diketahui

agar sedikit banyak menggambarkan apa saja yang menjadi masalah-masalah

yang dialami perempuan yang menjadi orang tua tunggal perempuan. Ada orang

tua tunggal perempuan yang dirasakan masyarakat tidak pernah mengeluhkan

keadaanya. Ini berarti tergantung juga dari faktor kepribadian. Ada orang tua

tunggal perempuan yang merasa tidak mempermasalahkan keadaan-keadaannya

ataupun menganggap sebagai sesuatu masalah yang perlu dikeluhakan maupun

diceritakan kepada orang lain. Masing-masing orang yang memang berbeda

memandang suatu masalah. Ada pendapat dari anggota masyarakat kelas atas (Bp.

Akhsani) yang mengatakan bahwa biasanya mereka menceritakan hal-hal tentang

keadaan ekonominya (tentang usaha pemenuhan kebutuhan).

―Mengenai pemenuhan kebetuhan sehari-hari dan kebutuhan anaknya.‖

Pendapat dari masyarakat kelas menengah (Sdr. Eko Partono), menceritakan

bahwa kebiasaan yang diketahuinya adalah, orang tua tunggal perempuan ini

biasanya lebih sering curhat atau sharing dengan sesama wanita yang seumuran

dan yang lebih tua.

―Yen curhat opo crito-crito paling karo ibuku ndra, karo wong sing

sakbarakan opo sing luwih tuo.‖(―kalau bercerita tentang dirinya biasanya

dengan orang yang seumuran atau yang lebih tua‖).

Pendapat yang lain adalah dari masyarakat kelas bawah, Bp. Adi Sawaldi

mengatakan bahwa salah satu hal yang pernah dicurhatkan tetangganya yang

merupakan orang tua tunggal perempuan adalah tentang keadaan anak-anaknya.

―Kalo pengalaman saya, tetangga saya pernah curhat tentang anak

pertama dia. Anaknya itu cenderung keras sifatnya, berbeda dengan

adiknya yang nurutan.‖

Page 71: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Ada juga yang menganggap bahwa seorang orang tua tunggal perempuan

mengalami kelebihan beban hidup (over load) dalam beberapa hal. Beban yang

dilihat oleh masyarakat terutama adalah dalam hal mencari nafkah dan mengasuh

anak. Mengenai beban ekonomi atau pemenuhan kebutuhan, ada pendapat yang

menyatakan bahwa jika sebelum menjadi orang tua tunggal, kewajiban mencari

nafkah lebih utama menjadi kewajiban suami, kondisi selanjutnya adalah orang

tua tunggal perempuan terkondisikan untuk mengambil tanggung jawab tersebut

sepenuhnya. Dalam hal pengasuhan anak, yang dilihat oleh masyarakat adalah

kerepotan yang kemungkinan besar dialami orang tua tunggal perempuan. Dalam

tiap kelas masyarakat ditemukan pendapat yang sejenis mengenai kedua hal

tersebut. Berikut beberapa pendapatnya,

Pendapat masyarakat kelas atas (Bp. Suseno),

―Beban berat saya kira dalam hal ekonomi. Kalau beban terhadap anak

saat masih kecil anak-anaknya. Kalau sudah dewasa bisa membantu dalam

berbagai hal.‖

Pendapat masyarakat kelas menengah (Sdr. Andri Haris),

―1. Beban mengurus anak 2. Beban mencari uang.‖

Pendapat masyarakat kelas bawah (Bp. Jadmiko)

―Saya beranggapan, seorang single parent mempunyai kelebihan beban

hidup dalam hal terutama dalam hal ekonomi. Karena umumnya tanggung

jawab utama mencari nafkah adalah bagi seorang suami, dengan tidak

adanya seorang suami, seorang orang tua tunggal perempuan harus

berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi sendiri. Walaupun ada juga

dimana anak mereka sudah cukup membantu usaha itu, tapi menurut saya

itu adalah suatu hal yang masih cukup berat. Dengan kata lain beban itu

seperti ditanggung sendiri gitu lho,‖

Page 72: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

1. Fungsi Pengaturan Seksual

Fungsi pengaturan seksual keluarga dapat diartikan untuk mengakomodir

kebutuhan seksual yang seyogyanya. Dengan keadaan tidak mempunyai

pasangan, masyarakat memandang terganggunya pemenuhan kebutuhan seksual.

Selanjutnya perlu adanya kejelasan status mengenai pasangan dari seorang orang

tua tunggal perempuan agar menghindari pelangaran-pelangaran norma, yang

dapat dikenai sanksi-sanksi sosial sebagai akibat pemenuhan kebutuhan biologis

mereka. Persepsi-persepsi yang menyimpulkan hal tersebut dikemukakan oleh Bp

Suseno (masyarakat kelas atas), beliau beranggapan bahwa dirasa baik jika

seorang orang tua tunggal mencari pasangan kembali,

―Ya bagus lah, wong pada hakekatnya orang itu butuh pasangan hidup.

Juga untuk menghindari hubungan seksual tanpa status yang jelas atau

melanggar tata susila.‖

Berhubungan dengan perlunya seorang orang tua tunggal perempuan untuk

menikah kembali, masyarakat beranggapan kehadiran pasangan baru dapat

menjadi penanggung jawab mencari nafkah dan juga untuk menyembuhkan

kenangan atau pengalaman yang kurang baik dengan pasangan sebelumnya.

Pendapat seperti ini diungkapkan oleh masyarakat kelas menengah (Sdr. Andri

Haris),

―Sah-sah saja, disamping bisa mengurangi beban keuangan juga dapat

menyembuhkan memori yang terdahulu.‖

Pendapat berikutnya yang cukup berbeda datang dari masyarakat kelas bawah (Bp

Jadmiko). Bahwa dengan mencari pasangan atau menikah kembali berarti

merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk keluarga kembali karena

Page 73: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

menurutnya hakekat manusia diciptakan berpasangan. Berikut petikan hasil

wawancara dengan beliau,

―Ya biasa saja, saya melihatnya itu sebagai usaha membentuk sebuah

keluarga yang utuh kembali. Secara mendalam, agar bisa menjadi manusia

seutuhnya lagi, karena pada hakekatnya manusia itu diciptakan untuk

berpasangan.‖

Dalam observasi yang dilakukan penulis, orang tua tunggal perempuan

dalam penelitian ini juga pernah, dan atau sedang berpacaran dengan lawan jenis.

Seperti gaya berpacaran pada umumnya, mereka juga pergi bersama, menghadiri

acara-acara bersama, dan lainnya. Ada salah satu single parent yang pernah

tinggal serumah dengan seorang lelaki yang pada saat itu menjadi salah satu

teman sepermainan penulis. Pada tahap-tahap awal tidak ada omongan-omongan

warga sekitar yang memperhatikan hal tersebut terlalu jelas. Lama kemudian

mulai mermunculan tanggapan-tanggapan dari tetangga dan warga sekitar.

Tanggapan-tanggapan itu pada akhirnya terdengar oleh single parent dan cowok

yang sering bermalam di rumah single parent itu. Ada beberapa tetangganya yang

secara langsung dan serius mempertanyakan hal itu kepada pasangan tersebut,

tetapi ada juga yang hanya menyinggung-nyingung dalam bentuk setengah

bercanda. Setelah banyaknya opini yang berkembang di lingkungan sekitar, si

cowok pasangan orang tua tunggal perempuan, sudah tidak terlihat bermalam lagi.

Beberapa waktu berselang, orang tua tunggal perempuan yang penulis ceritakan

ini terlihat menjalin hubungan dengan lelaki lain yang dikabarkan telah beranak-

isteri. Pada saat itu single parent ini dalam keadaan mengandung beberapa bulan.

Para tetangga yang dianggap tua dan pihak keluarga kemudian ―mengijabkan‖

pasangan ini untuk mencegah pandangan-pandangan negatif yang sudah terlanjur

Page 74: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

berkembang di masyarakat yang intinya menggangap bayi dalam kandungan ibu

tersebut tidak ada bapaknya yang jelas. Dalam perjalananya, lelaki ini diberitakan

terlibat tindak kriminal di kota lain dan meninggal dunia akibat terkena tembakan

polisi. Tentu saja kabar ini membuat syok ―isteri‖ dan keluarganya serta tetangga-

tetangga. Singkat cerita, bayi dalam kandungan ibu tersebut lahir selamat dan

menjadi bayi sehat nan lucu. Tetapi kembali banyak opini-opini yang berkembang

di lingkungan sekitar yang menyatakan banyak kesamaan bentuk wajah antara

bayi itu dengan pasangan single parent sebelumnya.

Ada bermacam tanggapan lain dari masyarakat selain yang sudah dibahas

di atas dan masih berkaitan dengan perlunya seorang orang tua tunggal perempuan

untuk mempunyai pasangan lagi atau menikah kembali. Kehadiran figur ayah

dirasa penting juga untuk memberikan pendidikan dan pengasuhan kepada anak-

anaknya. Masyarakat kelas atas (Bp. Suseno dan Bp. Akhsani) berpendapat

berikut ini.

―Ya kelihatannya lebih baik. Karena jaman sekarang keadaan serba sulit,

mencari uang ya harus tenanan, pergaulan anak-anak juga harus

diperhatikan.‖

―Tergantung dari umur dan kemauan pribadi.‖

Sedangkan masyarakat kelas menengah (Sdr. Andri Haris dan sdr. Eko Partono)

berpersepsi,

―Sebaiknya memang mencari pasangan lagi karena dapat membantu

memenuhi kebutuhan.‖

―Lebih baik mencari suami lagi. Gen ngopeni anak enek sing ngewangi

(supaya ada yang membantu dalam merawat anak).‖

Ada pendapat lain dari masyarakat kelas bawah yaitu dari Bp. Jadmiko yang

mengatakan bahwa adanya pasangan dapat memberikan perasaan berharga di

Page 75: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

masyarakat. hal ini dapat dicontohkan saat sesorang menghadiri kegiatan

kemasyarakatan atau pesta-pesta. Ketiadaan pasangan saat menghadiri kegiatan-

kegiatan tersebut dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman. Walaupun keadaan

seperti itu biasanya dapat diatasi dengan mengajak sahabat, rekan, ataupun

anggota keluarga lain saat menghadiri pesta-pesta. Persepsi masyarakat kelas

bawah sebagai berikut.

“Yo penting ketoke (kelihatannya penting) mas, buat mencari nafkah, trus

yen jagong-jagong gen ora atis, (saat menhadiri pesta-pesta agar tidak

terlihat sendiri) bisa juga mewakili dalam kegiatan di masyarakat.‖

Kehadiran pasangan dianggap penting untuk membagi beban hidup. Beban

hidup ini termasuk mengasuh dan merawat anak serta yang lebih penting untuk

bertanggung jawab dalam hal mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Alasan lainnya adalah, pasangan atau suami dijadikan sebagai kepala keluarga

yang bisa mewakili kepentingan-kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat.

Karena budaya di Indonesia menempatkan posisi laki-laki atau suami lebih

dominan daripada perempuan dalam mengurusi berbagai hal dalam

bermasyarakat.

Perihal perlunya mencari pendamping hidup kembali bagi juga disadari

oleh perempuan orang tua tunggal perempuan. Segala sesuatu yang diperlukan

untuk “How to sale” wajar saja dilakukan. Bolehlah jika penulis mengatakan

usaha untuk mendapatkan pasangan kembali juga dilakukan oleh orang tua

tunggal perempuan. Dalam penampilan keseharian dan berperilaku tentu saja

mereka disengaja atau tidak berusaha terlihat menarik. Dalam kehidupan sosial

masyarakat mereka juga terlihat aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatan

Page 76: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

kemasyarakatan seperti pengajian, bazaar, pesta-pesta, ikut menyanyi pada acara

formal mapun non-formal, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan

kemasyarakatan semacam ini dapat dikatakan sebagai media pergaulan. Dalam

berkomunikasi sehari-hari dengan lawan jenis ataupun dengan masyarakat pada

umumnya, mereka juga menggunakan teknik komunikasi yang menyenangkan.

Ada juga yang beranggapan, jika ada laki-laki yang terlihat mendekati, atau

berhubungan dengan cukup intens, orang tua tunggal perempuan cenderung

menanggapi serius hal tersebut. Pendapat-pendapat dari masyarakat di bawah ini

mendukung kesimpulan-kesimpulan si atas.

Pendapat masyarakat kelas atas (Bp Suseno dan Bp. Akhsani)

―Ya kalau dibilang usaha ya mungkin kayak selalu dandan yang bagus,

aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat kaya nonton bazaar,

pengajian.‖

―Jarang terlihat, biasanya dari pihak laki-laki yang mempunyai usaha

untuk mendekati.‖

Pendapat masyarakat kelas menengah (Sdr. Andri Haris dan Sdr. Eko Partono)

―Usahanya mungkin ya biasa mas, penampilan diusahakan baik, trus yo

ikut dalam kegiatan-kegiatan yang nambah pergaulan, hehehe.‖

―Yo penempilane selalu apik. Yen disawang resep. (penampilannya selalu

baik dan enak dipandang) Melu (ikut) kegiatan-kegiatan neng (di)

kampung, srawung lah.(bergaul)‖

Pendapat masyarakat kelas bawah (Bp. Jadmiko dan Bp Adi Sawaldi)

―Ehhmm, bentuk-bentuk usaha yang saya anggap wajar adalah pertama

dalam berpenampilan biasanya mereka menarik, atau minimal tidak

terlihat tidak sedap dipandang. Kedua, dalam berkomunikasi atau

berhubungan dengan orang, mereka berusaha berkomunikasi secara

menyenangkan, semisal bisa diajak bercanda. Ketiga, biasanya jika ada

lawan jenis yang terlihat berusaha mendekati, mereka biasanya cukup

menganggap serius.‖

―Usaha sih belum pernah liat mas, tapi kalo menurut saya janda samping

rumah saya kalo ngobrol sama laki-laki jadi agak centil gimana gitu mas,

dimanis-maniske ngono lho.(seperti dibuat-buat menarik)‖

Page 77: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Berkorelasi dengan usaha-usaha dilakukan orang tua tunggal perempuan

untuk mendapatkan pasangan atau suami kembali justru menimbulkan pandangan

masyarakat yang cenderung mengesankan bahwa seorang orang tua tunggal

perempuan, terutama yang dari sisi umur belum dapat dikatakan tua, sering

dicitrakan ganjen, genit, ataupun perayu. Kesan-kesan yang seperti ini lebih sering

disematkan kepada pihak perempuan daripada laki-laki.

―Paling ada beberapa masyarakat yang mempunyai pandangan bahwa

perempuan dalam orang tua tunggal adalah orang yang gak baik-baik‖.

(Bp. Akhsani (masyarakat kelas atas)).

‖Janda genit‖.(Sdr. Andri Haris (masyarakat kelas menengah))

―Ngrasaninya biasanya tentang pacarnya, kemayune (ganjennya), anak-

anaknya, atau bercanda serta mengaitkan sesuatu topik obrolan tertentu

dengan dia‖.(Bp. Jadmiko (masyarakat kelas bawah))

Matrik 3.1.

Persepsi masyarakat tentang fungsi pengaturan seksual

No. Pertanyaan Penggolongan

Masyarakat Persepsi Masyarakat

1. Menurut anda

apakah sebaiknya

orang tua tunggal

perempuan

mempunyai

pasangan lagi?

Kelas Atas

Lebih baik menikah kembali

Jaman sekarang sulit, mencari uang harus

sungguh-sungguh, pergaulan anak juga harus

diperhatikan

Tergantung dari usia dan kemauan pribadi dari

orang tua tunggal perempuan

Kelas

Menengah

Sebaiknya menikah kembali untuk dapat

membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Lebih baik mencari suami kembali agar ada

yang membantu mengasuh anak.

Kelas Bawah

menikah kembali kelihatannya penting. Untuk

mencari nafkah

agar tidak canggung saat menghadiri suatu acara

semisal menghadiri pesta (njagong).

Untuk mewakili dalam kegiatan di masyarakat.

Menikah kembali adalah ide yang baik.

Walaupun mereka masih bisa bertahan tanpa

pasangan, tapi dengan adanya seorang pasangan

mereka bisa berkurang bebannya mas. Entah

beban ekonomi, moral maupun dalam masalah

keluarga.

Page 78: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

2. Bagaimana

pandangan anda

jika melihat

orang tua tunggal

perempuan

mempunyai

pasangan lagi?

Kelas Atas

Menganggap baik jika melihat mereka menikah

kembali, karena hakekatnya orang hidup itu

berpasangan.

Juga untuk menghindari hubungan seksual

tanpa status jelas, dan melanggar tata susila

(berzina).

menganggap sebagai suatu kewajaran

Kelas

Menengah

Menikah kembali adalah sah-sah saja.

Dapat mengurangi beban keuangan (finansial)

Menyembuhkan memori terdahulu.

Sebagai wanita, mereka juga membutuhkan

pasangan hidup

Kelas Bawah

Melihatnya sebagai hal yang biasa (umum)

Melihatnya sebagai usaha untuk membentuk

keluarga utuh kembali

Bagi seorang orang tua tunggal yang masih

muda, menikah kembali adalah hal yang wajar

dan baik.

3. Apakah anda

melihat

bagaimana

usaha-usaha

orang tua tunggal

perempuan untuk

mencari

pasangan lagi?

Kelas Atas

Selalu berpenampilan baik

Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di

masyarakat.

Tidak melihat atau menganggap adanya bentuk

usahauntuk mendapatkan pasangan kembali.

Karena dari pihak laki-laki yang umumnya

mendekati permpuan.

Kelas

Menengah

Jika memang melakukan usaha tersebut,

dianggap kewajaran.

Berpakaian dan berpenampilan baik serta sedap

dipandang

Melakukan kegiatan-kegiatan yang menambah

relasi (pergaulan)

Kelas Bawah

Segala usaha bagaimanpun dianggap wajar

Berpenampilan minimal tidak terlihat tidak

sedap dipandang.

Berkomunikasi dengan orang secara baik dan

menyenangkan

Dapat diajak bercanda

Jika mereka merasa ada laki-laki yang

mendekati, mereka terlihat menanggapi secara

serius.

Tidak pernah melihat adanya usaha untuk

mencari pasangan kembali.

Seorang orang tua tunggal perempuan terlihat

genit saat berkomunikasi dengan laki-laki.

Page 79: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

2. Fungsi Sosialisasi

Dalam peranan dalam mengasuh dan merawat anak-anaknya, orang tua

tunggal perempuan dipandang kerepotan dan tidak optimal karena sebelumnya

dilakukan berdua bersama suami sekarang hanya dilakukan sendiri. Ada yang

berpendapat, figur seorang ayah diidentikkan berkarakter keras dalam mendidik

anak-anaknya sedangkan seorang ibu biasanya cenderung lunak dan sabar. Karena

sifat lunak dan penyabar inilah selanjutnya seorang ibu bisa sangat toleran dan

demokratis dalam mendidik anak. Jika anak berbuat kesalahan, pada akhirnya

seorang ibu tidak terlalu keras dalam memberikan pembenaran atau dalam

memberikan hukuman yang pada akhirnya anak bisa tumbuh berkembang menjadi

anak bandel. Tentang kerepotan dalam mengasuh anak bisa diringankan dengan

adanya bantuan dari anggota keluarga yang lain seperti orang tua dari Si Ibu

Orang Tua Tunggal. Seorang kakek atau nenek biasanya bersedia dititipi untuk

mengasuh cucunya disaat orang tuanya sedang bekerja. Persepsi-persepsi dari

masyarakat yang menggambarkan pengasuhan anak yang dilakukan orang tua

tunggal perempuan adalah sebagai berikut.

Pendapat masyarakat kelas atas (Bp Suseno dan Bp. Akhsani)

―Cara mengasuh anaknya kelihatannya cukup repot. Yang paling utama

sepertinya mencari nafkah sehari-hari.‖

―Biasanya anak-anak mereka dititipkan ke orang tua, dan ibunya bekerja.

Setelah pulang bekerja, lalu menjemput anaknya di rumah orang tuanya.‖

Pendapat masyarakat kelas menengah (Sdr. Andri Haris dan Sdr. Eko Partono)

―Biasanya pengasuhan anak diserahkan kepada nenek.‖

―Otomatis kurang ndra, lha wektune akeh nggo golek duwit, anake sing

mulang dadi sak-sake.―

Pendapat masyarakat kelas bawah (Bp. Jadmiko dan Bp Adi Sawaldi)

Page 80: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

―Dengan tanpa adanya figur seorang suami atau bapak, yang dimana

biasanya seorang bapak bisa memberi pendidikan dan pengarahan yang

sedikit keras dibanding seorang ibu dan bisa lebih disegani atau ―ditakuti‖

anak, seorang ibu belum tentu bisa mengganti peran ini. Seorang ibu

cenderung lebih sabar dan lunak. Jadi bisa jadi anak cenderung akan

membandel jika kebetulan ibunya tidak memberi pengajaran yang baik.‖

―Kalo tanpa pasangan hidup pasti dia lebih kesulitan dalam mengatur

anak-anaknya, tapi saya lihat mereka mempunyai keluarga yang baik-baik

saja. Jarang dia bentak-bentak anaknya, tapi itu sepengetahuan saya ya

mas.‖

Penjelasan berikut ini akan membahas dampak formasi keluarga orang tua

tunggal perempuan terhadap anak akibat kurang optimalnya fungsi sosialisasi

keluarga. Masyarakat menganggap perhatian pada anak-anak akan berkurang

karena overload nya seorang ibu. Penanaman nilai-nilai sosial selain dari

keluarga, juga ada lembaga sosial lain seperti institusi pendidikan formal

semacam sekolah yang juga turut berperan. Dalam formasi keluarga dengan orang

tua tunggal, terdapat resiko pada anak untuk putus sekolah ataupun tidak dapat

melanjutkan ke tingkat pendidikan selanjutnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan

biaya dan faktor dari anak sendiri. Ada pendapat masyarakat yang mengatakan

bahwa ada kecenderungan anak-anak dari keluarga orang tua tunggal perempuan

bisa menjadi pribadi-pribadi mandiri yang mengarah ke hal-hal positif atau malah

dapat tumbuh menjadi anak nakal. Kemandiriian anak terbentuk karena mereka

harus menyesuaikan diri dengan kondisi keluarganya yang penuh keterbatasan.

Sedangkan kenakalan pada anak diakibatkan karena pengaruh pergaulan dengan

lingkungan sebayanya mengingat biasanya anak-anak dari keluarga seperti ini

pandai bergaul dengan teman sebayanya dan mempunyai banyak teman.

Kenakalan pada anak juga dianggap dikarenakan tidak adanya figur yang ditakuti

Page 81: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

dan disegani di keluarganya dimana figur yang seperti ini sering ada pada seorang

ayah. Pendapat masyarakat kelas atas (Bp Suseno dan Bp. Akhsani),

―Dampaknya saya kira anak merasa tidak ada figur yang bisa jadi

pelindung, jadi kepala keluarga, nggo dekeng tapi mungkin lama kelamaan

akan sedikit pengaruhnya.‖

―Dampak yang diterima biasanya anak-anak merasa kurang mendapat

perhatian. Terus bisa juga karena biaya untuk nyekolahkan anaknya nggak

ada. Nyebabke enek sing ra tutuk sekolahe, opo gur tekan SMP.‖

Pendapat masyarakat kelas menengah (Sdr. Andri Haris dan Sdr. Eko Partono),

―Kebanyakan anak lebih mandiri.‖

―Yo enek sing anake dadi mbeling. Ning biasane karena pergaulane

bocahe dewe. Yen dolane karo cah apik-apik yo melu dadi apik. Yen

ngumpule karo cah mendem-mendem yo melu rusak. Ning biasane cah-

cahe gampang bergaul, kancane akeh.‖

Pendapat masyarakat kelas bawah (Bp. Jadmiko dan Bp Adi Sawaldi),

―Ketidak hadiran seorang bapak saya lihat sangat berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anaknya. Bisa jadi anak bisa lebih cepat dewasa dalam

beberapa hal misalnya sudah bisa membantu mencari nafkah walaupun

usia mereka masih kecil. Ada juga yang berakibat anaknya menjadi

cenderung menjadi anak nakal karena tidak adanya figur yang ditakuti atau

disegani.‖

―Menurut saya perkembangan anak jadi lebih baik, karena si ibu

perhatiannya lebih fokus ke anaknya tanpa ada permasalahan

orangtuanya.‖

Ketiadaan figur seorang ayah dianggap berpengaruh terhadap fungsi

sosialisasi keluarga. Peran dalam pengasuhan anak yang dilakukan oleh seorang

ayah dan seorang ibu tentu saja berbeda. Peran-peran tersebut saling melengkapi

dan berdampingan. Peran seorang ayah dalam hal mendidik anak dianggap

penting saat anak-anaknya masih kecil atau belum dewasa. Saat sudah dewasa,

seorang anak sudak bisa berpikir dan menentukan sendiri mana yang baik atau

tidak baik bagi dirinya dan lain sebagainya. Figur orang tua baik ayah ataupun ibu

dalam proses sosialisasi salah satunya adalah sebagai contoh bagi anak-anaknya.

Page 82: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Dan ketiadaan figur ayah menjadikan sosok yang dapat dijadikan contoh hanya

ibunya. Ada masyarakat yang berpendapat jika tugas penanaman nilai-nilai sosial

bisa optomal dilakukan seorang ibu saat seorang ibu tersebut tidak direpotkan

dengan urusan mencari nafkah yang dimana urusan bekerja itu menjadi tanggung

jawab utama dari seorang suami.

Pendapat masyarakat kelas atas (Bp Suseno dan Bp. Akhsani)

―Penting, karena dalam pengasuhan anak, ayah dan ibu sama pentingnya.

Saling melengkapi.‖

―Sangat penting, karena figur seorang ayah selalu berdampingan dengan

adanya figur seorang ibu.‖

Pendapat masyarakat kelas menengah (Sdr. Andri Haris dan Sdr. Eko Partono)

―Sangat penting karena mempengaruhi moral anak.‖

―Yen anak-anake jik cilik-cilik enek wong tuo lanang yo penting. Neng yen

wes gede-gede wes iso mikir dewe-dewe.‖

Pendapat masyarakat kelas bawah (Bp. Jadmiko dan Bp Adi Sawaldi)

―Dinggo mendidik anak karo dinggo conto. Yen masalah mendidik anak

kadang yen ibuke tok kurang.‖

―Ya harus diakui penting banget itu mas, apalagi dalam membantu

kebutuan ekonomi keluarga, jadi nantinya sang istri bisa lebih fokus dalam

memperhatikan anak-anaknya. Jadi kebetuhan keluarga dan ekonomi

tercukupi semua mas.‖

Orang tua tunggal biasanya tetap aktif atau mengikuti kegiatan-kegiatan di

dalam masyarakat. Tidak ada kecenderungan untuk menarik diri dan tetap

berpartisipasi dalam aktifitas sosial serta mempertahankan kontak dengan

masyarakat. Tetapi ada juga yang berpendapat jika orang tua tunggal kurang dapat

berpartisipasi aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dikarenakan keterbatasan

waktu dengan sibuk mencari nafkah ataupun dianggap terlalu sibuk dengan

mengasuh anak-anaknya.

Page 83: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Pendapat masyarakat kelas atas (Bp Suseno dan Bp. Akhsani)

―Menurut saya hubungan bermasyarakat baik. Saya sering melihat mereka

mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.‖

―Menurut saya boleh-boleh saja, karena semua orang boleh untuk turut

ambil bagian dalam kegiatan masyarakat.‖

Pendapat masyarakat kelas menengah (Sdr. Andri Haris dan Sdr. Eko Partono)

―Tidak terlalu diperhatikan karena fokus kepada anak.‖

―Srawunge apik mas. Yo marai yo wong asli kene. Raenek bedane pas

dadi rondo karo pas jek nduwe bojo.‖

Pendapat masyarakat kelas bawah (Bp. Jadmiko dan Bp Adi Sawaldi)

―Yang saya lihat disini mereka berhubungan sosial kemasyarakatan

mereka baik. Mereka aktif mengikuti kegiatan semacam pengajian, PKK,

nyanyi-nyanyi bersama, dan kegiatan-kegiatan pada umumnya. Jadi

mereka malah tidak menarik diri dari masyarakat.‖

―Anu mas, mereka kurang dalam berperan dalam kegiatan2 masyarakat.

Kondangan aja jarang datang. Sibuk cari duit terus kelihatane.‖

Matrik 3.2.

Persepsi masyarakat tentang fungsi sosialisasi

No. Pertanyaan Penggolongan

Masyarakat Persepsi Masyarakat

1. Bagaimana

menurut anda

pola

pengasuhan

anak orang tua

tunggal

perempuan?

Kelas Atas

Dalam mengasuh anak terlihat cukup

kerepotan

Terlihat mengutamakan bekerja (mencari

nafkah sehari-hari) sehingga repot dalam

pengasuhan anak.

Saat bekerja, biasanya anak-anak mereka

dititipkan ke orang tua, dan setelah pulang

bekerja, mereka menjemputnya kembali.

Kelas

Menengah

Biasanya pengasuhan anak diserahkan

kepada nenek.

Pengasuhan anak menjadi berkurang

(tidak optimal) karena waktunya banyak

tersita untuk bekerja.

Dalam mendidik anak menjadi seadanya.

Page 84: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Kelas Bawah

seorang suami atau bapak, biasanya bisa

memberi pendidikan dan pengarahan yang

sedikit keras dibanding seorang ibu

Seorang ayah bisa lebih disegani atau

―ditakuti‖ anak,

Seorang ibu belum tentu bisa mengganti

peran ini.

Seorang ibu cenderung lebih sabar dan

lunak.

Jadi bisa jadi anak cenderung akan jadi

bandel jika kebetulan ibunya tidak

memberi pengajaran yang baik.

Tanpa pasangan hidup pasti dia lebih

kesulitan dalam mengatur anak-anaknya,

Terlihat mereka mempunyai keluarga

yang baik-baik saja. Karena jarang terlihat

membentak-bentak anaknya.

(sepengetahuan informan)

2. Menurut anda,

seberapa

penting

kehadiran figur

seorang ayah

bagi anak-anak

dari keluarga

orang tua

tunggal

perempuan?

Kelas Atas

Penting, karena dalam pengasuhan anak,

ayah dan ibu sama pentingnya. Saling

melengkapi.

Sangat penting, karena figur seorang ayah

selalu berdampingan dengan adanya figur

seorang ibu.

Kelas

Menengah

Sangat penting karena mempengaruhi

moral anak.

Kehadiran orang tua laki-laki dirasa

penting saat anak-anak masih kecil.

Saat anak-anaknya sudah dewasa, bisa

mengurus dirinya sendiri.

Kelas Bawah

Dianggap penting untuk mendidik anak

dan sebagai contoh anak-anaknya. kalau

hanya dilakukan ibunya dirasa kurang.

Harus diakui itu merupakan suatu hal

yang penting.

Penting dalam mencari nafkah keluarga,

jadi nantinya sang istri bisa lebih fokus

dalam memperhatikan anak-anaknya

(mengasuh anak).

Page 85: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

3. Menurut anda,

apakah dampak

formasi

keluarga orang

tua tunggal

terhadap

tumbuh

kembang dan

perilaku anak-

anak mereka?

Kelas Atas

Dampaknya adalah anak merasa tidak ada

figur dapat dijadikan pelindung dan

kepala keluarga.

Lama kelamaan akan sedikit pengaruhnya.

Dampak yang diterima biasanya anak-

anak merasa kurang mendapat perhatian.

Dapat juga karena biaya untuk

menyekolahkan anaknya tidak ada.

Menyebabkan anak putus sekolah atau

tidak berlanjut.

Kelas

Menengah

Kebanyakan anak lebih mandiri.

Ada anak-anaknya yang tumbuh menjadi

anak nakal karena pergaulannya sendiri.

Biasanya anak-anak ini mudah bergaul

dan mempunyai banyak teman.

Kelas Bawah

Ketidak hadiran seorang bapak terlihat

sangat berpengaruh terhadap tumbuh

kembang anaknya.

Bisa jadi anak bisa lebih cepat dewasa

dalam beberapa hal misalnya sudah bisa

membantu mencari nafkah walaupun usia

mereka masih kecil.

Ada juga yang berakibat anaknya menjadi

cenderung menjadi anak nakal karena

tidak adanya figur yang ditakuti atau

disegani.

Perkembangan anak jadi lebih baik,

karena si ibu perhatiannya lebih fokus ke

anaknya tanpa ada permasalahan

orangtuanya.

4. Menurut anda,

bagaimana

orang tua

tunggal

perempuan

berperan aktif

dalam

hubungan dan

kegiatan

bermasyarakat?

Kelas Atas

Hubungan bermasyarakat baik.

Sering melihat mereka mengikuti

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

Boleh-boleh saja, karena semua orang

boleh untuk turut ambil bagian dalam

kegiatan masyarakat.

Page 86: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Kelas

Menengah

Tidak terlalu diperhatikan karena fokus

kepada anak

Bargaulnya dengan masyarakat baik.

Mungkin karena memang orang asli

daerah ini.

Dalam bersosialisasi dengan masyarakat

tidak ada bedanya antara saat ini dengan

saat masih bersuami dahulu.

Kelas Bawah

Dalam berhubungan sosial

kemasyarakatan mereka baik.

Mereka aktif mengikuti kegiatan-kegiatan

kemasyarakatan.

Mereka malah tidak menarik diri dari

masyarakat.

mereka kurang dalam berperan dalam

kegiatan-kegiatan masyarakat karena

kemungkinan sibuk bekerja.

3. Fungsi Ekonomi

Mengenai keadaan ekonomi orang tua tunggal perempuan, persepsi

masyarakat yang terbentuk adalah adanya kecenderungan keluarga dengan

formasi orang tua tunggal perempuan mengalami kesulitan secara finansial.

Pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan dianggap masyarakat adalah pekerjaan

yang tidak memberikan kecukupan materi.

Pendapat masyarakat kelas atas (Bp Suseno dan Bp. Akhsani)

―Ya kelihatannya keadaan ekonominya kurang begitu baik. Mungkin

karena tulang punggung ekonominya sudah tidak ada. Kebanyakan para

single parent disini pekerjaanya kan dalam sektor non-formal.‖

―Secara ekonomi biasanya orang tua tunggal memiliki keuangan yang pas-

pasan untuk keperluan hidup sehari-hari. ―

Pendapat masyarakat kelas menengah (Sdr. Andri Haris dan Sdr. Eko Partono)

―Karena tuntutan ekonomi menjadikan ibu tunggal yang bertanggung

jawab sendiri maka memprioritaskan mencari uang jadi secara ekonomi

mereka mampu. ―

Page 87: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

―Ketoke pas-pasan.lha kat biyen ketok raenek peningkatan.―

Pendapat masyarakat kelas bawah (Bp. Jadmiko dan Bp Adi Sawaldi)

―Secara ekonomi menurut saya dia kurang baik atau selalu mengalami

kesulitan. Ya sebabnya yang bekerja kan cuma satu orang. Padahal dan

rata-rata mereka bekerja di sektor informal,seperti dagang atau jualan

makanan,menjahit,dll.‖

―Menurut saya malah kebanyakan rata-rata lebih baik. Karena dengan

menjadi orang tua tunggal mereka terpaksa berbuat lebih untuk mencari

uang buat putra-putranya.‖

Ada kecenderungan anak dari keluarga yang tidak utuh memiliki sikap

kemandirian secara ekonomi yang baik. Anak-anak yang sebenarnya masih dalam

usia sekolah sudah mempunyai tanggung jawab membantu perekonomian

keluarga dengan bekerja semampunya. Pekerjaan yang dilakukan juga

kebanyakan dalam sektor informal seperti menjaga toko, counter pulsa, dan lain

sebagainya. Dalam kesehariannya anak-anak ini juga terbiasa bekerjasama dengan

ibunya dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Anak yang lebih tua juga bisa

menjagai atau merawat adik-adiknya.

Masyarakat menganggap perlu diberikan bantuan material maupun non-

material terhadap keluarga dengan orang tua tunggal perempuan. Terutama jika

keluarga itu termasuk kategori kurang mampu secara ekonomi. Dari pihak Stake

Holder semacam pihak Desa bisa memberikan bantuan seperti pada saat lalu ada

BLT (Bantuan Langsung Tunai), beras RasKin tiap bulannya, dan lain-lain. Ada

juga Dermawan yang biasanya memberikan sedekah. Diharapkan juga adanya

bantuan untuk menyediakan insentif keuangan untuk membantu menyelesaikan

pendidikan anak-anak dari keluarga orang tua tunggal minimal sampai wajib

Page 88: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

belajar 9 tahun. Bisa juga ada pihak yang membantu semisal Panti Asuhan yang

mengasuh anak-anak dari keluarga single parent perempuan.

Pendapat masyarakat kelas atas (Bp Suseno dan Bp. Akhsani)

―Dari desa sendiri cukup banyak bantuan yang diberikan kepada keluarga

janda-janda. Ya dulu BLT, terus beras Raskin tiap bulan. Dan saya kira

tetangga–tetangga mereka juga membantu.‖

―Mungkin perhatian dalam hal mengasuh anak-anaknya.‖

Pendapat masyarakat kelas menengah (Sdr. Andri Haris dan Sdr. Eko Partono)

―Jika dianggap dalam kategori keluarga miskin, bantuan dari desa

semacam beras Raskin, Jamkesmas atau yang lainnya bias diberikan.‖

―Tonggo-tonggone sing cedak biasane yo mbantu. Sok melu momong

anake. Trus ngekekki zakat pas bakdo. Dodol yo dipayoni.‖

Pendapat masyarakat kelas bawah (Bp. Jadmiko dan Bp Adi Sawaldi)

―Bantuan ekonomi semisal kredit lunak, untuk nambah modal usaha.

Yang saya lihat juga sudah ada beberapa bantuan kecil-kecilan dari

tetangga yang memberikan santunan kepada anak-anaknya, ataupun dari

masjid saat hari raya idul fitri atau zakat fitrah dan zakat mal dan hari raya

Idul Adha atau daging kurban.‖

―Menurut saya bantuan moral lebih penting mas, contohnya persamaan

hak dalam bermasyarakat mas, jadi tidak ada istilah karena janda terus

tidak diikutsertakan dalam kegiatan masyarakat seperti kerja bakti atau

rapat-rapat RT. Ya dia harus ikut supaya lebih membaur dalam

masyarakat.‖

Matrik 3.3.

Persepsi masyarakat tentang fungsi ekonomi

No. Pertanyaan Penggolongan

Masyarakat

Persepsi Masyarakat

1. Bagaimana

menurut anda

keadaan

keuangan dan

ekonomi

seorang orang

tua tunggal

perempuan?

Kelas Atas

Keadaan ekonomi telihat kurang begitu

baik. Keungkinan karena tulang punggung

ekonominya sudah tidak ada.

Kebanyakan para single parent disini

pekerjaanya dalam sektor non-formal.

Secara ekonomi biasanya memiliki

keuangan yang pas-pasan untuk

keperluan hidup sehari-hari.

Page 89: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Kelas

Menengah

Karena tuntutan ekonomi menjadikan ibu

tunggal yang bertanggung jawab sendiri

maka memprioritaskan mencari uang jadi

secara ekonomi mereka mampu

Terlihat pas-pas an karena sejak dahulu

tidak ada peningkatan dalam hal ekonomi.

Kelas Bawah

Secara ekonomi kurang baik atau selalu

mengalami kesulitan. penyebabnya adalah

yang bekerja satu orang. Padahal dan rata-

rata mereka bekerja di sektor informal,

seperti dagang atau jualan makanan,

menjahit, dan lain-lain.

Malah kebanyakan rata-rata lebih baik.

Karena dengan menjadi orang tua tunggal

mereka terpaksa berbuat lebih untuk

mencari uang untuk anak-anaknya.

2. Bagaimana

pandangan

anda mengenai

usaha

pemenuhan

kebutuhan

ekonomi orang

tua tunggal

perempuan?

Kelas Atas

Orang hidup harus bekerja. Kebanyakan

disini mereka bekerja sebagai pedagang,

salon dan lain-lain

Untuk usaha pemenuhan kebutuhan

ekonomi merupakan bentuk tanggung

jawab dari seorang ibu.

Kelas

Menengah

Mereka terlihat cukup bekerja keras untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya.

Terlihat ubet (rajin dan sibuk).

Kelas Bawah

Mereka terkondisikan untuk bekerja keras.

Alasannya adalah untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

Saat masih ada suami, urusan mencari

nafkah menjadi tanggung jawab suami.

Sekarang menjadi tanggung jawabnya.

Ada juga beberapa yang mempunyai anak

yang cukup dewasa sehingga sudah ikut

membantu orang tuanya (dalam hal

mencari uang)

Dalam usaha mencari uang segala

pekerjaan dikerjakan dan dengan rajin

Page 90: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

3. Perhatian dan

bantuan yang

bagaimana

sebaiknya

diberikan

terhadap

keluarga orang

tua tunggal

perempuan?

Kelas Atas

Dari desa sendiri cukup banyak bantuan

yang diberikan kepada keluarga janda-

janda.

Dan kemungkinan tetangga–tetangga

mereka juga membantu.

Mungkin perhatian dalam hal mengasuh

anak-anaknya.

Kelas

Menengah

Jika dianggap dalam kategori keluarga

miskin, bantuan dari desa semacam beras

Raskin, Jamkesmas atau yang lainnya bias

diberikan.

Tetangga dekat biasa membantu. Contoh :

dalam mengasuh anak, memberi zakat

saat hari raya, dan membeli barang

dagangannya.

Kelas Bawah

Bantuan ekonomi semisal kredit lunak

Terlihat juga sudah ada beberapa bantuan

dari tetangga yang memberikan santunan

kepada anak-anaknya

Bantuan terlihat juga dari masjid saat hari

raya idul fitri atau zakat fitrah dan zakat

mal dan hari raya Idul Adha atau daging

kurban.

Bantuan moral lebih penting, contohnya

persamaan hak dalam bermasyarakat, jadi

tidak ada istilah karena janda terus tidak

diikutsertakan dalam kegiatan masyarakat

seperti kerja bakti atau rapat-rapat RT.

Page 91: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

4. Fungsi Perlidungan

Dijumpai bahwa masyarakat mengganggap fungsi perlindungan dari

keluarga orang tua tunggal perempuan menjadi tidak optimal jika hanya dilakukan

oleh seorang ibu. Sebabnya adalah terbatasnya waktu yang disebabkan sibuk

mencari nafkah sehingga pengasuhan, kasih sayang dan termasuk di dalamnya

perlindungan tehadap anak menjadi kurang. Seorang ayah atau laki-laki sering

dianggap sebagai kepala keluarga, serta pelindung yang baik untuk memberikan

perasaan tenteram dan kenyamanan dalam keluarga.

―Dampaknya saya kira anak merasa tidak ada figur yang bisa jadi

pelindung, jadi kepala keluarga, nggo dekeng (sebagai pelindung) tapi

mungkin lama kelamaan akan sedikit pengaruhnya.‖ (Pendapat masyarakat

kelas atas (Bp. Suseno)).

Karena terdapat kecenderungan seorang anak dari keluarga orang tua

tunggal memiliki kemandirian yang lebih baik, mereka secara tidak langsung

anak-anak ini memiliki kesadaran untuk tidak terlalu mengharap sepenuhnya

mendapat kasih sayang dan perlindungan dari ibunya. Selanjutnya adalah, anak-

anak ini melakukan penyesuaian. Dalam penelitian ini ditemukan, penyesuaiannya

dengan cara mencari, dan bergabung dalam kelompok sepermainan untuk

memperoleh kebutuhan-kebutuhan yang belum tentu diperoleh dalam keluarga.

Ada yang menganggap anak-anak ini lebih mudah begaul dan bersosialisasi

dengan lingkungan dan mempunyai banyak teman.

―...Ning biasane cah-cahe gampang bergaul, kancane akeh‖.(Biasanya

anak-anaknya mudah bergaul dan mempunyai banyak teman). (Pendapat

dari masyarakat kelas menengah (Sdr. Eko Partono)).

Seorang anak atau remaja dari keluarga orang tua tunggal dapat mencari

teman sebaya di lingkungan sekitar tempat tinggal, teman sepermainan dari kecil,

Page 92: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

ataupun dari teman sekolah. Menjalin persahabatan dengan teman sebaya dapat

memberikan motivasi tersendiri bagi diri pribadi seorang remaja, setidaknya akan

merasa ada orang lain yang peduli, memberikan perhatian kepadanya, dan

perlindungan selain dari keluarga. Dalam kelompok-kelompok sepermainan inilah

anak-anak dari keluarga orang tua tunggal permpuan memperoleh perlindungan

dan memperoleh ketenteraman.

Matrik 3.4.

Persepsi masyarakat tentang fungsi perlindungan

No. Pertanyaan Penggolongan

Masyarakat

Nama Hasil Wawancara

1. Menurut anda,

apakah dampak

formasi

keluarga orang

tua tunggal

terhadap

tumbuh

kembang dan

perilaku anak-

anak mereka?

Kelas Atas

Suseno S.H. Dampaknya anak

merasa tidak ada

figur yang bisa jadi

pelindung, jadi kepala

keluarga, nggo

dekeng (sebagai

pelindung)

tapi lama kelamaan

akan sedikit

pengaruhnya.

Kelas

Menengah

Eko Partono

A.Md. Ada anak yang

cenderung menjadi

nakal

Menjadi nakal karena

pengaruh pergaulan

anak

Anak-anak biasanya

mudah bergaul dan

mempunyai banyak

teman

Kelas bawah Jadmiko sangat berpengaruh

terhadap tumbuh

kembang anaknya.

Bisa jadi anak bisa

lebih cepat dewasa

dalam beberapa hal

misalnya sudah bisa

Page 93: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

membantu mencari

nafkah walaupun usia

mereka masih kecil.

Ada juga yang

berakibat anaknya

menjadi cenderung

menjadi anak nakal

karena tidak adanya

figur yang ditakuti

atau disegani.

B. Pembahasan

Persepsi masyarakat tentang orang tua tunggal perempuan adalah proses

menerima menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi

yang dilakukan oleh masyarakat, tentang orang tua tunggal perempuan sebagai

lembaga sosial yang kehilangan fungsi-fungsi keluarga.

Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa ditemani oleh rekan-rekannya.

Hal ini terutama disebabkan oleh karena manusia mempunyai naluri untuk

senantiasa hidup berkawan. Naluri untuk hidup berkawan itu lazim dinamakan

“gregorious instinc” yang ada pada setiap manusia normal, semenjak dia

dilahirkan. Teman hidup diperlukan oleh manusia, oleh karena manusia tidak

dilengkapi dengan sarana mantal dan fisik untuk dapat hidup sendiri.1

Orang dewasa dalam masyarakat kita hidup berpasangan, mengadakan

pesta bersama dan berbicara satu sama lain mengenai unit keluarga masing-

masing. Orang yang asalnya telah menikah dan sekarang telah bercerai atau

pasangannya meninggal dunia, sulit menyesuaikan diri dengan keadaan ini.

Memelihara anak tanpa suami atau isteri melelahkan dan sulit. Anak-anak itu

1 Dari Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga - Tentang Ikwal Keluarga Remaja dan Anak,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 29

Page 94: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

sendiri sudah terbiasa akan hubungan pasangan, mungkin akan menyarankan

kepada orang tua mereka, apakah orang yang bercerai itu, janda atau duda, untuk

menikah kembali. Teman-temannya akan memperkenalkan kepada mereka yang

―siap nikah‖ (eligible). Meskipun ada toleransi yang lebih besar terhadap

hubungan seksual diluar pernikahan pada generasi sekarang ini, hal itu tetap akan

kaku menjemukan atau memalukan jika dilakukan dalam jangka waktu lama tanpa

pengesahan pernikahan.2

Fungsi pengaturan seksual dalam lembaga keluaga diartikan sebagai

pengaturan pemenuhan kebutuhan seksual bagi manusia dewasa yang berdasarkan

norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat (seyogyanya). Hal ini juga menjadi

pembeda manusia dengan makluk-makluk hidup lainnya. Dalam norma kepatutan

yang kita percayai, seseorang dewasa yang secara status sosial sebagai janda, saat

menjalin hubungan dengan lawan jenis, pada tahap-tahap awal dipandang sebagai

kewajaran. Kewajaran ini bisa jadi karena secara usia masih dianggap masih layak

ataupun pandangan yang menggangap berpasangan adalah kebutuhan dan hakekat

makluk hidup. Tahap selanjutnya dalam menjalin hubungan, tidak menutup

kemungkinan terjadi hubungan yang lebih intim dalam berpacaran. Hubungan

seksual adalah suatu keniscayaan dalam hubungan antar manusia dewasa dan

salah satu kebutuhan biologik manusia.

Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu ada norma-norma yang mengatur

pola tingkah laku manusia. Kaitan dengan faktor seks, kita belajar merasa malu,

kikuk, berdosa, serta ada sanksi-sanksi yang akan dikenakan jika dorongan seks

2 William J. Goode, Sosiologi Keluarga The Family, (Jakarta: P.T. Bina Aksara, 1985, hlm. 202.

Page 95: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

kita menyebabkan pelanggaran terhadap norma-norma. Walaupun demikian,

jaman sekarang banyak juga ditemui masyarakat yang permisif, seakan tidak

peduli serta toleran dalam memberikan pandangan-pandangan yang masuk dalam

lingkup privat (pribadi) semacam kehidupan seksual orang lain. Fenomena

perselingkuhan, kumpul kebo, hamil tanpa diketahui suaminya, seks pra-nikah,

dan lain sebagainya dalam masyarakat perkotaan terutama, sudah tidak terlalu

dipedulikan salah satunya karena kontrol sosial yang tidak ketat. Tetapi tetap saja,

norma-norma yang mengatur kesusilaan dalam masyarakat kita tetap

dipertahankan.

Kebutuhan seksual bisa dikatakan keniscayaan yang hampir ada pada

semua manusia normal. Karena salah satu ciri makhluk yaitu hakekat untuk

berkembang biak. Masyarakat mempersepsikan, sebagai seorang orang tua

tunggal, pemenuhan kebutuhan seksual mereka menjadi tidak sama lagi

keadaanya seperti saat masih mempunyai pasangan dan usia yang tidak terlalu tua

menjadi faktor penguat, bahwa kebutuhan seksual disadari atau tidak masih

dibutuhkan seorang orang tua tunggal perempuan. Dalam penelitian ini ditemui,

ada beberapa orang tua tunggal perempuan yang terlihat pernah atau sedang

menjalin hubungan dengan lawan jenis tetapi belum berstatus menikah (

berpacaran). Sama seperti umumnya orang berpacaran, mereka juga pergi bersama

dan kegiatan lainnya. Hal seperti ini tentu menimbulkan kerawanan terjadinya

hubungan seksual. Dijumpai pula ada satu kasus dimana seorang orang tua

tunggal sampai telah mengandung anak dari hubungannya dengan pacarnya

sebelum akhirnya dinikahkan secara siri. Orang tua tunggal perempuan sendiri

Page 96: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

saat ditanya tentang kemungkinan untuk menikah kembali, terlihat tidak terbuka

untuk menyatakan keinginannya mencari pasangan lagi, tetapi dalam

kenyataannya menurut pendapat-pendapat tetangga dan pengamatan penulis,

mereka juga pernah atau sedang berpacaran. Mereka juga dipersepsikan

melakukan tindakan-tindakan atau usaha untuk mendapatkan pasangan kembali.

Hal-hal ini menandakan bahwa sebagai manusia, seorang orang tua tunggal

melakukan aktifitas, kreatifitas, dan proses penghayatan individu yang ditentukan

oleh kemampuannya untuk mengatasi persoalan hidupnya (ketiadaan pasangan

untuk pemenuhan kebutuhan seksual). Yaitu dengan mencari pasangan.

Norma-norma dalam masyarakat mengatur agar pemenuhan kebutuhan

seksual anggotanya diatur sebaik-baiknya dan seyogyanya. Walaupun pada jaman

sekarang banyak ditemui masyarakat yang cenderung tidak peduli atau toleran

terhadap perilaku seksual individu, tetapi secara umum dalam masyarakat

Indonesia, norma-norma ini tetap diperhatikan. Pernikahan dalam norma agama,

norma hukum, dan norma kesusilaan dianggap tepat sebagai wadah pengaturan

pemenuhan kebutuhan seksual yang seyogyanya manusia dewasa normal.

Masyarakat menganggap perlunya seorang orang tua tunggal perempuan untuk

mendapatkan pasangan kembali dan mengesahkannya dalam pernikahan. Orang

tua tunggal perempuan sendiri menyadari adanya semacam anjuran, atau

dukungan dari tetangga dan keluarga baik secara langsung maupun tidak untuk

mencari pasangan atau menikah kembali. Hal ini dapat dikatakan walaupun Aktor

atau individu mempunyai kebebasan dalam menilai dan memilih alternatif

Page 97: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

tindakan tetapi juga dibatasi oleh tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma

serta situasi penting lainnya.

Persepsi-persepsi semacam sering dicitrakan ganjen, genit, ataupun perayu

juga dapat muncul saat tetangga melihat seorang orang tua tunggal perempuan

menjalin hubungan asmara dengan laki-laki. Banyak orang menilai bahwa pada

perempuan melekat kodrat untuk dikejar laki-laki, dicari, diperhatikan dan

dicintai. Sementara pada laki-laki, melekat kodrat untuk mengejar, mencari,

memperhatikan dan mencintai. Sehingga ketika ada laki-laki yang mengejar-

ngejar perempuan, dianggap wajar, sementara kalau perempuan mengejar laki-

laki, dianggap tidak wajar karena menyalahi kodratnya sebagai perempuan.

Padahal, apa yang dianggap kodrat itu, sebenarnya lebih merupakan norma

ataupun nilai yang dikonstruksi oleh masyarakat.

Persepsi masyarakat berikutnya adalah persepsi tentang fungsi sosialisasi.

Fungsi sosialisasi menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian

anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola

tingkah laku, sikap, keyakinan, cinta-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam

rangka perkembangan kepribadiannya.3 Sosialisasi merupakan proses dimana

kepribadian si anak ditentukan lewat interaksi sosial. Agen utama dalam

hubungan ini adalah keluarga, dan kontak pertama dari si anak hampir hanya

dengan anggota-anggota kelompok ini. Tiap-tiap masyarakat seharusnya mengajar

si anak untuk menjadi anggota yang bertanggung jawab dan ini paling utama

adalah melalui keluarga. Di sini anak belajar menerima norma-norma sosial,

3 Dari Khaerudin H, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Nur Cahaya, 1985), hlm. 60

Page 98: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

sikap-sikap, nilai-nilai, serta pola-pola tingkah laku, dan tingkah lakunya menjadi

dapat diperkirakan oleh anggota masyarakat lainnya. Bahasa, pola-pola seks,

keyakinan agama, sopan santun, dan peletakan berbagai elemen-elemen

kebudayaan juga ditangani lewat keluarga.4 Sosialisasi adalah proses yang harus

dilalui manusia muda untuk memperoleh nilai-nilai dan pengetahuan mengenai

kelompoknya dan belajar mengenai peran sosialnya.5 Soerjono Soekanto

menganggap fungsi sosialisasi sangat penting. Fungsi ini bertujuan untuk

mendidik warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang

dianut. Proses mengetahui kaidah dan nilai-nilai yang dianuti, untuk pertama kali

diperoleh dalam keluarga. Pola perilaku yang benar dan tidak menyimpang untuk

pertama kalinya juga dipelajari dari keluarga, dan seterusnya. Fungsi sosialisasi

termasuk di dalamnya adalah memberikan pendidikan. Pendidikan keluarga

merupakan suatu sarana untuk menghasilkan warga masyarakat yang besar dan

baik namun pendidikan keluarga tidaklah semata-mata tergantung pada keluarga

itu sendiri, oleh karena suatu keluarga tertentu hidup berdampingan dengan

keluarga-keluarga lain. Pengaruh keluarga-keluarga lainnya tidaklah boleh

dikesampingkan; demikian pula halnya dengan unsur-unsur lainnya dalam

masyarakat, yang kesemuanya lazim disebut sebagai lingkungan sosial. 6

Dalam hal memberikan, pengasuhan, pendidikan, dan penanaman nilai-

nilai sosial kepada anak-anaknya, masyarakat melihat seorang orang tua tunggal

perempuan juga memilih alternatif tindakan untuk mengatasi persoalan ketiadaan

figur suami mencapai tujuan itu. Dalam hal pengasuhan, mereka dinggap

4 Ibid, hlm. 126

5 William J. Goode, op. cit., hlm. 20

6 Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 40

Page 99: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

mengalami kerepotan karena hanya seorang diri melakukannya dan disibukkan

dengan urusan mencari nafkah. Mereka mempunyai cara yang diperkirakan cocok

agar urusan anak dan mencari nafkah bisa berjalan baik yaitu dengan menitipkan

anak-anaknya terutama yang masih kecil kepada orang tuanya saat sedang repot

beraktifitas atau saat sedang bekerja. Kemudian mengambil kembali saat sudah

selesai beraktifitas. Selain dari orang tua, ada juga bantuan dari anak-anaknya

yang sudah dewasa dan dari tetangga sekitar yang dengan keadarannya membantu

mengasuh.

Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa yang menjadi salah

satu faktor kenakalan remaja (sebagai anggota keluarga) ini disebabkan oleh

―Keberfungsian peran keluarga‖. Pengertian mengenai keberfungsian peran

keluarga adalah keberfungsian sosial keluarga mengandung pengertian pertukaran

dan kesinambungan, serta adaptasi resiprokal antara keluarga dengan anggotanya,

dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya dan lain-lain. Kemampuan

berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunya jika

berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya

terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya. Pada kenyataannya,

keberfungsian keluarga ini tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan

fenomena mengenai kenakalan remaja sebagai dampak dari ketidakberfungsian

peran keluarga dengan baik. Masyarakat melihat ada kemungkinan anak-anak dari

keluarga orang tua tunggal mengalami problem perilaku diri dan dan perilaku

sosial.

Page 100: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Orang tua tunggal bisa sangat demokratis dengan tidak membatasi atau

memperbolehkan segala perilaku anak-anaknya. Hal ini terkait dengan

keterbatasan peran karena hanya seorang diri mengasuh dan mengajar anak

ataupun faktor dari kepribadian dari anaknya sendiri yang sulit untuk menerima

pengajaran dari orang tuanya.

Minimnya Quantity Time dengan anak-anaknya berpengaruh terhadap

pengasuhan dan pengajaran kepada anak-anaknya. Ada yang menganggap kasih

sayang dan perhatian kepada anak akan berkurang hal ini juga berarti

berkurangnya peran orang tua pada kehidupan anak. Banyak orang tua tunggal

perempuan menjadikan pekerjaan atau mencari nafkah sebagai prioritas pertama

daripada mementingkan pengasuhan anak. Yang demikian tentu saja berpengaruh

terhadap anak-anak dari keluarga orang tua tunggal.

Keluarga inti merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil

memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya. 7 Fungsi ekonomi dalam formasi

keluarga dengan orang tua tunggal perempuan cukup mendapat sorotan serius di

mata masyarakat. Mereka sering dianggap mengalami banyak kesulitan dalam hal

keuangan dan pemenuhan kebutuhan. Pada akhirnya muncul kesadaran dari diri

sendiri mereka untuk bertanggung jawab sepenuhnya dalam hal mencari nafkah

untuk kelangsungan hidup dirinya dan anak-anaknya.

Keharusan untuk menyikapi keadaan ditunjukkan dengan berusaha

bertanggung jawab bekerja sendiri mencari nafkah. Mereka bekerja keras dengan

pekerjaan-pekerjaan yang mereka bisa. Orang tua tunggal perempuan di daerah

7 Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 23

Page 101: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Baturan , Colomadu, Karanganyar bekerja sebagai penjual mie ayam, penjahit,

salon, dan pekerjaan informal lainnya. Sebelum menjadi orang tua tunggal atau

saat masih ada suaminya, pekerjaan-pekerjaan tersebut belum mereka lakukan

ataupun hanya sebatas sambilan. Suami merekalah yang mencari nafkah utama.

Dengan ketidakadaan suami, orang tua tunggal perempuan dituntut untuk mandiri

serta bekerja keras. Keluarga dengan orang tua tunggal perempuan diketegorikan

keluarga prasejahtera.

Fungsi keluarga yang tidak kalah penting adalah fungsi perlindungan

kepada anggotanya. Hasil penelitian menemukan bahwa masyarakat

mempersepsikan fungsi perlindungan dalam keluarga orang tua tunggal

perempuan tidak optimal karena figur orang tua yang melindungi keluarganya

hanya dilakukan oleh seorang ibu. Kelengkapan figur ayah dan ibu dalam sebuah

kelurga dianggap ideal untuk memberikan pelindungan dan pemberi ketenteraman

terutama bagi anak-anaknya. Selanjutnya yang terjadi pada anak adalah anak

mencari perlindungan dan ketentraman dalam kelompok teman sepermainan. Ada

kecenderungan bahwa anak-anak dari keluarga seperti ini memiliki semangat

bergaul yang baik dan mempunyai banyak teman. Mereka memilih, menilai, dan

mengevaluasi tindakan yang akan, sedang, dan telah dilakukannya (membuat

pertimbangan-pertimbangan tertentu) yatu dengan mencari teman sebanyak-

banyaknya dan berharap menemukan yang tidak ditemukannya dalam keluarga.

Termasuk di dalamnya perlindungan dan ketenteraman.

Keluarga inti berperanan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang

menjadi anggotanya, dimana ketenteraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah

Page 102: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

tersebut.8 Anggota keluarga memberikan perhatian kepada anggota keluarga yang

lain dalam bentuk kasih sayang dan dukungan. Keluarga juga memberikan

dukungan finansial, menyediakan kebutuhan dasar bagi anggotanya seperti makan

serta tempat perlindungan.

Dalam kehidupan para remaja terdapat berbagai jenis kelompok

sepermainan. Yang pertama terdiri dari teman-teman sebaya sejak kecil; biasanya

mereka inilah yang disebut sahabat dan terdiri dari dua atau tiga orang yang

sejenis (dalam bahasa Inggris kelompok ini disebut ―chums‖). Beberapa

kelompok kecil ini mungkin bergabung, sehingga menjadi klik (―clique‖) yang

merupakan jenis kedua. Klik ini terdiri dari remaja laki-laki maupun wanita, yang

mungkin berkembang menjadi kelompok lebih besar yang mempunyai

kepentingan dan nilai-nilai yang sama; kelompok ini merupakan jenis ketiga yang

disebut “crowd”. Jenis kelompok lainnya adalah yang dibentuk dengan sengaja

misalnya oleh sekolah. Jenis kelompok lainnya adalah yang disebut ―gang‖ yang

terdiri dari remaja yang menyeleweng. 9

Analisis hasil penelitian dengan teori yang digunakan. Sebelum

menganalisis hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dengan teori yang

dipergunakan, perlu kiranya kita menjelaskan kembali kedudukan paradigma

dalam penelitian ini. Dalam pandangan filsafat, paradigma memuat pandangan-

pandangan awal yang membedakan, memperjelas, dan mempertajam orientsi

berbipikr seseorang. Dengan demikian paradigma membawa konsekuensi praktis

bagi perilaku, cara berfikir, interpretasi, dan kebijakan dalam pemilihan masalah.

8 Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 23

9 Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 66

Page 103: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Seperti halnya anggapan bahwa suatu masalah yang memiliki posisi yang berbeda

akan memerlukan tingkat perlakuan yang berbeda pula, maka paradigma pada

dasarnya memberi representasi dasar yang sederhana dari suatu pandangan yang

kompleks sehingga orang dapat memilih untuk bersikap atau mengambil

keputusan. 10

Paradigma adalah satu kerangka referensi atau pandangan dunia

yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Dalam penelitian skripsi

ini, penulis menggunakan Paradigma Definisi Sosial. Paradigma ini

dikembangkan oleh Max Weber untuk menganalisa Tindakan Sosial (Social

Action). Menurut Weber, pokok persoalan Sosiologi adalah bagaimana memahami

tindakan sosial antar hubungan sosial, dimana ―tindakan yang penuh arti‖ itu

ditafsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal. Struktur sosial dan pranata sosial

membantu untuk membentuk tindakan sosial yang penuh arti. Perkembangan dari

suatu hubungan sosial dapat pula diterangkan melalui tujuan-tujuan dari manusia

yang melakukan hubungan sosial itu dimana ketika ia mengambil manfaat dari

tindakannya itu sendiri dalam perjalanan waktu.

Berdasarkan Paradigma Definisi Sosial dapat diketahui bahwa bidang

studi Sosiologi adalah tindakan sosial yang penuh arti. SedangkanTindakan Sosial

adalah tindakan yang dilakukan oleh individu yang mempunyai makna bagi

dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan Sosial dapat berupa

tindakan sosial yang nyata-nyata diarahkan untuk orang lain dan dapat juga

bersifat subyektif. Tindakan Sosial ada yang diarahkan pada waktu sekarang,

waktu lalu, atau waktu yang akan datang. Tindakan Sosial digunakan dalam

10

Disadur dari Agus Salim, 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial - Buku Sumber Untuk

Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. 96-97.

Page 104: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

hubungan sosial yaitu tindakan yang dilakukan oleh beberapa individu yang

berbeda, mengandung makna dan hubungan serta diarahkan pada tindakan orang

lain.

Dalam Paradigma Definisi Soial terdapat tiga teori, yaitu Teori Aksi (Max

Weber), Teori Fenomenologis (Alfred Schurtz), dan Teori Interaksionalisme

Simbolik (G.H.Mead). Teori Aksi dirasa relevan untuk menganalisis hasil

penelitian. Dalam teori aksi memandang bahwa manusia adalah aktor yang kreatif

dari realitas sosialnya. Dimana pendekatan ini menekankan pada tindakan yang

diambil seseorang atau individu untuk mengatasi persoalan hidup termasuk dalam

masalah pergaulan mereka dengan lawan jenis dan kondisi dimana mereka tetap

bersikap di tengah-tengah maraknya laju informasi dan globalisasi jaman

sekarang.

Istilah aksi atau “action” menyatakan secara tidak langsung suatu

aktifitas, kreatifitas, dan proses penghayatan individu yang ditentukan oleh

kemampuannya. Kemampuan inilah yang disebut Parsson sebagai voluntarism.

Arti voluntarism adalah kemampuan individu untuk melakukan tindakan dalam

arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka

mencapai tujuannya. Manusia dipahami sewaktu dia membuat pilihan atau

keputusan antar tujuan yang berbeda dan alat-alat untuk mencapainya.

Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma

mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan.

Pemilihan terhadap cara dan alat ini ditentukan oleh aktor untuk memilih,

kemampuan ini disebut voluntarism. Disini aktor mempunyai kemampuan bebas

Page 105: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

dalam menilai dan memilih alternatif tindakan walaupun disini ia juga dibatasi

oleh tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya.

(Ritzer, 2007: 48-49).

Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan

karakteristik sebagai berikut.

6. Adanya individu selaku aktor.

7. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

8. Aktor mempunyai alternatif cara, alat, serta teknik untuk mencapai

tujuannya.

9. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat

membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa

situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh

individu. Misalnya kelamin dan tradisi.

10. Aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai

ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan

tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Contohnya kendala

kebudayaan. (Ritzer, 2004: 48-49).

Unit-unit dasar tindakan sosial di atas akan dibahas relevansinya dengan

hasil penelitian di dalam matrik analisis teori berikut ini.

Matrik 3.5.

Analisis Teori

No. Skema Unit-Unit

Dasar Tindakan

Sosial (Parsons)

Relevansi Skema Unit-Unit Dasar Tindakan

Sosial (Parsons) Dengan Hasil Penelitian

1 Adanya individu Adanya individu selaku aktor yaitu orang tua

Page 106: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

selaku aktor tunggal perempuan

2 Aktor dipandang

sebagai pemburu

tujuan-tujuan tertentu

Orang tua tunggal perempuan sebagai pemburu

tujuan-tujuan dalam usaha memenuhi fungsi-

fungsi keluarga

Fungsi-fungsi keluarga itu adalah:

a. Fungsi pengaturan seksual

Untuk mengakomodir kebutuhan

seksual yang seyogyanya.

b. Fungsi sosialisasi

Menunjuk peranan keluarga dalam

membentuk kepribadian anak.

Melalui interaksi sosial dalam

keluarga itu anak mempelajari

pola-pola tingkah laku, sikap,

keyakinan, cinta-cita, dan nilai-

nilai dalam masyarakat dalam

rangka perkembangan

kepribadiannya.

c. Fungsi ekonomi

Keluarga inti merupakan unit

sosial-ekonomis yang secara

materil memenuhi kebutuhan

anggota-anggotanya..

d. Fungsi perlindungan

Keluarga inti berperanan sebagai

pelindung bagi pribadi-pribadi

yang menjadi anggotanya, dimana

ketenteraman dan ketertiban

diperoleh dalam wadah tersebut..

3 Aktor mempunyai

alternatif cara, alat,

serta teknik untuk

mencapai tujuannya

a. Orang tua tunggal perempuan mempunyai

alternatif cara, alat, serta teknik untuk

memenuhi fungsi pengaturan seksual

yaitu:

1. Melakukan usaha-usaha untuk

mencari pasangan atau suami

kembali

2. Usaha-usaha yang dilakukan

adalah dengan selalu berusaha

berpenampilan baik,

berkomunikasi secara

menyenangkan, bersikap dan

berperilaku baik, mengikuti

kegiatan-kegiatan sosial

kemasyarakatan.

b. Orang tua tunggal perempuan mempunyai

alternatif cara, alat, serta teknik untuk

Page 107: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

memenuhi fungsi sosialisasi yaitu:

1. Salah satu cara pengasuhan anak

adalah dengan menitipkannya

kepada keluarga yang lain seperti

orang tuanya atau kakek-nenek si

anak lalu setelah selesai bekerja

dijemput lagi

2. Ada kecenderungan bahwa Anak

dari keluarga orang tua tunggal

mempunyai kepribadian mandiri

serta cepat dewasa dalam beberapa

hal, semisal masih kecil sudah

terbiasa membantu mencari

nafkah keluarga.

c. Orang tua tunggal perempuan mempunyai

alternatif cara, alat, serta teknik untuk

memenuhi fungsi ekonomi yaitu:

1. Mencari nafkah menjadi tanggung

jawab utama seorang ibu. Jika saat

masih ada suami, mencari nafkah

menjadi tanggung jawab suami,

sekarang mau tak mau menjadi

tanggung jawabnya. Mereka

terlihat bekerja keras dan ubet

(serius), jika usaha satu kurang

baik, mencoba usaha yang lain.

2. Ada orang tua tunggal yang

mempunyai anak yang cukup

dewasa sehingga bisa membantu

orang tuanya untuk mencari

nafkah.

3. Mengenai bantuan ekonomi yang

sebaiknya diberikan kepada orang

tua tunggal perempuan, dari pihak

desa sudah cukup banyak bantuan

yang diberikan kepada keluarga

orang tua tunggal perempuan.

Semisal BLT, beras raskin tiap

bulan. Bantuan dari masjid saat

hari raya idul fitri berupa zakat

fitrah atau saat idul adha berupa

daging kurban juga dirasa telah

sering diberikan. Kemungkinan

tetangganya juga membantu dalam

hal perhatian dan bantuan untuk

mengasuh anak-anaknya,

Page 108: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

memberikan zakat saat hari raya,

kalau jualan juga ikut membeli

dagangannya, dll. Hal-hal tersebut

dapat menjadi alternatif untuk

meringankan beban ekonomi.

d. Orang tua tunggal perempuan mempunyai

alternatif cara, alat, serta teknik untuk

memenuhi fungsi perlindungan yaitu:

1. Anak mencari perlindungan dan

ketentraman dalam kelompok

teman sepermainan.

4 Aktor berhadapan

dengan sejumlah

kondisi situasional

yang dapat

membatasi

tindakannya dalam

mencapai tujuan.

Kendala tersebut

berupa situasi dan

kondisi, sebagian ada

yang tidak dapat

dikendalikan oleh

individu. Misalnya

kelamin dan tradisi

a. Orang tua tunggal perempuan berhadapan

dengan sejumlah kondisi situasional

dibawah ini yang dapat membatasi

tindakannya dalam memenuhi fungsi

pengaturan seksual:

1. Karena melakukan usaha-usaha

untuk mencari pasangan atau

suami kembali, sering dihadapkan

pada persepsi masyarakat yang

menganggap orang tua tunggal

perempuan genit atau ganjen.

2. Usaha-usaha tersebut juga

dihadapkan pada keadaan seperti

usia dan kemauan dari pribadi

orang tua tunggal perempuan

b. Orang tua tunggal perempuan berhadapan

dengan sejumlah kondisi situasional

dibawah ini yang dapat membatasi

tindakannya dalam memenuhi fungsi

sosialisasi:

1. Seorang ayah biasanya dianggap

keras dalam mendidik anak,

sedangkan seorang ibu biasanya

lunak dan sabar. Sehingga

cenderung anak akan jadi bandel

jika hanya ibu saja yang berperan

2. Untuk mendidik anak dan

dijadikan contoh buat anak-

anaknya. Kadang hanya dilakukan

seorang ibu saja masih kurang

3. Bisa jadi anak menjadi bandel

karena pergaulannya. Karena

biasanya anak-anak ini mudah

bergaul dan punya banyak teman.

Anak menjadi nakal dapat

Page 109: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

disebabkan karena tidak ada figur

yang ditakuti atau disegani.

c. Orang tua tunggal perempuan berhadapan

dengan sejumlah kondisi situasional

dibawah ini yang dapat membatasi

tindakannya dalam memenuhi fungsi

ekonomi:

1. Kebanyakan dari mereka bekerja

pada sektor non-formal seperti

dagang, berjualan makanan,

menjahit, loundry ,dll, sehingga

keadaan keuangannya pas-pasan

untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

2. Keadaan ekonomi keluarga orang

tua tunggal perempuan terlihat

kurang baik, karena tulang

punggung ekonominya sudah

tidak ada.

d. Orang tua tunggal perempuan berhadapan

dengan sejumlah kondisi situasional

dibawah ini yang dapat membatasi

tindakannya dalam memenuhi fungsi

perlindungan:

1. Dijumpai bahwa masyarakat

mengganggap fungsi perlindungan

dari keluarga orang tua tunggal

perempuan menjadi tidak optimal

jika hanya dilakukan oleh seorang

ibu. Sebabnya adalah terbatasnya

waktu yang disebabkan sibuk

mencari nafkah sehingga

pengasuhan, kasih sayang dan

termasuk di dalamnya

perlindungan tehadap anak

menjadi kurang. Seorang ayah

atau laki-laki sering dianggap

sebagai kepala keluarga, serta

pelindung yang baik untuk

memberikan perasaan tenteram

dan kenyamanan dalam keluarga

5 Aktor berada di

bawah kendala dari

nilai-nilai, norma-

norma dan berbagai

ide abstrak yang

a. Orang tua tunggal perempuan berada di

bawah kendala dari nilai-nilai, norma dan

berbagai ide abstrak dibawah ini yang

mempengaruhinya dalam memilih dan

menentukan tujuan serta tindakan

Page 110: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

mempengaruhinya

dalam memilih dan

menentukan tujuan

serta tindakan

alternatif untuk

mencapai tujuan.

Contohnya kendala

kebudayaan

alternatif untuk pemenuhan fungsi

pengaturan seksual:

1. Berkaitan dengan usaha untuk

mencari pasangan kembali dalam

rangka pemenuhan fungsi

pengaturan seksual, ada persepsi

yang berkembang di masyarakat

yang konservatif yaitu bahwa

usaha untuk mendekati lawan jenis

tidak lazim dilakukan wanita dan

lebih melekat pada laki-laki.

b. Orang tua tunggal perempuan berada di

bawah kendala dari nilai-nilai, norma dan

berbagai ide abstrak dibawah ini yang

mempengaruhinya dalam memilih dan

menentukan tujuan serta tindakan

alternatif untuk pemenuhan fungsi

sosialisasi:

1. Formasi keluarga dengan orang

tua tunggal dianggap akan

mempengaruhi moral anak

2. Kalau anak-anaknya masih kecil-

kecil, ketiadaan seorang ayah

berpengaruh terhadap tumbuh

kembang anak, tetapi saat anak-

anak sudah dewasa, pengaruh ini

menjadi berkurang. Karena tingkat

kedewasaan anak sendiri.

3. Bisa jadi anak menjadi bandel

karena pergaulannya. Karena

biasanya anak-anak ini mudah

bergaul dan punya banyak teman.

Anak menjadi nakal dapat

disebabkan karena tidak ada figur

yang ditakuti atau disegani

c. Orang tua tunggal perempuan berada di

bawah kendala dari nilai-nilai, norma dan

berbagai ide abstrak dibawah ini yang

mempengaruhinya dalam memilih dan

menentukan tujuan serta tindakan

alternatif untuk pemenuhan fungsi

ekonomi:

1. Karena didapati kebanyakan dari

mereka bekerja pada sektor non-

formal seperti dagang, berjualan

makanan, menjahit, loundry ,dll,

Page 111: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

sehingga keadaan keuangannya

pas-pasan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Ini berarti

mereka tidak mendapat

kesempatan bekerja pada sektor

informal karena status, usia dan

latar belakang terdahulu dimana

saat masih bersuami, suami

merekalah yang bertanggung

jawab utama dalam mencari

nafkah.

d. Orang tua tunggal perempuan berada di

bawah kendala dari nilai-nilai, norma dan

berbagai ide abstrak dibawah ini yang

mempengaruhinya dalam memilih dan

menentukan tujuan serta tindakan

alternatif untuk pemenuhan fungsi

perlindungan:

1. Seorang ayah atau laki-laki sering

dianggap sebagai kepala keluarga,

serta pelindung yang baik untuk

memberikan perasaan tenteram

dan kenyamanan dalam keluarga.

Page 112: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis menyimpulkan segala hal yang diperoleh dari penelitian yang telah

dilakukan. Ada beberapa hal yang muncul dan dibahas adalah merupakan hasil

refleksi dari bab-bab terdahulu. Berdasarkan pembahasan-pembahasan di depan

terdapat benang merah dari persepsi masyarakat tentang fungsi-fungsi keluarga

dalam keluarga orang tua tunggal perempuan yaitu :

1. Fungsi Pengaturan Seksual

Persepsi masyarakat kelas atas

Lebih baik menikah kembali

Jaman sekarang sulit, mencari uang harus sungguh-sungguh, pergaulan

anak juga harus diperhatikan

Tergantung dari usia dan kemauan pribadi dari orang tua tunggal

perempuan

Menganggap baik jika melihat mereka menikah kembali, karena

hakekatnya orang hidup itu berpasangan.

Juga untuk menghindari hubungan seksual tanpa status jelas, dan

melanggar tata susila (berzina).

menganggap sebagai suatu kewajaran

Page 113: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Selalu berpenampilan baik

Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat.

Tidak melihat atau menganggap adanya bentuk usahauntuk mendapatkan

pasangan kembali. Karena dari pihak laki-laki yang umumnya mendekati

permpuan.

Persepsi masyarakat kelas menengah

Sebaiknya menikah kembali untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan

rumah tangga.

Lebih baik mencari suami kembali agar ada yang membantu mengasuh

anak.

Menikah kembali adalah sah-sah saja.

Dapat mengurangi beban keuangan (finansial)

Menyembuhkan memori terdahulu.

Sebagai wanita, mereka juga membutuhkan pasangan hidup

Jika memang melakukan usaha tersebut, dianggap kewajaran.

Berpakaian dan berpenampilan baik serta sedap dipandang

Melakukan kegiatan-kegiatan yang menambah relasi (pergaulan)

Persepsi masyarakat kelas bawah

menikah kembali kelihatannya penting. Untuk mencari nafkah

agar tidak canggung saat menghadiri suatu acara semisal menghadiri pesta

(njagong).

Untuk mewakili dalam kegiatan di masyarakat.

Page 114: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Menikah kembali adalah ide yang baik. Walaupun mereka masih bisa

bertahan tanpa pasangan, tapi dengan adanya seorang pasangan mereka

bisa berkurang bebannya. Entah beban ekonomi, moral maupun dalam

masalah keluarga.

Melihatnya sebagai hal yang biasa (umum)

Melihatnya sebagai usaha untuk membentuk keluarga utuh kembali

Bagi seorang orang tua tunggal yang masih muda, menikah kembali adalah

hal yang wajar dan baik.

Segala usaha bagaimanpun dianggap wajar

Berpenampilan minimal tidak terlihat tidak sedap dipandang.

Berkomunikasi dengan orang secara baik dan menyenangkan

Dapat diajak bercanda

Jika mereka merasa ada laki-laki yang mendekati, mereka terlihat

menanggapi secara serius.

Tidak pernah melihat adanya usaha untuk mencari pasangan kembali.

Seorang orang tua tunggal perempuan terlihat genit saat berkomunikasi

dengan laki-laki.

2. fungsi sosialisasi

Persepsi masyarakat kelas atas

Dalam mengasuh anak terlihat cukup kerepotan

Terlihat mengutamakan bekerja (mencari nafkah sehari-hari) sehingga

repot dalam pengasuhan anak.

Page 115: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Saat bekerja, biasanya anak-anak mereka dititipkan ke orang tua, dan

setelah pulang bekerja, mereka menjemputnya kembali.

Penting, karena dalam pengasuhan anak, ayah dan ibu sama pentingnya.

Saling melengkapi.

Sangat penting, karena figur seorang ayah selalu berdampingan dengan

adanya figur seorang ibu.

Dampaknya adalah anak merasa tidak ada figur dapat dijadikan pelindung

dan kepala keluarga.

Lama kelamaan akan sedikit pengaruhnya.

Dampak yang diterima biasanya anak-anak merasa kurang mendapat

perhatian.

Dapat juga karena biaya untuk menyekolahkan anaknya tidak ada.

Menyebabkan anak putus sekolah atau tidak berlanjut.

Hubungan bermasyarakat baik.

Sering melihat mereka mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

Boleh-boleh saja, karena semua orang boleh untuk turut ambil bagian

dalam kegiatan masyarakat.

Persepsi masyarakat kelas menengah

Biasanya pengasuhan anak diserahkan kepada nenek.

Pengasuhan anak menjadi berkurang (tidak optimal) karena waktunya

banyak tersita untuk bekerja.

Dalam mendidik anak menjadi seadanya.

Page 116: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Sangat penting karena mempengaruhi moral anak.

Kehadiran orang tua laki-laki dirasa penting saat anak-anak masih kecil.

Saat anak-anaknya sudah dewasa, bisa mengurus dirinya sendiri.

Kebanyakan anak lebih mandiri.

Ada anak-anaknya yang tumbuh menjadi anak nakal karena pergaulannya

sendiri.

Biasanya anak-anak ini mudah bergaul dan mempunyai banyak teman.

Tidak terlalu diperhatikan karena fokus kepada anak

Bargaulnya dengan masyarakat baik. Mungkin karena memang orang asli

daerah ini.

Dalam bersosialisasi dengan masyarakat tidak ada bedanya antara saat ini

dengan saat masih bersuami dahulu.

Persepsi masyarakat kelas bawah

seorang suami atau bapak, biasanya bisa memberi pendidikan dan

pengarahan yang sedikit keras dibanding seorang ibu

Seorang ayah bisa lebih disegani atau ―ditakuti‖ anak,

Seorang ibu belum tentu bisa mengganti peran ini.

Seorang ibu cenderung lebih sabar dan lunak.

Jadi bisa jadi anak cenderung akan jadi bandel jika kebetulan ibunya tidak

memberi pengajaran yang baik.

Tanpa pasangan hidup pasti dia lebih kesulitan dalam mengatur anak-

anaknya,

Page 117: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Terlihat mereka mempunyai keluarga yang baik-baik saja. Karena jarang

terlihat membentak-bentak anaknya. (sepengetahuan informan)

Dianggap penting untuk mendidik anak dan sebagai contoh anak-anaknya.

kalau hanya dilakukan ibunya dirasa kurang.

Harus diakui itu merupakan suatu hal yang penting.

Penting dalam mencari nafkah keluarga, jadi nantinya sang istri bisa lebih

fokus dalam memperhatikan anak-anaknya (mengasuh anak).

Ketidak hadiran seorang bapak terlihat sangat berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anaknya.

Bisa jadi anak bisa lebih cepat dewasa dalam beberapa hal misalnya sudah

bisa membantu mencari nafkah walaupun usia mereka masih kecil.

Ada juga yang berakibat anaknya menjadi cenderung menjadi anak nakal

karena tidak adanya figur yang ditakuti atau disegani.

Perkembangan anak jadi lebih baik, karena si ibu perhatiannya lebih fokus

ke anaknya tanpa ada permasalahan orangtuanya.

Dalam berhubungan sosial kemasyarakatan mereka baik.

Mereka aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

Mereka malah tidak menarik diri dari masyarakat.

mereka kurang dalam berperan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat

karena kemungkinan sibuk bekerja.

3. Fungsi ekonomi

Persepsi masyarakat kelas atas

Page 118: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Keadaan ekonomi telihat kurang begitu baik. Keungkinan karena tulang

punggung ekonominya sudah tidak ada.

Kebanyakan para single parent disini pekerjaanya dalam sektor non-

formal.

Secara ekonomi biasanya memiliki keuangan yang pas-pasan untuk

keperluan hidup sehari-hari.

Orang hidup harus bekerja. Kebanyakan disini mereka bekerja sebagai

pedagang, salon dan lain-lain

Untuk usaha pemenuhan kebutuhan ekonomi merupakan bentuk tanggung

jawab dari seorang ibu.

Dari desa sendiri cukup banyak bantuan yang diberikan kepada keluarga

janda-janda.

Dan kemungkinan tetangga–tetangga mereka juga membantu.

Mungkin perhatian dalam hal mengasuh anak-anaknya.

Persepsi masyarakat kelas menengah

Karena tuntutan ekonomi menjadikan ibu tunggal yang bertanggung jawab

sendiri maka memprioritaskan mencari uang jadi secara ekonomi mereka

mampu

Terlihat pas-pas an karena sejak dahulu tidak ada peningkatan dalam hal

ekonomi.

Mereka terlihat cukup bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya.

Terlihat ubet (rajin dan sibuk).

Page 119: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Jika dianggap dalam kategori keluarga miskin, bantuan dari desa semacam

beras Raskin, Jamkesmas atau yang lainnya bias diberikan.

Tetangga dekat biasa membantu. Contoh : dalam mengasuh anak, memberi

zakat saat hari raya, dan membeli barang dagangannya.

Persepsi masyarakat kelas bawah

Secara ekonomi kurang baik atau selalu mengalami kesulitan.

penyebabnya adalah yang bekerja satu orang. Padahal dan rata-rata mereka

bekerja di sektor informal, seperti dagang atau jualan makanan, menjahit,

dan lain-lain.

Malah kebanyakan rata-rata lebih baik. Karena dengan menjadi orang tua

tunggal mereka terpaksa berbuat lebih untuk mencari uang untuk anak-

anaknya.

Mereka terkondisikan untuk bekerja keras. Alasannya adalah untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Saat masih ada suami, urusan mencari nafkah menjadi tanggung jawab

suami. Sekarang menjadi tanggung jawabnya.

Ada juga beberapa yang mempunyai anak yang cukup dewasa sehingga

sudah ikut membantu orang tuanya (dalam hal mencari uang)

Dalam usaha mencari uang segala pekerjaan dikerjakan dan dengan rajin

Bantuan ekonomi semisal kredit lunak

Terlihat juga sudah ada beberapa bantuan dari tetangga yang memberikan

santunan kepada anak-anaknya

Page 120: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Bantuan terlihat juga dari masjid saat hari raya idul fitri atau zakat fitrah

dan zakat mal dan hari raya Idul Adha atau daging kurban.

Bantuan moral lebih penting, contohnya persamaan hak dalam

bermasyarakat, jadi tidak ada istilah karena janda terus tidak

diikutsertakan dalam kegiatan masyarakat seperti kerja bakti atau rapat-

rapat RT.

4. Fungsi perlindungan

Persepsi masyarakat kelas atas

Dampaknya anak merasa tidak ada figur yang bisa jadi pelindung, jadi

kepala keluarga, nggo dekeng (sebagai pelindung)

tapi lama kelamaan akan sedikit pengaruhnya.

Persepsi masyarakat kelas menengah

Ada anak yang cenderung menjadi nakal

Menjadi nakal karena pengaruh pergaulan anak

Anak-anak biasanya mudah bergaul dan mempunyai banyak teman

Persepsi masyarakat kelas bawah

sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anaknya.

Bisa jadi anak bisa lebih cepat dewasa dalam beberapa hal misalnya sudah

bisa membantu mencari nafkah walaupun usia mereka masih kecil.

Ada juga yang berakibat anaknya menjadi cenderung menjadi anak nakal

karena tidak adanya figur yang ditakuti atau disegani.

Page 121: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Menjalani peran sebagai orang tua tunggal bagi seorang perempuan

bisa dikatakan mereka menjalani tindakan penuh arti yang mempunyai

hakekat bagaimana mereka bisa mempertahankan eksistensi dirinya di dalam

masyarakat dengan tetap bertahan hidup mencari nafkah seorang diri,

memberikan pengasuhan dan pengajaran sebaik-baiknya terhadap anak-

anaknya dengan tanpa kehadiran figur suami. Suami dalam budaya

masyarakat kuno hingga modern sekarang masih dianggap sebagai peyedia

nafkah utama dalam struktur keluarga inti. Lengkapnya figur suami dan isteri

dalam struktur keluarga disamping tentunya anak, juga dianggap ideal untuk

terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga.

Kesadaran untuk menerima dan menyikapi keadaan sebagai orang tua

tunggal membuat mereka lebih bertanggung jawab sepenuhnya terhadap diri

sendiri dan anak-anaknya. Ketergantungan kepada suami dalam hal ekonomi

yang sebelumnya terjadi saat ada suami menjadi hilang. Mereka diarahkan

keadaan untuk bekerja keras mencari nafkah. Pekerjaan–pekerjaan yang

mereka jalani ternyata tidak menghasilkan materi yang berlebih. Kondisi ini

mengakibatkan kondisi finansial mereka kurang mencukupi untuk memenuhi

standar kelayakan hidup. Dampaknya bisa dilihat dari kondisi tempat tinggal

yang diantara dari mereka ada yang berstatus mager sari. Kepemilikan

perabot-perabot dan kondisi fisik hunian yang sederhana menjadi penanda

bahwa mereka memang keluarga dengan low income atau berpenghasilan

Page 122: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

rendah. Dampak lain adalah tidak maksimalnya pemenuhan kebutuhan

pendidikan anak. Anak-anaknya sudah dicukupkan untuk mengenyam

pendidikan sampai SLTA atau SLTP.

Kebutuhan seksual bisa dikatakan keniscayaan yang hampir ada pada

semua manusia normal. Karena salah satu ciri makhluk yaitu hakekat untuk

berkembang biak. Masyarakat mempersepsikan, sebagai seorang orang tua

tunggal, pemenuhan kebutuhan seksual mereka menjadi tidak sama lagi

keadaanya seperti saat masih mempunyai pasangan dan usia yang tidak

terlalu tua menjadi faktor penguat, bahwa kebutuhan seksual disadari atau

tidak masih dibutuhkan seorang orang tua tunggal perempuan. Mereka juga

dipersepsikan melakukan tindakan-tindakan atau usaha untuk mendapatkan

pasangan kembali.

Norma-norma dalam masyarakat mengatur agar pemenuhan kebutuhan

seksual anggotanya diatur sebaik-baiknya dan seyogyanya dalam pernikahan.

Masyarakat menganggap perlunya seorang orang tua tunggal perempuan

untuk mendapatkan pasangan kembali dan mengesahkannya dalam

pernikahan. Orang tua tunggal perempuan sendiri menyadari adanya

semacam anjuran, atau dukungan dari tetangga dan keluarga baik secara

langsung maupun tidak untuk mencari pasangan atau menikah kembali. Hal

ini relevan dengan pendapat Teori aksi yang menyatakan walaupun Aktor

atau individu mempunyai kebebasan dalam menilai dan memilih alternatif

tindakan tetapi juga dibatasi oleh tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan

norma serta situasi penting lainnya.

Page 123: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Dalam hal memberikan, pengasuhan, pendidikan, dan penanaman nilai-

nilai sosial kepada anak-anaknya, masyarakat melihat seorang orang tua

tunggal perempuan juga memilih alternatif tindakan untuk mengatasi

persoalan ketiadaan figur suami mencapai tujuan itu. Dalam hal pengasuhan,

mereka dinggap mengalami kerepotan karena hanya seorang diri

melakukannya dan disibukkan dengan urusan mencari nafkah. Mereka

mempunyai cara yang diperkirakan cocok agar urusan anak dan mencari

nafkah bisa berjalan baik yaitu dengan menitipkan anak-anaknya terutama

yang masih kecil kepada orang tuanya saat sedang repot beraktifitas atau saat

sedang bekerja. Kemudian mengambil kembali saat sudah selesai beraktifitas.

Selain dari orang tua, ada juga bantuan dari anak-anaknya yang sudah dewasa

dan dari tetangga sekitar yang dengan keadarannya membantu mengasuh.

Fungsi ekonomi dalam formasi keluarga dengan orang tua tunggal

perempuan. Mereka sering dianggap mengalami banyak kesulitan dalam hal

keuangan dan pemenuhan kebutuhan. Pada akhirnya muncul kesadaran dari

diri sendiri mereka untuk bertanggung jawab sepenuhnya dalam hal mencari

nafkah untuk kelangsungan hidup dirinya dan anak-anaknya.

Anak-anak mencari perlindungan dan ketentraman dalam kelompok teman

sepermainan. Ada kecenderungan bahwa anak-anak dari keluarga seperti ini

memiliki semangat bergaul yang baik dan mempunyai banyak teman. Mereka

memilih, menilai, dan mengevaluasi tindakan yang akan, sedang, dan telah

dilakukannya (membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu) yatu dengan

mencari teman sebanyak-banyaknya dan berharap menemukan yang tidak

Page 124: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

ditemukannya dalam keluarga. Termasuk di dalamnya perlindungan dan

ketenteraman.

Teori aksi relevan dengan temuan-temuan dalam penelitian ini. Skema

unit-unit dasar tindakan sosial Parsons dengan empat karakteristiknya

terpenuhi dengan hasil penelitian.

2. Implikasi Metodologis

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ―Bagaimana persepsi

masyarakat tentang orang tua tunggal perempuan di daerah Baturan,

Colomadu, Karanganyar?‖. Berdasarkan masalah yang diajukan, maka jenis

penelitian yang dianggap sesuai adalah jenis penelitian Deskriptif Kualitatif.

Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan

mendiskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu. Fenomena sosial

yang ingin dijelaskan secara terperinci di sini adalah persepsi masyarakat

terhadap orang tua tunggal perempuan.

Lokasi penelitian ini dilakukan adalah di Desa Baturan, Colomadu,

Karanganyar, Jawa Tengah. di salah satu kampung di desa ini yaitu kampung

Griyan, RT 04/01, Baturan, terdapat 5 orang tua tunggal perempuan dengan

rentang umur 30 sampai 40 tahun yang 2 diantaranya ditinggal suaminya

meninggal dunia, 2 orang yang bercerai dan seorang wanita beranak satu yang

berstatus mempunyai pasangan tidak resmi dan tinggal seatap (kumpul kebo).

Alasan tersebut melatar belakangi penulis untuk memilih lokasi penelitian di

daerah Baturan, Colomadu, Karanganyar.

Page 125: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Jenis data ada dua macam yaitu Data Primer dan Data Sekunder. Data

primer diperoleh dari informan (nara sumber) yaitu pembagian masyarakat

berdasarkan stratifikasi sosial (pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas-kelas secara bertingkat). Kelas–kelas itu adalah masyarakat kelas

atas (upper class), masyarakat kelas menengah (midle class), dan masyarakat

kelas bawah (lower class). Setiap kelas terdapat dua orang informan.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari surat kabar, media internet, dan data

dari arsip lembaga terkait (Data Monografi Desa Baturan pada keadaan bulan

Juni tahun 2009).

Teknik pengambilan data menggunakan empat macam teknik yaitu 1.)

Observasi 2.) Wawancara Mendalam (in-depth interview) 3.) Interview Guide

dan 4.) Dokumentasi. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi melibat

atau observasi langsung. Peneliti terlibat secara pasif, dimana kedudukan

peneliti hanya sebagai pengamat bukan sebagai anggota penuh dari subyek

yang diteliti. Proses pengamatan berlangsung terus menerus selama proses

penelitian hingga penulisan laporan penelitian. Teknik wawancara yang

dilakukan adalah dengan berkomunikasi secara langsung, bertatap muka,

terbuka, dan tidak kaku agar didapat data yang holistik (menyeluruh). Selama

mengajukan pertanyaan, dan menerima informasi jawaban, penulis berusaha

langsung mencatatnya ke dalam catatan lapangan (field notes). Penulis tidak

menggunakan alat perekam karena memang menemui hambatan dalam

penyediaannya serta alasan jika menggunakan perekam, informan justru

cenderung tidak bisa terbuka (open minded). Dalam melakukan wawancara,

Page 126: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

penulis tetap mempergunakan panduan wawancara atau interview guide agar

fokus penggalian data tetap terjaga. Sedangkan teknik dokumentasi yang

dimaksud adalah, penulis mencatat, menyadur, menyarikan laporan-laporan

(Data Monografi Desa Baturan pada keadaan bulan Juni tahun 2009) dan

literatur (jurnal-jurnal ilmiah yang berasal dari internet).

Pengambilan sampel dalam dalam studi-studi kualitatif lebih menekankan

pada kualitas sampel dan bukan jumlahnya. Dalam penelitian ini juga

demikian. Pengambilan sampel seperti ini disebut sebagai pengambilan

sampel purposif. Kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk menentukan

sampel dari anggota masyarakat adalah berdasarkan stratifikasi sosial.

Sedangkan informan dari orang tua tuanggal perempuan, sudah terwakili

dengan sampel dua orang.

Setelah metode-metode diatas, selanjutnya metode yang penting agar

pembaca laporan ini dapat follow the logic dengan baik laporan penelitian ini

adalah teknik analisis data. Dalam analisis data memerlukan pengerjaan yang

sistematis, komunikatif dan komprehensif dalam merangkai dan merespon,

mengorganisasi data, menyusun data dan merakitnya ke dalam satu kesatuan

logis sehingga jelas kaitannya. Analisis data melaui tahapan proses reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Mengenai validitas data, penulis menggunakan triangulasi data atau

sumber. Secara teknis adalah sebagai berikut. 1.) Data yang diperoleh pada

satu kesempatan diperiksa kembali pada kesempatan lain. 2.) Menggali

informasi atau data dari narasumber lain (nara sumber lain adalah dari

Page 127: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

keluarga penulis yang juga merupakan anggota masyarakat di lokasi

penelitian). 3.) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara. 4.) Membandingkan data hasil wawancara dengan catatan, arsip

atau dokumen yang terkait (dari penelitian terdahulu dan jurnal-jurnal ilmiah)

Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan, karena penelitian

kualitatif hanya berlaku pada lokasi penelitian ini saja. Pada peristiwa, tempat

dan waktu yang lain, kemungkinan ditemui perbedaan.

3. Implikasi Empiris

Persepsi masyarakat desa Baturan, Colomadu, Karanganyar terhadap

orang tua tunggal perempuan tidak semuanya berbanding lurus dengan

keadaan sebenarnya yang terjadi pada orang tua tunggal perempuan sendiri

walaupun ada juga kesesuaian. Jika masyarakat menganggap ketiadaan

pasangan membuat mereka menjadi kesepian, kesusahan, dan kerepotan, pada

kenyataannya, mereka juga melakukan tindakan-tindakan untuk pemecahan

persoalan. Seiring bertambahnya waktu, mereka dapat menerima dan

bertanggung jawab atas keadaan mereka. Selalu ada optimisme dalam figur-

figur seperti ini.

Persepsi masyarakat yang kurang menyenangkan yang dirasakan oleh

orang tua tunggal perempuan tidak jarang membuat hubungan antar individu

dalam masyarakat menjadi tegang dan tidak harmonis. Ada contoh yang

didapat dari penelitian ini yang menyatakan ada orang tua tunggal perempuan

yang sampai tidak saling menegur dengan tetangganya hanya karena sering

Page 128: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

dibicarakan (dirasani) tidak baik, dan selalu dicandai yang kuran

menyenangkan oleh tetangganya tersebut.

C. Saran-saran

1. Saran pertama yang penulis sarankan kepada pembaca laporan hasil

penelitian ini (juga kepada pribadi penulis sendiri) adalah berpikiran

positif terhadap orang tua tunggal perempuan dalam segala hal. Pandangan

yang merendahkan perempuan pada gilirannya telah menempatkan

perempuan sebagai sub ordinat dari laki-laki. Dari posisi yang sub ordinat

inilah kemudian sejumlah kekerasan terhadap perempuan akan terjadi:

diskriminasi, sub ordinasi, marginalisasi, beban ganda dan lain-lain.

Akibat ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, wanita dianggap lemah

dan tidak bisa berbuat banyak untuk ―berjuang‖ mempertahankan

nasibnya.

2. Ada pihak-pihak yang ikut mencarikan solusi konkret untuk membantu

menyelesaikan persoalan sosial yang menimpa keluarga orang tua tunggal

perempuan. Sebagai contoh pertama adalah jika keluarga orang tua

tunggal permpuan dikategorikan termasuk keluarga miskin, bisa diberikan

bantuan sementara seperti tunjangan bulanan, dan untuk kelanjutannya

agar bisa meningkatkan taraf ekonomi dapat dengan pemberian bantuan

kredit lunak untuk pengembangan usaha-usaha ekonominya. Mereka

ternyata adalah perempuan-perempuan hebat yang punya potensi keuletan

dan perempuan yang mau bekerja keras. Contoh kedua adalah bantuan

untuk anak-anak dari keluarga orang tua tunggal perempuan. Dalam

Page 129: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

penelitian ini ditemui, ada anak yang tidak dapat melanjutkan

pendidikannya ke jenjang selanjutnya dan putus sekolah. Diharapkan

adanya pihak yang ikut membantu beaya pendidikan anak-anak ini semisal

dari dermawan, pihak desa, panti asuhan, dan yang lainnya.

3. Saran yang ketiga yang dapat penulis sampaikan adalah agar pembaca

dapat memahami kondisi-kondisi yang mungkin selama ini tidak mereka

ketahui dan hanya dirasakan oleh single parent sendiri tentang kehidupan

menjadi orang tua tunggal perempuan. Keadaan-keadaan yang ada tidak

selalu berbanding lurus dengan persepsi yang ada dalam masyarakat.

4. Menghargai peran orang tua tunggal perempuan dalam bermasyarakat.

Kadang ditemui, seorang perempuan yang menjadi single parent merasa

tidak disegani atau ditakuti, yang pada akhirnya mereka merasa kurang

aman juga. Gangguan-gangguan atau semacam pelecehan tidak jarang

muncul hanya karena mereka tidak bersuami. Contohnya adalah yang

penulis dapatkan dari penelitian ini adalah ada yang menjangkar saat

menyebut nama atau memanggil orang tua tunggal perempuan padahal

usianya jauh lebih muda, kemudian mengaitkan-mengaitkan suatu topik

pembicaraan dengan seorang orang tua tunggal perempuan, ada lagi adalah

candaan-candaan mengenai status mereka yang kemungkinan menggangu

mereka.

5. Adanya penelitian-penelitian untuk menindaklanjuti (mengembangkan)

hasil temuan penelitian. Seperti dalam hal penelitian mengenai tidakan-

Page 130: digilib.uns.ac.id/Persepsi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

tindakan sosial yang akan dilakukan setelah mempersepsikan orang tua

tunggal perempuan.

6. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai sebuah tolok ukur tentang

persepsi yang ada di masyarakat mengenai seluk beluk kehidupan menjadi

orang tua tunggal perempuan.