--suhaiba-8985-1-12-suha-a

download --suhaiba-8985-1-12-suha-a

of 125

Transcript of --suhaiba-8985-1-12-suha-a

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    1/125

    i

    SKRIPSI

    PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT

    PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN

    PASCA OPERASI KATARAK DI POLI MATARSUD DR H CHASAN BOSOIRIE

    TERNATE

    Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

    mendapatkan gelar Sar jana Keperawatan (S.Kep)

    OLEH :

    SUHAIBA

    NIM : C121 11 656

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2012

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    2/125

    ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT

    PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN

    PASCA OPERASI KATARAK DI POLI MATARSU DR H CHASAN BOSOIRIE

    TERNATE 

    Oleh

    SUHAIBA

    C 121 11 656

    Skripsi ini diterima dan disetujui untuk dipertahankan di depan tim penguji

    Dosen Pembimbing:

    Pembimbing I,

    (Silvia Malasari, S.Kep.,Ns.,MN)

    Pembimbing II,

    (Andi Masyitha Irwan,S.Kep.,Ns.,MAN)

    Mengetahui:

    Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan,

    Dr. Dra. Werna Nontji, S.Kp.,M.Kep

     NIP. 19500114 197207 2 001 

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    3/125

    iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    SKRIPSI

    “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKATPENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATANPASCA OPERASI KATARAK DI POLI MATA

    RSUD DR H CHASAN BOSOIRIETERNATE” 

    Telah dipertahankan dihadapan Sidang Tim Penguji Akhir

    Hari/Tanggal : Rabu, 23 Januari 2013

    Pukul : 10.00-12.00

    Tempat : Ruang GA 402 Lantai 4 PSIK Unhas

    Oleh:

    SUHAIBA

    C121 11 656

    Dan yang bersangkutan dinyatakan

    LULUS

    Tim Penguji Akhir 

    Penguji I : Yuliana Syam,S.Kep.,Ns.,M.Kes ..................................

    Penguji II : Sahrul Ningrat,S.Kep.,Ns ..................................

    Penguji III : Silvia Malasari, S,Kep.,Ns.,MN ..................................

    Penguji IV :Andi Masyitha Irwan,S.Kep,Ns.MAN .................................. 

    Mengetahui:

    A.n. Dekan

    Wakil Dekan Bidang Akademik

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Hasanuddin,

    Prof. dr. Budu, Ph.D.,Sp.M.,KVR NIP. 19661231 199503 1 009 

    Ketua Program Studi Keperawatan

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Hasanuddin,

    Dr. Dra. Werna Nontji, S.Kp.,M.Kep NIP. 19500114 197207 2 001 

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    4/125

    iv

    Pernyataan Keaslian Skripsi 

    Yang bertanda tangan di bawah ini

     Nama : Suhaiba

     NIM : C121 11 656

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

    merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan atau

     pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

    sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya

     bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi yang

    seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.

    Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan sama

    sekali.

    Makassar, Januari 2013

    Yang membuat pernyataan,

    (Suhaiba)

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    5/125

    v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

    segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan judul “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

     pengetahuan keluarga tentang perawatan pasca operasi katarak di Poli Mata RSUD

    Dr H Chasan Bosoirie Ternate”.

    Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

     pendidikan Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)

    Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Penulis menyadari bahwa

    dalam penyusunan skripsi ini tak lepas dari petunjuk, bantuan, bimbingan dan arahan

    dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan rasa

    terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

    1.  Bapak Prof. Dr. dr. Irawan Yusuf, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    Universitas Hasanuddin Makassar.

    2.  Bapak Prof. dr. Budu, Ph.D.,Sp.M.,KVR selaku wakil dekan bidang akademik

    Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

    3.  Ibu Dr. Dra. Werna Nontji, S.Kp.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

    Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

    4.  Ibu Silvia Malasari, S.Kep.,Ns.,MN selaku pembimbing I dan Ibu Andi Masyitha

    Irwan, S.Kep.,Ns.,MAN selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk,

     bimbingan, arahan dan motivasi sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.

    5.  Ibu Yuliana Syam, S.Kep.,Ns.,M.Kes dan Bapak Sahrul Ningrat, S.Kep.,Ns.

    selaku tim penguji skripsi yang telah memberikan arahan, kritik dan sarannya

    demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    6/125

    vi

    6.  Direktur RSUD Dr H Chasan Bosoirie Ternate, yang telah memberikan izin

    untuk penelitian.

    7.  Koordinator Poli Mata RSUD Dr H Chasan Bosoirie Ternate beserta staf yang

    telah banyak memberikan bantuan dalam proses penelitian.

    8.  Segenap dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

    Universitas Hasanuddin Makassar yang telah memberikan pengetahuan, motivasi

    dan bimbingan selama penulis menyelesaian pendidikan di Program Studi Ilmu

    Keperawatan.

    9.  Rekan-rekan Ners B angkatan 2011 yang telah memberikan bantuan, semangat

    dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

    10. Teristemewa pernyataan terima kasih yang tak ternilai harganya dengan ikhlas

    saya persembahkan kepada kedua orang tuaku, suami dan anakku tersayang,

    saudara-saudaraku serta seluruh keluarga atas segala doa, pengorbanan dan

    motivasi selama penulis mengikuti pendidikan.

    Semoga segala bantuan dan dukungan dari semua pihak yang telah membantu

     penulis, kiranya mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya

    itu segala kritik dan saran yang konstruktif penulis harapkan untuk kesempurnaan

    skripsi ini. Semoga skripsi ini bernilai dan dapat memberikan sumbangan serta

     bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang

    keperawatan dan kesehatan. Amin.

    Makassar, Januari 2013

    Penulis

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    7/125

    vii

    ABSTRAK

    Suhaiba, C12111656  “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKATPENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN PASCA OPERASI KATARAK DI

    POLI MATA RSUD Dr H C HASAN BOSOIRIE TERNATE” di bimbing oleh Silvia Malasari

    dan Andi Masyitha Irwan.(Xiv + 79 halaman + 3 bagan + 1 gambar + 4 tabel + 11 lampiran ).

    Latar belakang  : Katarak kini masih menjadi penyakit yang paling dominan pada mata penyebab

     paling utama kebutaan. Paling sedikit 50% dari semua kebutaan diantaranya terdapat di Negara

     berkembang. Tidak terkecuali Indonesia, dimana berdasarkan hasil suevei kesehatan indera

     penglihatan dan pendengaran 1993-1996, prevalensi kebutaan 1,5% dan lebih separuhnya di sebabkan

     pleh katarak yang belum dioperasi (Depkes, 1998).Metode: Rangcangan penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah eksperimental semu

    (Quasi eksperimental design), dengan desain  Nonequivalent control group design. Metode sampling

    yang di gunakan adalah purposive sampling dan sampel yang dimiliki adalah 36 orang yaitu 18 orang

    untuk kelompok perlakuan dan 18 orang untuk kelompok intervensi. Data dianalisa secara univariat

    dan bivariat dengan menggunakan uji t- test berpasangan (untuk variabel dependen) dan uji  Man

    whitney utuk kelompok kontrol dengan tingkat kemaknaan  p  < α (0,05). Penelitian ini berlangsungkuranglebih 1 bulan mulai dari tanggal 17 Juli- 23 Agustus 2012.

    Hasil: Pengetahuan keluarga tentang perawatan pasca operasi katarak di poli mata RSUD Dr H Chsan

    Bosoirie sebelum di berikan pendidikan kesehatan (pre test) dan setelah di berikan pendidikan

    kesehatan (post test) mengalami peningkatan, didapatkan nilai p =

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    8/125

    viii

    ABSTRACT

    Suhaiba, C12111656 ”THE INFLUENCES OF HEALTH EDUCATION AND THE FAMILIES

    UNDERSTANDING OF CARE ABOUT CATARACT AFTER OPERATION AT THE EYES

    CLINIC IN Dr.H.CHASAN BOSOIRIE HOSPITAL”  guided by, Silvia Malasari and Andi

    Masyitha Irwan.

    (xiv + 79 pages + 3 chart + 1 picture + 4 tables + 11attachment).

    Background: Cataract is one of disease that still dominate on eyes, which it causes for the blind.

    It’s happened for 50 % ( fifty percent ) on the development country. Mean while, based on healthassessment for sense of sight and hearing 1993  –  1996, the blind prevalence 1,5 % and the rest ofthem were caused by Cataract who did ne operated ( Health Department 1998 ). 

    Methods:  The researcher used Quasi experimental Design  with  Nonequivalent Control Group

     Design. The sampling method used in this research was  Purposive Sampling  and the sample

    collected were 36 people. They were classified into ; 18 were treatment group and 18 wereintervention group. In analyzing data, the researcher used Univariate and Bevariate  by using

    Wilcoxon ( for dependent variable ) and man whitney for group control by mean  p < a ( 0,05 ). Theresearch has been starting for one month, it’s 17 July until 23 August 2012. Results: The families understanding the care of post operation of cataract at RSUD Dr. H Chasan

    Bosoirie before the pre test and after the post test was getting higher it’s reached on p = < 0, 001  bymean there was an influence of health education families the understanding about how to carecataract after operation.  Conclusion and suggestion: There was a meaningful influences of health

    education to the families understanding about how to care the Cataract after operation. From this

    research, hopefully the Public Hospital officials and the staff make the permanent standard

     procedure, to support the health education, especially, how to care the patients after received the

    operation of cataract.

    Key Word : Health Education, The Families Understanding, Cataract.

    Reference : 28 ( 1998 –  2011 )

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    9/125

    ix

    DAFTAR ISI

    Hal

    HALAMAN JUDUL …………………………………………………………...  i

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

    PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ..................................................... iv

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

    ABSTRAK ........................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ……………………………………………………………………  ix

    DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………  xii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 

    A.  Latar Belakang ………………………………………………… 

    B.  Rumusan Masalah …………………………………………....... 

    C.  Tujuan Penelitian ……………………………………………… 

    D.  Manfaat Penelitian …………………………………………….. 

    1

    1

    4

    5

    6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 

    A.  Tinjauan umum tentang katarak .................................................

    B.  Tinjauan umum tentang pendidikan kesehatan...........................

    C.  Tinjauan umum tentang pengetahuan ………………………… 

    D.  Tinjauan umum tentang keluarga ..............................................

    7

    8

    25

    35

    42

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    10/125

    x

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS …………………….. 

    A.  Kerangka Konsep .......................................................................

    B.  Hipotesis .....................................................................................

    49

    50

    BAB IV METODE PENELITIAN …………………………………............ 

    A.  Rangcangan Penelitian ……………………………………….

    B.  Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………….... 

    C.  Populasi, Sampel dan Sampling ………………………………. 

    D.  Alur Penelitian ............................................................................

    E.  Cara kerja………………………………………………………. 

    F.  Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ……………..... 

    G.  Instrumen Penelitian …………………………………………... 

    H.  Pengolahan dan Analisa data ………………………………..... 

    I.  Etika Penelitian ..…………………………………………........ 

    51

    51

    53

    53

    57

    58

    59

    60

    61

    63

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A.  Hasil Penelitian ...........................................................................

    B.  Pembahasan ................................................................................

    C.  Keterbatasan Penelitian ............................................................. 

    65

    65

    69

    76

    BAB VI PENUTUP

    A.  Kesimpulan .................................................................................

    B.  Saran ........................................................................................... 

    77

    77

    78

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    11/125

    xi

    LAMPIRAN-LAMPIRAN 

    DAFTAR BAGAN

    Hal

    Bagan 1 Kerangka Konsep .............................................................................. 49

    Bagan 2 Rangcangan penelitian……………………………………………...  52

    Bagan 3 Alur Penelitian .................................................................................. 57

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    12/125

    xii

    DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 1 Lensa mata normal dan mata katarak………………………………  8

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    13/125

    xiii

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan data demografi

     pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol……………….. 66

    Tabel 5.2 Distribusi frekwensi berdasarkan tingkat pengetahuan keluarga

     pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol……………...... 67

    Tabel 5.3 Perbedaan pengetahuan antara kelompok ibtervensi dan

    kelompok kontrol…………………………………………………  68

    Tabel 5.4 Hasil analisa uji wilcoxon pada pengukuran pengetahuan pada

    kelompok intervensi dan kelompok kontrol……………………...  69

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    14/125

    xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Surat izin penelitian dari PSIK Unhas 

    Lampiran 2  : Surat izin penelitian dari Kesbang Penelitian dan Pengembangan

    Kota Ternate

    Lampiran 3 : Surat izin penelitian dari RSUD DR H Chasan Bosoirie

    Lampiran 4 : Lembar permohonan menjadi responden

    Lampiran 5 : Lembar persetujuan menjadi responden

    Lampiran 6 : Kuesiner penelitian

    Lampiran 7 : SAP perawatan pasca operasi katarak

    Lampiran 8 : Leaflet perawatan pasca operasi katarak

    Lampiran 9 : Master tabel

    Lampiran 10 : Hasil uji validitas dan reliabilitas

    Lampiran 11 : Hasil uji statistic dengan program SPSS 16,0

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    15/125

    xv

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

    akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau kedua-

    duanya (Ilyas, 2009). Katarak kini masih menjadi penyakit paling dominan pada

    mata dan penyebab paling utama kebutaan. Paling sedikit 50% dari semua

    kebutaan diantaranya terdapat di negara berkembang. Tidak terkecuali

    Indonesia, dimana berdasarkan hasil survei kesehatan indera penglihatan dan

     pendengaran tahun 1993-1996, prevalensi kebutaan 1,5 % dan lebih separuhnya

    di sebabkan oleh katarak yang belum di operasi (Depkes RI, 1889).

    Berdasarkan data yang di peroleh di  Medical Record   di Rumah Sakit

    Umum Daerah Dr H Chasan Bosorie Ternate Proponsi Maluku Utara Tahun

    2010-2011, katarak menempati urutan pertama dari kasus penyakit mata dengan

    tindakan pembedahan Ekstra Kapsuler Ekstraksi Katarak. Pada tahun 2011

     pasien katarak berjumlah 3280 orang dan yang menjalani pembedahan 309

    orang, sedangkan dari bulan januari sampai dengan maret 2012 dengan pasien

     berjumlah 1022 orang dan yang menjalani pembedahan 66 orang.

    Penyebab utama katarak adalah proses penuaan, tapi ada banyak faktor

    yang dapat mempengaruhinya, antara lain sinar ultraviolet B, trauma, toksin,

     penyakit sistemik (seperti Diabetes), merokok, dan keturunan (Ilyas, 2003 :

    Vaughan 2007). Tidak ada perawatan sederhana, Satu-satunya penyembuhan

    adalah melalui operasi pembedahan yang di sebut ekstraksi lensa. Pada 90

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    16/125

    xvi

     persen kasus cara ini dapat memperbaiki penglihatan secara dramatis (Knight,

    yang di kutip dalam Darmiati, 2010).

    Katarak hanya dapat diangkat dengan jalan operasi pembedahan. Untuk

    mencapai keberhasilan dalam program operasi pembedahan maka memerlukan

     persiapan dan tindakan yang mencakup 3 fase : pre operatif, intra operatif dan

     pasca operatif. Pasien katarak pasca operasi akan mengalami ketidakmampuan

    dalam beberapa aktifitas karena prosedur yang harus dilakukan dan hasilnya

    akan sangat berpengaruh pada proses kesembuhan serta keberhasilan setelah

    operasi (Ilyas,2004).

    Berdasarkan tingginya prevalensi penyakit katarak dan tindakan yang

    dilakukan di RS ( rata-rata 1-2 hari), maka akan sangat memerlukan bantuan dari

    anggota keluarga untuk melanjutkan perawatan di rumah. Dari hasil observasi

    dan wawancara dengan salah satu perawat di poli mata RSUD Dr H Chasan

    Bosoeri Ternate Propinsi Maluku Utara (Maret 2012), didapatkan informasi

     bahwa pendidikan kesehatan telah dilaksanakan secara lisan dan singkat tanpa

    terencana dengan baik. Pendidikan kesehatan yang di berikan tidak

    menggunakan protap serta alat pendukung atau bahan ajar, ini di karenakan

     belum adanya protap tentang perawatan pasca operasi katarak, belum

    tersedianya sarana prasarana pendidikan kesehatan, sehingga ps dan keluarga

    tidak dapat melakukan tahapan penyembuhan dengan baik dan benar sesuai

    dengan prosedur yang telah di tetapkan, hal ini di tunjang dengan kurangnya

    sosialisasi dari perawat tentang langkah-langkah tentang perawatan pasca

    operasi katarak untuk mencapai penyembuhan yang tepat waktu.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    17/125

    xvii

    Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara

    terencana dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan yang baik

    akan sangat berperan dalam mencegah kemungkinan komplikasi, menciptakan

    lingkungan yang aman dengan pembatasan aktifitas yang di berlakukan untuk

     pasien di rumah dan rujukan yang di perlukan untuk perawatan selanjutnya dapat

    di buat dengan tepat (Monica, 2005).

    Peran perawat sangat penting dalam mempersiapkan kepulangan pasien

    serta keluarga dalam pemberian pendidikan kesehatan atau perencanaan

     pemulangan dengan memperhatikan masalah pasien dan keluarga di dalam

     pemberian perawatan klien bedah katarak yang di lakukan di rumah (Ester,

    2005). Discharge planning atau perencanaan pulang yang berhasil adalah proses

    interdisiplin terkoordinasi yang memastikan bahwa klien atau keluarga

    mempunyai rencana untuk melanjutkan perawatan setelah meninggalkan rumah

    sakit, klien dan keluarga harus mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan

    sumber-sumber penting untuk memenuhi keutuhan diri mereka, dimana

     perencanaan pulang harus di sesuaikan dengan kebutuhan klien, di mulai sejak

    awal masuk rumah sakit, disusun oleh tim kesehatan dan di evaluasi program

     perencanaan pulang (Perry & Potter, 2002).

    Pengetahuan yang mendalam dan deteksi secara dini memberikan

    kesempatan kepada keluarga untuk dapat mengetahui tentang tindakan

     perawatan post operasi katarak dengan baik dan benar serta menambah wawasan

    dan informasi bagi keluarga mengenai kesehatan. Salah satu wujud dukungan

    keluarga dengan pengetahuan yang sudah di milikinya adalah dengan selalu

    memberikan dukungan dan mengingatkan penderita tentang proses

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    18/125

    xviii

     penyembuhan. Peran keluarga sangat di butuhkan yaitu sebagai pemberian

    asuhan memelihara kesehatan keluarga serta pengambilan keputusan tindakan

    yang tetap bagi anggota keluarga yang sakit (Nyimasi, yang di kutip dalam

    Maryani, 2008).

    Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

     penelitian dengan judul. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

     pengetahuan keluarga tentang perawatan pasca operasi katarak di ruang poli

    mata RSUD Dr H Chasan Bosoeri Ternate Propinsi Maluku Utara tahun 2012.

    B.  Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan terdapat masalah belum

    adanya protap tentang perawatan pasca operasi katarak, belum tersedianya

    sarana prasarana pendidikan kesehatan, sehingga pasien dan keluarga tidak dapat

    melakukan tahapan penyembuhan dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur

    yang telah di tetapkan, hal ini di tunjang dengan kurangnya sosialisasi dari

     perawat tentang langkah-langkah tentang perawatan pasca operasi katarak untuk

    mencapai penyembuhan yang tepat waktu, maka perumusan masalah dari

     penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

    tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan pasca operasi Katarak di poli

    mata RSUD Dr H Chasan Bosoeri Ternate Propinsi Maluku Utara ?

    C.  Tujuan Penelitian

    1.  Tujuan umum

    Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

    keluarga perawatan pasca operasi katarak di poli mata RSU Dr H Chasan

    Bosoeri Ternate Proponsi Maluku Utara.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    19/125

    xix

    2.  Tujuan Khusus

    a.  Teridentifikasinya tingkat pengetahuan keluarga pasien pasca operasi

    katarak sebelum pemberian pendidikan kesehatan.

     b.  Teridentifikasinya tingkat pengetahuan keluarga pasien pasca operasi

    katarak sesudah pemberian pendidikan kesehatan.

    c.  Diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan keluarga sebelum dan

    sesudah di berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan pasca katarak

    di poli mata RSUD Dr H Chasan Bosoeri Ternate Propinsi Maluku Utara.

    D.  Manfaat Penelitian

    Hasil penelitiaan ini di harapkan dapat membeikan manfaat kepada :

    1.  Institusi Rumah Sakit

    Sebagai dasar pertimbangan dalam pembuatan prosedur tetap tentang

     pemberian pendidikan kesehatan khususnya pendidikan kesehatan pada

     pasien pasca operasi katarak.

    2.  Keluarga pasien pasca operasi katarak

    Adanya pemberian pendidikan kesehatan akan meningkatkan pengetahuan

    keluarga tentang perawatan pasien pasca operasi katarak yang lebih baik dan

    selanjutnya untuk dapat di terapkan.

    3.  Profesi keperawatan

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    20/125

    xx

    Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan

    khususnya perawat dalam memberikan perawatan pasca operasi katarak

    terutama menyusun strategi atau rencana pemberian pendidikan kesehatan.

    4.  Manfaat Keilmuan

    a.  Hasil penelitian ini mampu memberikan manfaat sebagai referensi agar

     para perawat selalu mengembangkan kemampuan dan ketrampilan dalam

    memberikan pendidikan kesehatan guna meningkatkan pelayanan

    kesehatan.

     b.  Sebagai bahan penelitian peneliti, untuk mendapatkan pengalaman dan

    meningkatkan kemampuan dalam menganalisa pengaruh pemberian

     pendidikan kesehatan

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.  Tinjauan Umum Tentang Katarak

    1.  Pengertian

    Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat mengetahui

    terjadinya akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denotrasi protein lensa

    atau akibat kedua-keduanya di sebabkan oleh berbagai keadaan (Ilyas, 2006).

    Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa

    atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada

    semua orang lebih dari 65 tahun (Doengoes, 2000).

    2.  Anatomi lensa mata

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    21/125

    xxi

    Mata adalah indera penglihatan di bentuk  untuk menerima rangsangan 

    cahaya pada retina dengan perantaraan serabut-serabut nervos options

    mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak, bagian mata

    yang berfungsi menfokuskan rangsangan cahaya keretina adalah lensa

    (Pearce, 2002 ).

    Penglihatan yang baik adalah penglihatan yang di hasilkan dari suatu

     bayangan dari suatu objek yang di terima yang ada di mata bagian belakang

    melalui suatu system optic. Sistim optic terdiri dari : kornea, pupil, iris, lensa

    dan vitreous dimana jika semua komponen itu baik maka objek yang di

    tangkap retina adalah objek yang bisa di lihat dengan tajam.

    Katarak adalah suatu jenis penyakit pada mata karena lensa mata

    menjadi keruh sehingga menghalangi cahaya yang masuk. Penglihatan

     penderita katarak menjadi terganggu dan bahkan bisa menjadi buta bila

    semakin parah dan tidak di tangani secara baik. (Ilyas, 2001).

    Gambar 2.1. Lensa mata normal dan lensa keruh karena katarak

    3.  Etiologi

    a)  Usia lanjut 

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    22/125

    xxii

     b)  Terjadi secara congenital akibat infeksi virus 

    c)  Kelainan sistemik atau metabolic (Diabetes Melitus) 

    d)  Genetik dan gangguan perkembangan 

    e)  Rokok dan komsumsi alcohol (Mansjoer, 2003) 

    Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat

    mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang di turunkan,

     peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini di sebut sebagai katarak

    congenital. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti Diabetes Melitus

    dapat menyebabkan timbulnya kekeruhan lensa yang dapt menyebabkan

    katarak komplikatif (Ilyas, 2006).

    4.  Patofisiologi

    Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih

    transparan, berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.

    Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat

    nucleus, di perifer ada korteks dan yang mengelilingi kedisik dan kimia

    keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan fisik dan kimia

    dalam lensa mengakibatkan perubahan pada serabut halus multiple yang

    memanjang dari badan ke sekitar daerah lensa misalnya dapat menyebabkan

     penglihatan mengalami perubahan kimia dan protein lensa dapat

    menyebabkan koagulasi sehingga mengabutkan pandangan dengan

    menghambat jalan cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan

    terputusnya lensa normal terjadi air kedalam lensa.

    Proses ini mematahkan serabut lensa yang dapat tegang dan dapat

    menganggu transmisi sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    23/125

    xxiii

    mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat di sebabkan oleh kejadian trauma

    maupun siatematis, seperti DM. Sebenarnya merupakan konsekuensi dari

     proses penuaan yang normal. Katarak dapat bersifat congenital dan dapat di

    identifikasi awal, karena bila tidak dapat di diagnosa dapat menyebabkan

    kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang sering berperan dalam

    terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet obat-obatan, alcohol, merokok,

    DM, dan asupan vitamin anti oksida yang kurang dalam jangka waktu lama

    (Brunner & Suddarth, 2002).

    5.  Jenis-jenis Katarak

    Menurut Doherty & Way, 2006 klasifikasi katarak dibagi menjadi:

    a.  Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.

     b.  Katarak yang berhubungan dengan gangguan lainnya, meliputi Diabetes

    Mellitus, hipokalsemia dan beberapa obat sistemik dan tetes mata yang

    mengandung kortikosteroid.

    c.  Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun.

    Adapun klasifikasi katarak berdasarkan usia menurut Ilyas & Yulianti,

    2011 dibagi menjadi:

    1) Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau

    segera setela lahir dan bayai berusia kurang dari 1 tahun.

    Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

    a) Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak

    kapsular dan katarak polaris.

     b) Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang

    mengenai korteks atau nukleus lensa saja.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    24/125

    xxiv

    2) Katarak juvenil, katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda,

    yang mualai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun yang lebih dari 3

     bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan katarak kelanjutan katarak

    kongenital(Ilyas,& Yulianti, 2011).

    3) Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

    lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak

    diketahui secara pasti.

    Karatak senil secara klinik dikenali dalam beberapa stadium yaitu:

    a) Katarak insipien

    Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :

    Kekerahan mulai dari tepi akuator berbentuk jeriji menuju korteks

    anterior dan posterior (Katarak kortikal). Katarak subkapsular

     posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkabsular posterior,

    celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan

    degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan

    ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refaksi yang

    tidak sama pada semua bagian lensa(Ilyas,& Yulianti, 2011).

     b) Katarak intumesen

    Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang

    degeneratif menyerap air. Masuknya air kedalam celah lensa

    mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan

    mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding

    dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat

    memberikan penyulit glaukoma(Ilyas, & Yulianti, 2011).

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    25/125

    xxv

    c). Katarak imatur

    Sebagaian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum

    mengenai lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah

    volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa

    yang degeneratif pada keadaan lensa mencembung akan dapat

    menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma

    sekunder(Ilyas, & Yulianti, 2011).

    d). Katarak Matur

    Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluru masa lensa.

    Kekeruhan ini bisa terjadi deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila

    katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan

    lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang

    normal. Akan terjadi kekeruhan lensa yang bila lama akan

    mengakibatkan kalsifikasi lensa.

    e). Katarak Hipermatur

    Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat

    menjadi keras, lembek dan mencair.

    Masa lensa yang berdegerasi keluar dari kapsul lensa sehingga

    lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada

     pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.

    Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan

    dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak

     berjanlan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    26/125

    xxvi

    yang bergenerasi dan cair tidak dapat keluar. Maka korteks

    akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai

    dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena

    lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagmi(Ilyas,2006).

    f). Katarak Brunesen

    Katarak berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama

     pada nulkeus lensa,juga dapat terjadi pada katarak pasien

    katarak diabetes melitus dan miopia tinggi. Sering tajam

     penglihatan lebih baik dari pada dugaan sebelumnya dan

     biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun

    yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior

    (Ilyas,2006).

    g). Katarak Komplikata

    Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata

    lain seperti radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina,

    retinitis pigmentosa, glukoma, tumor intra okular, iskimia

    okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma

    dan paska bedah mata, katarak komplikata dapat juga

    disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes melitus,

    hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distropi) dan

    keracunan obat (tiotepa intra vena, steroid lokal lama, steroid

    sistemik, oral kontraseptik dan meotika antikolinesterase).

    Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai

    katarak selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    27/125

    xxvii

    korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata ataupun linear dapat

     berbentuk rosete, retikulum dan biasanya terlihat vakuol

    (Ilyas,2006).

    h). Katarak Diabetes

    Merupakan katarak yang terjadi akibat penyakit diabetes

    melitus. Katarak diabetes melitus dapat terjadi dalam tiga

     bentuk:

    1)  Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia

    nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis

    akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan

    terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi

    rehidrasi dan kadar gula normal kembali.

    2)  Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana

    terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam,

     bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular.

    3)  Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran

    secara histologik dan biokimia sama dengan katarak

     pasien nondiabetik.

    i). Katarak Sekunder

    Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan

    fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini

    terlihat sesudah 2 hari EKEK. Bentuk lain yang merupakan

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    28/125

    xxviii

     proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder berupa mutiara

    Elschingn dan cincin Soemmering (Ilyas & Yulianti, 2011).

    6.  Gegala Klinis

    Gejala klinis pasien katarak antara lain :

    a)  Rasa nyeri pada mata

     b)  Penglihatan kabur

    c)  Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa yang keruh

    d)  Penglihatan akan berkurang secara perlahan

    e)  Pada pupil terdapat bercak putih

    f)  Bertambah tebal nucleus dengan berkembangnya lapisan kortek lensa

    Katarak akan menimbulkan penyakit mata menjadi merah di sertai

    rasa sakit yang kemudiaan akan berakhir dengan kebutaan. Secara klinis

     proses sudah tampak dalam pengurangan kekuatan akomodasi lensa, akibat

    mulai terjadi sklerosis lensa yang di manifestasikan dalam bentuk presbiopi

    (Soetomo, 2001).

    Selain itu gejala berupa keluhan penurunan ketajaman penglihatan

    secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif).

    Penglihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan-akan tampak

     benar-benar putih, sehingga reflek cahaya pada mata menjadi negative (-).

    Bila di biarkan akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan

    komplikasi berupa glaucoma dan uveitis.

    7.  Komplikasi

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    29/125

    xxix

    Adapun komplikasi dari penyakit katarak setelah pembedahan adalah sebagai

     berikut : 

    a.  Glaukoma

    Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan intra okuler di dalam bola

    mata, sehingga lapang mengalami gangguan visus mata menurun.

     b.  Kerusakan retina/ablasi retina

    Ablasi ini dapat terjadi setelah pasca bedah , akibat ada robekan pada

    retina , cairan masuk ke belakang dan mendorong retina atau menjadi

     penimbunan eksudat retina sehingga retina terangkat.

    c.  Infeksi atau pertumbuhan kekamera okuli anterior

    Ini bisa terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang

    tidak adekuat.

    8.  Faktor-Faktor Mempengaruhi Terjadinya Katarak  

    a)  Faktor Resiko

    Diabetes Melitus merupakan faktor resiko terjadinya katarak, pada

    hiperglikemi terjadi peningkatan aktifitas reduktase sehingga meningkat.

    Berbagai macam pengamatan di klinik, katarak pada orang muda sering

    di jumpai pada Diabetes Melitus tipe tergantung insulin. Pada diabetes

    sering terjadi peningkatan kadar melondialdehid. Kadar melondialdehid

    meningkat secara serempak dalam lensa manusia sesuai usia. Tekanan

     bola mata yang meninggi (>22 mmhg), juga menimbulkan resiko

    terjadinya katarak dengan resiko nisbi dengan interval konfiden.

    Meksanisme terjadinya katarak akibat kenaikan asam urat serum tetap

     belum jelas, karena reaksi foto kimia antara obat-obatan seperti

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    30/125

    xxx

    allupurinol di dalam lensa dengan protein lensa dapat menimbulkan

    kataraak (Leske, 2002).

    Faktor resiko lain yang sampai saat ini memberikan hasil yang

    kontoversi antara lain indeks penggunaan alkohol, dan kaum laki-laki

    dengan indeks masa beban tertinggi yang tertinggi mempunyai resiko

    terjadinya katarak (Gynn, 2008), Selain itu faktor diare dianggap sebagai

    factor resiko terjadinya katarak, dengan prevalensi katarak 3-4 kali.

    Penumpukan ureum dan ammonium sinat serta berakibat terjadi

     peningkatan tekanan osmotic lensa yang berakhir denaturasi protein

    sebagai awal timbulnya katarak (Harding, 2003).

     b)  Faktor Protektif

    Faktor-faktor resiko terdapat timbulnya katarak, didapatkan pada

    faktor-faktor protektif. Faktor-faktor dengan nisbi

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    31/125

    xxxi

    menfokuskan matanya pada salah satu tempat atau suatu titik di

    hadapnya.

     b.  Pemeriksaan tajam penglihatan

    Dapat menggunakan snellns charts dan test brightrees atau dilakukan

    untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang.

    c.  Tonometri

    Dilakukan untuk mengetahui tekanan bola mata. Nilai normal dengan

    memakai tonometri adalah 10-15 mmhg.

    d.  Shadow test (Uji bayangan iris)

    Dilakukan untuk melakukan derajat atau beratnya kekeruhan lensa,

    shadow test (+) bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan

    letaknya jauh terhadap pupil, berat lensa belum keruh seluruhnya

    (katarak imatur). Shadow test (-) bila bayangan iris pada lensa kecil

    dan dekat terhadap pupil, berarti lensa sudah keruh seluruhnya.

    e.  Test anel

    Dilakukan untuk mengetahui fungsi ekresi sistim lakrimal, normal

     bila terlihat adanya menelan, tetapi bila di test anel negative atau

    fungsi lakrimal tidak normal, maka keadaan ini mudah sekali terjadi

    infeksi dan di bolehkan pembedahan operasi katarak (Ilyas, 2003).

    10. Penatalaksanaan 

    Penatalaksanaan pada penyakit katarak yaitu sebagai berikut :

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    32/125

    xxxii

    a)  Penatalaksanaan Medis

    Satu-satunya penanggulangan katarak adalah dengan jalan operasi atau

     pembedahan, tindakan operasi katarak, ada 2 macam tehnik pembedahan

    untuk pengangkatan katarak (Brunner&Suddart, 2001).

    1)  Ekstraksi Katarak Intrakapsuler

    Ekstraksi Katarak intrakapsuler (ICCE, intracapsuler cataract

    axtraction) adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.

    Setelah zonula di pisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe, yang

    diletakan secara langsung pada kapsula dentis. Bedah beku berdasar

     pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas.

    Instrument bedah beju bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin

    akan melekat pada benda yang lembab. Ketika cryoprobe diletakan

    secara langsung pada kapsula dentis, kapsul akan melekat pada probe.

    Lensa kemudian diangkat secara lembut. Pada operasi ini sayatan

    selaput bening yang cukup luas. Jahitan yang banyak (14-15 mm),

    sehingga penyembuhan lukannya memakan waktu yang lama.Yang

    dahulu merupakan cara pengangkatan katarak utama, ICCE sekarang

     jarang di lakukan karena tersedianya tehnik bedah yang lebih

    cannggih.

    2)  Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler

    Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE, extracapsuler cataract

    extraction) sekarang merupakan tehnik yang lebih di sukai dan

    mencapai sampai 98% pembedahan katarak. Miksroskop di gunakan

    untuk melihat mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    33/125

    xxxiii

     pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nukleus lentis , dan

    menghisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat

    hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap

    utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagian posterior mata, jadi

    mengurangi insidensi komplikasi yang serius. Bedah ini

    mengurangkan penyulit yang sering terjadi pada pada teknik EKIK.

    Dengan teknik ini sayatan lebih kecil, sedikit jahitan, dengan waktu

     penyembuhan yang lebih pendek.

    3)  Fakoemolsifikasi

    Merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi kapsuler. Cara ini

    memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil

    dengan menggunakan alat utrason frekwensi tinggi untuk memecah

    nucleus dan korteks lensa menjadi partikel kecil yang kemudian

    diaspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi

    kontinus. Tehnik ini memberikan waktu penyembuhan yang lebih

     pendek dan penurunan insidensi astigmatisme pascaoperasi. Kedua

    tehnik irigasi-aspirasi dan facoemolsifikasi dapat mempertahan

    kapsula posterior, yang nantinya di gunakan untuk menyangga IOL.

    Fakoemolsifikasi merupakan tehnik EKEK baru dimana lensa yang

    keruh di keluarkan melalui sayatan yang sangat kecil yaitu 2-3 mm.

    Bedah katarak tanpa jahitan merupakan tehnik bedah yang terbaru

    (Ilyas, 2003).

     b)  Penatalaksanaan Keperawatan

    1)  Peningkatan nutrisi

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    34/125

    xxxiv

    Penderita katarak dianjurkan banyak mengkomsumsi makanan yang

     banyak mengandung serat, untuk menghindari terjadinya konstipasi

    yang dapat menyebabkan hubungan dengan katarak.

    2)  Memaksimalkan cara perawatan mata dengan indera yang lain (

    Long., 2003 ).

    c)  Penalaksanaan Pasca operasi katarak

    Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan

     penggantian lensa dengan implan plastik. Saat ini pembedahan semakin

     banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi

    lokal diinfiltrasikan disekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan

    secara topikal. Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien dapat dirawat

    sebagai kasus perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan rumah

    sakit. untuk mencegah infeksi dan terbukanya luka post operasi serta

    komplikasi lain sehingga pasien di minta untuk menghindari untuk

    sementara larangan-larangan seperti jangan tidur pada sisi yang baru di

    operasi untuk mengurangi edema, Mata di tutup selama beberapa hari

    atau di lindungi dengan kaca mata pelindung pada siang hari. Selama

     beberapa minggu harus di lindungi dengan pelindung logam pada malam

    hari. Kaca mata permanen di berikan kurang lebih 6-8 minggu setelah

    operasi (Mansjoer, 2008). Selain itu terkait larangan-larangan di anjurkan

    untuk mengurangi peningkatan tekanan intra okuler (TIO), di mana TIO

    terjadi dari keseimbangan antara pembntukan humor aqueus. TIO selalu

    konsttan. TIO akan berfluktuasi sepanjang hari dan dapat di pengaruhi

    oleh musim sepanjang tahun, latihan, perubahan posisi, gerakan kelopak

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    35/125

    xxxv

    mata, makanan dan obat-obatan. Keadaan yang meningkatkan TIO dapat

    mengakibatkan kerusakan struktur dan fungsi mata yang progresif, selain

    itu juga mempertahankan posisi yang di anjurkan agar gelembung udara

    yang telah di letakan dalan badan vitreus dapat memperbaiki perlengketan

    kembali retina dan mengurangi resiko pembentukan katarak baru atau

    kerusakan endotel kornea, selain itu juga mempercepat penyembuhan dan

    menghindari kerusakan lebih lanjut pada mata yang cedera, dapat

    mengakibatkan komplikasi seperti prolaps vitreus atau dehidensi luka

    akibat peningkatan tekanan luka pada jahitan yang sangat halus

    (Brunner&Suddart, 2001)

    Adapun penatalaksanaan pasca bedah, seperti pembatasan aktifitas (Ilyas,

    2006, Brunner&Suddart, 2002).

    a.  Pembatasan aktivitas:

    Diperbolehkan

    1) Boleh menonton TV, membaca bila perlu jangan terlalu lama.

    2) Boleh mengerjakan aktivitas biasa, tapi dikurangi

    3) Pada awal mandi was lap, selanjutnya menggunakan bak mandi atau

     pancuran dengan bantuan.

    4) Tidak boleh menunduk pada wastafel atau bak mandi : condongkan

    kepala sedikit kebelakang saat mencuci rambut.

    5)  Tidur dengan pelindung mata berlubang pada malam hari, mengunakan

    kaca mata pada siang hari.

    6)  Boleh tidur berbaring terlentang atau miring, tidak boleh telungkup.

    7)  Boleh melakukan aktivitas dengan duduk.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    36/125

    xxxvi

    8)  Menggunakan kaca mata hitam untuk kenyamanan.

    9)  Boleh berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu di lantai.

    Dihindari (paling tidak selama 1minggu)

    1)  Jangan tidur pada sisi mata yang baru di bedah.

    2)  Jangan menggosok mata, menekan kelopak mata untuk menutup.

    3)  Jangan membungkuk terlalu dalam atau sujud selama 3 minggu

    4)  Jangan mengejan saat buang air besar.

    5)  Jangan mengangkat benda lebih dari 7 kg

    6)  Jangan memakai sabun mendekati mata

    7)  Jangan mengendarai kendaraan.

    8)  Jangan batuk, bersin, dan muntah.

    9)  Jangan menggosok gigi pada minggu pertama, coba cuci mulut saja

    10) Jangan menundukan kepala sampai bawah pinggang : melipat lutut saja

    dan punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dilantai.

     b.  Obat dan Perawatan mata:

    1)  Pergunakan obat sesuai aturan.

    2)  Cuci tangan sebelum dan setelah memakai obat.

    3)  Membersihkan sekitar mata dengan bola kapas steril atau kasa yang

    dibasahi dengan air steril atau larutan salin dengan lembut dari sudut

    dalam keluar.

    4)  Untuk meneteskan obat mata, duduk dan kepala condong

    kebelakangdengan lembut tarik kebawah batas kelopak mata bawah. 

    5)  Gunakan pelindung mata berlubang pada malam hari dan kaca mata

    pada siang hari. 

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    37/125

    xxxvii

    c.  Waktu kontrol ulang setelah operasi

    a)  Minggu pertama : setiap hari

    b)  Minggu kedua : 3x seminggu

    c)  Minngu ketiga : 2x seminggu

    d)  Minggu keempat : 1x seminggu

    d.  Melaporkan tanda dan gejala yang tidak biasa.

    1)  Rasa sakit yang tidak hilang bahkan setelah minum obat penghilang

    rasa nyeri.

    2)   Nyeri disertai merah, bengkak, keluar cairan : inflamasi dan cairan dari

    mata.

    3)   Nyeri dahi dengan onset mendadak

    4)  Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput

     pada lapang pandang penglihatan, kilatan cahaya, percikan atau bintik

    di depan mata.

    5)  Pusing, muntah atau batuk terus menerus

    6)  Adanya cedera pada mata. 

    B.  Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kesehatan 

    1.  Pengertian

    Pendidikan kesehatan adalah suatu proses pada perubahan pada diri

    seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu,

    dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat di berikan kepada

    seseorang atau orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus

    dilaksanakan atau suatu produk yang harus di capai, tetapi sesungguhnya

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    38/125

    xxxviii

    merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang

    di dalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun

     praktek baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat.

    Menurut Committee President on Health education , yang dikutip

    oleh Notoatmojo (2007), pendidikan kesehatan adalah proses yang

    menjembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek

    kesehatan, yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan

     berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan

    menghindari kebiasaan yang buruk dan membentuk kebiasaan yang

    menguntungkan kesehatan.

    Dari beberapa defenisi yang di kemukakan di atas, maka

    kesimpulannya pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku

    secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat

    lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan

    merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari

    yang tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tau, dan dari tidak mampu

    mengaatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian

     pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu,

    kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik

     pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan untuk mencapai hidup sehat

    secara optimal.

    Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk

    intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,

    kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    39/125

    xxxix

    melalui kegiatan pembelajaran, yang di dalamnya perawat berperan sebagai

     perawat pendidik.

    2.  Tujuan Pendidikan Kesehatan

    Secara umum tujuan pendidikan kesehatan ialah merubah perilaku

    individu/masyarakat di bidang kesehatan ( WHO, yang dikutip oleh

     Notoatmodjo 2007), Tujuan ini dapat di perinci lebih lanjut menjadi :

    1)  Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.

    2)  Menolong individu dan keluarga agar mampu secara mandiri atau

    secara berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup

    sehat.

    3)  Menolong mengembangkan dan menggunakan secara tepat sarana

     pelayanan kesehatan yang ada.

    Dari uraian tentang tujuan pendidikan kesehatan tersebut diatas, dapat

    di simpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk

    mengubah pemahaman individu, kelompok dan masyarakat di bidang

    kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri

    dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas

     pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai.

    3.  Metode Pendidikan Kesehatan

    Pada hakikatnya metode pendidikan kesehatan adalah suatu usaha

    menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat, kelompok, atau individu

    dengan harapan dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    40/125

    xl

    lebih baik untuk sasaran tersebut, maka metodenya berbeda (Notoatmodjo,

    2007) yaitu :

    a.  Metode pendidikan individual

    Metode ini bersifat individual di gunakan untuk membina seseorang yang

    telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar

    digunakan pendekatan individu ini karena setiap orang mempunyai

    masalah yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan/perilaku

     baru. Bentuk pendekatan ini antara lain :

    1)  Bimbingan dan penyuluhan

    Dengan cara ini kontak antara keluarga dengan petugas lebih

    intensive. Setiap masalah dapat di korek dan di bantu

     penyelesaiannya, akhirnya keluarga dengan sukarela berdasarkan

    kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perlakuan.

    2)  Interview (Wawancara)

    Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan,

    wawancara untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

    menerima perubahan. Apakah belum atau kurang , maka perlu

     penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

     b.  Metode pendidikan kelompok

    1)  Kelompok besar

    Yang di maksud kelompok besar disini adalah apabila peserta

     penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok

     besar adalah :

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    41/125

    xli

    a)  Ceramah

    Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun

    rendah. Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri

    menguasai materi yang akan yang akan diceramahkan, kunci dari

    keberhasian pelaksanaan ceramah adalah penceramah tersebut

    dapat menguasai sasaran ceramah.

     b)  Seminar

    Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

     pendidikan menengah keatas. Seminar adalah cara penyajian

    (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik

    yang dianggap hangat oleh masyarakat.

    2)  Kelompok kecil

    Apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang, metode yang

    cocok untuk kelompok ini adalah :

    a)  Diskusi kelompok

    Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat

     bebas berpartisipasi maka formasi duduk para peserta di atur

    sedemikian rupa. Sehingga mereka dapat duduk berhadap-

    hadapan atau saling memandang satu sama lain misalnya dalam

     bentuk lingkaran atau segi empat.

     b)  Curah pendapat

    Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi kelompok .

    Bedanya pada permulaannya pemimpin kelompok memancing

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    42/125

    xlii

    dengan dengan salah satu masalah kemudian setiap peserta

    memberikan jawaban atau tanggapan . Tanggapan atau jawaban

    tersebut di tampung dan di tulis dalam bentuk flip chart atau

     papan tulis, sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya

    tidak boleh diberi komentar oleh siapapun.

    c)  Bola salju

    Kelompok di bagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang)

    kemudian di lontarkan satu pertanyaan atau masalah, setelah lebih

    kurang dari 5 menit tiap 2 pasangan bergabung menjadi 1.

    Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari

    kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasangan yang sudah

     beranggotakan 4 orang tadi bergabung lagi dengan pasangan

    lainnya demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh

    kelas.

    d)  Kelompok kecil-kecil

    Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil

    kemudian di lontarkan suatu permasalahan-permasalahan yang

    sama atau tidak dengan kelompok lain dan masing-masing

    kelompok mendiskusikan masalah tersebut.

    e)  Memainkan peran

    Dalam metode ini beberapa anggota kelompok di tunjuk sebagai

     pemegang peran untuk memainkan peran tertentu.

    f)  Permainan simulasi

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    43/125

    xliii

    Metode ini adalah merupakan gabungan antara bermain peran

    dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan di sajikan

    dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli, beberapa

    orang menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai nara

    sumber.

    c.  Metode pendidikan masa

    Metode ini untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang di

    tujukan untuk masyarakat yang sifatnya masa atau publik. Pada

    umumnya pendekatan ini tidak langsung, biasanya menggunakan atau

    melalui media masa, beberapa metode ini antara lain :

    1)  Ceramah umum

    Biasanya pada acara tertentu misalnya Hari Kesehatan Nasional,

    Mentri Kesehatan atau pejabat lain berpidato untuk menyampaikan

     pesan-pesan kesehatan.

    2)  Pidato-pidato kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun

    radio.

    3)  Simulasi, dialog antara pasien dan dokter atau petugas kesehatan

    lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV.

    4)  Sinetron tentang kesehatan

    5)  Tulisan-tulisan di majalah atau Koran tentang kesehatan atau

     penyakit.

    6)  Bill Bord yang di pasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan

    sebagainya.

    d.  Media pendidikan kesehatan

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    44/125

    xliv

    Menurut Notoatmodjo (2007), media pendidikan kesehatan pada

    hakekatnya adalah alat bantu pendidikan, media ini di bagi menjadi 3

     bagian yaitu :

    1)  Media cetak

    a)  Booklet, Suatu media untuk menyampaikan informasi atau pesan-

     pesan kesehatan dalam bentuk buku baik tulisan maupun gambar.

     b)  Leafleat, Bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

    kesehatan melalui lembaran yang di lipat.

    c)  Selebaran seperti leafleat tetapi tidak dalam bentuk llipatan.

    d)  Flip Chart, Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan

    dalam bentuk lembar balik biasanya dalam bentuk buku di mana

    tiap lembar berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat

     pesan yang berkaitan dengan gambar tersebut.

    e)  Rubrik atau tulisan-tulisan ; Pada surat kabar atau majalah

    mengenai pembahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang

     berkaitan dengan masalah kesehatan.

    f)  Poster, Bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi

    kesehatan, biasanya di tempel di tembok-tembok, di tempat-

    tempat umum atau kendaraan umum.

    g)  Foto, Yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

    2)  Media elektronik

    a)  Televisi, Penyampaian pesan atau informasi melalui media

    televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi

    atau Tanya jawab, pidato dan sebagainya.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    45/125

    xlv

     b)  Radio, Penyampaian informasi/pesan kesehatan melalui radio

    dalam bentuk antara lain obrolan (Tanya jawab), sandiwara radio,

    ceramah dan sebagainya.

    c)  Video

    3)  Media papan

    Papan yang di pasang di tempat umum dapat di pakai /diisi dengan

     pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media papan ini juga

    mencakup pesan-pesan yang di tulis pada lembaran seng dan di

    tempel pada kendaraan umum.

    e.  Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan

    1)  Faktor penyuluh

    a)  Kurang persiapan

     b)  Kurang menguasai materi yang di jelaskan

    c)  Bahasa yang di gunakan kurang dapat di mengerti oleh sasaran

    karena terlalu banyak menggunakan istilah asing.

    d)  Suara terlalu kecil

    e)  Penyampaian materi penyuluhan monoton sehingga

    membosankan.

    2)  Faktor sasaran

    a)  Tingakat pendidikan terlalu rendah

     b)  Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah

    c)  Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga

    sulit untuk di ubah.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    46/125

    xlvi

    d)  Kondisi tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi

     perubahan perilaku.

    3)  Faktor yang mempengaruhi proses dalam penyuluhan

    a)  Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang di inginkan

    sasaran.

     b)  Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian sehingga

    mengganggu proses penyuluhan.

    c)  Jumlah sasaran yang terlalu banyak.

    d)  Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang.

    e)  Metode yang dipergunakan kurang tepat.

    f)  Bahasa yang dipergunakan sulit di mengerti oleh sasaran.

    C.  Tinjauan Tentang Pengetahuan

    1.  Pengertian

    Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan

     penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

     panca indera manusia yakni indera penglihatan, rasa dan raba. Sebagian

     besar pengetahuan manusia di peroleh oleh mata ( Notoatmodjo, 2010 ).

    Pengetahuan adalah sebagai gejala yang di temukan di peroleh

    manusia melalui pengamatan indrawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang

    menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenal benda atau kejaadian

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    47/125

    xlvii

    tertentu yang belum pernah di lihat atau di rasakan sebelumnya ( Kamus

    Bahasa Indonesia, 2009 ).

    2.  Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

    Rendahnya pengetahuan dapat di sebabkan karena tingkat pendidikan

    yang beragam, faktor pendididikan turut mempengaruhi bagaimana

    informasi baru bisa di terima dan di pergunakan ( Azwar, 2000).

    a)  Faktor Internal

    1)  Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

    kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

    Pendidikan mempengaruhi proses belajar, maka tinggi pendidikan

    seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

    Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

    mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.

    Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

     pengetahuan yang di dapat tentang kesehatan .

    Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana di

    harapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut

    semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu di tekankan bahwa

    seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

     berpengetahuan rendah pula.

    2)  Umur

    Menurut Elizabeth BH yang di kutip Nursalam (2003), usia adalah umur

    individu yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai berulang tahun.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    48/125

    xlviii

    Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

    kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

    dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang akan lebih

    dewasa dan di percaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal

    ini merupakan sebagian dari pengalaman dan kematangan jiwa.

    b)  Faktor Eksternal

    1)  Faktor Lingkungan

    Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003),

    lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

    dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku

    orang atau kelompok.

    2)  Sosial budaya

    Sistem sosial yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

    sikap dalam menerima informasi.

    3.  Pengukuran Pengetahuan

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

    angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

     penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

    ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain diatas

    (Notoatmodjo, 2007). Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk

    mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor  –   faktor yang

    mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan

    kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Green, dalam

     Notoatmodjo,2007) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    49/125

    xlix

    kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku

    ( non behaviour causes).

    Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor,

    yaitu :

    a.  Faktor  –   faktor pengaruh ( predisposing factor ) yang terwujud dalam

     pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai –  nilai.

     b.  Faktor  –   faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam

    lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas  –   fasilitas atau

    sarana –  sarana kesehatan.

    c.  Faktor  –   faktor penguat ( reinforcing factor ) yang terwujud dalam sikap

    dan perilaku petugas kesehatan.

    4.  Tingkat Pengetahuan

     Notoatmodjo ( 2010 ) membedakan tingkat pengetahuan di dalam

    domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

    a)  Tahu ( know )

    Tahu adalah mengingat suatu materi yang di pelajari sebelumnya termasuk

    kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall ) terhadap sesuatu

    yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah

    di terima.

     b)  Memahami ( comprehension )

    Memahami adalah kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

    telah di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

    Orang yang telah paham dengan objek atau materi harus dapat menjelaskan,

    menyimpulkan, meramalkan dan lain sebagainya.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    50/125

    l

    c)  Aplikasi ( application )

    Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari  

     pada kondisi dan situasi sebelumnya.

    d)  Analisis ( analysis )

    Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau memisahkan,

    kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

    dalam suatu masalah atau objek yang di ketahui.

    e)  Sintesis (  synthesis )

    Suatu kemampuan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

    keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan bentuk

    menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

    f)  Evaluasi ( evaluation )

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

     penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian ini di dasarkan

    suatu keterial yang telah ada ( Notoatmojo, 2010 ).

    5.  Unsur-unsur pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo ( 1994 ), ada tiga macam unsur pengetahuan 

    a)  Pengamatan yaitu menggunakan indera lahir dan batin untuk menangkap

    objek.

     b)  Sasaran yaitu sesuatu yang menjadi bahan pengamatan.

    c)  Kesadaran yaitu salah satu yang ada pada diri manusia.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    51/125

    li

    6.  Batasan Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo ( 1994 ),

    a)  Pengetahuan Indera

     b)  Lapangan segala sesuatu yang dapat di sentuh oleh panca indera secara

    langsung, batasnya segala sesuatu yang dapat di tangkap oleh panca

    indera.

    a)  Pengetahuan ilmu

    Lapangan segala sesuatu yang dapat di teliti, biasanya segala sesuatu

    yang tidak dapat di lakukan oleh penelitian.

     b)  Pengetahuan Filsafat

    Lapangan segala sesuatu yang dapat difikirkan oleh manusia yang alami

    relatif ( Gazalba, 2001 ).

    7.  Cara Memperoleh Pengetahuan 

    a)  Cara tradisional atau non ilmiah

    Cara kuno atau tradisional ini di pakai orang untuk memperoleh

    kebenaran pengetahuan, sebelum di temukannya metode ilmiah secara

    sistomatik dan logis adalah cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian.

    1)  Cara coba salah ( trial and error )

    Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

    memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak

     berhasil maka di coba kemungkinan lain.

    2)  Cara kekuasaan atau otoritas

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    52/125

    lii

    Sumber pengetahuan dapat merubah pemimpinan-pemimpinan

    masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

     pemerintahan.

    3)  Berdasarkan pengalaman pribadi

    Pengalaman pribadi dapat di gunakan sebagai upaya untuk

    memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

     pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan masalah yang

    dihadapi, maka untuk masalah yang lain, yang sama, orang dapat

    menggunakan cara tersebut.

    4)  Melalui jalan pikiran

    Data memperoleh kebenaran, pengetahuan manusia telah

    menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi maupun deduksi.

    Apabila proses pembuatan kesimpulan dari umum ke khusus di

    namakan deduksi, sedangkan induksi adalah perbuatan kesimpulan

    dari pernyataan dari khusus ke umum.

    5)  Cara Moderen atau Ilmiah

    Merupakan proses penggabungan antara proses berpikir deduktif dan

    induktif yang di jadikan dasar untuk pengembangan metode

     penelitian ( Notoatmodjo, 2006). Pengetahuan salah satunya dapat

    diperoleh dari pendidikan yang berlangsung dalam satu lingkaran

    atau dimana pendidikan itu berlangsung, baik pendidikan formal

    maupun informal. Hasil itu di sampaikan oleh pendidik guna

    mencapai tingkah laku. Pendidikan tentunya tidak lepas untuk

    memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku dengan aktivitas

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    53/125

    liii

    kejiwaan. Kegiatan belajar di pengaruhi oleh proses yang bersifat

    internal dan eksternal yang menghasilkan perubahan-perubahan

    dalam pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Namun demikian, tidak

    semua perubahan itu terjadi karena proses belajar. Untuk belajar yang

    efektif tidak cukup dengan hanya memberikan informasi saja , tetapi

     perlu di berikan pengalaman ( Notoatmodjo, 2006 ).

    D.  Tinjauan Umum Tentang Keluarga

    1.  Pengertian Keluarga

    Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

    dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peranan

    masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga ( Notoatmodjo, 2006

    ).

    Keluarga adalah suatu ikatan/pesekutuan hidup atas dasar perkawinan

    antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama seorang

    laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa

    anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah

    tangga (Sayekti, 1994).

    Sesuai dengan pegertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa

    karakteristik keluarga adalah sebagai berikut :

    a)  Terdiri dari dua orang atau lebih individu yang terikat oleh hubungan

    darah, perkawinan, dan adopsi.

     b)  Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka

    tetap memperhatikan satu sama lain.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    54/125

    liv

    c)  Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain, dan masing-masing

    mempunyai peran sosial sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik.

    d)  Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya,

    meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.

    2.  Tipe/Bentuk Keluarga

    a)  Tipe keluarga tradisional, terdiri dari

    1) The nuclear family  ( keluarga inti ) yaitu, keluarga yang terdiri

    dari suami, istri dan anak yang di peroleh dari keturunan

    keduanya. 

    2) The dyad family yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri

    tanpa anak yang hidup yang hidup bersama dalam satu rumah. 

    3)  Keluarga usil yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang

    sudah tua dengan anak yang memisahkan diri. 

    4) The children family yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat

    menikah karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada

    wanita . 

     b)  Tipe Keluarga Non Tradisional, terdiri dari :

    1) Theumamarried teenang mother   yaitu keluarga yang terdiri dari

    orang tua ( terutama ibu ) dengan hubungan tanpa nikah.

    2) The stepparent  yaitu keluarga dengan orang tua tiri.

    3) Commune family  yaitu beberapa pasangan keluarga ( dengan

    anaknya ) yang tidak ada hubungan saudara, hidup bersama dalam

    satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, sosialisai anak

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    55/125

    lv

    dengan melakukan aktifitas kelompok membesarkan anak

     bersama.

    4) The nonmarital heteroseksual cohabiliting family  yaitu keluarga

    yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui

     pernikahan.

    5) Gay and lesbian familles  yaitu seseorang mempunyai kesamaan

    sex hidup bersama sebagai mana pasangan suami istri.

    6) Cohabiliting cauple yaitu orang dewasa yang hidup bersama di

    luar ikatan perkawinan karena ikatan tertentu ( Setiawati,

    Dermawan, 2008)

    3.  Fungsi Dan Keluarga Kesehatan 

    Menurut ( Friedman, 1998 ) ada lima fungsi keluarga kesehatan yaitu :

    1)  Fungsi afektif yaitu Menciptakan lingkungan yang menyenangkaan,

    rasa aman, sehat secara mental saling mengasuh, menghargai, terikat

    dan berhubungan dan mengenal identitas individu.

    2)  Fungsi sosialisasi yaitu Proses perubahan dan perkembangan individu

    untuk menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan, fungsi dan

     peran di masyarakat serta sasaran untuk kontak sosial di dalam atau di

    luar rumah.

    3)  Fungsi reproduksi yaitu Menjamin kelangsungan generasi dan

    kelangsungan hidup masyarakat.

    4)  Fungsi ekonomi yaitu untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

    ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

    meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    56/125

    lvi

    5)  Fungsi perawatan kesehatan yaitu untuk mempertahankan keadaan

    kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi.

    4.  Tugas Keperawatan Keluarga

    Menurut Friedman (1998 ) , yang di kutip Setiawati, dermawan (2008),

    ada lima tugas keperawatan keluarga yaitu : 

    1)  Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota

    keluarga. 

    2)  Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat  

    3)  Memberi perawatan pada keluarga yang sakit 

    4)  Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk

    kesehatan dan memperkembangkan kepribadian anggota keluarga. 

    5)  Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

    lembaga-lembaga kesehatan. Hal ini menunjukan kemampuan

    keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan atau fasilitas-fasilitas

    kesehatan dengan baik. 

    E.  Tinjauan Umum Tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

    Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Pasca Operasi Katarak  

    Menurut Craven dan Hirnle (1996) yang di kutip Suliha dkk (2002),

    Pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

    seseorang melalui tehnik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk

    mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap

     pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide

     baru.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    57/125

    lvii

    Menurut Notoatmodjo ( 2002 ), Pengetahuan adalah merupakan hasil dari

    tau dan ini melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

     pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di

     peroleh tata cara perawatan yang baik diantaranya mata tidak boleh kena air,

     jangan menonton TV dalam jarak yang dekat, tidak boleh membaca dalam

    waktu yang lama, mata tidak boleh di garuk-garuk, dan menggunakan kaca mata

    setiap hari untuk melindungi mata.

    Dalam upaya pencapaian tingkat perawatan yang baik pada post operasi

    katarak sangat di perlukan peran keluarga yang optimal dalam merawatnya, hal

    ini sesuai dengan salah satu fungsi keperawatan keluarga yaitu memberi

     perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Untuk mempertahankan keadaan

    kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi juga tidak

    terlepas dari pengetahuan yang di miliki oleh keluarga, semakin tinggi

     pengetahuan yang di miliki keluarga maka semakin baik perawatan yang di

     berikan oleh keluarga (Friedman, 1998), sehingga dengan adanya pendidikan

    kesehatan di harapkan keluarga dapat melakukan langkah-langkah positif dalam

    mencegah terjadinya sakit, mencegah sakit menjadi lebih parah, dan mencegah

    ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang di sebabkan oleh penyakit (Wong

    yang di kutip Tafal, dalam Suliha, 2002)

    Menurut Nyimasi yang di kutip dalam Maryani (2008), bahwa

     pengetahuan yang mendalam dan deteksi secara dini dapat memberikan

    kesempatan kepada keluarga untuk dapat mengetahui tentang tindakan

     perawatan post operasi katarak dengan baik dan benar serta menambah wawasan

    dan informasi bagi keluarga mengenai kesehatan. Salah satu wujud dukungan

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    58/125

    lviii

    keluarga dengan pengetahuan yang sudah di milikinya adalah dengan selalu

    memberikan dukungan dan mengingatkan penderita tentang proses

     penyembuhan. Peran keluarga sangat di butuhkan yaitu sebagai pemberi asuhan

    dan memelihara kesehatan keluarga.

    Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas

    Diponegoro Semarang ( 2007), tentang hubungan pengetahuan dengan sikap

    operasi katarak pada pasien katarak senilis diRSUP Dr. Kariadi semarang,

    didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan

    sikap terhadap operasi katarak pada pasien katarak senilis di Unit Rawat Jalan

    SMF Mata RS Dr Kariadi Semarang.

    Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan yang dinamis dengan

    tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia yang salah satu

    komponennya adalah pengetahuan, ini sesuai dengan penelitian yang pernah di

    lakukan oleh Darmiati (2010) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

    tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien, dalam hal ini hasilnya

    menunjukan tingkat pengetahuan keluarga setelah di berikan pendidikan

    kesehatan tentang perawatan pasien mengalami peningkatan di banding sebelum

    dilakukan pendidikan kesehatan, sehingga dapat di simpulkan bahwa ada

     pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan keluarga tentang

     perawatan pasien.

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    59/125

    lix

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

    A.  Kerangka konsep

    Keterangan :

    : Diteliti

    : Tidak diteliti

    Skema 3.1

    Kerangka Konsep

    Variabel Independen

    Pendidikan kesehatan

    tentang perawatan pasca

    operasi katarak

    Variabel Dependen

    Tingkat pengetahuan

    keluarga

    Variabel Kontrol

      Umur

      Pendidikan

      Lingkungan

      Sosial Budaya

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    60/125

    lx

    B.  Hipotesis

    Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang sudah di kemukakan

    hipotesis dari penelitian ini :

    Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

    keluarga tentang perawatan pasca operasi katarak di Ruang Poli Klinik Mata

    RSUD Dr H Chasan Bosorie Ternate Propinsi Maluku Utara.

    BAB IV 

    METODOLOGI PENELITIAN

    A.  Rancangan Penelitian

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    61/125

    lxi

    Desain penelitian adalah rancangan yang mencerminkan langkah-langkah

    teknis dan operasional penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian rancangan

     penelitian yang di gunakan adalah rangcangan penelitian eksperimental semu

    (quasi ekperimental design), dengan desain  Nonequivalent Control Group

     Design yaitu terdapat suatu kelompok yang di gunakan untuk penelitian , tetapi

    di bagi menjadi dua yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang di beri

     perlakuan) dan setengah untuk kelompok control (yang tidak di beri perlakuan)

    yang sebelumnya di beri pretest dan selanjutnya posttest. Pada desain ini

    kelompok eksperiment maupun kelompok control tidak di pilih secara random.

    (Notoatmodjo, 2010 : Sugiono, 2011). Keuntungan dari desain ini sangat baik

     bila di gunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan dan

    membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu tempat.

    A

    B

    XA

    XB

    O1

    O2

    X

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    62/125

    lxii

    Skema 4.1

    Rancangan Penelitian

    Keterangan :

    A = Kelompok intervensi, yaitu kelompok yang di berikan

     pendidikan kesehatan dari peneliti

    B = Kelompok kontrol

    XA = Tindakan yang diberikan pada kelompok intervensi

    XB = Tidak di berikan tindakan

    O1 = Rata- rata skala tingkat pengetahuan kelompok intervensi

    setelah diberikan pendidikan kesehatan 

    O2 = Rata- rata skala tingkat pengetahuan kelompok kontrol

    X = Perbedaan rata- rata skala tingkat pengetahuan antara

    kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

    B.  Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di Ruang Polik Klinik Mata RSUD Dr H Bosoirie

    Ternate Propinsi Maluku Utara. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tgl 17

     juli- 23 agustus 2012. Alasan dilakukan Penelitian ini karena RSUD Dr H

    Chasan Boesoerie merupakan satu-satunya RS terbesar di propinsi Maluku

    Utara dan sebagai pusat rujukan khususnya pasien dengan gangguan penglihatan

    ( katarak).

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    63/125

    lxiii

    Berdasarkan data medical record  RSUD Dr H Chasan Bosoirie Ternate

    Propinsi Maluku Utara jumlah penderita katarak pada tahun 2012 data 3 bulan

    terakhir menunjukan adanya peningkatan kasus katarak sebesar 24,3% (1022

     penderita).

    C.  Populasi dan sampel

    1.  Populasi 

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek

    yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

     peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono,

    2012). Populasi penelitian ini adalah semua keluarga pasien pasca operasi

    katarak yang mendampingi pasien selama dan sesudah operasi katarak yang

    melakukan kontrol ulang di poli klinik RSUD Dr H Chasaan Bosoirie

    Ternate Propinsi Maluku Utara yang berjumlah 66 responden.

    2.  Sampel 

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh dan

     populasi tersebut ( Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah 36

    keluarga pasien pasca operasi katarak yang mendampingi pasien selama dan

    sesudah operasi katarak, ini di tentukan berdasarkan kriteria inklusi dan

    eksklusi.

    a)  Kriteria inklusi

    Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

     populasi target yang terjangkau dan akan di teliti. Pertimbangan ilmiah harus

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    64/125

    lxiv

    menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi ( Nursalam, 2008).

    Kriteria inklusi dalam sampel ini adalah sebagai berikut :

    1)  Keluarga yang bersedia menjadi responden

    2)  Keluarga yang tinggal serumah dan menetap dengan klien

    3)  Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang akan dan telah menjalani

    operasi katarak

    4)  Keluarga yang nantinya merawat klien di rumah

    5)  Keluarga dengan umur diatas 20 –  45 tahun

    6)  Pendidikan terakhir Sekolah Menengah Umum (SMU)

     b)  Kriteria eksklusi

    Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi

    karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.

    1). Keluarga yang yang tidak bisa membaca dan memahami pertanyaan yang

    diberikan.

    c)  Estimasi besar sampel

    Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel.

    Pada penelitian ini tekhnik sampling yang digunakan adalah nonpropability

     sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau

    kesempatan sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota

    sampel. Tekhnik yang digunakan adalah  Purposive sampling yaitu suatu

    metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu

    yang di buat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

    yang sudah di ketahui sebelumnya ( Notoatmodjo, 2011). Berdasarkan

    tujuan penelitian maka menentukan besar sampel menggunakan rumus :

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    65/125

    lxv

    λ2. N. P. Q

    S =

    d

    2

     (N-1) + λ

    2

    .P.Q

    Keterangan :

    S : Jumlah sampel

     N : Jumlah populasi

    P : Proporsi prevalensi sebelumnya ( nilai baku 0,5 )

    d : Presisi / taraf kesalahan

    12. 66. 0,5. 0,5

    S =

    0,012 (66-1) + 12.0,5.0,5

    66 X 0,25

    S =

    0,65 + 0,25

    16,5

    S = = 18,33

    0,9

  • 8/16/2019 --suhaiba-8985-1-12-suha-a

    66/125

    lxvi

    Jumlah sampel yang di dapatkan adalah 18 orang untuk kelompok intervensi dan

    18 orang untuk kelompok kontrol, total sampel yang di ambil adalah 36 orang.

    D.  Alur Penelitian

    Penentuan populasi Keluarga dengan pasien pasca operasi katarak (N= 66 0rang)

    Penentuan sampel dengan tekhnik non propability sampling dengan pendekatan purposive

    sampling sesuai kriteria inklusi dan ekslusi dengan jumlah sampel (n= 36 orang)

    Pengajuan Inform consentTidak bersedia (n=1)

    Bersedia Penetapan sampel pada dua kelompok (n=36)

    Kelompok intervensi (n=18) Kelompok kontrol (n=18)

    Pre test setelah post oper