1. Menambah air kedalam tanah untuk menyediakan cairan ... II.pdfPengertian Irigasi Berdasarkan...

22
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Irigasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Meskipun demikian, suatu definisi yang lebih umum dan termasuk sebagai irigasi adalah penggunaan air pada tanah dengan tujuan sebagai berikut. 1. Menambah air kedalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanam-tanaman. 2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek. 3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanam-tanaman. 4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan. 5. Untuk mencuci atau mengurangi garam dalam tanah. 6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah. 7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah. 8. Untuk memperlambat pembentukan tunas dengan pendinginan karena penguapan.

Transcript of 1. Menambah air kedalam tanah untuk menyediakan cairan ... II.pdfPengertian Irigasi Berdasarkan...

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007

yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan

pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi

irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan

irigasi tambak. Meskipun demikian, suatu definisi yang lebih umum dan

termasuk sebagai irigasi adalah penggunaan air pada tanah dengan tujuan

sebagai berikut.

1. Menambah air kedalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan

untuk pertumbuhan tanam-tanaman.

2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang

pendek.

3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan

lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanam-tanaman.

4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan.

5. Untuk mencuci atau mengurangi garam dalam tanah.

6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.

7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.

8. Untuk memperlambat pembentukan tunas dengan pendinginan karena

penguapan.

10

2.2. Jaringan Irigasi

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007,

Tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi disebutkan

bahwa jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap

yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,

pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Ada beberapa jenis

jaringan irigasi yaitu:

a. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas

bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan

bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

b. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri

atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan

bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

c. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai

prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran

tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter,

serta bangunan pelengkapnya.

Ketentuan yang mengatur tentang jaringan irigasi di Indonesia

dituangkan dalam Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP.01

Depertemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan tahun 1986. Pada

buku Standar Irigasi tersebut diuraikan bahwa suatu jaringan irigasi umumnya

memiliki empat (4) unsur fungsional pokok yaitu :

1. Bangunan-bangunan utama (headwork) dimana air diambil dari sumbernya

yang umumnya dari sungai atau waduk.

11

2. Jaringan pembawa berupa saluran dengan bangunan-bangunan yang

mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier

3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan

kolektif dimana air irigasi dibagi dan dialirkan ke petak-petak sawah dan

kelebihannya ditampung dalam suatu sistem pembuangan didalam petak

tersier

4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang

kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah lainnya.

2.3 Bangunan Irigasi

Bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan

pengaturan air. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam

praktek irigasi antara lain (Standar Perencanaan Bagian Irigasi KP – 01):

a. Bangunan utama

b. Bangunan pembawa

c. Bangunan bagi dan sadap

d. Bangunan pengukur dan pengatur

e. Bangunan pengatur muka air

f. Bangunan pernbuang dan penguras

g. Bangunan pelengkap.

h. Bangunan lindung

12

2.3.1 Bangunan Utama

Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air

untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber

airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori

yaitu:

a. Bendung

Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang

dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud

untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung

mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan

dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat

beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2)

bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada

bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam

energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan

tanggul banjir.

b. Pengambilan bebas

Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai

menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Pada

bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di

sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus

lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.

c. Pengambilan dari waduk

13

Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi

kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari

kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada urnumnya

waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit

listrik, peredam banjir, pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan

waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan

sadap untuk irigasi. Alokasi pernberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi

yang dilayani serta karakteristik waduk.

d. Stasiun pompa

Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila

upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk

dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik

pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu

besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.

2.3.2 Bangunan Pembawa

Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air

dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran

primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam

bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got

miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang

dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan

nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan

berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern irigasi.

14

a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran

sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer

adalah pada bangunan bagi yang terakhir.

b. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran

primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder

tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir

c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran

sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder

tersebut. batas akhir dari saluran tersier adalah bangunan boks tersier

terkahir

d. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks

tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder

tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter

terakhir.

2.3.3 Bangunan Bagi dan Sadap

Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,

sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh

saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan

bagi ini masing - masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan

sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju

saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan

sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan. Bangunan bagi pada

saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu:

15

a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai

dengan tinggi pelayanan yang direncanakan.

b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju

saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun

gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit

yang masuk saluran dapat diatur.

c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk

mengukur besarnya debit yang mengalir.

2.3.4 Bangunan Pengukur dan Pengatur

Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu

dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran

primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan

sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur

muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit

yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan

pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran

yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai

bangunan pangatur.

2.3.5 Bangunan Pengatur Muka Air

Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air

di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat

memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier. Bangunan

16

pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat distel atau tetap.

Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel dianjurkan untuk

menggunakan pintu (sorong) radial atau lainnya. Bangunan-bangunan

pengatur diperlukan di tempat-tempat di mana tinggi muka air di saluran

dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring (chute). Untuk mencegah

meninggi atau menurunnya muka air di saluran dipakai mercu tetap atau celah

kontrol trapesium (trapezoidal notch).

2.3.6 Bangunan Pembuang dan Penguras

Bangunan pembuang dan penguras dimaksudkan untuk membuang

kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah

dibuang melalui saluran pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran

dibuang melalui bangunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran

pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pembuang tersier, saluran

pembuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier

dimaksudkan untuk :

a. Mengeringkan sawah

b. Membuang kelebihan air hujan

c. Membuang kelebihan air irigasi

Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di

daerah atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran

pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter.

Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan

membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.

17

2.3.7 Bangunan Pelengkap

Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai

pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya.

Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas

dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga

dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara

lain jalan inspeksi, tanggul, jembatan penyebrangan, tangga mandi manusia,

sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.

2.3.8 Bangunan Lindung

Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar.

Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air

buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang

berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar

saluran.

2.4Irigasi Menurut Sistem Irigasi Subak

Pengertian Subak yang dinyatakan dalam Peraturan Daerah Provinsi

Bali Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Subak adalah organisasi tradisional

dibidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usaha tani pada

masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris, religius, ekonomis yang

secara historis terus tumbuh dan berkembang.

18

Pada sistem Subak, yang ditekankan adalah keadilan dalam

memperoleh air. Apabila air yang mengalir tidak cukup untuk mengairi

seluruh areal sawah maka pemberian air dilakukan dengan cara pergiliran atau

rotasi, yaitu Subak dibagi bagi menjadi bagian bagian lebih kecil yang disebut

tempek. Pola rotasi biasanya diawasi oleh patelik (petugas yang ditunjuk

untuk mengawasi pergiliran air). Selain dengan cara rotasi pada sistem Subak

juga dikenal pengaturan pemberian air dengan sistem nyorog yaitu dengan

mengatur waktu tanam tidak bersamaan.

Sedangkan pola Operasi dan Pemeliharaan ditingkat Subak biasanya

diselenggarakan melalui mekanisme musyawarah mufakat dalam sangkepan.

Adapun langkah perbaikan-perbaikan atau rehabilitasi pada bangunan-

bangunan dan saluran irigasi, sehingga kehilangan air akibat kebocoran-

kebocoran pada saluran dapat dihindari, dan juga dikaitkan dengan pola dan

jadwal tanam yang hendak diterapkan dalam suatu organisasi Subak. Ketika

hendak mengambil keputusan tentang pola dan jadwal tanam itulah musim

dan atau iklim akan diperhitungkan.

2.5 Sistem Jaringan Irigasi Subak

Subak sebagai organisasi yang fungsi utamanya adalah mengatur air

irigasi telah membangun sistem jaringan irigasi dengan keunggulan teknologi

tradisionalnya, dimana konstruksi jaringan sangat disesuaikan oleh kondisi

fisik alam dimana jaringan itu dikonstruksi. Kondisi alam Bali yang

bergelombang dan dilalui oleh banyak sungai menjadikan luasan lahan sawah

yang sempit, oleh karena itu dengan kearifan yang sangat tinggi Subak telah

19

berupaya menekan pemanfaatan lahan agar sekecil mungkin dibebaskan untuk

pembangunan jaringan irigasi. Atas dasar pertimbangan tersebut ketika Subak

membangunan jaringan irigasinya banyak memanfaatkan alur alam berupa

lembah atau pangkung sebagai saluran pembawa.

Secara prinsip antara jaringan irigasi dengan jaringan irigasi Subak

memiliki tugas dan kewajiban yang sama. Sehingga dalam penelitian kali ini

yang dimaksud dengan jaringan irigasi adalah jaringan irigasi Subak.Jaringan

irigasi Subak sudah dikonstruksi sedemikian lengkap mulai dari bangunan

pengambilan pada sumber air, bangunan pembagi dan pengambilan di saluran

sampai saluran distribusi di petak-petak sawah, seperti ditunjukkan dalam

gambar jaringan irigasi Subak pada Gambar 2.1. dengan jenis dan fungsi

bangunan seperti diuraikan berikut ini.

20

Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Subak (Sushila,2006)

Pura Ulun Empelan

Pura Bedugul

Empelan (Bendung Subak)

Aungan (Terowongan)

Telabah (Saluran Pembawa)

Tembuku Aya (B.Bagi Utama)

Tembuku Pemaron (B.Bagi)

Telabah Pemaron (Saluran Kedua)

Tembuku Daanan (B. Sadap)

Telabah Daanan(Saluran Ketiga)

Telabah Pengutangan(Saluran Pembuang)

Tukad (Sungai)

21

Gambar 2.2. Ilustrasi Wilayah Subak dalam Wilayah Desa Adat

(Sushila,2006)

2.6 Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

32/PRT/M/2007 yang dimaksud dengan operasi jaringan irigasi adalah upaya

pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka

menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun

sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi

pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya

menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan

baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan

kelestariannya.

Desa Adat - ADesa Adat - B

Desa Adat - C

Subak - X

Tembuku (B. Bagi)

Telabah (Saluran)

Aungan (Trowongan)

Empelan (Bendung)

Tukad (Sungai)

22

Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang No 7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Irigasi sebagai

pengganti PP 77/2001 tentang irigasi, pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan

jaringan irigasi ditetapkan:

a. Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi primer dan

sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

b. Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi

hak dan tanggung jawab masyarakat petani pemakai air.

2.7 Pengertian Partisipasi

Pengertian tentang partisipasi oleh Dusseldorf (dalam Yuswari,2010)

yang menulis tentang partisipasi di tingkat masyarakat pedesaan. Dikatakan

bahwa partisipasi adalah suatu bentuk interaksi dan komunikasi khas, yaitu

berbagi dalam kekuasaan dan tanggung jawab. Pandangan tersebut

mengandung arti bahwa partisipasi sebagai bagian dalam kegiatan bersama

(taking part in joint action).

Pengertian tentang partisipasi dari Mubyarto (dalam Yuswari, 2010)

menyatakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pedesaan harus

diartikan sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program

sesuai kemampuan setiap orang tanpa harus mengorbankan kepentingan diri

sendiri. Selanjutnya disebutkan bahwa dalam keadaan yang paling ideal

keikutsertaan masyarakat merupakan ukuran tingkat partisipasi rakyat.

23

Semakin besar kemampuan mereka untuk menentukan nasibnya sendiri, maka

semakin besar pula kemampuan mereka dalam pembangunan.

Berdasarkan atas penjelasan tersebut diatas dapat diartikan bahwa

partisipasi merupakan keterlibatan seseorang secara langsung dan spontanitas

untuk turut serta dalam aktifitas karena adanya rasa memiliki, yang diterapkan

dalam tahapan proses pembangunan dalam rangka pencapaian target tertentu.

2.8 Partisipasi Pemerintah dalam Operasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi,

Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan operasi

jaringan irigasi adapun partisipasi yang dapat dilakukan Pemerintah adalah:

1. Mengumpulkan data (data debit, data curah hujan, data luas tanam,serta

pembuatan laporan pengoperasian bangunan irigasi).

2. Membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan Pemberian

Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana Pengeringan, dll.

3. Berperan sebagai pembimbing atau penasehat yang memberi masukan dan

pertimbangan berkaitan dengan ketersediaan air yang mungkin bisa

dipergunakan untuk pertanian.

4. Melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan:

membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan

pintu)

5. Melakukan pengoperasian pada bangunan irigasi

24

6. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan operasi jaringan irigasi,

melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis.

2.8.1Partisipasi Pemerintah dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

disamping dalam kegiatan operasi jaringan irigasi Pemerintah juga turut

berpartisipasi dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersebut. Adapun partisipasi

Pemerintah dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersebut antara lain:

A.Pengamanan Jaringan Irigasi

1. Tindakan Pencegahan

a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi lebih kurang

500 m sebelah hulu dan lebih kurang 1.000 m sebelah hilir bendung

irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan

dengan memasang papan larangan.

c. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan

yang berlaku.

d. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan

bangunan di dalam garis sempadan saluran.

e. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah

pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.

f. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan

inspeksi yang melebihi kelas jalan.

25

g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang

berbahaya.

h. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul

saluran irigasi.

i. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi

terkait tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.

2. Tindakan Pengamanan

a. Membuat bangunan pengamanan ditempat tempat yang berbahaya,

misalnya : disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang

tebingnya curam, daerah padat penduduk dan lain sebagainya.

b. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.

c. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran

berupa portal, patok.

B. Pemeliharaan Rutin

Merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi

Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian

konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :

1. Yang bersifat perawatan :

a. Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.

b. Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-

semak.

c. Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran.

d. Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.

26

e. Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar

tanggul saluran.

2. Yang bersifat perbaikan:

a. Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.

b. Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak

atau beberapa batu muka yang lepas.

C. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan

yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh

dinas yang membidangi Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A / GP3A /

IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat

pula dilaksanakan secara kontraktual. Adapun pekerjaan pemeliharaan berkala

meliputi :

1. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan

a. Pengecatan pintu

b. Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran

2. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan

a. Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan pengatur

b. Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya

c. Perbaikan saluran dan perbaikan pintu-pintu dan skot balk

d. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas,

kendaraan dan peralatan, serta perbaikan jalan inpeksi

3. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian

a. Penggantian pintu

27

b. Penggantian alat ukur

c. Penggantian peil schall

d. Penanggulangan / Perbaikan Darurat

Adapun pekerjaan perbaikan darurat yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Melakukan perbaikan pada bangunan irigasi yang mengalami kerusakan

akibat bencana alam dengan menggunakan bahan yang tersedia di

Dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti

(bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lain -

lain).

b. Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang

permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabilitasi.

2.9 Partisipasi Subak/P3A dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan

Irigasi

Secara umum menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

30/PRT/M/2007 masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3 dapat berpartisipasi dalam

pelaksanaan uji pengaliran dan penyesuaian manual Operasi dan Pemeliharaan

jaringan irigasi yang didasarkan pada hasil uji pengaliran dengan cara

mengamati dan melaporkan kejadian pada jaringan irigasi, seperti terjadinya

kebocoran, longsor,banjir dan limpasan selama uji pengaliran berlangsung

kepada penanggung jawab kegiatan.

Menurut pandangan (Sutawan,1997) partisipasi petani Subak

dalam setiap tahapan proyek pembangunan irigasi sangat penting karena: 1)

28

dapat memperlancar proyek melalui dukungan moral para petani, 2) petani

dapat merupakan sumber informasi yang sangat berharga untuk tujuan

pembuatan lay-out dan desain, 3) dapat menumbuhkan rasa ikut memiliki dan

bertanggung jawab terhadap proyek sehingga mereka terdorong untuk

memelihara jaringan irigasi yang bersangkutan dengan baik, 4) Organisasi

irigasi tradisional dapat lebih berperan dan berfungsi sehingga mendorong

berkembangnya lembaga irigasi yang bersangkutan, 5) mengurangi

kemungkinan kegagalan proyek dalam arti proyek dapat dimanfaatkan secara

optimal sesuai dengan aspirasi para petani Subak.

2.9.1 Partisipasi Subak/P3A dalam Operasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

selain Pemerintah partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah Perkumpulan

Petani Pemakai Air (P3A) atau di Bali biasa disebut Subak sangatlah penting,

adapun partisipasi masyarakat dalam operasi jaringan irigasi adalah sebagai

berikut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007):

1. Dalam kegiatan pengumpulan data Subak/P3A berpartisipasi dalam

memberikan informasi mengenai data – data yang diperlukan seperti data

luas tanam, jenis tanaman, serta luas panen dan kerusakan tanaman.

2. Dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan operasi jaringan irigasi

Subak/P3A mengusulkan rencana tanam dan luas areal kepada Dinas yang

membidangi irigasi.

29

3. Mendiskusikan komoditas yang akan ditanam bersama dengan petani lain

dalam P3A maupun dengan kelompok P3A lainnya.

4. Memberikan masukan mengenai pengubahan rencana tata tanam,

pengubahan pola tanam, pengubahan jadwal tanam dan pengubahan jadwal

pemberian/pembagian air dalam hal terjadi perubahan ketersediaan air

pada sumber air.

5. Membantu melaksanakan pelaksanaan operasi seperti membantu

melaksanakan pekerjaan operasi seperti membuka, menutup pintu, dan

memberikan pelumasan pintu air.

6. Melaporkan jika adanya pengambilan air secara tidak resmi serta

melaporkan kerusakan – kerusakan yang terjadi pada bangunan irigasi.

2.9.2 Partisipasi Subak/P3A dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Partisipasi masyarakat dalam hal ini Perkumpulan Petani pemakai Air

(P3A) atau di Bali biasa disebut dengan Subak dalam kegiatan perencanaan

dan pelaksanaan pemeliharaan didapat melalui hasil penelusuran bersama

dengan proses sebagai berikut :

1. P3A/GP3A/IP3A bersama petugas pengelola irigasi melakukan

penelusuran untuk mengindentifikasi kerusakan - kerusakan, usulan

rencana perbaikan dan skala prioritas.

2. P3A/GP3A/IP3A dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan

pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder dalam bentuk

penyampaian laporan penyimpangan pelaksanaan kepada dinas atau

pengelola irigasi.

30

3. P3A/GP3A/IP3A dapat berperan serta dalam pelaksanaan pemeliharaan

jaringan irigasi dalam bentuk tenaga, bahan, atau biaya sesuai dengan

kemampuannya.

4. Dinas yang membidangi irigasi melaksanakan pemeliharaan jaringan

irigasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan P3A/GP3A/IP3A

secara swakelola.

5. Ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan pada bangunan irigasi

yang mengalami kerusakan akibat bencana alam sesuai dengan

kemampuan.

Masih terbatasnya penelitian mengenai Partisipasi Subak dan

Pemerintah terhadap Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi yang

menyebabkan harus dilakukan penelitian-penelitian lebih lanjut.