9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Irigasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007
yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan
pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi
irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak. Meskipun demikian, suatu definisi yang lebih umum dan
termasuk sebagai irigasi adalah penggunaan air pada tanah dengan tujuan
sebagai berikut.
1. Menambah air kedalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanam-tanaman.
2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang
pendek.
3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanam-tanaman.
4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan.
5. Untuk mencuci atau mengurangi garam dalam tanah.
6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.
7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.
8. Untuk memperlambat pembentukan tunas dengan pendinginan karena
penguapan.
10
2.2. Jaringan Irigasi
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007,
Tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi disebutkan
bahwa jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Ada beberapa jenis
jaringan irigasi yaitu:
a. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
b. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri
atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
c. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai
prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran
tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter,
serta bangunan pelengkapnya.
Ketentuan yang mengatur tentang jaringan irigasi di Indonesia
dituangkan dalam Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP.01
Depertemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan tahun 1986. Pada
buku Standar Irigasi tersebut diuraikan bahwa suatu jaringan irigasi umumnya
memiliki empat (4) unsur fungsional pokok yaitu :
1. Bangunan-bangunan utama (headwork) dimana air diambil dari sumbernya
yang umumnya dari sungai atau waduk.
11
2. Jaringan pembawa berupa saluran dengan bangunan-bangunan yang
mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif dimana air irigasi dibagi dan dialirkan ke petak-petak sawah dan
kelebihannya ditampung dalam suatu sistem pembuangan didalam petak
tersier
4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah lainnya.
2.3 Bangunan Irigasi
Bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan
pengaturan air. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam
praktek irigasi antara lain (Standar Perencanaan Bagian Irigasi KP – 01):
a. Bangunan utama
b. Bangunan pembawa
c. Bangunan bagi dan sadap
d. Bangunan pengukur dan pengatur
e. Bangunan pengatur muka air
f. Bangunan pernbuang dan penguras
g. Bangunan pelengkap.
h. Bangunan lindung
12
2.3.1 Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air
untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber
airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori
yaitu:
a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang
dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud
untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung
mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan
dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat
beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2)
bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada
bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam
energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan
tanggul banjir.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai
menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Pada
bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di
sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus
lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
c. Pengambilan dari waduk
13
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi
kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari
kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada urnumnya
waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit
listrik, peredam banjir, pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan
waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan
sadap untuk irigasi. Alokasi pernberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi
yang dilayani serta karakteristik waduk.
d. Stasiun pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila
upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk
dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik
pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu
besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.
2.3.2 Bangunan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air
dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam
bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got
miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan
nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan
berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern irigasi.
14
a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer
adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
b. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir
c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. batas akhir dari saluran tersier adalah bangunan boks tersier
terkahir
d. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter
terakhir.
2.3.3 Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh
saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan
bagi ini masing - masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan
sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju
saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan
sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan. Bangunan bagi pada
saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu:
15
a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai
dengan tinggi pelayanan yang direncanakan.
b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun
gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit
yang masuk saluran dapat diatur.
c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.
2.3.4 Bangunan Pengukur dan Pengatur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur
muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit
yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan
pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran
yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai
bangunan pangatur.
2.3.5 Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air
di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat
memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier. Bangunan
16
pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat distel atau tetap.
Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel dianjurkan untuk
menggunakan pintu (sorong) radial atau lainnya. Bangunan-bangunan
pengatur diperlukan di tempat-tempat di mana tinggi muka air di saluran
dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring (chute). Untuk mencegah
meninggi atau menurunnya muka air di saluran dipakai mercu tetap atau celah
kontrol trapesium (trapezoidal notch).
2.3.6 Bangunan Pembuang dan Penguras
Bangunan pembuang dan penguras dimaksudkan untuk membuang
kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah
dibuang melalui saluran pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran
dibuang melalui bangunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran
pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pembuang tersier, saluran
pembuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier
dimaksudkan untuk :
a. Mengeringkan sawah
b. Membuang kelebihan air hujan
c. Membuang kelebihan air irigasi
Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di
daerah atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran
pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter.
Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan
membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.
17
2.3.7 Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai
pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas
dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga
dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara
lain jalan inspeksi, tanggul, jembatan penyebrangan, tangga mandi manusia,
sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.
2.3.8 Bangunan Lindung
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar.
Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air
buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang
berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar
saluran.
2.4Irigasi Menurut Sistem Irigasi Subak
Pengertian Subak yang dinyatakan dalam Peraturan Daerah Provinsi
Bali Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Subak adalah organisasi tradisional
dibidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usaha tani pada
masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris, religius, ekonomis yang
secara historis terus tumbuh dan berkembang.
18
Pada sistem Subak, yang ditekankan adalah keadilan dalam
memperoleh air. Apabila air yang mengalir tidak cukup untuk mengairi
seluruh areal sawah maka pemberian air dilakukan dengan cara pergiliran atau
rotasi, yaitu Subak dibagi bagi menjadi bagian bagian lebih kecil yang disebut
tempek. Pola rotasi biasanya diawasi oleh patelik (petugas yang ditunjuk
untuk mengawasi pergiliran air). Selain dengan cara rotasi pada sistem Subak
juga dikenal pengaturan pemberian air dengan sistem nyorog yaitu dengan
mengatur waktu tanam tidak bersamaan.
Sedangkan pola Operasi dan Pemeliharaan ditingkat Subak biasanya
diselenggarakan melalui mekanisme musyawarah mufakat dalam sangkepan.
Adapun langkah perbaikan-perbaikan atau rehabilitasi pada bangunan-
bangunan dan saluran irigasi, sehingga kehilangan air akibat kebocoran-
kebocoran pada saluran dapat dihindari, dan juga dikaitkan dengan pola dan
jadwal tanam yang hendak diterapkan dalam suatu organisasi Subak. Ketika
hendak mengambil keputusan tentang pola dan jadwal tanam itulah musim
dan atau iklim akan diperhitungkan.
2.5 Sistem Jaringan Irigasi Subak
Subak sebagai organisasi yang fungsi utamanya adalah mengatur air
irigasi telah membangun sistem jaringan irigasi dengan keunggulan teknologi
tradisionalnya, dimana konstruksi jaringan sangat disesuaikan oleh kondisi
fisik alam dimana jaringan itu dikonstruksi. Kondisi alam Bali yang
bergelombang dan dilalui oleh banyak sungai menjadikan luasan lahan sawah
yang sempit, oleh karena itu dengan kearifan yang sangat tinggi Subak telah
19
berupaya menekan pemanfaatan lahan agar sekecil mungkin dibebaskan untuk
pembangunan jaringan irigasi. Atas dasar pertimbangan tersebut ketika Subak
membangunan jaringan irigasinya banyak memanfaatkan alur alam berupa
lembah atau pangkung sebagai saluran pembawa.
Secara prinsip antara jaringan irigasi dengan jaringan irigasi Subak
memiliki tugas dan kewajiban yang sama. Sehingga dalam penelitian kali ini
yang dimaksud dengan jaringan irigasi adalah jaringan irigasi Subak.Jaringan
irigasi Subak sudah dikonstruksi sedemikian lengkap mulai dari bangunan
pengambilan pada sumber air, bangunan pembagi dan pengambilan di saluran
sampai saluran distribusi di petak-petak sawah, seperti ditunjukkan dalam
gambar jaringan irigasi Subak pada Gambar 2.1. dengan jenis dan fungsi
bangunan seperti diuraikan berikut ini.
20
Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Subak (Sushila,2006)
Pura Ulun Empelan
Pura Bedugul
Empelan (Bendung Subak)
Aungan (Terowongan)
Telabah (Saluran Pembawa)
Tembuku Aya (B.Bagi Utama)
Tembuku Pemaron (B.Bagi)
Telabah Pemaron (Saluran Kedua)
Tembuku Daanan (B. Sadap)
Telabah Daanan(Saluran Ketiga)
Telabah Pengutangan(Saluran Pembuang)
Tukad (Sungai)
21
Gambar 2.2. Ilustrasi Wilayah Subak dalam Wilayah Desa Adat
(Sushila,2006)
2.6 Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
32/PRT/M/2007 yang dimaksud dengan operasi jaringan irigasi adalah upaya
pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka
menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun
sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi
pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya
menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan
baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan
kelestariannya.
Desa Adat - ADesa Adat - B
Desa Adat - C
Subak - X
Tembuku (B. Bagi)
Telabah (Saluran)
Aungan (Trowongan)
Empelan (Bendung)
Tukad (Sungai)
22
Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang No 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Irigasi sebagai
pengganti PP 77/2001 tentang irigasi, pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan
jaringan irigasi ditetapkan:
a. Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi primer dan
sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
b. Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi
hak dan tanggung jawab masyarakat petani pemakai air.
2.7 Pengertian Partisipasi
Pengertian tentang partisipasi oleh Dusseldorf (dalam Yuswari,2010)
yang menulis tentang partisipasi di tingkat masyarakat pedesaan. Dikatakan
bahwa partisipasi adalah suatu bentuk interaksi dan komunikasi khas, yaitu
berbagi dalam kekuasaan dan tanggung jawab. Pandangan tersebut
mengandung arti bahwa partisipasi sebagai bagian dalam kegiatan bersama
(taking part in joint action).
Pengertian tentang partisipasi dari Mubyarto (dalam Yuswari, 2010)
menyatakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pedesaan harus
diartikan sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program
sesuai kemampuan setiap orang tanpa harus mengorbankan kepentingan diri
sendiri. Selanjutnya disebutkan bahwa dalam keadaan yang paling ideal
keikutsertaan masyarakat merupakan ukuran tingkat partisipasi rakyat.
23
Semakin besar kemampuan mereka untuk menentukan nasibnya sendiri, maka
semakin besar pula kemampuan mereka dalam pembangunan.
Berdasarkan atas penjelasan tersebut diatas dapat diartikan bahwa
partisipasi merupakan keterlibatan seseorang secara langsung dan spontanitas
untuk turut serta dalam aktifitas karena adanya rasa memiliki, yang diterapkan
dalam tahapan proses pembangunan dalam rangka pencapaian target tertentu.
2.8 Partisipasi Pemerintah dalam Operasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi,
Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan operasi
jaringan irigasi adapun partisipasi yang dapat dilakukan Pemerintah adalah:
1. Mengumpulkan data (data debit, data curah hujan, data luas tanam,serta
pembuatan laporan pengoperasian bangunan irigasi).
2. Membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan Pemberian
Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana Pengeringan, dll.
3. Berperan sebagai pembimbing atau penasehat yang memberi masukan dan
pertimbangan berkaitan dengan ketersediaan air yang mungkin bisa
dipergunakan untuk pertanian.
4. Melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan:
membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan
pintu)
5. Melakukan pengoperasian pada bangunan irigasi
24
6. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan operasi jaringan irigasi,
melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis.
2.8.1Partisipasi Pemerintah dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
disamping dalam kegiatan operasi jaringan irigasi Pemerintah juga turut
berpartisipasi dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersebut. Adapun partisipasi
Pemerintah dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersebut antara lain:
A.Pengamanan Jaringan Irigasi
1. Tindakan Pencegahan
a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi lebih kurang
500 m sebelah hulu dan lebih kurang 1.000 m sebelah hilir bendung
irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan
dengan memasang papan larangan.
c. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan
yang berlaku.
d. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan
bangunan di dalam garis sempadan saluran.
e. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah
pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.
f. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan
inspeksi yang melebihi kelas jalan.
25
g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang
berbahaya.
h. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul
saluran irigasi.
i. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi
terkait tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.
2. Tindakan Pengamanan
a. Membuat bangunan pengamanan ditempat tempat yang berbahaya,
misalnya : disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang
tebingnya curam, daerah padat penduduk dan lain sebagainya.
b. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.
c. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran
berupa portal, patok.
B. Pemeliharaan Rutin
Merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi
Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian
konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :
1. Yang bersifat perawatan :
a. Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.
b. Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-
semak.
c. Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran.
d. Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.
26
e. Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar
tanggul saluran.
2. Yang bersifat perbaikan:
a. Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.
b. Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak
atau beberapa batu muka yang lepas.
C. Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan
yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh
dinas yang membidangi Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A / GP3A /
IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat
pula dilaksanakan secara kontraktual. Adapun pekerjaan pemeliharaan berkala
meliputi :
1. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan
a. Pengecatan pintu
b. Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran
2. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan
a. Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan pengatur
b. Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya
c. Perbaikan saluran dan perbaikan pintu-pintu dan skot balk
d. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas,
kendaraan dan peralatan, serta perbaikan jalan inpeksi
3. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian
a. Penggantian pintu
27
b. Penggantian alat ukur
c. Penggantian peil schall
d. Penanggulangan / Perbaikan Darurat
Adapun pekerjaan perbaikan darurat yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan perbaikan pada bangunan irigasi yang mengalami kerusakan
akibat bencana alam dengan menggunakan bahan yang tersedia di
Dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti
(bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lain -
lain).
b. Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang
permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabilitasi.
2.9 Partisipasi Subak/P3A dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi
Secara umum menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
30/PRT/M/2007 masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3 dapat berpartisipasi dalam
pelaksanaan uji pengaliran dan penyesuaian manual Operasi dan Pemeliharaan
jaringan irigasi yang didasarkan pada hasil uji pengaliran dengan cara
mengamati dan melaporkan kejadian pada jaringan irigasi, seperti terjadinya
kebocoran, longsor,banjir dan limpasan selama uji pengaliran berlangsung
kepada penanggung jawab kegiatan.
Menurut pandangan (Sutawan,1997) partisipasi petani Subak
dalam setiap tahapan proyek pembangunan irigasi sangat penting karena: 1)
28
dapat memperlancar proyek melalui dukungan moral para petani, 2) petani
dapat merupakan sumber informasi yang sangat berharga untuk tujuan
pembuatan lay-out dan desain, 3) dapat menumbuhkan rasa ikut memiliki dan
bertanggung jawab terhadap proyek sehingga mereka terdorong untuk
memelihara jaringan irigasi yang bersangkutan dengan baik, 4) Organisasi
irigasi tradisional dapat lebih berperan dan berfungsi sehingga mendorong
berkembangnya lembaga irigasi yang bersangkutan, 5) mengurangi
kemungkinan kegagalan proyek dalam arti proyek dapat dimanfaatkan secara
optimal sesuai dengan aspirasi para petani Subak.
2.9.1 Partisipasi Subak/P3A dalam Operasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
selain Pemerintah partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) atau di Bali biasa disebut Subak sangatlah penting,
adapun partisipasi masyarakat dalam operasi jaringan irigasi adalah sebagai
berikut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007):
1. Dalam kegiatan pengumpulan data Subak/P3A berpartisipasi dalam
memberikan informasi mengenai data – data yang diperlukan seperti data
luas tanam, jenis tanaman, serta luas panen dan kerusakan tanaman.
2. Dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan operasi jaringan irigasi
Subak/P3A mengusulkan rencana tanam dan luas areal kepada Dinas yang
membidangi irigasi.
29
3. Mendiskusikan komoditas yang akan ditanam bersama dengan petani lain
dalam P3A maupun dengan kelompok P3A lainnya.
4. Memberikan masukan mengenai pengubahan rencana tata tanam,
pengubahan pola tanam, pengubahan jadwal tanam dan pengubahan jadwal
pemberian/pembagian air dalam hal terjadi perubahan ketersediaan air
pada sumber air.
5. Membantu melaksanakan pelaksanaan operasi seperti membantu
melaksanakan pekerjaan operasi seperti membuka, menutup pintu, dan
memberikan pelumasan pintu air.
6. Melaporkan jika adanya pengambilan air secara tidak resmi serta
melaporkan kerusakan – kerusakan yang terjadi pada bangunan irigasi.
2.9.2 Partisipasi Subak/P3A dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Partisipasi masyarakat dalam hal ini Perkumpulan Petani pemakai Air
(P3A) atau di Bali biasa disebut dengan Subak dalam kegiatan perencanaan
dan pelaksanaan pemeliharaan didapat melalui hasil penelusuran bersama
dengan proses sebagai berikut :
1. P3A/GP3A/IP3A bersama petugas pengelola irigasi melakukan
penelusuran untuk mengindentifikasi kerusakan - kerusakan, usulan
rencana perbaikan dan skala prioritas.
2. P3A/GP3A/IP3A dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan
pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder dalam bentuk
penyampaian laporan penyimpangan pelaksanaan kepada dinas atau
pengelola irigasi.
30
3. P3A/GP3A/IP3A dapat berperan serta dalam pelaksanaan pemeliharaan
jaringan irigasi dalam bentuk tenaga, bahan, atau biaya sesuai dengan
kemampuannya.
4. Dinas yang membidangi irigasi melaksanakan pemeliharaan jaringan
irigasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan P3A/GP3A/IP3A
secara swakelola.
5. Ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan pada bangunan irigasi
yang mengalami kerusakan akibat bencana alam sesuai dengan
kemampuan.
Masih terbatasnya penelitian mengenai Partisipasi Subak dan
Pemerintah terhadap Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi yang
menyebabkan harus dilakukan penelitian-penelitian lebih lanjut.
Top Related