100406083 - Abdul Joshua (UTS)

14
P E R E N C A N A A N K O T A UNSUR PERENCANAAN KOTA STUDI BANDING KUALA LUMPUR ABDUL JOSHUA OH MANDAI 100406083 [email protected] Universitas Sumatera Utara Fakultas Teknik Departemen Arsitektur

Transcript of 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

Page 1: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

P

E

R

E

N

C

A

N

A

A

N

K

O

T

A

UNSUR PERENCANAAN KOTA

STUDI BANDING KUALA LUMPUR

ABDUL JOSHUA OH MANDAI 100406083

[email protected]

Universitas Sumatera Utara Fakultas Teknik

Departemen Arsitektur

Page 2: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini terangkum unsur perencanaan kota. Yang dimana di dalamnya terdapat teori unsur perencanaan kota, studi kasus penerapan unsur – unsur perencanaan kota disertai lampirannya.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memenuhi salah satu kewajiban

mahasiswa yakni ujian tengah semester lima.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun pada makalah ini.

Medan, 31 Oktober 2012

Penulis

i

Page 3: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1 1.3 Tujuan....................................................................................................................1

BAB II TEORI..........................................................................................................................2 BAB III STUDI KASUS

3.1 Kota Kuala Lumpur ( Subjek : Transportasi )........................................................6

BAB IV KESIMPULAN...........................................................................................................11

ii

Page 4: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota adalah tempat kita tinggal. Kota menyediakan berbagai kebutuhan kita: sandang, pangan, dan papan. Kota sebagai sebuah fenomena ”urban” memberikan kita lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sangat menentukan preferensi dan perilaku kita.

Secara umum Perencanaan Kota adalah ruang yang dimana merupakan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Perencanaan kota adalah sebuah rencana pembangunan kota yang dimana merencanakannya berdasarkan empat dasar yakni dasar fisik, ekonomi, politik, dan sosial. Dasar fisik sebuah kota adalah wujud yang kelihatan berupa bangunan-bangunan, jalan, taman, dan benda-benda lain yang menciptakan bentuk kota tersebut. Dasar ekonomi sebuah kota memberikan alasan bagi eksistensinya. Dasar politik sebuah kota sangat penting bagi ketertiban. Dasar sosial sangat penting supaya kota ada artinya. Pada dasarnya dalam merencanakan sebuah kota pasti setiap kelompok atau pemikir desain memiliki pedoman-pedoman sehingga terbentuknya tata ruang kota yang sedemikian rupa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil perumusan masalah yaitu: 1. Unsur – unsur apa saja yang mempengaruhi pendesain dalam merencanakan kota. 2. Teori apa saja yang dipakai sebagai pedoman untuk merencanakan kota. 3. Bagaimana studi kasus penerapan teori unsure tersebut dalam perencanaan. 1.3 Tujuan Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui penerapan unsur perencanaan suatu kota yang dikaitkan dengan teori teori beserta buktinya. 2. Memenuhi tugas PERENCANAAN KOTA, yang merupakan Ujian Tengah Semester 5.

1

Page 5: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

BAB II TEORI

2.1 TEORI – TEORI UNSUR PERENCANAAN KOTA 2.1.1 Teori Perancangan Kota Menurut Tracik (1986) dalam suatu lingkungan permukiman ada rangkaian antara figure ground, linkage dan place. 1. Teori Figure Ground (solid-void plan) A. Pengertian Tata Guna Lahan (Land Use)

Land use atau tata guna lahan adalah pengaturan mengenai penggunaan lahan dimana memerlukan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Terdiri dari lahan terbangun (urban solid) dan lahan terbuka (urban void). Pendekatan “figure ground” adalah suatu bentuk usaha untuk memanipulasi atau mengolah pola “existing figure ground” dengan cara penambahan, pengurangan, atau pengubahan pola geometris dan juga merupakan bentuk analisa hubungan antara massa bangunan dengan ruang terbuka Figure ground menekankan adanya “public civics space” atau “open space” pada kota sebagai figur. Melalui “figure ground plan” dapat diketahui antara lain pola atau tipologi, konfigurasi “solid void” yang merupakan elemental kawasan atau pattern kawasan penelitian, kualitas ruang luar sangat dipengaruhi oleh figur bangunan-bangunan yang melingkupinya, dimana tampak bangunan merupakan dinding ruang luar, oleh karena itu tata letak, bentuk dan fasade (bagian muka) sistem bangunan harus berada dalam sistem ruang luar yang membentuknya. Komunikasi antara privat dan publik tercipta secara langsung. Ruang yang mengurung (enclosure) merupakan void yang paling dominan, berskala manusia (dalam lingkup sudut pandang mata 25-30 derajat) void adalah ruang luar yang berskala interior, dimana ruang tersebut seperti di dalam bangunan, sehingga ruang luar yang “enclosure” terasa seperti interior. Diperlukan keakraban antara bangunan sebagai private domain dan ruang luar sebagai public dominan yang menyatu.

1. Urban solid Solid adalah bentukan fisik dari kota, yaitu berupa bangunan-bangunan dan blok-blok kosong. Tipe urban solid terdiri dari:

Massa bangunan, monumen Persil lahan blok hunian yang ditonjolkan Edges yang berupa bangunan

2. Urban void Void adalah ruang kosong yang terdapat diantara bangunan-bangunan atau tatanan bangunan yang terbentuk oleh adanya ruang terbuka, misalnya jalan yang merupakan ruang penghubung antar bangunan. Tipe urban void terdiri dari: • Ruang terbuka berupa pekarangan yang bersifat transisi antara publik dan privat • Ruang terbuka di dalam atau dikelilingi massa bangunan bersifat semi privat sampai privat. • Jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publik karena mewadahi aktivitas publik berskala kota • Area parkir publik bisa berupa taman parkir sebagai nodes yang berfungsi preservasi kawasan hijau • Sistem ruang terbuka yang berbentuk linier dan curvalinier. Tipe ini berupa daerah aliran sungai, danau dan semua yang alami dan basah. B. Pembagian Tata Guna Lahan (Land Use) Tata guna lahan (land use) terbagi menjadi dua bagian, yaitu a. Kawasan terbangun, meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas perumahan fasilitas perkantoran, fasilitas rekreasi dan olah raga, fasilitas perdagangan dan jasa serta fasilitas umum.

2

Page 6: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

b. Kawasan terbuka/tak terbangun, • RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk areal memanjang/ jalur maupun dalam bentuk lain, dimana dalam penggunaanya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan dan pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhan. • Daerah konservasi adalah daerah yang maengandung arti perlindungan sumberdaya alam dan tanah tebuka serta pelestarian daerah perkotaan. Kawasan lindung diatur dalam keppres RI Nomor 32 tahun 1990. 2. Teori Keterkaitan (Lingkage)

Linkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik yang satu dengan yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan sebagainya. Menurut Fumuhiko Maki, Linkage adalah semacam perekat kota yang sederhana, suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan kegiatan yang menghasilkan bentuk fisik suatu kota. Menurut Shirvani (1985), linkage menggambarkan keterkaitan elemen bentuk dan tatanan masa bangunan, dimana pengertian bentuk dan tatanan massa bangunan tersebut akan meningkatkan fungsi kehidupan dan makna dari tempat tersebut. Karena konfigurasi dan penampilan massa bangunan dapat membentuk, mengarahkan, menjadi orientasi yang mendukung elemen linkage tersebut.

Tipe-Tipe Teori Linkage Urban Space Teori ini terbagi menjadi 3 tipe yaitu:

Compositional form

Super Blok Karya Le Corbusier

Bentuk ini tercipta dari bangunan yang berdiri sendiri secara 2 dimensi. Dalam tipe ini hubungan ruang jelas walaupun tidak secara langsung

Mega form

kota New – Brasilia

Susunan-susunan yang dihubungkan ke sebuah kerangka berbentuk garis lurus dan hirarkis. Group form

3

Page 7: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

Bern - Swiss

Bentuk ini berupa akumulasi tambahan struktur pada sepanjang ruang terbuka. Kota-kota tua dan bersejarah serta daerah pedesaan menerapkan pola ini. 3.Teori Lokasi (Place)

Bila pada figure ground theory dan linkage theory ditekankan pada konfigurasi massa fisik, dalam place theory ditekankan bahwa integrasi kota tidak hanya terletak pada konfigurasi fisik morfologi, tetapi integrasi antara aspek fisik morfologi ruang dengan masyarakat atau manusia yang merupakan tujuan utama dari teori ini, melalui pandangan bahwa urban design pada dasarnya bertujuan untuk memberikan wadah kehidupan yang baik untuk penggunaan ruang kota baik publik maupun privat. Pentingnya place theory dalam spasial design yaitu pemahaman tentang culture dan karakteristik suatu daerah yang ada menjadi ciri khas untuk digunakan sebagai salah satu pertimbangan agar penghuni (masyarakat) tidak merasa asing di dalam lingkungannya. Sebagaimana tempat mempunyai masa lalu (linkage history), tempat juga terus berkembang pada masa berikutnya. Artinya, nilai sejarah sangat penting dalam suatu kawasan kota. Aspek spesifik lingkungan menjadi indikator yang sangat penting dalam menggali potensi, mengatur tingkat perubahan serta kemungkinan pengembangan di masa datang. Teori ini berkaitan dengan space terletak pada pemahaman atau pengertian terhadap budaya dan karakteristik manusia terhadap ruang fisik. Space adalah void yang hidup mempunyai suatu keterkaitan secara fisik. Space ini akan menjadi place apabila diberikan makna kontekstual dari muatan budaya atau potensi muatan lokalnya.

A. Teori Desain Ruang Kota Salah satu bentuk keberhasilan pembentuk place adalah seperti aturan yang dikemukakan Kevin Lynch untuk desain ruang kota: Legibillity (kejelasan) Sebuah kejelasan emosional suatu kota yang dirasakan secara jelas oleh warga kotanya. Artinya suatu kota atau bagian kota atau kawasan bisa dikenali dengan cepat dan jelas mengenai distriknya, landmarknya atau jalur jalannya dan bisa langsung dilihat pola keseluruhannya. Identitas dan susunan Identitas artinya image orang akan menuntut suatu pengenalan atas suatu obyek dimana didalamnya harus tersirat perbedaan obyek tersebut dengan obyek yang lainnya, sehingga orang dengan mudah bisa mengenalinya. Susunan artinya adanya kemudahan pemahaman pola suatu blok-blok kota yang menyatu antar bangunan dan ruang terbukanya. Imageability Artinya kualitas secara fisik suatu obyek yang memberikan peluang yang besar untuk timbulnya image yang kuat yang diterima orang. Image ditekankan pada kualitas fisik suatu kawasan atau lingkungan yang menghubungkan atribut identitas dengan strukturnya. Kevin Lynch menyatakan bahwa image kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah kota, yaitu:

4

Page 8: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

• Paths Adalah suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan mudah. Paths berupa jalur, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta api, dan yang lainnya. • Edges Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa paths yang merupakan batas antara 2 jenis fase kegiatan. Edges berupa dinding, pantai hutan kota, dan lain-lain. • Districts, ini hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa dirasakan dari luar apabila memiliki kesan visual. Artinya districts bisa dikenali karena adanya suatu karakteristik kegiatan dalam suatu wilayah. • Nodes Adalah berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk memasuki districts yang berbeda. Sebuah titik konsentrasi dimana transportasi memecah, paths menyebar dan tempat mengumpulnya karakter fisik. • Landmark Adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung, bukit dan fisik buatan seperti menara, gedung, sculpture, kubah dan lain-lain sehingga orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan. Visual and symbolic connection Visual connection adalah hubungan yang karena adanya kesamaan visual antara satu bangunan dengan bangunan lain dalam suatu kawasan, sehingga menimbulkan image tertentu. Visual conection ini lebih mencangkup ke non visual atau ke hal yang lebih bersifat konsepsi dan simbolik, namun dapat memberikan kesan kuat dari kerangka kawasan. Dalam pengaturan suatu landuse atau tata guna lahan, relasi suatu kawasan memegang peranan penting karena pada dasarnya menyangkut aspek fungsional dan efektivitas. Seperti misalnya pada daerah perkantoran pada umumya dengan perdagangan atau fungsi-fungsi lain yang kiranya memiliki hubungan yang relevan sesuai dengan kebutuhannya. Symbolic conection dari sudut pandang komunikasi simbolik dan cultural anthropology meliputi: Vitality: Melalui prinsip-prinsip sustainance yang mempengaruhi sistem fisik, safety yang mengontrol perencanaan urban struktur, sense seringkali diartikan sebagai sense of place yang merupakan tingkat dimana orang dapat mengingat tempat memiliki keunikan dan karakteristik suatu kota. Fit: Menyangkut pada karakteristik pembangkit sistem fisikal dari struktur kawasan yang berkaitan dengan budaya, norma dan peraturan yang berlaku.

5

Page 9: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

BAB III STUDI KASUS :

KLIA ‐ Stasiun Sentral ‐ Petronas ‐ Sistem Jaringan ERL & LRT ‐ Puterajaya, Kuala Lumpur, Malaysia (Membangun Citra Kota Melalui Linkage)

Malaysia menjadi salah satu negeri yang memiliki daya tarik tersendiri, sebagai tempat

bekerja, ratusan ribu penduduk Indonesia membanting tulang di sana, sebagai negara tujuan wisata, ratusan ribu pula masyarakat penjuru dunia mendatanginya. Malaysia telah menjelma menjadi salah satu kota asia modern, bahkan dengan brand image “Malaysia: Truly Asia”‐nya, citra Malaysia sebagai tempat yang paling tepat untuk melihat, merasakan dan mengalami kebudayaan dan alam asia dipasarkan.

Dengan modernitas dan brand image‐nya, Malaysia berhasil menjadi salah satu negara favorit sebagai tujuan wisata. Seperti yang diutarakan Lynch (1960), citra sebuah lingkungan adalah hasil dari proses dua arah antara pengamat dan lingkungannya, dimana lingkungan menawarkan kekhasan dan keramahannya, sementara pengamat memilih, mengorganisasikan dan memaknai apa yang ia lihat. Untuk itu sebuah obyek harus memiliki tiga komponen yaitu identitas, struktur dan makna (Lynch, 1960). Berikut akan diuraikan empat obyek yang dianggap memiliki tiga komponen pencitraan tersebut di Malaysia, yaitu diantaranya adalah jalur KLIA‐Stasiun Sentral‐Petronas‐dan Sistem jaringan ERL‐LRT.

KL

Putrajaya

KLIA

Gambar 1. Peta jaringan transportasi yang menghubungkan kawasan-kawasan penting di Malaysia

6

Page 10: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

3.1 Kuala Lumpur International Airport (KLIA) ‐ the gate

Inilah pintu masuk Malaysia. Kuala Lumpur International Airport (KLIA), dibangun di atas lahan seluas ±25.000 ha di Sepang, berada pada posisi sangat strategis dimana ia dikelilingi oleh empat kota utama di Malaysia yaitu Kuala Lumpur, Shah Alam, Seremban and Malaka. KLIA boleh jadi merupakan salah satu bandara terbaik yang dimiliki oleh kawasan Asia Pasifik. Dengan perencanaan dan desain yang menggabungkan kehijauan alam dan keragaman Malaysia dengan teknologi mutakhir yang mampu memaksimalkan keamanan, kenyamanan dan kesempurnaan pelayanan, KLIA menjadi titik awal pencitraan Malaysia. Kisho Kurokawa, arsitek terkenal Jepang yang mendesain bandara ini mengetengahkan tema “airport in the forest, forest in the airport (bandara dalam hutan, hutan dalam bandara)” untuk mencapai citra tersebut.

Interior KLIA

Dengan hutan tropis yang mengelilingi bandara, KLIA muncul sebagai simbol modernitas di tengah hijaunya alam Malaysia. Tema ini terus diimplementasikan dengan menanami puluhan jenis tanaman di sekelilingi fasilitas bandara serta dengan menciptakan arboretum hutan hujan di bagian inti terminal internasional KLIA.

KLIA menjadi salah satu obyek yang membawa posisi Malaysia sejajar dengan negara‐negara maju lainnya dengan menjadikan semua yang terkait dengan KLIA sebagai yang terbaik, misalnya lahan ±25,000 ha tempat KLIA berdiri adalah salah satu lahan konstruksi dan lahan bandara terbesar di dunia, 4,5 tahun merupakan proses pembangunan bandara tercepat yang pernah dilakukan, memiliki menara pengawas tertinggi di dunia (120m), sistem bagasi terpanjang, ruang tunggu penumpang terbesar dengan arus penumpang bandara sebesar 25 juta orang setahun. Sejak dioperasikan penuh pada 29 Juni 1998, KLIA menjadi gerbang pertama yang sangat penting dalam mewujudkan citra Malaysia.

7

Page 11: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

3.2. Stasiun Sentral ‐ the hub of modern transit Stasiun Sentral yang berdiri di atas lahan seluas ±30278m², merupakan salah satu

fasilitas yang dimiliki oleh komplek KL Sentral. Stasiun Sentral sendiri didesain oleh GDP Architects Sdn Bhd untuk melanjutkan peran KLIA dalam sistem linkage citra Malaysia. penting menunjukkan modernitas sistemtransportasi Malaysia. Stasiun sentral KL dikenal juga sebagai “Virtual City Airport Station” karena bagi calon penumpang pesawat terbang, stasiun sentral merupakan bagian awal dari sistem pelayanan penerbangan yang nyaman, dimana stasiun juga berfungsi sebagai KL CAT (City Air Terminal yangmemberi kesempatan penumpang melakukan check-in untuk penerbangan dan bagasi sehingga mereka dapat menikmati perjalanan sebelum penerbangan dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada baik di KL Sentral maupun KLIA.

Perancangan Stasiun Sentral,

seperti halnya KLIA, menggabungkan identitas Malaysia (karakter dan keunikan pola dan motif budaya) dengan teknologi, melalui proses penataan fungsi ruang yang abstrak, tumpang tindih dan saling berhubungan namun tetap menghargai individualitas masing‐masingnya. Ini tercermin melalui fungsi‐fungsi komersial, CAT, stasiun, dan ruang-ruang publik yang tidak terpisahkan secara visual namun dengan teritori dan karakter masing‐masing fungsi yang tegas. Sebagai

kelanjutan dari KLIA maka beberapa elemen desain bandara juga diintegrasikan ke dalam desain keseluruhan stasiun, seperti konsep desain “Airport in the Forest and Forest in the Airport” yang kembali diterapkan melalui unsur‐unsur tanaman di luar dan dalam stasiun. Stasiun Sentral merupakan titik pertemuan antara Express Rail Link (ERL) yang menghubungkan KL Sentral‐KLIA dan Commuter Rail Service (CRS)/KTM komuter yang menghubungkan Port Klang‐Sentul dan Seremban‐Rawang; serta LRT (light rail transit) dan KL Monorail yang menuju stasiun-stasiun di seluruh penjurui kota. 3.3. Petronas Twin Tower

Posisi nya dalam skema perjalanan kunjungan ke Malaysia memang bukan yang pertama, namun Petronas Twin Tower tetap menjadi elemen pencitraan yang paling penting bagi Malaysia. Status nya sebagai salah satu bangunan tertinggi di dunia mengangkat citra Malaysia sebagai negara dengan penerapan teknologi yang maju. “Bangunan ini telah menjadi ikon yang mengekspresikan kebudayaan masyarakat kontemporer Malaysia dan membangun di Negara yang kaya tradisi untuk membentuk sebuah kota dunia”, demikian komentar dewan juri ketika menganugerahkan Aga Khan Award 2004 kepada Petronas Twin Tower.

Menara Petronas adalah bagian utama dari daya tarik kompleks Kuala Lumpur City Centre (KLCC) yang berada tepat dijantung kawasan komersial kota Kuala

8

Page 12: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

Lumpur. Menar ini memilii tinggi 452 meter dengan jumlah lantai 88. Cesar Pelli, sang arsitek, memadukan identitas Malaysia dan modernitas melalui pola‐pola yang dikenal dalam kebudayaan Islam (sebagai agama mayoritas) dngan struktur, teknik, da materiayang digunakan. Denah masing‐masing menara yang berbentuk bintang segi delapan diambil dari pola budaya Islam. Kita juga dapat melihat penggunaan pola‐pola geometris kebudayaan Malaysia pada ornamen arsitektur dan dekorasi. Iklim tropis Malaysia disiasati dengan teritisan yang mengurangi panas matahari yang masuk.

Petronas Twin Towers, seperti yang dituliskan oleh Pelli (2001), bukan saja tinggi dalam dimensi fisiknya, tapi merupakan puncak dari hasrat kita untuk menghubungkan bumi dan surga melalui arsitektur. Bagi Malaysia, Menara ini menegaskan posisi negara dalam ekonomi dunia, dan menunjukkan citra Malaysia sebagai negara yang berhasil memadukan budaya timur dan barat, dan menjadi gerbang bertemunya kedua budaya. 3.4. Sistem Express Rail Link (ERL) dan Light Rail Transit ( LRT) ‐ the linkage

Citra Malaysia bukan saja didapatkan dari apa yang ditampilkan oleh KLIA, Stasiun Sentral dan Petronas Twin Tower, tetapi juga pada linkage visual yang diciptakan ketiganya melalui Sistem transportai yang ada. Linkage visual menjadi sangat penting untuk mengikat dan menyatukan citra yang telah terbangun, karena seperti yang dikatakan Bacon (1978), obyek‐obyek pencitraan kota harus mampu menghubungkan dua atau lebih fragmen kota dalam satu kesatuan visual, serta menyatukan daerah kota dalam berbagai skala. Sistem transportasi yang baik, seperti yang dituliskan Tsukio (1997), memberikan keberlanjutan makna transportasi antara kedua tempat dan menggambarkannya sebagai sesuatu yang dekat, bukan dalam ruang tapi dalam waktu, dan seperti yang diterapkan di Malaysia, jarak KLIA‐Stasiun Sentral sejauh 57 km dapat ditempuh hanya lebih kurang 28 menit dengan Express Rail Link (ERL) dan jarak Stasiun Sentral‐KLCC (Petronas Twin Tower) sejauh kira‐kira 15 km dengan menggunakan Light Rail Transit (LRT) Kelana Jaya‐Terminal Putra dapat ditempuh hanya dalam 30 menit saja (tanpa terjebak kemacetan kota Kuala Lumpur), sehingga bagi penumpang transit pesawat terbang dengan waktu lebih kurang dua jam mereka sudah dapat menikmati Malaysia dan kembali lagi ke KLIA untuk melanjutkan perjalanan.

ERL

9

Page 13: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

LRT

Selain ERL dan LRT, wilayah‐wilayah di kota Kuala Lumpur dan Malaysia juga terhubungkan oleh jaringan KTM komuter dan KL Monorail, sehingga kedekatan yang dihasilkan oleh Sistem ERL dan LRT ini semakin mampu membangun dan memperkuat citra Malaysia sebagai Negara dengan identitas timur dan modernitas barat, melalui sistem transportasi yang nyaman dan aman.

10

Page 14: 100406083 - Abdul Joshua (UTS)

BAB IV KESIMPULAN & EVALUASI

Hubungan timbal balik manusia dengan lingkungan perkotaan merupakan proses dua

arah yang konstruktif, didukung baik oleh cirisifat yang dapat memberikan image (citra) lingkungan, maupun oleh ciri‐sifat kegiatan dan kejiwaan manusia. Salah satu upaya untuk mencoba memahami citra lingkungan perkotaan dapat dilakukan dengan cara mengetahui peta mental manusia sebagai pengamat.

Peta mental mempersoalkan cara pengamat memperoleh, mengorganisasi, menyimpan, dan mengingat kembali informasi tentang lokasi, jarak dan susunan dalam lingkungan kota. Citra terhadap suatu kota berkaitan erat dengan tiga komponen, yaitu: identitas dari beberapa obyek/elemen dalam suatu kota yang berkarakter dan khas sebagai jatidiri yang dapat membedakan dengan kota lainnya; struktur, yaitu mencakup pola hubungan antara obyek/elemen dengan obyek/elemen lain dalam ruang kota yang dapat dipahami dan dikenali oleh pengamat, struktur berkaitan dengan fungsi kota tempat obyek/elemen tersebut berada; makna merupakan pemahaman arti oleh pengamat terhadap dua komponen (identitas dan struktur kota) melalui dimensi: simbolik , fungsional, emosional, historik , budaya, politik. Penelitian tentang citra kota menjadi sangat penting untuk mengetahui apakah produk rancangan suatu kota berhasil/tidak berhasil dipahami oleh masyarakat luas sebagai pengamat.

11