14097 di-balik-kemeriahan-malam-keagungan-melayu-jambi

3
Di Balik Kemeriahan Malam “Keagungan Melayu Jambi” Minggu, 20 Januari 2013 13:58 KEMERIAHAN perhelatan budaya dan kesenian pada malam “Keagungan Melayu Jambi” dengan menampilkan Krinok sebagai pengiring pertunjukan yang digelar beberapa waktu yang lalu secara umum berjalan dengan sukses. Kesuksesan itu tentu saja tidak lain adalah hasil dari sebuah kerja sama yang apik dari berbagai pihak. Termasuk dari para pelaku tradisi itu sendiri, yang telah menunjukkan kebersahajaan mereka dengan menampilkan sebuah tontonan yang luar biasa bagi para tamu undangan dan masyarakat Jambi umumnya. Berkenaan dengan peristiwa budaya tersebut, maka sudah sepantasnya jika kita memberikan apresiasi yang lebih terhadap mereka. Bukan bermaksud berlebih-lebihan, tapi mereka memang pantas untuk mendapatkan pujian itu. Karena tanpa kehadiran mereka, maka dapat dipastikan acara yang kita gadang-gadangkan sebagai usaha dan upaya kita untuk mengangkat budaya melayu Jambi ke permukaan yang diibaratkan seperti mengangkat batang terendam pada malam itu akan dirasa hambar. Dalam acara tersebut hadir pula para undangan dari berbagai kalangan. Salah satunya adalah dari kalangan pejabat birokrat di Negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah yang masyarakatnya masih kental dengan adat budaya melayunya. Kehadiran para birokrat pada acara tersebut memberi sinyal sekaligus membuka peluang bagi Dewan Kesenian Jambi (DKJ) sebagai mitra pemerintah sekaligus promotor dinamika berkesenian di daerah, baik dalam rangka menjaga keutuhan dan keaslian kesenian tradisional Jambi, maupun dalam rangka pengembangan kesenian kontemporer lainnya untuk bisa kembali meyakinkan mereka bahwa perlu adanya kerja sama semua pihak dalam merevitalisasi kesenian dan kebudayaan melayu Jambi. Hubungannya dengan para birokrat adalah berkaitan dengan arah kebijakan pemerintah. Tentu saja ada harapan besar di balik pertunjukan tersebut. Dengan menyaksikan acara tersebut kita berharap mereka nantinya bisa menjadikan kegiatan seperti ini sebagai usaha pelestarian budaya melayu Jambi dan menjadikannya program strategis dalam rangka pembangunan masyarakat Provinsi Jambi ke depan dengan mengangkat budaya menjadi sebuah industri. Kemeriahan acara tersebut tentu pula tidak dikehendaki akan berhenti pada decak kagum dan pujian para tamu undangan semata. Akan tetapi diharapkan adanya tindak lanjut khususnya dari pemerintah daerah sebagai bentuk dukungan dalam melestarikan budaya dan tradisi yang mulai tergerus oleh begitu derasnya arus globalisasi, modernisasi serta munculnya berbagai bentuk imprealisme budaya dari luar. Seperti diketahui tradisi dan pelaku tradisi sama-sama mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi. Dalam perjalannya tradisi akan mempengaruhi pelaku tradisi. Begitu pula sebaliknya. Pelaku tradisi dalam kehidupan masyarakat juga akan mempengaruhi keberadaan 1 / 3

Transcript of 14097 di-balik-kemeriahan-malam-keagungan-melayu-jambi

Page 1: 14097 di-balik-kemeriahan-malam-keagungan-melayu-jambi

Di Balik Kemeriahan Malam “Keagungan Melayu Jambi”Minggu, 20 Januari 2013 13:58

KEMERIAHAN perhelatan budaya dan kesenian pada malam “Keagungan Melayu Jambi”dengan menampilkan Krinok sebagai pengiring pertunjukan yang digelar beberapa waktu yanglalu secara umum berjalan dengan sukses.

Kesuksesan itu tentu saja tidak lain adalah hasil dari sebuah kerja sama yang apik dariberbagai pihak. Termasuk dari para pelaku tradisi itu sendiri, yang telah menunjukkankebersahajaan mereka dengan menampilkan sebuah tontonan yang luar biasa bagi para tamuundangan dan masyarakat Jambi umumnya.

Berkenaan dengan peristiwa budaya tersebut, maka sudah sepantasnya jika kita memberikanapresiasi yang lebih terhadap mereka. Bukan bermaksud berlebih-lebihan, tapi merekamemang pantas untuk mendapatkan pujian itu. Karena tanpa kehadiran mereka, maka dapatdipastikan acara yang kita gadang-gadangkan sebagai usaha dan upaya kita untukmengangkat budaya melayu Jambi ke permukaan yang diibaratkan seperti mengangkat batangterendam pada malam itu akan dirasa hambar.

Dalam acara tersebut hadir pula para undangan dari berbagai kalangan. Salah satunya adalahdari kalangan pejabat birokrat di Negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah yang masyarakatnyamasih kental dengan adat budaya melayunya. Kehadiran para birokrat pada acara tersebutmemberi sinyal sekaligus membuka peluang bagi Dewan Kesenian Jambi (DKJ) sebagai mitrapemerintah sekaligus promotor dinamika berkesenian di daerah, baik dalam rangka menjagakeutuhan dan keaslian kesenian tradisional Jambi, maupun dalam rangka pengembangankesenian kontemporer lainnya untuk bisa kembali meyakinkan mereka bahwa perlu adanyakerja sama semua pihak dalam merevitalisasi kesenian dan kebudayaan melayu Jambi.Hubungannya dengan para birokrat adalah berkaitan dengan arah kebijakan pemerintah. Tentusaja ada harapan besar di balik pertunjukan tersebut. Dengan menyaksikan acara tersebut kitaberharap mereka nantinya bisa menjadikan kegiatan seperti ini sebagai usaha pelestarianbudaya melayu Jambi dan menjadikannya program strategis dalam rangka pembangunanmasyarakat Provinsi Jambi ke depan dengan mengangkat budaya menjadi sebuah industri.

Kemeriahan acara tersebut tentu pula tidak dikehendaki akan berhenti pada decak kagum danpujian para tamu undangan semata. Akan tetapi diharapkan adanya tindak lanjut khususnyadari pemerintah daerah sebagai bentuk dukungan dalam melestarikan budaya dan tradisi yangmulai tergerus oleh begitu derasnya arus globalisasi, modernisasi serta munculnya berbagaibentuk imprealisme budaya dari luar.

Seperti diketahui tradisi dan pelaku tradisi sama-sama mempunyai keterkaitan yang salingmempengaruhi. Dalam perjalannya tradisi akan mempengaruhi pelaku tradisi. Begitu pulasebaliknya. Pelaku tradisi dalam kehidupan masyarakat juga akan mempengaruhi keberadaan

1 / 3

Page 2: 14097 di-balik-kemeriahan-malam-keagungan-melayu-jambi

Di Balik Kemeriahan Malam “Keagungan Melayu Jambi”Minggu, 20 Januari 2013 13:58

tradisi. Keterkaitan antara keduanya haruslah kita tempatkan pada tempat yang sejajar denganporsi yang tentunya berimbang. Pelaku tradisi dan tradisi itu sendiri diibaratkan seperti dua sisijalan yang seiring. Ini mengandung arti, bahwa mustahil tradisi akan tetap bertahan jika parapelaku tradisi dalam masyarakat itu sendiri telah tenggelam atau punah.

Regenerasi Pelaku Tradisi

Dalam realitas kehidupan sehari-hari seringkali kita jumpai, baik itu para seniman, budayawanmaupun pelaku tradisi yang kehidupan mereka jauh dari perhatian. Padahal seperti diketahui dibalik kebersahajaan dari sebagian mereka ada nilai-nilai yang melekat pada diri mereka.Dimana nilai-nilai tersebut sangat menentukan terhadap keberlangsungan sebuah tradisi. Halini bermakna bahwa para pelaku tradisi mempunyai peran penting dalam upaya melestarikandan mewariskan tradisi sebagai bentuk produk kearifan lokal kepada generasi muda sebagaigenerasi penerus.

Seringkali di acara-acara resmi pertunjukan yang bernuansa kebudayaan, seni dan tradisidengan sengaja dipertontonkan di hadapan khalayak, dengan kemasan yang tentu sajamenarik. Di satu sisi keinginan untuk menampilkan mereka patut mendapat dukungan. Namunsayangnya kebanyakan hal tersebut hanya berhenti sampai di situ. Setelah pertunjukan selesai,iya sudah. Mereka kemudian dibolehkan pulang dengan bayaran alakadarnya. Hal seperti initentu saja memprihatinkan.

Pada dasarnya persoalannya bukan di situ. Bukan sebatas penghargaan terhadap merekadengan nilai bayaran yang besar atau kecil. Mereka juga sebenarnya tidak pernah memintabahkan sampai menentukan besaran tarif setiap kali mereka tampil dalam sebuah pertunjukan.Karena dalam diri mereka nilai-nilai budaya dan tradisi itu sudah melekat kuat. Pemerintah tidakperlu bersusah payah menyadarkan mereka akan pentingnya melestarikan budaya. Adamaupun tidak perhatian dari pemerintah, mereka tetap berkesenian. Namun alangkah lebih baikpemerintah bisa tetap bisa memberikan peran dalam menunjang mereka dalam usahamelestarikan tradisi itu. Seperti diketahui jika kita kehilangan tradisi maka kita juga berarti telahkehilangan jati diri.

Boleh dikatakan dari beberapa orang pelaku tradisi yang masih tersisa sampai hari ini sebagianbesar dari mereka hidup dalam kebersahajaan. Namun mereka tetap terus berkesenianmempertahankan tradisi yang hampir hilang itu. Seperti Wak Mariam contohnya. Ia adalahseorang pelaku tradisi Senandung Jolo yang usianya sudah mendekati satu abad, tapi beliauharus tetap banting tulang untuk bisa bertahan hidup. Padahal seharusnya seumuran beliausudah harus beristirahat menikmati hasil kerja yang sudah dilakukan di masa muda dulu.Namun hal itu tidak berlaku bagi beliau. Beliau harus tetap bekerja banting tulang ke sawah dankeladang untuk bisa bertahan hidup. Jika pemerintah punya perhatian terhadap budaya dantradisi tentu saja nasib para pelaku tradisi seperti Wak Mariam ini tidak perlu terjadi. Apalagipara pelaku tradisi telah menghabiskan sebagian umur mereka untuk mempertahankan sebuahbudaya dan tradisi. Tinggal bagaimana kita mengasah kepedulian dan kepekaan kita terhadappelestarian budaya dan tradisi serta kehidupan mereka sebagai pelakunya. Hal ini wajibdilakukan jika kita tidak ingin budaya dan tradisi menjadi hilang ditelan perkembangan zaman.

2 / 3

Page 3: 14097 di-balik-kemeriahan-malam-keagungan-melayu-jambi

Di Balik Kemeriahan Malam “Keagungan Melayu Jambi”Minggu, 20 Januari 2013 13:58

Tradisi adalah Kekayaan Kita

Tidaklah berlebihan bila dikatakan faktor utama yang mendorong pertumbuhan kesadaranbudaya ini bertolak dari pandangan para ahli yang makin memahami peran budaya dalammengubah banyak hal, termasuk membangun perekonomian suatu bangsa. Di Provinsi Jambisendiri peran budaya dalam mengubah perekonomian bangsa belum begitu jelas terlihat.Padahal ada banyak budaya dan tradisi yang kalau dikembangkan akan mempunyai nilaiekonomis. Ia akan menjadi sebuah produk budaya lokal yang memiliki nilai jual yangmenjanjikan.

Salah satu contoh adalah tradisi Senandung Jolo yang ada di Desa Tanjung KabupatenMuarojambi. Selama ini untuk bisa menyaksikan tradisi tersebut kita harus mendatangkan parapelaku tradisi langsung dari Desa Teluk Kabupaten Muarojambi. Begitu juga ketika kita inginmenampilkan Krinok yang ada di Kabupaten Bungo. Maka kita harus mendatangkan pelakutradisi tersebut langsung dari Bungo. Termasuk tradisi Sike, Tale, Be Kba yang berasal dariKabupaten Kerinci. Jika kita ingin menyaksikan tradisi tersebut, maka kita akan kesulitankarena pelaku tradisi itu sudah tidak banyak lagi.

Keinginan yang begitu besar terhadap pengembangan budaya melayu Jambi tentunya bukansebatas pada kajian budaya melayu saja, akan tetapi berkaitan juga dengan bagaimana semuapihak meluangkan dan mencurahkan pemikiran mereka dalam upaya regenerasi para pelakutradisi yang sampai sekarang jumlahnya tidak seberapa. Bahkan diantaranya sudah tidak mudalagi. Kondisi para pelaku tradisi yang sebagian sudah tidak muda lagi tentu saja akan membuatresah kita semua akan nasib tradisi beberapa tahun ke depan, karena sampai sekarang belumnampak usaha regenerasi.

Tentunya suatu saat nanti kita berharap, ketika hendak menyaksikan sebuah tradisi, kita tidakmesti mendatangkan para pelaku tradisi itu langsung dari daerah. Melainkan kita tetap bisamenikmatinya di daerah masing-masing dengan penampilan dari siswa-siswi dan anak-anakmuda yang telah diajarkan di sekolah-sekolah mereka. Semoga di balik penampilan merekayang memukau, ada dukungan penuh dari kita semua.

Penulis adalah pemerhati sosial,Dosen Politeknik Jambi, danowner Pustaka Ken Dee [dot] Net.

3 / 3