154019343-Pekerjaan-Struktur-Tanah

60
SUPERVISI PEMBORAN GEOTEKNIK OVERWATER SPT OVER WATER 1. DEVELOPMENT Barge loading Platform Offshore Exploration Dermaga Pelabuhan Bangunan Air Jembatan (Pier + Abutment) Diatas tanah lunak(Stock pile, haul road & conveyors) 2. LOKASI a. Sungai Di sungai biasanya untuk jembatan(Pier head / kolom abutment) Lebar sungai dari river bank to river bank = 120 m Jumlah titik tes antara 3-5 titik Lebar sungai dari river bank to river bank = 90 m Jumlah titik tes antara 3 titik Lebar sungai dari river bank to river bank = 60 m Jumlah titik tes yang ideal = 2 titik b. Sea ( Laut) Biasanya dipakai untuk dolphin & conveyors Jika jaraknya jauh dari pinggir laut bisa menggunakan Pontoon c. Rawa (daerah tergenang air/tanah gambut berair) Daerah di Kalimantan seperti Sangata, Marangkayu, melak, tenggarong yang posisinya dekat dengan sungai & laut, banyak berhubungan dengan rawa/genangan air yg cukup dalam / gambut Oleh karena itu diperlukan dasar platform yang stabil, karena dikuatirkan tanahnya akan amblas Di marangkayu , daerah yang cukup parah yg pernah dilakukan investigasi adalah 0-70 m = NSPT <8 (range NSPT = 0-5) Di Senyiur , 0-45 m NSPT = < 8 3. PENENTUAN TITIK TEST 1. Untuk Pile construction biasanya titik disesuaikan dengan posisi kolom dari layout perencanaan konstruksi 2. Untuk jalan biasanya dibuat setiap 250 m, jika site visit dilakukan , kita dapat menempatkan tes tes sesuai dengan kondisi lokasi.

description

Pekerjaan-Struktur-Tanah

Transcript of 154019343-Pekerjaan-Struktur-Tanah

  • SUPERVISI PEMBORAN GEOTEKNIK OVERWATER

    SPT OVER WATER

    1. DEVELOPMENT Barge loading Platform Offshore Exploration Dermaga Pelabuhan Bangunan Air Jembatan (Pier + Abutment) Diatas tanah lunak(Stock pile, haul road & conveyors)

    2. LOKASI

    a. Sungai Di sungai biasanya untuk jembatan(Pier head / kolom abutment) Lebar sungai dari river bank to river bank = 120 m

    Jumlah titik tes antara 3-5 titik

    Lebar sungai dari river bank to river bank = 90 m Jumlah titik tes antara 3 titik

    Lebar sungai dari river bank to river bank = 60 m

    Jumlah titik tes yang ideal = 2 titik

    b. Sea ( Laut)

    Biasanya dipakai untuk dolphin & conveyors Jika jaraknya jauh dari pinggir laut bisa menggunakan Pontoon

    c. Rawa (daerah tergenang air/tanah gambut berair)

    Daerah di Kalimantan seperti Sangata, Marangkayu, melak, tenggarong yang posisinya dekat dengan

    sungai & laut, banyak berhubungan dengan rawa/genangan air yg cukup dalam / gambut Oleh karena itu diperlukan dasar platform yang stabil, karena dikuatirkan tanahnya akan amblas Di marangkayu , daerah yang cukup parah yg pernah dilakukan investigasi adalah

    0-70 m = NSPT

  • Contoh: CPTu di rawa, Borehole di onshore 3. CPT dan Borehole musti berdampingan karena fungsinya saling melengkapi 4. Untuk lokasi stock pile, disesuaikan dengan diameter lokasi

    Biasanya di tengah, pinggir lokasi 5. Untuk Dolphin construction(Port), disesuaikan dengan posisi kolom struktur 6. Untuk conveyor line, disesuaikan dengan topographynya

    Biasanya setiap 250 m

    7. Hal hal lain yang bisa dijadikan pertimbangan adalah: Kondisi Topography Access menuju lokasi & tingkat kesulitannya Geologi Informasi

    (Untuk daerah yang depositnya cukup banyak , akan lebih banyak tes ) Homogenitas dan heterogen lapisan Laporan penyelidikan terdahulu

    4. SURVEY KE LOKASI

    1. Persiapan sebelum berangkat ke site:

    a. Contact client, kondisi cuaca, info rental perahu

    b. Koordinasi dengan project manager / Senior engineer yg melakukan site visit

    c. Persiapan alat-alat

    d. Alat-alat penting (GPS, kompas, meteran roll, life vest)

    2. Persiapan pada saat di lokasi :

    a. Tali tambang, jirigen 5-10 liter

    b. Kayu panjang / bamboo

    Jika panjang lebih dari 4 m, maka disambung

    c. Pemberat / jangkar

    d. Cek kondisi perahu dan kapasitas maksimum

    3. Pelaksanaan Survey

    a. GPS & kompas diaktifkan

    b. Lokasi diperoleh, tenggelamkan jangkar dan jangkar diikat ke tali tambang & jirigen

    c. Kayu / bamboo ditancapkan ke tanah sedalam mungkin di bagian tengah bagan dan tali

    tambang diikat ke bamboo dan jirigen

    Sebagai tanda acuan titik tengah

    4. Hal hal penting lainnya: a. Tali tambang yg terikat ke jangkar diukur sesuai dengan panjang maksimum air pasang

    b. Jika panjang tali dibuat minimum, maka jika air pasang maksimum jangkar bisa

    terangkat

    5. 5. MEDIA DRILLING

  • 1. BAGAN / PLATFORM DI SUNGAI/LAUT

    Hal-hal didalam pembuatan bagan adalah :

    a. Gambar Sketsa / Layout konstruksi Bagan dan SOP dari subcontractor

    Pembuat bagan

    b. Team Ahli Bagan

    c. Alat transportasi yang digunakan untuk pembuatan bagan dan pada saat drilling

    d. Kualitas Bahan

    e. Tinggi bagan diusahakan tidak banyak desimal

    Contoh: 1.5 , 2.0 , 3.0 , etc

    f. HSE system (JSA dan SOP)

    Life vest dan Ban besar

    Jumlah tiang, score dan gelagar atas yang mencukupi

    Perahu pendamping standby untuk emergency situation

    Kualitas Bahan

    Team ahli 1 orang dan sisanya orang local (cek record kemampuan expert)

    Hati hati dengan kawat pada saat proses perkuatan struktur bagan

    Jika dilaut hati hati dengan wild animal seperti ubur ubur Dan binatang laut

    Gunakan lampu badai untuk malam hari

    Pembuatan pagar di pontoon

    2. PONTOON Hal-hal yang penting dalam pembuatan pontoon yaitu:

    a. Bahan pembuatnya

    Untuk Hydrocore biasanya mereka fabrikasi di Jakarta dan bahannya terbuat dari bahan baja dan drum

    Untuk Kim drilling biasanya bahan diperoleh dari site , menggunakan kayu dan drum

    b. Sketsa gambar Pontoon construction

    c. HSE

    Cek record subcon skill

    Pagar pontoon

    Ban besar

    Life Vest

    Cek proses pembuatan on site

    Cek jumlah jangkar yg terpasang

    3. BAGAN DI RAWA Hal-hal yang penting dalam pembuatan Bagan di rawa yaitu:

    a. HSE

  • Wild animal (buaya, ular, tawon)

    Yang lainnya hampir sama dengan bagan di no 1

    8. METODA SUPERVISI

    1. BAGAN Contoh 1:

    Diketahui :

    SPT di 3 m, tinggi bagan ke sea bed level 3 m, panjang SPT = 70 cm

    Yang ditanya adalah: Berapa panjang stickup rod dan panjang rod yang dibutuhkan untuk tes di

    kedalaman 3 m ? 3 m 3 m 3 m 0.7m 0 m

    3 m Sea bed level Stick up ROD

    Jadi rod yang dibutuhkan untuk SPT= (2 rod x 3 m) + 70 cm =6.7 m

    Sisa Stickup adalah = Rod yang dibutuhkan - kedalaman bagan ke titik tes

    Contoh 2:

    Diketahui : SPT di 6 m, tinggi bagan ke sea bed 2.5 m , panjang SPT = 65 cm Stick up ROD Ditanya: Panjang rod yang dibutuhkan danSU? 3 m 6 m Sea bed level 1.15 m m 2.5 m 0 m

  • Jadi rod yang dibutuhkan untuk SPT= (3 rod x 3 m) + 65 cm = 9.65 m

    Sisa Stickup adalah = Rod yang dibutuhkan - kedalaman yg diincaR Sisa Stickup= 9.65 m 8.5 m = 1.15 m

    2. PONTON

    Hal hal yang penting didalam supervise: 1. Jika pasang surut air laut tidak significant berubah, lakukan pengukuran tinggi air dari pontoon ke sea bed level 3 x

    sehari Misalnya: pagi jam 8, siang jam 11 , sore jam 15

    2. Jika pasang surut air laut sangat significant berubah, lakukan pengukuran tinggi air sebelum drilling (triwing) 3. Tinggi Pontoon = Tinggi draft pontoon ke air + tinggi dari air ke sea bed 4. Jika pontoon naik, maka stickup turun

    Tinggi Pontoon naik sebesar X = stickup - X 5. Jika pontoon turun, maka stickup naik

    Tinggi Pontoon turun sebesar X=stickup + X Pagi 3m Siang 2.7m 0 m 3 m Stickup ROD Draft pontoon Sore 3.5m Sea bed level

    Diketahui : Panjang SPT = 70 cm , Tinggi pontoon = 6 m (pagi hari) , siang hari = 2.7 m, sore

    hari = 3.5 m

    Ditanya: Panjang rod yang dibutuhkan dan Stickup rod pada :

    Pagi hari di SPT 3 m, siang hari di SPT 9 m, sorehari di SPT 12 m?

    1. PAGI HARI di SPT 3 m

    Panjang rod yang dibutuhkan adalah : ((2 Rod x 3 m) + SPT) = 6.7 m

    Stickup yang dibutuhkan adalah : Panjang rod yang dibutuhkan Kedalaman Pontoon ke titik tes

    6.7 m 6 m = 0.7 m 2. SIANG HARI di SPT 9 m

    Panjang rod yang dibutuhkan adalah : ((4 Rod x 3 m) + SPT) = 12.7 m

    Stickup yang dibutuhkan adalah : Panjang rod yang dibutuhkan Kedalaman Pontoon ke titik tes

  • 12.7 m 11.7 m = 1 m

    3. SORE HARI di SPT 12m

    Panjang rod yang dibutuhkan adalah : ((5 Rod x 3 m) + SPT) = 15.7 m

    Stickup yang dibutuhkan adalah : Panjang rod yang dibutuhkan Kedalaman Pontoon ke titik tes 15.7 m 15.5 m = 0.2 m PATTERN =

    Jika air laut pasang , SU = S interval tinggi pontoon Jika air laut surut, SU = S + interval tinggi pontoon

    SU= Stick up

    S= Stick up konstan (jika SPT =70 CM, S =70 cm)

    9. HAL HAL PENTING LAINNYA

    1. Jika fluktuasi air pasang dan surut sering sekali, maka pengukuran tinggi pontoon ke sea bed

    level dilakukan pada saat sebelum drilling(triwing masuk)

    2. Jika fluktuasi air pasang dan surut tidak terlalu sering, maka pengukuran tinggi pontoon ke sea

    bed level dilakukan pada pagi, siang dan menjelang sore

    3. Ada 1 orang standby melakukan pengukuran tinggi pontoon ke seabed level

    4. Pengawas disarankan membantu juru bor untuk melakukan perhitungan pada saat drilling

    (triwing) dan pada saat SPT karena tinggi pontoon ke seabed tidak selalu genap angkanya

    5. Hasil UDS pada pekerjaan di atas pontoon tidak akurat, karena pada saat pengambilan data naik

    turun.

    Yang paling bagus dengan CPTu

    6. Progress pemboran diatas Pontoon lebih lambat dari di onshore, karena dilakukan pengukuran

    pengukuran yang disesuaikan dengan tinggi pontoon ke seabed level

    Diposkan oleh Captain Piezocone di 16.22

    SUPERVISI PEMBORAN GEOTEKNIK ONSHORE

    SPESIFIKASI PEMBORAN GEOTEKNIK (SOIL DRILLING)

    1.0 DIMENSI UKURAN & REFERENSI Standard penetrometers SPT = 5 cm diameter dan sudut 60 0

    Berat Hammer = 63.5 kg

    Jatuh bebas = 76 cm

    Perlu dikalibrasi hammernya, Karena baja memiliki titik jenuh leleh setelah sekian ribu kali ditumbuk. Titik jenuh leleh akan mengurangi berat hammer

    Referensi : AS 1289 Method 6.3.1, Gibbs & Holtz, Liaoss& Whitman

    2.0 METODA DRILLING

  • Ada 3 metoda yg biasa digunakan:

    1. Full Coring Method (dry)

    2. Full coring Method (water)

    3. Wash boring Method (Open Hole)

    FULL CORING METHOD(DRY) Tujuannya : mendapatkan perlapisan tanah secara utuh, karena dry method akan menghasilkan sample yg

    recoverynya bagus

    Mendapatkan data Ground water level yang akurat Metoda ini tidak menggunakan air dan biasanya pada lapisan tanah yg tidak seragam

    Drilling menggunakan core burrel

    Sample core dimasukkan ke core box

    Sample core dimasukkan ke dalam plastic core (plastic diberi tulisan Depth, pukulan SPT, Recovery )

    Keuntungan Dry = -Recovery lebih bagus Kelemahan Dry = Alat tungsten cepat patah / Aus dan lambat progress

    Tujuannya untuk menjaga kelembaban core, supaya tidak cepat kering

    Foto corebox

    FULL CORING METHOD(WET) Tujuannya : Untuk mendapatkan perlapisan tanah secara utuh Hasil core biasanya banyak core loss, karena hancur kena air Ground water level tidak akurat Metoda ini menggunakan air

    Drilling menggunakan Core Burrel

    Sample core dimasukkan ke core box

    Sample core dimasukkan ke dalam plastic core (plastic diberi tulisan Depth, pukulan SPT, Recovery )

    Tujuannya untuk menjaga kelembaban core, supaya tidak cepat kering

    Foto corebox

    Keuntungan Wet

    - Progres cepat - Recovery lebih jelek sedikit dari dry

    Keuntungan Wet

    -Jika air terlalu banyak (recovery menyusut)

    OPEN HOLE / WASH BORING METHOD (WET) Metoda ini menggunakan air dan tidak ada sample core karena dihancurkan oleh air

    Drilling dan flushing menggunakan Triwing

    Flushing adalah aktivitas pembersihan lubang bor menggunakan air

    Biasanya digunakan untuk mempercepat progress pemboran dan mendapatkan hasil SPT/ UDS

    Pada tanah yang seragam

    Sample tidak ada, jadi no core box sample

    Urutannya = Open hole , SPT/UDS, Open Hole , SPT / UDS

  • Tidak dapat GWL yang akurat

    3.0 SPT Interval SPT a. Dilakukan pada interval 1.5 m (tidak kaku, biasanya flexible berdasarkan UDS& jenis tanah

    Contoh :

    1, 2.5 , 4.0 , 5.5, 7, 8.5, 10, 11.5, 13, 14.5, 16 , dst

    Atau

    1.5, 3.0, 4.5, 6, 7.5, 9, 10.5, dst

    Atau

    1.0, 2.0, 3.0, 4.5, 6.0, 7.5, 9.0, dst

    b. Disesuaikan dengan situasi di site, jika dituntut cepat progressnya pengumpulan datanya,

    biasanya dibuat interval antara 2 3 m Misalnya: posisi di laut or di daerah yg longsorannya cukup significant

    Detail pengawasan a) Jika kita SPT di 2.5 m, butuh rod 1 biji (3 m an) + SPT spoon sampler (0.62 m)

    0 m

    2.5 m

    3 m

    0.62m

    0.62m

  • 1.12m = STICKUP

    Kalkulasi = (3 + 0.62) 2.5 = 1.12 m Jadi Stickup rod yg dibutuhkan adalah 1.12 m

    b) Jika kita SPT di 8.5 m butuh 3 rod(3 m an ) + SPT (0.62 m)

    Kalkulasi =( (3 x 3 )+0.62 ) 8.5 m = 1.12 m 0 m

    8.5 m

    0.62m

    1.12m = Stickup

    9 m

    Sampling & photography SPT

  • Hal-hal penting :

    a) Sampel dipotong pada arah horizontal, supaya warna asli terlihat

    b) Colour symbol dan sticker diposisikan seperti pada gambar diatas

    c) Meteran sisi kanan makin besar = sisi bottom

    d) Foto tegak lurus dengan sample & tidak boleh ada bayangan

    e) Sebelum dimasukkan ke plastik, sampel dikeluarkan dari split SPT dan dikuliti /disayat

    selimutnya secara menyeluruh.

    Tujuannya untuk mendapatkan tanah aslinya dan membuang kotoran.

    f) Jika lapisannya berbeda , dipisahkan plastiknya & diberi depth yang berbeda.

    Tujuan dipisahkan adalah untuk uji lab

    SPT pada pasir / gravel : Sieve analysis

    SPT pada cohesif / clay &silt:Water content, atterberg limit, hydrometer P

    ASIR LEMPUNG 15 cm

    10 cm

    Depth disesuaikan dengan dalamnya penetrasi pada saat SPT Misalnya: diatas adalah hasil SPT sample dengan Recovery 25 cm SPT dilakukan pada kedalaman 7 -7.45 m Maka sample pasir = 7.20 7.35 m Sample lempung =7.35 7.45 m

    g) Sample tidak boleh kena panas, ditaruh di tempat dingin & lembab(AC)

    h) Jika disimpan di AC, maka sampel ini bertahan 1 bulan. Tetapi jika disimpan pada tempat yang

    kurang dingin dan lembab, maka kemungkinan hanya bertahan 1 minggu ( water content sudah

    berubah)

  • 4.0 UDS Dilakukan jika nilai pukulan SPT antara 0-8

    Hanya untuk tanah Cohesive (Silty CLAY & Clayey SILT)

    Uji ini khusus untuk tanah very soft firm

    Panjang penetrasi pada saat test UDS

    Jika panjang tabung = 85 cm

    UDS tabung 85 cm

    Kepala tabung 16 cm

    78 cm

    7 cm

    9 cm

    85 cm

    Panjang penetrasi UDS ke dalam hole = 70 cm

    = 90% x 78 cm = 70 cm

    Sebelum penetrasi / setelah dibor pake triwing: Flushing dengan air supaya lubang bersih dari cutting

    Proses penetrasi: Perhatikan penetrasi spindle, apakah sesuai dengan depth yg diinginkan / tidak Kadang jurubor suka takut, kalau recovery sangat kecil Juru bor yg tingkat kekuatirannya tinggi, spindelnya dilebihkan 2 kali (biasanya 1 spindel =50

    cm)

    Pada contoh sample clay yg sangat lunak. Setelah penetrasi , juru bor yg experience akan smoking 1 rokok.Tujuannya untyuk ngelengketin sample di tube. After that diangkat

  • Jika panjang tabung =75 cm UDS tabung 75 cm

    Kepala tabung 16 cm

    68 cm

    7 cm

    9 cm

    75 cm

    Panjang Penetrasi UDS ke dalam hole=60

    = 90% x 68 cm = 60 m Kepala tabung 16 cm

    Interval UDS bebas yang penting tanah kohesif yg very soft to firm

    Sampling dan insitu testing di site Setelah sample dikeluarkan dari lubang, cutting dihilangkan & lakukan pocket penetrometers &

    torvane

    a) Hilangkan cutting dari pangkal UDS

    b) Bersihkan Tip Sample sekitar 1 cm dan ratakan

    c) Lakukan tes pocket penetrometers pada ujung tanah di UDS

    Tekan PP sampai batas dibawah ini Satuannya adalah kg/cm2 . Jika dijadikan KPa dikali 100. Lakukan tes PP 3 X dan hasilnya dirata rata Tes ini sama dengan PP = qu Setelah selesai bersihkan alatnya

  • d) Bersihkan ujung sample & ratakan

    e) Lakukan Torvane pada tanah di ujung UDS.

    Putar torvane searah jarum jam sampai alat tidak bisa menahan tanah Alat akan berputar sendiri, karena kuat geser tanah sudah cukup kuat, ikuti putaran alat sampai

    berhenti

    Catat nilainya Nilai torvane max pada alat = 1 revolusi Jadi misalnya nilai = 0.8 kg/cm2

    Maka dikali 100 = 80 KPa

    Bersihkan alat menggunakan sikat gigi Ujung drat yg kotor akan mempengaruhi hasil tes Jika firm clay , gunakan drat yang kecil dan hasilnya dikali 2.5 Jika very soft clay, gunakan yang besardan hasilnya dikali 0.2 Jika soft clay, gunakan drat sedang dan hasilnya dikali 1 f) Tutup 2 lubang pake plastic & lakban

    g) Pasang sticker & lakban

    Sample UDS tidak boleh kena panas, diletakkan di tempat lembab & tidak boleh terbentur / terjatuh

    Sample UDS jika di mobil dipangku (jumlah nya < 3). Tetapi jika jumlahnya lebih dari 3 , bisa ditempatkan di bagian karpet.

    5.0 TERMINASI KEDALAMAN DRILLING Tergantung dari budget client (Permintaan client)

    Untuk design paku bumi/ tiang pancang pada konstruksi bangunan, jembatan biasanya drilling harus mencapai 4-5 x NSPT > 50 (HB)

    Nspt > 50 = HARD or VERY DENSE

    Untuk Jalan raya 3X4 X NSPT > 30

    NSPT > 30 = Very stiff Hard or Dense Very Dense

    Untuk Waste Dump Conveyor line 3 x NSPT>50 atau sekurang kurangnya 3 m di dalam very low rock

    Mengapa drilling dilakukan sampai tanah keras? Karena sebagai consultant, kita harus mendapatkan data untuk memastikan tidak ada tanah lunak dibawah BED ROCK

    6.0 TOLERANSI STICK UP, TES SPT & UDS Jika stickup > 5 cm, lubang harus dibersihkan dahulu

    Jika stickup < 5 cm, langsung tes SPT/UDS

    Balok kayu bisa dijadikan acuan memberikan coretan pada rod

    Casing sebaiknya tidak dijadikan acuan

  • 7.0 HAMMER BOUNCING OR NSPT >50 Jika N2 + N3 = 50, STOP

    Jika SPT Bouncing dengan sangat sedikit tidak ada penetrasi, bisa distop setelah 5-10 kali pukulan dan diukur masuknya penetrasi

    Tujuannya diambil range 5-10: supaya dapat sampel

    Jika REFUSAL 30 pukulan per 15 cm, bisa distop 18, 16, 30/110 mm(refusal di interval terakhir) 24, 30/140 mm(refusal di interval ke 2) 30/70 mm(refusal di interval 1

    8.0 TANAH KOHESIF VERY SOFT Pada tanah kohesif yang sangat lunak, SPT spoon tenggelam karena berat dari rod, hammer

    Tenggelam 600 mm(berat rod) = RW/600 mm

    Tenggelam 450 mm(berat hammer)=HW/450 mm

    Tenggelam 300 mm(berat hammer) dan dipukul 150 mm = HW/300 mm, 2

    9.0 CORE BOX Tidak boleh ada bayangan

    Ada meteran

    Diberi tanda kayu / pipa pvc / reng Untuk SPT, UDS, core loss, UCS /DS

    Diberi label photography corebox menggunakan spidol non permanent

    Diberi colour symbol di dekat label photography

    10.0 IMPORTANT NOTES 1) Sebelum Mulai drilling Field engineer harus check panjang :

    Pipa bor (yang 3 m, 1.5 m , 1 m , 0.5 m)

    Single tungsten core burrel

    Triple Tungsten coreburrel

    Pipa UDS & headnya

    SPT spoon sampler

    Panjang triwing / windbit Tipe triwing 89 , 73

    Panjang casing (HQ, NQ) HQ = 89

    NQ =114

    2) Pada saat pemboran menggunakan triwing & core burrel, pastikan driller sebelum SPT,

    melakukan drilling sesuai depth test yg diminta

  • Jika tidak sesuai depth drillingnya , bila drilling di pasir, maka pada saat SPT atau UDS, ada kemungkinan stick upnya sesuai dengan yg diminta (jebakan, kemungkinan test SPT diatas

    cutting)

    Misalnya:

    kita akan test SPT di 10.5 m, maka drilling wash boring menggunakan triwing dilakukan sampai

    10.5 m. Tetapi kadang kadang driller

    kelebihan / dilebihkan drillingnya supaya pada saat SPT , stickupnya pas. Jadi kita harus

    perhatikan jumlah rodnya pada saat ngebor, supaya kita tidak dapat data SPT dan UDS yang

    penuh cutting 3) Untuk pemboran di lapisan pasir, wajib menggunakan casing & bentonite / clay.

    Casing dipasang sampai kedalaman tanah pasiran tertutup (misalnya SPT di 10 m, maka usahakan casing 10 m)

    Depth Casing tidak boleh melebihi depth SPT yang diminta. Jika Depthnya lebih, maka kita dapat hasil SPT yang tidak valid

    4) Untuk pemboran di lapisan pasir menggunakan core burrel , wajib menyediakan klep &

    menggunakan bentonite / clay.

    Bentonite / clay untuk mencegah terjepitnya casing oleh lapisan pasir

    5) Sebelum SPT dan UDS, kotoran / cutting wajib dibersihkan terlebih dahulu dengan triwing,

    rod kosong, single coreburrel (flushing dengan air)

    6) Pastikan kedalaman test sebelum UDS dan SPT sesuai dengan permintaan consultant or client

    Misalnya : kedalaman UDS yang diminta adalah 4.3 m

    UDS tabung 85 cm

    Kepala tabung 16 cm

    78 cm

    7 cm

    9 cm

    85 cm

    Panjang UDS & head = 93 cm

    1.13m =STICK UP

    4.3m

  • 0.93m

    0 m

    4.5 m

    Jadi Rod yang dibutuhkan =

    =1 rod 3 m , 1 rod 1.5 m, UDS+ head

    =(3 + 1.5 + 0.93 )- 4.3

    =1.13 m

    7) Untuk Sample core box, pada saat asisten driller menempatkan core pada corebox,

    perhatikan penempatan sample

    Tanya ke driller ujung sample RUN di depth berapa?

    Ambil sample yang paling bottom dan tempatkan diposisi terakhir run akhir sampai run awal.

    8)Tugas SUBKONTRAKTOR DRILLING

    KOORDINATOR DRILLING

    a. Komunikasi dengan client

    b. Komunikasi dengan local helper dan coordinator local, humas local

    c. Komunikasi dengan owner

    d. Memastikan HSE crew baik disite or rumah

    e. Bertanggunjawab seluruh jalannya operasional

    f. Mengirimkan daily report ke Jakarta

    g. Logistik (kebutuhan alat, solar, etc)

  • h. Melaporkan kepada atasan jika ada alat yang rusak, orang sakit, masalah pekerjaan dan

    solusinya

    i. Mekanik

    j. Mengurus akomodasi (kontrakan, makanan,etc)

    DRILLER a. Memimpin pemboran & menghasilkan kualitas data yang baik

    b. Memastikan kedalaman tes SPT/UDS

    c. HSE crew di site

    d.Mendistribusikan tugas kepada asisten utama dan asisten

    e. Memastikan alat dalam keadaan baik

    f. Lapor kepada coordinator jika ada alat yg rusak atau kurang

    g. Membuat daily report untuk coordinator

    h. Melapor kepada coordinator jika ada yang kurang sehat, accident, keadaan tidak layak kerja

    i. Memimpin perpindahan alat ke tujuan

    ASISTEN UTAMA

    a. Merakit spoon SPT

    b. Membersihkan alat SPT spoon

    c. Membuat kayu untuk acuan SPT, sendok SPT, dan sendok UDS

    d. Mengukur 45 cm dan Menghitung NSPT

    e. Membuat catatan SPT, rec , depth, casing, GWL, open hole, coring, masalah di buku

    f. Membantu jurubor membuat daily report

    g. Membantu mekanik merakit alat

    h. Set-up rig dan tenda

    Diposkan oleh Captain Piezocone di 16.19

    Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

    Captain Piezocone

    Sabtu, 25 Februari 2012

    GROUND ANCHOR

  • Jangkar Tanah

    3.1. Teori Jangkar Tanah

    3.1.1 Definisi Jangkar Tanah

    Jangkar merupakan bagian penting dari struktur yang mengirimkan gaya tarik (tensile

    force) dari struktur utama ke tanah disekitar jangkar. Kekuatan geser dari tanah disekitarnya

    digunakan untuk melawan gaya tarik jangkar itu dan, untuk mengikat jangkar pada tanah yang

    cocok. Kebanyakan dari jangkar biasanya terdiri dari baja tendon dengan kekuatan tinggi yang

    dipasang pada sudut kemiringan (inklinasi) tertentu dan pada kedalaman yang diperlukan untuk

    melawan beban yang ada.

    Gaya tarik pada jangkar adalah gaya yang penting untuk keseimbangan antara jangkar,

    struktur yang dijangkar dan pada tanah sehingga pergerakan dari struktur dan tanah disekitarnya

    tetap dapat diterima. Keistimewaannya adalah selain dapat memindahkan beban permukaan ke

    jangkar, juga dapat menjawab respon dari struktur berupa gaya interaksi antara tanah / batuan

    dengan struktur yang dijangkar.

    Metoda penjangkaran ini sudah lama digunakan oleh negara-negara di benua Eropa dan

    Amerika, yang digunakan pada konstruksi-konstruksi besar seperti dam, pondasi bangunan

    besar, terowongan, jembatan dan lain-lain.

    Metoda penjangkaran ini tidak hanya digunakan untuk perencanaan, tetapi juga untuk

    construction improvement (perbaikan konstruksi) karena perkembangan teknologi di bidang

    teknik sipil.

    3.1.2 Prinsip dan Fungsi Jangkar Tanah

    Penggunaan jangkar tanah pada teknik sipil adalah salah satu pengembangan

  • terbaru dalam ilmu sipil yang sangat diperlukan dalam pembangunan yang berhubungan dengan

    batuan dan tanah sebagai materi pondasi struktur. Kapasitas menerima beban pada jangkar

    dihasilkan ketika terjadi gaya tahan pada saat stressing sepanjang zona penjangkaran dibentuk.

    Pengaturan ini ditunjukkan secara skematis

    pada gambar 3.1.

    Gbr 3.1. Komponen-komponen Ground Anchor ( Xanthakos, 1990)

    Komponen pada gambar diatas meliputi head anchor, free length anchor, bond length anchor.

    Bond length untuk membungkus material tanah dalam rangka memindahkan beban dari struktur

    ke tanah yang dijangkar, dimana free length tidak terikat dan bebas bergerak di dalam

    tanah.Didalam tendon terdapat bagian yang terbuat dari baja berkekuatan tinggi (bar, wire atau

    strand) yang dikelilingi cement grout (material semen untuk grouting). Fixed length anchor /

  • bond length adalah bagian dari tendon yang terjauh dari struktur dimana gaya tarik (tensile force)

    dipindahkan ke tanah disekitar jangkar. Free anchor length adalah bagian dari tendon antara

    bagian atas fixed anchor length dan struktur dimana tidak ada gaya tarik yang dipindahkan ke

    tanah di sekitarnya.

    Tendon pada jangkar dipasang pada lubang bor pada berbagai jenis tanah atau batuan.

    Hal ini membutuhkan perakitan dan pembuatan tendon secara seksama. Peningkatan teknik

    konstruksi pada teknologi bahan material membuat material grout (semen) yang digrouting dapat

    mencapai kekuatan tinggi dalam beberapa jam setelah injeksi. Sebagai bagian dari struktur, suatu

    jangkar tanah berperan pada keseluruhan stabilitas dan interaksi antara sistem struktur dengan

    tanah.

    Ground Anchor dapat berfungsi untuk menahan beban lateral dari timbunan tanah di

    belakang dinding penahan tanah, seperti abutment pada jembatan sehingga abutment tidak patah.

    Di daerah lereng, ground anchor digunakan untuk membuat kestabilan lereng tetap terjaga dari

    bahaya pergerakan tanah (misalnya gempa) dan longsoran yang mungkin terjadi. Didalam

    penjangkaran, faktor kondisi geologis juga sangat menentukan seperti batuan dan tanah tempat

    jangkar dipasang. Prinsip penjangkaran pada tanah merupakan proses konstruksi dimana jangkar

    dimasukkan ke dalam tanah. Jangkar dimasukkan ke dalam lubang hasil pengeboran dan dijepit

    ujungnya. Setelah di jepit jangkar biasanya diberi gaya prategang dan bagian atasnya ditahan

    oleh kepala jangkar.

    Penjangkaran pada tanah memiliki 3 fungsi dasar yaitu:

    1. Menimbulkan gaya-gaya yang merupakan interaksi antara struktur dengan tanah.

    2. Menimbulkan tegangan pada dasar tanah.

  • 3. Membuat gaya prategang (prestress) pada struktur jangkar tersebut.

    3.1.3 Klasifikasi Jangkar

    Dalam hal hubungan antara jangkar dengan pembebanan, metoda penjangkaran

    merupakan aplikasi khusus dari prestressing pada pondasi dan pekerjaan tanah. Pada kajian

    lainnya, penjangkaran dapat dikategorikan menjadi tiga kategori utama yang berkaitan dengan

    istilah tanah dan menurut kondisi geologi dan topografi suatu tempat:

    a. Jangkar tanah.

    b. Jangkar batuan.

    c. Jangkar laut.

    Penggunaan yang paling sering dan umum, apakah sementara atau permanen, adalah

    sebagai berikut ini:

    a. Jangkar pada tanah

    1. Mendukung sistem pada penggalian dalam.

    2. Memberikan kestabilan pada pondasi dengan tarikan jangkar, dimana ketidakstabilannya

    disebabkan air tanah atau dorongan.

    3. Prekonsolidasi tanah yang tidak stabil untuk meningkatkan kapasitas pikulan / angkatan

    (bearing capacity).

    4. Menyediakan reaksi untuk tes pembebanan pada tiang .

    5. Memberikan dorongan lateral dinding terowongan pada pemotongan dan penutupan

    penggalian.

    b. Jangkar pada batuan

    1. Melindungi dan menstabilkan susunan batuan dan lereng.

  • 2. Memelihara dan memperkuat bendungan besar

    3. Penjangkaran pada pangkal jembatan dimana gaya tegangan yang besar dapat diteruskan

    ke tanah.

    c. Jangkar di lautan

    1. Melindungi struktur pantai dan mempertahankannya.

    2. Stabilisasi daerah reklamasi.

    3. Melindungi tanggul sungai.

    4. Memperkuat laut dan fasilitas fasilitas yang berhubungan dengan sungai (fluvial

    facilities)

    5. Melindungi pangkalan minyak di pelabuhan.

    Penggunaan jangkar pada struktur yang dijangkar tergantung pada jenis jangkar yang

    digunakan. Jangkar ada yang harus digunakan permanen / terus menerus, dan terdapat juga

    jangkar yang digunakan sementara. Klasifikasi jangkar dapat dilihat pada uraian berikut ini:

    Jangkar Tetap ( Permanent ) dan Jangkar Sementara ( Temporary )

    Penjangkaran sementara adalah penjangkaran yang memiliki daya tahan yang terbatas,

    dan digunakan dalam waktu yang tidak lama. Penjangkaran tetap memiliki daya tahan yang

    tinggi, direncanakan untuk waktu yang lama, dapat mempertahankan stabilitas dari struktur. 2

    tipe penjangkaran tersebut memiliki beberapa perbedaan. Perencanaan dari instalasi

    penjangkaran sementara biasanya melibatkan analisis dan desain struktur, ukuran dimensi dan

    pengujian kekuatan jangkar dan tegangan yang timbul di daerah yang dijangkar untuk

  • memastikan daya dukung beban. Untuk penjangkaran permanen, dibutuhkan pengaturan dan

    perlindungan terhadap komponen sistem.

    Berikut ini merupakan spesifikasi pada jangkar untuk lebih mengetahui perbedaannya:

    1. Penjangkaran sementara.

    Penjangkaran dapat digunakan kurang dari 6 bulan.

    2. Penjangkaran semi permanen

    Penjangkaran dapat digunakan selama 6-18 bulan.

    3. Penjangkaran tetap (permanen).

    Penjangkaran berfungsi lebih lama dari 18 bulan.

    A. Jangkar Aktif dan Jangkar Pasif

    Penjangkaran aktif disebut prestressed, menerapkan gaya awal pada struktur yang

    didukung, gaya tersebut menahan interaksi antara tanah dan struktur. Gaya ini ditimbulkan

    dengan alat jacking, dan akan terus muncul kecuali struktur mengalami perpindahan terhadap

    jangkar itu sendiri. Penjangkaran pasif, disebut juga dead, dimana gaya yang bereaksi terhadap

    pembebanan ketika struktur yang didukung mulai bergerak. Konsep dari penjangkaran aktif dan

    pasif ditunjukkan secara skematik pada gambar 3.2 sebagai fungsi antara tensile forced (gaya

    tarik), dan perpindahan relatif.akibat penggalian

  • Gbr 3.2 Sketsa grafik hubungan antara perpindahan ( displacement ) dan gaya tarik dari anchor

    ( tensile forces ) (Xanthakos, 1990)

    Jenis-jenis Penjangkaran Berdasarkan Metoda Pemindahan Beban

    Kebanyakan instalasi penjangkaran dilengkapi dengan grouting semen. Dalam hal ini

    kapasitas tarik dari sebuah jangkar tidak hanya tergantung pada bentukjangkar (anchor

    geometry) pada beberapa kondisi tanah tetapi juga dipengaruhi oleh konfigurasi dan ukuran dari

    dareah penjangkaran. Ada 4 jenis penjangkaran yang karakteristiknya berdasarkan mekanisme

    pemindahan tegangan dari fixed anchor zone ke tanah. 4 tipe ditunjukkan pada gambar 3.3, yang

    memperlihatkan macam-macam jangkar yang disesuaikan dengan kondisi tanahnya.

    Tipe A, merupakan jenis penjangkaran dengan lubang grout berbentuk batang silinder

    lurus berdiameter sama besar. Tipe ini cocok digunakan pada batuan., tanah kohesif keras dn

    kaku ( stiff ). Pemindahan beban melalui tahanan geser yang bergerak sepanjang batas antara

    hasil grouting dan tanah.

    Tipe B, dengan tipe ini daerah penjangkaran dibuat dengan berbentuk silinder yang

    membesar pada lubang bor untuk grouting dengan tekanan injeksi yang rendah (biasanya < 1

    N/mm2

    atau 145 psi), yang menggunakan a lining tube atau in situ packer. Pada proses ini

  • diameter efektif dari fixed zone membesar dengan beberapa hambatan minimum ke material

    tanah di sekitarnya ketika bahan grout menyebar ke seluruh bagian melalui pori-pori tanah atau

    fragture (retak pada tanah) dengan tekanan injeksi yang secara normal kurang dari total

    overburden pressure. Tipe dengan silinder yang membesar ini cocok untuk daerah retakan

    batuan yang lunak dan coarse alluvium (jenis batuan kasar), tetapi banyak kontaraktor

    menggunakan tipe ini, tipe ini juga digunakan di fine grained soils (tanah yang berbutiran halus).

    Tipe C, pada kasus ini material grout diinjeksi dengan tekanan tinggi ( > 2 N/mm2

    atau 290

    psi ), menekan partikel semen sehingga material grout tersebut dapat berpenetrasi dengan tanah

    yang tidak rata dan membesarnya zona jangkar karena hidrofracturing dari massa tanah.

    Kekuatan dari material grout ini dihasilkan dengan mengguanakan inti dari lubang bor. Jangkar

    ini cocok untuk tanah kohesif, dan bagus digunakan pada tanah stiff cohesive ( tanah halus yang

    kaku, menurut littlejohn 1980).

    Tipe D, tipe ini hampir sama dengan tipe A, lubang bor adalah tremie-grouted ( berbentuk

    seperti corong), tetapi ini termasuk rangkaian pembesaran yang dibentuk mekanis pada fixed

    anchor zone (daerah di ujung jangkar yang sering disebut tubuh jangkar). Tipe ini biasanya

    digunakan pada lapisan tanah kohesif yang kaku sampai keras. Kapasitas tarik yang paling

    utama diperoleh dari gaya geser antara tanah dan jangkar (side shear).

  • Gambar 3.3 .Jenis jangkar menurut metoda pemindahan beban ( 4 tipe dari zona fixed anchor untuk injeksi material

    grout ) ( Xanthakos, 1990)

    3.1.4 Pemilihan Jangkar

    Pemilihan untuk mencari jangkar yang sesuai bagi kebutuhan suatu proyek memerlukan

    pengetahuan dan pemahaman berbagai macam sistem jangkar . Jenis baru jangkar terus

    dikembangkan dan diperkenalkan ke pasar, untuk menghadapi konstruksi yang lebih kompleks

    dan untuk mencapai hasil yang lebih baik dan mengurangi harga. Beberapa ditemukan cocok

    untuk aplikasi tertentu, dan beberapa dipertimbangkan praktis dalam batas kondisi tanah tertentu

    dan kombinasi pembebanan. Berdasarkan lokasi jangkar dan penggunaan dari penjangkaran,

    masalah dalam pemilihan jangkar tidak semudah itu dan terlalu kompleks dengan banyak faktor

    yang mempengaruhi hasil penjangkaran.

    Kegagalan dalam memilih sistem penjangkaran jangkar yang cocok dapat berdampak pada

    potensi struktur yang didukung jangkar dan kerusakan (damage).

  • Jangkar tanah merupakan sistem konstruksi serba guna, jika digunakan dengan tepat,

    dapat memberikan beberapa keuntungan pada teknik tanah. Konstruksi serba guna pada jangkar

    tanah dapat dilihat berdasarkan beberapa hal berikut ini:

    a. Jangkar tanah dapat menyesuaikan dengan berbagai jenis tanah dan dapat dipasang sesuai

    dengan kondisi lokasi setempat.

    b. Jangkar tanah melengkapi pengunaan tanah dan batuan sebagai materi pondasi untuk

    mendukung struktur dan lereng, dimana tegangan yang timbul memberikan informasi tambahan

    menyangkut kondisi material itu.

    c. Jarak yang diminta untuk pemasangan adalah minimum di lokasi penggalian, dan ketika jangkar

    sudah ditempatkan dan stressing (menegang), tidak ada gangguan menuju proses penggalian

    berikutnya.

    Selain itu konstruksi ground anchor memiliki bebrapa keistimewaan sebagai berikut:

    1. Sebagai bagian pelengkap dari konsep desain sebuah proyek.

    2. Sebagai solusi dari masalah dari kondisi yang tidak terduga selama konstruksi

    berlangsung.

    3. Sebagai usaha untuk memperbaiki atau merehabilitasi struktur yang memburuk.

    Pertimbangan dalam memilih penjangkaran harus disesuaikan dengan berbagai kondisi

    yang dapat mempengaruhi pekerjaan di bawah tanah. Faktor penting dari efisiensi desain jangkar

    dan konstruksi adalah banyak mengetahui tentang kondisi tanah di lapangan. Kekurangan

    pengetahuan mengenai kondisi tanah dapat menghambat perkiraan perancang proyek dalam

    menentukan kekuatn jangkar.

  • Pada konteks geologi, penjangkaran dapat menghadapi berbagai kondisi yang ada, dari

    lapisan tektonik ke lembah dan hutan, dari sungai es ke endapan tanah (sediment fills), dan dari

    kelompok batuan ke lapisan yang lebih lunak.

    Ketika penyelidikan tanah sudah selesai, desain menyeluruh akan dilakukan mencakup

    pembebanan statik dan dinamik, jarak pada jangkar dan lokasinya, kapasitas jangkar dan panjang

    perpindahan beban, stabitilitas keseluruhan. Pada sisi lain, rencana penjangkaran , desain, dan

    konstruksi harus diberikan ke ahli teknik yang sesuai karena banyak hal khusus dan masalah

    yang harus diatasi sesuai dengan proyek yang diberikan.

    3.2 Sistem Penjangkaran

    Pada umumnya, kapasitas jangkar dan bentuk fisik dipengaruhi oleh 3 faktor berikut ini:

    a. Karakteristik tanah , terutama kekuatan geser.

    b. Teknik instalasi, khususnya adalah metoda untuk memperbaiki bonding zone ( zona dimana

    terdapat ikatan setelah tendon digrouting)

    c. Pekerjaan di lapangan.

    Pada analisis perencanaan dan studi tentang pemasangan jangkar, faktor pertama yang

    harus diperhatikan adalah kondisi geologi dan kekuatan dari pondasi struktur. Beberapa jenis

    tanah tidak dapat digunakan untuk penjangkaran, khususnya tanah lunak (soft materials) karena

    daya penjangkaran melebihi batas kekuatan tanah.

    Pada umumnya, jangkar tanah menawarkan solusi yang baik untuk masalah teknik jika

    mereka dipasang pada stiff clay, atau dense silts, sands, and gravels (tanah lempung kaku, atau

    endapan lumpur padat, dan batu kerikil). Pada banyak hal, pemasangan sudah cukup tanpa

    merubah karakteristik tanah. Rincian utama untuk setiap tipe ditentukan oleh kebutuhan desain

    proyek, dan dikembangkan bersama dengan ukuran tendon, pengeboran (driling) dan metoda

    grouting, dan bentuk dari hasil grouting.

  • 3.2.1 Pemasangan Jangkar dan Bagian Utama Jangkar

    Skema pemasangan jangkar ditunjukkan pada gambar 3.1 yang dibedakan menjadi 3

    bagian utama dan komponen.

    1. Panjang jangkar tetap ( fixed anchor length)

    Ini sering disebut sebagai bonded length atau sederhananya adalah tubuh jangkar.

    Merupakan bagian ujung jangkar yang direkatkan pada tanah atau batuan (tergantung tipe

    jangkarnya). Pada tubuh jangkar, gaya tarik pada jangkar (tensile force) diteruskan oleh bond

    (ikatan jangkar setelah digrouting) ke tanah disekitarnya, menurut salah satu mekanisme yang

    ditunjukkan oleh gambar 3.3.

    Pada umumnya fixed length dihasilkan oleh injeksi dari grouting semen, dan hal ini

    juga berlaku untuk penjangkaran pada batuan dan tanah. Bagian dari tubuh jangkar ditunjukkan

    pada gambar (a) dan (b) untuk jangkar sementara dan permanen. Pemindahan beban (transfer of

    load) terjadi tendon baja ke material grout dan lalu ke tanah.

    3.4 (a) dan (b) untuk jangkar sementara dan permanent (Xanthakos, 1990) .

    2. Panjang jangkar bebas (free anchor length)

  • Ini disebut sebagai free tendon length yaitu panjang bagian jangkar yang tidak di grout.

    Ini mewakili bagian dari jangkar antara ujung fixed length dan anchor head. Tidak ada

    perpindahan beban yang dialami free length anchor ini, dan bebas bergerak selama interaksi

    tanah dan jangkar terjadi. Hal utama pada free length anchor ini adalah terjadi perpanjangan

    jangkar ( elongation ) pada saat prestressing. Panjang efektif jangkar bebas yaitu panjang

    jangkar bebas ditambah perpanjangan elastis tendon.

    3. Kepala jangkar (anchor head)

    Ini disebut sebagai end anchorage atau stressing anchorage, merupakan komponen

    jangkar yang dapat memindahkan beban tarik dari jangkar (loaded anchor) ke permukaan tanah

    atau struktur. Pada konteks ini, kepala jangkar merupakan ciri utama dari sistem penjangkaran

    ini, bersama dengan mekanisme stressing.

    Kepala jangkar harus dipasang dengan tepat

    pada tendon, normalnya diberi toleransi minimum, dengan tidak melebihi 5 mm.

    Penyimpangan sudut antara tendon dan kepala jangkar dengan lebih dari 3% akan berpengaruh

    pada efisiensi pemindahan beban.

  • Gambar 3.5 Toleransi penyimpangan pada kepala jangkar (Xanthakos,1990)

    3.2.2 Tendon

    Tendon pada jangkar terdiri dari batang ( bar ), kabel baja ( wire ), kumpulan kabel (

    strand ) yang digunakan baik secara tunggal atau grup. Kekuatan tarik tendon berkisar antara

    1200 N/mm2

    sampai 2000 N/mm2. Pemilihan jenis tendon didasari atas ukuran, kekuatan batas,

    batas elastis, dan relaksasi, dan memperkuat ikatan mekanis (mechanical bond). Kebanyakan

    kontraktor setuju bahwa diameter tendon yang lebih kecil menghasilkan harga material untuk

    setiap unit tegangan prestress ( prategang) lebih rendah.

    Jenis-jenis tendon akan dibahas di bawah ini:

    1. Batang (bar)

    Tendon jenis ini memiliki ukuran diameter antara 1/4 inch (6.4 mm) sampai 11/8 inch (

    35.8 mm ) dengan tambahan sekitar 3.2 mm. Ukuran diameter biasadalah 1 inch, 1.25 inch, 11/8

    inch. Kekuatan baja jenis ini pada kondisi normal adalah 835/1030 dan 1080/1230, atau

    121/149 dan 157/176 ksi ( kilopounds per square inch). Batang tunggal lebih sering digunakan

    untuk kapasitas penjangkaran yang relatif rendah ( low to medium ). Sedangkan batang majemuk

    digunakan untuk kapasitas penjangkaran yang lebih besar. Supaya jangkar dapat bekerja dengan

  • baik empat dan lima ulir batang pada kelompok tersebut memerlukan lubang jangkar yang

    relatif lebih besar.

    2. Kabel ( Wires )

    Kabel Prestressing ( prategang ) biasanya diproduksi dari baja karbon. Kabel tendon

    memiliki macam-macam diameter, ukuran umum berkisar antara 5 sampai 8 mm, dan

    mempunyai kekuatan tarik ultimate 1670 N/Mm2, atau 242 ksi ( menurut Littlejohn Dan Bruce,

    1977). Pada aplikasi umum, tidak ada batas jumlah kabel yang dikelompokkan pada suatu

    jangkar, ini perbedaannya dengan batang dalam sekali penjangkaran.

    3. Kumpulan kabel (strand)

    Jenis tendon ini terdiri dari kelompok yang berisi 4 sampai 20 kabel, yang diatur dalam

    bentuk ulir di sekitar suatu sumbu dari kabel lurus, dan dengan diameter masing masing 12.7 mm

    dan 152 mm. Umumnya terdiri dari 7 kabel strand, ukuran yang tersedia 13 mm (0.5in), 15 mm

    (0.6in), dan 18 mm ( 0.7in). 19 kabel strand juga umum dan tersedia dalam ukuran 22.2, 25.4,

    28.6, dan 31.8 mm. Kekuatan

    tarik ultimate tendon jenis ini adalah dari 1570 sampai 1765 N/mm2 ( 228-256 ksi), tetapi untuk

    kondisi tertentu kekuatannya dapat dinaikkan menjadi 2000 N/mm2

    . Tipe 7 kabel strand ditunjukkan pada gambar untuk normal dan bentuk padat.

  • . Gambar 3.6 Beberapa ulir batang untuk jangkar pada satu pelat untuk stressing pada waktu bersamaan (b). Tipe 7

    kabel strand jangkar cross section menunjukkan normal dan bentuk padat

    3.2.3 Karakteristik Tendon

    Pemilihan beban yang bekerja dan tingkat tegangan ijin biasanya dibuat berdasarkan

    kekuatan mekanis, sifat elastis, reaksi terhadap perubahan regangan tendon (creep), dan perilaku

    relaksasi. Karakteristik tendon akan dijelaskan dan dibahas pada bagian ini dalam kaitan dengan

    pengaruh kapasitas jangkar dalam memikul beban, pemindahan beban, stressing, pengujian, dan

    pengawasan jangka panjang.

    1. Kekuatan Karakteristik

    Secara umum, tingkat tegangan ijin dan beban yang bekerja untuk beberapa jenis jangkar

    dikaitkan dengan kekuatan karakteristik, yang mana notasi fpu biasa digunakan. Batasnya adalah

    jika tidak lebih dari 5 % dari pengujian berarti gagal, dan tidak ada uf yang kekuatan

    karakteristiknya kurang dari 95 %.

    2. Tegangan Uji (proof stress)

    Tegangan uji untuk menentukan stressing pada tendon yang dalam kaitannya dengan

    batas elastis, sebesar 0.1 dan 0.2 % proof stress. Tegangan uji dididefinisikan sebagai suatu yang

    tegangan dimana pembebanannya menyebabkan elongasi tetap sebesar 0.1 dan 0.2 % .

    3. Modulus Elastis

    Nilai-nilai ini digambarkan bahwa terdapat kesalahan sebesar 5 % yang tidak dapat

    dihindari pada pengujian dan prosedur perekaman. Perbedaan nilai-nilai E terlihat jelas antar uji

    panjang di laboratorium dan panjang relatif di lapangan, Littlejohn Dan Bruce ( 1977) sudah

    memperoleh nilai-nilai E untuk prestressing baja menggunakan Stasiun pembangkit nuklir

    Wylfa:

    Estrand = 183,000-195,000 N/mm2

    Etendon = 171,000-179,000 N/mm2

    Ini jelas bahwa E tendon lebih rendah dari E strand, tetapi tidak ada hubungan umum yang dapat

    dibentuk jika menghubungkan 2 nilai itu.

    4. Creep Response

    (b)

  • Creep adalah perubahan regangan pada tendon terhadap waktu selama tegangan konstan.

    Ketika tendon diregangkan dengan pembebanan yang konstan, deformasi plastis dapat terjadi

    perlahan-lahan pada tingkat tegangan di bawah batas elastis. Ini terjadi pada jangkar yang

    dipasang pada tanah kohesif dan tanah halus non kohesif .

    5. Perilaku Relaksasi

    Relaksasi Tekanan adalah suatu pengurangan tegangan, dan berhubungan dengan

    hilangnya beban pada tendon, pada waktu tendon berada di bawah regangan konstan. Perilaku ini

    ditunjukkan oleh penggantian regangan elastis secara bertahap oleh regangan plastis yang

    menyebabkan relaksasi tegangan elastis. Seperti creep, relaksasi adalah suatu fungsi logaritma

    waktu, dan tingkatnya terutama tergantung pada perawatan baja selama pembuatannya, kondisi

    temperaturnya, dan waktu., Relaksasi tegangan meningkat dengan cepat pada temperatur di atas

    20C,dan dengan demikian pada lingkungan geologi yang panas, khusus untuk tanah dan air

    tanah harus diamati.

    3.3 Pengeboran Lubang Jangkar

    Konstruksi jangkar seharusnya dilakukan oleh kontraktor yang berpengalaman dan

    memiliki spesialisasi di bidang ini. Tahap tahap urutan konstruksi jangkar adalah pengeboran

    lubang jangkar dan flushing ( pembersihan lubang jangkar), water testing, pembuatan tendon dan

    pemasangannya, stressing dan pengujian, perlindungan terhadap korosi.

    Kemajuan pada konstruksi penjangkaran, yang memungkinkan penjangkaran pada

    berbagai kondisi tanah dan menghasilkan teknik yang cocok untuk penerapan yang lebih

    kompleks, namun ditunjukkan bahwa jangkar sangat berbahaya jika dibuat dengan tidak benar.

    Kebanyakan dari masalah terkait dengan tahap grouting., tetapi kegagalan jangkar dapat

    dikaitkan dengan pembuatan tendon yang buruk, pengeboran yang tidak baik, dan flushing yang

    buruk.

    Diameter Lubang yang Dibor

  • Untuk aplikasi umum, diameter lubang berkisar antar 75 sampai 150 mm (3-6 inch). Pada

    tanah yang mudah runtuh, diperlukan casing yang fungsinya untuk mencegah runtuhnya tanah

    diatas casing sehingga dapat memperlancar proses pengeboran.

    3.3.1 Flushing

    Semua partikel dan material yang dihasilkan dari hasil sisa pengeboran harus dibersihkan

    semuanya dengan cepat. Media Pembilasan yang paling umum adalah air dan udara atau suatu

    bentonit slurry. Pada ruang terbatas, penggunaan udara harus diperhatikan, karena bahaya

    kesehatan dari partikel debu. Air membilas dapat memperbaiki kondisi tanah, baik digunakan

    pada tanah lempung yang lengket. Tindakan pembersihan ini dapat membersihkan sisi-sisi

    lubang supaya ikatannya lebih kuat pada batas antara tanah dan material grout..Membilas dengan

    Bentonit Slurry bukanlah cara umum, tetapi digunakan dengan sukses di negara-negara tertentu

    seperti Perancis untuk pengeboran lubang terbuka pada lanau dan pasir yang melapisi batu

    karang.

    3.4 Grouting

    Definisi grouting adalah proses injeksi bahan cairan kedalam tanah untuk mengisi pori-

    pori, retakan-retakan, celah-celah pada tanah atau batuan. Proses grouting juga menambah

    kekuatan dan karakteristik tanah atau batuan, selain itu juga dapat megikat dan melindungi

    jangkar dari bahaya korosi. Pilihan dan desain dari sistem grouting tergantung pada kondisi

    tanah dimana sistem grouting itu ditempatkan, pengaturan waktu, kekuatan dan fungsi dari

    material grout.

    Grouting pada umumnya memiliki beberapa fungsi berikut ini:

    a. Mempertahankan tendon jangkar pada tanah dengan pembentukan daerah pemindahan beban,

    yang dilakukan oleh panjang jangkar tetap. Pada kasus ini material grout diinjeksikan setelah

    tendon dipasang, sebelum proses stressing dilakukan (primary grout).

  • b. Menambah kuat geser tanah

    c. Mengisi ruang pori di dalam dan di sekitar tendon untuk menambah perlindungan terhadap

    korosi dan pemadatan pada tanah , dapat dilakukan dengan grouting tahap kedua setelah

    stressing (secondary grout).

    d. Mengisi pori atau celah pada tanah sebelum pemasangan tendon dimana proses pregrouting

    sangat diperlukan dalam mencegah runtuhnya tanah.

    Gambar 3.7

    primary grout dan secondary grout (Haussman, Manfred R, 1996))

    3.4.1 Komposisi dan Material

    Semen

    Ini sangat penting untuk menentukan semen yang baik dan menciptakan kondisi

    penyimpanan semen yang ideal.

  • Portland cement tipe 1 dapat memenuhi kasus tertentu, tapi memiliki daya tahan yang

    rendah dalam melawan serangan kimia. Untuk antisipasi a sulfate resisting (tipe 2), atau a rapid

    hardening variety (tipe 3) dapat digunakan.

    Air

    Air yang mengandung sulfate (belerang) ( >0.1%), chloride( >0.5 %), gula, adalah zat

    yang berbahaya dan tidak cocok, khususnya untuk aplikasi yang terkait dengan prestressing baja

    dengan kekuatan tinggi, atau ketika baja tendon berhubungan langsung dengan grout.

    Perbandingan kadar air dan semen adalah hal penting yang berpengaruh pada material

    dan karakteristik grout. Perbandingan harus cukup tinggi untuk kemudahan pelaksanaan dan

    melancarkan aliran ketika material grout dipompa ke lubang bor.

    Gambar 3.8 Efek kadar air

    pada material grout (Xanthakos, 1990)

  • Berdasarkan survey internasional, rasio air/semen berkisar pada 0.35 -0.55, jelasnya harga

    terbesar digunakan pada sandy alluvium deposit ( lapisan tanah alluvium). Persetujuan umum

    untuk rasio tersebut berkisar 0.40 0.45.

    Admixture (campuran)

    Ini untuk menghasilkan campuran grout dengan bleeding (tanda bahwa grout sudah

    cukup karena bahan grout sudah keluar dari pipa ) yang rendah ( < 0.5 %), memastikan fluidity (

    kelancaran aliran grout kedalam lubang), dan untuk mengontrol shrinkage (susut) dan mengatur

    waktu.

    3.4.2 Kekuatan Material Grout

    Kekuatan bahan grout harus dapat mengikat tendon dengan tanah atau batuan. Untuk

    mengukur kekuatan tanah yang diinjeksi biasanya digunakan alat Uncofined Compression Test.

    Ukuran diperoleh dari uji unconfined compressive strength Fu pada hari ke 7 dan 28. Variabel

    yang mempengaruhi kekuatan bahan grout, rangkaian penting seperti perbandingan W/C,

    perbandingan pori dari pengaturan bahan grout, tipe semen, dan adanya admixture.

    Kekuatan grouting pada Unconfined Compressive strength dapat diperkirakan dari persamaan

    Abram, yaitu:

    (3.1)

    dimana :

    Fu = Kekuatan grouting

    A = Konstanta kekuatan = 14.000 lb/in2

    B = Konstanta dimensi yang tergantung pada jenis semen dan umur pengujian

    w = Perbandingan W/C

  • Untuk semen jenis 1 pada umur 28 hari, B = 5. Kekuatan penuh ditunjukkan dibawah hydration

    kompleks. Persamaan diatas berlaku jika w > 0.3 dan pada bahan grout untuk bleeding minimal,

    w< 0.7.

    Semen dengan tingkat kekerasan yang rendah memiliki kecenderungan untuk untuk

    mencapai kekuatan ultimate yang lebih tinggi karena pembentukan gel-gel yang lambat selama

    pengaturan awal (littlejohn, 1982). Bahan grout tipe 1 mencapai kekuatan kira kira 60-70 % dari

    kekuatan batas pada 28 hari., tetapi untuk bahan grout tipe 3 proporsi yang sama dengan tipe 1

    dari kekuatan batas dicapai dalam 7 hari.Kurva peningkatan kekuatan sebagai fungsi dari

    perbandingan W/C ditunjukkan dalam gambar di bawah ini untuk bahan grout tipe 1 dan 3. Ada

    suatu hal yang menarik untuk dicatat bahwa perbandingan W/C mencapai 0.6, kedua kurva

    tersebut hampir berhimpit, ini berarti bahwa tipe 1 dan tipe 3 keduanya mencapai peningkatan

    kekuatan ekivalen.

    Gambar 3.9 Kurva

  • peningkatan kekuatan sebagai fungsi dari w/c (Xanthakos,1990)

    3.4.3 Mixing

    Pekerjaan ini berpengaruh pada kualitas dan kekuatan material grout. Mencampur yang

    baik harus mengikuti petunjuk berikut ini:

    1. Semen dan admixture harus diukur beratnya secara akurat.

    2. Air dan admixture harus ditambahkan ke pencampur sebelum semen

    3. Menggabungkan waktu pada setiap tumpukan harus menjadi cukup lama untuk menghasilkan

    campuran dari komposisi yang tidak seragam.

    4. Mencampur dengan tangan tidak dipebolehkan

    5. Perlengkapan pencampur dan pompa harus dibersihkan dan dirawat.

    3.4.4 Metoda Grouting

    Pekerjaan grouting dapat dikerjakan dengan 2 cara yaitu satu kali penyuntikan dan 2 kali

    penyuntikan.

    1. Two Stage Grouting

    Penyuntikan bahan grout untuk pertama kali untuk menciptkan zona ikatan pada fixed anchor

    length, dan setelah stressing tendon, grouting tahap 2 dilakukan pada zona free length, gunanya

    untuk melindungi tendon dari korosi.

    2. Single Stage Grouting

    Pada proses ini borehole diisi dengan bahan grout yang disuntikan terus menerus, oleh sebab itu

    hasil dari pekerjaan grouting dicapai bersama. Bagaimanapun juga, walaupun zona free anchor

    length dibungkus dengan bahan grout, Beban dipindahkan ke kepala jangkar sebagai prestresing

  • tidak seluruhnya ditransmisikan ke daerah fixed anchor karena kemungkinan terjadi friksi pada

    daerah free length anchor

    3.5 Beban Pada Jangkar

    Pembebanan dibagi menjadi 2 tipe yang bekerja pada struktur yang dijangkar dan

    pembebanan statis yang disebabkan oleh uji tarik atau pada tahap lockoff (kuncian). Kelompok

    kedua dari pembebanan adalah yang dinyatakan dengan prestressing jangkar ke tingkatan yang

    diinginkan. Beban yang yang bekerja pada struktur yang dijangkar meliputi hal berikut ini:

    1. Pembebanan Lateral

    ini terdiri dari :

    tegangan lateral tanah ( lateral earth stresses), yang biasanya bergantung pada besarnya

    strain(regangan) yang terjadi pada tanah.

    tekanan lateral disebabkan oleh beban tambahan yang bekerja pada permukaan tanah.

    tegangan lateral (lateral stresses) disebabkan oleh pembebanan terpusat seperti footing

    (pijakan), yang bekerja di dalam massa tanah.

    tekanan air

    2. Pembebanan Vertikal

    Ini mencakup berat dari anchored structure (struktur yang dijangkar) dan reaksi dari

    interaksi antar beban pada jangkar secara tidak langsung. Disamping kekuatan dan pembebanan

    yang dikirim dari atas, suatu struktur didasari oleh upward gaya seperti reaksi tanah, dorong,

    dan uplift(angkat).

    3. Pembebanan konstruksi

  • Ini terdiri dari 2 cara :

    Dengan mengubah tegangan tanah (earth pressures) yang ada sesuai dengan batas yang

    ditetapkan.

    Dengan beban induksi (inducing loads) yang disebabkan oleh kegiatan konstruksi dan

    peralatan.

    4. Pembebanan Dinamik

    Ini mencakup pengaruh getaran dari aktivitas gempa bumi atau pengaruh yang kuat dari beban

    berat terdekat dari struktur yang bergerak, dan berupa intensitas yang harus dimasukkan dalam

    desain.

    3.6 Faktor Keamanan

    Tendon Baja

    Faktor keamanan yang direkomendasikan untuk tendon baja diperoleh dari desain

    tegangan dan beban untuk jangkar tetap (permanent) dan jangkar sementara (temporary).

    Untuk jangkar tetap

    Tegangan yang bekerja (Working Stress) = 50% fpu

    Faktor keamanan akhir (Ultimate factor of safety) = 2.0

    Faktor keamanan yang diukur (Measured factor of safety) =1.5

    Untuk jangkar sementara :

    Tegangan yang bekerja (Working Stress) = 62.5% fpu

    Faktor keamanan akhir (Ultimate factor of safety) = 1.6

  • Faktor keamanan yang diukur/dicari (Measured factor of safety) =1.25

    Faktor keamanan yang diukur adalah uji pembebanan yang dipisahkan oleh beban yang bekerja.

    Hal ini menyatakan bahwa uji pembebanan harus paling sedikit 1.5 dan 1.25 kali desain lapangan

    beban pada jangkar untuk jangkar permanen dan jangkar sementara.

    Faktor keamanan tersebut harus diberlakukan pada semua komponen pada jangkar

    dimana karakteristik kekuatan dan mekanis sudah tersedia.

    Tanah-Material Grout dan Material Grout Tendon interface

    Faktor keamanan minimum paling sedikit 2.5, yang lebih baik FKnya diambil 3 untuk

    pembebanan tetap akhir yang diterapkan ke tanah- material grout dan material grout batas

    tendon dengan material grout itu (tendon interface), kecuali hasil uji lapangan total memastikan

    bahwa nilai terendah adalah memuaskan. Faktor keamanan ini diharapkan dapat menghubungkan

    desain dengan pembebanan tetap akhir.

    Ground Mass (Massa Tanah)

    Untuk mencegah keruntuhan dipastikan dengan faktor keamanan tidak kurang dari 2.5

    dan paling baik 3.

    3.7 Tegangan Jangkar (stressing)

    Stressing dapat diukur dengan pengujian yang dapat menentukan kapasitas beban pada

    jangkar dan perilakunya, menetapkan faktor keamanan yang sesuai dengan desain yang

    diterapkan, dan memastikan hasil kerja sesuai dengan desain dan rencana. Banyak kesalahan

    dibuat pada saat desain konstruksi yang ditemukan selama stressing dan pengujian, sehingga

    situasi bahaya dapat dihindari.

    3.7.1 Torsi (Torque) dan Tarikan Langsung (Direct Pull)

    Stressing pada tendon biasanya dilakukan dengan cara memutar baut dengan memberikan

    tegangan pada tendon dengan menggunakan torque wrench ke locking nut yang diteruskan ke

    batang tendon yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Cara lain dengan menggunakan cara

    penekanan langsung (direct pull) dengan menggunakan alat hydraulic jack.

    Penggunaan torque pada umumnya dibatasi untuk kapasitas tendon jangkar yang rendah

    dan terutama untuk macam-macam tipe rockbolts, sampai 150 Kn ( 40 kips ). Kerugian

  • utamanya adalah adanya kesalahan dalam penerapan beban (kadang-kadang lebih tinggi dari 25

    % ) dan kadang-kadang pada pengenalan tegangan torsi (putaran) pada tendon. Untuk

    mengatasi kesalahan pada tegangan torsi ini, penempatan bahan untuk mereduksi friksi dari

    minyak pelumas yang dioleskan pada lock-nut (baut) supaya pemutaran baut dan stressing pada

    tendon berjalan dengan baik. Torsi Tq, diperlukan untuk menghasilkan suatu beban tarik Tt yang

    dapat dinilai dengan hubungan empiris sebagai berikut :

    TT= C.Tq (3.2)

    Dimana: C = Koefisien torsi

    Tt =beban tarik yang dihasilkan

    Tq =beban torsi

    koefisien C diperoleh dari batas-batas yang layak di bawah kontrol laboratorium.

    Pada hubungan itu beban tarik dinyatakan dalam kilonewton dan torque dalam kilo-

    newtonmeter.

    Metoda torque ini paling

    populer, terutama peralatan yang digunakan adalah ringan, padat, mudah untuk dikendalikan,

    dan harga murah.

    (a)

  • Gambar 3.10 Jenis-jenis metoda stressing dan peralatannya ; (a)stressing dengan torque wrench; (b) stressing

    dengan direct pull (Xanthakos, 1990)

    Direct

    pull adalah metoda yang biasa digunakan oleh kontraktor jangkar karena cocok untuk sebagian

    besar jenis tendon dan kapasitas pembebanan. Direct pull digunakan pada penjangkaran yang

    menggunakan tendon dan kapasitas beban yang besar. Ketika strand digunakan sebagai tendon,

    pada metoda directpull diperkenalkan menggunakan multistrand jacks, dimana semua strand

    pada unit ditegangkan bersamaan,atau tarikan pada monostrand (monojacking) pada setiap

    strands ditegangkan dengan putaran. Jika digunakan tendon jenis multistrand, maka hidrolikjack

    harus digunakan jenis multistrand jack.

    (b)

  • Gambar 3.11 Tipe alat jacking untuk penegangan jangkar tanah ; (a)jack untuk single strand stressing ; (b)solid ram-

    jack untuk multistrand stressing (Xanthakos, 1990)

    3.7.2 Pengujian Stressing Pada Jangkar

    Pada pengujian stressing untuk menghasilkan jangkar, hal utama yang harus diuji adalah

    menguji beban dimana beban yang diuji harus lebih besar dari beban kerja sehingga diperoleh

  • faktor keamanan yang digunakan untuk mendesain besarnya beban kerja atau untuk mengetahui

    kesalahan dalam desain jangkar.

    Pada pengujian itu pengukuran pergerakan kepala jangkar disesuaikan dengan kenaikan

    beban tarik dan perubahan yang terjadi dicatat selama pengujian. Diagram pergerakan kepala

    jangkar terhadap gaya memberikan informasi mengenai karakteristik dan parameter dari jangkar.

    Diagram hubungan antara pergerakan kepala jangkar terhadap waktu memberikan petunjuk

    mengenai kekuatan jangkar yang dijepit pada tanah / batuan.

    Harga maksimum pada pengujian gaya biasanya berbeda-beda sesuai dengan standar

    pengujian tersebut. Untuk jangkar tetap (permanent anchor) pengujian gaya biasanya lebih besar

    dari jangkar sementara (temporary anchor).

    3.8 Proof Test

    Proof test untuk membuktikan hasil dari setiap produksi jangkar tanah. Uji ini terdiri

    dari satu pembebanan (single load) yang mengalami tambahan 1.3 sampai 1.5 kali desain

    pembebanan. Ini merupakan pengujian pada jangkar yang bertujuan untuk mengetahui

    kemampuan jangkar dalam menahan beban yang lebih besar dari beban rencana dan mengetahui

    efisensi pemindahan beban pada daerah penjangkaran. Selain itu juga termasuk pemeliharaan

    jangkar beserta komponennya sebagai system penyangga untuk memastikan bahwa jangkar

    sudah sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

    3.9 Perkiraan Kapasitas Tarik Jangkar

    Untuk primary grout yang berada dalam lapisan pasir, unit kuat tarik dari jangkar tanah

    dapat dihitung sebagai berikut:

    (3.3)

    dimana : = Unit kuat tarik jangkar tanah (t/m2)

    Kf = Koefisien Tekanan (Berkisar antara 1-3 untuk tanah padat)

  • (t/m2)

    Sudut Geser antara material grout dengan tanah

    Persamaan dibawah ini untuk menghitung kuat tarik ultimit untuk primary grout:

    Tult = = primary grout (3.4)

    Tall =Tult/FK (3.5)

    .

    PROSES PEMASANGAN GROUND ANCHOR

    5.2 Data Teknis Ground Anchor

    3.1.1. 5.2.1 Spesifikasi Material

    PT.VSL memberikan spesifikasi setiap material yang diperlukan dalam

    pembuatan dan pemasangan anchor secara detail pada Jembatan Cimeta.

    a. Strand

    Spesifikasi strand yang digunakan sebagai berikut:

    Material : 7 wire strand untuk beton prategang

    Tipe dan grade : diameter 0.5 Spesifikasi :ASTM A 416 -90a ( Grade 270 ) relaksasi rendah b. Polyethylene (PE)

    Pipa dibuat dari polyethylene yang terdiri atas :

    PE corrugated dengan diameter ID/OD 60/70 mm digunakan untuk membungkus tendon sepanjang keseluruhan panjang jangkar.

    PE wrapping dengan diameter ID/OD 14/16 mm digunakan pada free length dan difungsikan untuk membungkus tiap strand yang dilapisi dengan pelumas.

    PE grout tube (pipa)dengan diameter ID/OD 16/20 mm disediakan untuk grouting c. Anchor Block

    Jenis anchor block dari PT.VSL yang digunakan adalah

    Live anchor : 7 Sc, 12 Sc, 19 Sc

  • Ukuran dari jangkar yang dipilih, bagaimanana pun juga jumlah strand yang ada pada

    tendon.

    d. Spreader

    Spreader dibuat oleh polyethylene dan digunakan untuk strands

    e. Spacer

    Spacer juga dibuat dari polyethylene dan digunakan sebagai ruang penyalur bagi

    material grout.

    f. End Cap

    End cap adalah bagian system jangkar yang terbuat dari baja atau PE yang

    terletak di bottom end (akhir dasar). Ini menutup dasar dan mempermudah

    pemasangan.

    g. Grease ( minyak pelumas)

    Minyak pelumas diketahui sebagai SGLM 2 dan diproduksi dari pertamina.

    Perlindungan terhadap korosi.

    Ada 3 lapis yang diberikan perlindungan terhadap serangan korosi pada ground

    anchor yaitu: grease, pipa PE corrugated dan pipa grout.

    3.1.2. 5.2.2 Spesifikasi Grouting

    a. Trial Mix Test

    Sebelum memulai proses grouting, trial mix dilakukan dan minimum 5

    sample dengan dimensi 5x5x5 cm akan dibuat untuk pengujian. Pengujian terdiri dari

    penghancuran (crushing) dan kemampuan mengalirnya material grout (flow ability test).

    Komposisi dari material untuk grouting adalah berikut ini:

    Semen : PC semen tipe 1 berisi tidak lebih dari 0.02 % klorida dan 0.1 % sulfat. Semen dibungkus dengan berat 50 kg setiap karung.

    Air : Air mengandung tidak lebih dari 300 mg ion klorida volume air berkisar antar 22.5 sampai 25 liter untuk setiap karung semen yang beratnya 50 kg.

    Perbandingan Air / semen : 0.45 0.5

    Tambahan : Cebex 100 adalah pengembangan campuran material grout dan material yang tidak mengalami susut. Hal ini dapat memudahkan aliran material grout

    tanpa pemisahan. Ini akan dicampur dengan material grout dengan berat semen 0.45 %

    atau 225 gram untuk setiap bungkus semen yang beratnya 50 kg.

    b. Tes penghancuran (crushing test)

    Sampel akan diuji pada hari ke 28 dan harus mencapai kekuatan kepadatan

    minimumnya 30 Mpa.

    c. Uji kemampuan aliran

    Test akan dilaksanakan segera setelah mixing dengan seketika setelah

    pencampuran. Kemampuan aliran akan diukur dengan VSL Standard funnel (flow

    cone) yang mempunyai diameter inlet 178 mm dan diameter outlet sebesar 12.7

    mm. Waktu outflow harus antara 14 dan 18 detik. Jika nilai nilai tersebut ada di

    atas atau dibawah batas, material grout harus dikoreksi.

    5.3 Studi Lapangan

  • Skripsi ini membahas mengenai proses sebelum pemasangan anchor dan proses

    pemasangan anchor. Sebelum pemasangan ground anchor terdapat beberapa tahap

    konstruksi yang terjadi di sekitar konstruksi :

    1. Pembuatan box di sebelah abutment

    2. Penggalian di sekitar abutment

    3. Pemasangan tiang pancang di bawah tempat abutment akan dibangun.

    4. Pembuatan konstruksi abutment.

    5. Pemadatan di bagian yang digali dengan timbunan yang didalamnya berisi campuran

    gravel, boulder, dan lain-lain.

    Gambar 5.3

    penggalian

    dan

    pembuatan

    abutment

    Gambar 5.4 Proses pemadatan di bagian yang digali Setelah penimbunan selesai, terdapat beberapa tahap beserta kendala-kendala

    dalam pemasangan ground anchor. Tahap pemasangan ground anchor sebagai berikut:

    1.Pengeboran.

    Di Abutment 1 sudah ada 4 lubang yang sudah siap dibor dengan alat bor. Alat

    bor yang ada di lapangan terdiri dari 3 macam:

  • 1.Alat bor yang hanya pakai listrik saja.

    2.Alat bor yang menggunakan Hand Wind (untuk menginjeksi bor) dan dinamo listrik.

    3.Alat bor yang menggunakan hidroliks (dari PT Wiraatman).

    Gambar 5.5

    Pekerjaan

    pengeboran dengan

    alat drilling ( pakai

    dynamo dan wings) Pekerjaa

    n ini dilakukan

    oleh PT.Trireka.

    Pengeboran dilakukan dengan target mencapai kedalaman 43 m, yang artinya dengan

    batas aman kedalaman 43 m, diharapkan Ground Anchors tersebut mampu menahan

    beban yang diakibatkan oleh beban lalu lintas, beban jalan dan beban lateral yang

    diakibatkan oleh timbunan., sehingga abutment tersebut tetap kokoh.

    Pada saat dilakukan pengeboran, pada ujung mata bor yang dimasukkan

    disemprot air agar mata bor tidak aus (rusak) dan lumpur/kotoran yang ada di dalam

    keluar. Proses pengeboran sewajarnya memakan waktu untuk 1 lubang diselesaikan

    dalam waktu 2 hari, sehingga kalau untuk 4 lubang dibor selama 8 hari.Dari 3 lubang

    tersebut, yang sudah dibor sampai kedalaman 43 m hanya lubang ke-4, untuk lubang 3

    dan 2 dibor sampai kedalaman 20 m, lubang 1 belum di bor sama sekali (Pekerjaan ini

    sudah menghabiskan waktu 16 hari).

    Kendala yang dihadapi pada saat pengeboran menggunakan terot adalah:

  • 1. Pada lubang 2, 3, mata bor dan terot

    tertinggal di dalam lubang. Hal ini terjadi karena pada kedalaman 6 m terdapat gravel

    dan boulder.

    Gambar 5.6 Terot dimasukkan ke dalam lubang bor dengan alat pengeboran

    Gambar 5.7. Pengelasan mata bor yang rusak bagian drat.

  • 2. Pada lubang ke 4, setelah dibor

    sampai kedalaman 17 m tanah dan batu mengalami longsor sehingga menghambat

    pergerakan terot.

    Gambar 5.8 Casing yang akan dimasukkan ke dalam lubang Setelah itu PT.Trireka mendatangkan casing yang memiliki panjang 3.5 m, untuk

    mengatasi longsor di dalam lubang. Casing itu memiliki diameter 6 inch ( sekitar 6

    cm), kendala yang dihadapi setelah casing dipasang adalah pada kedalaman 20-37 m

    mata bor rusak, maka dicabut casingnya karena terdapat batu keras (boulder dan cadas),

    casing mulai aus pada drat ( ulirnya ) sehingga tidak dapat bekerja dengan baik.

    PT. Trireka mencoba mengatasi masalah ini dengan cara pregrout, yang artinya

    melakukan grouting di dalam lubang sehingga sisi lubang menjadi padat. Masalah yang

    terjadi adalah chasing dengan panjang 5 tertanam pada kedalaman 20 m, terlepas dari drat

    (ulir) tetapi akhirnya dapat dicabut dengan Hidraulik dan Jack Chasing.

    Hal ini disebabkan karena waktu pregrouting terlalu banyak semen dimasukkan ke

    lubang sehingga semen itu naik 5 m dari depan lalu mengeras dan menekan chasing.

    Pada saat pregrout terjadi longsor disekitar lubang akhirnya semen naik ke atas.

    Setelah itu hasil grouting dihancurkan dan ternyata pada saat dibor lagi tanah di

    dalamnya masih longsor.

    Karena gagal terus, PT Trireka mendatangkan alat bor lain yang menggunakan alat

    pengeboran yang lebih kecil tapi dinamonya lebih besar.

  • Gambar 5.9 Alat bor dengan dynamo yang lebih besar Cara ini juga gagal karena alat bor berhenti pada kedalaman 16 m, casingnya patah, mata

    bor rusak. Kemungkinan mata bor berhenti karena gravel atau mata bor yang sebelumnya

    tertinggal di dalamnya.

    PT.Trireka tidak sanggup meneruskan pekerjaan ini, lalu PT.VSL selaku

    pelaksana pekerjaan Ground Anchor mendatangkan PT.Soilend. PT.soilend mampu

    mengerjakan pekerjaan ini karena alat mereka lebih canggih.

    Gambar 5.10

    Alat bor PT Soilend

    2. Pemasangan

    Tendon

    Pemasangan tendon di lapangan berjalan dengan baik pada lubang 3 & 4. Lubang

    3 dan 4 sudah dibor sampai kedalaman 47 m. Untuk lubang 1 dan 2 setelah tendon pada

    lubang 3 dan 4 di masukkan karena proses pengeboran pada lubang 1 dan 2 mengalami

    hambatan. Sebelum pemasangan tendon harus dipastikan bahwa lubang sudah

    dibersihkan dengan air dan kedalaman lubang sudah dicek. Di lapangan pemasangan

    akan dilakukan dengan beberapa langkah-langkah berikut ini:

    Menurunkan tendon dengan hati-hati ke dalam lubang.

    Memastikan bahwa strand sudah dimasukkan ke lubang sampai kedalaman tertentu sehingga diperbolehkan stressing.

  • Memastikan tendon lebih dahulu sebelum pemasangan bracket dan kepala jangkar. Dibawah ini merupakan gambar bagian-bagian tendon:

    Gambar 5.11 End Cap pada ujung PE Smooth

    Gambar 5.12 PE Smooth

  • Gambar 5.13 PE gorogoted

    3. Grouting

    Grouting segera dilakukan setelah

    pemasangan tendon ke lubang yang dibor. Material grout akan dipompa melalui PE grout

    tube yang mempunyai tekanan dari kira-kira 5 batang (=5 kg/cm2).

    Gambar 5.14 PE Grout

  • Pompa grouting diperlihatkan pada

    gambar di bawah ini:

    Gambar 5.15 Pompa untuk grouting Kedalaman masing-masing lubang adalah lubang 1(37 m), lubang 2(47m), lubang

    3(47m), lubang 4(47m). Pada Lubang 3 dan 4 total panjang tendon yang dimasukkan

    adalah 43 m dengan Bone length 18 m, Free Length 25 m, Strength Length 2m. Bahwa

    penempatan Bone Length harus di luar bidang longsor, pada saat struktur mengalami

    kelongsoran yang menahan adalah bone length itu sendiri.

    4. Stressing

    Tujuan prestress / stressing adalah pemberian tegangan awal agar beban yang

    akan terjadi lebih kecil dari beban yang diberi pada kabel strand (pada saat awal). Untuk

    pekerjaan stressing dilaksanakan oleh PT. VSL Indonesia, tahapan proses stressing yang

    terjadi di lapangan

    1. Memasang steel bracket, bearing plate dan anchor block

  • Gambar 5.16

    Pasang steel bracket,

    bearing plate dan anchor

    block

    2. Memposisikan hydraulic jack (longt stroke jack)

    Gambar 5.17

    Hidraulick jack dipasang 3. Melakukan

    proofing test tanpa

    wedges hingga

    proofing load =100.0

    Tf. Catat elongation strand pada setiap tahap pembebanan.

    Gambar 5.18 Pekerja

    mau melakukan pekerjaan

    stressing 4. Lakukan

    release secara

    perlahan setelah

    dicapai proof load di

    atas.

    5. Pindahkan hydraulic jack dan pasang wedges pada setiap strand

  • Gambar 5.19

    Pemasangan wedges

    pada strand 6. Lakukan

    stressing awal

    sebesar 10 % x

    DL ( = 5.0 Tf),

    catat elongation.

    7. Lanjutkan stressing hingga lock-off load = 55 Tf (beban akhir). Catat elongation strand

    pada setiap tahap pembebanan.

    8. Lakukan lift-off test 24 jam ( setelah 24 jam) untuk mengetahui residual load.

    Gunakan chair detension dan steel plate dengan tebal maksimal, t = 1.0 mm.

    Gambar 5.20 Lift-off

    setelah 24 jam dilakukan 9. Evaluasi hasil

    stressing:

    Buat grafik elongation strand vs

    gaya.

    Bandingkan dengan batas atas dan batas bawah.

    Residual load > = 90 % x DL (min 45.0 Tf) Lakukan re-stressing dan lift off test 24 jam bila lebih kecil dari angka tersebut.

    Grafik tersebut terdapat di halaman lampiran

    10. Potong ujung strand 2-3 cm, lakuakan finishing akhir oleh kontraktor utama

    11. Titik pertama sampai 110 ton (prove load), lalu dilakukan pengcekan setelah 30 hari (lift

    off tahap 2)

  • Diposkan oleh Captain Piezocone di 16.28

    Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

    Pengikut

    Arsip Blog

    2012 (5) o Februari (5)

    GROUND ANCHOR

    SOIL LOGGING TP3

    SUPERVISI PEMBORAN GEOTEKNIK OVERWATER

    SUPERVISI PEMBORAN GEOTEKNIK ONSHORE

    Dinding Penahan Tanah dan Tekanan Tanah Lateral

    Mengenai Saya

    Captain Piezocone

    Lihat profil lengkapku

    Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.