191428692 Laporan Anestesi Lokal

download 191428692 Laporan Anestesi Lokal

of 28

description

makalah anestesi lokal

Transcript of 191428692 Laporan Anestesi Lokal

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    1/28

    LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

    ANESTESI LOKAL

    Asisten :

    Ainul Mardliyah

    Kelompok A2:

    Desty Ari Sandi (G1A012012)

    Hana Khairunnisa (G1A012013)

    Revi Oktapratiwi (G1A012014)

    Mohammad Rifqie NK (G1A012015)

    Giga Hasabi Alkarani (G1A012137)

    Denny Bimatama Pradita (G1A012138)

    Putra Achsanul Huda (G1A012139)

    Rosiana Dian Pratiwi (G1A012140)

    BLOK DERMATOMUSKULOSKELETAL

    JURUSAN KEDOKTERAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    PURWOKERTO

    2013

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    2/28

    LEMBAR PENGESAHAN

    Oleh :

    Kelompok A2

    Desty Ari Sandi (G1A012012)

    Hana Khairunnisa (G1A012013)

    Revi Oktapratiwi (G1A012014)

    Mohammad Rifqie NK (G1A012015)

    Giga Hasabi Alkarani (G1A012137)

    Denny Bimatama Pradita (G1A012138)

    Putra Achsanul Huda (G1A012139)

    Rosiana Dian Pratiwi (G1A012140)

    Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti

    Ujian Praktikum Farmakologi Blok Dermatomuskuloskeletal

    Jurusan Kedokteran

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan

    Universitas Jenderal Soedirman

    Purwokerto

    Diterima dan disahkan,

    Purwokerto, 28 November 2013

    Asisten,

    Ainul Mardliyah

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    3/28

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Judul PercobaanAnestesi Lokal.

    B. Tanggal PercobaanSenin, 25 November 2013.

    C. Tujuan Percobaan1. Tujuan Umum

    Memahami prinsip kerja dan melatih teknik anestesi lokal sederhana.

    2. Tujuan Khususa. Melakukan tindakan anestesi permukaan pada manusia.

    b. Melakukan tindakan anestesi blok pada n. Ischiadicus katak sebagai dasarpemahaman dalam melakukan anestesi blok pada saraf tertentu manusia.

    c. Melakukan anestesi spinal pada katak dan menjelaskan kegunaan anestesispinal pada manusia.

    D. Definisi1. Anestesi lokal

    Obat yang mampu menghambat konduksi saraf (terutama nyeri) secara reversibel

    pada bagian tubuh yang spesifik.

    2. Anestesi blok n. IschiadicusLarutan anestesi diberikan dengan cara menyuntikannya pada n. Ischiadicus.

    3. Anestesi topikalLarutan anestesi diberikan melalui membran mukosa baik hidung, mulut,

    tenggorokan, trakeobronkial, esofagus, dan traktus genitourinaria.

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    4/28

    4. Anestesi spinalLarutan anestesi diberikan dengan cara memasukannya dalamcerebrospinal fluid

    (CSF).

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    5/28

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anestesi LokalAnestesi local adalah obat yang digunakan untuk mencegah resa nyeri dengan cara

    membok konduksi sepanjang serabut saraf secara reversible. Obat anestesi local tersebut

    bekerja didalam akson dengan membentuk beberapa molekul terionisasi yang akan

    memblok kanan Na+sehingga potensial aksi tidak mungkin terjadi (Raharjo,2009).

    Struktur kimia anestesi local berupa ester atau amida dari derivate benzene

    sederhana. Rumus dasarnya berupa gugus amin hidrofil gugus antara, dan gugus residu

    aromatic lipofil. Gugus amin hidrofil berupa amin tersier atau sekunder, sedangkan gugus

    antara dan gugus aromatil kipofil dihubungkan dengan ikatan amida atau ikatan ester

    yang akan menentukan sifat farmakologi obat anestesi local (Raharjo,2009).

    Yang termasuk obat anestesi local ester berupa prokain, klorofokain, benzokain,

    kokain dan tetrakain. Sedangkan yang berupa goloanestesi local golongan amid adalah

    lidokain, bupivakain, mepivakain, prilokain dan dibukain (Raharjo,2009).

    Terdapat beberapa sifat anestesi local, berupa: (Raharjo,2009)

    a. Tidak iritasi dan merusak jaringanb. Batas keamanan obat lebarc. Waktu kerja obat lamad. Masa pemulihan tidak terlalu lamae. Larut dalam airf. Stabil dalam larutang. Dapat disterilkan tanpa mengalami perubahanFarmakokinetik obat anestesi local golongan amid lebih sering dibahas, berbeda

    dengan golongan ester karena obat tipe ester lebih cepat dipecah dalam plasma. Meski

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    6/28

    begitu, absorbsi dan distribusi yang paling dipandang untuk menentukan akhir masa kerja

    anelgesik local dibanding aspek farmakokinetik lainnya. Fakmakokinetik tersebut berupa:

    a. AbsorbbsiAbsorbsi anestesi local dari tempat penyuntikan dipengaruhi oleh beberapa

    factor, seperti dosis, tempat penyuntikan, ikatan obat dengan jaringan, aliran

    darah settempat, penggunaan fasokontriktor dan sifat fisikokimiawi obat. Jika

    anestesi dilakukan pada tempat yang vaskularisasinya banyak, makan kadar obat

    yang diterima lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian anestes local pada

    tempat yang perfusinya buruk seperti tendon, dermis atau lemak subkutan

    (Katzung, 2010).

    b. DistribusiAnestesi lokal tipe amid terdistribusi luas setelah pemberian bolum

    intravena. Fase distribusi terjadi awal cepat jika melibatkan organ yang

    perfusinya tinggi seperti otak, hati, ginjal dan jantung. Sedangkan fase

    distribusinya lebih lambat jika melibatkan jaringan yang perfusinya sedang

    seperti otot dan saluran cerna (Katzung, 2010).

    c. Metabolisme dan ekskresiAnestesi local tipe amida akan diubah dalam hati sedangkan tipe ester akan

    diubah dalam plasma menjadu metabolit yang lebih larut dalam air sehingga

    bisa dikskresikan dalam urin (Katzung, 2010).

    Anestesi local tipe ester sangat cepat dihidrolisis dalam darah oleh

    butirilkolinesterase menjadi metabolit yang tidak aktif, sehingga obat obat tipe ester

    seperti prokain adan kloropokain memiliki waktuparuh yang sangat singkat, kurang dari

    1 menit. Sedangkan Anestesi local tipe amida akan dihidrolisis oleh isozim mikrosomal

    hati sitokrom P450 (Katzung, 2010).

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    7/28

    Mekanisme anestesi local bekerja dalam membokade kanal natrium. ketika

    membrane akson syaraf yang mudah tereksitasi mempertahankan potensial

    transmembran istirahatnya sekitar -90 sampai -60 mV. Pada waktu eksitasi, kananl

    natrium terbuka dan arus natrium yang masuk ke dalam sel membuat depolarisasi

    membrane dengan cepat yang mengakibatkan kanal natrium tertutup dank anal kalium

    terbuka. Aliran kalium yang keluar akan merepolarisasi membrane kearah keseimbangan

    kalium dan mengembalikan kanal natrium dalam keadaan istirahat (Katzung, 2010).

    Gangguan pada kanal tersebut dimulai dengan menghambat kanal natrium. Jika

    kadaar anestesi local terus ditambah, makan nilai ambang eksitasi akan meningkat,

    konduksi impuls melambat, laju munvulnya potensial aksi menurun, ambang antipludo

    potensial mengecil sehingga kemampuan menghasilkan potensial aksi akan hilang

    (Katzung, 2010).

    B.Golongan Obat Anestesi Lokal

    Anestetik lokal merupakan gabungan dari garam laut dalam air dan alkaloid larut

    dalam lemak dan terdiri dari bagian kepala cincin aromatik tak jenuh bersifat lipofilik,

    bagian badan sebagai penghubung terdiri dari cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang

    terdiri dari amino tersier bersifat hidrofilik. Anestetik lokal menurut Ratno Samodro

    dibagi menjadi dua golongan:

    1. Golongan ester (-COOC-)Obat obat ini termetabolisme melalui hidrolisis. Yang termasuk kedalam

    golongan ester, yakni :

    a. Kokainb. Benzokainc. Ametocaine

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    8/28

    d. Prokaine. Piperoainf. Tetrakaing. Kloroprokain (Samodro, 2011)

    2. Golongan amida (-NHCO-)Obat obat ini termetabolisme melalui oksidasi dealkilasi di dalam hati. Yang

    termasuk kedalam golongan amida, yakni :

    a. Lidokainb. Mepivakainc. Prilokaind. Bupivacaine. Etidokainf. Dibukaing. Ropivakainh. Levobupivacaine

    Kecuali kokain, maka semua anestesi lokal bersifat vasodilator (melebarkan

    pembuluh darah). Sifat ini membuat zat anestesi lokal cepat diserap, sehingga

    toksisitasnya meningkat dan lama kerjanya jadi singkat karena obat cepat masuk ke

    dalam sirkulasi. Untuk memperpanjang kerja serta memperkecil toksisitas sering

    ditambahkan vasokonstriktor (Samodro, 2011).

    C. Teknik Pemberian Anestesi LokalAda dua teknik anestesi lokal yang memberikan hasil yang baik, yaitu blok dan

    infiltrasi.Kedua cara ini masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian.

    Berikut adalah sedikit penjabaran untuk kedua teknik tersebut (Sjamsuhidajat, 2010).

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    9/28

    1. BlokDilakukan dengan menyuntikkan obat anestesi di area tertentu dimana saraf

    yang mempersarafinya di blok adar rangsang nyeri tidak dilanjutkan. Jadi dengan

    teknik blok ini anestesi yang dilakukan adalah di bagian promsimal daerah

    operasi. Pada daerah operasinya dapat pula ditambahkan anestesi infiltrasi jika

    memang diperlukan (Syarief, 2007).

    a. Keuntungan1. Keberhasilan cukup tinggi.2. Area yang teranestesi relatif bisa lebih luas dibandingkan dengan

    anestesi infiltrasi.

    3. Obat yang dipakai lebih sedikit sehingga menurunkan toksisitas(Syarief, 2007).

    b. Kerugian1. Teknik lebih rumit2. Penyuntikan tergantung daerah operasi3. Tidak semua daerah operasi dapat dilakukan tindakan anestesi ini4. Cedera saraf permanen

    (Syarief, 2007).

    c. Teknik atau cara kerja:1. Identifikasi lokasi operasi2. Identifikasi jalan persarafan3. Suntikan beberapa cc obat anestesi disekitarnya4. Cek hasilnyaJika pasien masih kesakitan cobalah masase lagi dan lakukan pengujian. Jika

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    10/28

    keadaan anestesi belum juga terjadi, evaluasilah beberapa hal berikut(Syarief,

    2007).

    a. Apakah lokasi penyuntikan sudah sesuai dengan anatomi persarafan?b. Apakah ada riwayat alkoholik?c. Apakah benar yang disuntikkan adalah obat anestesi atau obat anestesi yang

    sudah kadaluarsa ?

    Gambar 1. Anestesi pada jari tangan dan kaki sangat penting untuk memperhatikan

    struktur anatomis dan persyarafan jalannya saraf dari lateral dan medial setiap jari.

    Gambar 2. Perhatikan pula pola penyuntikan, suntikan di arah lateral dan medial.

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    11/28

    Gambar 3. Suntikan di arah maedial

    2. InfiltrasiDilakukan penyuntikan di sekitar area operasi. Suntikan dilakukan di daerah

    subkutis. Teknik yang berkembang saat ini adalahfield blok, yaitu menginfiltrasi

    suatu area dengan terget operasi ditengahnya. Setelah seluruh pinggir area

    diinfiltrasi, area tepat diatas insisi diinfiltrasi lagi. Jarak antara pinggir daerah yang

    diinfiltrasi dengan target operasi tidak melebihi 2 cm. Jika lebih maka kemungkinan

    masih ada impuls saraf yang tidak terblok. Jika memang masa yang akan operasi

    cukup besar, kemungkinan diperlukan infiltrasi beberapa lingkaran, agar area yang

    diinfiltrasi menjadi luas. Kedalaman infiltrasi tergantung dari jenis operasi. Jika

    masa yang diambil cukup dalam, maka perlu juga dilakukan infiltrasi lebih dalam,

    bahkan sampai otot atau periosteum (Sjamsuhidajat, 2010).

    a. Teknik atau cara kerja :

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    12/28

    1. Masukan jarum di salah satu sudut area operasi.2. Arahkan ke area kanan, aspirasi, jarum dicabut (tetapi tidak sampai lepas dari

    kulit) sambil obat dikeluarkan.

    3. Jarum dibelokan ke arah kiri, aspirasi, jarum dicabut sambil obat dikeluarkan.

    4. Masukan jarum di sudut yang bersebrangan dengan sudut tadi.5. Arahkan ke area kanan, aspirasi, jarum dicabut (tetapi tidak sampai lepas dari

    kulit) sambil obat dikeluarkan.

    6. Jarum dibelokan ke arah kiri, aspirasi, jarumdicabut sambil obat dikeluarkan.7. Lanjutkan penyuntikan ketiga tepat diatas garis yang akan diinsisi.8. Masase.9. Cek dengan menjepitkan pinset

    (Sjamsuhidajat, 2010).

    D. Komplikasi Tindakan Anestesi1. Hematom

    Terjadi karena pecahnya pembuluh darah ketika anestesi yang kemudian darah

    berkumpul di submukosa sehingga menimbulkan benjolan. Hematom ini dapat

    terus membesar atau berhenti tergantung dari besarnya pembuluh darah yang

    terkena. Pada pembuluh darah kecil biasanya hematom tidak membesar karena

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    13/28

    platelet plug sudah cukup untuk menghentikan kebocoran tadi. Jika terjadi

    hematom, kita evaluasi beberapa saat apakah hematom itu terus membesar atau

    tetap. Jika terus membesar, kita harus berusaha mencari pembuluh darah yang

    pecah dan mengikatnya kemudian membuang bekuan darah yang terkumpul

    (Syarief, 2007).

    2. OedemDisebabkan terlalu banyaknya obat anestesi yang diberikan sehingga obat

    tersebut berkumpul dalam jaringan ikat longgar mukosa dan sub mukosa. Hal ini

    akan mempersulit ketika melakukan penjahitan. Udem akibat anestesi ini

    diabsorpsi dalam 24 jam (Sjamsuhidajat, 2010).

    3. Syok AnafilaktikSyok anafilaksis disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas type I. Terjadi

    vasodilatasi perifer sehingga terjadi pengumpulan darah di perifer. Akibatnya

    terjadi penurunan venous return sehingga cardiac output pun menurun.

    a. Tanda dan gejalanya:1. Nadi cepat dan kecil2. Penurunan tekanan darah3. Keringat dingin4. Lemas, mual, dan badan terasa melayang

    b. Penatalaksanaan:1. Letakkan pasien dalam posisi trendelenburg.2. Berikan oksigen lembab 3 - 5 l/menit.3. Suntikan segera adrenalin 1:1000 sebanyak 0,3-0,4 ml im , sebaiknyna

    otot deltoid, atausubcutan (sc) dan segera dimasase, ulangi pemberian

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    14/28

    0,3-0,4 ml adrenalin tiap 5-10 menit sampai tekanan sistolik mencapai 90-

    100 mmHg dan denyut jantung/nadi tidak melebihi 120x/menit.

    4. Suntikan:a. Antihistamin difenhidramin 10-20 mg

    b. Kortikosteroid-hidrokortison 100-250 mg ivc. Bila ada spasme bronchial, Aminofilin 200-500 mg i.v perlahan

    lahan.(1 ml mengandung 24 mg aminofilin)

    5. Bila terjadi henti nafas, berikan nafas buatan, bila disertai henti jantunglakukan pijatan (penekanan) terhadap jantung (pertengahan sternum)/ RJP.

    6. Bersamaan dengan pemberian adrenalin, lakukan pernafasan buatan dan

    kompresi jantung, pemasangan infus dengan kristalolid (NaCl, ringer

    laktat) dengan tetesan secepat mungkin (diguyur) sampai nadi teraba.

    7. Observasi dengan seksama sampai tanda-tanda vital stabil.(Sjamsuhidajat, 2010).

    E. Efek Samping Obat1. Lidokain

    Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP,

    misalnya mengantuk, pusing, parestesia, kedutan otot, gangguan mental,koma, dan

    bangkitan. Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi

    ventrikel, atau oleh henti jantung (Latief, 2007).

    2. BupivakainDibandingkan dengan obat anestesi lokal lainnya, bupivakain dapat

    mengakibatkan kardiotoksik. Akan tetapi efek samping akan menjadi jarang bila

    diberikan dengan benar. Kebanyakan efek samping berhubungan dengan cara

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    15/28

    pemberian atau efek farmakologis dari anestesi. Tetapi reaksialergi jarang terjadi.

    Bupivakain dapat mengganggu konsentrasi plasma darah yang diakibatkan karena

    efeknya yang mempengaruhi CNS dan kardiovaskuler. Bupivakain dapat

    mengakibatkan beberapa kematian ketika pasien diberikan anestesi epidural dengan

    mendadak (Latief, 2007).

    3. LevobupokainJarang terjadi reaksi efek samping jika pemberian obat ini benar. Beberapa

    efek samping yang terjadi berhubungan dengan teknik pemberian (dihasilkan pada

    systemic exposure) atau efek farmakologikal dari anestesi yang diberikan, tetapi reaksi

    alergi jarang terjadi.Systemic exposure untuk jumlah yang berlebih dari bupivakain

    terutama dihasilkan di sistem saraf pusat dan efek kardiovaskular. Efek sistem

    saraf pusat biasanya terjadi pada konsentrasi pembuluh darah yang lebih

    rendah,sementara efek kardiovaskuler tambahan terdapat pada konsentrasi yanglebih

    tinggi, sebelumnya kolaps kardiovaskular dapat juga terjadi dengan konsentrasi yang

    rendah. Efek sistem saraf pusat meliputi eksitasi sistem saraf pusat (gelisah, gatal

    disekitar mulut, tinnitus, tremor, pusing, penglihatan kabur, seizure) dan diikuti oleh

    depresi (perasaan kantuk, kehilangan kesadaran, penurunanpernafasan dan apnea).

    Efek kardiovaskular meliputi hipotensi, bradikardi,aritmia, dan atau henti jantung.

    Kadang-kadang dapat terjadi hipoksemia sekunder pada saat penurunan sistem

    pernafasan (Muhiman, 2004).

    4. ProvakainEfek sampingnya yang serius adalah hipertensi, yang kadang-kadang

    padadosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian. Efek samping

    yang harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap sediaan kombinasi

    prokain-penisilin. Berlainan dengan kokain zat ini tidak memberikan adiksi. Reaksi

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    16/28

    alergi ini dapat juga terjadi karena pemakaiansecara berulang preparat prokain bagi

    tubuh. Dosis : anestesi infiltrasi 0,25-0,5 %, blockade saraf 1-2 % (Latief, 2007).

    5. TetrakainTetrakain yang potensiasinya lebih tinggi dibandingkan dengandua jenis obat

    anestesi lokal golongan ester lainnya ini memiliki efek samping berupa rasa seperti

    tersengat. Namun efek ini tidak membuattetrakain jarang digunakan, hal ini karena

    salah satu kelebihannya adalahtidak menyebabkan midriasis. Tetrakain biasanya

    digunakan untuk anestesipada pembedahan mata, telinga, hidung, tenggorok, rectum,

    dan kulit.Salah satu anestesi lokal yang dapat digunakan secara topikal pada

    mataadalah tetrakain hidroklorida. Untuk pemakaian topikal pada matadigunakan

    larutan tetrakain hidroklorida 0,5%. Kecepatan anastetik tetrakain hidroklorida 25

    detik dengan durasi aksinya selama 15 menit atau lebih (Muhiman, 2004).

    F. Efek Samping terhadap Sistem Tubuh1. Sistem kardiovaskular (Latief, 2007).

    a. Depresi automatisasi miokard

    b. Depresi kontraktilitas miokard.

    c. Dilatasi arteriolar.

    d. Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/kolaps sirkulasi.

    Obat Onset (menit) Durasi (menit) Dosis Maksimum

    (mg/kg)

    Lidokain 5 30-60 4,5

    Bupivakain 10-15 200 3

    Prokain 15-20 40 7

    Tetrakain 15 200 1,5

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    17/28

    2. Sistem pernapasanRelaksasi otot polos bronkus. Henti napas akibat paralise saraf frenikus, paralise

    interkostal atau depresi langsung pusat pengaturan napas. Sistem Saraf Pusat (SSP)

    SSP rentan terhadap toksisitas anestetika lokal, dengan tanda-tanda awal parestesia

    lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinnitus, pandangan kabur, agitasi, twitching,

    depresi pernapasan, tidak sadar, konvulsi, koma. Tambahan adrenalin berisiko

    kerusakan saraf(Latief, 2007).

    3. ImunologiGolongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan derivate

    para-amino-benzoic acid (PABA) yang dikenal sebagai allergen. Pada

    sistem musculoskeletal bersifat miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain).

    Regenerasi dalam waktu 3-4minggu (Muhiman, 2004).

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    18/28

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Alat dan Bahan1. Alat

    a. Alat penggantung katakb. Alat perusak otak katakc. Gunting lurusd. Pinset bedahe. Spuit tuberkulin 1ccf. Beaker glassg. Pipet tetes

    2. Bahana. Kapas

    b. Alkohol 70%c. RLd. HCl 1 Ne. Lidokain HClf. Etil klorida 100 gr

    B. Cara Kerja1. Anestesi permukaan:

    a. Semprotkan etil klorida pada tangan probandus.

    b. Sensitisasi setiap 30 detik.

    c. Berikan penilaian terhadap sensitibilitas probandus.

    2. Anestesi spinal:

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    19/28

    a. Rusak otak katak dengan cara menusuk melalui foramen oksipitalis magnum,kemudian kepalanya pada batas mandibula dipotong.

    b. Gantungkan katak pada standar dengan cara menyangkutkan mandibula.c. Salah satu kaki katak direndam ke dalam larutan HCl, akan terlihat kaki katak

    tertarik ke atas secara refleks. Catat waktu.

    d. Segera setelah kaki katak tertarik, cucilah kaki tersebut dengan air agar kakikatak tidak rusak terbakar. Ulangi hal yang sama pada kaki satunya.

    e. Setelah itu suntikkan larutan lidokain HCl sebanyak 0,1 cc dalam salah satusisi medulla spinalis.

    f. Setelah terjadi keadaan anestesi, celupkan kaki katak yang sebelah lagi kelarutan HCl dan catat hasilnya.

    C. Data Orang PercobaanNama : Hana Khairunnisa

    NIM : G1A012013

    Umur : 17 Tahun

    D. Hasil PercobaanDalam praktikum anestesi lokal didapatkan:

    No. Menit Ke- Efek Anestesi

    Permukaan

    Efek Anestesi

    Spinal

    1 0 - -

    2 1 - -

    3 2 - -

    4 3 + -

    5 4 + -

    6 5 + -

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    20/28

    7 6 + -

    8 7 - -

    9 8 - -

    10 9 - -

    11 10 - -

    12. 12 - +

    13. 14 - +

    Tabel 1. Hasil praktikum anestesi lokal

    E. PembahasanPada praktikum di atas, ada dua jenis anastesi yang dilakukan. Anestesi

    permukaan dan anestesi spinal. Anastesi spinal (blokade subarachnoid atau

    intratechal) merupakan anestesi blok yang luas. Anestesi spinal sesudah

    penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi lebih dulu yaitu saraf simpatis dan

    parasimpatis, dan diikuti dengan saraf rasa dingin, panas, raba, dan tekanan

    dalam, yang mengalami blokade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar dan

    prioreseptif. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi dengan urutan sebaliknya

    (Farmakologi FK UI, 2009).

    Anestesi spinal membutuhkan anestetik lokal untuk diinjeksikan pada ruang

    subarakhnoid setinggi ruang lumbal tiga atau empat. Jika anestetik lokal

    diberikan terllalu tinggi pada kolumna spinalis, maka dapat mempengaruhi otot -

    otot pernapasan dan dapat terjadi distres atau gagal pernapasan. Sakit kepala

    mungkin timbul setelah pemberian anestesi spinal, mungkin karena penurunan

    tekanan cairan serebrospinal akibat bocornya cairan pada tempat jarum

    disuntikkan. Berbagai tempat pada kolumna spinalis dapat dipakai untuk

    memblok saraf dengan anestetik lokal. Blok spinal adalah penetrasi anestetik ke

    dalam membran subarakhnoid, lapisan kedua dari korda spinalis.

    Anestesi spinal dapat digunakan pada hampir semua operasi abdomen bagian

    bawah, perineum dan kaki. Anestesi ini memberikan relaksasi yang baik, tetapi

    lama anestesi yang didapat dengan lidokain hanya sekitar 90 menit.

    Kontraindikasi anestesi spinal adalah pada pasien dengan hipovolemia yang tidak

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    21/28

    terkoreksi. Jika tidak dianastesi, pasien dengan hipovolemia dapat mempunyai

    tekanan darah yang relatif normal karena vasokonstriksi luas, tapi bila terdapat

    blokade simpatis pada anestesi spinal, maka vasokonstriksi akan hilang dan

    menyebabkan kolaps kardiovaskuler hebat.

    Anestesia spinal (intrathecal) disebut juga injeksi punggung. Obat

    disuntikkan di tulang punggung yang berisi cairan otak. Dengan demikian injeksi

    melintasi selaput luar dari sumsum belakang (duramater), biasanya antara ruas

    lumbal ketiga dan keempat (L3-L4), sehingga dapat dicapai dalam beberapa

    menit. Pembiusan dari bagian bawah tubuh, dari kaki sampai tulang dada.

    Kesadaran penderita tidak dihilangkan dan seusai pembedahan kurang

    menimbulkan perasaan mual (Rahardjo, 2009).

    Anestesi spinal, dilakukan pada seekor katak yang telah dirusak otaknya.

    Kemudian, disuntikkan prokain HCl 1% pada salah satu sisi medulla spinalis

    katak. Setelah itu, kaki katak dicelupkan pada larutan HCl, yang bertujuan untuk

    mengetahui seberapa cepat obat tersebut memberikan efek anastetik pada kaki

    katak yang dalam kondisi normal akan terasa sensasi terbakar apabila dicelupkan

    pada larutan HCl. Dari hasil percobaan rasa baal pada kaki katak mulai

    didapatkan setelah menit ke dua, kemudian efek anastetik mulai menurun pada

    menit ke tujuh, dimana kaki katak kembali berefleks ketika dicelupkan pada

    larutan HCl.

    Anestesi permukaan, yaitu dengan menyemprotkan etil klorida spray pada

    bagian kulit tertentu, dan kemudian kulit yang disemprotkan di beri sensasi nyeri

    atau tekanan untuk mengukur waktu awal mula dan lama kerja obat. Dari hasil

    praktikum, awal mula obat cukup cepat, namun karena etil klorida adalah bahan

    yang mudah menguap, maka efek anastetik nya pun cepat menghilang.

    Salah satu upaya untuk melakukan anestesi permukaan pada manusia adalah

    pemberian spray etil klorida yang memiliki efek kurang lebih 5 menit. Dari hasil

    praktikum yang dilakukan didapatkan lama durasi kerja anestesi permukaan

    dengan pemberian Etil klorida (klor etil) yaitu 4 menit, mulai dari menit ke dua

    hingga menit ke enam.

    Etil klorida (klor etil) akan dengan mudah menguap (highly volatile).

    Sehingga dapat digunakan sebagai analgesik sementara untuk cedera kecil karena

    olahraga (Soueid and Richard, 2007).

    Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kerja klor etil sebagai anestesi

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    22/28

    permukaan diantaranya:

    1. Perbedaan ambang rasa nyeri yang khas pada tiap probandus2. Ukuran serabut saraf, ada tidaknya myelin pada serabut saraf, serta tipe

    anatomis saraf. Semakin kecil serabut saraf akan memudahkan efek anestesi

    bekerja.

    3. Keasaman pada kulit. Apabila pH dibawah normal, hal ini akan mempersulitkerja anestesi pada organ target.

    4. Suhu kulit padasaat inisial. Apabila suhu kulit tinggi, obat anestesi ini perlubekerja lebih keras untuk menurunkan temperatur sehingga efek kerja

    menjadi tidak terlalu maksimal.

    5. Ada tidaknya keringat pada kulit.6. Jumlah zat klor etil yang disemprotkan pada kulit7. Pada pasien secara umum, kondisi kehamilan juga mempengaruhi efek kerja

    anestesi ini, dimana kehamilan akan meningkatkan kerentanan pada

    toksisitas anestesi sehingga diperlukan reduksi dosis median (Katzung et al.,

    2006).

    Aplikasi Klinis

    1. SirkumsisiAnestesi pada sirkumsisi dapat dilakukan secara umum dan lokal. Anestesi

    secara umum dilakukan apabila pasien masih anak-anak, punya riwayat alergi dengan

    anestesi lokal dan pasien sangat cemas. Anestesi secara lokal dilakukan bila penderita

    dalam keadaan sadar berupa spinal, epidural, dan modifikasinya; dan kombinasi blok

    saraf dorsalis penis dan infiltrasi (Abbas,2010)

    Teknik anestesi yang digunakan pada sirkumsisi terdapat 3 jenis yaitu, blok

    nervus dorsalis penis, infiltrasi di frenulum prepusium, dan infiltrasi di batang penis.

    Dari semua anestesi yang disebutkan, cara kombinasi blok saraf dorsalis penis dan

    infiltrasi yang paling banyak disukai karena relatif mudah dilakukan, komplikasi

    anestesi umum (mual, muntah, dan sebagainya) tidak dijumpai, secara ekoomis lebih

    murah, dan alat yang diperlukan lebih sedikit. Pada cara ini dapat dilakukan

    kombinasi antara blok saraf dorsalis penis, infiltrasi frenulum penis, infiltrasi batang

    penis atau blok melingkar (ring-block) pada batang penis (Hutcheson, 2004).

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    23/28

    2. Ekstirpasi Krista ateromaKista ateroma adalah suatu kelenjar sebaseus yang tersumbat muaranya

    sehingga tidak bisa mengeluarkan keringat. Krista ateroma ini berbentuk penonjolan

    lengket dari dasar dermis dengan titik kebiruan di tengahnya. Titik kebiruan tersebut

    adalah muara dari kelenjar sebasea yang tersumbat. Gejala-gejala yang terjadi pada

    kista ateroma adalah: (Bisono, 2003)

    a. Krista berbentuk kubahb. Berisi material semi padat, seperti keratin,bahan pembentuk kulit, rambut

    dan kuku

    c. Permukaan Krista lembutd. Diameter 1-4e. Jika terinfeksi, maka akan terlihat merah terangKista ateroma sebenarnya adalah dolikel rambut yang membengkak dengan

    substansi yang barbau busuk di dalamnya. Biasanya terdapat pada wajah arau tubuh.

    Krista ini sebenarnya tidak berbahaya, tetapi bisa menjadi kanker sehingga harus

    diangkat dengan cara ekstirpasi Krista ateroma. Ekstirpasi ini adalah suatu tindakan

    bedah yang dilakukan dengan cara pengangkatan folikel beserta kapsulnya. Tindakan

    ini harus dilakukan secara hati-hati karena kapsul Krista tersebut mudah pecah.

    Dengan anestesi local, proses ekstirpasi ini tidak menyebabkan rasa sakit (Bisono,

    2003).

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    24/28

    BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Prinsip kerja pada anestesi lokal sederhana ada beberapa macam, pada anestesi spinaldengan anestesi lokal disuntikkan ke ruang subarachnoid, pada anestesi epidural

    dengan anestesi lokal disuntikan ke ruang epidural, pada anestesi kaudal dengan

    anestesi lokal disuntikan ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus sakralis, dan pada

    anestesi permukaan dengan disemprotkan pada permukaan kulit.

    2. Anestesi spinal (blockade intratechal) adalah teknik anestesi blok, dimana obatanestesi diinjeksikan kedalam cairan serebrospinal dalam ruang subarachnoid.

    3. Anestesi permukaan dilakukan dengan cara memberikan larutan anestesi pada mukosatubuh.

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    25/28

    BAB V

    EVALUASI

    1.Jelaskan mengapa otak katak harus dirusak?Karena ketika otak katak dirusak dengan cara ditusuk, posisi tubuh katak

    menelungkup dengan posisi kepala menunduk kebawah dan lemas. Hal ini

    mempermudah dalam pengerjaan langkah praktikum selanjutnya. Hal ini terjadi,

    karena telah terputusnya hubungan antara labirin (sebagai alat keseimbangan),

    sehingga reflek koreksi sikap sudah hilang (Central Nervous System) hanya tinggal

    medulla spinalis nya saja. Setelah otak katak dirusak dengan cara ditusuk, reaksi

    katak saat kaki katak dicelupkan ke HCL 1 N yaitu terjadi gerak refleks

    (mengangkat kaki). Hal ini dikarenakan pusat gerak reflex adalah medulla spinalis

    bukan otak, jadi katak masih bias melakukan gerak reflex. Sehingga ini dapat

    untuk melihat reflek motoric dari katak saja, tanpa pengaruh dari pusat control dari

    otak katak (Sheerwood, 2001).

    2.Buatlah skema aplikasi/cara pemberian obat-obat anestesi tersebut!Teknik Pemberian Anestesi Lokal

    Anestesi permukaan Anestesi infiltrasi Anestesi blok

    Anestesi spinal Anestesi epidural Anestesi kaudal

    sediaan terpilih untuk

    menghilangkan nyeri

    di selaput lendir

    mulut, faring,

    esophagus, pada luka,

    ulkus, dan luka bakar

    tanpa mengganggu

    proses penyembuhan

    luka

    untuk menimbulkan

    anestesi ujung saraf

    melalui kontaklangsung dengan

    obat. Digunakan

    padatindakan operasi

    pengaruhi konduksi

    saraf otonom

    maupun somatis.

    digunakan pada

    tindak pembedahan

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    26/28

    3. Jelaskan mekanisme kerja seluler obat-obat anestesi lokal!Mekanisme kerja obat anestesi lokal adalah dengan cara mencegah transmisi

    impuls saraf, yaitu dengan menghambat jalan ion natrium pada saluran natrium di

    membrane saraf. Saluran natrium memiliki reseptor spesifik dari molekul anestetik

    lokal, yang menghasilka ninhibisi pada permeabilitas saluran natrium. Inhibisi ini

    bias bersifat ringan sampai total. Kegagalan permeabilitas saluran natrium

    meningkat perlahan dari depolarisasi rata-rata, oleh karena itu potensial aksi tidak

    meluas dan tidak menyebar. Anestetik lokal tidak merubah membrane potensial

    istirahat dan ambang potensialnya (Latief, 2001).

    Dalam keadaan istirahat, konsentrasi ion kalium di dalam sel dipertahankan

    melalui potensi elektrik. Ini berperan untuk menjaga agar kondisi intrasel bersifat

    negative terhadap bagian ekstraselnya. Konsentrasi ion kalium di dalam sel

    biasanya tiga puluh kali lebih besar daripada di luar sel. Ion natrium akan keluar

    dari dalam sel melalui mekanisme pompa natrium, sehingga natrium intraseluler

    tetap rendah. Konsentrasi ion natrium di luar sel biasanya sepuluh kali lebih besar

    daripada konsentrasi di dalam sel. Membran sel saraf umumnya permeable

    terhadap ion kalium namun relative tidak permeable terhadap ion natrium. Pada

    saraf sensoris dan motoris, stimulasi saraf dapat dianggap sebagai gelombang

    aktivita selektrik yang berjalan sepanjang serabut saraf sebagai akibat dari

    pertukaran kation (natrium dan kalium) melalui membrane permukaan sel saraf

    (Latief, 2001).

    Saluran natrium yang terdiri dari lima subunit (dua subunit alfa, satu subunit

    beta, satu subunit gama, dan satu subunit teta). Terdapat H sebagai subunit alfa

    yang berhubungan dan mengikat agen anestesi lokal, dengan jenis ikatan yang

    stereotipik dan bergantung pada tingkat adaptasi dari saluran natrium sendiri,

    walaupun demikian subunit beta memodulasi ikatan antara subunit alfa dan agen

    anestesi lokal (Ririe, 2000).

    Molekul anestetik lokal dan reseptor spesifik dengan ikatan selektif pada

    subunit alfa (internal gate/H gate) akan menstabilkan saluran natrium dan

    mencegah terjadinya depolarisasi. Keadaan ini yang menyebabkan konduksi saraf

    tidak menyebar dan mempertahankan saluran natrium pada keadaan inaktif atau

    saluran natrium menutup (Ririe, 2000).

    4.Apa perbedaan antara anestesi spinal dan anestesi epidural?Perbedaan antara anestesi spinal dan anestesi epidural adalah sebagai berikut

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    27/28

    (Syarif, 2007).

    Anestesi spinal Anestesi epidural

    Teknik anestesi dengan cara

    menyuntikan obat anestesi kedalam ruang subaraknoid diantara

    konus mandibularis dan bagian

    akhir dari ruang subaraknoid

    Teknik anestesi dengan cara

    menyuntikan obat anestesi keruang epidural

    Lokasi antara L2 dan L3 dan

    biasanya L3 dan L4

    Lokasi dibawah L2

    Timbul sakit kepala dan gejala

    neurologik

    Sakit kepala dan gejala neurologic

    dapat terhindarkan

    5.Buatlah penggolongan obat anastesi lokal!Secara umum anastetik lokal mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3

    bagian: gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatic

    lipofil melalui suatu gugus antara. Gugus antara dan gugus aromatic dihubungkan

    dengan ikatan amid atau ikatan ester. Maka secara kimia anestetik lokal

    digolongkan atas senyawa ester dan senyawa amid (Syarif, 2007).

    No Pembeda Golongan Ester Golongan Amid

    1Jenis

    IkatanIkatan Ester Ikatan Amid

    2Contoh

    obat

    Tetrakain, prokain, benzokain,

    kokain

    Dibukain,

    prilokain,

    lidokain,

    bupivakain,

    mepivakain

    3 SifatKurang stabil dan mudah

    mengalami metabolismeLebih stabil

  • 5/26/2018 191428692 Laporan Anestesi Lokal

    28/28

    DAFTAR PUSTAKA

    Abbas M, Mohamed H, Rabea N, Abrar E, Al-Hindi S, and Hasan AA. Complications of

    Circumcision in Male Children: Report of Sixty-one Cases.Bahrain Medical Bulletin.

    2010: 32; 1-5.

    Bisono.2003.Petunjuk PRaktis Operasi Kecil. Jakarta:EGC

    Hutcheson JC. Male Neonatal Circumcision: Indications, Controversies, and Complications.

    Urologic Clinics of North America. 2004: 31; 461-467.

    Karakata S dan Bachsinar B. Sirkumsisi edisi 1. Jakarta: Hipokrates, 2004.

    Karakata S dan Bachsinar B. Bedah Minor edisi 2. Jakarta: Hipokrates, 2005. hal 148-54.

    Katzung, B.G.; E.T. Akporiaye; M.J. Aminoff; et al. 2006. Basic and Clinical Pharmacology.

    10th Edition. New York : McGraw - Hill.

    Latief, Said A. dkk. 2007.Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta: FKUI.

    Muhiman, Muhardi dkk. 2004.Anestesiologi. Jakarta: CV. Infomedika.

    Rahardjo, Rio. 2009.Kumpulan Kuliah Farmakologi, Ed. 2. Jakarta : EGC.

    Rodriguez, N.A.; F.J. Ascaso. 2012. Ocular surface frostbite secondary to ethyl chloride

    spray. Cutan Ocul Toxicol. 2012 Mar;31(1):77-80.

    Samodro, Ratno.; Doso Sutiyono.; Hari Hendriarto Satoto. 2011. Mekanisme Kerja Obat

    Anestesi Lokal. Jurnal Anestesiologi Indonesia Volume III, Nomor 1, Tahun 2011.

    Soueid, A.; B. Richard. 2007. Ethyl chloride as a cryoanalgesic in pediatrics for venipuncture.

    Pediatr Emerg Care. 2007 Jun;23(6):380-3.

    Syarif, A., Sunaryo. 2009. Farmakologi dan terapi. Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta :

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.