1.guru hantui thn 2013

5
Mulai Tahun 2013 , Bakal Menjadi Tahun Hantu Bagi Para Guru Oleh : Suaidin Pengawas SMA/SMK Kab.Dompu Anggota Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI Pusat ) TAHUN 2013 agaknya seperti “hantu” bagi para guru. Bagaimana tidak? Pada tahun itulah akan mulai diberlakukan peraturan baru tentang jabatan fungsional dan angka kredit guru yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan & RB) Nomor 16 Tahun 2009. Kalau dihitung dari logika waktu, peraturan menteri itu sebenarnya sudah siap dilaksanakan karena terbit empat tahun lalu, namun ternyata banyak guru yang belum pernah membacanya. Memang bagaimana memahami dan siap melaksanakan jika membaca saja belum? Dalam Permenpan itu disebutkan, agar menjadi profesional maka guru harus melakukan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), antara lain dengan mengembangkan diri, membuat publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Para guru tidak akan bisa naik pangkat kalau tidak melakukan PKB. Lalu mengapa 2013 bakal menjadi “tahun hantu”, ditandai dengan banyaknya guru yang resah karena Permenpan tersebut? Umumnya, mereka tidak biasa mendokumentasikan semua kegiatan pembelajaran, padahal sebenarnya hal itu merupakan bagian dari pengembangan profesinya. Banyak guru yang “malas” menuliskan kegiatan pembelajaran, sehingga karya-karya ilmiah dan publikasi ilmiahnya tidak terdokumentasikan dengan baik. Banyalk guru yang sudah melaksanakan oembelajaran kreatiff, inovatif, dan menyenagkan di kelas, namun tidak sedikit yang tidak bisa menuangkannyan dalan sebuah tulisan ilmiah. Berdasarkan pengalaman saya memberi pelatihan dan pembimbingan teknis tentang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) termasuk didalamnya PTK dan Pengembangn diri bagi guru dan kepsek di Kabupaten Dompu , lebih dari 90 persen guru berpikir dengan logika terbalik. Mereka baru tergerak untuk membuat publikasi ilmiah ketika “merasa butuh naik pangkat”, padahal mestinya publikasi itu disiapkan setiap

Transcript of 1.guru hantui thn 2013

Page 1: 1.guru  hantui thn 2013

Mulai Tahun 2013 , Bakal Menjadi Tahun Hantu Bagi Para Guru

Oleh : Suaidin

Pengawas SMA/SMK Kab.DompuAnggota Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI Pusat )

TAHUN 2013 agaknya seperti “hantu” bagi para guru. Bagaimana tidak? Pada tahun itulah akan mulai diberlakukan peraturan baru tentang jabatan fungsional dan angka kredit guru yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan & RB) Nomor 16 Tahun 2009.

Kalau dihitung dari logika waktu, peraturan menteri itu sebenarnya sudah siap dilaksanakan karena terbit empat tahun lalu, namun ternyata banyak guru yang belum pernah membacanya. Memang bagaimana memahami dan siap melaksanakan jika membaca saja belum?

Dalam Permenpan itu disebutkan, agar menjadi profesional maka guru harus melakukan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), antara lain dengan mengembangkan diri, membuat publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Para guru tidak akan bisa naik pangkat kalau tidak melakukan PKB. Lalu mengapa 2013 bakal menjadi “tahun hantu”, ditandai dengan banyaknya guru yang resah karena Permenpan tersebut?

Umumnya, mereka tidak biasa mendokumentasikan semua kegiatan pembelajaran, padahal sebenarnya hal itu merupakan bagian dari pengembangan profesinya. Banyak guru yang “malas” menuliskan kegiatan pembelajaran, sehingga karya-karya ilmiah dan publikasi ilmiahnya tidak terdokumentasikan dengan baik. Banyalk guru yang sudah melaksanakan oembelajaran kreatiff, inovatif, dan menyenagkan di kelas, namun tidak sedikit yang tidak bisa menuangkannyan dalan sebuah tulisan ilmiah.

Berdasarkan pengalaman saya memberi pelatihan dan pembimbingan teknis tentang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) termasuk didalamnya PTK dan Pengembangn diri bagi guru dan kepsek di Kabupaten Dompu , lebih dari 90 persen guru berpikir dengan logika terbalik. Mereka baru tergerak untuk membuat publikasi ilmiah ketika “merasa butuh naik pangkat”, padahal mestinya publikasi itu disiapkan setiap saat dalam kapasitas mereka sebagai guru profesional. Kemudian hasil publikasi tersebut didokumentasikan, ditulis sebagai karya ilmiah, dan baru diberi penghargaan angka kredit untuk naik pangkat.

Pola pikir “membuat karya ilmiah atau publikasi ilmiah kalau mau naik pangkat” itulah yang rupanya menjadi salah satu penyebab mengapa guru-guru kita belum profesional. Logika terbalik inilah yang membuat banyak guru berhenti di golongan ruang kepangkatan IV-A, karena peraturan lama untuk naik pangkat dari III-A ke atas tidak mensyaratkan guru harus membuat karya ilmiah atau publikasi ilmiah.

Dengan peraturan yang baru, yakni Permenpan & RB Nomor 16 Tahun 2009, untuk kenaikan pangkat mulai III-B ke atas guru harus membuat karya ilmiah dan karya inovatif. Saya khawatir, jangan-jangan ke depan para guru banyak yang berhenti di

Page 2: 1.guru  hantui thn 2013

golongan ruang pangkat III-B karena “malas” membuat karya ilmiah. Kalau itu yang terjadi, maka gagallah tujuan pemerintah untuk mendorong guru menjadi lebih profesional. Selama pola pikir dengan logika terbalik ini belum diluruskan, tentu sulit mencetak guru yang profesional.

Lebih dari 80 persen guru yang saya tanya melalui angket di setiap pelatihan PTK menjawab, “malas menuliskan kegiatan pembelajran yang dilakukan”. Selebihnya menjawab “belum pernah tahu cara membuat karya ilmiah”. Saya mencatat banyak guru yang sudah melakukan berbagai inovasi dalam pembelajaran, entah itu pada metode, media, atau model pembelajaran interaktif lain. Hanya persoalannya, mereka tidak menuliskan langkah-langkah, persiapan, dan pelaksanaannya, sehingga tidak ada dokumentasinya. Padahal jika mau menuliskan, para guru akan mempunyai karya ilmiah yang bagus, dan itu bisa dihargai dengan angka kredit untuk kenaikan pangkat. Ketika merasa “terdesak” untuk naik pangkat, barulah banyak yang “kelabakan” untuk menulis karya ilmiah.

Berdasarkan data yang diperleh penulis ketika melakukan pembinaan maupun supervisi akademik di 36 SMA/SMK Kabupaten Dompu yang tersebar di 8 ( delapan ) wilayah kecamatan pada tahun 2011/2012 diperoleh data sebagai berikut :dari 1.196 guru yang terdiri dari 840 guru SMA, 324 guru SMK serta 32 pengawas sekolah hanya 46 orang yang sudah melaksanakan penlitian tindakan kelas dan tuntas menuliskan laporannya. Dan dari 46 orang itu barru 20 orang yang baru mengususlkan naik pangkat ke IV-b. Dan yang sudah di akui laporan Penelitinnya serta naik pangkat ke IV-b hanya 10 orang diantarnya 6 orang dari pengawas SMA dan 4 orang dari guru SMP/SMA/SMK (Sumber :Data Pengawas Dikpora Kab.Dompu ( 1 Januari 2013)Masalah yang mendasar yang mendorong penulis melakukan penelitian sekaligur membimbing guru dalam PTK ini adalah rendahnya minat dan kemampuan guru melaksanakan PTK. Salah satu yang diduga menjadi penyebab rendahnya minat dan kemapuan guru melaksanakan PTK adalah berawal dari masih rendahnya kemapuan guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang inovatif secara konsisten di kelas serta kurangnya kesempatam mereka mendapatkan pendalaman materi pelatihan pembelajaran berbasis CTL/PAIKEM atau pembelajaran inovatif secara merata untuk semua guru, yang pada akhirnya proses pembelajaran bersifat konvensional, monoton dan terkesan guru hanya “asal menjalankan tugas” saja. Akibatnya akan memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap kulalitas pembelajaran serta prestasi dan hasil belajar siswa .

Memang PTK bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran, namun demikian PTK juga memiliki konstribusi yang cukup di dalam Proses Belajar Mengajar. Karena melalui PTK guru bisa berinovasi dalam Proses Belajar Mengajar di kelas. Melalui kegiatan PTK, guru bisa merencanakan Proses Belajar Mengajar yang lebih baik melalui hasil refleksi dari kegiatan Proses Belajar Mengajr yang telah dilakukan. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan meneliti, khususnya Penelitian Tindakan Kelas.

Rendahnya minat dan kemampuan guru melaksanakan PTK tersebut merupakan tanggung jawab bersama pengelola pendidikan. Pengawas sebagai supervisor turut bertanggung jawab untuk melakukan upaya-upaya peningkatan

Page 3: 1.guru  hantui thn 2013

kinerja guru sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswanya.

Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan penelitian tindakan kelas ini sangat penting untuk dikuasai oleh para pengawas dan guru sebagai praktisi pembelajaran di kelas. Guru sebagai tenaga pendidik memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan bangsa, karena itu berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu, penghargaan, dan kesejahteraannya telah dan akan terus dilakukan dengan harapan agar para guru tersebut mampu bekerja secara professional dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai tenaga pendidik. Dalam hal ini peran pengawas pembina dan pembimbing para guru tentu sangat dibutuhkan. Pengawas tidak hanya berperan sebagai resources person atau konsultan, bahkan secara kolaboratif dapat bersama-sama dengan guru melakukan tindakan kelas bagi peningkatan pembelajaran. “Melalui Pembinaan dengan tema : bagaimana menulis PTK yang praktis ” diharapkan minat dan kemampuan guru dalam melakukan PTK dapat ditingkatkan. Jadi dalam penelitian dilakukan oleh penulis dengan tujuan ingin meningkatkan m ina t dan kemampuan guru dalam menyusun proposal, melakukan penelitian, dan membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan tindakan yang akan dilakukan adalah melalui BIJALOMBING ( Pembinaan Kerja Kelompok Terbimbing) yang dirancang khusus oleh penulis agar guru keluar dari Zona Nyaman menghadapi tahun 2013 yang bakal menghantui pasara guru.

Tak jarang saya juga menemukan berbagai hasil karya ilmiah guru yang dibuat dengan sistem SKS alias “Sistem Kebut Semalam” yang barang tentu hasilnya tidak maksimal. Sebagai fasilitator yang sering meberikan pelatihan penelitian kelas di sekolah maupun di tingkat kabupaten , saya banyak menemukan hasil karya ilmiah guru “hanya copy paste” dari karya ilmiah guru yang lain. Pola-pola demikian ini merebak, karena para guru masih berpikir dengan logika “membuat karya ilmiah kalau mau naik pangkat”.

Apakah pemerintah pusat , maupun daerah tidak melakukan pembinaan, sosialisasi, dan pelatihan secara intensif? Tentu saja sudah, dan saya termasuk yang terlibat dalam upaya itu, mulai tingkat SD saampai SMP/Mts,SMA/MA dan SMK , , dalam rentang waktu dan intensitas yang menurut saya memadai. Namun harus disadari kemampuan guru memang sangat heterogen. juga menjadi kendala.

Lalu apa yang bisa dilakukan oleh guru?. Marilah kita menjadi guru yang haus informasi, selalu tergerak untuk berpikir out of the box. Guru harus mau dan rajin membuka internet, karena berkat kemajuan teknologi akses ini menjangkau ke seluruh pelosok wilayah.

Mengapa harus internet? Karena semua peraturan dan materi tentang pengembangan guru, kepala sekolah, dan pengawas sudah diunggah dalam website yang bisa diunduh kapan saja di mana saja. Termasuk Permenpan & RB Nomor 16 Tahun 2009 yang lengkap dengan petunjuk, cara membuat, dan sistematika masing-masing karya ilmiah untuk guru. Persoalannya hanya tinggal “mau, atau tidak maukah guru keluar dari zona nyaman”?

Page 4: 1.guru  hantui thn 2013