20080801035017Laporan TA

67
TA/TL/2008/0282 TUGAS AKHIR PENGGUNAAN TANAMAN ENCENG GONDOK (Eichornia Crassipes) SEBAGAI PRE-TREATMENT PENGOLAHAN AIR MINUM PADA AIR SELOKAN MATARAM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Teknik Lingkungan Oleh : Nama : Ahmad Muhtar Mukti No. MHS : 01 513 051 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JOGJAKARTA 2008

Transcript of 20080801035017Laporan TA

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 1/67

TA/TL/2008/0282

TUGAS AKHIR

PENGGUNAAN TANAMAN ENCENG GONDOK(Eichornia Crassipes) SEBAGAI PRE-TREATMENT

PENGOLAHAN AIR MINUM

PADA AIR SELOKAN MATARAM

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Teknik Lingkungan

Oleh :

Nama : Ahmad Muhtar Mukti

No. MHS : 01 513 051

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

JOGJAKARTA

2008

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 2/67 

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 3/67

HALAMAN PERSEMBAHAN 

Kupersembahkan karya ini kepada :

Ibu dan Ayahku tercinta 

 yang telah mencurahkan biaya, do’a dan kasih sayangnya 

Kedua kakakku dan adikku tercinta sebagai motivator 

Teman-teman TL 01 yang telah setia menemani dalam suka dan duka 

Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal kebajikan 

 Amin. 

iii

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 4/67

MOTTO

“Bila Allah menolongmu, tidak ada yang dapat mengalahkan kamu, sebaliknya kalau 

  Allah meninggalkan kamu, siapa lagi yang dapat menolongmu selain Dia. Maka 

kepada Allahlah para mukmin harus bertawakal”.

(Q.S. Al Imran : 160) 

“Mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Hal itu sungguh sangat berat 

kecuali bagi mereka yang khusyuk”. (QS Al Baqarah : 45) 

“Pelajarilah tantangan, pertanyaan, hadapi dan selidiki setiap situasi yang 

mengganggumu. Hargailah tiap situasi dengan pikiran bijak. Analisa dengan sebaik- 

baiknya dan kamu lihat bahwa keadaan tidak mempunyai cukup kekuatan untuk 

menyakitimu”.

(Vernon Howard) 

Mencintai seseorang bukanlah apa-apa 

Dicintai seseorang adalah sesuatu 

Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti 

Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya  

iv

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 5/67

KATA PENGANTAR

 Assalamu alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

dengan judul “PENGGUNAAN TANAMAN ENCENG GONDOK ( Eichornia

Crassipes) SEBAGAI  PRE-TREATMENT  PENGOLAHAN AIR MINUM PADA

AIR SELOKAN MATARAM”.

Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh untuk 

menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) di Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tentunya penyusun tidak lepas dari kesalahan-

kesalahan dan kekurangan sehingga penyusun menyadari bahwa tugas akhir ini masih

  jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran

kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Selama menyelesaikan tugas akhir ini, penyusun telah banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penyusun

menyampaikan terima kasih kepada:

1.  Allah SWT.

2.  Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya

3.  Bapak Ir. H. Ruzardi, MS selaku dekan Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Universitas Islam Indonesia.

v

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 6/67

4.  Bapak Lugman Hakim ST, Msi selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.

5.  Bapak Ir.Kasam , MT selaku pembimbing I Tugas Akhir, yang telah bersedia

meluangkan waktu dan membimbing dengan sabar, mendukung serta

mencurahkan pikirannya untuk memberi masukan-masukan kepada penulis.

6.  Bapak Andik Yulianto, ST, MT selaku pembimbing II Tugas Akhir, yang

telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing, mendukung serta

mencurahkan pikirannya untuk memberi masukan-masukan kepada penulis.

7. 

Bapak Eko Siswoyo, ST selaku dosen Jurusan Teknik Lingkungan.

8.  Ibu Any Juliani, ST,M.Sc.(Res.Eng) selaku dosen Jurusan Teknik 

Lingkungan..

9.  Bapak Hudori, ST selaku dosen Jurusan Teknik Lingkungan.

10.  Bapak Tasyono, Amd dan Mas Iwan Amd selaku laboran di laboratorium

kualitas lingkungan Jurusan Teknik Lingkungan.

11.  Ayah dan Ibu tercinta, yang telah memberi do’a, dukungan moril dan materil

yang tak terhingga, serta ketiga saudaraku dan keponakanku yang lucu

”fanani” yang telah memberikan do’a dan dorongan semangat sehingga

penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

12.  Teman-teman angkatan 2001, dari 01513001 sampai 01513107, dari yang

perduli sampai yang ’nggak perduli, dari yang dianggap sampai ’nggak 

menganggap, dari Sabang sampai Meraoke, dari Lombok sampai Jambi atau

dari Aceh yang sampai mana aja, terimakasih buat semuanya.

13.  Teman-teman Teknik Lingkungan dari 1999 sampai 2007.

vi

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 7/67

14.  GREEN HOUSE Community,”Kapan Kita Maen Futsal Lagi”

15.  Teman-teman PRIMADA, semoga ALLAH SAW memberkati kita semua.

16.  Sohib Baik ”Egi, ST., Laila, ST., Bank Nzul, Deni, Pandu, Zul Fiqor, Ajiz

Hasbur dan semua pihak yang mendukung TA saya.

17.  Semua pihak yang telah memberi bantuan yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

Akhirnya penyusun sangat berharap agar tugas akhir ini dapat memberikan manfaat

bagi penyusun sendiri maupun bagi semua pihak yang menggunakan laporan ini.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Jogjakarta, 7 Juli 2008

Penyusun

vii

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 8/67

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................. iii

KATA PENGANTAR............................................................................. v

DAFTAR ISI............................................................................................ viii

DAFTAR TABEL.................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii

INTISARI................................................................................................ xiii

ABSTRACT............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah....................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................4

1.3 Tujuan Perencanaan ........................................................5

1.4 Manfaat Penelitian..... ....................................................5

1.5 Batasan Masalah...............................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Air Baku.................................................. 6

2.2 Air Permukaan .....................................................…....7

2.3 Air Sungai Sebagai Air Bersih...................................... 9

2.3.1 Kuantitas........................................................... 9

2.3.2 Kualitas…………… ........................................11

2.4 Air Minum………………………………..………….. 12

2.4.1 Warna……..………………………………….. 12

2.4.2 Total Suspended Solid (TDS)………………... 14

2.4.3 DO ( Disolved Oxygen)………………...…….. 14

2.5 Tanaman Enceng Gondok ( Eichornia Crassipes)….… 15

2.5.1 Klasifikasi Enceng Gondok………………….. 15

2.5.2 Ciri-ciri Fisiologis Enceng Gondok…….....…. 192.5.3 Manfaat Enceng Gondok.................................. 20

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 9/67

2.5.4 Kerugian Enceng Gondok................................. 21

2.5.5 Penyerapan Oleh Enceng Gondok.................... 21

2.6 Hipotesis........................................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Metode Penelitian.......……………..….. 24

3.2 Lokasi Penelitian........................................................... 25

3.3 Waktu Penelitian........................................................... 25

3.4 Parameter Penelitian...................................................... 25

3.5 Langkah Penelitian........................................................ 25

3.6 Variabel Penelitian........................................................ 273.7 Analisa warna dan TDS…………….................……... 28

3.8 Analisa Tanaman........................................................... 28

3.10  Metode Analisa Data..................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian .........................................29

4.2 Warna............................................................................ 29

4.2.1 Hasil Pengujian Warna.................................... 30

4.2.2 Pembahasan Warna…………………………. 38

4.3 Parameter TDS (Total Dissolved Solid)....................... 43

4.3.1 Hasil Pengujian TDS ……………………..... 40

4.3.2 Pambahasan TDS…………………………… 48

4.4 Analisa Tanaman Enceng Gondok............................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.................................................................... 51

5.2 Saran............................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LAMPIRAN I Hasil Analisa Laboratorium

LAMPIRAN II Metode Penujian Warna Dan TDS

LAMPIRAN III Uji Statistik 

LAMPIRAN IV PP/82/2001 dan MENKES/PER/IX/1990

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 10/67

LAMPIRAN V Dimensi Gambar Reaktor

LAMPIRAN VI Gambar Alat Penelitian

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 11/67

 

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Analisa Warna Dan TDS ( Total Dilssolved Solid ).............. 28

Tabel 4.1 Hasil pengujian warna td 2 jam variasi tutupan tanaman

0%, 50%, dan 100%............................................................... 30

Tabel 4.2 Hasil pengujian warna td 4 jam variasi tutupan tanaman

0%, 50% dan 100%................................................................ 34

Tabel 4.3 Hasil pengujian TDS td 2 jam variasi tutupan tanaman

0%, 50% dan 100%................................................................ 40Tabel 4.4 Hasil pengujian TDS td 4 jam variasi tutupan tanaman

0%, 50%,dan 100%................................................................ 44

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 12/67

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Enceng Gondok....................................................... 16

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian.......................................................... 24

Gambar 3.2 Reaktor Continyu.................................................................... 26

Gambar 4.1 Penurunan Warna Untuk Konsentrasi 0% Pada Td 2 Jam...... 31

Gambar 4.2 Penurunan Warna Untuk Konsentrasi 50% Pada Td 2 Jam.... 32

Gambar 4.3 Penurunan Warna Untuk Konsentrasi 100% Pada Td 2 Jam. 33

Gambar 4.4 Penurunan Warna Untuk Konsentrasi 0% Pada Td 4 Jam...... 35

Gambar 4.5 Penurunan Warna Untuk Konsentrasi 50% Pada Td 4 jam.... 36Gambar 4.6 Penurunan Warna Untuk Konsentrasi 100 %Pada Td 4 Jam.. 37

Gambar 4.7 Penurunan TDS Untuk Konsentrasi 0% Pada Td 2 Jam......... 41

Gambar 4.8 Penurunan TDS Untuk Konsentrasi 50% Pada Td 2 Jam....... 42

Gambar 4.9 Penurunan TDS Untuk Konsentrasi 100% Pada Td 2 Jam..... 43

Gambar 4.10 Penurunan TDS Untuk Konsentrasi 0% Pada Td 4 Jam....... 45

Gambar 4.11 Penurunan TDS Untuk Konsentrasi 50% Pada Td 4 Jam..... 46

Gambar 4.12 Penurunan TDS Untuk Konsentrasi 100% Pada Td 4 Jam... 47

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 13/67

PENGGUNAAN TANAMAN ENCENG GONDOK (Eichornia Crassipes) 

SEBAGAI PRE TREATMENT PENGOLAHAN AIR MINUM

PADA AIR SELOKAN MATARAM

Kasam1)

, Andik Yulianto), Ahmad Muhtar Mukti

3)

Intisari

Air sungai merupakan air permukaan yang mempunyai sifat yang sangat

ditentukan oleh komponen penyusunnya. Adapun parameter pencemaran air

sungai seperti TDS, warna dan lain-lain. Salah satu alternatif pengolahan sebagai

pengolahan awal (pre-treatment) sebelum masuk pengolahan selanjutnya.

Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan tanaman enceng gondok. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kemampuan penggunaan

Tanaman Enceng Gondok dalam menurunkan kadar Warna dan TDS pada air

Selokan Mataram dengan variasi tutupan tanaman 0% (tanpa tanaman), 50%, dan

100% dengan waktu 2 jam dan 4 jam serta luas tutupan permukaan reaktor.

Penelitian ini menggunakan reaktor yang terbuat dari kayu yang dilapisi

plastik dengan ukuran 0,5 m x 1,0 m dan memanfaatkan tanaman enceng gondok 

(Eichornia Crassipes) sebagai media untuk menurunkan warna dan TDS.

Sehingga pada akhir penelitian ini dapat diketahui besarnya kemampuan

penggunaan Tanaman Enceng Gondok dalam menurunkan kadar warna dan TDS

pada air Selokan Mataram dengan variasi tutupan tanaman 0% (tanpa tanaman),

50%, dan 100% dengan waktu 2 jam dan 4 jam serta luas tutupan permukaanreaktor. Analisis laboratorium menggunakan Spektrofotometri, yaitu untuk 

menguji warna dengan metode pada SK SNI M-03-1989-F. Dan untuk analisis

TDS menggunakan Gravimetri dengan metode pada SK SNI 06-6989.3-2004.

Berdasarkan hasil pengujian pada tiap jam telah mengalami perubahan

sehingga tanaman enceng gondok mampu menurunkan Kadar TDS maka hasil

yang didapat dalam penelitian ini diketahui bahwa tanaman enceng gondok dapat

menurunkan TDS dengan efisiensi sebesar 15,63% dan untuk Warna efisiensinya

sebesar 23,48 %.

Kata kunci : Air Permukaan, Reaktor Kayu, Tanaman Enceng Gondok, Warna,

TDS. 

1 Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan2 Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan3 Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 14/67

THE USING OF EICHORNIA CRASSIPES

 AS A PRE TREATMENT OF DRINKING WATER

 AT WATER SELOKAN MATARAM 

Kasam1)

, Andik Yulianto), Ahmad Muhtar Mukti

3

 

 Abstract

  Irrigate the river represent the surface water having the nature of very

determined by its compiler component. As for contamination parameter irrigate

the river of like TDS, Colour and others. One of the processing alternative as

  processing of early pre-treatment of before entering processing hereinafter.

 Research done/conducted by exploiting thyroid crop . Target of this research is toknow the level of ability of Thyroid Crop usage in degrading rate of Colour and 

TDS of at water of Selokan Mataram with the variation of cover by crop 0%

(without crop), 50%, and 100% with the time 2 hour and 4 hour and also wide

cover of reactor surface.

This research use the made reactor from wood arranged in layers by the

  plastic of the size 0,5 m x 1,0 m and exploit the thyroid crop ( Eichornia

Crassipes) as media to degrade the Colour and TDS. So that by the end of this

research is knowable to level of ability of Thyroid Crop usage in degrading rate

of Colour and TDS of at water of Selokan Mataram with the variation of cover by

crop 0% ( without crop), 50%, and 100% with the time 2 hour and 4 hour and 

also wide cover of reactor surface. Analyse the laboratory use theSpektrofotometri, that is to test the colour with the method of at SK SNI M-03-

1989-F. And to analyse the TDS use the Gravimetri with the method of at SK SNI 

06-6989.3-2004. 

Pursuant to examination result of at every hour have experienced of the

change so that thyroid crop can degrade the Rate TDS of hence result got in this

research is known by that thyroid crop can degrade the TDS with the efficiency of 

equal to15,63% and for the Colour of its efficiency equal to 23,48 %. 

Key word : Irrigate The Surface, Wood Reactor, Thyroid Crop (Eichornia

Crassipes), Colour, TDS

1 Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan2 Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan3 Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 15/67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang

mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya

dan memelihara kesehatannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa air tidak dapat

dipisahkan dengan kehidupan, tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan.

Perkembangan ilmu pengetahuan telah membuktikan bagaimana pentingnya air

dalam berbagai fenomena. Namun sumber daya air ada batasnya dan apabila

pengelolaannya keliru dapat menimbulkan suatu kerusakan /kehancuran (bencana

akibat banjir dan sebagainya). Oleh sebab itu pengembangan dan pengelolaan

sumber daya air secara nasional merupakan suatu keharusan.

Sumber air dapat digolongkan menjadi dua yaitu: air permukaan misalnya

air danau, sungai, bendungan, air hujan, dan air dalam tanah seperti sumur dan

artesis. Dipandang dari kandungan bakteri organik, jumlah mikrobia dan

kandungan mineralnya, air yang berasal dari daerah permukaan dan dalam tanah

dapat berbeda.

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat

dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan

industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatf terhadap sumber daya air,

antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan

gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung

pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan

sumber daya air secara seksama.

Melalui penyediaan air minum yang diatur baik dari segi kualisnya di

suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular diharapkan dapat ditekan

seminimal mungkin, supaya air yang masuk ke dalam tubuh manusia baik berupa

- 1 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 16/67

makanan maupun minuman tidak merupakan pembawa bibit penyakit, maka

pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi ataupun distribusi

mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara korotan sebagai

sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan (Sutrisno dan Suciastuti,

1987).

Pengolahan adalah usaha-usaha teknik yang dilakukan untuk merubah

sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting sekali dalam air minum karena adanya

pengolahan ini, maka akan didapatkan air minum yang memenuhi standar kualitas

air minum yang telah ditentukan (Anonim, 1984).

Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air

permukaan seperti sungai, danau, kolam dan sebagainya. Air sungai sebagai salah

satu sumber air baku secara kuantitatif relatif lebih besar bila dibandingkan

dengan sumber air baku lain.

Partikel-partikel koloid mempengaruhi tingkat kekeruhan yang terjadi

pada air sungai, dapat disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.

Komposisi kimia yang terkandung dalam air permukaan sangat tergantung

daerah yang dilaluinya. Umumnya air permukaan akan memiliki kekeruhan

yang cukup tinggi ditandai dengan tingginya konsentrasi suspended solids.

Selain itu juga terdapat beberapa material organik dan plankton yang dapat

mempengaruhi kualitas air. Air permukaan juga mempunyai fluktuasi harian,

baik temperatur maupun kandungan kimia lain seperti oksigen, besi, mangan

maupun jenis logam lainnya. Tiap elemen tersebut memiliki variasi yang

berbeda-beda sepanjang tahun.

Hadirnya material berupa koioid menyebabkan air menjadi tampak keruh

yang secara estetika kurang menarik dan mungkin bisa berbahaya bagi

kesehatan. Kekeruhan juga dapat disebabkan oleh partikel-partikel tanah liat,

lempung maupun lanau.

Agar air minum yang dikosumsi oleh masyarakat tidak menimbulkan

gangguan kesehatan perlu menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air

- 2 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 17/67

minum,sebagaiman telah disebutkan dalam Keputusan Mentri Kesehatan RI

Nomor 907/MENKES/SK/2002 tentang Syarat–Syarat Dan Pengawasan

Kualitas Air Minum. Pada prinsipnya pengolahab air hanya diperlukan bagi

sumber air baku yang kurang memenuhi syarat air minum.

Tanggung jawab para ahli teknik dimulai dengan pengembangan sumber

daya air untuk memenuhi penyediaan air yang cukup dengan kualitas yang baik,

yaitu air harus bebas dari :

-  Material tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan

-  Warna yang berlabihan, rasa dan bau

-  Material terlarut yang tidak dikehendaki

-  Zat – zat yang bersifat agresif 

-  Dan bakteri indikator pencemaran kotoran

Untuk penyediaan air bersih, air tersebut harus secara nyata memenuhi

kebutuhan orang, yaitu dapat langsung diminum (potable), juga harus berasa enak 

dan secara fisis menarik.

Jumlah penduduk yang semakin meningkat serta pertumbuhan ekonomi

yang terus dipacu, permintaan akan sumberdaya air baik kualitas maupun

kuantitasnya semakin meningkat melebihi ketersediaannya. Hal ini ditunjang lagi

oleh adanya isu kritis yang menyatakan bahwa ketersediaan air bersih untuk 

kebutuhan bagi umumnya penduduk yang tinggal di perkotaan baik dari segi

kualitas maupun kuantitasnya, semakin sulit diperoleh ( Anonim, 1993 )

Pada pemelitian ini, sampel air baku yang digunakan adalah sample air

yang diambil dari air selokan Mataram, Yogyakarta. Tingginya kadar kekeruhan

pada air Selokan Mataram melatar belakangi digunakan air tersebut sebagai

sample air yang perlu pengolahan untuk memperbaiki kualitasnya terutama kadar

kekeruhan.

Selokan Mataram ini berupa sungai kecil yang dibuat oleh Sri Sultan

Hamangkubuono IX pada jaman pendudukan jepang. Air dari Selokan Mataram

diambil dari sungai Progo dan mengalir sepanjang 60 Km menuju sungai Opak 

- 3 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 18/67

banyaknya wilayang yang dilewati Selokan Mataram sehingga hamparan sawah

dikawasan yang dilewati selokan mataram kelihatan subur. Inilah fungsi ekonomi

dan kultur Selokan Mataram, sebagai irigasi yang menghidupi lahan pertanian di

Jogjakarta, khususnya wilayah Kabupaten Sleman.

Secara politik, pda waktu itu, Selokan Mataram mempunyai makna Lain.

Karena Selokan Mataram dibangun dalam upaya untuk menolak kerja paksa yang

dilakukan oleh penjajah Jepang. Upaya untuk menolak itu sultan mengerahkan

rakyatnya untuk membuat Selokan Mataram, dan ini menguntungkan rakyat.

Melihat Selokan Mataram sekarang dengan Selokan Mataram yang dulu

tentu banyak yang berbeda, setidaknya dari segi kebersihan wilayah sekitar,

namun dari limbah,boleh jadi Mataram lebih kotor dibandingkan yang dulu,

karena sekarang disekitar selokan telah berdiri banyak pemukiman dan mereka

terbiasa membuang berbagai limbah keselokan, disamping itu juga kepadatan

penduduk yang terus meningkat secara nyata menyebabkan pencemaran air

permukaan yang disebabkan oleh buangan limbah domestik maupun limbah non

domestik yang masuk kebadan air. Salah satu alternatif pengolahan yang sangat

sederhana yang dapat diterapkan adalah melewatkan air permukaan tersebut

kedaerah yang terdapat tanaman Enceng Gondok.

Sebagai salah satu alternatif pengolahan yang sederhana yang dapat

diterapkan untuk menurunkan konsentrasi pencemar dengan parameter Warna dan

TDS. Zat padat terlarut (TDS) adalah dengan memanfaatkan Enceng Gondok 

dimana salah satu variabel yang mempengaruhi dalam proses penurunan tersebut

waktu detensi, kedalaman media dan kecepatan tertentu.

1.2  Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada Tugas Akhir ini adalah :

Dengan memanfaatkan Tanaman Enceng Gondok dapat menurunkan

kadar warna, dan TDS pada air Selokan Mataram sebagai pengolahan awal ( pre-

  - 4 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 19/67

treatment ) sebelum di olah terlebih dahulu. Dan efisiensi penurunan konsentrasi

untuk kadar warna, dan TDS yang terjadi di dalam reaktor.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kemampuan

penggunaan Tanaman Enceng Gondok dalam menurunkan kadar warna dan TDS

pada air Selokan Mataram dengan variasi tanaman 0% (tampa tanaman), 50%,

dan 100% dengan waktu 2 jam dan 4 jam serta luas tutupan permukaan reaktor.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam tugas akhir ini :

1.  Sebagai alternatif untuk pengolahan awal ( pre-treatment ) sebelum

masuk pengolahan selanjutnya dengan menggunakan tanaman enceng

gondok.

2.  Mengetahui efisiensi penurunan kadar warna, dan TDS oleh Tanaman

Enceng Gondok terhadap air Selokan Mataram.

3.  Diperolehnya sistem pengolahan pendahuluan untuk air minum yang

sederhana, mudah, murah serta mempunyai efisiensi yang tinggi.

1.5 Batasan Penelitian

Terdapat beberapa batasan masalah dalam pelaksanaan tugas akhir ini

yaitu :

1.  Tanaman yang digunakan adalah Tanaman Enceng Gondok.

2.  Tanaman Enceng Gondok yang digunakan tidak dipengaruhi oleh

banyaknya jumlah, umur, panjang, dan lebar daun tanaman.

3.  Penelitian ini terbatas untuk mengetahui efisiensi penurunan kadar

warna, dan TDS. 

4.  Sumber air berasal dari air permukaan Selokan Mataram.

- 5 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 20/67

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Karakteristik Air Baku

Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus memenuhi

standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum selalu memeriksa kualitas

air bersih sebelum didistribusikan kepada pelanggan sebagai air minum. Air

minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa.

Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala

makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia

yang dapat merubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat

merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan

endapan pada seluruh jaringan distribusinya.

Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus

memenuhi standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek 

umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatu

baku mutu air tertentu (standar kualitas air). Untuk memperoleh gambaran yang

nyata tentang karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifat-sifat

air atau biasa disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi-

formulasi yang dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukan

penilaian yang kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air

(Slamet, 1994).

Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-

sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratankualitas air tersebut. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001

Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut

kegunaannya digolongkan menjadi :

- 6 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 21/67

• Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut.

• Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air untuk 

mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

• Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut.

• Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu

air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Untuk dapat memahami akibat yang dapat terjadi apabila air minum tidak 

memenuhi standar, berikut pembahasan karakteristik beserta parameter kualitas

air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No416/MENKES/PER/IX/1990.

a.  Jumlah zat padat tersuspensi TSS (Total Suspended Solid) 

Materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih kecil

dari pada molekul / ion yang terlarut. Materi tersuspensi ini dapat digolongkan

menjadi dua, yakni zat padat dan koloid. Zat padat tersuspensi dapat mengendap

apabila keadaan air cukup tenang, ataupun mengapung apabila sangat ringan;

materi inipun dapat disaring. Koloid sebaliknya sulit mengendap dan tidak dapat

disaring dengan (filter) air biasa.

Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas air

karena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk 

kedalam air. Oleh karenanya, manfaat air dapat berkurang, dan organisme yang

- 7 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 22/67

butuh cahaya akan mati. Setiap kematian organisme akan menyebabkan

terganggunya ekosistem akuatik. Apabila jumlah materi tersuspensi ini banyak 

dan kemudian mengendap, maka pembentukan lumpur dapat sangat mengangu

dalam saluran, pendangkalan cepat terjadi, sehingga diperlukan pengerukan

lumpur yang lebih sering. Apabila zat-zat ini sampai dimuara sungai dan bereaksi

dengan air yang asin, maka baik koloid maupun zat terlarut dapat mengendap di

muara muara dan proses inilah yang menyebabkan terbentuknya delta. Dapat

dimengerti, bahwa pengaruhnya terhadap kesehatan pun menjadi tidak langsung.

b.  Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi, baik 

yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal

dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari

lapukan lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga menyebabkan

sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga

mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat tersuspensi,

sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula

dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan

menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba

terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan,

bila mikroba itu patogen.

2.2  Air Permukaan

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water)

dan air tanah (ground water ). Air permukaan adalah air yang berada di sungai,

danau, waduk, rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami ilfiltrasi kebawah

tanah. Areal tanah yang mengalirkan air kesuatu badan air disebut watershed atau

drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut

limpasan permukaan (surface run off ), dan air yang mengalir di sungai menuju

laut disebut aliran air sungai (river run off ). Sekitar 69% air yang masuk ke sungai

- 8 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 23/67

berasal dari hujan, pencairan es / salju (terutama untuk wilayah Ugahari), dan

sisanya berasal dari air tanah. Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang

menjadi tangkapan air disebut catchment basin.

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar-

kadar bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya

bersifat asam, dengan nilai pH 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-

gas yang terdapat di atsmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), sulphur (S)

dan nitrogen oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah (Novotny dan

Olem, 1994). Setelah jatuh kepermukaan bumi, air hujan mengalami kontak 

dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam

tanah.(Effendi, 2003).

2.3  Air Sungai Sebagai Sumber Air Bersih

2.3.1  Kuantitas

Permukaan planet bumi sebagian besar terdiri dari perairan, Dari 40

  juta mil kubik air yang berada di permukaan bumi dan ada di dalam tanah

tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil kubik) yang secara langsung dapat

digunakan untuk kepentingan manusia. Karena dari jumlah 40 juta mil kubik 

97% terdiri dari air laut dan jenis air lain yang berkadar garam tinggi, 2,5%

berbentuk es dan salju abadi yang dalam keadaan cair baru dapat dipakai

manusia dan mahluk lain (Ersin Seyhan, 1977).

Akibat panas sinar matahari pada permukaan bumi, permukaan air laut

dan air yang ada pada mahluk hidup menguap munjadi awan yang apabila

terkena dingin akan mengalami kondensasi, yang akan turun menjadi hujan.

Air hujan akan meresap kedalam tanah dan mengalir di permukaan tanah

menuju ke badan-badan air sehingga air di badan air akan bertambah banyak.

Dari rantai perputaran air tersebut, dapat dibedakan atas tiga sumber yaitu :

1. Air angkasa meliputi air hujan dan salju,

2. Air tanah meliputi mata air,sumur dangkal, sumur dalam dan artesis.

- 9 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 24/67

3. Air permukaan meliputi sungai, rawa-rawa dan danau.

Air sungai sangat terpengaruh oleh musim, dimana debit air sungai

pada musim hujan relatif lebih banyak dibanding dengan pada musim

kemarau. Kuantitas air sungai dipengaruhi oleh :

- Debit sumber air sungai (air hujan, air dari mata air dan sebagainya)

- Sifat dan luas area.

- Keadaan tanah.

Air permukaan adalah air yang ada di permukaan tanah, baik 

keberadaannya bersifat sementara dan mengalir ataupun stabil. Air permukaan

bila langsung digunakan untuk kebutuhan sehari-hari perlu diperhatikan

apakah air tersebut sudah tercemar atau belum. Indikator atau tanda bahwa air

permukaan sudah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat

diamati melalui :

l. Adanya perubahan warna, bau dan rasa dalam air.

2. Adanya perubahan suhu air.

3. Adanya perubahan pH dan konsentrasi ion hidrogen.

4. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut.

5. Adanya mikroorganisme.

6. Meningkatnya radioaktifitas dalam air

Agar air permukaan dapat digunakan sebagai sumber air bersih perlu

dilakukan pengolahan air untuk perbaikan kualitas fisika air bersih dapat

dilakukan misalnya dengan penyaringan (filtrasi).

Pada umumnya air sungai mengandung zat organik maupun anorganik,

yang terkandung dalam air sungai tergantung kadar pencemaran pada air

sungai tersebut dan jenis tanah yang dilalui oleh air sungai tersebut.

Sungai pada umumnya akan membawa zat-zat padat yang berasal dari

erosi, penghancuran zata-zat organik, garam-garam mineral sesuai dengan jenis

tanah yang dilalui. Dan pada sungai-sungai yang melalui daerah-daerah

pemukiman yang padat akan mengalami pencemaran akibat buangan rumah

- 10 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 25/67

tangga yang dapat mengakibatkan perubahan warna, peningkatan kekeruhan, rasa,

bau dan lain-lain.

2.3.2  Kualitas

Air permukaan adalah air yang ada di permukaan tanah, baik 

keberadaannya bersifat sementara dan mengalir ataupun stabil. Air permukaan

bila langsung digunakan untuk kebutuhan sehari-hari perlu diperhatikan

apakah air tersebut sudah tercemar atau belum. Indikator atau tanda bahwa air

permukaan sudah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat

diamati melalui :

l. Adanya perubahan warna, bau dan rasa dalam air.

2. Adanya perubahan suhu air.

3. Adanya perubahan pH dan konsentrasi ion hidrogen.

4. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut.

5. Adanya mikroorganisme.

6. Meningkatnya radioaktifitas dalam air

Agar air permukaan dapat digunakan sebagai sumber air bersih perlu

dilakukan pengolahan air untuk perbaikan kualitas fisika air bersih dapat

dilakukan misalnya dengan penyaringan (filtrasi).

Pada umumnya air sungai mengandung zat organik maupun anorganik,

yang terkandung dalam air sungai tergantung kadar pencemaran pada air

sungai tersebut dan jenis tanah yang dilalui oleh air sungai tersebut.

Sungai pada umumnya akan membawa zat-zat padat yang berasal dari

erosi, penghancuran zata-zat organik, garam-garam mineral sesuai dengan jenis

tanah yang dilalui. Dan pada sungai-sungai yang melalui daerah-daerah

pemukiman yang padat akan mengalami pencemaran akibat buangan rumah

tangga yang dapat mengakibatkan perubahan warna, peningkatan kekeruhan, rasa,

bau dan lain-lain.

- 11 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 26/67

2.4  Air Minum

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia

dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga

merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat

mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Air berperan

sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media

reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolimer , dan sebagainya.

Air dapat dikonsumsi sebagai air minum apabila air tersebut bebas dari

mikroorganisme yang bersifat patogen dan telah memenuhi syarat-syarat

kesehatan. Untuk masyarakat awam persediaan air minum, mereka mengambil

dari sumber air sebelum dikonsumsi air tersebut harus direbus dahulu. Merebus

air sampai mendidih bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang mungkin

terkandung dalam air tersebut. Sedangkan air minum yang tersedia di pasaran luas

berupa air mineral yang berasal dari sumber air pegunungan dan telah mengalami

proses destilasi atau penyulingan di industri dalam skala besar. Penyulingan ini

  juga bermaksud untuk menghilangkan mineral-mineral yang terkandung baik 

berupa mikroorganisme maupun berupa logam berat.

2.4.1  Warna

Warna akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, disamping

adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat.

Warna air permukaan menunjukkan kualitasnya, yang dimaksud zat warna adalah

senyawa yang dapat dipergunakan dalam bentuk larutan sehingga penampangnya

berwarna. Warna perairan dapat dibedakan menjadi dua yaitu warna

sesungguhnya (true color ) dan warna tampak (apparent color ). Warna yang

disebabkan oleh warna organik yang mudah larut dan beberapa ion logam ini

disebut warna sesungguhnya, jika air tersebut mengandung kekeruhan atau danya

bahan tersuspensi dan juga oleh penyebab warna sesungguhnya maka warna

tersebut dikatakan warna tampak (Benny Chatib, 1990). Dan juga karena adanya

- 12 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 27/67

bahan-bahan yang tersuspensi yang termasuk bersifat koloid (Tchobanoglous,

1985).

Zat warna adalah suatu senyawa yang komplek yang dapat dipertahankan

didalam jaringan molekul-molekul. Zat warna merupakan gabungan dari zat

organik yang tidak jauh, sehingga zat warna harus terdiri dari chromogen sebagai

pembawa warna dan Auksokrom sebagai pengikat antara warna dengan serat.

Chromogen adalah senyawa aromatik yang berisi chromopore yaitu zat pemberi

warna yang berasal dari radikal kimia seperti kelompok azo (N=N). Agar warna

dapat masuk dengan baik kedalam bahan yang akan diberi warna maka diperlukan

bahan dari auxochrome yaitu radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan,

misalnya kelompok pembentuk garam –NH2 atau OH (Wardana, 1994).

Kecerahan dipengaruhi oleh warna air, semakin dalam peneterasi sinar

matahari dapat menembus lapisan air, semakin produktif pula perairan tersebut.

Hal ini seiring dengan banyaknya fitoplankton diperairan tersebut. Kekeruhan

ialah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan didalam

air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan sangat

berhubungan erat dengan warna perairan, sedangkan konsentrasinya sangat

mempengaruhi kecerahan dengan cara membatasi trnsmisi sinar matahari

kedalamnya (Swingle, 1968).

Warna yang timbul pada perairan disebabkan oleh buangan industri dihulu

sungai atau dapat juga derasal dari bahan pelapukan tumbuhan oleh bakteri.

Santanniello (1971) menyatakan bahwa industri-industri yang mengeluarkan

warna adalah industri kertas dan pulp, tekstil, petrokimia dan kimia, air yang

digunakan oleh masyarakat umum diijinkan dengan kriteria bahwa air tersebut

mengandung tidak lebih dari 75 unit warna (Standar kobal-platinum), sedangkan

yang disarankan tidak lebih dari 10 warna. Hal ini penting mengingat zat-zat

warna banyak mengandung logam-logam berat yang bersifat toksik.

Disamping bersifat toksis, fotosintesis juga terhambat di perairan yang

mengandung 50 warna.

- 13 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 28/67

2.4.2  TDS ( Total Dissolved Suspended )

TDS adalah ukuran jumlah materi yang terlarut dalam air. TDS ini

menggunakan satuan mg/L dengan nilai-nilai air bersih yang pada dasarnya

berkisar dari 1-1000 mg/L. Garam-garam terlarut seperti sodium, klorida,

magnesium dan sulfat memberi kontribusi pada TDS. Konsentrasi yang tinggi

dari TDS membatasi kesesuaian air sebagai sumber air minum dan suplay irigasi.

Selain itu, konsentrasi TDS yang tinggi dalam air dapat mempengaruhi

kejernihan, warna dan rasa. TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam organik 

dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula.

Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada

spesies kimia penyebab masalah tersebut.

2.4.3  DO ( Disolved Oxygen)

Ujicoba oksigen terlarut sangat penting untuk menjamin keadaan aerobik 

perairan. Dalam pengendalian pencemaran air, ikan, tumbuhan dan binatang lain

perlu berkembang biak. Hal ini perlu pemeliharaan oksigen terlarut yang dapat

menunjang tata kehidupan di dalam air dengan keadaan yang sehat.

Oksigen terlarut adalah oksigen yang terdapat di dalam air (dalam bentuk 

molekul oksigen, bukan dalam bentuk molekul hydrogen oksida) dan biasanya

dinyatakan dalam mg/l (ppm). Adanya oksigen bebas ini sangat diperlukan oleh

berbagai biota air (misalnya ikan hanya dapat hidup di air yang mempunyai

kandungan oksigen bebas lebih besar 3 ppm). Oksigen bebas dalam air dapat

berkurang bila dalam air terdapat kotoran atau limbah organik yang degradable.

Dalam air kotor selalu terdapat bakteri (bakteri aerob dan anaerob).

Bakteri aerob adalah bakteri yang memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya

sedangkan bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak memerlukan oksigen bebas

dalam hidupnya. Bakteri aerob dan anaerob akan menguraikan zat organik dalam

air menjadi persenyawaan yang sederhana. Selama ini air mengandung oksigen

bebas cukup banyak, maka yang bekerja atau tumbuh berkembang adalah bakteri

- 14 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 29/67

aerob. Bakteri aerob akan merubah persenyawaan organik menjadi bentuk 

persenyawaan yang tidak berbahaya (yang dikehendaki manusia). Misalnya

nitrogen dirubah menjadi persenyawaan nitrat, belerang dirubah menjadi

persenyawaan sulfat, bila oksigen bebas dalam air itu habis atau sangat kurang,

maka yang bekerja atau tumbuh dan berkembang adalah bakteri anaerob. Bakteri

anaerob merubah persenyawaan organik menjadi bentuk persenyawaan sederhana

(tidak dikehendaki manusia). Misalnya nitrogen dirubah menjadi amoniak,

belerang dirubah menjadi hydrogen sulfide, yang keduanya berbentuk gas dan bau.

Oksigen larut dalam air dan tidak bereaksi dengan air secara kimiawi.

Pada tekanan tertentu, kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu. Faktor

lain yang mempengaruhi kelrutan oksigen olakan air dan luas permukaan air yang

terbuka bagi atmosfer (Mahida, 1984).

2.5  Tanaman Eceng Gondok ( Eichornia crassipes)

2.5.1 Klasifikasi Eceng Gondok

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi :  Angiospermae

Kelas :  Monocotyledoneae

Suku : Pontederiaceae

Marga :  Eichhornia

Jenis :   Eichornia crassipes Solms

- 15 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 30/67

 

Gambar Rudi, h. 2003. Enceng Gondok : Budi Daya Eceng Gondok di Indonesia

www.Google.com.(22/04/2007)

Orang lebih banyak mengenal tanaman ini tumbuhan pengganggu (gulma)

diperairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke

Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata

dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau Jawa. Dalam

perkembangannya, tanaman keluarga Pontederiaceae ini justru mendatangkan

manfaat lain, yaitu sebagai biofilter cemaran logam berat, sebagai bahan

kerajinan, dan campuran pakan ternak.

Eceng gondok hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam tetapi

berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8

meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan

pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan

daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk 

bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam.

Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar

serabut.

Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air dan

berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Kemampuan tanaman inilah

yang banyak di gunakan untuk mengolah air buangan, karena dengan aktivitas

tanaman ini mampu mengolah air buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang

- 16 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 31/67

tinggi. Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara

biokimiawi (berlangsung agak lambat) dan mampu menyerap logam-logam berat

seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik, kemampuan menyerap logam

persatuan berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur

tua (Widianto dan Suselo, 1977).

Adapun bagian-bagian tanaman yang berperan dalam penguraian air

limbah adalah sebagai berikut :

a)  Akar

Bagian akar eceng gondok ditumbuhi dengan bulu-bulu akar yang

berserabut, berfungsi sebagai pegangan atau jangkar tanaman. Sebagian besar

peranan akar untuk menyerap zat-zat yang diperlukan tanaman dari dalam air.

Pada ujung akar terdapat kantung akar yang mana di bawah sinar matahari

kantung akar ini berwarna merah, susunan akarnya dapat mengumpulkan lumpur

atau partikel-partikal yang terlarut dalam air (Ardiwinata, 1950).

b)  Daun

Daun eceng gondok tergolong dalam makrofita yang terletak di atas permukaan

air, yang di dalamnya terdapat lapisan rongga udara dan berfungsi sebagai alat

pengapung tanaman. Zat hijau daun (klorofil) eceng gondok terdapat dalam sel

epidemis. Dipermukaan atas daun dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu

daun. Rongga udara yang terdapat dalam akar, batang, dan daun selain sebagai

alat penampungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan O2 dari proses

fotosintesis.

Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi tumbuhan dimalam

hari dengan menghasilkan CO2 yang akan terlepas kedalam air (Pandey, 1980).

c)  Tangkai

Tangkai eceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya

penuh dengan udara yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di permukaan

air. Lapisan terluar petiole adalah lapisan epidermis, kemudian dibagian

bawahnya terdapat jaringan tipis sklerenkim dengan bentuk sel yang tebal disebut

- 17 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 32/67

lapisan parenkim, kemudian didalam jaringan ini terdapat jaringan pengangkut

(  xylem dan floem). Rongga-rongga udara dibatasi oleh dinding penyekat berupa

selaput tipis berwarna putih (Pandey, 1950).

d)  Bunga

Eceng gondok berbunga bertangkai dengan warna mahkota lembayung muda.

Berbunga majemuk dengan jumlah 6 - 35 berbentuk karangan bunga bulir dengan

putik tunggal.

Eceng gondok juga memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut, eceng gondok 

merupakan tumbuhan perennial yang hidup dalam perairan terbuka, yang

mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila air dangkal.

Perkembangbiakan eceng gondok terjadi secara vegetatif maupun secara

generatif, perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari

ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru.

Setiap 10 tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000

tanaman baru dalam waktu 8 bulan,  hal inilah membuat eceng gondok banyak 

dimanfaatkan guna untuk pengolahan air limbah. Eceng gondok dapat mencapai

ketinggian antara 40 - 80 cm dengan daun yang licin dan panjangnya 7 - 25 cm.

Faktor lingkungan yang menjadi syarat untuk pertumbuhan eceng

gondok adalah sebagai berikut :

1.  Cahaya matahari, PH dan Suhu

Pertumbuhan eceng gondok sangat memerlukan cahaya matahari yang

cukup, dengan suhu optimum antara 25oC-30

oC, hal ini dapat dipenuhi dengan

baik di daerah beriklim tropis. Di samping itu untuk pertumbuhan yang lebih baik,

eceng gondok lebih cocok terhadap pH 7,0 - 7,5, jika pH lebih atau kurang maka

pertumbuhan akan terlambat (Dhahiyat, 1974).

2.  Ketersediaan Nutrien Derajat keasaman (pH) air

Pada umumnya jenis tanaman gulma air tahan terhadap kandungan unsur

hara yang tinggi. Sedangkan unsur N dan P sering kali merupakan faktor

pembatas. Kandungan N dan P kebanyakan terdapat dalam air buangan domestik.

- 18 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 33/67

Jika pada perairan kelebihan nutrien ini maka akan terjadi proses eutrofikasi.

Eceng gondok dapat hidup di lahan yang mempunyai derajat keasaman (pH) air

3,5 - 10. Agar pertumbuhan eceng gondok menjadi baik, pH air optimum berkisar

antara 4,5 – 7.

Pemilihan tanaman eceng gondok pada reaktor ini didasarkan pada

pertimbangan – pertimbangan berikut ini :

1.  Tanaman eceng gondok merupakan jenis tanaman yang banyak dijumpai

di Indonesia.

2.  Dari segi ekonomi tanaman eceng gondok harganya relatif murah.

3.  Tidak memerlukan perawatan khusus dan pemeliharaan sangat mudah.

2.5.2 Ciri-ciri Fisiologis Enceng Gondok

Eceng gondok memiliki daya adaptasi yang besar terhadap berbagai

macam hal yang ada disekelilingnya dan dapat berkembang biak dengan cepat.

Eceng gondok dapat hidup ditanah yang selalu tertutup oleh air yang banyak 

mengandung makanan. Selain itu daya tahan eceng gondok juga dapat hidup

ditanah asam dan tanha yang basah (Anonim, 1996). Kemapuan eceng gondok 

untuk melakukan proses-proses sebagai berikut :

a.  Transpirasi

Jumlah air yang digunakan dalam proses pertumbuhan hanyalah

memerlukan sebagian kecil jumlah air yang diadsorbsi atau sebagian besar dari air

yang masuk kedalam tumbuhan dan keluar meninggalkan daun dan batang

sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan proses transpirasi, sebagian menyerap

melalui batang tetapi kehilangan air umumnya berlangsung melalui daun. Laju

hilangnya air dari tumbuhan dipengaruhi oleh kwantitas sinar matahari dan musim

penanamnan. Laju teraspirasi akan ditentukan oleh struktur daun eceng gondok 

yang terbuka lebar yang memiliki stomata yang banyak sehingga proses

transpirasi akan besar dan beberapa factor lingkungan seperti suhu, kelembaban,

udara, cahaya dan angin (Anonim, 1996).

- 19 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 34/67

b.  Fotosintesis

Fotosintesis adalah sintesa karbohidrat dari karbondioksida dan air oleh

klorofil. Menggunakan cahaya sebagai energi dengan oksigen sebagai produk 

tambahan.

Dalam proses fotosintesis ini tanaman membutuhkan CO2 dan H2O dan

dengan bantuan sinar matahari akan menghasilkan glukosa dan oksigen dan

senyawa-senyawa organic lain. Karbondioksida yang digunakan dalam proses ini

beasal dari udara dan energi matahari (Sastroutomo, 1991).

c.  Respirasi

Sel tumbuhan dan hewan mempergunakan energi untuk membangun dan

memelihara protoplasma, membran plasma dan dinding sel. Energi tersebut

dihasilkan melalui pembakaran senyawa-senyawa. Dalam respirasi molekul gula

atau glukosa (C6H12O6) diubah menjadi zat-zat sedarhana yang disertai dengan

pelepasan energi (Tjitrosomo, 1983).

2.5.3 Manfaat Eceng Gondok

Little (1968) dan Lawrence dalam Moenandir (1990), Haider (1991) serta

Sukman dan Yakup (1991), menyebutkan bahwa eceng gondok banyak 

menimbulkan masalah pencemaran sungai dan waduk, tetapi mempunyai manfaat

sebagai berikut :

a.  Mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh

berbagai bahan kimia buatan industri.

b.  Sebagai bahan penutup tanah dan kompos dalam kegiatan pertanian dan

perkebunan.

c.  Sebagai sumber gas yang antara lain berupa gas ammonium sulfat, gas

hidrogen, nitrogen dan metan yang dapat diperoleh dengan cara

fermentasi.

d.  Bahan baku pupuk tanaman yang mengandung unsur NPK yang

merupakan tiga unsur utama yang dibutuhkan tanaman.

- 20 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 35/67

e.  Sebagai bahan industri kertas dan papan buatan.

f.  Sebagai bahan baku karbon aktif.

2.5.4 Kerugian Eceng Gondok

Kondisi merugikan yang timbul sebagai dampak pertumbuhan eceng

gondok yang tidak terkendali di antaranya adalah :

a.  Meningkatnya evapontranspirasi.

b.  Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga

menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO :

 Dissolved Oxygens).

c.  Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat

yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman

Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.

d.  Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.

e.  Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

2.5.5 Penyerapan Oleh Eceng Gondok

Tumbuhan ini mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan-

potongan vegetatifnya yang terbawa arus akan terus berkembang menjadi eceng

gondok dewasa. Eceng gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya

didalam air kurang mencukupi, tetapi responnya terhadap kadar unsur hara yang

tinggi juga besar. Proses regenerasi yang cepat dan toleransinya terhadap

lingkungan yang cukup besar, menyebabkan eceng gondok dapat dimanfaatkan

sebagai pengendali pencemaran lingkungan. (Soerjani, 1975)

Sel-sel akar tanaman umumnya mengandung ion dengan konsentrasi yang

lebih tinggi dari pada medium sekitarnya yang biasanya bermuatan negative.

Penyerapan ini melibatkan energi, sebagai konsekuensi dan keberadaannya,

kation memperlihatkan adanya kemampuan masuk ke dalam sel secara pasif ke

dalam gradient elektrokimia, sedangkan anion harus diangkut secara aktif 

- 21 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 36/67

kedalam sel akar tanaman sesuai dengan keadaan gradient konsentrasi melawan

gradient elektrokimia. (Foth, 1991)

Di dalam akar, tanaman biasa melakukan perubahan pH kemudian

membentuk suatu zat khelat yang disebut fitosiderofor. Zat inilah yang kemudian

mengikat logam kemudian dibawa kedalam sel akar. Agar penyerapan logam

meningkat, maka tumbuhan ini membentuk molekul rediktase di membran akar.

Sedangkan model tranportasi didalam tubuh tumbuhan adalah logam yang dibawa

masuk ke sel akar kemudian ke jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem,

kebagian tumbuhan lain. Sedangkan lokalisasi logam pada jaringan bertujuan

untuk mencegah keracunan logam terhadap sel, maka tanaman akan melakukan

detoksofikasi, misalyna menimbun logam kedalam organ tertentu seperti akar.

Menurut Fitter dan Hay (1991), terdapat dua cara penyerapan ion ke dalam akar

tanaman :

1.  Aliran massa, ion dalam air bergerak menuju akar gradient potensial yang

disebabkan oleh transpirasi.

2.  Difusi, gradient konsentrasi dihasilkan oleh pengambilan ion pada

permukaan akar.

Dalam pengambilan ada dua hal penting, yaitu pertama , energi metabolik 

yang diperlukan dalam penyerapan unsur hara sehingga apabila respirasi akan

dibatasi maka pengambilan unsur hara sebenarnya sedikit. Dan kedua, proses

pengambilan bersifat selektif, tanaman mempunyai kemampuan menyeleksi

penyerapan ion tertentu pada kondisi lingkungan yang luas. (Foth, 1991).

2.6  Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka dapat diambil beberapa

hipotesis.

Bahwa kontruksi reaktor dengan menggunkan tanaman Enceng Gondok 

dapat menurunkan konsentrasi TDS dan warna. Kapasitas reaktor dengan

menggunakan enceng gondok terhadap TDS dan warna dapat dipergunakan untuk 

- 22 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 37/67

pengolahan air selokan Mataram sebagai langkah awal ( pre-treatment ) untuk 

pengolahan selanjutnya agar lebih mudah, aman dan efisien.

- 23 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 38/67

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1  Diagram Alir Metode Penelitian

Tahap-tahap dari penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir berikut ini:

Study literatur dan desain

Analisis parameter

Pembuatan reaktor

Pengambilan sampel

Pengumpulan alat dan bahan

Alat

•  Alat pengambilan sampel

•  Alat pengujian sampel

•  Alat tambahan

Bahan

•  Tanaman yang digunakan

  Air permukaan yang digunakan•  Bahan yang digunakan untuk reaktor

• Bahan an di unakan u ntuk en u ian s am el

Desain peralatan penelitian

•  Tanaman yang digunakan

•  Dimensi reaktor

•  Sistem inlet dan outlet

Pengujian sampel

Pengolahan data dan analisis data

Penyusunan laporan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

- 24 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 39/67

 

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel air permukaan yaitu di selokan Mataram,

Yogyakarta Pengambilan sample dilaksanakan pada laboratorium kualitas

lingkungan dan penelitian dilakukan di halaman belakang FTSP, UII, Sleman,

Yogjakarta dengan menggunakan reaktor Constructed  secara Continue ( Terus

menerus ) berukuran 1 m x 0.5 m yang ditanami tanaman eceng gondok, sedang

untuk analisis parameter kualitas air permukaan dilakukan di laboratorium

kualitas lingkungan UII Yogjakarta.

3.3 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan yang terdiri dari tahap

persiapan penelitian, desilasi tanaman eceng gondok, pembuatan reaktor,

penanaman eceng gondok dalam reaktor, pengambilan sample Air permukaan

selokan Mataram Yogyakarta, pemeriksaan di laboratorium, analisa data dan

penyusunan laporan.

3.4 Parameter Penelitian

Sebagai parameter penelitian ini adalah kandungan warna dan TDS.

Penelitian ini dilakukan analisa pengukuran dan pengujian parameter air

permuakaan laboratorium berdasarkan tingkat konsentrasi yaitu 0 %, 50 %, dan

100 % serta variasi waktu penelitian yang diambil setiap 2 jam sekali dengan Td (

Waktu tinggal ) 2 jam dan 4 jam sekali dengan Td ( Waktu Tinggal ) 4 Jam .dari

sumber air baku yaitu air permukaan selokan Mataram Yogyakarta.

3.5 Langkah Penelitian

a.  Tahap Persiapan alat dan bahan

1.  Dimensi reaktor

Filter bentuk persegi Panjang :

- 25 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 40/67

Direncanakan dimensi :

P = 1 m , L = 0.5 m, T = 0.25 m

Kecepatan (V) = 2 m/dtk 

Debit air (Q) = 1 m3 /dtk 

Volume = 0.125 m3

Td = 2 jam

= 4 jam

2.  Pembuatan reaktor

Dalam tahap pembuatan alat, direncanakan reaktor berbentuk persegi

panjang dengan rincian sbb:

•  Plastik 2 m

•  Kaca

•  Paku payung

•  Pipa tegak 

•  Pompa

•  Ember Plastik 

3.  Gambar reaktor

Gambar 3.2 Reaktor kontinyu

- 26 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 41/67

 

4.  Proses sampling

Dalam proses ini, dilakukan pemeriksaan awal untuk parameter Warna dan

TDS. Kemudian selama 3 hari setiap 2 jam sekali dilakukan sampling

pemeriksaan parameter TDS dan Warna dengan masing – masing variasi 50 %

dan 100 % kemudian setiap 4 jam sekali dilakukan sampling pemeriksaan TDS

dan Warna dengan masing – masing variasi 50 % dan 100 %.

b. Tahap pelaksanaan percobaan

1.  Pengambilan sampel air baku yang diambil dari air permukaan selokan

mataram, Yogyakarta

2.  Air baku dari bak penampung dialirkan kedalam kolom bak secara

gravitasi dengan kecepatan konstan.

3.  Air dibiarkan mengalir terus–menerus dengan arah aliran dari atas ke

bawah.

4.  Effluent hasil penyaringan diambil, kemudian diukur kadar warna dan

TDS.

3.6 Variable Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1.  Parameter yang diteliti adalah Warna dan TDS

2.  Variabel penelitian adalah perbandingan antara sample blanko, Warna,

dan TDS.

3.  Variasi tanaman 50 % dan 100 %.

4.  Durasi waktu 2 jam dan 4 jam.

- 27 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 42/67

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 43/67

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Gambaran Umum Penelitian

Pada penelitian pengolahan air permukaan selokan Mataram dengan

menggunakan media reaktor yang dilakukan secara kontinyu dengan variasi 0%,

50%, dan 100% pada air permukaan selokan Mataram, bermedia tanaman enceng

gondok (  Eichornia crassipes), dengan parameter TDS (Total Suspended Solid )

dan Warna. Pertama-tama adalah pembuatan media reaktor filter berbentuk 

persegi panjang dari bahan papan dengan tambahan palstik 2 m, kaca, paku

payung, pipa tegak, selang, pompa, ember plastik. Untuk langkah kedua yaitu

proses sampling, pada proses ini dilakukan pemeriksaan awal (blanko) untuk 

parameter Warna dan TDS. Kemudian selama 3 hari setiap 2 jam sekali

dilakukan sampling pemeriksaan parameter TDS dan Warna dengan masing –

masing variasi 50 % dan 100% kemudian setiap 4 jam sekali dilakukan sampling

pemeriksaan TDS dan Warna dengan masing-masing variasi 50 % dan 100 %.

Sambil berjalannya proses sampling, penelitian ini dilanjutkan ke tahap pengujian

di laboratorium Teknik Lingkungan untuk mengetahui kadar konsentrasi

parameter Warna dan TDS. Setelah data dari hasil pengujian parameter Warna

dan TDS didapatkan maka untuk langkah selanjutnya dilakukan pengolahan data

sekaligus analisis data. Untuk parameter Warna sesuai dengan SK SNI M-03-

1989-F sedangkan untuk parameter TDS menggunakan SK SNI 06-6989.3-2004.

4.2  Warna

Warna adalah senyawa yang dapat dipergunakan dalam bentuk larutan

sehingga penampangnya berwarna. Warna yang timbul pada air baku Selokan

Mataram disebabkan oleh buangan industri atau dapat juga berasal dari bahan

hancuran sisi-sisi tumbuhan oleh bakteri. Warna air baku Selokan Mataram

menunjukkan kualitasnya, air limbah yang baru akan berwarna abu-abu, dan air

- 29 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 44/67

limbah yang sudah basi atau busuk akan berwarna gelap (Muhida,1984). Untuk 

mengatasi permasalahan diatas maka dibuat pengolahan awal (pre-treatment)

sebelum masuk ke pengolahan selanjutnya.

4.2.1  Hasil pengujian Warna

Dari hasil pengujian warna dilakukan di laboratorium kualitas lingkungan

dengan pengambilan sampel masing-masing pada inlet dan outlet untuk variasi

tutupan tanaman 0% (tanpa tanaman), variasi 50%, dan 100% sehingga

didapatkan hasilnya. Hal ini seperti Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil pengujian warna td 2 jam variasi tanaman tutupan 0%, 50%, dan

100%.

Waktu

pengambilan

Inlet

0%

Outlet

0%

Inlet

50%

Outlet

50%

Inlet

100%

Outlet

100%

1 99,83 30,92 10,161 11,251 13,100 9,261

2 33,43 33,43 11,393 10,445 12,436 11,393

3 126,75 94,28 10,730 10,777 12,246 10,682

4 40,21 56,65 10,588 10,540 11,962 11,3465 66,51 66,18 11,109 12,483 12,531 11,156

6 68,64 39,07 11,773 11,630 11,346 11,488

7 75,93 41,30 12,483 13,289 14,284 12,957

8 57,51 100,82 16,180 12,673 19,071 13,905

9 76,37 44,62 14,142 8,834 14,047 13,384

10 63,34 85,75 14,047 12,673 15,848 11,014

Rata - rata 70,85 59,30 12,260 11,446 13,678 11,659

(Sumber : Hasil Penelitian, 2007)

- 30 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 45/67

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

  w  a  r  n  a   (   T   C   U   )

Inlet 0%

Outlet 0%

 

Gambar 4.1 Penurunan Warna untuk konsentrasi 0 % dengan waktu td 2 jam

Berdasarkan dari gambar 4.1 terlihat bahwa adanya penurunan dan

peningkatan konsentrasi. Pada pengambilan ke-1 mengalami penurunan dengan

konsentrasi awal 99,83 TCU menjadi 30,92 TCU. Pada pengambilan ke-3

mengalami penurunan konsentrasi dari 126,75 TCU menjadi 94,28 TCU.

Pengambilan ke-4 mengalami peningkatan konsentrasi dari 40,21 TCU menjadi

56,65 TCU. Sedangkan pada pengambilan ke-6 mengalami penurunan konsentrasi

dari 68,64 TCU menjadi 39,07 TCU. Pada pengambilan ke-7 mengalami

penurunan konsentrasi dari 75,93 TCU menjadi 41,30 TCU. Untuk pengambilan

ke-8 mengalami peningkatan konsentrasi yang cukup besar dari 57,51 TCU pada

inlet meningkat menjadi 100,82 TCU pada outlet. Pada pengambilan ke-9

mengalami penurunan dengan konsentrasi awal 76,37 TCU menjadi 44,62 TCU.

Sedangkan pada pengambilan ke-10 meningkat kembali dari 63,34 TCU pada

inlet menjadi 85,75 TCU pada outlet.

Pada konsentrasi 0% terjadi penurunan karena disebabkan oleh tidak 

adanya faktor penggunaan tanaman enceng gondok didalam reaktor sehingga zat

warna yang ada direaktor tidak kelihatan kenaikan tetapi terjadi penurunan.

- 31 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 46/67

Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung

untuk warna pada konsentrasi 0% sebesar 1,085 dengan probabilitas 0,306 > 0,05

yaitu tidak signifikan, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata warna

antara inlet dan outlet.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

  w  a  r  n  a   (   T   C   U   )

Inlet 50%Outlet 50%

 

Gambar 4.2 Penurunan Warna untuk konsentrasi 50 % dengan waktu Td 2 jam

Dari gambar 4.2 diatas menyatakan bahwa terjadi kenaikan dan penurunan

konsentrasi pada pengambilan ke-1 terjadi peningkatan dengan konsentrasi awal

10,161 TCU menjadi 11,251 TCU. Pada pengambilan ke-2 terjadi penurunan

dengan konsentrasi awal 11,393 TCU menjadi 10,445 TCU. Saat pengambilan ke-

3 terjadi kenaikan lagi tetapi tidak terlalu besar dengan konsentrasi awal 10,730

TCU menjadi 10,777 TCU. Pada pengambilan ke-4 terjadi penurunan lagi dengan

konsentrasi awal 10,588 TCU menjadi 10,540 TCU. Pada pengambilan ke-5

terjadi kenaikan lagi denan konsentrasi 11,109 TCU menjadi 12,531 TCU.

Pengambilan ke-6 juga mengalami penurunan dengan konsentrasi awal 11,773

TCU menjadi 11,630 TCU. Pada pengambilan ke-7 terjadi kenaikan lagi dari

konsentrasi awal 12,483 TCU menjdi 13,289 TCU. Peda pengambilan ke-8, ke-9

- 32 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 47/67

dan ke-10 terjadi penurunan dengan konsentrasi awal 16,180 TCU menjadi

12,673 TCU, 14,142 TCU menjadi 8,834 TCU dan 14,047 TCU menjadi 12,673

TCU.

Pada konsentrasi 50% terjadi kenaikan dan penurunan, kenaikan karena

disebabkan oleh faktor tanaman enceng gondok didalam reaktor sehingga warna

terlihat naik, sedangkan untuk penurunan karena di disebabkan oleh faktor waktu

tinggal air selokan mataram sehingga warna yang ada direaktor terlihat turun.

Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung

untuk warna pada konsentrasi 50% sebesar 0,263 > 0,05 yaitu tidak signifikan, hal

ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata warna antara inlet dan outlet.

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

  w  a  r  n  a   (   T   C   U   )

Inlet 100%

Outlet 100%

 

Gambar 4.3 Penurunan warna untuk konsentrasi 100 % dengan waktu Td 2 jam

Dari gambar 4.3 diatas terlihat ada penurunan dan kenaikan kosentrasi

pada pengambilan ke-1 terjadi penurunan dengan kosentrasi awal 13,10 TCU

menjadi 9,261 TCU. Pada pengambilan ke-2 terjadi penurunan juga tetapi tidak 

terlalu besar dengan kosentrasi awal 12,436 TCU menjadi 11,393 TCU. Dan pada

pengambilan k-3, ke-4 dan ke-5 terjadi penurunan juga dengan kosentrasi awal

12,246 TCU menjadi 10,682 TCU, 11,962 TCU menjadi 11,346 TCU dan 12,531

- 33 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 48/67

TCU menjadi 11,156 TCU. Pada pengambilan ke-6 terjadi kenaikan sendiri

dibandingkan yang lain dengan kosentrasi awal 11,346 TCU menjadi 11,488

TCU. Pada pengambilan ke-7 terjadi penurunan dengan konsentrasi awal 14,284

TCU menjadi 12,957 TCU. Pada pengambilan ke-8 terjadi penurunan yang besar

dibandingkan yang lain dengan konsentrasi awal 19,071 TCU menjadi 13,905

TCU. Dan pada pengambilan ke-9 dan ke-10 juga terjadi penurunan dengan

konsentrasi awal 14,047 TCU menjadi 13,384 TCU dan 15,848 TCU menjadi

11,014 TCU.

Pada konsentrasi 100% terjadi kenaikan dan penurunan, kenaikan karena

disebabkan oleh faktor tanaman enceng gondok didalam reaktor sehingga warna

yang ada direaktor terlihat naik, sedangkan untuk penurunan karena di disebabkan

oleh faktor waktu tinggal air selokan didalam reaktor sehingga warna yang ada

direaktor terlihat turun.

Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung

untuk warna pada konsentrasi 100% sebesar 0,08 > 0,05 yaitu tidak signifikan, hal

ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata warna antara inlet dan outlet.

Tabel 4.2 Hasil pengujian warna td 4 jam variasi tanaman tutupan tanaman 0%,

50% dan 100%

Waktu

pengambilan

Inlet

0%

Outlet

0%

Inlet

50%

Outlet

50%

Inlet

100%

Outlet

100%

136,93 31,11 42,436 12,531 18,028 15,706

228,83 76,37 30,161 10,588 29,829 14,142

3121,15 34,9 20,019 11,962 13,289 14,284

465,37 42,67 46,796 13,905 21,630 15,232

549,73 32,01 17,697 13,289 3,763 15,185

6161,63 36,18 28,929 9,640 12,199 10,872

- 34 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 49/67

764,81 61,01 82,057 11,014 14,284 13,194

8 67,74 44,43 12,957 10,588 12,199 12,768

944,62 43,38 19,735 11,962 17,081 14,948

1056,98 40,30 16,464 13,668 14,095 13,384

Rata - rata69,78 44,23 31,725 11,914 15,639 13,971

(Sumber : Hasil Penelitian, 2007)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

  w  a  r  n  a   (   T   C   U   )

Inlet 0%

Outlet 0%

 

Gambar 4.4 Penurunan warna untuk konsentrasi 0 % dengan waktu Td 4 jam

Dari tabel 4.2 dan gambar 4.4 di atas, terlihat terjadinya penurunan

konsentrasi dan peningkatan konsentrasi. Peningkatan konsentrasi terjadi pada

pengambilan ke-2 dari 28,83 TCU menjadi 76,37 TCU. Kemudian pada

pengambilan ke-4 terjadi penurunan yang cukup besar dengan konsentrasi awal

121,15 TCU menjadi 34,9 TCU. Begitu juga dengan pengambilan ke-6 terjadi

penurunan yang cukup besar dari 161,63 TCU menjadi 36,18 TCU.

- 35 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 50/67

Pada konsentrasi 0% terjadi penurunan karena disebabkan oleh tidak 

adanya faktor penggunaan tanaman enceng gondok didalam reaktor sehingga zat

warna yang ada direaktor tidak kelihatan kenaikan tetapi terjadi penurunan.

Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung

untuk warna pada konsentrasi 0% sebesar 1,688 dengan probabilitas 0,126 > 0,05

yaitu tidak signifikan, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata warna

antara inlet dan outlet.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

  w  a  r  n  a   (   T   C   U   )

Inlet 50%

Outlet 50%

 

Gambar 4.5 Penurunan warna untuk konsentrasi 50 % dengan waktu Td 4 jam

Menerut gambar 4.5 diatas mengatakan bahwa terjadi penurunan saja dan

tidak terjadi kenaikan, terlihat pada pengambilan ke-1 dengan konsentrasi awal

42,436 TCU menjadi 12,531 TCU.dan diikuti percobaan ke-2 dengan konsentrasi

awal 30,161 TCU menjadi 10,588 TCU. Pada pengambilan ke-7 merupakan

penurunan konsentrasi yang paling besar dibandingkan yang lain dengankonsentrasi awal sebesar 82,057 TCU menjadi 11,014 TCU. Dan pada

pengambilan ke-8 terjadi penurunan yang paling sedikit dibandingkan yang lain

dengan konsentrasi awal 12,957 TCU menjadi 10,588 TCU. Dan pada

- 36 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 51/67

pengambilan yang terakhir ke-10 terjadi penurunan juga dengan konsentrasi awal

16,464 TCU menjadi 13,668 TCU.

Pada konsentrasi 50% terjadi penurunan karena disebabkan oleh faktor

waktu tinggal air selokan mataram didalam reaktor sehingga warna yang ada

direaktor terlihat turun.

Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung

untuk warna pada konsentrasi 50% sebesar 0,016 < 0,05 yaitu signifikan, hal ini

berarti terdapat perbedaan rata – rata warna antara inlet dan outlet.

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

  w  a  r  n  a   (   T   C   U   )

Inlet 100%

Outlet 100%

 

Gambar 4.6 Penurunan warna untuk konsentrasi 100 % dengan waktu Td 4 jam

Menurut gambar 4.6 diatas mengatakan bahwa terjadi penurunan dan

kenaikan konsentrasi. Pada pengambilan ke-1 terjadi penurunan dengan

konsentrasi awal 18,028 TCU menjadi 15,706 TCU. Pada pengambilan ke-2

terjadi penurunan yang paling besar dengan konsentrasi awal 29,829 TCUmenjadi 14,142 TCU. Pada pengambilan ke-3 terjadi kenaikan dengan konsentrasi

awal 13,289 TCU menjadi 14,284 TCU. Dan pada pengambilan ke-4 terjadi

penurunan dengan konsentrasi awal 21,630 TCU menjadi 15,185 TCU. Pada

pengambilan ke-5 terjadi kenaikan yang paling besar dengan konsentrasi awal

- 37 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 52/67

3,763 TCU menjadi 15,185 TCU. Pada pengambilan ke-6 dan ke-7 terjadi

penurunan dengan konsentrasi awal 12,199 TCU menjadi 10,872 TCU dan 14284

mg/l menjadi 13,194 TCU. Pada pengambilan ke-8 terjadi kenaikan dengan

konsentrasi awal 12,199 TCU menjadi 12,768 TCU. Pada pengambilan ke-9 dan

ke-10 perjadi penurunan dengan konsentrasi awal 17,081 TCU menjadi 14,948

TCU dan 14,095 TCU menjadi 13,384 TCU.

Pada konsentrasi 100% terjadi kenaikan dan penurunan, kenaikan karena

disebabkan oleh faktor tanaman enceng gondok didalam reaktor sehingga warna

yang ada direaktor terlihat naik, sedangkan untuk penurunan karena di disebabkan

oleh faktor waktu tinggal air selokan mataram didalam reaktor sehingga warna

yang ada direaktor terlihat turun.

Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung

untuk warna pada konsentrasi 100% sebesar 0,451 > 0,05 yaitu tidak signifikan,

hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata warna antara inlet dan outlet.

4.2.2  Pembahasan Warna

Pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan air permukaan yaitu

air baku Selokan Mataram. Untuk penelitian warna terdapat pada tabel 4.1 dan

tabel 4.2 variasi tutupan tanaman 0%, 50% dan 100% untuk td 2 jam dan 4 jam

yang dimaksud dengan variasi tutupan tanaman 0%, 50% dan 100% adalah

banyaknya tutupan tanman enceng gondok pada reaktor, sedangkan Td 2 jam dan

4 jam adalah waktu tinggal air yang mengalir dari inlet sampai otlet. Untuk 

penurunan yang cukup terjelas terlihat yaitu pada pengambilan ke-2 variasi 100 %

dengan td 4 jam konsentrasi awal 29,829 TCU menjadi 14,142 TCU. Dan untuk 

kenaikan pada pengambilan ke-6 variasi 100 % dengan td 4 jam konsentrasi awal

3,763 TCU menjadi 15,185 TCU. Reaktor tanpa tanaman yaitu 0 % penurunan

yang terbesar pada pengambilan ke-6 dengan td 4 jam konsentrasi awal 161,63

TCU menjadi 63,18 TCU dan untuk kenaikan pada pengambilan ke-2 dengan

konsentrasi awal 28,83 TCU menjadi 76,37 TCU.

- 38 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 53/67

Untuk pengujian warna terjadi penurunan dan kenaikan yang sangat

berimbang, disebabkan oleh faktor tanaman enceng gondok Penurunan

konsentrasi warna pada reaktor yang menggunakan tanaman enceng gondok 

terjadi karena beberapa faktor diantaranya karena proses penyerapan akar

tanaman enceng gondok dan waktu tinggal ( Td ).

Proses kenaikan konsentrasi warna dalam reaktor dapat terjadi karena

peranan tanaman enceng gondok dan bahan–bahan organik serta mikroorganisme

yang ada direaktor. Proses yang terjadi akibat dari media tanaman enceng gondok 

disebabkan oleh adanya daun-daun dari tanaman yang layu dan jatuh kedalam

reaktor serta kematian dari tanaman sehingga menghasilkan bahan organik terlarut

dalam hal ini tanaman enceng gondok memanfaatkan untuk proses fotosintesis

dan nutrien oleh tanaman. Peranan mikroorganisme dalam reaktor ini yaitu untuk 

menguraikan partikel-partikel organik dalam air permukaan sebagai bahan nutrien

untuk pertumbuhan tanaman.

Dengan makin banyaknya daun–daun yang mati dan jatuh ke dalam

kolom reaktor maka bertambah pula kandungan bahan organik yang berakibat

meningkat pula konsentrasi warna. Pertumbuhan alga yang pesat terjadi karena

terpenuhinya kebutuhan dalam pertumbuhan yaitu adanya sinar matahari, nutrien

dan oksigen, dengan pertumbuhan paling tinggi pada saat keadaan temperatur

tinggi dan hangat (Jack and Lamar, 1999).

4.3  TDS (Total Dissolved Solid )

TDS adalah ukuran jumlah materi atau bahan–bahan yang terlarut dalam

air. TDS biasanya di sebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion–ion. Nilai

TDS perairan sangat di pengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan

pengaruh antropogenik ( berupa limbah domestik dan industri ) ( hefni 2003 ).

Pengukuran TDS dilakukan karena sifatnya yang mudah larut di perairan dan

adanya bahan anorganik yang berpengaruh terhadap peningkatan nilai kekeruhan

- 39 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 54/67

yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan

akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan.

4.3.1  Hasil Pengujian TDS (Total Dissolved Solid )

Dari hasil pengujian TDS dilakukan di laboratorium kualitas lingkungan

dengan pengambilan sample masing-masing pada inlet dan outlet untuk variasi

tutupan tanaman 0% (tanpa tanaman), variasi 50%, dan 100% sehingga

didapatkan hasilnya. Hal ini seperti ditampakkan pada Tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil pengujian TDS td 2 jam variasi tutupan tanaman 0%, 50% dan

100%

Waktu

pengambilan

Inlet

0%

Outlet

0%

Inlet

50%

Outlet

50%

Inlet

100%

Outlet

100%

1 428 420 388 168 376 236

2 400 392 260 280 164 48

3 424 412 348 228 116 120

4 428 412 400 360 128 245 432 412 132 156 216 136

6 392 372 328 272 308 124

7 392 368 100 136 492 368

8 340 316 492 296 40 20

9 332 304 348 76 52 48

10 300 268 248 56 84 80

Rata - rata 386,8 367,6 304,4 202,8 197,6 120,4

(Sumber : Hasil Penelitian, 2007)

- 40 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 55/67

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

   T   D   S   (  m  g   /   l   )

Inlet 0%

Outlet 0%

 

Gambar 4.7 Penurunan TDS Untuk Konsentrasi 0% Pada Td 2 Jam

Berdasarkan dari tabel 4.3 dan gambar 4.7 terlihat bahwa terjadinya

penurunan konsentrasi, dengan konsentrasi awal 428 mg/l menjadi 420 mg/l pada

pengambilan ke-1. Pada pengambilan ke-6 mengalami penurunan konsentrasi

dengan konsentrasi awal 392 mg/l menjadi 372 mg/l. Pada pengambilan ke-10

mengalami penurunan konsentrasi yang cukup banyak dari 300 mg/l menjadi 268

mg/l.

Pada konsentrasi 0% ini tidak terjadi kenaikan disebabkan proses

sedimentasi yang sempurna sehingga proses pemisahan materi dari air sempurna

berjalan dengan semestinya.

Bedasarkan hasil uji t hitung sampel berpasangan maka didapatkan nilai t

hitung untuk TDS pada konsentrasi 0% sebesar 7,426 dengan probabilitas 0,000 <0,05 yaitu signifikan, hal ini berarti terdapat perbedaan rata – rata TDS antara

inlet dan outlet.

- 41 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 56/67

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

   T   D   S   (  m  g   /   l   )

Inlet 50%

Outlet 50%

 

Gambar 4.8 Grafik TDS 50% dengan Waktu td 2 jam

Menurut gambar 4.8 diatas menyatakan bahwa terjadi penurunan dan

kenaikan konsentrasi. Pada pengambilan ke-1 terjadi penurunan dengan

konsentrasi awal 388 mg/l menjadi 168 mg/l. Pada pengambilan ke-2 kenaikan

dengan konsentrasi awal 260 mg/l menjadi 280 mg/l. Pada pengambilan ke-3 dan

ke-4 terjadi penurunan dengan konsentrasi awal 348 mg/l menjadi 228 mg/l dan

400 mg/l menjadi 360 mg/l. Pada pengambilan ke-5 dan ke-7 terjadi kenaikan

dengan konsentrasi awal 132 mg/l menjadi 156 mg/l dan 100 mg/l menjadi 136

mg/l. Dan pada pengambilan ke-9 terjadi penurunan yang terbesar dibandingkan

yang lain dengan konsentrasi awal 348 mg/l menjadi 76 mg/l. Pada pengambilan

ke-10 terjadi penurunan dengan konsentrasi awal 248 mg/l menjadi 56 mg/l.

Pada konsentrasi 50% ini penurunan dan kenaikan terjadi penurunandisebabkan proses sedimentasi sehingga proses pemisahan jumlah materi dari air

berjalan dengan semestinya dan untuk kenaikan yang terjadi pada pengambilan k 

2, 5, 7 disebabkan oleh ada pergerakan sehingga sedimentasi tidak berjalan

dengan semestinya.

- 42 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 57/67

Bedasarkan hasil uji t hitung sampel berpasangan maka didapatkan nilai t

hitung untuk TDS pada konsentrasi 50% sebesar 2,832 dengan probabilitas 0,02 <

0,05 yaitu signifikan, hal ini berarti terdapat perbedaan rata – rata TDS antara

inlet dan outlet.

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

   T   D   S

   (  m  g   /   l   )

Inlet 100%

Outlet 100%

 

Gambar 4.9 Grafik TDS 100% dengan Waktu td 2 jam

Berdasarkan gambar 4.9 diatas menyatakan bahwa terjadi penurunan dan

kenaikan konsentrasi. Pada pengambilan ke-1 dan ke-2 terjadi penurunan dengan

konsentrasi awal 376 mg/l menjadi 236 mg/l dan 164 mg/l menjadi 48 mg/l. Pada

pengambilan ke-3 terjadi kenaikan dengan konsentrsi awal 116 mg/l menjadi 120

mg/l. Pada pengambilan ke-6 terjadi penurunan yang terbesar dengan konsentrasi

awal 308 mg/l menjadi 124 mg/l. Dan pengambilan ke-10 terjadi penurunan

dengan konsentrasi awal 84 mg/l menjadi 80 mg/l.

Penurunan dan kenaikan pada konsentrasi 100% ini terjadi, penurunan

disebabkan proses sedimentasi sehingga proses pemisahan jumlah materi dari air

berjalan dengan semestinya dan untuk kenaikan yang terjadi pada pengambilan k 

- 43 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 58/67

3 disebabkan oleh ada pergerakan sehingga sedimentasi tidak berjalan dengan

semestinya.

Bedasarkan hasil uji t hitung sampel berpasangan maka didapatkan nilai t

hitung untuk TDS pada konsentrasi 100% sebesar 3,646 dengan probabilitas 0,05

= 0,05 yaitu signifikan, hal ini berarti terdapat perbedaan rata – rata TDS antara

inlet dan outlet.

Tabel 4.4 hasil pengujian TDS untuk td 4 jm variasi tutupan tanaman 0%,

50%,dan 100%

Waktu

pengambilan

Inlet

0%

Outlet

0%

Inlet

50%

Outlet

50%

Inlet

100%

Outlet

100%

1 428 412 408 172 172 104

2 368 348 168 88 344 236

3 508 480 72 52 200 292

4 340 312 636 424 588 172

5 376 340 60 224 340 312

6 388 348 68 16 252 108

7 408 368 436 248 220 276

8 332 292 168 168 184 44

9 324 280 92 40 56 28

10 296 252 172 88 72 20

Rata - rata 376,8 343,2 228 152 242,8 159,2

  (Sumber : Hasil Penelitian, 2007)

- 44 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 59/67

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

   T   D   S   (  m  g   /   l   )

Inlet 0%

Outlet 0%

 

Gambar 4.10 Grafik TDS 0% dengan Waktu td 4 jam

Dari gambar 4.10 terjadinya penurunan konsentrasi di setiap pengambilan.

Pada pengambilan ke-1 turun dengan konsentrasi awal 428 mg/l menjadi 412

mg/l dan untuk pengambilan ke-6 turun dengan konsentrasi awal 388 mg/l

menjadi 348 mg/l.Pada konsentrasi 0% ini tidak terjadi kenaikan disebabkan proses

sedimentasi yang sempurna sehingga proses pemisahan materi dari air sempurna

berjalan dengan semestinya.

Bedasarkan hasil uji t hitung sampel berpasangan maka didapatkan nilai t

hitung untuk TDS pada konsentrasi 0% sebesar 10,611 dengan probabilitas 0,000

< 0,05 yaitu signifikan, hal ini berarti terdapat perbedaan rata – rata TDS antara

inlet dan outlet.

- 45 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 60/67

0

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

   T   D   S   (  m  g   /   l   )

Inlet 50%

Outlet 50%

 

Gambar 4.11 Grafik TDS 50% dengan Waktu td 4 jam

Menurut gambar 4.11 diatas menyatakan bahwa terjadi penurunan dan

kenaikan konsentrasi. Pada pengambilan ke-1 terjadi penurunan dengan

konsentrasi awal 408 mg/l menjadi 172 mg/l. Pada pengambilan ke-2, ke-3 dan

ke-4 terjadi penurunan dengan konsentrasi awal 168 mg/l menjadi 88 mg/l, 72

mg/l menjadi 52 mg/l dan 636 mg/l menjadi 424 mg/l. Pada pengambilan ke-5

terjadi kenaikan dengan konsentrasi awal 60 mg/l menjadi 224 mg/l. Pada

pengambilan ke-6 tidak terjadi kenaikan dan penurunan dengan konsentrasi awal

168 mg/l menjadi 168 mg/l. Dan pada pengambilan ke-10 terjadi penurunan

dengan konsentrasi awal 172 mg/l menjadi 88 mg/l.

Pada konsentrasi 50% ini penurunan dan kenaikan terjadi penurunan

disebabkan proses sedimentasi sehingga proses pemisahan jumlah materi dari air

berjalan dengan semestinya dan untuk kenaikan yang terjadi pada pengambilan k 

5 disebabkan oleh ada pergerakan sehingga sedimentasi tidak berjalan dengan

semestinya.

Bedasarkan hasil uji t hitung sampel berpasangan maka didapatkan nilai t

hitung untuk TDS pada konsentrasi 50% sebesar 2,044 dengan probabilitas 0,071

- 46 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 61/67

> 0,05 yaitu tidak signifikan, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata

TDS antara inlet dan outlet.

0

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu Pengambilan

   T   D   S   (  m  g   /   l   )

Inlet 100%

Outlet 100%

 

Gambar 4.12 Grafik TDS 100% dengan Waktu td 4 jam

Menurut gambar 4.12 diatas menyatakan bahwa terjadi penurunan dan

kenaikan konsentrasi. Pada pengambilan ke-1 terjadi penurunan dengan

konsentrasi awal 172 mg/l menjadi 104 mg/l. Pada pengambilan ke-3 terjadi

kenaikan dengan konsentrasi awal 200 mg/l menjadi 292 mg/l.pada pengambilan

ke-4 terjadi penurunan yang terbesar dengan konsentrasi awal 588 mg/l 172 mg/l.

Pada pengambilan ke-7 terjadi kenaikan dengan konsentrasiawal220 mg/l menjadi

276 mg/l. Dan pada pengambilan ke-10 terjadi penurunan dengan konsentrasi

awal 72 mg/l menjadi 20 mg/l.

Penurunan dan kenaikan pada konsentrasi 100% ini terjadi karena,

penurunan disebabkan proses sedimentasi sehingga proses pemisahan jumlah

materi dari air berjalan dengan semestinya dan untuk kenaikan yang terjadi pada

pengambilan k 3 disebabkan oleh ada pergerakan sehingga sedimentasi tidak 

berjalan dengan semestinya.

- 47 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 62/67

Bedasarkan hasil uji t hitung sampel berpasangan maka didapatkan nilai t

hitung untuk TDS pada konsentrasi 100% sebesar 1,892 dengan probabilitas

0,091 > 0,05 yaitu tidak signifikan, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata –

rata TDS antara inlet dan outlet.

4.3.2  Pembahasan TDS (Total Dissolved Solid )

Dari penelitian TDS yang telah dilakukan dengan munggunakan air baku

Selokan Mataram, terdapat kadar penurunan yang bervariasi, pada gambar 4.7

sampai gambar 4.12 dan tabel 4.4 dengan tabel 4.5 dengan konsentrasi tanaman

0%, 50% dan 100% dengan td 2 jam dan 4 jam. Penurunan TDS terbesar pada

pengambilan ke 1 variasi tanaman 50 % dan td 4 jam dengan konsentrasi awal

408 mg/l menjadi 172 mg/l, sedangkan untuk td 2 jam penurunan konsentrasi

pada pengambilan ke 1 dengan konsentrasi awal 388 mg/l menjadi 168 mg/l. Dan

untuk kenaikan konsentrasi pada penelitian TDS ada juga, tetapi tidak terlalu

dominan, kenaikan konsentrasi terbesar pada td 2 jam pada pengambilan ke 7

variasi 50 % dengan konsentrasi awal 100 mg/l menjadi 136 mg/l dan untuk td 4

  jam kenaikan terbesar pada pengambilan ke 5 variasi 50 % dengan konsentrasi

awal 60 mg/l menjadi 224 mg/l. Penurunan konsentrasi tersebut disebabkan

karena adanya peranan mikroorganisme tersebut dan suplai oksigen, serta luas

permukaan tutupan reactor. Semakin luas permukaan maka sinar matahari yang

masuk semakin banyak dan penguapan dapat berjalan secara cepat. Gambar

4.11dan gambar 4.12. Dari hasil grafik tingkat effisiensi antara 2 jam dan 4 jam

baik 50 dan 100 % bahwa tingkat penyisihan lebih besar dengan td 4 jam. Ini

berarti bahwa makin lamanya waktu kontak dan makin banyaknya tanaman maka

makin besar konsentrasi yang diserapnya.

Pada semua reaktor yang ditanami dengan tanaman enceng gondok, bahan

organik dimanfaatkan tanaman untuk proses fotosintesis dari hasil penguraian

oleh bakteri. Seiring dengan berlangsungnya proses fotosintesis dan penguraian

maka terjadi juga proses penurunan konsentrasi padatan terlarut. Penyerapan

- 48 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 63/67

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 64/67

kandungan zat hara dalam air selokan mataram yang semakin berkurang karena

terserap oleh tanaman.

- 50 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 65/67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1.  Dengan menggunakan tanaman enceng gondok mampu menurunkan

konsentrasi warna dan TDS ( Total Dissolved Solid ) pada air selokan

Mataram.

2.  Adanya perbedaan efisiensi antara warna dan TDS untuk td 2 dan 4

 jam dan juga variai tutupan tanaman 0%, 50%, dan 100%.

3.  Luas tutpan tanaman berpengaruh besar dalam penurunan kadar warna

dan TDS.

4.  Efisiensi penurunan warna dan TDS sebesar 15,63 % dan 23,48 %.

5.2  Saran

Saran untuk penelitian berikutnya adalah :

1.  Perlunya variasi waktu kontak yang lebih lama dan memperbanyak 

  jumlah tanaman untuk menyempurnakan dalam proses penurunan

kadar parameter yang diuji.

2.  Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pengukuran

terhadap temperatur, pH serta penelitian fisik pertumbuhan tanaman

enceng gondok seperti panjang akar, batang, lebar daun. 

3. 

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan sebagaialternatif untuk pengolahan pendahuluan pada air Selokan Mataram.

- 51 -

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 66/67

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts G., dan S.S Santika., 1984,   Metode Penelitian Air , Usaha Nasional,

Surabaya, Indonesia

Sutrisno, dan Suciati., 1987, Teknologi Penyediaan Air Bersih., Penerbit Rineka

Cipta Karya, Jakarta

Chatib B, Diktat Pengolahan Air Minum, ITB, Bandung

Effendi Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya

 Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Kodoatie, dan Sjarief, 2005, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Andi

Offset, Yogyakarta

Marianto, Lukito Adi. SP. 2003, Tanaman Air , Agro Media Pustaka

Pandey.B.P.,1980, Plant Anatomi, S Chard dan Co, Ltdramnage, New Delhi

Widianto. L.S, 1986, The Effect Of Heavy Metal On The Growth Of 

WaterHyacinth, Proceed Syimposium on Pest Ecology and Pest

management, Seameo-Biotrop, Bogor, Indonesia.

Ardiwinata.R.O., 1985 ,   Musuh Dalam Selimut di Rawa Pening, Kementrian

Pertanian, Vorking, Bandung

Slamet, J,S., 1994, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta

Fardiaz, Srikandi, 1992, Polusi Udara dan Air , Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Effendi, H, 2003, “ Telaah Kualitas Air , Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan

Mahida, U.N, 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah industri,

Rajawali, Jakarta

Crites, R. W, and G. Tchobanoglous, 1998, “Small and Decentralized 

Wastewater 

 Management System”, Mc Graw Hill, New York 

Sastroutomo, 1991, Ekologi Gulma, Gramedia, Jakarta

8/8/2019 20080801035017Laporan TA

http://slidepdf.com/reader/full/20080801035017laporan-ta 67/67

Tjitrosomo.S.S., 1983, Botani Umum II, Angkasa Bandung

Tjokrokusumo, 1995, Pengantar Konsep Teknologi Bersih Khusus Pengolahan

dan Pengolahan Air , STTL, Yogyakarta

Uchi, 2006, Tugas Akhir, tingkat penurunan kromium total (Cr total) dari limbah

cair laboratorium kualitas lingkungan UII dengan Countructed Wetland 

menggunakan tanaman enceng gondok (Eichornia Craipe), Teknik 

Lingkungan, FTSP, UII, Yogyakarta