2013-09-14 Diktat Kuliah Matematika Dasar i - Final Version
description
Transcript of 2013-09-14 Diktat Kuliah Matematika Dasar i - Final Version
MATEMATIKA DASAR I
DIKTAT KULIAH
DISUSUN OLEH
TIM MATEMATIKA DASAR I
FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2013
i
KATA PENGANTAR
Mata kuliah Matematika Dasar merupakan mata kuliah dasar yang diwajibkan bagi
mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi khususnya di Fakultas Sain dan Teknologi
Universitas Jambi. Mata kuliah Matematika Dasar ini pada dasarnya sama dengan mata kuliah
Kalkulus yang biasanya dipakai pada umumnya. Matakuliah Matematika Dasar ini terdiri dari
Matematika Dasar I, Matematika Dasar II, dan Matematika Dasar Lanjut. Matematika Dasar I
umumnya mempelajari tentang turunan suatu fungsi yang akan menjadi dasar ataupun pengantar
bagi perkuliahan matematika dasar II dan Matematika Dasar Lanjut. Diktat ini dibuat untuk
digunakan dalam perkuliahan Matematika Dasar I.
Dari segi konsep isi perkuliahan Matematika Dasar I sudah baku, tidak begitu banyak
mengalami perubahan. Hanya saja perbaikan dan revisi dalam penyajian yang mungkin harus
terus dipertimbangkan demi baiknya pembelajaran mata kulian ini.
Salah satu yang menjadi tujuan dalam penyusunan diktat ini adalah untuk membantu
mengefektifkan pembelajaran dan menambah referensi mahasiswa. Di samping dengan
pertimbangan penyeragaman pengajaran di Fakultas Sain dan teknologi, maka kami berupaya
menyusun suatu bahan ajar atau diktat yang berjudul “Matematika Dasar I” sebagai acuan di
lingkungan Fakultas Sain dan Teknologi dengan harapan eksistensi mutu dan hasil belajar dapat
dicapai secara optimal.
Penulis mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan baik dari segi isi maupun
bahasa dalam bahan ajar ini. Besar harapan penulis bahwa bahan ajar ini bisa bermanfaat.
Jambi, September 2013
Tim Matematika Dasar I
FST Universitas Jambi
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ________________________________________________________________________________ I
DAFTAR ISI ________________________________________________________________________________________ II
BAB 1 _______________________________________________________________________________________________ 1
PENDAHULUAN ___________________________________________________________________________________ 1
1.1 SISTEM BILANGAN REAL ______________________________________________________________ 1
1.2 PERTAKSAMAAN ______________________________________________________________________ 2
1.3 NILAI MUTLAK _______________________________________________________________________ 4
1.4 AKAR KUADRAT ______________________________________________________________________ 5
1.5 SISTEM KOORDINAT DAN GARIS LURUS ________________________________________________ 5
1.5.1 Sistem Koordinat _____________________________________________________________ 5
1.5.2 Persamaan Garis Lurus ______________________________________________________ 7
1.6 TEKNIK MENGGAMBAR GRAFIK SUATU PERSAMAAN GARIS _____________________________ 9
1.7 LATIHAN SOAL _____________________________________________________________________ 10
BAB 2 _____________________________________________________________________________________________ 13
FUNGSI DAN LIMIT _____________________________________________________________________________ 13
2.1 FUNGSI DAN GRAFIKNYA ____________________________________________________________ 13
2.1.1 Definisi Fungsi dan Grafiknya _____________________________________________ 13
2.1.2 Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil ___________________________________________ 15
2.1.3 Fungsi Nilai Mutlak dan Fungsi Bilangan Bulat Terbesar _______________ 16
2.1.4 Beberapa Jenis Fungsi Lainnya di dalam Kalkulus ______________________ 17
2.2 OPERASI FUNGSI ____________________________________________________________________ 18
2.2.1 Operasi Jumlah, Selisih, Hasil Kali, Hasil Bagi, Pangkat _________________ 18
2.2.2 Komposisi Fungsi __________________________________________________________ 19
2.2.3 Invers Fungsi _______________________________________________________________ 20
2.2.4 Translasi Fungsi ____________________________________________________________ 20
2.3 FUNGSI TRIGONOMETRI _____________________________________________________________ 21
2.3.1 Definisi Fungsi Trigonometri _____________________________________________ 21
2.3.2 Empat Fungsi Trigonometri Lainnya _____________________________________ 22
2.3.3 Kesamaan Trigonometri ___________________________________________________ 22
2.4 KONSEP LIMIT ______________________________________________________________________ 23
2.5 PENGKAJIAN MENDALAM TENTANG LIMIT ___________________________________________ 25
2.5.1 Definisi Limit _______________________________________________________________ 25
iii
2.5.2 Definisi Limit Limit Sepihak _______________________________________________ 25
2.6 TEOREMA LIMIT ____________________________________________________________________ 26
2.6.1 Teorema Limit Utama _____________________________________________________ 26
2.6.2 Teorema Penggantian _____________________________________________________ 27
2.6.3 Teorema Apit _______________________________________________________________ 27
2.6.4 Limit Trigonometri ________________________________________________________ 27
2.7 KEKONTINUAN FUNGSI ______________________________________________________________ 27
2.7.1 Kekontinuan di Satu Titik _________________________________________________ 27
2.7.2 Kekontinuan Sepihak ______________________________________________________ 28
2.7.3 Kekontinuan pada Interval ________________________________________________ 28
2.8 TEOREMA KEKONTINUAN FUNGSI ___________________________________________________ 29
2.8.1 Teorema A (Kekontinuan pada fungsi polynomial dan fungsi rasional)29
2.8.2 Teorema B (Kekontinuan pada fungsi nilai mutlak dan fungsi akar ke‐n)
29
2.8.3 Teorema C (Kekontinuan pada operasi fungsi) __________________________ 29
2.8.4 Teorema D (Kekontinuan pada limit komposisi) ________________________ 29
2.8.5 Teorema E ( Teorema Nilai Antara) ______________________________________ 29
2.9 LATIHAN SOAL _____________________________________________________________________ 30
BAB 3 _____________________________________________________________________________________________ 33
TURUNAN ________________________________________________________________________________________ 33
3.1 KONSEP DASAR TURUNAN __________________________________________________________ 33
3.1.1 Permasalahan Garis Singgung ____________________________________________ 33
3.1.2 Permasalahan Kecepatan Sesaat __________________________________________ 34
3.2 TURUNAN __________________________________________________________________________ 35
3.2.1 Definisi Turunan ___________________________________________________________ 35
3.2.2 Beberapa Bentuk Setara Turunan ________________________________________ 36
3.2.3 Keterdiferensialan dan Kekontinuan Fungsi ____________________________ 36
3.3 ATURAN TURUNAN _________________________________________________________________ 37
3.4 ATURAN TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI _________________________________________ 38
3.5 ATURAN RANTAI ___________________________________________________________________ 38
3.6 PENULISAN LEIBNIZ ________________________________________________________________ 39
3.7 TURUNAN TINGKAT TINGGI _________________________________________________________ 40
3.8 PENDIFERENSIALAN IMPLISIT _______________________________________________________ 41
3.9 LAJU YANG BERKAITAN _____________________________________________________________ 41
3.10 DIFERENSIAL DAN HAMPIRAN ____________________________________________________ 43
3.10.1 Turunan dan Diferensial __________________________________________________ 43
iv
3.10.2 Hampiran ___________________________________________________________________ 44
3.10.3 Penaksiran Galat (Error) __________________________________________________ 45
3.11 SOAL LATIHAN ___________________________________________________________________ 45
BAB 4 _____________________________________________________________________________________________ 48
APLIKASI TURUNAN ___________________________________________________________________________ 48
4.1 MAKSIMUM DAN MINIMUM _________________________________________________________ 48
4.2 KEMONOTONAN FUNGSI DAN TITIK EKSTRIM ________________________________________ 50
4.2.1 Kemonotonan Fungsi ______________________________________________________ 50
4.2.2 Titik Ekstrim _______________________________________________________________ 51
4.2.3 Uji Turunan untuk Kemonotonan dan Titik Ekstrim ____________________ 52
4.3 KECEKUNGAN FUNGSI DAN TITIK BELOK _____________________________________________ 54
4.3.1 Kecekungan Fungsi ________________________________________________________ 54
4.3.2 Titik Belok __________________________________________________________________ 54
4.3.3 Uji Turunan untuk Kecekungan dan Titik Belok _________________________ 54
4.4 BEBERAPA MASALAH MAKSIMUM DAN MINIMUM ____________________________________ 55
4.5 LIMIT DI TAK HINGGA DAN LIMIT TAK HINGGA ______________________________________ 56
4.5.1 Limit Tak Hingga ___________________________________________________________ 56
4.5.2 Limit di Tak Hingga ________________________________________________________ 57
4.5.3 Limit Tak Hingga di Tak Hingga __________________________________________ 57
4.6 MENGGAMBAR GRAFIK CANGGIH ____________________________________________________ 58
4.6.1 Asimtot ______________________________________________________________________ 58
4.7 TEOREMA NILAI RATA‐RATA _______________________________________________________ 61
4.8 LATIHAN SOAL _____________________________________________________________________ 62
DAFTAR PUSTAKA _____________________________________________________________________________ 65
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Sistem Bilangan Real
Kalkulus sangat bergantung pada sistem bilangan real dan sifat‐sifat yang
terkandung di dalamnya. Untuk memahami sistem bilangan real, kita akan memulai
dengan beberapa sistem bilangan yang sederhana.
Himpunan bilangan asli, 1,2,3,4,5, . . . . Di dalam himpunan bilangan asli
terdapat himpunan bilangan genap 2 | dan himpunan bilangan ganjil 2 1|
. Selain itu terdapat pula himpunan bilangan prima dan komposit. Gabungan antara
himpunan bilangan asli, nol, dan himpunan negatif bilangan asli disebut sebagai himpunan
bilangan bulat, . . . , 3, 2, 1,0,1,2,3, . . . . Himpunan bilangan rasional didefinisikan
dengan | , , 0 . Karena 1 0 , maka , . Bilangan yang tidak
bisa dituliskan dalam bentuk dengan , dikategorikan dalam himpunan bilangan
irasional. Gabungan himpunan bilangan rasional dan bilangan irasional disebut sebagai
himpunan bilangan real, .
Contoh 1.1:
1. , √2, dan π adalah bilangan irasional, sedangkan , √2, π .
2. Buktikan bahwa jika k genap, maka k genap.
Bukti:
Kontraposisi dari pernyataan tersebut adalah jika bukan merupakan bilangan
genap, maka bukan bilangan genap. Hal ini sama artinya dengan mengatakan
bahwa jika ganjil, maka ganjil. Kita akan membuktikan kontraposisinya.
Misalkan 2 1, maka
2 1 4 4 1 2 2 2 1.
Terlihat bahwa jika bilangan ganjil, maka adalah bilangan ganjil. Dengan
demikian terbukti bahwa jika genap, maka genap.
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 2
Contoh 1.2:
Sistem bilangan real bisa diperluas menjadi sistem bilangan kompleks, yaitu
bilangan yang berbentuk a bi, dengan a, b , dan i √ 1.
1.2 Pertaksamaan
Menyelesaikan suatu persamaan seperti 2 7 15 atau 2 3 5 0 adalah
suatu hal yang mudah. Namun, dalam kalkulus kita akan lebih sering menemui permasalah
menyelesaikan suatu pertaksamaan. Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang
terkait dengan penyelesaian suatu pertaksamaan.
Perhatikan suatu pertaksamaan . Pertaksamaan tersebut dapat dibagi
menjadi dua, yaitu dan yang keduanya menyatakan suatu selang buka yang
memuat semua bilangan antara dan namun tidak memuat dan . Dalam hal ini,
selang buka dinotasikan sebagai , . Berbeda dengan ,
pertaksamaan ini menyatakan suatu selang tutup yang memuat semua bilangan dari dan
. Pertaksamaan ini dinotasikan dengan , . Terdapat pula selang setengah buka
dan yang masing‐masing dinotasikan oleh , dan , . Notasi
selang lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Notasi selang
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 3
Menyelesaikan suatu Pertaksamaan
Sebagaimana menyelesaikan masalah persamaan, prosedur penyelesaian suatu
pertidaksamaan juga memuat suatu transformasi sehingga diperoleh suatu himpunan
penyelesaian. Kita bisa mengenakan suatu operasi yang tidak mempengaruhi solusinya,
antara lain:
1. Menambahkan suatu bilangan yang sama pada kedua sisi pertaksamaan.
2. Mengalikan kedua sisi pertaksamaan dengan bilangan positif yang sama.
3. Mengalikan kedua sisi pertaksamaan dengan bilangan negatif yang sama, tetapi
kita harus membalik arahnya.
Contoh 1.3:
1. Selesaikan pertaksamaan 5 2 6 8 dan tunjukkan grafik himpunan
penyelesaiannya.
Solusi
5 2 6 8
5 6 10 (menambahkan 2)
10 (menambahkan ‐6x)
10 (mengalikan ‐1)
Himpunan penyelesaian, ∞, 10 dengan grafik yang ditunjukkan pada Gambar
1.1 a.
2. Selesaikan pertaksamaan 2 6 8 1 dan tunjukkan grafik himpunan
penyelesaiannya.
Solusi
2 6 8 1
10 6 7 (menambahkan ‐8)
(mengalikan ) H
Himpunan penyelesaian, , dengan grafik yang ditunjukkan pada Gambar
1.1b.
Gambar 1.1 Notasi selang sebagai himpunan penyelesaian
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 4
1.3 Nilai Mutlak
Konsep nilai mutlak sangatlah berguna dalam kalkulus. Nilai mutlak dari suatu
bilangan , dinotasikan dengan | |, dan didefinisikan sebagai berikut
| | 0; 0.
Berikut adalah sifatsifat nilai mutlak:
1. | | | || |
2. | | | || |
3. | | | | | | Ketaksamaan segitiga
4. | | || | | ||
5. | | dan | | √
6. | || | | |
7. | | | |
Sifatsifat pertaksamaan yang memuat nilai mutlak:
1. | |
2. | | atau
Sifat‐sifat ini berlaku juga untuk tanda pertaksamaan lebih kecil dari atau sama dengan
( ) dan lebih besar dari atau sama dengan ( ).
Contoh 1.4:
1. Tentukan himpunan penyelesaian dari |3 7| 8
Solusi
|3 7| 8 8 3 7 8
1 3 15 13 5
Himpunan penyelesaian , 5 .
2. Tentukan himpunan penyelesaian dari |8x| 5 2.
Solusi
8 5 2
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 5
8 5 2
13 2
213
atau
8 5 2
3 2 23
Himpunan penyelesaian: ∞, ,∞
1.4 Akar Kuadrat
Solusi dari persamaan kuadrat 0 diberikan oleh:
√ 42
dengan 4 disebut sebagai diskriminan dari persamaan kuadrat. Suatu
persamaan 0 memiliki dua solusi real jika 0, satu solusi real jika 0,
dan tidak memiliki solusi real jika 0. Dengan formula kuadrat itu, kita bisa
menentukan solusi persamaan kuadrat dengan mudah tanpa harus memfaktorkan atau
melengkapkan kuadrat sempurna.
Contoh 1.5:
Dua buah solusi dari 5 4 0 adalah
5 √25 162
5 √412
dan
5 √25 162
5 √412
1.5 Sistem Koordinat dan Garis Lurus
1.5.1 Sistem Koordinat
Pada suatu bidang datar, kita bisa membuat dua buah garis, yaitu garis horizontal
dan garis vertikal yang berpotongan saling tegak lurus. Titik potong dari kedua garis
tersebut dinamakan titik asal dan diberi label . Garis horizontal disebut sumbu‐ ,
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 6
sedangkan garis vertikal disebut sumbu‐ . Bagian positif dari sumbu‐ berada di sebelah
kanan titik asal, sedangkan bagian positif dari sumbu‐ berada di sebelah atas titik asal.
Sumbu koordinat tersebut membagi bidang datar menjadi empat daerah yang disebut
kuadran, yaitu kuadaran , , , dan . Lihat Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Koordinat kartesius
Rumus Jarak
Pada koordinat kartesius, misalkan titik , dan adalah jarak dari titik asal
ke titik . Panjang adalah
atau
.
Persamaan di atas sering kita sebut sebagai rumus Phytagoras.
Misalkan pada suatu bidang koordinat terdapat dua titik, , dan , .
Jarak antara titik dan adalah
,
Persamaan di atas disebut rumus jarak antara dua titik.
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 7
Lingkaran adalah himpunan titik yang berada pada suatu jarak yang tetap terhadap
suatu titik pusat. Jarak tetap tersebut dinamakan jari‐jari(radius). Suatu lingkaran dengan
jari‐jari dan titik pusat , dapat dituliskan dalam sebuah persamaan lingkaran
Contoh 1.6:
Tunjukkan bahwa 2 6 6 merupakan suatu lingkaran. Tentukan
pula titik pusat dan jari‐jarinya.
Solusi
Dengan melengkapkan kuadrat sempurna, kita peroleh 1 3 4.
Dengan demikian, lingkaran 2 6 6 berpusat di titik 1, 3
dengan radius 2.
Rumus Titik Tengah
Titik tengah dari suatu garis yang menghubungkan , dan , adalah
2 , 2
1.5.2 Persamaan Garis Lurus
Perhatikan Gambar 1.3. Dari titik , ke titik , , terdapat rise
(perubahan arah vertikal) sebesar dan run (perubahan arah horizontal) sebesar
. Kita katakan garis memiliki kemiringan sebesar dengan syarat .
Kemiringan ini disebut gradien dan dinotasikan dengan yaitu
Lebih jauh, persamaan garis antara dua titik , dan , adalah
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 8
Gambar 1.3 Kemiringan garis
Apabila kita telah memperoleh titik potong suatu garis terhadap sumbu‐ pada titik
0, , persamaan garis dapat pula dituliskan sebagai
0 atau
Misalkan adalah suatu konstanta. Persamaan garis yang sejajar dengan sumbu‐
dan memotong titik di sumbu‐y adalah dan memiliki kemiringan .
Persamaan garis yang sejajar dengan sumbu‐ dan memotong titik di sumbu‐ adalah
dengan kemiringan yang tak terdefinisi.
Persamaan garis dapat pula berbentuk 0 dengan dan keduanya
tidak bernilai 0. Misalkan dan adalah dua buah garis dengan kemiringan masing‐
masing dan . Apabila dan sejajar, maka keduanya memiliki kemiringan yang
sama, yaitu . Apabila tegak lurus terhadap , maka berlaku · .
Contoh 1.7:
Dapatkan persamaan garis yang melalui titik potong dari dua buah garis
3 4 8 dan 6 10 7 yang tegak lurus terhadap garis 6 10 7.
Solusi
Dengan menggunakan teknik eliminasi dan substitusi, titik potong dari 3 4 8
dan 6 10 7 adalah 2, . Kemiringan garis 6 10 7 adalah .
Karena persamaan garis yang kita cari tegak lurus terhadap 6 10 7, maka
kemiringannya adalah .
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 9
Dengan demikian, persamaan garis tersebut memenuhi:
12
53 2
53
236
6 10 23
10 6 23 0
1.6 Teknik Menggambar Grafik suatu Persamaan Garis
Untuk menggambar suatu persamaan garis dengan menggunakan tangan, ikuti
langkah‐langkah berikut:
1. Dapatkan koordinat dari beberapa titik yang memenuhi persamaan garis yang
diberikan;
2. Plot titik‐titik tersebut dalam suatu bidang;
3. Hubungkan titik‐titik tersebut dengan kurva yang halus.
Contoh 1.8:
Gambarkan kurva dari 3.
Solusi
Ketiga langkah di atas ditunjukkan pada Gambar 1.4.
Gambar 1.4. Plot Grafik
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 10
Sifat Simetri pada Suatu Grafik
Perhatikan sebarang grafik dengan , adalah koordinat yang terdapat pada
grafik tersebut.
1. Suatu grafik simetri terhadap sumbu‐ jika disubstitusikan oleh , maka
akan diperoleh persamaan garis yang sama. Contoh, .
2. Suatu grafik simetri terhadap sumbu‐ jika disubstitusikan oleh , maka
akan diperoleh persamaan garis yang sama. Contoh, .
3. Suatu grafik simetri terhadap titik asal jika disubstitusikan oleh dan
disubstitusikan oleh , maka akan diperoleh persamaan garis yang sama.
Contoh, .
Contoh 1.9:
Periksa, apakah 3 7 simetri terhadap titik asal, sumbu‐ , atau sumbu‐ .
Solusi
Dengan mensubstitusikan ke dan ke pada persamaan 3 7, kita
peroleh bahwa 3 7 tidak simetri terhadap titik asal, sumbu‐ , maupun
sumbu‐ .
1.7 Latihan Soal
A. Sistem Bilangan Real
1. Tuliskan dalam bentuk yang paling sederhana:
a 3 2 4 7 12 ;
b ;
c 2 ;
d √5 √3 √5 √3 ;
e √5 √3 ;
f 2x 4 x 1 ;
g 3t t 1 ;
h ;
i ;
j
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 11
2. Periksa apakah pernyataan berikut ini benar. "Untuk setiap x, x x 1."
3. Buktikan pernyataan berikut:
Jika n ganjil, maka n ganjil. (Buktikan dengan kontraposisi)
B. Pertaksamaan dan Nilai Mutlak
1. Dapatkan solusi dari pertaksamaan berikut dalam notasi selang.
a) 7x 2 9x 3;
b) 3 4x 9 11;
c) 0;
d) 2x 3 x 1 x 3 0
2. Manakah pernyataan berikut yang benar jika a b.
a a ab;
b a a b;
c a 3 b 3;
d – a b
3. Selesaikan pertaksamaan berikut
a |x 1| 2| 3|;
b |2x 1|\geq |x 1|;
c 2|2x 3| | 10|;
d |3x 1| 2| 6|
4. Gunakan sifat‐sifat nilai mutlak untuk menunjukkan bahwa setiap pernyataan
berikut ini benar.
a |a b| |a| |b|;
b) |a b| |a| |b|;
c) |a b c| |a| |b| |c|
5. Tunjukkan bahwa
|x| 2x 2x 7x 1
C. Akar Kuadrat dan Sistem Koordinat
1. Hitunglah jarak dari
a 3,1 , 1,1 ;
b 4,5 , 5, 8 ;
c 3,5 , 2, 2 ;
d 1,5 , 6,3
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 1 Pendahuluan | 12
2. Hitunglah jarak antara 2,3 dengan titik tengah suatu garis yang menghubungkan
2, 2 dan 4,3 .
3. Dapatkan titik pusat dari jari‐jari lingkaran dari:
a x 2x 10 y 6y 10 0;
b 4x 16x 15 4y 6y 0
4. Tuliskan persamaan garis yang melalui 3, 3 yang
a sejajar terhadap garis y 3x 6;
b tegak lurus terhadap garis 4y 2x 5;
c tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan 1,2 dan 3,‐1 ;
d sejajar terhadap garis x 8;
e tegak lurus terhadap garis x 8
5. Dapatkan nilai c pada garis 3x cy 5 yang
a melalui titik 3,1 ;
b sejajar terhadap sumbu‐y;
c sejajar terhadap garis 2x y 1;
d memiliki titik potong yang sama pada sumbu‐x dan sumbu‐y;
e tegak lurus terhadap garis y 2 3 x 3
6. Dapatkan nilai k sedemikian sehingga kx 3y 10
a sejajar terhadap garis y 2x 4;
b tegak lurus terhadap y 2x 4
D. Menggambar Grafik
1. Plot grafik dari setiap persamaan berikut. Mulailah dengan memeriksa sifat‐sifat
simetrinya
a y x 1
b y x 2x
c x y 4
d x 9 y 2 36
e 2x 4x 3y 12y 2
BAB 2
FUNGSI DAN LIMIT
2.1 Fungsi dan Grafiknya
Subbab 2.1 menjelaskan beberapa hal berkenaan dengan fungsi, antara lain: definisi
fungsi dan grafiknya, serta beberapa jenis fungsi yang umum digunakan dalam kalkulus.
2.1.1 Definisi Fungsi dan Grafiknya
Sebuah fungsi f didefinisikan sebagai suatu aturan padanan yang menghubungkan
tiap obyek x dalam suatu himpunan, yang disebut daerah asal, dengan sebuah nilai unik
f(x) dari himpunan kedua yang disebut daerah nilai.
Contoh 2.1:
Gambar 2.1 Deskripsi Fungsi
Tabel 2.1 Nilai Fungsi
x
‐2 4
‐1 1
0 0
1 1
2 4
Dari gambar 2.1 dan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa fungsi memadankan
setiap elemen x di A dengan suatu elemen y di B. Sebagai contoh, fungsi
memadankan elemen x = ‐2 di A dengan elemen y = 4 di B; elemen x = ‐1 di A dengan
elemen y = 1 di B; dst.
‐2
‐1
0
1
2
0
1
2
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 14
Daerah Asal (Daerah Definisi/ Wilayah/ Domain)
Daerah asal adalah himpunan semua bilangan Riil yang menyebabkan aturan fungsi
berlaku/ terdefinisi. Pada contoh 2.1, daerah asal dari f(x), yang dinotasikan dengan
adalah himpunan bilangan {‐2,‐1,0,1,2}.
Jika himpunan daerah asal tidak dirinci, maka kita akan selalu menganggap bahwa
himpunan daerah asalnya adalah himpunan semua bilangan Riil sedemikian sehingga
aturan fungsi memberikan makna/ terdefinisi. Ini disebut daerah asal alamiah. Pada
contoh 2.1, daerah asal alamiahnya adalah {R}.
Daerah Hasil (Daerah Nilai/ Jelajah/ Range)
Daerah hasil adalah himpunan nilai‐nilai yang diperoleh yang merupakan padanan
semua elemen dari daerah asal. Pada contoh 2.1 untuk daerah asal {‐2,‐1,0,1,2}, maka
daerah nilai ( ) adalah himpunan bilangan {0,1,4}.
Contoh 2.2:
Tentukan daerah asal alamiah, daerah hasil dan gambarkan grafik dari fungsi
a √9
b
Solusi
a) Fungsi √9 akan terdefinisi bila nilai 9 0 . Hal ini akan
tercapai bila | | 3, sehingga daerah asal alamiahnya adalah [‐3,3]. Grafik
fungsi ditunjukkan oleh gambar berikut. Dari grafik dapat diketahui bahwa
daerah nilai adalah pada selang [0,3].
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 15
b) Fungsi akan terdefinisi bila nilai 1 0, artinya 1. Dengan
demikian daerah asal alamiahnya adalah (‐∞,1) (1,∞). Grafik fungsi
ditunjukkan oleh gambar berikut. Dari grafik dapat diketahui bahwa daerah
nilai adalah pada selang ∞,∞ .
2.1.2 Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil
Fungsi genap dan fungsi ganjil didefinisikan sebagai berikut:
1. Fungsi f dikatakan fungsi genap bila memenuhi f ‐a f a . Grafik fungsi genap
simetri terhadap sumbu y.
2. Fungsi f dikatakan fungsi ganjil bila memenuhi f ‐a ‐f a . Grafik fungsi ganjil
simetri terhadap titik asal koordinat.
Gambar 2.2 Grafik fungsi genap dan fungsi ganjil
a ‐af(‐a)
f(a) y = f(x)
(b)Fungsi Ganjil
a‐a
f(‐a) f(a)
y = f(x)
(a)Fungsi Genap
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 16
Contoh 2.3:
Tentukan apakah fungsi berikut termasuk fungsi genap, ganjil atau bukan
keduanya:
a 2;
b ;
c 2 1 !
Solusi
a) 2 (fungsi genap)
Bukti:
2
2
b) (fungsi ganjil)
Bukti:
2x
x 2x
c) 2 1 (bukan keduanya)
Bukti:
2 x 1
2x 1
2.1.3 Fungsi Nilai Mutlak dan Fungsi Bilangan Bulat Terbesar
Fungsi Nilai Mutlak dan Fungsi Bilangan Bulat Terbesar didefinisikan sebagai
berikut:
1. Fungsi Nilai Mutlak didefinisikan sebagai:
| | 0 0
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 17
2. Fungsi Bilangan Bulat Terbesar adalah bilangan bulat terbesar yang lebih
kecil atau sama dengan x.
Contoh 2.4:
Fungsi nilai mutlak dan fungsi bilangan bulat terbesar, termasuk ke dalam fungsi
genap, ganjil, atau bukan keduanya? Gambarkan grafiknya!
Solusi
• Fungsi nilai mutlak adalah fungsi genap
• Fungsi bilangan bulat terbesar adalah bukan merupakan fungsi genap atau
ganjil
2.1.4 Beberapa Jenis Fungsi Lainnya di dalam Kalkulus
Beberapa jenis fungsi lainnya yang dikenal di dalam kalkulus antara lain:
1. Fungsi Konstanta
2. Fungsi Identitas
3. Fungsi Polinom
4. Fungsi Linear (fungsi derajat satu)
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 18
5. Fungsi Kuadat (fungsi derajat dua)
6. Fungsi Rasional
7. Fungsi Aljabar Eksplisit
8. Fungsi Trigonometri
9. Fungsi Balikan Trigonometri
10. Fungsi Eksponen
11. Fungsi Logaritma
2.2 Operasi Fungsi
Beberapa operasi fungsi yang dibahas pada subbab ini antara lain: operasi
aritmatika fungsi (Jumlah, Selisih, Hasil Kali, Hasil Bagi, Pangkat), komposisi fungsi, invers
fungsi, dan translasi fungsi.
2.2.1 Operasi Jumlah, Selisih, Hasil Kali, Hasil Bagi, Pangkat
Misalkan f(x) dan g(x) adalah fungsi‐fungsi real dengan daerah asal Df dan Dg , maka
berlaku aturan operasi fungsi seperti pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Operasi aritmatika fungsi
Rumus Operasi Fungsi Daerah Asal
. .
| 0
Contoh 2.5:
Andaikan √ 1 dan √9 , dengan daerah asal alamiah Df ‐1,∞ dan
Dg ‐3,3 . Cari rumus f g, f‐g, f.g, f/g, f5, dan tentukan daerah asal almiahnya!
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 19
Solusi
2.2.2 Komposisi Fungsi
Andaikan dan √3 , maka dapat dibentuk suatu fungsi baru dari
kedua fungsi tersebut yang dinamakan fungsi komposisi, yaitu:
32√3
3
69
36
9
Perhatikan kedua fungsi komposis di atas. Terlihat bahwa susunan komposisi fungsi tidak
komutatif karena .
Contoh 2.6:
Tentukan daerah asal untuk kedua fungsi komposisi di atas!
Solusi
a) √ akan terdefinisi jika 3 0 dan √3 0. Dengan demikian
daerah asal alamiahnya adalah : 3 : 0 , yaitu
0: 3 . Dalam bentuk selang, daerah asal alamiah adalah [0,3) (3,∞).
b) 3 akan terdefinisi jika:
1) 9 0 daerah asal alamiah = : | | 3
atau ∞, 3 3,3 3,∞
2) 0
o Pada selang ∞, 3 , 0 karena
menghasilkan
nilai negatif, sehingga tidak terdefinisi pada selang ∞, 3
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 20
o Selang 3,3 dipecah menjadi 3,0 0,3 .
Pada selang 3,0 , 0 karena
menghasilkan nilai
positif, sehingga terdefinisi pada selang , .
Pada selang 0,3 , 0 karena
menghasilkan nilai
negatif, sehingga tidak terdefinisi pada selang 0,3
o Pada selang 3,∞ , 0 karena
menghasilkan nilai
positif, sehingga terdefinisi pada selang 3,∞ , .
Dengan demikian mempunyai daerah asal alamiah pada
selang , , ∞ , atau 0 3
2.2.3 Invers Fungsi
Jika f(x) adalah sebuah fungsi, maka f‐1(x) adalah fungsi invers dari f(x) yang
memenuhi: .
Contoh 2.7:
Jika , buktikan bahwa !
Solusi
(subsitusikan x = pada )
(kurangkan ruas kanan dan ruas kiri dengan b)
2.2.4 Translasi Fungsi
Misalkan sebuah fungsi awal f(x) ditranslasi menjadi f(x+h). Jika h>0, maka grafik
fungsi akan bergeser ke kiri sebesar h satuan. Sebaliknya jika h<0, maka grafik fungsi akan
bergeser ke kanan sebesar h satuan.
Misalkan sebuah fungsi awal f(x) ditranslasi menjadi f(x)+k. Jika k>0, maka grafik
fungsi akan bergeser ke atas sebesar h satuan.Sebaliknya jika k<0, maka grafik fungsi akan
bergeser ke bawah sebesar k satuan.
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 21
Contoh 2.8:
Jika f x |x|, sketsa grafik f x 3 , f x‐3 ,f x 2,f x ‐2, dan f x‐3 2 !
Solusi
2.3 Fungsi Trigonometri
Subbab 2.3 membahas tentang fungsi trigonometri dan beberapa kesamaan fungsi
trigonometri.
2.3.1 Definisi Fungsi Trigonometri
Andaikan lingkaran C pada gambar 2.3 adalah lingkaran satuan, yaitu lingkaran
dengan jari‐jari, r = 1 dan berpusat di titik asal. t‐positif adalah sudut yang dihitung
berdasarkan arah yang berlawanan dengan jarum jam dengan satuan radian (2π rad =
360° . Andaikan posisi titik P memiliki sudut t, maka:
sin cos
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 22
Gambar 2.3 Ilustrasi fungsi trigonometri
(Ingat kembali nilai‐nilai sudut istimewa pada fungsi trigonometri !)
2.3.2 Empat Fungsi Trigonometri Lainnya
tansincos
cotcossin
sec1
cos csc
1sin
2.3.3 Kesamaan Trigonometri
Kesamaan ganjil‐genap Kesamaan fungsi ko
sin sin sin cos
cos cos cos sin
tan tan tan cot
Kesamaan Pythagoras
sin cos 1 1 cot csc 1 tan sec
Kesamaan Penambahan
sin x y sin x cos y cos x sin y tan x y
cos x y cos x cos y sin x sin y
t
A(1,0)
P(x,y)
y r = 1
x
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 23
Kesamaan Sudut Ganda
sin 2x 2 sin x cos x
cos 2x cos x sin x 2 cos x 1 1 2 sin x
Kesamaan Jumlah Kesamaan Setengah Sudut
sin x sin y 2 sin cos sin x
cos x cos y 2 cos cos cos x
Kesamaan Hasil Kali
sin x sin y12cos x y cos x y
cos x cos y12cos x y cos x y
sin x cos y12 sin x y sin x y
2.4 Konsep Limit
Misalkan I = (a,b) adalah suatu interval terbuka di R dan c R sehingga limit fungsi
f di titik c mempunyai arti bahwa fungsi f(x) terdefinisi di semua titik pada I/{c} dan di c
boleh terdefinisi dan boleh juga tidak.
Konsep limit digunakan untuk menentukan nilai f(x) pada x mendekati c, tetapi
bukan di c. Jika dikatakan , berarti bahwa bila x mendekati c tetapi bukan
di c, maka f(x) dekat ke L.
Limit Kanan
lim berarti bahwa bila x dekat tetapi pada sebelah kanan c, maka f(x)
adalah dekat ke L.
Limit Kiri
lim berarti bahwa bila x dekat tetapi pada sebelah kiri c, maka f(x)
adalah dekat ke L.
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 24
Teorema
Limit fungsi mendekati suatu titik dikatakan ada jika nilai limit kiri sama dengan
nilai limit kanan, yaitu:
lim jika lim dan lim
Contoh 2.9:
Pada keempat grafik berikut, andaikan f x terdefinisi di semua titik pada interval I,
kecuali mungkin di c. Tentukan apakah f x terdefinisi pada x c? Tentukan pula
limit f x bila x mendekati c!
Solusi
a) f(c) = L, limit x mendekati c = L
b) f(c) = tidak terdefinisi, limit x mendekati c = L
c) f(c) = L, limit kiri x mendekati c = M, limit kanan x mendekati c=L
d) f(c) = M, limit kiri x mendekati c = M, limit kanan x mendekati c=L
f(x)
a bc
L
f(x)
a bc
L
f(x)
a bc
L M
f(x)
a bc
LM
(a) (b)
(c) (d)
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 25
2.5 Pengkajian Mendalam tentang Limit
2.5.1 Definisi Limit
lim berarti bahwa untuk tiap 0 yang diberikan (betapapun
kecilnya), terdapat 0 yang berpadanan sedemikian sehingga | | asalkan
bahwa 0 | | ; yakni:
0 | | | |
Contoh 2.10:
Dengan menggunakan definisi limit, buktikan bahwa lim 4 5 7!
Solusi
Andaikan untuk sembarang bil positif kecil , | 4 5 7| bila
| 3| .
Padahal | 4 5 7| 4| 3| , dan diinginkan | 4 5 7| .
Karena diketahui | 3| , maka | 4 5 7| 4 , sehingga kita dapat
memilih
Bukti
Diberikan sembarang 0, pilih . Sehingga bila | 3| , maka
| 4 5 7| 4| 3| 4
Karena | 4 5 7| bila | 3| , jadi terbukti:
lim 4 5 7
2.5.2 Definisi Limit Limit Sepihak
lim berarti bahwa untuk tiap 0, terdapat 0 yang berpadanan
sedemikian sehingga:
0 | |
lim berarti bahwa untuk tiap 0, terdapat 0 yang berpadanan
sedemikian sehingga:
0 | |
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 26
2.6 Teorema Limit
2.6.1 Teorema Limit Utama
Andaikan n bilangan bulat positif, k konstanta, dan f dan g adalah fungsi‐fungsi yang
mempunyai limit di c. Maka:
1. lim
2. lim
3. lim lim
4. lim lim lim
5. lim lim lim
6. lim . lim . lim
7. limlim
lim , lim 0
8. lim lim
9. lim lim lim 0
Contoh 2.11:
Dengan menggunakan teorema limit utama , tentukan lim 3 2 !
Solusi
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 27
2.6.2 Teorema Penggantian
Jika f suatu fungsi polinom atau fungsi rasional, maka:
lim
asalkan dalam kasus rasional nilai penyebutnya tidak nol di c.
2.6.3 Teorema Apit
Andaikan f, g, dan h adalah fungsi‐fungsi yang memenuhi untuk
semua x dekat c, kecuali mungkin di c. Jika lim lim maka
lim L.
2.6.4 Limit Trigonometri
1. lim sin sin lim cos x cos
2. limsin
1 lim sin 1
3. limtan
1 lim tan 1
Catatan:Bila lim 0 lim 1
2.7 Kekontinuan Fungsi
2.7.1 Kekontinuan di Satu Titik
Misalkan f(x) terdefinisi pada interval terbuka I dan . Fungsi f disebut kontinu
di titik c bila:
lim
lim lim
Ini berarti bahwa f kontinu di c bila memenuhi 3 syarat, yaitu:
1) f(c) ada atau terdefinisi
2) lim ada
3) f c lim
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 28
Contoh 2.12:
Perhatikan keempat grafik pada contoh 2.9. Pada grafik yang manakah kurva f x
kontinu di c? berikan alasan!
Solusi
• Grafik a kontinu
• Grafik b diskontinu karena f(c) tidak terdefinisi,
• Grafik c tidak kotinu karena lim tidak ada (limit kiri≠limit kanan)
• Grafik d tidak kotinu karena lim tidak ada (limit kiri≠limit kanan)
2.7.2 Kekontinuan Sepihak
Fungsi f disebut kontinu kiri di x=c bila lim
Fungsi f disebut kontinu kanan di x=c bila lim
Contoh 2.12:
Pada keempat grafik contoh 2.9, kurva manakah yang menunjukkan fungsi f
kontinu sepihak?
Solusi
Grafik c dan d kontinu sepihak
Grafik c kontinu kanan di x=c karena lim
Grafik d kontinu kiri di x=c karena lim
2.7.3 Kekontinuan pada Interval
1. Fungsi f disebut kontinu pada interval terbuka (a,b) bila f kontinu di setiap titik
pada (a,b).
2. Fungsi f disebut kontinu pada interval tetutup [a,b] bila f kontinu di setiap titik pada
(a,b) dan kontinu kanan di a dan kontinu kiri di b.
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 29
2.8 Teorema Kekontinuan Fungsi
2.8.1 Teorema A (Kekontinuan pada fungsi polynomial dan fungsi rasional)
1. Suatu polinom P(c) kontinu pada setiap bilangan riil c.
2. Suatu fungsi rasional , kontinu pada setiap
bilangan riil c dalam daerah asalnya, kecuali pada bilangan riil c dimana
penyebutnya (polinom Q(c)) menjadi 0.
2.8.2 Teorema B (Kekontinuan pada fungsi nilai mutlak dan fungsi akar ken)
1. Fungsi nilai mutlak f(c)=|c| kontinu pada setiap bilangan riil c.
2. Jika n bilangan ganjil, fungsi akar ke n, f(c)=√ , kontinu di setiap bilangan riil c.
3. Jika n bilangan ganjil, fungsi akar ke n, f(c)=√ , kontinu di setiap bilangan riil c
positif.
2.8.3 Teorema C (Kekontinuan pada operasi fungsi)
Jika f dan g kontinu di c, dan k R, maka:
; ; ; . ; ; ; 0
adalah kontinu di c.
2.8.4 Teorema D (Kekontinuan pada limit komposisi)
Jika lim dan jika f kontinu di L, maka :
lim lim
Dengan kata lain, jika g kontinu pada c dan f kontinu pada g(c), maka kontinu pada c.
2.8.5 Teorema E ( Teorema Nilai Antara)
Jika f kontinu pada [a,b] dan jikanW sebuah bilangan antara f(a) dan f(b), maka
terdapat paling tidak sebuah bilangan c di antara a dan b sedemikian sehingga f(c) = W.
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 30
Contoh 2.13:
Tentukan kekontinuan fungsi berikut:
a) pada x=2;
b) 212 2
pada t=2;
Solusi
a) g(x) tidak kontinu karena g(2) tidak terdefinisi.
b) h(2) = 12
lim lim lim lim 2 4 = 12
h(2) = lim = 12 h(x) kontinu di x=2
2.9 Latihan Soal
A. Fungsi dan Grafik
1. Mana dari yang berikut menentukan suatu fungsi f dengan rumus y f x ?
a 4
b 3 4
c 3 1
d 3
2. Cari daerah asal alamiah untuk masing‐masing fungsi berikut:
a √2 3
b
c 4
3. Nyatakan apakah fungsi berikut merupakan fungsi genap, ganjil, atau bukan
keduanya!
a 4
b 3 2 1
c
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 31
B. Operasi fungsi
1. Jika 2 dan 2/ 1 , cari rumus untuk masing‐masing berikut
dan nyatakan daerah asalnya!
a
b) /
c)
d)
2. Setelah berkecimpung dalam bisnis selama x tahun, seorang pengusaha traktor
membuat 100 x 2x buah tiap tahun. Harga penjualan dalam ribuan rupiah
tiap buahnya telah meningkat sesuai dengan rumus P 500 6x. Tuliskan rumus
untuk pendapatan tahunan pengusaha tersebut R x setelah x tahun.
C. Fungsi Trigonometri
1. Hitung tanpa memakai kalkulator:
a tan
b sec
2. Periksa kebenaran kesamaan berikut:
a 1 sin 1 sin
b sec 1 sec 1 tan
c sec sin tan cos
D. Kajian Mendalam tentang Limit
1. Berikan suatu bukti ε , δ dari tiap fakta limit berikut:
a lim 2 4 8
b lim
E. Teorema Limit
1. Dengan menggunakan teorema limit, tentukan:
a lim 4 3 7 2
b lim
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 2 Fungsi dan Limit| 32
F. Kekontinuan Fungsi
1. Tentukan kekontinuan fungsi berikut:
a
b 3, 21, 2
2. Fungsi berikut tidak terdefinisi di suatu titik tertentu. Bagaimana seharusnya
mendefinisikannya agar kontinu pada titik itu?
a
b √
BAB 3
TURUNAN
3.1 Konsep Dasar Turunan
Dalam sejarah kalkulus, terdapat dua permasalahan terapan kalkulus yang sulit
untuk didefinisikan secara jelas, yaitu permasalahan garis singgung (bidang geometri) dan
permasalahan kecepatan sesaat (bidang mekanik). Hal ini mengimplikasikan lahirnya
konsep dasar turunan (yang berasal dari konsep limit) yang berhasil memberikan uraian
matematis terbaik untuk kedua permasalahan tersebut.
3.1.1 Permasalahan Garis Singgung
Perhatikan gambar 3.1. Andaikan P adalah suatu titik tetap pada kurva dengan
koordinat (c,f(c)). Garis m1 merupakan tali busur yang menghubungkan titik P dan Q1. Bila
titik Q1 kita geser mendekati titik P, maka ketika mencapai posisi Q2 garis singgungnya
menjadi m2. Bila titik Q terus kita geser hingga ‘berimpit’ dengan titik P, maka garis
talibusur PQ akan berubah menjadi garis singgung m.
Gambar 3.1 Garis Singgung
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 34
Secara matematis kemiringan garis singgung yang melalui PQ (perhatikan garis
singgung m2) adalah:
Jika titik Q bergeser dekat ke P, maka h 0, sehingga garis singgung m pada titik
P(c,(f(c)) akan memiliki kemiringan:
lim lim
3.1.2 Permasalahan Kecepatan Sesaat
Untuk menguraikan masalah kecepatan sesaat, kita ambil sebuah contoh percobaan
benda jatuh bebas di ruang hampa udara. Percobaan menyimpulkan bahwa bila benda
bergerak dari posisi diam, maka posisi benda pada t detik adalah S(t) = 16t2. Dengan
demikian posisi benda pada detik ke t dapat digambarkan sebagai berikut:
(Gambar 3.2: Ilustrasi Jarak Tempuh)
Kecepatan rata‐rata benda dapat dihitung dengan membagi jarak tempuh dengan
selang waktu. Hal ini diilustrasikan dalam tabel 3.1:
Tabel 3.1 Kecepatan rata‐rata
t1 t2 s(t1) s(t2)Vrata-rata =
s(t2)-s(t1)/(t2-t1)0 1 0 16 161 2 16 64 482 3 64 144 80
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 35
Tabel 3.1 telah menunjukkan kecepatan rata‐rata benda jatuh pada selang waktu
antara t1 dan t2 atau t1+∆t. Tetapi kita tidak dapat mengetahui kecepatan sesaat benda,
misalnya pada t=2. Untuk memperkirakan nilai kecepatan sesaat pada saat t=2, dapat
dilakukan dengan menghitung kecepatan rata‐rata antara pada selang waktu yang sempit
di dekat t=2. Hal ini diilustrasikan dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kecepatan Rata‐rata t 2
t1 t2 s(t1) s(t2)Vrata-rata =
s(t2)-s(t1)/(t2-t1)1.999 2.000 63.936 64.000 63.984 2.000 2.001 64.000 64.064 64.016
Dari tabel 3.2 dapat dilihat bahwa kecepatan sesaat pada t 2 berada di antara
63,984 dan 64,016. Untuk mendapat nilai yang persis untuk kecepatan sesaat pada t=2,
selang waktu perhitungan harus dipersempit hingga ∆t 0. Dengan menggunakan konsep
limit, nilai keepatan sesaat dapat dihitung sebagai berikut:
∆ ∆∆∆
(Dengan menggunakan konsep limit coba hitung kecepatan sesaat pada t=2)
Kesimpulan: Dapat dilihat bahwa permasalahan garis singgung dan kecepatan sesaat
memiliki konsep penyelesaian yang sama (Konsep Limit).
3.2 Turunan
Pada subbab sebelumnya telah diberikan pemahaman tentang konsep limit untuk
turunan. Pada subbab berikutnya akan diberikan pemahaman tentang turunan.
3.2.1 Definisi Turunan
Jika f adalah sebuah fungsi real dengan c є Df, dapat dikatakan bahwa turunan fungsi f
adalah fungsi lain f’ (dibaca “f aksen”) yang nilainya pada sebarang bilangan c adalah:
lim , asalkan nilai limit ini ada.
(Ingat kembali kapan nilai limit dikatakan ada?)
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 36
3.2.2 Beberapa Bentuk Setara Turunan
Beberapa bentuk setara turunan diantaranya adalah:
1 Berdasarkan gambar 3.3, lim tidak ada keharusan
menggunakan huruf h dalam mendefinisikan f’ c , sehingga f’ c dapat juga
dituliskan sebagai:
a lim atau
b lim
2 Berdasarkan gambar 3.4, lim (Sekali lagi tidak ada
keharusan menggunakan huruf tertentu).
(Gambar 3.3) (Gambar 3.4)
3.2.3 Keterdiferensialan dan Kekontinuan Fungsi
Teorema keterdiferensialan dan kekontinuan fungsi adalah:
“Jika f’(c) ada (fungsi terdiferensialkan), maka f kontinu di c”.
Teorema ini menyiratkan 2 hal:
• Bila fungsi f terdiferesialkan di titik c, maka fungsi f kontinu di c.
• Bila fungsi f kontinu di titik c, belum tentu fungsi f terdiferensialkan di c.
Contoh 3.1
1 Apakah fungsi mutlak f x |x| kontinu dan terdiferensialkan di x 0? Beri
alasan!
Solusi
Kontinu di x=0, tetapi tidak terdiferensialkan karena pada limit diferensial, limit
kiri tidak sama limit kanan.
x
(c,f(c))
(x,f(x))
f(x)‐f(c)
x‐c
c xx
(c,f(c))
(c+h,f(c+h))
f(c+h)‐f(c)
h
c c+h
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 37
2 Kurva berikut menunjukkan beberapa kemungkinan kekontinuan dan
keterdiferensialan fungsi. Apaka kurva kontinu dan terdiferensialkan di titik
a,b,c, dan d?
Solusi
a Titik a tidak kontinu , oleh karena itu tidak terdiferensialkan.
b Titik b kontinu tapi tidak terdiferensialkan karena pada sudut lancip, limit
kiri limit untuk pembagian delta y/delta x, sesuai definisi turunan tidak
sama limit kanan.
c Titik c kontinu tapi tidak terdiferensialkan karena garis singgung tegak lurus
menyebabkan nilai pembilang menurut definisi diferensial mendekati tak
hingga.
d Titik d kontinu dan terdiferensialkan.
3.3 Aturan Turunan
Menghitung turunan suatu fungsi menurut definisi turunan (seperti yang dijelaskan
pada subbab 3.1.3 poin A ) akan memakan waktu dan membosankan. Dengan adanya
teorema aturan turunan, kita dapat menentukan turunan suatu fungsi dengan lebih cepat
dan mudah. Berikut adalah aturan‐aturan turunan yang dituliskan dalam bentuk penulisan
operator D.
1. Aturan Fungsi Konstanta , 0 ; dimana k adalah suatu konstanta
2. Aturan Fungsi Identitas , 1
3. Aturan Pangkat ,
,
4. D sebagai sebuah operator linear
a b c d
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 38
5. Aturan Penjumlahan dan Pengurangan
6. Aturan Perkalian
7. Aturan Pembagian
3.4 Aturan Turunan Fungsi Trigonometri
Berikut ini beberapa aturan penting berkaitan dengan turunan fungsi trigonometri.
1. D sin x cos x
2. D cos x sin x
3. D tan x sec x
4. D csc x csc x cot x
5. D sec x sec x tan x
6. D cot x csc x
3.5 Aturan Rantai
Andaikan dan menentukan fungsi komposit
, jika g terdiferensialkan di x dan f terdiferensialkan di u = g(x), maka fog
terdiferensialkan di x dan
Dalam aturan rantai dapat dituliskan
D y D y . D u
Aturan rantai berguna untuk mencari turunan fungsi komposisi. Agar lebih mudah
memahami aturan rantai, perhatikan contoh berikut:
Contoh 3.2
Jika 2 4 1 , tentukan !
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 39
Solusi
Andaikan y adalah sebuah fungsi komposisi dimana y=f(u) = u60, dan
2 4 1.
Jadi,
.
. 2 4 1
60 4 4
60 2 4 1 4 4
Aturan Rantai Bersusun
Andaikan y=f(u) dan u=g(v) dan v=h(x), maka
. .
Contoh 3.3
jika 4 , tentukan !
Solusi
Andaikan ; sin ; dan 4 , sehingga
. .
. sin . 4
3 – cos 4
12 cos
12 cos
12 4 cos 4
3.6 Penulisan Leibniz
Penulisan Leibniz menggunakan notasi dy/dx untuk menyatakan turunan. Leibniz
menyebut dy/dx sebagai suatu hasil bagi dari dua bilangan yang sangat kecil, yakni:
lim∆
∆∆
lim∆
∆∆
Penulisan Leibniz juga berlaku pada aturan rantai. Sebagai contoh, andaikan y = f(u)
dan u = g(x), maka:
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 40
Contoh 3.4
1 Tentukan dy/dx jika 3 7 !
Solusi
3 7
3 7
3 3 2 7 1
3 6 7
2 Tentukan dy/dx jika x 2x !
Solusi
Misalkan u x 2x , maka y u dan
.
.2
12 3 2 12 2 3 2
3.7 Turunan Tingkat Tinggi
Turunan sebuah fungsi dapat dituliskan dalam beberapa bentuk seperti yang
dicontohkan pada Tabel 3.3. Misalkan sebuah fungsi y=f(x), maka turunan pertamanya
adalah . Jika turunan pertama ini diturunkan lagi,
maka akan menghasilkan turunan kedua, yaitu
. Notasi yang sama diberikan untuk turunan ketiga, keempat, dst.
Tabel 3.3 Bentuk Penulisan Turunan
Derivatif Penulisan f' Penulisan y' Penulisan Operator D Penulisan Leibniz
Pertama f'(x) y'
Kedua f''(x) y''
Kedua f'’'(x) y''’
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 41
Salah satu penggunaan turunan tingkat tinggi adalah pada masalah gerak partikel.
Bila S(t) merupakan posis sebuah partikel, maka kecepatan partikel adalah v(t) = S’(t).
Sedangkan percepatan gerak partikel adalah a(t) = v’(t) = S”(t).
3.8 Pendiferensialan Implisit
Sebuah fungsi dikatakan berbentuk implisit bila berbentuk F(x,y) = 0. Pada bentuk
ini, variabel x dan y tercampur dalam suatu ekspresi. Pendiferensialan implisit adalah
mencari dy/dx tanpa terlebih dahulu mengubah bentuk persamaan menjadi y = f(x).
Prinsip pendiferensialan implisit adalah sebagai berikut: untuk suatu bentuk fungsi
implisit F(x,y) = 0. Untuk mencari dy/dx, kumpulkan semua variable y di ruas sebelah kiri
dan variabel x di ruas sebelah kanan. Kemudian turunkan kedua ruas terhadap x dengan
mengingat variabel y di sebelah kiri merupakan fungsi dari x.
Contoh 3.5
Jika y3 7y‐x3 0, tentukan garis singgung di titik 2,1 !
Solusi
7
3 7 3
3 7 3
33 7
3 23 1 7
1210
65
3.9 Laju yang Berkaitan
Berikut ini adalah prosedur sistematis untuk menyelesaikan permasalahan laju‐laju
yang berkaitan:
1. Andaikan t menyatakan waktu. Gambarlah diagram yang berlaku untuk semua t>0.
Identifikasi besaran‐besaran yang nilainya tidak berubah (konstanta) bila t
bertambah. Berikan nama huruf untuk peubah‐peubah (besaran‐besaran yang
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 42
berubah terhadap waktu), dan tandai garis‐garis pada gambar dengan peubah yang
sesuai.
2. Nyatakan apa yang diketahui dan informasi yang diinginkan tentang peubah‐
peubah. Informasi ini akan berbentuk turunan‐turunan terhadap t.
3. Tulislah sebuah persamaan yang menghubungkan peubah‐peubah yang sahih untuk
semua t>0, bukan hanya pada beberapa saat tertentu.
4. Diferensialkan persamaan yang ditemukan dalam langkah 3 secara implisit
terhadap t. Persamaan yang dihasilkan memuat turunan‐turunan terhadap t dan
sahih untuk semua t>0.
5. Gantikan persamaan yang ditemukan dalam langkah 4 untuk semua data yang sahih
pada saat tertentu untuk mana jawaban atas masalah yang diisyaratkan. Selesaikan
turunan yang diinginkan.
Contoh 3.6
Sebuah balon dilepas pada jarak 150 kaki dari seorang pengamat yang berdiri di
tanah. Jika balom maik secara lurus ke atas dengan laju 8 kaki/detik, seberapa cepat
jarak antara pengamat dan balon bertambah pada waktu balon pada ketinggian 50
kaki?
Solusi
Penyelesaian masalah menurut prosedur sistematis:
1.
Andaikan t menyatakan detik setelah balon dilepas, h menyatakan ketinggian
balon, dan s jarak balon dari pengamat. Peubah h dan s keduanya bergantung
pada t. tetapi jarak antara pengamat dan titik pelepasan konstan dan tidak
berubah dengan bertambahnya t. kita tekankan bahwa gambar ini sahih untuk
semua t 0.
2. Diketahui laju balon naik ke atas dh/dt 8 kaki/detik.
Ditanya laju perubahan jarak antara pengamat dan balon ds/dt pada saat
h 50 kaki.
3. Peubah s dan h berubah tehadap waktu mereka adalah fungsi implisit dari t ,
tetapi selalu dihubungkan dengan persamaan Pythagoras:
s
150
h
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 43
s h 150
4. Jika persamaan Pythagoras di atas kita diferensialkan secara implisit terhadap t
dan memakai aturan rantai, maka akan diperoleh:
2 2 0
5. Bila h 50 kaki, maka berdasarkan persamaan Pythagoras pada poin 3, s adalah
50 150
50√10
Dengan mengguanakn persamaan turunan pada poin 4, maka diperoleh:
50√10 50 8
40050√10
8√10
2,53 / .
3.10 Diferensial dan Hampiran
3.10.1 Turunan dan Diferensial
Turunan adalah hasil bagi dua diferensial, biasa dilambangkan dengan f’(x) atau
dy/dx. Andaikan y=f(x), maka turunan f yaitu:
lim∆
∆∆
lim∆
∆∆
Andaikan bahwa dx adalah diferensial dari peubah bebas x yang menyatakan
pertambahan sebarang dari x. Maka diferensial yang bersesuaian dengan dy dari peubah
tak bebas y didefinisikan oleh:
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa diferensial dari peubah tak bebas adalah hasil
kali turunan dengan diferensial peubah bebas. Diferensial biasa dilambangkan dengan dy.
Tabel 3.4 berikut menunjukkan perbandingan beberapa aturan turunan dan
diferensial. Ingat kembali bahwa diferensial diperoleh dengan mengalikan f’(x) dengan dx.
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 44
Tabel 3.4 Perbandingan aturan turunan dan aturan diferensial
Aturan Turunan Aturan Diferensial
1. 0
2.
3.
4.
1. 0
2.
3.
4.
3.10.2 Hampiran
Andaikan y=f(x) seperti gambar 3.5. Jika x diberi tambahan ∆x, maka y menerima
tambahan yang berpadanan ∆y yang dapat dihampiri oleh dy.
Gambar 3.5 Ilustrasi hampiran
Dengan demikian f(x+∆x) dapat dihampiri oleh:
∆ ∆
Contoh 3.7:
Dengan menggunakan metode hampiran, hitung √4,6 !
Solusi
Andaikan fungsi akar adalah √ , maka √ .
Kita mengetahui bahwa nilai √4,6 berada di antara √4 dan √9. Jika kita ambil nilai
x=4 dan ∆x=0,6; Menurut rumus hampiran:
4,6 4 0,6 4 √4 2
Untuk menghitung dy,
∆
y=f(x)
f(x)
f(x+∆x)
dy∆y
x
y
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 45
12√
∆
12√4
0,6
0.15
∆12√
∆12√4
0,6 0.15
Sehingga
4,6 2 2 0,15 2,15
3.10.3 Penaksiran Galat (Error)
Penaksiran galat merupakan masalah yang khas dalam sains. Prosedur baku untuk
menaksir galat adalah dengan memakai sarana diferensial. Untuk memahami cara
penaksiran galat, perhatikan contoh berikut.
Contoh 3.8
Rusuk kubus memiliki panjang 11,4 cm dengan kemungkinan galat panjang rusuk
0,05 cm. HIiung volume kubus dan berikan suatu taksiran galat untuk nilai volume
tersebut!
Solusi
Volume kubus V yang panjang rusuknya x adalah . Jadi 3 .
Jika x = 11,4 cm dan dx = 0,015 cm, maka 11,4 1482
dan 3 11,4 0,015 19
Dengan demikian volume kubus adalah 1482 19 dengan taksiran galat
volume adalah 19 .
3.11 Soal Latihan
A. Konsep Dasar Turunan
1. Tentukan kemiringan garis singgung kurva y = 2 / (x‐2) pada titik (0,‐1). Tuliskan
juga persamaan garis singgungnya!
2. Sebuah benda menjelajahi garis sehingga posisi s nya adalah 2 2 meter
setelah t detik. Tentukan:
a) Kecepatan rata‐rata selang 2 ≤ t ≤ 3?
b) Kecepatan sesaat pada t=2 detik?
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 46
B. Turunan
1. Dengan menggunakan konsep limit, tentukan turunan dari:
a)
b) √ 4
C. Aturan Turunan dan Turunan fungsi Trigonometri
1. Tentukan turunan dari:
a)
b)
2. Tunjukkan kurva y √2 sin x dan y √2 cos x berpotongan tegak lurus pada 0≤x
≤π/2!(dua kurva berpotongan tegak lurus bila m1/m2 = ‐1)
3. Pada saat t detik, pusat sebuah pelampung gabus berada sejauh 2 sin t sentimeter di
atas (atau di bawah) permukaan air. Berapa kecepatan pelampung pada saat t = 0,
π/2, dan π?
D. Aturan Rantai
1. Tentukan Dxy bila:
a) 3 5 11
b)
2. Hitung Dt sin t · tan t 1
E. Turunan Tingkat Tinggi
1. Sebuah pelek berpusat di titik asal dan berjari‐jari 10 sentimeter berputar
berlawanan arah perputaran jarum jam pada laju 4 putaran/detik. Sebuah titik P
pada pelek berada di 10,0 pada t=0.
a) Berapa koordinat P pada saat t detik?
b) Pada laju berapa P naik (atau turun) pada saat t=1?
2. Sebuah benda dilempar langsung ke atas pada ketinggian s=‐16t2 + 48t + 256 kaki
setelah t detik.
a) Berapa kecepatan awalnya?
b) Kapan ia mencapai ketinggian maksimum?
c) Berapa ketinggian maksimumnya?
d) Kapan ia membentur tanah?
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 3 Turunan| 47
e) Dengan laju berapa ia membentur tanah?
F. Pendiferensialan Implisit
1. Cari persamaan garis normal (garis tegak lurus terhadap garis singgung) pada kurva
8(x2+y2)2 = 100(x2‐y2) di 3,1 . (Gunakan metode pendiferensialan implisit).
G. Laju yang Berkaitan
1. Rusuk kubus yang berubah bertambah panjang dengan laju 3cm/detik. Berapa
kecepatan pertambahan volume kubus pada saat panjang rusuk 10 cm?
2. Sebuah cakram baja memuai selama dipanaskan. Jika jari‐jarinya bertambah dengan
laju 0,02 cm/detik, seberapa cepat luas salah satu mukanya bertambah pada saat
jari‐jarinya adalah 8,1 cm?
H. Diferensial dan Hampiran
1. Hitung √402 dan √26,91 dengan metode hampiran!
2. Hampiri nilai volume material dalam tempurung bola yang jari‐jari dalamnya 5 cm
dan jari‐jari luarnya 5,125cm.
3. Garis tengah sebuah bola diukur sebagai 20 0,1 cm. hitung volumenya dengan
suatu taksiran untuk galat.
BAB 4
APLIKASI TURUNAN
Konsep turunan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan
banyak masalah, seperti: menyelesaikan masalah maksimum dan minimum serta
membuat grafik fungsi secara canggih. Untuk dapat membuat grafik suatu fungsi secara
canggih, perlu ditentukan kemonotonan, kecekungan dan garis asimtotik fungsi
tersebut. Kemonotonan suatu fungsi dapat ditentukan dari turunan pertama fungsi
tersebut, sedangkan kecekungan dapat ditentukan dari turunan keduanya.
Selanjutnya pada bab ini akan dibahas aplikasi yang dapat diterapkan
menggunakan turunan.
4.1 Maksimum dan Minimum
Misalkan diberikan suatu fungsi dan daerah definisi . Maka akan timbul
pertanyaan apakah memiliki nilai maksimum atau minimum pada ? Jika memiliki
nilai maksimum atau minimum, dimana terjadinya? Jika ada, berapa nilainya?
Pertanyaan ini adalah tujuan utama dari sub bab ini. Perhatikan gambar 4.1 berikut.
Apakah maksimum? Apakah minimum?
Gambar 4.1 Kurva maksimum minimum
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 49
Teorema 1 [Definisi]
Misalkan , daerah definisi dari fungsi , memuat .
1. dikatakan mencapai maksimum di bila . disebut
nilai maksimum;
2. dikatakan mencapai minimum di bila . disebut nilai minimum;
3. disebut nilai ekstrim dari pada jika merupakan nilai maksimum\minimum. Titik dimana mencapai maksimum\minimum disebut titik ekstrim;
4. fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut fungsi objektif.
Teorema 2 [Eksistensi MaksimumMinimum]
Jika kontinu dan berupa interval tutup , , maka memiliki titik minimum
dan maksimum.
Teorema 3 [Titik Kritis]
Misalkan terdefinisikan pada interval yang memuat titik . Jika
merupakan nilai ekstrim, maka merupakan titik kritis; yaitu, merupakan salah satu
dari:
1. Titik stasioner (titik dengan sifat 0);
2. Titik ujung ; atau
3. Titik singular (titik di mana tidak mempunyai turunan).
Contoh 4.1:
Tentukan nilai maksmimum dan minimum dari pada 2,2 .
Solusi
Langkah 1 Tentukan titik kritis dari pada 2,2 .
1. Cek titik stasioner
3 , yang terdefinisikan pada 2,2 dan 0 hanya jika 0.
Jadi, titik stasionernya adalah 0;
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 50
2. Cek titik ujung
Titik ujung dari interval yang diberikan adalah 2 dan 2.
3. Cek titik singulir
Karena memiliki turunan, maka titik singulir tidak ada.
Jadi, titik kritis nya: 2, 0, 2.
Langkah 2 Evalusi tiap titik kritis
2 8, 0 0, dan 2 8. Diperoleh nilai maksimum dari pada
2,2 adalah 8 (dicapai saat 2), sedangkan nilai minimumnya adalah 8
(dicapai saat 2).
4.2 Kemonotonan Fungsi dan Titik Ekstrim
4.2.1 Kemonotonan Fungsi
Misalkan terdefinisi pada interval (buka, tutup, atau lainnya).
1. disebut monoton naik pada bila:
2. disebut monoton turun pada bila:
3. disebut monoton tak turun pada bila:
4. f disebut monoton tak naik pada I bila: x x f x f x
Ilustrasi fungsi monoton dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2 Ilustrasi fungsi monoton
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 51
4.2.2 Titik Ekstrim
Ekstrim Lokal
Fungsi yang daerah asalnya mencapai
1. maksimum lokal di
jika terdapat interval buka yang memuat sehingga ;
2. minimum lokaldi
jika terdapat interval buka yang memuat sehingga .
Teorema
Jika fungsi mencapai ekstrim lokal di dan ada, maka 0.
Bukti
Kasus maksimum lokal: (serupa kasus minimum lokal)
Jika mencapai maksimum lokal di , maka di sekitar .
0 0 lim
0
0 0 lim
0
akibatnya, 0.
Ekstrim Global
Fungsi yang daerah asalnya mencapai
1. maksimum global di c S jika f x f c x S
2. minimum global di c Sjika f x f c x S.
Teorema
Jika fungsi f kontinu pada a, b , maka f mencapai ekstrim global pada a, b .
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 52
Ilustrasi ekstrim lokal dan ekstrim global dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.2 Ilustrasi ekstrim lokal dan ekstrim global
4.2.3 Uji Turunan untuk Kemonotonan dan Titik Ekstrim
Uji Turunan Pertama untuk Kemonotonan
Untuk fungsi yang kontinu pada interval terbuka ,
1. jika 0 pada , maka fungsi monoton naik pada ;
2. jika 0 pada , maka fungsi monoton naik pada .
Uji Turunan Pertama untuk Ekstrim Lokal
Untuk fungsi f x yang kontinu pada interval terbuka I dan memuat titik kritis c,
1. jika f x 0 untuk x dan f x 0 untuk x , maka fungsi f mencapai
maksimum lokal di c;
2. jika f x 0 untuk x dan f x 0 untuk x , maka fungsi fmencapai
minimum lokal di c;
3. jika f x 0 untuk x dan f x 0 untuk x , maka titik c, f c bukan
ekstrim lokal;
4. jika f x 0 untuk x dan f x 0 untuk x , maka titik c, f c bukan
ekstrim lokal.
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 53
Uji Turunan Kedua untuk Ekstrim Lokal
Untuk fungsi f x yang terdiferensialkan pada interval terbuka I dan memuat
titik stasioner c,
1. jika f c 0 maka fungsi mencapai maksimum lokal di c;
2. jika f c 0, maka fungsi mencapai minimum lokal di c.
Contoh 4.2:
Untuk fungsi 3 , tentukan:
1. Semua titik stasionernya;
2. Selang kemonotonannya;
3. Semua titik ekstrim lokal dan jenisnya;
Solusi
1. Turunan pertama dari fungsi adalah
3 3 3 1 1
Dari 0 diperoleh 1 dan 1 , dengan 1 2 dan
1 2. Jadi titik stasioner dari fungsi adalah 1,2 dan 1, 2 .
2. Selang kemonotonan fungsi f ditentukan dari tes tanda f x
Dapat dilihat bahwa Fungsi f monoton naik pada selang ∞, 1 dan selang
1,∞ . Fungsi f monoton turun pada selang 1,1 .
3. Fungsi f mencapai maksimum di 1 dan minimum di 1 , dengan titik
maksimum 1,2 dan titik minimum 1, 2 .
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 54
4.3 Kecekungan Fungsi dan Titik Belok
4.3.1 Kecekungan Fungsi
Untuk fungsi yang terdiferensialkan pada selang terbuka ,
1. cekung ke atas pada jika fungsi monoton naik pada ;
2. cekung ke bawah pada jika fungsi monoton turun pada ;
4.3.2 Titik Belok
Fungsi mencapai titik belok di (domain ) jika di sekitar terjadi
perubahan kecekungan dari . Titik beloknya adalah , . Kondisinya adalah fungsi
terdiferensialkan pada interval terbuka yang memuat , kecuali mungkin
sendiri. ( ∞ atau tak ada).
4.3.3 Uji Turunan untuk Kecekungan dan Titik Belok
Uji Turunan Kedua untuk Kecekungan
Untuk fungsi yang terdiferensialkan pada interval terbuka ,
1. jika f x 0 pada I, maka fungsi f cekung ke atas pada I;
2. jika f x 0 pada I, maka fungsi f cekung ke bawah pada I.
Uji Turunan Kedua untuk Titik Belok
Untuk fungsi yang terdiferensialkan pada interval terbuka ,
1. jika fungsi f mencapai titik belok di c I dan f c ada, maka f c 0;
2. jika f c 0 dan disekitar c terjadi perubahan kecekungan dari fungsi f, maka
fungsi f mencapai titik belok di c.
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 55
Uji Turunan Ketiga untuk Titik Belok
Untuk fungsi yang mempunyai turunan kedua pada selang terbuka yang
memuat , jika 0 dan 0, maka fungsi mencapai titik belok di .
Contoh 4.3:
1. Fungsi mencapai titik belok di 0 karena cekung ke atas untuk
0 dan cekung ke bawah untuk 0.
2. Tentukan selang kecekungan dan titik belok dari fungsi
3 4
Solusi
2 3 1 3
2 2 2 1
Dengan menyelesaikan 2 1 0 dan 2 1 0 menunjukkan bahwa
cekung ke atas pada 1,∞ dan cekung ke bawah pada ∞, 1 . Titik belok
nya adalah 1, .
4.4 Beberapa Masalah Maksimum dan Minimum
Dalam pemecahan soal cerita yang terkait dengan menentukan maksimum atau
minimum, cobalah beberapa langkah berikut ini.
1. Gambarkan masalahnya beserta peubah untuk besaran yang terlibat;
2. Tuliskan fungsi yang akan dicari maksimum/minimum mutlaknya;
3. Gunakan kondisi yang diberikan agar menjadi fungsi satu peubah;
4. Tentukan titik kritis dari dan tentukan maksimum atau minimumnya;
5. Dalam kasus ekstrimnya tunggal, maka ekstrim ini akan menjadi maksimumatau
minimum mutlak dari .
Contoh4.4:
Sebuah kebun berbentuk persegi panjangakan dipagari seperti pada gambar.
Bagian pojokkebun berupa tembok siku‐siku sepanjang 20 meterdan 10 meter
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 56
tak perlu dipagari. Jika tersedia40 meter pagar, tentukan luas minimum dan
maksimumkebun yang dapat dipagari!
Solusi
• Jika ukuran kebun adalah meter, maka 20 10
40 .
Akibatnya 2 2 70, sehingga 35 .
• Dari 20 dan 35 10 diperoleh20 25. Luas kebun adalah
35 35 , 20 25.
• Karena ’ 35 2 0 untuk 20 25 , maka monoton turun
padaselang 20,25 , sehingga titik kritisnya adalah 20 dengan
300dan 25 dengan 250. (Ekstrim global pada selang tutup)
• Jadi luas minimum dan maksimum kebun adalah 250m2 dan 300m2.
4.5 Limit di Tak Hingga dan Limit Tak Hingga
4.5.1 Limit Tak Hingga
Beberapa Teorema limit tak hingga di antaranya adalah:
1. lim ∞ jika dan hanya jika:
• membesar tanpa batas bila mendekati , ;
• 0 0 0 | |
lim
∞ 0 0 0
lim
∞ 0 0 0
2. lim ∞ jika dan hanya jika:
• mengecil tanpa batas bila mendekati , ;
• 0 0 0 | |
lim
∞ N 0 0 0
lim
∞ N 0 0 0
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 57
3. Untuk lim ∞, n , maka:
• lim ∞, n genap positif
• lim ∞ n genap positif∞ n ganjil positif
4. Jika lim f x L 0 dan lim g x 0, maka lim
• ∞, dalam kasus 0 dan 0 dari atas (arah positif)
• ∞, dalam kasus 0 dan 0 dari atas (arah positif)
• ∞, dalam kasus 0 dan 0 dari bawah (arah negatif)
• ∞, dalam kasus 0 dan 0 dari bawah (arah negatif)
4.5.2 Limit di Tak Hingga
Beberapa teorema limit di tak hingga di antaranya adalah:
1. lim f x ℓ jika dan hanya jika:
• mendekati ℓ bila membesar tanpa batas
• | ℓ| untuk sebarang 0 bila untuk suatu 0
2. lim ℓ jika dan hanya jika:
• mendekati ℓ bila mengecil tanpa batas
• | ℓ| untuk sebarang 0 bila untuk suatu 0
3. lim 0, n
4. lim 0, n
4.5.3 Limit Tak Hingga di Tak Hingga
Notasi lim ∞ digunakan untuk menunjukkan bahwa nilai
menjadi besar seraya menjadi besar. Pengertian serupa dikaitkan pada lambang‐
lambang berikut:
lim ∞ lim ∞ lim ∞
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 58
Contoh 4.5:
Carilah lim dan lim
Solusi
lim ∞
lim ∞
4.6 Menggambar Grafik Canggih
Grafik fungsi kontinu dapat digambarkan secara canggih berdasarkan informasi
selang kemonotonan, semua titik ekstrim lokal beserta jenisnya, selang kecekungan,
semua titik belok, semua asimtot, dan beberapa titik lain yang diperlukan.
4.6.1 Asimtot
Asimtot grafik fungsi kontinu adalah garis lurus yang didekati oleh grafiknya tapi
tanpa pernah saling berpotongan. Garis lurus ini dapat sejajar dengan sumbu koordinat
(asimtot tegak atau mendatar), atau memotong sumbu koordinat di dua titik (asimtot
miring). Beberapa asimtot di antaranya:
1. Asimptot Tegak
Garis disebut asimtot tegak, bila salah satu syarat berikut dipenuhi
lim ∞ lim ∞ lim ∞ lim ∞
2. Asimtot Mendatar
Garis disebut asimtot mendatar, bila
lim
3. Asimtot Miring
Garis disebut asimtot miring terhadap fungsi bila memenuhi salah
satu dari:
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 59
a) lim 0;
b) lim 0;
Menentukan asimtot miring:
1. Hitung lim , bila hasilnya takhingga atau nol maka asimtot miring tidak ada,
bila berhingga dan tak nol maka hasilnya .
2. Hitung lim , bila hasilnya nol maka asimtot miring tidak ada, bila
bukan nil, maka hasilnya adalah .
3. Lakukan kedua langkah di atas untuk ∞
Langkah-langkah menggambar grafik dari sebuah fungsi
1. Tentukan daerah definisinya;
2. Tentukan perpotongan dengan sumbu‐sumbu koordinat (jika mudah).
Tentukan titik potong grafik dengan sumbu 0 dan sumbu 0 ;
3. Periksa kesimetrian grafik, apakah fungsi ganjil, genap, atau periodik;
4. Dengan uji turunan pertama, tentukan daerah kemonotonan dan titik‐titik
ekstrim lokal dan global;
5. Dengan uji turunan kedua, tentukan daerah kecekungan dan titik beloknya;
6. Tentukan asimtot‐asimtot dari ;
7. Sketsakan grafik .
Contoh 4.6:
Gambarkan grafik fungsi
Solusi
1. Daerah definisinya adalah |
2. Titik potong sumbu 0 , 0 , 0 .
Titik potong sumbu 0 0,0
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 60
3. Karena , maka fungsi ganjil dan oleh karena itu grafik dari
fungsi simetris terhadap titik asal
4. Turunan pertama fungsi :
15 2 2
32
Titik kritis nya adalah: ‐2, 0, dan 2.
diperoleh 0 pada ∞, 2 dan 2,∞ , sedangkan 0 pada
2,0 dan 0,2 . Sehingga monoton naik pada ∞, 2 dan 2,∞ ;
monoton turun pada 2,0 dan 0,2 . Nilai maksimum lokal: 2 2 dan
nilai minimum lokal: 2 2.
5. Turunan kedua fungsi :
15 √2 √2
8
Fungsi √2 cekung ke atas pada √2, 0 dan √2,∞ . Cekung ke bawah pada
∞, √2 dan 0, √2 . Terdapat tiga titik belok: √2, √ , 0,0 , dan
√2, √
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 61
6. Sketsa grafik:
4.7 Teorema Nilai RataRata
Teorema Rolle
Jika fungsi kontinu pada , , terdiferensialkan pada ,
dan , maka terdapat , sehingga 0.
Teorema Nilai RataRata
Jika fungsi f kontinu pada a, b , terdiferensialkan pada a, b , maka
terdapat c a, b sehingga
f cf b f ab a
Contoh 4.7:
Tentukan bilangan yang memenuhi TNR terhadap: 2√ pada 1, 4 .
Solusi
Diperoleh, , 0 dan
sehingga, . Jadi,
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 62
4.8 Latihan Soal
A. Maksimum Minimum
1. Tentukan nilai maksimum dan minimum dari sin pada ,
2. Identifikasi titik kritis dan tentukan titik ekstrim dari 6 2
dan | | pada interval 1,5
3. Tentukan nilai maksimum dan minimum dari pada 1,3
4. Sebuah kotak persegipanjang dibuat dari selembar kertas dengan memotong
sisi‐sisinya sepanjang cm dan melipatnya. Tentukan agar volumenya
maksimum.
B. Kemonotonan Fungsi dan Titik Ekstrim
1. Apakah fungsi | 2 | mempunyai lebih dari satu titik kritis? (B/S)
2. Jika turunan dari adalah 1 2 , tentukan selang
kemonotonan dan titik ekstrim dari kurva beserta jenisnya;
3. Tentukan semua titik ekstrim dari kurva ,
C. Kecekungan Fungsi dan Titik Belok
1. Tentukan selang kecekungan dan semua titik belok dari fungsi .
2. Jika turunan dari adalah 1 2 , tentukan selang
kecekungan dan titik belok dari kurva .
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 63
D. Beberapa Masalah Maksimum dan Minimum
1. Tentukan jarak terdekat dari titik A 0,3 ke parabol P: x y
2. Dari sehelai karton akan dibuat sebuah kotak tanpa tutup denganalas persegi.
Jika luas permukaan kotak ditetapkan 432 cm2, tentukan ukuranyang
mempunyai volume terbesar.
3. Seorang petani bermaksud memagari dua kandang siku empat berdampingan
yang identik, masing‐masing seluas 900 kaki persegi. Berapa ukuran kandang
tersebut agar kawat yang diperlukan sesedikit mungkin?
4. Sebuah bak air dengan alas berbentuk bujur sangkar harus dibangun untuk
menampung air 12.000 kaki kubik. Jika logam untuk tutup atas memerlukan
biaya dua kali biaya untuk sisi dan alas beton tiap kaki persegi, berapa ukuran
bak yang paling hemat?
E. Limit di Tak Hingga dan Limit Tak Hingga
1. Jika f x x , hitunglah:
a) lim
b) lim
c) lim , dan
d) lim
2. lim
3. lim
4. lim
5. Carilah limx x
6. Carilah lim
7. Sketsakan grafik y x 2 x 1 x 1 dengan cara mencari perpotongan
dengan sumbu dan limitnya seraya x ∞ dan x ∞
Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013
Bab 4 Aplikasi Turunan| 64
F. Menggambar Grafik Canggih
1. Gambarkan grafik fungsi:
a)
b) 3 5
c)
d) | |
2. Gambarlah grafik dari fungsi yang memiliki beberapa sifat berikut:
a) g mulus dimana‐mana;
b) g(0)=0;
c) g x 0 untuk setiap x;
d) g x 0 untuk x 0dan g x 0 untuk x 0
G. Teorema Nilai RataRata
1. Jika √1 , tentukan nilai yang memenuhi TNR pada interval 0,1 ;
2. Tentukan apakah TNR berlaku untuk fungsi dan interval yang diberikan. Jika ya,
temukan semua kemungkinan nilai , jika tidak, berikan alasan. Serta, buatlah
grafik dari tiap fungsi pada interval yang diberikan:
a) g x |x|; 1,2
b) h x ; 0,2
c) T θ tan θ ; 0, π
d) f x x |x|; 2,1
3. Gunakan TNR untuk membuktikan:
lim √ 2 √ 0
4. Gunakan TNR untuk membuktikan: |sin sin | | |