iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK ....

136

Transcript of iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK ....

Page 1: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002
Page 2: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002
Page 3: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002
Page 4: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002
Page 5: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

i

ABSTRAK

Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA

DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002 DAN SEOJK NO. 36/SEOJK.03/2015

TERHADAP PERJANJIAN TAKE OVER KREDIT MODAL KERJA DI

BANK SYARIAH (Studi pada PT Bank BRI Syariah, Tbk KC Depok

Margonda). Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2019

M. xi + 97 halaman 6 lampiran.

Studi ini bertujuan untuk menganalisis konsep pengalihan utang atau yang

biasa disebut take over, aplikasi dan desain akad yang digunakan serta kesesuaian

perjanjian take over kredit modal kerja di bank syariah menurut fatwa Dewan

Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan Surat Edaran Otoritas

Jasa Keuangan (SEOJK) No. 36/SEOJK.03/2015. Dalam ketentuan fatwa DSN

MUI No. 31 Tahun 2002 tentang Pengalihan Utang, terdapat empat alternatif yang

dapat digunakan bank/lembaga keuangan syariah dalam mengalihkan utang

nasabah dari bank atau lembaga keuangan konvensional, sedangkan SEOJK

memberikan enam alternatif akad yang dapat digunakan. Alternatif akad tersebut

cocok apabila digunakan untuk mengalihkan kredit yang memiliki objek barang

atau untuk pembelian barang, namun alternatif manakah dari kedua ketentuan

tersebut yang paling sesuai dalam hal kredit modal kerja yang tidak memiliki

objek barang seperti dalam hal membiayai piutang nasabah.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif empiris

dengan menggunakan pendekatan statute approach dan konseptual serta

menggunakan teknik pengumpulan data studi lapangan dalam bentuk wawancara,

library research atau kajian pustaka, dan triangulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu alternatif akad yang

digunakan BRI Syariah dalam mengalihkan Kredit Modal Kerja nasabah dari

bank atau lembaga keuangan konvensional yaitu qardh-bai’ dengan murabahah,

sudah sesuai dengan fatwa DSN MUI dan SEOJK tentang pengalihan utang.

Sedangkan alternatif lainnya yakni qardh dengan musyarakah, belum sesuai

dengan fatwa DSN dan SEOJK tentang pengalihan utang karena tidak diatur di

dalamnya. Selain itu, penyelesaian qardh dengan musyarakah berarti bank syariah

menjadikan piutang qardh sebagai modal syirkah, hal tersebut tidak

diperbolehkan dalam fatwa DSN tentang syirkah.

Kata Kunci : Pengalihan Utang, Take Over, Kredit Modal Kerja,

Fatwa DSN MUI, dan SEOJK.

Dosen Pembimbing : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH.

Daftar Pustaka : 1986 s.d 2019

Page 6: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan dan kemudahan dalam menjalani setiap tahap dalam hidup

ini. Rabb yang hingga kini tak hentinya mencurahkan rahmat, ilmu, petunjuk serta

bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada teladan terbaik Baginda Nabi Besar

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya atas inspirasi yang

mengagumkan.

Dalam penulisan skripsi ini, begitu banyak pengalaman, pelajaran dan

hikmah yang penulis peroleh yang semoga dapat menjadi ilmu bermanfaat bagi

penulis dan masyarakat luas. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karenanya, izinkanlah penulis secara

khusus menghaturkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah dan Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku Sekretaris Program

Studi Hukum Ekonomi Syariah.

3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, Para Pengurus Perpustakaan

Fakultas dan Para Pengurus Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Staf Akademik Fakultas Syariah dan Hukum.

5. Bank BRI Syariah Kantor Cabang Depok Margonda yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk memperoleh data dan informasi terkait

penelitian, terutama Ibu Ratna, Kak Alifah, Bapak M. Hadi Saputra, dan Ibu

Vini.

Page 7: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

iii

6. Orang tua tercinta Ayahanda Ramdoni dan Ibunda Tuti Alawiyah yang tiada

henti memberikan dukungan moril dan materiil serta kesabaran, keikhlasan,

perhatian, cinta dan kasih sayang, serta doa dan munajatnya kepada Allah

SWT.

7. Adik-adik tercinta, Farisa Putri Azkiya dan Reynaldi Muhammad Alfarizi

serta sahabat-sahabat kecil penulis, Syafira Rainisha, Fathimathu Zahara,

Nabilah Musyarofah, dan Alfiani Fadhilah PS yang selalu memberikan

dukungan dan setia mendengarkan keluh kesah penulis.

8. Sahabat-sahabat tercinta, Ismy Yasintia Putri, Wienda Fitri Rahayu, dan

Khadijah Nur Arafah, yang telah berbagi suka dan duka dalam penyusunan

skripsi ini dan selalu menjadi pendengar dan penghibur terbaik. Serta Siti

Khodijah, Nurfaiqoh Ridhiyah, dan Faizah Eferdy yang selalu mendukung

penulis selama empat tahun ini.

9. Teman-teman Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah 2014 yang telah sama-

sama berjuang, khususnya teman-teman Hukum Ekonomi Syariah A.

10. Teman-teman KKN SKYLINE, terutama Nabilah Nur Annisa, Maulaya

Arinil Haqq, dan Inne Pujianti yang telah lebih dulu meraih gelarnya dan

selalu mendukung penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga semua dukungan dan doa yang telah kalian berikan mendapatkan

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan kontribusi dan manfaat bagi penulis khususnya, dan masyarakat luas

umumnya. Akhir kata, semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah

SWT. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.

Jakarta, 30 September 2019

Penulis

Page 8: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 6

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

E. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ............................................................ 7

F. Kerangka Teori dan Konseptual ................................................................ 14

G. Metode penelitian ...................................................................................... 19

H. Rancangan Sistematika Penelitian ............................................................. 23

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................ 25

A. Take Over .................................................................................................. 25

1. Definisi Take Over ............................................................................ 25

2. Tujuan Take Over .............................................................................. 27

3. Syarat dan Mekanisme Take Over .................................................... 28

4. Bentuk-Bentuk Take Over................................................................. 30

B. Take Over dengan Prinsip Syariah ............................................................. 32

1. Definisi Take Over dengan Prinsip Syariah ...................................... 32

2. Dasar Hukum Take Over dengan Prinsip Syariah ............................. 36

3. Bentuk-bentuk Take Over dengan Prinsip Syariah ........................... 37

BAB III GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH .............................................. 53

A. Sejarah Singkat BRI Syariah ..................................................................... 53

B. Visi dan Misi BRI Syariah ......................................................................... 54

C. Struktur Organisasi BRI Syariah ............................................................... 54

D. Produk dan Layanan BRI Syariah.............................................................. 56

1. Produk Pendanaan ............................................................................. 56

Page 9: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

v

2. Produk Pembiayaan ........................................................................... 58

E. Kinerja BRI Syariah................................................................................... 62

BAB IV ANALISIS KESESUAIAN PERJANJIAN TAKE OVER KREDIT

MODAL KERJA DI BRI SYARIAH KC DEPOK MARGONDA

DENGAN FATWA DSN-MUI NO. 31 TAHUN 2002 DAN SEOJK

NO. 36/SEOJK.03/2015 ....................................................................... 65

A. Konsep Perjanjian Take Over di BRI Syariah ........................................... 65

B. Aplikasi Take Over Kredit Modal Kerja di BRI Syariah ........................... 66

1. Persyaratan Take Over Kredit Modal Kerja ...................................... 66

2. Prosedur Pengajuan Take Over Kredit Modal Kerja ......................... 68

C. Desain Akad perjanjian Take Over Kredit Modal Kerja di BRI Syariah ... 71

1. Perjanjian Qardh ............................................................................... 74

2. Perjanjian Jual Beli (Bai’) ................................................................. 76

3. Perjanjian Murabahah ....................................................................... 77

4. Perjanjian Musyarakah ..................................................................... 79

D. Analisis Kesesuaian Perjanjian Take Over Kredit Modal Kerja di BRI

Syariah terhadap Fatwa DSN No. 31 Tahun 2002 dan SEOJK No.

36/SEOJK.03/2015 .................................................................................... 81

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 90

A. Kesimpulan ................................................................................................ 90

B. Rekomendasi .............................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 98

Page 10: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Keuangan Syariah .......................................................... 3

Tabel 1.2 Review Kajian Terdahulu ........................................................................ 8

Tabel 4.1 Perjanjian Qardh ................................................................................... 74

Tabel 4.2 Perjanjian Jual Beli (Bai’) ..................................................................... 76

Tabel 4.3 Perjanjian Murabahah........................................................................... 77

Tabel 4.4 Perjanjian Musyarakah ......................................................................... 79

Page 11: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Konseptual ....................................................... 18

Gambar 2.1 Pengalihan Utang Alternatif Pertama ................................................ 39

Gambar 2.2 Pengalihan Utang Alternatif Kedua .................................................. 42

Gambar 2.3 Pengalihan Utang Alternatif Ketiga .................................................. 44

Gambar 2.4 Pengalihan Utang Alternatif Keempat .............................................. 46

Gambar 2.5 Pengalihan Utang Alternatif Kelima ................................................. 49

Gambar 2.6 Pengalihan Utang Alternatif Keenam ............................................... 51

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BRI Syariah ....................................................... 54

Gambar 4.1 Flowchart Prosedur Pengajuan Take Over Kredit Modal Kerja di BRI

Syariah ............................................................................................. 71

Gambar 4.2 Alternatif Pertama BRI Syariah........................................................ 84

Gambar 4.3 Alternatif Kedua BRI Syariah........................................................... 86

Page 12: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melakukan kegiatan wirausaha, faktor permodalan merupakan

komponen penting bagi suatu usaha agar dapat terus bergerak maju. Jika

modal macet, maka dapat menjadi kendala bagi pengusaha untuk

meningkatkan usahanya. Modal tidak hanya dibutuhkan di awal usaha berdiri,

tetapi juga saat usaha berjalan. Banyak cara untuk mengatasi kekurangan

modal saat usaha sedang berjalan, namun terdapat cara yang biasa digunakan

para pengusaha apabila membutuhkan modal secara cepat, yaitu dengan

mengajukan perjanjian kredit ataupun pembiayaan ke bank.

Istilah perjanjian kredit berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract

credit. Kredit sendiri berasal dari kata credere yang artinya adalah

kepercayaan, maksudnya apabila seseorang memperoleh kredit, berarti

mereka memperoleh kepercayaan. Kredit menurut Undang-Undang

Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.

Sementara pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa baik kredit ataupun

pembiayaan dapat berupa uang ataupun tagihan yang nilainya diukur dengan

uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil.

Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah

penerima kredit (debitur), sesuai perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam

Page 13: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

2

perjanjian kredit tersebut tercakup pula hak dan kewajiban masing-masing,

termasuk jangka waktu serta bunga atau bagi hasil yang ditetapkan bersama.1

Dalam bank konvensional dikenal satu pembiayaan berupa kredit

modal kerja yang merupakan fasilitas kredit yang diberikan baik dalam rupiah

maupun valuta asing untuk membiayai komponen modal kerja atau kegiatan

usaha perusahaan dalam satu siklus usaha dan dapat diperpanjang sesuai

kebutuhan. Kredit ini menurut Bastian dan Suhardjono (2006:251) memiliki

jangka waktu pengembalian maksimal satu tahun (bisa diperpanjang sesuai

kebutuhan) yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai stok barang, piutang

dagang, pembelian bahan baku ataupun kebutuhan modal kerja perusahaan

lainnya.

Dalam kredit modal kerja, umumnya bank memberikan kepada

nasabah fasilitas kredit berupa uang sebesar yang diajukan oleh nasabah.

Jumlah kredit tersebut disalurkan melalui rekening pinjaman dan atau

rekening giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan

usaha. Selanjutnya pelunasan dapat dilakukan oleh nasabah pada saat jatuh

tempo dengan perhitungan bunga sesuai dengan jumlah hari pemakaian

kredit.2

Namun, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat tentang

terdapatnya riba dalam bunga di bank konvensional, banyak masyarakat yang

mengalihkan simpanan atau kreditnya dari bank konvensional ke bank

syariah. Hal ini terbukti sepanjang 2016, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

dihimpun oleh BUS, UUS, dan BPRS meningkat 20,84% atau sebesar Rp

49,2 triliun menjadi Rp 285,2 triliun dari sebelumnya Rp 236,0 triliun di

tahun 2015. Sedangkan untuk Pembiayaan yang disalurkan (PYD) tercatat

meningkat 16,41% atau sebesar Rp 35,9 triliun menjadi Rp 254,6 triliun

dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 218,7 triliun.

1 Kasmir, Manajemen Perbankan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 72.

2 https://www.bca.co.id/id/Bisnis/Produk-dan-Layanan/Pinjaman/kredit-lokasi diakses

pada 17 Agustus 2018 pukul 11:12 WIB

Page 14: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

3

Tabel 1.1

Perkembangan Keuangan Syariah

INDIKATOR 2012 2013 2014 2015 2016

BUS-UUS-BPRS

Aset (Rp Triliun) 199,71 248,11 278,90 304,00 365,6

Pertumbuhan Aset (yoy) 34,04% 24,24% 12,41% 9,00% 20,28%

Market Share 4,58% 4,89% 4,85% 4,88% 5,55%

DPK (Rp Triliun) 150,44 187,19 221,89 236,02 285,2

Pertumbuhan DPK (yoy) 28,03& 24,43% 18,53% 6,37% 20,84%

PYD (Rp Triliun) 151,06 188,55 204,31 218,72 254,7

Pertumbuhan PYD (yoy) 43,41% 24,82% 8,35% 7,06% 16,41%

Sumber : Roadmap Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia3

Dengan meningkatnya minat masyarakat untuk mengalihkan

pembiayaannya, bank syariah kini menyediakan fasilitas take over kredit.

Fasilitas tersebut dapat membantu masyarakat yang ingin mengalihkan

transaksi non syariahnya menjadi transaksi yang sesuai prinsip syariah.

Pembiayaan dengan mekanisme take over ini dipandang sebagai bentuk

persaingan antar bank dalam menarik masyarakat, terlebih setelah

berkembangnya perbankan syariah. Perbankan syariah menawarkan kelebihan

tersendiri kepada masyarakat terutama dalam sisi idealisme kesyariahan,

sehingga penawaran pembiayaan take over oleh perbankan syariah

ditawarkan kepada nasabah-nasabah yang sudah memiliki fasilitas kredit di

bank-bank konvensional dalam rangka memperbesar market share perbankan

syariah sesuai target yang diterapkan Bank Indonesia untuk perbankan

syariah yaitu sebesar 5%.4

Fasilitas take over ini diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan

dalam fatwa DSN MUI Nomor 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan

3 Otoritas Jasa Keuangan. Roadmap Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia 2017-

2019. (Jakarta: OJK, 2017), h. 12. 4 Nanda Meiliza Puspita, “Analisa Penerapan Akad Pembiayaan Take Over di Perbankan

Syariah berdasarkan Fatwa DSN MUI”. (Tesis Program Pascasarjana, Universitas Indonesia,

Depok, 2009), h. 4.

Page 15: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

4

Utang. Dalam fatwa, terdapat empat alternatif akad yang dapat digunakan

dalam melakukan take over kredit dari bank atau lembaga keuangan

konvensional ke bank atau lembaga keuangan syariah. Namun, sebelum

menuju kepada alternatif tersebut, terlebih dahulu bank atau lembaga

keuangan syariah harus mengklasifikasikan utang nasabah kepada bank atau

lembaga keuangan konvensional menjadi dua macam, yaitu utang pokok plus

bunga atau utang pokok saja.

Dalam menangani utang yang berbentuk utang pokok plus bunga

maka bank syariah dapat memberikan jasa qardh karena alokasi penggunaan

qardh tidak terbatas, termasuk untuk menalangi utang yang berbasis bunga.

Sedangkan terhadap utang nasabah yang berbentuk utang pokok saja, bank

syariah dapat memberikan jasa hiwalah atau pengalihan utang, karena

hiwalah tidak bisa untuk menalangi utang yang berbasis bunga.5

Setelah mengklasifikasikan utang nasabah, dapat dilanjutkan dengan

alternatif akad yang telah ditentukan dalam fatwa. Keempat alternatif akad

tersebut antara lain menggunakan akad qardh, murabahah, ijarah, dan IMBT

yang intinya mengharuskan nasabah menjual terlebih dahulu aset yang

menjadi objek pengalihan kepada bank syariah untuk melunasi qardh-nya,

untuk kemudian disewa atau dijual lagi kepada nasabah dengan cara tangguh.

Alternatif tersebut dapat dilakukan apabila yang dialihkan adalah KPR

(Kredit Pemilikan Rumah) ataupun KKB (Kredit Kendaraan Bermotor) yang

memiliki objek atau underlying asset, tetapi bagaimana bila yang dialihkan

adalah kredit modal kerja nasabah dari bank atau lembaga keuangan

konvensional yang objeknya adalah piutang usaha nasabah. Apakah alternatif

tersebut cocok diimplementasikan. Hal ini bukanlah tidak mungkin

mengingat jasa pelayanan keuangan merupakan hal yang menjadi kebutuhan

masyarakat saat ini.

Dalam hal take over, hal ini sangat membantu masyarakat untuk

mengalihkan transaksi non syariahnya menjadi transaksi syariah, bukan

5 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2013), h. 249.

Page 16: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

5

hanya pembiayaan yang sifatnya konsumtif, tetapi juga pembiayaan yang

sifatnya produktif seperti Kredit Modal Kerja. Sehingga lembaga keuangan

syariah terutama bank perlu meresponnya dengan membentuk fasilitas yang

cocok yaitu melalui pengalihan utang atau take over.

Untuk merespon hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuat

ketentuan yang mengatur tentang produk dan aktivitas bank syariah dan Unit

Usaha Syariah yang tertuang dalam POJK No. 24/POJK.03/2015, yang

ketentuan pelaksanaannya lebih lanjut dituangkan dalam Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) No. 36/SEOJK.03/2015. Hal tersebut

dilakukan dalam rangka memitigasi berbagai risiko yang mungkin akan

timbul terkait dengan perkembangan dan inovasi produk dan aktivitas bank

syariah dan Unit Usaha Syariah.

Di samping harus mengikuti ketentuan fatwa DSN MUI, bank syariah

juga harus mengikuti ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini

dikarenakan OJK merupakan lembaga independen yang mempunyai fungsi,

tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

di sektor jasa keuangan di bidang perbankan, pasar modal, dan industri

keuangan non bank menggantikan Bank Indonesia.

Dalam bidang perbankan, OJK melakukan pengaturan dan

pengawasan secara terpadu, independen dan akuntabel terhadap segala

sesuatu yang menyangkut tentang bank; mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah.6

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, Penulis

tertarik untuk melakukan kajian lebih dalam tentang kesesuaian perjanjian

take over Kredit Modal Kerja di Bank Syariah dengan Fatwa DSN MUI dan

SEOJK yang akan dituangkan dalam judul “Perspektif Fatwa DSN MUI

No. 31 Tahun 2002 dan SEOJK No. 36/SEOJK.03/2015 terhadap

Perjanjian Take Over Kredit Modal Kerja di Bank Syariah”.

6 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di

Indonesia. (Depok: Kencana, 2017), h. 122.

Page 17: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

6

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan judul yang diajukan di atas, maka

penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

a. Banyak alternatif desain akad yang dapat digunakan bank syariah

dalam fasilitas take over, tetapi hanya dua alternatif yang sering

digunakan.

b. Dari berbagai akad yang ditawarkan, hawalah belum dianjurkan untuk

diterapkan di bank syariah.

c. Kredit modal kerja merupakan bentuk pinjaman dalam mata uang

yang dicairkan dan sifatnya produktif, yang biasanya bertujuan untuk

membiayai stok barang, pembelian bahan baku ataupun kebutuhan

modal kerja perusahaan lainnya hingga piutang dagang.

d. Alternatif proses pengalihan utang dalam fatwa mengharuskan

nasabah menjual aset yang dibelinya melalui kredit di bank

konvensional kepada bank syariah. Sedangkan dalam Kredit Modal

Kerja yang berbentuk piutang dagang, tidak memiliki objek barang

sehingga kurang cocok menggunakan alternatif tersebut.

e. Kesesuaian perjanjian take over kredit modal kerja di bank syariah

dengan fatwa DSN MUI No. 31 Tahun 2002 dan SEOJK No.

36/SEOJK.03/2015.

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak keluar dari pembahasan,

penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti sesuai dengan latar

belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan yaitu pada aspek

analisis kesesuaian perjanjian take over Kredit Modal Kerja di Bank

Syariah dengan fatwa DSN MUI dan SEOJK.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi dan pembatasan

masalah, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana konsep perjanjian take over menurut BRI Syariah ?

Page 18: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

7

b. Bagaimana aplikasi dan desain akad serta model perjanjian yang

diterapkan BRISyariah dalam take over Kredit Modal Kerja ?

c. Apakah perjanjian take over Kredit Modal Kerja tersebut telah sesuai

dengan fatwa DSN MUI No. 31 Tahun 2002 dan SEOJK No.

36/SEOJK.03/2015 ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi dan model

perjanjian pada take over Kredit Modal Kerja. Tujuan dalam penelitian ini

adalah:

1. Menganalisis konsep take over di BRI Syariah.

2. Menganalisis aplikasi, desain akad dan model perjanjian yang diterapkan

BRI Syariah dalam take over Kredit Modal Kerja.

3. Menganalisis kesesuaian perjanjian take over Kredit Modal Kerja dengan

fatwa DSN MUI No. 31 Tahun 2002 dan SEOJK No. 36/SEOJK.03/2015.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan dengan adanya penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis, dapat memperluas dan menambah wawasan mengenai

permasalahan terkait penelitian, serta dapat menjadi referensi untuk

keperluan studi dan penelitian mengenai hal-hal terkait dengan penelitian.

2. Manfaat praktis, dapat menjadi rambu-rambu sekaligus pengingat bagi

para praktisi agar dapat mengimplementasikan akad dan model perjanjian

yang sesuai pada take over Kredit Modal Kerja di Lembaga Keuangan

Syariah.

E. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu

Berdasarkan telaah yang penulis lakukan terhadap beberapa kajian

kepustakaan, terlihat bahwa masalah pokok yang penulis kaji dalam

penelitian ini belum banyak mendapat perhatian. Kajian tentang analisis

perspektif fatwa DSN MUI dan SEOJK terhadap perjanjian take over Kredit

Page 19: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

8

Modal Kerja di Bank Syariah belum banyak dikaji, beberapa penelitian

terdahulu hanya mengkaji tentang implementasi dan analisis perjanjian take

over Kredit Pemilikan Rumah dan pembiayaan umum lainnya kemudian

dikaitkan dengan fatwa DSN MUI, di antaranya adalah :

Tabel 1.2

Review Kajian Terdahulu

1 Judul Jurnal Pelaksanaan Take Over Pembiayaan di PT Bank

Syariah Mandiri Cabang Medan

Identitas Muhammad Rizaldy, Jurnal Hukum, Vol. 12

Universitas Sumatera Utara, 2015.

Kesimpulan Pelaksanaan take over pembiayaan yang dilakukan di

PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan yang diawali

dengan pengajuan permohonan dan setelah dianalisis

dan disetujui dilanjutkan dengan pengikatan al-qardh

antara PT BSM Cabang Medan dengan nasabah untuk

mengambil alih pembiayaan dan kemudian diikuti

dengan penandatanganan akad al-murabahah.

Terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya take

over, yaitu faktor internal dan eksternal. Dari

pelaksanaan take over pembiayaan ini, akibat

hukumnya ialah Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

mengambil alih posisi kreditur lama, dan beralihnya

hak jaminan atas objek jaminan yang digunakan

sebagai agunan yang dilakukan melalui proses roya.

Pembeda Indikator pembeda dari penelitian ini ialah penelitian

ini hanya meninjau pelaksanaan take over dari fatwa

DSN MUI, tidak meninjau dari hukum positif seperti

SEOJK. Sedangkan penelitian penulis meninjau dari

segi fatwa DSN MUI dan SEOJK. Selain itu,

pembiayaan yang dimaksud dalam penelitian ini

bersifat luas, sedangkan penelitian penulis cakupannya

Page 20: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

9

lebih sempit, yakni take over Kredit Modal Kerja.

Penelitian ini juga membahas perihal akibat hukum

dan faktor terjadinya take over yang tidak penulis

bahas dalam penelitian.

2 Judul Jurnal Analisis Yuridis Multi Akad dalam Pembiayaan

Pengalihan Hutang pada PT BRI Syariah

Identitas Destri Budi Nugraheni, Mimbar Hukum, Vol. 27,

No.2, Universitas Gadjah Mada, 2015.

Kesimpulan PT BRI Syariah menggunakan dua jenis multi akad

dalam transaksi pengalihan utang, yaitu tiga akad yang

berdiri sendiri yakni akad qardh, perjanjian jual beli,

dan akad pembiayaan murabahah, serta akad hawalah

wal murabahah, sebagai perpaduan akad hawalah dan

akad murabahah. Namun sebenarnya PT BRIS cukup

menggunakan satu jenis multi akad saja, yaitu akad

qardh, perjanjian jual beli, dan akad pembiayaan

murabahah. Konstruksi yuridisnya sesuai dengan

fatwa DSN-MUI Nomor 31 Tahun 2002, khususnya

alternatif pertama, yaitu akad qardh yang digunakan

sebagai dasar pemberian pinjaman kepada nasabah

untuk melunasi kreditnya di bank konvensional, lalu

dilanjutkan dengan perjanjian jual beli aset oleh

nasabah kepada bank syariah di mana hasil penjualan

tersebut digunakan untuk melunasi qardh-nya.

Kemudian bank syariah menjual kembali aset yang

telah dibelinya kepada nasabah melalui akad

murabahah, sehingga bank berhak mendapatkan

margin keuntugan. Harga beli bank ditambah margin

menjadi jumlah fasilitas pembiayaan yang dilakukan

nasabah dengan cara mengangsur.

Page 21: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

10

Pembeda Indikator pembeda dari penelitian ini ialah penelitian

ini lebih membahas perihal konstruksi yuridis multi

akad yang terdapat dalam transaksi pengalihan utang,

sedangkan penelitian penulis lebih membahas

mengenai perjanjian pengalihan utang (take over)

ditinjau dari segi fatwa DSN MUI dan SEOJK.

3 Judul Skripsi Analisa Perjanjian Take Over di Bank Syariah

Identitas M. Koni Rumaini Aziz, Perbankan Syariah, Program

Studi Muamalat (Ekonomi Islam), UIN Syarif

Hidayatullah Jakata, 2011.

Kesimpulan Skripsi ini membahas prosedur pembiayaan take over

KPR di Bank DKI Syariah yang dirangkum menjadi

14 (empat belas) poin dan beberapa aspek yang belum

sesuai dengan teori akad pengalihan utang. Beberapa

aspek yang dinilai belum sesuai di antaranya adalah

terkait jaminan, status hak kepemilikan barang yang

tidak ada penggantian balik namanya, pajak yang

ditanggung oleh mustajir, pembatasan tindakan

mustajir, kerugian atas objek take over yang

ditanggung oleh mustajir/nasabah dan klausula sanksi-

sanksi.

Pembeda Indikator pembeda dari penelitian ini terletak pada

objek penelitian. Penelitian ini menjadikan perjanjian

take over Kredit Pemilikan Rumah di Bank DKI

Syariah sebagai objeknya, sedangkan penelitian

penulis menjadikan perjanjian take over Kredit Modal

Kerja sebagai objek penelitian. Selain itu, penelitian

ini hanya meninjau perjanjian dari segi kesesuaiannya

dengan fatwa DSN MUI, sedangkan penulis meninjau

dengan fatwa DSN MUI dan SEOJK.

Page 22: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

11

4 Judul Skripsi Analisis Pelaksanaan Pengalihan Hutang (Take

Over) di Bank Jateng Cabang Syariah Semarang

Identitas Millaturrofi‟ah, Ilmu Hukum Ekonomi Syariah,

Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2017.

Kesimpulan Sesuai dengan SE Direksi Nomor

7627/HT.01.03/SYAR/2016 Semarang perihal

Persyaratan dan Tata Cara Take Over Pembiayaan dari

Bank Lain di Kantor Cabang Pembantu Syariah,

pelaksanaan take over tersebut telah sesuai dengan

hukum Islam. Hal ini dikarenakan dalam Surat Edaran

tersebut juga dijelaskan skema empat alternatif akad

yang serupa dengan fatwa DSN MUI Nomor 31 Tahun

2002 tentang Pengalihan Utang. Diawali dengan

pemberian qardh kepada nasabah untuk melunasi

kredit di bank lain, sehingga pengalihan utang telah

terjadi. Diikuti dengan penjualan aset milik nasabah

kepada Bank Jateng Cabang Syariah Semarang, di

mana dengan hasil penjualan aset tersebut, nasabah

melunasi qardh-nya kepada Bank Jateng Cabang

Syariah Semarang. Selanjutnya nasabah akan

mengambil kembali asetnya menggunakan beberapa

akad yang ditawarkan, di antaranya murabahah,

ijarah, musyarakah, dan ijarah muntahiya bittamlik.

Desain akad selanjutnya untuk tahap pengembalian

aset nasabah, disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.

Pembeda Indikator pembeda dari penelitian ini ialah penelitian

ini menganalisis pelaksanaan take over ditinjau dari

segi fatwa DSN MUI dan Surat Edaran Bank

Indonesia (SEBI), sedangkan penelitian penulis

menganalisis perjanjian take over ditinjau dari fatwa

Page 23: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

12

DSN MUI dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

(SEOJK). Selain itu, penelitian ini membahas take

over secara luas, sedangkan penulis membatasinya

dengan membahas take over Kredit Modal Kerja.

5 Judul Jurnal Pelaksanaan Pengalihan Hutang (Take Over) di PT

Bank BRI Syariah Kantor Cabang Yogyakarta

Identitas Ade Pangeran Anom, Magister Kenotariatan,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2014.

Kesimpulan Terdapat beberapa faktor terjadinya peralihan utang

dari bank konvensional ke BRI Syariah Cabang

Yogyakarta, di antaranya adalah faktor prinsip

idealisme kesyariahan dalam bertransaksi, faktor

BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), faktor

kolektibilitas, faktor margin/keuntungan dan bagi

hasil, faktor produk-produk BRI Syariah yang lebih

menarik dan beragam. Adapun syarat-syarat yang

diperlukan dalam pengalihan pembiayaan (take over)

pada BRI Syariah terdiri dari pinjaman yang berasal

dari lembaga keuangan konvensional berupa bank

umum konvensional ataupun Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) konvensional, objek barang yang akan di

lakukan pengalihan hutang (take over) merupakan

barang yang halal, jelas wujudnya (kualitasnya) dan

jelas jumlahnya (dapat di kuantitatifkan) serta

dijelaskan rinciannya, besarnya nilai yang di lakukan

pengalihan hutang (take over) adalah sebesar

outstanding kewajiban nasabah pada lembaga

keuangan konvensional, serta dokumen jaminan dari

pinjaman yang di take over harus sudah ada fisik

dokumennya. Proses pelaksanaan pengalihan hutang

Page 24: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

13

(take over) di BRI Syariah menggunakan akad

hawalah wal murabahah, akad qardh, akad jual beli

dan akad murabahah tanpa wakalah.

Pembeda Indikator pembeda dari penelitian ini ialah penelitian

ini mengkaji pelaksanaan take over serta alasan yang

menyebabkan nasabah melakukan pengalihan utang,

sedangkan penulis mengkaji perjanjian take over

ditinjau dari fatwa DSN MUI dan SEOJK.

6 Judul Jurnal Penyelesaian Hutang yang Dialihkan Secara Take

Over dengan Akad Musharakah di BRI Syariah

KCP Diponegoro Surabaya

Identitas Uswatun Chasanah, Jurnal Maliyah, Vol. 03, No. 02,

UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013.

Kesimpulan Penyelesaian utang yang dialihkan secara take over

dengan akad musharakah di BRI Syariah KCP

Diponegoro Surabaya tidak bertentangan dengan

hukum Islam. Penyelesaian utang tersebut ialah

pemindahan sisa utang yang dimiliki oleh nasabah dari

Lembaga Keuangan Non Syariah atau Lembaga

Keuangan Syariah kepada Bank Syariah lainnya

dengan akad qardh, selanjutnya utang nasabah kepada

bank syariah diselesaikan dengan akad musharakah,

yang mana masing-masing pihak memberikan

kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan

bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung

bersama sesuai kesepakatan.

Pembeda Indikator pembeda dari penelitian ini ialah penelitian

ini hanya menganalisis satu alternatif penyelesaian

take over, yaitu menggunakan akad musyarakah,

sedangkan penulis menganalisis perjanjian take over

Page 25: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

14

ditinjau dari fatwa DSN MUI dan SEOJK.

F. Kerangka Teori dan Konseptual

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti perlu menyusun kerangka

pemikiran menyangkut konsep tahap-tahap penelitian berdasarkan pemikiran

penulis. Teori dapat didefinisikan sebagai serangkaian bagian (variabel),

definisi atau dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah

pandangan sistematis tentang fenomena dengan menentukan hubungan antar

variabel dengan maksud menjelaskan fenomena yang akan dikaji.7

Kontrak atau perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Pasal 1313 disebutkan sebagai suatu perbuatan dimana seseorang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap seseorang lain atau lebih. Untuk memperjelas

definisi tersebut, dijelaskan kembali dalam sebuah teori lama yang

menyebutkan bahwa perjanjian adalah perbuatan hukum berdasarkan kata

sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Dalam definisi tersebut, telah

tampak adanya asas konsensualisme dan timbulnya akibat hukum. Menurut

teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, perjanjian adalah suatu

hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk

menimbulkan akibat hukum. Teori tersebut tidak hanya melihat perjanjian

semata-mata tetapi juga harus dilihat perbuatan-perbuatan yang

mendahuluinya. Menurut teori tersebut, ada tiga tahap dalam membuat

perjanjian, pertama, tahap pra contractual yaitu adanya penawaran dan

penerimaan. Kedua, tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan

kehendak antara para pihak. Dan ketiga, tahap post contractual, yaitu

pelaksanaan perjanjian.8

Agar perjanjian sah dan mengikat bagi para pembuatnya, maka harus

memenuhi syarat sahnya perjanjian yang tertuang dalam Pasal 1320 KUH

7 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum. (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, 2010), h. 15. 8 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum., h.164.

Page 26: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

15

Perdata yaitu adanya kesepakatan para pihak (asas konsensual), kecakapan

bertindak dari para pihak, adanya objek tertentu, dan mempunyai kausa yang

halal.9 Konsep perjanjian menurut KUH Perdata ini menganut berbagai asas,

antara lain, (1) asas kebebasan berkontrak (freedom of contract principle),

artinya setiap orang bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian,

bebas menentukan dengan siapa akan membuat perjanjian, bebas menentukan

apa saja yang menjadi objek perjanjian, serta bebas menentukan penyelesaian

sengketa yang terjadi di kemudian hari; (2) asas kepribadian (privity of

contract), asas ini mencakup ruang lingkup dari berlakunya suatu perjanjian,

yakni bahwa suatu perjanjian mempunyai ruang lingkup berlaku hanya

terbatas pada para pihak dalam perjanjian itu saja sehingga pihak di luar

perjanjian tidak dapat ikut menuntut suatu pihak berdasarkan perjanjian

tersebut; (3) asas itikad baik (good faith principle), asas ini tercantum dalam

ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa setiap perjanjian

yang sah wajib dilaksanakan oleh pihak-pihak yang mengadakannya dengan

itikad baik. Doktrin tentang itikad baik ini merupakan doktrin yang esensial

dari suatu perjanjian yang dikenal dengan asas Pacta Sunt Servanda.10

Dalam Islam, suatu perjanjian atau perikatan dikaitkan dengan akad.

Akad secara etimologis memiliki arti menyimpulkan; mengikatkan (tali)11

,

sedangkan secara terminologis menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk

melakukan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu12

. Sedangkan

akad dalam Pasal 1 angka (13) UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah didefinisikan sebagai kesepakatan tertulis antara bank syariah atau

Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban

bagi masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah.

9 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep, Regulasi dan

Implementasi). (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h. 7. 10

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep, Regulasi dan

Implementasi), h.8. 11

Mardani, Hukum Perikatan Syariah Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 52. 12

Lihat Pasal 20 ayat (1) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Page 27: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

16

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akad merupakan

kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri tentang suatu perbuatan

hukum tertentu yang akan dilakukannya sesuai dengan prinsip syariah.13

Atau

dapat juga disimpulkan bahwa akad adalah perjanjian yang menimbulkan

kewajiban berprestasi pada salah satu pihak dan hak bagi pihak lain atas

prestasi tersebut, dengan atau tanpa melakukan kontraprestasi.14

Take over menurut Ahmad Antoni K. Muda adalah pengambilalihan

atau dalam lingkup suatu perusahaan adalah perubahan kepentingan

pengendalian suatu perseroan.15

Take over dalam penelitian ini adalah

pengambilalihan kredit yaitu istilah yang digunakan dalam dunia perbankan

dalam hal pihak ketiga memberi kredit kepada debitur yang bertujuan untuk

melunasi utang/kredit debitur kepada kreditur awal dan memberikan kredit

baru kepada debitur sehingga kedudukan pihak ketiga ini menggantikan

kedudukan kreditur awal.16

Dalam penelitian ini, bank syariah sebagai pihak

ketiga melakukan pengambilalihan utang nasabah di bank konvensional,

untuk selanjutnya bank syariah akan memberikan kredit baru kepada nasabah

sesuai dengan prinsip syariah.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek pengalihan adalah kredit

modal kerja nasabah. Kredit modal kerja merupakan fasilitas kredit yang

diberikan bank baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk membiayai

komponen modal kerja atau kegiatan usaha perusahaan dalam satu siklus

usaha dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.17

Kredit modal kerja

termasuk kredit jangka pendek yang ditujukan untuk pengusaha kecil dan

13

A. Wangsawidjaja Z. Pembiayaan Bank Syariah. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2012), h. 130. 14

Inayah, “Kesesuaian Pembiayaan Murabahah Bank Syariah ke Perusahaan Ditinjau dari

Hukum Islam”. (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 15. 15

Ahmad Antoni K. Muda, Kamus Lengkap Ekonomi. (Jakarta: Gitamedia Press, 2003),

h. 331.

16 Syarief Toha dan Pujiyono, “Problematika dalam Pelaksanaan Pengambilalihan Kredit

dengan Jaminan Hak Tanggungan”, Jurnal Repertorium, IV, 2, (Juli-Desember, 2017), h. 96. 17

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia. (Jakarta: Kencana, 2011), h. 61.

Page 28: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

17

menengah yang ingin mengembangkan usahanya ataupun membuka usaha

baru yang biasanya bertujuan untuk membiayai stok barang, pembelian bahan

baku ataupun kebutuhan modal kerja perusahaan lainnya hingga piutang

dagang. Nilai pencairan kreditnya maksimal 70% dari keperluan modal

dengan jaminan yang diberikan. Jaminan yang diagunkan dapat berupa tanah

(SHM/SHGB) atau bangunan (IMB), atau usaha itu sendiri.

Dalam menjalankan usahanya, Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit

Usaha Syariah (UUS) wajib tunduk dan patuh terhadap ketentuan fatwa

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) karena

pengaruh fatwa DSN terhadap peraturan perundang-undangan di bidang

perbankan syariah sangatlah besar. Fatwa DSN MUI kini dianggap sebagai

suatu hukum syariah yang berlaku karena digunakan sebagai pedoman

pelaksanaan kegiatan ekonomi syariah yang isi ketentuannya diserap ke

dalam peraturan perundang-undangan dan menjadi landasan hukum bagi LKS

dalam menjalankan produk kegiatan usahanya.18

Selain tunduk dan patuh terhadap fatwa DSN MUI, BUS dan UUS

juga harus mengikuti ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga

yang berwenang dalam mengatur, mengawasi, memeriksa, dan menyidik di

sektor jasa keuangan. Dalam lingkup perbankan, OJK mengatur segala

sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud

undang-undang mengenai perbankan.

18

Yeni Salma Barlinti, “Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem

Hukum Nasional di Indonesia.” (Disertasi Doktor Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta,

2010), h. 469.

Page 29: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

18

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran Konseptual

TAKE OVER KREDIT

MODAL KERJA

MODEL

PERJANJIAN

AKAD YANG

DIGUNAKAN

IMPLEMENTASI DI

BANK SYARIAH

FATWA DSN NOMOR

31/DSN-MUI/VI/2002

SEOJK NOMOR

36/SEOJK.03.2015

BELUM SESUAI SESUAI

TAKE OVER KREDIT

MODAL KERJA

Page 30: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

19

G. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang analisis datanya bersifat induktif dan hasil

penelitiannya lebih menekankan makna daripada generalisasi.19

Metode

kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam pada suatu

data, di mana data tersebut bersifat deskriptif yang mengandung makna

yang sering bertujuan menghasilkan hipotesis dari penelitian lapangan.20

Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai

di balik data yang tampak.21

Dalam ilmu hukum, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian

normatif empiris, yaitu penggabungan antara jenis penelitian normatif

dengan penambahan berbagai unsur empiris. Penelitian ini mengkaji

implementasi ketentuan hukum normatif dalam aksinya pada setiap

peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Penelitian

ini dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu

organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau

subjek yang sempit.

Dalam penelitian ini, penulis akan memaparkan data-data yang telah

didapatkan di lapangan untuk kemudian dianalisis melalui studi

dokumentasi atau kajian kepustakaan untuk mendapatkan hasil penelitian

dalam bentuk kata-kata.

Hukum normatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fatwa

DSN MUI dan SEOJK. Data penelitian diperoleh langsung dari semua

pihak yang bersangkutan atau dari berbagai sumber. Sebagai penelitian

yang bersifat empiris, penulis melakukan pengamatan langsung terhadap

19

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum. (Ciputat:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 54. 20

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 145. 21

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum. (Ciputat:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 57.

Page 31: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

20

permasalahan yang diangkat, kemudian menganalisisnya melalui Fatwa

DSN MUI dan SEOJK.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute

approach) di mana peneliti menelaah semua undang-undang dan regulasi

yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang dianalisis. Bagi penelitian

untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-undang ini membuka

kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan

kesesuaian antara suatu regulasi dengan regulasi lainnya. Hasil dari telaah

tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang

dihadapi.22

Selain itu, penulis juga menggunakan pendekatan konseptual, di mana

pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin

yang berkembang dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan dan

doktrin tersebut, peneliti akan mendapatkan pemahaman yang dapat

dijadikan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu argumentasi

hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.23

Dengan pendekatan tersebut, penulis mengumpulkan dan memaparkan

data yang telah diperoleh melalui studi lapangan yang kemudian dianalisis

dengan menggunakan Fatwa DSN MUI dan SEOJK.

3. Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen perjanjian dan hasil

wawancara dengan Tim Marketing BRI Syariah KC Depok Margonda

terkait perjanjian take over Kredit Modal Kerja di BRI Syariah sebagai

data primer. Sedangkan bahan hukum primer yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Fatwa DSN MUI No. 31 Tahun 2002 dan SEOJK No.

36/SEOJK.03/2015.

Data sekunder merupakan bahan-bahan sekunder yang sumbernya dari

literatur kepustakaan, yaitu ayat Al-Qur‟an, Hadits, literatur ilmiah, kitab-

22

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. (Jakarta: Kencana, 2005), h. 133.

23 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum., h. 135.

Page 32: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

21

kitab, jurnal, makalah dan bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan

tema penelitian. Serta kamus hukum maupun kamus lain yang memberikan

bantuan dalam menjelaskan ungkapan serta pengertian dan penjelasan

yang terdapat dalam literatur dan tulisan lainnya sebagai data tersier.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah

studi lapangan dalam bentuk wawancara dan kajian pustaka atau library

research sebagai acuan guna mendapatkan teori dan literatur yang sesuai

dengan pembahasan penelitian. Wawancara digunakan untuk mendapatkan

data primer yang dibutuhkan, dalam penelitian ini penulis melakukan

wawancara yang sifatnya semi-terstruktur24

. Di mana penulislah yang

lebih mengarahkan pembicaraan, sehingga wawancara lebih terarah serta

cukup waktu dan cukup untuk menjaring data. Sedangkan kajian pustaka

dilakukan dengan cara mencari bahan materi melalui literatur berupa

bahan pustaka (buku, jurnal, artikel, dokumen, dan sebagainya) dan

dokumen-dokumen yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang

diteliti sebagai data primer maupun sekunder.

Selain itu, penulis juga melakukan triangulasi atau lebih dikenal

dengan cek dan ricek yaitu pengecekan data menggunakan beragam

sumber, teknik, dan waktu untuk memastikan data yang didapatkan adalah

data yang benar. Cara yang digunakan adalah wawancara, pengamatan dan

analisis dokumen. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi

teknik. Di mana penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik yang

berbeda untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, yaitu wawancara dan

studi dokumentasi.25

5. Objek Penelitian

24

Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2014), h.

51.

25 Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. (Jakarta: PT Indeks, 2011), h.

189.

Page 33: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

22

Objek dalam penelitian ini adalah kesesuaian perjanjian take over

kredit modal kerja di bank syariah dengan ketentuan fatwa DSN MUI dan

SEOJK. Perjanjian take over kredit modal kerja tersebut dianalisis untuk

mengetahui kesesuaiannya dengan bahan hukum yang penulis gunakan,

yaitu fatwa DSN MUI No. 31 Tahun 2002 dan SEOJK No.

36/SEOJK.03/2015.

6. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu

diolah terlebih dahulu. Tujuannya adalah menyederhanakan seluruh data

yang terkumpul, menyajikannya dalam susunan yang baik dan rapi, untuk

kemudian dianalisis. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara melengkapi data-data yang telah didapatkan dari

lapangan.

Data-data tersebut kemudian dipaparkan dan dikelompokkan dengan

tujuan mempermudah proses pemilahan informasi yang sesuai mengenai

perjanjian take over kredit modal kerja dan melihat keterkaitan antara

permasalahan penelitian dengan teori. Kemudian penulis memilah data-

data mana yang dibutuhkan sesuai dengan pembahasan penelitian. Dalam

penelitian ini, penulis menyeleksi hasil wawancara dan data kepustakaan

yang akan dikutip dalam penulisan. Setelah diolah, dilakukan analisis isi

dengan cara menganalisis materi tertentu dari data yang telah dipaparkan

secara deskriptif sesuai dengan pembatasan masalah.

7. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul maka data tersebut

dianalisis, dan bentuk metode analisis data dalam penelitian ini adalah

analisis nonstatistika yang sesuai untuk data kualitatif. Analisis kualitatif

merupakan analisis data yang tidak menggunakan angka (non statistika),

melainkan memberikan gambaran-gambaran (deskripsi) dengan kata-kata

atas temuan-temuan. Kegiatan analisis ini dilakukan dengan cara membaca

data yang telah diolah kemudian dihubungkan dengan teori yang ada

Page 34: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

23

sehingga data tersebut dapat disimpulkan sesuai rumusan masalah dalam

penelitian ini.

H. Rancangan Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang permasalahan, identifikasi,

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, kajian (review) studi terdahulu, kerangka teori

dan konseptual, metode penelitian serta sistematika

penulisan skripsi.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Bab ini berisi penjelasan teori terkait dengan permasalahan

yang akan diteliti berdasarkan tinjauan pustaka. Penulis

menguraikan teori tentang take over dan take over dengan

prinsip syariah, diikuti dengan bentuk-bentuk alternatif

akad yang dapat digunakan menurut Fatwa DSN MUI No.

31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Utang dan

SEOJK No. 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan

Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

BAB III GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH

Bab ini menjelaskan gambaran umum dan profil lembaga

yang menjadi subjek penelitian, di antaranya berisi

mengenai sejarah singkat, Visi dan Misi, Struktur

Organisasi, produk-produk lembaga, dan kinerja keuangan.

BAB IV ANALISIS KESESUAIAN PERJANJIAN TAKE

OVER KREDIT MODAL KERJA DI BRI SYARIAH

KC DEPOK MARGONDA DENGAN FATWA DSN-

Page 35: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

24

MUI NO. 31 TAHUN 2002 DAN SEOJK NO.

36/SEOJK.03/2015

Bab ini merupakan inti pembahasan penelitian yang akan

membahas mengenai permasalahan yang diteliti yaitu

tentang perjanjian take over Kredit Modal Kerja di bank

syariah ditinjau dari fatwa DSN MUI dan SEOJK No.

36/SEOJK.03/2015, serta bagaimana konsep dan

aplikasinya di bank syariah yang meliputi akad dan model

perjanjian yang digunakan serta analisis kesesuaiannya.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan penelitian yang diperoleh pada

bab sebelumnya dan disertai dengan pemberian saran-saran

yang konstruktif terkait pemasalahan yang ditemukan.

Page 36: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

25

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Take Over

1. Definisi Take Over

Take over dalam kamus Inggris Indonesia berarti mengambil alih.

Secara umum, menurut Ahmad Antoni K. Muda, take over berarti

pengambilalihan atau dalam lingkup suatu perusahaan adalah perubahan

kepentingan pengendalian suatu perseroan.1 Sedangkan menurut Rochaety

dan Tresnati, take over selain mempunyai pengertian perubahan

kepentingan dalam pengendalian suatu perseroan juga memiliki pengertian

pengambilan sebuah perusahaan oleh perusahaan lain.2

Menurut Rachmat Firdaus dalam Manajemen Kredit Bank, “take over

merupakan suatu istilah yang dipakai dalam dunia perbankan dalam hal

pihak ketiga memberi kredit kepada debitur yang bertujuan untuk melunasi

utang kepada kreditur awal dan memberikan kredit baru kepada debitur

sehingga kedudukan pihak ketiga ini menggantikan kedudukan kreditur

awal.”3

Peristiwa pengalihan utang ini sangat identik dengan peristiwa

subrogasi dalam hukum positif. Pasal 1400 KUH Perdata menyatakan

bahwa subrogasi adalah pemindahan hak kreditur kepada seorang pihak

ketiga yang membayar kepada kreditur, dapat terjadi karena persetujuan

atau karena undang-undang. Apabila perpindahan tersebut terjadi karena

persetujuan, maka kemungkinan yang terjadi adalah atas inisiatif kreditur

atau inisiatif debitur. Inisiatif kreditur yaitu apabila kreditur dan pihak

ketiga bertemu dan bersama-sama mengetahui bahwa pihak ketiga akan

1 Ahmad Antoni K. Muda, Kamus Lengkap Ekonomi. (Jakarta: Gitamedia Press, 2003), h.

331. 2 Ety Rochaety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi. (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2005), h. 231. 3 Rachmat Firdaus, Manajemen Kredit Bank. (Bandung: PT Purna Sarana Lingga Utama,

1986), h. 16.

Page 37: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

26

menggantikan kedudukannya sebagai kreditur atas debitur yang

bersangkutan, subrogasi ini dinyatakan dengan tegas bersamaan pada saat

pembayaran.4

Tujuan pihak ketiga membayar utang debitur kepada kreditur

bukanlah untuk membebaskan debitur dari kewajiban membayar

melainkan menggantikan kedudukan kreditur lama. Selanjutnya pihak

ketiga berhak melakukan penagihan utang terhadap debitur dan apabila

debitur wanprestasi, pihak ketiga sebagai kreditur baru berhak untuk

melakukan eksekusi.

Kemungkinan kedua adalah debitur meminjam uang dari pihak ketiga

untuk melunasi utangnya kepada kreditur dan menetapkan bahwa pihak

ketiga menggantikan hak-hak kreditur terhadap debitur. Dalam hal ini,

agar subrogasi ini sah, maka perjanjian pinjam meminjam uang antara

debitur dan pihak ketiga harus dibuat dengan akta otentik beserta tanda

pelunasannya. Dalam perjanjian itu pula, harus ditegaskan bahwa uang

tersebut digunakan untuk melunasi utang debitur kepada kreditur. Setelah

dibayarkan, maka dalam tanda pelunasannya harus diterangkan bahwa

pelunasan dilakukan dengan menggunakan uang yang dipinjam dari pihak

ketiga. Proses tersebut di atas untuk menjamin kepentingan pihak ketiga

yang akan menggantikan kedudukan kreditur lama. Dalam hal pengalihan

kredit di perbankan, kemungkinan kedua inilah yang terjadi.

Sedangkan subrogasi yang terjadi karena undang-undang diatur dalam

Pasal 1402 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang artinya subrogasi

tersebut terjadi tanpa perlu persetujuan antara pihak ketiga dengan kreditur

lama, maupun pihak ketiga dengan debitur.5

Istilah take over yang digunakan dalam perbankan memang tidak

diatur secara baku dalam peraturan perundang-undangan, dalam arti tidak

ada ketentuan bahwa peristiwa peralihan kredit harus menggunakan istilah

4 Lihat Pasal 1401 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

5 Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Nivasi, dan Cessie dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, Nieuw Nederlands Burgerlijk Wetboek, Code Civil Perancis,

dan Common Law. (Jakarta: Kencana, 2006), h. 9.

Page 38: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

27

take over, namun istilah ini sudah lazim digunakan baik dalam perbankan

maupun nasabah serta pengusaha dalam menggambarkan kondisi peralihan

kredit dari bank satu ke bank yang lain. Sedangkan istilah subrogasi jarang

digunakan dan bahkan tidak dikenal oleh nasabah dan kalangan

pengusaha.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa take over merupakan

suatu peristiwa pengalihan atau pengambilalihan untuk mengubah

kepentingan dan kedudukan pihak-pihak yang bersangkutan di dalamnya.

Dalam penelitian ini, take over yang dimaksud ialah take over

kredit/pinjaman yang berarti pengalihan kredit atau pinjaman debitur

kepada pihak ketiga, di mana selanjutnya pihak ketiga menggantikan hak-

hak kreditur lama terhadap debitur. Atau dalam bisnis perbankan dapat

didefinisikan sebagai pemberian fasilitas kredit atau pinjaman oleh suatu

lembaga keuangan -baik bank ataupun non-bank-, yang dipergunakan

untuk pemindahan fasilitas kredit dari lembaga keuangan lain.

2. Tujuan Take Over

Tujuan dilakukannya take over kredit secara umum selain karena

terpaksa, ialah karena ingin memperoleh dana tunai dengan suku bunga

yang ringan untuk mengecilkan besaran angsuran. Karena penurunan

tingkat suku bunga ini, otomatis akan mengecilkan besaran angsuran per

bulannya, dengan asumsi tidak mengubah jangka waktu pinjaman. Selain

itu, take over biasanya dilakukan karena nasabah tidak puas dengan

pelayanan di lembaga keuangan sebelumnya. Sehingga dengan take over

ini nasabah berharap pelayanan dari lembaga keuangan yang ditunjuk

dapat lebih baik dari yang sebelumnya.

Dalam penelitian ini, take over atau pengalihan utang dilakukan untuk

membantu masyarakat dalam mengalihkan transaksi non syariahnya

menjadi transaksi syariah, bukan hanya pembiayaan yang sifatnya

konsumtif, tetapi juga pembiayaan yang sifatnya produktif.

Page 39: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

28

3. Syarat dan Mekanisme Take Over

Secara tanggap, bank dituntut untuk menjalankan fungsi dan tanggung

jawabnya terhadap masyarakat. Untuk itu, dalam memberikan pembiayaan

ataupun pelayanan, bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis

yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah

calon debitur untuk mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan

yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum

memberikan kredit atau pembiayaan bank harus memberikan penilaian

dengan seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek

usaha dan nasabah calon debitur.

Secara garis besar, menurut Syamsu Iskandar mekanisme peralihan

kredit atau take over dalam perbankan berbeda dengan mekanisme

penyaluran kredit pada umumnya, karena penyaluran kredit dengan take

over hanya diperuntukkan bagi calon debitur yang saat diberi kredit masih

berstatus sebagai nasabah atau debitur bank atau lembaga keuangan lain.

Meskipun demikian, calon nasabah tersebut bebas untuk menentukan

kepada siapa ia akan mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian. Hal

tersebut diperbolehkan atas dasar asas kebebasan berkontrak. Menurut R.

Setiawan mereka bebas untuk memutuskan berpindah dari kreditur yang

satu kepada kreditur yang lain selama telah memenuhi segala

kewajibannya atas perjanjian sebelumnya dengan kreditur awal. Peristiwa

tersebut sesuai dengan salah satu unsur berakhirnya perjanjian yaitu

perjanjian berakhir apabila tujuan dari diadakannya perjanjian telah

tercapai.6

Untuk dapat melakukan penilaian, bank memerlukan informasi

tentang data-data yang dimiliki nasabah calon debitur. Data-data tersebut

adalah data yang tercantum dalam isi surat permohonan kredit, antara lain

identitas calon debitur, bidang usaha calon debitur, jumlah kredit yang

dimohon dan tujuan pemakaian kredit. Selain itu diperlukan data-data lain

6 Syarief Toha dan Pujiyono, “Problematika dalam Pelaksanaan Pengambilalihan Kredit

dengan Jaminan Hak Tanggungan”, Jurnal Repertorium, IV, 2, (Juli-Desember, 2017), h.98.

Page 40: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

29

untuk menunjang permohonan, seperti susunan pengurus perusahaan

nasabah calon debitur, laporan keuangan, perencanaan proyek yang akan

dibiayai, barang jaminan yang akan diagunkan, dan lain-lain.7

Proses take over dimulai dengan permohonan kredit atau pembiayaan

oleh calon nasabah, kemudian penyerahan semua kelengkapan data dan

syarat-syarat pengajuan kredit atau pembiayaan, dilanjutkan dengan

dilakukannya analisis meliputi jangka waktu kredit yang telah berjalan,

kolektibilitas calon nasabah, mutasi rekening nasabah, informasi dari BI

terkait riwayat kredit calon nasabah, hingga jenis pembiayaan yang akan

diterapkan setelah kredit di take over.

Syarat-syarat di atas kemudian dinilai oleh bank sebelum akhirnya

disetujui dan dicairkan. Dalam dunia perbankan, aspek analisa yang dinilai

dikenal dengan sebutan 5C (Character, Capacity, Collateral, Capital, dan

Condition of Economy) dan 5P (Party, Purpose, Payment, Profitability,

dan Protection), bahkan menurut Munir Fuady dalam Hukum Perkreditan

Kontemporer ditambah dengan 3R (Returns, Repayment, dan Risk Bearing

Ability).8

Selanjutnya, setelah permohonan disetujui, bank akan kembali

melakukan analisis persyaratan administratif yang telah diberikan nasabah.

Biasanya analisis ini juga dilakukan dengan melakukan wawancara dan

tinjauan ke lapangan untuk melihat kondisi calon nasabah yang

sebenarnya. Apabila telah memenuhi syarat, maka dilanjutkan dengan

pembuatan proposal pembiayaan yang akan diajukan kepada komite

pembiayaan. Jika proposal disetujui, maka dilanjutkan dengan

penandatanganan perjanjian untuk melakukan take over terhadap kredit

yang dimiliki calon nasabah dengan cara melunasi sisa kredit di bank

asalnya untuk kemudian dilakukan pengikatan jaminan. Apabila pelunasan

telah dilakukan, maka calon nasabah wajib meminta slip tanda pelunasan

serta asli bukti kepemilikan jaminan yang telah dibebani Hak Tanggungan

7 Bambang Catur PS, Hukum Perbankan di Indonesia. (Depok: Pena Utama, 2011), h. 41.

8 Bambang Catur PS, Hukum Perbankan di Indonesia., h. 42.

Page 41: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

30

dengan terlebih dahulu dilakukan roya (pencoretan hak) atas nama kreditur

awal.9

4. Bentuk-Bentuk Take Over

Take over merupakan transaksi dimana masyarakat dapat

memindahkan kredit berjalan yang dimilikinya kepada pihak lain. Dalam

praktiknya, take over kredit termasuk dalam pemberian fasilitas kredit

yang diberikan oleh suatu lembaga untuk memindahkan kredit yang telah

dilakukan sebelumnya oleh debitur dari pihak lain. Apabila disetujui oleh

bank atau lembaga yang menyediakan fasilitas tersebut, maka debitur

tersebut dapat memindahkan kreditnya untuk kemudian lembaga tersebut

akan menjadi kreditur baru bagi debitur. Beberapa pemindahan kredit/take

over kredit yang bisa dilakukan, antara lain:

a. Take over antar bank

Take over ini biasanya dilakukan oleh mereka yang menginginkan

sejumlah bunga yang lebih ringan dari yang mereka miliki saat ini

atau menginginkan menjadikan transaksi non syariahnya menjadi

transaksi yang sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini umumnya

dilakukan karena adanya penawaran yang lebih baik dan

menguntungkan dari bank lain. Sehingga mereka lebih memilih

mengajukan kredit yang baru dan melakukan take over pada kredit

sebelumnya yang telah dimiliki.

Syarat yang dibutuhkan untuk melakukan take over ini sama

dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank ketika pengajuan kredit

sebelumnya. Namun selain persyaratan standar yang dipenuhi pada

pengajuan awal kredit, bank biasanya juga akan meminta sertifikat

rumah yang akan di-take over apabila yang ingin di-take over adalah

Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Dengan adanya persyaratan tersebut, maka bisa dikatakan bahwa

take over KPR hanya akan bisa dijalankan jika sertifikat rumah

9 Syarief Toha dan Pujiyono, “Problematika dalam Pelaksanaan Pengambilalihan Kredit

dengan Jaminan Hak Tanggungan”, Jurnal Repertorium, IV, 2, (Juli-Desember, 2017), h.98.

Page 42: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

31

tersebut telah ada karena akan dijadikan sebagai jaminan atas kredit

yang akan diajukan. Dengan begitu, take over KPR hanya dapat

dilakukan bila setidaknya nasabah telah memiliki masa cicilan selama

satu tahun, di mana setelah masa tersebut biasanya sertifikat rumah

telah terbit dan dipegang oleh pihak bank pertama.10

Selain KPR, beberapa jenis kredit atau pembiayaan yang bisa

dilakukan take over antar bank antara lain, Kredit Kendaraan

Bermotor (KKB), Kredit Multiguna/Multijasa, Kredit Modal Kerja

(KMK), dan Kredit Investasi (KI).11

b. Jual beli secara take over

Take over ini dapat digunakan apabila kita memiliki keinginan

untuk membeli sebuah rumah atau kendaraan baru dengan KPR/KKB

dan melakukan take over terhadap KPR/KKB orang lain yang belum

lunas. Proses ini melibatkan tiga pihak yang berkepentingan, yaitu kita

sebagai pemohon take over, penjual rumah atau kendaraan yang akan

kita beli rumah atau kendaraannya, dan pihak bank selaku penyedia

dana.

Dalam proses pengajuannya, selain harus memenuhi persyaratan

pengajuan awal kredit, kita juga wajib datang ke bank bersama dengan

penjual rumah atau kendaraan yang akan kita beli sebagai pengajuan

KPR/KKB dengan take over tersebut. Setelah bank melakukan analisa

dan persetujuan terhadap pengajuan kredit tersebut, pihak bank akan

mengeluarkan Akta Jual Beli (AJB) dan juga Surat Kuasa

Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Sebelum meneruskan

KPR/KKB tersebut, kita juga diwajibkan untuk membayar sejumlah

biaya take over yang telah ditentukan dan disepakati dengan pihak

penjual tersebut. Setelah itu pembeli akan menjadi debitur baru

10

http://cermati.com/artikel/take-over-kpr-apa-saja-syarat-dan-cara-mengurusnya diakses

pada 30 September 2018 pukul 15:32 WIB. 11

Uswatun Chasanah, “Pengalihan Hutang yang Dialihkan Secara Take Over dengan

Akad Musharakah di BRI Syariah KCP Diponegoro Surabaya” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah,

UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010), h. 59.

Page 43: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

32

menggantikan posisi penjual sebagai debitur lama. Kemudian

diteruskan dengan perjanjian kredit baru atas nama debitur yang

baru.12

c. Take over bawah tangan

Merupakan proses pengalihan kepemilikan rumah yang dilakukan

antara penjual dan pembeli saja. Take over ini berlangsung tanpa

adanya keterlibatan bank selaku pemberi dana kredit itu sendiri.

Dalam proses ini, biasanya pembeli hanya akan melakukan perjanjian

perpindahan kredit di depan notaris, melunasi biaya take over tersebut

dan melanjutkan pembayaran cicilan kredit yang di-take over. Proses

ini sangat tidak dianjurkan, terutama apabila kita bertindak sebagai

pembeli. Karena dalam KPR misalnya, bank tidak akan menyerahkan

sertifikat kepemilikan rumah kepada seseorang yang namanya tidak

tertera pada sertifikat tersebut. Dengan begitu, kita akan berpotensi

mengalami masalah dan kerugian atas take over tersebut.13

B. Take Over dengan Prinsip Syariah

1. Definisi Take Over dengan Prinsip Syariah

Akad perpindahan yang berhubungan dengan utang piutang antara

satu pihak dengan pihak yang lain dalam prinsip syariah dikenal dengan

istilah hawalah atau hiwalah. Secara bahasa, pengalihan utang atau take

over dalam hukum Islam disebut sebagai hawalah, yang memiliki arti

memindahkan atau mengalihkan. Secara terminologis, hawalah adalah

memindahkan utang dari tanggungan muhil (orang yang memindahkan)

kepada tanggungan muhal ‘alaih (orang yang berutang kepada muhil).

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, hawalah adalah pengalihan

utang dari muhil al-ashil kepada muhal ‘alaih.14

12

http://www.kreditgogo.com/artikel/Kredit-Mobil/Serba-Serbi-Take-Over-Kredit-

Mobil.html diakses pada 30 September 2018 pukul 16:48 WIB. 13

http://cermati.com/artikel/take-over-kpr-apa-saja-syarat-dan-cara-mengurusnya diakses

pada 30 September 2018 pukul 15:32 WIB. 14

Lihat Pasal 20 ayat (13) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Page 44: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

33

Ensiklopedi Hukum Islam menjelaskan bahwa hawalah ialah

pemindahan hak atau kewajiban yang dilakukan pihak pertama kepada

pihak kedua untuk menuntut pembayaran utang atau membayar utang dari

atau kepada pihak ketiga, karena pihak ketiga berutang kepada pihak

pertama dan pihak pertama berutang kepada pihak kedua; atau karena

pihak pertama berutang kepada pihak ketiga disebabkan pihak kedua

berutang kepada pihak pertama. Perpindahan itu dimaksudkan sebagai

ganti pembayaran yang ditegaskan dalam akad ataupun tidak didasarkan

kesepakatan bersama.15

Dalam praktik perbankan, praktik hawalah adalah perpindahan utang

atau piutang nasabah (muhal) ke bank (muhal ‘alaih). Atas bantuan bank

untuk melunaskan piutang nasabah terlebih dahulu, bank dapat meminta

pembayaran jasa kepada nasabah yang besarnya dengan memperhitungkan

faktor risiko apabila utang tersebut tidak tertagih.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPbs

Maret 2008, pemberian jasa pengalihan utang atas dasar hawalah terdiri

dari hawalah muthlaqah dan hawalah muqayyadah. Hawalah muthlaqah

ialah transaksi yang berfungsi untuk pengalihan utang dari pihak yang

menimbulkan adanya dana keluar (cash out) bank. Hawalah muqayyadah

ialah transaksi yang berfungsi untuk melakukan set off (penyelesaian)

utang piutang di antara tiga pihak yang memiliki hubungan utang piutang

melalui transaksi pengalihan utang, serta tidak menimbulkan adanya dana

keluar (cash out). Jadi, jika perpindahan utang piutang menyebabkan

adanya pembayaran yang dilakukan oleh bank, maka pengalihan tersebut

masuk dalam kategori hawalah muthlaqah.16

Namun dalam perkembangannya, konsep hawalah muthlaqah dalam

praktik di bank syariah diterjemahkan sebagai “Take Over Pembiayaan”

15

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam. (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1997), h. 559. 16

Irma Devita Purnamasari dan Suswinarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer:

Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah. (Bandung: Kaifa, 2011),

h.118.

Page 45: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

34

dan tidak menggunakan istilah hawalah. Hal ini dikarenakan, apabila

menggunakan konsep hawalah, akad yang digunakan harus berupa akad

tabarru’. Akad tabarru’ pada prinsipnya merupakan akad tolong-

menolong, yang artinya harus murni bersifat sosial dan tidak boleh

mengambil keuntungan dari transaksi akad yang dimaksud. Hal ini

tentunya kurang cocok dalam praktik perbankan, di mana bank tentunya

mengharapkan adanya keuntungan tertentu atas suatu transaksi. Oleh

karenanya, dibuat istilah Perjanjian Take Over.17

Maka dari itu, dalam pembiayaan berdasarkan take over ini, untuk

melunasi kewajiban nasabah terhadap bank atau lembaga keuangan

sebelumnya bank syariah mengklasifikasikan utang nasabah kepada bank

konvensional menjadi dua macam, yaitu utang pokok plus bunga dan

utang pokok saja. Dalam menangani utang pokok plus bunga, bank syariah

memberikan jasa qardh karena alokasi penggunaan qardh tidak terbatas,

termasuk untuk menalangi utang yang berbasis bunga. Sedangkan terhadap

utang yang berbentuk utang pokok saja, bank syariah memberikan jasa

hawalah atau pengalihan utang karena hawalah tidak bisa untuk

menalangi utang yang berbasis bunga.

Jika utang nasabah terdiri dari utang pokok plus bunga, langkah

pertama yang dilakukan bank syariah adalah memberikan qardh kepada

nasabah sehingga nasabah dapat melunasi utangnya di bank konvensional

dan aset tersebut menjadi hak milik nasabah secara penuh. Selanjutnya

nasabah menjual aset tersebut kepada bank yang dari hasil penjualannya

tersebut nasabah dapat melunasi qardhnya kepada bank syariah. Setelah

itu bank syariah dapat menjual aset secara murabahah atau menyewakan

aset yang telah menjadi miliknya tersebut kepada nasabah dengan akad

IMBT. Penerapan akad IMBT ini pada hakikatnya adalah untuk

17

Irma Devita Purnamasari dan Suswinarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer:

Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah., h.122.

Page 46: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

35

menghindari terjadinya bai’ al-inah yang merupakan salah satu jual beli

yang dilarang.18

Untuk lebih jelasnya, fatwa DSN MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002

menerangkan bahwa take over mempunyai peran dalam membantu

masyarakat untuk mengalihkan transaksi non-syariah yang telah berjalan

menjadi transaksi yang sesuai dengan prinsip syariah. Dalam fatwa

tersebut, take over atau pengalihan utang didefinisikan sebagai

pemindahan utang nasabah dari bank atau lembaga keuangan konvensional

ke bank atau lembaga keuangan syariah. Nasabah yang dimaksud adalah

(calon) nasabah Lembaga Keuangan Syariah (LKS) atau Bank Syariah

yang mempunyai kredit (utang) kepada Lembaga Keuangan Konvensional

(LKK) atau Bank Konvensional untuk pembelian aset, yang ingin

mengalihkan utangnya ke LKS atau Bank Syariah.

Untuk memenuhi tujuan dari transaksi ini, fatwa DSN No. 31/DSN-

MUI/VI/2002 memberikan empat alternatif yang dapat digunakan dalam

transaksi take over untuk disesuaikan dengan kebutuhannya, yaitu:

a. Qardh dan Murabahah;

b. Syirkah al-Milk dan Murabahah;

c. Ijarah (dengan qardh bila diperlukan); dan

d. Qardh dan Ijarah Muntahiyah bi al-Tamlik (IMBT).

Berbeda dengan fatwa DSN MUI, Otoritas Jasa Keuangan dalam

Surat Edarannya Nomor36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah memberikan enam alternatif

yang dapat digunakan dalam hal pemindahan utang (take over) nasabah

dari Lembaga Keuangan Konvensional ke Bank Syariah, yaitu:

a. Qardh dan Murabahah;

b. Syirkah al-Milk dan Murabahah;

c. Ijarah (dengan qardh bila diperlukan);

d. Qardh dan Ijarah Muntahiyah bi al-Tamlik (IMBT);

18

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2013), h. 248.

Page 47: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

36

e. Musyarakah Mutanaqisah dan Ijarah/ Usaha Jual Beli/

Usaha Bagi Hasil;dan

f. Hawalah bil ujrah.

Sedangkan dalam hal pemindahan pembiayaan nasabah dari Lembaga

Keuangan Syariah (LKS) ke bank syariah dapat menggunakan tiga

alternatif, yaitu:

a. Hawalah bil ujrah;

b. Ijarah Muntahiyah bi al-Tamlik (IMBT); dan

c. Musyarakah Mutanaqisah.

2. Dasar Hukum Take Over dengan Prinsip Syariah

Landasan hukum dari transaksi take over ini terdapat dalam beberapa

ayat Al-Qur‟an dan Hadits, di antaranya:

a. Q.S. Al-Ma‟idah (5) ayat 1:

...

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu ...”

b. Q.S. Al-Isra‟ (17) ayat 34:

...

“... dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta

pertanggungan jawabnya.

c. Hadits Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dari „Amr bin „Auf al-Muzani.

م حللا أو لح جا ئز بيي الوسلويي إلا صلحا حر الص

أحل حراها والوسلوىى ءلى شرو طهن إلا شرطا

م حللا أو أحل حرها . حر

Page 48: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

37

“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka

kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan

yang haram.”

3. Bentuk-bentuk Take Over dengan Prinsip Syariah

Dalam mekanismenya, transaksi take over harus mengikuti ketentuan

dalam fatwa DSN No. 31/DSN-MUI/IV/2002 tentang Pengalihan Utang.

Fatwa sendiri merupakan cermin dari respon para ulama terhadap suatu

masalah yang memerlukan jawaban dari aspek agama Islam sehingga

sifatnya lebih dinamis dan juga merupakan cermin refleksi dari pemikiran

intelektual masyarakat tertentu.19

Pengaruh fatwa DSN terhadap peraturan perundang-undangan di

bidang perbankan syariah sangatlah besar. Diawali dengan ketentuan yang

secara implisit atas pengakuan terhadap fatwa DSN, kemudian meningkat

secara yuridis formal dengan ketentuan secara eksplisit yang mengakui

fatwa DSN sebagai suatu hukum syariah yang berlaku.20

Dalam Pasal 35 Peraturan Bank Indonesia No. 11/3/PBI/2009 juga

dinyatakan, dalam melakukan usahanya, Bank Umum Syariah diwajibkan

merujuk pada fatwa DSN serta meminta fatwa terlebih dahulu untuk

produk baru bank yang belum ada fatwanya. Maka dapat disimpulkan

bahwa kedudukan fatwa DSN dalam sistem hukum nasional antara lain

sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan ekonomi syariah; pedoman bagi

Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam mengawasi kegiatan usaha LKS;

isi ketentuannya diserap ke dalam peraturan perundang-undangan; dan

19

M. Cholil Nafis, Teori Hukum Ekonomi Syariah. (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

2011), h. 105. 20

Yeni Salma Barlinti, “Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem

Hukum Nasional di Indonesia.” (Disertasi Doktor Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta,

2010), h. 255.

Page 49: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

38

menjadi landasan hukum bagi LKS dalam menjalankan produk kegiatan

usahanya.21

Selain fatwa DSN bank syariah juga harus mengikuti ketentuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hal ini dikarenakan dalam bidang

perbankan, OJK melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap segala

sesuatu yang menyangkut tentang bank. Hal ini mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah. Untuk

dapat memitigasi berbagai risiko dalam kaitan perkembangan dan inovasi

produk dan aktivitas bank syariah dan Unit Usaha Syariah, maka perlu

diimbangi dengan mekanisme perizinan dan pelaporan produk dan

aktivitas yang lebih sesuai dengan upaya pengembangan bank syariah dan

unit usaha syariah. Maka dari itu, OJK membentuk peraturan tentang

Produk dan Aktivitas Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah yang

dituangkan dalam POJK No. 24/POJK.03/2015.

Sehubungan dengan terbitnya POJK No. 24/POJK.03/2015 dan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha

dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank, maka perlu diatur pula

ketentuan pelaksanaan mengenai Produk dan Aktivitas Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah. Ketentuan pelaksanaan tersebut

selanjutnya dituangkan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

(SEOJK) No. 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. SEOJK ini mengatur mengenai

kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan

Unit Usaha Syariah (UUS).

Dalam SEOJK tersebut diatur pula mengenai persyaratan dan

karakteristik akad yang dapat digunakan dalam sebuah produk. Dalam hal

take over atau pengalihan utang, Otoritas Jasa Keuangan memberikan

21

Yeni Salma Barlinti, “Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem

Hukum Nasional di Indonesia.” (Disertasi Doktor Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta,

2010), h. 469.

Page 50: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

39

enam bentuk alternatif yang dapat dilakukan oleh BUS ataupun UUS,

yaitu22

:

a. Alternatif 1

1) Bank Syariah memberikan pinjaman qardh kepada nasabah untuk

melunasi kredit nasabah di lembaga keuangan konvensional

sehingga aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik

nasabah secara penuh.

2) Nasabah menjual aset tersebut kepada Bank Syariah dan hasil

penjualannya digunakan untuk melunasi pinjaman qardh.

3) Bank Syariah menjual aset yang telah menjadi milik Bank kepada

nasabah secara murabahah dengan pembayaran secara cicilan.

4) Memenuhi ketentuan pembiayaan qardh dan pembiayaan

murabahah.

Gambar 2.1 : Pengalihan Utang Alternatif Pertama

(5) menerima aset (6) jual aset & lunasi qardh

(2) pengajuan &

(1) kredit berjalan kesepakatan TO

(4) pelunasan kredit (3) pemberian qardh

(7) akad murabahah

Dalam alternatif pertama ini, bank syariah dapat menggunakan

akad qardh dan murabahah. Qardh merupakan pinjaman yang

diberikan kepada nasabah yang dananya bersumber dari bagian modal

22

Lihat Lampiran IV Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015

tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, h. 91.

BANK

KONVEN NASABAH BANK

SYARIAH

Page 51: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

40

LKS, keuntungan LKS yang disisihkan, dan lembaga lain atau

individu yang mempercayakan penyaluran infaqnya kepada LKS.

Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya

sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami

over-draft. Fasilitas ini merupaka bagian dari satu paket pembiayaan

lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi.23

Dalam akad qardh

ini, biaya administrasi, notaris, materai dan lain sebagainya

dibebankan kepada nasabah.24

Qardh merupakan salah satu aktivitas

taqarrub kepada Allah SWT karena di dalamnya terdapat unsur

kelembutan dan kasih sayang kepada manusia, mempermudah urusan

dan meringankan beban kesulitan mereka.25

Pengajuan take over dapat dilakukan oleh nasabah saat kreditnya

di bank konvensional masih berjalan. Bank syariah menganalisis

kredit calon nasabahnya yang masih berjalan di bank konvensional

meliputi jangka waktu kredit yang telah berjalan, kolektibilitas calon

nasabah, mutasi rekening nasabah, informasi dari BI terkait riwayat

kredit calon nasabah, hingga jenis pembiayaan yang akan diterapkan

setelah kredit di take over. Setelah terjadi kesepakatan, bank syariah

memberikan pinjaman berupa qardh kepada nasabah untuk melakukan

pelunasan kreditnya, sehingga aset yang dibeli dengan kredit tersebut

menjadi milik nasabah seutuhnya.

Selanjutnya aset yang telah menjadi milik nasabah tersebut, dijual

kepada bank syariah, dan hasil penjualannya digunakan untuk

melunasi utang qardh nasabah. Dalam hal nasabah tidak memenuhi

kewajibannya untuk melunasi fasilitas qardh pada waktu yang telah

disepakati, bank syariah dapat membebankan denda atas

keterlambatan tersebut yang diperuntukkan sebagai dana sosial.

23

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), h. 48. 24

Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Al-Qardh 25

Yusuf As-Sabatin, Al-Buyu‟ al-Qadimah wa al-Mu‟ashirah wa al-Burshat al-

Mahaliyyah wa ad-Duwaliyyah. Penerjemah Yahya Abdurrahman, Bisnis Islam & Kritik atas

Praktik Bisnis ala Kapitalis. (Bogor: Al-Azhar Press, 2014), h. 364.

Page 52: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

41

Setelah proses qardh dan jual beli selesai, bank syariah kembali

menjual aset tersebut kepada nasabah secara murabahah.26

Murabahah

merupakan kontrak untuk jual beli biasa, di mana harga jualnya terdiri

dari harga pembelian ditambah dengan suatu margin dengan

persentase, mark up, atau cost plus tertentu sebagai keuntungan

penjual. Harga pokok ini harus diketahui pembeli. Dalam

hubungannya dengan bank, murabahah harus berkaitan dengan jual

beli. Bank dapat membelikan barang yang diperlukan nasabahnya

dengan membayar tunai kepada penjual. Namun dalam transaksi ini,

murabahah dilakukan terhadap barang yang telah dibeli bank dari

nasabah. Kemudian, barang yang sama tersebut dijual kepada nasabah

dengan tambahan margin sebagai keuntungan bagi bank, dengan cara

tangguh atau angsur.27

Porsi keuntungan tersebut bersifat tetap, dan merupakan

kompensasi terhadap pelayanan yang diberikan, dan risiko yang ada

dapat timbul selama masa angsuran. Karena harga jual diangsur

kepada bank, maka terdapat unsur pemerataan pendapatan selama

masa angsuran, atau disebut sebagai payment atau income smoothing.

Hal ini berbeda dengan bunga di bank konvensional, karena akad

murabahah bukan akad yang memberikan pinjaman uang, melainkan

akad jual beli barang yang bersifat tangible, dengan pembayarannya

ditunda atau diangsur (bai’ bithaman ajil). Jadi prima kausa akadnya

bukan uang seperti dalam perjanjian kredit di bank konvensional,

melainkan barang, yang merupakan hasil dari produksi ekonomi riil.28

Dalam transaksi ini, kredit yang akan dialihkan dari bank atau

26

Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Murabahah 27

Hendy Herijanto, “Pembiayaan dalam Islam” dalam Dewan Pengurus Nasional

FORDEBI & ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis

Islam.(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), h. 32. 28

Hendy Herijanto, “Pembiayaan dalam Islam” dalam Dewan Pengurus Nasional

FORDEBI & ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis

Islam., h. 33.

Page 53: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

42

lembaga keuangan konvensional harus kredit yang memiliki

underlying asset dan sesuai dengan ketentuan dalam fatwa DSN MUI

terkait qardh dan murabahah.

b. Alternatif 2

1) Bank Syariah dengan seizin lembaga keuangan konvensional

membeli sebagian aset nasabah yang dibiayai oleh lembaga

keuangan konvensional, sehingga terjadi kepemilikan bersama

antara Bank dan nasabah terhadap aset tersebut.

2) Bagian aset yang dibeli Bank Syariah adalah bagian aset yang

senilai dengan sisa utang (kredit) nasabah kepada kembaga

keuangan konvensional.

3) Bank Syariah menjual bagian aset yang telah dimilikinya tersebut

kepada nasabah secara murabahah dengan pembayaran secara

cicilan.

4) Memenuhi ketentuan pembiayaan murabahah.

Gambar 2.2 : Pengalihan Utang Alternatif Kedua

(4) jual aset bagian miliknya (murabahah)

(2) Pengajuan &

(1) kredit berjalan kesepakatan TO

(3) membeli sebagian aset nasabah (sisa cicilan) atas ijin LKK (syirkah al-milk)

Dalam alternatif ini, desain akad yang digunakan bank syariah

adalah syirkah al-milk dan murabahah. Bank syariah menganalisis

kredit calon nasabahnya yang masih berjalan di bank konvensional

meliputi jangka waktu kredit yang telah berjalan, kolektibilitas calon

nasabah, mutasi rekening nasabah, informasi dari BI terkait riwayat

BANK

KONVEN NASABAH BANK

SYARIAH

Page 54: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

43

kredit calon nasabah, hingga jenis pembiayaan yang akan diterapkan

setelah kredit di take over. Setelah terjadi kesepakatan, take over atau

pengalihan dilakukan oleh bank syariah dengan cara membeli

sebagian aset nasabah dengan seizin bank konvensional, sehingga

terjadilah syirkah al-milk antara bank syariah dan nasabah terhadap

aset tersebut.

Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal

permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu

dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati

oleh pihak-pihak yang berserikat.29

Secara garis besar syirkah ada dua

macam, yaitu syirkah al-milk dan syirkah al-‘aqd. Syirkah al-milk

adalah perkongsian atau kerjasama dalam hal kepemilikan harta yang

keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh

kepemilikan bersama atas suatu aset dengan salah satu sebab

kepemilikan, seperti jual beli, hibah atau warisan.30

Sementara syirkah

al-‘aqd adalah kerjasama dalam transaksi31

atau kerja sama antara dua

orang yang bersekutu dalam modal dan keuntungan.32

Dalam pembelian aset tersebut, bagian aset yang dibeli harus

senilai dengan sisa utang nasabah di bank atau lembaga keuangan

konvensional. Bagian aset tersebut kemudian dijual oleh bank syariah

secara murabahah kepada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan

dan mengikuti ketentuan murabahah dalam fatwa DSN MUI.

c. Alternatif 3

1) Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset,

nasabah dapat melakukan akad ijarah dengan Bank Syariah.

29

Lihat Pasal 20 ayat (3) Buku II Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah 30

Shalah ash-Shawi & Abdullah al-Mushlih, Ma La Yasa’ at-Tajira Jabluhu. Penerjemah

Abu Umar Basyir, Fikih Ekonomi Keuangan Islam. (Jakarta: Darul Haq, 2008), h. 145. 31

Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016),

h.130. 32

Shalah ash-Shawi & Abdullah al-Mushlih, Ma La Yasa’ at-Tajira Jabluhu. Penerjemah

Abu Umar Basyir, Fikih Ekonomi Keuangan Islam. (Jakarta: Darul Haq, 2008), h. 146.

Page 55: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

44

2) Apabila diperlukan, Bank Syariah dapat membantu menalangi

kewajiban nasabah dengan memberikan pinjaman qardh.

3) Akad ijarah sebagaimana dimaksud pada angka satu (1) tidak dapat

dipersyaratkan dengan pemberian talangan sebagaimana dimaksud

pada angka dua (2).

4) Besar imbalan jasa ijarah sebagaimana dimaksud pada angka satu

(1) tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan

Bank Syariah kepada nasabah sebagaimana dimaksud pada angka

dua (2).

5) Memenuhi ketentuan pembiayaan ijarah dan/atau pembiayaan

qardh

Gambar 2.3 : Pengalihan Utang Alternatif Ketiga

(4) membantu menalangi kewajiban nasabah bila diperlukan (qardh)

(2) pengajuan &

(1) kredit berjalan kesepakatan TO

(5) imbalan ijarah

(3)ijarah untuk pengurusan kepemilikan aset penuh

Dalam alternatif ini, desain akad yang digunakan bank syariah

adalah akad ijarah dan/atau qardh. Bank syariah menganalisis kredit

calon nasabahnya yang masih berjalan di bank konvensional meliputi

jangka waktu kredit yang telah berjalan, kolektibilitas calon nasabah,

mutasi rekening nasabah, informasi dari BI terkait riwayat kredit calon

nasabah, hingga jenis pembiayaan yang akan diterapkan setelah kredit

BANK

KONVEN NASABAH BANK

SYARIAH

Page 56: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

45

di take over. Setelah terjadi kesepakatan, pengalihan dilakukan dengan

akad ijarah untuk pengurusan kepemilikan aset nasabah secara penuh.

Pada dasarnya, prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli,

perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila jual beli objek

transaksinya adalah barang, ijarah objek transaksinya adalah barang

maupun jasa. Pada dasarnya ijarah didefinisikan sebagai hak untuk

memanfaatkan barang atau jasa dengan membayar imbalan tertentu.33

Ijarah menurut fatwa DSN MUI adalah akad pemindahan hak guna

(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran

sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang

itu sendiri.34

Dalam mekanismenya, bank syariah dan nasabah melakukan akad

ijarah atas suatu aset yang kreditnya masih berjalan di bank atau

lembaga keuangan konvensional. Ijarah yang dilakukan adalah

memberikan sewa jasa karena bank syariah memberikan jasanya untuk

menyelesaikan sisa utang nasabah dari lembaga keuangan

konvensional. Atau apabila diperlukan, bank syariah atau LKS dapat

membantu menalangi kewajiban nasabahnya dengan qardh, akan

tetapi qardh ini tidak boleh dipersyaratkan bersama dengan akad

ijarah. Selanjutnya nasabah akan membayar sejumlah sisa utang

nasabah termasuk dengan ujrah (upah) yang telah disepakati setiap

bulannya. Besar imbalan jasa ijarah tersebut tidak boleh didasarkan

pada jumlah talangan yang diberikan Bank Syariah kepada nasabah.

d. Alternatif 4

1) Bank Syariah memberikan qardh kepada nasabah untuk melunasi

kredit, dengan demikian aset yang dibeli dengan kredit tersebut

menjadi milik nasabah secara penuh.

33

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan.(Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2013), h. 138. 34

Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSN-MUI/IV/2002 tentang

Pembiayaan Ijarah

Page 57: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

46

2) Nasabah menjual aset tersebut kepada Bank Syariah dan hasil

penjualannya digunakan untuk melunasi pinjaman qardh.

3) Bank Syariah menyewakan aset yang telah menjadi miliknya

kepada nasabah dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik.

4) Memenuhi ketentuan pembiayaan ijarah muntahiyah bittamllik dan

pembiayaan qardh.

Gambar 2.4: Pengalihan Utang Alternatif Keempat

(5) menerima aset (6) jual aset & lunasi qardh

(2) pengajuan &

(1) kredit berjalan kesepakatan TO

(4) pelunasan kredit (3) pemberian qardh

(7) akad IMBT

Dalam alternatif ini, desain akad yang digunakan bank syariah

adalah akad qardh dan ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT). Bank

syariah menganalisis kredit calon nasabahnya yang masih berjalan di

bank konvensional meliputi jangka waktu kredit yang telah berjalan,

kolektibilitas calon nasabah, mutasi rekening nasabah, informasi dari

BI terkait riwayat kredit calon nasabah, hingga jenis pembiayaan yang

akan diterapkan setelah kredit di take over. Setelah terjadi

kesepakatan, bank syariah melunasi kredit berjalan nasabah yang akan

dialihkan dengan menggunakan akad qardh.

Dengan pelunasan tersebut, aset yang dibeli secara kredit oleh

nasabah dapat menjadi milik nasabah sepenuhnya. Pelunasan qardh

kemudian dilakukan oleh nasabah dengan cara menjual aset tersebut

kepada bank syariah. Setelahnya, bank syariah dapat menyewakan

BANK

KONVEN NASABAH BANK

SYARIAH

Page 58: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

47

aset yang telah dimilikinya tersebut kepada nasabah dengan

menggunakan akad ijarah muntahiyah bittamlik.

Akad ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) sendiri merupakan

perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak

milik atas benda yang disewa, kepada si penyewa setelah masa sewa

selesai. Akad IMBT terdiri dari akad ijarah dan bai’ atau hibah.

Kedua akad tersebut menjadi bergantung (mu’allaq) satu sama lain

karena akad ijarah tidak akan terjadi kecuali jika akad jual/hibah

disepakati akan dilakukan, dan objek sewa tidak bisa disewakan

kecuali jika setelah disewakan objek tersebut dijual atau dihibahkan.35

Dalam ketentuannya, semua rukun dan syarat yang berlaku dalam

akad ijarah berlaku pula dalam akad ijarah muntahiyah bittamlik.36

Dengan akad ijarah, pemilik barang menandatangani perjanjian

terpisah yang menyatakan bahwa di akhir masa sewa, penyewa dapat

membeli barang yang disewa dengan harga ditentukan lebih dahulu,

atau pemilik barang dapat menghibahkan barang tersebut ketika

penyewa telah melunasi seluruh biaya sewa. Janji ini bersifat

unilateral, dan tidak bilateral, dan hanya mengikat pemilik barang;

karena jika mengikat kedua belah pihak, maka akad tersebut menjadi

akad jual beli sesuatu di masa depan37

.

Pilihan untuk menjual barang di akhir masa sewa biasanya

diambil bila kemampuan finansial penyewa untuk membayar sewa

relatif kecil, sehingga akumulasi nilai sewa yang sudah dibayarkan

sampai akhir periode sewa belum mencukupi harga beli barang

tersebut dan margin laba yang ditentukan oleh bank. Oleh karena itu,

untuk menutupi kekurangan tersebut, bila penyewa ingin memiliki

35

Oni Sahroni dan M. Hasanuddin, Fikih Muamalah: Dinamika Teori Akad dan

Implementasinya dalam Ekonomi Syariah. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2017), h. 162. 36

Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al-Ijarah

Al-Muntahiyah bi Al-Tamlik 37

Hendy Herijanto, “Pembiayaan dalam Islam” dalam Dewan Pengurus Nasional

FORDEBI & ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis

Islam.(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), h. 37.

Page 59: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

48

barang tersebut, ia harus membelinya di akhir periode. Sedangkan

pilihan untuk menghibahkan barang di akhir masa sewa biasanya

diambil apabila kemampuan finansial penyewa untuk membayar sewa

relatif besar, sehingga sudah mencukupi untuk menutup harga beli

barang dan margin yang ditetapkan bank.38

e. Alternatif 5

1) Nasabah yang masih memiliki kredit pada lembaga keuangan

konvensional mengajukan permohonan pengalihan utangnya

kepada Bank Syariah dengan akad musyarakah mutanaqisah.

2) Bank Syariah dan nasabah melakukan akad musyarakah

mutanaqisah dengan ketentuan Bank Syariah dan nasabah

menyertakan modal usaha senilai kesepakatan antara Bank Syariah

dengan nasabah.

3) Nasabah melunasi kreditnya kepada lembaga keuangan

konvensional.

4) Nasabah menyewa barang yang menjadi objek syirkah

(musyarakah) dengan akad ijarah dan/atau nasabah dan Bank

Syariah melakukan kegiatan usaha dengan pihak ketiga dalam

bentuk:

a) Kegiatan usaha sewa menyewa;

b) Kegiatan usaha jual beli; dan/atau

c) Kegiatan usaha bagi hasil.

5) Bank Syariah dan nasabah berbagi pendapatan atas kegiatan

sebagaimana diatur pada angka empat (4).

6) Nasabah membeli porsi kepemilikan (hishshah) modal syirkah

Bank Syariah Syariah secara bertahap.

38

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2013), h. 149.

Page 60: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

49

Gambar 2.5: Pengalihan Utang Alternatif Kelima

(7) beli porsi kepemilikan secara bertahap

(5) akad ijarah/kegiatan usaha

dengan pihak ketiga

(2) pengajuan &

(1) kredit berjalan kesepakatan TO

(4) pelunasan kredit (3) akad MMQ

(6) bagi hasil pendapatan usaha

Dalam alternatif ini, desain akad yang digunakan bank syariah

adalah akad musyarakah mutanaqisah (MMQ) dan ijarah atau

kegiatan usaha lain dengan pihak ketiga. Musyarakah mutanaqisah

(MMQ) adalah musyarakah atau syirkah yang kepemilikan aset

(barang) atau modal salah satu pihak berkurang, yang disebabkan

pembelian bertahap oleh pihak lainnya. Substansi dari pembiayaan ini

ialah kepemilikan bersama atas suatu aset, antara bank dan nasabah

yang pada akhirnya aset tersebut dimiliki penuh oleh nasabah setelah

seluruh angsuran dilunasi oleh nasabah. Dengan angsuran menuju

kepemilikan penuh ini, porsi kepemilikan bank berangsur-angsur akan

berkurang sejalan dengan pembayaran angsuran yang dilakukan

nasabah. Angsuran ini terdiri dari porsi yang digunakan untuk

membeli bagian kepemilikan bank, dan porsi yang digunakan sebagai

biaya sewa kepada bank. Porsi ekuitas nasabah akan terus bertambah,

BANK

KONVEN NASABAH BANK

SYARIAH

Page 61: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

50

dan ekuitas bank akan berkurang, yang pada akhirnya nasabah akan

memiliki aset tersebut secara penuh.39

Pertama, bank syariah menganalisis kredit calon nasabahnya yang

masih berjalan di bank konvensional meliputi jangka waktu kredit

yang telah berjalan, kolektibilitas calon nasabah, mutasi rekening

nasabah, informasi dari BI terkait riwayat kredit calon nasabah,

hingga jenis pembiayaan yang akan diterapkan setelah kredit di take

over. Setelah terjadi kesepakatan, bank syariah dan nasabah

melakukan akad musyarakah mutanaqisah dengan ketentuan bank

syariah akan menyertakan modal usaha senilai kesepakatan. Modal

usaha tersebut kemudian digunakan nasabah untuk melunasi sisa

kreditnya bank konvensional.

Dalam MMQ, pihak pertama –dalam hal ini bank syariah- wajib

berjanji untuk menjual seluruh hishshah-nya secara bertahap dan

pihak kedua (nasabah) wajib membelinya. Hishshah adalah porsi atau

bagian para pihak dalam kekayaan musyarakah yang sifatnya

ditentukan secara nilai dan tidak dapat ditentukan batas-batasnya

secara fisik.40

Selanjutnya, nasabah dapat melakukan akad ijarah dengan bank

syariah, atau nasabah dan bank syariah dapat juga melakukan kegiatan

usaha dengan pihak ketiga. Dalam hal aset MMQ di-ijarah-kan

kepada nasabah atau pihak ketiga, maka nilai ujrah harus disepakati

oleh para pihak. Keuntungan yang diperoleh dari ujrah tersebut

kemudian dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dalam

akad, sedangkan kerugian harus berdasarkan proporsi kepemilikan.

Selain itu nisbah keuntungan juga dapat mengikuti perubahan proporsi

kepemilikan sesuai kesepakatan para pihak.

39

Hendy Herijanto, “Pembiayaan dalam Islam” dalam Dewan Pengurus Nasional

FORDEBI & ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis

Islam.(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), h. 41. 40

Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang

Musyarakah Mutanaqisah

Page 62: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

51

Selanjutnya, nasabah dapat membeli porsi kepemilikan (hishshah)

modal syirkah bank syariah secara bertahap untuk dapat memiliki aset

tersebut secara penuh. Dalam akad ini porsi kepemilikan aset

musyarakah bank syariah yang berkurang akibat terjadi pembayaran

oleh nasabah harus jelas dan disepakati dalam akad.41

f. Alternatif 6

1) Nasabah yang masih memiliki kredit lembaga keuangan

konvensional mengajukan permohonan pengalihan utangnya

kepada Bank Syariah.

2) Bank Syariah setelah menyetujui permohonan nasabah tersebut,

melakukan akad hawalah bi al-ujrah dan membayar sebagian atau

seluruh utang nasabah kepada lembaga keuangan konvensional

pada waktu yang disepakati.

3) Nasabah membayar ujrah kepada Bank Syariah atas jasa hawalah.

4) Nasabah membayar kewajibannya yang timbul dari akad hawalah

kepada Bank Syariah, baik secara tunai maupun secara

tangguh/angsur sesuai kesepakatan.

Gambar 2.6: Pengalihan Utang Alternatif Keenam

(4) bayar kewajiban + ujrah

(2) pengajuan &

(1) kredit berjalan kesepakatan TO

(3)bayar sebagian/seluruh utang nasabah (hawalah bil ujrah)

Bank syariah menganalisis kredit calon nasabahnya yang masih

berjalan di bank konvensional meliputi jangka waktu kredit yang telah

41

Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang

Musyarakah Mutanaqisah

BANK

KONVEN NASABAH BANK

SYARIAH

Page 63: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

52

berjalan, kolektibilitas calon nasabah, mutasi rekening nasabah,

informasi dari BI terkait riwayat kredit calon nasabah, hingga jenis

pembiayaan yang akan diterapkan setelah kredit di take over. Setelah

terjadi kesepakatan, bank syariah membayar utang nasabah di bank

konvensional dengan menggunakan akad hawalah bi al-ujrah, yaitu

akad pengalihan utang dari satu pihak ke pihak lain disertai dengan

ujrah (upah). Hawalah bil ujrah ini hanya berlaku pada hawalah

muthlaqah, di mana nasabah adalah orang yang berutang pada bank

konvensional, tetapi tidak memiliki piutang kepada bank syariah.

Ujrah atau fee yang diterima bank syariah didasarkan atas

kesediaan dan komitmennya untuk membayar utang nasabah di bank

konvensional. Besaran, jangka waktu dan cara pembayarannya harus

ditetapkan pada saat akad secara jelas, tetap dan pasti sesuai

kesepakatan.42

42

Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 58/DSN-MUI/V/2007 tentang Hawalah

bil Ujrah

Page 64: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

53

BAB III

GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH

A. Sejarah Singkat BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan

izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya No.

10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT Bank

BRISyariah Tbk secara resmi beroperasi. Kemudian PT Bank BRISyariah

Tbk mengubah kegiatan usahanya yang semula beroperasional secara

konvensional, diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariat

Islam.

Sepuluh tahun PT Bank BRISyariah Tbk, hadir mempersembahkan

sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai

kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih

bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence)

dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan

prinsip syariah. Kehadirannya di tengah-tengah industri perbankan nasional

dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo

ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank

modern sekelas PT Bank BRISyariah Tbk, yang mampu melayani masyarakat

dalam kehidupan modern.

Aktivitas PT Bank BRISyariah Tbk, semakin kokoh setelah pada 19

Desember ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., untuk melebur ke dalam PT Bank

BRISyariah Tbk (proses spin off) yang berlaku efektif pada 1 Januari 2009.

Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur

Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje

Rahardjo selaku Direktur Utama PT Bank BRISyariah Tbk.

Saat ini PT Bank BRISyariah Tbk menjadi bank syariah ketiga

terbesar berdasarkan aset. PT Bank BRISyariah Tbk, tumbuh dengan pesat,

Page 65: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

54

baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga.

Dengan berfokus pada segmen menengah ke bawah, PT Bank BRISyariah

Tbk, menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai

ragam produk dan layanan perbankan.

Sesuai dengan visinya, saat ini PT Bank BRISyariah Tbk, merintis

sinergi dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan

memanfaatkan jaringan kerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang

berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan

konsumer berdasarkan prinsip Syariah.1

B. Visi dan Misi BRI Syariah

Visi BRI Syariah adalah menjadi bank ritel modern terkemuka dengan

ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan

termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Sedangkan misinya adalah

memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan

finansial nasabah; menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan

etika sesuai dengan prinsip-prinsip syariah; menyediakan akses ternyaman

melalui berbagai sarana, kapan pun dan dimana pun; dan memungkinkan

setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan menghadirkan

ketenteraman pikiran.2

C. Struktur Organisasi BRI Syariah

Gambar 3.1

Struktur Organisasi BRI Syariah

1 http://www.brisyariah.co.id/ diakses pada 24 September 2018 pukul 20:00 WIB.

2 http://www.brisyariah.co.id/.

Page 66: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

55

Komite Pemantau Risiko

Komite Audit

Komite Remunerasi &

Nominasi

Perencanaan Bisnis Bisnis Operasi & Manajemen

Strategis Ritel Komersial Layanan Risiko

Audit Bisnis Tresuri Analisa Sekretaris Penunjang

Internal Mikro Perbankan Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan

Teknologi Internasional Akuntansi & Kepatuhan Pengelolaan

Informasi Dana & Haji Keuangan Aset Khusus

Sumber Daya Jaringan &

Insani Logistik

Kantor Cabang

Rapat Umum Pemegang

Saham

Dewan Pengawas

Syariah

Dewan Komisaris

Direktur Utama

Dirut Bisnis

Ritel

Dirut

Operasional

Dirut Bisnis

Komersial

Dirut

Kepatuhan

Koor.

Penunjang

Pembiayaan

dan Aset

Khusus

Page 67: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

56

Keterangan:3

Jalur Supervisi

Jalur Pembinaan

Jalur Koordinasi

D. Produk dan Layanan BRI Syariah

1. Produk Pendanaan

a. Tabungan Faedah BRISyariah iB

Merupakan produk simpanan dari BRISyariah untuk nasabah

perorangan yang menginginkan kemudahan transaksi keuangan sehari-

hari. Akad yang digunakan dalam produk ini adalah akad wadi’ah.

Tabungan ini memiliki beberapa segmen, yaitu:

1) Tabungan Faedah Segmen Reguler BRISyariah iB

Merupakan produk tabungan yang diperuntukkan bagi nasabah

individu, dengan dilengkapi buku tabungan dan kartu ATM serta

fasilitas iBank, SMS Banking, BRIS Online dan Cash Management

System (CMS).

2) Tabungan Faedah Segmen Payroll BRISyariah iB

Merupakan produk tabungan yang diperuntukkan bagi nasabah

kerjasama (PKS) sebagai sarana pembayaran gaji/payroll karyawan

dengan fitur khusus payroll.

3) Tabungan Faedah Segmen Siswa BRISyariah iB (Co-Branding)

Merupakan produk tabungan yang diperuntukkan bagi nasabah

kerjasama (PKS) yang dapat dpergunakan sebagai kartu siswa

ataupun kartu identitas dengan fitur co-branding.

4) Tabungan Faedah Segmen Bisnis Non-Individu BRISyariah iB

Merupakan produk tabungan yang diperuntukkan bagi nasabah

badan/non individu baik berupa badan hukum maupun non badan

3 PT Bank BRISyariah, Annual Report 2018., h. 82.

Page 68: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

57

hukum dengan dilengkapi buku tabungan untuk mempermudah

transaksi bisnis nasabah.

5) Tabungan Faedah Haji BRISyariah iB

Merupakan produk simpanan yang menggunakan akad mudharabah

mutlaqah sesuai prinsip syariah khusus bagi calon Haji yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan Ibadah Haji

(BPIH). Selain itu dapat juga digunakan nasabah untuk

merencanakan ibadah umrah.

6) Tabungan Faedah Impian BRISyariah iB

Merupakan produk simpanan berjangka dari BRISyariah untuk

nasabah perorangan yang dirancang untuk mewujudkan impian

nasabah seperti kurban, pendidikan, liburan, belanja, dan lainnya

dengan terencana menggunakan mekanisme autodebet setoran rutin

bulanan melalui Tabungan Faedah BRISyariah sebagai rekening

induk. Akad yang digunakan dalam produk ini adalah akad

mudharabah muthlaqah

7) TabunganKu BRISyariah iB

Merupakan tabungan untuk perorangan menggunakan akad wadi’ah

dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara

bersama oleh Bank-Bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya

menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

8) Tabungan Faedah Simpanan Pelajar iB

Merupakan tabungan untuk siswa yang diterbitkan secara nasional

oleh bank-bank di Indonesia dengan persyaratan mudah dan

sederhana serta fitur yang menarik, dalam rangka edukasi dan

inklusi keuangan untuk mendorong budaya menabung sejak dini.

b. Giro Faedah BRISyariah iB

1) Giro Faedah Segemen Regular BRISyariah iB

Merupakan produk simpanan dari BRISyariah bagi nasabah

perorangan maupun perusahaan untuk kemudahan transaksi bisnis

sehari-hari di mana penarikan dana menggunakan cek, bilyet giro,

Page 69: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

58

sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan

yang tersedia dalam akad wadi’ah maupun mudharabah mutlaqah.

2) Giro Faedah Segmen Pemerintah BRISyariah iB

Merupakan produk dana nasabah dengan segmen pemerintah

menggunakan akad wadi’ah, yang penarikannya dapat dilakukan

mengunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya,

atau dengan pemindahbukuan.

c. Deposito

1) Deposito Faedah BRISyariah iB

Merupakan produk investasi berjangka menggunakan akad

mudharabah mutlaqah sesuai prinsip syariah bagi nasabah

perorangan maupun perusahaan dengan jangka waktu penempatan

1, 3, 6, dan 12 bulan.

2) Simpanan Faedah BRISyariah iB

Merupakan produk investasi berjangka menggunakan akad

mudharabah mutlaqah sesuai prinsip syariah bagi nasabah

perorangan maupun perusahaan dengan jangka waktu penempatan

kurang dari satu bulan (7, 14, 21, dan 28 hari).

2. Produk Pembiayaan

a. Pembiayaan Retail Konsumer, yang terdiri dari:

1) Griya Faedah BRISyariah iB

Merupakan pembiayaan kepada perorangan untuk memenuhi

sebagian atau keseluruhan kebutuhan akan hunian dengan

menggunakan prinsip jual beli (murabahah)/sewa menyewa dengan

opsi beli/hibah (ijarah muntahiya bit tamlik) dan kemitraan-sewa

(musyarakah mutanaqisah).

2) KPR Sejahtera BRISyariah iB

Merupakan produk pembiayaan kepemilikan rumah untuk

pembiayaan rumah dengan dukungan bantuan dana Fasilitas

Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) kepada masyarakat

Page 70: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

59

berpenghasilan rendah (MBR) dalam rangka pemilikan rumah

sejahtera yang dibeli dari pengembang (developer).

3) Oto Faedah BRISyariah iB

Merupakan pembiayaan kepemilikan mobil kepada perorangan

untuk memenuhi kebutuhan akan kendaraan dengan menggunakan

prinsip jual beli (murabahah)/sewa menyewa dengan opsi

beli/hibah (ijarah muntahiya bit tamlik) dan kemitraan-sewa

(musyarakah mutanaqisah).

4) Gadai Faedah BRISyariah iB

Merupakan pinjaman dengan agunan berupa emas, di mana emas

yang diagunkan disimpan dan dipelihara oleh BRISyariah selama

jangka waktu tertentu dengan membayar biaya penyimpanan dan

pemeliharaan atas emas..

5) Gadai Faedah BRISyariah iB: Pembiayaan Kepemilikan Emas

(PKE)

Merupakan pembiayaan kepada perorangan untuk tujuan

kepemilikan emas dengan menggunakan akad murabahah di mana

pengembalian pembiayaan dilakukan dengan mengangsur setiap

bulan sampai dengan jangka waktu selesai sesuai kesepakatan.

6) Multi Faedah BRISyariah iB

Merupakan pembiayaan yang diberikan khusus kepada karyawan

untuk memenuhi segala kebuthan (barang/jasa) yang bersifat

konsumtif menggunakan prinsip jual beli (murabahah) atau sewa-

menyewa (ijarah) dengan pengembalian pembiayaan dilakukan

secara mengangsur setiap bulannya sesuai kesepakatan.

7) Multi Faedah BRISyariah iB: Pembiayaan Umroh

Merupakan pembiayaan kepada perorangan untuk tujuan beribadah

umrah, di mana pembayarannya secara angsuran setiap bulannya

dan tetap dapat diangsur meski nasabah telah menunaikan ibadah

umrah.

Page 71: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

60

8) Purna Faedah BRISyariah iB: Pra Purna

Merupakan fasilitas pembiayaan kepada para PNS aktif yang akan

memasuki masa pensiunan untuk memenuhi sebagian atau

keseluruhan kebutuhan paket barang atau jasa menggunakan prinsip

jual beli (murabahah) atau sewa-menyewa (ijarah).

9) Purna Faedah BRISyariah iB: Purna

Merupakan fasilitas pembiayaan kepada para pensiun untuk

memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan paket barang atau

jasa menggunakan prinsip jual beli (murabahah) atau sewa-

menyewa (ijarah).

b. Pembiayaan Retail Kemitraan, yang terdiri dari:

1) Mitra Faedah BRISyariah iB: Multifinance

Pembiayaan yang diberikan kepada lembaga keuangan yang

melakukan kegiatan usaha pembiayaan untuk pengadaan barang

dan/atau jasa untuk kemudian disalurkan lebih lanjut kepada end

user yang megajukan pembiayaan kepemilikan barang/jasa kepada

multifinance tersebut sesuai dengan akad syariah.

2) Mitra Faedah BRISyariah iB: Koperasi Karyawan

Pembiayaan yang diberikan kepada koperasi untuk kemudian

disalurkan lebih lanjut kepada para anggotanya yang mengajukan

pembiayaan kepemilikan barang/jasa sesuai dengan akad syariah.

3) Mitra Faedah BRISyariah iB: BMT (Baitul Mal wat Tamwil)

Pembiayaan yang diberikan kepada lembaga keuangan yang

berbentuk BMT untuk kemudian disalurkan lebih lanjut kepada para

nasabahnya yang mengajukan pembiayaan kepemilikan barang/jasa.

4) Mitra Faedah BRISyariah iB: Linkage – Channeling

Pola pemberian fasilitas pembiayaan konsumtif multiguna dan

multijasa kepada calon nasabah yang merupakan pegawai/karyawan

suatu instansi/perusahaan yang juga merupakan anggota koperasi

karyawan/pegawai, melalui perantara Koperasi Karyawan

(KOPKAR)/Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI).

Page 72: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

61

5) Ritel Faedah BRISyariah iB: Modal Kerja & Investasi

Merupakan fasilitas pembiayaan kepada nasabah guna memenuhi

kebutuhan modal kerja dan investasi usaha sesuai prinsip syariah

yang menggunakan konsep murabahah, IMBT, maupun

musyarakah mutanaqishah dengan plafon mulai dari > Rp. 200 juta

sampai dengan Rp. 5 miliar.

6) Ritel Faedah BRISyariah iB: Pembiayaan Modal Kerja Revolving

(PMKR)

Merupakan fasilitas pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan modal kerja usaha nasabah yang tidak berdasarkan

kontrak (non project based) dan menggunakan akad musyarakah,

dengan sifat revolving sehingga nasabah dapat melakukan penarikan

dan penurunan pokok secara berulang kali sesuai kebutuhan,

sepanjang tidak melebihi plafond yang telah ditentukan.

c. Layanan Perbankan

1) Mitra Faedah BRISyariah iB: Kerjasama Institusi/Perusahaan

Merupakan program kerjasama dengan suatu perusahaan yang

dituangkan dalam Master Agreement berupa pemberian fasilitas

langsung kepada karyawan/ti dari perusahaan yang memenuhi

kriteria utuk tujuan pemenuhan kebutuhan konsumtif sesuai prinsip

syariah.

d. Pembiayaan Mikro

1) Mikro Faedah iB

2) KUR iB

Skema pembiayaan mikro BRISyariah menggunakan akad

murabahah (jual beli), musyarakah mutanaqishah dan ijarah

muntahiya bittamlik (IMBT), dengan tujuan pembiayaan untuk

modal kerja, investasi dan konsumsi dengan plafond sampai dengan

Rp. 200 juta. Pembiayaan ini diberikan kepada calon nasabah dengan

rentang umur minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih

Page 73: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

62

besar atau sama dengan 18 tahun. Maksimal 65 tahun pada saat akhir

jangka waktu pembiayaan.4

E. Kinerja BRI Syariah

BRI Syariah berhasil membukukan kinerja yang cukup baik di tahun

2018. Secara umum, berbagai target kinerja yang ditetapkan dalam Rencana

Bisnis Bank (RBB) dapat dicapai, kecuali pada aspek pertumbuhan

pembiayaan yang sedikit berada di bawah target. Kurang tercapainya target

pertumbuhan pembiayaan tersebut tak lepas dari sejumlah tantangan, selain

itu BRI Syariah semakin selektif dalam melakukan pembiayaan pada sektor

tertentu. Meski demikian, tingkat pertumbuhan pembiayaan BRI Syariah

berada di atas rata-rata tingkat pertumbuhan pembiayaan industri, baik

perbankan nasional maupun perbankan syariah.5

Sepanjang 2018, BRI Syariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp

21,86 triliun, meningkat 14,96% dibanding tahun sebelumnya yaitu Rp 19,01

triliun. Pembiayaan tersebut berasal dari Piutang Murabahah sebesar Rp

11,56 triliun, Piutang Istishna Rp 3,35 miliar, Pinjaman Qardh Rp 367 miliar,

Pembiayaan Mudharabah Rp 484,85 miliar, Pembiayaan Musyarakah Rp 7,75

triliun, dan Pembiayaan Ijarah Muntahiya bi Tamlik (IMBT) Rp 1,68 triliun.6

Dana Pihak Ketiga yang dihimpun BRI Syariah tahun 2018 mencapai

Rp 28,86 triliun meningkat 9,69% dari tahun sebelumnya yaitu Rp 26,31

triliun. Komposisi tersebut masih didominasi oleh produk Deposito, yaitu

sebesar Rp 19,03 triliun. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun

sebelumnya sebesar Rp 18,38 triliun. Namun, pertumbuhan tertinggi berasal

dari Tabungan dan Giro dengan pertumbuhan sebesar 20,61% dan 34,76%

dibandingkan tahun sebelumnya.7 Jumlah rekening Dana Pihak Ketiga

mencapai 2.850.284 rekening, meningkat 17,44% dari tahun sebelumnya

yang berjumlah 2.427.072 rekening.

4 PT Bank BRISyariah, Annual Report 2018., h. 73.

5 PT Bank BRISyariah, Annual Report 2018., h. 52.

6 PT Bank BRISyariah, Annual Report 2018., h. 161.

7 PT Bank BRISyariah, Annual Report 2018., h. 154.

Page 74: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

63

Laba operasional sebelum pencadangan BRI Syariah berhasil tumbuh

sebesar 30,35% menjadi Rp 776,8 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp

595,9 miliar. Sedangkan laba bersih yang dibukukan di tahun 2018 meningkat

5,45% menjadi Rp 106,6 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp 101

miliar.8 Selain itu BRI Syariah juga berhasil mencatat pertumbuhan aset

sebesar 20,20% menjadi Rp 37,9 triliun dari tahun sebelumnya.9

Dalam operasionalnya di tahun 2018, BRI Syariah melanjutkan

inisiatif penyederhanaan proses dan sistem pembiayaan, peningkatan mutu

pemantauan kinerja, mengembangakn financing originating system untuk

pembiayaan mikro dan konsumen, menjalin kerja sama baru, serta

meningkatkan sosialisasi dan promosi layanan. Tujuannya adalah

mempercepat proses pembiayaan, meningkatkan kualitas pemantauan dan

memperluas basis pasar. BRI Syariah juga melanjutkan program

pengembangan Teknologi Informasi sebagai bagian dari penerapan rencana

strategis bank. Di tahun 2018, BRI Syariah mengembangkan sistem

perbankan berbasis digital menggunakan aplikasi DSAR Mobile dan APPEL

Mobile, sehingga monitoring kinerja account officer mikro, termasuk data

realisasi pembiayaan mikro dapat dilakukan dengan lebih efektif, mudah dan

up to date.

Selain melanjutkan dukungan pelaksanaan program Pemerintah,

seperti penyaluran KUR Syariah, penyaluran Pembiayaan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan pembayaran gaji PNS, pada 2018 BRI

Syariah meluncurkan produk layanan baru, yaitu Kartu ATM/Debit Gold dan

Platinum, New BRISSMART (LAKUPANDAI), selain terus

mengembangkan pembiayaan mikro dengan skema musyarakah mutanaqisah

(MMQ).

BRI Syariah juga mencatatkan keberhasilan merealisasikan langkah

strategis go-public di tahun 2018 dengan melepas sebanyak 2.623.350.600

saham atau sebesar 27% dari total saham yang dikeluarkan dengan harga

8 PT Bank BRISyariah, Annual Report 2018., h. 52.

9 PT Bank BRISyariah, Annual Report 2018., h. 33.

Page 75: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

64

penawaran Rp 510. Melalui proses tersebut, BRI Syariah mendapatkan total

dana sebesar Rp 1.337,91 miliar dengan perolehan dana bersih sebesar Rp

1.312,19 miliar yang sebagian besar dialokasikan untuk mendukung ekspansi

pembiayaan.10

10

PT Bank BRISyariah, Annual Report 2018., h. 51.

Page 76: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

65

BAB IV

ANALISIS KESESUAIAN PERJANJIAN TAKE OVER KREDIT MODAL

KERJA DI BRI SYARIAH KC DEPOK MARGONDA DENGAN FATWA

DSN-MUI NO. 31 TAHUN 2002 DAN SEOJK NO. 36/SEOJK.03/2015

A. Konsep Perjanjian Take Over di BRI Syariah

Take over kredit kini menjadi salah satu transaksi yang berkembang

dalam bisnis perbankan, terutama dalam bisnis perbankan syariah.

Meningkatnya popularitas bank syariah serta berbagai keuntungan dan

kelebihan dari produk yang ditawarkannya, membuat banyak masyarakat

tertarik untuk memindahkan kredit dan simpanannya. BRI Syariah sebagai

salah satu bank syariah nasional terbesar yang memiliki banyak produk

menarik tidak ketinggalan menawarkan fasilitas take over kredit bagi para

calon nasabah yang ingin mengalihkan kreditnya dari bank atau lembaga

keuangan konvensional maupun syariah.

BRI Syariah mendefinisikan take over sebagai bentuk pelayanan bank

syariah dalam membantu masyarakat mengalihkan transaksi nonsyariah yang

telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah berdasarkan

permintaan nasabah. Dalam hal ini, bank syariah mengambil alih utang

nasabah di bank konvensional dengan cara memberikan qardh yang

disesuaikan dengan ada tidaknya unsur bunga dalam utang nasabah kepada

bank konvensional.1

Sedangkan take over kredit modal kerja berarti bentuk pelayanan bank

syariah dalam mengalihkan kredit modal kerja nasabah yang sedang berjalan

menjadi pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah atas permintaan

nasabah. Dalam hal ini, BRI Syariah akan mengambil alih sisa outstanding

kredit modal kerja nasabah dengan cara memberikan qardh untuk membantu

1 M. Hadi Saputra, Marketing Manager PT Bank BRI Syariah KC Depok Margonda,

Interview Pribadi, Depok, 21 Maret 2019.

Page 77: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

66

menalangi kewajiban nasabah di lembaga keuangan konvensional, kemudian

diselesaikan dengan akad lain yang sesuai.

Konsep perjanjian take over yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah perjanjian pengambilalihan atau pengalihan suatu kredit atau

pembiayaan milik debitur kepada pihak ketiga, di mana selanjutnya pihak

ketiga menggantikan hak kreditur lama terhadap debitur. Dalam penelitian ini

pengalihan dilakukan oleh bank atau lembaga keuangan syariah terhadap

kredit atau pembiayaan nasabah di bank atau lembaga keuangan

konvensional, untuk selanjutnya bank atau lembaga keuangan syariah

menggantikan hak bank atau lembaga keuangan konvensional terhadap

nasabah.

BRI Syariah menyediakan berbagai fasilitas take over kredit, mulai

dari yang sifatnya konsumtif hingga produktif di antaranya ialah take over

KPR (Kepemilikan Pembiayaan Rumah), KKB (Kepemilikan Kendaraan

Bermotor), KMF (Kepemilikan Multifaedah) untuk pembiayaan

mutiguna/multijasa dan take over pembiayaan modal kerja.2 Beberapa

alternatif akad yang digunakan BRI Syariah dalam transaksi take over antara

lain ialah akad qardh dengan murabahah atau IMBT untuk kredit atau

pembiayaan yang memiliki objek barang dan akad qardh dengan musyarakah

untuk kredit atau pembiayaan modal kerja yang berbentuk piutang atau tidak

memiliki objek barang. Akan tetapi sejauh ini, BRI Syariah hanya

menggunakan qardh dengan bai’ dan murabahah; atau qardh dengan

musyarakah dalam hal take over kredit modal kerja.3

B. Aplikasi Take Over Kredit Modal Kerja di BRI Syariah

1. Persyaratan Take Over Kredit Modal Kerja

2 Alifah, Marketing PT Bank BRI Syariah KC Depok Margonda, Interview Pribadi,

Depok 20 Juli 2018. 3 M. Hadi Saputra, Marketing Manager PT Bank BRI Syariah KC Depok Margonda,

Interview Pribadi, Depok, 21 Maret 2019.

Page 78: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

67

Sama seperti kerja sama yang melibatkan lembaga keuangan pada

umumnya, terdapat beberapa persyaratan bagi bakal calon nasabah yang

ingin mengajukan pembiayaan di BRI Syariah. Persyaratan tersebut

nantinya akan dijadikan pedoman dan tolak ukur bagi bank untuk

menentukan apakah bakal calon nasabah tersebut berhak mendapatkan

pembiayaan atau tidak. Dalam hal mengajukan take over kredit modal

kerja di BRI Syariah, yang harus dilakukan bakal calon nasabah pertama

kali adalah mengajukan take over ke BRI Syariah melalui account officer.

Setelahnya, bakal calon nasabah akan dijelaskan mengenai dokumen apa

saja yang harus dipersiapkan.

Persyaratan yang diberikan BRI Syariah kepada bakal calon

nasabah yang ingin mengalihkan kreditnya di bank atau lembaga keuangan

konvensional ke BRI Syariah hampir sama dengan persyaratan

mengajukan pembiayaan baru, antara lain:

a. Apabila usaha perorangan:

1) Dokumen Identitas:

a) Copy KTP

b) Copy NPWP

c) Copy Kartu Keluarga

d) Copy Akta Nikah

e) Copy Akta Cerai/Surat Kematian (untuk janda/duda)

f) Copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar

Perusahaan (TDP), SK Domisili

2) Aplikasi Pengajuan Pembiayaan

a) Laporan keuangan yang dibuat oleh nasabah atau nota-nota

penjualan

b) Copy Rekening Koran/Tabungan 3 bulan terakhir

c) SPPT PBB bukti lunas PBB tahun terakhir (Wajib untuk

jaminan Tanah dan Bangunan)

d) FC agunan dan IMB

e) Bukti Riwayat Pembiayaan di Bank

Page 79: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

68

f) Sisa outstanding dari bank sebelumnya

b. Apabila berbadan hukum PT atau CV:

1) Dokumen Identitas dan Legalitas Usaha:

a) Copy Akta Pendirian & Perubahan Perusahaan

b) Copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar

Perusahaan (TDP), NPWP Usaha

c) Copy KTP Pengurus Perusahaan

d) Copy NPWP Pengurus Perusahaan

e) Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU)

f) Pengesahan Kemenkumham

g) Berita Negara Republik Indonesia

h) Izin usaha lainnya yang diterbitkan instansi berwenang

2) Aplikasi Pengajuan Pembiayaan

a) Laporan Keuangan & Laba Rugi 3 tahun terakhir

b) Copy Rekening Koran/Tabungan 3 bulan terakhir

c) Rekap Penjualan

d) Daftar Persediaan dan Piutang

e) SPPT PBB bukti lunas PBB tahun terakhir (Wajib untuk

jaminan Tanah dan Bangunan)

f) FC agunan dan IMB

g) Sisa outstanding dari bank sebelumnya4

2. Prosedur Pengajuan Take Over Kredit Modal Kerja

Pelaksanaan take over kredit modal kerja di BRI Syariah

berlangsung setelah melalui beberapa tahap, mulai dari pengajuan take

over, analisis kelayakan usaha, hingga akhirnya dikeluarkan SP3 (Surat

4 M. Hadi Saputra, Marketing Manager PT Bank BRI Syariah KC Depok Margonda,

Interview Pribadi, Depok, 21 Maret 2019.

Page 80: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

69

Persetujuan Prinsip Pembiayaan). Berikut adalah prosedur pengajuan take

over kredit modal kerja hingga realisasinya di BRI Syariah5:

a. Pengajuan Permohonan Pembiayaan

Dalam proses pengajuannya, bakal calon nasabah/debitur

mendatangi bank syariah untuk mendaftarkan diri dan mengisi

formulir permohonan pembiayaan take over dengan membawa

persyaratan administrasi yang telah disiapkan. Setelah proses

pendaftaran dan permohonan, BRI Syariah akan melakukan verifikasi

data untuk menganalisa layak atau tidaknya bakal calon nasabah

tersebut diberikan pembiayaan.

b. Analisa Kelayakan

Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, BRI Syariah

memerhatikan prinsip-prinsip pemberian pembiayaan yang benar. Ada

beberapa prinsip yang digunakan BRI Syariah untuk menganalisa

calon nasabahnya antara lain prinsip dengan analisis 5C (Character,

Capacity, Collateral, Capital, dan Condition of Economy), 7P

(Personality, Party, Purpose, Prospect, Payment, Profitability, dan

Protection) dan studi kelayakan.6 Analisis tersebut di atas dilakukan

BRI Syariah secara mendalam menggunakan BI Checking atau yang

per 1 Januari 2018, layanan Sistem Informasi Debitur (SID) tersebut

diubah dengan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang kini

dikelola oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan SLIK checking

tersebut, BRI Syariah dapat mengetahui informasi historical nasabah.

Termasuk di dalamnya riwayat pembayaran cicilan serta pembiayaan

lain yang pernah dilakukan nasabah hingga utang atau tunggakan yang

dimiliki nasabah di masa lalu.

5 M. Hadi Saputra, Marketing Manager PT Bank BRI Syariah KC Depok Margonda,

Interview Pribadi, Depok, 21 Maret 2019. 6 Kasmir, Manajemen Perbankan. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 91.

Page 81: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

70

Setelah analisis dilakukan dan rekam jejak nasabah dinyatakan

baik serta memenuhi kriteria dan persyaratan, selanjutnya dilakukan

penilaian atau evaluasi terhadap usaha nasabah dengan melihat

laporan keuangan yang diberikan. Dalam hal usahanya merupakan

usaha perorangan, biasanya pembukuan laporan keuangan yang

dilakukan nasabah kurang baik. Untuk mempermudah, maka

dilakukan wawancara terkait kegiatan usahanya, termasuk di

dalamnya jumlah penjualan dan pembeliannya untuk kemudian dibuat

laporan keuangannya oleh bank.

c. Evaluasi dan Penerbitan SP3 (Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan)

oleh Komite Pembiayaan

Setelah laporan keuangan tersebut diterima dan dianalisis, account

officer akan membuat usulan pembiayaan dalam bentuk proposal yang

diajukan kepada komite pembiayaan. Selanjutnya komite pembiayaan

akan melakukan evaluasi usulan pembiayaan secara mendalam dengan

melakukan kunjungan ke lokasi usaha. Jika usulan disetujui, maka

pembiayaan dapat dilaksanakan dengan mengeluarkan SP3.

d. Realisasi Pembiayaan

Setelah SP3 disetujui, biasanya bank akan meminta nasabah

membuka rekening baru untuk mempermudah transaksi. Bank

selanjutnya akan menerbitkan surat resmi kepada bank tempat nasabah

menerima kredit sebelumnya untuk mengonfirmasi sisa outstanding

nasabah beserta pinaltinya. Setelah mendapatkan konfirmasi dari bank

tersebut, BRI Syariah dapat melakukan akad qardh untuk

melunasinya.

Page 82: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

71

Gambar 4.1

Flowchart Prosedur Pengajuan Take Over Kredit Modal Kerja di BRI Syariah

C. Desain Akad perjanjian Take Over Kredit Modal Kerja di BRI Syariah

Sebagai bank umum yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah, BRI Syariah wajib mengikuti ketentuan Undang-

Undang No. 21 Tahun 2008. Prinsip syariah secara tegas ditentukan dalam

Pasal 1 angka 12 UU No. 21 Tahun 2008, yang berbunyi :

“Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan

perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki

kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.”

Itu artinya semua kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank Umum

Syariah harus mengikuti ketentuan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis

Ulama Indonesia (DSN-MUI). Hal ini memberikan kedudukan hukum

tersendiri terhadap DSN-MUI sebagai lembaga yang memiliki kewenangan

dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Sehingga fatwa DSN-MUI

Pengajuan Permohonan

Pembiayaan

Analisa Kelayakan dengan

SLIK Checking

Evaluasi oleh Komite

Pembiayaan

Penerbitan Proposal Usulan

Pembiayaan

Penerbitan SP3 Penandatanganan Akad

Page 83: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

72

memiliki kekuatan hukum mengikat untuk dipatuhi dalam aktifitas

perekonomian syariah di Indonesia7.

Selain mengikuti ketentuan fatwa DSN, BRI Syariah juga harus

mengikuti ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai salah satu

lembaga yang berwenang untuk mengatur, mengawasi, memeriksa, dan

menyidik terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang perbankan, pasar modal

dan industri keuangan non bank. Untuk melaksanakan tugas pengaturannya,

OJK memiliki 9 (sembilan) wewenang yang salah satunya ialah menetapkan

peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan dan menetapkan

peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa

Keuangan. Sedangkan untuk melaksanakan tugas pengawasan OJK

berwenang untuk menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap

kegiatan jasa keuangan.8

Dalam transaksi take over kredit modal kerja, desain akad dan model

perjanjian yang digunakan oleh BRI Syariah adalah akad qardh dengan bai’

dan murabahah, atau akad qardh dengan musyarakah. Jika kredit modal kerja

yang dialihkan tersebut memiliki objek barang, seperti untuk persediaan dan

pengadaan bahan baku, BRI Syariah akan melakukan akad qardh terlebih

dahulu untuk melunasi sisa outstanding kredit nasabah beserta pinaltinya ke

bank konvensional melalui nasabah. Kemudian setelah barang atau aset

tersebut menjadi milik nasabah sepenuhnya, dilakukanlah jual beli antara

nasabah dan bank syariah di mana hasil penjualan barang tersebut digunakan

nasabah untuk melunasi utang qardhnya. Setelah barang tersebut menjadi

milik bank syariah, dilakukanlah murabahah kepada nasabah untuk kemudian

nasabah bisa membeli barang tersebut dengan pembayaran secara tangguh.

Sedangkan untuk kredit modal kerja yang tidak memiliki objek barang

seperti piutang dagang nasabah, BRI Syariah akan menggunakan akad qardh

7 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan & Perasuransian Syariah di

Indonesia. (Depok: Kencana, 2017), h. 203. 8 Lihat Pasal 8 dan 9 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan.

Page 84: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

73

untuk membantu nasabah dalam melunasi kewajiban beserta pinaltinya ke

bank konvensional dengan kuasa transfer atau RTGS9 apabila nominalnya di

atas Rp 100 juta. Setelah kewajiban tersebut selesai, maka BRI Syariah dan

nasabah akan melakukan akad musyarakah guna untuk penyelesaian sisa

utang nasabah kepada BRI Syariah. Dengan musyarakah ini BRI Syariah dan

nasabah bersama-sama menyediakan modal usaha sesuai dengan kesepakatan.

Selanjutnya nasabah dan BRI Syariah akan bekerja sama dalam menjalankan

usaha dengan prinsip bagi hasil, di mana keuntungan dibagikan sesuai nisbah

yang disepakati. Pendapatan atau keuntungan tersebut akan dibagi antara

bank dan nasabah berdasarkan revenue sharing.10

Meskipun dalam literatur klasik karakteristik pokok pembiayaan

musyarakah ialah pembagian hasil usaha didasarkan pada profit and loss

sharing, kenyataannya perbankan syariah di Indonesia mendasarkan pada

revenue sharing.11

Revenue sharing sendiri ialah metode perhitungan bagi

hasil yang didasarkan pada total seluruh pendapatan sebelum dikurangi

dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan

tersebut.12

Hal ini dibolehkan DSN MUI dikarenakan perjanjian dengan basis

revenue sharing memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan

dengan profit and loss sharing jika dilihat dari kacamata pemilik modal.13

Dalam profit and loss sharing, keuntungan dibagi sesuai

kesepakatan, tetapi kerugian dibagi berdasarkan dan terbatas pada partisipasi

modal masing-masing pihak.14

Pada musyarakah, karena masing-masing

9 RTGS atau Real-Time Gross Settlement adalah proses penyelesaian akhir transaksi

(settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed/gross settlement)

dan bersifat real-time (electronically processed), di mana rekening peserta dapat di-debit/di-kredit

berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. 10

M. Hadi Saputra, Marketing Manager PT Bank BRI Syariah KC Depok Margonda,

Interview Pribadi, Depok, 21 Maret 2019. 11

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), h. 218. 12

Otoritas Jasa Keuangan, Buku Standar Produk Musyarakah dan Musyarakah

Mutanaqishah. (Jakarta: OJK, 2016), h. 35. 13

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah. h. 216. 14

Hendy Herijanto, “Pembiayaan dalam Islam” dalam Dewan Pengurus Nasional

FORDEBI & ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis

Islam.(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), h. 41.

Page 85: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

74

pihak memiliki dan berkontribusi modal usaha, maka setiap pihak

menanggung kerugian, atas dasar berbagi keuntungan secara bersama.15

Selanjutnya model perjanjian take over Kredit Modal Kerja yang

digunakan BRI Syariah adalah sebagai berikut:

1. Perjanjian Qardh

Dalam perjanjian qardh antara BRI Syariah dengan nasabah terdiri dari 9

(sembilan) Pasal dengan anatomi perjanjian sebagai berikut:

Tabel 4.1

Perjanjian Qardh

Klausula Keterangan

Tujuan Akad

(Pasal 1)

Menyatakan bahwa bank syariah memberikan

pinjaman uang kepada nasabah untuk tujuan

pelunasan kewajiban nasabah kepada bank

konvensional yang timbul berdasarkan

Perjanjian Kredit.

Jumlah Pinjaman

(Pasal 2)

Menyatakan bahwa jumlah pinjaman yaitu

sesuai sisa outstanding. Jumlah tersebut belum

termasuk biaya yang timbul akibat pembuatan

akad, oleh karenanya biaya-biaya tersebut

menjadi beban nasabah.

Jangka Waktu

Pinjaman

(Pasal 3)

Menyatakan jangka waktu pinjaman.

Kewajiban Nasabah

(Pasal 4)

Menyatakan bahwa kewajiban nasabah yaitu

kewajiban untuk melengkapi segala persyaratan

yang ditentukan bank, bekerja sama dengan

bank untuk mengembalikan pinjaman yang

diberikan, maupun memberikan jaminan

15

Hendy Herijanto, “Pembiayaan dalam Islam” dalam Dewan Pengurus Nasional

FORDEBI & ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis

Islam., h. 52.

Page 86: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

75

pengganti bila diperlukan.

Tata Cara Pembayaran

(Pasal 5)

Menyatakan bahwa untuk melunasi pinjaman,

bank dan nasabah akan melakukan jual beli atas

aset-aset nasabah dengan harga sebesar jumlah

utang nasabah kepada bank. Pembayaran dari

bank untuk pembelian aset nasabah wajib

digunakan untuk melunasi utang nasabah

kepada bank.

Hak untuk

Menjual/Menyewakan

(Pasal 6)

Menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat

melakukan transaksi pengalihan aset yang akan

diatur dalam akad tersendiri, baik berupa

murabahah, ijarah, ijarah muntahiyah

bittamlik maupun akad syariah lainnya.

Denda

(Pasal 7)

Menyatakan bahwa apabila nasabah tidak

memenuhi kewajibannya untuk melunasi pada

waktu yang telah ditetapkan, maka akan

dibebankan denda (ta’zir) yang diperuntukan

sebagai dana sosial atas keterlambatan tersebut.

Agunan

(Pasal 8)

Menyatakan bahwa untuk menjamin

pembayaran kembali utang qardh, nasabah

menjaminkan barang kepada bank. Dan apabila

menurut bank nilai agunan tidak lagi cukup

untuk menjamin utang, atas permintaan bank

nasabah wajib menambah agunan lainnya.

Ketentuan Penutup

(Pasal 9)

Menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat

dan setuju untuk memberlakukan ketentuan

yang telah diatur. Seluruh lampiran dari akad

ini merupakan satu kesatuan dan tidak

terpisahkan. Apabila ada hal yang belum diatur

maka akan diatur bersama secara musyawarah

Page 87: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

76

dalam suatu akad tambahan (addendum) yang

ditandatangani para pihak.

2. Perjanjian Jual Beli (Bai’)

Dalam perjanjian jual beli antara BRI Syariah dengan nasabah terdiri dari

10 (sepuluh) Pasal dengan anatomi perjanjian sebagai berikut:

Tabel 4.2

Perjanjian Jual Beli (Bai’)

Klausula Keterangan

Definisi

(Pasal 1)

Berisi definisi segala hal yang berkaitan dengan

akad jual beli.

Jual Beli Barang

(Pasal 2)

Menyatakan bahwa nasabah menjual kepada

bank dan bank membeli kepada nasabah atas

suatu barang yang sama-sama telah diketahui

bentuk, wujud dan letaknya.

Harga Barang

(Pasal 3)

Menyatakan harga atas barang dan akad ini

berlaku sebagai tanda terima yang sah atas

harga barang tersebut.

Tata Cara Pembayaran

(Pasal 4)

Menyatakan bahwa pembayaran oleh bank

kepada nasabah digunakan seluruhnya untuk

melunasi sejumlah uang yang terutang oleh

nasabah (qardh) dan nasabah memberikan

kuasa kepada bank untuk mendebet rekening

nasabah atas jumlah tersebut.

Kuasa-Kuasa

(Pasal 5)

Menyatakan bahwa segala kuasa yang diberikan

nasabah kepada bank sehubungan dengan akad

ini merupakan kuasa dengan hak substitusi dan

selama kewajiban nasabah belum diselesaikan,

kuasa tersebut tidak akan berakhir karena sebab

apapun, juga termasuk tetapi tak terbatas pada

sebab-sebab yang diatur Pasal 1813 KUH

Page 88: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

77

Perdata.

Pajak-pajak

(Pasal 6)

Menyatakan bahwa segala pajak yang timbul

merupakan tanggungan dan wajib dibayar

nasabah, kecuali pajak penghasilan bank.

Pernyataan dan

Jaminan Nasabah

(Pasal 7)

Berisi tentang pernyataan bahwa nasabah

adalah pemegang hak yang sah dan berwenang

melakukan pemindahtanganan atas barang dan

bahwa tidak ada cacat tersembunyi atas barang.

Surat Menyurat

(Pasal 8)

Berisi tentang identitas dan alamat para pihak

apabila pemberitahuan dan komunikasi

sehubungan dengan akad dikirim berupa surat/

pos tercatat, perusahaan ekspedisi (kurir), atau

sarana komunikasi lain.

Penyelesaian

Perselisihan

(Pasal 9)

Berisi tentang pilihan tempat penyelesaian

apabila terjadi sengketa, yaitu melalui

Pengadilan Agama di tempat akad ini dibuat,

namun tidak mengurangi hak bank untuk

memilih Pengadilan Agama lain dalam wilayah

Negara Republik Indonesia.

Lain-lain

(Pasal 10)

Menyatakan bahwa nasabah tunduk dan patuh

kepada semua ketentuan syariah dan kebiasaan

mengenai perjanjian jual beli dan perjanjian

pemberian jaminan yang berlaku pada bank dan

peraturan yang berlaku.

3. Perjanjian Murabahah

Dalam perjanjian murabahah antara BRI Syariah dengan nasabah terdiri

dari 9 (sembilan) Pasal dengan anatomi perjanjian sebagai berikut:

Tabel 4.3

Perjanjian Murabahah

Klausula Keterangan

Page 89: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

78

Barang

(Pasal 1)

Menyatakan bahwa para pihak sepakat bahwa

spesifikasi barang sesuai dengan yang

dimaksud dalam Lampiran 1 akad ini.

Fasilitas Pembiayaan

dan Harga

(Pasal 2)

Menyatakan harga beli barang, margin, harga

jual bank, uang muka nasabah, serta total

kewajiban nasabah. Total tersebut tidak

termasuk biaya yang timbul sehubungan dengan

pembuatan akad.

Pengakuan Hutang dan

Penyerahan Barang

Jaminan

(Pasal 3)

Menyatakan bahwa bila dikehendaki oleh bank,

nasabah setuju dan mengikat diri untuk

menandatangani Surat Pengakuan Hutang

secara notaril serta berjanji dan mengikatkan

diri untuk menandatangani akta pengikatan

jaminan secara notaril atau bawah tangan dan

menyerahkan barang yang dijaminkan.

Jangka Waktu,

Pembayaran dan

Denda

(Pasal 4)

Berisi tentang jangka waktu pelunasan

pembiayaan, cara pembayaran, dan denda

perhari apabila terjadi keterlambatan

pembayaran.

Hukum yang Berlaku

(Pasal 5)

Menyatakan bahwa akad ini tunduk pada

ketentuan perundang-undangan dan ketentuan

syariah, termasuk tetapi tidak terbatas pada

Peraturan Bank Indonesia dan fatwa DSN MUI.

Penyelesaian

Perselisihan

(Pasal 6)

Berisi tentang pilihan tempat penyelesaian

apabila terjadi sengketa, yaitu melalui

Pengadilan Agama di tempat akad ini dibuat,

namun tidak mengurangi hak bank untuk

memilih Pengadilan Agama lain dalam wilayah

Negara Republik Indonesia.

Jangka Waktu Akad Berisi tentang jangka waktu fasilitas

Page 90: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

79

(Pasal 7) pembiayaan.

Pemberitahuan

(Pasal 8)

Berisi tentang identitas dan alamat para pihak

apabila pemberitahuan dan komunikasi

sehubungan dengan akad dikirim berupa surat.

Ketentuan Penutup

(Pasal 9)

Menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat

dan setuju untuk memberlakukan ketentuan

yang telah diatur. Seluruh lampiran dari akad

ini merupakan satu kesatuan dan tidak

terpisahkan. Apabila ada hal yang belum diatur

maka akan diatur bersama secara musyawarah

dalam suatu akad tambahan (addendum) yang

ditandatangani para pihak.

4. Perjanjian Musyarakah

Dalam perjanjian musyarakah antara BRI Syariah dengan nasabah terdiri

dari 8 (delapan) Pasal dengan anatomi perjanjian sebagai berikut:

Tabel 4.4

Perjanjian Musyarakah

Klausula Keterangan

Fasilitas Pembiayaan

dan Jangka Waktu

Penggunaannya

(Pasal 1)

Berisi tentang jumlah fasilitas pembiayaan,

objek pembiayaan dan jangka waktunya.

Pembagian Hasil

Usaha

(Pasal 2)

Berisi tentang besaran nisbah bagi hasil untuk

masing-masing pihak yang ditetapkan dalam

persentase dari pendapatan usaha nasabah yang

tetap selama jangka waktu pembiayaan.

Barang Jaminan

(Pasal 3)

Menyatakan bahwa nasabah berjanji dan

mengikatkan diri untuk membuat dan

menandatangani akta pengikatan jaminan dan

menyerahkan barang jaminan kepada bank.

Page 91: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

80

Denda

(Pasal 4)

Menyatakan bahwa nasabah akan dibebankan

denda (ta’zir) dalam hal terlambat membayar

kewajiban dari jadwal yang ditetapkan.

Hukum yang Berlaku

(Pasal 5)

Menyatakan bahwa akad ini tunduk pada

ketentuan perundang-undangan dan ketentuan

syariah, termasuk tetapi tidak terbatas pada

Peraturan Bank Indonesia dan fatwa DSN MUI.

Penyelesaian

Perselisihan

(Pasal 6)

Menyatakan bahwa bila terjadi perbedaan

pendapat/penafsiran atau perselisihan, maka

diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat.

Tetapi apabila tidak tercapai kesepakatan, maka

diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah

Nasional (BASYARNAS).

Surat Menyurat

(Pasal 7)

Berisi tentang identitas dan alamat para pihak

apabila pemberitahuan dan komunikasi

sehubungan dengan akad dikirim berupa surat/

pos tercatat, perusahaan ekspedisi (kurir), atau

sarana komunikasi lain.

Ketentuan Penutup

(Pasal 8)

Menyatakan bahwa bank dan nasabah sepakat

untuk memberlakukan ketentuan-ketentuan

yang diatur dalam Perjanjian Pemberian Line

Facility (jika ada) dan Surat Persetujuan Prinsip

Pembiayaan. Seluruh lampiran dari akad ini

merupakan satu kesatuan dan tidak terpisahkan.

Apabila ada hal yang belum diatur maka akan

diatur bersama secara musyawarah dalam suatu

akad tambahan (addendum) yang

ditandatangani para pihak.

Page 92: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

81

D. Analisis Kesesuaian Perjanjian Take Over Kredit Modal Kerja di BRI

Syariah terhadap Fatwa DSN No. 31 Tahun 2002 dan SEOJK No.

36/SEOJK.03/2015

DSN MUI dalam fatwanya No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang

pengalihan utang menetapkan bahwa dalam hal terjadi pemindahan utang

nasabah dari bank atau Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) ke bank

atau Lembaga Keuangan Syariah (LKS), dapat dilakukan melalui empat

alternatif akad. Sedangkan OJK menetapkan enam alternatif akad yang bisa

digunakan dalam hal pengalihan utang.

Take over kredit modal kerja yang dilakukan oleh BRI Syariah KC

Depok Margonda, menggunakan dua alternatif akad, yaitu (1) qardh dengan

bai’ dan murabahah untuk kredit modal kerja yang memiliki objek barang,

seperti persediaan dan pembelian bahan baku dan (2) qardh dengan

musyarakah untuk kredit modal kerja yang tidak memiliki objek barang,

seperti piutang dagang nasabah terhadap pihak ketiga.

1. Alternatif I

Dalam alternatif ini, BRI Syariah menggunakan akad qardh dalam

melunasi utang nasabahnya di bank konvensional. Hal ini diperbolehkan

menurut fatwa DSN dalam rangka mengalihkan utang nasabah yang

berbentuk utang pokok plus bunga. Qardh sendiri merupakan suatu akad

pembiayaan kepada nasabah tertentu dengan ketentuan bahwa nasabah

wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu

yang telah disepakati16

.

Akad qardh dalam LKS terdiri dari dua macam, yaitu (1) akad qardh

yang berdiri sendiri untuk tujuan sosial, bukan sebagai sarana untuk

melengkapi transaksi lain dalam sebuah produk yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan, dan (2) akad qardh yang dilakukan sebagai

sarana untuk melengkapi transaksi lain yang menggunakan akad-akad

mu’awadhah (pertukaran yang sifatnya komersil) dalam sebuah produk

16 Nurul Huda & Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan

Praktis. (Jakarta: Kencana, 2013), h. 58.

Page 93: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

82

yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Penggunaan dana dari

pihak ketiga hanya diperbolehkan untuk tujuan komersial, di antaranya

produk rahn emas, pembiayaan pengurusan haji LKS, pengalihan utang,

dan anjak piutang. Dalam alternatif ini, qardh yang digunakan adalah

untuk melengkapi dan menjembatani transaksi lain yang sifatnya komersil,

sehingga dana yang disalurkan bukanlah dana kebajikan yang bersumber

dari dana zakat, infak, dan sedekah melainkan diambil dari modal bank

sendiri.

Dalam perjanjiannya, BRI Syariah menyatakan bahwa qardh tersebut

bertujuan untuk melunasi kewajiban nasabah kepada bank yang timbul

berdasarkan perjanjian kredit, yang besarnya sesuai dengan sisa

outstanding nasabah. Besaran tersebut belum termasuk biaya yang timbul

sehubungan dengan akad, dan karenanya menjadi beban nasabah. Di Pasal

5, disebutkan bahwa untuk melunasi utangnya, nasabah dan BRI Syariah

akan melakukan jual beli atas aset tersebut dengan harga sebesar jumlah

qardh, di mana pembayaran dari BRI Syariah akan digunakan untuk

melunasi utang nasabah berdasarkan akad ini. Kemudian di Pasal

selanjutnya disebutkan bahwa BRI Syariah dan nasabah sepakat untuk

melakukan transaksi pengalihan aset dengan syarat dan ketentuan yang

akan diatur dalam akad tersendiri, baik berupa murabahah maupun akad

syariah lainnya.

Hal-hal tersebut di atas sesuai dengan ketentuan fatwa dan SEOJK

tentang pengalihan utang yang menyatakan bahwa qardh dalam rangka

pengalihan utang digunakan untuk melunasi kewajiban nasabah di bank

sebelumnya agar aset yang dibeli dengan kredit tersebut dapat menjadi

milik nasabah sepenuhnya, untuk kemudian pelunasannya akan dilakukan

dengan cara jual beli aset tersebut dengan harga nominal kewajiban qardh.

Selain itu, pembebanan biaya administrasi kepada nasabah juga sesuai

dengan ketentuan fatwa mengenai qardh.

Selanjutnya, dalam perjanjian jual beli antara nasabah dengan BRI

Syariah dinyatakan bahwa nasabah menjual kepada bank dan bank

Page 94: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

83

membeli dari nasabah aset yang telah menjadi milik nasabah sepenuhnya.

Aset tersebut ialah berupa barang berikut pula segala sesuatu yang telah

dan/atau kemudian akan didirikan ditanam dan ditempatkan di atas bidang

tanah tersebut yang menurut sifatnya, peruntukkannya dan penempatannya

menurut undang-undang dianggap sebagai harta tetap. Jual beli tersebut

dilangsungkan dengan harga sesuai dengan besaran qardh nasabah, dan

pembayarannya digunakan seluruhnya untuk melunasi qardh nasabah pada

perjanjian sebelumnya. Akad jual beli yang dilakukan BRI Syariah dan

nasabah di atas telah sesuai dengan ketentuan fatwa dan SEOJK terkait

pengalihan utang serta fatwa DSN tentang akad jual beli di mana dalam

transaksi jual beli haruslah terjadi perpindahan kepemilikan objek yang

dipertukarkan yaitu barang dan harga. Selain itu, rukun dan syarat terkait

para pihak, objek jual beli dan harga juga sesuai dengan fatwa.

Kemudian setelah aset tersebut menjadi milik bank sepenuhnya, BRI

Syariah melanjutkannya dengan akad murabahah agar nasabah dapat

memiliki asetnya kembali. Dalam perjanjian murabahah antara BRI

Syariah dan nasabah, terdapat klausul fasilitas pembiayaan dan harga yang

isinya adalah rincian harga beli, margin keuntungan, harga jual bank, dan

uang muka nasabah. Rincian tersebut kemudian dikalkulasikan menjadi

total kewajiban nasabah yang harus dibayarkan. Total kewajiban tersebut

tidak termasuk biaya-biaya lain, seperti biaya administrasi yang juga

dibebankan kepada nasabah. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan

murabahah dalam fatwa No. 04 Tahun 2000 dan No. 111 Tahun 2017

yang menyatakan bahwa bank menjual barang tersebut kepada nasabah

dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya dan bank harus

memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut

biaya yang diperlukan. Dalam transaksi ini, BRI Syariah memberitahu

secara jujur harga beli plus keuntungannya dalam akad.

Selain itu, guna menjamin pembayaran kewajiban yang tertib, BRI

Syariah meminta dan nasabah setuju untuk menyerahkan barang jaminan

dan membuat akta pengikatan jaminan secara notaril dan/atau di bawah

Page 95: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

84

tangan. Hal ini diperbolehkan dalam fatwa agar nasabah serius dalam

menjalankan kewajibannya.

Gambar 4.2 : Alternatif Pertama BRI Syariah

(5) menerima aset (6) jual aset & lunasi qardh

(2) pengajuan &

(1) kredit berjalan kesepakatan TO

(4) pelunasan kredit (3) pemberian qardh

(7) akad murabahah

Hemat penulis, pengaplikasian akad qardh dengan bai’ dan

murabahah yang dijalankan BRI Syariah Depok Margonda dalam rangka

mengalihkan kredit modal kerja nasabah di lembaga keuangan

konvensional telah sesuai dengan alternatif akad dalam fatwa DSN MUI

No. 31/DSN-MUI/VI/2002 dan SEOJK No. 36/SEOJK.03/2015. Selain

itu, perjanjian qardh, jual beli, dan murabahah yang dibuat oleh BRI

Syariah juga telah memenuhi rukun dan syarat serta ketentuan yang ada

dalam fatwa DSN mengenai qardh, jual beli, dan murabahah.

2. Alternatif II

Dalam mengalihkan kredit modal kerja nasabah yang tidak memiliki

objek barang, seperti membiayai piutang dagang, atas permintaan nasabah

dan seizin bank atau LKK, BRI Syariah menggunakan akad qardh dengan

musyarakah. Dari BRI Syariah, kredit modal kerja nasabah yang berupa

piutang terhadap pihak ketiga tersebut dialihkan menjadi porsi bank

syariah dengan menggunakan akad qardh. Qardh yang diberikan BRI

Syariah tersebut senilai dengan sisa outstanding kewajiban nasabah yang

BANK

KONVEN NASABAH BRI

SYARIAH

Page 96: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

85

akan dialihkannya ke bank syariah, dan atas kuasa nasabah dilimpahkan

kepada bank konvensional dengan kuasa transfer atau RTGS apabila

nominalnya di atas Rp 100 juta. Setelah kewajiban nasabah di bank

konvensional terpenuhi, BRI Syariah dan nasabah akan melakukan akad

musyarakah guna menyelesaikan utang nasabah kepada BRI Syariah yang

timbul atas qardh tersebut. Dalam akad musyarakah tersebut, nasabah dan

BRI Syariah bersama-sama menyediakan modal usaha sesuai kesepakatan.

Selanjutnya nasabah dan BRI Syariah akan bekerja sama dalam

menjalankan usaha dengan prinsip bagi hasil, di mana keuntungan

dibagikan sesuai nisbah yang disepakati.

Substansi perjanjian qardh dalam alternatif ini sama dengan alternatif

sebelumnya. Qardh ini diberikan BRI Syariah untuk tujuan pelunasan

kewajiban nasabah kepada bank sebelumnya yang timbul berdasarkan

perjanjian kredit. Kewajiban tersebut nominalnya sesuai dengan sisa

outstanding kewajiban nasabah, tetapi belum termasuk biaya yang timbul

sehubungan dengan pembuatan akad, seperti biaya administrasi, notaris,

materai, dan lainnya. Biaya-biaya tersebut disepakati akan menjadi beban

nasabah.

Berbeda dengan qardh dalam alternatif pertama, qardh dalam

alternatif ini memberikan tata cara pembayaran yaitu dengan

menggunakan akad musyarakah sebagai penyelesaian sisa utang nasabah

kepada BRI Syariah. Sehingga, dalam menyelesaikan sisa utangnya

dengan BRI Syariah yang terjadi karena qardh, nasabah dan bank

melakukan akad musyarakah. Musyarakah atau syirkah sendiri merupakan

akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di

mana setiap pihak memberikan kontribusi dana atau modal usaha dengan

ketentuan bahwa keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati atau

secara proporsional; sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak

secara proporsional.17

17

Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 114/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad

Syirkah.

Page 97: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

86

Dalam akad ini, BRI Syariah dan nasabah setuju untuk bersama-sama

menyediakan modal usaha sesuai kesepakatan. Modal usaha yang

diberikan bank syariah dan nasabah dituliskan nominalnya secara jelas

dalam akad. Sesuai dengan permintaan nasabah untuk tujuan usaha yang

disetujui bank, bank bersedia memberikan fasilitas pembiayaan berupa

modal yang nisbah bagi hasilnya disepakati untuk masing-masing pihak,

yaitu berupa persentase atas pendapatan dari usaha tersebut. Di mana

nisbah tersebut bersifat tetap selama jangka waktu fasilitas pembiayaan

dan pelaksanaan penghitungan serta pembayaran bagi hasilnya akan

dilakukan pada setiap tanggal yang disepakati para pihak. Dalam akad ini,

nisbah bagi hasil yang dicantumkan adalah dalam bentuk angka persentase

dari pendapatan usaha.

Gambar 4.3 : Alternatif Kedua BRI Syariah

(6) kegiatan usaha &

bagi hasil sesuai nisbah

(2) pengajuan &

(1) kredit berjalan kesepakatan TO

(4) pelunasan kredit (3) akad qardh

(5) penyelesaian qardh dengan musyarakah

Hal tersebut di atas sesuai dengan ketentuan fatwa tentang syirkah

yang menyatakan bahwa dalam hal modal usaha yang diberikan berupa

harta, baik uang atau barang maka harus jelas jumlah dan nominalnya serta

wajib diserahterimakan; baik secara tunai maupun bertahap sesuai

kesepakatan. Kemudian nisbah bagi hasil harus dalam bentuk angka

persentase terhadap keuntungan dan bukan nominal atau angka persentase

BANK

KONVEN NASABAH BRI

SYARIAH

Page 98: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

87

dari modal nasabah dan pembayarannya boleh sekaligus pada saat

berakhirnya akad atau bertahap sesuai kesepakatan. Hanya saja salah satu

syarat modal syirkah, yaitu modal usaha tidak boleh dalam bentuk piutang

tidak terpenuhi dalam transaksi ini.

Selain itu, dalam draft akad musyarakah ini tidak mencantumkan

porsi kerugian yang dibebankan kepada masing-masing pihak, padahal hal

ini termasuk ke dalam syarat musyarakah. Kemudian tidak terdapat pula

klausul mengenai angsuran pembiayaan, biaya-biaya yang akan

dibebankan kepada nasabah, tata cara pembayaran; baik penarikan maupun

pengembalian dana, ganti rugi apabila nasabah melakukan wanprestasi,

perlakuan tunggakan dan pelunasan dipercepat, asuransi, dan klausul-

klausul yang menjelaskan kondisi tertentu yang akan memengaruhi

keberadaan investasi tersebut, seperti kondisi force majeur yang dapat

dijadikan acuan bahwa bank tidak akan mengalami kerugian oleh faktor-

faktor yang sifatnya spesifik18

. Meskipun hal tersebut di atas diatur sesuai

kesepakatan para pihak, hendaknya dicantumkan agar tidak terjadi

kekeliruan.

Keputusan BRI Syariah untuk menggunakan qardh dalam hal

pengalihan utang nasabah di bank konvensional dalam rangka membantu

pelunasan kewajiban nasabah menurut penulis adalah hal yang tepat. Hal

ini dikarenakan qardh sendiri merupakan akad pelengkap bagi transaksi

lain di bank syariah, seperti dalam transaksi gadai, pengalihan utang dari

bank atau lembaga keuangan konvensional, dana talangan haji, dan lain

sebagainya. Selain itu, dalam hal menangani utang nasabah dalam bentuk

utang pokok plus bunga memang lebih tepat menggunakan qardh, karena

alokasi penggunaannya tidak terbatas.

Akan tetapi penyelesaian utang qardh nasabah dengan menggunakan

akad musyarakah menurut penulis kurang tepat. Hal ini dikarenakan salah

satu syarat modal usaha dalam syirkah adalah modal tidak boleh dalam

18 Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Buku Standar Produk Musyarakah dan Musyarakah

Mutanaqishah (Jakarta: OJK, 2016), h. 20.

Page 99: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

88

bentuk piutang. Dalam fatwa No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang

pembiayaan musyarakah disebutkan bahwa apabila objek akad berupa

modal, maka harus berupa uang tunai, emas, perak atau yang nilainya

sama. Modal tersebut dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-

barang, properti, dan sebagainya. Dan jika modal berbentuk aset, maka

harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati para mitra.

Selanjutnya dalam fatwa No. 114/DSN-MUI/IX/2017 tentang akad syirkah

mengenai ketentuan ra’s al-mal (modal usaha) disebutkan bahwa modal

usaha syirkah wajib diserahterimakan, baik secara tunai maupun bertahap,

sesuai kesepakatan dan tidak boleh dalam bentuk piutang.

Sedangkan dalam transaksi qardh yang dilakukan BRI Syariah dengan

nasabah sebelumnya, menjadikan status BRI Syariah sebagai pemilik

piutang. Pembebasan sisa utang qardh nasabah dengan menggunakan

musyarakah berarti BRI Syariah menjadikan piutang qardh nasabah

sebagai modal syirkah. Hal ini jelas tidak diperbolehkan dalam fatwa.

Hemat penulis, penggunaan qardh dan musyarakah dalam

mengalihkan utang nasabah di bank konvensional bukan merupakan

alternatif yang ditawarkan baik oleh fatwa DSN maupun SEOJK. Hanya

saja penggunaan alternatif tersebut boleh dilakukan selama rukun dan

syaratnya telah terpenuhi dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Namun, akad musyarakah yang diterapkan BRI Syariah dalam transaksi

take over ini belum sesuai dengan fatwa DSN MUI terkait syirkah karena

penyelesaian sisa utang qardh dengan menggunakan musyarakah berarti

BRI Syariah menjadikan piutang qardh-nya sebagai modal usaha. Di mana

hal tersebut tidak diperbolehkan.

Dalam hal kredit modal kerja yang dialihkan tidak memiliki objek

barang atau bukan untuk pembelian barang, fatwa DSN No. 31/DSN-

MUI/VI/2002 belum menetapkan alternatif akad yang dapat digunakan.

Karena dalam fatwa tersebut disebutkan bahwa pengalihan utang adalah

pemindahan utang nasabah dari bank/Lembaga Keuangan Konvensional

(LKK) ke bank/Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Di mana yang

Page 100: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

89

dimaksud dengan nasabah di sini ialah (calon) nasabah LKS yang

mempunyai kredit (utang) kepada LKK untuk “pembelian aset”, yang

ingin mengalihkan utangnya ke LKS. Sedangkan dalam hal bank

membiayai modal kerja nasabah dalam bentuk piutang dagang, tidak

terdapat transaksi pembelian aset sebagaimana halnya modal kerja untuk

pengadaan persediaan ataupun bahan baku.

Berbeda dengan fatwa, SEOJK memberikan alternatif akad yang

menurut penulis bisa digunakan dalam hal utang yang dialihkan tidak

memiliki objek barang yaitu menggunakan akad musyarakah mutanaqisah

(MMQ), dengan ketentuan bank dan nasabah menyertakan modal usaha

senilai kesepakatan. Dengan penyertaan modal tersebut, nasabah melunasi

kreditnya di bank atau LKK. Selanjutnya, nasabah dapat menyewa objek

syirkah dengan akad ijarah; atau nasabah dan bank dapat pula melakukan

kegiatan usaha dengan pihak ketiga dalam bentuk usaha sewa menyewa,

usaha jual beli, atau usaha bagi hasil. Dari usaha tersebut, bank dan

nasabah berbagi pendapatan. Selama akad berlangsung, nasabah membeli

porsi kepemilikan (hishshah) modal syirkah bank secara bertahap.

Berbeda dengan syirkah biasa, dalam MMQ ini pihak pertama –dalam hal

ini bank syariah- wajib berjanji untuk menjual seluruh hishshah-nya

secara bertahap dan pihak kedua (nasabah) wajib membelinya.

Page 101: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan merujuk kepada rumusan masalah yang

telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka simpulan dari

penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perjanjian take over menurut Bank BRI Syariah merupakan suatu bentuk

pelayanan bank syariah atas permintaan nasabah dalam membantu

mengalihkan transaksi nonsyariah yang telah berjalan menjadi transaksi

yang sesuai dengan syariah. Konsep pengalihan ini menggunakan akad-

akad yang sesuai dengan prinsip syariah. Dalam hal ini, BRI Syariah akan

mengambil alih sisa outstanding kredit modal kerja nasabah dengan cara

memberikan qardh untuk membantu menalangi kewajiban nasabah di

lembaga keuangan konvensional, kemudian diselesaikan dengan akad lain

yang sesuai.

2. Aplikasi pada take over kredit modal kerja di Bank BRI Syariah dimulai

dari pengajuan permohonan pembiayaan oleh bakal calon nasabah,

kemudian dilanjutkan dengan analisa kelayakan nasabah oleh bank, lalu

evaluasi dan penerbitan SP3 (Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan) oleh

komite pembiayaan, hingga akhirnya realisasi pembiayaan serta

penandatanganan dan pelaksanaan akad yang disepakati. Desain akad serta

model perjanjian yang diterapkan Bank BRI Syariah dalam perjanjian take

over kredit modal kerja ialah:

a. Dalam mengalihkan kredit modal kerja yang memiliki objek barang,

BRI Syariah akan menggunakan akad qardh untuk melunasi sisa

outstanding kredit nasabah beserta pinaltinya ke bank konvensional

melalui nasabah sehingga barang tersebut menjadi milik nasabah.

Setelahnya nasabah akan melakukan jual beli dengan BRI Syariah

atas barang tersebut di mana hasil penjualan digunakan nasabah

Page 102: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

91

untuk melunasi qardhnya. Selanjutnya barang tersebut dijual oleh

BRI Syariah kepada nasabah dengan murabahah.

b. Dalam mengalihkan kredit modal kerja yang tidak memiliki objek

barang, seperti piutang dagang nasabah, BRI Syariah menggunakan

qardh dan musyarakah. Atas seizin bank konvensional, BRI Syariah

melunasi kewajiban nasabah dengan menggunakan qardh. Setelah

kewajiban nasabah di bank konvensional terpenuhi, untuk

menyelesaikan sisa utang nasabah dengan BRI Syariah, dibuatlah

akad musyarakah. Dengan musyarakah tersebut, nasabah dan bank

syariah bersama-sama menyediakan modal usaha sesuai kesepakatan.

Selanjutnya bank syariah dan nasabah bekerja sama dalam

menjalankan usaha nasabah dengan prinsip bagi hasil dengan

keuntungan sesuai nisbah yang disepakati.

3. Perjanjian take over kredit modal kerja yang diterapkan Bank BRI Syariah

belum sepenuhnya sesuai dengan fatwa DSN MUI No. 31 Tahun 2002 dan

SEOJK No. 36/SEOJK.03/2015. Hal ini dikarenakan salah satu alternatif

pengalihan yang digunakan, yaitu qardh dengan musyarakah tidak diatur

dalam fatwa DSN maupun SEOJK tentang pengalihan utang. Selain itu,

penyelesaian utang qardh dengan menggunakan musyarakah tidak sesuai

dengan fatwa DSN tentang syirkah karena modal usaha dalam syirkah

tidak boleh berupa piutang.

B. Rekomendasi

1. Dalam hal take over Kredit Modal Kerja yang tidak memiliki objek seperti

piutang nasabah, BRI Syariah bisa menggunakan alternatif musyarakah

mutanaqisah (MMQ). Hal ini dikarenakan MMQ merupakan akad yang

sophisticated (canggih) dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan

serta alternatif tersebut lebih sesuai dan telah dijadikan alternatif

pengalihan utang oleh OJK. Dengan MMQ, porsi kepemilikan bank

nantinya akan berkurang sejalan dengan angsuran yang dibayar nasabah,

Page 103: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

92

sehingga porsi modal nasabah akan terus bertambah dan akhirnya nasabah

akan memiliki aset tersebut secara penuh.

2. Dalam mengembangkan produk dan usahanya, sumber daya yang

dibutuhkan BRI Syariah bukan hanya harus mampu dalam hal

pengembangan, namun juga harus memahami dengan baik standar

operasional akad yang ditetapkan fatwa DSN MUI, peraturan OJK,

maupun aturan lainnya yang berkaitan dengan produk dan kegiatan usaha

bank lainnya. Hal ini dikarenakan fatwa DSN MUI kini dianggap sebagai

hukum syariah yang berlaku dan digunakan sebagai pedoman dalam

melaksanakan kegiatan ekonomi syariah, sedangkan OJK merupakan

lembaga yang mengatur dan mengawasi segala hal di sektor jasa

keuangan, khususnya menyangkut kegiatan usaha lembaga keuangan.

Page 104: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

93

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum.

Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, 2010.

Anshori, Abdul Ghofur, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep, Regulasi

dan Implementasi). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010.

Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015.

Ash-Shawi, Shalah & Abdullah al-Mushlih, Ma La Yasa’ at-Tajira Jabluhu.

Penerjemah Abu Umar Basyir, Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta:

Darul Haq, 2008.

As-Sabatin, Yusuf. Al-Buyu’ al-Qadimah wa al-Mu’ashirah wa al-Burshat al

Mahaliyyah wa ad-Duwaliyyah. Penerjemah Yahya Abdurrahman,

Bisnis Islam & Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis. Bogor: Al

Azhar Press, 2014.

Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1997.

Dewan Pengurus Nasional FORDEBI & ADESy. Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri

Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam. Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2016.

Dewi, Gemala, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan & Perasuransian Syariah

di Indonesia. Depok: Kencana, 2017.

Firdaus, Rachmat, Manajemen Kredit Bank. Bandung: PT Purna Sarana Lingga

Utama, 1986.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana, 2011.

Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2013.

Kasmir, Manajemen Perbankan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.

Mardani, Hukum Perikatan Syariah Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2005.

Muda, Ahmad Antoni K., Kamus Lengkap Ekonomi. Jakarta: Gitamedia Press,

2003.

Page 105: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

94

Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2001.

Mustofa, Imam, Fiqih Mu’amalah Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2016.

Nafis, M. Cholil, Teori Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 2011.

Otoritas Jasa Keuangan, Buku Standar Produk Musyarakah dan Musyarakah

Mutanaqishah. Jakarta: OJK, 2016.

Otoritas Jasa Keuangan. Roadmap Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia

2017-2019. Jakarta: OJK, 2017.

PS, Bambang Catur, Hukum Perbankan di Indonesia. Depok: Pena Utama, 2011.

Purnamasari, Irma Devita dan Suswinarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis

Populer: Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah

Akad Syariah. Bandung: Kaifa, 2011.

Putra, Nusa, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks, 2011.

Rochaety, Ety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2005.

Sahroni, Oni dan M. Hasanuddin, Fikih Muamalah: Dinamika Teori Akad dan

Implementasinya dalam Ekonomi Syariah. Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2017.

Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Nivasi, dan Cessie dalam

Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Nieuw Nederlands

Burgerlijk Wetboek, Code Civil Perancis, dan Common Law.

Jakarta: Kencana, 2006.

Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi,

2014.

Z. A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2012.

Regulasi

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 04 Tahun 2000

tentang Murabahah.

Page 106: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

95

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 08 Tahun 2000

tentang Pembiayaan Musyarakah

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 09 Tahun 2002

tentang Pembiayaan Ijarah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 19 Tahun 2001

tentang Al-Qardh.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 27 Tahun 2002

tentang Al-Ijarah Al-Muntahiyah bi Al-Tamlik.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 31 Tahun 2002

tentang Pengalihan Utang.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 58 Tahun 2007

tentang Hawalah bil Ujrah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 73 Tahun 2008

tentang Musyarakah Mutanaqisah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 79 Tahun 2011

tentang Qardh dengan Menggunakan Dana Nasabah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 110 Tahun 2017

tentang Akad Jual Beli.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 111 Tahun 2017

tentang Akad Jual Beli Murabahah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 114 Tahun 2017

tentang Akad Syirkah.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 24/POJK.03/2015 tentang Produk dan

Aktivitas Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPbs Maret 2008 tentang

Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk

dan Aktivitas Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Page 107: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

96

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Jurnal, Skripsi, Tesis, Disertasi dan Artikel

Anom, Ade Pangeran dan Destri Budi Nugrahaeni, “Pelaksanaan Pengalihan

Hutang (Take Over) di PT Bank BRI Syariah Kantor Cabang

Yogyakarta”. Jurnal Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, 2014.

Aziz, M. Koni Rumaini, “Analisa Perjanjian Take Over di Bank Syariah”. Skripsi

S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011.

Barlinti, Yeni Salma, “Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem

Hukum Nasional di Indonesia.” Disertasi Doktor Fakultas Hukum

Universitas Indonesia Jakarta, 2010.

Chasanah, Uswatun, “Penyelesaian Hutang yang Dialihkan Secara Take Over

dengan Akad Musharakah di BRI Syariah KCP Diponegoro Surabaya”.

Jurnal Maliyah, Vol. 03, No. 02, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.

Inayah, “Kesesuaian Pembiayaan Murabahah Bank Syariah ke Perusahaan

Ditinjau dari Hukum Islam”. Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Millaturrofi‟ah, “Analisis Pelaksanaan Pengalihan Hutang (Take Over) di Bank

Jateng Cabang Syariah Semarang”. Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2017.

Nugraheni, Destri Budi, “Analisis Yuridis Multi Akad dalam Pembiayaan

Pengalihan Hutang pada PT BRI Syariah”. Mimbar Hukum Vol. 27 No. 2

Universitas Gadjah Mada, 2015.

Puspita, Nanda Meiliza, “Analisa Penerapan Akad Pembiayaan Take Over di

Perbankan Syariah berdasarkan Fatwa DSN MUI”. Tesis Program

Pascasarjana, Universitas Indonesia, Depok, 2009.

Rizaldy, Muhammad, “Pelaksanaan Take Over Pembiayaan di PT Bank Syariah

Mandiri Cabang Medan”. Jurnal Hukum, Vol. 12 Universitas Sumatera

Utara, 2015.

Toha, Syarief dan Pujiyono, “Problematika dalam Pelaksanaan Pengambilalihan

Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan”. Jurnal Repertorium, Vol. IV

No. 2, Universitas Sebelas Maret, 2017.

Page 108: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

97

Website

https://www.bca.co.id/id/Bisnis/Produk-dan-Layanan/Pinjaman/kredit-lokasi

diakses pada 17 Agustus 2018 pukul 11:12 WIB.

http://cermati.com/artikel/take-over-kpr-apa-saja-syarat-dan-cara-mengurusnya

diakses pada 30 September 2018 pukul 15:32 WIB.

http://www.kreditgogo.com/artikel/Kredit-Mobil/Serba-Serbi-Take-Over-Kredit

Mobil.html diakses pada 30 September 2018 pukul 16:48 WIB.

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Bapak M. Hadi Saputra, Marketing Manager PT Bank

BRI Syariah, Tbk Kantor Cabang Depok Margonda, Depok, 21 Maret 2019.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Alifah, Marketing PT Bank BRI Syariah, Tbk

Kantor Cabang Depok Margonda, Depok, 20 Juli 2018.

Page 109: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

98

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 110: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

99

LAMPIRAN 1

SURAT PERMOHONAN DATA/WAWANCARA

Page 111: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

100

LAMPIRAN 2

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Page 112: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

101

Page 113: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

102

Page 114: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

103

Page 115: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

104

LAMPIRAN 3

DRAFT PERJANJIAN QARDH

Page 116: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

105

Page 117: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

106

Page 118: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

107

Page 119: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

108

Page 120: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

109

LAMPIRAN 4

DRAFT PERJANJIAN JUAL BELI

Page 121: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

110

Page 122: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

111

Page 123: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

112

Page 124: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

113

Page 125: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

114

LAMPIRAN 5

DRAFT PERJANJIAN MURABAHAH

Page 126: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

115

Page 127: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

116

Page 128: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

117

Page 129: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

118

Page 130: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

119

Page 131: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

120

LAMPIRAN 6

DRAFT PERJANJIAN MUSYARAKAH

Page 132: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

121

Page 133: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

122

Page 134: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

123

Page 135: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

124

Page 136: iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50384... · 2020. 2. 27. · i ABSTRAK . Asyifa Delya Ramdaniah. NIM 11140460000032. PERSPEKTIF FATWA DSN MUI NO. 31 TAHUN 2002

125