43 - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4467/5/Bab 3.pdf · membatasi gara-geriknya. Beliau...
Transcript of 43 - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4467/5/Bab 3.pdf · membatasi gara-geriknya. Beliau...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
BAB III
BIOGRAFI NAWAWI< AL-BANTA<NI< DAN QURAISH SHIHAB SERTA KITAB
TAFSIR KEDUANYA
A. Nawawi> al-Banta>ni>
1. Biografi Nawawi> al-Banta>ni>
Nama lengkapnya adalah Muhammad Nawawi> bin 'Umar95
al-Banta>ni>96
, seorang
ulama besar yang bermazhab sh>afi'i> dalam bidang fikih, dan mengikuti teologi
ash'ariyyah dalam akidah97
. Beliau termasuk ulama yang sangat masyhur di zamannya,
sampai-sampai penulis kitab al-Munjid, Luwis Ma'lu>f, memasukkan namanya dalam
biografi para tokoh dunia di bagian ke dua pada kamus yang ia tulis98
.
Nawawi> al-Banta>ni> dilahirkan pada tahun 1230 H bertepatan dengan tahun 1813
M di Desa Tanara99
. Nawawi> al-Banta>ni> merupakan putra pertama dari K.H. Umar,
seorang ulama setempat.100
Sejak usia dini, beliau terkenal cerdas dan rajin menuntut ilmu. Pada usianya
yang berkisar 15 tahun, Nawawi> al-Banta>ni> merantau meninggalkan tanah air dan pergi
yang sangat kuat untuk dijadikan hujjah akan suatu kebenaran. Lihat: Muhammad bin ‘Alwi al-Ma>liki>, al-Manhal al-Lat}if fi Usu>l al-Hadi>th al-Shari>f (Madinah: Maktabah al-Malik Fahd al-Wat}aniyyah, 2000),
94. 95
Lihat: Muhammad Nawawi> bin 'Umar al-Banta>ni>, Niha>yah al-Zayn (Beirut: Da>r al-Fikr, 1995), 3. 96
Disebut demikian karena beliau berasal dari daerah Banten. 97
Fakta bahwa beliau merupakan pengikut mazhab sha>fi'i> dan teologi ash'ariyyah dinyatakan sendiri oleh
Nawawi> al-Banta>ni> dalam salah satu mukadimah karya tulisnya yang berjudul Niha>yah al-Zayn. 98
Luwis Ma’lu>f, al-Munjid fi al-A’lam (Beirut: Da>r al-Mashriq, 2003), 581. Berikut adalah catatan yang
diberikan Luwis Ma’lu>f untuk Nawawi> al-Banta>ni:
غقود : له مصنفات كثرية منها. ولد يف جاوه و هاجر إىل مكة. فقيه شافعي متصوف غلب عليه التفسري( : ن عمرحممد ب)نووي اجلاوي .مراقي العبودية شرح بداية اهلداية للغزايل, التفسري املنري يف بيان التنزيل, اللجني يف بيان حقوق الزوجني
99 Desa Tanara kini berada di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
100 Chaidar, Sejarah Pujangga Islam: Syech Nawawi Albanteni Indonesia, (Jakarta: CV Sarana Utama,
1978), 6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
ke Mekkah untuk menimba ilmu pada para ulama besar yang ada di tanah suci. Diantara
para ulama yang didatangi oleh Nawawi> al-Banta>ni> untuk memperdalam
pengetahuannya akan agama adalah Sayid Ahmad Nahrawi, Sayid Ahmad Dimyati dan
Sayid Ahmad Zaini Dahlan, yang ketiganya merupakan ulama Mekkah yang cukup
tersohor di zamannya. Selain itu, beliau juga tercatat sejarah pernah melakukan
perjalanan ke Madinah, Syam dan Mesir untuk menuntut ilmu.101
Tiga tahun bermukim di Mekkah, beliau pulang ke Banten. Sampai di tanah air
beliau menyaksikan praktik-praktik ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan
penindasan dari Pemerintah Hindia Belanda. Ia melihat itu semua lantaran kebodohan
yang masih menyelimuti umat. Tak ayal, gelora jihadpun berkobar. Beliau keliling
Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Tentu saja Pemerintah Belanda
membatasi gara-geriknya. Beliau dilarang berkhutbah di masjid-masjid. Bahkan
belakangan beliau dituduh sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang ketika itu
memang sedang mengobarkan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.102
Berbagai macam tekanan Belanda membuat Nawawi al-Bantani terpaksa
menyingkir kembali ke Mekah, tepat ketika perlawanan Pangeran Diponegoro padam
pada tahun 1830 M. Ulama Besar ini di masa mudanya juga menularkan semangat
nasionalisme dan patriotisme di kalangan Rakyat Indonesia. Begitu sampai di Mekah,
beliau segera kembali memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya. Beliau tekun
belajar selama 30 tahun, sejak tahun 1830 hingga 1860 M. Ketika itu memang beliau
memiliki niat untuk mukim di tanah suci, dan juga untuk menghindari tekanan kaum
101
Ibid. 102
http://id.wikipedia.org/wiki/Nawawi_al-Bantani.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
penjajah Belanda. Nama beliau mulai masyhur ketika menetap di Syi'ib Ali, Mekkah.
Beliau mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma puluhan, tapi makin
lama, jumlahnya makin kian banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Maka
jadilah Nawa>wi> al-Banta>ni> sebagai ulama yang dikenal pakar dalam ilmu agama,
terutama tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawwuf.103
Nama beliau semakin melejit ketika beliau ditunjuk sebagai pengganti Imam
Masjidil Haram, Syekh Khatib al-Minangkabawi. Sejak itulah beliau dikenal dengan
nama resmi Syekh Nawawi al-Banta>ni> al-Ja>wi>. Artinya Nawawi dari Banten, Jawa.
Piawai dalam ilmu agama, masyhur sebagai ulama. Tidak hanya di kota Mekah dan
Madinah saja beliau dikenal, bahkan di negeri Mesir nama beliau masyhur di sana.104
Selama di Mekkah, Nawawi> al-Banta>ni> berhasil menempati posisi penting dan
turut serta dalam menentukan arah fatwa. Selain itu, beliau juga mendapatkan beberapa
gelar yang menunjukkan kehormatan dan kedudukan tinggi beliau, di antaranya adalah:
Fuqaha>’ dan H{ukama>’ Mutaakhiri>n, Ulama>’ al-H{ija>z, Ima>m al-‘Ulama>’ al-H{aramain,
serta Guru Besar pada perkembangan wawasan keagamaan di Mekkah.105
Kepakarannya dalam bidang ilmu agama, membuat majlis taklimnya senantiasa
ramai dan dipadati oleh para pelajar yang ingin menimba ilmu agama dari beliau. Murid
dan anak didiknya yang di kemudian hari menjadi ulama besar dan dikenal oleh umat
103
Ibid. 104
Ibid. 105
Chaidar, Sejarah, 6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
muslim di Indonesia adalah: K.H. Khalil di Madura, K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Asnawi
di Kudus, K.H. Tubagus Mohammad Asnawi di Caringin, Jawa Barat.106
Meski Nawawi> al-Banta>ni> berhasil menjadi ulama besar dan memiliki nama yang
dikenal luas oleh masyarakat, beliau tetaplah seorang ulama yang tawadhu dan rendah
diri, serta berusaha menjauhkan diri dari sifat sombong.107
Selama 69 tahun mengabdikan dirinya sebagai guru umat Islam dan telah
memberikan pandangan-pandangan cemerlang atas berbagai masalah umat Islam.
Nawawi> al-Banta>ni> lalu wafat di Mekkah pada tahun 1897 M.108
Tapi ada pula yang
mencatat tahun wafatnya pada tahun 1898 M.109
Makam beliau terletak di pekuburan
Ma'la di Mekah. Makam beliau bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Abu
Bakar al-S{iddi>q, Asma>΄ binti Abu Bakar al-S{iddi>q.110
2. Karya-Karyanya
Salah satu faktor yang menyebabkan nama seseorang dikenal luas dan tetap
dikenang sepanjang masa adalah berkat karya tulis. Dengan menuliskan gagasan dan
pemikiran di buku lah, nama seseorang dapat menembus ruang dan waktu meski
penulisnya telah lama wafat.111
106
Ibid. 107
Hal ini bisa dilihat ketika ia menulis dalam mukadimah kitabnya yang berjudul Niha>yah al-Zain, beliau
menuliskan:
...حممد نووي ابن عمر : فيقول العبد الفقري الراجي من ربه اخلبري غفر الذنوب و التقصري: أما بعد
108 Chaidar, Sejarah, 5.
109 Ma’lu>f, al-Munjid, 581.
110 http://id.wikipedia.org/wiki/Nawawi_al-Bantani.
111 Lihat: Abdullah bin ‘Alwi> al-Ha{dda>d, Risalah al-Mu’a>wanah wa al-Muz}aharah wa al-Mua>zarah li al-
Ra>ghibi<>n min al-Mu’mini>n fi Sulu<>k T{ari>q al-A<khirah (Da>r al-Ha>wi<>, 1994), 18.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
Sebagai ulama yang dikenal luas di masanya, tentu saja Nawawi> al-Banta>ni>
memiliki banyak karya tulisan. Di antara karyanya di bidang fikih adalah Qu>t al-H{abi>b
al-Ghari>b, Bahjah al-Wasa>il bi Sharh al-Masa>il, Sullam al-Muna>ja>h, Fath} al-Muji>b, al-
'Aqd al-Thami>n, Niha>yah al-Zain fi Irsha>d al-Mubtadii>n bi Sharh Qurrah al-'Ai>n, dan
Ka>shifah al-Saja>112. Beliau juga berjasa menambahkan pembahasan tentang fikih puasa
di kitab Safi>nah an-Naja>h, sebuah kitab fikih ringkas yang sangat populer di kalangan
pesantren di Indonesia.
Di bidang disiplin ilmu tauhid, Nawawi> al-Banta>ni> menghasilkan beberapa karya
tulis yang di antaranya adalah H{ilyah al-S{ibya>n 'Ala> Fath} al-Rah}ma>n, Ti>ja>n al-Dara>ri>
Sharh} 'ala> Risa>lah al-Ba>ju>ri>, Qat}}r al-Ghaith, Qa>mi' al-T{ugya>n, Fath} al-Maji>d dan Nu>r al-
Z{ala>m.113
Sebagai seorang ulama yang juga menekuni tasawuf, Nawawi> al-Banta>ni> juga
memberikan sumbangsih karya ilmiah di bidang ini, di antara karya tulisnya tentang
tasawuf adalah Sala>lim al-Nud}ala>' 'ala> al-Manz}umah al-Musamma>h Hida>yah al-Adzkiya>'
ila> T{ari>q al-Auliya>', dan Mara>qiyy al-'Ubu>diyyah.114
Karya tulisnya di bidang ilmu tata bahasa Arab juga banyak, di antaranya adalah
al-Fus}u>s} al-Ya>qu>tiyyah 'ala al-Raud}ah al-Bahiyyah fi al-Abwa>b al-Tas}ri>fiyyah, Kashf al-
Maru>t}iyyah 'ala> sita>r al-Ajru>miyyah, dan Fath Gha>fir al-Khatiyyah 'ala> al-Kawa>kib al-
112
Chaidar, Sejarah, 95-97. 113
Ibid. 114
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
Jaliyyah fi Naz}m al-Ajru>miyyah. Sedangkan karya tulisnya di bidang sastra Arab adalah
Luba>b al-Baya>n.115
Nawawi> al-Banta>ni> juga menulis kitab di bidang fikih keluarga yang berjudul
'Uqu>d al-Lujai>n fi Baya>n H{uqu>q al-Zaujai>n116. Isinya tentang segala persoalan keluarga
yang ditulis secara detail. Hubungan antara suami dan istri dijelaskan secara rinci. Kitab
yang sangat terkenal ini menjadi rujukan selama hampir seabad. Tapi kini, seabad
kemudian kitab tersebut dikritik dan digugat, terutama oleh kalangan muslimah modern.
Mereka menilai kandungan kitab tersebut sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan
masa kini. Namun, berbagai kritik terhadap karya beliau, tentulah tidak mengurangi
kualitas kepakaran dan intelektualnya.117
Sedangkan karya tulisnya dalam bidang tafsir al-Qur'an yang membuat namanya
melambung dan tetap dikenang hingga saat ini adalah sebuah kitab tafsir dengan judul
Mura>h Labi>d li Kashf Ma'na> al-Qur'a>n al-Maji>d.
3. Metode dan Aliran Kitab Tafsir Mura>h} Labi>d li Kashfi Ma’na> al-Qura>n al-Maji>d.
Kitab tafsir ini memiliki judul lengkap Mara>h} Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qura>n al-
Maji>d. Ada juga yang menyebutnya dengan nama al-Tafsi>r al-Muni>r li al-Mu’a>lim al-
Tanzi>l al-Mufassir ‘an wuju>h mah}a>sin al-Ta΄wil musamma Mura>h} Labi>d li Kasyafi
Ma’na al-Qura>n al-Maji>d. Penulisnya, yaitu Nawawi> al-Banta>ni>, menceritakan sendiri
latar belakang dibalik penulisan kitab tafsir ini; yaitu untuk memenuhi permintaan dari
115
Ibid. 116
Chaidar, Sejarah, 95-97. 117
http://id.wikipedia.org/wiki/Nawawi_al-Bantani
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
rekan-rekannya yang meminta untuk dibuatkan sebuah kitab tafsir. Maka setelah sekian
lama berpikir, Nawawi al-Bantani menyanggupi permintaan tersebut118
.
Berdasarkan keterangan Nawawi> al-Banta>ni> di mukadimah tafsirnya, dalam
menulis kitab tafsir ini, ia banyak mengambil sumber rujukan dari kitab-kitab tafsir
terdahulu, seperti: al-Futu>h}a>t al-Ila>hiyyah, Mafa>ti>h} al-Ghaib, al-S{ira>j al-Muni>r, Tanwi>r
al-Miqba>s dan Tafsi>r Abi Su’u>d.119
Penerbit Da>r al-Kutub al-Ilmiyyah mencetaknya dengan jumlah dua jilid tebal.
Setiap jilidnya memiliki jumlah halaman sekitar 650 halaman.
a. Sumber Penafsiran
Sumber penafsiran al-Qur’an secara umum ada dua, yang pertama dengan
merujuk kepada riwayat atau yang dikenal dengan nama tafsi>r bi al-ma’thu>r. Riwayat
yang dimaksud disini adalah ayat al-Qur’an, hadis dan perkataan para sahabat120
. Contoh
tafsi>r bi al-ma’thu>r seperti penafsiran makna jalan orang-orang yang Engkau anugerahi
nikmat pada Q.S. al-Fa>tih}ah ayat 7:
نعمت عليهم ين أ صرط ٱل
Jalan orang-orang yang engkau anugerahi nikmat…121
Ditafsirkan dengan firman Allah yang lain dalam Q.S. an-Nisa>’ayat 69122
:
118
Muhammad bin Umar Nawawi al-Ja>wi, Mura>h} Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qura>n al-Maji>d (Beirut: Da>r al-
Kutub al-Ilmiyyah, 2003), vol. 1, 5. 119
Ibid. 120
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tangerang: Lentera Hati, 2013), 349. 121
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya. (Madinah: Mujamma’ al-Ma>lik F{ahd li al-
T{iba>’ah al-Mush}af al-Shari>f, 1418 H), 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
ن ٱلبيل عليهم مل نعم ٱللين أ ولئك مع ٱل
وٱلرسول فأ يقي ومن يطع ٱلل دل ن وٱلصل
ولئك رفيق لحي وحسن أ هداء وٱلص اوٱلش
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah , yaitu: Nabi-Nabi, para
Shiddi>qi>n, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh.123
Kemudian sumber penafsiran yang kedua adalah dengan merujuk kepada nalar
mufasir atau yang dikenal dengan nama tafsi>r bi al-ra’y124. Seperti kalimat fi sabilillah (
dalam Q.S. at-Taubah ayat 60 ( يف سبيل اهلل125
, oleh beberapa mufasir ditafsirkan dengan
makna segala hal yang berhubungan dengan amal sosial126.
Jika kedua cara tersebut digunakan dalam menafsirkan al-Qur’an, maka disebut
dengan nama tafsi>r bi al-iqtira>n atau penafsiran al-Qur’an dengan menggabungkan dua
sumber sekaligus -yaitu dengan riwayat dan nalar- untuk memahami al-Qur’an127
. Al-
Iqtira>n sendiri berasal dari akar kata qarana, yang berarti menghubungkan atau
menggandeng128.
Kitab tafsir Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-Maji>d, termasuk yang
menggunakan sumber penafsiran yang ke dua, yaitu merujuk kepada nalar mufasir atau
tafsi>r bi al-ra’y. Ketika membahas tafsir surat al-Fa>tih}ah misalnya, Nawawi> al-Banta>ni>
122
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, 350., Isma>’i>l Ibn Kathi>r, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Az}i>m (Beirut: Muassasah
al-Rayya>n), vol. 1, 43. 123
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahannya, 130. 124
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, 349. 125
Q.S. at-Taubah ayat 60 berbicara mengenai delapan golongan yang berhak menerima zakat. 126
Muhammad bin ‘Umar Nawawi> al-Ja>wi>, Mara>h} Labi>d li Kashf Ma’na > al-Qur’a>n al-Maji>d (Beirut: Da>r
al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003), vol. 1, 455. 127
Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an : Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin (Surabaya: CV Indra
Media, 2003), 15. 128
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 1113.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
langsung memberikan komentar terhadap ayat-ayatnya tanpa merujuk kepada satu
riwayatpun dalam menafsirkannya129
. Dalam hal ini beliau menggunakan pendapatnya
dalam menafsirkan surat al-Fa>tih}ah.
Meski dalam kitab Mara>h} Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-Maji>d Nawawi> al-
Banta>ni> juga menuliskan hadis dan pendapat para sahabat, namun jumlahnya tidak
banyak. Justru beliau lebih sering menukil ra’y atau pendapat para ulama dalam
mengomentari ayat-ayat al-Qur’an. Karena itu, penulis lebih condong berpendapat
bahwa sumber penafsiran kitabnya adalah bi al-ra’y.
Kesimpulannya, Nawawi> al-Banta>ni> dalam kitab Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-
Qur’a>n al-Maji>d menggunakan tafsi>r bi al-ra’y sebagai sumber penafsirannya.
b. Cara Penjelasan
Dari segi penjelasannya, kitab Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-Maji>d
menggunakan metode baya>ni>, yaitu menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, hanya dengan
memberikan keterangan secara deskripsi tanpa adanya perbandingan dengan riwayat
lain130
. Misalnya ketika Nawawi> al-Banta>ni> menafsirkan kalimat ( و امسحوا بوجوهكم ) pada
Q.S. al-Ma>idah ayat 6, beliau hanya mengomentari secara singkat makna ayat tanpa
memaparkan perbedaan pendapat para ahli fikih terhadap tafsir ayat tersebut:
. مسحت املنديل و مسحت يدي باملنديل: كما يف قولك الباء فارقة بني محل املسح بالكل و البعضمسحت باملنديل يكفي يف : و قولك. مسحت املنديل ال يصدق إال عند مسحه بالكلية: فقولك
129
Al-Banta>ni>, Mara>h} Labi>d li Kashf Ma’na > al-Qur’a>n al-Maji>d, vol.1, 7. 130
Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an : Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin), 16.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
هذه الباء أهنا تدل على تضمني الفعل معىن صدقه مسح اليدين بجء من أجزاء ذلك املنديل و حتقيق 131.و ألصقوا املسح برؤوسكم و ذلك ال يقتضي اإلستيعاب: اإللصاق فكأنه قيل
Huruf ba’ adalah pembeda antara mengusap secara keseluruhan dengan mengusap
sebagian. Contohnya jika kita berkata: aku mengusap sapu tangan dan aku mengusap
tanganku dengan sapu tangan. Ucapan aku mengusap sapu tangan bermakna mengusap
secara keseluruhan dengan sapu tangan. Dan ucapan aku mengusap dengan sapu tangan
bermakna bahwa tangan diusap dengan bagian dari sapu tangan. Sebab itu, huruf ba’
mengindikasikan melakukan suatu pekerjaan secara sebagian saja, seakan disebutkan:
dan usaplah juga (sebagian) kepala kalian, dan hal ini tidak mengindikasikan makna
keseluruhan (dalam mengusap kepala).
Nawawi> al-Banta>ni> menerangkan bahwa tidak wajib mengusap seluruh kepala,
tapi cukup hanya bagiannya saja, sebagaimana pandangan ini merupakan pendapat
mazhab sha>fi’i yang dianut oleh al-Banta>ni>. Padahal jika kita melirik kitab tafsir lain
yang lebih tebal, terdapat pembahasan yang panjang mengenai kadar wajib mengusap
kepala yang diperintahkan dalam ayat132
. Karena itu, bisa disimpulkan bahwa kitab
Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-Maji>d menggunakan metode baya>ni> dari segi
cara penjelasannya.
c. Keluasan Penjelasan
Dari segi keluasan penjelasannya, kitab Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n
al-Maji>d masuk dalam kategori ijma>li>, yakni menafsirkan ayat al-Qur’an hanya secara
umum saja dan tidak secara mendetail133
. Hal ini bisa dilihat dari tebal kitabnya yang
hanya setebal dua jilid saja.
131
Al-Banta>ni>, Mara>h} Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-Maji>d, vol. 1, 253. 132
Ada beberapa pendapat para ulama terkait masalah ini. Imam Malik berpendapat bahwa wajib bagi
seseorang untuk mengusap seluruh kepalanya, sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa yang
wajib diusap adalah seperempat dari kepala. Adapun Imam Sha>fi’i memiliki pendapat sebagaimana yang
diutarakan oleh Nawawi> al-Banta>ni>. Lihat: Ibnu Kathi>r, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Az}i>m (Beirut: Muassasah al-
Rayya>n), vol. 2, 35-36. 133
Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an : Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin), 16.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
Contoh lainnya, ketika Nawawi> al-Banta>ni> menafsirkan basmalah dalam surat al-
Fa>tiha}h, beliau hanya mengomentari secara singkat penafsiran basmalah, tanpa ada
pembahasan penjang lebar seperti pembahasan status basmalah dalam surat al-Fa>tih}ah
atau hukum mengeraskan bacaannya dalam salat134
, tidak seperti kitab al-Ja>mi’ li
Ah}ka>m al-Qur’a>n karya al-Qurt}ubi> yang membahas panjang lebar kedua masalah
tersebut135
.
Karena kitab Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-Maji>d merupakan kitab
tafsir yang ringkas penjelasannya dan tidak terlalu tebal halamannya jika dibandingkan
kitab tafsir yang lain, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kitab ini dari segi keluasan
penjelasannya termasuk ijma>li>.
d. Tertib Ayat yang Ditafsirkan
Dari segi urutannya menafsirkan Al-Quran, kitab Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-
Qur’a>n al-Maji>d menggunakan metode tahli>li>, yaitu metode membahas ayat Al-Quran
berdasarkan urutannya dalam mushaf usmani136
. Fakta ini bisa terlihat dengan jelas oleh
siapapun yang membuka dan membaca kitab Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-
Maji>d >. Nawawi> al-Banta>ni> memulai halaman pertama kitab tafsirnya dengan
pembahasan tafsir surat al-Fatihah, kemudian dilanjutkan ke surat al-Baqarah, dan
seterusnya hingga diakhiri dengan surat an-Naas.
134
Al-Banta>ni>, Mara>h} Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-Maji>d, vol. 1, 7. 135
Selengkapnya lihat di: Muhammad bin Ahmad al-Ans}a>ri> al-Qurt}ubi>, al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n (Da>r
Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Arabiy, 2002), vol. 1, 73-78. 136
Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an : Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin), 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
Karena itu, ditinjau dari urutannya dalam menafsirkan Al-Quran, maka kitab
Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-Maji>d karya al-Banta>ni> termasuk yang
menggunakan metode tahli>li> dari segi tertibnya.
e. Aliran Corak Tafsirnya
Ditinjau dari segi aliran corak tafsirnya, kitab Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-
Qur’a>n al-Maji>d karya Nawawi> al-Banta>ni> termasuk kitab tafsir beraliran corak Tafsi>r
Lughawi> atau lebih menitikberatkan kepada unsur bahasa137
. Kitab Mara>h Labi>d li
Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-Maji>d termasuk kitab tafsir yang ringkas, hanya berjumlah
dua jilid. Umumnya tafsir seperti ini hanya memfokuskan pembahasannya pada
penafsiran lughawi> ayat-ayat al-Qur’an.
Ketika menafsirkan surat al-Fa>tih}ah, Nawawi> al-Banta>ni> hanya menguraikan
tafsirnya dengan jumlah satu halaman, dan uraiannya terfokus pada penjelasan tafsi>r
lughawi>-nya saja; tanpa ada komentar panjang lebar dan tak ada pemaparan pendapat
para ulama berkaitan dengan tafsirnya138
.
Contoh lainnya, ketika menafsirkan kata ( غرفة ) dalam Q.S. al-Baqarah ayat 249
yang berbunyi:
ۦ ومن لم يطعمه إل من ٱغتف غرفة بيده فإنهۥ منل
Dan barang siapa yang tiada meminumnya kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia
adalah pengikutku.139
137
Ibid, 18. 138
Ibid. 139
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, 61.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
Nawawi> al-Banta>ni> mengutip pendapat imam qiraat yang tujuh140
dan menjelaskan
makna lughawi>-nya:
و قرأ عاصم و ابن . و كذلك يعقوب و خلف, بفتح الغني(( غرفة))قرأ ابن كثري و نافع و ابن عمرو و الغرفة . الشئ القليل الذي حيصل يف الكف: فالغرفة بالضم, عامر و محزة و الكسائي بالضم
141.الفعل و هو اإلغرتاف مرة واحدة: بالفتح
Ibnu Kathi>r, Na>fi’, Ibnu ‘Amr, Ya’qu>b dan Khalaf membaca dengan harakat fathah,
sedangkan ‘A<s}im, Ibnu A<mir, H{amzah dan al-Kisa>iy membaca dengan harakat
dhommah. Kata ghurfah (dengan dibaca dhommah) bermakna sesuatu yang sedikit yang
bisa digenggam tangan, dan kata ghorfah (dengan dibaca fathah) memiliki arti satu
perbuatan, yaitu menciduk air satu kali cidukan saja.
Kesimpulannya, corak tafsir kitab Mara>h Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-
Maji>d adalah corak lughawi>.
B. Quraish Shihab
1. Biografi Quraish Shihab
Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. Seorang ulama tafsir
kontemporer asal Indonesia. Lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16 Februari 1944.
Pendidikan dasarnya ditempuh di Ujung Pandang142
. Quraish Shihab lalu melanjutkan
pendidikan menengahnya di Malang, sambil menempuh pendidikan non-formalnya di
Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah. Pada tahun 1958, dia merantau ke Kairo,
Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyah al-Azhar. Pada tahun 1967, dia berhasil
meraih gelar License (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis
Universitas al-Azhar. Setamatnya dari S1, ia lalu melanjutkan lagi studi S-2 nya di
140
Nawawi> al-Bantani sering sekali mengutip pendapat imam qiraat dalam kitab tafsirnya. 141
Al-Banta>ni>, Mara>h} Labi>d li Kashf Ma’na> al-Qur’a>n al-Maji>d, vol. 1, 7. 142
Kini Ujung Pandang berganti nama menjadi Makassar.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
kampus dan jurusan yang sama. Hingga pada tahun 1969 Quraish Shihab berhasil meraih
gelar Magister (MA) untuk spesialisasi di bidang tafsir al-Qur’an.143
Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab mendapat kepercayaan untuk
menjabat sebagai Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan di IAIN
Alauddin, Ujung Padang. Selain itu, Quraish Shihab juga mendapatka kepercayaan di
jabatan-jabatan lainnya baik di dalam kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi
Swasta (wilayah VII Indonesia Bagian Timur), maupun di luar, seperti Pembantu
Kepolisian Indonesia Bagian Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung
Pandang, Quraish Shihab pernah melakukan berbagai penelitian, di antaranya adalah
penelitian dengan tema “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur”
(1975) dan “Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” (1978).144
Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali lagi ke Kairo untuk menempuh jenjang
pendidikan S-3 di almamater lamanya, Universitas Al-Azhar. Ia kemudian sukses
menyesaikan program doktoralnya pada tahun 1982 dengan disertasi berjudul Naz}m al-
Durar li al-Biqa>’i>, Tah}qi>q wa Dira>sah dengan yudisium Summa Cum Laude disertai
penghargaan tingkat I (mumta>z ma’a martabah al-sharaf al-u>la>).145
Sekembalinya ke Indonesia sejak, sejak tahun 1984, Quraish Shihab mengajar
sebagai dosen di Fakultas Ushuluddin dan di Pascasarjana IAIN146
Syarif Hidayatullah,
Jakarta. Selain itu, diluar kampus, dia juga dipercayakan untuk menduduki berbagai
143
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
(Bandung: Penerbit Mizan, 1999), lembar biografi penulis. 144
Ibid. 145
Ibid. 146
Kini telah menjadi UIN.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
jabatan, di antara jabatan yang pernah dia sandang adalah: Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Pusat, anggota Lajnah Pentashih al-Qur’an Departemen Agama,
anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional. Quraish Shihab juga terlibat dalam
beberapa organisasi professional; antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-Ilmu Syariah,
Pengurus Konsorsium Ilmu-Ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan
Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).147
Di samping kegiatan tersebut di atas, Quraish Shihab juga dikenal sebagai
penulis dan penceramah yang handal. Berdasar pada latar belakang keilmuan yang kokoh
yang ia tempuh melalui pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuannya
menyampaikan pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, tetapi lugas,
rasional, dan kecenderungan pemikiran yang moderat, ia tampil sebagai penceramah dan
penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Kegiatan ceramah ini ia
lakukan di sejumlah masjid bergengsi di Jakarta, seperti Masjid al-Tin, Sunda Kelapa
dan Fathullah, di lingkungan pejabat pemerintah seperti pengajian Istiqlal serta di
sejumlah stasiun televisi atau media elektronik, khususnya di.bulan Ramadhan.
Beberapa stasiun televisi, seperti Metro TV mempunyai program khusus selama
Ramadhan yang diasuh olehnya.148
Quraish Shihab memang bukan satu-satunya pakar al-Qur'an di Indonesia, tetapi
kemampuannya menerjemahkan dan meyampaikan pesan-pesan al-Qur'an dalam konteks
kekinian membuatnya lebih dikenal dari pakar al-Qur'an lainnya. Dalam hal penafsiran,
ia cenderung menekankan pentingnya penggunaan metode tafsir tematik, yaitu
147
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, lembar biografi penulis. 148
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat al-Qur'an yang tersebar dalam
berbagai surat yang membahas masalah yang sama, kemudian menjelaskan pengertian
menyeluruh dari ayat-ayat tersebut dan selanjutnya menarik kesimpulan sebagai
jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok bahasan. Menurutnya, dengan metode
ini dapat diungkapkan pendapat-pendapat al-Qur'an tentang berbagai masalah
kehidupan, sekaligus dapat dijadikan bukti bahwa ayat al-Qur'an sejalan dengan
perkembangan iptek dan kemajuan peradaban masyarakat.149
Quraish Shihab banyak menekankan perlunya memahami wahyu Ilahi secara
kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada makna tekstual agar pesan-pesan yang
terkandung di dalamnya dapat difungsikan dalam kehidupan nyata. Ia juga banyak
memotivasi mahasiswanya, khususnya di tingkat pasca sarjana, agar berani menafsirkan
al-Qur'an, tetapi dengan tetap berpegang ketat pada kaidah-kaidah tafsir yang sudah
dipandang baku. Menurutnya, penafsiran terhadap al-Qur'an tidak akan pernah berakhir.
Dari masa ke masa selalu saja muncul penafsiran baru sejalan dengan perkembangan
ilmu dan tuntutan kemajuan. Meski begitu ia tetap mengingatkan perlunya sikap teliti
dan ekstra hati-hati dalam menafsirkan al-Qur'an sehingga seseorang tidak mudah
mengklaim suatu pendapat sebagai pendapat al-Qur'an. Bahkan, menurutnya adalah satu
dosa besar bila seseorang mamaksakan pendapatnya atas nama al-Qur'an.150
Quraish Shihab adalah seorang ahli tafsir yang pendidik. Keahliannya dalam
bidang tafsir tersebut untuk diabdikan dalam bidang pendidikan. Kedudukannya sebagai
Pembantu Rektor, Rektor, Menteri Agama, Ketua MUI, Staf Ahli Mendikbud, Anggota
149
Ibid. 150
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
Badan Pertimbangan Pendidikan, menulis karya ilmiah, dan ceramah amat erat
kaitannya dengan kegiatan pendidikan. Dengan kata lain bahwa ia adalah seorang ulama
yang memanfaatkan keahliannya untuk mendidik umat. Hal ini ia lakukan pula melalui
sikap dan kepribadiannya yang patut diteladani. Ia memiliki sifat-sifat sebagai guru atau
pendidik yang patut diteladani. Penampilannya yang sederhana, tawadlu, sayang kepada
semua orang, jujur, amanah, dan tegas dalam prinsip adalah merupakan bagian dari sikap
yang seharusnya dimiliki seorang guru.151
2. Karya-Karyanya
Sebagai seorang ulama yang memiliki pengetahuan keagamaan yang luas dan
mendalam, Quraish Shihab juga sangat aktif sebagai penulis. Beberapa buku yang sudah
ia hasilkan antara lain :
a. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN Alauddin,
1984);
b. Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an (Jakarta:
Lentera Hati, 1998);
c. Untaian Permata Buat Anakku (Bandung: Mizan 1998);
d. Pengantin al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1999);
e. Haji Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999);
f. Sahur Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan 1999);
g. Panduan Puasa bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika, Nopember
2000);
151
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
h. Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika, September
2003);
i. Anda Bertanya, Quraish Shihab Menjawab Berbagai Masalah Keislaman (Mizan
Pustaka)
j. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdah (Bandung: Mizan, 1999);
k. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Al Qur’an dan Hadits (Bandung: Mizan,
1999);
l. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah dan Muamalah (Bandung: Mizan,
1999);
m. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Wawasan Agama (Bandung: Mizan, 1999);
n. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Tafsir Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1999);
o. Satu Islam, Sebuah Dilema (Bandung: Mizan, 1987);
p. Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987);
q. Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI & Unesco, 1990);
r. Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama);
s. Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994);
t. Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994);
u. Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996);
v. Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:
Mizan, 1996);
w. Tafsir al-Qur’an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997);
x. Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur’an (Bandung; Mizan, 1999)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
y. Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahli>li> (Jakarta: Lentara Hati, 1999);
z. Jalan Menuju Keabadian (Jakarta: Lentera Hati, 2000);
aa. Tafsir Al-Mis}ba>h }; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati,
2003);
bb. Menjemput Maut; Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. (Jakarta: Lentera Hati,
2003)
cc. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama dan Cendekiawan
Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004);
dd. Dia di Mana-mana; Tangan Tuhan di balik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera Hati,
2004);
ee. Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005);
ff. Logika Agama; Kedudukan Wahyu & Batas-Batas Akal Dalam Islam (Jakarta:
Lentera Hati, 2005);
gg. Rasionalitas al-Qur’an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera Hati,
2006);
hh. Menabur Pesan Ilahi; al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat (Jakarta:
Lentera Hati, 2006);
ii. Wawasan al-Qur’an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati, 2006);
jj. Asma>’ al-H{usna>; Dalam Perspektif al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati);
kk. Sunnah - Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?; Kajian atas Konsep Ajaran
dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2007);
ll. Al-Luba>b; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fa>tih}ah dan Juz ‘Amma (Jakarta:
Lentera Hati, Agustus 2008);
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
mm. 40 Hadits Qudsi Pilihan (Jakarta: Lentera Hati);
nn. Berbisnis dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia Akhirat (Jakarta:
Lentera Hati);
oo. M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui
(Jakarta: Lentera Hati, 2008);
pp. Doa Harian bersama M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2009);
qq. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Jin dalam al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati);
rr. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Malaikat dalam al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati);
ss. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Setan dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati);
tt. M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui
(Jakarta: Lentera Hati, Maret 2010);
uu. Al-Qur’an dan Maknanya; Terjemahan Makna disusun oleh M. Quraish Shihab
(Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2010);
vv. Membumikan al-Qur’an Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan (Jakarta:
Lentera Hati, Februari 2011);
ww. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, dalam sorotan Al-Qur’an dan Hadits
Shahih (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2011);
xx. Do'a al-Asma>' al-H{usna> (Doa yang Disukai Allah SWT.) (Jakarta: Lentera Hati, Juli
2011);
yy. Tafsi>r Al-Luba>b; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, Juli 2012).152
152
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
3. Metode dan Aliran Kitab Tafsir Al-Mis}ba>h}: Kesan, Pesan dan Keserasian al-Quran.
Kitab Tafsir al-Mis}ba>h}: Kesan, Pesan dan Keserasian al-Qur’an merupakan karya
monumental yang dihasilkan oleh Quraish Shihab. Al-Mis}ba>h} berarti pelita atau
lampu153
. Dari penamaaan ini, penulis seolah berharap agar kitab tafsir yang ditulisnya
dapat menjadi jembatan penghubung umat Islam Indonesia dengan kitab sucinya,
sehingga ayat-ayat al-Qur’an tidak hanya dinikmati lantunan dan keindahan bacaannya,
tapi juga dipahami pesan-pesan ilahi yang terkandung dalam bacaannya, agar dapat
menjadi pelita dalam kehidupan sehari-hari.
Awal penulisan kitab tafsir ini dimulai penulis di kota Kairo, Mesir, pada hari
Jumat 4 Rabiul Awal 1420 / 18 Juni 1999 M, dan dirampungkan di Jakarta pada hari
Jumat 8 Rajab 1423 H / 5 September 2003154
. Itu artinya penulis membutuhkan waktu
sekitar empat tahun lamanya untuk menyelesaikan karya monumentalnya ini.
Dalam menulis kitab tafsirnya, Quraish Shihab dalam kitab Tafsir al-Mis}ba>h}-nya
menempuh metode sebagai berikut:
a. Sumber Penafsiran
Ditinjau dari sumber penafsirannya, Tafsir al-Mis}ba>h} menggabungkan dua
sumber sekaligus, yaitu bi al-ma’thu>r dan bi al-ra’y, atau yang disebut juga dengan bi al-
iqtira>ni155. Dalam setiap penafsirannya, Quraish Shihab selalu melakukan pendekatan
153
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wadzurriyah, t.t.), 211. 154
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mis}ba>h}; Kesan, Pesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati,
2011), vol. 15, 759. 155
Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an : Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin), 15.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
kebahasaan terlebih dahulu, lalu kemudian menghubungkannya dengan ayat al-Qur’an
atau hadis Nabi yang berkaitan. Seperti ketika menjelaskan Q.S. al-Baqarah ayat 37:
بلهۦ كمتر ءادم من ر فتاب عليه إنهۥ هو ٱتلواب ٱلرحيم فتلق
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhan-Nya, maka Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.156
Dalam menafsirkan ayat ini, Quraish Shihab menjelaskan bahwa kabar penerimaan
tersebut sangat menggembirakan bagi Nabi Adam. Hal yang mengindikasikan hal
tersebut adalah adanya penambahan ta’ dalam kata kerja laqiya, sehingga menjadi
talaqqa>. Penambahan ini menunjukkan bahwa sebelum penerimaan itu, didahului dengan
usaha yang dijalankan dengan sangat sungguh-sungguh untuk meraihnya157
. Dalam
konteks ayat ini, Nabi Adam berusaha keras agar taubatnya diterima oleh Allah. Dan
tatkala Allah menerima taubatnya, Nabi Adam pun sangat gembira.
Selain itu, dalam menjelaskan ‘kalimat’ yang diterima oleh Nabi Adam, Quraish
Shihab mengaitkannya dengan Q.S. al-A’ra>f ayat 23158
:
نفسنا إون لم تغفر لا وترحنا لكونن من ٱلخرين قال ربنا ظلمنا أ
Keduanya berkata: “Ya Tuhan Kami, Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi”.159
b. Cara Penjelasan
156
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, 15. 157
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mis}ba>h}, vol. 1, 194. 158
Ibid. 159
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, 224.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
Ditinjau dari segi cara penjelasannya, Tafsir al-Mis}ba>h}, menggunakan metode
muqa>rin, yaitu metode yang digunakan dengan cara membahas ayat al-Qur’an dengan
mengemukakan penafsiran ulama tafsir terhadap ayat tersebut lalu
mengkomparasikannya160
.
Misalnya ketika menafsirkan kata Alif La>m Mi>m yang terdapat dalam ayat
pertama surat al-Baqarah, Quraish Shihab memaparkan berbagai macam pendapat yang
ada, mulai dari yang sekedar berpendapat, “Hanya Allah yang mengetahui maknanya”,
huruf yang membuka surat-surat al-Qur’an, hingga pendapat yang mengatakan bahwa
huruf-huruf tersebut adalah huruf terbanyak yang terkandung dalam surat tersebut.
Meski pada akhirnya, Quraish Shihab lebih condong kepada pendapat pertama,
mengingat pendapat-pendapat yang lainnya tidak memiliki landasan yang kuat dan
argumentasi yang memuaskan.161
c. Keluasan Penjelasan
Dilihat dari sisi keluasan penjelasannya, Tafsir al-Mis}ba>h} tergolong tafsir dengan
metode tafsi>li> atau it}na>bi>, yaitu menjelaskan permasalahan yang terdapat dalam ayat
dengan penjelasan yang mendetail dan panjang lebar162
.
Hal ini bisa terlihat dengan jelas dari tebalnya kitab Tafsir al-Mis}ba>h} yang
mencapai lima belas jilid banyaknya.
d. Tertib Ayat yang Ditafsirkan
160
Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an : Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin, 16. 161
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mis}ba>h}, vol. 1, 104-105. 162
Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an : Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin, 16.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
Ditinjau dari tertib ayatnya, Quraish Shihab menggunakan metode tahli>li> dalam
menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan urutannya dalam mushaf al-
Qur’an163
. Ia menafsirkan al-Qur’an dimulai dari ayat pertama yang tercantum dalam
mushaf, yaitu surat al-Fa>tih}ah}, kemudian lanjut ke ayat-ayat, surat-surat dan juz
selanjutnya hingga berakhir di ayat terakhir surat an-Na>s.164
e. Aliran Corak Tafsirnya
Adapun aliran corak tafsirnya, menurut pengamatan penulis, Quraish Shihab
dalam Tafsir al-Mis}bah}-nya lebih cenderung kepada corak sosial-kemasyarakatan, atau
yang dikenal dengan istilah ijtima>’i>165.
Misalnya, ketika kata menafsirkan kata t}a>gu>t yang terdapat dalam Q.S. an-Nah}l
ayat 36:
ن ٱع أ غوت بدوا وٱجتنبوا ٱلط ٱلل
Sembahlah Allah dan jauhilah thagut.166
Jika kebanyakan ahli tafsir hanya berhenti menafsirkan kata t}a>gu>t dengan arti berhala
yang disembah atau sesembahan selain Allah167
, Quraish Shihab berpendapat bahwa
kata tersebut juga mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti
kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran dan kesewenang-wenangan terhadap manusia168
.
163
Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an : Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin, 16. 164
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mis}ba>h}, vol. 1, vii-viii. 165
Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an : Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin, 19. 166
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 407. 167
Al-Banta>ni>, Mara>h Labi>d, vol. 1, 592., Muhammad ‘Ali al-S}a>bu>ni>, S{afwah al-Tafa>si>r (Beirut: Da>r al-
Fikr, 2001), vol. 2, 117., Ibn Kathi>r, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Az}i>m, vol. 2, 741., Muhammad bin Ahmad al-
Qurt}u>bi>, al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Arabiy, 2002), vol. 10, 69. 168
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mis}ba>h}, vol. 6, 577.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
Hal ini tercermin dari akar kata t}a>gu>t yang berasal dari kata kerja ( طغى ) yang memiliki
makna melampaui batas169. Oleh karena itu, melakukan tindak kezaliman terhadap
manusia juga termasuk perbuatan buruk lagi melampaui batas yang harus dijauhi oleh
manusia.
169
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 854.