50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

16
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7 INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN CENDAWAN YANG MENGINFEKSI BENIH JAGUNG Syahrir Pakki dan Syahrir Ma’sud Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Inventarisasi dan identifikasi cendawan yang menginfeksi biji/benih jagung dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis patogen yang menyerang benih jagung di beberapa sentra pertanaman jagung. Penelitian dilakukan dengan survey, secara patroli yaitu setiap lokasi untuk pengambilan sampel minimal berjarak 10 - 15 km. Biji-biji yang diambil yaitu yang menampakkan gejala maupun yang tidak bergejala terinfeksi cendawan. Sampel-sampel kemudian diidentifikasi secara morfologi di laboratorium Hama dan Penyakit Balitsereal dengan merujuk kepada “ Ilussterated Genera of infected Fungi” Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh jenis cendawan yang menyerang benih jagung yaitu Rhizopus sp., Fusarium sp., Aspergillus flavus, A. niger, Fenicillium sp., Trichoderma, dan Colectoricum sp. Kata kunci : Identifikasi, cendawan, patogen, benih jagung PENDAHULUAN Fase akhir dalam suatu proses agribisnis jagung adalah panen dan pengelolaan hasil panen. Walaupun pengelolaan di pertanaman sudah optimal, namun faktor kualitas pada biji apabila tidak terpenuhi akan menurunkan mutu dan nilai jual. Tongkol dan biji jagung adalah tergolong rentan terhadap penyakit, terutama penyakit busuk tongkol dan biji. Penyakit bawaan benih banyak ditemukan pada daerah- daerah yang lembab, terutama bila hujan di atas normal pada saat tanaman jagung mulai berbunga sampai pada saat panen. Tongkol dan biji biasanya terinfeksi lebih dini di pertanaman, selanjutnya biji terinfeksi dapat menjadi sumber inokulum infeksi di tempat penyimpanan. Hal lain penyebab utama patogen bawaan benih adalah bila penanganan pasca panen kurang baik maka gangguan penyakit akan berlanjut sampai ditempat penyimpanan. Beberapa patogen dapat memproduksi mikotoksin dan berbahaya bagi konsumen, Aspergillus flavus memproduksi aflatoksin dan fusarium verticiliodis menghasilkan fumonisin, terutama pada jagung (Oren et al., 2003). Batas toleransi cemaran Fumonisin 323

Transcript of 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Page 1: 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN CENDAWAN YANG MENGINFEKSI BENIH JAGUNG

Syahrir Pakki dan Syahrir Ma’sudBalai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK

Inventarisasi dan identifikasi cendawan yang menginfeksi biji/benih jagung dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis patogen yang menyerang benih jagung di beberapa sentra pertanaman jagung. Penelitian dilakukan dengan survey, secara patroli yaitu setiap lokasi untuk pengambilan sampel minimal berjarak 10 - 15 km. Biji-biji yang diambil yaitu yang menampakkan gejala maupun yang tidak bergejala terinfeksi cendawan. Sampel-sampel kemudian diidentifikasi secara morfologi di laboratorium Hama dan Penyakit Balitsereal dengan merujuk kepada “ Ilussterated Genera of infected Fungi” Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh jenis cendawan yang menyerang benih jagung yaitu Rhizopus sp., Fusarium sp., Aspergillus flavus, A. niger, Fenicillium sp., Trichoderma, dan Colectoricum sp.

Kata kunci : Identifikasi, cendawan, patogen, benih jagung

PENDAHULUAN

Fase akhir dalam suatu proses agribisnis jagung adalah panen dan pengelolaan hasil panen. Walaupun pengelolaan di pertanaman sudah optimal, namun faktor kualitas pada biji apabila tidak terpenuhi akan menurunkan mutu dan nilai jual.

Tongkol dan biji jagung adalah tergolong rentan terhadap penyakit, terutama penyakit busuk tongkol dan biji. Penyakit bawaan benih banyak ditemukan pada daerah-daerah yang lembab, terutama bila hujan di atas normal pada saat tanaman jagung mulai berbunga sampai pada saat panen. Tongkol dan biji biasanya terinfeksi lebih dini di pertanaman, selanjutnya biji terinfeksi dapat menjadi sumber inokulum infeksi di tempat penyimpanan. Hal lain penyebab utama patogen bawaan benih adalah bila penanganan pasca panen kurang baik maka gangguan penyakit akan berlanjut sampai ditempat penyimpanan. Beberapa patogen dapat memproduksi mikotoksin dan berbahaya bagi konsumen, Aspergillus flavus memproduksi aflatoksin dan fusarium verticiliodis menghasilkan fumonisin, terutama pada jagung (Oren et al., 2003). Batas toleransi cemaran Fumonisin yaitu untuk ternak 5 - 50 ppm,

sedangkan aflatoksin 100 ppb (Stack, 2000).

Walaupun beberapa jenis penyakit pada tongkol dan biji jagung telah dilaporkan keberadaannya di Indonesia, namun demikian kemungkinan adanya jenis lain yang belum teridentifikasi. Olehnya itu diperlukan suatu survey untuk menginventarisasi jenis patogen penyakit lainnya pada tongkol dan biji, yang hasilnya dapat diharapkan berguna sebagai data base penelitian pengendalian untuk pengelolaanya.

Penelitian bertujuan untuk menge-tahui janis-jenis patogen yang menginfeksi biji jagung di beberapa sentra pertanaman jagung.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan inventarisasi di lakukan pada bebarapa sentra produksi jagung di Propinsi Sulawesi Selatan. Nusa Tenggara Timur, dan Gorontalo dengan menggunakan metode survey, dilakukan dengan mengunjungi pertanaman dan tempat-tempat penyimpanan jagung petani dari setiap desa dan dalam satu desa dipilih lokasi dengan jarak 10 – 15 km. Setiap lokasi yang dikunjungi diambil sampel tongkol dan biji, baik yang menampakkan gejala maupun yang tidak

323

Page 2: 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Syahrir Pakki dan Syahrir Mas’ud : Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Cendawan

menampakkan gejala penyakit, serta mencatat cara penyimpanan yang dilakukan petani. Khusus Kabupaten Maros, hanya ini diambil dari kebun percobaan Balitsereal/Kecamatan Lau. Sampel-sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kantong kertas yang berbeda dari setiap lokasi pengambilan. Selain koleksi sampel di lapangan juga diambil dari rumah-rumah petani dan gudang-gudang penyimpanan jagung. Hal lain yang dicatat adalah: 1) Varietas, 2) Waktu dan lokasi pengambilan meliputi desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten.

Sampel yang telah dikumpulkan dibawa ke laboratorium penyakit Balai Penelitian Tanaman Serealia(Balitsereal) Maros. Di laboratrorium dilakukan kegiatan antara lain , mempersiapkan cawan petri sebagai media untuk isolasi cendawan yang telah dikoleksi. Media tersebut yang telah diisi kertas saring steril kemudian diletakkan biji jagung hasil koleksi dari beberapa lokasi, yang sebelumnya disterilkan dengan NaCl 1 % dan air steril selama beberapa menit. Setiap sampel diisolasi pada lima cawan petri masing-masing diisi 30 biji, 3-4 hari setelah diisolasi, cendawan yang tumbuh dimurnikan dengan cara memindahkan dalam media Potato Dektroxa Agar (PDA). Setelah satu minggu kemudian, identifikasi cendawan dilakukan dengan merujuk kepada buku “Illustrated Genera of infected Fungi (Burnet and Hunter, 1972). Hasil dentifikasi dilanjutkan dengan inokulasi ulang pada biji yang sehat (Postulat Koch) dan selanjutnya dilakukan identifikasi ulang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih yang dikoleksi dari beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Gorontalo, terinfeksi beberapa patogen yaitu : a) Rhizopus sp., b) Fusarium sp., c)

Aspergillus flavus, d) A. niger, e) Penicillium sp., dan f) Trichoderma (Tabel 1).

Temuan beberapa jenis cendawan patogen yang menyerang biji jagung di Sulawesi selatan telah dilaporkan oleh Muis et al. (2002) seperti Fusarium sp., Penicillium sp., Cladisporium sp., Rhizopus sp., Aspergillus sp., dan Trichoderma sp.

Cara penyimpanan yang dilakukan oleh petani adalah beragam. Di daerah Tanah Toraja , jagung yang dipersiapkan sebagai benih disimpan dengan diikat terbuka dan digantung diatas perapian dapur. Didaerah kabupaten Sinjai, Bulukumba, Wajo, Soppeng, Barru, Bantaeng dan Jeneponto, benih-benih yang dipersiapkan untuk penanaman musim tanam berikutnya, digantung diberanda rumah dalam keadan tetap terbungkus. Hal ini dimaksudkan agar keadaan benih tetap baik karena cara penyimpanan yang demikian dapat mengurangi kelembaban sehingga kontamnisasi cendawan dan hama kumbang bubuk dapat dikurangi. Beberapa sampel juga diambil dari cara penyimpanan dalam karung dan tampaknya hanya untuk persiapan untuk konsumsi. Berbeda halnya di Nusa Tenggara Timur, cara simpan petani, jagung disimpan pada rumah-rumah yang disebut “lapo”, namun untuk persediaan benih ditumpuk didekat dapur dalam keadaan terbungkus.

Dari beberapa cara penyimpanan biji jagung tersebut, setelah diisolasi pada umumnya tetap ditemukan adanya patogen bawaan biji. Beberapa biji yang dikoleksi tidak memperlihatkan adanya gejala visual terinfeksi cendawan, namun setelah diisolasi tetap memperlihatkan adanya gejala patogen bawaan biji. Hal ini membuktikan bahwa beberapa patogen mampu bertahan dalam biji setelah terinfeksi diareal pertanaman. Laporan-laporan oleh Maroch and Payne (1984) mengemukakan bahwa patogen bawaan

324

Page 3: 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

benih tidak semuanya menampakkan gejala namun ada juga yang tidak bergejala (symptomless) dan mampu menginvasi bagian internal biji. Schutless (2002) melaporkan bahwa benih jagung yang terinfeksi Aspergillus di lapangan akan menjadi sumber inokulum utama pada gudang-gudang penyimpanan dan dapat mengurangi mutu hasil jagung.

Dalam penelitian ini (Tabel 1) A. flavus dan A. niger adalah patogen dominan yang menginfeksi biji jagung dan berasal dari beberapa cara penyimpanan yang dilakukan oleh petani. Di Amerika dilaporkan bahwa A. flavus yang ditemukan pada permukaan tanah, hanya membutuhkan waktu sekitar 6 hari untuk menginfeksi bagian tongkol jagung (Huizar et al., 1990). Hipa cendawan A. flavus yang hinggap pada bagian jambul jagung, memudahkan infiltrasi ke bagian biji di lapang dan selanjutnya menjadi sumber inokulum awal sehingga selalu ditemukan pada tempat-tempat penyimpanan jagung.

Keadaan suhu di lapangan pada saat panen agak kering dan lembab di malam hari mendorong pertumbuhan miselia pada sisa tanaman sehingga menjadi sumber inokulum utama A. flavus. Ini menjadi penting artinya dalam hal kualitas biji jagung karena dapat mengeluarkan aflatoksin yang menjadi penyebab utama penyakit kanker pada hewan dan manusia (Bahri, 2001). Hal ini mengindikasikan bahwa A. flavus adalah patogen utama yang perlu mendapat perhatian dalam penanganannya terutama apabila produksi nasional jagung diarahkan untuk konsumsi pakan ternak dan komoditas ekspor. Spesies lain A. niger, pengaruhnya dalam kualitas adalah tidak berarti namun dapat pula mempengaruhi daya tumbuh benih-benih jagung (Ingantileke et al., 1999). Upaya pengendalian telah dicobakan di Thailand dan ditemukan Ammonia adalah efektif mengendalikan cendawan patogen A. flavus.

Tabel 1. Jenis cendawan patogen yang menginfeksi biji jagung dari sejumlah lokasi di Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusatenggara Timur.

No. Sam-pel

Kabupaten/DesaVarietas/

Galur

Jenis Patogen

Rhizo-Pus sp.

Fusa-rium sp.

A. fla-vus

A. ni-ger

Peni-cilli-um sp.

Tricho-derma

Re-Ino-

kulasi

I TATOR1 Batu Papan/Makale Lokal Putih - - + - - - +2 Batu Papan/Makale Lokal Putih - - + - - - +3 Batu Papan/Makale Lokal Putih - - - + - - +4 Tinori/Makale Lokal Putih - - + + - - +5 Talion/Salu Makale Lokal Putih - - - + - - +6 Talion/Salu Makale Lokal Putih - - - - - - -7 Talion/Salu Makale Lokal Putih - - - - - - -8 Talion/Salu Makale Lokal Putih + - - - - - +9 Limbung/Salu Putih Lokal Putih - - - - - - -

10 Salu Sura/Salu Putih Lokal Ungu - - - - - - -11 Tinori/Mangkendeh Lokal Ungu - - + - - - +12 Buato Limbung

MangkendehLokal Ungu - - - - - - -

13 Lembang/Mangasa J. Kuning - - - - - - -14 Mangkendeh Lokal Putih - - - - - - -15 Limbong/Mangkendeh Lokal Putih - - - - - - -

Lanjutan Tabel 1.

325

Page 4: 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Syahrir Pakki dan Syahrir Mas’ud : Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Cendawan

No. Sam-pel

Kabupaten/DesaVarietas/

Galur

Jenis Patogen

Rhizo-Pus sp.

Fusa-rium sp.

A. fla-vus

A. ni-ger

Peni-cilli-um sp.

Tricho-derma

Re-Ino-

kulasi

II ENREKANG16 Anggareja/Enrekang Lokal Putih - + + - - - +17 Ranga/Enrekang Lokal Putih - + + - - - +18 Tungkan/Enrekang Lokal Putih - - + - - - +19 Tungkan/Enrekang J. Kuning - - - + - - +20 Riso/Enrekang J. Kuning - - + - - - +21 Baban/Enrekang Lokal Putih - - - - - - +22 Tinga/Enrekan Lokal Putih - - - - + - +23 Baban/Enrekang J. Kuning - - + - - - +24 Suda/Enrekang Selatan J. Kuning - - - - - - -25 Malane/Enrekang

SelatanLokal Putih - + + - - - +

26 Taulan/Enrekang Selatan

J. Kuning - - + - - - +

27 Lendana/Enrekang Selatan

J. Kuning - - - - + - +

28 Karrang/Enrekang Selatan

J. Kuning - - + - - - +

29 Tumba/Enrekang Selatan

Lokal Putih - - + - - - +

30 Karrang/Enrekang Selatan

J. Kuning - - + - - - +

31 Papi/Enrekang Selatan J. Kuning - - + - - - +32 Papi/Enrekang Selatan Lokal Putih - - + - - - +III JENEPONTO33 Tompo Bulu/Kelara J. Kuning - - + - - - +34 Rumbia/Kelara J. Kuning - - + - - - +35 Rumbia/Kelara J. Kuning - - + - - - +36 Rumbia/Kelara J. Kuning - - - - - - -37 Bontomanai/Kelara J. Kuning - - - - - - -38 Bontomanai/Kelara Lokal Putih - - + - - - +

IV SINJAI39 Sangiasseri/Sinjai

SelatanJ. Kuning - - + - - - +

40 Sangiasseri/Sinjai Selatan

Lokal Putih - - + - - - +

41 Sangiasseri/Sinjai Selatan

Lokal Putih - - + - - - +

42 Sangiasseri/Sinjai Selatan

Lokal Putih - - - - - - -

43 Polewali/Sinjai Selatan Lokal Putih - - - - - - -44 Polewali/Sinjai Selatan J. Kuning - + - - - - +45 Puncak/Sinjai Selatan Lokal Putih - + + - - - +46 Puncak/Sinjai Selatan Lokal Putih - - + - - - +47 Jatie/Sinjai Selatan J. Kuning - - - + - - +48 Jatie/Sinjai Selatan Lokal Pulut - - - + - - +49 Samaenre/Sinjai

TengahLokal Pulut - - - + - - +

50 Samaenre/Sinjai Tengah

Lokal Pulut - - + - - - +

51 Mannanti/Tellu Limpoe J. Kuning - - - + - - +Lanjutan Tabel 1.

326

Page 5: 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

No. Sam-pel

Kabupaten/DesaVarietas/

Galur

Jenis Patogen

Rhizo-Pus sp.

Fusa-rium sp.

A. fla-vus

A. ni-ger

Peni-cilli-um sp.

Tricho-derma

Re-Ino-

kulasi

V BULUKUMBA52 Tanete/Bulukumba J. Kuning - - - + - - +53 Palampang/Bulukumba J. Kuning - - - - - - -54 Palampang/Bulukumba Lokal Putih - + - - - - +

VI WAJO55 Gancenge Lokal Putih - + - - - - +56 Rumpia Lokal Putih - + + - - - +57 Tua Lokal Putih + - - - - - +58 Tengnga Lokal Putih - + - - - - +59 Tosora Lokal Putih - - - - - - -60 Taji Lokal Putih + - - - - - +61 Labojo Lokal Putih - - + - - - +62 Bantodong Lokal Putih - - + - - - +63 Jatie J. Kuning - - + - - - +64 Tosora Lokal Putih - - + - - - +65 Attapange Lokal Putih - - + - - - +66 Jatie Lokal Putih + - - - - - +67 Tosora Lokal Putih - + - - - - +68 Paria Lokal Putih - - + - - - +69 Mente Lokal Putih - + - - - - +70 Tosora Lokal Putih - - - - - - -71 Leccenge Lokal Putih - - + - - - +72 Cinasih Lokal Putih - - + - - - +73 Tosaro Lokal Putih - - + - - - +74 Wajo-Wajo Lokal Putih - - - - - + +

VII BARRU75 Mengempang/Barru J. Kuning - - + - - - +76 Palakka/Barru Lokal Pulut - - + - - - +77 Palakka/Barru Lokal Putih - - + - - - +78 Libureng/Tanete Riaja Lokal Putih - - - - - - +79 Libureng/Tanete Riaja Lokal Putih - - + - - - -80 Lalolangi/Tanete Riaja Lokal Putih - - + - - - +81 Lalolangi/Tanete Riaja Lokal Putih - - + - - - +82 L. Tengah/Tanete Riaja Lokal Putih - - + - - - +83 L. Tengah/Tanete Riaja Lokal Putih - - + - - - +84 Ralla/Tanete Riaja Lokal Pulut + - + - - - +85 Ralla/Tanete Riaja J. Kuning + - - - - - +86 Tompo/Tanete Rilau Lokal Putih - - - + - - +87 Tompo/Tanete Rilau Lokal Pulut + - - - - - +88 Matajang/Tanete Rilau Lokal Putih + - - - - - +89 Matajang/Tanete Rilau Lokal Pulut - + - - - - +90 Tellumpanua/Tanete

RilauLokal Putih + - - - - - +

VIII BANTAENG91 Bontotiro/Bissapu J. Kuning - - + - - - +92 Bontotiro/Bissapu J. Kuning + - - - - - +93 Bontotiro/Bissapu C7 - - + - - - +94 Bontotiro/Bissapu Lokal Ungu - - - - - - -

Lanjutan Tabel 1.

327

Page 6: 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Syahrir Pakki dan Syahrir Mas’ud : Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Cendawan

No. Sam-pel

Kabupaten/DesaVarietas/

Galur

Jenis Patogen

Rhizo-Pus sp.

Fusa-rium sp.

A. fla-vus

A. ni-ger

Peni-cilli-um sp.

Tricho-derma

Re-Ino-

kulasi

95 Bontomanai/Bissapu J. Kuning - - + - - - +96 Bontomanai/Bissapu C7 - - - - - - +97 Bontorita/Bissapu J. Kuning + - + - - - +98 Lempangan/Pajukukang Lokal Pulut + - - - - - +99 Gantarang/Pajukukang Lokal Putih + - - - - - +

100 Lempangan/Pajukukang C7 - - + - - - +101 Gantarang/Pajukukang J. Kuning - - + - - - +102 Mallilingi/Bantaeng BC2 - - + - - - +103 Ulugalung/Bantaeng Lokal Putih + - + - - - +104 Ulugalung/Bantaeng J. Kuning - - + - - - +105 Lembang/Tompobulu Lokal Pulut - - - - - - +106 Tanaloe/Tompobulu Lokal Putih + - + - - - +107 Tanaloe/Tompobulu Lokal Pulut - - - - - - -108 Tanaloe/Tompobulu J. Kuning - - + - - - +109 Tanaloe/Tompobulu J. Kuning - - + - - - +110 Tanaloe/Tompobulu Lokal Pulut - - + - - - +111 Bontosapiri/Eremerasa Lokal Putih - - + + - - +112 Tombolo/Pajukukang Lokal Pulut - - - - - - +113 Tombolo/Pajukukang J. Kuning - - + - - - +IX SOPPENG

114 Goarie/Marioriawa J. Kuning - - - + - - +115 Goarie/Marioriawa Lokal Putih -*) - - - - + +116 Goarie/Marioriawa J. Manis - - - + - - +117 Marioritengngae/

MarioriawaLokal Putih - - - - + - +

118 Marioritengngae/Marioriawa

Lokal Putih - - - - - - -

119 Marioritengngae/Marioriawa

Lokal Pulut - - - - - - -

120 Mallekana/Marioriawa Lokal Pulut - - - - - - -121 Tetti Cenranae/

MarioriawaJ. Kuning - - - - - - -

122 Tetti Cenranae/Marioriawa

Lokal Pulut - - - - - - -

123 Cangko/Marioriawa Baku-Baku - - + - - - +124 Watutoa/Marioriawa Lokal Putih - - - - - - -125 Watu/Marioriawa Lokal Pulut - - - - - - -126 Watu/Marioriawa Lokal Putih - - - - - - -127 Marioriaja/Marioriawa J. Kuning - - - - - - -128 Waepute/Marioriawa J. Kuning + - - - - - -129 Waepute/Marioriawa J. Kuning - - - + - - +

X MAROS130 Balitsereal/Lau Gumarang - + - - - - +131 Balitsereal/Lau Bisma - + - - - - +132 Balitsereal/Lau No. 8 - - - - - - -133 Balitsereal/Lau Pulut Lokal - - - - - - -134 Balitsereal/Lau BISI-4 - - - - - - -135 Balitsereal/Lau J1-C2 - - - - - - -136 Balitsereal/Lau Lokal - - - - - + +*) Terdapat infeksi Colectoricum sp.

Lanjutan Tabel 1.

328

Page 7: 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

No. Sam-pel

Kabupaten/DesaVarietas/

Galur

Jenis Patogen

Rhizo-Pus sp.

Fusa-rium sp.

A. fla-vus

A. ni-ger

Peni-cilli-um sp.

Tricho-derma

Re-Ino-

kulasi

137 Balitsereal/Lau Pioneer 8 - + - - - - +138 Balitsereal/Lau Ppe 9923 - - - - - - -139 Balitsereal/Lau Lamuru - - + + - - +140 Balitsereal/Lau MSHK(S1)

C1-15- + - - - - +

141 Balitsereal/Lau J. Manis - - + + - - +142 Balitsereal/Lau Semar 9 - - + + - - +143 Balitsereal/Lau Semar 8 - + - - - - +144 Balitsereal/Lau K2-C3 - + - - - - +145 Balitsereal/Lau K1-C3 - + - - - - +146 Balitsereal/Lau J1-C3 - - + - - - +147 Balitsereal/Lau Semar 9 - - + - - - +148 Balitsereal/Lau Antasena - - - + - - +149 Balitsereal/Lau IPB 3 - - - + - - +

XI GORONTALO150 Sidondo/Sidomulyo C7 - + - - - - +151 Talangko/Anggerek C7 - - + + - - +152 Boneo/Paepyana C7 - - - + - - +153 Bonyo Kelawat/Limboto Lokal - - - - - - -154 Pilomagaue/Tapa Palo - - - + - - +155 Satria/Matilongi C7 - - + - - - +156 Suka Makmur/Marisa C7 - - - - - - -157 Tolongio/Anggerek Pioneer + - - - - - +158 Mucoliola/Tolongomula Lokal Putih - - + - - - +159 Tolotia/Tibawa Lokal Putih - - - - + - +160 Telaga Biru/Tilae C7 - - - - + - +161 Pulu Balo/Tibawa L. Kuning - - - - + - +162 Helema/Neotileneo C7 - - - - - - +163 Inbadu/Randaga C7 - - - - + - +164 Temilo/Lumbah L. Kuning - - + - - - +165 Dumati/Tilae C7 - - + - - - +166 Yosoyori/Limboto BISI-2 - - + - - - +167 Monyoali/Paguyama C7 - - + - - - +168 Maiawa/Bualemo Lokal - - - - - - +169 Binyongi/Limboto C7 - - - - - - -170 Tobango/Batudea C7 - - - + - - +171 Pangea/Wonosari C7 - - - - - - -172 Butohe/Kabilo Lokal Putih - - - - - - -173 Butomya/Bualemo Lokal Putih - - - + - - +174 Sidodadi/Paguyama Lokal Putih - - - + - - +175 Tobango/Batudea C7 - - - - - - +176 Tubea/Bongoume C7 - - - - - - +

XII KAB. BOALEMO177 Paevai/Baibua C7 - + + - - - +178 Pangea/Wonosari C7 - - - + - - +179 Bontu/Paeyoru BISI-2 - - - + - - +

Lanjutan Tabel 1.

329

Page 8: 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Syahrir Pakki dan Syahrir Mas’ud : Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Cendawan

No. Sam-pel

Kabupaten/DesaVarietas/

Galur

Jenis Patogen

Rhizo-Pus sp.

Fusa-rium sp.

A. fla-vus

A. ni-ger

Peni-cilli-um sp.

Tricho-derma

Re-Ino-

kulasi

PROPINSI NTTXIII KABUPATEN TTU180 Nibaaf/Nocmuti Lokal Putih - - + - - - +181 Naola/Miomafo L. Kuning - - + - - - +182 Sunkaei/Miomafo L. Kuning - - - + - - +183 Sunkeai/Miomafo Lokal Putih - - - - - - -184 Tafenfal/Insona Lokal Putih - - - - - - -185 Eba/Biboksiselatan Pemmose - - + - - +186 Eba/Biboksiselatan Lokal Putih - - + - - - +187 Eba/Biboksiselatan Hibrida(H6) - - + - - - +188 Kapiter/Malaka Pemmolo

Tuke- - - + - - +

189 Kapiter/Malaka Lokal Putih - - - - - - -190 Boronabaer/Biboki L. Kuning - - - + - - +191 Hanteas/Biboki L. Kuning - - - - - - -

KABUPATEN TTS192 Tafenfal/Insona Lokal Putih - - - - - - -193 Toineke/Amanuberu

SelatanPenliat - - + - - - +

194 Toineke/Amanuberu Selatan

Penmati Palu

- - - - - - -

195 Koifatu/Amanuberu Selatan

Penkikis - - + - - - +

196 Robele/Amanuberu Selatan

L. Kuning - - + - - - +

197 Mio/Amanuberu Selatan Lokal Putih - - - - - - -XIV KAB. KUPANG/BELU198 Ekakel/Fatuleu Lokal Putih - - + - - - +199 Camplory/Fatuleu Kalingga - - + - - - +200 Belu/Fatuleu L. Merah - - + - - - +201 Doma/Doma L. Merah - - + + - - +202 Doma/Doma L. Merah - - + - - - +Keterangan :

+ = Terinfeksi pathogen- = Tidak ada gejala infeksi pathogen pada isolasi awal pada kertas steril

Hasil uji Postulach Koch, dari isolat patogen yang dimurnikan pada biji sehat memperlihatkan bahwa semua jenis cendawan patogen tersebut mempelihatkan gejala sesuai dengan gejala awal pada saat isolasi (Tabel 1). Hal ini membuktikan bahwa cendawan tersebut adalah positif identifikasi positif, mengikuti Illustrasi Genera of Infected Fungi dan dapat menginfeksi biji. Gejala visual A. flavus berwarna hijau dan A. niger bewarna hitam, gejala tersebut

sangat jelas apabila ditumbuhkan pada media Potato Dekxtrosa Agar. Ini sesuai yang dilaporkan oleh Rane et al. (2001), yang selanjutnya melaporkan bahwa Aspergillus flavus sangat lebat perkembangannya pada keadaan cuaca panas, kering dan tumbuh pada kelembaban lebih dari 18 %, konidia ada yang lepas dan ada yang melekat pada ujung hipa berjumlah lebih dari tiga konidia (Gambar 1).

330

Page 9: 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Gambar 1. Bentuk spora beberapa patogen terbawa benih pembesaran 10 x 10 : a) Tricoderma, b) Aspergillus, c) Fusarium dan d) Colectotrichum.

Jenis cendawan patogen lainnya yang ditemukan adalah Rhizopus sp., Fusarium sp, Penicillium sp, Trichoderma. Penicillium, dan Colectotrichum konidianya berbentuk bulat kecil berada dalam ujung hipa dan pada media PDA berwarna putih kehitam-hitamanan.

Pada biji fusarium sp berwarna merah jambu agak kemera-merahan, biasanya tidak tampak apabila tidak diperhatikan secara teliti. Gejala tersebut sangat jelas pada media PDA, terkadang didapati pada biji yang sudah busuk. Gejala tersebut sesuai yang dilaporkan Schutless (2001) dan Semangun (1991) bahwa warna biji bervariasi dari warna merah jambu sampai warna coklat kemerahan dan agak kelabu. Bentuk konidia seperti bulan sabit bersekat 1- 6 skat. Bahri et al. (1989) melaporkan bahwa spesies Fusarium gramineum dapat membentuk racun-racun dioksinivalenol dan dapat menyebabkan kemandulan pada hewan ternak. Racun-racun tersebut dapat berkembang pada tanaman dan dapat pula berkembang dalam biji jagung.

Cendawan Trichoderma sp. gejala visualnya dari biji terkadang tidak jelas, namun bila diperhatikan di bawah kaca

pembesar, akan tampak warna hijau pada biji dan klobot jagung. Pada media PDA sangat jelas berwarna hijau tua. Konidia berbentuk bulat kecil, terpisah-pisah, ada yang bersatu dan dalam jumlah 4- 6 pada ujung hipa.

Gejala visual Rhizopus sp pada biji jarang ditemukan, namun setelah ditumbuhkan pada kertas steril, akan nampak keputih-putihan, demikian pula pada media PDA. Pertumbuhan miselia agak cepat, halus dan putih. Konidia berbentuk lonjong dan lebih memanjang dibanding Rhizopus.

KESIMPULAN

Terdapat tujuh jenis cendawan patogen bawaan benih pada jagung yang teridentifikasi pada biji jagung dari 202 lokasi di 14 kabupaten, sentra per-tanaman jagung pada propinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur yaitu Rhisopus spp., Fusarium spp., A. flavus, A. niger, Penicillium, danTrichoderma.

Patogen bawaan benih yang perlu dicermati yaitu Aspergillus flavus dan Fusarium, sebarannya cukup luas dan berpotensi sebagai sumber utama sebagai

331

Page 10: 50. Inventarisasi Dan Identifikasi Syahrir Pakki (1)

Syahrir Pakki dan Syahrir Mas’ud : Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Cendawan

penyebab menurunnya kualitas benih jagung yaitu dapat mengeluarkan toksin Aflatoksin dan Fumonisin sebagai penyebab kanker dan kemandulan pada ternak hewan.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S., E, Ratigon, R. Maryan, dan Ng. Ginting. 1989. Kandungan mikotoksin Fusarium secara alamiah pada akar, batang dan daun tanaman jagung. Kongres Nasional PFI Denpasar Pp. 160 – 164.

Bahri, S. 2001. Mewaspadai cemaran mikotoksin pada bahan pangan, pakan, dan produk peetrnakan di Indonesia. Journal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 20(2): 5564.

Burnett, H.L. and Hunter, B.B. 1972. Illustrated Genera of infect Fungi. Burgess Publishing Company, Minnesota. 241 p.

Huizar, H.E. Bertke, C.C. Klech, M.A. Aranson, J.R. 1990. Cytochemical localization and ultra structure of Aspergillus flavus in cotton seed. Mycopathologiest 110(1):43-50.

Ingantileke, S., Surapark, P., and F. Escalente. 1999. Farm level treatment to control aflatoxin development in crib stores maize cobs in Mesa B de, ed grain post harvest systems. Proceeding of the Tenth Asean Technical Seminar on Grain Post Harvest Technology. Bangkok Thailand.

Muis, A., Syahrir Pakki, dan A. Haris Talanca 2002. Inventarisasi dan

Identifikasi cendawan yang menyerang biji/benih jagung. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit. Balitsereal .

Maroch and G.A. Payne. 1984. Preharvest infection of corn silk and kernels by Aspergillus flavus. Phytopathology 74(11):1284-1289.

Oren, L., S. Wzrarti, D. Cohen, and A. Sharon. 2003. Events in the Fusarium verticilliodies – Maize interaction characterized by using a green flurescent protein. Experessing Transgenic Isolate. Applied and Environmental Microbiology. P.1695-1701.

Rane, K., G/ Ruhi, and Selllers. 2001. Crop Diseases in corn soybean and wheat. Dept of botany and Plant Pathology Purdue. University West Lavoyette.

Schutless, F., Cardwell, K.F., and A. Gounou. 2002. The effect of endopytie Fusarium vertcilliodies on infestation of two maize varieties by Lepidoptera Stemborer and Coleoptera graind feeders. The American Phytopathologycal Society.

Semangun, H. 1991 Penyakit-Penyakit tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University Press. 440 hal.

Stack, J. 2000. Grain mold and mycotoxins in corn. University of Nebraska – Lincoln and the United States Rep. of Agricultural.

332