Laporan Inventarisasi GRK dan -...

117

Transcript of Laporan Inventarisasi GRK dan -...

Page 1: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi GRK danMonitoring, Pelaporan dan Veriikasi

2017

2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIMDIREKTORAT INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING, PELAPORAN DAN VERIFIKASI

CO2CH4

N20CFC

HFCs

SF6

Page 2: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 i

Ringkasan Eksekutif Indonesia telah menyatakan komitmennya pada Conference of Parties (COP) 15

tahun 2009 untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% (dengan usaha

sendiri) dan sebesar 41% (jika mendapat bantuan internasional) pada tahun 2020.

Komitmen Indonesia tersebut diperkuat melalui dokumen Nationally Determined Contribution

(NDC) Republik Indonesia yang pertama pada bulan November 2016 dengan ditetapkannya

target unconditional sebesar 29% dan target conditional sampai dengan 41% dibandingkan

skenario business as usual (BAU) di tahun 2030. Secara nasional, target penurunan emisi

pada tahun 2030 berdasarkan NDC adalah sebesar 834 juta ton CO2e pada target

unconditional (CM1) dan sebesar 1,081 juta ton CO2e pada target conditional (CM2). Untuk

memenuhi target tersebut, secara nasional telah dilakukan berbagai aksi mitigasi pada

semua sektor oleh penanggung jawab aksi mitigasi.

Untuk memberikan informasi tentang pencapaian target dari komitmen NDC, juga

sebagai kontrol terhadap progress capaian NDC, serta sebagai pelaksanaan Peraturan

Presiden No 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca

Nasional (GRK), Pemerintah Indonesia menyelenggarakan inventarisasi GRK Nasional,

serta Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (MPV), dengan mengacu pada Intergovernmetal

Panel on Climate Change (IPCC) Guidelines Tahun 2006. Penghitungan dilakukan terhadap

4 (empat) kategori sumber emisi atau sektor, yaitu energi, proses industri dan penggunaan

produk, pertanian dan kehutanan serta perubahan penggunaan lahan lainnya, serta

pengelolaan limbah.

Untuk memberikan informasi tentang proses, progres dan hasil inventarisasi GRK

serta MRV semua sektor sampai dengan 2016, maka disusun laporan Inventarisasi GRK

dan MPV Tahun 2017. Laporan ini menyampaikan informasi tentang kelembagaan

inventarisasi GRK yang mencakup sumber emisi per, penanggungjawab aksi per-sektor dan

metodologi yang dipakai. Laporan ini juga menyampaikan informasi terkait kelembagaan

MRV untuk penghitungan GRK dan metodologi verifikasi yang dilakukan. Laporan juga

menyampaikan hasil perhitungan emisi tahun 2000-2016 dan capaian penurunan emisi

terverifikasi sampai dengan tahun 2016.

Hasil perhitungan inventarisasi gas rumah kaca nasional menunjukkan tingkat emisi

GRK di tahun 2016 menjadi sebesar 1.514.949,8 GgCO2e, meningkat sebesar 507.219

GgCO2e dibanding tingkat emisi tahun 2000, atau mengalami peningkatan sebesar 2,9%

per tahun selama periode tahun 2000-2016. Sedangkan kontribusi penurunan emisi secara

nasional pada tahun 2016 terhadap target yang ditetapkan dalam NDC tahun 2030 adalah

sebesar 8,7% dari target penurunan emisi sebesa 834 Juta Ton CO2e atau 29% dari BAU.

Kontribusi dimaksud berasal dari sektor energi sebesar 3,28%, sektor IPPU sebesar 0,23%,

sektor kehutanan sebesar 4,71%, sektor pertanian -0,1%, dan sektor limbah sebesar 0,57%.

Laporan ini disusun sebagai implementasi Paris Agreement dalam bentuk pelaporan

capaian komitmen NDC Indonesia. Selain itu laporan ini disusun dalam rangka membangun

upaya dan semangat bersama para pihak baik di tingkat nasional maupun global. Secara

nasional penyusunan laporan ini telah melalui tahapan penyediaan data, manajemen data

serta pengendalian dan penjaminan mutu. Dilakukan oleh Kementerian LHK bersama-sama

dengan Kementerian/Lembaga terkait selaku penanggung jawab sektor, Kementerian

Perekonomian, dan Bappenas.

Page 3: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 ii

Executive Summary Indonesia has declared its commitment to the UNFCCC Conference of Parties (COP)

15, 2009 in Copenhagen to reduce the country Greenhouse Gases (GHG) emissions by

26% (by its own efforts) and by 41% (with additional international support) by 2020. Post

Paris Agreement, Indonesia has strengthened its commitment through the first Nationally

Determined Contribution (NDC) submitted to the UNFCCC in November 2016 with the

unconditional target of 29% and conditional targets up to 41% over the business as usual

(BAU) scenario by 2030. At the national stage, the emission reduction targets by 2030 based

on the NDC is of 834 million tonnes of CO2e under the unconditional target (CM1) and of

1.081 million tonnes of CO2e under the conditional target (CM2). To meet these targets,

various mitigation actions have been carried out in all sectors.

To provide information on the process, progress and results of the GHG inventory

and the MRV for all sectors up to 2016, a report on GHG inventory and MRV 2017 has been

prepared. This report presents information regarding institutional arrangement made for

GHG inventory, including emission source, responsible sector and methodology used. The

report also conveys information relating to MRV institutionalization and methodological

approach used for verification. The report also conveys the results of 2000-2016 emissions

estimation and its verification processes up to 2016.

In total, the GHG emissions of 2016 is 1.514.949,8 GgCO2e, which is increasing

507.219 GgCO2e compared to GHG emissions on 2000, in the other words it is increasing

2,9% per year during the periods of 2000-2016. Meanwhile, the contribution of emission

reduction on 2016 is 8,7% to the target of 834 MTon CO2e or 29% emission reduction

compared to BAU in 2030 as written in NDC. This amount of contribution comes from the

energy sector by 3,28%, IPPU sector by 0,23%, forestry sector by 4,71%, agriculture sector

by -0,1%, and waste sector by 0,57%.

with achievement of verified emission reduction about 8.7% of the emission reduction

target in 2030 (874 Million Ton CO2e or 29%).

This report has been prepared as an effort to implement the Paris Agreement

through the achievements of Indonesia's NDC commitment. In addition, this report is

prepared with spirit of building collaboration among parties both at the national and global

levels. At last, the preparation of this report has been through the processes of providing

data, data management and quality control and quality assurance, conducted by the Ministry

of LHK, as the National Focal point of UNFCCC, with other relevant Ministries/Institutions,

including Ministry responsible for each sector, the Ministry of Economy, and BAPPENAS

(Ministry of National Development Planning).

Page 4: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 iii

SAMBUTAN

Bentuk nyata komitmen di bawah Persetujuan Paris, Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement dengan UU Nomor 16 tahun 2016 dan menyampaikan Nationally Determined Contribution (NDC) dengan target penurunan emisi sebesar 29% dari BAU 2030 dengan upaya sendiri, dan sampai dengan 41% dengan bantuan internasional.

Indonesia telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk mengurangi emisi dari sektor berbasis lahan maupun non lahan. Dalam kontek pemantauan implementasi NDC, telah saya tandatangani Surat Keputusan terkait pedoman yang mengatur ruang lingkup kegiatan, pengaturan kelembagaan dan mekanisme

pemantuan implementasi NDC pada masing-masing sektor dalam rentang waktu tahun 2017 – 2019 (pra-2020) dan tahun 2020 – 2030 (pasca 2020).

Selain itu, untuk memenuhi persyaratan pelaporan emisi, di penghujung akhir tahun 2017 telah dikeluarkan berbagai regulasi setingkat Peraturan Menteri terkait Pedoman Penyelenggaraan dan Pelaporan IGRK Nasional, Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi untuk Aksi dan Sumber Daya Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim, Tata Cara Pelaksanaan REDD+ dan Penyelenggaraan Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim.

Tentunya berbagai kebijakan dan regulasi tersebut harus dibarengi dengan ujud konkrit melalui pendataan aksi mitigasi, tingkat dan status emisi GRK serta penurunan emisi GRK secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan yang ditujukan untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan dari waktu ke waktu menuju pencapaian target NDC 2030. Hal ini sangat penting, mengingat adanya tuntutan penyusunan pelaporan Indonesia kepada sekretariat UNFCCC melalui Biennial Update Report (BUR), National Communication (NatCom) dan National Determined Contributions (NDC). Selain itu juga diprgunakan dalam pelaporan nasional terkait lainnya.

Untuk itu, saya sangat bangga dengan dengan terbitnya buku laporan ini yang dapat memberikan gambaran profil emisi GRK dan aksi mitigasi yang telah dilakukan beserta capaian kontribusi penurunan emisi GRK yang terverifikasi. sebagai tanggung jawab Indonesia kepada dunia internasional dan kepada seluruh masyarakat terkait pengendalian perubahan iklim.

Akhir kata, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Tentunya saya berharap kerjasama dalam penyediaan data dan sumbangsih pemikiran untuk langkah perbaikan ke depan akan terus terjalin guna mewujudkan komitmen Indonesia menuju pencapaian NDC 2030.

Terima kasih. Jakarta, Desember 2017 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc

Page 5: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 iv

KATA PENGANTAR

NDC Indonesia menggambarkan transisi dan komitmen peningkatan

aksi menuju pembangunan rendah emisi dan berketahanan iklim periode 2015-2019 yang menjadi landasan untuk menentukan tujuan lebih ambisius pasca-2020 dalam rangka pencegahan kenaikan

temperature global sebesar 2oC dan berupaya membatasi kenaikan

temperature global sebesar 1,5oC dibandingkan masa pra-industri.

Dalam konteks nasional telah ditetapkan strategi implementasi NDC yang terbagi ke dalam 9 (sembilan) program mulai dari persiapan sampai tahap akhir termasuk review dan pembaruan komitmen dalam NDC pada setiap periode yang ditentukan.

Dalam pemantauan progres implementasi NDC dan review menjelang tahun 2020 serta adjustment NDC, diperlukan upaya monitoring dan evaluasi terhadap capaian penurunan emisi secara berkala yang diperoleh dari angka baseline 2010-2030 dengan hasil penghitungan inventariasasi GRK. Perolehan angka penurunan emisi GRK tersebut, perlu diterjemahkan kedalam bentuk aksi mitigasi yang telah dilakukan oleh Kementerian/ Lembaga, dunia usaha, maupun penanggungjawab aksi lainnya yang selanjutnya dilakukan proses MRV (Measurement, Reporting and Verification).

Cakupan data dan informasi tersebut selanjutnya diterjemahkan secara lengkap untuk memberikan gambaran Profil emisi GRK yang meliputi : 1. Nilai emisi baseline periode 2010-2030 dengan baseline tahun 2010 sebesar 1.334 Juta

Ton CO2e dan baseline tahun tahun 2030 sebesar 2.869 juta Ton CO2e, dimana angka emisi GRK per tahun diperoleh dari pemodelan yang di evaluasi setiap 5 tahun.

2. Data penghitungan inventarisasi GRK tahun 2010 – 2016. 3. Capaian penurunan emisi GRK terverifikasi dari aksi mitigasi yang dilakukan oleh

Kementerian/ Lembaga pada tahun 2015-2016. Beranjak dari permasalahan dalam penyediaan dan kualitas data serta metodologi penghitungan capaian penurunan emisi GRK, laporan ini juga menyajikan tindaklanjut perbaikan ke depan (plan of improvement). Keberadaan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan strategi ke depan menuju pencapaian NDN tahun 2030. Selain itu, data dan informasi yang telah disajikan merupakan langkah awal dalam mewujudkan “Kebijakan Satu Data Emisi GRK” dalam penyediaan kebutuhan data dan informasi yang kredibel dengan mengikuti kaidah Clarity, Transparency, Understanding (CTU) dan diakui di tingkat internasional.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang berkontribusi dalam penyusunan Laporan Profil Emisi GRK dan Capaian Penurunan Emisi GRK. Jakarta, Desember 2017 Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/ National Focal Point untuk UNFCCC

Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc

Page 6: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 v

TIM PENYUSUN

Pengarah: Nur Masripatin

Penanggungjawab: Joko Prihatno

Penyusun:

1. Budiharto

2. Dida Mighfar Ridha

3. Belinda Arunarwati M

4. Hari Wibowo

5. Franky Zamzani

6. Akma Yeni Masri

7. Wawan Gunawan

8. Vinna Prescylia

9. Fifi Novitri

10. Rully Dora Sirait

11. Syaiful Lathif

ISBN:

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang menggunakan isi maupun memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, baik

dalam bentuk fotocopy, cetak, micro film, elektronik maupun bentuk lainnya, kecuali untuk

keperluan pendidikan atau non-komersial lainnya dengan mencantumkan sumbernya

sebagai berikut:

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Direktorat Jenderal Pengendalian

Perubahan. Direktorat Inventarisasi GRK dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (2018).

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca, Monitoring, Pelaporan, dan Verifikasi Nasional

Tahun 2017.

Diterbitkan oleh:

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Direktorat Inventarisasi GRK dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi. Jl. Jend. Gatot Subroto, Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lt. 12 Jakarta 10270, Indonesia Telp/Fax: 021 57903073.

Page 7: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 vi

DAFTAR ISI

Hal Ringkasan Eksekutif…………………………………………………………………......…… Executive Summary…………………………………………………………………......…… Sambutan……………………………………………………………………......………….. Kata Pengantar ……………………………………………………………………......…… Tim Penyusun ……………………………………………………………………......…….. Daftar Isi ……………………………………………………………………......…………… Daftar Gambar ……………………………………………………………………......…….. Daftar Tabel……………………………………………………………………......…………

i ii iii iv v vi viii x

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1

BAB II. METODOLOGI ………………………………………………………………….. 3

2.1. METODOLOGI INVENTARISASI GRK….……………………………… 3

a. Kelembagaan Inventarisasi GRK ……………………………………... b. Metodologi Perhitungan Inventarisasi GRK ………………………...

3 8

2.2. METODOLOGI VERIFIKASI CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK… 16

a. Kelembagaan Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK…………. b. Metodologi Perhitungan Verifikasi …..……………………………….

16 17

BAB III. HASIL INVENTARISASI GRK NASIONAL…………………………………… 27

3.1. PROFIL EMISI GRK NASIONAL………………………………………... 27

3.2. PROFIL EMISI SEKTORAL……………………………………………. 28

3.2.1. Sektor Energi……………………………………………………….. 3.2.2. Sektor IPPU…………………….…………………………….......... 3.2.3. Sektor AFOLU………………………………………………………

3.2.3.1. Sektor Pertanian………………………………………… 3.2.3.2. Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lainnya.....……..

3.2.4. Sektor Limbah ………………………………………………………

29 39 48 49 60 71

BAB IV. HASIL CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK…………………………………. 77

4.1. PENURUNAN EMISI GRK NASIONAL………………………………… 77

4.2. PENURUNAN EMISI GRK SEKTORAL………………………………….. 77

4.2.1. Sektor Energi………………………………………………………. 4.2.2. Sektor IPPU ………………………………………………..………. 4.2.3. Sektor Kehutanan………………………………………...……….. 4.2.4. Sektor Pertanian…..………………………………………………. 4.2.5. Sektor Limbah………………………………………………………

77 81 82 83 84

BAB V. PENURUNAN EMISI TERVERIFIKASI……………………………………….. 86

5.1. PENURUNAN EMISI TERVERIFIKASI ………………………………… 5.1.1. Sektor Energi ………………………………………………………. 5.1.2. Sektor IPPU ………………………………………………………… 5.1.3. Sektor Kehutanan..………………………………………………… 5.1.4. Sektor Pertanian….………………………………………………… 5.1.5. Sektor Limbah ………………………………………………………

86 86 89 89 91 91

Page 8: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 vii

5.2. KONTRIBUSI PENURUNAN EMISI GRK TERHADAP TARGET NATIONALLY DETERMINED CONTRIBUTION (NDC)……………..

92

5.2.1 Kontribusi Penurunan Emisi GRK Sektoral …………………… 5.2.2 Kontribusi Penurunan Emisi GRK Nasional …………………..

92 97

BAB VI. RENCANA PERBAIKAN (PLAN OF IMPROVEMENT)………………….. 99

BAB VII. PENUTUP………………………………………………………………………… 102

DAFTAR PUSTAKA 103

Page 9: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 viii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Pengaturan Kelembagaan Inventarisasi GRK Nasional Menurut Perpres 71 Tahun 2011

7

Gambar 2. Skema MRV Nasional 17

Gambar 3. Profil Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2016 27

Gambar 4. Kategori Utama Sumber Emisi GRK (IPCC-2006 GL) 28

Gambar 5. Sumber Emisi GRK Dari Sektor Energi 29

Gambar 6. Sub Kategori Sumber Emisi GRK Dari Kategori Pembakaran Bahan Bakar

30

Gambar 7. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bahan Bakar Di Industri Energy

30

Gambar 8. Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bahan Bakar Pada Industri Manufaktur

31

Gambar 9. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bakar Sektor Transportasi

31

Gambar 10. Cakupan Emisi Fugitive Dari Produksi Bahan Bakar 32

Gambar 11. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Sumber Tahun 2000– 2016

36

Gambar 12. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Kegiatan Sub Sektor

Tahun 2000 – 2016

37

Gambar 13. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Tahun 2000-2016

37

Gambar 14. Sumber Emisi Dari Sektor IPPU 40

Gambar 15. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Mineral 41

Gambar 16. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Kimia 41

Gambar 17. Cakupan Sumber Emisi sektor IPPU dari Produksi Petrokimia dan Carbon Black

42

Gambar 18. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Logam 42

Gambar 19. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Produk Non-Energi Dan Pelarut

43

Gambar 20. Cakupan Emisi GRK Dari Kategori Industri Lain 43

Gambar 21. Tingkat Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2000-2016 46

Gambar 22. Komposisi Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2015 47

Gambar 23.. Komposisi Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2016 47

Gambar 24. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sektor AFOLU 48

Gambar 25. Kategori Sumber Emisi Dalam IPCC Guidelines Sektor Pertanian 49

Gambar 26. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sektor Peternakan 50

Gambar 27. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Fermentasi Enterik Dan

Pengelolaan Kotoran Ternak Berdasarkan Jenis Ternak

50

Gambar 28. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pengelolaan Kotoran Ternak 51

Gambar 29. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sumber Agregat dan Sumber

Emisi Non-CO2 pada Lahan 52

Gambar 30. Emisi Dari Sektor Pertanian Menurut Kategori Tahun 2000-2016 54

Gambar 31. Tren Emisi Co2-e Dari Sektor Peternakan Tahun 2000-2016 55

Page 10: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 ix

Gambar 32. Emisi dari pembakaran biomassa pada periode 2000 – 2016 56

Gambar 33. Emisi CO2 dari aplikasi kapur di bidang pertanian tahun 2000-2016 56

Gambar 34. Emisi CO2 dari aplikasi pupuk urea 2000-2016 57

Gambar 35. Emisi N2O langsung dari tanah yang dikelola tahun 2000-2016 58

Gambar 36. Emisi N2O tidak langsung dari pengelolaan tanah tahun 2000-2016 58

Gambar 37. Emisi metana dari budidaya padi tahun 2000-2016 59

Gambar 38. Cakupan sumber emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya

61

Gambar 39. Emisi dari sektor kehutanan dan penggunaan lainnya tahun 2000-2016 (Gg CO2e) (Dengan Peat Fire)

67

Gambar 40. Emisi dari sektor kehutanan dan penggunaan lainnya tahun 2000-2016 (Gg CO2e) (Tanpa Peat Fire)

67

Gambar 41. Emisi dari Kebakaran Gambut 2000-2016 68

Gambar 42. Emisi Biomas Di Atas Permukaan Tanah Dari Kehutanan Dan Penggunaan Lahan Lainnya 2000-2016

69

Gambar 43. Emisi Dekomposisi Gambut 2000-2016 69

Gambar 44. Emisi GRK dari Kegiatan Pengelolaan Limbah 76

Gambar 45. Distribusi Emisi GRK Sektor Limbah Tahun 2016 76

Gambar 46. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Energi 93

Gambar 47. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor IPPU 94

Gambar 48. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Kehutanan

95

Gambar 49. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Pertanian

96

Gambar 50. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Limbah 97

Gambar 51. Grafik Kontribusi Penurunan Emisi Nasional (2010-2016) Terhadap Target NDC Tahun 2030

97

Gambar 52. Grafik Kontribusi Penurunan Emisi Nasional (2010-2016) Terhadap BAU, CM1, dan CM2

98

Page 11: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 x

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Kelembagaan Inventarisasi GRK Nasional 4

Tabel 2. Nilai GWP pada Second assessment report (SAR)yang Digunakan pada Perhitungan Inventarisasi GRK

9

Tabel 3. Pengklasifikasian kategori antara IPCC GL 2006 dan Tabel Kesetimbangan Energi

9

Tabel 4. Revisi Faktor Skala Jenis Tanah yang Berbeda dari Indonesia 13

Tabel 5. Faktor Skala Yang Disesuaikan Dengan Ekosistem Padi Dan Tata Air Indonesia

13

Tabel 6. Faktor Skala Untuk Varietas Padi Yang Berbeda Di Indonesia 13

Tabel 7. Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2016 28

Tabel 8. Emisi GRK Dari Kegiatan Energi Tahun 2000-2016 33

Tabel 9. Emisi GRK Per Subkategori Sektor Energi Tahun 2015 33

Tabel 10. Emisi GRK Per Subkategori Sektor Energi Tahun 2016 34

Tabel 11. Perhitungan Emisi GRK Sektor Energi Menggunakan Metoda Reference

Dan Sectoral Approach, Gg CO2-e

38

Tabel 12. Sumber Emisi Kunci Sektor Energi Tahun 2015 39

Tabel 13. Sumber Emisi Kunci Sektor Energi Tahun 2016 39

Tabel 14. Sumber Data Dan Dokumen Yang Digunakan Untuk Setiap Kategori

IPPU

44

Tabel 15. Emisi GRK Dari Sektor IPPU Tahun 2000-2016 45

Tabel 16. Emisi GRK Per Subkategori Sektor IPPU Tahun 2015 dan 2016 45

Tabel 17. Sumber Emisi Kunci Sektor IPPUTahun 2015 48

Tabel 18. Sumber Emisi Kunci Sektor IPPUTahun 2016 48

Tabel 19. Penyesuaian Kategori Tutupan Lahan KLHK dengan Kelas Penggunaan

Lahan IPCC

62

Tabel 20. Rerata pertumbuhan tahunan pada berbagai kategori penggunaan lahan 63

Tabel 21. Karbon stok dari biomassa diatas permukaan (AGB) untuk berbagai tipe penutupan lahan.

64

Tabel 22. Faktor emisi untuk dekomposisi gambut dari berbagai penutupan lahan 66

Tabel 23. Emisi dari sektor kehutanan dan penggunaan lainnya tahun 2000-2016

(Gg CO2e)

70

Tabel 24. Tipe Dan Sumber Data Sektor Limbah 72

Tabel 25. Komposisi Sampah di TPA 73

Tabel 26. Dry matter content sampah di TPA 73

Tabel 27. Parameter dan faktor emisi limbah cair domestik 74

Tabel 28. Karakteristik pengolahan limbah cair domestik 75

Page 12: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 xi

Tabel 29. Emisi GRK Dari Sektor Limbah Tahun 2000-2016 75

Tabel 30. Capaian Penurunan Emisi GRK Nasional 77

Tabel 31. Pernyataan (Klaim) Capaian Penurunan Emisi GRK dari Kementerian

ESDMTahun 2015 – 2016

78

Tabel 32. Pernyataan (Klaim) Capaian Penurunan Emisi GRK dari Kementerian

Perhubungan Tahun 2015 – 2016

80

Tabel 33. Pernyataan (Klaim) Capaian Penurunan Emisi GRK dari Kementerian

Perindusterian Tahun 2015 – 2016

82

Tabel 34. Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan Tahun 2015-2016 83

Tabel 35. Capaian Penurunan Emisi GRK dari Kementerian Pertanian Tahun

2015 – 2016

84

Tabel 36. Pernyataan (Klaim) Capaian Penurunan Emisi GRK dari Kementerian

LHK Tahun 2015 – 2016

85

Tabel 37. Capaian Penurunan Emisi Terverifikasi dari Aksi Mitigasi Sektor Energi 86

Tabel 38. Capaian Penurunan Emisi Terverifikasi dari Aksi Mitigasi Sektor Energi

Subsektor transportasi

88

Tabel 39. Capaian Penurunan Emisi Terverifikasi dari Aksi Mitigasi Sektor IPPU 89

Tabel 40. Hasil Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan

Tahun 2015-2016

90

Tabel 41. Kesesuaian antara Klaim dengan Verifikasi Capaian Penurunan Emisi

GRK Sektor Pertanian Tahun 2015-2016

91

Tabel 42. Kesesuaian antara Klaim dengan Verifikasi Capaian Penurunan Emisi

GRK Sektor Limbah Tahun 2015-2016

92

Tabel 43. Target Nationally Determined Contribution (NDC) Tahun 2030 92

Tabel 44. Progres capaian penurunan emisi GRK kategori Energi tahun 2010 –

2016 dengan Target NDC tahun 2030

93

Tabel 45. Progres capaian penurunan emisi GRK kategori IPPU tahun 2010 –

2016 dengan Target NDC tahun 2030

94

Tabel 46. Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan Tahun 2010

– 2016 dengan Target NDC tahun 2030

94

Tabel 47. Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Pertanian Tahun 2010 –

2016 dengan Target NDC tahun 2030

95

Tabel 48. Progres capaian penurunan emisi GRK kategori Limbah tahun 2010 –

2016 dengan Target NDC tahun 2030

96

Tabel 49. Kontribusi Pencapaian Target NDC (2010-2016) 97

Page 13: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 1

BAB I PENDAHULUAN

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam upaya mengatasi

perubahan iklim dengan mengesahkan Paris Agreement to the United Nation Framework

Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim) dengan Undang-Undang Nomor

16 Tahun 2016 pada tanggal 24 Oktober 2016. Dengan komitmen ini, Indonesia dengan

negara-negara di dunia secara bersama- sama berkomitmen untuk menjaga kenaikan suhu

global di bawah 2oC dan mendorong upaya untuk membatasi kenaikan suhu bumi lebih jauh

ke 1,5oC di atas tingkat pra industri.

Indonesia menyadari bahwa sebagai negara yang rawan terhadap dampak

perubahan iklim dan sekaligus negara yang bisa berkonstribusi dan berperan penting dalam

mengatasi perubahan iklim di tingkat global, maka upaya mengatasi persoalan ini menjadi

agenda utama dan penting untuk kelangsungan hidup di masa mendatang. Untuk itu, dalam

rangka mencapai tujuan Paris Agreement, Indonesia telah menyampaikan kontribusi target

penurunan emisi pada tahun 2030 dari baseline yang ditetapkan secara Nasional dan

disebut Nationally Determined Contribution (NDC). NDC ini mencakup aspek mitigasi,

adaptasi dan dukungan sumber daya seperti pendanaan, peningkatan kemampuan dan alih

teknologi. Pada periode pertama, target NDC Indonesia adalah mengurangi emisi sebesar

29% dengan upaya sendiri dan menjadi 41% jika ada kerja sama internasional dari kondisi

tanpa ada aksi (business as usual) pada tahun 2030. Komitmen NDC Indonesia untuk

periode selanjutnya ditetapkan berdasarkan kajian kinerja dan harus menunjukkan

peningkatan dari periode selanjutnya.

Isu strategis dalam NDC mencakup clarity, transparency, dan understandable. Paris

Pasal 1 Paris Agreement menyatakan bahwa dalam rangka membangun rasa saling

percaya dan keyakinan untuk mempromosikan implementasi NDC yang efektif, maka semua

negara menyepakati dibangunnya kerangka kerja transparansi (An enhanced Transparancy

Framework) untuk aksi (mitigasi dan adaptasi) dan support (pendanaan, teknologi, capacity

building), fleksibel dengan mempertimbangkan perbedaan kapasitas antar negara serta

dikembangkan berdasarkan pengalaman kolektif.

Sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden No 71 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional (GRK), Pemerintah Indonesia

telah menyelenggarakan inventarisasi GRK Nasional, serta Monitoring, Pelaporan, Verifikasi

(MPV). Penyelenggaraan inventarisasi gas rumah kaca dan MPV mengacu pada pedoman

yang ditetapkan Intergovernmetal Panel on Climate Change (IPCC Guidelines) Tahun 2006.

Inventarisasi gas rumah kaca dilakukan terhadap 4 (empat) kategori sumber emisi, yaitu

energi, proses industri dan penggunaan produk, pertanian dan kehutanan serta perubahan

penggunaan lahan lainnya, serta pengelolaan limbah.

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan dan dioperasionalisasikan dengan Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Nomor 18 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Pengendalian

Perubahan Iklim melaksakan kegiatan inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan

Monitoring, Pelaporan, Verifikasi.

Page 14: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 2

Inventarisasi gas rumah kaca (GRK) ditujukan untuk melaksanakan kegiatan

penyelenggaraan perolehan dan pemutakhirkan data dan informasi emisi GRK secara

periodik dari berbagai sumber emisi (source), serapan (sink), dan simpanan (stock).

Pelaksanaan kegiatan inventarisasi ini secara umum bertujuan untuk (i) mengetahui dan

memantau tingkat dan status emisi GRK, (ii) merancang dan mengevaluasi kegiatan mitigasi

perubahan iklim, serta (iii) menyusun laporan status emisi GRK nasional.

Sementara pelaksanaan kegiatan pengukuran, pelaporan dan verifikasi diperlukan

untuk menjamin bahwa kegiatan pengukuran, pelaporan, dan verifikasi penurunan emisi

GRK dari kegiatan aksi mitigasi perubahan iklim dilakukan sesuai prinsip-prinsip yang telah

diakui di tingkat internasional, dengan menggunakan metodologi yang dapat dikomparasi

dan diakui oleh para pihak penandatangan konvensi (UNFCCC, 1992). Pemerintah

Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 telah meratifikasi kerangka kerja

PBB untuk konvensi perubahan iklim (United Nations Framework Convention on Climate

Change, UNFCCC), sehingga secara resmi terikat dengan kewajiban kesepakatan dan hak

yang ditawarkan UNFCCC.

Laporan Inventarisasi GRK dan Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi Tahun 2017

disusun sebagai sarana untuk mengkomunikasikan hasil-hasil yang telah dicapai dari

pelaksanaan Inventarisasi GRK dan Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi, yang dalam

pelaksanaannya melibatkan Kementerian/Lembaga terkait, termasuk Bappenas dan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Pemerintah Daerah. Laporan ini

berisikan capaian hasil inventarisasi GRK, monitoring, pelaporan dan verifikasi serta

penurunan emisi yang terverifikasi sampai dengan tahun 2016.

Page 15: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 3

BAB II

METODOLOGI

2.1 METODOLOGI INVENTARISASI GRK

a. Kelembagaan Inventarisasi GRK

Pengaturan kelembagaan dalam pengembangan inventarisasi GRK menjadi sangat

penting untuk dapat memfasilitasi proses dan meningkatkan kualitas inventarisasi.

Pengaturan kelembagaan juga sangat penting dalam proses Quality Assurance dan Quality

Control (QA/QC) guna meningkatkan kualitas data aktivitas dan faktor emisi yang digunakan

serta pendokumentasian data dan informasi.

Mempertimbangkan pentingnya pengaturan kelembagaan dalam rangka

inventarisasi GRK, maka Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden

nomor 71 Tahun 2011 (Perpres 71/2011) tentang Penyelenggaraan Inventarisasi GRK

Nasional.

Disamping itu, dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015

tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Pasal 28 disebutkan bahwa

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) mempunyai tugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pengendalian

perubahan iklim, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria salah satunya dibidang

inventarisasi gas rumah kaca, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan

inventarisasi GRK, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi inventarisasi IGRK, serta

pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan inventarisasi GRK.

Pengaturan lebih lanjut, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 18

Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan, Pasal 882 mengatur bahwa Ditjen PPI menyelenggarakan fungsi yang terkait

dengan inventarisasi GRK meliputi perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan

kebijakan, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan

pelaporan dibidang penyelenggaraan inventarisasi GRK.

Perpres dan Peraturan Menteri LHK sebagaimana disebutkan di atas memandatkan

seluruh sektor dan pemerintah daerah dibawah koordinasi KLHK untuk mengembangkan

laporan pelaksanaan Inventarisasi GRK yang dapat digunakan dalam penyusunan Laporan

Inventarisasi GRK Nasional dan Internasional seperti National Communication (komunikasi

nasional) dan biennial update report (BUR). Lebih jauh, hasil dari inventarisasi GRK tersebut

akan digunakan pula untuk pengembangan kebijakan dan evaluasi pencapaian aksi mitigasi

penurunan emisi GRK.

Pengaturan kelembagaan yang diterapkan dalam inventarisasi GRK Nasional telah

diatur dalam Lampiran I Peraturan Menteri LHK Nomor P.73/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2017

tanggal 29 Desember 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pelaporan

Inventarisasi Gas Rumah Kaca, sebagaimana tabel di bawah ini.

Page 16: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 4

Tabel 1 Kelembagaan Inventarisasi GRK Nasional

1. EMISI GRK SEKTOR ENERGI KOORDINATOR SEKTOR : KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL (PUSAT DATA DAN TEKNOLOGI INFORMASI)

NO. SUMBER EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

1 Reference Approach Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

2 Pembangkit Listrik Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

3 Minyak dan Gas (Fuel + Fugitive)

Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

4 Pertambangan Batubara (Fuel + Fugitive)

Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

5 Transportasi Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

Kementerian Perhubungan

Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan

6 Energi di Industri Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan

Badan Pusat Statistik (BPS)

Direktorat Statistik Industri

7 Energi di area komersil

Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

8 Energi di area pemukiman

Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

2. EMISI GRK SEKTOR PROSES INDUSTRI DAN PENGGUNAAN PRODUK (IPPU) KOORDINATOR SEKTOR : KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP)

NO. SUMBER EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

1 Proses industri Kementerian Perindustrian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan LH, Pusat Data dan Informasi

Badan Pusat Statistik (BPS)

Direktorat Statistik Industri

2 Penggunaan produk Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

Page 17: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 5

3. EMISI GRK SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PENGGUNAAN LAHAN LAINNYA (AFOLU)

a. PERTANIAN

KOORDINATOR SEKTOR : KEMENTERIAN PERTANIAN (BIRO PERENCANAAN)

NO. SUMBER EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

1 Peternakan Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan; Pusat Data dan Informasi; Biro Perencanaan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan; Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS)

Direktorat Peternakan, Perikanan dan Kehutanan

2 Sumber Agregat dan Emisi Non CO2

Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian; Direktorat Jenderal Hortikultura; Direktorat Jenderal Perkebunan; Pusat Data dan Informasi; Biro Perencanaan; Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian; Balai Penelitian Lingkungan Pertanian;

Badan Pusat Statistik (BPS)

Direktorat Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan

b. KEHUTANAN DAN PENGGUNAAN LAHAN LAINNYA

KOORDINATOR SEKTOR : KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN (DIT. INVENTARISASI GRK DAN MPV)

NO. SUMBER EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari; Pusat Data dan Infromasi; Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Hutan; Dierktorat PKG, Ditjen PPKL

Kementerian Pertanian

Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian

Badan Informasi Geospasial (BIG)

Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik

Page 18: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 6

NO. SUMBER EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Pusfatja, Deputi Bidang Penginderaan Jauh

4. EMISI GRK SEKTOR PENGELOLAAN LIMBAH KOORDINATOR SEKTOR : KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN (DIT. PENGELOLAAN SAMPAH)

NO. SUMBER EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

1 Limbah padat domestic/Municipal Solid Waste (MSW)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Direktorat Pengelolaan Sampah

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Direktorat Pengembangan Sanitasi Lingkungan dan Pemukiman

2 Limbah cair domestik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Direktorat Pengendalian Pencemaran Air

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Direktorat Pengembangan Sanitasi Lingkungan dan Pemukiman; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman

3 Limbah padat industri (termasuk obat-obatan/limbah farmasi)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun

Kementerian Perindustrian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan LH; Pusat Data dan Informasi

4 Limbah cair industri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Sekretariat Ditjen. Pengendaian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan; Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3

Kementerian Perindustrian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan LH; Pusat Data dan Informasi; Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Penyegar; Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

Badan Pusat Statistik (BPS)

Direktorat Statistik Industri

Page 19: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 7

Sesuai mandat yang tercantum di Perpres 71/2011, penyusunan inventarisasi GRK

nasional melibatkan partisipasi aktif pemerintah sub-nasional (provinsi, kabupaten dan kota).

Namun demikian dalam pengembangan inventarisasi GRK nasional saat ini hanya

melibatkan K/L pusat. Dalam pengembangan inventarisasi GRK nasional, peran

pemenerintah daerah diperkuat secara berkelanjutan. Sehingga di masa depan,

pengembangan inventarisasi GRK akan dilengkapi melalui pendekatan top-down dan

bottom-up, agar dapat dibandingkan perhitungan yang dilakukan di tingkat nasional dengan

agregasi hasil perhitungan yang dilakukan pemerintah daerah. Pengembangan sistem

inventarisasi GRK secara top-down dan bottom-up tersebut diilustrasikan pada Gambar 1.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

m.

n.

o.

Gambar 1. Pengaturan Kelembagaan Inventarisasi GRK Nasional

p. Metodologi Penghitungan Emisi GRK

Gambar 1 Pengaturan Kelembagaan Inventarisasi GRK Nasional Menurut Perpres 71

Tahun 2011

Page 20: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 8

b. Metodologi Perhitungan Inventarisasi GRK

Metodologi Umum

Metodologi yang digunakan pada perhitungan emisi ini adalah metode yang

ditetapkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change Guidelines dalam IPCC

Guidelines 2006. Penerapan metodologi ini telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri LHK

Nomor P.73/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2017 tanggal 29 Desember 2017 tentang Pedoman

Penyelenggaraan dan Pelaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca.

Secara garis besar, perhitungan emisi/serapan GRK diperoleh melalui perkalian data

aktifitas dengan faktor emisi, atau dengan persamaan sederhana berikut:

Data Aktifitas (AD)

Penyelenggara Inventarisasi GRK mengembangkan mekanisme kelembagaan dalam

pengumpulan data aktifitas yang diperlukan pada perhitungan sebagaimana rumus di atas.

Lembaga dan divisi yang ditunjuk pada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah

untuk melakukan pengumpulan data aktivitas mengidentifikasi jenis data dan tahun

ketersediaannya dan lembaga yang memiliki dan menyimpan data tersebut. Pengumpulan

dan pemutakhiran data dilakukan secara kontinyu dengan melibatkan K/L terkait.

Faktor Emisi

Penyelenggara Inventarisasi GRK melakukan upaya pengumpulan dan

pengembangan faktor emisi lokal melalui kerjasama dengan instansi, lembaga, dan

perguruan tinggi yang melakukan penelitian faktor emisi.

Dalam hal faktor emisi lokal belum tersedia, maka digunakan faktor emisi lokal yang

tersedia untuk daerah lain atau faktor emisi nasional atau regional yang sudah tersedia atau

default yang ditetapkan IPCC. Kompilasi faktor emisi dari berbagai negara dan wilayah

dihimpun dalam Basis Data untuk Faktor Emisi (Emission Factor Database).

Pemilihan metodologi Inventarisasi GRK dilakukan menurut tingkat ketelitian (Tier),

semakin tinggi kedalaman metode yang dipergunakan maka hasil perhitungan

emisi/serapan GRK yang dihasilkan semakin rinci dan akurat. Tingkat ketelitian (tier) terdiri

dari:

a. Tier 1: metode perhitungan emisi dan serapan menggunakan persamaan dasar (basic

equation), data aktivitas yang digunakan sebagian bersumber dari sumber data global,

dan menggunakan faktor emisi default (nilai faktor emisi yang disediakan dalam IPCC

Guideline)

b. Tier 2: metode perhitungan emisi dan serapan menggunakan persamaan yang lebih

rinci, data aktivitas berasal dari sumber data nasional dan/atau daerah, dan

menggunakan faktor emisi lokal yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung.

c. Tier 3: metode perhitungan emisi dan serapan menggunakan persamaan yang paling

rinci (dengan pendekatan modeling dan sampling), dengan pendekatan modeling faktor

Page 21: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 9

emisi lokal yang divariasikan dengan keberagaman kondisi yang ada, sehingga emisi

dan serapan memiliki tingkat kesalahan lebih rendah.

Untuk estimasi Inventarisasi GRK Nasional tahun 2000-2016 yang menjadi lingkup

pada laporan ini menggunakan metode IPCC Guidelines 2006 untuk Tier 1 dan Tier 2.

Sedangkan nilai Global Warming Potential (GWP) digunakan untuk mengkonversi

data emisi GRK non-CO2 menjadi karbon dioksida ekuivalen (CO2-e), dengan mengikuti

Second Assessment Report (2nd AR of IPCC). Nilai GWP dimaksud sebagaimana tabel di

bawah ini.

Tabel 2 Nilai GWP pada Second Assessment Report (SAR) yang Digunakan pada

Perhitungan Inventarisasi GRK

No. Gas GWP (CO2-e)

1 CO2 1

2 Methane (CH4) 21

3 Nitrous Oxide (N2O) 310

4 PFC-14 (CF4) 6,500

5 PFC-116 (C2F6) 9,200

6 Sulfur hexafluoride (SF6) 23,900

Adapun metodologi perhitungan emisi GRK pada masing-masing sektor diuraikan

sebagai berikut:

Metodologi Sektor Energi

Tingkat emisi GRK yang tercantum dalam inventarisasi sektor energi dihitung

menggunakan Tier 1 metode IPCC 2006 dengan nilai faktor emisi default dan data aktivitas

dalam unit energi (SBM, setara barel minyak) yang dikumpulkan dari Tabel Kesetimbangan

Energi (Energy Balance Table) pada Handbook of Energy and Economic Statistics of

Indonesia, yang dipublikasikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

(KESDM). Dalam menggunakan Tabel Kesetimbangan Energi (Energy Balance Table) agar

sesuai dengan kategori pada pedoman IPCC GL 2006 maka dilakukan pengklasifikasian

sebagaimana tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3 Pengklasifikasian kategori antara IPCC GL 2006 dan Tabel Kesetimbangan

Energi

Kategori IPCC 2006 Tabel Kesetimbangan Energi

(Energy Balance Table)

1A1a Main activity electricity and heat

production

2 e. Power plant

PLN

Non-PLN

Page 22: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 10

Kategori IPCC 2006 Tabel Kesetimbangan Energi

(Energy Balance Table)

1A1b Petroleum refining 2 a. Refinery

2 b. LPG Plant

2 c. LNG Plant

3 a. During Transformation

3 b. Energy use / own use

1A1c Manufacture of solid fuels and other

energy industries

2 d. Coal Processing Plant

1A2 Manufacturing Industries and Construction 6 a. Industry

1A3 Transport 6 b. Transportation

1A4a Commercial/institutional 6 d. Commercial

1A4b Residential 6 c. Household

1A4c Other Sector 6 e. Other sector

1B1 Solid Fuel 1 a. Production/Coal

1B2a Oil 1 a. Production/Crude Oil

4 Final Energy Supply / LPG

1B2b Natural Gas 1 a. Production/Natural Gas

4 Final Energy Supply / LPG

Seperti yang tercantum dalam IPCC 2006 Guideline¸ emisi GRK dihitung

menggunakan kedua metoda, yaitu reference approach dan sectoral approach. Kedua

metoda sering menghasilkan hasil yang berbeda karena reference approach merupakan

pendekatan top-down dihitung menggunakan data agregat dari suplai energi primer

nasional, sementara sectoral approach merupakan pendekatan bottom-up dihitung

menggunakan data permintaan energi akhir, data transformasi energi, dan data terkait

fugitif. Perbedaan tingkat emisi GRK antara reference approach dan sectoral approach

biasanya tidak lebih dari 5%. Perbedaan ini sering dikarenakan oleh emisi fugitif GRK dan

stock change pada pengguna.

Metodologi Sektor IPPU

Estimasi nilai emisi Gas Rumah Kaca untuk sektor proses industri dan penggunaan

produk menggunakan metodologi yang tercantum pada pedoman IPCC 2006. Ada tiga Tier

dalam menghitung estimasi emisi GRK yaitu Tier 1, 2 dan 3. Menurut pohon keputusan

(decision tree) pada pedoman IPCC 2006, perhitungan emisi GRK untuk sektor proses

industri menggunakan Tier 1. Tier 1 memerlukan data aktifitas berupa data agregat statistik

produksi produk industri, jumlah penggunaan karbon, pelumas, lilin dan lain-lain secara

aktual dalam skala nasional. Pengumpulan data berdasarkan pada jenis industri yang pada

salah satu proses atau keseluruhan proses pembuatan produk mengemisikan atau

berpotensi mengemisikan gas rumah kaca.

Pengembangan menuju Tier 2 sudah dilakukan untuk industri semen, ammonia dan

alumunium. Ketiga industri tersebut sudah mengembangkan faktor emisi lokal spesifik untuk

industri mesin melalui penelitian dan proyek Clean Mechanism Development (CDM). Adanya

pengembangan nilai faktor emisi ini akan mengakibatkan kualitas perhitungan emisi semakin

baik sehingga penurunan emisi hingga 26% akan mudah tercapai. Pengembangan faktor

Page 23: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 11

emisi juga dapat menurunkan nilai uncertainty untuk sistem inventarisasi sektor proses

industri dan penggunaan produk.

Mekanisme pengumpulan data dari stakeholder oleh Kementerian Perindustrian juga

sudah mulai dikembangkan. Proses perolehan data (periode pembaharuan data, dsb),

sumber data dan dokumen yang dibutuhkan diperlukan untuk mendapatkan kualitas data

yang baik terutama dalam meningkatkan akurasi serta meminimalkan tingkat ketidakpastian

atau uncertainty. Mekanisme data yang baik akan memberikan dampak kepada penurunan

nilai uncertainty untuk sektor proses industri dan penggunaan produk. Karena dalam proses

penilaian uncertainty selain sumber faktor emisi, sumber data memiliki nilai uncertainty

tertentu. Penurunan nilai uncertainty akan memberikan penilaian yang lebih tinggi bagi

keseluruahan sistem inventarisasi sehingga akan didapat kualitas inventarisasi yang lebih

baik.

Menurut Pedoman IPCC 2006 hasil estimasi emisi setiap parameter tersebut

memiliki unit Gg untuk parameter gasnya misalkan, Gg CO2, Gg CH4 dan Gg N2O. Untuk

keperluan pelaporan, maka perlu dikonversi satuan Gg CH4 dan Gg N2O menjadi Gg CO2

equivalen dengan mengalikan faktor konversi spesifik parameter dengan beban emisi yang

dihasilkan. Faktor konversi merupakan nilai GWP (Global Warming Potential) yang bernilai

21 untuk CH4 dan 310 untuk N2O. Beban emisi total adalah penjumlahan beban emisi dari

CO2, CH4 dan N2O dalam unit Gg CO2 equivalen.

Metodologi Sektor Pertanian

Peternakan

Emisi GRK dari peternakan yang disajikan dalam inventarisasi emisi GRKini

menggunakan Tier 2 metode IPCC-2006. Penggunaan Tier yang lebih tinggi ini didukung

adanya pembagian data aktivitas berdasarkan jenis kelas umur, dan factor emisi local

masing-masing jenis ternak. Estimasi emisi ternak ditentukan melalui perhitungan emisi

dengan mengalikan suatu data aktivitas (misalnya, jumlah populasi) dengan faktor emisi

lokal.

Perhitungan emisi terhadap kategori Emisi N2O langsung dan tidak langsung juga

menggunakan metodologi Tier 2 dengan data aktivitas populasi ternak berdasarkan kelas

umur, bobot ternak lokal namun dengan tambahan parameter mengenai sistem pengelolaan

limbah ternak yang diterapkan di Indonesia. Informasi mengenai sistem pengelolaan limbah

ini akan menentukan seberapa besar fraksi nitrogen yang terlepas ke atmosfer. Sejauh ini

belum pernah dilakukan survey terhadap porsi penggunaan sistem pengelolaan limbah

untuk masing-masing jenis ternak, untuk itu pada parameter ini dilakukan dengan penilaian

pakar (expert judgement).

Pertanian

Emisi GRK dari sumber agregat dan sumber emisi non-CO2 pada lahan dalam

inventarisasi emisi GRK diperkirakan menggunakan Tier 1 metode IPCC 2006 dengan nilai

faktor emisi default dan metode Tier 2 khusus untuk kategori budidaya padi sawah.

Emisi Non-CO2 dari biomas yang dibakar dibedakan dari pembakaran biomassa

pada lahan pertanian (cropland) dan pembakaran biomassa dari padang rumput (grass land)

dan perhitungannya dilakukan terpisah dengan menggunakan nilai faktor emisi default dari

IPCC (Tier 1).

Page 24: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 12

Emisi dari aplikasi kapur pertanian dihitung dengan metodologi Tier 1 dengan data

aktifitas berupa konsumsi penggunaan kapur untuk pertanian. Kapur pertanian (dolomit)

umumnya digunakan pada perkebunan kelapa sawit, lahan kering masam dan tanah

gambut. Data konsumsi kapur diduga dari luas areal tanam dan dosis rekomendasi yang

digunakan karena data konsumsi kapur tidak tersedia. Dosis Dolomit yang umum digunakan

pada tanah sulfat masam adalah 2 ton/ha dan pada tanah gambut 0.5 ton/ha dan biasanya

diberikan 2 kali setahun pada musim hujan dan musim kemarau. Petani lahan kering pada

tanah masam umumnya tidak menggunakan kapur dalam budidaya tanaman karena kapur

sangat sulit didapatkan, sehingga diasumsikan hanya digunakan pada perkebunan besar

saja.

Emisi CO2 aplikasi pupuk urea dihitung dengan metodologi Tier 1 dengan data

aktifitas konsumsi pupuk urea pertanian. Jumlah pupuk urea yang digunakan dapat dihitung

melalui dua pendekatan, yaitu berdasarkan data konsumsi urea nasional untuk sektor

pertanian yang dikeluarkan oleh Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) atau

berdasarkan luas tanam dan dosis rekomendasi. Pupuk urea umumnya digunakan dalam

budidaya tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Dalam menghitung jumlah pupuk

tersebut digunakan beberapa asumsi agar jumlah pupuk urea yang dihitung sesuai dengan

penerapan di lapangan.

Emisi N2O dari tanah yang dikelola dihitung dari emisi langsung (direct N2O) dan

tidak langsung (indirect N2O) dengan metodologi Tier 1 menggunakan faktor emisi default

dari IPCC. Peningkatan N-tersedia dalam tanah meningkatkan proses nitrifikasi dan

denitrifikasi yang memproduksi N2O. Peningkatan N-tersedia dapat terjadi melalui

penambahan pupuk yang mengandung N atau perubahan penggunaan lahan dan atau

praktek-praktek pengelolaan yang menyebabkan mineralisasi N organik tanah.

Emisi CH4 dari budidaya padi sawah dihitung berdasarkan data aktifitas berupa luas

lahan persawahan, jenis tanah pada lahan persawahan, dan sistem pengairan yang

diterapkan. Metodologi yang digunakan untuk kategori ini sudah termasuk ke dalam Tier 2

karena faktor emisi dan beberapa parameter yang digunakan sudah dikembangkan sendiri

di Indonesia. Parameter lokal yang digunakan adalah faktor koreksi (correction factor) untuk

jenis tanah, faktor skala (scalling factor) untuk tiap jenis sistem pengairan. Faktor emisi lokal

telah dikembangkan untuk setiap varietas padi di Indonesia.

Emisi CH4 dihitung dengan mengalikan faktor emisi harian dengan lama budidaya

padi sawah dan luas panen.

Emisi metana dari budidaya padi dihitung dengan menggunakan faktor emisi yang

dirangkum dari nilai-nilai lokal sawah di Indonesia. Faktor emisi dari sawah Indonesia

berkisar antara 0,67-79,86 g CH4/m2/musim dengan nilai default rata-rata 160.9 kg

CH4/ha/musim. Faktor skala tanah dimodifikasi, karena beberapa penelitian yang dilakukan

di Indonesia menemukan bahwa sifat-sifat tanah yang berbeda diperoleh potensi yang

berbeda produksi CH4. Selain itu, faktor skala untuk rezim air dan varietas padi yang

digunakan adalah faktor skala lokal (country specific) seperti disajikan pada Tabel 4 dan 5.

Page 25: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 13

Tabel 4 Revisi Faktor Skala Jenis Tanah yang Berbeda dari Indonesia

Jenis Tanah SF Tanah Adjusted

Alfisols 0.84 (0.32-1.59)

Andosols 1.02

Entisols 1.02 (0.94-1.09)

Histosols 2.39 (0.92-3.86)

Inceptisols 1.12 (1.0-1.23)

Mollisols -

Oxisols 0.29 (0.1-0.47)

Ultisols 0.29

Vertisols 1.02 (0.94-1.09)

Tabel 5 Faktor Skala Yang Disesuaikan Dengan Ekosistem Padi Dan Tata Air

Indonesia

Kategori Sub Kategori SF (IPCC

Guidelines 1996)

Adjusted SF (based on current studies in

Indonesia)

Upland None 0

Lowland

Irrigated

Continuously Flooded 1.0 1.00

Intermittently Flooded

Single Aeration

0.5 (0.2-0.7) 0.46

(0.38-0.53) Multiple Aeration

0.2 (0.1-0.3)

Rainfed Flood Prone 0.8 (0.5-1.0) 0.49

(0.19-0.75) Drought Prone 0.4 (0-0.5)

Deep Water

Water Depth 50-100 cm

0.8 (0.6-1.0)

Water Depth < 50 cm 0.6 (0.5-0.8)

Tabel 6 Faktor Skala Untuk Varietas Padi Yang Berbeda Di Indonesia

No Variety Average emission

(kg/ha/session) SF

1 Gilirang 496.9 2.46

2 Aromatic 273.6 1.35

3 Tukad Unda 244.2 1.21

4 IR 72 223.2 1.10

6 Cisadane 204.6 1.01

5 IR 64* 202.3 1.00

7 Margasari 187.2 0.93

8 Cisantana 186.7 0.92

9 Tukad Petanu 157.8 0.78

10 Batang Anai 153.5 0.76

11 IR 36 147.5 0.73

12 Memberamo 146.2 0.72

13 Dodokan 145.6 0.72

Page 26: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 14

No Variety Average emission

(kg/ha/session) SF

14 Way Apoburu 145.5 0.72

15 Muncul 127.0 0.63

16 Tukad Balian 115.6 0.57

17 Cisanggarung 115.2 0.57

18 Ciherang 114.8 0.57

19 Limboto 99.2 0.49

20 Wayrarem 91.6 0.45

21 Maros 73.9 0.37

22 Mendawak 255 1.26

23 Mekongga 234 1.16

24 IR42 269 1.33

25 Fatmawati 245 1.21

26 BP360 215 1.06

27 BP205 196 0.97

28 Hipa4 197 0.98

29 Hipa6 219 1.08

30 Rokan 308 1.52

31 Hipa 5 Ceva 323 1.60

32 Hipa 6 Jete 301 1.49

33 Inpari 1 271 1.34

34 Inpari 6 Jete 272 1.34

35 Inpari 9 Elo 359 1.77

36 Banyuasin 584.8 2.49

37 Batanghari 517.8 2.20

38 Siak Raya 235.2 1.00

39 Sei Lalan 152.6 0.65

40 Punggur 144.2 0.61

41 Indragiri 141.1 0.60

42 Air Tenggulang 140.0 0.60

43 Martapura 125.7 0.53

Berdasarkan berbagai data yang varietas yang digunakan oleh petani pada periode

2009-2011 (sekitar 70% dari total luas tanam padi), diketahui bahwa rata-rata terbobot skala

faktor untuk varietas padi di sawah dengan irigasi terus menerus adalah 0,74. Nilai ini

digunakan untuk memperkirakan emisi dari daerah irigasi dimana tidak ada informasi

tentang varietas padi. Untuk sawah non-irigasi, SF untuk varietas padi akan sama dengan

1,0, karena pengaruh kondisi air pada pengurangan emisi metana akan jauh lebih dominan

dibanding varietas. Dengan demikian pengaruh perubahan varietas dalam mengurangi emisi

tidak akan signifikan di daerah non-irigasi, sehingga SF yang digunakan adalah 1.0 untuk

daerah non-irigasi (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).

Metodologi Sektor Kehutanan

Metodologi yang digunakan untuk menghitung emisi GRK dari sektor kehutanan dan

penggunaan lahan lainnya adalah IPCC Guidelines 2006 (IPCC, 2006) dengan

mengkombinasikan faktor emisi country/site specific dan faktor emisi default IPCC.

Persamaan untuk menghitung perubahan stok karbon pada semua kategori penggunaan

lahan adalah sebagai berikut:

Page 27: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 15

ΔC

AFOLU = ΔC

FL + ΔC

CL + ΔC

GL + ΔC

WL + ΔC

SL + ΔC

OL

Dimana ΔC = perubahan stok karbon; AFOLU = Agriculture, Forestry and Other Land Use;

FL = Forest Land; CL = Crop Land; GL = Grassland; WL = Wetlands; SL = Settlements; dan

OL = Other Land.

Estimasi perubahan stok karbon juga memperhatikan subdivisi dari area lahan

(seperti zona iklim, ecotype, management regime dll.) yang dipilih untuk sebuah kategori

penggunaan lahan:

ΔCLU

=∑ΔCLui

Dimana ΔCLU = perubahan stok karbon untuk sebuah kategori penggunaan lahan/land-use

(LU) seperti dijelaskan pada persamaan diatas; I = denotasi dari stratum spesifik atau

subdivisi dalam kategori penggunaan lahan (dengan kombinasi species, zona iklim, ecotype,

management regime dll.); dan I = 1 ke n.

Pada setiap kategori penggunaan lahan, perubahan stok karbon diestimasi dari 5

(lima) tampungan karbon dengan menjumlahkan perubahan pada semua tampungan karbon

seperti persamaan dibawah :

ΔC

Lui = ΔC

AB + ΔC

BB + ΔC

DW + ΔC

LI + ΔC

SO

Dimana ΔCLui = perubahan stok karbon untuk sebuah stratum dari sebuah kategori

penggunaan lahan; AB = above ground biomass; BB = below ground biomass; DW =

deadwood; LI = litter dan SO = soils.

Emisi dari dekomposisi lahan gambut dihitung untuk setiap kategori penggunaan

lahan pada lahan gambut dengan mengalikan luas area gambut dengan faktor emisi.

LLU Organic =∑(A•EF)

Dimana ΔCLU organic = Emisi CO2dari dekomposisi gambut dari suatu kategori penggunaan

lahan di lahan gambut; A = Luas area dari suatu kategori penggunaan lahan; dan EF =

Faktor emisi dekomposisi gambut untuk suatu kategori penggunaan lahan.

Emisi dari kebakaran lahan gambut dihitung dengan menggunakan pendekatan yang

dibangun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menyusun FREL

nasional. Persamaan untuk menghitung emisi dari kebakaran lahan gambut mengikuti IPCC

Wetlands Supplement 2013 (IPCC, 2013):

Lfire

= A x MB x CF X Gef

Dimana Lfire = emisi dari kebakaran lahan gambut; A = Luas area gambut yang terbakar; MB

= Massa bahan bakar yang tersedia untuk pembakaran; CF = Faktor pembakaran (nilai

default = 1.0); dan Gef = Faktor emisi.

Page 28: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 16

Luasan area gambut yang terbakar diestimasi berdasarkan data hotspot MODIS

dengan tingkat kepercayaan (confidence level) lebih dari 80%yang di overlay dengan peta

raster dengan 1 × 1 km grid (ukuran pixel). Hotspot yang berada dalam pixel mewakili

daerah yang terbakar sekitar 76,9% dari grid 1 × 1 km (yaitu 7.690 ha). Hal ini berlaku untuk

semua pixel terlepas dari jumlah hotspot yang ada didalam pixel tersebut (KLHK, 2016).

Massa bahan bakar yang tersedia untuk pembakaran (MB) diperkirakan dari

perkalian rata-rata kedalaman gambut terbakar (D) dan bulk density (BD) dengan

mengasumsikan bahwa gambut yang terbakar rata-rata pada kedalaman 0,33 m (Ballhorn

et.al, 2009) dan bulk density adalah 0.153 ton/m3 (Mulyani et.al., 2012). Faktor emisi (Gef)

dihitung secara tidak langsung dari kandungan karbon organic (Corg), atau setara Corgx 3,67.

Sehingga total emisi dari kebakaran lahan gambut dihitung dari perkalian luasan area

terbakar sebesar 923.1 ton CO2e/Ha.

Metodologi Sektor Limbah

Tingkat emisi GRK di sektor limbah bergantung pada jumlah sampah yang diolah,

karakteristik dan tipe pengolahannya. Emisi GRK yang dihitung juga bergantung pada

metode penghitungannya. Dalam laporan ini, sudah dilakukan perbaikan untuk

mengestimasi emisi GRK dari pengelolaan sampah di TPA yaitu dengan menggunakan

metode FOD (First Order Decay) yang merupakan perbaikan dari metode mass balance

yang digunakan pada pelaporan SNC. Selain itu nilai parameter lokal untuk komposisi

sampah dan kandungan bahan kering (dry matter content) juga telah digunakan dalam

estimasi penghitungan emisi menggunakan metode FOD. Perbaikan juga telah dilakukan

untuk estimasi emisi GRK dari limbah cair industri, untuk beberapa jenis industri sudah

menggunakan parameter yang didapatkan dari industri secara langsung seperti debit air

limbah, COD dan tipe pengolahan limbah yang digunakan.

2.2. METODOLOGI VERIFIKASI CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK

a. Kelembagaan Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK

Pelaksana verifikasi capaian penurunan emisi GRK atas laporan pelaksanaan aksi

mitigasi dilakukan oleh Tim MRV yang dibentuk melalui SK Dirjen PPI Nomor SK.8/PPI-

IGAS/2015 tanggal 16 Oktober 2015.

Tim MRV ini berada dibawah tanggung jawab Direktur Jenderal Pengendalian

Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Adapun Tim MRV ini

terdiri dari Tim Teknis yaitu unit kerja dibawah Dirjen PPI dan tenaga ahli. Dalam melakukan

verifikasi, tim MRV juga melibatkan tim teknis dari masing-masing sektor melalui focus group

discussion.

Page 29: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 17

Adapun skema MRV Nasional adalah sebagaimana skema berikut:

Gambar 2 Skema MRV Nasional

b. Metodologi Perhitungan Verifikasi

Metodologi Umum

Dalam melakukan perhitungan verifikasi atas hasil pemantauan rencana aksi yang

dilakukan oleh masing-masing sektor, tim verifikasi yang dibentuk melalui SK Dirjen Nomor

SK.8/PPI-IGAS/2015 tanggal 16 Oktober 2015 menggunakan metodologi sebagaimana

yang diatur dalam Peraturan Menteri LHK Nomor P.72/Menlhk/Setjen/kum.1/12/2017

tanggal 29 Desember 2017 tentang Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi Aksi dan

Sumberdaya Perubahan Iklim.

Pelaksanaan verifikasi atas laporan pelaksanaan aksi mitigasi dilakukan dalam

beberapa tahapan, yaitu:

1. Pembentukan tim verifikator dan penjadwalan kegiatan verifikasi

2. Penyepakatan metode verifikasi oleh penanggung-jawab aksi dan verifikator, yang

meliputi:

a. Kaji dokumen (desk review)

Metode kaji dokumen dilakukan dalam dua tahap: (1) terhadap laporan pelaksanaan

aksi mitigasi perubahan iklim yang disampaikan oleh Penanggung Jawab Aksi

kepada verifikator dalam format laporan RAN-GRK; (2) terhadap data yang diperoleh

selama wawancara dengan para Penanggung Jawab aksi.

b. Wawancara (interview)

Wawancara dilakukan terhadap unit kerja terkait. Ruang lingkup wawancara terkait

sistem manajerial, metodologi dan detil data pendukung terkait pengukuran

penurunan emisi GRK, pendanaan, sistem pemantauan, dan dokumen penunjang

aksi.

Aspek Penilaian Verifikasi meliputi:

1. Cakupan verifikasi (baseline, data aktivitas, metode pemantauan, kuantitas penurunan

emisi/naiknya serapan emisi, kesesuaian dengan rencana mitigasi, sistem manajerial

dan pendanaan)

Page 30: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 18

2. Penilaian kelengkapan data (struktur pelaksana aksi mitigasi, ketersediaan SOP,

ketersediaan dokumentasi)

3. Penilaian konsistensi, transparansi data

4. Penilaian akurasi data (penelusuran sumber data aktivitas, sumber data faktor emisi dan

paramater pendukung)

Pelaksanaan verifikasi capaian penurunan emisi GRK untuk masing-masing sektor

dilakukan metodologi perhitungan yang mengacu pada metodologi yang telah dibangun

pada masing-masing penanggung jawab aksi di kementerian teknis terkait, meliputi :

1. Sektor Energi dan Transportasi

a. Sektor Energi

Metodologi perhitungan untuk sektor energi yang dikembangkan oleh Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengikuti petunjuk dari Pedoman Umum

PEP, serta beberapa aksi mitigasi telah menggunakan metodologi dari UNFCCC,

seperti metodologi ACM0007 (Approved consolidated baseline and monitoring

methodology) yang digunakan di PLTGU Cogenerate.

Direktorat Konservasi, Ditjen EBTKE telah mempublikasikan dokumen Environmental

Support Programme Phase 3 (ESP3) yang mencakup model perhitungan,

pemantauan, evaluasi, dan pelaporan aksi-aksi mitigasi perubahan iklim di

Kementerian ESDM.

b. Sektor Transportasi

Perhitungan Penurunan Emisi GRK menggunakan proyeksi jumlah populasi

kendaraan BaU, asumsi % penurunan berdasarkan pengalaman data di luar negeri

dan penyesuaian kondisi di Indonesia, dsb. Dengan menggunakan parameter

meliputi tingkat pengurangan emisi, wilayah pengaruh (urban/ non urban/ nasional),

jenis kendaraan yang terpengaruh (mobil, motor, bus, truk), tahun evaluasi.

Untuk metodologi perhitungan sektor transportasi digunakan oleh Kementerian

Perhubungan pada aksi mitigasi subsektor transportasi darat khususnya untuk aksi

mitigasi pembangunan ITS, reformasi sistem transit-BRT dan penerapan

pengendalian dampak lalu lintas (TIC) pada awalnya sudah berpedoman pada

Petunjuk Teknis Pengukuran, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Pelaksanaan RAD GRK

kelompok bidang energi yang diterbitkan Bappenas. Pada aksi mitigasi subsektor

transportasi darat lainnya yaitu pembangunan Non Motorized Transport (NMT)

mengembangkan metode sendiri. Dalam perkembangannya karena data aktivitas

dari daerah belum terkomunikasikan dengan baik, maka dilakukan perhitungan

secara agregasi nasional (bukan local-based). Hal ini menyebabkan beberapa

parameter dilakukan rata-rata secara nasional.

Semua aksi mitigasi masuk dalam subsektor kereta api Kementerian Perhubungan

mengembangkan metode tersendiri. Metode tersebut ditetapkan oleh Ditjen

Perkeretaapian tahun 2011. Ada kajian yang mendukung perhitungan tersebut,

namun menggunakan market share pengalihan moda dari kendaraan pribadi ke

kereta api yang maksimal yaitu hampir 90%.

Sedangkan untuk aksi mitigasi yang tercakup dalam subsektor transportasi udara,

Kementerian Perhubungan mengacu pada metodologi ICAO. Sejak tahun 2013,

Ditjen Perhubungan Udara menghitung reduksi emisi dengan didampingi ICAO. Aksi

mitigasi emisi GRK yang dilakukan sub sektor transportasi laut perhitungan

mengikuti metode yang dikembangkan USEPA-ITF.

Page 31: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 19

2. Sektor IPPU

Kementerian Perindustrian telah mengeluarkan Petunjuk Teknis Perhitungan dan

Pelaporan emisi CO2 di industri semen, yang mengacu kepada metodologi WBCSD

yang sudah diakui oleh nasional dan internasional.

3. Sektor Pertanian

Verifikasi sektor pertanian dilakukan terhadap aksi/kegiatan mitigasi penurunan emisi

GRK yang dilakukan oleh Penanggung Jawab Aksi (Kementerian Pertanian).

Aksi/kegiatan mitigasi yang diverifikasi meliputi kegiatan: (1) Budidaya Padi Sawah

(SLPTT, SRI, Varietas Rendah Emisi), (2) UPPO (Unit Penggunaan Pupuk Organik) (3)

Batamas (Biogas Ternak Asal Masyarakat). Perhitungan capaian penurunan emisi GRK

sektor kehutanan mengacu pada metode IPCC 2006 melalui pendekatan penghitungan

emisi baseline (emisi sebelum dilakukan aksi/kegiatan mitigasi) dikurangi dengan emisi

aktualnya (emisi setelah dilakukan aksi/kegiatan mitigasi).

4. Sektor Kehutanan

Verifikasi sektor kehutanan dilakukan terhadap aksi/kegiatan mitigasi penurunan emisi

GRK yang dilakukan oleh Penanggung Jawab Aksi (Ditjen teknis lingkup KLHK dan

BRG). Aksi/kegiatan mitigasi yang diverifikasi meliputi kegiatan: (1) penurunan

deforestasi, (2) peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di

hutan alam (penurunan degradasi hutan) maupun di hutan tanaman, (3) rehabilitasi

lahan terdegradasi, (4) restorasi lahan gambut, dan (5) pengendalian peat fire

(kebakaran gambut). Perhitungan capaian penurunan emisi GRK sektor kehutanan

mengacu pada metode IPCC 2006 melalui pendekatan penghitungan emisi baseline

(emisi sebelum dilakukan aksi/kegiatan mitigasi) dikurangi dengan emisi aktualnya

(emisi setelah dilakukan aksi/kegiatan mitigasi).

5. Sektor Limbah

Perhitungan terhadap reduksi emisi GRK sektor limbah mengacu pada metode IPCC

2006, dengan pendekatan sebagai berikut:

a. Penentuan baseline, adalah kondisi pada saat sebelum dilaksanakan mitigasi

(business as usual). Kondisi tanpa mitigasi pada pengelolaan limbah adalah pada

saat gas rumah kaca (karbondioksida, metan dan dinitro-oksida) dihasilkan dari

limbah, dan tidak dilakukan pemanfaatan GRK tersebut atau tidak dilakukan

pencegahan lepasnya GRK ke atmosfer.

b. aktivitas aksi mitigasi pada bidang pengelolaan limbah padat domestik dengan

pengukuran langsung dan estimasi emisi

Adapun metodologi perhitungan emisi GRK pada masing-masing sektor diuraikan

sebagai berikut:

Metodologi Sektor Energi

Verifikasi yang dilakukan oleh tim verifikasi terhadap klaim penurunan emisi atas 13

aksi mitigasi sektor energi yang diajukan oleh Kementerian ESDM selaku penanggung

jawab aksi menggunakan metode tracking dan perhitungan atas data pendukung.

Page 32: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 20

Perhitungan pada masing-masing aksi adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Mandatori Manajemen Energi

Tracking dan perhitungan dilakukan atas laporan 120 perusahaan yang konsumsi energi

diatas 6000 TOE yang telah diinput dalam Sistem Pelaporan Online Manajemen Energi

(POME) pada tahun 2014 sampai tahun 2016.

Dalam perhitungan penurunan emisi GRK memperhatikan:

Penghematan penggunaan energi yang merupakan emiter GRK x faktor emisi sumber

energi, spesifik terhadap jenis sumber energi dan lokasi.

2. Penerapan Program Kemitraan Konservasi Energi

Dalam perhitungan penurunan emisi GRK memperhatikan:

Penghematan penggunaan energi yang merupakan emiter GRK x faktor emisi sumber

energi spesifik (jenis sumber energi dan lokasi).

3. Peningkatan Efisiensi Peralatan Rumah Tangga

Tracking dan perhitungan dilakukan terhadap penerapan label hemat energi pada lampu

CFL dengan memperhatikan jam operasional lampu yang menyala 8 jam per hari.

Dalam perhitungan penurunan emisi GRK memperhatikan:

Peningkatan efisiensi lampu x jam operasional per tahun x faktor emisi grid.

4. Penyediaan dan Pengelolaan EBT

Tracking dan perhitungan dilakukan terhadap penyediaan dan pengelolaan data

penurunan emisi untuk pembangunan PLTMH, PLTM, PLTS, PLT Biomasaa, PLT

Hybrid dan Desa Mandiri Energi oleh Menteri ESDM serta pembangunan PLTP oleh

swasta yang tidak masuk pasar karbon internasional.

Perhitungan penurunan emisi GRK dengan memperhatikan:

Jumlah jam operasional adalah 8760 jam x capacity factor

Capacity factor PLTMH = 70%, PLTS = 20%, PLT Bimoassa = 90%

Penurunan emisi didapat dari:

data terpasang x jumlah jam operasional per tahun x faktor emisi jaringan

ketenagalistrikan

5. Pemanfaatan Biogas

Tracking dan perhitungan dilakukan atas penurunan emisi GRK pada aksi Pemanfaatan

Biogas didapatkan dari pengurangan emisi GRK yang dihasilkan dari kegiatan konversi

minyak tanah (baseline) ke biogas.

Perhitungan penurunan emisi GRK dilakukan dengan:

volume digester biogas x rasio substitusi minyak tanah oleh biogas x efisiensi digester.

6. Penggunaan gas alam sebaga bahan bakar kendaraan umum perkotaan

Perhitungan penurunan emisi GRK dilakukan dengan:

emisi gasoline – emisi gas alam.

Page 33: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 21

Dimana,

Emisi gas alam = konsumsi gas alam x faktor emisi

Emisi gasoline = konsumsi setara gasoline x faktor emisi

Faktor emisi menggunakan IPCC Guideline 2006

7. Peningkatan Sambungan Rumah yang Teraliri Gas Bumi melalui pipa (Jargas)

Perhitungan penurunan emisi GRK didapatkan melalui:

emisi minyak tanah (kerosene) – emisi gas.

Dimana,

Emisi gas = konsumsi gas x faktor emisi

Emisi minyak tanah = konsumsi setara minyak tanah x faktor emisi

Faktor emisi menggunakan IPCC Guideline 2006

8. Pemanfaatan Biodiesel

Tracking dan perhitungan dilakukan terhadap penurunan emisi dari penerapan

mandatori pemanfaatan biodiesel oleh Pertamina.

Penurunan emis GRK didapat dari:

Konsumsi biodiesel x faktor emisi

9. Reklamasi Pasca Tambang

Tracking dan perhitungan dilakukan atas klaim penurunan emisi GRK dilakukan oleh

penanggung jawab aksi, dimana menggunakan metode yang tercantum dalam IPCC

Guidelines 2006 yaitu: data aktivitas (luas lahan yang efektif reklamasi sebagai hutan

untuk serapan karbon) x faktor emisi (rata-rata serapan tahunan dalam satuan ton

CO2e/Ha).

Namun demikian, tracking atas referensi yang digunakan dalam “Kajian Investigasi dan

Mitigasi GRK pada Kegiatan Pertambangan” tahun 2010 oleh PT Nakarya Sembada,

bahwa faktor serapan emisi dari daerah reklamasi adalah 37,6 ton CO2/Ha, dari area

reklamasi yang berumur 1 tahun dengan jenis tanaman pioner (sengon, trembesi, gamal,

jabon, dll), perlu ditelusuri lebih lanjut.

10. Penerapan Inpres Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air

Tracking dan perhitungan dilakukan terhadap penurunan emisi GRK akibat penerapan

konservasi energi dibanguan Pemerintah dan BUMN berdasarkan mandat Inpres

tersebut.

Perhitungan penurunan emis GRK didapat melalui:

penghematan energi per tahun x faktor emisi grid

11. Ketenagalistrikan

Tracking dan perhitungan dilakukan atas penurunan emisi GRK pada Pembangunan

PLTA, Penggunaan Clean Coal Technology pada Pembangkit Listrikdan Penggunaan

Cogenaration pada Pembangkit Listrik.

Perhitungan penurunan emisi GRK didapat melalui:

Pembangunan PLTA : produksi listrik tahunan x faktor emisi pembangkitan pada

lokasi

PLTU CCT : penghematan batubara x faktor emisi batubara x NCV (nilai kalor

batubara)

Page 34: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 22

Cogeneration : faktor emisi untuk operasional pembangkitan di open cycle x listrik

terproduksi pada open cycle + faktor emisi untuk listrik yang tergantikan oleh proyek

x listrik terproduksi aktual pada unit proyek – listrik terproduksi pada open cycle

(menggunakan metodologi CDMACM0007/versi 04)

12. Program konversi minyak tanah ke LPG

Tracking dan perhitungan dilakukan terhadap program konversi minyak tanah melalui

realisasi penggunaan tabung LPG 3 kg di seluruh Indonesia.

Perhitungan penurunan emisi GRK didapatkan melalui:

emisi minyak tanah – emisi LPG

dimana,

Emisi LPG : konsumsi LPG x faktor emisi

Emisi Minyak Tanah = konsumsi setara minyak tanah x faktor emisi

Faktor emisi menggunakan IPCC Guideline 2006

13. Pembangunan Penerangan Jalan Umum Cerdas (PJU Cerdas)

Perhitungan penurunan emisi GRK dengan cara:

Mitigasi : selisih produksi x faktor emisi listrik

Selisih produksi listrik : jumlah unit x (daya lampu terpasang baru-daya lampu terpasang

lama) x lama pemakaian setahun x loses

Verifikasi yang dilakukan oleh tim verifikasi terhadap klaim penurunan emisi atas aksi

mitigasi sektor energi, khususnya transportasi yang diajukan oleh Kementerian

Perhubungan menggunakan metode tracking dan perhitungan atas data pendukung.

Tracking dan perhitungan pada masing-masing aksi adalah sebagai berikut:

1. Sub Sektor Perhubungan Darat

ITS (Intelligent Transportation Systems)/ATCS

Perhitungan Penurunan Emisi GRK dengan cara:

rata2 konsumsi bahan bakar sebelum penerapan ITS – rata2 konsumsi bahan bakar

sesudah penerapan ITS) x (faktor emisi x total trip per tahun) / 1000

Penerapan pengendalian dampak lalu lintas (TIC)

Perhitungan Penurunan Emisi GRK dengan cara:

(konsumsi BBM kendaraan perkotaan/tahun) x (% reduksi emisi oleh rekomendasi

andalalin) x (% reduksi emisi oleh jaringan jalan) x FE CO2

Reformasi sistem transit – BRT

Jumlah Penurunan Emisi GRK dari BRT yaitu:

jumlah bus untuk BRT x faktor konversi x jumlah tahun program)/jumlah angkutan

umum x emisi CO2

Pelatihan dan sosialisasi smart driving

Penurunan emisi GRK dengan cara:

jumlah pengemudi peserta pelatihan smart driving x rata-rata hari operasi angkutan

x rata-rata trip/hari x operasional angkutan per hari x konsumsi bahan bakar per

hari x prosentase penurunan emisi x faktor emisi CO2

Membangun non motorized transport (NMT)

Rumus perhitungan penurunan emisi GRK sebagai berikut:

panjang NMT x jumlah pejalan kaki x faktor emisi CO2 x konsumsi bahan bakar

Pembinaan Pelayanan Angkutan Umum (Peremajaan Armada Angkutan Umum)

Page 35: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 23

Jumlah armada angkutan umum yang diremajakan/jumlah total angkutan umum) x

jarak tempuhnya x % reduced CO2 emission x emisi CO2 oleh angkutan umum

tahun 2020

2. Sub Sektor Perhubungan Laut

Efisiensi Manajemen Operasional Pelabuhan (Pembangunan Teknologi Sollar Cell

pada Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

Metode perhitungan penurunan emisi GRK yaitu:

penggunaan BBM SBNP x faktor emisi

Modernisasi Kapal (Peremajaan Kapal & Teknologi Kapal) (Kapal Perintis)

Metode perhitungan penurunan emisi GRK yaitu:

Rata-rata daya Genset x Load Factor x FE CO2 x jam operasi setahun

3. Sub Sektor Perhubungan Udara

Metodologi perhitungan penurunan emisi GRK menggunakan ICAO Calculator

Peremajaan Armada Angkutan Udara

Armada pesawat udara bertambah 10%-15% tiap tahun dari tahun 2012-2018 untuk

penerbangan domestik dan 5% per tahun dimulai dari tahun 2014 sampai dengan

tahun 2017 untuk penerbangan internasional.

Penyempurnaan system dan prosedur pengoperasian serta perawatan pesawat

udara (Efisiensi Operasional Penerbangan)

Penggunaan biofuel untuk pesawat udara (dari 2018) dan GSE (15% dimulai tahun

2015)

Performance Base Navigation (PBN)

Mengembangkan sistem manajemen ruang udara melalui PBN (star-SID, RNP-10,

RNP-5, R-Nav-App)

Penghijauan Lingkungan Bandar udara

Implementasi eco airport

Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan

Pemanfaatan energi baru dan terbarukan dimulai tahun 2015 untuk fasilitas bandar

udara

Metodologi Sektor IPPU

Berikut metodologi perhitungan penurunan emisi GRK pada setiap aksi mitigasi yang

telah diklaim oleh Kementerian Perindustrian, sebagai berikut:

1. Penurunan Ratio Clinker

Perhitungan penurunan emisi GRK didapatkan melalui:

Reduksi Emisi = BAU kegiatan per tahun – Inventory kegiatan per tahun

BAU kegiatan per tahun = produksi cementitious x emission intensity calcination BAU

Inventory kegiatan per tahun = produksi cementitious x emission intensity calcination

Inventory

2. Pemanfaatan Bahan Bakar Alternatif dan Efisiensi Energi di Industri Semen

Perhitungan penurunan emisi GRK didapatkan melalui:

Reduksi Emisi = BAU kegiatan per tahun – Inventory kegiatan per tahun

Dimana,

BAU kegiatan per tahun = produksi cementitious x emission intensity fuel component

BAU

Inventory kegiatan per tahun = produksi cementitious x emission intensity fuel

component Inventory

Page 36: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 24

Metodologi Sektor Pertanian

1. Budidaya Padi Sawah (SLPTT, SRI, Varietas Rendah Emisi)

Data aktivitas yang digunakan dalam kegiatan budidaya padi sawah adalah:

Luas panen

Varietas dan umur budidaya padi

Pengelolaan air selama budidaya padi sawah

Jenis dan jumlah bahan organik yang dikembalikan ke lahan sawah

Jenis tanah

Emisi metane dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CH4 rice = A x t x (Efc x SFw x Sfo x SFr x SFs) x 10-6

Dimana:

CH4 rice : Emisi metane dari budidaya padi sawah

A : Luas panen padi sawah

T : Lama budidaya padi sawah untuk kondisi, hari

Efc : Faktor emisi baseline untuk padi sawah dengan

penggenangan terus menerus dan tanpa pengembalian

bahan organik

SFw : Faktor skala yang menjelaskan pengelolaan air selama

periode budi daya

Sfo : Faktor skala yang menjelaskan jneis dan jumlah

pengembalian bahan organik yang diterapkan pada periode

budidaya padi sawah

SFr : Faktor skala varietas padi sawah

SFs : Faktor skala jenis tanah.

2. UPPO (Unit Penggunaan Pupuk Organik)

Aksi mitigasi UPPO dihitung dengan mengaplikasikan pupuk organik dan pupuk subsidi

dengan asumsi pemupukan dilakukan sebesar 5 ton pupuk organik dan pupuk subsidi

setiap Ha lahan. Besarnya penurunuan emisi dari aksi mitigasi dilakukan dengan rumus:

C tanah = A X SOC x F LU X F mg x F1.

C tanah : Jumlah penambahan carbon dalam tanah

A : Luas lahan dengan penambahan pupuk

SOC Ref : Karbon tanah sebesar 47 ton C/Ha

F LU : faktor untuk long term management cultivated sebesar 0.48

F mg : Skala full tillage sebesar 1

F1. : High with manure sebesar 1,44

Penurunan emisi dihitung dengan menghitung perbedaan antara aksi mitigasi dengan

baseline dibagi 20 tahun. Selanjutnya dilakukan konversi satuan menjadi Juta Ton CO2e

dengan menggunakan Global Warming Potential yang hasil akhirnya berupa CO2e.

Page 37: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 25

Data aktivitas yang diperlukan untuk menghitung emisi dari aplikasi pupuk organik

adalah:

Jumlah pupuk urea yang digunakan sebelum aksi (baseline) dan sesudah aksi

mitagasi dalam ton

Jumlah pupuk organik yang digunakan, dalam ton

Dosis pupuk urea dan pupuk organik, dalam ton/ha.

3. Batamas (Biogas Ternak Asal Masyarakat)

Verifikasi terhadap aksi mitigasi Batamas dilakukan dengan menghitung emisi metane

dari pemanfaatan kotoran ternak untuk menghasilkan biogas dengan mengalikan jumlah

kotoran ternak dengan faktor emisi dengan rumus:

CH4 ternak = P ternak x % pembuangan x FE ternak.

Dimana:

CH4 ternak : Emisi GRK dari kotoran ternak kg CH4/tahun

P ternak : Populasi ternak

%

pembuangan

: Persentase populasi ternak yang kotorannya

dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas dalam

kegiatan mitigasi (%)

FE ternak : Faktor emisi CH4 kotoran ternak (kg CH4/ekor/tahun)

Metodologi Sektor Kehutanan

1. Penurunan deforestasi

Verifikasi capaian penurunan emisi dari kegiatan penurunan deforestasi dilakukan

melalui pendekatan penghitungan dengan cara pengurangan tingkat rujukan emisi hutan

(TREH/FREL) dari deforestasi dengan emisi aktual dari deforestasi yang terjadi pada

tahun berjalan.

2. Peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di hutan alam

(penurunan degradasi hutan) maupun di hutan tanaman.

Verifikasi capaian penurunan emisi dari kegiatan peningkatan penerapan prinsip

pengelolaan hutan berkelanjutan dilakukan melalui pendekatan penghitungan dengan

cara pengurangan tingkat rujukan emisi hutan (TREH/FREL) dari degradasi hutan

dengan emisi aktual dari degradasi hutan yang terjadi pada tahun berjalan.

3. Rehabilitasi lahan terdegradasi

Verifikasi capaian penurunan emisi dari kegiatan rehabilitasi lahan terdegradasi

dilakukan melalui pendekatan penghitungan dengan cara pengurangan emisi dari

tutupan lahan nonhutan yang menjadi hutan dengan emisi aktual dari tutupan lahan

berupa hutan yang berasal dari nonhutan pada tahun berjalan.

4. Restorasi lahan gambut

Verifikasi capaian penurunan emisi dari kegiatan restorasi lahan gambut dilakukan

melalui pendekatan penghitungan dengan cara pengurangan tingkat rujukan emisi hutan

(TREH/FREL) dari dekomposisi gambut (peat decomposition) dengan emisi aktual dari

dekomposisi gambut (peat decomposition) pada tahun berjalan.

5. Pengendalian peat fire (kebakaran gambut)

Verifikasi capaian penurunan emisi dari kegiatan pengendalian peat fire (kebakaran

gambut) dilakukan melalui pendekatan penghitungan emisi baseline dari peat fire

(kebakaran gambut) dengan emisi aktual dari dari peat fire (kebakaran gambut) pada

tahun berjalan.

Page 38: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 26

Metodologi Sektor Limbah

Perhitungan verifikasi atas penurunan emisi secara nasional pada sektor limbah

dilakukan atas aksi pengomposan dengan basis data ADIPURA. Memperhatikan

ketersediaan data, maka penghitungan dilakukan mulai dari tahun 2013 – 2015, sedangkan

hasil penghitungan tahun 2016 masih bersifat potensi untuk selanjutnya dilakukan verifikasi

(subject to verified). Penghitungan emisi GRK mempergunakan pendekatan metode dengan

rumus penghitungan sebagai berikut:

Emisi = Data Aktivitas x Faktor Emisi

Perhitungan aktivitas aksi mitigasi pada bidang pengelolaan limbah padat domestik

dengan melakukan pengukuran langsung dan estimasi emisi, sebagai berikut:

CH4 = komposting per tahun x faktor emisi / 365

Faktor emisi pengomposan = 4 ton CH4 per Ton Sampah, dengan:

Jumlah sampah masuk TPA per tahun dalam satuan Ton atau Giga Gram

Composting per tahun dalam bentuk jumlah kompos yang dihasilkan dari pelaksanaan

aksi mitigasi di lokasi TPA

Mitigasi metan dari komposting adalah penghindaran atau penurunan emisi gas metan

yang ditimbulkan oleh sampah apabila tidak dilakukan pengomposan.

Pemanfaatan metan per tahun dapat diperoleh dari pencatatan flowmeter gas metan,

sebagai bukti bahwa gas metan yang dihasilkan telah dimanfaatkan.

Page 39: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 27

BAB III HASIL INVENTARISASI GRK NASIONAL

3.1. PROFIL EMISI GRK NASIONAL

Hasil perhitungan inventarisasi gas rumah kaca nasional menunjukkan tingkat emisi

GRK di tahun 2016 menjadi sebesar 1.514.949,8 GgCO2e, meningkat sebesar 507.219

GgCO2e dibanding tingkat emisi tahun 2000, atau mengalami peningkatan sebesar 2,9%

per tahun selama periode tahun 2000-2016. Untuk emisi pada Tahun 2016 masing-masing

kategori/sektor, adalah sebagai berikut:

1. Energi, sebesar 618.581 GgCO2e

2. Proses Industri dan Penggunaan Produk, sebesar 49.629 GgCO2e

3. Pertanian, sebesar 117.100 GgCO2e

4. Kehutanan dan Kebakaran Gambut, sebesar 631.725 GgCO2e.

5. Limbah, sebesar 97.915 GgCO2e

Profil emisi GRK selama periode 2000-2016 secara lebih lengkap digambarkan pada

grafik pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3 Profil Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2016

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 2000-2016, terjadi

lonjakan emisi GRK Nasional pada tahun 2015 yang sebagian besar disebabkan emisi pada

kebakaran gambut (peat fire). Kategori LULUCF dan kebakaran gambut menyumbang emisi

sebesar 1.545.071 GgCO2e (terdiri dari 742.201 GgCO2e dari LULUCF dan 802.870

GgCO2e dari kebakaran gambut) dari total emisi pada tahun tersebut sebesar 2.452.505

GgCO2e. Sedangkan pada tahun 2016, emisi dari LULUCF dan kebakaran gambut dapat

ditekan masing-masing menjadi 541.457 GgCO2e dan 90.267 GgCO2e. Sedangkan emisi

pada sektor lainnya pada tahun 2015 dan 2016 mengalami perubahan

Page 40: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 28

(peningkatan/penurunan) yang deltanya tidak terlalu besar terhadap total emisi pada tahun

dimaksud.

Emisi GRK Nasional secara detail pada masing-masing kategori/sektor dapat dilihat

pada Tabel di bawah ini.

Tabel 7 Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2016

Tahun Energi IPPU Pertanian LULUCF Peat Fire Limbah Total

(MTon CO2-e)

(MTon CO2-e)

(MTon CO2-e)

(MTon CO2-e)

(MTon CO2-e)

(MTon CO2-e) (MTon CO2-e)

2000 298 43 100 344 162 62 1,008

2001 328 48 98 329 51 64 919

2002 340 42 97 373 302 67 1,222

2003 350 41 99 329 132 70 1,021

2004 369 43 100 476 232 72 1,292

2005 373 42 102 440 259 74 1,290

2006 391 39 102 479 511 79 1,601

2007 387 36 106 554 63 80 1,225

2008 410 36 103 514 82 81 1,226

2009 399 38 108 621 300 85 1,550

2010 453 36 108 383 51 88 1,120

2011 489 36 109 427 189 93 1,343

2012 508 40 113 488 207 96 1,452

2013 545 39 112 402 205 100 1,404

2014 602 47 113 480 499 102 1,844

2015 652 49 111 742 803 95 2,453

2016 619 50 117 541 90 98 1,515

3.2 PROFIL EMISI SEKTORAL

Bab ini membahas rangkuman Inventarisasi GRK Nasional Indonesia tahun

2015 dan 2016. Inventarisasi GRK Nasional mencakup rincian emisi antropogenik

berdasarkan sumber dan resapan, yang dihitung menggunakan IPCC 2006

Guidelines (Gambar 4). Inventarisasi GRK nasional mencakup sektor-sektor

sebagai berikut: (a) energi, (b) proses industri dan penggunaan produk, (c)

pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya; dan (d) limbah.

Gambar 4 Kategori Utama Sumber Emisi GRK (IPCC-2006 GL)

GHGSources

1. Energy

2. IndustrialProcessesandProductUse(IPPU)

3. Agriculture,Forestry,andOtherLandUse(AFOLU)

4. Waste

5. Other

Page 41: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 29

3.2.1 Sektor Energi a. Kategori Sumber Emisi GRK dari Sektor Energi

Kegiatan Pengadaan dan Penggunaan Energi merupakan salah satu sektor penting

dalam inventarisasi emisi gas rumah kaca (GRK). Cakupan inventarisasi sektor energi

meliputi kegiatan pengadaan/penyediaan energi dan penggunaan energi.

Pengadaan/penyediaan energi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber energi primer (misal minyak mentah,

batubara);

Konversi energi primer menjadi energi sekunder yaitu energi yang siap pakai

(konversi minyak mentah menjadi BBM di kilang minyak, konversi batubara

menjadi tenaga listrik di pembangkit tenaga listrik), dan

Kegiatan penyaluran dan distribusi energi.

Adapun penggunaan energi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Penggunaan bahan bakar untuk peralatan tidak bergerak atau stasioner (di

industri, komersial, dan rumah tangga), dan

Peralatan yang bergerak (transportasi).

Berdasarkan buku panduan IPCC tahun 2006 sumber emisi sektor energi

dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu (a) pembakaran bahan bakar, (b) emisi

fugitif dari produksi bahan bakar, dan (c) kegiatan transportasi, injeksi, dan

penyimpanan CO2 (terkait Carbon Capture Storage-CCS). Oleh karena kegiatan CCS

belum dilaksanakan di Indonesia, hanya 2 sumber emisi (poin a dan b) saja yang

dibahas dalam laporan ini. Ruang lingkup sumber emisi GRK dari sektor energi dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Sumber Emisi GRK Dari Sektor Energi

A. Pembakaran Bahan Bakar

Emisi GRK yang berasal dari pembakaran bahan bakar termasuk emisi yang

dihasilkan oleh industri energi, manufaktur, industri (tidak termasuk konstruksi),

transportasi, dan sumber-sumber lainnya seperti rumah tangga, komersial, dan ACM

(Agriculture, Construction, and Mining), sebagaimana Gambar 6. Pembakaran bahan

bakar dari konstruksi tercakup di dalam sub sektor ACM (1A4 Other Sources). Pada

sub sektor ACM untuk pelaporan ini masih belum dapat dilakukan disagregasi data

Energy

1A.FuelCombus on

1B.Fugi veemissionsfromfuelsproduc on

1C.CO2TransportandStorage(relatedtoCCS)

Page 42: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 30

untuk masing-masing komponen sub sektor tersebut, dan menjadi bagian dari rencana

perbaikan jangka panjang.

Gambar 6 Sub Kategori Sumber Emisi GRK Dari Kategori Pembakaran Bahan Bakar

Pembakaran Bahan Bakar di Industri Energi

Emisi GRK dari kategori ini mencakup semua emisi yang dihasilkan selama

pembakaran bahan bakar pada produksi listrik dan panas, industri minyak bumi, dan

manufaktur bahan bakar padat. Produksi listrik termasuk listrik yang dihasilkan oleh

PLN, pembangkit listrik mandiri, dan pembangkit listrik swasta. Emisi GRK yang

berasal dari produksi panas dan gabungan panas dan listrik, dimana biasanya terjadi di

industri, sudah dihitung sebagai emisi GRK dari pembakaran bahan bakar pada

industri manufaktur. Industri minyak bumi mencakup industri hulu migas, penyulingan

minyak, produksi LNG dan LPG.

Gambar 7 Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bahan Bakar Di Industri Energy

Pembakaran Bahan Bakar di Industri Manufaktur

Industri manufaktur mencakup semua jenis industri yang diketahui menggunakan

pembakaran bahan bakar sebagai sumber energinya. Sebetulnya hampir semua

industri masuk di dalam kategori ini. Di Indonesia, data konsumsi bahan bakar industri

dikumpulkan dari data penjualan bahan bakar ke industri-industri tersebut, dimana

merupakan data agregat. Emisi GRK dari pembakaran bahan bakar di industri

manufaktur dihitung dari agregat data konsumsi bahan bakar tersebut. Hal yang perlu

menjadi catatan adalah emisi GRK dan pembakaran bahan bakar pada pertambangan

mineral dimasukkan ke dalam kategori ini. Bagaimanapun, GRK dari pembakaran

1A1EnergyIndustry

1A2ManufacturingIndustryandConstruc on

1A3Transporta on

1A4OtherSources:residen al,commerce,ACM

FuelCombus on

FuelCombus oninEnergyIndustry/

Producers

1A1aiElectricityGenera on(PLN,IPP,Cap ve)1A1aiiCombinedHeat&Power(CHP)1A1aiiiHeatPlant

1A1aElectricityandHeatProduc on

1A1bOilandGasIndustry(upstreamproduc on,oilrefining,LNGliquefac on,LPGproduc on)

1A1cManufactureofSolidFuels

1A1aElectricityandHeatProduc on

Page 43: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 31

bahan bakar pada kegiatan pertambangan bahan bakar yang tercakup dalam ACM

akan dijelaskan pada sub-bab selanjutnya.

Gambar 8 Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bahan Bakar Pada Industri Manufaktur

Pembakaran Bahan Bakar Sektor Transportasi

Menurut panduan IPCC 2006 emisi dari sektor transportasi mencakup emisi yang

dihasilkan dari pembakaran bahan bakar penerbangan sipil, transportasi darat, kereta

api, navigasi air, dan transportasi lainnya (jalur pipa dan off road). Emisi yang

dilaporkan pada inventarisasi kali ini menggunakan data konsumsi bahan bakar

agregat. Data konsumsi untuk sektor transportasi dikelompokkan sesuai jenis bahan

bakar. Sebagai contoh avgas dan avtur hanya digunakan pada penerbangan sipil,

maka emisi dari penerbangan sipil dapat dihitung dari data konsumsi avgas dan avtur.

Namun perhitungan emisi tersebut tidak dapat dibedakan antara penerbangan

domestik dan internasional karena data konsumsi yang ada merupakan data agregat

keduanya. Semua jenis bensin (RON 88, RON 92, RON 95, Bio-RON 88, dan Bio-RON

92) hanya digunakan untuk transportasi darat (mobil dan motor). Untuk bahan bakar

seperti gas dan solar, perhitungan emisi GRK tidak dapat dibedakan berdasarkan jenis

transportasi karena data konsumsi solar merupakan data agregat. Bahan bakar solar

termasuk diesel 51, ADO/HSD, IDO, MFO, dan Bio-solar. Transportasi bahan bakar

melalui jalur pipa seperti minyak dan gas serta transfer material industri sudah

termasuk dalam industri terkait.

Gambar 9 Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bakar Sektor Transportasi

ManufacturingIndustryandConstruc on

1A2aIron&Steel1A2bNon-FerrousMetals1A2cChemicals1A2dPulp,PaperandPrint1A2eFoodProcessing,BeverageandTobacco1A2fNon-MetallicMinerals1A2gTransportEquipment1A2hMachinery1A2iMining(excludingfuels)andQuarrying1A2jWoodandWoodProducts1A2kConstruc on1A2lTex leandLeather1A2mNon-SpecifiedIndustry

1A3Transport

1A3aCivilAvia on

1A3bRoadTransport

1A3cRailways

1A3dWater-borneNaviga on

1A3eOtherTransport

Page 44: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 32

Pembakaran Bahan Bakar Sektor Lainnya

Emisi GRK dari kategori ini mencakup pembakaran bahan bakar yang dihasilkan di

perumahan, komersial, dan ACM (Agriculture, Construction, and Mining). Emisi GRK

dari perumahan dan komersial dihasilkan dari pembakaran bahan bakar LPG, gas

pipa, dan minyak tanah. Emisi GRK dari ACM tidak dapat dibedakan sesuai dengan

sub sektor, yaitu pertanian (termasuk perikanan), konstruksi, dan tambang, tapi dapat

dibedakan berdasarkan jenis bahan bakar. Bensin, ADO, dan minyak tanah digunakan

pada peralatan bergerak di kegiatan pertanian termasuk perikanan. Minyak bakar

digunakan pada aktivitas perikanan. ADO dan IDO digunakan di sub sektor tambang

dan konstruksi.

B. Emisi Fugitif dari Produksi Bahan Bakar

Emisi fugitive dari produksi bahan bakar hanya termasuk gas CH4 yang dihasilkan

dari fasilitas produksi migas (hulu), penyulingan dan proses, dan distribusi. Semua

pertambangan batu bara Indonesia merupakan tambang terbuka (permukaan), oleh

karena itu emisi fugitive dari pertambangan batu bara hanya mencakup emisi selama

kegiatan pertambangan.

Gambar 10 Cakupan Emisi Fugitive Dari Produksi Bahan Bakar

b. Jenis Gas

Berdasarkan Pedoman IPCC GL 2006 gas rumah kaca yang diestimasi dalam sektor

energi adalah CO2, CH4 dan N2O.

c. Periode Waktu

Inventarisasi GRK yang dilaporkan meliputi emisi GRK yang dihasilkan pada tahun

2000 sampai 2016.

d. Sumber Data

Semua data dan informasi terkait inventarisasi emisi GRK sektor energi dikumpulkan

dari satu sumber, yaitu Tabel Kesetimbangan Energi dalam Handbook of Energy and

Economic Statistics of Indonesia tahun 2017 yang diterbitkan oleh Pusdatin,

Kementerian Energi dan Sumber Daya (ESDM). Data dari tabel kesetimbangan energi

berupa data konsumsi bahan bakar pada suatu kategori, produk yang dihasilkan dari

1BFugi veemissions

1B1SolidFuels

1B2OilandNat.Gas

1B3Otheremissionsfromenergyproduc on

1B1aCoalMiningandHandling1B1bSpontaneouscombus on

1B2aOil1B2bNat.gas

1B2aiVen ng1B2aiiFlaring1B2aiiiAllother

1B1aiUndergroundmines1B2aiiSurfacemines1B2aiiiAllother

1B2biVen ng1B2biiFlaring1B2biiiAllother

1B1aCoalMiningandHandling

1B1aii1Mining1B2aii2PostMining

Page 45: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 33

kategori tersebut dan data transformasi energi. Unit data aktivitas dalam Tabel

Kesetimbangan Energi adalah BOE sehingga menurut pedoman IPCC GL 2006 perlu

dikonversi terlebih dahulu menjadi Kiloliter atau Ton dengan faktor konversi yang

tersedia dalam Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia.

e. Perhitungan Emisi GRK

Emisi pada sektor energi menggunakan 2 pendekatan:

1. Sektoral approach: pendekatan konsumsi energi (berdasarkan data penggunaan

energi)

2. Refference approach: pendekatan produksi energi (berdasarkan jenis bahan bakar

yang diproduksi dan digunakan)

Sectoral Approach: Tingkat Emisi GRK berdasarkan Sektor

Emisi GRK sektoral dari kegiatan energi selama periode 2000-2016 terangkum pada

Tabel 8 di bawah ini. Sedangkan rincian pada masing-masing sub kategori pada sektor

energy tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 8 Emisi GRK Dari Kegiatan Energi Tahun 2000-2016

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

EMISI

(MTon

CO2e) 298 328 340 350 369 373 391 387 410 399 453 489 508 545 602 652 619

Tabel 9 Emisi GRK Per Subkategori Sektor Energi Tahun 2015

Code Categories

2015

CO2 CH4 N2O Total

GgCO2 GgCH4 GgN2O Gg CO2eq

1 Energy

618.477 1.311

20 652.077

1.A Fuel Combustion

612.316 536

20 629.627

1.A.1 Energy Industries 240.106 4

3

241.089

1.A.1.a Main activity electricity and heat production

225.758 3

3 226.726

1.A.1.b Petroleum refining

14.315 0

0 14.329

1.A.1.c Coal Processing

33 0

0

33

1.A.2 Manufacturing Industries and Construction

205.074 26

4 206.775

1.A.3 Transport

136.396 37

7 139.203

1.A.4 Other Sectors

23.488 468

6 35.269

Page 46: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 34

Code Categories

2015

CO2 CH4 N2O Total

GgCO2 GgCH4 GgN2O Gg CO2eq

1.A.4.a Commercial/Institutional

2.480 3

0 2.549

1.A.4.b Residential

21.008 466

6 32.720

1.A.5 Other

7.252 1

0 7.291

1.B Fugitive emissions 6.162 775

0

22.449

1.B.1 Solid Fuels - 107

-

2.238

1.B.1.a Underground coal mining

-

1.B.1.b Surface coal mining - 107 2.238

1.B.2 Oil and Natural Gas 6.162 668

0

20.211

1.B.2.a Oil

2.082 513

0 12.860

1.B.2.b Natural gas 4.080 156 0 7.351

Tabel 10 Emisi GRK Per Subkategori Sektor Energi Tahun 2016

Code Categories

2016

CO2 CH4 N2O Total

GgCO2 GgCH4 GgN2O Gg CO2eq

1 Energy

588.713 1.274

10 618.581

1.A Fuel Combustion

580.787 54

10 585.010

1.A.1 Energy Industries 246.407 3

3

247.418

1.A.1.a Main activity electricity and heat production

230.941 3

3 231.937

1.A.1.b Petroleum refining

15.394 0

0 15.409

1.A.1.c Coal Processing

71 0

0

71

1.A.2 Manufacturing Industries and Construction

201.972 18

3 203.188

1.A.3 Transport

99.778 29

4 101.666

1.A.4 Other Sectors

24.254 2

0 24.316

1.A.4.a Commercial/Institutional

2.817 0

0 2.829

Page 47: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 35

Code Categories

2016

CO2 CH4 N2O Total

GgCO2 GgCH4 GgN2O Gg CO2eq

1.A.4.b Residential

21.437 2

0 21.487

1.A.5 Other

8.376 1

0 8.421

1.B Fugitive emissions 7.926 1.220

0

33.571

1.B.1 Solid Fuels - 105

-

2.212

1.B.1.a Underground coal mining

-

1.B.1.b Surface coal mining - 105 2.212

1.B.2 Oil and Natural Gas 7.926 1.115

0

31.359

1.B.2.a Oil

1.952 481

0 12.056

1.B.2.b Natural gas 5.974 634 0 19.303

Tabel 9 dan 10 juga menunjukkan bahwa emisi GRK yang dihasilkan dari sektor

energi di Indonesia didominasi oleh CO2. Hal ini berkorelasi positif dengan sumber

emisi pada sektor energy yang didominasi oleh emisi GRK dari pembakaran bahan

bakar (Gambar 11). Data pada Tabel 9 dan 10 serta Gambar 11 menunjukkan bahwa

pembakaran bahan bakar baik untuk pembangkit listrik, industri, transportasi, dll (area

biru) menyumbangkan emisi GRK sekitar 94%-97% dari total emisi sector energy.

Sedangkan emisi yang berasal dari fugitives (area merah), yakni emisi yang secara

tidak sengaja terlepas pada saat pembakaran bahan bakar, sangat kecil dibandingkan

emisi akibat pembakaran bahan bakar itu sendiri.

Page 48: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 36

Gambar 11 Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Sumber Tahun 2000 – 2016

Kecenderungan emisi sektor energi meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan

peningkatan kebutuhan dan penggunaan energi (Gambar 12). Sepanjang kurun waktu

Tahun 2000-2016 dapat dilihat bahwa penggunaan energi pada industri energi

(termasuk didalamnya penggunaan bahan bakar pada pembangkit listrik dan panas,

kilang minyak, dan proses batu bara) merupakan penyumbang emisi terbesar pada

sector energy, yang diikuti oleh penggunaan energi pada manufaktur pada urutan

kedua, serta penggunaan bahan bakar untuk transportasi pada urutan ketiga.

Namun pada tahun 2016 terjadi penurunan emisi sektor energi, yang disebabkan:

- penurunan emisi transportasi akibat pergeseran penggunaan bahan bakar fossil ke

biofuel, dimana sebelumnya menggunakan 139.203 MBOE menjadi 101.666

MBOE pada tahun 2016.

- Penggunaan bahan bakar fossil pada tahun 2015 sebesar 287.356 MBOE dan

turun menjadi 235.396 MBOE tahun 2016, dan berimplikasi terhadap peningkatan

penggunaan energi pada biofuel dari 19.596 MBOE menjadi 67.628 MBOE tahun

2016.

- Penurunan emisi pada residential antara lain akibat program lampu hemat energi,

dari penggunaan energi sebesar 32.720 MBOE menjadi 21.487 MBOE.

-

100

200

300

400

500

600

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Ggram CO2-e

Thousands

1.B Fugitives 1.A Fuel Combustions

Page 49: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 37

Gambar 12 Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Kegiatan Sub Sektor

Tahun 2000 – 2016

Refference Approach: Tingkat Emisi GRK berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Emisi GRK sector energy berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan dapat dilihat

pada Gambar 13. Pada gambar tersebut terlihat adanya kecenderungan peningkatan

bahan bakar pada yang signifikan dari tahun ke tahun sejak tahun 2000, sedangkan

bahan bakar gas dan cair tidak menunjukkan tren peningkatan/penurunan yang

signifikan. Tren perkembangan emisi GRK ini berhubungan dengan pola suplai bahan

bakar negara.

Gambar 13 Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Tahun 2000-2016

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1.B.2 Fugtives Oil&Gas Up-stream

1.B.1 Fugitives Solid Fuels Mining

1.A.5 Non-Specified

1.A.4.B Residential

1.A.4.A Commercial

1.A.3 Transportation

1.A.2 Manufacturer

1.A.1.c Coal Processing

1.A.1.b Oil and Gas Refineries

1.A.1.a Electricity Generation

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

GgCO

2-e

MBO

E

GasFuels SolidFuels LiquidFuels GasFuelsEmission SolidFuelsEmission LiquidFuelsEmission

Page 50: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 38

Perbandingan antara Reference dan Sectoral Approaches dalam Perhitungan

Tingkat Emisi CO2

Hasil perhitungan emisi GRK menunjukkan bahwa perhitungan CO2 menggunakan

sectoral approach sedikit lebih tinggi dari hasil perhitungan reference approach

disebabkan oleh adanya emisi fugitive (Tabel 11), namun tidak terdapat perbedaan

yang signifikan dalam perhitungan keduanya.

Tabel 11 Perhitungan Emisi GRK Sektor Energi Menggunakan Metoda Reference

Dan Sectoral Approach, Gg CO2-e

Metode dan Sumber Emisi Emission (Gg CO2e)

2000 2015 2016

Metode: Refference Approach

1. Liquid Fuels 155.515

184.990

182.945

2. Solid Fuels 52.998

328.483

338.310

3. Gas Fuels 67.748

91.221

96.536

Total Refference Approach 276.262

604.694

617.792

Metode: Sectoral Approach

1.A Fuel Combustion 269.009

629.627

585.010

1.B Fugitives 29.404

22.449

33.571

Total Sectoral Approach 298.412

652.077

618.581

f. Sumber Emisi Kunci

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori kunci sumber emisi

pada sector energy pada tahun 2015 dan 2016 adalah energy industry (penggunaan

bahan bakart pada pembangkit listrik dan panas, kilang minyak, dan proses batubara),

yang diikuti oleh penggunaan bahan bakar pada manufaktur, dan selanjutnya

transportasi. Besaran emisi lebih detailnya pada kategori kunci tersebut pada tahun

2015 dan 2016 dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13.

Page 51: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 39

Tabel 12 Sumber Emisi Kunci Sektor Energi Tahun 2015

Code Category Total GHG

Emissions 2015

1.A.1.a Main activity electricity and heat production 226.726

1.A.2 Manufacturing industries and construction 206.775

1.A.3 Transport 139.203

Tabel 13 Sumber Emisi Kunci Sektor Energi Tahun 2016

Code Category Total GHG

Emissions 2016

1.A.1.a Main activity electricity and heat production 231.937

1.A.2 Manufacturing industries and construction 203.188

1.A.3 Transport 101.666

3.2 2 Sektor IPPU

a. Kategori Sumber Emisi

Emisi gas rumah kaca dari sektor industri mencakup CO2, CH4, N2O dan

perfluorokarbon (PFC) dalam bentuk CF4 dan C2F6. Emisi yang dihasilkan, terutama

CO2, sebagian besar berasal dari penggunaan energi dan kegiatan proses produksi.

Pada bab ini pembahasan hanya mencakup emisi yang dihasilkan dari kegiatan proses

produksi, sedangkan untuk emisi yang berasal dari penggunaan energi dibahas pada

sektor energi.

Berbagai macam sumber emisi GRK dari industri di Indonesia diklasifikasikan

berdasarkan tipe industri. Berdasarkan IPCC GL 2006, tipe industri dikelompokkan

menjadi industri mineral, kimia, logam, penggunaan produk bahan bakar non-energi

dan pelarut, elektronik dan lain-lain. Dalam laporan ini kegiatan inventarisasi GRK

hanya mencakup emisi dari (i) produksi mineral, seperti semen, kapur, kaca/gelas dan

proses lain penggunaan karbonat (keramik dan penggunaan soda abu), (ii) produksi

kimia, seperti ammonia, asam nitrat, karbida, dan petrokimia (methanol, etilen, etilen

diklorida, dan carbon black), (iii) produski logam (besi dan baja, alumunium, timbal, dan

seng), (iv) penggunaan produk bahan bakar non-energi dan pelarut (pelumas dan lilin

parafin) dan (v) lain-lain yaitu penggunaan karbonat untuk industri pulp dan kertas

serta industri makanan dan minuman.

Emisi GRK dari kegiatan produksi kimia (seperti asam adipat, kaprolaktan, glyoxal,

titanium oksida dan industri soda abu) tidak termasuk dalam cakupan inventarisasi

Page 52: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 40

GRK karena industri tersebut tidak beroperasi di Indonesia. Selain itu, sumber emisi

GRK dari industri ferroalloy, elektronik dan produk manufaktur lainnya (pelarut dan

penggunaan produk lain) juga tidak dihitung lagi karena sulit untuk mendapatkan data.

Gambar 14 Sumber Emisi Dari Sektor IPPU

Saat ini, emisi dari kegiatan proses industri elektronik tidak diestimasi karena data

yang tersedia merupakan data agregat antara industri yang merupakan sumber emisi

GRK dan yang tidak menghasilkan emisi, seperti industri perakitan. Sedangkan untuk

emisi GRK terkait penggunaan bahan pengganti Ozone Depleting Substances (ODS)

juga sulit untuk diestimasi karena data stok ODS tidak tersedia. Walaupun data impor

ODS dapat dilacak tetapi jumlah penggunaannya tidak dapat diketahui. Saat ini

pemerintah sedang mencatat data impor bahan pengganti ODS dimana data tersebut

dapat digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi penurunan emisi GRK tetapi tetap

saja tidak dapat digunakan untuk menetapkan inventarisasi GRK.

Industri Mineral

Emisi dari industri mineral mencakup emisi terkait kegiatan proses kimia dalam industri

semen (produksi klinker), kapur, kaca/gelas dan industri yang menggunakan karbonat

dalam prosesnya. Gambar 15 memperlihatkan cakupan sumber emisi GRK dari

industri mineral yang dilaporkan dalam dokumen ini. Untuk penggunaan karbonat pada

produksi non-metallurgical magnesia dan other tidak diestimasi karena tidak digunakan

di Indonesia.

2AMineralIndustry2BChemicalIndustry2CMetalIndustry2DNon-EnergyProductsfromFuelsandSolventUse2EElectronicIndustry2FProductUsesasSubs tutesforOzoneDeple ngSubstances2GOtherProductManufactureandUse2HOthers(pulppaper,F/B,etc.)

2IndustrialProcessesandProductUse

Page 53: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 41

Gambar 15 Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Mineral

Industri Kimia

Mengacu pada Pedoman IPCC 2006, proses produksi di industri kimia yang tercakup

dalam inventarisasi GRK adalah amonia, asam nitrat, karbida, asam adipat,

kaprolaktam, glioksal, dan asam glioksilat, titanium dioksida, produksi soda abu alami,

dan petrokimia (metanol, etilen, etilen diklorida, dan karbon hitam). Namun untuk

beberapa jenis industri seperti asam adipat, kaprolaktam, glioksal, asam glioksilat,

titanium dioksida, dan industri soda abu tidak dilakukan estimasi emisi GRK karena

industry tersebut tidak ada di Indonesia. Untuk saat ini keberadaan dan penggunaan

produk-produk tersebut berasal dari impor. Estimasi emisi GRK dari jenis industri kimia

yang dibahas dalam laporan ini terbatas pada industri yang berada di Indonesia dan

ketersediaan data-data yang diperlukan. Industri tersebut antara lain: industri amonia,

asam nitrat, karbida, metanol, etilen, etilen diklorida, dan karbon hitam (lihat Gambar

16 dan 17).

Gambar 16 Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Kimia

2A1Cement2A2LimeProduc on2A3GlassProduc on2A4OtherProcessUsesofCarbonates2A5Other

2AMineralIndustry 2A4aCeramics

2A4bOtherUsesofSodaAsh2A4cNonMetallurgicalMagnesiaProduc on2A4dOther

Page 54: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 42

Gambar 17 Cakupan Sumber Emisi sektor IPPU dari Produksi Petrokimia dan

Carbon Black

Industri Logam

Berdasarkan Pedoman IPCC 2006, industri logam mencakup jenis-jenis industri seperti

besi & baja, ferroalloy, alumunium, magnesium, timbal dan seng (Gambar 18). Namun

dalam laporan ini, estimasi emisi pada inventarisasi GRK dari industri logam hanya

kegiatan produksi besi & baja, alumunium, timbal dan seng. Hal ini dikarenakan belum

tersedianya data untuk industri tersebut.

Gambar 18 Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Logam

Penggunaan Produk Non-Energi dan Pelarut

Penggunaan produk yang yang termasuk dalam kategori ini mencakup pelumas,

lilin/parafin dan pelarut. Gambar dibawah memperlihatkan lingkup sumber emisi GRK

dari penggunaan produk yang dibahas dalam laporan ini.

2B8aMethanol2B8bEthylene2B8cEthyleneDichlorideandVCM2B8dEthyleneDioxide2B8eAcrylonitrile2B8fCarbonBlack

2B8PetrochemicalandCarbonBlackProduc on

2C1IronandSteelProduc on2C2FerroalloysProduc on2C3AluminumProduc on2C4MagnesiumProduc on2C5LeadProduc on2C6ZincProduc on2C7Other

2CMetalIndustry

Page 55: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 43

Gambar 19 Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Produk Non-Energi Dan

Pelarut

Industri Lainnya

Emisi GRK dari kategori industri lainnya mencakup emisi terkait penggunaan karbonat

selama kegiatan produksi pada industri pulp/kertas dan makanan/minuman. Dalam

industri pulp/kertas, karbonat digunakan pada proses lime kiln dan proses make-up

bahan kimia untuk proses lime kiln. Walaupun jumlah penggunaan karbonat tersebut

tidak signifikan, proses tersebut tetap akan melepaskan emisi GRK ke atmosfer.

Gambar 20 Cakupan Emisi GRK Dari Kategori Industri Lain

b. Jenis Gas

Tipe emisi GRK dari sektor IPPU mencakup CO2, CH4, N2O, HFC, per-fluorocarbon

(PFCs), dan SF6. Pada sektor industri, CO2 biasanya dilepaskan dari kegiatan

pembakaran bahan bakar. Pada beberapa industri, emisi juga dihasilkan selama

proses produksi dan penggunaan produk. Berdasarkan IPCC GL 2006, emisi GRK dari

hasil pembakaran bahan bakar fosil tidak dilaporkan dalam kategori IPPU karena

sudah tercakup dalam kategori energi. Oleh karena itu pada bab ini hanya dibahas

emisi GRK dari kegiatan proses industri dan penggunaan produk saja.

c. Periode Waktu

Inventarisasi GRK yang dilaporkan dalam dokumen ini mencakup emisi GRK yang

dihasilkan dari tahun 2000-2016.

2D1 Lubricant Use

2D2 Paraffin Wax Use

2D3 Solvent Use

2D4 Other

2DNon-EnergyProductsfromFuelsandSolventUse

2H1PulpandPaperIndustry2H2FoodandBeveragesIndustry2H3Others

2HOther

Page 56: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 44

d. Sumber Data

Data dan informasi terkait inventarisasi GRK sektor IPPU diperoleh dari PPIHLH,

Kementerian Perindustrian, dokumen Statistik Industri diterbitkan oleh BPS, dan

handbook of energy yang diterbitkan Kementerian ESDM. Perlu diperhatikan bahwa

seluruh data kegiatan industri telah dikonsolidasi dan diverifikasi melalui beberapa

rangkaian pertemuan dan diskusi yang dikoordinasikan oleh Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan.

Tabel 14 Sumber Data dan Dokumen yang Digunakan untuk Setiap Kategori IPPU

Kode Kategori Sumber data/dokumen

Mineral

2A1 Semen Asosiasi Semen Indonesia (ASI) melalui

PPIHLH Kemenperin

2A2 Kapur Dokumen Statistik Industri BPS / ISIC

2A3 Kaca

2A4 Proses Lain Penggunaan Karbonat:

2A4a Keramik Dokumen Statistik Industri BPS / ISIC

2A4b Penggunaan lain soda abu

Kimia

2B1 Amonia PPIHLH Kementerian Perindustrian

2B2 Asam Nitrat

2B5 Karbida PPIHLH Kementerian Perindustrian dan

Dokumen Statistik Industri BPS / ISIC

2B8 Petrokimia dan Carbon Black:

2B8a Metanol

PPIHLH Kementerian Perindustrian 2B8b Etilen

2B8c Etilen Diklorida dan VCM

2B8f Carbon Black Dokumen Statistik Industri BPS / ISIC

Logam

2C1 Besi dan baja PPIHLH Kementerian Perindustrian

2C3 Aluminium

2C5 Timbal Dokumen Statistik Industri BPS / ISIC dan

PPIHLH Kementerian Perindustrian 2C6 Seng

Penggunaan Produk Bahan Bakar Non-Energi dan Pelarut

2D1 Penggunaan Pelumas Handbook of Energy, Kementerian ESDM

2D2 Penggunaan Lilin Parafin

Lain-lain

2H1 Pulp dan Kertas Dokumen Statistik Industri BPS / ISIC

2H2 Makanan dan Minuman

Beberapa data diperoleh langsung dari Kementrian Perindustrian seperti data jumlah

produksi klinker, amonia, asam nitrat, karbida, metanol, etilen, etilen diklorida dan

carbon black. Dari Industri logam, data produksi besi dan baja dan alumunium juga

Page 57: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 45

diperoleh dari Kementrian Perindustrian. Untuk kategori penggunaan pelumas dan lilin

parafin diperoleh dari Handbook of Energy Kementrian ESDM. Sedangkan untuk data

lainnya diperoleh dari dokumen Statistik Industri Manufaktur BPS melalui penelusuran

kode Industrial Standard International Classification (ISIC) untuk semua tipe produksi

dari jenis industri yang termasuk diatas.

e. Perhitungan Emisi GRK

Emisi GRK sektoral dari IPPU selama periode 2000-2016 terangkum pada Tabel 15 di

bawah ini. Sedangkan rincian pada masing-masing sub kategori pada sektor IPPU

tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 15 Emisi GRK Dari Sektor IPPU Tahun 2000-2016

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

EMISI

(MTon

CO2e) 43 48 42 41 43 42 39 36 36 38 36 36 40 39 47 49 50

Tabel 16 Emisi GRK Per Subkategori Sektor IPPU Tahun 2015 dan 2016

Code Categories

Emisi 2015 Emisi 2016

(Gg CO2e) (Gg CO2e)

Mineral

2.A.1 Cement 24.558 28.710

2.A.2 Lime 124 124

2.A.3 Glass 2 2

2.A.4.a Ceramics 1,1 1,1

2.A.4.b Other Uses of Soda Ash 2.316 2.316

Chemical

2.B.1 Ammonia 7.854 7.395

2.B.2 Nitric Acid 1.029 1.123

2.B.5 Carbide 24 24

2.B.8.a Methanol 279 292

2.B.8.b Ethylene 784 1.783

2.B.8.c Ethylene Dichloride and VCM 219 400

2.B.8.f Carbon Black 208 219

Metal

Page 58: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 46

Code Categories

Emisi 2015 Emisi 2016

(Gg CO2e) (Gg CO2e)

2.C.1 Iron and Steel 4.917 862

2.C.3 Aluminium 462 441

2.C.5 Lead 74 74

2.C.6 Zinc 69 69

Non-Energy Products from Fuels and Solvent Use

2.D.1 Lubricant Use 211 211

2.D.2 Paraffin Wax Use 3.536 3.536

Others

2.H.1 Pulp and Paper Industry 84 132

2.H.2 Food and Beverages Industry 1.915,76 1.915,76

TOTAL 48.665 49.629

Dari tabel dapat dilihat bahwa secara keseluruhan terjadi kecenderungan penurunan emisi GRK sektor IPPU dari tahun 2000-2007, namun kemudian meningkat kembali hingga tahun 2016. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 21. Komposisi emisi pada setiap subkategori sektor IPPU (Gambar 22 dan 23) menunjukkan bahwa pada 2 tahun terakhir, lebih dari separuh emisi dari sektor energi berasal dari industri semen, yang diikuti oleh industri ammonia pada urutan kedua.

Gambar 21 Tingkat Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2000-2016

0

10000

20000

30000

40000

50000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Ggram

CO2-e

Ceramics

FoodandBeveragesIndustry

Zinc

Carbide

Glass

PulpandPaperIndustry

Lead

Lime

CarbonBlack

LubricantUse

OtherUsesofSodaAsh

EthyleneDichlorideandVCM

Methanol

Aluminium

NitricAcid

Ethylene

ParaffinWaxUse

IronandSteel

Ammonia

Cement

Page 59: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 47

Gambar 22 Komposisi Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2015

Gambar 23 Komposisi Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2016

f. Sumber Emisi Kunci

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori kunci sumber emisi

pada sector IPPU pada tahun 2015 adalah semen, ammonia, besi dan baja, dan

penggunaan paraffin wax. Sedangkan pada tahun 2016 terjadi peningkatan

penggunaan paraffin wax sehingga menempati urutan ketiga setelah semen dan

ammonia. Besaran emisi lebih detailnya pada kategori kunci tersebut pada tahun 2015

dan 2016 masing-masing dapat dilihat pada Tabel 17 dan 18.

50%

16%

10%

7%

2%

2%

1% 1%

5%

4%

Cement

Ammonia

Iron and Steel

Paraffin Wax Use

Ethylene

Nitric Acid

58%

15%

2%

7%

4%2%

1%1% 5% 4%

Cement

Ammonia

Iron and Steel

Paraffin Wax Use

Ethylene

Page 60: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 48

Tabel 17 Sumber Emisi Kunci Sektor IPPU Tahun 2015

Code Category Total GHG

Emissions 2015

2.A.1 Cement

24.557,91

2.A.2 Ammonia

7.854,00

2.A.3

Iron and Steel 4.916,60

2.D.2

Paraffin Wax Use 3.535,82

Tabel 18 Sumber Emisi Kunci Sektor IPPU Tahun 2016

Code Category Total GHG

Emissions 2016

2.A.1 Cement

28.709,84

2.A.2 Ammonia

7.395,00

2.D.2

Paraffin Wax Use 3.535,82

2.A.4.b Other Uses of Soda Ash

2.316,15

3.2.3 Sektor AFOLU

Berdasarkan IPCC Guidelines 2006, sektor pertanian dan peternakan termasuk

kedalam sumber emisi dari sector AFOLU (Agriculture, Forestry and Other Land Use).

AFOLU sendiri dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu (a) peternakan (livestock),

(b) lahan (land)(c) sumber agregat dan emisi non CO2 dari lahan (aggregate sources

and non-CO2 emissions sources on land), (d) others. di Indonesia sektor pertanian dan

peternakan biasanya cukup disebut sektor pertanian dengan cakupan sumber emisi

GRK (GRK) dari sektor AFOLU disajikan pada Gambar 24.

Gambar 24 Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sektor AFOLU

Agriculture,Forestry,andOtherLandUse(AFOLU)

3A.Livestock

3B.Land

3C.AggregateSourcesandnon-CO2Emissionssourcesonland

3D.Other

Page 61: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 49

3.2.3.1 Pertanian

a. Kategori Sumber Emisi

Kategori-kategori sumber emisi di dalam IPCC Guidelines 2006 dari sektor pertanian

yang dihitung dalam laporan ini dapat dilihat pada Gambar 25. antara lain:

Peternakan (3A); yaitu emisi dari fermentasi enterik (3A1), pengelolaan kotoran

ternak (3A2a), termasuk emisi langsung N2O dari pengelolaan kotoran ternak pada

ladang penggembalaan ternak (3A2b) dan emisi tidak langsung N2O dari

pengelolaan kotoran ternak pada ladang penggembalaan ternak (3C6)

Pembakaran biomassa residu pertanian (3C1b)

Pembakaran biomassa pertanian berpindah (3C1c)

Aplikasi kapur pertanian (3C2) dari pengelolaan lahan pertanian (penggunaan

limestone dan dolomite)

Aplikasi pupuk urea (3C3) pada lahan pertanian

Emisi langsung N2O dari tanah terkelola (3C4); aplikasi nitrogen pada tanah

terkelola

Emisi tidak langsung N2O dari tanah terkelola (3C5); deposisi atmosferik dari

nitrogen volatil pada tanah terkelola

Emisi dari budidaya padi sawah (3C7); emisi metana dari budidaya persawahan

padi.

Gambar 25 Kategori Sumber Emisi Dalam IPCC Guidelines Sektor Pertanian

Page 62: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 50

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian Tahun 2017 ini disusun

berdasarkan data-data inventarisasi gas rumah kaca sektor pertanian peride tahun

2000-2016 dengan sumber data utama diperoleh dari Pusat Data dan Informasi

(Pusdatin) Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Asosiasi

Produsen Pupuk Indonesia (APPI).

Peternakan

Kategori sumber emisi GRK dari peternakan yaitu emisi GRK dari fermentasi enterik

dan pengelolaan kotoran ternak (Gambar 26). Emisi dari kedua sumber tersebut

dikategorikan berdasarkan populasi ternak, yaitu sapi perah, sapi lainnya, kerbau,

domba, kambing, unta, kuda, keledai dan keledai, babi, dan unggas (Gambar 27).

Emisi metana dari unta dan keledai tidak diperkirakan karena keterbatasan data.

Gambar 26 Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sektor Peternakan

Catatan: Dicoret berarti tidak dihitung

Gambar 27 Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Fermentasi Enterik Dan

Pengelolaan Kotoran Ternak Berdasarkan Jenis Ternak

3ALivestock

3A1EntericFermenta on

3A2ManureManagement

Dairy Cattle

Beef Cattle

Dairy Cattle

Beef Cattle

Page 63: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 51

Emisi Metana dari Fermentasi Enterik

Ternak menghasilkan metana sebagai produk sampingan dari fermentasi enterik,

proses pencernaan di mana karbohidrat dipecah oleh mikroorganisme menjadi molekul

sederhana untuk diserap ke dalam aliran darah. Sumber utama metana adalah ternak

ruminansia (misalnya, sapi, domba) dengan jumlah moderat yang dihasilkan dari

ternak non ruminansia (misalnya, babi, kuda).

Pengelolaan Kotoran Ternak

Metana yang dihasilkan selama penyimpanan dan penanganan pupuk, dan dari

kotoran disimpan di padang rumput. Dekomposisi pupuk kandang dalam kondisi

anaerob (misalnya, dengan tidak adanya oksigen) selama penyimpanan dan

perawatan menghasilkan CH4. Kondisi ini terjadi paling mudah ketika sejumlah besar

hewan dikelola di daerah terbatas (misalnya, peternakan sapi, penggemukan sapi, dan

babi dan unggas peternakan), dan di mana kotoran dibuang dalam sistem berbasis

cairan.

Selain itu, selama penyimpanan dan pengelolaan kotoran ternak, N2O bisa mengemisi

sebelum diaplikasikan ke tanah (Gambar 28). Emisi N2O yang dihasilkan oleh kotoran

dalam sistem yang 'pastura, range dan paddock' bisa terjadi secara langsung dan tidak

langsung dari tanah. Oleh karena itu, emisi N2O tidak langsung dilaporkan di bawah

kategori N2O Emisi dari Tanah Terkelola (3C6). Emisi N2O langsung terjadi melalui

kombinasi nitrifikasi dan denitrifikasi nitrogen yang terkandung dalam pupuk. Emisi N2O

tidak langsung akibat volatilisasi nitrogen yang terjadi terutama dalam bentuk amonia

dan NOx.

Gambar 28 Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pengelolaan Kotoran Ternak

Sumber Agregat dan Sumber Emisi Non-CO2 pada Lahan

Dalam sektor ini, sumber emisi diklasifikasikan ke dalam enam kategori, yaitu (a) emisi

GRK dari pembakaran biomassa, (b) aplikasi kapur pertanian, (c) aplikasi pupuk urea,

(d) emisi N2O langsung dari tanah yang dikelola, (e) emisi N2O tidak langsung dari

tanah yang dikelola, (f) emisi N2O tidak langsung dari pengelolaan kotoran ternak dan

(g) budidaya padi sawah. Dalam laporan ini, emisi dari pembakaran biomassa di lahan

hutan dan lahan lainnya tidak dihitung, karena data aktivitas mengenai kawasan hutan

yang terbakar dan jenis lahan lainnya tidak tersedia.

3A2ManureManagement

3A2aMethanefromManureManagement

3A2bDirectN2OEmissionsfromManureManagementSystem

Page 64: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 52

Gambar 29 Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sumber Agregat dan Sumber Emisi Non-CO2 pada Lahan

Pembakaran Biomassa

Emisi dari pembakaran biomassa tidak hanya mencakup CO2, tetapi juga GRK lainnya,

atau prekursor, karena pembakaran tidak sempurna bahan bakar, termasuk karbon

monoksida (CO), metana (CH4), senyawa organik yang mudah menguap non-metana

(NMVOC) dan nitrogen (misalnya N2O, NOx.). Emisi GRK non-CO2 diperkirakan untuk

semua kategori penggunaan lahan. Namun dalam laporan ini, hanya emisi dari

pembakaran biomassa di lahan pertanian (Cropland) dan padang rumput (Grassland)

yang dihitung.

Aplikasi Kapur Pertanian

Kapur pertanian digunakan untuk mengurangi keasaman tanah dan meningkatkan

pertumbuhan tanaman dalam sistem lahan yang dikelola, khususnya lahan pertanian

dan hutan yang dikelola. Penambahan karbonat untuk tanah dalam bentuk kapur

(misalnya, batu kapur (CaCO3), atau dalam bentuk dolomit (CaMg (CO3)2) juga

menyebabkan emisi CO2 sebagai kapur karbonat terlarut dan bikarbonat (2HCO3-)

yang terlepas, yang berkembang menjadi CO2 dan air (H2O).

Aplikasi Pupuk Urea

Penambahan urea pada tanah selama pemupukan akan mengakibatkan hilangnya

CO2 yang sebelumnya berada dalam pupuk selama proses produksi industri yang

diproduksi itu. Urea (CO(NH2)2) diubah menjadi amonium (NH4+), ion hidroksil (OH-)

dan bikarbonat (HCO3-), dengan adanya air dan enzim urease. Serupa dengan reaksi

tanah terhadap penambahan kapur, bikarbonat yang terbentuk berkembang menjadi

CO2 dan air (H2O).

Page 65: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 53

Emisi N2O dari tanah yang dikelola

Emisi N2O yang dihasilkan dari input N antropogenik atau N mineralisasi terjadi secara

langsung (yaitu langsung dari tanah dimana N ditambahkan/dirilis), dan secara tidak

langsung: (i) setelah penguapan NH3 dan NOx dari tanah dikelola dan dari

pembakaran bahan bakar fosil dan pembakaran biomassa, dan redeposition lanjutan

gas tersebut dan produk mereka NH4+ dan NO3- ke tanah dan air; dan (ii) setelah

pencucian dan limpasan dari N, terutama sebagai NO3-, dari tanah yang dikelola.

Budidaya Padi Sawah

Dekomposisi anaerobik dari bahan organik di sawah tergenang menghasilkan metana

(CH4), yang melarikan diri ke atmosfer terutama oleh transportasi melalui tanaman

padi. Jumlah tahunan CH4 dari suatu area sawah merupakan fungsi dari jumlah dan

durasi tanaman tumbuh, rezim air sebelum dan selama periode budidaya, dan

perubahan tanah organik dan anorganik. Jenis tanah, suhu, dan varietas padi juga

mempengaruhi emisi CH4.

b. Jenis Gas

Berdasarkan IPCC Guidelines 2006, jenis emisi GRK yang dihasilkan dari sektor

peternakan adalah CH4 dan N2O. Sedangkan emisi GRK dari sumber agregat dan

sumber emisi non-CO2 pada lahan adalah CO2, CH4 dan N2O.

c. Periode Inventarisasi

Inventarisasi GRK yang dilaporkan dalam laporan ini mencakup emisi GRK pada tahun

2000 sampai 2016. Emisi GRK pada tahun 2000 – 2014 diambil dari dokumen TNC.

Sedangkan emisi tahun 2015-2016 merupakan hasil dari perhitungan dari data

aktivitas dan factor emisi terkini.

d. Sumber Data

Peternakan

Populasi ternak dan informasi yang terkait dengan inventarisasi emisi GRK yang

dikumpulkan dari sumber publikasi tunggal, yaitu Statistik Pertanian (2000 - 2016) dari

PUSDATIN (Pusat Data dan Informasi), Kementerian Pertanian (Kementan). Tingkat

emisi dari ternak dengan usia yang berbeda tidaklah sama, sedangkan data statistik

tidak membedakan struktur usia, maka faktor koreksi (k (T)) dikembangkan untuk

mengakomodasi struktur usia ini. Faktor koreksi dikembangkan berdasarkan survei

pada struktur populasi hewan yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2006. Faktor

koreksi (k (T)) untuk sapi potong, sapi perah, dan kerbau adalah 0,72, 0,75 dan 0,72.

Sumber Agregat dan Sumber Emisi Non-CO2 pada Lahan

Data aktivitas yang digunakan untuk menghitung emisi GRK dari sumber agregat dan

sumber emisi non-CO2 pada lahan diperoleh dari berbagai sumber publikasi. Data

Page 66: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 54

aktivitas estimasi emisi GRK dari pembakaran biomassa dan pengapuran bersumber

dari PUSDATIN Kementerian Pertanian; Aplikasi urea, emisi langsung dan tidak

langsung N2O dari tanah yang dikelola, dan emisi N2O tidak langsung dari manajemen

kotoran diterapkan data kegiatan yang diperoleh dari PUSDATIN Kementerian

Pertanian dan APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia). Sementara itu, aktivitas

data untuk memperkirakan emisi metana dari budidaya padi diperoleh dari PUSDATIN

Kementerian Pertanian dan BPS (Badan Pusat Statistik).

e. Perhitungan Emisi GRK

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa pada tahun 2000, total emisi GRK

dari tiga gas utama (CO2, CH4 dan N2O) dari sektor pertanian adalah sebesar 99.717

Gg CO2-e, pada tahun 2016, meningkat secara signifikan menjadi 117.025 Gg CO2-e.

Berdasarkan sumbernya, pada tahun 2016 emisi utama dari sektor pertanian berasal

dari kegiatan budidaya padi sawah (36%), emisi N2O langsung dari tanah yang dikelola

(29%) dan fermentasi enterik dari ternak (11%). Emisi dari sektor pertanian untuk

seluruh kategori pada tahun 2000-2016 dapat dilihat pada Gambar 30.

Gambar 30 Emisi Dari Sektor Pertanian Menurut Kategori Tahun 2000-2016

Peternakan

Pada tahun 2016, total emisi dari sektor peternakan yaitu sebesar 22,193 Gg CO2-e,

lebih tinggi dari emisi sektor peternakan pada tahun 2015 yaitu 21,270 Gg CO2-e

(Gambar 31). Hal ini disebabkan oleh jumlah populasi hewan ternak yang mengalami

kenaikan pada beberapa jenis ternak.

!

Gambar!8.!Emisi!dari!sektor!peternakan!menurut!kategori!tahun!2000R2016!

!

Estimasi Emisi Peternakan

Populasi ternak di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dan terdiri dari

sebelas spesies ternak: sapi potong, sapi perah, kerbau, domba, kambing, babi, kuda,

ayam buras, ayam pedaging, ayam petelur dan bebek. Jumlah populasi tertinggi

adalah spesies ternak ayam pedaging (broiler) dan yang paling rendah adalah sapi

perah (Dairy Cattle) (Tabel 5).

Pada tahun 2016, total emisi dari sektor peternakan yaitu sebesar 22,193 Gg

CO2-e, lebih tinggi dari emisi sektor peternakan pada tahun 2015 yaitu 21,270 Gg

CO2-e (Gambar 9). Hal ini disebabkan oleh jumlah populasi hewan ternak yang

mengalami kenaikan pada beberapa jenis ternak (Tabel 5).

Sumber emisi terbesar terhadap total emisi pada tahun 2016 dari sektor

peternakan adalah dari kategori emisi CH4 dari fermentasi enteric dengan persentase

59%, diikuti oleh emisi N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak (29%), emisi CH4

dari pengelolaan kotoran ternak (6%) dan emisi N2O tidak langsung dari pengelolaan

kotoran ternak (6%) (Gambar 10).!

!

!

!

!

!

Page 67: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 55

Sumber emisi terbesar terhadap total emisi pada tahun 2016 dari sektor peternakan

adalah dari kategori emisi CH4 dari fermentasi enteric dengan persentase 59%, diikuti

oleh emisi N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak (29%), emisi CH4 dari

pengelolaan kotoran ternak (6%) dan emisi N2O tidak langsung dari pengelolaan

kotoran ternak (6%).

Gambar 31 Tren Emisi Co2-e Dari Sektor Peternakan Tahun 2000-2016

Estimasi Emisi Sumber Agregat dan Sumber Emisi Non-CO2 pada Lahan

Beberapa perhitungan emisi nasional dari sumber agregat dan sumber emisi non-CO2

didasarkan pada agregasi emisi di level provinsi, untuk budidaya padi dan pembakaran

biomassa (lahan pertanian dan padang rumput), data yang dikumpulkan dari tingkat

provinsi, sedangkan untuk urea dan aplikasi kapur pertanian serta N2O dari tanah yang

dikelola, data dikumpulkan dari tingkat nasional. Dengan demikian, variasi dalam

kondisi biofisik antar provinsi tersebut dipertimbangkan dalam menentukan faktor

emisi. Berdasarkan sumbernya, emisi GRK dari sumber agregat dan non-CO2 sumber

emisi di darat dapat disampaikan di bawah ini.

Emisi dari Pembakaran Biomassa

Emisi dari pembakaran padang rumput (Biomass Burning Grassland) dihitung

berdasarkan luas panen padi ladang (gogo) pada periode 2000-2016. Sedangkan

emisi dari pembakaran lahan pertanian (Biomass Burning Cropland)dihitung

berdasarkan data luas panen padi dan produksi padi sawah. Kedua data tersebut

bersumber dari Pusdatin Kementerian Pertanian. Hasil perhitungan menunjukkan tren

penurunan dari padang rumput yang terbakar pada setiap tahunnya, sedangkan emisi

dari pembakaran lahan pertanian meningkat (Gambar 32). Total emisi dari

pembakaran biomassa pada tahun 2016 adalah 2,952 Gg CO2-e.

Page 68: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 56

Gambar 32 Emisi Dari Pembakaran Biomassa Pada Periode 2000 - 2016

Aplikasi Kapur Pertanian

Emisi CO2 dari aplikasi kapur pertanian dihitung dari pendekatan jumlah aplikasi kapur pertanian (sesuai dosis yang dianjurkan) untuk perkebunan kelapa sawit, karet dan kakao, yang ditanam pada asam sulfat dan tanah organik. Sedangkan aplikasi kapur pertanian untuk tanaman pangan jarang diterapkan oleh petani. Dengan menggunakan metode ini, tren emisi CO2 dari pengapuran pada 2000-2016 ditunjukkan pada Gambar 33. Konsumsi kapur di Indonesia meningkat secara konsisten dengan perluasan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit setelah tahun 2000. Emisi CO2 dari pengapuran adalah 1.854 Gg CO2 pada tahun 2016. Tren penurunan emisi terjadi pada tahun 2016. Hal ini disebabkan, berkurangnya pemanfaatan perkebunan di lahan gambut, sulfat masam dan mineral yang berdampak pada berkurangnya penggunaan kapur pertanian pada lahan perkebunan.

Gambar 33 Emisi CO2 Dari Aplikasi Kapur Di Bidang Pertanian Tahun 2000-2016

Estimasi Emisi Sumber Agregat dan Sumber Emisi Non-CO2 pada Lahan

Beberapa perhitungan emisi nasional dari sumber agregat dan sumber emisi

non-CO2 didasarkan pada agregasi emisi di level provinsi, untuk budidaya padi dan

pembakaran biomassa (lahan pertanian dan padang rumput), data yang dikumpulkan

dari tingkat provinsi, sedangkan untuk urea dan aplikasi kapur pertanian serta N2O dari

tanah yang dikelola, data dikumpulkan dari tingkat nasional. Dengan demikian, variasi

dalam kondisi biofisik antar provinsi tersebut dipertimbangkan dalam menentukan

faktor emisi.Berdasarkan sumbernya, emisi GRK dari sumber agregat dan non-CO2

sumber emisi di darat dapat disampaikan di bawah ini :

Emisi dari Pembakaran Biomassa

Emisi dari pembakaran padang rumput (Biomass Burning Grassland)dihitung

berdasarkan luas panen padi ladang (gogo) pada periode 2000-2016. Sedangkan

emisi dari pembakaran lahan pertanian (Biomass Burning Cropland)dihitung

berdasarkan data luas panen padi dan produksi padi sawah. Kedua data tersebut

bersumber dari Pusdatin Kementerian Pertanian. Hasil perhitungan menunjukkan tren

penurunan dari padang rumput yang terbakar pada setiap tahunnya, sedangkan emisi

dari pembakaran lahan pertanian meningkat (Gambar 13). Total emisi dari

pembakaran biomassa pada tahun 2016 adalah 2,952 Gg CO2-e.!

!

Gambar!13.!Emisi!dari!pembakaran!biomassa!pada!periode!2000!R!2016!

Aplikasi Kapur Pertanian

Emisi CO2 dari aplikasi kapur pertanian dihitung dari pendekatan jumlah

aplikasi kapur pertanian (sesuai dosis yang dianjurkan) untuk perkebunan kelapa

sawit, karet dan kakao, yang ditanam pada asam sulfat dan tanah organik.Sedangkan

aplikasi kapur pertanian untuk tanaman pangan jarang diterapkan oleh petani. Dengan

menggunakan metode ini, tren emisi CO2 dari pengapuran pada 2000-2016

ditunjukkan pada Gambar 14.Konsumsi kapur di Indonesia meningkat secara konsisten

dengan perluasan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit setelah tahun

2000.Emisi CO2 dari pengapuran adalah 1.854 Gg CO2 pada tahun 2016.Tren

penurunan emisi terjadi pada tahun 2016.Hal ini disebabkan, berkurangnya

pemanfaatan perkebunan di lahan gambut, sulfat masam dan mineral yang berdampak

pada berkurangnya penggunaan kapur pertanian pada lahan perkebunan.

!

!

Gambar!14.!Emisi!CO2!dari!aplikasi!kapur!di!bidang!pertanian!tahun!2000R2016!

!

Aplikasi Pupuk Urea

Data aktivitas konsumsi urea untuk tahun 2000-2016 berasal dari konsumsi

pupuk di pasar domestik dari APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia).Selain itu,

aplikasi urea juga diperkirakan dari perkebunan kelapa sawit (termasuk perkebunan

rakyat) dengan mengalikan dosis yang dianjurkan urea dengan luas perkebunan. Emisi

CO2 dari aplikasi urea di sektor pertanian diperlihatkan pada Gambar 15, dengan emisi

sebesar3,900 Gg CO2 pada tahun 2000 dan 4.982 Gg CO2 pada tahun 2016. Tren

peningkatan emisi dari aplikasi urea mengikuti peningkatan produksi tanaman

khususnya padi, di mana area panen padi sawah yang cenderung dari tahun ke tahun.!

!

Page 69: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 57

Aplikasi Pupuk Urea

Data aktivitas konsumsi urea untuk tahun 2000-2016 berasal dari konsumsi pupuk di pasar domestik dari APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia). Selain itu, aplikasi urea juga diperkirakan dari perkebunan kelapa sawit (termasuk perkebunan rakyat) dengan mengalikan dosis yang dianjurkan urea dengan luas perkebunan. Emisi CO2 dari aplikasi urea di sektor pertanian diperlihatkan pada Gambar 34, dengan emisi sebesar 3,900 Gg CO2 pada tahun 2000 dan 4.982 Gg CO2 pada tahun 2016. Tren peningkatan emisi dari aplikasi urea mengikuti peningkatan produksi tanaman khususnya padi, di mana area panen padi sawah yang cenderung dari tahun ke tahun.

Gambar 34 Emisi CO2 Dari Aplikasi Pupuk Urea 2000-2016

Emisi N2O dari Tanah yang Dikelola

Urea, amonium sulfat (AS) dan nitrogen, fosfor dan kalium (NPK) adalah jenis umum dari pupuk nitrogen anorganik (N) yang paling umum digunakan dalam pertanian di Indonesia. Urea dan AS juga merupakan pupuk anorganik berbasis nitrogen yang paling banyak yang digunakan dalam perkebunan besar dan tanaman (APPI, 2008). Selain itu, jenis pupuk tersebut juga diterapkan pada buah-buahan, sayuran dan tanaman tahunan lainnya dengan nilai ekonomi yang tinggi. Konsentrasi nitrogen pada urea, AS dan NPK adalah 46%, 21% dan 15% masing-masing (Petrokimia Gresik, 2008). Data konsumsi pupuk Urea, AS dan NPK diperoleh dari APPI.

Emisi N2O langsung dari tanah yang dikelola dihitung dari tingkat aplikasi pupuk N dan pupuk kandang. Emisi N2O langsung pada sawah tergenang dihitung berdasarkan luas panen padi, selain itu Emisi N2O langsung juga dihitung dari tanah yang dikelola (tanaman pangan, hortikultura, sayuran, buah-buahan serta perkebunan). Emisi N2O langsung 2000-2016 di tanah yang dikelola ditunjukkan pada Gambar 35. Fluktuasi N2O emisi langsung dari tanah yang dikelola dapat dikaitkan dengan konsumsi urea, NPK dan AS di bidang pertanian Indonesia. Pada tahun 2000, emisi langsung N2O adalah 26.775 Gg CO2-e dan terus mengalami peningkatan menjadi 33.747 Gg CO2-e pada tahun 2016. Peningkatan emisi N2O langsung ini sejalan dengan adanya peningkatan lahan sawah yang signifikan pada tahun 2016.

!

Gambar!15.!Emisi!CO2!dari!aplikasi!pupuk!urea!2000R2016!

Emisi N2O dari Tanah yang Dikelola

Urea, amonium sulfat (AS) dan nitrogen, fosfor dan kalium (NPK) adalah jenis

umum dari pupuk nitrogen anorganik (N) yang paling umum digunakan dalam

pertanian di Indonesia. Urea dan AS juga merupakan pupuk anorganik berbasis

nitrogen yang paling banyak yang digunakan dalam perkebunan besar dan

tanaman(APPI, 2008).Selain itu, jenis pupuk tersebut juga diterapkan pada buah-

buahan, sayuran dan tanaman tahunan lainnya dengan nilai ekonomi yang

tinggi.Konsentrasi nitrogen pada urea, AS dan NPK adalah 46%, 21% dan 15%

masing-masing (Petrokimia Gresik, 2008).Data konsumsi pupuk Urea, AS dan NPK

diperoleh dari APPI.

Emisi N2O langsung dari tanah yang dikelola dihitung dari tingkat aplikasi pupuk

N dan pupuk kandang.Emisi N2O langsung pada sawah tergenang dihitung

berdasarkan luas panen padi, selain itu Emisi N2O langsung juga dihitung dari tanah

yang dikelola (tanaman pangan, hortikultura, sayuran, buah-buahan serta

perkebunan).Emisi N2O langsung 2000-2016 di tanah yang dikelola ditunjukkan pada

Gambar 16.Fluktuasi N2O emisi langsung dari tanah yang dikelola dapat dikaitkan

dengan konsumsi urea, NPK dan AS di bidang pertanian Indonesia.Pada tahun 2000,

emisi langsung N2O adalah 26.775 Gg CO2-e dan terus mengalami peningkatan

menjadi 33.747 Gg CO2-e pada tahun 2016.Peningkatan emisi N2O langsung ini

sejalan dengan adanya peningkatan lahan sawah yang signifikan pada tahun 2016.!

!

Page 70: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 58

Gambar 35 Emisi N2O Langsung Dari Tanah Yang Dikelola Tahun 2000-2016

Emisi N2O tidak langsung dari tanah yang dikelola juga dihitung berdasarkan konsumsi pupuk N (urea, AS, NPK dan pupuk kandang) di lahan pertanian. Emisi N2O langsung dari pupuk N untuk tanaman tahunan didasarkan pada data konsumsi pupuk N tahun 2000-2016 dan penggunaan pupuk kandang untuk tanaman pertanian. Tren emisi tidak langsung N2O dari tanah yang dikelola digambarkan pada Gambar 36. Secara umum, angka menunjukkan tren peningkatan pada tahun 2016 (9.033 Gg CO2-e). Peningkatan emisi ini didukung juga adanya peningkatan konsumsi pupuk ammonium sulfat dan NPK selain penggunaan pupuk Urea dan pupuk kandang.

Gambar 36 Emisi N2O Tidak Langsung Dari Pengelolaan Tanah Tahun

2000-2016

!

Gambar!16.!Emisi!N2O!langsung!dari!tanah!yang!dikelola!tahun!2000R2016!

!

Emisi N2O tidak langsung dari tanah yang dikelola juga dihitung berdasarkan

konsumsi pupuk N (urea, AS, NPK dan pupuk kandang) di lahan pertanian.Emisi N2O

langsung dari pupuk N untuk tanaman tahunan didasarkan pada data konsumsi pupuk

N tahun 2000-2016 dan penggunaan pupuk kandang untuk tanaman pertanian.Tren

emisi tidak langsung N2O dari tanah yang dikelola digambarkan pada Gambar

17.Secara umum, angka menunjukkan tren peningkatan pada tahun 2016 (9.033 Gg

CO2-e).Peningkatan emisi ini didukung juga adanya peningkatan konsumsi pupuk

ammonium sulfat dan NPK selain penggunaan pupuk Urea dan pupuk kandang.

!

Gambar!17.!Emisi!N2O!tidak!langsung!dari!pengelolaan!tanah!tahun!2000R2016!

!

!

!

Gambar!16.!Emisi!N2O!langsung!dari!tanah!yang!dikelola!tahun!2000R2016!

!

Emisi N2O tidak langsung dari tanah yang dikelola juga dihitung berdasarkan

konsumsi pupuk N (urea, AS, NPK dan pupuk kandang) di lahan pertanian.Emisi N2O

langsung dari pupuk N untuk tanaman tahunan didasarkan pada data konsumsi pupuk

N tahun 2000-2016 dan penggunaan pupuk kandang untuk tanaman pertanian.Tren

emisi tidak langsung N2O dari tanah yang dikelola digambarkan pada Gambar

17.Secara umum, angka menunjukkan tren peningkatan pada tahun 2016 (9.033 Gg

CO2-e).Peningkatan emisi ini didukung juga adanya peningkatan konsumsi pupuk

ammonium sulfat dan NPK selain penggunaan pupuk Urea dan pupuk kandang.

!

Gambar!17.!Emisi!N2O!tidak!langsung!dari!pengelolaan!tanah!tahun!2000R2016!

!

!

Page 71: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 59

Budidaya Padi Sawah

Data aktivitas yang digunakan untuk menghitung emisi dari budidaya padi berdasarkan data dari lahan sawah dan intensitas tanam bersumber dari Pusdatin Kementerian Pertanian dan BPS tahun 2000-2016. Faktor skala untuk tanah dibobotkan berdasarkan proporsi jenis tanah di tingkat provinsi. Pembobotan juga digunakan untuk menentukan faktor skala nasional untuk varietas padi, yang dihitung dengan mempertimbangkan proporsi semua varietas padi yang digunakan di tingkat provinsi. Nilai ini diterapkan untuk semua tahun inventarisasi. Emisi CH4 dari budidaya padi sawah di Indonesia pada tahun 2000 dan 2016 adalah 38.587 CO2-e dan 42.263CO2-e (Gambar 37). Kenaikan emisi yang terjadi di tahun 2016 dapat dikaitkan dengan peningkatan luas lahan sawah dalam rangka swasembada pangan yang merupakan program prioritas dari Kementerian Pertanian.

Gambar 37 Emisi Metana Dari Budidaya Padi Tahun 2000-2016

Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

Sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya merupakan salah satu sektor utama

yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan inventarisasi gas rumah kaca,

terutama karena perannya dalam siklus karbon. Sebagian besar dari pertukaran

karbon antara atmosfer dan biosfer terestrial terjadi di hutan. Status dan pengelolaan

hutan menentukan apakah biosfer terestrial menyerap atau mengemisi karbon.

Nilai ketidakpastian/uncertainty yang besar dalam inventarisasi GRK sektor kehutanan

dan penggunaan lahan lainnya telah dinyatakan dalam banyak laporan negara-negara

di dunia. Variasi ini terutama disebabkan oleh perbedaan data aktivitasserta faktor

emisi, metodologi dan asumsi yang digunakan dalam analisis. Jenis data aktivitas dan

faktor emisi yang sangat perlu ditingkatkan, untuk mendapatkan estimasi perubahan

cadangan karbon yang reliable pada ekosistem terestrial, adalah data

Page 72: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 60

pertumbuhan/riap biomassa tahunan (annual biomass increament) dan biomassa di

atas permukaan (above ground biomass).

Semua studi mengindikasikan bahwa pada periode 1990, hutan Indonesia masih

menyerap karbon lebih banyak daripada emisinya (net sink). Namun, berdasarkan

laporan Second National Communication (SNC, 2010), Indonesia menjadi negara

pengemisi karbon, yang menyebutkan bahwa emisi dari sektor kehutanan dan

penggunaan lahan lainnya (termasuk emisi dari kebakaran gambut) berkontribusi

sebesar 60% dari total emisi pada tahun 2000. Hal tersebut diperkuat dengan hasil

analisa pada 1st Biennial Update Report (BUR, 2015) yang menyatakan bahwa emisi

sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya menyumbang sebesar 48% pada

tahun 2012. Puncaknya pada tahun 2015, emisi sektor kehutanan dan penggunaan

lahan lainnya berkontribusi sebesar 63% dari total emisi. Tetapi pada tahun 2016,

emisi dari sektor Kehutanan dan penggunaan lahan lainnya dapat diturunkan sehingga

menjadi 41,8% dari total emisi.

Hal inilah yang menyebabkan perubahan status Indonesia dari penyimpan karbon ke

emiter terutama disebabkan perubahan dari emisi dan serapan karbon padasektor

kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini

memberikan pengaruh yang besar dalam total emisi GRK di Indonesia.

3.2.3.2 Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

a. Sumber Kategori Emisi/Serapan GRK

Pada sektor ini, emisi/serapan GRK dikategorisasikan berdasarkan 6 (enam) kategori

penggunaan lahan utama IPCC, dimana pada setiap kategori penggunaan lahan

tersebut dikelompokkan menjadi lahan yang tetap/tersisa dalam kategori penggunaan

lahan yang sama dan lahan yang berubah ke pengunaan lahan lahan lainnya. Untuk

itu, emisi/serapan GRK dari setiap kategori penggunaan lahan diklasifikasikan menjadi

12 kategori, yaitu: (1) forest land remained forest land, (2) land converted to forest

land, (3) cropland remained crop land, (4) land converted to cropland, (5) grassland

remained grassland, (6) land converted to grassland, (7) wetlands remained wetlands,

(8) land converted to wetlands, (9) settlements remained settlements, (10) land

converted to settlements, (11) other land remained other landdan(12) land converted to

other land (Gambar 38).

Idealnya, total emisi/serapan GRK dari perubahan stok karbon pada setiap kategori

penggunaan lahan merupakan penjumlahan dari semua kategori tersebut dengan

memperhitungkan 5 (lima) tampungan karbon, yaitu: (i) biomassa diatas permukaan

tanah; (ii) biomassa dibawah permukaan tanah; (iii) pohon mati; (iv) serasah; dan (v)

bahan organik tanah. Tapi perhitungan emisi GRK dari kehutanan dan penggunaan

lahan lainnya hanya memperhitungkan tampungan karbon biomasa di atas permukaan

tanah dan bahan organik tanah pada lahan gambut.

Page 73: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 61

Gambar 38 Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sektor Kehutanan Dan Penggunaan

Lahan Lainnya

b. Jenis Gas

Berdasarkan IPCC Guidelines 2006, jenis GRK utama dari sektor kehutanan dan

penggunaan lahan lainnya adalah CO2, CH4 dan N2O, namun dalam pelaporan ini gas

yang dihitung hanya mencakup emisi dari gas CO2

c. Periode Inventarisasi

Inventarisasi emisi GRK yang dilaporkan pada laporan ini adalah untuk periode 2000-

2016.

d. Sumber Data

Peta tutupan lahan yang dihasilkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan digunakan sebagai dasar untuk menghasilkan data aktivitas untuk

menghitung emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. Set data

tutupan lahan yang tersedia dan digunakan untuk melengkapi inventarisasi GRK pada

sektor ini adalah data tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015,

dan 2016. Proses overlay antara peta tutupan lahan tahun 2000 dan 2003

menghasilkan peta perubahan tutupan lahan/land cover change (LCC) dari tahun 2000

ke 2003, dimana periode transisi tutupan lahan adalah 3 tahun. Untuk

menghasilkandata perubahan tutupan lahantahunan, seperti 2000-2001, 2001-

3B1aForestLandRemainingForestLand

3B2aCroplandRemainingCropland

3B3aGrasslandRemainingGrassland

3B4aWetlandsRemainingWetlands

3B5aSe lementsRemainingSe lements

3B6aOtherLandRemainingOtherLand

3B1ForestLand3B1bLandConvertedtoForestLand

3B3Grassland3B.Land

3B4Wetlands

3B5Se lements

3B6OtherLand

3B2Cropland3B2bLandConvertedtoCropland

3B3bLandConvertedtoGrassland

3B4bLandConvertedtoWetlands

3B5bLandConvertedtoSe lements

3B6bLandConvertedtoOtherLand

3B1biCroplandconvertedtoForestLand

3B1biiGrasslandconvertedtoForestLand

3B1biiiWetlandsconvertedtoForestLand

3B1bivSe lementsconvertedtoForestLand

3B1bvOtherLandconvertedtoForestLand

3B2biForestLandconvertedtoCropland

3B2biiGrasslandLandconvertedtoCropland

3B2biiiWetlandsconvertedtoCropland

3B2bivSe lementsconvertedtoCropland

3B2bvOtherLandconvertedtoCropland

3B3biForestLandconvertedtoGrassland

3B3biiCroplandconvertedtoGrassland

3B3biiiWetlandsconvertedtoGrassland

3B3bivSe lementsconvertedtoGrassland

3B3bvOtherLandconvertedtoGrassland

3B5biForestLandconvertedtoSe lements

3B5biiCroplandconvertedtoSe lements

3B5biiiGrasslandconvertedtoSe lements

3B5bivWetlandsconvertedtoSe lements

3B5bvOtherLandconvertedtoSe lements

3B6biForestLandconvertedtoOtherLand

3B6biiCroplandconvertedtoOtherLand

3B6biiiGrasslandconvertedtoOtherLand

3B6bivWetlandconvertedtoOtherLand

3B6bvSe lementsconvertedtoOtherLand

3B4aiPeatlandsRemainingPeatlands

3B4aiiFloodedLandRemainingFloodedLand3B4biLandconvertedforpeatextrac on

3B4biiLandconvertedtofloodedland

Page 74: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 62

2002,…,2011-2012, annual loss dari hutan primer (natural forest) dan lahan lainnya

yang dihasilkan oleh studi Margono et.al (2014) digunakan sebagai proporsi referensi

untuk mempartisi set data asli (2000-2003) menjadi perubahan tutupan lahan tahunan,

yaitu 2000-2001, 2001-2002,…,2011-2012. Set data ini memungkinkan untuk

dilakukan perhitungan emisi dari sektor kehutanan dan penggunaan lainnya secara

tahunan. Estimasi emisi yang didapat dari perubahan tutupan lahan tahun 2000-2001

merupakan emisi pada tahun 2001dan begitu seterusnya. Khusus untuk emisi tahun

2000, didapat dengan merata-ratakan emisi dari tahun 2001 sampai 2003. Pendekatan

ini menggunakan perubahan tutupan lahan tahunan 2000-2001, 2001-2002 dan 2002-

2003 yang didapatkan dari data satelit tahun 2000 dan 2003.

Peta tutupan lahan ditafsirkan secara manual/visual dari citra satelit Landsat menjadi

23 kelas tutupan dan divalidasi dengan ground checking dan citra resolusi tinggi.

Daerah minimum yang digambarkan poligon adalah 0,25 cm2 pada skala peta 1:

50.000 yang sama dengan 6,25 ha. Masalah umum yang ditemukan dalam citra satelit

Landsat, seperti SLC-off dan adanya daerah yang tertutup awan, diperbaiki dengan

cara menggabungkan citra satelit Landsat multi-temporal.

Karena klasifikasi kategori penggunaan lahan dalam IPCC Guideline2006terbagi

menjadi 6 kategori penggunaan lahan utama, maka kategori tutupan lahan yang

digunakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dikelompokkan mengikuti

kategori penggunaan lahan IPCC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 19. Untuk

memastikan variasi antar daerahturut diperhitungkan dalam inventarisasi GRK dari

sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya, dilakukan stratifikasi tutupan lahan

berdasarkan 7 (tujuh) kelompok pulau utama yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan,

Sulawesi, Bali dan Nusa Tanggara, Maluku dan Papua serta dipisahkan berdasarkan 2

(dua) jenis tanah (mineral dan gambut).

Tabel 19 Penyesuaian Kategori Tutupan Lahan KLHK dengan Kelas Penggunaan

Lahan IPCC

No Land-cover class 2006 IPCC GL Abbreviation Keterangan

Forest

1. Primary dryland forest Forest FL Natural forest

2. Secondary dryland forest Forest FL Natural forest

3. Primary mangrove forest Forest FL Natural forest

4. Secondary mangrove forest Forest FL Natural forest

5. Primary swamp forest Forest FL Natural forest

6. Secondary swamp forest Forest FL Natural forest

7. Plantation forest Forest FL Plantation forest

Other Land Use

8. Estate crop Crop land CL Non-forest

9. Pure dry agriculture Crop land CL Non-forest

10. Mixed dry agriculture Crop land CL Non-forest

11. Dry shrub Grassland GL Non-forest

12. Wet shrub Grassland GL Non-forest

Page 75: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 63

No Land-cover class 2006 IPCC GL Abbreviation Keterangan

13. Savanna and Grasses Grassland GL Non-forest

14. Paddy Field Crop land CL Non-forest

15. Open swamp Wetland WL Non-forest

16. Fish pond/aquaculture Wetland WL Non-forest

17. Transmigration areas Settlement ST Non-forest

18. Settlement areas Settlement ST Non-forest

19. Port and harbor Other land OL Non-forest

20. Mining areas Other land OL Non-forest

21. Bare ground Other land OL Non-forest

22. Open water Wetland WL Non-forest

23. Clouds and no-data No data - Non-forest

Faktor emisi/serapan biomassa yang digunakan dalam inventarisasi GRK diambil dari

beberapa studi spesifik di Indonesia. Rerata pertumbuhan tahunan dari kategori

penutupan lahan yang berbeda mengacu dari Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan maupun sumber lainnya (Tabel 20). Stok karbon untuk semua kategori

penutupan lahan terutama dari lahan hutan, didapat dari pengukuran pada plot

sampling permanen (PSP) dari National Forest Inventory (NFI). Untuk itu, data

kemudian distratifikasikan kedalam 7 pulau di Indonesia. Diameter setinggi dada (DBH)

dan kerapatan kayu/wood density (WD) dari setiap individu pohon dalam Plot Sample

Permanent dikonversi menjadi data biomassa diatas permukaan tanah (AGB)

menggunakan model allometrik dari Chave et.al (2005) untuk hutan tropis. Model ini

digunakan karena allometrik spesifik lokal untuk 6 tipe hutan tidak semuanya

direpresentasikan di 7 (tujuh) pulau Indonesia. Model ini diketahui sesuai dan sama

baiknya dengan model lokal yang dikembangkan di hutan tropis Indonesia

(Rutishauser et al., 2013; Manuri et al., 2014). Data rerata karbon stok dari biomassa

diatas permukaan (AGB) untuk berbagai tipe hutan pada tujuh pulau tersedia pada

Tabel 21.

Tabel 20 Rerata Pertumbuhan Tahunan Pada Berbagai Kategori Penggunaan

Lahan

Land use/cover IPCC Category MAI (tC/ha/year) Source

Shrubs GL 0.2 National FREL, 2015

Swamp Shrubs GL 0.6 National FREL, 2015

Dry land Primary Forest FL 0 National FREL, 2015

Dry land secondary forest FL 1.075 Mean of MoFor 1998

Mangrove Primary Forest FL 0 National FREL, 2015

Mangrove Secondary Forest FL 2.8 MoFor 1998

Swamp Primary Forest FL 0 National FREL, 2015

Swamp Secondary Forest FL 1.075 Mean of MoFor 1998

Page 76: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 64

Land use/cover IPCC Category MAI (tC/ha/year) Source

Plantation Forest FL 4.8 National FREL, 2015

Settlement SL 0.2 National FREL, 2015

Agriculture Plantation CL 2.52 National FREL, 2015

Mining OL 0 National FREL, 2015

Dry land agriculture CL 0.2 National FREL, 2015

Dry land agriculture mixed with shrubs CL 0.6 National FREL, 2015

Swamp WL 0.1 National FREL, 2015

Savannah/ grassland GL 0.2 National FREL, 2015

Rice paddy CL 0 National FREL, 2015

Ponds OL 0 National FREL, 2015

Open land OL 0.1 National FREL, 2015

Transmigration CL 1.32 National FREL, 2015

Tabel 21 Karbon Stok Dari Biomassa Diatas Permukaan (AGB) Untuk Berbagai

Tipe Penutupan Lahan.

Forest type Main island Mean AGB

(t ha-1) 95% Confidence Interval

(t ha-1) N of plot

measurement

Primary Dryland Forest

Bali Nusa Tenggara 274.4 247.4 301.3 52

Jawa nd Nd nd nd

Kalimantan 269.4 258.2 280.6 333

Maluku 301.4 220.3 382.5 14

Papua 239.1 227.5 250.6 162

Sulawesi 275.2 262.4 288.1 221

Sumatera 268.6 247.1 290.1 92

Indonesia 266.0 259.5 272.5 874

Secondary Dryland Forest

Bali Nusa Tenggara 162.7 140.6 184.9 69

Jawa 170.5 Na na 1

Kalimantan 203.3 196.3 210.3 608

Maluku 222.1 204.5 239.8 99

Papua 180.4 158.5 202.4 60

Page 77: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 65

Forest type Main island Mean AGB

(t ha-1) 95% Confidence Interval

(t ha-1) N of plot

measurement

Sulawesi 206.5 194.3 218.7 197

Sumatera 182.2 172.1 192.4 265

Indonesia 197.7 192.9 202.5 1299

Primary Swamp Forest

Bali Nusa Tenggara na Na na na

Jawa na Na na na

Kalimantan 274.8 269.2 281.9 3

Maluku na Na na na

Papua 178.8 160.0 197.5 67

Sulawesi 214.4 -256.4 685.2 3

Sumatera 220.8 174.7 266.9 22

Indonesia 192.7 174.6 210.8 95

Secondary Swamp Forest

Bali Nusa Tenggara na Na na na

Jawa na Na na na

Kalimantan 170.5 158.6 182.5 166

Maluku na Na na Na

Papua 145.7 106.7 184.7 16

Sulawesi 128.3 74.5 182.1 12

Sumatera 151.4 140.2 162.6 160

Indonesia 159.3 151.4 167.3 354

Primary Mangrove Foresta,b,c

Kalimantan 263.9 209.0 318.8 8

Secondary Mangrove Forestb,c

Kalimantan dan Sulawesi 201.7 134.5 244.0 12

Keterangan :aMurdiyarso et al. (2009); b Krisnawati et al. (2014);c Donato et al. (2011); nd = no data; na =

not applicable.

Faktor emisi untuk dekomposisi gambut diambil dari 2013 Supplement to the 2006

IPCC Guidelines for National GHG Inventory: Wetlands (IPCC, 2013) dan hasil studi

lainnya di Indonesia yang dikonversi ke ton CO2e, seperti yang dipresentasikan pada

Tabel 22.

Page 78: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 66

Tabel 22 Faktor Emisi Untuk Dekomposisi Gambut Dari Berbagai Penutupan

Lahan

No. Land cover Emission

(t CO2 ha-1 th-1) 95%

confidence interval

Sources

1. Primary forest 0 0 0 IPCC (2006)

2. Secondary forest 19 -3 35 IPCC (2013)

3. Plantation forest 73 59 88 IPCC (2013)

4. Estate crop 40 21 62 IPCC (2013)

5. Pure dry agriculture 51 24 95 IPCC (2013)

6. Mixed dry agriculture 51 24 95 IPCC (2013)

7. Dry shrub 19 -3 35 IPCC (2013)

8. Wet shrub 19 -3 35 IPCC (2013)

9. Savannah and Grasses 35 -1 73 IPCC (2013)

10. Paddy Field 35 -1 73 IPCC (2013)

11. Open swamp 0 0 0 Waterlogged condition, assumed zero CO2 emission

12. Fish pond/aquaculture 0 0 0 Waterlogged condition, assumed zero CO2 emission

13. Transmigration areas 51 24 95 Assumed similar to mixed upland agriculture

14. Settlement areas 35 -1 73 Assumed similar to grassland

15. Port and harbor 0 0 0 Assumed zero as most surface is sealed with concrete

16. Mining areas 51 24 95 Assumed similar to bare land

17. Bare ground 51 24 95 IPCC (2013)

18. Open water 0 0 0 Waterlogged condition, assumed zero CO2 emission

19. Clouds and no-data Nd nd Nd

Keterangan:nd = no data.

The number of Emission Factor taken from IPCC Wetland Supplement (2013)based on Table 2.1 “Tier 1 CO2 Emission/Removal Factors for Drained Organic Soils in all Land-Use Categories”. The Emission Factor value in the Table 2.1 was in CO2-C, then converted to CO2 (Multiplied with 3.67).

e. Perhitungan Emisi/Serapan GRK

Emisi Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnnya dari tahun 2000-2016

dirangkum menggunakan format IPCC Guideline 2006 seperti disajikan pada Tabel 23

maupun digambarkan dalam Gambar 39 dan Gambar 40.

Page 79: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 67

Emisi pada tahun 2015 dan 2016 berturut-turut sebesar 1.545.071 Gg CO2e dan

631.724 Gg CO2e. Tabel 23 menunjukkan bahwa sumber emisi utama dari sektor

kehutanan dan penggunaan lahan lainnnya adalah kebakaran lahan gambut pada

urutan pertama, dekomposisi lahan gambut pada urutan kedua, dan perubahan lahan

dari Non-Otherland to Otherland pada urutan ketiga. Nilai ketiga sumber emisi utama

tersebut pada tahun 2015 berturut-turut adalah 802.870 Gg CO2e, 359.623 Gg CO2e

dan 389.804 Gg CO2e. Sedangkan pada tahun 2016, nilai emisi GRK dari ketiga

sumber utama tersebut berturut-turut adalah 90.267 Gg CO2e, 357.896 Gg CO2e, dan

132.759 Gg CO2e.

Gambar 39 Emisi Dari Sektor Kehutanan Dan Penggunaan Lainnya Tahun 2000-2016 (Gg CO2e) (Dengan Peat Fire)

Gambar 40 Emisi Dari Sektor Kehutanan Dan Penggunaan Lainnya Tahun 2000-

2016 (Gg CO2e) (Tanpa Peat Fire)

Page 80: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 68

Rata-rata emisi GRK selama periode tahun 2000-2016 adalah sebesar 709.409 Gg

CO2e/tahun. Terjadi peningkatan emisi yang ekstrem pada tahun 2006, 2009, 2014,

dan 2015 yang disebabkan oleh fenomena El Nino, sehingga menyebabkan kebakaran

lahan gambut dengan intensitas yang cukup lama dan mencakup wilayah yang cukup

luas. Luas kebakaran gambut pada tahun 2006, 2009, 2014, dan 2015 secara berturut-

turut adalah 553.255 ha, 324.905 ha, 540.991 ha, dan 869.754 ha. Sedangkan

deforestasi pada tahun tersebut secara berturut-turut adalah lebih kurang 842,6 ribu

ha, 913,8 ribu ha, 568 ribu ha dan 1,22 juta ha.

Pada tahun 2015, kebakaran lahan gambut seluas 869.745 ha dengan emisi sebesar

802.870 Gg CO2e. Sedangkan pada tahun 2016 dilakukan berbagai upaya untuk

mengendalikan dan menanggulangi kebakaran gambut, sehingga kebakaran lahan

gambut dapat diturunkan menjadi 97.787 ha dengan nilai emisi sebesar 90.267 Gg

CO2e.

Gambar 41 Emisi dari Kebakaran Gambut 2000-2016

Emisi dari biomasa di atas permukaan tanah ini berasal dari kedua jenis tanah: gambut

dan mineral. Grafik menunjukkan bahwa dalam tahun 2000 – 2016 terjadi beberapa

peningkatan yang signifikan, yaitu pada tahun 2004, 2007, 2009 dan 2015.

Peningkatan emisi pada tahun-tahun ini sebagian besar disumbang oleh sub kategori

Non Otherland to Otherland dan Non Cropland to Cropland. Hal ini dapat diartikan

bahwa terjadi peningkatan deforestasi.

Sedangkan penurunan tingkat emisi dari biomasa di atas permukaan tanah terjadi

pada tahun 2010, 2013, dan 2016. Hal ini dapat diartikan bahwa terjadi peningkatan

cadangan karbon, khususnya pada sub kategori Forestland remaining Forestland.

Page 81: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 69

Gambar 42 Emisi Biomas Di Atas Permukaan Tanah Dari Kehutanan Dan Penggunaan Lahan Lainnya 2000-2016

Pada umumnya, emisi dari dekomposisi gambut ini mempunyai kecenderungan yang

tetap, dan mengalami peningkatan secara linear. Peningkatan emisi dari dekomposisi

gambut kemungkinan besar disebabkan oleh pembukaan lahan gambut untuk

kepentingan perkebunan sawit.

Gambar 43 Emisi Dekomposisi Gambut 2000-2016

Apabila diringkas kembali maka sumber emisi GRK pada sektor Kehutanan dan

Penggunaan Lahan Lainnya dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu emisi dari 1) biomasa di atas

permukaan tanah (above ground biomass) akibat penggunaan lahan lainnya, 2)

dekomposisi gambut, dan 3) kebakaran gambut seperti digambarkan pada Gambar 41,

42, dan 43. Grafik di bawah ini menggambarkan perubahan-perubahan nilai emisi GRK

dari tahun 2000-2016.

Page 82: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional 2017 70

Tabel 23 Emisi Dari Sektor Kehutanan Dan Penggunaan Lainnya Tahun 2000-2016 (Gg CO2e)

Code Source Category 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

3B1a Forest remaining Forest 20.678 17.537 37.002 7.495 56.129 35.824 51.523 61.158 27.650 66.632 17.655- 77 11.839- - 192.135 - 127.701 -260.052,13 -293.629,08

3B1b Non-Forest to Forest 1.260- 1.274- 1.320- 1.187- 2.647- 2.805- 2.603- 2.152- 2.225- 2.734- 5.183- 4.819- 4.095- - 4.909 - 3.675 -2.592,53 -2.222,96

3B2a Cropland remaining Cropland 41.587- 41.626- 41.541- 41.595- 41.450- 41.219- 40.778- 39.835- 38.855- 37.671- 37.464- 36.985- 36.758- - 35.886 - 33.729 -6.417,86 -21.757,19

3B2b Non-Cropland to Cropland 29.609 22.931 36.709 29.186 93.413 71.680 90.222 140.197 131.466 167.580 38.641 45.658 95.266 197.494 141.481 273.025,06 276.700,42

3B3a Grassland remaining Grassland - - - - - - - - - - - - - - - 0 0

3B3b Non-Grassland to Grassland 36.335 32.319 40.338 36.348 34.802 30.338 34.659 40.477 36.592 47.774 18.164 21.088 25.342 - 69.383 17.118 -11.782,76 56.379,61

3B4a Wetland remaining Wetland - - - - - - - - - - - - - - - 0 0

3B4b Non-Wetland to Wetland - - - - - - - - - - - - - - - 0 0

3B5a Settlement remaining Settlement - - - - - - - - - - - - - - - 0 0

3B5b Non-Settlement to settlement 1.863 2.199 1.775 1.614 1.482 971 1.348 1.240 931 1.390 1.370 1.677 1.753 1.975 10.257 593,8 35.330,86

3B6a Otherland remaining Otherland - - - - - - - - - - - - - - - 0 0

3B6b Non-Otherland to Otherland 29.585 29.626 31.679 27.448 59.692 64.031 58.587 59.892 60.804 74.028 72.564 78.020 89.692 163.653 134.546 389.804,21 132.759,71

Biomass LULUCF 75.221 61.712 104.643 59.308 201.420 158.820 192.957 260.977 216.363 316.998 70.436 104.715 159.361 60.809 138.298 382.578 183.561

Other Peat Decomposition 268.575 267.531 268.545 269.650 274.431 280.818 286.289 292.825 297.349 303.567 312.968 322.595 328.567 341.443 341.735 359.623,16 357.896,12

Total Emission without Peat Fire 343.797 329.243 373.189 328.958 475.851 439.638 479.246 553.803 513.712 620.566 383.405 427.310 487.928 402.252 480.033 742.201 541.457

Other Peat Fire 161.571 50.885 301.753 132.075 232.018 258.887 510.710 62.747 81.744 299.920 51.383 189.026 207.050 205.076 499.389 802.870,00 90.267,18

Total Emission with Peat Fire 505.368 380.129 674.941 461.034 707.870 698.525 989.956 616.550 595.456 920.485 434.788 616.335 694.978 607.328 979.422 1.545.071 631.725

Page 83: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

71

3.2.4 Sektor Limbah

a. Kategori Sumber Emisi GRK

Dalam IPCC guideline 2006, sumber utama emisi GRK dari sektor limbah adalah kegiatan

pengelolaannya. Sumber ini diklasifikasikan kedalam 4 kategori yaitu: (a) Pengelolaan

limbah padat domestik (sampah) di TPA/landfill, pengelolaan biologi atau komposting,

pembakaran terbuka (open burning) dan insinerasi, (b) pengelolaan limbah cair domestik

(baik pengelolaan terpusat di IPAL maupun pengelolaan dengan septic tank, cubluk, dan

lainnya), (c) pengelolaan limbah cair industri dan (d) pengelolaan sampah industri. Kesulitan

dalam pengumpulan data dan identifikasi menyebabkan tidak semua emisi GRK dapat

dilaporkan dalam dokumen ini, sebagai contoh adalah limbah padat industri (yaitu lumpur

dari IPAL), limbah medis, limbah B3 dan sebagainya. Namun jika dibandingkan dengan

SNC, cakupan emisi GRK dari sektor limbah dalam laporan kali ini lebih besar yaitu dengan

menyertakan beberapa tipe industri yang sebelumnya belum dilaporkan dalam SNC.

b. Jenis Gas

Berdasarkan IPCC GL 2006, tipe emisi GRK dari sektor limbah mencakup CO2, CH4, dan

N2O. Emisi CO2 yang dihitung berasal dari kegiatan insinerasi dan pembakaran terbuka.

Untuk CH4 sebagian besar dihasilkan dari proses anaerobic seperti proses pembusukan

sampah di TPA dan degradasi materi organic pada unit IPAL. Sedangkan N2O dihasilkan

dari proses biologis pada kegiatan komposting dan IPAL domestik.

c. Periode Waktu

Inventarisasi GRK yang dilaporkan adalah periode tahun 2000-2016.

d. Sumber Data

Data aktivitas dan parameter terkait lainnya diklasifikasikan berdasarkan kategori dalam

IPCC guideline 2006, yaitu pengelolaan limbah padat domestik, pengelolaan limbah cair

domestik dan pengelolaan limbah cair industri.

Pengelolaan Limbah Padat Domestik

Limbah padat domestik yang diolah di TPA berasal dari permukiman, pertamanan,

pasar, area komersial, dan lain-lain di daerah perkotaan dan pedesaan. Namun demikian

sampah padat domestik dari daerah perkotaan umumnya diolah di TPA, sedangkan sampah

padat domestik dari daerah pedesaan umumnya diolah setempat dengan jalan open burning

dan/atau open dumping. Jumlah sampah padat domestik tahunan diperoleh dari dokumen

ADIPURA yang disampaikan oleh seluruh kota di Indonesia digunakan sebagai data

aktivitas. Dokumen tersebut juga memberikan informasi mengenai fraksi rata-rata sampah

yang dibawa ke TPA. Berdasarkan informasi ini, fraksi sampah dibuang ke TPA rata-rata

adalah 69%. Angka ini digunakan dalam memperkirakan tingkat emisi gas rumah kaca

pengelolaan sampah di TPA.

Page 84: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

72

Tipe dan sumber data untuk sektor limbah dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 24 Tipe Dan Sumber Data Sektor Limbah

Kategori IPCC Tipe Data Tahun Sumber Data

4A TPA, 4B Komposting, 4C Pembakaran Terbuka

DA

Jumlah timbulan sampah

2000-2016: data aktual 1990-1999: back-casting

ADIPURA

Bulk Density: 0,347 ton/m3 Survei komposisi sampah di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, DKI Jakarta dan Jawa Timur

Komposisi Sampah

Dry Matter Content

Fraksi Jenis Pengolahan Sampah a. TPA: 69% b. Pembakaran Terbuka: 21% c. Komposting 2% d. Daur Ulang: 2,5% e. Lainnya (tidak dikelola)

ADIPURA & IPCC GL 2006

FE MCF: 0,8 (TPA open dumping)

DOC: default IPCC GL 2006

4D1 Limbah Cair Domestik

DA

Populasi penduduk 2000-2016 BPS

BOD: 35 g/orang/hari IPCC GL 2006

Konsumsi Protein/orang/tahun 2000-2016 BPS

FE Default IPCC GL 2006

4D2 Limbah Cair Industri

DA

Total Produksi

2000-2016

Statistik Industri Manufaktur, BPS

Statistik Kementerian Pertanian,

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia,

Kementerian Perindustrian

Flow rate limbah cair PROPER, Industri, Permen LH, dan Asosiasi

COD Inlet

FE Default IPCC GL 2006

4E Sampah Tidak Terkelola (Untreated Waste)

DA Jumlah timbulan sampah: Sampah lainnya yang tidak dikelola.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun

FE MCF: 0,4 (TPA open dumping)

DOC: default Expert judgement

Parameter lokal seperti komposisi sampah dan dry matter content dikembangkan oleh KLHK

dengan lokasi pilot studi yang semula hanya di Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera

Selatan, saat ini telah berkembang ke Provinsi Jawa Timur, DKI Jakarta dan Riau. Tabel di

bawah ini menunjukan nilai perbandingan komposisi sampah antara nilai rata-rata hasil

penelitian di lokasi pilot dengan nilai default IPCC GL 2006.

Page 85: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

73

Tabel 25 Komposisi Sampah di TPA

No. Komponen

Komposisi Sampah (% berat basah)

Sumatera

Utara

Sumatera

Selatan Riau

DKI

Jakarta

Jawa

Timur

Rata-

Rata*)

IPCC GL

2006

(Asia

Tenggara)

1 Sisa Makanan 54,62% 56,62% 47,23% 49,72% 53,30% 49,86% 43,50%

2 Kertas 11,39% 10,01% 11,34% 10,79% 3,63% 10,82% 12,90%

3 Nappies 6,06% 5,35% 7,50% 5,93% 6,26% 6,04% -

4 Taman 8,02% 5,90% 4,12% 7,70% 9,02% 7,39% -

5 Kayu 0,01% 0,44% 3,50% 0,78% 0,60% 0,95% 9,90%

6 Tekstil 3,28% 2,43% 3,56% 4,10% 2,30% 3,97% 2,90%

7 Karet dan Kulit 0,84% 0,59% 1,79% 0,37% 0,07% 0,51% 0,60%

8 Plastik 13,15% 16,15% 16,74% 19,26% 23,42% 18,80% 6,30%

9 Logam 0,37% 0,50% 0,84% 0,30% 0,21% 0,35% 1,30%

10 Kaca 1,59% 1,11% 1,46% 0,59% 0,75% 0,71% 2,20%

11 Lain-lain

(anorganik, inert) 0,68% 0,90% 1,94% 0,47% 0,44% 0,60% 5,40%

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016

*) Penghitungan nilai rata-rata dilakukan menggunakan metode weighted average.

Sementara untuk nilai dry matter content masih menggunakan nilai di Sumatera Utara dan

Sumatera Selatan dikarenakan nilai dari provinsi lainnya masih membutuhkan penelitian

lebih lanjut.

Tabel 26 Dry matter content sampah di TPA

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup, 2012

Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik pada umumnya diolah ditempat atau dialirkan menuju pusat

pengolahan limbah cair ataupun dibuang tanpa pengolahan melalui saluran pembuangan

menuju sungai. Data aktivitas dari limbah cair domestik adalah TOW (Total Organics in

Wastewater) yang merupakan jumlah BOD (kg) total yang dihitung berdasarkan jumlah

Komponen

Dry matter content (%berat basah)

Sumatera

Selatan

Sumatera

Utara

Rata-

rata

IPCC 2006 GL

(Asia Tenggara)

a. Sisa makanan 23% 59% 46% 40%

b. Kertas + kardus + nappies 51% 44% 48% 90%

c. Kayu dan sampah taman 50% 57% 55% 85%

d. Tekstil 56% 73% 64% 80%

e. Karet & Kulit 84% 89% 90% 84%

f. Plastik 76% 57% 68% 100%

g. Logam 100% 97% 97% 100%

h. Gelas 92% 66% 79% 100%

i. Lainnya (inert) 85% 95% 92% N/A

Page 86: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

74

populasi penduduk dikalikan dengan kg BOD perkapita. Parameter BOD/orang/tahun

digunakan untuk mengestimasi nilai TOW (Total Organics in Wastewater) dan faktor emisi

(EF = Bo* MCF, kg CH4/kg BOD) merujuk pada nilai default IPCC GL 2006 untuk Negara

Asia, Timur Tengah dan Afrika sebesar 35 gram/kapita/hari. Sedangkan untuk parameter

konsumsi protein sudah menggunakan data spesifik Indonesia yang diterbitkan oleh BPS

setiap tahunnya. Tabel 27 memperlihatkan parameter dan faktor emisi yang digunakan.

Tabel 27 Parameter Dan Faktor Emisi Limbah Cair Domestik

Parameter Karakteristik

BOD

35,00 Gram/org/hari

14,60 Kg/org/tahun Kapasitas Produksi CH4 max 0,60 kg CH4/kgBOD

Faktor Emisi CH4 0,15 kg CH4/kgBOD

Konsumsi Protein per orang per tahun*

Tahun Konsumsi Protein,

Kg/org/thn

2000 17,76 2001 17,76 2002 19,87 2003 20,21 2004 19,95 2005 20,17 2006 19,58 2007 21,05 2008 20,98 2009 19,84 2010 20,08 2011 20,53 2012 19,40 2013 19,37

2014 19,68

Fraksi N dalam protein 0,16 kg N/kg protein F non-consump protein 1,10 F industri dankomersil co-discharged protein 1,25 N lumpur (default = 0) 0 kGram

Faktor Emisi 0,01 kg N2O-N/kg N

Faktor konversi kg N2O-N menjadi kg N2O, 44/28 1,57

Emisi dari IPAL (default = 0) - kg N2O-N/year

Sumber: Nilai default IPCC GL 2006, *BPS

Perlakuan limbah domestik di perkotaan dan pedesaan sangat berbeda begitu juga dengan

jenis pengolahannya. Untuk daerah pedesaan 52% menggunakan septic tank dan 48%

menggunakan no septic tank sebagai unit pengolah limbah. di daerah perkotaan sebagian

besar menggunakan septic tank yaitu sebesar 79% dan 21% menggunakan non septic tank.

Tabel 28 memperlihatkan karakteristik pengolahan limbah cair domestik.

Page 87: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

75

Tabel 28 Karakteristik Pengolahan Limbah Cair Domestik

Jenis Daerah Jenis Pengolahan Fraksi Derajat Penggunaan EF

(MCF*EF wwt)

Rural Septic tank 0,50 0,52 0,30

Non Septic tank 0,50 0,48 0,03

Urban Septic tank 0,50 0,79 0,30

Non Septic tank 0,50 0,21 0,03

Sumber: Riskesdas, Kementerian Kesehatan

Limbah Cair Industri

Emisi GRK dari limbah cair industri diestimasi berdasarkan jumlah limbah cair yang diolah,

karakteristik limbah dan tipe unit pengolahannya. Paramter seperti COD /m3 dan debit air

limbah digunakan untuk mengestimasi nilai TOW (total organics degradable material in

wastewater for each industry sector, kg COD/yr). Pada laporan ini nilai COD dan debit air

limbah diperoleh dari beberapa sumber seperti PROPER, penelitian lokal (BPPT dan

universitas), peraturan menteri LH dan asosiasi industri. Sedangkan untuk beberapa

kategori industri yang belum ada penelitian masih menggunakan nilai default IPCC GL 2006.

Cakupan industri dalam laporan kali ini juga termasuk industri kelapa sawit, gula kristal putih

(sugar cane) dan karet remah (crumb rubber) yang belum dihitung di SNC. Parameter terkait

faktor emisi masih menggunakan nilai default IPCC GL 2006.

e. Perhitungan Emisi GRK

Emisi GRK sektoral dari limbah selama periode 2000-2016 terangkum pada tabel di bawah

ini. Sedangkan emisi pada jenis limbah dapat dilihat pada Gambar, bahwa terjadi

kecenderungan peningkatan emisi dari limbah cair industry, sementara limbah padat

mengalami peningkatan sangat kecil dari tahun ke tahun. Peningkatan emisi pada limbah

cair industry sejak tahun 2012 sudah hampir menyamai komposisi emisi pada limbah padat,

dan bahkan pada tahun 2016 sudah lebih besar dibandingkan limbah padat domestic.

Tabel 29 Emisi GRK Dari Sektor Limbah Tahun 2000-2016

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

EMISI

(MTon

CO2e) 61 64 66 69 71 73 78 80 80 85 88 93 96 100 101 95 98

Page 88: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

76

Gambar 44 Emisi GRK dari Kegiatan Pengelolaan Limbah

Adapun distribusi emisi GRK sektor limbah tahun 2016 ditunjukkan pada gambar di bawah

ini.

Gambar 45 Distribusi Emisi GRK Sektor Limbah Tahun 2016

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

GgCO

2eGHGIndustrialWastewater(GgCO2e)

GHGDomesticWastewater(GgCO2e)

GHGDomesticSolidWaste(GgCO2e)

39%18%

43%Total (2016)

97.915 Ggram CO2e

GHG MSW at SWDS

GHG Domestic WW

GHG Industrial WT

Page 89: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

77

BAB IV

HASIL CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK

4.1. PENURUNAN EMISI GRK NASIONAL

Indonesia telah menyatakan komitmennya pada Conference of Parties (COP) 15

tahun 2009 untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% (dengan usaha

sendiri) dan sebesar 41% (jika mendapat bantuan internasional) pada tahun 2020.

Komitmen Indonesia tersebut diperkuat melalui dokumen Nationally Determined Contribution

(NDC) Republik Indonesia yang pertama pada bulan November 2016 dengan ditetapkannya

target unconditional sebesar 29% dan target conditional sampai dengan 41% dibandingkan

skenario business as usual (BAU) di tahun 2030. Secara nasional, target penurunan emisi

pada tahun 2030 berdasarkan NDC adalah sebesar 834 juta ton CO2e pada target

unconditional (CM1) dan sebesar 1,081 juta ton CO2e pada target conditional (CM2).

Untuk memenuhi target tersebut, secara nasional telah dilakukan berbagai aksi

mitigasi pada semua sektor oleh penanggung jawab aksi mitigasi. Berdasarkan hasil

capaian penurunan emisi GRK secara nasional dapat diketahui bahwa pada tahun 2015

terjadi peningkatan emisi GRK sebesar 492 juta ton CO2e. Sedangkan pada tahun 2016

telah berhasil menurunkan emisi GRK sebesar 190 juta ton CO2e, sebagaimana pada Tabel

30.

Tabel 30 Capaian Penurunan Emisi GRK Nasional

No. Sektor Capaian Penurunan Emisi GRK

Tahun 2015

(ton CO2e)

Tahun 2016

(ton CO2e)

1. Energi dan Transportasi 34.039.935,44 39.809.640,68

2. IPPU 1.426.074,71 971.338,10

3. Kehutanan -539.937.909,46 130.910.750,66

4. Pertanian 1.880.000 6.950.000

5. Limbah 10.526.000 11.579.000

Total -492.065.939,43 190.220.729,44

4.2. PENURUNAN EMISI GRK SEKTORAL

Indonesia telah mengeluarkan rangkaian perangkat hukum dan kebijakan, termasuk

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi GRK sebagaimana dituangkan dalam Peraturan

Presiden Nomor 61 tahun 2011 dan inventarisasi GRK melalui Peraturan Presiden Nomor

71 tahun 2011. Sesuai amanat yang tercantum pada lampiran Peraturan Presiden Nomor 61

tahun 2011, disebutkan bahwa penanggung jawab aksi mitigasi adalah kementerian teknis

sesuai tugas fungsinya.

4.2.1 Sektor Energi

Kementerian ESDM selaku penanggung jawab aksi mitigasi perubahan iklim di

sektor energi telah melakukan 9 (sembilan) aksi mitigasi perubahan iklim sesuai Perpres

Nomor 61 Tahun 2011 dan 5 (lima) aksi mitigasi perubahan iklim di luar Perpres Nomor 61

Tahun 2011.

Page 90: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

78

Adapun jenis aksi mitigasi perubahan iklim tersebut meliputi:

(1) Aksi mitigasi yang sesuai Perpres No. 61 Tahun 2011:

1. Penerapan mandatori manajemen energi untuk pengguna padat energi

2. Penerapan program kemitraan konservasi energi

3. Peningkatan efisiensi peralatan rumah tangga

4. Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan konservasi energi :

a. PLTP

b. PLTMH

c. PLTM

d. PLTS

e. PLT Hybrid

f. PLT Biomassa

g. Desa Mandiri Energi (DME)

5. Pemanfaatan bio-gas rumah tangga

6. Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan

7. Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa

8. Pembangunan kilang mini plant Liquid Petroleum Gas (LPG)

9. Reklamasi lahan pascatambang

(2) Aksi mitigasi di luar Perpres No. 61 Tahun 2011:

1. Pemanfaatan bio-diesel

2. Penerapan Inpres Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air

3. Aksi mitigasi sektor ketenagalistrikan

a. Pembangunan PLTA

b. Penggunaan Clean Coal Technology pada Pembangkit Listrik

c. Penggunaan Cogenaration pada Pembangkit Listrik

4. Program konversi minyak tanah ke LPG

5. Pembangunan Penerangan Jalan Umum Cerdas

Penanggung jawab aksi menyatakan bahwa dalam kurun waktu tahun 2015 – 2016

Kementerian ESDM telah melakukan penurunan emisi GRK sebesar 29.285.410,32 ton

CO2e (tahun 2015) dan 35.571.966,86 Ton CO2e (tahun 2016). Capaian penurunan emisi

GRK untuk setiap aksi mitigasi sebagaimana tertuang pada Tabel 31 berikut:

Tabel 31 Pernyataan (Klaim) Capaian Penurunan Emisi GRK dari Kementerian ESDM

Tahun 2015 – 2016

NO AKSI MITIGASI

CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK (TON CO2e)

TAHUN 2015

TAHUN 2016

1 Penerapan mandatori manajemen energi untuk pengguna padat energi

5,849,410.5 3,300,653.7

2 Penerapan program kemitraan konservasi energi 0.0 0.0

3 Peningkatan efisiensi peralatan rumah tangga 3,791,547.3 6,239,246.2

4 Penyediaan dan Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

Page 91: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

79

NO AKSI MITIGASI

CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK (TON CO2e)

TAHUN 2015

TAHUN 2016

- PLTP 612,865.0 3,150,804.3

- PLTMH 15,040.1 34,706.5

- PLTM 67,079.5 88,529.4

- PLTS 5,078.0 7,374.3

- PLT Hybrid 1,008.7 1,803.6

- PLT Biomassa 574,690.0 654,319.0

- DME 31,096.0 31,096.0

5 Pemanfaatan Biogas 8,277.0 11,814.0

6 Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan

109,825.9 132,895.9

7 Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa

38,249.0 42,135.0

8 Pembangunan kilang mini plant Liquid Petroleum Gas (LPG)

0.0 0.0

9 Reklamasi lahan pasca tambang 1,701,050.7 1,959,615.4

Total Mitigasi Sesuai Perpres No. 61 tahun 2011 12,805,217.7 15,654,993.3

10 Pemanfaatan Biodiesel 1,363,937.0 4,480,005.0

11 Penerapan Inpres No. 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air

226,890.3 20,174.5

12 Aksi Mitigasi Sektor Ketenagalistrikan

- Pembangunan PLTA 69,076.2 74,975.9

- Penggunaan Clean Coal Technology pada Pembangkit listrik

1,937,348.3 2,161,952.8

- Penggunaan Cogeneration pada Pembangkit Listrik 1,402,872.7 1,026,356.4

13 Program Konversi Minyak Tanah ke LPG 11,474,817.5 12,015,258.2

14 Pembangunan Penerangan Jalan Umum Cerdas

- Tenaga Surya 1,783.8 2,325.6

- Retrofitting Lampu LED 3,466.9 7,662.5

Total Mitigasi Diluar Perpres No. 61 tahun 2011 16,480,192.6 19,788,710.8

TOTAL 29,285,410.3 35,443,704.1

Kementerian Perhubungan sebagai penanggung jawab aksi di sektor transportasi seperti

amanat pada Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional

Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca telah melakukan aksi mitigasi perubahan iklim pada:

1. Sub Sektor Perhubungan Darat, dengan aksi mitigasi meliputi:

a. Mendorong Pembinaan dan Pengernbanqan sistem transit – Bus Rapid Transit

(BRT)/semi BRT

a. Pemanfaatan Teknologi Lalu Lintas untuk Kelancaran Lalu Lintas di Jalan Nasional/

(Area Traffic Control System/ ATCS)

b. Pembangunan budaya berkendara yang lebih baik (Smart Driving)

Page 92: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

80

c. Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas di Jalan Nasional / (Analisis Dampak

Lalu Lintas / ANDALLALIN)

d. Pembinaan Pelayanan Angkutan Umum (Peremajaan Armada Angkutan Umum)

2. Sub Sektor Perhubungan Laut, dengan aksi mitigasi meliputi:

a. Efisiensi Manajemen Operasional Pelabuhan (Pembangunan Teknologi Sollar Cell

pada Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

b. Modernisasi Kapal (Peremajaan Kapal & Teknologi Kapal) (Kapal Perintis)

3. Sub Sektor Perhubungan Udara, dengan aksi mitigasi meliputi:

a. Peremajaan Armada Angkutan Udara

b. Penyempurnaan system dan prosedur pengoperasian serta perawatan pesawat

udara (Efisiensi Operasional Penerbangan)

c. Performance Base Navigation (PBN)

d. Penghijauan Lingkungan Bandar udara

e. Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan

4. Sub Sektor Perkeretaapian

a. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Utara Jawa

b. Pembangunan KA Perkotaan Jabodetabek

c. Terbangunnya Jalur KA Trans Sumatera

Pada pelaksanaan aksi mitigasi perubahan iklim sektor transportasi, Penanggung jawab aksi

menyatakan bahwa dalam kurun waktu tahun 2015 – 2016 Kementerian Perhubungan telah

melakukan penurunan emisi GRK sebesar 2.554.823 ton CO2 (tahun 2015) dan 2.948.009

Ton CO2 (tahun 2016).

Capaian penurunan emisi GRK untuk setiap aksi mitigasi sebagaimana tertuang pada Tabel

32 berikut:

Tabel 32 Pernyataan (Klaim) Capaian Penurunan Emisi GRK dari Kementerian Perhubungan Tahun 2015 – 2016

NO AKSI MITIGASI PER SUB SEKTOR

CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK (TON CO2)

TAHUN 2015 TAHUN 2016

KLAIM KLAIM

1 SUB SEKTOR PERHUBUNGAN DARAT 341,502 367,630

a Mendorong Pembinaan dan Pengernbanqan sistem transit – Bus Rapid Transit (BRT)/ semi BRT

115,802 165,704

b Pemanfaatan Teknologi Lalu Lintas untuk Kelancaran Lalu Lintas di Jalan Nasional/ (Area Traffic Control System/ ATCS)

199,727 201,421

c Pembangunan budaya berkendara yang lebih baik (Smart Driving)

452 505

d Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas di Jalan Nasional / (Analisis Dampak Lalu Lintas / ANDALLALIN)

19,005

e Pembinaan Pelayanan Angkutan Umum (Peremajaan Armada Angkutan Umum)

6,516

2 SUB SEKTOR PERHUBUNGAN LAUT 133,212 139,945

Page 93: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

81

NO AKSI MITIGASI PER SUB SEKTOR

CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK (TON CO2)

TAHUN 2015 TAHUN 2016

KLAIM KLAIM

a

Efisiensi Manajemen Operasional Pelabuhan (Pembangunan Teknologi Sollar Cell pada Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

128,625 135,077

b Modernisasi Kapal (Peremajaan Kapal & Teknologi Kapal) (Kapal Perintis) *

4,587 4,868

3 SUB SEKTOR PERHUBUNGAN UDARA 662,109 1,123,434

a Peremajaan Armada Angkutan Udara 361,130 364,559

b Penyempurnaan system dan prosedur pengoperasian serta perawatan pesawat udara (Efisiensi Operasional Penerbangan)

38,463 449,140

c Performance Base Navigation (PBN) 253,736 300,643

d Penghijauan Lingkungan Bandar udara 8,581 8,829

e Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan 199 263

4 SUB SEKTOR PERKERETAAPIAN 1,418,000 1,317,000

a Pembangunan Jalur Ganda Lintas Utara Jawa

546,000 566,000

b Pembangunan KA Perkotaan Jabodetabek 698,000 551,000

c Terbangunnya Jalur KA Trans Sumatera 174,000 200,000

TOTAL 2,554,823 2,948,009

4.2.2 Sektor IPPU

Sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional

GRK (RAN GRK), Kementerian Perindustrian selaku penanggung jawab aksi mitigasi

perubahan iklim di sektor industri melakukan aksi mitigasi yang meliputi:

1. Penerapan modifikasi proses dan teknologi

2. Konservasi dan audit energy

3. Penghapusan Bahan Perusak Ozon (BPO)

Aksi mitigasi yang dilakukan dalam periode tahun 2015 s.d. 2016, yaitu:

1. Penerapan modifikasi proses dan teknologi pada industri semen, melalui penurunan

ratio klinker.

2. Konservasi dan audit energi melalui pemanfaatan bahan bakar alternatif dan efisiensi

energi di industri semen.

Aksi mitigasi berupa penghapusan bahan perusak ozon (BPO) tidak dapat dilakukan

verifikasi karena data pendukung untuk aksi mitigasi tersebut tidak tersedia.

Aksi Mitigasi yang termasuk dalam sektor IPPU yaitu Penurunan Ratio Clinker, sedangkan

aksi mitigasi Pemanfaatan Bahan Bakar Alternatif dan Efisiensi Energi di Industri Semen

merupakan aksi mitigasi di sektor Energi.

Page 94: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

82

Terhadap pelaksanaan 2 (dua) aksi mitigasi penurunan clinker ratio serta pemanfaatan

bahan bakar alternatif dan efisiensi di industri semen dari 13 (tiga belas) perusahaan,

Penanggung Jawab aksi menyatakan bahwa dalam periode 2015 – 2016 Kementerian

Perindustrian telah melakukan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 3.625.736,71 Ton

CO2 (tahun 2015) dan 2.389.265,72 Ton CO2 (tahun 2016).

Capaian penurunan emisi GRK tersebut sebagaimana tertuang pada Tabel 32 berikut ini:

Tabel 33 Pernyataan (Klaim) Capaian Penurunan Emisi GRK dari Kementerian

Perindustrian Tahun 2015 – 2016

4.2.3 Sektor Kehutanan

Aksi mitigasi perubahan iklim sektor kehutanan dan lahan gambut berdasarkan

Perpres 61/2011 tersebut terdiri atas 13 kegiatan inti dan 17 kegiatan pendukung, dengan

penanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat (KemPUPera), Kementerian Pertanian, dan Bappenas.

Rencana aksi sektor kehutanan yang terdapat dalam Perpres 61/2011 tersebut

berlangsung pada periode 2010-2014, sehingga setelah tahun 2014 sektor kehutanan tidak

mengacu lagi kepada rencana aksi yang terdapat dalam Perpres 61/2011. Rencana aksi

yang dilakukan sektor kehutanan setelah tahun 2014 menggunakan rencana aksi yang

menjadi skenario dalam upaya penurunan emisi GRK sektor kehutanan sebagai strategi

pencapaian target NDC, yaitu meliputi:

1. Penurunan deforestasi (<0,45-0,325 Mha/tahun di 2030)

2. Peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di hutan alam

(penurunan degradasi hutan) maupun di hutan tanaman

3. Rehabilitasi 12 juta ha lahan terdegradasi pada tahun 2030 atau 800.000 ha/tahun

dengan tingkat kesuksesan sebesar 90%

4. Restorasi lahan gambut seluas 2 juta ha pada tahun 2030 dengan tingkat kesuksesan

sebesar 90%

5. Pengendalian peat fire (kebakaran gambut)

Penanggung jawab aksi mitigasi sektor kehutanan dalam upaya penurunan emisi

GRK adalah Ditjen teknis lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)

serta Badan Restorasi Gambut (BRG). Aksi mitigasi sektor kehutanan dalam upaya

penurunan emisi GRK ditentukan oleh masing-masing Ditjen teknis lingkup KLHK dan BRG

melalui pertemuan-pertemuan bilateral yang dilakukan antara Ditjen teknis lingkup KLHK

dan BRG dengan Ditjen PPI (c.q. Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV). Aksi mitigasi

2015 2016

1 Penurunan Ratio Clinker 1.426.034,71 971.338,10

2Pemanfaatan Bahan Bakar

Alternatif dan Efisiensi Energi2.199.702,00 1.417.927,62

Total : 3.625.736,71 2.389.265,72

No Aksi Mitigasi

Reduksi Emisi (Klaim)

Ton CO2

Page 95: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

83

sektor kehutanan tersebut terdiri atas 13 aksi yang berkontribusi langsung dalam penurunan

emisi GRK dan 8 aksi yang berkontribusi tidak langsung dalam penurunan emisi GRK.

Berdasarkan aksi mitigasi sektor kehutanan dalam upaya penurunan emisi GRK

pada tahun 2015 dan tahun 2016 (Tabel 34) dapat diketahui bahwa pada tahun 2015, emisi

sektor kehutanan meningkat menjadi 539,9 Juta CO2e. Hal tersebut dikarenakan terjadinya

kebakaran gambut (peat fire) di Indonesia pada tahun 2015 yang cukup besar yaitu seluas

869.754 ha atau menghasilkan emisi GRK sebesar 549,4 Juta ton CO2e. Sedangkan pada

tahun 2016 sektor kehutanan telah memberikan kontribusi dalam penurunan emisi GRK,

yaitu menurunkan emisi GRK sebesar 130,9 Juta ton CO2e. Kegiatan yang berkontribusi

terbesar dalam penurunan emisi GRK sektor kehutanan pada tahun 2016 adalah dari

kegiatan pengendalian kebakaran gambut (peat fire), yaitu pada tahun 2016 kebakaran

gambut yang terjadi menurun menjadi seluas 97.787 ha atau menurunkan emisi sebesar

163,1 Juta ton CO2e.

Tabel 34 Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan Tahun 2015-2016

No. Aksi/Kegiatan Mitigasi

Sektor Kehutanan

Capaian Penurunan Emisi GRK

Tahun 2015

(ton CO2e)

Tahun 2016

(ton CO2e)

1. Penurunan Deforestasi (<0,45-

0,325 Mha/tahun di 2030)

61.107.625,00 14.365.053,00

2. Peningkatan Penerapan

Prinsip Pengelolaan Hutan

Berkelanjutan, baik di Hutan

Alam (Penurunan Degradasi)

maupun di Hutan Tanaman

-27.410.800,79 -19.609.952,58

3. Rehabilitasi 12 Juta Ha lahan

terdegradasi pada tahun 2030

atau 800.000 Ha/tahun dengan

tingkat kesuksesan sebesar

90%

99.073,33 561.805,57

4. Restorasi 2 Juta Ha Gambut

pada 2030 dengan Tingkat

Kesuksesan Sebesar 90%

-24.293.823,00

-27.537.955,00

5. Pengendalian Peat Fire

(Kebakaran Gambut)

-549.439.984,00 163.131.799,67

Total Penurunan Emisi GRK -539.937.909,46 130.910.750,66

4.2.4 Sektor Pertanian

Aksi mitigasi penurunan emisi GRK yang dilakukan oleh Penanggung Jawab Aksi

Kementerian Pertanian, meliputi (1) Budidaya Padi Sawah (SLPTT, SRI, Varietas Rendah

Emisi), (2) UPPO (Unit Penggunaan Pupuk Organik) (3) Batamas (Biogas Ternak Asal

Masyarakat). Penurunan emisi sektor pertanian merupakan selisih emisi tanpa aksi mitigasi

dan emisi dengan aksi mitigasi. Sementara itu, sektor pertanian memiliki baseline yang

Page 96: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

84

ditetapkan dalam Indonesian First NDC, sehingga klaim penurunan emisi adalah

sebagaimana table di bawah ini.

Tabel 35 Capaian Penurunan Emisi GRK dari Kementerian Pertanian Tahun 2015 –

2016

Klaim penurunan emisi (Juta Ton CO2E)

BaU Baseline

(NDC)

Emisi tanpa aksi

mitigasi

Klaim Reduksi Emisi

2010 111,51 106.00 93,92

2011 111,13 106,73 90,73

2012 111,41 107,56 93,08

2013 112,08 110,96 97,32

2014 112,78 114,98 98,92

2015 114,52 115,31 113,43

2016 114,28 121,75 114,80

4.2.5 Sektor Limbah

Aksi mitigasi sektor pengelolaan limbah terdiri atas 2 (dua) aksi dengan penanggung

jawab Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemPUPera) dan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Aksi dimaksud adalah :

1. Pembangunan sarana prasarana air limbah dengan sistem off-site dan on-site

2. Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R.

Potensi utama sumber GRK dari sektor limbah terbagi menjadi dua yakni limbah cair

dan limbah padat. Pada limbah cair, emisi muncul dari proses air limbah yang dilakukan

secara biologis dengan sistem pengolahan kolam terbuka. Sedangkan pada limbah padat

emisi muncul dalam proses pemrosesan akhir sampah/limbah padat yang tidak terkelola

(open dumping).

Secara khusus pada aksi mitigasi dalam pengelolaan limbah padat domestik

(sampah) dapat dilakukan dalam 3 kegiatan, yaitu pengomposan, 3R, dan pemanfaatan

Land Fill Gas (LFG). Seperti yang disampaikan dalam metodologi penghitungan penurunan

emisi di atas, klaim atas penurunan emisi sektor limbah dari KLHK kali ini hanya menghitung

dari aksi pengomposan.

Pada Tabel 36 disajikan bahwa aksi pengomposan dapat menurunkan emisi pada

tahun 2015 sebesar 10,5 Juta Ton CO2e. Sedangkan untuk 2016 perkiraan penurunannya

memperhatikan laju pertumbuhan penduduk Indonesia, yaitu sebesar 1,1 %, sehingga

pengomposan di tahun 2016 mampu menurunkan 11,5 Juta Ton CO2e,secara rinci tertuang

dalam tabel di bawah ini.

Page 97: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

85

Tabel 36 Pernyataan (Klaim) Capaian Penurunan Emisi GRK dari Kementerian LHK

Tahun 2015 – 2016

Tahun Klaim penurunan emisi (Juta Ton CO2E)

BaU Baseline Emisi Aksi Mitigasi Klaim Reduksi Emisi

2013 0 0,977 -0,977

2014 5,175 5,128 0,466

2015 129,760 119,234 10,526

2016 185,214 156,384 11,579

Page 98: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

86

BAB V

PENURUNAN EMISI TERVERIFIKASI

5.1 PENURUNAN EMISI TERVERIFIKASI

Dari hasil verifikasi terhadap data klaim capaian penurunan emisi GRK yang disampaikan

oleh penanggung jawab aksi sektor terkait, sebagai berikut:

5.1.1 Sektor Energi

Hasil verifikasi menunjukkan bahwa aksi mitigasi sektor energi tahun 2015 - 2016

untuk 9 (sembilan) aksi mitigasi yang sesuai Perpres 61 tahun 2011 dan 5 (lima) di luar

Perpres menunjukkan bahwa capaian penurunan emisi GRK sektor energi yaitu

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 37 Capaian Penurunan Emisi Terverifikasi dari Aksi Mitigasi Sektor Energi

NO AKSI MITIGASI CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK (TON CO2e)

TAHUN 2015 TAHUN 2016

KLAIM VERIFIKASI KLAIM VERIFIKASI

1 Penerapan mandatori manajemen

energi untuk pengguna padat

energi

5,849,410.51 5,849,410.51 3,428,916.51 3,300,653.71

2 Penerapan program kemitraan

konservasi energi

0.05 0.05

3 Peningkatan efisiensi peralatan

rumah tangga

3,791,547.27 3,791,547.27 6,239,246.16 6,239,246.16

4 Penyediaan dan Pengelolaan

Energi Baru Terbarukan dan

Konservasi Energi

-

- PLTP 612,865.00 612,865.00 3,150,804.27 3,150,804.27

- PLTMH 15,040.09 15,040.09 34,706.49 34,706.49

- PLTM 67,079.51 67,079.51 88,529.44 88,529.44

- PLTS 5,078.00 5,078.00 7,374.27 7,374.27

- PLT Hybrid 1,008.65 1,008.65 1,803.60 1,803.60

- PLT Biomassa 574,690.00 574,690.00 654,319.00 654,319.00

- DME 31,096.00 31,096.00

5 Pemanfaatan Biogas 8,277.00 8,277.00 11,814.00 11,814.00

6 Penggunaan gas alam sebagai

bahan bakar angkutan umum

perkotaan

109,825.91 109,825.91 132,895.91 132,895.91

7 Peningkatan sambungan rumah

yang teraliri gas bumi melalui pipa

38,249.00 38,249.00 42,135.00 42,135.00

8 Pembangunan kilang mini plant

Liquid Petroleum Gas (LPG)

- - - -

9 Reklamasi lahan pasca tambang 1,701,050.70 - 1,959,615.37 -

Total Mitigasi Sesuai Perpres No. 61

tahun 2011

12,805,217.68 11,073,070.94 15,783,256.06 13,664,281.85

10 Pemanfaatan Biodiesel 1,363,937.00 1,363,937.00 4,480,005.00 4,480,005.00

11 Penerapan Inpres No. 13 Tahun

2011 tentang Penghematan

Energi dan Air

226,890.30 226,890.30 20,174.49 20,174.49

Page 99: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

87

NO AKSI MITIGASI CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK (TON CO2e)

TAHUN 2015 TAHUN 2016

KLAIM VERIFIKASI KLAIM VERIFIKASI

12 Aksi Mitigasi Sektor

Ketenagalistrikan

- -

- Pembangunan PLTA 69,076.23 69,076.23 74,975.89 74,975.89

- Penggunaan Clean Coal

Technology pada Pembangkit

listrik

1,937,348.26 1,937,348.26 2,161,952.77 2,161,952.77

- Penggunaan Cogeneration pada

Pembangkit Listrik

1,402,872.65 1,402,872.65 1,026,356.36 1,026,356.36

13 Program Konversi Minyak Tanah

ke LPG

11,474,817.47 11,474,817.47 12,015,258.21 12,015,258.21

14 Pembangunan Penerangan Jalan

Umum Cerdas

- -

- Tenaga Surya 1,783.83 1,783.83 2,325.61 2,325.61

- Retrofitting Lampu LED 3,466.89 3,466.89 7,662.47 7,662.47

Total Mitigasi Diluar Perpres No. 61

tahun 2011

16,480,192.64 16,480,192.64 19,788,710.80 19,788,710.80

TOTAL 29,285,410.32 27,553,263.58 35,571,966.86 33,452,992.65

Perbedaan antara klaim dengan verifikasi ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Penerapan program kemitraan konservasi energi

Aksi mitigasi ini merupakan hasil laporan realisasi audit energi dari konsultan yang

ditunjuk oleh KESDM. Data yang diperoleh adalah data meteran listrik yang merupakan

hasil pengukuran langsung pada saat diaudit. Hal ini menyebabkan data yang

disampaikan tidak dapat ditelusuri rekam jejaknya.

2. Desa Mandiri Energi

Aksi mitigasi ini tidak dapat diverifikasi karena aksi mitigasi ini sudah selesai pada tahun

2013 yang dilaksanakan pada 33 desa dan juga tidak ada data pendukung untuk

metodologi perhitungan penurunan emisi GRK untuk aksi mitigasi ini.

3. Reklamasi Lahan Pasca Tambang

Aksi mitigasi ini merupakan kegiatan rehabilitasi tanaman sehingga akan menjadi

perhitungan pada aksi mitigasi untuk sektor lahan.

Sektor Transportasi

Hasil verifikasi terhadap data capaian penurunan emisi GRK untuk sektor transportasi,

sebagaimana Tabel 38 berikut:

Page 100: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

88

Tabel 38 Capaian Penurunan Emisi Terverifikasi dari Aksi Mitigasi Sektor Energi

Subsektor Transportasi

NO AKSI MITIGASI PER SUB

SEKTOR

CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK (TON CO2)

TAHUN 2015 TAHUN 2016

KLAIM VERIFIKASI KLAIM VERIFIKASI

1 SUB SEKTOR PERHUBUNGAN

DARAT

341,502 315,975 367,630 367,624

a Mendorong Pembinaan dan

Pengernbanqan sistem transit –

Bus Rapid Transit (BRT)/ semi

BRT

115,802 115,802 165,704 165,704

b Pemanfaatan Teknologi Lalu

Lintas untuk Kelancaran Lalu

Lintas di Jalan Nasional/ (Area

Traffic Control System/ ATCS)

199,727 199,727 201,421 201,421

c Pembangunan budaya

berkendara yang lebih baik

(Smart Driving)

452 446 505 499

d Penerapan Pengendalian

Dampak Lalu Lintas di Jalan

Nasional / (Analisis Dampak

Lalu Lintas / ANDALLALIN)

19,005

e Pembinaan Pelayanan Angkutan

Umum (Peremajaan Armada

Angkutan Umum)

6,516

2 SUB SEKTOR PERHUBUNGAN

LAUT

133,212 133,212 139,945 139,945

a Efisiensi Manajemen

Operasional Pelabuhan

(Pembangunan Teknologi Sollar

Cell pada Sarana Bantu

Navigasi Pelayaran (SBNP)

128,625 128,625 135,077 135,077

b Modernisasi Kapal (Peremajaan

Kapal & Teknologi Kapal) (Kapal

Perintis) *

4,587 4,587 4,868 4,868

3 SUB SEKTOR PERHUBUNGAN

UDARA

662,109 - 1,123,434 -

a Peremajaan Armada Angkutan

Udara

361,130 364,559

b Penyempurnaan system dan

prosedur pengoperasian serta

perawatan pesawat udara

(Efisiensi Operasional

Penerbangan)

38,463 449,140

c Performance Base Navigation

(PBN)

253,736 300,643

d Penghijauan Lingkungan Bandar

udara

8,581 8,829

e Pemanfaatan Energi Baru dan

Terbarukan

199 263

4 SUB SEKTOR

PERKERETAAPIAN

1,418,000 1,418,000 1,317,000 1,317,000

a Pembangunan Jalur Ganda

Lintas Utara Jawa

546,000 546,000 566,000 566,000

Page 101: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

89

NO AKSI MITIGASI PER SUB

SEKTOR

CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK (TON CO2)

TAHUN 2015 TAHUN 2016

KLAIM VERIFIKASI KLAIM VERIFIKASI

b Pembangunan KA Perkotaan

Jabodetabek

698,000 698,000 551,000 551,000

c Terbangunnya Jalur KA Trans

Sumatera

174,000 174,000 200,000 200,000

TOTAL : 2,554,823 1,867,187 2,948,009 1,824,569

Adanya klaim yang belum dapat diverifikasi ini disebabkan oleh belum lengkapnya data

pendukung detail perhitungan penurunan emisi.

5.1.2 Sektor IPPU

Hasil verifikasi capaian penurunan emisi GRK untuk sektor IPPU adalah

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 39 Capaian Penurunan Emisi Terverifikasi dari Aksi Mitigasi Sektor IPPU

No Aksi Mitigasi Capaian Penurunan Emisi GRK (Ton CO2e)

Tahun 2015 Tahun 2016

Klaim Verifikasi Klaim Verifikasi

1 Penurunan Ratio

Clinker

1,426,034.71 1,426,034.71 971,338.10 971,338.10

2 Pemanfaatan Bahan

Bakar Alternatif dan

Efisiensi Energi

2,199,702.00 2,199,702.00 1,417,927.62 1,417,927.62

Total 3,625,736.71 3,625,736.71 2,389,265.72 2,389,265.72

Dari hasil verifikasi terhadap klaim capaian penurunan emisi GRK atas aksi mitigasi

Penurunan Ratio Clinker dan Pemanfaatan Bahan Bakar Alternatif dan Efisiensi Energi di

Industri Semen pada 13 industri menunjukkan jumlah yang sama hal ini karena sektor IPPU

telah dilengkapi dengan data perhitungan penurunan emisi GRK dan dapat ditelusuri untuk

metodologi perhitungannya.

5.1.3 Sektor Kehutanan

Berdasarkan hasil verifikasi terhadap capaian penurunan emisi GRK sektor

kehutanan dari 5 aksi mitigasi utama yang dilakukan oleh penanggung jawab aksi mitigasi

sektor kehutanan (Tabel 40), maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 terjadi

peningkatan emisi GRK sebesar 539,9 juta ton CO2e (0,54 Gton CO2e). Aksi mitigasi

sektor kehutanan yang berkontribusi dalam menurunkan emisi GRK pada tahun 2015

adalah kegiatan penurunan deforestasi sebesar 61,1 juta ton CO2e dan kegiatan rehabilitasi

lahan terdegradasi sebesar 99,1 juta ton CO2e. Sedangkan aksi mitigasi sektor kehutanan

yang meningkatkan emisi GRK pada tahun 2015 adalah kegiatan peningkatan penerapan

prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di hutan alam (penurunan degradasi) maupun

di hutan tanaman sebesar 27,4 juta ton CO2e, kegiatan restorasi gambut sebesar 24,3 juta

Page 102: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

90

ton CO2e, dan kegiatan pengendalian peat fire (kebakaran gambut) sebesar 549,4 juta ton

CO2e.

Hasil verifikasi juga menunjukkan bahwa pada tahun 2016 terjadi penurunan emisi

GRK sektor kehutanan dari 5 aksi mitigasi utama yang dilakukan oleh penanggung jawab

aksi/kegiatan mitigasi sektor kehutanan sebesar 130,9 juta ton CO2e. Aksi mitigasi sektor

kehutanan yang berkontribusi dalam menurunkan emisi GRK pada tahun 2016 adalah

kegiatan penurunan deforestasi sebesar 14,4 juta ton CO2e, kegiatan rehabilitasi lahan

terdegradasi sebesar 0,6 juta ton CO2e, dan kegiatan pengendalian peat fire (kebakaran

gambut) sebesar 163,1 juta. Sedangkan aksi/kegiatan mitigasi sektor kehutanan yang

meningkatkan emisi GRK pada tahun 2016 adalah kegiatan peningkatan penerapan prinsip

pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di hutan alam (penurunan degradasi) maupun di

hutan tanaman sebesar 19.609.952,58 ton CO2e dan kegiatan restorasi gambut sebesar

27.537.955 ton CO2e.

Tabel 40 Hasil Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan Tahun

2015-2016

No. Skenario Aksi Mitigasi Sektor

Kehutanan

Potensi Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan

Tahun 2015 Tahun 2016

Emisi Baseline Emisi Aktual

Penurunan Emisi

Emisi Baseline Emisi Aktual

Penurunan Emisi

(ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e) (ton CO2e)

1

Penurunan Deforestasi (<0,45-0,325 Mha/tahun di 2030) 293,208,910 232,101,285 61,107,625 293,208,910 278,843,857 14,365,053

2

Peningkatan Penerapan Prinsip Pengelolaan Hutan Berkelanjutan, baik di Hutan Alam (Penurunan Degradasi) maupun di Hutan Tanaman 58,002,762 85,413,563 -27,410,801 58,002,762 77,612,715 -19,609,953

3

Rehabilitasi 12 Juta Ha lahan terdegradasi pada tahun 2030 atau 800.000 Ha/tahun dengan tingkat kesuksesan sebesar 90% 1,397,374 3,027,644 1,630,270 2,036,479 4,412,371 2,375,892

4

Restorasi 2 Juta Ha Gambut pada 2030 dengan Tingkat Kesuksesan Sebesar 90%: 224,639,453 248,933,276 -24,293,823 228,135,075 255,673,030 -27,537,955

5 Pengendalian Peat Fire (Kebakaran Gambut) 253,429,933 802,869,917 -549,439,984 253,398,979 90,267,180 163,131,800

Total Potensi Penurunan Emisi GRK/Peningkatan Serapan 830,678,432 1,372,345,685 -538,406,713 834,782,205 706,809,152 132,724,837

Page 103: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

91

5.1.4 Sektor Pertanian

Hasil verifikasi capaian penurunan emisi GRK untuk sektor pertanian adalah

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 41 Kesesuaian antara Klaim dengan Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK

Sektor Pertanian Tahun 2015-2016

No Aksi Mitigasi Capaian Penurunan Emisi GRK (Juta ton CO2e)

Tahun 2015 Tahun 2016

Klaim Verifikasi Klaim Verifikasi

1 Budidaya Padi

Sawah

1,56 6,49 6,65 8,63

2 UPPO 0,21 0,43 0,25 0,44

3 BATAMAS 0,107 0,01 0,053 0,01

Total 1,88 6,93 6,95 9,08

Penurunan emisi dari sektor pertanian menghasilkan trend yang meningkat sejak

tahun 2010 hingga tahun 2014, namun pada tahun 2015 dan 2016 mengalami penurunan

yang signifikan. Hal tersebut disumbang oleh aktivitas SLPTT, SRI, dan VRE, sehingga

menjadi 1,88 dan 6,95 Juta Ton CO2e. Rincian penurunan emisi dari masing-masing aksi

adalah sebagai berikut:

1. Aksi mitigasi BATAMAS Tahun 2012 dihitung dengan menjumlahkan data tahun 2011

secara akumulasi dengan 50% data tahun 2012. Hal ini karena sejak tahun 2012

kegiatan Batamas tidak dilanjutkan. Dengan asumsi ini maka pada tahun 2016, jumlah

batamas yang operasional sebesar 76 unit dan diduga dalam 5 tahun berikutnya,

keberadaan batamas dianggap tidak ada lagi di lapangan.

2. Aksi mitigasi UPPO tahun 2014 dan tahun 2015 tidak dilanjutkan, namun dimulai

kembali tahun 2016 sebesar 575 unit.

3. Aksi mitigasi Budidaya Lahan Pertanian (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman

Terpadu/SLPTT, SRI, Varietas Rendah Emisi) mengalami perubahan program pada

Tahun 2015 yang semula bernama SLPTT diganti menjadi program GPPTT (Gerakan

Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu). Program ini menggunakan rejim air yang

berbeda dan varietas rendah emisi. Pergantian nama program pada tahun 2015 ini

yang menyebabkan aktifitas GPPTT mengalami penurunan aksi mitigasi secara

signifikan yaitu sebesar 356.950 Ha. Hal ini berpengaruh terhadap turunnya angka

penurunan emisi dari kegiatan GPPTT. Walaupun aksi GPPTT Tahun 2016 meningkat

kembali menjadi 2.154.673 Ha namun tetap lebih kecil dibandingkat data tahun 2014

sebesar 3.565.188 ha. Di samping itu peningkatan emisi dari aksi ini juga disebabkan

penggunaan Varietas Rendah Emisi yang semula dilakukan secara nasional menjadi

dilakukan di 7 Provinsi. Sebagai contoh penggunaan Varietas Rendah Emisi Ciherang

hanya sebesar 1.183.256,92 ha.

5.1.5 Sektor Limbah

Hasil verifikasi terhadap capaian penurunan emisi dari sektor limbah pada tahun

2015 dan 2016 masing-masing sebesar 10,5 juta ton dan 11,579 juta ton, sebagaimana

klaim yang diajukan KLHK. Hasil ini telah berkontribusi sebesar 0.36% dari total BAU yang

Page 104: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

92

telah ditetapkan dalam NDC sebesar 0.38%. Rincian adalah sebagaimana table di bawah

ini.

Tabel 42 Kesesuaian antara Klaim dengan Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK

Sektor Limbah Tahun 2015-2016

Tahun Klaim penurunan emisi dari aksi Pengomposan

(Juta Ton CO2E)

Klaim Reduksi Emisi Verifikasi Reduksi Emisi

2015 10,526 10,526

2016 11,579 11,579

5.2 KONTRIBUSI PENURUNAN EMISI GRK TERHADAP TARGET NATIONALLY

DETERMINED CONTRIBUTION (NDC)

5.2.1 Kontribusi Penurunan Emisi GRK Sektoral

Pasca-2020, Indonesia merencanakan untuk meningkatkan target melebihi

komitmen penurunan emisi GRK tahun 2020. Mengacu pada kajian terbaru yang tercantum

pada dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) mengenai tingkat emisi GRK,

Indonesia telah menetapkan target unconditional sebesar 29% dan target conditional sampai

dengan 41% dibandingkan skenario business as usual (BaU) di tahun 2030.

Dalam NDC dijelaskan tentang lima kategori sektor dan proporsi kontribusinya dalam

upaya penurunan emisi GRK 29% dari BAU 2030 yaitu : kehutanan (17,2%); energi (11%);

pertanian (0,32%); Industrial Process and Product Use (IPPU) (0,10%); dan limbah (0,38%),

sebagaimana tertuang pada Tabel 43 berikut:

Tabel 43 Target Nationally Determined Contribution (NDC) Tahun 2030

5.2.1.1 Sektor Energi

Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) disebutkan bahwa untuk

kategori Energi mempunyai target penurunan emisi GRK sebesar 314 MTon CO2e atau

11% dengan kondisi scenario tanpa persyaratan mitigasi-unconditional (Counter

Measure/CM1). Target penurunan emisi GRK tersebut akan dicapai melalui aksi mitigasi

yang berbasis sektor energi yang telah dilakukan oleh KESDM maupun oleh Kementerian

Perindustrian dan Kementerian Perhubungan.

Page 105: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

93

Adapun kontribusi dari kategori energi pada tahun 2016 terhadap target NDC tahun

2030 sebesar 3,28% dengan membandingkan antara BAU dan Inventory, sebagaimana

Tabel 44 dan Gambar 46.

Tabel 44 Progres capaian penurunan emisi GRK Sektor Energi tahun 2010 – 2016

dengan Target NDC tahun 2030

Gambar 46 Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Energi

5.2.1.2 Sektor IPPU

Untuk kategori IPPU, target penurunan emisi GRK sesuai dokumen Nationally

Determined Contribution (NDC) sebesar 2,75 MTon CO2e atau 0,10% dengan kondisi

scenario tanpa persyaratan mitigasi-unconditional (Counter Measure/CM1). Target

penurunan emisi GRK tersebut akan dicapai melalui aksi mitigasi yang berbasis sektor IPPU

yang telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian.

Adapun kontribusi dari kategori IPPU pada tahun 2016 terhadap target NDC tahun

2030 sebesar 0,23% dengan membandingkan antara BAU dan Inventory, sebagaimana

Tabel 45 dan Gambar 47.

Sektor Target2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Inventory(MtonCO2e) 453.18 488.94 508.12 546.40 602.46 652.08 618.58

BAU(MtonCO2e) 453.20 510.73 549.93 588.70 639.15 664.35 712.26

PenurunandariBAU(MtonCO2e) 314 0.02 21.79 41.81 42.31 36.70 12.27 93.68

ProgresCapaianterhadap2030(%) 11 0 0.76 1.46 1.48 1.29 0.43 3.28

KlaimPenurunanRANoleh

Sektor(MtonCO2e) 33.24 36.15

Terverifikasi(MtonCO2e) 5.25 12.82

BelumTerverifikasi 27.99 23.33

Energi

Penuruna

nEmisi

Berdasark

anBAU

Kontribusi

RAN

PenurunanEmisi

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Baseline (BAU) 453,20 510,73 549,93 588,70 639,15 664,35 712,26

Inventory 453,18 488,94 508,12 546,40 602,46 652,08 618,58

Penurunan Emisi per Thn 0,02 21,79 41,81 42,31 36,70 12,27 93,68

Kontribusi NDC 2030 (%) 0,00 0,76 1,46 1,48 1,29 0,43 3,28

-

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

700,00

800,00

(Rib

u t

on

CO

2e)

Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap Baseline Emisi GRK (BAU)

Baseline (BAU) Inventory

Page 106: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

94

Tabel 45 Progres capaian penurunan emisi GRK Sektor IPPU tahun 2010 – 2016

dengan Target NDC tahun 2030

Gambar 47 Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor IPPU

5.2.1.3 Sektor Kehutanan

Untuk sektor kehutanan, target penurunan emisi GRK dengan unconditional sebesar

17,2% (497 juta ton CO2e). Berdasarkan hasil perhitungan inventarisasi GRK tahun 2016

dapat diketahui bahwa emisi GRK sektor kehutanan tahun 2016 adalah sebesar 631,72 juta

ton CO2e, sedangkan emisi baseline NDC (BAU) sektor kehutanan pada tahun 2016 adalah

sebesar 767,70 juta ton CO2e. Sehingga capaian penurunan emisi GRK sektor kehutanan

pada tahun 2016 berdasarkan perbandingan antara emisi aktual hasil inventarisasi GRK

sektor kehutanan dengan emisi baseline NDC (BAU) sektor kehutanan adalah sebesar

135,98 juta ton CO2e.

Adapun kontribusi dari sektor kehutanan pada tahun 2016 terhadap target NDC

tahun 2030 sebesar 4,71% dengan membandingkan antara BAU dan Inventory,

sebagaimana Tabel 46 dan Gambar 48.

Tabel 46 Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan Tahun 2010 –

2016 dengan Target NDC tahun 2030

Terverifikasi

Sektor Target2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Inventory(MtonCO2e) 36.03 35.91 40.08 39.16 47.49 48.67 49.63

BAU(MtonCO2e) 36.22 37.07 41.73 40.86 49.78 53.28 55.99

PenurunandariBAU(MtonCO2e) 2.75 0.19 1.16 1.65 1.70 2.30 4.61 6.36

ProgresCapaianterhadap2030 0.1 0.01 0.04 0.06 0.06 0.08 0.17 0.23

KlaimPenurunanRANoleh

Sektor(MtonCO2e) 1.80 1.61

Terverifikasi(MtonCO2e) 1.80 1.61

BelumTerverifikasi

Penuruna

nEmisi

Berdasark

anBAU

Kontribusi

RAN

PenurunanEmisi

IPPU

Kontribusi

Lainnya

Energi

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Baseline (BAU) 36,22 37,07 41,73 40,86 49,78 53,28 55,99

Inventory 36,03 35,91 40,08 39,16 47,49 48,67 49,63

Penurunan Emisi per Thn 0,19 1,16 1,65 1,70 2,30 4,61 6,36

Kontribusi NDC 2030 (%) 0,01 0,04 0,06 0,06 0,08 0,17 0,23

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

(Rib

u t

on C

O2e)

Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK

terhadap Baseline Emisi GRK (BAU)

Baseline (BAU) Inventory

Sektor Target 2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Inventory LULUCF (Mton CO2e) 383 427 488 402 480 742 541

Inventory Peat Fire (Mton CO2e) 51 189 207 205 499 803 90

Inventory Total (Mton CO2e) 434,79 616,34 694,98 607,33 979,42 1545,07 631,72

BAU (Mton CO2e) 646,55 769,25 770,84 767,69 766,42 765,09 767,70

Penurunan dari BAU (Mton CO2e) 497 211,76 152,92 75,86 160,36 -213,01 -779,98 135,98

Progres Capaian terhadap 2030 17,2 7,33 5,29 2,63 5,55 -7,37 -26,99 4,71

LULUCF dan

Peat Fire

Penurunan Emisi

Penurunan

Emisi

Berdasarka

n BAU

Page 107: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

95

Gambar 48 Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Kehutanan

5.2.1.4 Sektor Pertanian

Target penurunan emisi Sektor Pertanian tahun 2030 berdasarkan NDC adalah 9

juta ton CO2e sebesar 0,32%. Sampai tahun 2016 angka tersebut belum tercapai bahkan

lebih rendah sebesar -0,001% dari target NDC. Hal ini disebabkan oleh terjadinya

perubahan program secara internal dari Kementerian Pertanian dan tidak dilanjutkannya

beberapa aksi mitigasi. Adapun kontribusi dari sektor pertanian pada tahun 2016,

sebagaimana Tabel 47 dan Gambar 49.

Tabel 47 Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Pertanian Tahun 2010 – 2016

dengan Target NDC tahun 2030

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Baseline (BAU) 646,545 769,251 770,841 767,690 766,416 765,087 767,703

Inventory 434,788 616,335 694,978 607,328 979,422 1,545,07 631,725

Penurunan Emisi per Thn 211,757 152,915 75,863 160,362 (213,006 (779,984 135,979

Kontribusi NDC 2030 (%) 7.33 5.29 2.63 5.55 -7.37 -26.99 4.71

(1,000,000)

(500,000)

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000(R

ibu

to

n C

O2e

)

Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap Baseline Emisi GRK (BAU)

Baseline (BAU) Inventory

Terverifikasi

Sektor Target2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Inventory(MtonCO2e) 108.49 108.72 112.73 112.10 113.44 111.32 117.02

BAU(MtonCO2e) 110.51 111.13 111.41 112.08 112.78 113.52 114.28

PenurunandariBAU(MtonCO2e) 9 2.02 2.41 -1.32 -0.02 -0.66 2.19 -2.74

ProgresCapaianterhadap2030 0.32 0.07 0.09 -0.05 0.00 -0.02 0.08 -0.10

KlaimPenurunanRANoleh 12.08 16.00 14.48 13.64 16.06 1.88 6.95

Terverifikasi(MtonCO2e) 8.78 9.78 10.04 9.66 9.11 6.93 9.08

BelumTerverifikasi

Pertanian

Kontribusi

Lainnya

Penuruna

nEmisi

Berdasark

anBAU

Kontribusi

RAN

PenurunanEmisi

Page 108: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

96

Gambar 49 Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Pertanian

5.2.1.5 Sektor Limbah

Pada tahun 2016 terdapat selisih sebesar 16.47 Juta ton, sedangkan perkiraan

penurunan adalah sebesar 11.58 Juta ton. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sekitar 4.89

Juta ton penurunan emisi yang belum diverifikasi. Hal ini mengingat verifikasi baru dilakukan

terhadap aksi pengomposan, sehingga kontribusi terhadap penurunan ini dapat diperoleh

dari aksi lainnya, seperti 3R, pemanfaatan LFG, dan aksi mitigasi pada limbah cair. Adapun

kontribusi dari sektor limbah pada tahun 2016 adalah 0,57%, sebagaimana Tabel 48 dan

Gambar 50.

Tabel 48 Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah Tahun 2010 – 2016

dengan Target NDC tahun 2030

Terverifikasi

Sektor Target2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Inventory(MtonCO2e) 88.01 92.70 96.33 99.90 101.56 95.38 97.92

BAU(MtonCO2e) 88.01 92.52 96.41 100.22 102.24 105.80 114.39

PenurunandariBAU(MtonCO2e) 11 0.00 -0.18 0.09 0.32 0.68 10.42 16.47

ProgresCapaianterhadap2030 0.38 0.00 -0.01 0.00 0.01 0.02 0.36 0.57

KlaimPenurunanRANolehSektor(Mton

CO2e) 0.05 10.5211.58

Terverifikasi(MtonCO2e) 0.05 10.52 11.58

BelumTerverifikasi

Kontribusi

Lainnya

Limbah

LULUCFdan

PeatFire

Penurunan

Emisi

Berdasarkan

BAU

PenurunanEmisi

Kontribusi

RAN

Page 109: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

97

Gambar 50 Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Limbah 5.2.1 Kontribusi Penurunan Emisi GRK Nasional

Berdasarkan uraian pada sub bab 5.2, kontribusi penurunan emisi secara nasional

pada tahun 2016 terhadap target yang ditetapkan dalam NDC tahun 2030 adalah sebesar

8,7% dari target penurunan emisi sebesar 834 Juta Ton CO2e atau 29% dari BAU. Hal ini

disajikan pada Tabel 49 dan Gambar 51.

Tabel 49 Kontribusi Pencapaian Target NDC (2010-2016)

Gambar 51 Grafik Kontribusi Penurunan Emisi Nasional (2010-2016) Terhadap Target NDC Tahun 2030

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Baseline (BAU) 88,01 92,52 96,41 100,22 102,24 105,80 114,39

Inventory 88,01 92,70 96,33 99,90 101,56 95,38 97,92

Penurunan Emisi per Thn - -0,18 0,09 0,32 0,68 10,42 16,47

Kontribusi NDC 2030 (%) - -0,01 0,00 0,01 0,02 0,36 0,57

-20,00

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

(Rib

u t

on

CO

2e

)

Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap Baseline Emisi GRK (BAU)

Baseline (BAU) Inventory

Uraian Target 2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tingkat emisi (Mton CO2e) - 1.121 1.343 1.453 1.405 1.845 2.453 1.515

BAU NDC (Mton CO2e) 2.869 1.334 1.521 1.570 1.610 1.670 1.702 1.765

Penurunan Emisi (Mton CO2e) 834 213 178 118 205 175- 750- 250

Kontribusi Pencapaian target NDC (%) 29 7,4 6,2 4,1 7,1 6,0- 26,1- 8,7

7,46,2

-26,1%

-

4,1 8,77,1

Page 110: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

98

Tabel 50 Capaian Penurunan Emisi GRK Nasional Terhadap Target NDC Tahun 2030

Sedangkan apabila dibandingkan dengan target menurut scenario CM1 dan CM2

diilustrasikan pada Gambar 52.

Gambar 52 Grafik Kontribusi Penurunan Emisi Nasional (2010-2016) Terhadap BAU, CM1, dan CM2

Sektor Target2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Inventory(MtonCO2e) 453.18 488.94 508.12 546.40 602.46 652.08 618.58

BAU(MtonCO2e) 453.20 510.73 549.93 588.70 639.15 664.35 712.26

PenurunandariBAU(MtonCO2e) 314 0.02 21.79 41.81 42.31 36.70 12.27 93.68

ProgresCapaianterhadap2030(%) 11 0 0.76 1.46 1.48 1.29 0.43 3.28

KlaimPenurunanRANoleh

Sektor(MtonCO2e) 34.04 39.81

Terverifikasi(MtonCO2e) 31.62 36.70

BelumTerverifikasi 2.42 3.11

Inventory(MtonCO2e) 36.03 35.91 40.08 39.16 47.49 48.67 49.63

BAU(MtonCO2e) 36.22 37.07 41.73 40.86 49.78 53.28 55.99

PenurunandariBAU(MtonCO2e) 2.75 0.19 1.16 1.65 1.70 2.30 4.61 6.36

ProgresCapaianterhadap2030 0.1 0.01 0.04 0.06 0.06 0.08 0.17 0.23

KlaimPenurunanRANoleh

Sektor(MtonCO2e) 1.43 0.97

Terverifikasi(MtonCO2e) 1.43 0.97

BelumTerverifikasi 0.00 0.00

Inventory(MtonCO2e) 108.49 108.72 112.73 112.10 113.44 111.32 117.02

BAU(MtonCO2e) 110.51 111.13 111.41 112.08 112.78 113.52 114.28

PenurunandariBAU(MtonCO2e) 9 2.02 2.41 -1.32 -0.02 -0.66 2.19 -2.74

ProgresCapaianterhadap2030 0.32 0.07 0.09 -0.05 0.00 -0.02 0.08 -0.10

KlaimPenurunanRANoleh

Sektor(MtonCO2e) 12.08 16.00 14.48 13.64 16.06 1.88 6.95

Terverifikasi(MtonCO2e) 8.78 9.78 10.04 9.66 9.11 6.93 9.08

BelumTerverifikasi

InventoryLULUCF(MtonCO2e) 383 427 488 402 480 742 541

InventoryPeatFire(MtonCO2e) 51 189 207 205 499 803 90

InventoryTotal(MtonCO2e) 434.79 616.34 694.98 607.33 979.42 1545.07 631.72

BAU(MtonCO2e) 646.55 769.25 770.84 767.69 766.42 765.09 767.70

PenurunandariBAU(MtonCO2e) 497 211.76 152.92 75.86 160.36 -213.01 -779.98 135.98

ProgresCapaianterhadap2030 17.2 7.33 5.29 2.63 5.55 -7.37 -26.99 4.71

KlaimPenurunanRANoleh

Sektor(MtonCO2e) -538.41 132.72

Terverifikasi(MtonCO2e) -538.41 132.72

BelumTerverifikasi

Inventory(MtonCO2e) 88.01 92.70 96.33 99.90 101.56 95.38 97.92

BAU(MtonCO2e) 88.01 92.52 96.41 100.22 102.24 105.80 114.39

PenurunandariBAU(MtonCO2e) 11 0.00 -0.18 0.09 0.32 0.68 10.42 16.47

ProgresCapaianterhadap2030 0.38 0.00 -0.01 0.00 0.01 0.02 0.36 0.57

KlaimPenurunanRANoleh

Sektor(MtonCO2e) 0.05 10.5211.58

Terverifikasi(MtonCO2e) 0.05 10.52 11.58

BelumTerverifikasi 0.00 0.00 0.00

Tingkatemisi(MtonCO2e) - 1,120.5 1,342.6 1,452.2 1,404.9 1,844.4 2,452.5 1,514.9

BAUNDC(MtonCO2e) 2,869 1,334.5 1,520.7 1,570.3 1,609.6 1,670.4 1,702.0 1,764.6

PenurunanEmisi(MtonCO2e) 834 214.0 178.1 118.1 204.7 -174.0 -750.5 249.8

KontribusiPencapaiantargetNDC(%) 29 7.4 6.2 4.1 7.1 -6.1 -26.1 8.7

Limbah

Penuruna

nEmisi

Berdasark

anBAU

Kontribusi

RAN

TotalSeluruhSektor

Pertanian

Penuruna

nEmisi

Berdasark

anBAU

Kontribusi

RAN

LULUCF

danPeat

Fire

Penuruna

nEmisi

Berdasark

anBAU

Kontribusi

RAN

PenurunanEmisi

Energi

Penuruna

nEmisi

Berdasark

anBAU

Kontribusi

RAN

IPPU

Penuruna

nEmisi

Berdasark

anBAU

Kontribusi

RAN

CM

CM

BAU

Page 111: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

99

Berdasarkan Gambar 52 bahwa kontribusi penurunan emisi pada tahun 2016 terhadap

target NDC tahun 2030 yaitu sebesar 8,7%, apabila dibandingkan dengan scenario CM 1

dan CM2 maka masih diperlukan usaha lebih besar dari seluruh sektor untuk memenuhi

target yang telah ditetapkan dalam NDC.

Page 112: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

100

BAB VI

RENCANA PERBAIKAN (PLAN OF IMPROVEMENT)

Penyelenggaraan inventarisasi gas rumah kaca, monitoring, pelaporan dan verifikasi

merupakan suatu proses yang berkesinambungan karena melibatkan upaya perbaikan yang

dilakukan terus menerus sejalan dengan semakin berkembangnya ketersediaan data dan

pengetahuan terkait dengan pendugaan emisi dan serapan GRK dari sumber dan rosot dan

pengalaman yang diperoleh dalam pelaksanaan inventarisasi sebelumnya.

Mekanisme pengumpulan data yang dilakukan oleh lembaga pengumpul data serta

sistem QA/QC yang dijalankan saat ini akan ditingkatkan dokumentasinya. Perbaikan

mekanisme pengumpulan data dan sistem QA/QC yang akan dikembangkan ke depan

termasuk kebutuhan yang diperlukan untuk pelaksanaannya perlu segera dilakukan.

Sistem penyimpanan data dan dokumen untuk penyelenggaraan inventarisasi GRK

dan monitoring, pelaporan dan verifikasi juga akan terus dikembangkan. Pengembangan

sistem pengarsipan data dan informasi merupakan bagian penting dari proses

penyelenggaraan inventarisasi GRK dan monitoring, pelaporan dan verifikasi. Keberadaan

sistem ini sangat penting dalam mendukung pelaksanan verifikasi, perbaikan sistem

inventarisasi GRK dan monitoring, pelaporan dan verifikasi, menjamin transparansi, dan

merupakan bagian dari sistem penjaminan dan pengendalian mutu (QA/QC). Pengarsipan

data dan informasi harus dilakukan untuk semua kategori.

Peningkataan kualitas data aktifitas maupun faktor emisi dari data terkecil,

merupakan prioritas perbaikan dalam penyelenggaraan inventarisasi gas rumah kaca pada

sektor yang mempunyai key category dan uncertainty tinggi. Upaya perbaikan difokuskan

pada sumber/rosot yang sudah diidentifikasi sebagai kategori kunci serta untuk

meningkatkan kualitas inventarisasi GRK ke Tier yang lebih tinggi.

Di sektor energi, rencana perbaikan antara lain difokuskan pada pengembangan

faktor emisi bahan bakar minyak dan gas, batubara dan sistem ketenagalistrikan, perbaikan

sistem pendataan, serta peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kualitas data aktivitas

yang diperlukan di sektor energy.

Di sektor IPPU rencana perbaikan antara lain difokuskan pada data aktivitas terkait

perhitungan emisi GRK di industri pulp dan kertas dan industri elektronik, pengembangan

faktor emisi local, dan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kualitas data inventarisasi

GRK sektor IPPU.

Di sektor pertanian, perludilakukan penelitian untuk menghasilkan faktor emisi lokal

pada kategori-kategori kunci. Pada sub kategori bududaya sawah, sudah menggunakan

metodologi Tier 2 dimana sudah memasukan factor skala tanah dan rezim air yang

disesuaikan dengan kondisi setiap provinsi. Sub sektor peternakan sudah menggunakan

metodologi Tier 2, dimana dalam perhitungan emisi CH4 sudah menggunakan factor emisi

local serta penggunaan bobot ternak local pada perhitungan emisi N2O dari pengelolaan

ternak. Namun, survei juga perlu dilakukan untuk memperbaiki kekurangan data dan

informasi yang saat ini menggunakan expert judgement, seperti faktor pembakaran pada

kategori pembakaran biomassa dan expert judgement untuk manure management system

(MMS) pada kategori peternakan.

Page 113: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

101

Pengembangan pada sub sector pertanian perlu dilakukan dengan pemutakhiran

factor emisi yang terbaru berdasarkan hasil-hasil penelitian yang sudah ada, dimana saat ini

masih menggunakan hasil penelitian tahun tahun 1995-2005.

Adapun pengembangan dari sub sektor peternakan yaitu faktor koreksi terhadap

populasi ternak, dimana saat ini faktor koreksi yang digunakan bersumber dari survei

Kementerian Pertanian pada tahun 2006. Dengan telah dilakukannya kembali survei detail

populasi sapi potong, sapi perah dan kerbau pada tahun 2011, tentunya perlu diketahui

apakah struktur umur (yang digunakan untuk menentukan faktor koreksi) mengalami

perubahan. Pembagian kelas umur ternak juga masih mengacu pada data survey Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2011, sehingga perlu dilakukan survey

kembali dalam rangka pemutakhiran data pembagian kelas umur ternak. Pengembangan

penelitian mengenai perhitungan emisi N2O berdasarkan musim juga dapat

dipertimbangkan untuk pengembangan selanjutnya, dimana jumlah kotoran dan urin ternak

berbeda untuk setiap musim.

Ketersediaan data aktivitas seringkali menjadi kendala pada perhitungan emisi GRK

sector pertanian. Data penggunaan pupuk yang tersedia baik di Kementerian Pertanian

maupun Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia hanya meliputi pupuk subsudi.Pupuk non

subsidi penggunaanya sangat besar di perkebunan, namun data penggunaan pupuknya

tidak tersedia.Untuk memperkirakan penggunaan pupuk non subsidi, digunakan pendekatan

dosis dan luas perkebunan.Perlu dilakukan survey terhadap penggunaan pupuk di

perkebunan serta membangun suatu mekanisme yang memungkinkan perkebunan dapat

melaporkan penggunaan pupuknya, mengingat dari tahun ke tahun penggunaan pupuk

semakin meningkat.

Sama halnya dengan pupuk non subsidi, data penggunaan kapur pertanian didapat

dari asumsi luasan perkebunan dan dosis penggunan per tahun.Perlu dilakukan sebuah

survei kepada perusahaan atau mekanisme yang dapat membuat perusahaan untuk

memberikan informasi mengenai jumlah pupuk/kapur pertanian yang digunakan, serta

informasi lainnya yang dibutuhkan.

Di sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, ketersediaan data yang

dimiliki memungkinkan perubahan perhitungan Inventarisasi GRK sektor Kehutanan dan

Penggunaan Lahan Lainnya dari Gain-Loss Method ke Stock-Different Method.

Penggunaan faktor emisi yang mewakili country/site specific, sehingga perhitungan

Inventarisasi GRK dapat menghasilkan data yang kualitasnya lebih mewakili. Penggunaan

faktor emisi untuk kebakaran gambut juga perlu ditinjau mengingat pemakaian faktor emisi

923,1 ton CO2e/ha dianggap masih over-estimate. Ketersediaan data akan diupayakan dari

sebelumnya T-2 menjadi T-1, maksudnya adalah ketersediaan data aktivitas (khususnya

analisis perubahan tutupan lahan) dapat ditingkatkan menjadi 1 (satu) tahun sebelumnya.

Berkenaan dengan aksi mitigasi, maka perhitungan angka serapan dari rewetting pada

lahan gambut sesuai The 2013 Wetland Supplement to the 2006 IPCC Guidelines perlu

diperhitungkan sesuai worksheet IPCC khususnya pada tipe klasifikasi Wetlands.

Di sektor limbah rencana perbaikan antara lain integrasi hasil penelitian karakteristik

sampah (komposisi sampah, dry matter content dan DOC) nasional, perbaikan data sludge

yang dihasilkan dari kegiatan pengolahan limbah cair domestik dan industry, perbaikan data

COD inlet/outlet dan debit limbah cair industry, pengembangan faktor emisi lokal limbah cair

domestik untuk menentukan nilai BOD yang lebih akurat, serta perbaikan data aktivitas

untuk limbah B3 dari rumah sakit.

Page 114: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

102

Berdasarkan hasil kajian terhadap dokumen pelaksanaan RAN-GRK Kementerian

Teknis terkait (Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian

dan Kementerian LHK) untuk tahun 2015 – 2016, terdapat beberapa rekomendasi mengenai

perbaikan dan pengembangan sistem pengukuran, pelaporan, dan verifikasi yang dapat

dilakukan oleh KESDM dengan tujuan untuk memperbaiki tingkat jaminan hasil capaian

penurunan emisi GRK yang diklaim dan dapat diverifikasi, meliputi:

1. Perbaikan kualitas data dan informasi capaian aksi mitigasi perubahan iklim, yang dapat

dilakukan diantaranya dengan membangun Struktur Manajerial, SOP (Standard

Operating Procedure), dan Dokumentasi mengenai alur informasi kebutuhan evaluasi

aksi mitigasi perubahan iklim, metode pemantauan dan pencatatan aksi mitigasi

perubahan iklim, dan dokumentasi pelaporan.

2. Sistem pemantauan dan pelaporan data untuk aksi mitigasi disarankan untuk lebih

akurat dan merinci, sehingga setiap data dapat diverifikasi dengan baik.

3. Untuk meningkatkan akuntabilitas capaian aktivitas aksi mitigasi, sebaiknya data biaya

investasi dan operasional kegiatan dicatat. Hal ini akan sangat bermanfaat dalam

analisis keekonomian aksi mitigasi penurunan emisi GRK nasional.

4. Untuk sektor limbah memiliki potensi yang besar dalam upaya penurunan emisi GRK,

namun memperhatikan data yang tersedia sehingga penghitungan hanya dapat

dilakukan terhadap pengomposan. Untuk itu ke depannya koordinasi terkait data sector

limbah secara keseluruhan agar ditingkatkan sehingga memudahkan dalam hal integrasi

data dan informasi.

Page 115: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

103

BAB VII PENUTUP

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca, Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi Tahun

2017 dilakukan melalui proses penyediaan dan manajemen data, pengendalian dan

penjaminan mutu yang dilakukan oleh Kementerian LHK bersama-sama dengan

Kementerian/Lembaga terkait selaku penanggung jawab sektor, Kementerian

Perekonomian, dan Bappenas.

Laporan ini menghasilkan perhitungan emisi tahun 2000-2016 dan capaian

penurunan emisi terverifikasi sampai dengan tahun 2016. Emisi GRK tahun 2016 adalah

sebesar 1.515 Juta Ton CO2e dengan capaian penurunan emisi terverifikasi sebesar 8,7%

dari target penurunan emisi pada tahun 2030 (834 Juta Ton CO2e atau 29%).

Laporan ini sebagai implementasi Paris Agreement dalam rangka membangun

upaya dan semangat bersama stakeholders baik di tingkat nasional maupun global.

Page 116: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

104

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2010. Policy scenarios of reducing carbon emission from Indonesia’s peatland. National Development Planning Agency, UK-Aid and British Council, Jakarta.

FAO. Global Fuel Wood Data. http://faostat3.fao.org Intergovernmental Panel on Climate Change, 2006, “IPCC-2006 Guidelines for National

Green House Gas Inventories: AFOLU, Volume 4 Intergovernmental Panel on Climate Change, 2013. Supplement to the 2006 IPCC

Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories: Wetlands Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Indonesia Second National Communication Under

The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup (2012). Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas

Rumah Kaca Nasional Buku I Pedoman Umum. Kementerian Lingkungan Hidup (2012). Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas

Rumah Kaca Nasional Buku II Volume 3 Pertanian, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2016. Indonesia Third National Communication Under The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Jakarta

Kementerian Pertanian (2014). Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional (RAN) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Sektor Pertanian.

Krisnawati, H., Adinugroho, W.C., Imanuddin, R. and Hutabarat, S. 2014. Estimation of Forest Biomass for Quantifying CO2 Emissions in Central Kalimantan: a comprehensive approach in determining forest carbon emission factors. Research and Development Center for Conservation and Rehabilitation, Forestry Research and Development Agency, Bogor.Intergovernmental Panel on Climate Change, 2006, “IPCC-2006 Guidelines for National Green House Gas Inventories: AFOLU, Volume 4

Manuri, S., Brack, C., Nugroho, N.P., Hergoualc’h, K., Novita, N., Dotzauer, H., Verchot, L., Putra, C.A.S., & Widyasari, �. 2014. Tree biomass equations for tropical peat swamp forest ecosystems in Indonesia. For. �col. Manage. 334: 241-253.

Margono B. A., Potapov P. V., Turubanova S., Fred Stolle F., Matthew Hansen C. M. 2014. Primary forest cover loss in Indonesia over 2000� 2012. Nature Climate Change 4, 730�735 (2014) doi:10.1038/ nclimate2277.

Mulyani et al., 2012. Basis data karakteristik tanah gambut di Indonesia. in Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan 4 Mei 2012.� http://balittanah.litbang.deptan.go.id

Murdiyarso, D., Donato, D., Kauffmann, �.B., Kurnianto, S., Stidham, M. and Kanninen, M. 2009. Carbon storage in mangrove and peatland ecosystems: a preliminary accounts from plots in Indonesia. CIFOR Working Paper 48.

Republik Indonesia, 2011 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional, Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 117: Laporan Inventarisasi GRK dan - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/lap_igrk... · Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV Nasional

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

DIREKTORAT INVENTARISASI GRK DAN MPV

MANGGALA WANABAKTI IV, 6TH FLOOR, WING AJL. GATOT SUBROTO, SENAYANJAKARTA - INDONESIA

TELEPON: +62 (21) 57903073FAKSIMILI: +62 (21) 57903073E-MAIL: [email protected]