55

10
HUBUNGAN SIKLUS MENSTRUASI DENGAN TINGKAT INSOMNIA PADA MAHASISWI JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Dra. Psi. Asmika, SKM., M. Kes, Yulian Wiji Utami, S. Kp, M. Kes, Ahmi Choiria ABSTRAK Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang banyak dialami oleh mahasiswi keperawatan. Mahasiswa yang mengalami insomnia dapat mengalami penurunan konsentrasi dan kurang produktif, sehingga mengakibatkan penurunan prestasi akademik. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya insomnia pada mahasiswi adalah perubahan hormon yang terjadi selama siklus menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan siklus menstruasi dengan tingkat insomnia di Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan metode pendekatan cross sectional. Sampel dipilih menggunakan teknik proportional stratified simple random sampling dengan jumlah 76 mahasiswi Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya kelas reguler periode 2009 sampai 2012. Hasil uji statistik Koefisien Kontingensi diperoleh p = 0,348 (p>0,05). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara siklus menstruasi dengan tingkat insomnia di Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya kelas reguler periode 2009 sampai 2012. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor lain seperti gaya hidup, lingkungan dan fase siklus menstruasi yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti. Dari hasil ini disarankan kepada mahasiswi keperawatan agar tetap mempertahankan tidur adekuat guna mencegah dampak negatif insomnia. Kata kunci: Siklus Menstruasi, Mahasiswi, Insomnia ABSTRACT Insomnia is one a sleep disorder many experienced by nursing students. A students who suffered insomnia be able to experience a decreased concentration and less productive, thet led to a decrease in academic achievement. One of the factors that influence the occurrenc of insomnia on students is hormonal changes thet occur during the menstrual cycle. This study aims to know the relationship of the menstrual cycle with the level of insomnia in Nursing Programme Medical Faculty of Brawijaya University. The study design used is observational analytic method with approach cross sectional. The sample was selected using propotional stratified simple random sampling technique with a total of 76 students in Nursing Programme Medical Faculty of Brawijaya University the regular classes the periode 2009 to 2012. The results of statistics tests Contingency Coefficient was obtained p = 0,348 ( p > 0,05). The result can be meant that there was no correlation between the menstrual cycle with the level of insomnia in Nursing Programme Medical Faculty of Brawijaya University regular classes the period 2009 to 2012. This is due to several factors other like lifestyle, the environment and phase of the menstrual cycle that cannot be controlled by researchers. The result of this suggested to a student of nursing would continue to maintain sleep adekuat to prevent the negative effects of insomnia. Key words: Menstrual Cycle, Student, Insomnia

description

55

Transcript of 55

Page 1: 55

HUBUNGAN SIKLUS MENSTRUASI DENGAN TINGKAT INSOMNIA PADA MAHASISWI

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Dra. Psi. Asmika, SKM., M. Kes, Yulian Wiji Utami, S. Kp, M. Kes, Ahmi Choiria

ABSTRAK

Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang banyak dialami oleh mahasiswi

keperawatan. Mahasiswa yang mengalami insomnia dapat mengalami penurunan konsentrasi dan

kurang produktif, sehingga mengakibatkan penurunan prestasi akademik. Salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya insomnia pada mahasiswi adalah perubahan hormon yang terjadi

selama siklus menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan siklus menstruasi

dengan tingkat insomnia di Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan metode pendekatan cross

sectional. Sampel dipilih menggunakan teknik proportional stratified simple random sampling

dengan jumlah 76 mahasiswi Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya kelas reguler periode 2009 sampai 2012. Hasil uji statistik Koefisien Kontingensi

diperoleh p = 0,348 (p>0,05). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara

siklus menstruasi dengan tingkat insomnia di Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya kelas reguler periode 2009 sampai 2012. Hal ini disebabkan karena

beberapa faktor lain seperti gaya hidup, lingkungan dan fase siklus menstruasi yang tidak dapat

dikendalikan oleh peneliti. Dari hasil ini disarankan kepada mahasiswi keperawatan agar tetap

mempertahankan tidur adekuat guna mencegah dampak negatif insomnia.

Kata kunci: Siklus Menstruasi, Mahasiswi, Insomnia

ABSTRACT

Insomnia is one a sleep disorder many experienced by nursing students. A students who

suffered insomnia be able to experience a decreased concentration and less productive, thet led to

a decrease in academic achievement. One of the factors that influence the occurrenc of insomnia

on students is hormonal changes thet occur during the menstrual cycle. This study aims to know

the relationship of the menstrual cycle with the level of insomnia in Nursing Programme Medical

Faculty of Brawijaya University. The study design used is observational analytic method with

approach cross sectional. The sample was selected using propotional stratified simple random

sampling technique with a total of 76 students in Nursing Programme Medical Faculty of Brawijaya

University the regular classes the periode 2009 to 2012. The results of statistics tests Contingency

Coefficient was obtained p = 0,348 ( p > 0,05). The result can be meant that there was no

correlation between the menstrual cycle with the level of insomnia in Nursing Programme Medical

Faculty of Brawijaya University regular classes the period 2009 to 2012. This is due to several

factors other like lifestyle, the environment and phase of the menstrual cycle that cannot be

controlled by researchers. The result of this suggested to a student of nursing would continue to

maintain sleep adekuat to prevent the negative effects of insomnia.

Key words: Menstrual Cycle, Student, Insomnia

Page 2: 55

PENDAHULUAN

Insomnia merupakan ketidakmampuan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan tidur,

baik secara kualitas maupun kuantitas

(Holbrook et al., 2000; Asmadi, 2008;

Dewanto dkk., 2009). Sebanyak 50 juta

penduduk Amerika pada tahun 2005

mengalami gangguan tidur dan 33 sampai

40% mengalami insomnia setiap malam

(Fisher & Sharon, 2009).

Menurut Nurmiati Amir (2008) dari

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,

mengemukakan bahwa insomnia menyerang

10% dari total penduduk Indonesia atau

sekitar 28 juta orang. Total angka kejadian

insomnia tersebut, 10 sampai 15%

merupakan gejala insomnia kronis (Bahrul,

2011). Berdasarkan penelitian Bahrul (2011)

yang dilakukan pada 145 mahasiswi Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Diponegoro ditemukan sebanyak 62

responden (42,8%) mengalami insomnia dan

yang tidak mengalami insomnia sebanyak 83

responden (57,2%). Kejadian insomnia

tersebut, jumlah terbesar dialami pada

kondisi stres sedang, yaitu sebanyak 19

responden (61,3%) dari 31 responden yang

mengalami stres sedang. Kejadian insomnia

sebanyak 15 responden (44,1%) dari 34

responden yang mengalami stres ringan, dan

25 responden (32,9%) dari 76 responden

yang mengalami insomnia tetapi tidak

mengalami stres.

Penelitian Ban H-J et al. (2011) di

Korea, mengatakan bahwa insomnia 1,4 kali

lebih sering terjadi pada wanita (21,3%)

dibandingkan pada pria (11,2%). Sebagian

besar keluhan yang terjadi berhubungan

dengan siklus menstruasi (Sutton et al., 2001;

Baker et al., 2004 dalam Mashoodh et al.,

2008) selama postovulasi fase luteal pada

wanita sehat (Manber & Bootzin, 1997 dalam

Shechter & Boivin, 2010). Hubungan ini

terjadi karena sebagian besar wanita

mengalami fluktuasi hormonal sehingga

mekanisme yang mengontrol tidur normal

dan homeostatis tidur pada wanita mungkin

dipengaruhi oleh sirkulasi steroid seks

(Mashoodh et al., 2008), follicle stimulating

hormone (FSH) dan luteal hormone (LH),

serta hormon gonadotropin (Shechter &

Boivin, 2010). Eichling & Sahni (2005)

mengatakan bahwa perubahan hormon

kortisol dan melatonin juga dapat

mempengaruhi tidur seseorang. Selain

disebabkan oleh perubahan hormon,

insomnia juga dapat terjadi karena beberapa

faktor diantaranya adalah faktor psikologis

dan stres, gaya hidup yang tidak sehat, kerja

lembur/shift, jet lag, lingkungan, dan faktor

fisik (Rafknowledge, 2004).

Peningkatan progesteron dan FSH

dihubungkan dengan meningkatnya kesulitan

tidur (Kravitz et al., 2005; Eichling & Sahni,

2005). Namun, hubungan tersebut tidak

sesuai dengan data yang didapatkan oleh

Manber & Armitage (2000), bahwa

progesteron justru memfasilitasi tidur . Akan

tetapi, Kravitz et al. (2005) mengatakan

bahwa progesteron dilepaskan pada pulsatil

fase luteal siklus menstruasi yang mungkin

menyebabkan perubahan pada circadian

rhythm.

Selain peningkatan hormon

progesteron dan FSH, kesulitan tidur juga

dipengaruhi oleh estrogen. Penurunan tingkat

estrogen akan mempengaruhi hipotalamus

yang dapat meningkatkan norepinephrine

(menginduksi hot flashes), menurunkan

serotonin (menyebabkan insomnia, depresi

dan kelelahan), menurunkan asetilkolin

(menyebabkan perubahan memori), dan

menurunkan dopamin (menyebabkan

insomnia, depresi, dan kelelahan) (Douma et

al., 2005). Selain itu, penurunan tingkat

estrogen juga mempengaruhi kortisol yang

dapat membuat tidur malam menjadi tidak

stabil (Parry et al., 2010).

Perubahan hormon seks dapat

menimbulkan gangguan pada siklus

menstruasi seperti polymenorrhea,

oligomenorrhea, dan amenorrhea (Manuaba

dkk, 2007). Polymenorrhea disebabkan oleh

penurunan progesteron pada fase luteal atau

fase folikuler yang memendek (Montoya et

al., 2012). Sedangkan oligomenorrhea dan

amenorrhea terjadi karena penurunan

estrogen dan progesteron pada fase luteal

dan tidak terjadi pelepasan hormon selama

Page 3: 55

midcycle luteal (Loucks et al., 1989; Broock

et al., 1990; Beitins et al., 1991 dalam

Sternfeld et al., 2002).

Dari hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya Malang pada tanggal 18 sampai 19

September 2012 kepada 40 mahasiswi

Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya didapatkan

lebih dari 50% mahasiswi yang memenuhi

kriteria insomnia dan sebanyak 37,5%

mengatakan siklus menstruasi mereka tidak

teratur yaitu polymenorrhea (53,3%),

oligomenorrhea (33,3%), dan amenorrhea

(13,3%).

Menurut Puspito (2009), mahasiswa

yang mengalami insomnia, akan mudah

kelelahan, mengantuk, sulit berkonsentrasi,

penurunan daya ingat, serta penurunan

produktifitas, bahkan dapat menyebabkan

kematian karena kecelakaan. Hal tersebut

juga akan berakibat pada penurunan prestasi

akademik. Berdasarkan data-data di atas,

melatarbelakangi peneliti melakukan studi

observasional tentang hubungan siklus

menstruasi dengan tingkat insomnia pada

mahasiswi Jurusan Ilmu Keperawatan di

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang.

METODOLOGI PENELITIAN

Sampel pada penelitian ini adalah

mahasiswi Jurusan Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (

kelas (JIK FKUB) reguler periode 2009

sampai 2012 dengan menggunakan metode

pendekatan cross sectional. Teknik

pengambilan sampel menggunakan

probability sampling jenis Proportional

Stratified Simple Random Sampling dengan

alasan populasi penelitian terbagi atas

beberapa strata. Jumlah sampel sebanyak 76

mahsiswi yang terbagi menjadi 16 mahasiswi

pada angkatan 2009, 18 mahasiswi pada

angkatan 2010, 27 mahasiswi pada angkatan

2011, dan 15 mahasiswi pada angkatan

2012.

Penelitian ini menggunakan alat ukur

kuesioner siklus menstruasi dan insomnia

severity index (ISI) yang dimodisikasi dari

Morin (1993). Kuesioner pertama

menjelaskan tentang kondisi siklus

menstruasi mahasiswi dan kuesioner kedua

tentang tingkat insomnia mahasiswi. Hasil

data kemudian diolah menggunakan uji

statistik Koefisien Kontingensi dengan

signifikansi α = 0.05.

HASIL PENELITIAN

Berikut akan disajikan hasil penelitian

hubungan siklus menstruasi dengan tingkat

insomnia pada mahasiswi Jurusan Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan

Usia

Tabel 1. Karakteristik Responden

Berdasarkan Usia Pada Mahasiswi JIK

FKUB

No Usia Frekuensi %

1. 15–17 tahun 2 3

2. 18–20 tahun 52 68

3. 21–30 tahun 22 29

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa

usia responden sebagian besar adalah 18–20

tahun (68%). Sedangkan 22 responden

(29%) berusia 21–30 tahun dan 2 responden

(3%) berusia 15–17 tahun.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan

Status Pernikahan

Tabel 2. Karakterisik Responden

Berdasarkan Status Pernikahan Pada

Mahasiswi JIK FKUB

No Status Pernikahan Freskuensi %

1. Sudah Menikah 5 7

2. Belum Menikah 71 93

Tabel 2 diatas menunjukkkan bahwa

responden dengan status pernikahan belum

menikah adalah yang paling dominan yaitu

sebesar 71 responden (93%) dan 5

responden (7%) sudah menikah.

Page 4: 55

c. Karakteristik Menstruasi Responden

Tabel 3. Karakteristik Menstruasi

Mahasiswi JIK FKUB

Variabel Frekuensi %

Usia menstruasi pertama (menarche)

10 tahun

11 tahun

12 tahun

13 tahun

14 tahun

15 tahun

2

11

27

18

12

1

3

15

35

24

16

7

Panjang siklus menstruasi

Polymenorrhea

Normal

Oligomenorrhea

13

53

10

17

70

13

Lama menstruasi

3 – 4 hari

5 – 6 hari

7 – 8 hari

11

38

27

14

50

36

Jumlah pembalut selama menstruasi

2 pembalut/ hari

3 pembalut/hari

4 pembalut/hari

5 pembalut /hari

6 pembalut/ hari

16

39

17

2

2

21

51

22

3

3

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa

sebagian besar responden mengalami

menarche pada usia 12 tahun (35%). Selain

itu, responden dengan panjang siklus

menstruasi polymenorrhea sebesar 13

responden (17%), normal sebesar 53

responden (70%),dan oligomenorrhea

sebesar 10 responden (13%). Lama

perdarahan menstruasi yang paling banyak

dialami adalah 5 – 6 hari yaitu sebesar 38

responden (50%) dan sebanyak 39

responden (51%) menggunakan 3

pembalut/hari pada saat menstruasi.

d. Karateristik Tingat Insomnia

Responden

Tabel 4. Karakteristik Tingkat Insomnia

Pada Mahasiswi JIK FKUB

No Tingkat Insomnia Frekuensi %

1. Tidak insomnia 38 50

2. Ringan 31 41

3. Sedang 7 9

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa

sebagian besar responden yang diteliti tidak

mengalami insomnia sebanyak 38

responden (50%), mengalami insomnia

ringan sebanyak 31 responden(41%), dan

mengalami insomnia sedang 7 responden

(9%).

ANALISA DATA

Pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan uji Koefisien Kontingensi

dengan program SPSS 16.0 for windows.

Hasil uji statistik didapatkan sebagai berikut.

Tabel 5. Uji Hubungan Siklus Menstruasi

Dengan Tingkat Insomnia Pada

Mahasiswi JIK FKUB

Tingkat

Insomnia

Mahasiswi

Status Mahasiswi

Oligomenorrhea Normal Polymenorrhea

Tidak

insomnia

n 6 26 6

% 60 49 46

Ringan n 4 23 4

% 40 43 31

Sedang n 0 4 3

% 0 8 23

Total N 10 53 13

% 100 100 100

Approx. Sig .348

Tabel 5 diatas diperoleh nilai

signifikansi (p-value) 0,348 > 0,05. Ini

menunjukkan bahwa Ha ditolak yang artinya

tidak terdapat hubungan antara siklus

menstruasi dengan tingkat insomnia pada

mahasiswi JIK FKUB kelas reguler periode

2009 sampai 2012.

Selain itu, peneliti juga melakukan uji

hubungan usia dan status pernikahan dengan

tingkat insomnia. Hasilnya dapat dilihat

sebagai berikut.

Tabel 6. Hubungan Usia dengan Tingkat

Insomnia pada Mahasiswi JIK FKUB

Tingkat Insomnia

Mahasiswi

Usia Mahasiswi

15-17

tahun

18-20

tahun

21-30

tahun

Tidak

insomia

n 0 26 12

% 0 34,2 15,8

Ringan n 2 21 8

% 2,6 27,6 10,5

Sedang n 0 5 2

% 0 6,6 2,6

Total N 2 52 22

% 100 100 100

Approx. Sig .539

Page 5: 55

Berdasarkan angka probabilitas pada

pengujian tersebut, angka pada kolom

Approx. Sig adalah 0,539 > 0,05 yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara usia dengan tingkat insomnia pada

mahasiswi JIK FKUB kelas reguler periode

2009 sampai 2012.

Tabel 7. Hubungan Status Pernikahan

dengan Tingkat Insomnia Pada Mahasiswi

JIK FKUB

Tingkat Insomnia Mahasiswi

Status Pernikahan

Menikah Belum menikah

Tidak

insomnia

n 3 35

% 3,9 46,1

Ringan n 1 30

% 1,3 39,6

Sedang n 1 1

% 1,3 7,9

Total N 5 71

% 100 100

Approx. Sig .509

Berdasarkan angka probabilitas pada

pengujian tersebut, angka pada kolom

Approx. Sig adalah 0,509 > 0,05 yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara status pernikahan dengan tingkat

insomnia pada mahasiswi JIK FKUB kelas

reguler periode 2009 sampai 2012.

PEMBAHASAN

Siklus Menstruasi Mahasiswi JIK FKUB

Berdasarkan hasil penelitian ini

diperoleh hasil bahwa Siklus menstruasi yang

paling dominan adalah siklus menstruasi

normal yaitu 53 responden (70%).

Sedangkan siklus menstruasi polymenorrhea

dan oligomenorrhea sebanyak 13 reponden

(17%) dan 10 responden (13%). Hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian

Chung et al. (2011) yang menemukan

sebanyak 278 responden (48%) mengalami

oligomenorrhea, 261 responden (45%)

dengan siklus menstruasi normal, 26

responden (5%) mengalami polymenorrhea,

dan 12 responden (2%) mengalami

amenorrhea primer. Disamping itu, Kirana

(2011) juga mendapatkan responden dengan

siklus menstruasi lebih dari 32 hari sebanyak

49 responden (62%) dan 30 responden

(38%) memiliki siklus menstruasi teratur.

Berdasarkan data penelitian diatas,

penyebab perbedaan persentase siklus

menstruasi normal maupun gangguan siklus

menstruasi dikarenakan adanya perbedaan

jumlah sampel yang dilibatkan dan metode

yang digunakan dalam penelitian. Selain itu,

pendefinisian panjang siklus menstruasi

standar dan tidak standar serta perbedaan

konsep siklus menstruasi normal atau

abnormal dapat menjadi faktor penyebab

perbedaan. Guo & Manatunga (2006)

mengungkapkan bahwa untuk menentukan

bahwa siklus normal atau tidak, seseorang

membutuhkan pengukuran tingkat hormon

atau menggunakan teknik lainnya yang

memonitor fungsi ovarium secara langsung.

Pada penelitian Kirana, siklus

menstruasi teratur didefinisikan dengan

panjang siklus 25 sampai 32 hari sedangkan

siklus menstruasi tidak teratur dikategorikan

menjadi siklus menstruasi pendek sebagai

kurang dari 25 hari dan siklus menstruasi

panjang sebagai lebih dari 32 hari (Kirana,

2011). Sedangkan penelitian ini

menggunakan definisi siklus menstruasi yang

sama dengan Chung et al. (2011) yaitu siklus

menstruasi normal 21 sampai 35 hari,

polymenorrhea sebagai panjang siklus

kurang dari 21 hari, oligomenorrhea sebagai

panjang siklus lebih dari 35 hari, dan

amenorrhea sebagai tidak terjadinya

menstruasi selama 3 bulan berturut-turut.

Akan tetapi tidak didapatkan responden

dengan amenorrhea. Hal ini dapat

disebabkan karena tidak ditemuinya faktor

stres, defisiensi nutrisi, kehamilan, laktasi,

maupun aktivitas yang berlebihan pada

mahasiswi JIK FKUB kelas reguler periode

2009 sampai 2012.

Hal ini sesuai dengan konsep yang

dijelaskan oleh Ballestas et al. (2008) bahwa

amenorrhea sekunder disebabkan oleh

kehamilan, laktasi, ketidakseimbangan

hormon, nutrisi yang buruk (anorexia

nervosa, obesitas, dan diet asal-asalan), lesi

Page 6: 55

ovarium, latihan berat (dihubungkan dengan

pelari, penari, dan atlit dengan rasio lemak

tubuh rendah), stress dengan intensitas atau

durasi yang lama, peristiwa kehidupan yang

penuh dengan tekanan, dan penggunaan

kontrasepsi oral.

Insomnia Pada Mahasiswi JIK FKUB

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

50% mahasiswi tidak mengalami insomnia

dan 50% mengalami insomnia. Penelitian

Bahrul (2011) menemukan hubungan yang

signifikan (0,009) antara tingkat stres dengan

kejadian insomnia pada mahasiswa Program

Studi Ilmu Keperawatan Diponegoro dimana

terdapat 62 responden (42,8%) mengalami

insomnia dan 83 responden (57,2%) tidak

mengalami insomnia.

Kedua data tersebut diatas

menunjukkan bahwa terdapat sedikit

perbedaan persentase antara insomnia

responden yang mengalami stres dan tidak

mengalami stres. Perbedaan ini dapat terjadi

karena responden memiliki kebiasaan yang

sering dilakukan sebelum tidur, faktor inilah

yang membuat responden mengalami

insomnia. Selain itu, hasil pada penelitian ini

didapatkan bahwa usia (p-value = 0,539 >

0,05) dan status pernikahan (p-value = 0,509

> 0,05) tidak memiliki hubungan yang

signifikan dengan tingkat insomnia. Hasil ini

sesuai dengan Camhi et al. (2000) dalam

Doghramji et al. (2006) mengatakan bahwa

insomnia juga lebih sering terjadi pada

remaja (usia 11 sampai 14 tahun)

dibandingkan pada wanita muda (30,4%

versus 16,8%). Prevalensi ini juga meningkat

dengan bertambahnya usia dan pengaruhnya

lebih banyak pada sepertiga populasi yang

berusia 65 tahun dan yang lebih tua (Ohayon

et al., 2001 dalam Doghramji et al., 2006).

Rafknowledge (2004) mengatakan

bahwa gaya hidup seperti kebiasaan minum

alkohol atau minum minuman yang

mengandung kafein di senja atau sore hari,

olahraga pada saat mau tidur, dan bekerja

atau melakukan sesuatu yang memerlukan

aktivitas daya pikir sesaat sebelum tidur

dapat mempengaruhi insomnia. Selain itu,

kebiasaan teman tidur juga menjadi

pertimbangan karena pasangan tidur yang

memiliki masalah tidur bisa menjadi

penyebab tidur yang buruk juga.

Pada mahasiswa JIK FKUB kelas

reguler periode 2009 sampai 2012 sebagian

besar mahasiswi berasal dari luar kota yang

mengharuskan mereka untuk mencari tempat

tinggal sementara (kos). Tidak semua

mahasiswi yang kos menempati kamar

sendirian, terkadang mereka juga memiliki

teman sekamar yang memiliki perilaku

berbeda. Kebiasaan ngobrol dengan teman

sebelum tidur, menonton film atau bermain

game dapat menjadi pertimbangan faktor

terhadap kejadian insomnia mahasiswi.

Hubungan Siklus Menstruasi Dengan

Tingkat Insomnia Mahasiswi JIK FKUB

Berdasarkan uji korelasi koefisien

kontingensi pada tingkat signifikansi (α= 0,05)

menggunakan SPSS 16.0 for windows

didapatkan nilai signifikansi 0,348 (p > 0,05)

sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada

hubungan antara siklus menstruasi dengan

tingkat insomnia pada mahasiswi Jurusan

Ilmu Keperawatan FKUB kelas reguler

periode 2009 sampai 2012. Temuan ini

berbeda dengan Baker et al. (1999) dalam

Shechter et al. (2010) yang meneliti

mengenai tidur malam melalui siklus

menstruasi. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa tidur REM secara

signifikan berkurang selama mid-luteal phase

dibandingkan dengan mid-follicular phase,

latensi tidur tahap 3 secara signifikan

berkurang selama mid-luteal phase

dibandingkan dengan fase menstruasi, dan

tidak terdapat perubahan yang signifikan

terhadap tidur tahap 2 atau tidur gelombang

lambat. Temuan Baker et al. tersebut

didukung oleh Shechter et al. (2010) yang

menemukan bahwa tidur REM selama mid-

luteal phase mengalami penurunan secara

signifikan (p=0,035) dibandingkan pada mid-

follicular phase.

Perbedaan hasil penelitian diatas

disebabkan oleh perbedaan instrument yang

digunakan dalam penelitian. Pada penelitian

58

Page 7: 55

ini menggunakan laporan diri responden

sehingga data yang didapatkan bersifat

subjektif dan kemungkinan terjadinya

kecenderungan yang melebih-lebihkan atau

meremehkan kondisi/ gejala dapat terjadi.

Selain itu, penggolongan responden sesuai

fase siklus menstruasi pada penelitian ini

tidak dilakukan. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan sampel dan waktu penelitian,

sehingga faktor inilah yang mungkin

menyebabkan tidak terdapatnya hubungan

antara kedua variabel penelitian.

Di samping itu, Guillermo et al. (2010)

meneliti peran perubahan konsentrasi

hormon pada laporan diri wanita muda yang

sehat mengenai ketidaknyamanan fisik, tidur,

ketertarikan seksual dan sosial. Hasilnya

menunjukkan bahwa ketidaknyamanan fisik

(F-value=0,08) dan gangguan tidur (F-value

=2.58) melemah pada fase folikuler awal ke

menengah. Akan tetapi dalam penelitian

tersebut tidak ditemukan hubungan yang

signifikan pada gangguan tidur pada siklus

menstruasi normal (p-value=0,12).

Penemuan tersebut sama dengan hasil

penelitian ini, meskipun tidak sesuai dengan

kajian literatur.

Kejadian insomnia tidak hanya

dipengaruhi oleh perubahan kadar hormon

yang terjadi sepanjang siklus menstruasi.

Rafknowledge (2004) mengungkapkan

bahwa gaya hidup dan faktor lingkungan

dapat menjadi penyebab kekacauan tidur.

Pada mahasiswi JIK FKUB kelas reguler

periode 2009 sampai 2012 kemungkinan

disebabkan oleh kurangnya pengawasan dari

orang tua mengingat mahasiswi tersebut

sebagian besar berasal dari daerah yang

berbeda-beda. Sehingga dapat terjadi

pecampuran kebudayaan masing-masing

mahasiswi yang dapat mempengaruhi

perubahan pada gaya hidup mereka, seperti

perubahan tidur mahasiswi.

Mengingat bahwa insomnia dipengaruhi

oleh beberapa variabel luar, peneliti berusaha

mengendalikan variabel-variabel tersebut.

Beberapa variabel luar yang terkontrol antara

lain faktor psikis, penyakit kronis, dan

penggunaan obat-obatan seperti

antidepresan, dekongestan, steroid, obat

hipertensi, dan asma. Variabel ini bisa

dikontrol dengan cara pengisian kuesioner

dan wawancara pada saat melakukan

skrining sampel penelitian. Namun, ada juga

beberapa variabel luar yang keberadaannya

tidak bisa dikontrol, antara lain kondisi

lingkungan dan gaya hidup seperti jenis diet

setiap harinya, dan kebiasaan yang dilakukan

sebelum tidur.

KETERBATASAN PENELITIAN

Peneliti tidak dapat mengendalikan

gaya hidup dan kondisi lingkungan

responden yang dapat mempengaruhi

terjadinya insomnia dan penelitian ini juga

tidak meneliti fase siklus mentruasi

responden sehingga tidak dapat diketahui

fase siklus menstruasi yang menunjukkan

tidak adanya hubungan antara kedua variabel

penelitian ini. Selain itu, terdapat

keterbatasan waktu dan sampel penelitian

sehingga data yang diperoleh kurang

maksimal.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pada mahasiswi JIK FKUB kelas reguler

periode 2009 sampai 2012 siklus

menstruasi yang mendominasi adalah

siklus menstruasi normal yaitu 53

mahasiswi (70%).

2. Pada mahasiswi JIK FKUB kelas reguler

periode 2009 sampai 2012 memiliki

perbandingan yang sama antara

mahasiswi yang memiliki gangguan

insomnia dan tidak mengalami insomnia

yaitu sebanyak 38 mahasiswi (50%).

Tingkat insomnia ringan sebanyak 31

mahasiswi (41%) dan tingkat insomnia

sedang sebanyak 7 mahasiswi (9%).

3. Berdasarkan uji korelasi koefisien

kontingensi didapatkan p > 0,05 (0,348)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan siklus menstruasi

dengan tingkat insomnia pada mahasiswi

Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas

Page 8: 55

Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang kelas reguler periode 2009

sampai 2012. Hal ini dapat terjadi karena

perbedaan fase menstruasi yang dialami

mahasiswi pada saat pengambilan data.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan diatas, maka dapat diajukan

saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi para mahasiswi agar mencegah

terjadinya insomnia mempertahankan

keteraturan siklus menstruasi dengan

mempertahankan pola hidup sehat dan

merubah gaya hidup maupun

kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat

menimbulkan gejala insomnia dan

gangguan siklus menstruasi.

2. Kejadian insomia mahasiswa telah

banyak terjadi dan beberapa penelitian

telah menunjukkan bahwa insomnia

dapat membuat mahasiswa mengalami

penurunan prestasi akademik,

berkurangnya konsentrasi terhadap

pelajaran dan menurunkan produktivitas

mahasiswa, sehingga diharapkan

mahasiswa memperhatikan masalah

tidur mereka dan melakukan

pencegahan sedini mungkin.

3. Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan

tema ini, hendaknya juga tidak terbatas

pada mahasiswi Jurusan Ilmu

Keperawatan kelas reguler saja, tetapi

juga kelas K3LN dan program B agar

hasil yang didapatkan dalam penelitian

bisa lebih optimal. Selain itu, diharapkan

penelitian selanjutnya lebih

memperhatikan fase menstruasi

mahasiswi pada saat pengambilan data

penelitian yang dapat mempengaruhi

terjadinya insomnia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anies. 2006. Seri Lingkungan dan

Penyakit: Potensi Gangguan Kesehatan

Radiasi Elektromagnetik SUTET, PT

Elex Media Komputindo, Jakarta, p. 84-

85.

2. Asmadi. 2008. Teknik Prosedural

Keperawatan: Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien, Salemba

Medika, Jakarta, p. 136-138.

3. Ballestas HC, Calvery JA, Cooper K, et

al. 2008. Portable Sign and Symptom,

Lippincott Williams & Wilkins, USA, p.

84-85.

4. Ban H-J, Kim SC, Seo J, Kang H-B, Choi

JK. Genetic and Metabolic

Characterization of Insomnia. PloS ONE,

2011; 6 (4): 1-8.

5. Benson RC. 1994. Buku Saku Obstetri

dan Ginekologi, Susi Wijaya (Ed), 2008.

EGC, Jakarta, Indonesia, hal. 46-58.

6. Berga SL and Loucks TL. 2007. Stress

Induced Anovulation. USA: Elsevier Inc,

p. 615-631.

7. Braide AS, Adeko OA, Bamingbowu EO,

Ayodele MBO. Gonadotrophic

Hormones, Progesterone and Prolactin

Levels among Infertile Women Attending

University of Port Harcourt Teaching

Hospital. European Journal of Scientific

Research, 2011; 57 (2): 366-372.

8. Brooker C. 2008. Ensiklopedia

Keperawatan (Churchill Livingstrone’s

Mini Encyclopaedia Of Nursing, First

Edition); alih bahasa, Andry Hartono,

Brahm U. Pendit, Dwi Widiarti; editor

edisi bahasa Indonesia, Estu Tiar.

Jakarta: EGC. 2008. Hal. 596-597.

9. Buboltz WC, Brown F, Soper B. Sleep

Habit and Patters of College Students: a

Preliminary Study. Journal of American

College Health, 2001; 50 (3): 131-135.

10. Budiyanto, Krisno, Agus, M,H. 2001.

Dasar-Dasar Ilmu Gizi, Edisi Kedua,

Cetakan pertama, UMM Press, Malang.

11. Carlson, Karen J. 2004. The New

Harvard Guide to Women’s Health.

Harvard University Press, USA, p. 382-

389.

12. Chung PW, Chan SSC, Yiu KW, Lao

TTH, Chung TKH. Menstrual disorder in

a paediatric and adolescent gynaecology

clinic: patient presentations and

longitudinal outcome. Hong kong med j,

2011; 17: 391-7.

Page 9: 55

13. De Souza MJ, Toombs RJ, Scheid JL,

O’Donnell E, et al. High Prevalence of

Subtle and Severe Menstrual

Disturbances in Exercising Women:

Confirmation Using Daily Hormone

Measure . Human Reproduction, 2010;

25 (2): 491-503.

14. Dewanto G, dkk. 2009. Panduan Praktis

Diagnosis & Tata Laksana Penyakit

Saraf, EGC, Jakarta, p. 188-190.

15. Doghramji, K. The Epidemiology and

Diagnosis of Insomnia. The American

Journal of Managed Care, 2006; 12 (8):

214-220.

16. Douma SL, Barwin BN, Woodend AK.

Estrogen-related Mood Disorders:

Reproductive Life Cycle Factors.

Lippincott Williams & Wilkins, Inc. 2005;

28 (4): 364-375.

17. Eichling PS, Sahni J. Menopause

Related Sleep Disorders. J Clin Sleep

Med, 2005; 1 (3): 291-300.

18. Fisher D, Valente S. Evaluating and

Managing Insomnia. The Nurse

Practitioner, 2009; 34 (8): 1-7.

19. Fujiwara T, Sato N, Awaji H, Nakata R.

Adverse Effects of Dietary Habits on

Menstrual Disorders in Young Women.

The Open Food Science Journal, 2007;

1: 24-30.

20. Guo Y, Manatunga A. Modeling

Menstrual Cycle Length Using a Mixture

Distibution. Biostatics, 2006; 7 (1): 100-

114.

21. Guillermo CJ, Manlove HA, Gray PB, et

al.. female social and sexual interest

across the menstrual cycle: the role of

pain, sleep, and hormones. BMC

Women’s Health, 2010; 10 (9): 1-10.

22. Heffner, LJ; Schust DJ. 2005. At A

Glance: Sistem Reproduksi. Edisi

kedua.. Jakarta: Erlangga Medical

Series, hal. 35.

23. Hendrik. 2006. Problema Haid: Tinjauan

Syariat Islam dan Medis, Tiga Serangkai,

Solo, hal. 102-113.

24. Holbrook AM, Crowther R, Lotter A,

Cheng C, King D. The Diagnosis and

Management of Insomnia in Clinical

Practice: A Practical Evidence-Base

Approach. Canadian Medical Association

Journal, 2000; 162 (2): 216-20.

25. Kirana DP. 2011. Hubungan Asupan Zat

Gizi dan Pola Menstruasi dengan

Kejadian Anemia pada Remaja Putri di

Sma 2 Semarang. Artikel Penelitian.

Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro, Semarang.

26. Kravitz HM, Janssen I, Schocken M,

Everson-Rose SA, Karavolos K, et al.

Relationship Of Day-to-day Reproductive

Hormone Levels To Sleep In Midlife

Women. Arch Intern Med; 2005; 165:

2370-2376.

27. Krotec JW & Perkins S. 2007.

Endometriosis for Dummies: A

Reference for The Rest of Us!, Wiley

Publishing, Inc., Iindiana.

28. Kusmiran, E. 2011. Kesehatan

Reproduksi Remaja dan Wanita,

Salemba Medika, Jakarta.

29. Lanywati E. 2001. Insomnia: Gangguan

Sulit Tidur, 5th Ed., Kanisius, Jakarta, hal.

11-12.

30. Liu Y, Gold EB, Lasley BL, Johnson WO.

Factors Affecting Menstrual Cycel

Characteristics. Am J Epidemiol, 2004;

160 (2): 131-140.

31. Ly, Linda. 2012. Insomnia and

Associated Risk Factors in Later

Adolescence. A Thesis. University of

Saskatchewan, Saskatchewan.

32. Manuaba IBG, dkk. 2007. Pengantar

Kuliah Obstetri, 1st Ed., EGC, Jakarta,

hal. 78-84.

33. Manuaba, Ida BG, dkk. 2007. Pengantar

Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC, hal. 160.

34. Mashoodh R, Stamp JA, Wilkinson M,

Rusak B, Semba K. Lack of Estradiol

Modulation of Sleep Deprivation-Induced

c-Fos in the Rat Brain. Physiology &

Behavior, 2008; 95: 562-569.

35. Mitchell RN et al. 2006. Buku Saku

Dasar Patologis Penyakit Robbings &

Cotran, ed. 7 (Pocket companion to

Robbins & Cotran Pathologic Basic Of

Disease, 7th Edition. Alih bahasa, Andry

Hartono; editor edisi bahasa Indonesia,

Inggrid Tania et al. Ed 7. Jakarta: EGC,

2008. Hal. 617.

65

Page 10: 55

36. Montoya JS, Cabezza AH, Rojas OM,

Navarrete RC, Keever MAV. Menstrual

Disorders in Adolescents. Bol Med Hosp

Infant Mex, 2012; 69 (1): 60-72.

37. Morgan G. 2009. Obstetri & Ginekologi:

Panduan Praktik, 2sd Ed., EGC, Jakarta,

hal. 146.

38. Nur’aini. 2012. Hubungan Antara Tingkat

Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada

Mahasiswi Asrama Universitas Andalas

Padang Tahun 2012. Skripsi. Universitas

Andalas, Padang.

39. Prasadja A. 2009. Ayo Bangun! Dengan

Bugar Karena Tidur yang Benar,

Penerbit Hikmah, Jakarta, hal. 9-45.

40. Priyatna A. 2009. Be A Smart Teenager!

(For Boys & Girls), PT Elex Media

Komputindo, Jakarta, hal. 98-100.

41. Puspito F. Hubungan Insomnia dengan

Prestasi Belajar pada Mahasiswa

Angkatan 2005-2007 Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Jurnal Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2009.

42. Qomaruddin MB. 2006. Kondisi

Menstruasi pada Remaja yang Tinggal di

Daerah Pemukiman Kumuh Kota

Surabaya. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan,

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga, Surabaya.

43. Rafknowledge. 2004. Insomnia dan

Gangguan Tidur Lainnya, PT Elex Media

Komputindo, Jakarta, hal. 1-19.

44. Shechter A, Boivin DB. Sleep, Hormone,

And Circadian Rhythms Troughout The

Menstrual Cycle In Healthy Women And

Women With Premenstrual Dysphoric

Disorders. International Journal Of

Endocrinology, 2010; 259345: 1-17.

45. Shechter A, Varin F, Boivin DB.

Circadian Variation of Sleep During The

Follicular and Luteal Phase of The

Menstrual Cycle. Sleep, 2010; 33 (5):

647-656.

46. Sinsin I. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan

Anak: Masa Kehamilan dan Persalinan,

PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal.

1-4.

47. Solomon CG, Hu FB, Dunaif A, et al.

Menstrual Cycle Irregularity and Risk for

Future Cardiovascular Disease. The

Journal of Clinical Endocrinology and

Metabolism, 2002; 87 (5): 2013-2017.

48. Sternfeld B, Jacobs MK, Quessenberry

CP, Gold EB, Sowers MF. Physical

Activity and Menstrual Cycle

Characteristics in Two Prospective

Cohorts. Am J Epidemiol, 2002; 156 (5):

402-409.

49. Sultan C. 2004. Pediatrics and

adolescent gynecology: evidence-based

chlinical practise. Switzerland: Reinhandt

Druck. Page.136-139.

50. Tamura H, Takasaki A, Taketani T,

Tanabe M, Kizuka F, et al. The Role of

Melatonin as An Antioxidant In The

Follicle. Journal of Ovarian Research,

2012; 5 (5): 1-9.

51. Taylor DJ, Lichstein KL, Durrence HH, et

al. Epidemiology of Insomnia,

Depression, and Anxiety. SLEEP, 2005;

28 (11): 1457-1464.

52. Terry KL, Willett WC, Rich-Edwards JW,

et al. Menstrual Cycle Characteristics

and Incidence of Premenopausal Breast

Cancer. Cancer Epidemiol Biomarkers

Prev, 2005; 14 : 1509-1513.

53. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu

Kandungan. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo: Jakarta.

54. Yassin SAT. Herbal Remedy used by

Rural Adolescent Girls with Menstrual

Disorders. Journal of American Science,

2012; 8 (1): 467-473.

55. Yulaikhah L. 2008. Kehamilan. Jakarta:

EGC, hal. 23.

56. Zhang B, Wing YK. Sex Differences in

Insomnia: a Meta-analysis. SLEEP,

2006; 29 (1): 85-93.

Telah disetujui oleh, Pembimbing I

Dra. Psi. Asmika, SKM., M. Kes

NIP. 194909031982032001