55
-
Upload
dyah-ayu-kusumawarddhani -
Category
Documents
-
view
67 -
download
3
description
Transcript of 55
HUBUNGAN SIKLUS MENSTRUASI DENGAN TINGKAT INSOMNIA PADA MAHASISWI
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
Dra. Psi. Asmika, SKM., M. Kes, Yulian Wiji Utami, S. Kp, M. Kes, Ahmi Choiria
ABSTRAK
Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang banyak dialami oleh mahasiswi
keperawatan. Mahasiswa yang mengalami insomnia dapat mengalami penurunan konsentrasi dan
kurang produktif, sehingga mengakibatkan penurunan prestasi akademik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya insomnia pada mahasiswi adalah perubahan hormon yang terjadi
selama siklus menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan siklus menstruasi
dengan tingkat insomnia di Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan metode pendekatan cross
sectional. Sampel dipilih menggunakan teknik proportional stratified simple random sampling
dengan jumlah 76 mahasiswi Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya kelas reguler periode 2009 sampai 2012. Hasil uji statistik Koefisien Kontingensi
diperoleh p = 0,348 (p>0,05). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan antara
siklus menstruasi dengan tingkat insomnia di Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya kelas reguler periode 2009 sampai 2012. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor lain seperti gaya hidup, lingkungan dan fase siklus menstruasi yang tidak dapat
dikendalikan oleh peneliti. Dari hasil ini disarankan kepada mahasiswi keperawatan agar tetap
mempertahankan tidur adekuat guna mencegah dampak negatif insomnia.
Kata kunci: Siklus Menstruasi, Mahasiswi, Insomnia
ABSTRACT
Insomnia is one a sleep disorder many experienced by nursing students. A students who
suffered insomnia be able to experience a decreased concentration and less productive, thet led to
a decrease in academic achievement. One of the factors that influence the occurrenc of insomnia
on students is hormonal changes thet occur during the menstrual cycle. This study aims to know
the relationship of the menstrual cycle with the level of insomnia in Nursing Programme Medical
Faculty of Brawijaya University. The study design used is observational analytic method with
approach cross sectional. The sample was selected using propotional stratified simple random
sampling technique with a total of 76 students in Nursing Programme Medical Faculty of Brawijaya
University the regular classes the periode 2009 to 2012. The results of statistics tests Contingency
Coefficient was obtained p = 0,348 ( p > 0,05). The result can be meant that there was no
correlation between the menstrual cycle with the level of insomnia in Nursing Programme Medical
Faculty of Brawijaya University regular classes the period 2009 to 2012. This is due to several
factors other like lifestyle, the environment and phase of the menstrual cycle that cannot be
controlled by researchers. The result of this suggested to a student of nursing would continue to
maintain sleep adekuat to prevent the negative effects of insomnia.
Key words: Menstrual Cycle, Student, Insomnia
PENDAHULUAN
Insomnia merupakan ketidakmampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan tidur,
baik secara kualitas maupun kuantitas
(Holbrook et al., 2000; Asmadi, 2008;
Dewanto dkk., 2009). Sebanyak 50 juta
penduduk Amerika pada tahun 2005
mengalami gangguan tidur dan 33 sampai
40% mengalami insomnia setiap malam
(Fisher & Sharon, 2009).
Menurut Nurmiati Amir (2008) dari
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
mengemukakan bahwa insomnia menyerang
10% dari total penduduk Indonesia atau
sekitar 28 juta orang. Total angka kejadian
insomnia tersebut, 10 sampai 15%
merupakan gejala insomnia kronis (Bahrul,
2011). Berdasarkan penelitian Bahrul (2011)
yang dilakukan pada 145 mahasiswi Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Diponegoro ditemukan sebanyak 62
responden (42,8%) mengalami insomnia dan
yang tidak mengalami insomnia sebanyak 83
responden (57,2%). Kejadian insomnia
tersebut, jumlah terbesar dialami pada
kondisi stres sedang, yaitu sebanyak 19
responden (61,3%) dari 31 responden yang
mengalami stres sedang. Kejadian insomnia
sebanyak 15 responden (44,1%) dari 34
responden yang mengalami stres ringan, dan
25 responden (32,9%) dari 76 responden
yang mengalami insomnia tetapi tidak
mengalami stres.
Penelitian Ban H-J et al. (2011) di
Korea, mengatakan bahwa insomnia 1,4 kali
lebih sering terjadi pada wanita (21,3%)
dibandingkan pada pria (11,2%). Sebagian
besar keluhan yang terjadi berhubungan
dengan siklus menstruasi (Sutton et al., 2001;
Baker et al., 2004 dalam Mashoodh et al.,
2008) selama postovulasi fase luteal pada
wanita sehat (Manber & Bootzin, 1997 dalam
Shechter & Boivin, 2010). Hubungan ini
terjadi karena sebagian besar wanita
mengalami fluktuasi hormonal sehingga
mekanisme yang mengontrol tidur normal
dan homeostatis tidur pada wanita mungkin
dipengaruhi oleh sirkulasi steroid seks
(Mashoodh et al., 2008), follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteal hormone (LH),
serta hormon gonadotropin (Shechter &
Boivin, 2010). Eichling & Sahni (2005)
mengatakan bahwa perubahan hormon
kortisol dan melatonin juga dapat
mempengaruhi tidur seseorang. Selain
disebabkan oleh perubahan hormon,
insomnia juga dapat terjadi karena beberapa
faktor diantaranya adalah faktor psikologis
dan stres, gaya hidup yang tidak sehat, kerja
lembur/shift, jet lag, lingkungan, dan faktor
fisik (Rafknowledge, 2004).
Peningkatan progesteron dan FSH
dihubungkan dengan meningkatnya kesulitan
tidur (Kravitz et al., 2005; Eichling & Sahni,
2005). Namun, hubungan tersebut tidak
sesuai dengan data yang didapatkan oleh
Manber & Armitage (2000), bahwa
progesteron justru memfasilitasi tidur . Akan
tetapi, Kravitz et al. (2005) mengatakan
bahwa progesteron dilepaskan pada pulsatil
fase luteal siklus menstruasi yang mungkin
menyebabkan perubahan pada circadian
rhythm.
Selain peningkatan hormon
progesteron dan FSH, kesulitan tidur juga
dipengaruhi oleh estrogen. Penurunan tingkat
estrogen akan mempengaruhi hipotalamus
yang dapat meningkatkan norepinephrine
(menginduksi hot flashes), menurunkan
serotonin (menyebabkan insomnia, depresi
dan kelelahan), menurunkan asetilkolin
(menyebabkan perubahan memori), dan
menurunkan dopamin (menyebabkan
insomnia, depresi, dan kelelahan) (Douma et
al., 2005). Selain itu, penurunan tingkat
estrogen juga mempengaruhi kortisol yang
dapat membuat tidur malam menjadi tidak
stabil (Parry et al., 2010).
Perubahan hormon seks dapat
menimbulkan gangguan pada siklus
menstruasi seperti polymenorrhea,
oligomenorrhea, dan amenorrhea (Manuaba
dkk, 2007). Polymenorrhea disebabkan oleh
penurunan progesteron pada fase luteal atau
fase folikuler yang memendek (Montoya et
al., 2012). Sedangkan oligomenorrhea dan
amenorrhea terjadi karena penurunan
estrogen dan progesteron pada fase luteal
dan tidak terjadi pelepasan hormon selama
midcycle luteal (Loucks et al., 1989; Broock
et al., 1990; Beitins et al., 1991 dalam
Sternfeld et al., 2002).
Dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang pada tanggal 18 sampai 19
September 2012 kepada 40 mahasiswi
Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya didapatkan
lebih dari 50% mahasiswi yang memenuhi
kriteria insomnia dan sebanyak 37,5%
mengatakan siklus menstruasi mereka tidak
teratur yaitu polymenorrhea (53,3%),
oligomenorrhea (33,3%), dan amenorrhea
(13,3%).
Menurut Puspito (2009), mahasiswa
yang mengalami insomnia, akan mudah
kelelahan, mengantuk, sulit berkonsentrasi,
penurunan daya ingat, serta penurunan
produktifitas, bahkan dapat menyebabkan
kematian karena kecelakaan. Hal tersebut
juga akan berakibat pada penurunan prestasi
akademik. Berdasarkan data-data di atas,
melatarbelakangi peneliti melakukan studi
observasional tentang hubungan siklus
menstruasi dengan tingkat insomnia pada
mahasiswi Jurusan Ilmu Keperawatan di
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang.
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel pada penelitian ini adalah
mahasiswi Jurusan Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (
kelas (JIK FKUB) reguler periode 2009
sampai 2012 dengan menggunakan metode
pendekatan cross sectional. Teknik
pengambilan sampel menggunakan
probability sampling jenis Proportional
Stratified Simple Random Sampling dengan
alasan populasi penelitian terbagi atas
beberapa strata. Jumlah sampel sebanyak 76
mahsiswi yang terbagi menjadi 16 mahasiswi
pada angkatan 2009, 18 mahasiswi pada
angkatan 2010, 27 mahasiswi pada angkatan
2011, dan 15 mahasiswi pada angkatan
2012.
Penelitian ini menggunakan alat ukur
kuesioner siklus menstruasi dan insomnia
severity index (ISI) yang dimodisikasi dari
Morin (1993). Kuesioner pertama
menjelaskan tentang kondisi siklus
menstruasi mahasiswi dan kuesioner kedua
tentang tingkat insomnia mahasiswi. Hasil
data kemudian diolah menggunakan uji
statistik Koefisien Kontingensi dengan
signifikansi α = 0.05.
HASIL PENELITIAN
Berikut akan disajikan hasil penelitian
hubungan siklus menstruasi dengan tingkat
insomnia pada mahasiswi Jurusan Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia
Tabel 1. Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia Pada Mahasiswi JIK
FKUB
No Usia Frekuensi %
1. 15–17 tahun 2 3
2. 18–20 tahun 52 68
3. 21–30 tahun 22 29
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa
usia responden sebagian besar adalah 18–20
tahun (68%). Sedangkan 22 responden
(29%) berusia 21–30 tahun dan 2 responden
(3%) berusia 15–17 tahun.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Pernikahan
Tabel 2. Karakterisik Responden
Berdasarkan Status Pernikahan Pada
Mahasiswi JIK FKUB
No Status Pernikahan Freskuensi %
1. Sudah Menikah 5 7
2. Belum Menikah 71 93
Tabel 2 diatas menunjukkkan bahwa
responden dengan status pernikahan belum
menikah adalah yang paling dominan yaitu
sebesar 71 responden (93%) dan 5
responden (7%) sudah menikah.
c. Karakteristik Menstruasi Responden
Tabel 3. Karakteristik Menstruasi
Mahasiswi JIK FKUB
Variabel Frekuensi %
Usia menstruasi pertama (menarche)
10 tahun
11 tahun
12 tahun
13 tahun
14 tahun
15 tahun
2
11
27
18
12
1
3
15
35
24
16
7
Panjang siklus menstruasi
Polymenorrhea
Normal
Oligomenorrhea
13
53
10
17
70
13
Lama menstruasi
3 – 4 hari
5 – 6 hari
7 – 8 hari
11
38
27
14
50
36
Jumlah pembalut selama menstruasi
2 pembalut/ hari
3 pembalut/hari
4 pembalut/hari
5 pembalut /hari
6 pembalut/ hari
16
39
17
2
2
21
51
22
3
3
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengalami
menarche pada usia 12 tahun (35%). Selain
itu, responden dengan panjang siklus
menstruasi polymenorrhea sebesar 13
responden (17%), normal sebesar 53
responden (70%),dan oligomenorrhea
sebesar 10 responden (13%). Lama
perdarahan menstruasi yang paling banyak
dialami adalah 5 – 6 hari yaitu sebesar 38
responden (50%) dan sebanyak 39
responden (51%) menggunakan 3
pembalut/hari pada saat menstruasi.
d. Karateristik Tingat Insomnia
Responden
Tabel 4. Karakteristik Tingkat Insomnia
Pada Mahasiswi JIK FKUB
No Tingkat Insomnia Frekuensi %
1. Tidak insomnia 38 50
2. Ringan 31 41
3. Sedang 7 9
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang diteliti tidak
mengalami insomnia sebanyak 38
responden (50%), mengalami insomnia
ringan sebanyak 31 responden(41%), dan
mengalami insomnia sedang 7 responden
(9%).
ANALISA DATA
Pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan uji Koefisien Kontingensi
dengan program SPSS 16.0 for windows.
Hasil uji statistik didapatkan sebagai berikut.
Tabel 5. Uji Hubungan Siklus Menstruasi
Dengan Tingkat Insomnia Pada
Mahasiswi JIK FKUB
Tingkat
Insomnia
Mahasiswi
Status Mahasiswi
Oligomenorrhea Normal Polymenorrhea
Tidak
insomnia
n 6 26 6
% 60 49 46
Ringan n 4 23 4
% 40 43 31
Sedang n 0 4 3
% 0 8 23
Total N 10 53 13
% 100 100 100
Approx. Sig .348
Tabel 5 diatas diperoleh nilai
signifikansi (p-value) 0,348 > 0,05. Ini
menunjukkan bahwa Ha ditolak yang artinya
tidak terdapat hubungan antara siklus
menstruasi dengan tingkat insomnia pada
mahasiswi JIK FKUB kelas reguler periode
2009 sampai 2012.
Selain itu, peneliti juga melakukan uji
hubungan usia dan status pernikahan dengan
tingkat insomnia. Hasilnya dapat dilihat
sebagai berikut.
Tabel 6. Hubungan Usia dengan Tingkat
Insomnia pada Mahasiswi JIK FKUB
Tingkat Insomnia
Mahasiswi
Usia Mahasiswi
15-17
tahun
18-20
tahun
21-30
tahun
Tidak
insomia
n 0 26 12
% 0 34,2 15,8
Ringan n 2 21 8
% 2,6 27,6 10,5
Sedang n 0 5 2
% 0 6,6 2,6
Total N 2 52 22
% 100 100 100
Approx. Sig .539
Berdasarkan angka probabilitas pada
pengujian tersebut, angka pada kolom
Approx. Sig adalah 0,539 > 0,05 yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara usia dengan tingkat insomnia pada
mahasiswi JIK FKUB kelas reguler periode
2009 sampai 2012.
Tabel 7. Hubungan Status Pernikahan
dengan Tingkat Insomnia Pada Mahasiswi
JIK FKUB
Tingkat Insomnia Mahasiswi
Status Pernikahan
Menikah Belum menikah
Tidak
insomnia
n 3 35
% 3,9 46,1
Ringan n 1 30
% 1,3 39,6
Sedang n 1 1
% 1,3 7,9
Total N 5 71
% 100 100
Approx. Sig .509
Berdasarkan angka probabilitas pada
pengujian tersebut, angka pada kolom
Approx. Sig adalah 0,509 > 0,05 yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara status pernikahan dengan tingkat
insomnia pada mahasiswi JIK FKUB kelas
reguler periode 2009 sampai 2012.
PEMBAHASAN
Siklus Menstruasi Mahasiswi JIK FKUB
Berdasarkan hasil penelitian ini
diperoleh hasil bahwa Siklus menstruasi yang
paling dominan adalah siklus menstruasi
normal yaitu 53 responden (70%).
Sedangkan siklus menstruasi polymenorrhea
dan oligomenorrhea sebanyak 13 reponden
(17%) dan 10 responden (13%). Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian
Chung et al. (2011) yang menemukan
sebanyak 278 responden (48%) mengalami
oligomenorrhea, 261 responden (45%)
dengan siklus menstruasi normal, 26
responden (5%) mengalami polymenorrhea,
dan 12 responden (2%) mengalami
amenorrhea primer. Disamping itu, Kirana
(2011) juga mendapatkan responden dengan
siklus menstruasi lebih dari 32 hari sebanyak
49 responden (62%) dan 30 responden
(38%) memiliki siklus menstruasi teratur.
Berdasarkan data penelitian diatas,
penyebab perbedaan persentase siklus
menstruasi normal maupun gangguan siklus
menstruasi dikarenakan adanya perbedaan
jumlah sampel yang dilibatkan dan metode
yang digunakan dalam penelitian. Selain itu,
pendefinisian panjang siklus menstruasi
standar dan tidak standar serta perbedaan
konsep siklus menstruasi normal atau
abnormal dapat menjadi faktor penyebab
perbedaan. Guo & Manatunga (2006)
mengungkapkan bahwa untuk menentukan
bahwa siklus normal atau tidak, seseorang
membutuhkan pengukuran tingkat hormon
atau menggunakan teknik lainnya yang
memonitor fungsi ovarium secara langsung.
Pada penelitian Kirana, siklus
menstruasi teratur didefinisikan dengan
panjang siklus 25 sampai 32 hari sedangkan
siklus menstruasi tidak teratur dikategorikan
menjadi siklus menstruasi pendek sebagai
kurang dari 25 hari dan siklus menstruasi
panjang sebagai lebih dari 32 hari (Kirana,
2011). Sedangkan penelitian ini
menggunakan definisi siklus menstruasi yang
sama dengan Chung et al. (2011) yaitu siklus
menstruasi normal 21 sampai 35 hari,
polymenorrhea sebagai panjang siklus
kurang dari 21 hari, oligomenorrhea sebagai
panjang siklus lebih dari 35 hari, dan
amenorrhea sebagai tidak terjadinya
menstruasi selama 3 bulan berturut-turut.
Akan tetapi tidak didapatkan responden
dengan amenorrhea. Hal ini dapat
disebabkan karena tidak ditemuinya faktor
stres, defisiensi nutrisi, kehamilan, laktasi,
maupun aktivitas yang berlebihan pada
mahasiswi JIK FKUB kelas reguler periode
2009 sampai 2012.
Hal ini sesuai dengan konsep yang
dijelaskan oleh Ballestas et al. (2008) bahwa
amenorrhea sekunder disebabkan oleh
kehamilan, laktasi, ketidakseimbangan
hormon, nutrisi yang buruk (anorexia
nervosa, obesitas, dan diet asal-asalan), lesi
ovarium, latihan berat (dihubungkan dengan
pelari, penari, dan atlit dengan rasio lemak
tubuh rendah), stress dengan intensitas atau
durasi yang lama, peristiwa kehidupan yang
penuh dengan tekanan, dan penggunaan
kontrasepsi oral.
Insomnia Pada Mahasiswi JIK FKUB
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
50% mahasiswi tidak mengalami insomnia
dan 50% mengalami insomnia. Penelitian
Bahrul (2011) menemukan hubungan yang
signifikan (0,009) antara tingkat stres dengan
kejadian insomnia pada mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Diponegoro dimana
terdapat 62 responden (42,8%) mengalami
insomnia dan 83 responden (57,2%) tidak
mengalami insomnia.
Kedua data tersebut diatas
menunjukkan bahwa terdapat sedikit
perbedaan persentase antara insomnia
responden yang mengalami stres dan tidak
mengalami stres. Perbedaan ini dapat terjadi
karena responden memiliki kebiasaan yang
sering dilakukan sebelum tidur, faktor inilah
yang membuat responden mengalami
insomnia. Selain itu, hasil pada penelitian ini
didapatkan bahwa usia (p-value = 0,539 >
0,05) dan status pernikahan (p-value = 0,509
> 0,05) tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan tingkat insomnia. Hasil ini
sesuai dengan Camhi et al. (2000) dalam
Doghramji et al. (2006) mengatakan bahwa
insomnia juga lebih sering terjadi pada
remaja (usia 11 sampai 14 tahun)
dibandingkan pada wanita muda (30,4%
versus 16,8%). Prevalensi ini juga meningkat
dengan bertambahnya usia dan pengaruhnya
lebih banyak pada sepertiga populasi yang
berusia 65 tahun dan yang lebih tua (Ohayon
et al., 2001 dalam Doghramji et al., 2006).
Rafknowledge (2004) mengatakan
bahwa gaya hidup seperti kebiasaan minum
alkohol atau minum minuman yang
mengandung kafein di senja atau sore hari,
olahraga pada saat mau tidur, dan bekerja
atau melakukan sesuatu yang memerlukan
aktivitas daya pikir sesaat sebelum tidur
dapat mempengaruhi insomnia. Selain itu,
kebiasaan teman tidur juga menjadi
pertimbangan karena pasangan tidur yang
memiliki masalah tidur bisa menjadi
penyebab tidur yang buruk juga.
Pada mahasiswa JIK FKUB kelas
reguler periode 2009 sampai 2012 sebagian
besar mahasiswi berasal dari luar kota yang
mengharuskan mereka untuk mencari tempat
tinggal sementara (kos). Tidak semua
mahasiswi yang kos menempati kamar
sendirian, terkadang mereka juga memiliki
teman sekamar yang memiliki perilaku
berbeda. Kebiasaan ngobrol dengan teman
sebelum tidur, menonton film atau bermain
game dapat menjadi pertimbangan faktor
terhadap kejadian insomnia mahasiswi.
Hubungan Siklus Menstruasi Dengan
Tingkat Insomnia Mahasiswi JIK FKUB
Berdasarkan uji korelasi koefisien
kontingensi pada tingkat signifikansi (α= 0,05)
menggunakan SPSS 16.0 for windows
didapatkan nilai signifikansi 0,348 (p > 0,05)
sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada
hubungan antara siklus menstruasi dengan
tingkat insomnia pada mahasiswi Jurusan
Ilmu Keperawatan FKUB kelas reguler
periode 2009 sampai 2012. Temuan ini
berbeda dengan Baker et al. (1999) dalam
Shechter et al. (2010) yang meneliti
mengenai tidur malam melalui siklus
menstruasi. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tidur REM secara
signifikan berkurang selama mid-luteal phase
dibandingkan dengan mid-follicular phase,
latensi tidur tahap 3 secara signifikan
berkurang selama mid-luteal phase
dibandingkan dengan fase menstruasi, dan
tidak terdapat perubahan yang signifikan
terhadap tidur tahap 2 atau tidur gelombang
lambat. Temuan Baker et al. tersebut
didukung oleh Shechter et al. (2010) yang
menemukan bahwa tidur REM selama mid-
luteal phase mengalami penurunan secara
signifikan (p=0,035) dibandingkan pada mid-
follicular phase.
Perbedaan hasil penelitian diatas
disebabkan oleh perbedaan instrument yang
digunakan dalam penelitian. Pada penelitian
58
ini menggunakan laporan diri responden
sehingga data yang didapatkan bersifat
subjektif dan kemungkinan terjadinya
kecenderungan yang melebih-lebihkan atau
meremehkan kondisi/ gejala dapat terjadi.
Selain itu, penggolongan responden sesuai
fase siklus menstruasi pada penelitian ini
tidak dilakukan. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan sampel dan waktu penelitian,
sehingga faktor inilah yang mungkin
menyebabkan tidak terdapatnya hubungan
antara kedua variabel penelitian.
Di samping itu, Guillermo et al. (2010)
meneliti peran perubahan konsentrasi
hormon pada laporan diri wanita muda yang
sehat mengenai ketidaknyamanan fisik, tidur,
ketertarikan seksual dan sosial. Hasilnya
menunjukkan bahwa ketidaknyamanan fisik
(F-value=0,08) dan gangguan tidur (F-value
=2.58) melemah pada fase folikuler awal ke
menengah. Akan tetapi dalam penelitian
tersebut tidak ditemukan hubungan yang
signifikan pada gangguan tidur pada siklus
menstruasi normal (p-value=0,12).
Penemuan tersebut sama dengan hasil
penelitian ini, meskipun tidak sesuai dengan
kajian literatur.
Kejadian insomnia tidak hanya
dipengaruhi oleh perubahan kadar hormon
yang terjadi sepanjang siklus menstruasi.
Rafknowledge (2004) mengungkapkan
bahwa gaya hidup dan faktor lingkungan
dapat menjadi penyebab kekacauan tidur.
Pada mahasiswi JIK FKUB kelas reguler
periode 2009 sampai 2012 kemungkinan
disebabkan oleh kurangnya pengawasan dari
orang tua mengingat mahasiswi tersebut
sebagian besar berasal dari daerah yang
berbeda-beda. Sehingga dapat terjadi
pecampuran kebudayaan masing-masing
mahasiswi yang dapat mempengaruhi
perubahan pada gaya hidup mereka, seperti
perubahan tidur mahasiswi.
Mengingat bahwa insomnia dipengaruhi
oleh beberapa variabel luar, peneliti berusaha
mengendalikan variabel-variabel tersebut.
Beberapa variabel luar yang terkontrol antara
lain faktor psikis, penyakit kronis, dan
penggunaan obat-obatan seperti
antidepresan, dekongestan, steroid, obat
hipertensi, dan asma. Variabel ini bisa
dikontrol dengan cara pengisian kuesioner
dan wawancara pada saat melakukan
skrining sampel penelitian. Namun, ada juga
beberapa variabel luar yang keberadaannya
tidak bisa dikontrol, antara lain kondisi
lingkungan dan gaya hidup seperti jenis diet
setiap harinya, dan kebiasaan yang dilakukan
sebelum tidur.
KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti tidak dapat mengendalikan
gaya hidup dan kondisi lingkungan
responden yang dapat mempengaruhi
terjadinya insomnia dan penelitian ini juga
tidak meneliti fase siklus mentruasi
responden sehingga tidak dapat diketahui
fase siklus menstruasi yang menunjukkan
tidak adanya hubungan antara kedua variabel
penelitian ini. Selain itu, terdapat
keterbatasan waktu dan sampel penelitian
sehingga data yang diperoleh kurang
maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada mahasiswi JIK FKUB kelas reguler
periode 2009 sampai 2012 siklus
menstruasi yang mendominasi adalah
siklus menstruasi normal yaitu 53
mahasiswi (70%).
2. Pada mahasiswi JIK FKUB kelas reguler
periode 2009 sampai 2012 memiliki
perbandingan yang sama antara
mahasiswi yang memiliki gangguan
insomnia dan tidak mengalami insomnia
yaitu sebanyak 38 mahasiswi (50%).
Tingkat insomnia ringan sebanyak 31
mahasiswi (41%) dan tingkat insomnia
sedang sebanyak 7 mahasiswi (9%).
3. Berdasarkan uji korelasi koefisien
kontingensi didapatkan p > 0,05 (0,348)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan siklus menstruasi
dengan tingkat insomnia pada mahasiswi
Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang kelas reguler periode 2009
sampai 2012. Hal ini dapat terjadi karena
perbedaan fase menstruasi yang dialami
mahasiswi pada saat pengambilan data.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diatas, maka dapat diajukan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi para mahasiswi agar mencegah
terjadinya insomnia mempertahankan
keteraturan siklus menstruasi dengan
mempertahankan pola hidup sehat dan
merubah gaya hidup maupun
kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat
menimbulkan gejala insomnia dan
gangguan siklus menstruasi.
2. Kejadian insomia mahasiswa telah
banyak terjadi dan beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa insomnia
dapat membuat mahasiswa mengalami
penurunan prestasi akademik,
berkurangnya konsentrasi terhadap
pelajaran dan menurunkan produktivitas
mahasiswa, sehingga diharapkan
mahasiswa memperhatikan masalah
tidur mereka dan melakukan
pencegahan sedini mungkin.
3. Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan
tema ini, hendaknya juga tidak terbatas
pada mahasiswi Jurusan Ilmu
Keperawatan kelas reguler saja, tetapi
juga kelas K3LN dan program B agar
hasil yang didapatkan dalam penelitian
bisa lebih optimal. Selain itu, diharapkan
penelitian selanjutnya lebih
memperhatikan fase menstruasi
mahasiswi pada saat pengambilan data
penelitian yang dapat mempengaruhi
terjadinya insomnia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anies. 2006. Seri Lingkungan dan
Penyakit: Potensi Gangguan Kesehatan
Radiasi Elektromagnetik SUTET, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta, p. 84-
85.
2. Asmadi. 2008. Teknik Prosedural
Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien, Salemba
Medika, Jakarta, p. 136-138.
3. Ballestas HC, Calvery JA, Cooper K, et
al. 2008. Portable Sign and Symptom,
Lippincott Williams & Wilkins, USA, p.
84-85.
4. Ban H-J, Kim SC, Seo J, Kang H-B, Choi
JK. Genetic and Metabolic
Characterization of Insomnia. PloS ONE,
2011; 6 (4): 1-8.
5. Benson RC. 1994. Buku Saku Obstetri
dan Ginekologi, Susi Wijaya (Ed), 2008.
EGC, Jakarta, Indonesia, hal. 46-58.
6. Berga SL and Loucks TL. 2007. Stress
Induced Anovulation. USA: Elsevier Inc,
p. 615-631.
7. Braide AS, Adeko OA, Bamingbowu EO,
Ayodele MBO. Gonadotrophic
Hormones, Progesterone and Prolactin
Levels among Infertile Women Attending
University of Port Harcourt Teaching
Hospital. European Journal of Scientific
Research, 2011; 57 (2): 366-372.
8. Brooker C. 2008. Ensiklopedia
Keperawatan (Churchill Livingstrone’s
Mini Encyclopaedia Of Nursing, First
Edition); alih bahasa, Andry Hartono,
Brahm U. Pendit, Dwi Widiarti; editor
edisi bahasa Indonesia, Estu Tiar.
Jakarta: EGC. 2008. Hal. 596-597.
9. Buboltz WC, Brown F, Soper B. Sleep
Habit and Patters of College Students: a
Preliminary Study. Journal of American
College Health, 2001; 50 (3): 131-135.
10. Budiyanto, Krisno, Agus, M,H. 2001.
Dasar-Dasar Ilmu Gizi, Edisi Kedua,
Cetakan pertama, UMM Press, Malang.
11. Carlson, Karen J. 2004. The New
Harvard Guide to Women’s Health.
Harvard University Press, USA, p. 382-
389.
12. Chung PW, Chan SSC, Yiu KW, Lao
TTH, Chung TKH. Menstrual disorder in
a paediatric and adolescent gynaecology
clinic: patient presentations and
longitudinal outcome. Hong kong med j,
2011; 17: 391-7.
13. De Souza MJ, Toombs RJ, Scheid JL,
O’Donnell E, et al. High Prevalence of
Subtle and Severe Menstrual
Disturbances in Exercising Women:
Confirmation Using Daily Hormone
Measure . Human Reproduction, 2010;
25 (2): 491-503.
14. Dewanto G, dkk. 2009. Panduan Praktis
Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf, EGC, Jakarta, p. 188-190.
15. Doghramji, K. The Epidemiology and
Diagnosis of Insomnia. The American
Journal of Managed Care, 2006; 12 (8):
214-220.
16. Douma SL, Barwin BN, Woodend AK.
Estrogen-related Mood Disorders:
Reproductive Life Cycle Factors.
Lippincott Williams & Wilkins, Inc. 2005;
28 (4): 364-375.
17. Eichling PS, Sahni J. Menopause
Related Sleep Disorders. J Clin Sleep
Med, 2005; 1 (3): 291-300.
18. Fisher D, Valente S. Evaluating and
Managing Insomnia. The Nurse
Practitioner, 2009; 34 (8): 1-7.
19. Fujiwara T, Sato N, Awaji H, Nakata R.
Adverse Effects of Dietary Habits on
Menstrual Disorders in Young Women.
The Open Food Science Journal, 2007;
1: 24-30.
20. Guo Y, Manatunga A. Modeling
Menstrual Cycle Length Using a Mixture
Distibution. Biostatics, 2006; 7 (1): 100-
114.
21. Guillermo CJ, Manlove HA, Gray PB, et
al.. female social and sexual interest
across the menstrual cycle: the role of
pain, sleep, and hormones. BMC
Women’s Health, 2010; 10 (9): 1-10.
22. Heffner, LJ; Schust DJ. 2005. At A
Glance: Sistem Reproduksi. Edisi
kedua.. Jakarta: Erlangga Medical
Series, hal. 35.
23. Hendrik. 2006. Problema Haid: Tinjauan
Syariat Islam dan Medis, Tiga Serangkai,
Solo, hal. 102-113.
24. Holbrook AM, Crowther R, Lotter A,
Cheng C, King D. The Diagnosis and
Management of Insomnia in Clinical
Practice: A Practical Evidence-Base
Approach. Canadian Medical Association
Journal, 2000; 162 (2): 216-20.
25. Kirana DP. 2011. Hubungan Asupan Zat
Gizi dan Pola Menstruasi dengan
Kejadian Anemia pada Remaja Putri di
Sma 2 Semarang. Artikel Penelitian.
Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang.
26. Kravitz HM, Janssen I, Schocken M,
Everson-Rose SA, Karavolos K, et al.
Relationship Of Day-to-day Reproductive
Hormone Levels To Sleep In Midlife
Women. Arch Intern Med; 2005; 165:
2370-2376.
27. Krotec JW & Perkins S. 2007.
Endometriosis for Dummies: A
Reference for The Rest of Us!, Wiley
Publishing, Inc., Iindiana.
28. Kusmiran, E. 2011. Kesehatan
Reproduksi Remaja dan Wanita,
Salemba Medika, Jakarta.
29. Lanywati E. 2001. Insomnia: Gangguan
Sulit Tidur, 5th Ed., Kanisius, Jakarta, hal.
11-12.
30. Liu Y, Gold EB, Lasley BL, Johnson WO.
Factors Affecting Menstrual Cycel
Characteristics. Am J Epidemiol, 2004;
160 (2): 131-140.
31. Ly, Linda. 2012. Insomnia and
Associated Risk Factors in Later
Adolescence. A Thesis. University of
Saskatchewan, Saskatchewan.
32. Manuaba IBG, dkk. 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri, 1st Ed., EGC, Jakarta,
hal. 78-84.
33. Manuaba, Ida BG, dkk. 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC, hal. 160.
34. Mashoodh R, Stamp JA, Wilkinson M,
Rusak B, Semba K. Lack of Estradiol
Modulation of Sleep Deprivation-Induced
c-Fos in the Rat Brain. Physiology &
Behavior, 2008; 95: 562-569.
35. Mitchell RN et al. 2006. Buku Saku
Dasar Patologis Penyakit Robbings &
Cotran, ed. 7 (Pocket companion to
Robbins & Cotran Pathologic Basic Of
Disease, 7th Edition. Alih bahasa, Andry
Hartono; editor edisi bahasa Indonesia,
Inggrid Tania et al. Ed 7. Jakarta: EGC,
2008. Hal. 617.
65
36. Montoya JS, Cabezza AH, Rojas OM,
Navarrete RC, Keever MAV. Menstrual
Disorders in Adolescents. Bol Med Hosp
Infant Mex, 2012; 69 (1): 60-72.
37. Morgan G. 2009. Obstetri & Ginekologi:
Panduan Praktik, 2sd Ed., EGC, Jakarta,
hal. 146.
38. Nur’aini. 2012. Hubungan Antara Tingkat
Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswi Asrama Universitas Andalas
Padang Tahun 2012. Skripsi. Universitas
Andalas, Padang.
39. Prasadja A. 2009. Ayo Bangun! Dengan
Bugar Karena Tidur yang Benar,
Penerbit Hikmah, Jakarta, hal. 9-45.
40. Priyatna A. 2009. Be A Smart Teenager!
(For Boys & Girls), PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, hal. 98-100.
41. Puspito F. Hubungan Insomnia dengan
Prestasi Belajar pada Mahasiswa
Angkatan 2005-2007 Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009.
42. Qomaruddin MB. 2006. Kondisi
Menstruasi pada Remaja yang Tinggal di
Daerah Pemukiman Kumuh Kota
Surabaya. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga, Surabaya.
43. Rafknowledge. 2004. Insomnia dan
Gangguan Tidur Lainnya, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, hal. 1-19.
44. Shechter A, Boivin DB. Sleep, Hormone,
And Circadian Rhythms Troughout The
Menstrual Cycle In Healthy Women And
Women With Premenstrual Dysphoric
Disorders. International Journal Of
Endocrinology, 2010; 259345: 1-17.
45. Shechter A, Varin F, Boivin DB.
Circadian Variation of Sleep During The
Follicular and Luteal Phase of The
Menstrual Cycle. Sleep, 2010; 33 (5):
647-656.
46. Sinsin I. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan
Anak: Masa Kehamilan dan Persalinan,
PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal.
1-4.
47. Solomon CG, Hu FB, Dunaif A, et al.
Menstrual Cycle Irregularity and Risk for
Future Cardiovascular Disease. The
Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolism, 2002; 87 (5): 2013-2017.
48. Sternfeld B, Jacobs MK, Quessenberry
CP, Gold EB, Sowers MF. Physical
Activity and Menstrual Cycle
Characteristics in Two Prospective
Cohorts. Am J Epidemiol, 2002; 156 (5):
402-409.
49. Sultan C. 2004. Pediatrics and
adolescent gynecology: evidence-based
chlinical practise. Switzerland: Reinhandt
Druck. Page.136-139.
50. Tamura H, Takasaki A, Taketani T,
Tanabe M, Kizuka F, et al. The Role of
Melatonin as An Antioxidant In The
Follicle. Journal of Ovarian Research,
2012; 5 (5): 1-9.
51. Taylor DJ, Lichstein KL, Durrence HH, et
al. Epidemiology of Insomnia,
Depression, and Anxiety. SLEEP, 2005;
28 (11): 1457-1464.
52. Terry KL, Willett WC, Rich-Edwards JW,
et al. Menstrual Cycle Characteristics
and Incidence of Premenopausal Breast
Cancer. Cancer Epidemiol Biomarkers
Prev, 2005; 14 : 1509-1513.
53. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo: Jakarta.
54. Yassin SAT. Herbal Remedy used by
Rural Adolescent Girls with Menstrual
Disorders. Journal of American Science,
2012; 8 (1): 467-473.
55. Yulaikhah L. 2008. Kehamilan. Jakarta:
EGC, hal. 23.
56. Zhang B, Wing YK. Sex Differences in
Insomnia: a Meta-analysis. SLEEP,
2006; 29 (1): 85-93.
Telah disetujui oleh, Pembimbing I
Dra. Psi. Asmika, SKM., M. Kes
NIP. 194909031982032001