6. NABI IBRAHIM - · PDF fileKISAH NABI IBRAHIM 1 ... dari segala pertanyaan yang muncul di...
-
Upload
phungthuan -
Category
Documents
-
view
226 -
download
3
Transcript of 6. NABI IBRAHIM - · PDF fileKISAH NABI IBRAHIM 1 ... dari segala pertanyaan yang muncul di...
6. KISAH NABI IBRAHIM
1
NABI IBRAHIM
Negeri Babylon subur tanahnya, makmur rakyatnya. Di dalam
sejarah dunia disebutkan bahawa rakyatnya maju, bahkan dari
sanalah asal usul kemajuan dunia ini. Tetapi lain keadaannya di
zaman hidupnya Nabi Ibrahim. Memang subur dan makmur
rakyatnya, tetapi picik dalam pengetahuan, bergelumang dalam
dunia kegelapan dan kebodohan.
Di negeri yang subur dan rakyat yang makmur tetapi bodoh itu,
memerintah seorang Raja yang hanya menjalankan kehendak
nafsu dan dirinya sendiri. Itulah dianya Raja Namrud bin Kanan
bin Kusy. Di tangannyalah letak segala kekuasaan. Dia yang
memutuskan tiap tiap perkara. Apa saja yang dikatakannya,
itulah undang undang yang harus dijalankan oleh rakyatnya.
Bila ada seorang saja yang membantah kata-kata Raja,
dinyahkan orang itu dengan kekuatan mata pedang. Kerananya
tak seorang juga rakyat yang dapat menjalankan akal dan fikiran
sendiri. Tetapi hanya tunduk kepada apa yang diperintahkan si
Raja, sekalipun bagaimana juga. Rakyat semakin jauh
terperosok ke lembah kegelapan dan kebodohan.
Raja itu pulalah yang memerintahkan membuat patong dari
batu. Dan telah menjadi kegemaran Raja itu untuk memuja muja
patong batu yang terbaik. Kemudian si rakyat banyak
diperintahkan sang Raja menyembah nyembah patong dari batu
itu. Itulah Tuhan, kata Raja, sedang rakyat hanya diberi
kesempatan untuk tunduk saja.
Hal itu lama kelamaan menambah bodohnya rakyat, sehingga
dengan rakyat yang bodoh itu, keadaan masyarakat bertambah
buruk dan kacau juga.
Sesudah keadaan menjadi kacau dan rusak serusak-rusaknya,
Raja Namrud yang berkuasa itu pada suatu malam bermimpi
dalam tidurnya, bahawa ia melihat seorang anak kecil melompat
masuk ke dalam kamarnya, lalu merampas mahkota yang
sedang dipakainya di atas kepalanya, lalu menghancurkan
mahkota itu. Setelah ia terbangun, ia termenung memikirkan
mimpinya yang luar biasa itu.
Hampir seluruh manusia yang rusak kepercayaan, dahulu dan
juga sampai sekarang ini amat percaya kepada mimpi mimpi,
bahkan menggantungkan nasib mereka kepada mimpimimpi itu.
Termasuk Raja-raja yang sedang berkuasa, sebab banyak di
antara Raja-raja yang berkuasa besar itu di zaman purbakala
adalah terdiri dari orang-orang yang bodoh-bodoh, tetapi
berkuasa karena pengaruh keturunan semata mata. Raja
Namrud termasuk salah seorang Raja yang bodoh itu. Karena
kebodohannya ia tidak dapat mempergunakan akal yang
diberikan Tuhan kepadanya, lalu ia mempercayakan nasibnya
kepada tukang tukang tenung atau dukun-dukun tukang ramal.
Kepada tukang tukang tenung itulah ia bertanya segala perkara,
lebih-lebih tentang mimpi mimpi atau keadaan yang akan datang
mengenai nasibnya.
Raja Namrud segera memanggil tukang tukang tenungnya
menanyakan apa ertinya mimpi yang dilihatnya itu. Tukang
tukang tenung itu mengatakan kepadanya, bahawa akan lahir
seorang anak, sedang anak itu setelah besar badannya besar
pula pengaruhnya. Dan karena besarnya pengaruh anak itu,
maka akan hilanglah semua kekuasaan yang ada di tangannya.
Akhirnya Namrud akan jatuh dan mahkotanya akan hilang.
Karena tabir mimpi menurut apa yang dikatakan tukang-tukang
tenung itu, Raja Namrud memutuskan dan memerintahkan
6. KISAH NABI IBRAHIM
2
untuk membunuh semua anak yang dilahirkan, agar jangan
sampai jatuh kekuasaan atau mahkota yang ada di kepalanya.
Di saat itu ibu Ibrahim sedang mengandung, menghamilkan
Ibrahim dalam perutnya. Karena takut bayi yang dikandungnya
itu setelah lahir akan dibunuh oleh Raja Namrud, maka ibu
Ibrahim lari menyembunyikan diri ke suatu gua di luar kota, di
mana ia akhirnya melahirkan anaknya seorang laki-laki yang
diberi nama Ibrahim.
Begitulah menurut ceritanya, Ibrahim sejak dilahirkan sampai
dan selama masa kanak-kanak dibesarkan di dalam gua itu,
disembunyikan oleh ibunya. Di sanalah ia disusukan, diasuh,
dibesarkan sampai ia menjadi agak besar. Setelah agak besar
dan mulai dapat menjalankan fikirannya, di kala ditinggalkan
oleh ibunya pergi ke kota mencari makanannya, Ibrahim
mencuba melihat ke luar gua dari celah-celah batu yang
menutup pintu guanya. Ibrahim tercengang dan kagum melihat
luasnya alam di luar guanya yang sempit itu.
Luas dan luas sekali alam (bumi) ini dilihatnya, berpinggiran
langit yang biru, terdiri dari dataran dan gunung-gunung serta
jurang-jurang, penuh dengan tumbuh-tumbuhan dan tanam
tanaman. Di waktu siang ada matahari bersinar terang, di waktu
malam gelap-gelita, hanya diterangi oleh bintang bintang yang
berkedip kedipan bertebaran sebanyak banyaknya di angkasa
luas.
Akhirnya ia bertambah besar dan akalnya bertambah maju. Ia
bukan hanya tertarik dan tercengang melihat keindahan dan
kehebatan alam luas, bermatahari, berbintang dan bertumbuh
tumbuhan, tetapi akhirnya berfikir pula siapa yang menciptakan
semuanya itu, siapa yang mengaturkan sedemikian rupa. Ia
bertanya dalam hatinya: Siapakah yang mempergilirkan malam
dan siang? Siapakah yang menjalankan matahari, bulan dan
bintang-bintang? Siapakah yang menumbuhkan tanam tanaman
dan tumbuh tumbuhan? Siapakah yang menghidupkan segala
yang hidup dan yang mematikan segala yang mati?
Sampailah Ibrahim kepada taraf mencari jawapan dari semua
pertanyaan yang demikian itu. Ia tidak mempunyai teman untuk
bertanya, selain ibunya yang datang hanya sebentar-sebentar
saja sekadar menghantarkan makanan dan minuman baginya.
Sekalipun ia menanyakan juga pertanyaan pertanyaan tersebut
kepada ibunya, tetapi ibunya tak mempunyai perhatian terhadap
pertanyaan pertanyaan semacam itu, sebab perhatian ibunya
hanya tertuju bagaimana caranya menyembunyikan Ibrahim
agar jangan diketahui oleh seorang manusia pun, agar jangan
dibunuh Raja. Hal yang lain yang menjadi perhatian ibunya ialah
bagaimana dapat memperoleh makanan dan minuman bagi
Ibrahim, dan bagaimana cara menghantarkan makanan dan
minuman itu kepada Ibrahim agar jangan diketahui orang lain.
Ya, Ibrahim terpaksa mencari dan memikirkan sendiri jawapan
dari segala pertanyaan yang muncul di otak atau fikirannya itu.
Akhirnya setelah ia agak besar, akalnya yang murni, fitrahnya
yang suci, yang tidak dikotorkan dan dipengaruhi oleh siapa dan
oleh apa pun, tidak pernah dipengaruhi oleh berbagai-bagai
kepercayaan palsu yang dipercayai oleh orang banyak, dengan
semata-mata atas kekuatan akal dan fikirannya sendiri yang
diberikan Allah kepadanya, ia dapat meyakinkan adanya Tuhan
yang menciptakan seluruh alam yang ada. Dan Tuhan itu pasti
Maha Besar, Maha Mengetahui segala, dan pasti Maha Esa.
Di sinilah letak kehebatan Nabi Ibrahim itu. Sejak masa muda
remajanya, tanpa seorang guru atau pengasuh, hanya semata-
mata dengan akal yang dikurniakan Allah kepadanya saja, ia
sudah dapat mempergunakan akal itu sehingga memperoleh
ilmu pengetahuan dan keyakinan (kepercayaan) yang tidak
6. KISAH NABI IBRAHIM
3
dapat dicapai oleh orang lain, sekalipun orang lain itu hidup di
alam bebas, beroleh harta kekayaan atau pangkat yang tinggi
seperti Raja Namrud itu.
Memang benar juga kalau ada sebahagian orang berpendapat,
bahawa dengan akal atau fikiran semata mata, manusia harus
dapat mempercayai akan adanya Allah dan semua
kebesaranNya, harus dapat mempercayai bahawa Allah itu Maha
Tunggal dan tidak ada Tuhan selain Allah itu. Benar pula
pendapat manusia yang mengatakan, bahawa kadang kadang
ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia tidak secara ikhlas
dan murni, atau harta kekayaan dan pangkat pangkat yang
tinggi, tidak menjadikan manusia bertambah pintar, melainkan
menjadikan manusia bertambah bodoh. Dan karena
kebodohannya itu, mereka yang berilmu, yang berharta dan
berkuasa itu sampai tak percaya kepada Allah Pencipta, malah
menyembah berhala-berhala, patung-patung dan mempercayai
tukang tukang tenung atau dukun dukun palsu.
Demikianlah kehebatan Ibrahim. Pantaslah kalau Allah di dalam
Kitab SuciNya al-Quran, mengucapkan salam kepada Ibrahim:
Salamun ala Ibrahim (salam kepada Ibrahim). Dan
sepatutnyalah kalau setiap orang yang beriman, iaitu kita orang
Islam, lima kali kita mengerjakan sembahyang dalam sehari
semalam, lima kali kita mengucapkan selawat dan salam kepada
Ibrahim dan keluarga Ibrahim yang beriman kepadanya,
sesudah kita mengucapkan selawat dan salam kepada
Muhammad dan semua keluarganya yang beriman kepada
Muhammad.
Setelah Ibrahim menjadi remaja, bahaya pembunuhan terhadap
anak anak yang baru lahir sudah dilupakan dan tak dijalankan
lagi, Ibrahim keluar mencemplungkan dirinya ke dalam
masyarakat manusia yang bergelumang dengan kebodohan dan
kepercayaan-kepercayaan yang rusak itu. Ia dapati manusia
seluruhnya sudah sesat. Mereka melakukan berbagai-bagai
kejahatan, menyembah berhala berhala dan patung patung, ada
pula yang menyembah bintang, bulan dan matahari. Bapaknya
sendiri bekerja membuat patung-patung dari kayu atau batu,
lalu menjual patung patung itu kepada orang-orang. Patung-
patung itu mereka sembah. Termasuk yang menyembah patung
patung itu bapaknya sendiri yang membikin patung-patung itu
sendiri.
Ibrahim mengeluh dan mengeluh. Ia mengeluh kepada Tuhan:
Oh Tuhan, aku menderita, iaitu penderitaan batin, melihat
kemungkaran dan kesesatan. Untuk apakah gerangan akal yang
dikurniakan Tuhan, mereka pergunakan? Apakah semata-mata
untuk membuat kerusakan dan mencari kekayaan? Ia berdoa:
Oh Tuhan, tunjukilah aku, kalau Tuhan tidak menunjuki akan
daku, sungguh aku akan menjadi sesat sebagai orang banyak
yang sesat dan aniaya itu.
Allah lalu memberikan petunjuk kepada Ibrahim. Dia diangkat
Allah menjadi Nabi dan Rasul. Kepadanya dikirimkan wahyu-
wahyu, sehingga keyakinannya kepada Allah Pencipta, sekarang
ini bukan lagi sebagai kesimpulan pendapat dan pemikiran
semata, melainkan sebagai iman atau kepercayaan yang tak
goyah atau goncang lagi. Allah mengajarkan kepadanya segala
sesuatu dan segala rahsia yang ada di balik alam nyata yang di
lihat Ibrahim. Diajarkan Allah kepadanya bahawa disebalik alam
nyata ini ada alam ghaib yang lebih luas. Setiap manusia yang
mati akan dihidupkan kembali dalam kehidupan di alam Akhirat
nanti.
Setelah bertahun tahun lamanya Ibrahim memikirkan alam
nyata ini, fikiran Ibrahim sekarang ini tertumpah ke alam Akhirat
itu. Timbul pertanyaan dalam hatinya bagaimana caranya Tuhan
6. KISAH NABI IBRAHIM
4
dapat menghidupkan semua manusia yang sudah mati itu di
alam Akhirat nanti. Sekalipun ia sudah yakin akan kehidupan di
alam Akhirat itu, tetapi ia ingin tahu bagaimana caranya Tuhan
menghidupkan manusia di alam Akhirat.
Ia berfikir dan bermenung lagi, ingin tahu bagaimana caranya
Tuhan menciptakan dan menghidupkan segala yang ada dan
yang hidup ini. Bagaimana juga diikhtiarkannya untuk
mendapatkan penyelesaian dari apa yang direnungkannya ini, ia
tak berhasil mendapatkannya, karena yang difikirkannya ini
adalah di luar letak kemampuan akal dan fikiran manusia,
termasuk akal dan fikiran Ibrahim sendiri. Dia menjadi gelisah
dan tak tenang kembali.
Lalu Nabi Ibrahim mendoa memohonkan kepada Allah, agar
Allah memperlihatkan kepadanya, bagaimana Allah mengadakan
kebangkitan itu, bagaimana caranya Allah menghidupkan apa
yang sudah mati itu kembali.
Karena doa yang luar biasa ini, Allah lalu bertanya kepada
Ibrahim: Apakah engkau belum beriman, ya Ibrahim ?
Ibrahim menjawab: Sekali kali tidak, ya Tuhanku; bukankah
Engkau telah memberi wahyu kepadaku, dan aku telah percaya
dan membenarkannya, tetapi dalam hal ini adalah semata mata
supaya lebih terang kepadaku dan lebih tenang jiwaku ini.
Permohonan Nabi Ibrahim ini dikabulkan Tuhan. Lalu
diperintahkan Tuhan agar Ibrahim mengambil (menangkap)
empat ekor burung. Supaya masing-masing burung empat ekor
itu dipotong potong, diceraikan setiap anggota tubuhnya, supaya
Ibrahim melihat sendiri bagaimana cara burung itu dijadikan
hidup lagi oleh Tuhan Allah.
Potongan potongan kecil dari keempat ekor burung itu, dihancur
lumatkan menjadi serbuk yang halus, lalu dicampur-adukkan
semuanya. Campuran itu lalu disuruh bagi menjadi empat
longgok. Masing masing longgok itu disuruh taruhkan di atas
puncak keempatempat bukit yang berjauh jauhan pula letaknya
itu.
Kepada Nabi Ibrahim lalu diperintahkan Allah memanggil burung
burung yang sudah hancur lumat itu. Baru saja Nabi Ibrahim
memanggilnya, masing masing longgok burung yang hancur itu
lalu terbang menjadi burung biasa kembali. Berbulu, berparuh,
tak ada beza sedikit juga dengan burung burung itu sendiri
sebelum hancur menjadi satu. Masing-masing burung itu menuju
kepada Nabi Ibrahim, agar Nabi Ibrahim dapat melihat dengan
mata kepalanya sendiri, bagaimana caranya Tuhan
menghidupkan apa yang sudah mati dan hancur.
Dengan cara dan dengan semudah itu pulalah Allah nanti akan
menghidupkan dan membangkitkan semua manusia yang sudah
mati di kampung Akhirat, untuk dihisab dan diperhitungkan
segala amal dan kejahatan tiap-tiap manusia. Untuk diadili dan
dibalas setiap amal itu dengan pembalasan yang setimpal. Amal
baik dengan balasan yang baik, dan amal jahat dengan balasan
yang jahat pula. Bila Allah telah menghendaki sesuatu, maka
tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi adanya sesuatu
itu. Sungguh Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
6. KISAH NABI IBRAHIM
5
NABI IBRAHIM DAN BAPANYA
Azar, begitulah nama bapa Nabi Ibrahim. Juga seorang yang
dengan asyik menyembah batu batu patung, bahkan orang yang
membuat patung patung itu dan menjualnya untuk disembah
manusia yang membelinya.
Ibrahim tahu, bahawa bapanyalah manusia yang paling dekat
kepadanya. Sebab itu bapanya sendiri itulah yang harus pertama
kali ditunjuki dan dihindarkannya dari kesesatan, diberi nasihat
sepanjang apa yang diajarkan Allah kepadanya.
Terhadap bapanya itu, Nabi Ibrahim sangat hati hati, sebagai
penasihat, tetapi pula sebagai anak, Nabi Ibrahim sekali kali
tidaklah menghina atau merendahkan akan apa apa yang
disembah bapanya itu. Di aturlah oleh Ibrahim kata kata dengan
susunan yang paling baik dan menarik hati, dikeluarkan kalimat
demi kalimat yang sudah diaturnya itu dengan suara yang lunak,
berlemah lembut, bersopan santun, dengan cara yang penuh
hormat sekali kepada orang tuanya sendiri.
Mula mula sekali disebutkannya bahawa dia sendiri adalah anak
dari bapanya itu sendiri. Kemudian mulai Ibrahim bertanya
pertimbangan dan alasan alasan apakah yang menyebabkan
bapanya menyembah batu patung itu. Akhirnya dengan cara
yang halus, dinyatakannya kepada bapanya, bahawa dia
mendapat ilmu dan wahyu dari Allah, mendapatkan keterangan
keterangan yang tidak didapat oleh bapanya sendiri.
Dengan hormat dan khidmat, budi dan sopan, tutur demi tutur
kata yang teratur, Ibrahim mengajak bapanya sendiri untuk
percaya kepadanya, untuk sama sama mengenal Allah bersama
dia, kemudian agar menyembah Allah dan meninggalkan batu
patung yang tak mendatangkan sesuatu apapun itu.
Tetapi bagaimana juga dicuba oleh Ibrahim untuk menarik hati
bapanya, sia sia belaka. Bapanya bukan bertambah insaf dan
dekat dengan pendiriannya, malah bertambah sesat dan jauh
dari yang dicita citakan Ibrahim sendiri. Akhirnya bapanya
berkata: Apakah engkau benci kepada tuhanku, hai Ibrahim?
Kalau engkau tidak kembali dari tindakan engkau itu engkau
akan saya lontar dengan batu, akan saya hancurkan badanmu
itu. Engkau akan tahu sendiri bagaimana jadinya kalau saya
sudah marah. Sebelum saya marah, lebih baik engkau pergi
saja, tidak ada tempat lagi buatmu di rumahku ini, dan tidak ada
pula tempat bagimu dalam hatiku.
Semua sanggahan dan bantahan bapanya itu, disambut oleh
Ibrahim dengan dada yang lapang, ketenangan hati, ketetapan
jiwa. Kepada Ibrahim tidak dibolehkan oleh Allah bertindak lebih
jauh selain menjawab semua itu dengan apa yang diwahyukan
Tuhannya: Salamku dan selamat tinggal kepada bapa, saya
mohon ampunan Tuhan bagi bapa, kerana bapaku harus
kuhormat, dan aku mohonkan ampun bagimu hai kaumku atas
apa yang kamu sembah selain Allah, dan aku berdoa kepada
Tuhanku, mudah mudahan Tuhan tidak menjadikan doaku ini
pangkal kesengsaraan.
Nabi Ibrahim berangkat dan pergi dengan sedih memukul
hatinya, kerana anjurannya tidak dapat disambut dengan telinga
terbuka oleh bapanya sendiri. Dia mengasingkan diri dari
bapanya, agar jangan ikut serta menyaksikan kesesatan dan
kesyirikan itu.
6. KISAH NABI IBRAHIM
6
PANCAROBA NABI IBRAHIM
Kegagalan Ibrahim untuk membetulkan bapanya sendiri, dan
sanggahan bapanya terhadap seruannya yang berhati hati dan
bijaksana itu, tidaklah menjadikan Ibrahim putus asa, sehingga
berhenti berusaha.
Hatinya yang tetap, jiwanya yang tenang, tetap memberikan
keyakinan kepadanya, bahwa kata kata yang tersusun rapi,
anjuran anjuran yang suci murni saja, belum tentu dapat
membawakan hasil yang baik, bekas yang berguna di atas muka
bumi yang didiami manusia ini.
Dia bersiap untuk menghadapi bangsa itu dengan kata kata yang
lebih sesuai dengan pendengaran orang yang masih begitu
pengertian mereka, lebih mudah dimasukkan ke dalam fikiran
dan diterima oleh akal. Dan kalau perlu, tidak dengan kata-kata
saja, tetapi dengan tindakan yang dapat dilihat dengan mata dan
dirasa dengan anggota badan, yang sesuai pula dengan keadaan
yang ada.
Sebagai seorang doktor, dicarinya pokok dan sebab penyakit,
lalu dibubuhkannya ubat yang sepadan buat penyakit itu, dan
keadaan orang yang menderita penyakit.
Ibrahim bertanya kepada mereka, dengan pertanyaan yang
gampang sekali: Apakah yang kamu sembah itu? Mereka
jawablah dengan apa yang mereka sembah, iaitu patung patung
yang sudah sama diketahui.
Bertanya pula Ibrahim kepada mereka: Melihatkah gerangan
patung patung itu kepada kamu menyembahnya, dan adakah
patung patung itu mendengarkan apa yang kamu katakan
kepadanya ketika kamu menyembah itu? Manfaat apa yang
dapat diberi-kan patung-patung itu kepadamu, atau mudharat
apa yang dapat dihasilkannya kepadamu ?
Mulailah kaum itu bimbang dan ragu dalam memberikan
jawapan mereka. Mereka hanya dapat berkata dan menjawab
begini: Karena demikianlah yang kami jumpai dari nenek
moyang kami sejak dahulu.
Alangkah buruknya pekerjaan meniru itu, bertaqlid buta
terhadap apa yang ada. Sungguh kamu dan nenek moyangmu
itu adalah dalam kesesatan yang nyata, jelas Ibrahim.
Apakah engkau sengaja menghina kami, hai Ibrahim, ataukah
engkau semata mata bermain main dengan kami? kata mereka
pula.
Aku berkata dengan sebenarnya, aku tidak pernah bermain
main. Aku membawa kepadamu agama yang benar, saya diutus
Allah kepadamu membawa pedoman dan petunjuk yang baik.
Tuhan yang patut kamu sembah ialah Tuhan yang menciptakan
langit dan bumi. Adapun patung patung yang kamu sembah itu
hanya batu batu yang diukir yang tak dapat berbuat apa-apa.
Kamu sembah dia karena ajakan setan belaka, untuk
menyesatkan kamu. Fikirlah dengan akalmu, lihatlah dengan
matamu, mudah mudahan kamu dapat melihat petunjuk ini!
Tuhan itulah yang menjadikan aku ini lalu memberi petunjuk
kepadaku, yang mengadakan makanan dan minumku; kalau aku
sakit, Dialah yang menyembuhkan, yang mematikan dan
menghidupkan aku kembali, kepadaNyalah aku tak bosan bosan
memohon ampun atas kesalahanku di hari perhitungan nanti.
Telah menjadi adat kebiasaan yang tetap bagi bangsa Babylon
itu saban tahun mengadakan hari raya besar. Di hari itu semua
anak negeri keluar meninggalkan kota, pergi berburu, setelah
6. KISAH NABI IBRAHIM
7
menyediakan masakan masakan dan makanan yang lazat yang
diletakkan di samping tiap tiap patung yang mereka sembah itu.
Sepulangnya dari pemburuan itu, mereka makanlah bersama
sama akan semua makanan itu di samping patung patung
dengan riang gembira, serta memuja muja patung itu.
API YANG TIDAK DAPAT MEMBAKAR
Keputusan untuk membakar Nabi Ibrahim sudah tetap, dengan
api yang bergejolak sebesar besarnya, sesuai dengan gejolakan
kemarahan yang ada dalam hati mereka semuanya, dengan
longgokan kayu api yang setinggi bukit. Untuk ini semua, masing
masing rakyat, kecil besar, lelaki dan perempuan dalam waktu
beberapa hari lamanya mengumpulkan kau api sebanyak
mungkin. Yang paling banyak membawa kayu, paling besar
pahalanya menurut ajaran agama mereka yang sesat itu, makin
dicintai mereka itu oleh tuhan tuhan mereka yang terdiri dari
batu batu berhala itu.
Kayu telah dilonggokkan dengan sebanyak-banyaknya, setinggi
bukit. Sedang di tengah-tengah kau api yang setinggi bukit
itulah Nabi Ibrahim dipaksa berdiri untuk dibakar menjadi abu.
Nabi Ibrahim digiring ke tengah-tengah onggokan kayu yang
sudah mulai bernyala-nyala dimakan api. Tidak gentar sedikit
jua, dan tidak pula ada sesalan. Imannya tetap, keyakinan
penuh. Karena menjalankan perintah Allah dia akan dibakar, dan
hanya Allah pulalah yang dapat menyelamatkan dirinya dari
seksa manusia yang bagaimana juga hebatnya. Kepercayaan
Ibrahim atas perlindungan dan pertolongan Allah kukuh dan kuat
sekali.
Api mulai berkobar kobar, menyala nyala dengan warnanya yang
merah, dengan bunyi Berderak derik, dengan asap yang
bergumpal gumpal ke udara. Seakan akan bumi yang luas ini
turut terbakar ketika itu. Demikianlah api yang bergejolak itu.
Nabi Ibrahim sekarang ini berada di tengah tengah api
diselubungi oleh asap yang bergumpal gumpal. Bagaimanakah
jadinya dengan Nabi Ibrahim? Semua kayu sudah menjadi bara
yang merah, akhirnya beransur-ansur menjadi abu, sehingga
habis sama sekali.
Alangkah terkejutnya si orang banyak, setelah api padam
seluruhnya setelah berkobar dalam waktu berpuluh puluh jam
lamanya. Nabi Ibrahim keluar dari tumpukan abu dengan
selamat, jangankan akan luka dan terbakar, satu cacat pun tidak
ada pada badan Nabi Ibrahim.
Api itu pun tunduk kepada perintah Tuhannya untuk menjadi
dingin, dan malah menyegarkan akan perasaan Nabi Ibrahim,
dicium sayang oleh api yang taat kepada Tuhannya itu.
Melihat keadaan itu, orang banyak sama berpaling
menghindarkan muka satu sama lain, malu berpandangan
wajah. Masing masing mahu menyembunyikan mukanya masing
masing, lebih lebih terhadap pandangan mata Nabi Ibrahim
sendiri.
Dengan kejadian itu, berlakulah satu kejadian besar yang di lihat
sendiri oleh mata si orang banyak yang engkar, satu mukjizat
kebenaran Ibrahim, satu ayat tanda kebesaran Allah.
Dengan kejadian itu, yang sebenarnya orang banyak sudah
mahu tunduk kepada Ibrahim dan kebenarannya. Tetapi
6. KISAH NABI IBRAHIM
8
pengaruh Raja dan pemimpin mereka, pengaruh sentimen dan
malu muka terhadap Ibrahim, umumnya mereka itu tetap
membangkang atas ajakan yang benar itu, hanya sedikit saja
yang turut menurutkan arus kebenaran yang menderas itu.
Banyak pula yang terus engkar karena mempertahankan
penghidupan dan pangkat duniawi, ada pula yang takut mati dan
seksaan manusia yang memaksa mereka.
IBRAHIM DAN PENGIKUTNYA
Ibrahim pergi dengan tongkatnya. Meninggalkan kampung
halaman dan bangsanya. Mencari orang yang sekiranya mahu
mendengarkan kata katanya. Kalau orang yang dicari itu tidak
ada di kalangan bangsanya sendiri, dari kalangan bangsa dan
negeri lain pun jadi. Hanya untuk sama sama menyembah Allah.
Sama sama meninggalkan kesesatan dan kejahatan.
Di gunung dan padang pasir yang tandus, Nabi Ibrahim berjalan.
Di kala matahari sudah terbenam, dan malam sudah datang,
gelap-gelita telah menutup dan menyelubungi bumi, maka
tampaklah berkerlipan beribu ribu bintang di langit yang luas itu.
Dilihatnya orang orang yang dijalaninya itu menyembah akan
bintang bintang.
Nabi Ibrahim berkata kepada mereka: Ya, itulah tuhan saya ! Di
sini tampak bagaimana caranya Nabi Ibrahim mengajar kepada
orang berkepercayaan bintang sebagai tuhan. Diturutkannya
kepercayaan orang itu sejenak, untuk dibawanya ke arah yang
benar dengan cara berkata kata dan bercengkerama belaka.
Kemudian ketika bintang yang berkelip kelip itu telah tenggelam,
maka Ibrahim memperlihatkan marahnya kepada bintang
bintang itu di hadapan mereka yang menyembah bintang itu
sendiri dengan berkata: Saya tidak suka kepada tuhan yang
meninggalkan aku dalam gelap, yang berpindah pindah, dan
berubah ubah. Aku sekali kali tidak cinta kepada tuhan yang
demikian itu.
Ketika itu muncullah bulan purnama dengan wajahnya yang
bulat, cahayanya yang terang, jauh lebih terang dari cahaya
bintang bintang, karena lebih besar. Lalu Ibrahim berkata
kepada mereka: Inilah tuhanku ! Iaitu semacam kata kata untuk
membawa dan membimbing perasaan mereka ke jalan yang
benar.
Tetapi bulan itupun akhirnya tenggelam pula, sehingga
tinggallah Ibrahim dan kawan kawannya itu tanpa bulan, gelap-
gelita. Ketika itu berkata pulalah Ibrahim di hadapan mereka:
Kalau tuhan itu tidak menerangi saya lagi, tentu tersesat
jalanku. Ia menerangkan kepada mereka, bahawa Tuhan yang
sebenarnya harus memberi penerangan, menunjuk jalan yang
benar. Sedang bulan itu timbul dan tenggelam, tidak selamanya
menerangi.
Apalagi setelah Ibrahim melihat matahari dengan sinarannya
yang membahang itu. Dengan kagum dan tercengang hebat di
hadapan orang banyak itu ia berkata: Inilah tuhanku ! Lihatlah
cahayanya yang memenuhi angkasa dan dunia, sehingga bumi
penuh dengan perasaan hidup dan bahagia kerananya. Jauh
lebih besar dari bintang dan bulan, lebih banyak manfaat.
Tetapi akhirnya matahari itupun tenggelam pula, dengan lebih
marah lagi berkata Ibrahim terhadap matahari, bahawa dia
bukan Tuhanmu dan sungguh sesat orang yang menyembah
mata-hari itu. Di situ diterangkanlah oleh Ibrahim, bahawa
bintang, bulan dan matahari itu sendiri dijadikan oleh Allah Yang
Maha Kuasa. Allah inilah yang seharusnya kita sembah, kita
6. KISAH NABI IBRAHIM
9
hormati dan kita puja. Setelah memaklumkan kepada mereka,
bahawa dia tidak akan mengikuti menyembah bintang bintang,
bulan dan matahari, lalu dia berkata: Saya menghadapkan muka
saya hanya terhadap Tuhan yang telah menjadikan langit dan
bumi, dan saya tidak termasuk orang orang yang syirik.
NABI IBRAHIM MELAWAN RAJA NAMRUD
Melihat kejadian hebat yang luar biasa itu, Raja Namrud yang
menganggap dirinya maha kuasa itu mulai takut dan khuatir.
Tetapi karena kekuasaan ada pada tangannya, ketakutan dan
kekhuatiran itu disalurkannya, dirubah menjadi kemarahan besar
terhadap Ibrahim.
Nabi Ibrahim dipanggil, dihadapkan ke hadapannya dan berkata
dengan menuduh: Engkau telah menyebarkan fitnah yang jahat
sekali. Apakah Tuhan yang engkau ajarkan itu? Apakah ada lagi
Tuhan selain saya sendiri? Sayalah yang menjadi tuhan harus
disembah. Sayalah yang mengatur dan dapat merusak segala-
gala yang ada ini. Siapakah yang lebih tinggi kuasanya dari
saya? Hukum yang saya tetapkan mesti berlaku, putusan yang
saya tetapkan harus jalan. Semua orang tunduk kepadaku.
Kenapa kamu keluar dari anutan yang diturut oleh si orang
banyak. Apa berani engkau menentang saya?
Ibrahim menjawab dengan sikap yang tetap dan tegas, dengan
kata yang teratur, menyatakan: Allahlah Tuhan yang disembah,
yang lebih kuasa dari orang yang pernah berkuasa, menghidup
dan mematikan, pencipta langit dan matahari. Tetapi engkau, ya
Namrud, mendapat kekuasaan dengan jalan yang tidak halal,
engkau berkata dengan alasan alasan yang palsu. Saya dapat
hidup ini adalah kerana perlindungan dari Tuhan itu.
Tangkisan Ibrahim itu dijawab oleh Namrud dengan suara keras:
Akulah yang menghidupkan dan mematikan. Namrud lalu
memerintahkan pengawalnya untuk mendatangkan dua orang
budaknya. Setelah kedua orang budak itu datang, Namrud lalu
berkata kepada Nabi Ibrahim: Akan engkau lihat sendiri, seorang
dari kedua budak ini akan saya matikan dan seorang lagi akan
saya hidupkan.
Sambil berkata demikian, Namrud mencabut pedang dari
sarungnya. Tanpa rasa kasihan sedikitpun, salah seorang di
antara kedua budak tadi dipotong lehernya dengan pedang
sehingga mati. Dan yang seorang lagi dibiarkannya hidup. Lalu
dia berkata kepada Ibrahim: Saya menghidupkan dan saya
mematikan.
Nabi Ibrahim lalu menjawab: Tuhanku menjalankan matahari itu
dari Timur ke Barat. Cuba kamu jalankan matahari itu dari Barat
ke Timur, sekiranya kamu benar berkuasa. Mendengar tentangan
Nabi Ibrahim ini, Raja Namrud tinggal bersungut tak dapat
menjawab apa-apa.
Sejak hari itu, dendam Namrud terhadap Ibrahim menjadi
berterang terangan, sehingga Ibrahim dinyatakan sebagai
musuh satu satunya yang tak boleh diabaikan. Dia takut kalau
kalau Ibrahim mendapat pengikut yang banyak sehingga dapat
mengalahkan dia di akhir kelaknya.
Semua itu telah diketahui oleh Ibrahim, yang dia akan dinyahkan
oleh Raja Namrud dengan cara pengecut.
Tidak ada lain jalan bagi Nabi Ibrahim, selain meninggalkan
tanah airnya itu dengan diam diam, pergi, terus pergi ke sana,
mengembara ke tempat yang tidak tentu dan belum pernah
dikenalnya. Ditinggalkannya bangsa dan tanah airnya yang
6. KISAH NABI IBRAHIM
10
celaka itu, dengan seksa Tuhan yang turun silih berganti tidak
henti hentinya.
Akhirnya sampailah Nabi Ibrahim di Palestin. Mulai saat itu
bermulalah tarikh dan sejarah Palestin, sejarah manusia
seluruhnya dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan
kepalsuan, sambung menyambung sampai saat sekarang ini.
NABI IBRAHIM DI MESIR
Negeri Syam yang didiami Ibrahim itu, tiba tiba mendapat
bahaya penyakit menular, dan penghidupan di situ bertambah
lama bertambah sempit dan sulit. Kerananya lbrahim dan
isterinya yang bernama Sarah, meninggalkan tanah Syam
(Palestin, atau Suria), menuju ke Mesir. Sedang di Mesir ketika
itu memerintah seorang Raja dengan kekerasan atau kemahuan
diri sendiri saja.
Sarah adalah seorang perempuan cantik sekali parasnya. Dan
kecantikannya inilah yang membawa satu kejadian yang tidak
menggembirakan terhadap keluarga Ibrahim. Raja Mesir yang
gagah perkasa itu tertarik hati setelah memandang wajah Sarah.
Ibrahim lalu dipanggilnya ke istana. Ditanya oleh Raja tentang
perhubungannya dengan perempuan itu, maka dia selamanya
berdua duaan ke mana saja mereka pergi.
Ibrahim mengerti akan maksud Raja, dan apa yang terkandung
dalam hati Raja itu. Kalau dijawabnya bahawa Sarah itu adalah
isterinya, mungkin jawapan yang demikian itu menimbulkan
bencana terhadap dirinya atau terhadap isterinya sendiri. Lalu
dijawabnyalah dengan jawapan yang tidak sebenarnya dengan
mengatakan bahawa perempuan itu adalah saudaranya, saudara
dengan pengertian seluas kata, saudara dalam keturunan,
saudara dalam agama, saudara dalam bahasa dan saudara
dalam kemanusiaan. Dengan jawapan ini, ternyata kepada Raja
yang perempuan itu belum mempunyai suami, lalu Ibrahim dan
perempuan itu diperintahkan untuk tinggal dalam istana Raja.
Ibrahim pun datang mendapatkan isterinya membawa khabar
yang tidak baik ini dengan berkata: Khabar yang saya bawa ini
adalah khabar yang tidak dibuat buat, dan saya tidaklah main
main. Lalu diterangkannya apa-apa yang terjadi dan berlaku
antara dia dan Raja, apa perintah yang diperintahkan Raja itu.
Dan tidak ada daya upaya berhadapan dengan Raja perkasa
yang aniaya itu selain menyerahkan diri ke hadrat Allah,
sebagaimana yang sudah terjadi di masa yang silam.
Ibrahim terpaksa dengan tangannya sendiri menyerahkan
isterinya kepada Raja yang aniaya itu. Sarah sudah diserahkan
kepada Raja dalam istana dengan menyerahkan nasib, dan
keadaan selanjutnya hanya kepada Allah semata mata.
Setiba di istana, kepada Sarah dengan segera diberikan pakaian
dan perhiasan yang sebagus bagus dan semahal mahalnya.
Tetapi tampak di wajahnya yang dia sendiri tidak suka tinggal di
istana itu, tidak suka kepada semua pemberian yang berupakan
pakaian dan perhiasan yang cantik cantik itu. Istana yang molek,
pakaian dan perhiasan yang bagaimana mahalnya itu tidak dapat
melupakan dia kepada suaminya sendiri, yang dipisahkan
dengan dia bukan karena kesalahan atau perbuatan yang tak
baik, tetapi hanya kerana kemahuan seorang Raja yang gagah
perkasa, kerana hanya nafsu dari seorang manusia yang
mengaku Raja itu.
Dia berserah diri bulat bulat kepada Allah, memegang teguh
akan ajaran agamanya, lalu duduk bertumpang dagu dengan
sedihnya.
Sering sering Raja masuk ke tempat Sarah melihat kalau Sarah
telah menjadi riang dan gembira, untuk dihampirinya. Tetapi
setiap kali Raja masuk, Sarah terperanjat dan bertambah
6. KISAH NABI IBRAHIM
11
sedih.Berbagai bagai jalan diusahakan oleh Raja itu agar Sarah
hilang sedihnya, timbul gembira hatinya, tetapi semua daya
upaya dan usaha Raja itu sia sia belaka.
Setelah penat dan letih menjalankan berbagai ikhtiar, akhirnya
dengan badan yang lelah, Raja itu lalu tidur di atas tempat
tidurnya. Dari tidurnya itu dia bermimpi, di mana dinyatakan
dalam mimpinya itu. bahawa Sarah itu yang sebenarnya telah
mempunyai suami sendiri, iaitu Ibrahim yang mengaku
saudaranya itu.
Setelah terbangun dari tidurnya, maka Raja itu menetapkan
akan melepaskan Sarah dan menyerahkannya kembali kepada
suaminya, iaitu Nabi Ibrahim. Dengan jalan begitulah Allah
melindungi Sarah dari fitnah yang amat besar itu.
Lama Ibrahim dan isterinya tinggal di Mesir. Ibrahim dengan
segala sifat sifatnya yang terpuji itu, berusaha mencari rezeki
untuk hidupnya. Rezeki banyak, sahabat kenalannya pun banyak
pula. Dia sekarang sudah menjadi orang yang kaya, banyak
binatang binatang ternaknya dan banyak pula harta bendanya.
Karena nikmat Allah yang berlipat-ganda ini, banyaklah manusia
asli anak negeri sendiri yang menjadi dengki dan hasad terhadap
Nabi Ibrahim.
Bukan hanya hasad dan dengki dalam hati, tetapi tampaknya
mereka telah memutuskan akan menjalankan sesuatu yang akan
mencelakakan terhadap Ibrahim dan isterinya. Nabi Ibrahim
terpaksa pula meninggalkan negeri Mesir yang hanya
memberinya harta kekayaan dan tidaklah dapat memberikan
kebahagiaan itu.
Nabi Ibrahim kembali menuju ke Palestin, tempat yang sudah
lama ditinggalkannya itu. Sejak mulai saat itu, dijadikannyalah
Palestin itu tanah airnya sendiri. Dan kota yang ditempati itu
dijadikan tempat suci untuk menyembah Allah. Lama sekali
Ibrahim tinggal di Palestin sehingga dari keturunannya inilah
boleh di katakan semua Nabi dan Rasul yang datang kemudian.