94459004-laporan-desinfektan
-
Upload
anni-kholilah -
Category
Documents
-
view
77 -
download
3
Transcript of 94459004-laporan-desinfektan
A. TUJUAN
1. Mengamati morfologi kapang dan khamir
2. Untuk mengamati morfologi kapang secara mikroskopis melalui teknik
Henrici’s Slide Culture
B. DASAR TEORI
C. ALAT DAN BAHAN
Morfologi Kapang
1. Biakan murni Aspergillus sp. dan Rhizopus sp.
2. Larutan Lactophenol Cotton blue
3. Jarum inokulasi
4. Alkohol 70 %
Morfologi Khamir
1. Biakan murni khamir Saccharomyces cerevisiae
2. Larutan methilen blue
3. Gelas objek dan kaca penutup
4. Jarum ose
5. Alkohol 70 %
6. Pembakar spiritus
Pengamatan morfologi kapang secara hernrici’s slide culture
1. Biakan kapang dalam medium tauge agar, sabourods agar atau YMA
umur 3-4 hari
2. Medium tauge agar, sabourods agar atau YMA
3. Lilin (atau dapat menggunakan 2 buah batang korek api), dan vaselin
4. Cawan petri steril
5. Kaca objek dan kaca penutup
6. Pipet kapiler steril
D. CARA KERJA
Morfologi kapang
E. HASIL PENGAMATAN
Kelompok Bakteri Kuadran Diameter (cm)
1 Bacillus subtilis
(+)
A1
Cling pembersih
kaca
2
1,1
B1
Obat kumur
1,5
0,5
membersihkan gelas objek dengan alkohol 70
% agar bebas lemak
meneteskan sedikit larutan lactophenol cotton blue di atas
permukaan gelas objek
mengambil sedikit koloni dari biakan dengan
menggunakan jarum inokulasi
meletakkan biakan yang diinokulasi ke dalam tetesan lactophenol
cotton blue
menguraikan biakan dengan menggunakan
jarum preparat
mengusahakan semua misselium basah terkena
lactophenol
menutup dengan kaca penutup, usahakan tidak
ada gelembung udara
membersihkan kelebihan lactophenol dengan
kertas isap
mengamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10 kali kemudian 40 kali
menggambar morfologi kapang tersebut
C1
Ekstrak sirih 0
D1
Konamydin
1
0,8
Pseudomonas
euraginase
(-)
A2
Cling pembersih
kaca
-
B2
Handsanitizer -
C2
Ekstrak sirih -
D2
Konamydin
1,2
0,2
2
Bacillus subtilis
(+)
A1
Cling pembersih
kaca
-
B1
Hand sanitizer -
C1
Ekstrak sirih -
D1
Chlorampenicol
1,4
1,3
Pseudomonas
euraginase
(-)
A2 -
B2 -
C2 -
D2 -
3
Thiobacillus
thioparus
(-)
A1
Cling pembersih
kaca
2
1
B1
Obat kumur -
C1
Ekstrak kunyit -
D1
Amoxylin
1
0,7
Staphylococcus
aureus
(+)
A2 2,4
2
B2 0,1
C2 0,5
D2 2
0,7
4
Thiobacillus
thioparus
(-)
A1
Porstek
3
1,5
B1
Obat kumur -
C1
Ekstrak kunyit
0,3
-
D1
Erytromycin
2,2
0,3
Staphylococcus A2 4,3
aureus
(+)
1,2
B2 0,2
-
C2 0,5 mm
0,5 mm
D2 2 mm
5
Salmonella thypii
(-)
A1
Porstek -
B1
Obat kumur -
C1
Ekstrak sirih -
D1
Kanamycilin
1,8
0,8
Staphylococcus
epidirmidis
(+)
A2 4,5
1,4
B2 -
C2 0,1
D2 3,2
0,9
6 Salmonella thypii
(-)
A1
Cling pembersih
kaca
0,3
B1
Hand sanitizer 0,05
C1
Ekstrak kunyit -
D1
Amoxylin 1,2
Staphylococcus
epidirmidis
(+)
A2 2,3
0,3
B2 0,2
C2 0,3
0,1
D2 2,3
1,1
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini praktikan menginokulasi biakan bakteri ke dalam
beberapa medium agar pada cawan petri, kemudian menggoreskan ose dengan
alur zigzag hingga seluruh bagian permukaan cawan petri tergores seluruhnya.
Setelah itu meletakkan paper disk pada masing-masing kuadran tepat di bagian
tengahnya. Cawan petri tersebut dibagi menjadi empat bagian yakni A,B,C dan D.
Pada bagian A praktikan meletakkan paper disk yang mengandung desinfektan,
bagian B diletakkan paper disk yang mengandung antiseptik, bagian C diletakkan
paper disk yang mengandung antiseptik dari bahan alami, dan bagian D
diletakkan paper disk yang mengandung antibiotik. Pada kelompok kami
(kelompok 5) praktikan menggunakan Porstek sebagai desinfektan, obat kumur
sebagai antiseptik, ekstrak daun sirih merah sebagai antiseptik bahan alam dan
menggunakan kanamycilin sebagai antibiotiknya. Jika desinfektan, antiseptik dan
antibiotik tersebut memiliki potensi anti mikroba maka pada sekeliling paper disk
tersebut akan terbentuk zona jernih. Berdasarkan tabel hasil pengamatan
ddidapatkan porstek menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidirmidis
lebih besar dibandingkan dengan Salmonella thypii, hal ini dapat dilihat dari zona
jernih yang dihasilkan pada S. epidirmidis lebih luas yakni mencapai 4,5 cm.
Selanjutnya antibiotik kanamycilin memiliki kekuatan antimikroba yang lebih
besar pada S. epidirmidis dibandingkan juka direasikan dengan bakteri S.thypii,
hal ini juga dilihat dari pembentukan zona jernih pada S. epidirmidis lebih luas
dibandingkan zona jernih yang terbentuk pada S.thypii. sedangkan porstex dan
obat kumur tidak memiliki pengaruh apapun terhadap perkembangan bakteri S.
thypii karena tidak terbentuk zona jernih pada sekeliling paper disknya. Ekstrak
daun sirih memiliki potensi anti mikroba terhadap S. epidirmidis meskipun zona
jernih yang dihasilkan tidak begitu besar.
Selanjutnya desinfektan yang digunakan oleh praktikan lain adalah cling
pembersih kaca, pada pembersih kaca memiliki potensi anti mikroba terbesar
pada bakteri Bacillus subtilis karena pada bakteri ini terbentuk zona jernih
terbesar diantara bakteri lain yang menggunakan desinfektan jenis ini yakni
berdiameter hingga 2 cm. Sedangkan pada antiseptik yakni obat kumur memiliki
potensi anti mikroba ketika diberikan substrat pada bakteri B. subtilis, pada
bakteri lain antiseptik ini tidak menimbulkan zona jernih. Pada antiseptik jenis
lain yakni hand sanitizer terbentuk zona jernih, namun yang terbentuk zona
jernih adalah pada bakteri Salmonella thypii. Zona jernih yang dihasilkan juga
tidak terlalu besar.
Antiseptik alamiah yang praktikan gunakan adalah ekstrak daun sirih
merah dan ekstrak kunyit. Zona jernih yang dihasilkan oleh kedua ekstrak alami
ini sama-sama tidak terlalu besar, pada ekstrak daun sirih hanya terbentuk zona
jernih pada S. epidirmidis, sedangkan pada ekstrak kunyit juga hanya terbentuk
zona jernih pada bakteri S. epidirmidis.
Antibiotik yang praktikan gunakan adalah Konamydin, Chlorampenicol,
amoxylin, erytromycin dan kanamycilin. Antibiotik konamydin dan
chlorampenicol digunakan pada bakteri B. Subtilis dan Pseudomonas aeroginosa,
pada B. subtilis antibiotik yang menghasilkan zona jernih terbesar adalah
antibiotik jenis chlorampenicol, sedangkan antibiotik konamydin hanya
menghasilkan zona jernih sebesar 1 cm. Antibiotik lainnya adalah amoxylin dan
erytromycin, erytromycin menghasilkan zona jernih paling besar yakni 2,2 cm
pada bakteri Thiobacillus thioparus, pada Staphylococcus aureus erytromycin
hanya menghasilkan zona jernih sebesar 2 mm. Sedangkan amoxylin
menghasilkan zona jernih paling besar pada bakteri S. aureus sedangkan pada T.
thioparus hanya menghasilkan zona jernih sebesar 1 cm. Selanjutnya antibiotik
kanamycilin dan amoxylin yang diberikan substrat bakteri Salmonella thypii dan
Staphylococcus epidirmidis. Pada kanamycilin zona jernih yang terbentuk paling
besar adalah pada bakteri S. epidirmidis sedangkan amoxylin menghasilkan zona
jernih terbesar juga pada bakteri S. epidirmidis.
Desinfektan, antiseptik dan antibiotik yang praktikan gunakan sama-sama
menghambat pertumbuhannya atau bisa membunuh. Bahan anti mikrobial kimia
tersebut dapat dikelompokkan menjadi tujuh golongan utama yaitu fenol dan
persenyawaannya, alkohol, halogen, logam berat dan persenyawaanya,
detergen, aldehida, dan kemosterilisator gas. Namun yang digunakan pada
praktikkum ini yakni hand sanitizer, obat kumur, pembersih kaca, dan pembersih
toilet.
Ciri-ciri desinfektan yang ideal adalah sebagai berikut :
1. Harus bersifat mikrobial
2. Stabil
3. Mudah homogen
4. Tidak beracun pada manusia
5. Aktif pada suhu kamar
6. Tidak menimbulkan karat
7. Dapat menghilangkan bau
8. Bersifat sebagai detergen
9. Tidak mudah bereaksi dengan tanah organik
11. Kemampuan untuk menembus kelarutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja desinfektan diantaranya yaitu:
Kadar Desinfektan
Konsentrasi desinfektan tergantung pada bahan yang akan didesinfektan
dan pada organisme yang akan dihancurkan. Konsentrasi yang tinggi
dapat membunuh mikroorganisme tetapi jika kosentrasi rendah maka
hanya sebatas menghambat pertumbuhannya saja tidak mampu
mematikan.
Waktu yang Diberikan Kepada Desinfektan Untuk Bekerja
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variabel, tetapi
waktu yang cukup bagi desinfeksi untuk bekerja sangat membantu dalam
menghambat atau membunuh mikroba.
Suhu Desinfektan
Semakin tinggi suhunya maka kerja desinfektan semakin cepat
Dan meningkat.
Keadaan Medium sekeliling
Ph dan adanya benda asing yang mungkin dapat mempengaruhi kerja
desinfektan disamping itu juga pengaruh dari jumlah dan tipe
mikroorganisme yang ada dan keadaan desinfeksi.
Mekanisme pertumbuhan desinfektan terhadap mikroorganisme adalah
sebagai berikut :
Kerusakan pada dinding sel
Struktur dinding sel dirusak dengan cara menghambat pembentukannya
atau mengubahnya setelah selesai membentuk.
Perubahan permeabilitas sel
Permeabilitas sel dirusak sehingga pertumbuhan sel terhambat dan sel
akan mati.
Perubahan molekul protein
Protein akan terdenaturasi dan asam-asam nukleat rusak tanpa adanya
perbaikan strukturnya kembali seperti semula.
Penghambat kerja Enzim.
Reaksi biokimia terhambat dan menyebabkan metabolisme terganggu
atau sel akan mati.
KESIMPULAN
1. Desinfektan yang digunakan dalam praktikum ini memiliki pengaruh anti
mikroba terhadap masing-masing bakteri
2. Desinfektan tersebut antara lain adalah pembersih toilet (postex) dan
pembersih kaca (cling)
3. Antiseptik yang digunakan adalah obat kumur dan hand sanitizer
4. Bahan alami yang digunakan dalam praktikum ini adalah ekstrak daun
sirih dan kunyit sedangkan antibiotik yang digunakan adalah Konamydin,
Chlorampenicol, amoxylin, erytromycin dan kanamycilin.
5. Diantara desinfektan, antiseptik, bahan alami dan antibiotik yang
memiliki kekuatan penghasil anti mikroba terbesar adalah desinfektan
yakni porstex.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, dkk. 1994. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2. Penerbit buku kedokteran
EGC, Jakarta
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.
Pelzar, M. J. and Chan E. CS. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. UI Press, Jakarta.
Lehninger. 1982. Dasar-dasar biokimia Jilid I. Erlangga. Jakarta
Volk&Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Erlangga. Jakarta