Aku bukan advokad sekarang
-
Upload
rifai-riwandana-anjas-shllm -
Category
Law
-
view
172 -
download
0
Transcript of Aku bukan advokad sekarang
Disclaimer : Tulisan ini bukanlah opini hukum secara formal. Tulisan ini merupakan gagasan penulis atas suatu permasalahan. Pihak manapun yang merasa menalami kerugian tidak dapat melakukan tuntutan ataupun gugagatan atas tulisan ini kepada penulis. Penggunaan informasi ini sepenuhnya tanggung jawab si pembaca.
Aku Bukan Advokad Sekarang ???
Semenjak dikeluarkannya UU No 18 tahun 2003 tentang Advokad dimulailah tatanan baru
profesi Advokad. Pengaturan tata cara menjadi Advokad dan Lembaga yang memiliki kewenangan
mengangkat seseorang menjadi Advokad merupakan sesuatu hal mendasar yang sering
diperdebatkan dikalangan masyarakat hukum di Indonesia. Aturan main baru di profesi Advokad.
Lalu siapakah Advokad itu? Menurut Pasal 1 Angka 1 UU No 18 tahun 2003, Advokad adalah
orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan Undang-Undang ini. Apakah persyaratan Advokad menurut Undang-Undang
ini? Persyaratannya adalah WNI, Bukan PNS, Usia minmal 25 tahu, SH/SHi, PKPA, Lulus UPA, Magang
2 tahun, berkelakuan baik, tidak pernah melakukan tindak pidana dengan ancaman 5 tahun penjara
atau lebih. Calon Advokad mengucapkan sumpah profesi Advokad dan diangkat oleh Organisasi
Advokad (PERADI).
Hal diatas menunjukkan bahwa lulus sebaga Sajana Hukum saja tidak cukup untuk menjadi
seorang Advokad. Apakah ini menandakan Pendidikan Hukum di Indonesia mengalami degradasi
kualitas? Ditegaskan lagi dengan adanya PKPA, menunjukkan ketidak percayaan terhadap Institusi
Pendidikan Hukum Indonesia Karena hal yang diajarkan dalam PKPA sebenarnya sudah diajarkan
dalam matakuliah yang ada di Pendidikan Hukum Indonesia. Legitimasi kegiatan ini diteguhkan
dengan UU No 18 tahun 2003 tentang Advokad. Magang 2 tahun menunjukan bahwa Pendidikan
Hukum di Indonesia tidak mampu mencetak Sarjana Hukum yang memiliki keterampilan memadai
sebagai Advokad. Ataukah semuanya hanya Proyek untuk menghasilkan uang bagi Organisasi
Advokad dari PKPA dan UPA serta adanya Senioritas dengan magang Advokad.
Lalu apakah orang yang bukan Advokad namum memiliki pemahaman hukum yang memadai
dan memiliki keterampilan layaknya Advokad boleh memberikan jasa hukum? Berdasarkan UU No
18 tahun 2003 tentang Advokad, tidak ada satupun pasal yang melarang hal tersebut. Namun dalam
prakteknya jika akan beracara di Pengadilan harus menunjukkan kartu Advokad. Konsultan Hukum
bisa memberikan jasa hukum di luar pengadilan secara leluasa, namun ketika harus beracara di
Pengadilan biarkanlah klien beracara atas namanya sendiri, konsultan hukum bisa membantu
dengan menyiapkan dokumen hukum yang diperlukan dan memberi arahan dalam beracara di
pengadilan.
Sebenarnya apa yang dibutuhkan klien? Lisensi Advokadkah? Atau Solusi dari permaalahan
hukum yang sedang dihadapi dan cara mengunci resiko hukum yang mungkin muncul dimasa yang
akan daang? Tentunya klien lebih peduli pada diselesaikannya masalah yang sedang dihadapi dan
dikuncinya resiko hukum yang mungkin muncul dimasa depan. Klien tidak peduli atas kepemilikan
Lisensi Advokad. Penulis sebelum memiliki Lisensi Advokad mengatakan kepada calon klien “Jika
Saudara membutuhkan seseorang untuk menyelesaikan permasalahan hukum yang sedang dihadapi
ataupun mengunci resiko hukum yang mungkin muncul dimasa depan, Saudara datang kepada
orang yang tepat.” “Namun jika Saudara membutuhkan seseorang yang berlisensi Advokad pergilah
ke orang lain, banyak orang yang telah berlisensi Advokad, namun permasalaan hukum yang Saudara
hadapi belum tentu terselesaikan dan resiko hukum belum tentu terkunci sepenuhnya. So,
keputusan terserah Saudara. Saudara percaya kepada Saya, Saya lakukan yang terbaik untuk
Saudara. Providing The Best Legal Services for Clients.