an Sosial Remaja Kelompok 10

31
PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA Kelompok 10 (2E) : Muti Laras Ariani Intan Widiyarti Lely Oktaviani Hafnitah 1

Transcript of an Sosial Remaja Kelompok 10

Page 1: an Sosial Remaja Kelompok 10

PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA

Kelompok 10 (2E) :

Muti Laras Ariani

Intan Widiyarti

Lely Oktaviani

Hafnitah

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (S1)

1

Page 2: an Sosial Remaja Kelompok 10

TAHUN 2010Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan ke Hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

berbagai anugrah kepada kami, di antaranya adalah berupa kesempatan dan kemampuan

untuk menyelesaikan penulisan makalah ini. Pada hakikatnya karena izin-Nyalah kami

dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah Perkembangan Sosial Remaja dibuat dalam rangka memenuhi tuntutan

tugas mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik (PBPD). Dengan Makalah

Perkembangan Sosial Remaja ini diharapkan dapat membantu para calon guru untuk

memahami perkembangan sosial remaja dan bagaimana cara mengatasi perilaku-perilaku

yang menyimpang di sekolah. Serta bermanfaat dalam menyiapkan para calon guru yang

berkualitas. Dan para calon guru serta mampu mengimplikasikannya dalam

menyelenggarakan pendidikan di sekolah.

Dan harapan kami semoga Makalah Perkembangan Sosial Remaja ini bermanfaat

bagi semua pihak yang melihat dan membaca Makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya Makalah Perkembangan Sosial Remaja ini jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami

harapkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan Hidayah dan Inayah-NYa Amin

Jakarta, 07 Mei 2010

Penyusun

2

Page 3: an Sosial Remaja Kelompok 10

Pendahuluan

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan

tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga

proses yaitu :

1. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang

prilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang tidak hanya

harus mengetahui prilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus

menyesuaikan prilakunya sehingga  ia bisa diterima sebagain dari masyarakat

atau lingkungan sosial tersebut.

2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima

Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan

dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat

memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.

3. Perkembangan sikap sosial

Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai orang yang

menjadi kelompok  dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi berarti, ia

berhasil dalam penyesuaian sosial  dan diterima sebagai anggota kelompok

sosial tempat mereka menggabungkan diri.

Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling

berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi

individu.

Tujuan

Setelah mempelajari makalah ini, Anda diharapkan memahami perkembangan

sosial remaja serta mampu mengimplikasikannya dalam menyelenggarakan pendidikan di

sekolah.

3

Page 4: an Sosial Remaja Kelompok 10

PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA

A. Perkembangan Sosial Remaja

1. Remaja

Masa remaja merupakan salah satu fase dari perkembangan

individu yang terentang sejak anak masih dalam kandungan

sampai dengan meninggal. Masa remaja memiliki ciri yang

berbeda dengan masa sebelum atau sesudahnya, sehingga masa

remaja menjadi menarik untuk dibicarakan.  Usia masa remaja

dimulai pada usia 12 /13 tahun sampai dengan 21/22 tahun.

Usia 12-17 sering disebut remaja awal dan usia 18-21 disebut

remaja akhir.

a. Remaja Awal

Manakala usia seseorang telah genap 12/13 tahun, maka

ia telah mulai menginjak suatu masa kehidupan yang

disebut masa remaja awal. Masa ini berakhir pada usia

17/18 tahun. Istilah yang biasa diberikan bagi si remaja

awal adalah “Teenagers” (anak usia belasan tahun).

Dalam parohan akhir periode pubertas atau parohan awal

masa remaja awal, terdapat gejala-gejala yang disebut

gejala-gejal “negative phase”. Itulah sebabnya sehingga perode

pubertas khususnya sering disebut sebagai “negative phase”. Hurlock

menguraikan cukup lengkap tentang gejala gejala negative phase ini yang

pokok-pokok sebagai berikut :

Keinginan untuk menyendiri

Berkurang kemauan untuk bekerja

Kurang koordinasi fungsi-fungsi tubuh

Kejemuan

Kegelisahan

Pertentangan sosial

4

Page 5: an Sosial Remaja Kelompok 10

Panantangan terhadap kewibawaan orang dewasa

Kepekaan perasaan

Kurangnya percaya diri

Mulai timbul minat pada lawan jenis

Kepekaan perasaan susila

Kesukaan berkhayal

Di samping ciri-ciri dan gejala-gejala negative phase yang dimiliki

bersama (pubertas dan remaja awal) tersebut diatas, terdapat pula ciri-ciri

khas masa remaja awal. Ciri-ciri khas tersebut adalah:

1. Kestabilan keadaan perasaan dan emosi

Granville Stanley Hall menyebut masa ini sebagai perasaan yang

sangat peka: remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan

perasan dan emosinya. Keadaan semacam ini diistilahkannya sebagai

“storm dan stress”. Tidak aneh lagi bagi orang yang mengerti kalau

yang melihat sikap dan sifat remaja yang sesekali bergairah sangat

dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan yang meledak

bertukar rasa sedih yang sangat, rasa yakin diri berganti rasa ragu diri

yang berlebihan. Termasuk dalam ciri ini adalah ketaktentuan cita-cita.

Lebih-lebih dalam persahabatan dan cinta, rasa bersahabat sering

bertukar menjadi senang, ketertarikan pada lain jenis suka “loncat-

loncatan” atau “cinta-monyet”.

2. Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaj

awal (15-17 tahun)

Organ-organ seks yang telah matang. Ada dorongan-dorongan seks

dan kecenderungan memenuhi dorongan itu, sehingga kadang-kadang

dinilai oleh masyarakat tidak sopan. Tambahan pula, ada keberanian

mereka menonjolkan “sex appeal” serta keberanian dalam pergaulan

dan menyerempet bahaya. Dari keadaan tersebut itulah kemudian

sering timbul masalah dengan orang tuanya atau orang dewasa lainya

5

Page 6: an Sosial Remaja Kelompok 10

3. Hal kecerdasan atau kemampuan mental

Kemampuan mental atau kemampuan berfikir remaja awal, mulai

sempurna. Keadaan ini terjadi dalam usia antara 12-16 tahun. Pada

usia 12 tahun kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak, baru

sempurna. Dan kesempurnaan mengambil kesimpulan informasi

abstrak dimulai pada usia 14 tahun. Akibatnya si remaja awal sering

suka menolak hal-hal yang tidak masuk akal. Penentangan pendapat

orang tua atau orang dewasa yang kurang rasional sering terjadi. Dan

remaja cenderung mengikuti pendapat orang dewasa.

4. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan

Satatus remaja awal tidak saja sulit ditentukan, bahkan

mambingungkan. Perlakuan yang diberikan oleh orang dewasa

terhadap remaja awal sering berganti. Ada keraguan orang dewasa

untuk memberi tanggungjawab kepada remaja dengan dalih “mereka

masih kanak-kanak:. Tetapi pada lain kesempatan, si remaja awal

sering mendapat teguran sebagai orang yang sudah besar. Jika remaja

bertingkah laku yang kekanak-kanakan. Akibatnya, si remaja awal pun

mendapat sumber kebingungan dan menambah masalahnya.

5. Walhasil, remaja awal banyak masalah yang dihadapinya

Antara lain tersebab ciri-ciri tersebut di atas, menjadikan remaja

awal sebagai individu yang banyak masalah yang dihadapinya. Sebab-

sebab lain adalah sifat emosional remaja awal. Kemampuan berfikir

lebih di kuasai oleh emosionalitasnya sehingga kurang mampu

mengadakan konsensus dengan pendapat orang lain yang bertentangan

dengan pendapatnya. Akibatnya, masalah yang menonjol adalah

pertentangan sosial. Penyebab lain banyaknya masalah bagi remaja

awal ini adalah berkurangnya bantuan dari orang tua atau orang

dewasa lain dalam memecahkan masalahnya, bukan karena orang

6

Page 7: an Sosial Remaja Kelompok 10

dewasa mengabaikannya melinkan remaja tersebut yang menolak. Hal

ini disebabkan karena mereka manganggap bahwa dirinya lebih

mampu, serta menurut mereka, orang dewasa di sekitarnya terlalu tua

untuk dapat mengerti dan memahami perasaan, emosi, sikap,

kemampuan piker dan status mereka

6. Masa awal adalah masa yang kritis

Dikatakan kritis sebab dalam masa ini remaja akan dihadapkan

dengan soal apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan

masalahnya atau tidak. Keadaan remaja yang dapat menghadapi

masalahnya dengan baik, menjadi modal dasar dalam menghadapi

masalah-masalah selanjutnya, sampai ia dewasa. Ketidak mampuan

menghadapi masalahnya dalam masa ini akan menjadikannya orang

“dewasa” yang bergantung.

b. Remaja Akhir

Rentangan usia yang biasanya terjadi dalam masa ini (untuk remaja

Indonesia) adalah antara 17 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 18

sampai 22 tahun bagi pria. Dalam rentang masa itu terjadi proses

penyempurnaan perumbukan pisik, aspek-aspek psikis dan perkembangan

sosial hingga masa dewasa awal. Sepanjang garis masa remaja akhir,

mereka secara gradual menjadi pria muda secara penuh “Young men” atau

menjadi wanita muda secara penuh “Young women”.

Cirri-ciri pokok penting dalam masa ini dan dengan jelas membedakannya

dengan remaja awal, mengenai pola-pola sikap, pola perasaan, pola piker

dan pola perilaku nampak. Di antara cirri-ciri khas tersebut adalah:

1. Stabilitas mulai timbul dan meningkat

Para “young men” dan “yaoung women” ini menunjukan ada dan

meningkatnya kestabilan dalam asperk-aspek pisik dan psikis.

Pertumbuhan jasmani yang sempurna bentuknya, embedakannya

7

Page 8: an Sosial Remaja Kelompok 10

dengan parohan awal remaja awal. Dalam masa remaja akhir ini terjadi

keseimbangan tubuh dan anggota badan, panjang dan besar yang

berimbang. Demikian pula stabil dan minat-minatnya: pemilihan

sekolah, jabatan, pakaian, pergaulan, dengan sesame ataupun lain

jenis. Demikian pula dengan soal sikap pandangan mereka. Akibat

positiv dari keadaan ini, adalah si remaja akhir lebih ”well adjusted”,

lebih dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian dalam banyak

aspek kehidupannya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.

2. Citra-diri dan sikap pandangan yang lebih realities

Pada masa sebelumnya (remaja awal), remaja sangat sering

memndang dirinya lebih tinggi ataupun lebih rendah dari keadaan

yang sesungguhnya. Wajah yang sedang-sedang saja, misalnya,

dipandangnya sebagai seperti bintang film. Sebaliknya, ada pula yang

wajah dirinya yang cukup “ayu” atau “cakep”, dipandangnya jelek.

Demikian pula sikap pandang terhadap keluarga, teman-teman, benda-

benda, pakaiannya, dan sebagainya. Kebanyakan yang terjadi dalam

masa remaja awal itu adalah pandangan yang negativ taiu rendah,

kurang, jelek dari keadaan sesungguhnya. Hal yang demikian itu

merupakan refleksi dari rasa tidak puas mereka terhadap yang mereka

miliki. Tetapi dalam masa remaja akhir, keadaan yang semacam itu

telah berkurang. Remaja telah mulai menilai sebagaimana keadaan

dirinya, menghargai miliknya, keluarganya, orang-orang lain seperti

sesungguhnya.

Akibat yang sangat positif dari keadaan remaja akhir seperti itu

adalah timbulnya perasaan puas, menjauhkan mereka dari rasa kecewa.

Perasaan puas itu merupakan sebagian prasarat penting mencapai

kebahagiaan bagi remaja.

3. Menghadapi masalahnya secara lebih matang

8

Page 9: an Sosial Remaja Kelompok 10

Masalah-masalah “wajar” yang dihadapi remaja pada masa ini

relative sama dengan masalah remaja awal. Perbedaannya terletak pad

acara mereka manghadapi masalah yang dimaksud. Kalau masa remaja

awal mereka menghadapi nya dengan sikap bingung dan perilaku yang

tidak efektif, maka dalam masa remaja akhir ini mereka

menghadapinya dengan lebih matang. Kematangan itu ditunjukkan

dengan usaha pemecahan masalah-masalah yang dihadapi, baik

dengan cara sendiri-sendiri maupun dengan diskusi-diskusi dengan

teman sebaya mereka. Langkah-langkah pemecahan masalah itu,

mengarahkan remaja akhir pada tingkah laku yang lebih “well

adjusted”, lebih dapat menyesuaikan diri dalam banyak situasi

lingkungan dan situasi perasaan-perasaan sendiri.

Adanya usaha-usaha pemecahan masalah secara lebih matang dan

realistis itu merupakan produk dari kemampuan piker remaja akhir

yang telah lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap pendangan yang

lebih realistis. Akibat selanjutnya adalah diperolehnya perasaan yang

lebih matang.

4. Perasaan menjadi lebih tenang

Pada parohan awal masa remaja akhir, sering kali mereka masih

manampakkan gejala-gejala “strom and stress”. Namun dalam proses

lebih lanjut, bebrapa remaja dengan cepat menunjukkan adanya rasa

tenang. Dalam parohan akhir masa remaja akhir umumnya remaja

lebih tenang dalam menghadapi masalah-masalahnya. Kalu pada masa

remaja awal mereka sering memperlihatkan kemarah-marahannya,

sering sangat sedih dan kecewa, maka remaja ahkir hal yang demikian

itu tidak lagi sering nampak. Ketenangan perasaan dalam menghadapi

kekecewaan-kekecewaan atau hal-hal lain yang mengakibatkan

kemarahan mereka, ditunjang oleh adanya kemampuan pikir dan dapat

menguasai/mendominasi perasaan-perasaannya. Keadaan yang

realistis dalam menentukan sikap, minat, cita-cita mengakibatkan

9

Page 10: an Sosial Remaja Kelompok 10

mereka tidaklah terlalu kecewa dengan adanya kegagalan-kegagalan

kecil yang dijumpai.

Akibat dari keadaan yang positiv ini, menambah rasa bahagia bagi

remaja akhir. Kebahagiaan akan semakin kuat jika mereka mendapat

respek dari orang dewasa yaitu orang tua, guru, dan konselor mereka

di sekolah, teradap diri dan usaha-usaha mereka.

Penting artinya badi proses pendewasaan diri bagi remaja akhir ini

adalah “subyek-model”, orang dewasa yang dikaguminya, yang

disenagi sifat-sifat dan perilakunya. Terhadap orang dewasa

semcamini si remaja akhir beridentifikasi tentang berbagai hal yang

dikagumunya seperti : sikap, sifat, cara-cara berpakaian, cara-cara

bergaul, terutama sekali cara-cara berfikir orang dewasa. Proses

identifikasi itu turu membentuk pribadi dewasa bagi remaja.

2. Pengaruh Keluarga Dalam Perkembangan Sosial Remaja

Sesungguhnya, tingkat perkembangan sosial remaja, sangat tergantung pada

pengarahan orangtua dan pada iklim psikologi serta sosial yang mewarnai

keluarga. Iklim keluarga itu tidak sama. Artinya, satu dengan yang lainnya

berbeda-beda. Ada keluarga yang kondusif untuk memelihara anak-anak, dan juga

ada yang sebaliknya.

Beikut contoh-contoh yang berbeda-beda dari keluarga tersebut, agar kita

mengetahui sejauh mana dapak bagi perkembangan sosial remaja:

Keluarga yang Otoriter

Bebagai kajian menetapkan, bahwa ada sebuah rumah tangga yang

otoriter. Menurut istilah boldwin, keluarga yang ditaktor disebut sebagai keluarga

yang tidak ada adaptasi. Menurutnya, keluarga seperti itu diwarnai pertentangan,

pergumulan, dan perselisihan antara ayah dan anak-anaknya, yang sebenarnya

sangat membutuhkan hubungan-hubungan sosial yang bagus, baik antarsesama

individu keluarga yang bersangkutan atau dengan dunia luar.

Dalam kehidupan keluarga seperti ini seorang remaja merasakan bahwa

kepentingan dan kegemaran-kegemarannya diabaikan, atau dianggap tidak

10

Page 11: an Sosial Remaja Kelompok 10

penting. Dan ketika ia berusaha membangkitkan perhatian kedua orangtuanya,

atau berjuang mengukuhkan dirinya, ia menghadapi sosok otoriter dan lalim

(tidak adil). Bahkan terkadang ia harus menerima sanksi hukuman. Dalam pada

waktu itu, si ayah sama sekali tidak mau memahami anaknya yang sudah remaja.

Ia sudah tidak menaruh rasa kasihan kepadanya, karena si ayah memang tidak

menyukainya.

Mengenai sikap otoriter kaum ayah ini di bagi menjadi dua. Pertama, bentuk

otoriter yang mungkin memng sudah ada sejak awal. Seorang ayah mempunyai

sikap otoriter seperti ini ia tidak punya rasa cinta kepada anak-anaknya. Dan

menurut istilah boldwin, otoriter seperti itu disebut “otoriter permanen”. Upaya

menunduhkan sikap seperti ini berarti menunduhkan kaidah-kaidah perilaku yang

sangat ekstrim dan radikal. Kedua, bentuk otoriter yang tidak mau kompromi

dengan keinginan-keinginan anak. Di sana ada contoh kaum ayah yang tidak

mempedulikan dan tidak mau bekerja sama sedikit pun dengan anak-anaknya.

Seorang remaja yang hidup di lungkungan keluarga seperti ini, biasanya ia

mempunyai hasrat yang besar unutk bebeas dan merdeka. Ia tidak mau terus-

terusan menjadi benalu atau membebani kedua orangtuanya. Jika ia berasal dari

keluarga yang kaya, biasanya sang ayah akan memasukannya ke sekolah khusus

supaya sang ayah merasa tenang karena jauh darinya. Tetapi kalau ia berasal dari

keluarga yang kurang perhatian, si remaja tadi sengaja menghabiskan sisa

waktunya di luar rumah dan memilih pulang terlambat. Ia merasa perlu mencari

ketenangan dengan berkumpul bersama teman-temannya yang biasanya berusia

lebih tua dari dirinya.

Dari keluarga yang sama-sama otoriter tersebut, akan menghasilkan seorang

remaja yang tidak bisa beradaptasi, yang cenderung menghabiskan waktunya di

luar rumah. Dan jika si remaja tadi seorang perempuan, munkin ia akan menikah

dalam usia yang sangat muda dan dengan pasangan suaminya yang tidak sepadan,

karena ia yakin, bahwa rumah yang akan ia tempati nanti nati jauh lebih baik dari

pada rumahnya yang sekarang.

Keluarga yang Demokratis

11

Page 12: an Sosial Remaja Kelompok 10

Model keluarga seperti ini dianggap sebagai salah satu factor bagi terciptanya

adaptasi yang bagus. Aturan keluarga seperti ini berdasarkan pada kebebasan dan

demokrasi. Kedua orangtua sama-sama mau menghormati anaknya yang sudah

remaja senagai individu yang utuh lahir batin. Dalam mengarahkan anaknya,

mereka tidak bersikap otoriter sedikit pun, orangtua yang demokratis, sedapat

mungkun mereka akan berusaha memberikan semua yang ingin diketahui dan

dibutuhkan oleh anak mereka yang sudah remajs, supaya ia bisa mengambil

keputusan setelah cukup mengetahui berbagai kemungkinan dan hasilnya. Cara-

cara ini sengaja memberikan kepada seorang remaja kebebeasan yang terus

bertambah, pilihan yang luas, dan penetahuan-pengetahuan yang banyak.

Seorang remaja yang hidup di lingkungan keluarga yang demokratis ini, ia

memiliki kesempatan sangat baik mengupayakan kemerdekannya. Pada

prinsipnya keluarga yang demokratis bias terwujud dengan cara sebagai berikut:

1. Menghormati pribadi remaja dalam keluarga.

2. Berusaha mengembangkan kepribadiannya, menganggapnya sebagai

pribadi unggulan yang memiliki kemampuan dan kecenderungan-

kecenderungan tersendiri, dan harus memberinya kesempatan untuk

berkembang sejauh mungkin

3. Memberikan kepada si remaja kebebasan berfikir, berekspresi dan

memilih jenis pekerjaan.

Warna sistem yang ada di dalam keluarga yang demikratis ini sangat berbeda

dengan warna aturan keluarga yang otoriter yang kental dengan kekrasan,

ketakutan, dan pelarangan. Sementara di dalam keluarga yang demikratis terdapat

warna yang bersamaan dinamika yang positif dan terus bergerak, kasing sayang,

serta saling membantu.

Diantara dua model keluarga adalah keluarga demikratis yang manjadikan

remaja yang matang dan mampu berdaptasi secara sosial dan pribadi.

Pola-pola yang diterapkan dalam keluarga yang demokratis kan mendorong

lahirnya sosok-sosok remaja yang sanggup memikul beban dan tanggung jawab

kehidupan, remaja-remaja ideal yang mampu berfikir secara sehat, mau saling

menolong, dan bangkit bersama-sama dengan masyarakat. Tujuan-tujuan

12

Page 13: an Sosial Remaja Kelompok 10

tersebutu mulai akan terwujud oleh iklim keluarga yang demokratis yang sehat,

dan didukung oleh rasa pengertian individu-individu yang mendambakan

kehidupan sosial yang harmonis.

Keluarga yangTerlalu Toleran

Para pakar juga menjelaskan, bahwa keluarga yang menerapkan pola-pola

yang didasarkan pada sikap toleran yang berlebihan, bisa menyulitkan seorang

remaja baik laki-laki maupun perempuan untuk mengembangkan perilaku

kebebasannya. Para remaja yang mendapat perhatian berlebihan di rumah,

perilaku mereka akan seperti perilaku anak-anak.

Seorang remaja yang diperlakukan seperti, ia akan menemukan banyak

kesulitan dalam beradaptasi dengan dunia luar. Perhatian orang tua yang

berlebihan akan mendorong remaja mencari perhatian dan bantuan kepada orang

lain. Dan jika hal itu sudah menjadi kebiasaan, tanpa sadar ia akan merasa itu

adalah haknya. Akibatnya, kita lihat ia jadi sering keluar rumah untuk keperluan

tersebut.

Seorang remaja putrid yang di dalam rumah perlu diperlakukan secara

berlebihan, biasanya ia akan menemukan kesulitan untuk memisahkan diri dari

yanhnya. Ketika sudah menikah, ia tidak suka ditemani suaminya saat berada di

luar kota di rumah orang tuanya, walaupun itu sudah menjadi tugas sang suami.

Bahkan terkadang ia memilih tinggal terus di rumah orangtuanya tersebut. Ia

sudah bergantung dan mengandalkan mereka, sehingga semua urusan ia mintakan

pertimbangan kepada mereka, bukan kepada suaminya.

3. Pengaruh Pendidikan Sekolah Dalam Perkembangan Sosial Remaja

Sekolah merupakan lingkungan yang menengahi antara lingkungan keluarga

dan lingkungan masyarakat luas dimana sesorang hidup, bergerak, dan melakukan

interaksi dengan orang lain untuk saling mempengaruhi.

Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada kaum Ayah,

“Perhatikan anak-anakmu, dan didiklah mereka dengan baik”, itu berarti, semua

13

Page 14: an Sosial Remaja Kelompok 10

pihak seharusnya merasa berkewajiban memikul tanggung jawab bersama kaum

ayah untuk mengarahkan anak-anak agar bias memiliki akhlak yang baik.

Pendidikan Hati yang Beragama

Sekolah islam dalam mendidik hati supaya kental dengan nuansa religius,

tidak hanya sekedar menargetkan supaya bias selamat dari siksa neraka saja.

Lebih dari itu juga menargetkan pahala yang agung dan melimpah dari Allah.

Itulah sebagian yang bias dipahami dari firman Allah Ta`ala,

“ Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan

menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah

tempat tinggalnya.” (An-Nazi`at:40-41)

Dan firman-Nya.

“Dan bagi orang yang takut pada saat menghadap Tuhan-Nya, ada dua

surga.” (Ar-Rahman:46)

Apabila seorang pemuda semenjak kecil membiasakan dirinya senantiasa

diawasi oleh Alloh dalam setiap gerak-geriknya dan perbuatan yang ia

lakukan seraya yakin bahwa Allah akan membalas meridhai yang mau taat

kepadanya dan memurkai orang yang durhaka kepada-Nya. Apabila ia digoda

nafsu untuk berbuat maksiat, ia menolak dan berpaling darinya. Ia ingat akan

keperkasaan dan keagungan Allah. Ia yakin bahwa Allah kuasa menyiksanya.

Allah Maha Melihat lagi Maha Mendengar.

Salah satu pola pendidikan yang sangat bagus untuk mendidik hati ialah

membiasakan seorang remaja agar mau intopeksi diri. Ini adalah proses yang

dilakukan si remaja terjadap dirinya sendiri yang menyangkut semua

perilakunya, baik yang positif maupun yang negative, yang baik maupun yang

buruk. Dengan intropeksi diri ia berada pada posisi yang jernih untuk melihat

nilai-nilai kemanusiaan secara obyektif yang ingin ia miliki. Ia akan

mengukur perbuatan-perbuatannya dengan ukuran akhlak yang islami untuk

14

Page 15: an Sosial Remaja Kelompok 10

memperbaiki diri dan mengembangkan kepribadiannya kea rah kesempurnaan

yang didambakan.

Cara mendidik soerang remaja agar mau intropeksi diri sendiri harus

berdasarkan pada kesadaran. Aritinya, apabila ia melakukan suatu kesalahan,

kita dorong ia agar secara sadar mau mengakui kesalahannya itu lalu berusaha

memperbaikinya. Jadi, bukan karena tekanan atau unsure paksaan.

Bardasarkan pengalaman Doktor Douba, seorang peneliti perkembangan

jiwa berkebangsaan prancis, memimpin Sekolah Angkatan Udara di Mesir,

diperoleh data bahwa mendidik seorang remaja untuk mau melakukan

intropeksi diri membuahkan beberapa hasil positif sebagai berikut:

1. Membuat hati si remaja menjadi bersih

2. Tertanam sifat keberanian moral yang tinggi

3. Hasrat yang tinggi untuk berlaku lurus, dan tidak mau melakukan

kesalahan-kesalahan lagi

4. Mau menerima nasehat dan pengarahan dengan lapang dada

5. Mau menerima sanksi hukuman yang proposional dan sesuai dengan

kesalahannya.

Intropeksi diri adalah sesuatu yang positif dan berguna pada fase

kehidupan secara umum, terutama pada fase remaja, sebab pada fase ini,

seorang remaja biasanya sedang gemar-gemarnya melalukan konfirmasi diri

dan cenderung melawan otoritas apapun. Bahkan nasehat orang tua atau guru

ia anggap sebagai upaya intervensi atau campur tangan ke dalam urusannya

yang menghalang-halangi kebebasan serta kemerdekaannya.

Karena itulah, upaya orang tua atau seorang guru memperbaiki perilaku

seorang remaja dengan cara membiasakannya mau intropeksi diri akan

mendukung kecenderungan tersebut. Dan itu pada gilirannya akan membentuk

kepribadian serta kemampuan untuk membedakan mana yang salah dan mana

yang benar dengan petunjuk pikirannya sendiri.

Upaya itu sangat positif, karena dinilai tidak membenturkan kepribadian si

remaja dengan nasehat. Sehingga dengan demikian, tidak muncul darinya

15

Page 16: an Sosial Remaja Kelompok 10

kekuatan melawan dan tidak pula menimbulkan terjadinya problem

emosional.

Perilaku yang Menyimpang dan Faktor Perilaku yang Menyimpang di

Sekolah

Periaku yang Menyimpang Faktor Perilaku yang Menyimpang

1. Terlambat pelajaran

2. Kabur dari sekolah

3. Absen dari sekolah

4. Berontak terhadap aturan sekolah

5. Berbohong

6. Berlagak seperti lawan jenis

7. Perilaku-perilaku anarkis

8. Berbuat cabul

9. Problem gender

10. Merokok

11. Memusuhi teman-teman

12. Membuat gank

13. Tidak mau taat kepada orangtua

14. Mencuri

15. Memusuhi guru

1. Lingkungan rumah tangga

2. Teman yan buruk

3. Kondisi emosi

4. Problem waktu luang

5. Faktor-faktor eksternal lain

6. Lemahnya kepribadian lain

7. Faktor-faktor kesehatan

8. Nyanyian dan cerita cabul

9. Sempitnya ruang kelas

10. Kurang tertariknya pada salah satu mata

pelajaran

11. Kurangnya sarana-sarana pemeliharaan

individual di sekolah

12. Tidak efektifnya metode-metode yang

diterapkan

13. Tidak terpenuhinya praktik-praktik kondisi

sosial

14. Kurangnya iklim-iklim yang kondusif bagi

kecenderungan siswa

Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar

anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak

didik untuk berperilaku menyimpang.

16

Page 17: an Sosial Remaja Kelompok 10

Cara-Cara Mengatasi Perilaku Menyimpang di Sekolah

1. Memperkokoh hubungan sekolah dan keluarga

2. Melatih untuk memikul tanggungjawab

3. Adanya sosok panutan yang baik di rumah dan si sekolah

4. Adanya perhatian terhadap pendidikan agama di rumah dan di sekolah

5. Memilih guru yang ideal dan memenuhi waktu sebagai mana mestinya

6. Mengarahkan siswa dengan baik pada jenis mata pelajaran yang sesuai dengan

kecenderungan mereka

7. Memberi perhatian terhadap problem yang bersifat pribadi

8. Menghindari upaya menjauhkan siswa dari sekolah sebagai suatu hukuman

9. Mananmkan jiwa sosial kepada siswa

10. Mengancam akan menjatuhkan sanksi hukuman kepada para siswa yang

berprilaku menyimpang

11. Mengatur pengawasan yang ketat terhadap film, majalah, dan alat-alat hiburan

lainnya

12. Memberi imbalan hadiah bagi siswa-siswi yang berprestasi baik dari segi

akhlak

4. Pengaruh Lingkungan Masyarakat Dalam Perkembangan Sosial Remaja

Masyarakat tempat para remaja hidup dan bergaul dengan remaja lain dan

orang dewasa lainnya merupakan lingkungan perkembangan yang memiliki peran

dan pengaruh tertentu dalam pembentukan kepribadian dan prilaku remaja. Di

sana mereka bergaul, di sana mereka melihat orang-orang berprilaku, di sana

mereka melihat menyaksikan berbagai peristiwa, dan di sana pula mereka

menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogyanya dipenuhi oleh yang

bersangkutan. Pengalaman-pengalaman interaksional remaja pada masyarakat ini

akan memberi kontribusi tersendiri dalam pembentukan prilaku dan

perkembangan pribadi remaja.

Kalau dihubungkan dengan lingkungan rumah dan sekolah, lingkungan

masyarakat itu bias mendukung apa yang dikembangkan di rumah dan di sekolah,

17

Page 18: an Sosial Remaja Kelompok 10

tetapi bisa pula sebaliknya. Sebagai missal, lingkungan masyarakat pesantren

yang pada masyarakat itu dijunjung tinggi nilai-nilai agama merupakan suatu

lahan yang subur bagi keluarga dan remaja untuk membina kehidupan berprilaku

agama, lingkungan masyarakat akademik merupakan lahan yang subur untuk

meumbuhkan minat akademik remaja, begitu pula masyarakat bisnis merupakan

lingkungan yang subur untuk menimbuhkan minat bisnis remaja. Dengan

demikian, jika rumah dan sekolah mengembangkan suatu budaya atau nilai

tertentu yang relevan dengan apa yang berkembang di masyarakat, maka

kecenderungan pengaruhnya akan saling mendukung sehingga peluang

pencapaiannya akan sangat besar.

A. Kelompok Teman Sebaya

Percepatan  perkembangan pada masa puber berhubungan dengan

pemasakan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam

perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya anak sudah

mampu menjalin  hubungan yang erat  dengan teman sebaya. Seiring dengan

itu juga timbul kelompok anak-anak untuk bermain bersama atau membuat

rencana bersama. Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas  adalah 

bahwa kelompok  tadi terdiri daripada jenis kelamin yang sama. Persamaan

sex ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang

berhubungan dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman

identitasnya. Sedangkan pada masa puber anak sudah mulai berani untuk

melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai kegiatan.

Selama tahun pertama masa puber, seorang remaja cenderung memiliki

keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, teman-teman atau tetangga

seringkali adalah anggota kelompok remaja. Biasanya kelompoknya lebih

heterogen daripada kelompok teman sebaya. Misalnya  kelompok teman

sebaya pada masa remaja cenderung memiliki suatu campuran individu-

individu dari  berbagai kelompok. Interaksi yang semakin intens

menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam kelompok dengan kohesi

yang kuat maka akan berkembanglah iklim  dan norma-norma kelompok

tertentu. Namun hal ini  berbahaya bagi pembentukan identitas dirinya.

18

Page 19: an Sosial Remaja Kelompok 10

Karena pada masa ini ia lebih mementingkan perannya sebagai anggota

kelompok daripada mengembangkan pola pribadi. Tetapi terkadang adanya

paksaan dari norma kelompok membuatnya sulit untuk membentuk keyakinan

diri.

B. KESIMPULAN

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai

dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat diterima secara sosial,

memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang

positif terhadap kelompok sosialnya.

Perkembangan sosial akhir masa kanak-kanak ditandai dengan masuknya anak ke

kelas satu SD. Pada masa ini biasanya orang tua akan memberikan hanya sedikit

waktunya untuk berinteraksi dengan anak, sosialisasi di sekolah pada umumnya

terjadi atas dasar interest dan aktvitas bersama, lebih banyak meluangkan waktu

untuk teman sebaya dan mulai membentuk hub. peer group (geng) lebih cenderung

dengan teman perempuan.

Perkembangan sosial pada masa remaja (pudertas) merupakan masa yang unik,

masa pencarian identitas diri dan ditandai dengan perkembangan fisik dan psikis

anak. Pada masa ini sosialisasi anak lebih luas dan berkembang, mereka mulai

menjalin hubungan dengan teman-teman laki-lakinya dan mengadakan kencan-

kencan (dating). Anak lebih mementingkan teman dari pada keluarga dan mulai

timbul banyak pertentangan dengan orang tua. Mereka umumnya belum bekerja dan

masih belum mampu menafkahi dirinya sendiri.

Karena itu sebaiknya orang tua benar-benar memperhatikan perkembangan anak

sampai ia mampu untuk membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk untuk

dirinya (dewasa). Tetapi tidak dengan bersikap otoriter terhadap anak, supaya anak

merasa lebih nyaman dan tidak takut untuk menceritakan konflik-konflik yang terjadi

selama masa perkembangannya.

19

Page 20: an Sosial Remaja Kelompok 10

Daftar Pustaka

Hurlock, Elizabeth, B., Perkembangan Anak Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1988

Hurlock, Elizabeth, B., Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta, 2006.

Hurlock, Elizabeth, B., Perkembangan Anak, Erlangga, Jakarta, 1993.

Mappiare, Andi., Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya, 1982

Semiawan, Conny, R., Perkembangan dan Belajar Peserta Didik,

Departemen Pendidikan, 1999

Mahfuzh, Syaikh M. Jamaludin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim,

Pustaka Al-kautsar, 2001

Novinasuprobo.wordpress.com, Perkembangan Sosial Pada Masa Anak-

anak Akhir dan Remaja

Suhadianto.blogspot.com, Perkembangan Sosial Remaja

20