Analisis Waktu Optimum Pemasakan
-
Upload
yulian-arthia-putry -
Category
Documents
-
view
33 -
download
4
description
Transcript of Analisis Waktu Optimum Pemasakan
Analisis Waktu Optimum Pemasakan (AACC 1999)
Prinsip dari analisis ini adalah mengukur waktu hingga mie tidak
membentuk garis putih ketika ditekan dengan dua potong kaca. Mie
kering ditimbang sebanyak 5 g, kemudian air sebanyak 150 mL dididihkan
pada gelas piala bertutup dan dibiarkan memdidih selama 3 menit.
Sampel mie dimasukkan kedalam gelas piala dan ditutup kembali. Stop
watch dinyalakan tepat pada saat sampel dimasukkan dalam air yang telah
dididihkan. Setiap satu menit dilakukan pengambilan satu untaian mie
dan dilakukan penekanan dengan dua buah kaca. Pemasakan dikatakan
optimum bila sudah tidak terbentuk garis putih ketika mie ditekan dengan
dua potong kaca.
1. Analisis kehilangan padatan selama pemasakan (AACC 1999)
Kehilangan padatan selama pemasakan (KPAP) diukur berdasarkan pada kehilangan berat
mie setelah mie dimasak pada waktu pemasakan sesuai dengan waktu optimum pemasakan,
sehingga satuan dari KPAP adalah persentase berat mie yang hilang selama pemasakan.
Persentase berat mie yang hilang selama pemasakan tersebut dianggap sebagai jumlah
padatan yang keluar selama pemasakan (KPAP). Sampel mie kering sebanyak 5 g direndam
dalam 150 mL air yang telah dididihkan (selama 4 menit) hingga mencapai waktu optimum
pemasakan, kemudian mie disiram dengan air dingin sebanyak 50 mL (2 kali) untuk
menghentikan pemanasan dan melarutkan padatan yang berada pada permukaan mie. Mie
ditiriskan selama 5 menit, lalu ditimbang. Air yang digunakan untuk pemasakan selanjutnya
dikeringkan pada suhu 1050C sampai mencapai berat kosntan.
2. Analisis Swelling Indeks dan Cooking loss
Analisis swelling index (Mestres et al, 1998) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kekuatan mie untuk mengembang dan menyerap air. Dan analisis cooking loss dilakukan
untuk mengetahui seberapa banyak padatan yang hilang akibat proses pemasakan. Diagram
alir analisis swelling index dan cooking loss dapat dilihat pada Gambar.
Prosedur analisis yang digunakan adalah mengikuti persamaan:
Keterangan:
W1 = berat mie sesudah pemasakan
W2 = berat mie sesudah pengeringan dengan oven
m = masa awal mie basis kering
3. Kehilangan padatan akibat pemasakan (KPAP)
Penentuan KPAP dilakukan dengan cara merebus 5 gram bihun dalam 150ml air. Setelah
mencapai waktu optimum, bihun ditiriskan dan disiram air kemudian ditiriskan kembali
selama 5 menit. Bihun kemudian ditimbang dan dikeringkan pada suhu 1500C sampai
tercapai berat konstan. Ditimbang kembali.
4. Daya serap air (Raspel, 1980)
Sebanyak 5 g contoh yang telah diketahui kadar airnya dimasukkan ke dalam air mendidih
selama 10 menit. Kemudian dituang ke atas saringan plastik untuk ditiriskan selama 10
menit. Segera setelah itu dipindahkan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya dan
ditimbang (A). Cawan beserta isinya dimasukkan ke dalam oven 1050C selama 3-5 jam atau
sampai beratnya konstan. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang (B).
Berdasarkan prinsip DSA merupakan selisih antara berat air setelah rehidrasi dan sebelum
rehidrasi lalu dibagi dengan berat contoh.